Anda di halaman 1dari 157

ISBN 978-602-264-098-1

PENGUJIAN PEKERJAAN BETON

Tahun 2014

K E M E N T ER I A N PE KE R J AA N U M U M
BA D A N PE NEL I TIA N DA N P EN G EM BA NG A N
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JL. A.H. Nasution No.264 Ujung Berung BANDUNG 40294 Tlp (022) 7802251 Fax (022) 7802726 e-mail info@pusjatan.pu.go.id

i
Kata Pengantar

Beton adalah salah satu jenis material yang umum digunakan dalam konstruksi bangunan
seperti bangunan gedung, dam, jalan, jembatan dll. Beton termasuk bahan campuran yang
mudah diperoleh, karena disamping komponen-komponen bahannya seperti semen,
agregat, dan air mudah diperoleh, juga mudah dicampur, diangkut maupun dicetak dalam
bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Namun demikian, untuk mendapatkan beton yang
bermutu bukanlah hal yang mudah. Hasil akhir mutu beton setelah keras bergantung pada
banyak faktor yang harus dikendalikan, antara lain mutu bahan campuran, rancangan
campuran, pengendalian mutu beton segar saat pelaksanaan, dan perawatan (curing)
beton. Buku ini memuat pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan-bahan
campuran beton dan pengujian beton keras, sehingga diharapkan dapat membantu para
teknisi laboratorium, perancang campuran beton, pelaksana, dan pengawas pekerjaan
beton dalam upaya mendapatkan hasil akhir beton yang bermutu. Disadari, bahwa
meskipun sudah diusahakan disusun semaksimal mungkin, tapi pasti buku ini masih
memiliki banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu kepada
yang berkenan memberi saran dan masukan untuk perbaikan buku ini akan diterima dan
diperhatikan sebaik-baiknya. Terima kasih.

Terima kasih

Bandung, Desember 2014


Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
Pendahuluan ........................................................................................................................ iii
Prosedur Pengujian ............................................................................................................. 1
Pengujian Analisa Saringan Agregat .................................................................................. 1
Pengujian Berat Jenis dan Peresapan Air Agregat Halus .................................................... 4
Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar ................................................................................ 9
Pengujian Bobot Isi (Unit Weight) dan Rongga Udara dalam Agregat ................................. 13
Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat yang Lolos Saringan No. 200 ................................ 18
Pengujian Gumpalan Lempung dan Butiran Mudah Pecah dalam Agregat ........................... 22
Pengujian Kotoran Organik dalam Agregat Halus .............................................................. 26
Pengujian Agregat Kasar untuk Beton Cara Uji Butiran Pipih dan Panjang ............................ 29
Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles ......................................... 33
Pengujian Ketahanan Agregat terhadap Tekanan (Crushing Value) ................................... 36
Pengujian Kadar Air Agregat ............................................................................................ 40
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda uji Beton di Laboratorium ............................... 43
Pengujian Tingkat Kehalusan Semen Portland .................................................................. 49
Pengujian Berat Jenis Semen Portland ................................................................................ 53
Pengujian konsistensi Normal Semen Portland ..................................................................... 57
Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland .................................................................. 62
Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland ............................................................... 68
Pengujian Tingkat Kelecakan Beton Segar (Slump Test) .......................................................... 73
Pengujian Bobot Isi Beton Segar ........................................................................................... 76
Pengujian Kandungan Udara dalam Beton Segar .................................................................... 81
Tata Cara Capping Benda Uji Silinder Beton .......................................................................... 87
Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................................................................ 90
Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Beban Terpusat Langsung ......................................... 93
Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Dua Titik Pembebanan ................................................. 95
Pengujian Kuat Tarik Belah Beton .......................................................................................... 98
Pengujian Kuat Tekan Beton Inti ............................................................................................. 100
Pengujian Hammer Test ......................................................................................................... 104
Pengujian Cover meter ............................... .................................................................... 107
Pengujian Pundit .................. .......................................................................................... 109
Pengujian Kedalaman Karbonasi ............................................................................................. 114
Pengujian Resistivity Beton ...................................................................................................... 116
Tata Cara Rancangan Campuran Beton Normal .................................................................... 119

ii
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON DAN PENGUJIAN BETON KERAS

1 Pendahuluan

Sejak dahulu hingga sekarang beton merupakan bahan yang umum digunakan dalam
pembangunan konstruksi seperti gedung, jembatan, jalan, dam, pelabuhan dll. Beton
didefinisikan sebagai bahan campuran yang terdiri dari komponen-komponen utama semen
Portland, agregat, air dengan perbandingan tertentu. Namun untuk tujuan memperoleh sifat
beton tertentu terkadang digunakan bahan tambah kimia maupun yang non kimia dalam
campuran beton.
Beton memiliki sifat plastis atau kondisi segar (fresh concrete) saat dibuat dan
dilaksanakan (pencampuran, pengangkutan, pengecoran, dan pemadatan), lalu secara
perlahan seiring dengan waktu beton akan berubah ke kondisi terjadi pengikatan (setting)
karena adanya proses hidrasi, dan akhirnya menjadi keras dan kaku seperti batu.
Oleh karena itu beton yang dibuat harus memenuhi tiga kriteria utama, yaitu
kemudahan pengerjaan saat kondisi adukan beton masih segar (workability), mencapai nilai
kekuatan minimum (strength) pada umur beton tertentu setelah kondisi beton keras, dan
kemampuan mempertahankan kekuatan beton keras (durability) hingga rentang waktu
tertentu sebagai umur rencana yang ditetapkan . Mutu kemudahan pengerjaan (Workability)
adukan beton segar dapat diketahui melalui pemeriksaan keseragaman campuran secara
visual, konsistensi/kekentalan/kelecakan adukan antara lain dengan pengujian slump, bobot
isi beton segar, dan kadar udara dalam beton segar. Mutu kekuatan beton keras (strength)
bisa diketahui melalui pemeriksaan merusak (destructive test) pada benda-benda uji yang
dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu dan diuji pada waktu tertentu, atau pemeriksaan
tidak merusak (non destructive test) yang hasilnya dapat memberikan indikasi nilai kekuatan
tertentu. Mutu keawetan beton keras (durability) identik dengan faktor-faktor pencapaian
tingkat impermeability beton keras, dan ketahan beton terhadap faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan mutu kekuatan beton.
Ketiga kriteria atau persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh satu proporsi bahan
campuran yang diperoleh dari rancangan campuran (mix design). Disamping tiga kriteria
utama tersebut mungkin juga ditambahkan persyaratan lain seperti tingkat kekedapan
(impermeability), besarnya susut beton (shrinkage).
Baik atau tidaknya suatu campuran beton salah satunya bergantung pada kualitas
bahan-bahan yang digunakan dalam campurannya. Bahan campuran beton secara umum
terdiri dari: agregat kasar, agregat halus, air dan semen. Kualitas bahan yang baik dan
memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang ditentukan akan memberikan jaminan kualitas
beton yang dihasilkan menjadi baik.

2 Prosedur pengujian

Pengujian-pengujian terhadap bahan campuran beton maupun beton segar dan beton
keras, dilakukan sesuai dengan standard atau pedoman yang berlaku saat ini. Untuk
pengujian-pengujian yang belum ada standard dan atau pedoman nya, maka pengujian
dilakukan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat yang dikeluarkan pabrikan atau sesuai
dengan langkah-langkah pengujian terdahulu yang telah dipublikasikan.
Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan-bahan campuran beton adalah
sebagai berikut:
a) Pengujian Agregat, meliputi;
 Pengujian analisa saringan (gradasi) agregat halus dan agregat kasar
 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus dan agregat kasar
 Pengujian berat isi agregat halus dan agregat kasar

iii
 Pengujian butiran yang lebih halus dari saringan no. 200 (0,075 μm) dalam agregat
halus dan agregat kasar
 Pengujian kadar lempung dan butiran mudah pecah dalam agregat halus dan agregat
kasar
 Pengujian kadar kotoran organik dalam agregat halus
 Pengujian butiran pipih dan panjang agregat kasar
 Pengujian tingkat keausan agregat kasar dengan menggunakan mesin abrasi Los
angeles
 Pengujian tingkat keausan agregat kasar dengan cara penekanan (crushing value)
 Pengujian kadar air agregat halus dan agregat kasar
b) Tata cara rancangan campuran beton normal serta Tata cara pembuatan dan perawatan
benda uji beton di laboratorium.
c) Pengujian semen, meliputi;
 Pengujian tingkat kehalusan semen Portland dengan cara penyaringan
 Pengujian berat jenis semen Portland
 Pengujian konsistensi dan waktu pengikatan awal semen Portland
 Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland

Pengendalian mutu beton dilakukan untuk menjamin bahwa beton yang yang
dihasilkan memenuhi kriteria perencanaan yang telah ditentukan. Pengendalian mutu beton
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a) Pengujian mutu beton segar, yang meliputi;
 Pengujian tingkat kelecakan beton segar (Slump Test atau Flow Test)
 Pengujian bobot isi beton segar
 Pengujian kandungan udara dalam beton segar
b) Pengujian mutu beton keras, yang meliputi;
 Tata cara capping silinder beton
 Pengujian kuat tekan beton
 Pengujian kuat lentur beton
 Pengujian kuat tarik belah beton
 Pengujian kuat tekan beton inti hasil pemboran (Core Drill)
 Pengujian tingkat homogenitas dan perkiraan mutu beton permukaan dengan alat palu
beton (Hammer Test)

iv
PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan pembagian butir (gradasi) agregat


kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan untuk
perencanaan campuran beton.

2) ACUAN

SNI 03-1968-1990
AASHTO T-27
ASTM C 136-96a
Susunan gradasi dan
ukuran maksimum agregat
berdasarkan hasil pengujian 3) MAKSUD
ini digunakan dalam
perencanaan campuran
untuk menentukan perkiraan Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui prosentase berat
kadar air bebas dan benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap
komposisi penggunaan
Agregat per meter kubik.
berat total benda uji.

4) PERALATAN

1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat


benda uji
2. Satu set saringan (Standar ASTM)
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 ± 5)°C.
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

2 1

1
5) BENDA UJI

Bila agregat berupa


Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
campuran dari agregat halus sebanyak.
dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi
2 bagian dengan saringan Berat minimum benda uji untuk ukuran maksimum :
No.4
 3.5 ” = 35 kg
Berat minimum benda uji
 3 ” = 30 kg
untuk ukuran maksimum  2.5 ” = 25 kg
4.76 mm adalah 500 gram  2 ” = 20 kg
dan untuk ukuran
maksimum 2.38 mm adalah  1.5 ” = 15 kg
100 gram.  1 ” = 10 kg
 ¾ ” = 5 kg
 ½ ” = 2.5 kg
 3/8 ” = 1 kg

6) PROSEDUR

Berat tetap diperoleh


apabila setelah dilakukan
beberapa kali penimbangan,
diperoleh berat dengan
selisih maksimum 0,02 gram 1. Keringkan benda uji di dalam oven dengan suhu (110+5)°C,
sampai berat tetap.

2. Saring benda uji melewati suatu susunan saringan dengan


ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas.

2
Susunan saringan yang
digunakan adalah sebagai
berikut :

Ag. Kasar :

- 3 ” (75 mm)
- 2 ½ ” (63,5 mm)
- 2 ” (50 mm)
- 1 ½ ” (37,5 mm)
- 1 ” ( 25 mm)
- ¾ ” (19,1 mm)
- ½ ” (12,5 mm)
- 3/8 ” (9,5 mm)
- No.4 (4,75 mm)

Ag. Halus :

- No.4 (4,75 mm) 3. Guncangkan saringan dengan tangan atau mesin


- No.8 (2,36 mm) pengguncang selama + 15 menit. Apabila penyaringan
- No.16 (1,18 mm) dilakukan dengan tangan, putarkan susunan saringan secara
- No.30 (0,6 mm)
- No.50 ( 0,3 mm) berkala sambil diguncangkan agar benda uji tersebar merata di
- No.100 (0,15 mm) dalam saringan.
- No.200 (0,075 mm)
- Pan

Arti No saringan, contoh


saringan No.4, berarti
dalam 1(satu) inci persegi
terdapat 4 x 4 buah bukaan
lubang saringan (16 buah
bukaan lubang)

4. Timbang dan hitunglah prosentase berat benda uji yang


Berat total setelah disaring tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total
dalam hal ini termasuk
dengan benda uji yang benda uji.
tertahan di atas pan

7) PERHITUNGAN

Gunakan bantuan sikat Persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing
kawat untuk membersihkan
benda uji yang tertinggal di
atas saringan, kecuali untuk
saringan = Berat kumulatif benda uji tertahan x 100 %
saringan No. 100 dan No. Berat total benda uji setelah disaring
200 gunakan kuas dengan
bulu halus agar tidak
merusak membran saringan Modulus kehalusan :

a) Ag. Kasar = (% lolos saringan No.100 + No.50 + No.30 +


No.16 + No.8 + No.4 + 3/8”+ 1” + 1 ½ ” + 2 ½ ”) /
100

b) Ag. Halus = (% lolos saringan No.100 + No.50 + No.30 +


No.16 + No.8 + No.4) / 100

3
4
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PERESAPAN AIR
AGREGAT HALUS

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan berat jenis curah (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dan penyerapan dari agregat halus.

2) ACUAN

SNI 03-1970-1990
AASHTO T-84
ASTM C128-93

3) MAKSUD

Pengujian berat jenis dan Pengujian ini bermaksud untuk mendapatkan angka berat jenis curah
penyerapan dilakukan (bulk), berat jenis jenuh kering permukaan (JKP) (saturated surface dry
untuk menentukan
proporsi agregat yang = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus.
digunakan dalam suatu
rancangan campuran
beton. Kesalahan dalam
pengujian ini dapat
4) PERALATAN
menyebabkan komposisi
perbandingan campuran 1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dan ketelitian
yang tidak sesuai sehingga 0,1 gram.
mutu beton segar yang di
dapat tidak sesuai dengan
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
yang direncanakan. 3. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 + 3)
mm, diameter bagian bawah (90 + 3) mm dan tinggi (75 + 3)
mm, dibuat dari logam dengan ketebalan minimum 0,8 mm.
4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata,
berat (340 + 15) g, diameter permukaan penumbuk (25 + 3)
mm.
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 ± 5)°C.
6. Saringan No. 4
7. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 10C.
8. Talam
9. Bejana tempat air
10. Pompa hampa udara (vacuum pump)
11. Air suling
12. Desikator.

4
5) BENDA UJI

Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 1000 gram.

6) PROSEDUR

Bila penyerapan dan harga


berat jenis digunakan 1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5) °C
dalam pekerjaan beton sampai berat tetap.
dimana agregatnya
digunakan pada keadaan
kadar air aslinya maka
tidak perlu dilakukan
pengeringan dengan oven.

5
2. Dinginkan benda uji pada suhu kamar.

3. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24  4 )
jam.

Untuk menghindari, 4. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang
hilangnya agregat yang hilang, tebar agregat di atas talam, keringkan di udara panas
yang lebih halus, dengan membalik-balikkan benda uji sampai tercapai keadaan
buanglah air perendam jenuh kering permukaan (JKP).
melewati saringan No.16
dan No.200.

5. Periksa keadaan JKP dengan mengisikan benda uji ke dalam


kerucut terpancung sampai penuh, padatkan dengan batang
penumbuk dengan menggunakan berat sendiri dari batang
penumbuk sebanyak 25 kali. Angkat kerucut dengan hati-hati,
kondisi jenuh kering permukaan tercapai apabila benda uji runtuh
tetapi masih dalam keadaan tercetak.

6
6. Setelah keadaan JKP tercapai, masukkan 500 g benda uji kering-
permukaan jenuh, ke dalam piknometer (Bj).

7. Masukkan air suling sampai + 90% volume piknometer, putar


sambil diguncang untuk menghilangkan gelembung udara yang
terperangkap, untuk mempercepat proses, dapat digunakan
vacuum pump, tetapi jaga jangan sampai ada air/agregat yang ikut
terhisap. Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas
pada piknometer, timbang piknometer berisi agregat dan air
tersebut (Bt).

8. Keluarkan benda uji dari dalam piknometer, keringkan dalam oven


sampai berat tetap, kemudian dinginkan dalam desikator, setelah
dingin timbang berat benda uji (Bk).

7
9. Timbang berat piknometer yang berisi air sampai tanda batas pada
piknometer (B), kemudian ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar (25°C).

7) PERHITUNGAN

a. Berat jenis kering Bk


(bulk Specific gravity) =
(Ba + Bj) - Bt

b. Berat jenis kering-permukaan jenuh Bj


(saturated surface dry) =
(Ba + Bj) - Bt

c. Berat jenis semu Bk


(Apparent Specific Gravity) =
(Ba + Bk) - Bt

d. Penyerapan Bj - Bk
(Absorption ) = x 100 %
Bk

8
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PERESAPAN AIR AGREGAT KASAR

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan berat jenis curah (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dan penyerapan dari agregat kasar.

2) ACUAN

SNI 03-1969-1990
AASHTO T-85-74
ASTM C 127-93

3) MAKSUD

Pengujian ini bermaksud untuk mendapatkan angka berat jenis curah


(bulk), berat jenis jenuh kering permukaan (JKP) (saturated surface
dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat
kasar.

4) PERALATAN
Pengujian berat jenis dan
penyerapan dilakukan
untuk menentukan 1. Keranjang kawat ukuran 5,55 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8)
proporsi agregat yang dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
digunakan dalam suatu 2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat
rancangan campuran
beton. Kesalahan dalam
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
pengujian ini dapat keranjang.
menyebabkan komposisi 3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
perbandingan campuran sampai (110 ± 5)°C.
yang tidak sesuai sehingga
mutu beton segar yang di
4. Alat pemisah contoh.
dapat tidak sesuai dengan 5. Saringan No. 4.
yang direncanakan.

9
5) BENDA UJI

Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 diperoleh dari
alat pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 5 kg.

6) PROSEDUR

1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
Bila penyerapan dan harga
berat jenis digunakan
melekat pada permukaan.
dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya
digunakan pada keadaan
kadar air aslinya maka
tidak perlu dilakukan
pengeringan dengan oven.

2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5) °C sampai


berat tetap.

10
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 - 3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).

4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24  4) jam.
Untuk mencegah benda uji
SSD menjadi kering,
segera masukkan benda
uji yang telah mencapai
kondisi SSD ke dalam
kantung plastik atau
wadah yang tertutup rapat.

5. Keluarkan benda uji dan air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar
pengeringan harus satu persatu.

6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj) di atas timbangan


dengan tetap menggantungkan keranjang kosong di dalam air.

11
7. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba), simpan wadah benda uji kosong di atas timbangan..

8. Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar


(25° C).

7) PERHITUNGAN

a. Berat jenis kering Bk


(bulk specific gravity) = x 100
Bj - Ba

b. Berat jenis kering-permukaan jenuh Bj


(saturated surface dry) = x 100
Bj - Ba

c. Berat jenis semu Bj


(Apparent Specific Gravity) = x 100
Bk - Ba

d. Penyerapan Bj - Bk
(Absorption ) = x 100
Bk

12
PENGUJIAN BOBOT ISI (UNIT WEIGHT) DAN RONGGA UDARA
DALAM AGREGAT

1) RUANG LINGKUP

Metode Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini
mencakup :
1. perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan
rongga udara dalamagregat;
2. ketentuan-ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji
dan laporan hasil uji.

2) ACUAN

SNI 03-4804-1998
ASTM C 29/29M-91a

3) MAKSUD
Pengujian ini dilakukan
dengan tujuan terutama
Yang dimaksud dengan :
sebagai dasar dalam 1. Bobot isi agregat adalah berat agregat persatuan isi;
mengkonversi satuan 2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;
berat manjadi satuan
volume. 3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah
dan kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan
suatu beton semen hidrolik atau adukan;
4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari
batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari indsutri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40
mm;
5. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi
secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm;
6. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang
diantara butirbutir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang
padat.

4) PERALATAN

1. Timbangan
2. Batang penusuk
3. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam atau bahan
kedap air sesuai dengan Tabel 1;
4. Sekop atau sendok
5. Peralatan kalibrasi berupa plat gelas dengan tebal minimum 6
mm dan paling sedikit 25 mm lebih besar daripada diamter
takaran yang dikalibrasi;

13
Tabel 1 - Kapasitas Penakar Untuk Berbagai Ukuran Agregat

Ukuran Besar Beton Kapasitas Maksimum


Nominal Agregat (mm) Penakar
(liter)
12,5 2,8
25,0 9,3
37,5 14
75 28
112 70
150 100

5) BENDA UJI

Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


1. jumlah mendekati 125°/0 - 200% dari jumlah yang akan diuji;
2. kering oven atau kering permukaan.

Kondisi berat tetap tercapai setelah dalam selang waktu 5 menit


dilakukan dua kali penimbangan terhadap benda uji yang
dikeringkan, dan tidak ada perubahan berat yang lebih besar dari
2%.

6) PROSEDUR

Cara kerja pengujian bobot isi agregat dapat dilihat berikut ini :

Kondisi Padat
kondisi padat dapat dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk :

14
 cara tusuk

1. isi penakar sepertiga dari volume penuh.

2. Tusuk lapisan agregat dengan 25 x tusukan batang penusuk;


3. Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian
ratakan dan tusuk seperti diatas;
4. Isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi;

5. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata tanpa


penekanan

15
6. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu
sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8. Hitung berat isi agregat menurut rumus 1 dan 2 pada bagian
perhitungan

 Cara ketuk

1. Isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap sesuai dengan


cara tusuk
2. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-
ngetukkan alas penakar secara bergantian di atas lantai yang
rata sebanyak 50 kali;
3. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata sampai
rata;
4. Tentukan berat penakar dan isinya sama seperti cara tusuk
5. Hitung berat isi agregat

Kondisi gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok :

1. Isi penakar dengan agregat memakai sekop atau sendok


secara berlebihan dan hindarkan terjadinya pemisahan dari
butir agregat;
2. Ratakan permukaan dengan batang perata;
3. tentukan berat penakar dan isinya, dan berat penakar sendiri;

16
4. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg, dan hitung berat isi
agregat

7) PERHITUNGAN

1. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus


berikut :
M = (G −T) / V …………………………………………… (1)
Atau
M = (G – T) x F

Keterangan :
M = Berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
G = Berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = Berat Penakar, Kg;
V = Volume penakar, dalam m3;
F = Faktor penakar, dalam m3.

2. Agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menurut


rumus sebagai berikut :

MSSD = M [ 1 + (A/100)] ………………………...……… (2)

Keterangan :
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan,
dalam kg/m3;
M = Berat isi dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
A = Absorpsi, dalam %.

17
PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT
YANG LOLOS SARINGAN NO. 200

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan jumlah bahan yang terdapat dalam
agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian.

2) ACUAN

SNI 03-4142-1996
ASTM ASTM C 117-95

3) MAKSUD

Dalam spesifikasi, Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui prosentase jumlah


disyaratkan bahwa bahan
yang lebih halus dari bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0.075 mm).
saringan No.200 dalam
agregat Halus maks. 3%
dan dalam agregat Kasar
maks. 1%. Dalam beton, 4) PERALATAN
material yang lebih halus
dari saringan No. 200 ini
dapat menyebabkan
1. Saringan no. 16 dan no. 200.
terbentuknya pori-pori 2. Wadah pencuci benda uji berkapasitas cukup besar sehingga
kapiler karena sifatnya pada waktu diguncang-guncangkan benda uji dan/atau air
yang ringan serta
membentuk lapisan filem pencuci tidak tumpah.
tipis diatas permukaan 3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
beton yang dapat sampai 110 ± 5 ° C.
menghalangi ikatan antara
dua lapisan beton. 4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
5. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.

18
5) BENDA UJI

Bila agregat berupa Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran
campuran dari agregat agregat maksimum.
halus dan agregat kasar,
agregat tersebut Berat minimum benda uji untuk ukuran maksimum :
dipisahkan menjadi 2 • 2.36 mm = 100 gram
bagian dengan saringan
No.4
• 4.75 mm = 500 gram
• 9.50 mm = 1000 gram
• 19.00 mm = 2500 gram
• ≥ 38.10 mm = 5000 gram

6) PROSEDUR

1. Timbang wadah tanpa benda uji (W 2).

2. Masukkan benda uji ke dalam wadah kemudian timbanglah


(W1).

3. Beri air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam.

19
4. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian
kedalam susunan saringan no. 16 dan no. 200.

5. Masukkan air pencuci baru, dan ulanglah pekerjaan (4)


sampai air cucian menjadi jernih.

6. Semua bahan yang tertahan saringan no. 16 dan no. 200


dikembalikan ke dalam wadah ; kemudian masukkan seluruh
bahan tersebut ke dalam talam yang telah diketahui beratnya
(W2) dan keringkan dalam oven, dengan suhu (110  5°) C
sampai berat tetap.

20
7. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).

8. Hitunglah berat bahan kering tersebut ( W4 = W 3-W2 ).

7) PERHITUNGAN
(W1 - W3)
Prosentase bahan yang lolos saringan No. 200 = x100%
(W1 - W2)

21
METODE PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT

1) RUANG LINGKUP

Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini
Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan,
cara pengujian untuk menentukan persen gumpalan lempung dan
butir-butir mudah pecah dalam agregat.

2) ACUAN

SNI 03-4141-1996
ASTM C 142-90

3) MAKSUD
Gumpalan lempung dan
butir-butir mudah
pecah dalam agregat
Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
alam adalah Pecah Dalam Agregat dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
butir-butir agregat yang dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan gumpalan
mudah pecah dengan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat alam.
cara ditekan di antara
Ibu jari dan jari
telunjuk, setelah
agregat tersebut 4) PERALATAN
direndam dalam air
suling selama (24 ± 4) Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
jam;
1. Saringan terdiri dari
No. 20 (0,85 mm), No.16 (1,18 mm), No. 8 (2,36 mm), No. 4
(4,75 mm), 3/8" (9,50 mm), 3/4" (19,00 mm) dan 11/ 2" (38,10
Lempung mempunyai mm);
sifat kembang susut 2. Wadah tahan karat yang cukup untuk menebarkan benda uji,
yang tinggi, sehingga
dapat menyebabkan
sehingga dapat menyebar tipis pada dasar wadah;
kesalahan dalam 3. Timbangan untuk menentukan berat benda uji mempunyai
penentuan kadar air ketelitian ± 0,1% dari berat benda uji;
campuran beton. 4. oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)°C.

22
5) BENDA UJI
Benda uji agregat halus
adalah agregat yang Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dan harus
butirannya lolos sudah terlebih dahulu melalui pengujian, sesuai dengan SNI 03
saringan Nomor 4 (4,75 4142-1963, tentang pengujian jumlah bahan dalam agregat yang
mm) dan tertahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm)
Nomor 16 (1,18 mm)
dengan berat mininium
100 gram:
Tabel 1 - Ketentuan Berat Kering Minimum Benda Uji

Benda uji agregat kasar Berat Kering Minimum


Ukuran Agregat
adalah agregat yang Benda Uji
dipisahkan dalam No. 4 (4,75 mm) – 3/8” (9,50 mm) 1000
beberapa fraksi dengan
menggunakan saringan 3/8” (9,50 mm) – 3/4” (19,00 mm) 2000
Nomor 4 (4,75 mm), 3/4” (19,00 mm) – 1 ½” (38,10 mm) 3000
3/8" (9,50 mm), 3/4"
> 1 ½” (38,10 mm) 5000
(19,00 mm) dan 11 /2"
(38,10 mm) dengan
berat minimum sesuai Tabel 2 - Ukuran Saringan Untuk Penyaringan Basah
Tabel 1.
Berat Kering Minimum
Ukuran Agregat
Benda Uji
No. 16 (1,18 mm) - No. 4 (4,75 mm) No. 20 (0,85 mm)
No. 4 (4,75 mm) – 3/8” (9,50 mm) No. 8 (2,36 mm)
3/8” (9,50 mm) – 3/4” (19,00 mm) No. 4 (4,75 mm)
3/4” (19,00 mm) – 1 ½” (38,10 mm) No. 4 (4,75 mm)
> 1 ½” (38,10 mm) No. 4 (4,75 mm)

6) PROSEDUR

1. Timbang wadah tanpa benda uji;

2. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah, lalu


diratakan dalam bentuk tipis pada dasar wadah;

23
3. masukkan air suling ke dalam wadah, sehingga benda uji
cukup terendam dan biarkan selama (24 ± 4) jam;

4. pecahkan butir-butir yang mudah dipecah dengan jari-jari,


hingga menjadi halus. Cara memecahnya adalah dengan cara
menekan butiran antara ibu jari dan jari telunjuk, kuku jari tidak
digunakan untuk memecah butiran;

Penyaringan basah 5. pisahkan benda uji yang sudah pecah dari sisa benda uji yang
adalah penyaringan masih utuh dengan penyaringan basah di atas saringan
yang dilakukan dengan
cara, melewatkan dengan ukuran sesuai Tabel 2;
air di atas benda uji dan
mengguncangkan
saringan dengan
tangan, sehingga
semua benda uji di
bawah ukuran saringan
dengan mudah dapat
terpisahkan.

6. keluarkan butir-butir yang tertahan pada saringan dengan hati-


hati dan keringkan dalam oven pada suhu (110±5)°C sampai
mencapai berat tetap dan timbang sampai ketelitian ± 0,1 %;

24
7) PERHITUNGAN

Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:

1. Persen gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam


agregat

(W–R)
P= x 100 ……………………………. (1)
W

Keterangan :
P = Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
Agregat (%)
W = Berat benda uji (gram);
R = Berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing -
masing ukuran saringan setelah dilakukan penyaringan
basah (gram).

2. Untuk benda uji agregat kasar persen gumpalan lempung dan


butir-butir mudah pecah dihitung sebagai harga rata-rata dari
persen gumpalan lempung dan butirbutir mudah pecah untuk
masing-masing fraksi yang dikoreksi dengan berat benda uji
sesuai gradasi sebelum pemisahan;
3. Untuk agregat kasar yang bergradasi kurang dari 5%, nilai
persen gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah
disamakan dengan nilai persen fraksi di atas atau di bawahnya
yang mempunyai nilai terbesar.

25
PENGUJIAN KOTORAN ORGANIK
DALAM AGREGAT HALUS

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi pengujian kotoran organik dalam pasir alam
yang akan digunakan sebagai bahan campuran mortar atau beton.

2) ACUAN

SNI 03-2816-1992
AASHTO T-21
ASTM C 40-92

3) MAKSUD
Adanya bahan-bahan
organik di dalam beton, Pengujian ini bermaksud untuk menentukan adanya bahan organik
dapat menyebabkan
terjadinya pelapukan
dalam pasir alam dengan tujuan mengetahui batasan bahan
beton sehingga durabilitas organik di dalam agregat halus.
beton menjadi lebih
rendah

4) PERALATAN

1. Botol gelas berskala, tidak berwarna dan mempunyai tutup


dari karet atau gabus dan tahan terhadap larutan 3 % NaOH,
dengan isi sekitar 350 ml.
2. Larutan 3 % NaOH.
3. Standar warna (larutan K2Cr2O7 dalam asam sulfat pekat
dengan perbandingan 0,250 g/100ml) atau organik plate.

Bila agregat berupa 5) BENDA UJI


campuran dari agregat
halus dan agregat kasar, Benda uji adalah agregat halus yang diperoleh dari alat pemisah
agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 contoh atau cara perempat sebanyak + 1/3 volume botol.
bagian dengan saringan
No.4

26
6) PROSEDUR

1. Masukkan benda uji ke dalam botol kira-kira 1/3 nya.

Larutan NaOH 3% dibuat 2. Tambahkan larutan NaOH 3 % sampai kira-kira 2/3 isi botol,
dengan cara melarutkan
30 gram NaOH padat tutup botol lalu kocok kuat-kuat.
dalam air hingga
mencapai volume 1000
mL.

Batasan maksimum kadar 3. Biarkan selama kurang lebih 24 jam.


organik yang diijinkan
adalah sesuai dengan
warna standar No.3.

27
4. Bandingkan warna yang terjadi terhadap warna standar No. 3
atau organik plate.

7) PERHITUNGAN

Laporkan kotoran organik : lebih muda, sama atau lebih tua dari
warna standar no. 3.

28
PENGUJIAN AGREGAT KASAR UNTUK BETON
CARA UJI BUTIRAN PIPIH DAN PANJANG

1) RUANG LINGKUP

Pengujian ini dilakukan untuk memperkirakan butiran yang pipih


dan panjang di dalam agregat.

2) ACUAN

SNI 03-1765-1990

3) MAKSUD

Butiran pipih dan panjang, Maksud dari pengujian ini adalah memperoleh prosentase
mempunyai sifat mudah
patah, bidang gelincir
banyaknya butiran yang pipih dan panjang dalam sutau kumpulan
kecil dan luas bidang agregat, dengan membandingkan antara jumlah berat butiran yang
permukaan yang besar. pipih dan panjang dengan jumlah berat total butiran dalam satu
Sifat-sifat tersebut dapat
menyebabkan; kebutuhan atau lebih fraksi agregat.
air campuran yang lebih
besar, kesulitan
workabilitas beton dan
penurunan kekuatan tekan 4) PERALATAN
beton. Jumlah total
butiran pipih dan panjang
dalam agregat yang
1. Timbangan
diijinkan adalah sebesar 2. Wadah penampung
25%. 3. Oven
4. Saringan.
5. Jangka sorong.
6. Thickness gauge.

29
5) BENDA UJI

Siapkan agregat kasar sebanyak 200 butir untuk masing-masing


fraksi yang ada sesuai hasil pengujian analisis saringan, dalam
kondisi kering oven.

6) PROSEDUR

1. Timbang masing masing fraksi benda uji sesuai ketentuan


(W1).

2. Pisahkan tiap fraksi dalam wadah yang berbeda.

3. Untuk pemeriksaan butiran yang pipih, masukkan satu persatu


agregat sesuai ukurannya ke dalam celah yang sesuai dengan
ukuran agregat pada alat thickness gauge.

30
4. Pisahkan antara agregat yang lolos dan yang tertahan pada
alat thickness gauge.

5. Untuk pemeriksaan butiran yang panjang, ukur sisi panjang dan


sisi lebar butiran agregat dengan menggunakan jangka sorong.

lebar

panjang

tebal

6. Pisahkan antara butiran yang memiliki perbandingan panjang


dan lebar lebih dari 3:1 dengan butiran yang lain.

pipih panjang

7. Butiran yang lolos ke dalam celah alat thickness gauge sesuai


ukurannya/ memiliki ukuran lebar > 3 kali tebalnya , dapat
dikategorikan sebagai butiran yang pipih sedangkan butiran
yang bagian panjangnya lebih dari 3 kali bagian lebarnya dapat
dikategorikan sebagai butiran yang panjang.

31
8. Gabungkan butiran yang pipih dan panjang untuk tiap-tiap
fraksi timbang beratnya (W2).

9. Timbang berat butiran yang baik untuk tiap tipa fraksi (W3)

Untuk mendapatkan PERHITUNGAN


besarnya agregat yang
pipih dan panjang dalam
agregat kasar yang lebih P = [(W2 / W1)] x 100
dari satu fraksi, nilai P
yang diperoleh untuk tiap- Dimana :
tiap fraksi tadi dapat di
rata – ratakan atau P = Prosentase butiran yang pipih dan panjang untuk masing-
dikalikan dengan masing fraksi (%)
prosentasi gradasinya
untuk kemudian
W1 = Berat awal benda uji (gram)
dijumlahkan. W2 = Berat butiran yang pipih dan panjang (gram)

32
METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT
DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES

1) RUANG LINGKUP

Pemeriksaan ini dimaksudkaan untuk. menentukan ketahanan


agregat kasar terhadap keausan dengan memperqunakan mesin
Los Angeles.
Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat
bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula, dalam
persen

2) ACUAN

SNI 03-2417-1991
ASTM C 131-96
Keausan agregat kasar
untuk beton normal di
batasi maks. 40%, 3) MAKSUD
sedangkan untuk beton
mutu tinggi dibatasi maks.
20%. Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan
ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
Mesin terdiri dari silinder mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles.
baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter
71 cm (28") panjang dalam
50 cm (20"). Silinder 4) PERALATAN
bertumpupada dua poros
pendek yang tak menerus
dan berputar pada poros 1. Mesin Los Angeles, beserta bola-bola baja dengan diameter
mendatar. Silinder rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan berat masing masing antara 400
berlubang untuk gram sampai 440 gram;
memasukkan benda uji.
Penutup lubang terpasang 2. saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya;
rapat sehingga permukaan 3. timbangan, dengan ketelitian 5 gram;
dalam silinder tidak
terganggu. Dibagian
4. oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
dalam silinder terdapat memanaskan sampai (110±5)°C.
bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm
(3,56").

33
5) BENDA UJI

Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :

1. Gunakan saringan sesuai dengan gradasi yang akan


digunakan dan timbang berat benda uji sesuai dengan tabel di
bawah ini

2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110
± 5)°C. sampai berat tetap.

6) PROSEDUR

1. Contoh uji dan bola-bola baja sesuai gradasi benda uji yang
digunakan dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.

34
2. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500
putaran untuk gradasi A,B, C , dan D ; 1000 putaran untuk
gradasi E, F dan G.

3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan contoh uji dari tabung


Los Angeles, kemudian dengan saringan No. 12.

4. Butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya


dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110+5 )oC sampai berat
tetap, kemudian timbang beratnya.

7) PERHITUNGAN
Keausan dilaporkan
sebagai hasil rata-rata dari
dua pengujian yang
dinyatakan A - B
sebagai bilangan bulat KEAUSAN % = X 100
dalam persen.
A
Dimana :
A= Berat contoh uji semula ( gram)
B= Berat contoh uji tertahan saringan No. 12 ( gram)

35
PENGUJIAN KETAHANAN AGREGAT TERHADAP TEKANAN
(CRUSHING VALUE)

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan nilai kekerasan / ketahanan agregat


terhadap tekanan dari agregat kasar dalam kondisi kering.

2) ACUAN

SNI 03-1968-1990
B.S 812.

3) MAKSUD

Pengujian ini bermaksud untuk menentukan ketahanan agregat


kasar terhadap tekanan dengan memperqunakan mesin uji
universal (UTM) dengan tujuan mendapatkan perbandingan antara
berat bahan lewat saringan no. 7 terhadap berat semula (dalam
persen).

4) PERALATAN

1. Tongkat pemadat
2. Pelat baja sesuai ukuran silinder
3. Plunyer baja penekan
4. Pan
5. Saringan
6. Oven
7. Cetakan silinder baja
8. Timbangan
9. Mesin UTM
10. Mistar perata

5) BENDA UJI

Berat minimum benda uji untuk ukuran lolos saringan ½ “ dan


tertahan saringan 3/8 “ adalah 3000 gram (W1).

36
6) PROSEDUR

1. Bersihkan benda uji, cuci dan keringkan dalam oven pada suhu
(110+5)0C sampai berat tetap.

2. Pasang pelat baja sebagai alas silinder baja diatas landasan


tekan mesin UTM.

3. Masukkan contoh uji ke dalam silinder baja, bagi dalam tiga


lapis, dengan masing masing lapisan dipadatkan dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali.

37
4. Ratakan permukaan silinder baja dari kelebihan benda uji
dengan mistar perata, jaga jangan sampai ada benda uji yang
hilang selama proses pemadatan.
5. Timbang benda uji yang tersisa bila ada (W 2).

6. Pasang plunyer penekan di atas silinder baja.

Untuk mendapatkan
kecepatan pembebanan 7. Jalankan mesin tekan dengan kecepatan 4 ton per menit
yang konstan dapat
dilakukan dengan
sampai menekan sebesar 40 ton.
kecepatan 1 ton / 15 detik. 8. Lepaskan tekanan secara perlahan-lahan, keluarkan silinder
baja dari landasan penekan.

38
9. Keluarkan benda uji dari dalam cetakan silinder baja, jangan
sampai ada bagian yang hilang, saring dengan saringan No.
7.

10. Butiran yang tertahan diatas saringan No. 7 dicuci bersih,


selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu ( 1105 )0C
sampai berat tetap.

11. Timbang beratnya (W3).

7) PERHITUNGAN

(W1 – W2) - W3
Crushing Value % = X 100
(W1 – W2)

39
PENGUJIAN KADAR AIR
AGREGAT

1) RUANG LINGKUP

Pengujian kadar air dilakukan terhadap kandungan air yang ada dalam
agregat, baik di permukaan maupun di dalam pori agregat, menggunakan
oven pemanas

2) ACUAN

SNI 03-1971-1990

Pengujian kadar air 3) MAKSUD


dilakukan sebagai koreksi
kondisi agregat aktual
terhadap kondisi JKP Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat
(jenuh kering permukaan) dengan cara pengeringan.
yang dijadikan acuan
dalam perencanaan
campuran beton (mix
design). Sehingga 4) PERALATAN
pengujian ini harus selalu
dilakukan secara berkala 1. Timbangan
setiap saat, terutama 2. Oven
ketika terjadi peningkatan
temperatur di lapangan, 3. Talam logam tahan karat
atau terjadi perubahan
cuaca dari kering menjadi
basah atau sebaliknya.

5) BENDA UJI

Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimum


sesuai tabel

40
6) PROSEDUR

1. Timbang dan catatlah berat talam (W1).

2. Masukkan benda uji kedalam talam kemudian timbang dan


catatlah beratnya(W2).

3. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)

4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110
5°)C sampai beratnya tetap.

41
Kondisi berat tetap 5. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta
tercapai setelah dalam
selang waktu 5 menit
talam (W4) kemudian hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4
dilakukan dua kali - W1).
penimbangan terhadap
benda uji yang
dikeringkan, dan tidak ada
perubahan berat yang
7) PERHITUNGAN
lebih besar dari 2%.
Laporkan Kadar Air dalam persen dan dua angka dibelakang koma

( W3 – W5 )
Kadar air agregat adalah % Kadar Air Agregat = x 100
perbandingan antara berat W5
air yang dikandung Dimana :
agregat dengan berat
agregat dalam keadaan
kering. W3 = Berat benda uji semula dalam gram
W5 = Berat benda uji kering dalam gram

42
METODA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON
DI LABORATORIUM

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini mencakup cara pembuatan benda uji beton di


laboratorium sampai saat pengujian dilakukan dengan proporsi
sesuai rancang campur yang ditentukan, dimana ketelitian dalam
pengawasan bahan dan kondisi pengujian diperlukan, dan berlaku
untuk beton yang dipadatkan dengan cara penusukan atau
penggetaran.

2) ACUAN

SNI 03-2493-1991

3) MAKSUD

Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di


Laboratorium ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan oleh
tenaga laboratorium, sehingga mendapatkan benda uji di
laboratorium yang memenuhi syarat.

4) PERALATAN

1. Cetakan
2. Batang penusuk/Penggetar internal/Penggetar Eksternal,
3. Alat Uji Slump
4. Wadah Adukan / mesin pengaduk (mixer)
5. Ayakan
6. Alat Uji Kadar Udara
7. Timbangan
8. Pengaduk Beton
9. Palu karet
10. Sekop

43
5) BENDA UJI

Tidak ada benda uji khusus dalam pengujian ini.

6) PROSEDUR

1. Siapkan cetakan yang akan digunakan*.

2. Timbanglah masing-masing bahan sesuai dengan jumlah


bahan yang ditetapkan dari hasil rancang campur beton
(concrete mix design);

Untuk kemudahan kerja,


aduklah beton dalam
sebuah wadah yang
memiliki kapasitas 10%
melebihi dari adukan 3. Campurlah semua bahan yang telah ditimbang dengan
beton. menggunakan tangan atau mesin pengaduk (mixer)*;
44
Pengadukan dengan menggunakan mesin pengaduk (mixer)
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Jalankan mesin aduk terlebih dahulu kemudian dimasukkan
agregat kasar dan sejumlah air adukan, atau disesuaikan
dengan tipe mesin adukan.
2. Apabila digunakan bahan tambahan untuk beton, bahan
tersebut dicampurkan terlebih dahulu pada air adukan atau
disesuaikan dengan petunjuk penggunaan.
3. Tambahkan bahan agregat halus, semen, dan seluruh sisa air
adukan
4. Apabila penambahan bahan tersebut tidak dapat dilakukan
pada saat mesin aduk berjalan, maka mesin aduk dapat
dihentikan terlebih dahulu
5. Beton diaduk kembali setelah seluruh bahan masuk kedalam
tempat pengaduk (mixer) selama 3 menit
6. Hentikan mesin selama 3 menit dan selama berhenti dalam
pengadukan, tempat adukan (mixer) harus ditutup rapat
7. lanjutkan pengadukan kembali sampai rata betul selama 2
menit.
8. Lalu keluarkan campuran beton dari mesin pengaduk.
9. Setelah semua campuran beton dikeluarkan, bersihkan sisa-
sisa adukan yang masih menempel pada mesin pengaduk
(mixer);
10. Aduk kembali campuran beton dengan menggunakan sendok
aduk atau sekop sampai didapatkan adukan yang rata;

Pengadukan dengan Pengadukan dengan menggunakan tangan dilakukan dengan


tangan tidak boleh lebih langkah-langkah sebagai berikut :
dari 7 liter setiap
mengaduknya dan 1. Campurlah semen dengan bubuk bahan tambahan (apabila
dilakukan dengan berupa bubuk dan tidak larut dalam air) dan pasir tanpa air
menggunakan wadah yang
bersih dan kedap air yang
terlebih dahulu hingga didapatkan campuran yang rata.
telah dibasahi terlebih 2. Tambahkan agregat kasar dan diaduk tanpa air terlebih dahulu
dahulu serta sampai distribusi kerikil terlihat rata betul dan sempurna.
menggunakan sekop
sebagai alat pengaduk. 3. Selanjutnya air adukan yang telah dicampur dengan bahan
tambahan (bila digunakan berupa cairan) ditambahkan dan
diaduk sampai didapatkan adukan beton yang homogen dan
kekentalan yang sesuai dengan beton yang diinginkan

4. Setelah adukan rata dan homogen, lakukan pengujian slump,


bobot isi dan kadar udara (pelaksanaan masing-masing
pengujian, akan dibahas pada pembahasan tersendiri).
5. Setelah selesai pengujian slump, bobot isi dan kadar udara,
masukkan kembali campuran beton kedalam wadah adukan.
45
6. Aduk kembali dengan sendok aduk atau sekop sampai adukan
rata dan homogen.

7. Lakukan pencetakan benda uji*.

Persiapan cetakan Lakukan pencetakan benda uji dengan ketentuan sebagai berikut :
meliputi pembersihan
cetakan dari kotoran, lalu
1. Sekop atau sendok aduk diletakkan dibawah permukaan
beri lapisan oli bagian atas cetakan dimana adukan beton akan dituangkan.
secukupnya pada bagian 2. Masukkan adukan beton kedalam cetakan secara berlapis
dalam pemukaan cetakan.
sesuai dengan jenis benda uji

3. Padatkan beton dengan pemilihan metoda yang akan


digunakan berdasarkan nilai slump, jika :
a. Nilai slump > 75 mm, pemadatan dilakukan dengan cara
penusukan.
b. Nilai slump antara 25 mm dan 75 mm, pemadatan
dilakukan dengan cara penusukan atau penggetaran
internal.
c. Nilai slump < 25 mm, maka pemadatan dilakukan dengan
cara penggetaran.

Catatan :
Pemadatan dengan getaran internal jangan
dilakukan untuk contoh uji silinder dengan diameter
100 mm atau kurang, dan contoh uji prisma atau
balok dengan sisi 100 mm atau kurang.

46
4. Selanjutnya beton diratakan dengan menggunakan alat
penusuk terlebih dahulu untuk pemadatan awal. Pada lapisan
akhir, ditambahkan adukan beton sampai melebihi permukaan
cetakan agar tidak perlu penambahan kembali setelah beton
dipadatkan.

Tempatkan cetakan dekat


Pemadatan Dengan Cara Penusukan
dengan penyimpanan awal 1. Jika pemadatan dilakukan dengan penusukan maka diameter
dimana benda uji akan batang penusuk dan jumlah tusukan sebagai berikut :
disimpan selama 24 jam.
Apabila pencetakan benda
uji tidak dapat dikerjakan Diameter
dekat tempat Batang Jumlah Pemadatan
Jenis Benda Uji
penyimpanan awal, benda Penusuk Tiap Lapis
uji tersebut harus (mm)
dipindahkan segera Silinder dengan diameter (mm)
setelah dibentuk. Cetakan 50 – 150 10 25
ditempatkan pada tempat 150 18 25
yang permukaannya rata, 200 16 50
keras, bebas dari getaran 250 16 75
2
dan gangguan lainnya. Prisma dengan luas permukaan (cm )
Permukaan contoh uji 160 10 25
2
harus dihindari dari 165 – 310 16 1 x 7 cm luas permukaan
2
benturan, jungkitan dan 320 16 1 x 7 cm luas permukaan
goresan pada saat
pemindahan ke tempat
penyimpanan /perawatan. 2. Tusuklah lapisan yang paling bawah ditusuk hingga menembus
ketebalannya.
3. Penusukkan dilakukan secara merata pada penampang
permukaan cetakan
4. Untuk setiap lapisan atas, batang penusuk dibiarkan menembus
sedalam 12 mm (untuk lapisan setebal 100 mm) atau 25 mm
(untuk lapisan setebal > 100 mm) kedalam lapisan dibawahnya.
5. Setelah selesai penusukan (pada masing-masing lapisan),
bagian luar dipukul-pukul secara ringan dengan palu karet agar
lubang udara tertutup.
6. Setelah seluruh lapisan ditusuk, permukaan cetakan diratakan
dengan alat perata hingga permukaan benda uji licin dan rata.

Pemadatan Dengan Cara Penggetaran


1. Lamanya penggetaran tergantung pada tingkat kemudahan
pengerjaan beton dan efektifitas dari alat getar. (Pada
umumnya penggetaran cukup dilakukan sampai permukaan
beton menjadi licin).
2. Penggetaran dilakukan terus menerus pada setiap lapis sampai
diperoleh beton yang cukup padat.
3. Penggetaran yang berlebihan akan menyebabkan pemisahan
agregat dan pasta semen.
4. Semua beton dituangkan kedalam setiap lapisan cetakan
sebelum penggetaran dilakukan.
5. Khusus untuk pencetakkan benda uji berbentuk silinder,
gunakan tiga sisipan penggetar pada titik yang berbeda untuk
setiap lapisan.
6. Biarkan penggetar menembus melalui lapisan yang sedang
digetar, dan kedalam lapisan dibawahnya.
7. Setelah masing-masing lapisan digetar, pukul bagian luar
cetakan sebanyak 10 sampai 15 kali dengan palu/pemukul.
8. Permukaan dilicinkan selama penggetaran, jika digunakan alat
getar eksternal (meja getar) atau sesudah penggetaran jika
digunakan alat penggetar internal.
47
9. Setelah selesai pencetakan, tutuplah benda uji dengan bahan
yang tidak mudah menyerap air, tidak reaktif dan mudah
digunakan tetapi juga harus dapat menjaga kelembaban
sampai saat contoh uji dilepas dari cetakan.

10. Lepaslah benda uji dari cetakan setelah 20 jam dan jangan lebih
dari 48 jam setelah pencetakan.
11. Lakukan perawatan benda uji sampai saat dilakukan pengujian.

Perawatan Benda Uji


1. Permukaan cetakan bagian luar harus dijaga jangan sampai
berhubungan langsung dengan air selama 24 jam pertama
setelah beton dicetak, sebab dapat merubah air dalam adukan
dan menyebabkan rusaknya benda uji.
2. Rendamlah seluruh benda uji dalam air yang mempunyai suhu
23 ± 2oC mulai pelepasan dari cetakan hingga saat pengujian
dilakukan.
3. Ruang penyimpanan harus bebas dari getaran terutama pada
waktu 48 jam pertama setelah benda uji disimpan.
4. Perawatan benda uji dapat juga dilakukan dengan cara
merendam didalam air yang jenuh kapur atau disimpan didalam
ruang lembab atau dalam lemari lembab.
5. Benda uji harus dijaga dari tetesan air atau aliran air dari luar.
6. Khusus benda uji untuk kuat lentur, minimum 24 jam sebelum
diuji harus direndam dahulu dalam air yang jenuh kapur dengan
suhu 23 ± 2oC.Setelah itu keluarkan benda uji dari tempat
perendaman beberapa saat sebelum dilakukan pengujian agar
permukaannya cukup kering terlebih dahulu.

7) PERHITUNGAN

Tidak ada perhitungan khusus dalam pekerjaan ini.

48
PENGUJIAN KEHALUSAN
SEMEN PORTLAND

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan kehalusan semen di laboratorium.

2) ACUAN

SNI 15-2530-1991

Pengujian kehalusan 3) MAKSUD


semen dilakukan untuk
menjamin kualitas semen
yang akan digunakan Pengujian ini bermaksud menentukan kehalusan semen portland,
dalam campuran beton. dengan menggunakan saringan No. 100 dan No.200.
Kehalusan semen yang
baik diperoleh apabila
ketika dilakukan
penyaringan seluruh 4) PERALATAN
material semen lolos pada
saringan No. 100 dan
maksimum 10% tertahan 1. Saringan No. 100 dan No. 200
pada saringan No. 200. 2. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
3. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai
dengan keperluan ini.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

5) BENDA UJI

Semen Portland sebanyak + 50 gram

49
6) PROSEDUR

1. Masukkan benda uji semen ke dalam saringan No. 100 yang


terletak di atas saringan No. 200 dan dipasang pan di
bawahnya .

Pekerjaan ini dilakukan


antara 3 sampai 4 menit
2. Goyangkan saringan sedemikian rupa secara perlahan-lahan,
dengan kecepatan sehingga bagian benda uji yang tertahan kelihatan bebas dari
gerakan kira-kira 150 kali partikel-partikel halus.
per menit. Lakukan
pekerjaan ini di atas kertas
putih, bila terdapat partikel
yang keluar atau terapung
di atas kertas segera
kembailan ke dalam
saringan. Penyaringan
dihentikan apabila benda
uji yang lolos saringan
tidak lebih dari 0,05 gram
selama 1 menit.

3. Tutuplah saringan dan lepaskan pan, ketok saringan


perlahan-lahan dengan tangkai kuas sampai abu yang
menempel terlepas dari saringan.

50
4. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas,
kosongkan dan bersihkan pan, kemudian pasang kembali.
Gunakan kain atau tissue 5. Ambil tutup saringan dengan hati-hati, apabila ada partikel
kering untuk pada tutup saringan, kembalikan ke dalam saringan, lalu
membersihkan pan. lanjutkan penyaringan dengan cara menggoyang-goyangkan
Lakukan penyaringan saringan secara perlahan selama 9 menit.
dengan kecepatan
gerakan kira-kira 150 kali
per menit. Lakukan
pekerjaan ini di atas kertas
putih, bila terdapat partikel
yang keluar atau terapung
di atas kertas segera
kembailan ke dalam
saringan. Penyaringan
dihentikan apabila benda
uji yang lolos saringan
tidak lebih dari 0,05 gram
selama 1 menit.

6. Tutuplah saringan, lanjutkan kembali penyaringan selama 1


menit dengan cara menggerakkan saringan ke depan dan ke
belakang dengan posisi sedikit miring, setiap 25 kali gerakan
putar saringan kira-kira 60˚.

7. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing


saringan, lalu hitung dan nyatakan dalam persen terhadap
berat contoh awal.
51
7) PERHITUNGAN

A
% Kehalusan = x 100
B

dimana :
A : Berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan (gram)
B : Berat contoh uji awal (gram)

52
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan berat jenis semen di laboratorium

2) ACUAN

SNI 15-2531-1991

3) MAKSUD
Berat jenis semen
portland tipe I umumnya
adalah 3,15. Perhitungan Pengujian ini bermaksud menentukan berat jenis semen portland,
berat jenis ini digunakan berat jenis semen adalah perbandingan antara berat semen pada
sebagai dasar dalam
perhitungan komposisi
suhu kamar dengan berat kerosin atau Naptha yang mempunyai
semen campuran beton berat jenis 62 API.
dengan dasar berat.

4) PERALATAN

1. Botol Le Chatelier
2. Termometer
3. Corong, pipet, kertas tissue, wadah
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
5. Kerosin bebas air atau Naptha dengan BJ 62 API
6. Alat bantu lainnya.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

53
5) BENDA UJI

Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen


portland (PC) sebanyak + 64 g

6) PROSEDUR

1. Isi botol le chatelier dengan kerosin atau naptha sampai skala


antara 0 – 1, keringkan bagian dalam botol di atas permukaan
cairan .

Suhu konstan di peroleh 2. masukkan botol yang beirisi cairan ke dalam bak air, biarkan
apabila variasi suhu cairan sampai diperoleh suhu yang konstan. Kemudian baca skala
dalam botol dengan suhu
air < 0,2 °C. pada botol (V1).

54
Gunakan peralatan bantu 3. Masukkan benda uji semen ke dalam botol sedikit-demi
seperti corong dan lidi
atau kawat, untuk sedikit, jaga agar agar tidak ada benda uji yang menempel
menghindari pada dinding botol di atas permukaan cairan.
menempelnya benda uji
pada dinding botol.

Biasanya diperlukan 4. setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan
waktu + 20 menit, untuk
menghilangkan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara
gelembung-gelembung tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
udara yang terperangkap
di dalam botol.

5. masukkan kembali botol ke dalam bak air, biarkan sampai


diperoleh suhu konstan. Kemudian baca skala pada botol
(V2)

55
7) PERHITUNGAN

Berat semen
Berat jenis semen = xd
( V2 – V1 )

dimana :
V1 : Pembacaan pada skala pertama
V2 : Pembacaan pada skala kedua
d : Berat jenis air

56
PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL
SEMEN PORTLAND

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan konsistensi normal semen di


laboratorium.

2) ACUAN

SNI 03-6826-2002

Konsistensi normal 3) MAKSUD


didefinisikan sebagai
tingkat kebasahan atau
tingkat kelecakan semen Pengujian ini bermaksud menentukan konsistensi normal semen
portland ketika
ditambahkan air yang
portland, dengan alat Vicat.
apabila diuji dengan alat
vicat, dicapai penurunan
sebesar 10+1 mm.
Bayaknya air yang 4) PERALATAN
dibutuhkan untuk
mencapai nilai konsistensi 1. Satu set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat, jarum besar dan
normal sama dengan
banyaknya air yang cincin konik
diperlukan semen dalam 2. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
proses hidrasi.
ketelitian 0,1% dari berat contoh
3. Gelas kimia
4. Sendok perata
5. Mixer pengaduk
6. Stopwatch

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

5) BENDA UJI

1. Semen Portland sebanyak 300 gram


2. Air suling

57
6) PROSEDUR

Kebutuhan air pengaduk 1. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam
pada umumnya berkisar mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik.
antara 24% sampai 28%
dari berat semen

2. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5


rpm) selama 30 detik.

58
3. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel di pinggir mangkuk.

4. Jalankan kembali pengadukan dengan kecepatan sedang (285


+ 10 rpm), selama 60 detik.

5. Hentikan pengadukan, keluarkan pasta dari dalam mangkuk,


bentuklah pasta menyerupai bola dengan tangan, kemudian
lemparkan dari satu ke tangan lainnya selama 6 kali dengan
jarak lemparan 15 cm.

59
6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, masukkan ke dalam
cincin konik yang terletak di atas permukaan pelat kaca melalui
lubang besar cincin hingga terisi penuh.

7. Ratakan kelebihan pasta pada permukaan cincin, letakkan


pelat kaca di atasnya, balikkan cincin lalu ratakan kembali
permukaan atasnya.

Berat bagian alat Vicat 8. Letakkan cincin di bawah jarum besar Vicat dan kontakkan
yang jatuh bebas haruslah jarum tepat di atas permukaan pasta.
seberat 300 + 0,5 gram,
terdiri dari batang alat
Vicat, jarum besar dan

60
penunjuk ukuran. Pada
saat mengontakkan jarum
besar tepat di atas
permukaan pasta,
pastikan bahwa jarum
penunjuk berada pada
posisi nol.

9. Longgarkan baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum


turun secara bebas dan catat penurunan yang diperoleh
setelah waktu penurunan 30 detik.
10. Ulangi pengujian konsistensi dari langkah awal, sampai
diperoleh penurunan sebesar 10 + 1 mm setelah 30 detik.

Buatlah grafik penurunan 7) PERHITUNGAN


yang terjadi terhadap
prosentase penggunaan
air (dari tiga atau lebih
pengujian yang dilakukan Berat Air
berurutan), lalu plotkan Konsistensi = x 100
nilai nilai yang didapatkan.
Prosentase air yang Berat benda uji
dibutuhkan untuk
mencapai konsistensi
normal diperoleh pada
penurunan 10 + 1 mm.
Grafik Konsistensi Normal Semen Portland

30

25
Penurunan (mm)

20

15

10

0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
Prosentase Air (%)

61
PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN
SEMEN PORTLAND

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan pengikatan awal semen di


laboratorium, pengikatan awal adalah suatu kondisi dimana semen
mulai melakukan proses hidrasi dengan air.

Waktu pengikatan awal 2) ACUAN


adalah waktu dimana
semen mulai bereaksi
secara hidrolis dengan air. SNI 03-6827-2002
Pengujian pengikatan awal
diperlukan sebagai acuan
waktu pelaksanaan
pembuatan campuran 3) MAKSUD
beton hingga pada saat
penuangan campuran ke
dalam cetakan, dimana
Pengujian ini bermaksud menentukan waktu pengikatan awal
waktu yang dibutuhkan semen portland.
sampai keseluruhan
proses tersebut selesai,
tidak boleh melebihi dari
waktu pengikatan awal. 4) PERALATAN

1. Satu set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat, jarum kecil dan
cincin konik
2. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
3. Gelas kimia
4. Sendok perata
5. Mixer pengaduk
6. Stopwatch
7. Thermometer beton
8. Moist cabinet

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

62
5) BENDA UJI
Kebutuhan air suling yang
digunakan sama dengan
kebutuhan air suling pada
1. Semen Portland sebanyak 300 gram
penentuan konsistensi 2. Air suling
normal untuk penurunan
10 + 1 mm.

6) PROSEDUR

1. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam


mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik.

63
2. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5
rpm) selama 30 detik.

3. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu bersihkan


pasta yang menempel di pinggir mangkuk.

4. Jalankan kembali pengadukan dengan kecepatan sedang (285


+ 10 rpm), selama 60 detik.

64
5. Hentikan pengadukan, keluarkan pasta dari dalam mangkuk,
bentuklah pasta menyerupai bola dengan tangan, kemudian
lemparkan dari satu ke tangan lainnya selama 6 kali dengan
jarak lemparan 15 cm.

Berat bagian alat Vicat


yang jatuh bebas haruslah
seberat 300 + 0,5 gram,
terdiri dari batang alat
Vicat, jarum besar dan
penunjuk ukuran. Pada
saat mengontakkan jarum
besar tepat di atas
permukaan pasta,
pastikan bahwa jarum
penunjuk berada pada
posisi nol.

6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, masukkan ke dalam


cincin konik yang terletak di atas permukaan pelat kaca melalui
Buatlah grafik penurunan lubang besar cincin hingga terisi penuh.
yang terjadi terhadap
waktu pengamatan, lalu
plotkan nilai nilai yang
didapatkan.
Waktu pengikatan awal
tercapai pada saat
penurunan 25 mm dan
waktu pengikatan akhir
tercapat pada saat
penurunan yang terjadi
sebesar 0 mm.

7. Ratakan kelebihan pasta pada permukaan cincin, letakkan


pelat kaca di atasnya, balikkan cincin lalu ratakan kembali
permukaan atasnya.

65
8. Letakkan cincin konik yang berisi pasta tersebut di dalam suatu
moist cabinet selama 30 menit, letakkan thermometer beton di
atas permukaan pasta.

9. Keluarkan cincin dari dalam moist cabinet, lepaskan


thermometer can catat suhunya, letakkan cincin di bawah jarum
kecil Vicat dan kontakkan jarum tepat di atas permukaan pasta.

10. Longgarkan baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum
turun secara bebas dan catat penurunan yang diperoleh
setelah waktu penurunan 30 detik.

66
11. Pengujian pengikatan awal dilakukan terus menerus dalam
interval waktu menjatuhkan jarum setiap 15 menit sampai
diperoleh penurunan sebesar 25 mm setelah 30 detik.
Lanjutkan kembali pengujian sampai diperoleh penurunan
sebesar 0 mm setelah 30 detik

7) PERHITUNGAN

Waktu pengikatan diperoleh pada saat penurunan jarum sebesar


25 mm.

Grafik Waktu Pengikatan Semen Portland

60

50
Penurunan (mm)

40

30
25
20

10

0
45 60 75 90 105 120 135
Waktu Penurunan (m enit)

67
PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR
SEMEN PORTLAND

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi pembuatan dan pengujian kekuatan tekan


mortar semen menggunakan contoh uji kubus mortar dengan
ukuran 5 x 5 x 5 cm.

2) ACUAN

SNI 03-6825-2002

Pengujian kekuatan tekan


mortar dilakukan untuk
3) MAKSUD
menjamin kualitas semen
atau air pencampur yang Pengujian ini bermaksud menentukan kekuatan tekan mortar
akan digunakan. Apabila
air yang digunakan untuk semen portland.
campuran beton dianggap
meragukan, maka salah
satu pengujian yang
dilakukan adalah melalui 4) PERALATAN
pengujian kekuatan tekan
mortar ini.
1. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
2. Gelas ukur dengan ketelitian 2 mL
3. Mixer pengaduk sesuai dengan spesifikasi ASTM C 305-65
4. Meja leleh (flow table) beserta cetakannya
5. Sendok perata
6. Jangka sorong
7. Stopwatch
8. Cetakan kubus mortar ukuran 5 x 5 x 5 cm, beserta
pemadatnya
9. Mesin uji kuat tekan dengan ketelitian pembacaan 0,1%

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

68
5) BENDA UJI

1. Pasir Ottawa sebanyak 1375 gram


2. Air suling sesuai dengan FAS yang digunakan
3. Semen portland sebanyak 500 gram

6) PROSEDUR

Komposisi bahan yang


1. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke
digunakan untuk membuat dalam mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik.
campuran kira-kira 1
bagian semen : 2,75
bagian pasir, dengan FAS
kira-kira sebesar 0,485
untuk semen portland.

2. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5


rpm) selama 30 detik. Dalam masa pengadukan tersebut,
masukkan pasir Ottawa secara perlahan-lahan sambil tetap
menjalankan mesin pengaduk

69
3. Hentikan mesin pengaduk, diamkan selama 15 detik, bersihkan
mortar yang menempel pada pinggir mangkuk.

4. Jalankan kembali pengadukan dengan kecepatan sedang (285


+ 10 rpm), selama 60 detik.

apabila nilai leleh yang 5. Hentikan pengadukan, kemudian lakukan percobaan leleh
ditentukan belum tercapai
(110+ 5 mm), ulangi mortar dengan cara mengisikan campuran mortar ke dalam
pekerjaan pembuatan cetakan leleh yang terletak di atas meja leleh. Isi cetakan
campuran dari langkah dalam dua lapis, dimana masing-masing lapisan dipadatkan
pertama dengan merubah
jumlah air. sebanyak 20 kali, ratakan permukaan cetakan, diamkan
selama 60 detik kemudian angkat tegak lurus secara perlahan-
lahan .

70
6. Segera setelah cetakan diangkat, jatuhkan meja leleh dengan
ketinggian jatuh 13 mm, 25 kali dalam 15 detik. Ukur nilai leleh
menggunakan jangka sorong dengan cara mengukur pada
empat garis diameter mortar, lalu ambil nilai rata-ratanya.

7. Segera setelah dilakukan pengujian leleh, masukkan kembali


campuran mortar ke dalam mangkuk pengaduk, lalu aduk
kembali campuran pada kecepatan sedang selama 15 detik.

8. Hentikan pengadukan, masukkan mortar ke dalam cetakan


kubus mortar dalam 2 lapis, masing-masing lapisan ditumbuk
sebanyak 32 kali dalam 4 putaran selama + 10 detik.

71
9. Setelah cetakan terisi penuh seluruhnya, ratakan permukaan
atas cetakan kemudian simpan cetakan dalam suatu ruangan
atau wadah yang lembab selama 24 jam.

10. Setelah 24 jam, bukalah cetakan kemudian rawat benda uji


kubus mortar dengan cara perendaman atau cara perawatan
lain sampai umur pengujian kekuatan tekan yang akan
dilakukan.

11. Lakukan pengujian kekuatan tekan mortar pada umur yang


telah ditentukan, lalu catat dan hitung hasil kekuatan tekan
yang diperoleh.

7) PERHITUNGAN

Beban maksimum
Kekuatan tekan mortar = (kg/cm2)
Luas permukaan tekan

72
PENGUJIAN SLUMP BETON

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton segar baik
dilaboratorium maupun di lapangan

2) ACUAN

SNI 03-1972-1990
ASTM C 143

3) MAKSUD

Pengujian ini dilakukan


Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui nilai penurunan yang
untuk mengetahui terjadi setelah cetakan diangkat untuk mengetahui workabilitas
kualitas mutu beton beton.
segar. Nilai slump yang
diperoleh
merepresentasikan
komposisi campuran 4) PERALATAN
beton yang
direncanakan. 1. Lap kain basah
Perubahan nilai slump 2. Papan dengan permukaan rata
yang tidak sesuai
dengan perencanaan
3. Sendok semen
pada saat beton 4. Tongkat penusuk
dituangkan 5. Cerucut Abrams
memberikan indikasi 6. Penggaris besi
terjadinya perubahan
komposisi campuran
beton yang dapat Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di
mempengaruhi bawah ini
kekuatan beton itu
sendiri.

5) BENDA UJI

Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah benda uji
yang diambil dari setiap 1 kali campuran beton segar

73
6) PROSEDUR

Cara kerja pengujian slump beton dapat dilihat dari Poin 1 sampai
poin 6

Cetakan harus ditahan 1. Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab,
secara kokoh di tempat tidak menyerap air dan kaku.
selama pengisian, oleh
operator yang berdiri di
atas bagian injakan

Untuk lapisan bawah ini 2. Isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari
akan membutuhkan volume cetakan.
penusukan secara
miring dan membuat
sekira setengah dari
jumlah tusukan dekat
ke batas pinggir
cetakan

Hindari batang penusuk


mengenai pelat dasar
3. Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan
cetakan. Padatkan batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas
lapisan kedua dan permukaan setiap lapisan, dan kemudian lanjutkan penusukan
lapisan atas seluruhnya vertikal secara spiral pada seputar pusat permukaan.
hingga kedalamannya,
sehingga penusukan
menembus batas
lapisan di bawahnya.

74
Dalam pengisian dan
pemadatan lapisan
atas, lebihkan adukan
beton di atas cetakan
sebelum pemadatan
dimulai. Bila
pemadatan
menghasilkan beton
turun dibawah ujung
atas cetakan,
tambahkan adukan
beton untuk tetap
menjaga adanya
kelebihan beton pada
bagian atas dari
cetakan. 4. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan
beton pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan
batang penusuk di atasnya.

Selesaikan seluruh 5. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat
pekerjaan pengujian
dari awal pengisian dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan
hingga pelepasan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral
cetakan tanpa atau torsional.
gangguan, dalam waktu
tidak lebih dari 2 ½
menit

6. ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal


antara bagian atas cetakan dan bagian pusat permukaan atas
beton.

7) PERHITUNGAN

Bila terjadi keruntuhan Nilai Slump = Tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi
atau keruntuhan geser penurunan
beton pada satu sisi
atau sebagian massa,
abaikan pengujian
tersebut dan buat
pengujian baru dengan
porsi lain dari contoh.

75
PENGUJIAN BOBOT ISI BETON SEGAR

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan bobot isi dari campuran beton
segar.

2) ACUAN

AASHTO T 121
ASTM C 138-92

3) MAKSUD & TUJUAN

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui bobot isi beton


segar. Bobot isi beton segar menggambarkan jumlah total berat
komposisi campuran bahan yang digunakan dalam perencanaan
campuran.

4) PERALATAN
Semua peralatan yang
digunakan dalam
kondisi lembab (Basah
1. Timbangan
permukaan) 2. Batang penusuk/Penggetar internal
3. Wadah ukur
4. Pelat perata
5. Palu karet
6. Sendok beton
7. Lap kain basah

76
5) PROSEDUR

1. Basahi permukaan wadah ukur dengan lap kain basah;

2. Timbang wadah ukur (dalam keadan kosong), catat hasil


pembacaan;

77
Pemilihan metode 3. Masukkan campuran beton segar ke dalam bejana secara
pemadatan berlapis;
berdasarkan nilai
slump:
 Nilai slump > 75 mm,
pemadatan dilakukan
dengan cara
penusukan.
 Nilai slump antara 25
mm dan 75 mm,
pemadatan dilakukan
dengan cara
penusukan atau
penggetaran internal.
 Nilai slump < 25 mm,
maka pemadatan
dilakukan dengan
cara penggetaran.

4. Setiap lapisan dipadatkan dengan batang penusuk/vibrator;

5. Ketuklah sisi luar wadah ukur dengan palu karet sebanyak 10 –


Pemadatan Dengan
Cara Penusukan
15 kali pada setiap lapisan setelah dipadatkan;
 Pemadatan dengan
metode penusukan
dilkukan dengan
mengisi beton kedalam
wadah ukur dalam tiga
lapis dengan volume
yang sama pada setiap
lapis. Jumlah tusukan
setiap lapisnya
sebanyak :
 25 tusukan, untuk
volume wadah ukur
14 liter atau lebih
kecil.
 50 tusukan, untuk
volume wadah ukur 6. Setelah wadah ukur terisi penuh, ratakan permukaan
28 liter
 Atau satu tusukan
permukaan beton sampai batas atas wadah ukur dengan
untuk setiap 20 cm2 menggunakan pelat perata hingga benar-benar rata dan mulus;
dari permukaan
untuk wadah ukur 7. Bersihkan semua kelebihan beton yang terdapat pada bagian
yang lebih besar. luar wadah ukur;

78
 Tusukan lapisan
bawah tidak boleh
menyentuh wadah ukur
bagian bawah.
Penusukan dilakukan
secara merata di atas
penampang melintang
wadah ukur dan untuk
dua lapis di atasnya,
tusukan menembus
lapisan di bawahnya
sedalam 25 mm.

8. Timbang wadah ukur beserta beton dan catat pembacaan;

Pemadatan Dengan
Cara Penggetaran 6) PERHITUNGAN
 Wadah ukur diisi
dalam dua lapis yang  Hitung Bobot isi dengan rumus sebagai berikut :
sama.
 Masukkan alat Mc  Mm
penggetar pada tiga D
tempat yang berbeda di Vm
setiap lapis.
 Untuk pemadatan Keterangan :
lapis bawah, alat
penggetar diusahakan D = bobot isi beton, kg/m3
tidak mengenai bagian Mc = berat wadah ukur yang diisi beton, kg
bawah wadah ukur. Mm = berat wadah ukur, kg
Dalam pemadatan lapis
terakhir, alat penggetar
Vm = volume wadah ukur, m3
harus menembus
setiap lapis yang di  Selain mengetahui nilai bobot isi, pengujian ini juga dapat
bawahnya kira-kira 25 mengetahui nilai :
mm. a. Volume produksi campuran, dengan rumus sebagai berikut :
 Alat penggetar
harus ditarik secara
hati-hati agar tidak ada M
udara yang Y
terperangkap dalam D
beton. Keterangan :
D adalah bobot isi beton, kg/m3
M adalah berat total material dalam campuran, kg
Y adalah volume produksi campuran, m3

b. Volume produksi campuran relatif, dengan rumus sebagai


berikut :
Y
Ry 
Yd
Biasanya, penggunaan
penggetar dilakukan Keterangan :
sampai permukaan
beton menjadi relatif Ry = perbandingan volume produksi campuran relatif
mulus. Y = volume produksi campuran, m3
Yd = volume beton yang dirancang untuk diproduksi, m3

79
Nilai Ry yang lebih besar dari 1,00 menunjukkan suatu
kelebihan beton yang diproduksi sedangkan untuk nilai yang
lebih kecil menunjukkan campuran kurang dari volume
desain.

Penggetaran berlebih c. Kadar semen, dengan rumus sebagai berikut :


mungkin menyebabkan
segregasi dan Cb
kehilangan kuantitas
C
Y
udara yang
terperangkap.
Keterangan :
C = kadar semen aktual, kg/m3
Cb = berat semen dalam campuran, kg
Y = volume produksi campuran, m3

d. Kadar udara, dengan rumus sebagai berikut :

 T D
A  x 100
 T 
atau

 Y  V
A  x 100
 Y 

Keterangan :
A = kadar udara dalam beton (%)
D = bobot isi beton, kg/m3
T = berat isi teoritis beton, kg/m3
Y = volume produksi campuran, m3
V = volume absolut total, m3

80
PENGUJIAN KADAR UDARA
DALAM BETON SEGAR

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan nilai kandungan udara dalam beton
segar untuk pengujian laboratorium dan lapangan.

2) ACUAN

SNI 03-3418-1994
AASHTO T-152-01

3) MAKSUD & TUJUAN

Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui nilai penurunan yang


terjadi akibat pemberian tekanan udara pada beton segar dengan
tujuan untuk mengetahui kandungan udara.

4) PERALATAN

1. Air meters (type B)


 Bejana
 Tutup bejana
 Alat ukur tekanan udara
2. Sendok baja
3. Tongkat penusuk/vibrator
4. Palu karet
5. Selang air
6. Gelas ukur
7. Kaca
8. Pelat perata
9. Timbangan

Lakukan tahapan 1.a


sampai 2 atau 3 kali,
kemudian diambil nilai
rata-ratanya.

81
5) PROSEDUR
Lakukan tahapan 1.b 1. Sebelum digunakan, peralatan harus dikalibrasi yang meliputi :
sampai 2 atau 3 kali,
bila tidak tepat maka a. Volume bejana;
lakukan penyetelan  Timbang bejana kosong = W1;
sampai jarum  Isi bejana dengan air sampai penuh dan ratakan
menunjukkan angka 0
permukaannya dengan kaca;
(nol).
 Timbang bejana dan air = W2;
Jika perbandingan  Hitung volume bejana [(W2-W1)/BJ air];
skala sesuai, maka
skala pembacaan kadar b. Tekanan awal dari alat ukur tekanan udara;
udara benar dan bila
tidak dilakukan  Isi bejana dengan air;
pengaturan kembali.  Pasang tutup bejana;
 Tutup semua kran dan kencangkan tutup bejana dengan
memutar baut untuk menghindari kebocoran;
 Ruang udara diberi tekanan dengan pompa sedikit lebih
tinggi dari angka 0 (nol); Setelah 5 detik, buka kran
pengatur udara hingga jarum penunjuk tekanan tetap pada
titik skala tekanan awal;
 Buka katup udara dan periksa apakah alat pengukur
tekanan awal tepat menunjukkan angka 0 (nol);

c. Skala pembacaan dari alat ukur tekanan udara;


 Lakukan prosedur seperti pada butir b);
 Ambil air dari bejana dan nyatakan jumlah air dalam
persen dari kapasitas bejana;
 Ulangi prosedur seperti butir 2) kemudian bandingkan
persen air yang diambil dengan skala pembacaan kadar
udara;

2. Tahapan pengujian kandungan udara beton segar, sebagai


berikut :

25 x

3 lapis

a. Masukkan campuran beton segar ke dalam bejana dengan


3 lapis yang kira-kira sama tebalnya. Padatkan setiap
lapisan dengan ditusuk secara merata sebanyak 25 kali.

82
10 x

b. Setelah dipadatkan pada masing-masing lapisan, ketuklah


bagian luar sisi bejana dengan palu karet sebanyak 10 kali
dan ratakan bagian permukaannya, lalu pasang penutup
bejana.

c. Kencangkan tutup bejana dengan memutar baut untuk


menghindari kebocoran;

d. Beri tekanan udara dengan pompa, setelah 5 (lima) detik


buka kran pengatur pelan-pelan;

83
e. Baca dan catat angka yang terlihat pada jarum penunjuk,
angka tersebut adalah nilai kandungan udara sebelum
koreksi (A1);
f. Angka pembacaan tersebut adalah nilai kandungan udara
beton segar (A1).

3. Tahap pengujian bahan agregat, sebagai berikut :

a. Timbang agregat halus dan agregat kasar seberat Fs dan Cs


dalam keadaan kering permukaan (SSD);

Air

b. Rendam masing-masing selama 5 (lima) menit lalu


masukkan dalam bejana yang telah diisi air sepertiga
volume bejana; Masukkan agregat seberat Fs dan Cs ke
dalam bejana sedikit demi sedikit agar semua agregat
terbenam dalam air;

c. Hilangkan gelembung udara yang ada dengan cara bagian


sisi luar bejana diketuk pelan-pelan dengan alat pemukul
kayu atau karet;

84
d. Bila agregat sudah masuk bejana semua, lalu pasang tutup
bejana dan kencangkan dengan memutar baut untuk
menghindari kebocoran;

e. Beri tekanan udara dengan pompa, setelah 5 (lima) detik


buka kran pengatur pelan-pelan dan baca angka pada alat
ukur tekanan udara tersebut;
f. Angka pembacaan tersebut adalah nilai kadar udara
agregat (G).

6) PERHITUNGAN

 Faktor koreksi agregat, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk agregat halus :

S
FS  xFb
B

Untuk agregat kasar :

S
CS  xCb
B
Keterangan :
FS = berat agregat halus setelah dikoreksi (kg)
CS = berat agregat kasar setelah dikoreksi (kg)
S = volume contoh beton segar dalam bejana (lt) (= volume
bejana)

85
B = volume satu campuran beton segar (lt)
Fb = berat agregat halus untuk satu campuran (kg)
Cb = berat agregat kasar untuk satu campuran (kg)

 Hitung kandungan kadar udara beton segar terkoreksi dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

A=A1-G.

Keterangan :
A = kandungan kadar udara beton segar terkoreksi (%)
A1 = nilai kandungan udara beton segar (%)
G = nilai kadar udara agregat (%)

86
PEMBUATAN KAPING UNTUK BENDA UJI
SILINDER BETON

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi pembuatan kaping untuk benda uji silinder beton
yang terbuatdari campuran belerang dan fly ash.

2) ACUAN

SNI 03-6429-2000
ASTM C 617-94

3) MAKSUD

Salah satu faktor yang Pekerjaan ini bermaksud untuk memberi lapisan perata bagi
dapat mempengaruhi nilai permukaan tekan benda uji silinder beton.
kuat tekan beton adalah
kerataan permukaan
benda uji. Permukaan
benda uji yang tidak rata 4) PERALATAN
dapat menyebabkan
ketidak merataan
distribusi beban yang 1. Kuas
disalurkan dari mesin 2. Pelumas
tekan terhadap bidang
tekan benda uji, sehingga 3. Cetakan baja
dapat menurunkan 4. Sendok logam
kekuatan tekan yang
dihasilkan.
5. Timbangan
6. Pot pemanas listrik

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

Timbanglah 1 bagian 5) BENDA UJI


belerang dan 7 bagian fly
ash dalam bentuk serbuk
kemudian aduklah rata Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah Silinder beton,
sebelum dimasukkan ke bahan capping (belerang + fly ash)
dalam pemanas.

87
6) PROSEDUR

1. Panaskan campuran antara belerang dengan fly ash dengan


perbandingan 8 bagian berat belerang : 2 bagian berat fly ash,
menggunakan pemanas listrik (capping melting pot) sampai
mencair sempurna.

2. Tuangkan campuran bahan yang telah mencair ke dalam


cetakan baja.

Selesaikan pekerjaan ini 3. Letakkan salah satu permukaan tekan benda uji silinder diatas
dalam waktu yang tidak cetakan baja yang telah diisi bahan caping cair.
terlalu lama, sebelum
cairan mulai mengeras

88
Bila lapisan kaping tidak 4. Setelah cairan kaping cukup keras dan menempel pada
sempurna (miring, retak,
terlepas dari benda uji) permukaan beton ambil benda uji dari cetakan baja dengan hati-
lepaskan seluruh belerang hati.
yang telah menempel
kemudian ulangi
pekerjaan.

5. Lakukan prosedur pada butir 2 dan butir 3 untuk permukaan


tekan benda uji yang lainnya.

7) PERHITUNGAN

Tidak ada perhitungan yang diperlukan dalam pekerjaan ini.

89
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan nilai kuat tekan beton berujud
silinder ataupun kubus

2) ACUAN

SNI 03-1974-1990

3) MAKSUD

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam menentukan


kuat tekan beton berbentuk silinder atau kubus

4) PERALATAN

1. Timbangan
2. Mesin uji tekan
3. Satu set alat pelapis

Apabila dilakukan
perawatan pada bak
5) BENDA UJI
perendam, ambillah
benda uji yang akan Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton
ditentukan kekuatan
tekannya dari bak
perendam /
pematangan (curing), 6) PROSEDUR
bersihkan dari kotoran
yang menempel dengan
kain lembab

Tentukan berat dan


ukuran benda uji

Lapislah (capping)
permukaan atas dan
bawah benda uji
dengan mortar
belerang

1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.

90
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang
konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik.

3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan


catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan
benda uji.

91
1 2 3 4 5
Cone / Kerucut Kerucut dan kolumnar Kerucut dan geser Geser Kolumnar

4. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.

7) PERHITUNGAN

P
KTB = ----------
A

Keterangan :
KTB = Kuat tekan beton (kg/cm2) ;
P = Beban maksimum (kg) ;
A = Luas penampang benda uji (cm2).

92
PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON DENGAN BALOK
UJI SEDERHANA YANG DIBEBANI TERPUSAT LANGSUNG

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan besarnya kuat lentur

2) ACUAN

SNI 03-4154-1996

3) MAKSUD

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


melaksanakan uji kuat lentur di laboratorium

4) PERALATAN

1. Mesin uji tekan yang dilengkapi dengan dua buah blok


tumpuan dan satu buah blok beban ;
2. Timbangan ;
3. Alat ukur panjang ;
4. Jangka sorong.

5) BENDA UJI
Selama pengujian Balok uji lentur dengan panjang balok empat kali lebar balok
berlangsung kedua blok
tumpuan tidak boleh
bergeser sehingga
bentang balok berubah
lebih dari 1,5 mm

Bidang permukaan yang


menempel pada balok uji
harus merupakan
setengah silinder yang
sumbunya berimpit Ɩ/3 Ɩ/3 Ɩ/3
dengan sumbu batang
putar blok tumpuan sendi Ɩ = 450 mm
atau blok beban, atau
berimpit dengan sumbu
putar bola blok tumpuan
rol, dan dapat berputar b/2
0 b = 150 mm
minimal 45
b/2

Ketiga blok bertumpu


pada batang putar atau
bola putar yang dilengkapi
dengan pegas spiral, dan
harus berada dalam posisi
tetap vertikal

93
6) PROSEDUR

1. Letakkan balok uji dalam posisi simetris di atas kedua blok


tumpuan dengan kedua sisi samping bidang bekas cetakan
sebagai bidang atas dan bidang bawah.

2. Letakkan blok beban di tengah-tengah antara kedua blok


tumpuan pada posisi sejajar.

3. Turunkan blok beban perlahan-lahan sampai menempel pada


bidang atas balok, dan memberikan beban sebesar 3 %
sampai dengan 6 % beban maksimum yang diperkirakan dapat
dicapai.

4. Amati dan ukur celah-celah antara permukaan balok uji dengan


permukaan blok beban dan blok-blok tumpuan dengan alat
peraba, bila terdapat celah yang lebih besar dari 0,38 mm
maka pada bagian tersebut balok uji harus digerinda atau
diratakan dengan cara diberi kaping.

5. Hilangkan celah yang besarnya antara 0,10 mm sampai 0,38


mm dengan digerinda, diberi kaping,atau dipasang pita kulit
sepanjang bidang permukaan blok.

6. Lakukan kecepatan pembebanan secara kontinu tanpa


menimbulkan efek kejut

7. Ukur penampang patah balok uji

7) PERHITUNGAN

3PL
f lt 
2bd 2

Keterangan :
f1t = kuat lentur, dalam MPa ;
P = beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan
balok uji, dalam Newton ;
L = panjang bentang di antara kedua blok tumpuan,
dalam mm ;
b = lebar balok rata-rata pada penampang runtuh, (mm) ;
d = tinggi balok rata-rata pada penampang runtuh, (mm).

94
PENGUJIAN LENTUR BETON NORMAL
DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan besarnya kuat lentur dengan dua titik
pembebanan

2) ACUAN

Mesin tekan beton yang SNI 03-4431-1997


dapat digunakan untuk
pengujian kuat lentur
dengan perlengkapannya
antara lain monometer 3) MAKSUD
dengan dua jarum
pembacaan beban, dua Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
buah perletakkan benda
uji berbentuk titik, dan dua melaksanakan uji kuat lentur di laboratorium
buah titik pembebanan ;

4) PERALATAN
Jumlah benda uji dengan
campuran yang sama 1. Mesin uji tekan yang dilengkapi dengan dua buah blok tumpuan dan
untuk satu kali pengujian
minimum sebanyak tiga satu buah blok beban ;
buah 2. Timbangan ;
3. Alat ukur panjang ;
4. Jangka sorong.
Pembuatan benda uji
dilakukan dengan Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di
ketentuan pada Metode
Pembuatan dan Perawatan bawah ini
Benda Uji Beton di
Laboratorium No. SNI 03-
2493-1991 5) BENDA UJI

Balok uji lentur dengan panjang balok empat kali lebar balok

6) PROSEDUR

1. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji lentur beton dengan
jangka sorong, ukur dan catat panjang benda uji pada keempat
rusuknya kemudian timbang dan catat berat benda uji

Ɩ/3 Ɩ/3 Ɩ/3

Ɩ = 450 mm

b/2
b = 150 mm
b/2

2. Buat garis-garis melintang sebagai tanda dan petunjuk titik perletakan,

95
titik pembebanan, dan garis sejauh 5% dari jarak bentang di luar titik
perletakan

3. Pasang dua buah perletakan dengan lebar bentang sebesar tiga kali
titik pembebanan dan pasang alat pembebanan sehingga mesin tekan
beton berfungsi menjadi alat uji lentur

4. Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda di atas dua perletakan
sedemikian sehingga tanda untuk tumpuan yang dibuat pada benda
uji, tepat pada pusat tumpuan dari alat uji, dengan kedudukan sisi
benda uji pada waktu pengecoran berada di bagian samping dan alat
penekan dapat menyentuh benda uji pada sepertiga panjang

5. Atur pembebanan dan skala pembacaannya, lakukan pembebanan.

96
7) PERHITUNGAN

1. Bila patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik
perletakan pada bagian tarik dari beton maka kuat lentur beton
dihitung dengan rumus :

P.L
l 
b.h 2

Abaikan hasil uji

2. Bila patahnya di luar daerah 1/3 jarak titik perletakan di bagian tarik
beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari
panjang titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung dengan
rumus :

3.P.a
l 
b.h 2
keterangan:
l = kuat lentur benda uji (MPa) ;
P = beban tertinggi (ton) ;
L = jarak antara dua garis perletakan (mm) ;
b = lebar tampang lintang patah arah horisontal (mm) ;
h = lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm) ;
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar
yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi tarik dari
bentang (mm).
97
98
PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda uji
berbentuk silinder

2) ACUAN

SNI 03-2491-2002

3) MAKSUD

Pengujian kuat tarik belah dimaksudkan untuk mengevaluasi


ketahanan geser dan komponen struktur yang terbuat dari beton
yang menggunakan agregat ringan

4) PERALATAN

1. Mesin uji tekan


2. Pelat atau batang penekan tambahan
3. Bantalan bantu pembebanan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

5) BENDA UJI

Benda uji yang dibuat harus memenuhi persyaratan ukuran,


pencetakan dan perawatan yang ditetapkan dalam SNI 03 – 4810 –
1998 (benda uji yang dibuat di laboratorium)

6) PROSEDUR

Mesin uji tekan yang


digunakan untuk pengujian
kuat tarik belah beton 1. Berilah tanda pada benda uji.
harus memenuhi ketentuan
yang berlaku pada
pengujian kuat tekan untuk
benda uji beton

98
Pelat atau batang penekan
tambahan tersebut harus
berukuran lebar minimal 50
mm dan tebal minimal
sama dengan jarak antara
tepi bidang tekan bawah
dari mesin uji hingga ujung
silinder benda uji

Pengujian benda uji pada


umur 28 hari harus dalam
kondisi kering udara
setelah sebelumnya 2. Letakkan peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji
dilakukan pemeliharaan
lembab selama 7 hari
kemudian dikeringkan
selama 21 hari pada
o
temperatur 23 + 2 dan
kelembaban nisbi 50 + 5 %.

3. Lakukan pengukuran benda uji.

4. Letakan benda uji pada posisi uji dengan menggunakan


peralatan bantu.

5. Pemberian beban dilakukan secara menerus tanpa sentakan


dengan kecepatan pembebanan konstan yang berkisar antara
0,7 hingga 1,4 MPa per menit sampai benda uji hancur

7) PERHITUNGAN

2P
fct 
LD

dengan pengertian :
fct = kuat tarik belah, dalam MPa ;
P = beban uji maksimum (N) ;
L = panjang benda uji dalam mm ;
D = diameter benda uji dalam mm.

99
PENGUJIAN KUAT TEKAN
BETON INTI PEMBORAN

1) RUANG LINGKUP

Cara uji ini meliputi penentuan nilai kuat tekan dari silinder beton yang
diambil dengan cara pemboran.

2) ACUAN

SNI 03-3403-1994

3) MAKSUD

Pengujian ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai acuan dan pegangan


dalam pengujian kuat tekan benda uji beton inti

4) PERALATAN

1. Mesin uji tekan


2. Jangka sorong
3. Meja perata
4. Siku baja
5. Mistar baja
6. Alat ukur peraba
7. Timbangan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

Benda uji harus diletakan 5) BENDA UJI


dalam posisi tegak pada
mesin uji tekan secara Benda uji yang akan digunakan untuk uji kuat tekan harus diambilkan
sentris, yaitu proyeksi titik
tengah bidang tekan dari beton yang umurnya tidak boleh kurang dari 14 hari
benda uji pada meja
penekan bagian bawah
harus berimpit dengan 6) PROSEDUR
titik tengah dari meja
penekan tersebut D

Untuk lapisan bawah ini


Pemberian beban uji harus
dilakukan bertahap
dengan penambahan
beban uji yang konstan
2
berkisar antara 0,2 N/mm
2 L
sampai 0,4 N/mm per
detik hingga benda uji
hancur. Besarnya
kecepatan pembebanan d1
untuk benda uji beton inti Tulangan
dengan ukuran diameter
150 mm berkisar antara
3,5 kN/detik sampai 7 1. Ukur diameter (D) dan panjang benda uji (L), apabila ada, ukur
kN/detik diameter besi tulangan (d1).
100
h2

h1

2. Ukur jarak terpendek antara sumbu tulangan dengan ujung benda uji,
lalu timbang benda uji.

3. Lapisi benda uji dengan lapisan untuk kaping, kemudian ukur panjang
benda uji (L) setelah di kaping dan rawat benda uji, setelah waktu
perawatan benda uji berakhir persiapkan benda uji untuk pengujian.

4. Letakan benda uji pada mesin uji tekan pada persiapan contoh uji
tanpa gerakan lateral atau torsional.

101
P

2 ~ 4 kg/cm2

5. Jalankan mesin uji tekan dengan penambahan beban uji yang konstan.

P maks.
P

6. Lakukan pemberian beban uji sampai benda uji hancur.

1 2 3 4 5
Cone / Kerucut Kerucut dan kolumnar Kerucut dan geser Geser Kolumnar

7. Catat benda uji maksimum, gambar tipe keremukan dari benda uji, sifat
tampak bahan beton dari benda uji, dan ukuran maksimum agregat.

7) PERHITUNGAN

1. Hitung diameter rata-rata benda uji, panjang rata-rata benda uji


sebelum kaping, panjang rata-rata benda uji sesudah kaping, berat isi
benda uji, dan kuat tekan beton inti.

2. Tentukan faktor pengali Co , C1 dan C2 (berdasarkan SNI 03 – 3403 -


1994).

3. Hitung kuat tekan beton inti yang dikoreksi

102
P
fc 
 2
D
4
di mana :
fc = Kuat tekan dalam MPa ;
P = Beban uji maksimum (hancur) yang ditunjukan oleh
mesin uji tekan dalam N ;
D = Diameter rata-rata benda uji dalam mm,
 = 3.14

Kuat tekan benda uji beton inti yang dikoreksi, dihitung sampai
dengan ketelitian 0,5 Mpa dengan menggunakan rumus :

fcc = C0 . C1 . C2 . fc

dimana :
fcc = Kuat tekan beton inti yang dikoreksi dalam MPa
fc = Kuat tekan beton inti dalam MPa
C0 , C1 , C2 = Faktor pengali

103
PENGUJIAN ELEMEN STRUKTUR BETON DENGAN ALAT
PALU BETON TIPE N DAN NR

Pengujian ini hanya 1) RUANG LINGKUP


digunakan untuk
memperkirakan mutu
beton permukaan dan Metode ini mencakup ketentuan-ketentuan dan cara uji,
homogenitas kekuatan pengukuran nilai lenting dengan alat palu beton, dan perkiraan
beton, tidak dapat
dijadikan sebagai acuan besarnya kuat tekan beton pada struktur berdasarkan benda uji
dalam menentukan mutu kubus atau silinder
beton sebenarnya untuk
keperluan penerimaan
atau penolakan mutu hasil
pekerjaan. 2) ACUAN

Alat palu beton yang


SNI 03-4430-1997
digunakan dilengkapi
pegas baja yang dapat
bergerak pada kecepatan
tetap dan dapat berulang- 3) MAKSUD
ulang
Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
Nilai lenting dibaca pada melaksanakan uji kekerasan permukaan beton di lapangan
garis skala yang
terpasang pada rangka
selubung atau lembar
pencatat 4) PERALATAN

Alat palu beton

Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di


bawah ini

Permukaan beton yang


akan diuji harus 5) BENDA UJI
merupakan permukaan
yang padat, rata, halus, Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah tebal elemen
dan tidak dilapisi oleh
plesteran atau bahan struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom minimal 125
pelapis lainnya mm

Bidang uji yang dipilih


harus kering dan halus,
bebas dari tonjolan-
tonjolan atau lubang-
lubang

104
Lokasi-lokasi bidang uji 6) PROSEDUR
harus ditentukan sesuai
dengan dimensi elemen
struktur dan jumlah nilai
uji yang diperlukan untuk
perhitungan perkiraan
kekuatan beton

1. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi


tegak lurus bidang uji.

2. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus


bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji

3. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak
terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm.

105
4. Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala lalu
hitung nilai rata-rata pembacaan ;

5. Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap


nilai rata-rata tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai
rata-rata sisanya.

6. Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua


atau lebih nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan
terhadap nilai rata-ratanya.

7. Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inklinasi pukulan bila arah


pukulan tidak horisontal.

8. Hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton


dengan menggunakan tabel atau kurva korelasi yang terdapat
pada petunjuk penggunaan palu beton yang bersangkutan.

9. Isikan semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam


formulir.

7) PERHITUNGAN

Kuat tekan silinder (fc’) = 0,85 x kuat tekan kubus

R
r 80
n Ra

di mana :
R = angka pantul
N = jumlah pengukuran pada beton
Ra = angka pantul yang didapat pada pemeriksaan
dengan landasan uji

106
PENGUKURAN KETEBALAN SELIMUT BETON DENGAN ELEKTROMAGNETIK
COVERMETER

1) RUANG LINGKUP
Ketebalan selimut aktual
adalah jarak antara
permukaan beton dan Pedoman ini menetapkan ketentuan mengenai penggunaan dan
permukaan tulangan beton prinsip – prinsip dasar alat elektromagnetik yang dapat
yang diperiksa.
memperkirakan ketebalan selimut beton dan posisi tulangan.
Pedoman ini juga menjelaskan metode dan aplikasi yang digunakan,
ketelitian yang diharapkan dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil.

Ketebalan selimut 2) ACUAN


perkiraan untuk tulangan
berusuk dan persegi
empat adalah jarak antara
BS 1881 : part 204 :1988, Testing Concrete, Recommendations on
permukaan tulangan the use of electromagnetic covermeters
beton yang diperiksa ACI Concrete practices non destructive testing 228.2R-2.51 :
Covermeters

3) MAKSUD

Pengujian ini dapat dipakai untuk pengendalian mutu, memastikan


lokasi tulangan dan ketebalan selimut beton setelah pembetonan
selesai dilakukan

Laboratorium harus 4) PERALATAN


melakukan kalibrasi antara
untuk memastikan
ketelitian pembacaan Sebuah alat covermeter yang dioperasikan dengan baterai atau
skala. Frekuensi
pemeriksaan tergantung
listrik, terdiri dari sebuah detektor, alat ukur (skala) dan kabel
pada instruksi pembuat penghubung. Permukaan beton dipindai dengan detektor yang tetap
alat dan kondisi ditempelkan pada permukaan beton sementara itu alat pengukur
pemakaian covermeter,
tetapi disarankan untuk analog atau digital menunjukkan posisi tulangan terdekat.
melakukan pemeriksaan Detektor dapat terdiri dari sistem kumparan tunggal atau kumparan
sekurang-kurangnya ganda. Prinsip fisika dapat tercakup dalam metode ini yaitu
setiap 6 bulan.Tanggal
kalibrasi harus terekam penggunaan efek eddy current atau efek induksi magnetik.
dan disimpan bersama- Alat ukur harus terdiri dari skala-skala pembacaan atau skala layar
sama dengan alat
covermeter. Hasil kalibrasi
digital yang dikalibrasi sesuai dengan pasal 6, sehingga kedalaman
harus menunjukkan selimut tulangan yang ditentukan dapat langsung terbaca.
bahwa semua alat Kedalaman selimut beton, pada saat alat covermeter dikalibrasi,
pengukur mempunyai
ketelitian seperti yang harus memiliki tingkat kesalahan sampai dengan ± 5% atau ± 2 mm,
dinyatakan dalam pasal 5. dipilih nilai yang lebih besar, dari rentang pengukuran yang
Temperatur : beberapa diberikan oleh produsen alat covermeter.
detector sangat peka
terhadap perubahan
temperature yang
diakibatkan oleh tangan
operator, penyesuaian titik
nol harus lebih sering
dilakukan

107
gangguan lain : pengaruh 5) PROSEDUR
gangguan akan terjadi
berdekatan dengan
struktur logam dengan - Hidupkan covermeter dan atur pengukur sampai jarum yang
ukuran yang berarti terdapat pada dial indikator (alat analog) menunjukkan nilai
seperti pengikat jendela ,
perancah dan pipa baja, sesuai dengan tanda kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrikan
terutama bila terdapat alat (“zeroing”). Untuk alat tipe digital, ikuti petunjuk persiapan
dibelakang detektor
alat yang dikeluarkan oleh pabrikan.
Korosi tulangan : bila - Untuk semua kasus, prosedur pendahuluan ini harus dilakukan
korosi tulangan terjadi , dengan hati-hati, dimana kepala detektor harus dijauhkan dari
khusunya kerak dan
meluas nya produk korosi permukaan beton bertulang dan semua hal yang dapat
kemungkinan terjadi mengganggu medan magnet harus diminimalisasi.
kesalahan dalam Menggerakkan detektor secara cepat harus dihindari karena
pembacaan selimut
terukur dapat mempengaruhi proses “zeroing”
- Periode pemanasan alat mungkin disyaratkan oleh produsen
setelah diperlukan proses penyesuaian lanjutan. Dalam segala
hal, tidak boleh dilakukan pengukuran sebelum pembacaan “nol”
stabil. Selama periode pengukuran, beberapa pengecekan “
zeroing” harus dilakukan.
- Untuk alat yang menggunakan tenaga baterai, periksalah
kekuatan baterai sebelum digunakan dan selama periode
pengukuran.
- Detektor kemudian dipindaikan di atas permukaan beton untuk
menentukan ada tidaknya tulangan dalam beton. Jika terdapat
tulangan dalam beton dan berada dalam rentang kerja
covermeter, maka hal tersebut akan ditunjukkan oleh alat
pengukur.

6) PELAPORAN

Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut:


1. Tanggal, waktu dan tempat pengujian
2. Deskripsi struktur atau komponen yang diperiksa;
3. Lokasi daerah uji;
4. Rincian dari beton dalam daerah uji, dengan mengacu pada
faktor-faktor yang mungkin berpengaruh (lihat pasal 9);
5. pembuat dan jenis covermeter yang digunakan dan tanggal
kalibrasi laboratorium terakhir;
6. Rincian dari setiap prosedur kalibrasi lapangan;
7. Nilai-nilai terukur dari selimut dan / atau ukuran batang tulangan.
Bila nilai-nilai ini diperoleh melalui perhitungan, hal tersebut
harus dijelaskan;
8. Estimasi keakuratan pengukuran kuantitatif;
Konfigurasi tulangan baja, jika diperlukan, termasuk jarak
batang tulangan individual. Sketsa dapat membantu di sini.

108
METODE UJI KECEPATAN RAMBAT GELOMBANG MELALUI BETON

1) RUANG LINGKUP
Ada beberapa faktor
yang ber pengaruh
terhadap hasil Metode uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat gelombang
pengukuran dengan longitudinal melalui beton. Metode uji ini tidak dapat diterapkan untuk
menggunakan
ultrasonik, yaitu: suhu,
rambat gelombang jenis lain yang melaui beton
kelembaban beton,
posisi tulangan pada
beton bertulang
2) ACUAN

ASTM C 597-02,IDT

3) MAKSUD

Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


pengujian kecepatan rambat gelombang melalui beton. Adapun
tujuannya adalah untuk mengetahui keseragaman dan mutu beton
relatif, mengindikasi adanya lubang atau retak pada beton dan untuk
evaluasi agar dapat dilakukan perbaikan retak secara efektif.

Tegangan kecepatan 4) PERALATAN


rambat gelombang
mempengaruhi daya
keluaran dari alat Peralatan untuk pengujian, ditunjukkan secara skematik pada gambar
tranduser dan penetrasi 1, terdiri dari generator kecepatan rambat gelombang, sepasang alat
maksimal dari tranduser (pengirim dan penerima),
gelombang longitudinal.
Tegangan kecepatan amplifier, sirkuit pengukur waktu, unit untuk menampilkan waktu, dan
rambat kabel penghubung
gelombang 500 V
sampai dengan 1000 V
telah digunakan dengan 1. Generator kecepatan rambat gelombang dan tranduser
baik. pengirim

Generator kecepatan rambat gelombang harus terdiri dari sirkuit


untuk membangkitkan tegangan kecepatan rambat gelombang
(Catatan 6). Tranduser untuk mengubah gelombang pulsa elektronis
menjadi pancaran gelombang energi mekanis harus memiliki
frekuensi resonan dalam rentang 20 kHz sampai dengan 100 kHz.
Generator kecepatan rambat gelombang harus menghasilkan
kecepatan rambat gelombang yang berulang pada tingkat tidak
kurang dari 3 kecepatan rambat gelombang per detik. Alat tranduser
dibuat dari piezoelectric, magnetostrictive, atau bahan yang sensitif
terhadap tegangan (voltagesensitive material) lainnya (Rochelle salt,
kuarsa, barium titanate, lead zirconate-titante (PZT), dan sebagainya)
dan terlindung. Suatu kecepatan rambat gelombang pemicu harus
dibuat untuk memulai sirkuit pengukur waktu.

2. Tranduser penerima dan penguat (Amplifier)

Tranduser penerima harus sesuai/cocok dengan tranduser pengirim.


Tegangan yang dihasilkan oleh penerima harus diperkuat seperlunya
untuk menghasilkan kecepatan rambat gelombang pemicu pada

109
sirkuit pengukur waktu. Penguat (Amplifier) harus mempunyai respon
rata antara setengah dan tiga kali frekuensi resonan dari tranduser
penerima.

Tranduser dengan 3. Sirkuit pengukur waktu


frekuensi resonan lebih
tinggi telah digunakan
dengan baik pada benda
Sirkuit pengukur waktu dan pemicu gelombang harus mampu
uji laboratorium yang memberikan ketepatan resolusi pengukuran seluruh waktu minimal 1
relatif kecil. mikrosekon. Pengukuran waktu dimulai dari dilepaskannya tegangan
pemicu dari generator kecepatan rambat gelombang, dan sirkuit
pengukuran waktu harus beroperasi pada frekuensi berulang dari
generator kecepatan rambat gelombang. Sirkuit pengukur waktu
harus memberikan hasil/keluaran apabila gelombang penerima
terdeteksi, dan hasil ini harus digunakan untuk menentukan waktu
tempuh yang ditampilkan pada unit penampil.
Sirkuit pengukur waktu tidak boleh sensitive terhadap temperatur
pengoperasian pada rentang 0 °C sampai dengan 40 °C dan
perubahan tegangan listrik dalam sumber daya sebesar kurang lebih
15 %.

4. Unit penampil

Terdapat 2 tipe unit penampil yang tersedia. Unit yang modern


menggunakan pengukur selang waktu dan penampil digital
pembacaan langsung dari waktu tempuh. Unit yang lama
menggunakan tabung sinar katoda (CRT) dimana pulsa yang dikirim
dan diterima,ditampilkan sebagai penyimpangan jejak yang
berhubungan dengan skala waktu yang ditetapkan.

5. Batang kalibrasi

Sebuah batang logam atau bahan lainnya yang awet/tahan lama


yang waktu tempuh gelombang longitudinalnya telah diketahui.
Waktu tempuh harus dicatat secara permanen pada batang kalibrasi.

6. Kabel penghubung

Apabila pengukuran kecepatan–pulsa pada struktur besar


memerlukan penggunaan kabel interkoneksi yang panjang, gunakan
kabel koaksial dengan kapasitan rendah dan terbungkus.

7. Bahan perantara (coupling agent)

Bahan kental (seperti oli, jeli larut dalam air, karet lunak (moldable
rubber), atau gemuk (grease)) untuk menjamin efisiensi transfer
energi antara beton dan tranduser. Fungsi bahan perantara (Coupling
agent) adalah untuk menghilangkan udara antara permukaan kontak
dari tranduser dengan beton. Air dapat digunakan sebagai bahan
perantara bila dapat tergenang pada permukaan atau pada pengujian
di dalam air.

110
Salah satu sumber 5) CARA UJI
ketidakpastian pengujian
di permukaan adalah
panjang lintasan aktual 1. Pemeriksaan fungsi peralatan dan pengaturan waktu nol
dari pulsa. Oleh karena (zero –time)
itu, pembacaan secara
individual kurang teliti.
Pengujian permukaan Periksa peralatan apakah telah berfungsi dengan benar dan lakukan
bagaimanapun, telah
digunakan untuk
pengaturan waktu nol.
memperkirakan Gunakan bahan perantara pada ujung batang kalibrasi, kemudian
kedalaman lapisan lakukan penekanan pada kedua transduser dengan baik pada
permukaan dengan
kualitas masing-masing ujung batang kalibrasi sampai waktu tempuh yang
yang lebih rendah stabil ditampilkan pada unit penampil waktu. Atur waktu nol sampai
dengan membuat ditampilkan waktu tempuh sesuai dengan nilai yang ditandai pada
beberapa pengukuran
waktu tempuh dengan batang kalibrasi. Untuk beberapa
jarak yang bervariasi instrumen, pengaturan waktu nol dibuat dengan mengaplikasikan
antara tranduser. Dari
grafik waktu tempuh
bahan perantara (coupling agent) dan menekan permukaan kedua
terhadap jarak, transduser secara bersamaan. Peralatan seperti ini menggunakan
memperkirakan mikroprosesor untuk merekam waktu tunda, yang secara otomatis
kedalaman
beton dengan kualitas mengurangi pengukuran waktu tempuh berikutnya. Untuk peralatan
yang lebih rendah. seperti ini, ukur waktu tempuh melalui batang kalibrasi untuk
memastikan bahwa pengaturan waktu nol telah dilakukan secara
benar. Periksa pengaturan nol pada setiap jam selama
pengoperasian alat secara terus-menerus, dan setiap kali kabel
penghubung atau transduser diganti. Jika waktu yang ditampilkan
tidak sesuai dengan waktu tempuh dari batang kalibrasi, tidak
diperbolehkan menggunakan alat tersebut, dan kembalikan batang
serta alat tersebut
kepada pembuatnya.

2. Penentuan waktu singgah


a. Untuk melakukan pengujian terhadap konstruksi yang ada, pilih
lokasi pengujian sesuai dengan ASTM C 823 Practice for
Examination and Sampling of Hardened Concrete in
Construction, atau mengikuti persyaratan dari pihak yang
meminta pengujian.
b. Untuk mendapatkan hasil terbaik, letakan tranduser berlawanan
arah secara langsung satu sama lainnya. Oleh karena lebar
pancaran/rambatan dari gelombang getaran yang dipancarkan
oleh tranduser adalah besar, maka diperbolehkan untuk
mengukur waktu singgah untuk melintasi sudut/pojok struktur
tetapi dengan resiko kehilangan sensitivitas dan keakuratan.
Pengukuran disepanjang permukaan yang sama tidak boleh
digunakan kecuali hanya satu permukaan struktur yang
terjangkau, mengingat pengukuran seperti itu mungkin hanya
menunjukan hasil untuk lapisan permukaan, dan kecepatan
pulsa yang dihitung tidak sesuai dengan yang diperoleh melalui
transmisi
c. Gunakan bahan perantara (coupling agent) yang sesuai [seperti
air, pelumas, petroleum jelly, gemuk (grease), karet lunak
(moldable rubber), atau bahan kental lainnya] ke permukaan
tranduser atau permukaan pengujian, atau keduanya. Tekan
permukaan tranduser secara mantap terhadap permukaan
beton sampai waktu tempuh yang stabil ditampilkan, dan ukur.

111
Kualitas pelekatan 6) PROSEDUR
(coupling), penting bagi
akurasi dan rentangan
maksimum (maximum Untuk prosedur pengujian ada tiga macam cara menempatkan
range) dalam metode ini. Transduser penerima dan pengirim pada benda uji yang bisa
Pelekatan (coupling)
yang tidak memadai dilakukan untuk pengujian kerapatan beton. Hal ini bisa dilihat
akan menyebabkan dibawah ini :
pengukuran waktu yang
tidak stabil dan tidak
a) Berhadapan (pengujian langsung)
akurat, dan akan secara b) Tegak lurus (pengujian setengah langsung). Cara ini hanya dapat
signifikan mengurangi digunakan bila sudut antara Transduser serta jaraknya tidak
rentangan efektif dari
alat. Pengukuran ulang terlalu besar.
pada lokasi yang sama c) Sejajar (pengujian tidak langsung).
harus dilakukan untuk
meminimalkan salah
pembacaan karena
pelekatan (coupling)
yang kurang baik.

Gambar 1. Metode penempatan transduser

Tabel 1. Kriteria kualitas beton berdasarkan cepat rambat


gelombang

7) PERHITUNGAN

Kecepatan rambat gelombang dihitung sebagai berikut :

V=L/T

Keterangan :
V adalah kecepatan rambat gelombang, meter per sekon (m/s);
L adalah jarak antara pusat permukaan tranduser, meter (m);
T adalah waktu tempuh, sekon (s).

Sedangkan untuk Kedalaman retak dapat diperoleh dengan cara


pengujian tidak langsung (
Gambar 3), Transduser ditempatkan dengan jarak yang sama dari
retak tersebut, jika kecepatan rambat gelombang V km/det, maka :

112
jarak tempuh (tanpa rusak) = X
jarak tempuh (terdapat retak)
2
 2  0, 2 5  X  h r2
X
waktu tempuh (tanpa retak)   ts
Vc

waktu tempuh (terdapat retak)


2  0, 25  X 2  hr2
  tc
Vc
sehingga dapat dihitung dalamnya retak yaitu,
X t c2
hr   1
2 t s2

Lokasi rongga dapat dideteksi secara pengujian langsung pada


daerah yang diragukan, dengan mengambil data di beberapa tempat.

Gambar 2. Cara mengetahui kedalaman retak

113
METODE UJI PENGUKURAN
KEDALAMAN KARBONASI BETON KERAS

1) RUANG LINGKUP
Pengujian ini hanya
digunakan untuk
memperkirakan Metode ini mencakup ketentuan-ketentuan dan cara uji,
kedalaman beton yang pengukuran kedalaman karbonasi beton keras yang praktis dan
terkarbonasi
tidak merusak struktur beton.

2) ACUAN
-

Karbonasi beton adalah 3) MAKSUD


proses yang terjadi karena
adanya interaksi dari
karbon dioksida (CO2) di Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
udara bebas/ atmosfer menentukan atau mengetahui kedalaman beton yang terkarbonasi
dengan senyawa-senyawa
semen terhidrasi di dalam
beton
4) PERALATAN

a) Mesin bor dengan kemampuan melubangi beton;


Lapisan pasif adalah
lapisan tipis pada b) Mata bor beton dengan diameter minimal 10 mm;
permukaan baja tulangan c) Alat penyemprot udara bertekanan
yang berfungsi
menghalangi korosi lebih
d) Jangka sorong dengan ketelitian minimum 0,1 mm;
lanjut dan merupakan e) Botol penyemprot dengan ukuran yang disesuaikan dengan
bagian dari oksida logam kebutuhan dari lubang bor;
atau hidroksida logam.
f) Tisu/kain;
g) Etanol;
h) Air suling; dan
i) Larutan phenolftalein dengan konsentrasi 1% (CATATAN 1).

CATATAN 1 - Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 1 gram


phenolftalein ke dalam 90 mL etanol kemudian ditambahkan air
suling sehingga volumenya mencapai 100 mL.

5) BENDA UJI
Untuk kemudahan
pengujian supaya lubang Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah elemen
hasil pengeboran cepat beton yang sudah mengeras atau bisa juga pada lubang beton inti
kering bisa dilap dengan
menggunakan tissue
yang baru diambil pada saat itu.
kering Contoh benda uji seperti gambar dibawah ini

114
6) PROSEDUR

a) Tentukan lokasi yang akan diukur, sekurang-kurangnya 3 lokasi


per elemen;
b) Lakukan pengeboran pada lokasi pengukuran sampai
kedalaman ± 10 mm;
c) Bersihkan lubang yang telah dibor dengan cara menyemprotkan
udara bertekanan;
d) Segera semprotkan larutan phenolftalein pada lubang, amati
perubahan warna yang terjadi (catatan 2);
e) Apabila terjadi perubahan warna beton menjadi merah muda,
maka kedalaman karbonasi diukur dari permukaan beton
sampai dengan batas perubahan warna tersebut pada 4 posisi
pengukuran kemudian ambil rata-ratanya. Hasil pengukuran
dinyatakan hingga ketelitian 0,1 mm;
f) Jika dalam waktu 10 detik beton belum berubah warna, ulangi
langkah b) sampai dengan d) pada lubang yang sama dengan
memperdalam lubang;
g) Tutup lubang bekas pengukuran tersebut dengan adukan
mortar tidak susut dengan mutu minimal sama dengan mutu
beton yang telah dilubangi.

7) PELAPORAN

Laporan mencakup:
a) Waktu pengukuran (tanggal, bulan dan tahun).
b) Lokasi pengukuran.
c) Hasil pengukuran kedalaman karbonasi dan rata- ratanya.
d) Nama pemeriksa dan teknisi; dan
e) Keterangan lain yang dianggap perlu.

115
METODE UJI RESISTIVITAS
SEBAGAI INDIKATOR PERMEABILITAS BETON

1) RUANG LINGKUP
Beton bertulang
merupakan material
struktur yang umum Uji resistivitas merupakan pengujian nondestruktif yang digunakan
digunakan dalam dunia untuk mengukur tahanan listrik beton yang jenuh air yang dapat
konstruksi. Salah satu
parameter yang
dijadikan indikator permeabilitas beton di laboratorium dalam
mempengaruhi pembuatan rancangan campuran beton dan pengendalian mutu beton
durabilitas beton yaitu di lapangan. Hasil pengujian berupa nilai tahanan listrik dari benda uji.
permeabilitas. Pada
kondisi lingkungan
yang sama, beton
bertulang dengan 2) ACUAN
permeabilitas yang
lebih tinggi akan
memiliki tingkat
durabilitas yang lebih SNI 03-2493-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton
rendah, karena di laboratorium.
tulangan di dalam
beton lebih mudah
SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton
mengalami korosi. di lapangan.

Berdasarkan hal
tersebut, maka 3) MAKSUD
diperlukan suatu
pengukuran yang dapat
memperkirakan nilai Pengujian ini dapat dilakukan pada beton yang dibuat dengan atau
tahanan listrik tanpa bahan tambahan . Hasil yang diperoleh dapat menyimpang
(resistivitas) beton
sehingga dapat
apabila terdapat bahan lainnya yang bersifat penghantar listrik
diperkirakan tingkat (kalsium nitrit, baja tulangan, dan serat konduktif). Pengujian ini tidak
permeabilitas beton. dapat dilakukan pada beton inti, karena kemungkinan sudah
terkontaminasi oleh ion klorida sehingga tidak memberikan nilai yang
sebenarnya
Permeabilitas
kemampuan material
untuk melewatkan
partikel cair 4) PERALATAN

Resistivity meter dengan 4 buah probe. Kapasitas pengukuran harus


probe memiliki rentang pembacaan antara 0 kΩcm sampai 100 kΩcm. Probe
dari resistivity meter
yang berfungsi sebagai diatur dengan jarak sesuai dengan spesifikasi alat resistivity meter.
sensor dalam Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di
pengukuran tahanan bawah ini
listrik beton bagian.

resistivitas
suatu besaran yang
menunjukkan besarnya
tahanan listrik beton
dengan satuan Ω.cm

116
5) BENDA UJI

a) Siapkan tiga buah benda uji beton berbentuk silinder yang sesuai
dengan benda uji dengan diameter minimal 100 mm dan tinggi
sedemikian sehingga jarak terdekat dari probe ujung minimal ke
tepi benda uji adalah satu kali jarak antar probe .
b) Benda uji dirawat dalam cetakan selama lebih kurang (24 jam ± 8
jam) pada temperatur (23 ± 2) °C sebelum dikeluarkan dari
cetakan. Segera setelah cetakan dibuka, buatlah empat tanda
pada penampang melingkar silinder dengan sudut 0°, 90°, 180°,
dan 270°. Dari tanda tersebut buat garis pada arah longitudinal
silinder yang berfungsi sebagai acuan saat dilakukan pengukuran.
c) Semua benda uji harus dirawat dalam keadaan lembab sesuai
dengan SNI 03-2493. Benda uji sebaiknya tidak direndam dalam
larutan air kapur jenuh, karena kondisi tersebut dapat mengurangi
resistivitas beton.
d) Pengujian ini dilakukan setelah beton tersebut berusia 28 hari.

6) PROSEDUR

a) Letakkan pegangan probe secara memanjang pada benda uji


dengan sudut 0°. Pastikan posisi probe di tengah-tengah benda uji
seperti pada Gambar (lampiran B). Pastikan semua probe
bersentuhan dengan permukaan benda uji. Tunggu 3 detik hingga
5 detik sampai bacaan pengukuran stabil. Catat hasil pengukuran
dan masukkan pada formulir pengukuran. Pembacaan negatif,
tidak stabil, atau indikasi kesalahan lain, merupakan petunjuk
adanya kesalahan pada alat atau susunan probe, sehingga alat
perlu diperiksa kembali. Bacaan dapat dianggap tidak stabil
apabila terdapat lompatan bacaan lebih dari 1 kΩcm.
b) Ulangi langkah 5.2a untuk posisi sudut yang berbeda yaitu 90°,
180°, dan 270°.
c) Ulangi langkah 5.2a dan 5.2b pada benda uji yang sama sehingga
pada masing-masing sudut terdapat dua data pengukuran.
d) Ambil nilai rata-rata berdasarkan delapan bacaan pada langkah
5.2.a hingga 5.2.c untuk satu benda uji dan catat pada formulir
pengukuran (lampiran A).
e) Ulangi langkah 5.2a sampai dengan 5.2d untuk dua benda uji yang
lain.

117
7) PERHITUNGAN

Hitung nilai rata-rata dari rata-rata tiga buah benda uji yang berbeda
dan masukkan pada formulir (lampiran A). Gunakan Tabel 1. sebagai
dasar untuk interpretasi hasil pengukuran.

Tabel 1. Resistivitas permukaan beton – Permeabilitas

Resistivitas Permukaan
Permeabilitas Ion Khlorida
(kΩcm)

< 12 Tinggi
12 – < 21 Sedang
21 – < 37 Rendah
37 – 254 Sangat Rendah
> 254 Dapat Diabaikan

118
SNI-03-2834-2000

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA


CAMPURAN BETON NORMAL

1. Ruang Lingkup

Tata Cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis perencanaan proporsi
campuran beton untuk digunakan sebagai salah satu acuan bagi para perencana dan
pelaksana dalam merencanakan proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan
tambah untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana.

2. Acuan

1) SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton


2) SNI-15-2049-1994, Semen Portland
3) SK SNI S-04-1989-P, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam),
4) SNI-03-2914-1992, Spesifikasi Beton Tahan Sulfat.
5) SNI 03-2915-1992, Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
6) American Concrete Institute (ACI) - 1995, Building Code Requirements for Reinforced
Concrete
7) British Standard Institution (BSI) - 1973, Spesification for Aggregates from Natural
Sources for Concrete, ( Including Granolithic ), Part 2 Metric Units,
8) Development of the Environment (DOE) 1975, Design of Normal Concrete Mixes,
Bunding Research Establisment,

3. Pengertian

Dalam standar ini yang dimaksud dengan :


1) Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk
massa padat;
2) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 - 2500) kg/m3
menggunakan agregat alami yang dipecah ;

119
3) Agregat halus adalah pasir alami sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm;
4) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5 mm - 40;mm;
5) Kuat tekan beton yang disyaratkan f 'c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm,
tinggi 300 mm );
6) Kuat tekan beton yang ditargetkan f cr, adalah kuat tekan rata-rata yang diharapkan
dapat dicapai yang lebih besar dari f 'c
7) Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat;
8) Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton;
9) Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton (dinyatakan dalam mm )
ditentukan dengan alat kerucut Abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian
Slump Beton Semen Portland);
10) Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika amorf, apabila dicampur dengan
kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan yang
tergolong pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak
tanur tinggi;
11) Semen Portland-pozzolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan
antara 15% - 40% berat total campuran dan kandungan Si0 2 + A1 20, + FeO3
dalam pozolan minimum 70%;
12) Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum tanpa
persyaratan khusus;
13) Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14) Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi;
15) Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat;
16) Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.

120
4. Persyaratan – persyaratan

4.1 Umum

Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :


1) Proporsi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan
berikut :
a. kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, pemadatan,
dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan menutup permukaan
secara serba sama (homogen);
b. keawetan;
c. kuat tekan;
d. ekonomis;
2) Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat Normal tanpa bahan
tambah.

4.1.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan didalam perencanaan harus mengikuti persyaratan


berikut
1) Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan bahan yang
berbeda, maka setiap proporsi campuran yang akan digunakan harus
direncanakan secara terpisah;
2) Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang diusulkan.

4.1.2 Perencanaan Campuran

Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :


1) perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-sifat
bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton;
2) susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan ini harus dibuktikan
melalui campuran coba yang menunjukkan bahwa proporsi tersebut dapat
memenuni kekuatan beton yang disyaratkan.

121
4.1.3 Petugas dan Penanggung jawab Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal

Nama-nama petugas pembuat, pengawas dan penanggung jawab hasil pembuatan


rencana campuran beton normal harus tertulis dengan jelas, dan dibubuhi paraf atau
tanda tangan, beserta tanggalnya.

4.2 Teknis

4.2.1 Pemilihan Proporsi Campuran Beton

Pemilihan proporsi campuran beton harus dilaksanakan sebagai berikut :


1) rencana campuran beton ditentukan, berdasarkan hubungan antara kuat tekan dan
faktor air semen;
2) untuk beton dengan nilai f 'c lebih dan 20 MPa proporsi campuran coba serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada perbandingan berat bahan;
3) untuk beton dengan nilai f 'c hingga 20 MPa pelaksanaan produksinya boleh
menggunakan perbandingan volume. Perbandingan volume bahan ini harus
didasarkan pada perencanaan proporsi campuran dalam berat yang dikonversikan
ke dalam volume melalui berat isi rata-rata antara gembur dan padat dari masing-
masing bahan.

4.2.2 Bahan

4.2.2.1 Air

Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku

4.2.2.2 Semen

Semen harus memenuhi SNI-15-2049-1994 tentang Semen Portland

4.2.2.3 Agregat

Agregat harus memenuhi SNI 03-1750-1990 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton

4.2.3 Perhitungan Proporsi Campuran

4.2.3.1 Kuat Tekan Rata-rata yang Ditargetkan

Kuat Tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari :


1) Deviasi standar yang didapat dari pengalaman di lapangan selama produksi beton
menurut rumus :

122
n
 (xi – x )2
i=1
s=
n-1

dengan:
s adalah deviasi standar
xi adalah kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji.
x adalah kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :

n
 xi
i=1
x=
n

dengan:
n adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah ( Satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji ).

Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus sebagai
berikut :

1. Mewakili bahan - bahan prosedur pegawasan mutu, dan kondisi produksi yang
serupa dengan pekerjaan yang diusulkan;
2. Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f 'c yang nilainya dalam batas 7 MPa
dari nilai fcr , yang ditentukan;
3. Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji
berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selama
jangka waktu tidak kurang dari 45 hari;
4. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi pasal
4.2.3.1 butir 1), tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 Nomor uji yang berurutan,
maka nilai d e v i a s i standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari
data hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari Tabel 1.
5. Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi
persyaratan butir 4.2.3.1 1) di atas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan f cr harus diambil tidak kurang dari (f'c + 12 MPa );

123
Tabel 1 - Faktor pengali untuk deviasi standar
bila data hasil uji yang tersedia kurang dari 30

Jumlah pengujian Faktor pengali deviasi standar


Kurang dari 15 Lihat butir 4.2.3.1 1) (5)
15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 atau lebih 1.00

2) Nilai tambah dihitung menurut rumus :

M = 1,64 X Sr ;

dengan
M = adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan hasil
uji sebesar maksimum 5 %
Sr. adalah deviasi standar rencana

3) Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung menurut rumus berikut ;

f'c r = f'c + M
f'c r = f'c + 1,64 sr

124
4.2.3.2 Pemilihan Faktor Air Semen

Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan didasarkan :
1) hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari penelitian
lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak
tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat dipergunakan Tabel 2 dan
Grafik 1 atau 2;
2) untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi SNI 03-
1915-1992 tentang Spesifikasi Beton Tahan Sulfat dan SNI 03-2914-1994
tentang Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air, (Tabel 4,5,6 )

4.2.3.3 Slump

Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh


beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan.

4.2.3.4 Besar Butir Agregat Maksimum

Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi


1) Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan;
2) Sepertiga dari tebal pelat;
3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-
berkas tulangan.

4.2.3.5 Kadar Air Bebas

Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut ;


1) Agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai-nilai dalam Tabel 2, dan
Grafik 1 atau 2;
2) Agregat campuran (tak dipecah dan dipecah ), dihitung menurut rumus

2/3 Wh + 1/3 W k

dengan:
Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus
W k adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada Tabel 3

125
Tabel 2 - Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air-semen 0,5 ,
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Kekuatan tekan (Mpa)


Jenis agregat
Jenis semen Pada umur (hari)
Kasar Bentuk uji
3 7 28 91
Semen Portland - Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
Tipe I Atau Batu Pecah 19 27 37 45
Semen tahan sulfat Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Tipe II, V Kubus
Batu Pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland Batu Pecah 25 33 44 48
Tipe III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60

Catatan :
1 Mpa = 1 N/mm2 = 10 Kg/cm2
Kuat tekan silinder (150 mm x 300 mm) = 0,83 kuat tekan kubus (150x150x150) mm

126
Grafik 1 - Hubungan antara kekuatan tekan dengan Faktor Air Semen
(Benda uji kubus ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm)

127
Grafik 2 - Hubungan antara kekuatan tekan dengan Faktor Air Semen
(Benda uji silinder ukuran diameter 150 mm, tinggi 300 mm)

128
Tabel 3 - Perkiraan kadar air bebas (Kg/m3) yang
dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan
pengerjaan adukan beton
Slump (Mm) 0-10 10-30 30-60 60-180
_
ukuran besar butir agregat Jenis agregat --- --- --- --
maksimum (mm)
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10 batu pecah 180 205 230 250
_Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20 batu pecah 170 190 210 225
_Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40 batu pecah 155 175 190 205
_
Catatan :
Koreksi suhu udara:
untuk suhu di atas 25 °C, setiap kenaikan 5 °C harus ditambah air 5 liter per m3 adukan
beton.

Tabel 4 - Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus

Jumlah
semen Nilai FAS
KONDISI LINGKUNGAN
minimum per maksimum
m3 beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325 0.52
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton diluar bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325 0.60
langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0.60
langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325 0.55
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah 375 0.52
atau air tanah
Beton yang kontinue berhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0.57
b. Air laut 375 0.52

129
Tabel 5 - Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat sebagai Kandungan semen


SO3 minimum ukuran
nominal agregat
Dalam tanah maksimum (kg/m3)
Kadar Sulfat Faktor
Total SO3 Tipe
ganggua (SO3) air
SO3 (%) dalam Semen
n sulfat dalam semen
campura
air 40 20 10
n
tanah mm mm mm
Air:Tana
g/l
h = 2 :1
g/l
Tipe 1
dengan
Kurang Kurang Kurang
1 atau tanpa 80 300 350 0,50
dari 0,2 dari 1,0 dari 0,3
pozolan
(15-40%)
Tipe 1
dengan
atau tanpa 290 330 350 0,50
pozolan
(15-40%)
Tipe 1
pozolan
2 0,2-0,5 1,0-1,9 0,3-1,2
(15-40%)
atau 270 310 360 0,55
semen
portland
pozolan
Tipe II
250 290 340 0,55
atau tipe V
Tipe 1
pozolan
(15-40%)
atau 340 380 430 0,45
3 0,5-1 1,9-3,1 1,2-2,5 semen
portland
pozolan
Tipe II
290 330 380 0,50
atau tipe V
Tipe II
4 1,0-2,0 3,1-5,6 2,5-5,0 330 370 420 0,45
atau tipe V
Tipe II
Lebih Lebih Lebih atau tipe V
5 330 370 420 0,45
dari 2,0 dari 5,6 dari 5,0 lapisan
pelindung

130
Tabel 6 - Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air

Kondisi Kandungan semen minimum


3
lingkungan Faktor air- (kg/m )
Jenis beton yang semen Tipe semen Ukuran nominal maksimum
berhubungan maksimum agregat
dengan 40 mm 20 mm
Air tawar 0,50 Tipe V 280 300
Tipe I +
pozolan (15-
40%) atau
Air payau 0,45
Bertulang semen
atau portland
prategang pozolan 340 380
0,50 Tipe II atau
tipe V
Air laut
0,45 Tipe II atau
tipe V

Tabel 7 - Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar


(Kerikil atau Koral)

Persentase berat bagian yang lewat ayakan


Ukuran mata ayakan
Ukuran nominal agregat (mm)
(mm)
38 – 4,76 29,0 – 4,76 9,6 – 4,76
38,1 95 – 100 100 -
19,0 37 – 70 95 – 100 100
9,52 10 – 40 30 – 60 50 – 85
4,76 0 - 10 0 - 10 0 - 10

4.2.3.6 Berat Jenis Relatif Agregat

Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut :


1) Diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat dipakai nilai di bawah ini :
a) Agregat tak dipecah : 2,5
b) Agregat dipecah : 2,6 atau 2,7
2) Berat jenis agregat gabungan (Bj ag ) dihitung sebagai berikut :
Bj ag = (persentase agregat halus) x (berat jenis agregat halus) + (persentase
agregat kasar) x (berat jenis agregat kasar)

4.2.3.7 Proporsi Campuran Beton

Proporsi campuran beton (semen, air, agregat halus dan agregat kasar ) harus dihitung
dalam kg per m3 adukan.

131
4.2.3.8 Koreksi Proporsi Campuran

Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus
dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat.
Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling
sedikit satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus sebagai berikut :
1) air = B - (Ck - Ca ) x C/I 00 - (Dk. - Da) x D/100;
2) agregat halus = C + (Ck - Ca) x C/100;
3) agregat kasar = D + (Dk - Da) x D/100
dengan:
B adalah jumlah air (kg/m3)
C adalah jumlah agregat halus (kg/m3)
D adalah jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca adalah absorpsi air pada agregat halus (%)
Da adalah absorpsi agregat kasar (%)
Ck adalah kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk adalah kandungan air dalam agregat kasar (%)

5. Cara Pengerjaan

Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton Normal dilakukan sebagai berikut:


1) Ambil kuat tekan beton yang diisyaratkan f Xc pada tertentu;
2) Hitung deviasi standar menurut ketentuan butir 4.2.3.1 1);
3) Hitung mlai tambah menurut butir 4.2..3.1. 21;
4) Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f'Xcr menurut butir 4.2.3.1 3);
5) Tetapkan jenis Semen;
6) Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam bentuk tak
dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan,
7) Tentukan faktor air Semen menurut butir 4.2.3.2 bila dipergunakan grafik 1 atau 2
ikuti langkah-langkah berikut
a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel 2,
sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai;
b. Lihat Grafik 1 untuk benda uji berbentuk kubus atau grafik 2 untuk benda uji
berbentuk silinder;
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air-semen 0,5 sampai Memotong
kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir I di atas;
d. Tarik garis lengkung melalui titik pada sub. butir 3 Secara proporsional
e. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampal memotong
kurva baru yang ditentukan pada sub butir 4 di atas;

132
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan
faktor air- semen yang diperlukan;
8) Tetapkan faktor air-semen maksimum menurut butir 4.2.3.2 2) (dapat ditetapkan
sebelumnya atau tidak ). Jika nilai faktor air-semen yang diperoleh dari butir 7 di
atas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang dipakai yang terendah;
9) Tetapkan slump;
10) Tetapkan ukuran agregat maksimum jika tidak ditetapkan lihat butir 4.2.3.4;
11) Tentukan nilai kadar air bebas menurut butir 4.2.3.5 dari Tabel 3
12) Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar air bebas dibagi faktor air-
semen;
13) Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan;
14) Tentukan jumlah semen Seminimum mungkin. jika tidak lihat tabel 4,5,6 jumlah
semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan;
15) Tentukan faktor air-semen yang disesuaikan ,jika jumlah semen berubah karena
lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari
jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air-semen harus
diperhitungkan kembali;
16) Tentukan susunan butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah dikenal
dan sudah dilakukan analisa ayak menurut Standar yang berlaku, maka kurva
dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam Grafik
3 sampai dengan 6.
17) Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7, 8, atau 9.
18) Tentukan persentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik 13
sampai dengan 15; Dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum menurut
butir 10, slump menurut butir 9, faktor air - semen menurut butir 15 dan daerah
susunan butir-butir 16, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat
dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah Seluruhnya dari pasir atau fraksi
agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di
Indonesia seringkali dijumpai bagi an yang l ebih halus dari 5 mm dalam jumlah
yang lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang
diperlukan harus dikurangi;
19) Hitung berat jenis relatif agregat menurut butir 4.2.3.6;
20) Tentukan berat isi beton menurut grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas yang
sudah ditemukan dari Tabel 3 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan
menurut butir 18,
21) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;

133
22) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalan hasil kali persen pasir butir 18
dengan agregat gabungan butir 21;
23) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan butir
21 dikurangi kadar agregat halus butir 22; dari langkah-langkah tersebut di atas
butir 1 sampai butir 23 sudah dapat diketahui susunan campuran bahan-bahan
untuk campuran beton.
24) Proporsi campuran, kondisi agregat jenuh kering permukaan;
25) Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada butir 4.2.3.8 ;
26) Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan
yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut :
a. Jika harga yang di dapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik, jika tidak, maka campuran
perlu dibetulkan;
b. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah ( demiklan juga kadar semennya, karena faktor air
semen harus dijaga agar tetap tak berubah );
c. Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor
air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi sesuai dengan Grafik 1
atau 2.

134
Lampiran A
Daftar Istilah
Pembanding faktor air-semen : Water cement ratio
Pembuatan rencana campuran : Mix design process
Campuran coba : Trial mix
Nilai tambah : Margin
Kuat tekan yang disyaratkan : The Specified characteristic stremgth
Bahan tambah : Additif

Lampiran B
Notasi dan grafik
1) Notasi
f Ic : Kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
f cr : Kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan
s : Deviasi standar, Mpa
M : Margin
K : Tetapan statistik yang tergantung pada banyaknya bagian yang cacat
S : Kondisi jenuh permukaan kering

2) Grafik

135
136
137
138
139
140
Slump: 0 -10 mm Slump: 10 -30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump: 60 - 180 mm
vebe: > 12 s vebe: 6 -12 s vebe: 3 -6 s vebe: 0 -3 s

80

70

60 1
ta
ge 1
rg
a 2
la 1
to 50
t
ra 2
d
ak 2
p 2 3
ad
a 40
rh 3
e
t 3
ri 3
sa 4
p
n
e 30 4
sr 4 4
e
P

20

10

0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1

Faktor Air -Semen

Grafik 13. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 10 mm
141
Slump : 0 - 10 mm Slump : 10 - 30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump : 60 - 180 mm
vebe : > 12 s vebe : 6 - 12 s vebe : 3 - 6 s vebe: 0 - 3 s

80

70

60
ta
g
e
rg 1
al
at
o 50 1
t
r
ad 1 1
a 2
k
p
ad 2
a 40
h
re 2
t 2
ri 3
s 3
ap
n 30 3
e
sr 4 4
3
e
P
4
4
20

10

0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1

Faktor Air - Semen

Grafik 14. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 20 mm

142
Slump : 0 - 10 mm Slump : 10 - 30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump : 60 - 180 mm
vebe : > 12 s vebe : 6 - 12 s vebe : 3 - 6 s vebe : 0 - 3 s

80

70

60
t
ag
re
ga
l
at 1
to 50
ra
d
a
k 1
p
ad
ah 40 1 2
re
t
irs 2
ap 2 3
n 30
e 1
rse
P 3 4
2 3
20 4
3 4

4
10

0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1

Faktor Air - Semen

Grafik 15. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 40 mm

143
2800

2700

Berat jenis relatif agregat


2600
kombinasi (kondisi jenuh
3) kering permukaan)
m
/g
k(
n 2500
o
t 2.9
e
b
is
i
t 2400 2.8
o
b
o
B 2.7

2300
2.6

2200
2.5

2.4

2100
120 140 160 180 200 220 240 260

Kadar air bebas (kg/m 3)

Grafik 16. Perkiraan bobot isi beton berdasarkan BJ. gabungan dan kadar air bebas(kg/m 3)

144
Contoh merencanakan campuran beton

Buatlah campuran beton dengan ketentuan sebagai berikut :

- Kuat tekan yang disyaratkan = 22,5 N/mm2 untuk umur 28 hari, benda uji berbentuk
silinder 15 x 30 cm sebanyak 15 buah dan jumlah yang mungkin tidak memenuhi syarat
= 5 % (K = 1,64 ).
- Deviasi standar ditetapkan 4 Mpa
- Semen yang dipakai semen Portland tipe 1
- Tinggi slump disyaratkan 30 – 60 mm
- Nilai FAS maks. 0,60
- Kadar semen min. 275 kg/m3

Data- data agregat adalah seperti dalam tabel berikut :

Tabel 1.
Hasil Analisa saringan agregat kasar dan halus

% lolos kumulatif
No.saringan (mm)
Ag. halus Ag.kasar
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm

Tabel 2.
Data sifat fisik agregat

Sifat Agregat Ag. Halus Ag. Kasar


Berat Jenis ( JKP ) 2,50 2,66
Penyerapan Air (%) 3,10 1,63
Kadar Air (%) 6,50 1,06

Untuk mencari susunan uji pergunakanlah daftar isian yang tersedia dan ikutilah langkah –
langkah berikut :

145
FORMULIR ISIAN RANCANGAN CAMPURAN BETON
No Uraian Tabel / Grafik / Nilai
Perhitungan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan Ditetapkan 22,5 Mpa pada 28 hari, bagian
(Benda uji Kubus / Silinder) cacat 5 persen, k = 1,64
2 Deviasi Standar Butir 4.3.2.1.1.(2) 4 Mpa atau tanpa data
tabel 1 …………Mpa
3 Nilai Tambah (margin) Butir 4.2.3.1.2 1,64 x 4 Mpa = 6,5 Mpa
4 kekuatan rata-rata yang ditargetkan Butir 4.2.3.1.3 22,5 +6,5 = 29 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Portland tipe 1
6 Jenis Agregat : Kasar batu pecah
Halus alami (batu tak dipecah)
7 Faktor Air-Semen bebas Tabel 2 Ambil nilai terendah
Grafik 1 atau 2 0,6
8 Faktor Air-Semen maksimum Butir 4.2.3.2.2 -
9 Slump Ditetapkan
Butir 4.2.3.3 30 - 60 mm
10 Ukuran Agregat maksimum Ditetapkan
Butir 4.2.3.4 40 mm
11 Kadar Air bebas Tabel 3
3
Butir 4.2.3.5 170 Kg/m
12 Jumlah Semen 11 : 8 atau 7 283 Kg/m3
13 Jumlah Semen Maksimum Ditetapkan - Kg/m3
14 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan 275 Kg/m3
Butir 4.2.3.2 (pakai bila lebih besar dari 12, lalu
Tabel 4,5,6 hitung 15 )
15 Faktor Air-Semen yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus grafik 3 s/d 6 daerah gradasi susunan butir no.2
17 Susunan agregat kasar atau Grafik 7,8,9 atau tabel 7
gabungan grafik 10, 11, 12 -
18 Persen agregat halus Grafik 13 s/d 15 atau
perhitungan 32,80%
19 Berat jenis relatif agregat gabungan diketahui / dianggap 2,61
20 Berat isi beton Grafik 16 2,380 Kg/m3
21 Kadar agregat gabungan 20 - (12 + 11) 2380 - 170 - 283 = 1927 Kg/m3
22 Kadar agregat halus 18 x 21 32,8 % x 1927 = 632,1 Kg/m3
23 Kadar agregat kasar 21- 22 1927 - 632,1 = 1295 Kg/m3
3
24 Proporsi campuran : ( / m )
- Semen 283 kg
- Air 170 kg
- Agregat halus 632,1 kg
- Agregat kasar 1295 kg

3
25 Koreksi Proporsi campuran : ( / m )
- Semen 283 kg
- Air 155,62 kg
- Agregat halus 653,6 kg
- Agregat kasar 1288 kg

146
Penjelasan pengisian Formulir

1. Kuat tekan yang disyaratkan sudah ditetapkan 22,5 N/mm2 untuk umur 28 hari
2. Deviasi standar ditetapkan 4 Mpa
3. Cukup jelas
4. Cukup jelas
5. Jenis semen ditetapkan tipe 1
6. Jenis agregat diketahui :
- Agregat halus pasir alami
- Agregat kasar berupa batu pecah
7. Faktor air semen bebas :
Dari tabel 2 diketahui untuk agregat kasar batu pecah dan semen tipe 1 kekuatan tekan
silinder 28 hari yang diharapkan dengan FAS 0,5 adalah 37 Mpa, harga ini dipakai untuk
membuat kurva yang harus diikuti menurut grafik 2 dalam usaha mencari faktor air
semen yang direncanakan sebagai berikut :
Dari titik kekuatan tekan 37 Mpa tarik garis datar hingga memotong garis tengah yang
menunjukkan FAS 0,5.
Melalui titik potong ini lalu gambarkan kurva yang berbentuk kira-kira sama dengan
kurva disebelah atas dan bawahnya (garis putus-putus). Kemudian dari titik kekuatan
tekan beton yang direncanakan (dalam hal inii 29 Mpa) tarik garis datar hingga
memotong kurva garis putus-putus yang dibuat.
Dari titik potong ini tarik garis tegak ke bawah hingga memotong sumbu X (absiska) dan
baca FAS yang diperoleh dalam hal ini didapatkan 0,60.
8. FAS maks. Dalam hal ini ditetapkan 0,60, bila FAS yang diperoleh dari grafik 1 tidak
sama dengan FAS maks. Maka gunakanlah nilai FAS yang terkecil.
9. Slump ditetapkan setinggi 30 – 60 mm.
10. Ukuran agregat maksimum dari tabel diperoleh sebesar 40 mm.
11. Kadar air bebas : untuk mendapatkan kadar air bebas pakailah tabel 3, ukuran agregat
gabungan yang menggunakan pasir alami (batu tak dipecahkan) dengan batu pecah
ukuran maks. 40 mm dengan slump 30 – 60 mm, maka kadar air bebas harus
diperhitungkan antara 160 – 190 kg/m3 , memakai rumus sebagai berikut :
2/3 Wh + 1/3 Wk
dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus (batu tak dipecahkan)
Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar (batu dipecahkan)
Maka didapat :
2/3 (160) + 1/3 (190) = 170 kg/m3

147
12. kadar semen : cukup jelas yaitu : 170 : 0,60 = 283 kg/m3
13. kadar semen maks : tidak ditetapkan jadi dapat diabaikan
14. kadar semen minimum : diitetapkan 275 kg/m3, seandainya kadar semen yang didapat
dari perhitungan 12 belum mencapai syarat minimum yang ditetapkan, maka gunakan
kadar semen minimum yang ditetapkan dan FAS harus disesuaikan.
15. FAS yang disesuaikan dalam hal ini diabaikan karena syarat minimum semen sudah
terpenuhi.
16. Susunan besar butir agregat halus dari tabel 1 diperoleh termasuk dalam daerah
susunan butir no 2
17. Cukup jelas
18. Persen bahan yang lebih halus dari 4,8 mm:
Ini dicari dari grafik 15, untuk kelompok ukuran butiran maks. 40 mm dengan susunan
butir no 2, maka persen agregat halus diiperoleh antara 30 – 37,5 %. Nilai yang dipakai
dapat diambil dari kedua nilai ini (biasanya nilai rata-rata sebesar 35 %), atau dengan
cara perhitungan sebagai berikut :

Spesifikasi Agregat Gabungan

No. Saringan Ukuran maks. 9,6 mm Ukuran maks. 19 Ukuran maks. 40


(mm) mm mm
38 100 100 100
19 100 100 50 – 75
9.6 100 45 – 75 36 – 60
4.8 30 – 75 30 – 48 24 – 47 *
2.4 20 – 60 23 – 42 18 – 38
1.2 16 – 46 16 – 34 12 – 30
0.6 12 – 34 9 – 27 7 – 23
0.3 4 – 20 2 – 12 3 – 15
0.15 0–6 0 – 1.5 0–5

% lolos kumulatif
No.saringan (mm)
Ag. halus Ag.kasar
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
Persentasi agregat /m3 ( menggunakan rumus ) :
Misal : diambil saringan no. 4,8 ( dari data didapat ukuran maks. Agregat 40 mm)

148
Yo = (24 + 47) / 2 = 35,5
Y1 = 98
Y2 = 5

Maka :

35,5 = 98 x ( X/100) + 5 x (100 – X) / 100


35,5 = 0,98X + 5 – 0,05X
30,5 = 0,93 X
X = 32,8

Maka proporsi : Agregat halus = 32,8 %


Agregar kasar = (100 – 32,8 ) = 67,2 %
19. Berat jenis relatif agregat : ini merupakan merupakan berat jenis gabungan antara ag.
Halus dengan ag. Kasar, dari perhitungan 18 kita sudah mendapatkan persentasi ag.
Halus dan ag. Kasar, maka Bj relatif agregat adalah :
( 0,328 x 2,50) + (0,672 x 2,66) = 2,61

20. Berat isi beton : diperoleh dari grafik 16 dengan jalan membuat grafiik baru yang sesuai
dengan nilai berat jenis agregat relatif yaitu 2,61. Titik potong grafik baru tadi dengan
tegak yang menunjukkan kadar air bebas (dalam hal ini 170 kg/m3), menunjukkan nilai
berat isi beton yang direncanakan. Dalam hal ini didapatkan angka sekitar 2,380 kg/m3
21. Kadar agregat gabungan = berat isi beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air
bebas ; 2,380 – 283 – 170 = 1927 kg/m3
22. Kadar agregat halus : cukup jelas
23. Kadar agregat kasar : cukup jelas
24. Proporsi campuran
Dari langkah no.1 sampai no. 23 kita dapatkan susunan campuran beton teoritis untuk
tiap m3 sebagai berikut :
- semen portland = 283 kg
- kadar air bebas = 170 kg
- agregat halus = 32,8 % x 1927 = 632,1 kg
- agregat kasar = 1927 – 632,1 = 1295 kg

25. Koreksi proporsi campuran


Untuk mendapatkan susunan campuran yang sebenarnya yaitu yang akan kita pakai
sebagai campuran uji, angka-angka teoritis tersebut perlu dibetulkan dengan
memperhitungkan jumlah besarnya kadar air dan penyerapan masing –masing agregat,
sehingga akan diperoleh jumlah kadar air bebas yang dibutuhkan oleh masing-masing
agregat.

149
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar air ag. Halus lebih besar dari penyerapannya,
sehingga dalam agregat halus terdapat kelebihan air sebesar :
( 6,50 – 3,10 ) x ( 632,1/ 100) = 21,50 kg
sedangkan agregat kasar kadar airnya lebih kecil dari penyerapan, sehingga terdapat
kekurangan air sebesar :
(1,63 – 1,08) x ( 1295/100) = 7,12 kg
dengan menambahkan atau mengurangkan hasil-hasil perhitungan tadi, maka akan kita
dapatkan susunan proporsi campuran yang seharusnya kita timbang ( dengan ketelitian
5 kg) yaitu :
- semen portland = 283 kg
- air : 170 – 21,50 + 7,12 = 155,62 kg
- ag. Halus : 632,1 + 21,50 = 653,6 kg
- ag. Kasar : 1295 – 7,12 = 1288 kg
Total = 2380,22 kg
proporsi campuran yang dibutuhkan untuk membuat 15 buah benda uji silinder ukuran
15 x 30 cm adalah sebagai berikut :
berat total campuran = Volume silinder x berat isi beton x jumlah benda uji
= (((3,14 x (15)2) / 4 ) x 30) x 2,38 x 15
= 189, 16 kg
pembulatan untuk menghindari kekurangan menjadi 200 kg
maka proporsi campuran untuk 15 benda uji silinder 15 x 30 cm adalah :

- semen ; 200 / 2380,22 x 283 = 23,78 kg


- air ; 23,78 / 283 x 155,62 = 13,08 kg
- Ag. Halus ; 23,78 / 283 x 653,6 = 54,92 kg
- Ag. Kasar ; 23,78 / 283 x 1288 = 108,23 kg

Total = 200 kg

150

Anda mungkin juga menyukai