Tahun 2014
K E M E N T ER I A N PE KE R J AA N U M U M
BA D A N PE NEL I TIA N DA N P EN G EM BA NG A N
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JL. A.H. Nasution No.264 Ujung Berung BANDUNG 40294 Tlp (022) 7802251 Fax (022) 7802726 e-mail info@pusjatan.pu.go.id
i
Kata Pengantar
Beton adalah salah satu jenis material yang umum digunakan dalam konstruksi bangunan
seperti bangunan gedung, dam, jalan, jembatan dll. Beton termasuk bahan campuran yang
mudah diperoleh, karena disamping komponen-komponen bahannya seperti semen,
agregat, dan air mudah diperoleh, juga mudah dicampur, diangkut maupun dicetak dalam
bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Namun demikian, untuk mendapatkan beton yang
bermutu bukanlah hal yang mudah. Hasil akhir mutu beton setelah keras bergantung pada
banyak faktor yang harus dikendalikan, antara lain mutu bahan campuran, rancangan
campuran, pengendalian mutu beton segar saat pelaksanaan, dan perawatan (curing)
beton. Buku ini memuat pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan-bahan
campuran beton dan pengujian beton keras, sehingga diharapkan dapat membantu para
teknisi laboratorium, perancang campuran beton, pelaksana, dan pengawas pekerjaan
beton dalam upaya mendapatkan hasil akhir beton yang bermutu. Disadari, bahwa
meskipun sudah diusahakan disusun semaksimal mungkin, tapi pasti buku ini masih
memiliki banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu kepada
yang berkenan memberi saran dan masukan untuk perbaikan buku ini akan diterima dan
diperhatikan sebaik-baiknya. Terima kasih.
Terima kasih
i
Daftar Isi
ii
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON DAN PENGUJIAN BETON KERAS
1 Pendahuluan
Sejak dahulu hingga sekarang beton merupakan bahan yang umum digunakan dalam
pembangunan konstruksi seperti gedung, jembatan, jalan, dam, pelabuhan dll. Beton
didefinisikan sebagai bahan campuran yang terdiri dari komponen-komponen utama semen
Portland, agregat, air dengan perbandingan tertentu. Namun untuk tujuan memperoleh sifat
beton tertentu terkadang digunakan bahan tambah kimia maupun yang non kimia dalam
campuran beton.
Beton memiliki sifat plastis atau kondisi segar (fresh concrete) saat dibuat dan
dilaksanakan (pencampuran, pengangkutan, pengecoran, dan pemadatan), lalu secara
perlahan seiring dengan waktu beton akan berubah ke kondisi terjadi pengikatan (setting)
karena adanya proses hidrasi, dan akhirnya menjadi keras dan kaku seperti batu.
Oleh karena itu beton yang dibuat harus memenuhi tiga kriteria utama, yaitu
kemudahan pengerjaan saat kondisi adukan beton masih segar (workability), mencapai nilai
kekuatan minimum (strength) pada umur beton tertentu setelah kondisi beton keras, dan
kemampuan mempertahankan kekuatan beton keras (durability) hingga rentang waktu
tertentu sebagai umur rencana yang ditetapkan . Mutu kemudahan pengerjaan (Workability)
adukan beton segar dapat diketahui melalui pemeriksaan keseragaman campuran secara
visual, konsistensi/kekentalan/kelecakan adukan antara lain dengan pengujian slump, bobot
isi beton segar, dan kadar udara dalam beton segar. Mutu kekuatan beton keras (strength)
bisa diketahui melalui pemeriksaan merusak (destructive test) pada benda-benda uji yang
dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu dan diuji pada waktu tertentu, atau pemeriksaan
tidak merusak (non destructive test) yang hasilnya dapat memberikan indikasi nilai kekuatan
tertentu. Mutu keawetan beton keras (durability) identik dengan faktor-faktor pencapaian
tingkat impermeability beton keras, dan ketahan beton terhadap faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan mutu kekuatan beton.
Ketiga kriteria atau persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh satu proporsi bahan
campuran yang diperoleh dari rancangan campuran (mix design). Disamping tiga kriteria
utama tersebut mungkin juga ditambahkan persyaratan lain seperti tingkat kekedapan
(impermeability), besarnya susut beton (shrinkage).
Baik atau tidaknya suatu campuran beton salah satunya bergantung pada kualitas
bahan-bahan yang digunakan dalam campurannya. Bahan campuran beton secara umum
terdiri dari: agregat kasar, agregat halus, air dan semen. Kualitas bahan yang baik dan
memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang ditentukan akan memberikan jaminan kualitas
beton yang dihasilkan menjadi baik.
2 Prosedur pengujian
Pengujian-pengujian terhadap bahan campuran beton maupun beton segar dan beton
keras, dilakukan sesuai dengan standard atau pedoman yang berlaku saat ini. Untuk
pengujian-pengujian yang belum ada standard dan atau pedoman nya, maka pengujian
dilakukan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat yang dikeluarkan pabrikan atau sesuai
dengan langkah-langkah pengujian terdahulu yang telah dipublikasikan.
Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan-bahan campuran beton adalah
sebagai berikut:
a) Pengujian Agregat, meliputi;
Pengujian analisa saringan (gradasi) agregat halus dan agregat kasar
Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus dan agregat kasar
Pengujian berat isi agregat halus dan agregat kasar
iii
Pengujian butiran yang lebih halus dari saringan no. 200 (0,075 μm) dalam agregat
halus dan agregat kasar
Pengujian kadar lempung dan butiran mudah pecah dalam agregat halus dan agregat
kasar
Pengujian kadar kotoran organik dalam agregat halus
Pengujian butiran pipih dan panjang agregat kasar
Pengujian tingkat keausan agregat kasar dengan menggunakan mesin abrasi Los
angeles
Pengujian tingkat keausan agregat kasar dengan cara penekanan (crushing value)
Pengujian kadar air agregat halus dan agregat kasar
b) Tata cara rancangan campuran beton normal serta Tata cara pembuatan dan perawatan
benda uji beton di laboratorium.
c) Pengujian semen, meliputi;
Pengujian tingkat kehalusan semen Portland dengan cara penyaringan
Pengujian berat jenis semen Portland
Pengujian konsistensi dan waktu pengikatan awal semen Portland
Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland
Pengendalian mutu beton dilakukan untuk menjamin bahwa beton yang yang
dihasilkan memenuhi kriteria perencanaan yang telah ditentukan. Pengendalian mutu beton
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a) Pengujian mutu beton segar, yang meliputi;
Pengujian tingkat kelecakan beton segar (Slump Test atau Flow Test)
Pengujian bobot isi beton segar
Pengujian kandungan udara dalam beton segar
b) Pengujian mutu beton keras, yang meliputi;
Tata cara capping silinder beton
Pengujian kuat tekan beton
Pengujian kuat lentur beton
Pengujian kuat tarik belah beton
Pengujian kuat tekan beton inti hasil pemboran (Core Drill)
Pengujian tingkat homogenitas dan perkiraan mutu beton permukaan dengan alat palu
beton (Hammer Test)
iv
PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-1968-1990
AASHTO T-27
ASTM C 136-96a
Susunan gradasi dan
ukuran maksimum agregat
berdasarkan hasil pengujian 3) MAKSUD
ini digunakan dalam
perencanaan campuran
untuk menentukan perkiraan Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui prosentase berat
kadar air bebas dan benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap
komposisi penggunaan
Agregat per meter kubik.
berat total benda uji.
4) PERALATAN
2 1
1
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
2
Susunan saringan yang
digunakan adalah sebagai
berikut :
Ag. Kasar :
- 3 ” (75 mm)
- 2 ½ ” (63,5 mm)
- 2 ” (50 mm)
- 1 ½ ” (37,5 mm)
- 1 ” ( 25 mm)
- ¾ ” (19,1 mm)
- ½ ” (12,5 mm)
- 3/8 ” (9,5 mm)
- No.4 (4,75 mm)
Ag. Halus :
7) PERHITUNGAN
Gunakan bantuan sikat Persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing
kawat untuk membersihkan
benda uji yang tertinggal di
atas saringan, kecuali untuk
saringan = Berat kumulatif benda uji tertahan x 100 %
saringan No. 100 dan No. Berat total benda uji setelah disaring
200 gunakan kuas dengan
bulu halus agar tidak
merusak membran saringan Modulus kehalusan :
3
4
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PERESAPAN AIR
AGREGAT HALUS
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan berat jenis curah (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dan penyerapan dari agregat halus.
2) ACUAN
SNI 03-1970-1990
AASHTO T-84
ASTM C128-93
3) MAKSUD
Pengujian berat jenis dan Pengujian ini bermaksud untuk mendapatkan angka berat jenis curah
penyerapan dilakukan (bulk), berat jenis jenuh kering permukaan (JKP) (saturated surface dry
untuk menentukan
proporsi agregat yang = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus.
digunakan dalam suatu
rancangan campuran
beton. Kesalahan dalam
pengujian ini dapat
4) PERALATAN
menyebabkan komposisi
perbandingan campuran 1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dan ketelitian
yang tidak sesuai sehingga 0,1 gram.
mutu beton segar yang di
dapat tidak sesuai dengan
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
yang direncanakan. 3. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 + 3)
mm, diameter bagian bawah (90 + 3) mm dan tinggi (75 + 3)
mm, dibuat dari logam dengan ketebalan minimum 0,8 mm.
4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata,
berat (340 + 15) g, diameter permukaan penumbuk (25 + 3)
mm.
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 ± 5)°C.
6. Saringan No. 4
7. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 10C.
8. Talam
9. Bejana tempat air
10. Pompa hampa udara (vacuum pump)
11. Air suling
12. Desikator.
4
5) BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 1000 gram.
6) PROSEDUR
5
2. Dinginkan benda uji pada suhu kamar.
3. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 4 )
jam.
Untuk menghindari, 4. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang
hilangnya agregat yang hilang, tebar agregat di atas talam, keringkan di udara panas
yang lebih halus, dengan membalik-balikkan benda uji sampai tercapai keadaan
buanglah air perendam jenuh kering permukaan (JKP).
melewati saringan No.16
dan No.200.
6
6. Setelah keadaan JKP tercapai, masukkan 500 g benda uji kering-
permukaan jenuh, ke dalam piknometer (Bj).
7
9. Timbang berat piknometer yang berisi air sampai tanda batas pada
piknometer (B), kemudian ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar (25°C).
7) PERHITUNGAN
d. Penyerapan Bj - Bk
(Absorption ) = x 100 %
Bk
8
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PERESAPAN AIR AGREGAT KASAR
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan berat jenis curah (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dan penyerapan dari agregat kasar.
2) ACUAN
SNI 03-1969-1990
AASHTO T-85-74
ASTM C 127-93
3) MAKSUD
4) PERALATAN
Pengujian berat jenis dan
penyerapan dilakukan
untuk menentukan 1. Keranjang kawat ukuran 5,55 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8)
proporsi agregat yang dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
digunakan dalam suatu 2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat
rancangan campuran
beton. Kesalahan dalam
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
pengujian ini dapat keranjang.
menyebabkan komposisi 3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
perbandingan campuran sampai (110 ± 5)°C.
yang tidak sesuai sehingga
mutu beton segar yang di
4. Alat pemisah contoh.
dapat tidak sesuai dengan 5. Saringan No. 4.
yang direncanakan.
9
5) BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 diperoleh dari
alat pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 5 kg.
6) PROSEDUR
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
Bila penyerapan dan harga
berat jenis digunakan
melekat pada permukaan.
dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya
digunakan pada keadaan
kadar air aslinya maka
tidak perlu dilakukan
pengeringan dengan oven.
10
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 - 3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 4) jam.
Untuk mencegah benda uji
SSD menjadi kering,
segera masukkan benda
uji yang telah mencapai
kondisi SSD ke dalam
kantung plastik atau
wadah yang tertutup rapat.
5. Keluarkan benda uji dan air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar
pengeringan harus satu persatu.
11
7. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba), simpan wadah benda uji kosong di atas timbangan..
7) PERHITUNGAN
d. Penyerapan Bj - Bk
(Absorption ) = x 100
Bk
12
PENGUJIAN BOBOT ISI (UNIT WEIGHT) DAN RONGGA UDARA
DALAM AGREGAT
1) RUANG LINGKUP
Metode Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini
mencakup :
1. perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan
rongga udara dalamagregat;
2. ketentuan-ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji
dan laporan hasil uji.
2) ACUAN
SNI 03-4804-1998
ASTM C 29/29M-91a
3) MAKSUD
Pengujian ini dilakukan
dengan tujuan terutama
Yang dimaksud dengan :
sebagai dasar dalam 1. Bobot isi agregat adalah berat agregat persatuan isi;
mengkonversi satuan 2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;
berat manjadi satuan
volume. 3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah
dan kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan
suatu beton semen hidrolik atau adukan;
4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari
batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari indsutri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40
mm;
5. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi
secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm;
6. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang
diantara butirbutir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang
padat.
4) PERALATAN
1. Timbangan
2. Batang penusuk
3. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam atau bahan
kedap air sesuai dengan Tabel 1;
4. Sekop atau sendok
5. Peralatan kalibrasi berupa plat gelas dengan tebal minimum 6
mm dan paling sedikit 25 mm lebih besar daripada diamter
takaran yang dikalibrasi;
13
Tabel 1 - Kapasitas Penakar Untuk Berbagai Ukuran Agregat
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
Cara kerja pengujian bobot isi agregat dapat dilihat berikut ini :
Kondisi Padat
kondisi padat dapat dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk :
14
cara tusuk
15
6. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu
sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8. Hitung berat isi agregat menurut rumus 1 dan 2 pada bagian
perhitungan
Cara ketuk
Kondisi gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok :
16
4. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg, dan hitung berat isi
agregat
7) PERHITUNGAN
Keterangan :
M = Berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
G = Berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = Berat Penakar, Kg;
V = Volume penakar, dalam m3;
F = Faktor penakar, dalam m3.
Keterangan :
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan,
dalam kg/m3;
M = Berat isi dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
A = Absorpsi, dalam %.
17
PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT
YANG LOLOS SARINGAN NO. 200
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan jumlah bahan yang terdapat dalam
agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian.
2) ACUAN
SNI 03-4142-1996
ASTM ASTM C 117-95
3) MAKSUD
18
5) BENDA UJI
Bila agregat berupa Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran
campuran dari agregat agregat maksimum.
halus dan agregat kasar,
agregat tersebut Berat minimum benda uji untuk ukuran maksimum :
dipisahkan menjadi 2 • 2.36 mm = 100 gram
bagian dengan saringan
No.4
• 4.75 mm = 500 gram
• 9.50 mm = 1000 gram
• 19.00 mm = 2500 gram
• ≥ 38.10 mm = 5000 gram
6) PROSEDUR
19
4. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian
kedalam susunan saringan no. 16 dan no. 200.
20
7. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
7) PERHITUNGAN
(W1 - W3)
Prosentase bahan yang lolos saringan No. 200 = x100%
(W1 - W2)
21
METODE PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG
DAN BUTIR-BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT
1) RUANG LINGKUP
Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini
Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan,
cara pengujian untuk menentukan persen gumpalan lempung dan
butir-butir mudah pecah dalam agregat.
2) ACUAN
SNI 03-4141-1996
ASTM C 142-90
3) MAKSUD
Gumpalan lempung dan
butir-butir mudah
pecah dalam agregat
Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
alam adalah Pecah Dalam Agregat dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
butir-butir agregat yang dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan gumpalan
mudah pecah dengan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat alam.
cara ditekan di antara
Ibu jari dan jari
telunjuk, setelah
agregat tersebut 4) PERALATAN
direndam dalam air
suling selama (24 ± 4) Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
jam;
1. Saringan terdiri dari
No. 20 (0,85 mm), No.16 (1,18 mm), No. 8 (2,36 mm), No. 4
(4,75 mm), 3/8" (9,50 mm), 3/4" (19,00 mm) dan 11/ 2" (38,10
Lempung mempunyai mm);
sifat kembang susut 2. Wadah tahan karat yang cukup untuk menebarkan benda uji,
yang tinggi, sehingga
dapat menyebabkan
sehingga dapat menyebar tipis pada dasar wadah;
kesalahan dalam 3. Timbangan untuk menentukan berat benda uji mempunyai
penentuan kadar air ketelitian ± 0,1% dari berat benda uji;
campuran beton. 4. oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)°C.
22
5) BENDA UJI
Benda uji agregat halus
adalah agregat yang Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dan harus
butirannya lolos sudah terlebih dahulu melalui pengujian, sesuai dengan SNI 03
saringan Nomor 4 (4,75 4142-1963, tentang pengujian jumlah bahan dalam agregat yang
mm) dan tertahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm)
Nomor 16 (1,18 mm)
dengan berat mininium
100 gram:
Tabel 1 - Ketentuan Berat Kering Minimum Benda Uji
6) PROSEDUR
23
3. masukkan air suling ke dalam wadah, sehingga benda uji
cukup terendam dan biarkan selama (24 ± 4) jam;
Penyaringan basah 5. pisahkan benda uji yang sudah pecah dari sisa benda uji yang
adalah penyaringan masih utuh dengan penyaringan basah di atas saringan
yang dilakukan dengan
cara, melewatkan dengan ukuran sesuai Tabel 2;
air di atas benda uji dan
mengguncangkan
saringan dengan
tangan, sehingga
semua benda uji di
bawah ukuran saringan
dengan mudah dapat
terpisahkan.
24
7) PERHITUNGAN
(W–R)
P= x 100 ……………………………. (1)
W
Keterangan :
P = Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam
Agregat (%)
W = Berat benda uji (gram);
R = Berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing -
masing ukuran saringan setelah dilakukan penyaringan
basah (gram).
25
PENGUJIAN KOTORAN ORGANIK
DALAM AGREGAT HALUS
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi pengujian kotoran organik dalam pasir alam
yang akan digunakan sebagai bahan campuran mortar atau beton.
2) ACUAN
SNI 03-2816-1992
AASHTO T-21
ASTM C 40-92
3) MAKSUD
Adanya bahan-bahan
organik di dalam beton, Pengujian ini bermaksud untuk menentukan adanya bahan organik
dapat menyebabkan
terjadinya pelapukan
dalam pasir alam dengan tujuan mengetahui batasan bahan
beton sehingga durabilitas organik di dalam agregat halus.
beton menjadi lebih
rendah
4) PERALATAN
26
6) PROSEDUR
Larutan NaOH 3% dibuat 2. Tambahkan larutan NaOH 3 % sampai kira-kira 2/3 isi botol,
dengan cara melarutkan
30 gram NaOH padat tutup botol lalu kocok kuat-kuat.
dalam air hingga
mencapai volume 1000
mL.
27
4. Bandingkan warna yang terjadi terhadap warna standar No. 3
atau organik plate.
7) PERHITUNGAN
Laporkan kotoran organik : lebih muda, sama atau lebih tua dari
warna standar no. 3.
28
PENGUJIAN AGREGAT KASAR UNTUK BETON
CARA UJI BUTIRAN PIPIH DAN PANJANG
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-1765-1990
3) MAKSUD
Butiran pipih dan panjang, Maksud dari pengujian ini adalah memperoleh prosentase
mempunyai sifat mudah
patah, bidang gelincir
banyaknya butiran yang pipih dan panjang dalam sutau kumpulan
kecil dan luas bidang agregat, dengan membandingkan antara jumlah berat butiran yang
permukaan yang besar. pipih dan panjang dengan jumlah berat total butiran dalam satu
Sifat-sifat tersebut dapat
menyebabkan; kebutuhan atau lebih fraksi agregat.
air campuran yang lebih
besar, kesulitan
workabilitas beton dan
penurunan kekuatan tekan 4) PERALATAN
beton. Jumlah total
butiran pipih dan panjang
dalam agregat yang
1. Timbangan
diijinkan adalah sebesar 2. Wadah penampung
25%. 3. Oven
4. Saringan.
5. Jangka sorong.
6. Thickness gauge.
29
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
30
4. Pisahkan antara agregat yang lolos dan yang tertahan pada
alat thickness gauge.
lebar
panjang
tebal
pipih panjang
31
8. Gabungkan butiran yang pipih dan panjang untuk tiap-tiap
fraksi timbang beratnya (W2).
9. Timbang berat butiran yang baik untuk tiap tipa fraksi (W3)
32
METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT
DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-2417-1991
ASTM C 131-96
Keausan agregat kasar
untuk beton normal di
batasi maks. 40%, 3) MAKSUD
sedangkan untuk beton
mutu tinggi dibatasi maks.
20%. Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan
ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
Mesin terdiri dari silinder mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles.
baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter
71 cm (28") panjang dalam
50 cm (20"). Silinder 4) PERALATAN
bertumpupada dua poros
pendek yang tak menerus
dan berputar pada poros 1. Mesin Los Angeles, beserta bola-bola baja dengan diameter
mendatar. Silinder rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan berat masing masing antara 400
berlubang untuk gram sampai 440 gram;
memasukkan benda uji.
Penutup lubang terpasang 2. saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya;
rapat sehingga permukaan 3. timbangan, dengan ketelitian 5 gram;
dalam silinder tidak
terganggu. Dibagian
4. oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
dalam silinder terdapat memanaskan sampai (110±5)°C.
bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm
(3,56").
33
5) BENDA UJI
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110
± 5)°C. sampai berat tetap.
6) PROSEDUR
1. Contoh uji dan bola-bola baja sesuai gradasi benda uji yang
digunakan dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.
34
2. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500
putaran untuk gradasi A,B, C , dan D ; 1000 putaran untuk
gradasi E, F dan G.
7) PERHITUNGAN
Keausan dilaporkan
sebagai hasil rata-rata dari
dua pengujian yang
dinyatakan A - B
sebagai bilangan bulat KEAUSAN % = X 100
dalam persen.
A
Dimana :
A= Berat contoh uji semula ( gram)
B= Berat contoh uji tertahan saringan No. 12 ( gram)
35
PENGUJIAN KETAHANAN AGREGAT TERHADAP TEKANAN
(CRUSHING VALUE)
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-1968-1990
B.S 812.
3) MAKSUD
4) PERALATAN
1. Tongkat pemadat
2. Pelat baja sesuai ukuran silinder
3. Plunyer baja penekan
4. Pan
5. Saringan
6. Oven
7. Cetakan silinder baja
8. Timbangan
9. Mesin UTM
10. Mistar perata
5) BENDA UJI
36
6) PROSEDUR
1. Bersihkan benda uji, cuci dan keringkan dalam oven pada suhu
(110+5)0C sampai berat tetap.
37
4. Ratakan permukaan silinder baja dari kelebihan benda uji
dengan mistar perata, jaga jangan sampai ada benda uji yang
hilang selama proses pemadatan.
5. Timbang benda uji yang tersisa bila ada (W 2).
Untuk mendapatkan
kecepatan pembebanan 7. Jalankan mesin tekan dengan kecepatan 4 ton per menit
yang konstan dapat
dilakukan dengan
sampai menekan sebesar 40 ton.
kecepatan 1 ton / 15 detik. 8. Lepaskan tekanan secara perlahan-lahan, keluarkan silinder
baja dari landasan penekan.
38
9. Keluarkan benda uji dari dalam cetakan silinder baja, jangan
sampai ada bagian yang hilang, saring dengan saringan No.
7.
7) PERHITUNGAN
(W1 – W2) - W3
Crushing Value % = X 100
(W1 – W2)
39
PENGUJIAN KADAR AIR
AGREGAT
1) RUANG LINGKUP
Pengujian kadar air dilakukan terhadap kandungan air yang ada dalam
agregat, baik di permukaan maupun di dalam pori agregat, menggunakan
oven pemanas
2) ACUAN
SNI 03-1971-1990
5) BENDA UJI
40
6) PROSEDUR
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110
5°)C sampai beratnya tetap.
41
Kondisi berat tetap 5. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta
tercapai setelah dalam
selang waktu 5 menit
talam (W4) kemudian hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4
dilakukan dua kali - W1).
penimbangan terhadap
benda uji yang
dikeringkan, dan tidak ada
perubahan berat yang
7) PERHITUNGAN
lebih besar dari 2%.
Laporkan Kadar Air dalam persen dan dua angka dibelakang koma
( W3 – W5 )
Kadar air agregat adalah % Kadar Air Agregat = x 100
perbandingan antara berat W5
air yang dikandung Dimana :
agregat dengan berat
agregat dalam keadaan
kering. W3 = Berat benda uji semula dalam gram
W5 = Berat benda uji kering dalam gram
42
METODA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON
DI LABORATORIUM
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-2493-1991
3) MAKSUD
4) PERALATAN
1. Cetakan
2. Batang penusuk/Penggetar internal/Penggetar Eksternal,
3. Alat Uji Slump
4. Wadah Adukan / mesin pengaduk (mixer)
5. Ayakan
6. Alat Uji Kadar Udara
7. Timbangan
8. Pengaduk Beton
9. Palu karet
10. Sekop
43
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
Persiapan cetakan Lakukan pencetakan benda uji dengan ketentuan sebagai berikut :
meliputi pembersihan
cetakan dari kotoran, lalu
1. Sekop atau sendok aduk diletakkan dibawah permukaan
beri lapisan oli bagian atas cetakan dimana adukan beton akan dituangkan.
secukupnya pada bagian 2. Masukkan adukan beton kedalam cetakan secara berlapis
dalam pemukaan cetakan.
sesuai dengan jenis benda uji
Catatan :
Pemadatan dengan getaran internal jangan
dilakukan untuk contoh uji silinder dengan diameter
100 mm atau kurang, dan contoh uji prisma atau
balok dengan sisi 100 mm atau kurang.
46
4. Selanjutnya beton diratakan dengan menggunakan alat
penusuk terlebih dahulu untuk pemadatan awal. Pada lapisan
akhir, ditambahkan adukan beton sampai melebihi permukaan
cetakan agar tidak perlu penambahan kembali setelah beton
dipadatkan.
10. Lepaslah benda uji dari cetakan setelah 20 jam dan jangan lebih
dari 48 jam setelah pencetakan.
11. Lakukan perawatan benda uji sampai saat dilakukan pengujian.
7) PERHITUNGAN
48
PENGUJIAN KEHALUSAN
SEMEN PORTLAND
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 15-2530-1991
5) BENDA UJI
49
6) PROSEDUR
50
4. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas,
kosongkan dan bersihkan pan, kemudian pasang kembali.
Gunakan kain atau tissue 5. Ambil tutup saringan dengan hati-hati, apabila ada partikel
kering untuk pada tutup saringan, kembalikan ke dalam saringan, lalu
membersihkan pan. lanjutkan penyaringan dengan cara menggoyang-goyangkan
Lakukan penyaringan saringan secara perlahan selama 9 menit.
dengan kecepatan
gerakan kira-kira 150 kali
per menit. Lakukan
pekerjaan ini di atas kertas
putih, bila terdapat partikel
yang keluar atau terapung
di atas kertas segera
kembailan ke dalam
saringan. Penyaringan
dihentikan apabila benda
uji yang lolos saringan
tidak lebih dari 0,05 gram
selama 1 menit.
A
% Kehalusan = x 100
B
dimana :
A : Berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan (gram)
B : Berat contoh uji awal (gram)
52
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 15-2531-1991
3) MAKSUD
Berat jenis semen
portland tipe I umumnya
adalah 3,15. Perhitungan Pengujian ini bermaksud menentukan berat jenis semen portland,
berat jenis ini digunakan berat jenis semen adalah perbandingan antara berat semen pada
sebagai dasar dalam
perhitungan komposisi
suhu kamar dengan berat kerosin atau Naptha yang mempunyai
semen campuran beton berat jenis 62 API.
dengan dasar berat.
4) PERALATAN
1. Botol Le Chatelier
2. Termometer
3. Corong, pipet, kertas tissue, wadah
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
5. Kerosin bebas air atau Naptha dengan BJ 62 API
6. Alat bantu lainnya.
53
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
Suhu konstan di peroleh 2. masukkan botol yang beirisi cairan ke dalam bak air, biarkan
apabila variasi suhu cairan sampai diperoleh suhu yang konstan. Kemudian baca skala
dalam botol dengan suhu
air < 0,2 °C. pada botol (V1).
54
Gunakan peralatan bantu 3. Masukkan benda uji semen ke dalam botol sedikit-demi
seperti corong dan lidi
atau kawat, untuk sedikit, jaga agar agar tidak ada benda uji yang menempel
menghindari pada dinding botol di atas permukaan cairan.
menempelnya benda uji
pada dinding botol.
Biasanya diperlukan 4. setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan
waktu + 20 menit, untuk
menghilangkan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara
gelembung-gelembung tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
udara yang terperangkap
di dalam botol.
55
7) PERHITUNGAN
Berat semen
Berat jenis semen = xd
( V2 – V1 )
dimana :
V1 : Pembacaan pada skala pertama
V2 : Pembacaan pada skala kedua
d : Berat jenis air
56
PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL
SEMEN PORTLAND
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-6826-2002
5) BENDA UJI
57
6) PROSEDUR
Kebutuhan air pengaduk 1. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam
pada umumnya berkisar mangkok pengaduk lalu diamkan selama 30 detik.
antara 24% sampai 28%
dari berat semen
58
3. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel di pinggir mangkuk.
59
6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, masukkan ke dalam
cincin konik yang terletak di atas permukaan pelat kaca melalui
lubang besar cincin hingga terisi penuh.
Berat bagian alat Vicat 8. Letakkan cincin di bawah jarum besar Vicat dan kontakkan
yang jatuh bebas haruslah jarum tepat di atas permukaan pasta.
seberat 300 + 0,5 gram,
terdiri dari batang alat
Vicat, jarum besar dan
60
penunjuk ukuran. Pada
saat mengontakkan jarum
besar tepat di atas
permukaan pasta,
pastikan bahwa jarum
penunjuk berada pada
posisi nol.
30
25
Penurunan (mm)
20
15
10
0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
Prosentase Air (%)
61
PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN
SEMEN PORTLAND
1) RUANG LINGKUP
1. Satu set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat, jarum kecil dan
cincin konik
2. Neraca analitis kapasitas maksimum 200 gram dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
3. Gelas kimia
4. Sendok perata
5. Mixer pengaduk
6. Stopwatch
7. Thermometer beton
8. Moist cabinet
62
5) BENDA UJI
Kebutuhan air suling yang
digunakan sama dengan
kebutuhan air suling pada
1. Semen Portland sebanyak 300 gram
penentuan konsistensi 2. Air suling
normal untuk penurunan
10 + 1 mm.
6) PROSEDUR
63
2. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5
rpm) selama 30 detik.
64
5. Hentikan pengadukan, keluarkan pasta dari dalam mangkuk,
bentuklah pasta menyerupai bola dengan tangan, kemudian
lemparkan dari satu ke tangan lainnya selama 6 kali dengan
jarak lemparan 15 cm.
65
8. Letakkan cincin konik yang berisi pasta tersebut di dalam suatu
moist cabinet selama 30 menit, letakkan thermometer beton di
atas permukaan pasta.
10. Longgarkan baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum
turun secara bebas dan catat penurunan yang diperoleh
setelah waktu penurunan 30 detik.
66
11. Pengujian pengikatan awal dilakukan terus menerus dalam
interval waktu menjatuhkan jarum setiap 15 menit sampai
diperoleh penurunan sebesar 25 mm setelah 30 detik.
Lanjutkan kembali pengujian sampai diperoleh penurunan
sebesar 0 mm setelah 30 detik
7) PERHITUNGAN
60
50
Penurunan (mm)
40
30
25
20
10
0
45 60 75 90 105 120 135
Waktu Penurunan (m enit)
67
PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR
SEMEN PORTLAND
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-6825-2002
68
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
69
3. Hentikan mesin pengaduk, diamkan selama 15 detik, bersihkan
mortar yang menempel pada pinggir mangkuk.
apabila nilai leleh yang 5. Hentikan pengadukan, kemudian lakukan percobaan leleh
ditentukan belum tercapai
(110+ 5 mm), ulangi mortar dengan cara mengisikan campuran mortar ke dalam
pekerjaan pembuatan cetakan leleh yang terletak di atas meja leleh. Isi cetakan
campuran dari langkah dalam dua lapis, dimana masing-masing lapisan dipadatkan
pertama dengan merubah
jumlah air. sebanyak 20 kali, ratakan permukaan cetakan, diamkan
selama 60 detik kemudian angkat tegak lurus secara perlahan-
lahan .
70
6. Segera setelah cetakan diangkat, jatuhkan meja leleh dengan
ketinggian jatuh 13 mm, 25 kali dalam 15 detik. Ukur nilai leleh
menggunakan jangka sorong dengan cara mengukur pada
empat garis diameter mortar, lalu ambil nilai rata-ratanya.
71
9. Setelah cetakan terisi penuh seluruhnya, ratakan permukaan
atas cetakan kemudian simpan cetakan dalam suatu ruangan
atau wadah yang lembab selama 24 jam.
7) PERHITUNGAN
Beban maksimum
Kekuatan tekan mortar = (kg/cm2)
Luas permukaan tekan
72
PENGUJIAN SLUMP BETON
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton segar baik
dilaboratorium maupun di lapangan
2) ACUAN
SNI 03-1972-1990
ASTM C 143
3) MAKSUD
5) BENDA UJI
Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah benda uji
yang diambil dari setiap 1 kali campuran beton segar
73
6) PROSEDUR
Cara kerja pengujian slump beton dapat dilihat dari Poin 1 sampai
poin 6
Cetakan harus ditahan 1. Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab,
secara kokoh di tempat tidak menyerap air dan kaku.
selama pengisian, oleh
operator yang berdiri di
atas bagian injakan
Untuk lapisan bawah ini 2. Isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari
akan membutuhkan volume cetakan.
penusukan secara
miring dan membuat
sekira setengah dari
jumlah tusukan dekat
ke batas pinggir
cetakan
74
Dalam pengisian dan
pemadatan lapisan
atas, lebihkan adukan
beton di atas cetakan
sebelum pemadatan
dimulai. Bila
pemadatan
menghasilkan beton
turun dibawah ujung
atas cetakan,
tambahkan adukan
beton untuk tetap
menjaga adanya
kelebihan beton pada
bagian atas dari
cetakan. 4. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan
beton pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan
batang penusuk di atasnya.
Selesaikan seluruh 5. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat
pekerjaan pengujian
dari awal pengisian dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan
hingga pelepasan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral
cetakan tanpa atau torsional.
gangguan, dalam waktu
tidak lebih dari 2 ½
menit
7) PERHITUNGAN
Bila terjadi keruntuhan Nilai Slump = Tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi
atau keruntuhan geser penurunan
beton pada satu sisi
atau sebagian massa,
abaikan pengujian
tersebut dan buat
pengujian baru dengan
porsi lain dari contoh.
75
PENGUJIAN BOBOT ISI BETON SEGAR
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan bobot isi dari campuran beton
segar.
2) ACUAN
AASHTO T 121
ASTM C 138-92
4) PERALATAN
Semua peralatan yang
digunakan dalam
kondisi lembab (Basah
1. Timbangan
permukaan) 2. Batang penusuk/Penggetar internal
3. Wadah ukur
4. Pelat perata
5. Palu karet
6. Sendok beton
7. Lap kain basah
76
5) PROSEDUR
77
Pemilihan metode 3. Masukkan campuran beton segar ke dalam bejana secara
pemadatan berlapis;
berdasarkan nilai
slump:
Nilai slump > 75 mm,
pemadatan dilakukan
dengan cara
penusukan.
Nilai slump antara 25
mm dan 75 mm,
pemadatan dilakukan
dengan cara
penusukan atau
penggetaran internal.
Nilai slump < 25 mm,
maka pemadatan
dilakukan dengan
cara penggetaran.
78
Tusukan lapisan
bawah tidak boleh
menyentuh wadah ukur
bagian bawah.
Penusukan dilakukan
secara merata di atas
penampang melintang
wadah ukur dan untuk
dua lapis di atasnya,
tusukan menembus
lapisan di bawahnya
sedalam 25 mm.
Pemadatan Dengan
Cara Penggetaran 6) PERHITUNGAN
Wadah ukur diisi
dalam dua lapis yang Hitung Bobot isi dengan rumus sebagai berikut :
sama.
Masukkan alat Mc Mm
penggetar pada tiga D
tempat yang berbeda di Vm
setiap lapis.
Untuk pemadatan Keterangan :
lapis bawah, alat
penggetar diusahakan D = bobot isi beton, kg/m3
tidak mengenai bagian Mc = berat wadah ukur yang diisi beton, kg
bawah wadah ukur. Mm = berat wadah ukur, kg
Dalam pemadatan lapis
terakhir, alat penggetar
Vm = volume wadah ukur, m3
harus menembus
setiap lapis yang di Selain mengetahui nilai bobot isi, pengujian ini juga dapat
bawahnya kira-kira 25 mengetahui nilai :
mm. a. Volume produksi campuran, dengan rumus sebagai berikut :
Alat penggetar
harus ditarik secara
hati-hati agar tidak ada M
udara yang Y
terperangkap dalam D
beton. Keterangan :
D adalah bobot isi beton, kg/m3
M adalah berat total material dalam campuran, kg
Y adalah volume produksi campuran, m3
79
Nilai Ry yang lebih besar dari 1,00 menunjukkan suatu
kelebihan beton yang diproduksi sedangkan untuk nilai yang
lebih kecil menunjukkan campuran kurang dari volume
desain.
T D
A x 100
T
atau
Y V
A x 100
Y
Keterangan :
A = kadar udara dalam beton (%)
D = bobot isi beton, kg/m3
T = berat isi teoritis beton, kg/m3
Y = volume produksi campuran, m3
V = volume absolut total, m3
80
PENGUJIAN KADAR UDARA
DALAM BETON SEGAR
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan nilai kandungan udara dalam beton
segar untuk pengujian laboratorium dan lapangan.
2) ACUAN
SNI 03-3418-1994
AASHTO T-152-01
4) PERALATAN
81
5) PROSEDUR
Lakukan tahapan 1.b 1. Sebelum digunakan, peralatan harus dikalibrasi yang meliputi :
sampai 2 atau 3 kali,
bila tidak tepat maka a. Volume bejana;
lakukan penyetelan Timbang bejana kosong = W1;
sampai jarum Isi bejana dengan air sampai penuh dan ratakan
menunjukkan angka 0
permukaannya dengan kaca;
(nol).
Timbang bejana dan air = W2;
Jika perbandingan Hitung volume bejana [(W2-W1)/BJ air];
skala sesuai, maka
skala pembacaan kadar b. Tekanan awal dari alat ukur tekanan udara;
udara benar dan bila
tidak dilakukan Isi bejana dengan air;
pengaturan kembali. Pasang tutup bejana;
Tutup semua kran dan kencangkan tutup bejana dengan
memutar baut untuk menghindari kebocoran;
Ruang udara diberi tekanan dengan pompa sedikit lebih
tinggi dari angka 0 (nol); Setelah 5 detik, buka kran
pengatur udara hingga jarum penunjuk tekanan tetap pada
titik skala tekanan awal;
Buka katup udara dan periksa apakah alat pengukur
tekanan awal tepat menunjukkan angka 0 (nol);
25 x
3 lapis
82
10 x
83
e. Baca dan catat angka yang terlihat pada jarum penunjuk,
angka tersebut adalah nilai kandungan udara sebelum
koreksi (A1);
f. Angka pembacaan tersebut adalah nilai kandungan udara
beton segar (A1).
Air
84
d. Bila agregat sudah masuk bejana semua, lalu pasang tutup
bejana dan kencangkan dengan memutar baut untuk
menghindari kebocoran;
6) PERHITUNGAN
S
FS xFb
B
S
CS xCb
B
Keterangan :
FS = berat agregat halus setelah dikoreksi (kg)
CS = berat agregat kasar setelah dikoreksi (kg)
S = volume contoh beton segar dalam bejana (lt) (= volume
bejana)
85
B = volume satu campuran beton segar (lt)
Fb = berat agregat halus untuk satu campuran (kg)
Cb = berat agregat kasar untuk satu campuran (kg)
A=A1-G.
Keterangan :
A = kandungan kadar udara beton segar terkoreksi (%)
A1 = nilai kandungan udara beton segar (%)
G = nilai kadar udara agregat (%)
86
PEMBUATAN KAPING UNTUK BENDA UJI
SILINDER BETON
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi pembuatan kaping untuk benda uji silinder beton
yang terbuatdari campuran belerang dan fly ash.
2) ACUAN
SNI 03-6429-2000
ASTM C 617-94
3) MAKSUD
Salah satu faktor yang Pekerjaan ini bermaksud untuk memberi lapisan perata bagi
dapat mempengaruhi nilai permukaan tekan benda uji silinder beton.
kuat tekan beton adalah
kerataan permukaan
benda uji. Permukaan
benda uji yang tidak rata 4) PERALATAN
dapat menyebabkan
ketidak merataan
distribusi beban yang 1. Kuas
disalurkan dari mesin 2. Pelumas
tekan terhadap bidang
tekan benda uji, sehingga 3. Cetakan baja
dapat menurunkan 4. Sendok logam
kekuatan tekan yang
dihasilkan.
5. Timbangan
6. Pot pemanas listrik
87
6) PROSEDUR
Selesaikan pekerjaan ini 3. Letakkan salah satu permukaan tekan benda uji silinder diatas
dalam waktu yang tidak cetakan baja yang telah diisi bahan caping cair.
terlalu lama, sebelum
cairan mulai mengeras
88
Bila lapisan kaping tidak 4. Setelah cairan kaping cukup keras dan menempel pada
sempurna (miring, retak,
terlepas dari benda uji) permukaan beton ambil benda uji dari cetakan baja dengan hati-
lepaskan seluruh belerang hati.
yang telah menempel
kemudian ulangi
pekerjaan.
7) PERHITUNGAN
89
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan nilai kuat tekan beton berujud
silinder ataupun kubus
2) ACUAN
SNI 03-1974-1990
3) MAKSUD
4) PERALATAN
1. Timbangan
2. Mesin uji tekan
3. Satu set alat pelapis
Apabila dilakukan
perawatan pada bak
5) BENDA UJI
perendam, ambillah
benda uji yang akan Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton
ditentukan kekuatan
tekannya dari bak
perendam /
pematangan (curing), 6) PROSEDUR
bersihkan dari kotoran
yang menempel dengan
kain lembab
Lapislah (capping)
permukaan atas dan
bawah benda uji
dengan mortar
belerang
90
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang
konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik.
91
1 2 3 4 5
Cone / Kerucut Kerucut dan kolumnar Kerucut dan geser Geser Kolumnar
7) PERHITUNGAN
P
KTB = ----------
A
Keterangan :
KTB = Kuat tekan beton (kg/cm2) ;
P = Beban maksimum (kg) ;
A = Luas penampang benda uji (cm2).
92
PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON DENGAN BALOK
UJI SEDERHANA YANG DIBEBANI TERPUSAT LANGSUNG
1) RUANG LINGKUP
2) ACUAN
SNI 03-4154-1996
3) MAKSUD
4) PERALATAN
5) BENDA UJI
Selama pengujian Balok uji lentur dengan panjang balok empat kali lebar balok
berlangsung kedua blok
tumpuan tidak boleh
bergeser sehingga
bentang balok berubah
lebih dari 1,5 mm
93
6) PROSEDUR
7) PERHITUNGAN
3PL
f lt
2bd 2
Keterangan :
f1t = kuat lentur, dalam MPa ;
P = beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan
balok uji, dalam Newton ;
L = panjang bentang di antara kedua blok tumpuan,
dalam mm ;
b = lebar balok rata-rata pada penampang runtuh, (mm) ;
d = tinggi balok rata-rata pada penampang runtuh, (mm).
94
PENGUJIAN LENTUR BETON NORMAL
DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan besarnya kuat lentur dengan dua titik
pembebanan
2) ACUAN
4) PERALATAN
Jumlah benda uji dengan
campuran yang sama 1. Mesin uji tekan yang dilengkapi dengan dua buah blok tumpuan dan
untuk satu kali pengujian
minimum sebanyak tiga satu buah blok beban ;
buah 2. Timbangan ;
3. Alat ukur panjang ;
4. Jangka sorong.
Pembuatan benda uji
dilakukan dengan Peralatan yang digunakan dalam pengujian seperti pada gambar di
ketentuan pada Metode
Pembuatan dan Perawatan bawah ini
Benda Uji Beton di
Laboratorium No. SNI 03-
2493-1991 5) BENDA UJI
Balok uji lentur dengan panjang balok empat kali lebar balok
6) PROSEDUR
1. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji lentur beton dengan
jangka sorong, ukur dan catat panjang benda uji pada keempat
rusuknya kemudian timbang dan catat berat benda uji
Ɩ = 450 mm
b/2
b = 150 mm
b/2
95
titik pembebanan, dan garis sejauh 5% dari jarak bentang di luar titik
perletakan
3. Pasang dua buah perletakan dengan lebar bentang sebesar tiga kali
titik pembebanan dan pasang alat pembebanan sehingga mesin tekan
beton berfungsi menjadi alat uji lentur
4. Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda di atas dua perletakan
sedemikian sehingga tanda untuk tumpuan yang dibuat pada benda
uji, tepat pada pusat tumpuan dari alat uji, dengan kedudukan sisi
benda uji pada waktu pengecoran berada di bagian samping dan alat
penekan dapat menyentuh benda uji pada sepertiga panjang
96
7) PERHITUNGAN
1. Bila patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik
perletakan pada bagian tarik dari beton maka kuat lentur beton
dihitung dengan rumus :
P.L
l
b.h 2
2. Bila patahnya di luar daerah 1/3 jarak titik perletakan di bagian tarik
beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari
panjang titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung dengan
rumus :
3.P.a
l
b.h 2
keterangan:
l = kuat lentur benda uji (MPa) ;
P = beban tertinggi (ton) ;
L = jarak antara dua garis perletakan (mm) ;
b = lebar tampang lintang patah arah horisontal (mm) ;
h = lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm) ;
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar
yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi tarik dari
bentang (mm).
97
98
PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda uji
berbentuk silinder
2) ACUAN
SNI 03-2491-2002
3) MAKSUD
4) PERALATAN
5) BENDA UJI
6) PROSEDUR
98
Pelat atau batang penekan
tambahan tersebut harus
berukuran lebar minimal 50
mm dan tebal minimal
sama dengan jarak antara
tepi bidang tekan bawah
dari mesin uji hingga ujung
silinder benda uji
7) PERHITUNGAN
2P
fct
LD
dengan pengertian :
fct = kuat tarik belah, dalam MPa ;
P = beban uji maksimum (N) ;
L = panjang benda uji dalam mm ;
D = diameter benda uji dalam mm.
99
PENGUJIAN KUAT TEKAN
BETON INTI PEMBORAN
1) RUANG LINGKUP
Cara uji ini meliputi penentuan nilai kuat tekan dari silinder beton yang
diambil dengan cara pemboran.
2) ACUAN
SNI 03-3403-1994
3) MAKSUD
4) PERALATAN
h1
2. Ukur jarak terpendek antara sumbu tulangan dengan ujung benda uji,
lalu timbang benda uji.
3. Lapisi benda uji dengan lapisan untuk kaping, kemudian ukur panjang
benda uji (L) setelah di kaping dan rawat benda uji, setelah waktu
perawatan benda uji berakhir persiapkan benda uji untuk pengujian.
4. Letakan benda uji pada mesin uji tekan pada persiapan contoh uji
tanpa gerakan lateral atau torsional.
101
P
2 ~ 4 kg/cm2
5. Jalankan mesin uji tekan dengan penambahan beban uji yang konstan.
P maks.
P
1 2 3 4 5
Cone / Kerucut Kerucut dan kolumnar Kerucut dan geser Geser Kolumnar
7. Catat benda uji maksimum, gambar tipe keremukan dari benda uji, sifat
tampak bahan beton dari benda uji, dan ukuran maksimum agregat.
7) PERHITUNGAN
102
P
fc
2
D
4
di mana :
fc = Kuat tekan dalam MPa ;
P = Beban uji maksimum (hancur) yang ditunjukan oleh
mesin uji tekan dalam N ;
D = Diameter rata-rata benda uji dalam mm,
= 3.14
Kuat tekan benda uji beton inti yang dikoreksi, dihitung sampai
dengan ketelitian 0,5 Mpa dengan menggunakan rumus :
fcc = C0 . C1 . C2 . fc
dimana :
fcc = Kuat tekan beton inti yang dikoreksi dalam MPa
fc = Kuat tekan beton inti dalam MPa
C0 , C1 , C2 = Faktor pengali
103
PENGUJIAN ELEMEN STRUKTUR BETON DENGAN ALAT
PALU BETON TIPE N DAN NR
104
Lokasi-lokasi bidang uji 6) PROSEDUR
harus ditentukan sesuai
dengan dimensi elemen
struktur dan jumlah nilai
uji yang diperlukan untuk
perhitungan perkiraan
kekuatan beton
3. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak
terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm.
105
4. Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala lalu
hitung nilai rata-rata pembacaan ;
7) PERHITUNGAN
R
r 80
n Ra
di mana :
R = angka pantul
N = jumlah pengukuran pada beton
Ra = angka pantul yang didapat pada pemeriksaan
dengan landasan uji
106
PENGUKURAN KETEBALAN SELIMUT BETON DENGAN ELEKTROMAGNETIK
COVERMETER
1) RUANG LINGKUP
Ketebalan selimut aktual
adalah jarak antara
permukaan beton dan Pedoman ini menetapkan ketentuan mengenai penggunaan dan
permukaan tulangan beton prinsip – prinsip dasar alat elektromagnetik yang dapat
yang diperiksa.
memperkirakan ketebalan selimut beton dan posisi tulangan.
Pedoman ini juga menjelaskan metode dan aplikasi yang digunakan,
ketelitian yang diharapkan dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil.
3) MAKSUD
107
gangguan lain : pengaruh 5) PROSEDUR
gangguan akan terjadi
berdekatan dengan
struktur logam dengan - Hidupkan covermeter dan atur pengukur sampai jarum yang
ukuran yang berarti terdapat pada dial indikator (alat analog) menunjukkan nilai
seperti pengikat jendela ,
perancah dan pipa baja, sesuai dengan tanda kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrikan
terutama bila terdapat alat (“zeroing”). Untuk alat tipe digital, ikuti petunjuk persiapan
dibelakang detektor
alat yang dikeluarkan oleh pabrikan.
Korosi tulangan : bila - Untuk semua kasus, prosedur pendahuluan ini harus dilakukan
korosi tulangan terjadi , dengan hati-hati, dimana kepala detektor harus dijauhkan dari
khusunya kerak dan
meluas nya produk korosi permukaan beton bertulang dan semua hal yang dapat
kemungkinan terjadi mengganggu medan magnet harus diminimalisasi.
kesalahan dalam Menggerakkan detektor secara cepat harus dihindari karena
pembacaan selimut
terukur dapat mempengaruhi proses “zeroing”
- Periode pemanasan alat mungkin disyaratkan oleh produsen
setelah diperlukan proses penyesuaian lanjutan. Dalam segala
hal, tidak boleh dilakukan pengukuran sebelum pembacaan “nol”
stabil. Selama periode pengukuran, beberapa pengecekan “
zeroing” harus dilakukan.
- Untuk alat yang menggunakan tenaga baterai, periksalah
kekuatan baterai sebelum digunakan dan selama periode
pengukuran.
- Detektor kemudian dipindaikan di atas permukaan beton untuk
menentukan ada tidaknya tulangan dalam beton. Jika terdapat
tulangan dalam beton dan berada dalam rentang kerja
covermeter, maka hal tersebut akan ditunjukkan oleh alat
pengukur.
6) PELAPORAN
108
METODE UJI KECEPATAN RAMBAT GELOMBANG MELALUI BETON
1) RUANG LINGKUP
Ada beberapa faktor
yang ber pengaruh
terhadap hasil Metode uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat gelombang
pengukuran dengan longitudinal melalui beton. Metode uji ini tidak dapat diterapkan untuk
menggunakan
ultrasonik, yaitu: suhu,
rambat gelombang jenis lain yang melaui beton
kelembaban beton,
posisi tulangan pada
beton bertulang
2) ACUAN
ASTM C 597-02,IDT
3) MAKSUD
109
sirkuit pengukur waktu. Penguat (Amplifier) harus mempunyai respon
rata antara setengah dan tiga kali frekuensi resonan dari tranduser
penerima.
4. Unit penampil
5. Batang kalibrasi
6. Kabel penghubung
Bahan kental (seperti oli, jeli larut dalam air, karet lunak (moldable
rubber), atau gemuk (grease)) untuk menjamin efisiensi transfer
energi antara beton dan tranduser. Fungsi bahan perantara (Coupling
agent) adalah untuk menghilangkan udara antara permukaan kontak
dari tranduser dengan beton. Air dapat digunakan sebagai bahan
perantara bila dapat tergenang pada permukaan atau pada pengujian
di dalam air.
110
Salah satu sumber 5) CARA UJI
ketidakpastian pengujian
di permukaan adalah
panjang lintasan aktual 1. Pemeriksaan fungsi peralatan dan pengaturan waktu nol
dari pulsa. Oleh karena (zero –time)
itu, pembacaan secara
individual kurang teliti.
Pengujian permukaan Periksa peralatan apakah telah berfungsi dengan benar dan lakukan
bagaimanapun, telah
digunakan untuk
pengaturan waktu nol.
memperkirakan Gunakan bahan perantara pada ujung batang kalibrasi, kemudian
kedalaman lapisan lakukan penekanan pada kedua transduser dengan baik pada
permukaan dengan
kualitas masing-masing ujung batang kalibrasi sampai waktu tempuh yang
yang lebih rendah stabil ditampilkan pada unit penampil waktu. Atur waktu nol sampai
dengan membuat ditampilkan waktu tempuh sesuai dengan nilai yang ditandai pada
beberapa pengukuran
waktu tempuh dengan batang kalibrasi. Untuk beberapa
jarak yang bervariasi instrumen, pengaturan waktu nol dibuat dengan mengaplikasikan
antara tranduser. Dari
grafik waktu tempuh
bahan perantara (coupling agent) dan menekan permukaan kedua
terhadap jarak, transduser secara bersamaan. Peralatan seperti ini menggunakan
memperkirakan mikroprosesor untuk merekam waktu tunda, yang secara otomatis
kedalaman
beton dengan kualitas mengurangi pengukuran waktu tempuh berikutnya. Untuk peralatan
yang lebih rendah. seperti ini, ukur waktu tempuh melalui batang kalibrasi untuk
memastikan bahwa pengaturan waktu nol telah dilakukan secara
benar. Periksa pengaturan nol pada setiap jam selama
pengoperasian alat secara terus-menerus, dan setiap kali kabel
penghubung atau transduser diganti. Jika waktu yang ditampilkan
tidak sesuai dengan waktu tempuh dari batang kalibrasi, tidak
diperbolehkan menggunakan alat tersebut, dan kembalikan batang
serta alat tersebut
kepada pembuatnya.
111
Kualitas pelekatan 6) PROSEDUR
(coupling), penting bagi
akurasi dan rentangan
maksimum (maximum Untuk prosedur pengujian ada tiga macam cara menempatkan
range) dalam metode ini. Transduser penerima dan pengirim pada benda uji yang bisa
Pelekatan (coupling)
yang tidak memadai dilakukan untuk pengujian kerapatan beton. Hal ini bisa dilihat
akan menyebabkan dibawah ini :
pengukuran waktu yang
tidak stabil dan tidak
a) Berhadapan (pengujian langsung)
akurat, dan akan secara b) Tegak lurus (pengujian setengah langsung). Cara ini hanya dapat
signifikan mengurangi digunakan bila sudut antara Transduser serta jaraknya tidak
rentangan efektif dari
alat. Pengukuran ulang terlalu besar.
pada lokasi yang sama c) Sejajar (pengujian tidak langsung).
harus dilakukan untuk
meminimalkan salah
pembacaan karena
pelekatan (coupling)
yang kurang baik.
7) PERHITUNGAN
V=L/T
Keterangan :
V adalah kecepatan rambat gelombang, meter per sekon (m/s);
L adalah jarak antara pusat permukaan tranduser, meter (m);
T adalah waktu tempuh, sekon (s).
112
jarak tempuh (tanpa rusak) = X
jarak tempuh (terdapat retak)
2
2 0, 2 5 X h r2
X
waktu tempuh (tanpa retak) ts
Vc
113
METODE UJI PENGUKURAN
KEDALAMAN KARBONASI BETON KERAS
1) RUANG LINGKUP
Pengujian ini hanya
digunakan untuk
memperkirakan Metode ini mencakup ketentuan-ketentuan dan cara uji,
kedalaman beton yang pengukuran kedalaman karbonasi beton keras yang praktis dan
terkarbonasi
tidak merusak struktur beton.
2) ACUAN
-
5) BENDA UJI
Untuk kemudahan
pengujian supaya lubang Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah elemen
hasil pengeboran cepat beton yang sudah mengeras atau bisa juga pada lubang beton inti
kering bisa dilap dengan
menggunakan tissue
yang baru diambil pada saat itu.
kering Contoh benda uji seperti gambar dibawah ini
114
6) PROSEDUR
7) PELAPORAN
Laporan mencakup:
a) Waktu pengukuran (tanggal, bulan dan tahun).
b) Lokasi pengukuran.
c) Hasil pengukuran kedalaman karbonasi dan rata- ratanya.
d) Nama pemeriksa dan teknisi; dan
e) Keterangan lain yang dianggap perlu.
115
METODE UJI RESISTIVITAS
SEBAGAI INDIKATOR PERMEABILITAS BETON
1) RUANG LINGKUP
Beton bertulang
merupakan material
struktur yang umum Uji resistivitas merupakan pengujian nondestruktif yang digunakan
digunakan dalam dunia untuk mengukur tahanan listrik beton yang jenuh air yang dapat
konstruksi. Salah satu
parameter yang
dijadikan indikator permeabilitas beton di laboratorium dalam
mempengaruhi pembuatan rancangan campuran beton dan pengendalian mutu beton
durabilitas beton yaitu di lapangan. Hasil pengujian berupa nilai tahanan listrik dari benda uji.
permeabilitas. Pada
kondisi lingkungan
yang sama, beton
bertulang dengan 2) ACUAN
permeabilitas yang
lebih tinggi akan
memiliki tingkat
durabilitas yang lebih SNI 03-2493-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton
rendah, karena di laboratorium.
tulangan di dalam
beton lebih mudah
SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton
mengalami korosi. di lapangan.
Berdasarkan hal
tersebut, maka 3) MAKSUD
diperlukan suatu
pengukuran yang dapat
memperkirakan nilai Pengujian ini dapat dilakukan pada beton yang dibuat dengan atau
tahanan listrik tanpa bahan tambahan . Hasil yang diperoleh dapat menyimpang
(resistivitas) beton
sehingga dapat
apabila terdapat bahan lainnya yang bersifat penghantar listrik
diperkirakan tingkat (kalsium nitrit, baja tulangan, dan serat konduktif). Pengujian ini tidak
permeabilitas beton. dapat dilakukan pada beton inti, karena kemungkinan sudah
terkontaminasi oleh ion klorida sehingga tidak memberikan nilai yang
sebenarnya
Permeabilitas
kemampuan material
untuk melewatkan
partikel cair 4) PERALATAN
resistivitas
suatu besaran yang
menunjukkan besarnya
tahanan listrik beton
dengan satuan Ω.cm
116
5) BENDA UJI
a) Siapkan tiga buah benda uji beton berbentuk silinder yang sesuai
dengan benda uji dengan diameter minimal 100 mm dan tinggi
sedemikian sehingga jarak terdekat dari probe ujung minimal ke
tepi benda uji adalah satu kali jarak antar probe .
b) Benda uji dirawat dalam cetakan selama lebih kurang (24 jam ± 8
jam) pada temperatur (23 ± 2) °C sebelum dikeluarkan dari
cetakan. Segera setelah cetakan dibuka, buatlah empat tanda
pada penampang melingkar silinder dengan sudut 0°, 90°, 180°,
dan 270°. Dari tanda tersebut buat garis pada arah longitudinal
silinder yang berfungsi sebagai acuan saat dilakukan pengukuran.
c) Semua benda uji harus dirawat dalam keadaan lembab sesuai
dengan SNI 03-2493. Benda uji sebaiknya tidak direndam dalam
larutan air kapur jenuh, karena kondisi tersebut dapat mengurangi
resistivitas beton.
d) Pengujian ini dilakukan setelah beton tersebut berusia 28 hari.
6) PROSEDUR
117
7) PERHITUNGAN
Hitung nilai rata-rata dari rata-rata tiga buah benda uji yang berbeda
dan masukkan pada formulir (lampiran A). Gunakan Tabel 1. sebagai
dasar untuk interpretasi hasil pengukuran.
Resistivitas Permukaan
Permeabilitas Ion Khlorida
(kΩcm)
< 12 Tinggi
12 – < 21 Sedang
21 – < 37 Rendah
37 – 254 Sangat Rendah
> 254 Dapat Diabaikan
118
SNI-03-2834-2000
1. Ruang Lingkup
Tata Cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis perencanaan proporsi
campuran beton untuk digunakan sebagai salah satu acuan bagi para perencana dan
pelaksana dalam merencanakan proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan
tambah untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana.
2. Acuan
3. Pengertian
119
3) Agregat halus adalah pasir alami sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm;
4) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5 mm - 40;mm;
5) Kuat tekan beton yang disyaratkan f 'c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm,
tinggi 300 mm );
6) Kuat tekan beton yang ditargetkan f cr, adalah kuat tekan rata-rata yang diharapkan
dapat dicapai yang lebih besar dari f 'c
7) Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat;
8) Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton;
9) Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton (dinyatakan dalam mm )
ditentukan dengan alat kerucut Abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian
Slump Beton Semen Portland);
10) Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika amorf, apabila dicampur dengan
kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan yang
tergolong pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak
tanur tinggi;
11) Semen Portland-pozzolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan
antara 15% - 40% berat total campuran dan kandungan Si0 2 + A1 20, + FeO3
dalam pozolan minimum 70%;
12) Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum tanpa
persyaratan khusus;
13) Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14) Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi;
15) Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat;
16) Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.
120
4. Persyaratan – persyaratan
4.1 Umum
4.1.1 Bahan
121
4.1.3 Petugas dan Penanggung jawab Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
4.2 Teknis
4.2.2 Bahan
4.2.2.1 Air
4.2.2.2 Semen
4.2.2.3 Agregat
Agregat harus memenuhi SNI 03-1750-1990 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
122
n
(xi – x )2
i=1
s=
n-1
dengan:
s adalah deviasi standar
xi adalah kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji.
x adalah kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
n
xi
i=1
x=
n
dengan:
n adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah ( Satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji ).
Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus sebagai
berikut :
1. Mewakili bahan - bahan prosedur pegawasan mutu, dan kondisi produksi yang
serupa dengan pekerjaan yang diusulkan;
2. Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f 'c yang nilainya dalam batas 7 MPa
dari nilai fcr , yang ditentukan;
3. Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji
berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selama
jangka waktu tidak kurang dari 45 hari;
4. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi pasal
4.2.3.1 butir 1), tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 Nomor uji yang berurutan,
maka nilai d e v i a s i standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari
data hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari Tabel 1.
5. Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi
persyaratan butir 4.2.3.1 1) di atas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan f cr harus diambil tidak kurang dari (f'c + 12 MPa );
123
Tabel 1 - Faktor pengali untuk deviasi standar
bila data hasil uji yang tersedia kurang dari 30
M = 1,64 X Sr ;
dengan
M = adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan hasil
uji sebesar maksimum 5 %
Sr. adalah deviasi standar rencana
f'c r = f'c + M
f'c r = f'c + 1,64 sr
124
4.2.3.2 Pemilihan Faktor Air Semen
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan didasarkan :
1) hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari penelitian
lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak
tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat dipergunakan Tabel 2 dan
Grafik 1 atau 2;
2) untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi SNI 03-
1915-1992 tentang Spesifikasi Beton Tahan Sulfat dan SNI 03-2914-1994
tentang Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air, (Tabel 4,5,6 )
4.2.3.3 Slump
2/3 Wh + 1/3 W k
dengan:
Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus
W k adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada Tabel 3
125
Tabel 2 - Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air-semen 0,5 ,
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Catatan :
1 Mpa = 1 N/mm2 = 10 Kg/cm2
Kuat tekan silinder (150 mm x 300 mm) = 0,83 kuat tekan kubus (150x150x150) mm
126
Grafik 1 - Hubungan antara kekuatan tekan dengan Faktor Air Semen
(Benda uji kubus ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm)
127
Grafik 2 - Hubungan antara kekuatan tekan dengan Faktor Air Semen
(Benda uji silinder ukuran diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
128
Tabel 3 - Perkiraan kadar air bebas (Kg/m3) yang
dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan
pengerjaan adukan beton
Slump (Mm) 0-10 10-30 30-60 60-180
_
ukuran besar butir agregat Jenis agregat --- --- --- --
maksimum (mm)
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10 batu pecah 180 205 230 250
_Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20 batu pecah 170 190 210 225
_Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40 batu pecah 155 175 190 205
_
Catatan :
Koreksi suhu udara:
untuk suhu di atas 25 °C, setiap kenaikan 5 °C harus ditambah air 5 liter per m3 adukan
beton.
Tabel 4 - Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus
Jumlah
semen Nilai FAS
KONDISI LINGKUNGAN
minimum per maksimum
m3 beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325 0.52
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton diluar bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325 0.60
langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0.60
langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325 0.55
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah 375 0.52
atau air tanah
Beton yang kontinue berhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0.57
b. Air laut 375 0.52
129
Tabel 5 - Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat
130
Tabel 6 - Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air
Proporsi campuran beton (semen, air, agregat halus dan agregat kasar ) harus dihitung
dalam kg per m3 adukan.
131
4.2.3.8 Koreksi Proporsi Campuran
Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus
dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat.
Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling
sedikit satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus sebagai berikut :
1) air = B - (Ck - Ca ) x C/I 00 - (Dk. - Da) x D/100;
2) agregat halus = C + (Ck - Ca) x C/100;
3) agregat kasar = D + (Dk - Da) x D/100
dengan:
B adalah jumlah air (kg/m3)
C adalah jumlah agregat halus (kg/m3)
D adalah jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca adalah absorpsi air pada agregat halus (%)
Da adalah absorpsi agregat kasar (%)
Ck adalah kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk adalah kandungan air dalam agregat kasar (%)
5. Cara Pengerjaan
132
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan
faktor air- semen yang diperlukan;
8) Tetapkan faktor air-semen maksimum menurut butir 4.2.3.2 2) (dapat ditetapkan
sebelumnya atau tidak ). Jika nilai faktor air-semen yang diperoleh dari butir 7 di
atas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang dipakai yang terendah;
9) Tetapkan slump;
10) Tetapkan ukuran agregat maksimum jika tidak ditetapkan lihat butir 4.2.3.4;
11) Tentukan nilai kadar air bebas menurut butir 4.2.3.5 dari Tabel 3
12) Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar air bebas dibagi faktor air-
semen;
13) Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan;
14) Tentukan jumlah semen Seminimum mungkin. jika tidak lihat tabel 4,5,6 jumlah
semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan;
15) Tentukan faktor air-semen yang disesuaikan ,jika jumlah semen berubah karena
lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari
jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air-semen harus
diperhitungkan kembali;
16) Tentukan susunan butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah dikenal
dan sudah dilakukan analisa ayak menurut Standar yang berlaku, maka kurva
dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam Grafik
3 sampai dengan 6.
17) Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7, 8, atau 9.
18) Tentukan persentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik 13
sampai dengan 15; Dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum menurut
butir 10, slump menurut butir 9, faktor air - semen menurut butir 15 dan daerah
susunan butir-butir 16, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat
dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah Seluruhnya dari pasir atau fraksi
agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di
Indonesia seringkali dijumpai bagi an yang l ebih halus dari 5 mm dalam jumlah
yang lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang
diperlukan harus dikurangi;
19) Hitung berat jenis relatif agregat menurut butir 4.2.3.6;
20) Tentukan berat isi beton menurut grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas yang
sudah ditemukan dari Tabel 3 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan
menurut butir 18,
21) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;
133
22) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalan hasil kali persen pasir butir 18
dengan agregat gabungan butir 21;
23) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan butir
21 dikurangi kadar agregat halus butir 22; dari langkah-langkah tersebut di atas
butir 1 sampai butir 23 sudah dapat diketahui susunan campuran bahan-bahan
untuk campuran beton.
24) Proporsi campuran, kondisi agregat jenuh kering permukaan;
25) Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada butir 4.2.3.8 ;
26) Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan
yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut :
a. Jika harga yang di dapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik, jika tidak, maka campuran
perlu dibetulkan;
b. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah ( demiklan juga kadar semennya, karena faktor air
semen harus dijaga agar tetap tak berubah );
c. Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor
air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi sesuai dengan Grafik 1
atau 2.
134
Lampiran A
Daftar Istilah
Pembanding faktor air-semen : Water cement ratio
Pembuatan rencana campuran : Mix design process
Campuran coba : Trial mix
Nilai tambah : Margin
Kuat tekan yang disyaratkan : The Specified characteristic stremgth
Bahan tambah : Additif
Lampiran B
Notasi dan grafik
1) Notasi
f Ic : Kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
f cr : Kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan
s : Deviasi standar, Mpa
M : Margin
K : Tetapan statistik yang tergantung pada banyaknya bagian yang cacat
S : Kondisi jenuh permukaan kering
2) Grafik
135
136
137
138
139
140
Slump: 0 -10 mm Slump: 10 -30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump: 60 - 180 mm
vebe: > 12 s vebe: 6 -12 s vebe: 3 -6 s vebe: 0 -3 s
80
70
60 1
ta
ge 1
rg
a 2
la 1
to 50
t
ra 2
d
ak 2
p 2 3
ad
a 40
rh 3
e
t 3
ri 3
sa 4
p
n
e 30 4
sr 4 4
e
P
20
10
0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1
Grafik 13. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 10 mm
141
Slump : 0 - 10 mm Slump : 10 - 30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump : 60 - 180 mm
vebe : > 12 s vebe : 6 - 12 s vebe : 3 - 6 s vebe: 0 - 3 s
80
70
60
ta
g
e
rg 1
al
at
o 50 1
t
r
ad 1 1
a 2
k
p
ad 2
a 40
h
re 2
t 2
ri 3
s 3
ap
n 30 3
e
sr 4 4
3
e
P
4
4
20
10
0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1
Grafik 14. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 20 mm
142
Slump : 0 - 10 mm Slump : 10 - 30 mm Slump : 30 - 60 mm Slump : 60 - 180 mm
vebe : > 12 s vebe : 6 - 12 s vebe : 3 - 6 s vebe : 0 - 3 s
80
70
60
t
ag
re
ga
l
at 1
to 50
ra
d
a
k 1
p
ad
ah 40 1 2
re
t
irs 2
ap 2 3
n 30
e 1
rse
P 3 4
2 3
20 4
3 4
4
10
0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1 0 0.4 0.6 0.8 1
Grafik 15. Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk butiran maksimum 40 mm
143
2800
2700
2300
2.6
2200
2.5
2.4
2100
120 140 160 180 200 220 240 260
Grafik 16. Perkiraan bobot isi beton berdasarkan BJ. gabungan dan kadar air bebas(kg/m 3)
144
Contoh merencanakan campuran beton
- Kuat tekan yang disyaratkan = 22,5 N/mm2 untuk umur 28 hari, benda uji berbentuk
silinder 15 x 30 cm sebanyak 15 buah dan jumlah yang mungkin tidak memenuhi syarat
= 5 % (K = 1,64 ).
- Deviasi standar ditetapkan 4 Mpa
- Semen yang dipakai semen Portland tipe 1
- Tinggi slump disyaratkan 30 – 60 mm
- Nilai FAS maks. 0,60
- Kadar semen min. 275 kg/m3
Tabel 1.
Hasil Analisa saringan agregat kasar dan halus
% lolos kumulatif
No.saringan (mm)
Ag. halus Ag.kasar
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
Tabel 2.
Data sifat fisik agregat
Untuk mencari susunan uji pergunakanlah daftar isian yang tersedia dan ikutilah langkah –
langkah berikut :
145
FORMULIR ISIAN RANCANGAN CAMPURAN BETON
No Uraian Tabel / Grafik / Nilai
Perhitungan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan Ditetapkan 22,5 Mpa pada 28 hari, bagian
(Benda uji Kubus / Silinder) cacat 5 persen, k = 1,64
2 Deviasi Standar Butir 4.3.2.1.1.(2) 4 Mpa atau tanpa data
tabel 1 …………Mpa
3 Nilai Tambah (margin) Butir 4.2.3.1.2 1,64 x 4 Mpa = 6,5 Mpa
4 kekuatan rata-rata yang ditargetkan Butir 4.2.3.1.3 22,5 +6,5 = 29 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Portland tipe 1
6 Jenis Agregat : Kasar batu pecah
Halus alami (batu tak dipecah)
7 Faktor Air-Semen bebas Tabel 2 Ambil nilai terendah
Grafik 1 atau 2 0,6
8 Faktor Air-Semen maksimum Butir 4.2.3.2.2 -
9 Slump Ditetapkan
Butir 4.2.3.3 30 - 60 mm
10 Ukuran Agregat maksimum Ditetapkan
Butir 4.2.3.4 40 mm
11 Kadar Air bebas Tabel 3
3
Butir 4.2.3.5 170 Kg/m
12 Jumlah Semen 11 : 8 atau 7 283 Kg/m3
13 Jumlah Semen Maksimum Ditetapkan - Kg/m3
14 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan 275 Kg/m3
Butir 4.2.3.2 (pakai bila lebih besar dari 12, lalu
Tabel 4,5,6 hitung 15 )
15 Faktor Air-Semen yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus grafik 3 s/d 6 daerah gradasi susunan butir no.2
17 Susunan agregat kasar atau Grafik 7,8,9 atau tabel 7
gabungan grafik 10, 11, 12 -
18 Persen agregat halus Grafik 13 s/d 15 atau
perhitungan 32,80%
19 Berat jenis relatif agregat gabungan diketahui / dianggap 2,61
20 Berat isi beton Grafik 16 2,380 Kg/m3
21 Kadar agregat gabungan 20 - (12 + 11) 2380 - 170 - 283 = 1927 Kg/m3
22 Kadar agregat halus 18 x 21 32,8 % x 1927 = 632,1 Kg/m3
23 Kadar agregat kasar 21- 22 1927 - 632,1 = 1295 Kg/m3
3
24 Proporsi campuran : ( / m )
- Semen 283 kg
- Air 170 kg
- Agregat halus 632,1 kg
- Agregat kasar 1295 kg
3
25 Koreksi Proporsi campuran : ( / m )
- Semen 283 kg
- Air 155,62 kg
- Agregat halus 653,6 kg
- Agregat kasar 1288 kg
146
Penjelasan pengisian Formulir
1. Kuat tekan yang disyaratkan sudah ditetapkan 22,5 N/mm2 untuk umur 28 hari
2. Deviasi standar ditetapkan 4 Mpa
3. Cukup jelas
4. Cukup jelas
5. Jenis semen ditetapkan tipe 1
6. Jenis agregat diketahui :
- Agregat halus pasir alami
- Agregat kasar berupa batu pecah
7. Faktor air semen bebas :
Dari tabel 2 diketahui untuk agregat kasar batu pecah dan semen tipe 1 kekuatan tekan
silinder 28 hari yang diharapkan dengan FAS 0,5 adalah 37 Mpa, harga ini dipakai untuk
membuat kurva yang harus diikuti menurut grafik 2 dalam usaha mencari faktor air
semen yang direncanakan sebagai berikut :
Dari titik kekuatan tekan 37 Mpa tarik garis datar hingga memotong garis tengah yang
menunjukkan FAS 0,5.
Melalui titik potong ini lalu gambarkan kurva yang berbentuk kira-kira sama dengan
kurva disebelah atas dan bawahnya (garis putus-putus). Kemudian dari titik kekuatan
tekan beton yang direncanakan (dalam hal inii 29 Mpa) tarik garis datar hingga
memotong kurva garis putus-putus yang dibuat.
Dari titik potong ini tarik garis tegak ke bawah hingga memotong sumbu X (absiska) dan
baca FAS yang diperoleh dalam hal ini didapatkan 0,60.
8. FAS maks. Dalam hal ini ditetapkan 0,60, bila FAS yang diperoleh dari grafik 1 tidak
sama dengan FAS maks. Maka gunakanlah nilai FAS yang terkecil.
9. Slump ditetapkan setinggi 30 – 60 mm.
10. Ukuran agregat maksimum dari tabel diperoleh sebesar 40 mm.
11. Kadar air bebas : untuk mendapatkan kadar air bebas pakailah tabel 3, ukuran agregat
gabungan yang menggunakan pasir alami (batu tak dipecahkan) dengan batu pecah
ukuran maks. 40 mm dengan slump 30 – 60 mm, maka kadar air bebas harus
diperhitungkan antara 160 – 190 kg/m3 , memakai rumus sebagai berikut :
2/3 Wh + 1/3 Wk
dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus (batu tak dipecahkan)
Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar (batu dipecahkan)
Maka didapat :
2/3 (160) + 1/3 (190) = 170 kg/m3
147
12. kadar semen : cukup jelas yaitu : 170 : 0,60 = 283 kg/m3
13. kadar semen maks : tidak ditetapkan jadi dapat diabaikan
14. kadar semen minimum : diitetapkan 275 kg/m3, seandainya kadar semen yang didapat
dari perhitungan 12 belum mencapai syarat minimum yang ditetapkan, maka gunakan
kadar semen minimum yang ditetapkan dan FAS harus disesuaikan.
15. FAS yang disesuaikan dalam hal ini diabaikan karena syarat minimum semen sudah
terpenuhi.
16. Susunan besar butir agregat halus dari tabel 1 diperoleh termasuk dalam daerah
susunan butir no 2
17. Cukup jelas
18. Persen bahan yang lebih halus dari 4,8 mm:
Ini dicari dari grafik 15, untuk kelompok ukuran butiran maks. 40 mm dengan susunan
butir no 2, maka persen agregat halus diiperoleh antara 30 – 37,5 %. Nilai yang dipakai
dapat diambil dari kedua nilai ini (biasanya nilai rata-rata sebesar 35 %), atau dengan
cara perhitungan sebagai berikut :
% lolos kumulatif
No.saringan (mm)
Ag. halus Ag.kasar
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
Persentasi agregat /m3 ( menggunakan rumus ) :
Misal : diambil saringan no. 4,8 ( dari data didapat ukuran maks. Agregat 40 mm)
148
Yo = (24 + 47) / 2 = 35,5
Y1 = 98
Y2 = 5
Maka :
20. Berat isi beton : diperoleh dari grafik 16 dengan jalan membuat grafiik baru yang sesuai
dengan nilai berat jenis agregat relatif yaitu 2,61. Titik potong grafik baru tadi dengan
tegak yang menunjukkan kadar air bebas (dalam hal ini 170 kg/m3), menunjukkan nilai
berat isi beton yang direncanakan. Dalam hal ini didapatkan angka sekitar 2,380 kg/m3
21. Kadar agregat gabungan = berat isi beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air
bebas ; 2,380 – 283 – 170 = 1927 kg/m3
22. Kadar agregat halus : cukup jelas
23. Kadar agregat kasar : cukup jelas
24. Proporsi campuran
Dari langkah no.1 sampai no. 23 kita dapatkan susunan campuran beton teoritis untuk
tiap m3 sebagai berikut :
- semen portland = 283 kg
- kadar air bebas = 170 kg
- agregat halus = 32,8 % x 1927 = 632,1 kg
- agregat kasar = 1927 – 632,1 = 1295 kg
149
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar air ag. Halus lebih besar dari penyerapannya,
sehingga dalam agregat halus terdapat kelebihan air sebesar :
( 6,50 – 3,10 ) x ( 632,1/ 100) = 21,50 kg
sedangkan agregat kasar kadar airnya lebih kecil dari penyerapan, sehingga terdapat
kekurangan air sebesar :
(1,63 – 1,08) x ( 1295/100) = 7,12 kg
dengan menambahkan atau mengurangkan hasil-hasil perhitungan tadi, maka akan kita
dapatkan susunan proporsi campuran yang seharusnya kita timbang ( dengan ketelitian
5 kg) yaitu :
- semen portland = 283 kg
- air : 170 – 21,50 + 7,12 = 155,62 kg
- ag. Halus : 632,1 + 21,50 = 653,6 kg
- ag. Kasar : 1295 – 7,12 = 1288 kg
Total = 2380,22 kg
proporsi campuran yang dibutuhkan untuk membuat 15 buah benda uji silinder ukuran
15 x 30 cm adalah sebagai berikut :
berat total campuran = Volume silinder x berat isi beton x jumlah benda uji
= (((3,14 x (15)2) / 4 ) x 30) x 2,38 x 15
= 189, 16 kg
pembulatan untuk menghindari kekurangan menjadi 200 kg
maka proporsi campuran untuk 15 benda uji silinder 15 x 30 cm adalah :
Total = 200 kg
150