Anda di halaman 1dari 2

Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman.

Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus,


mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. Ia adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya
meninggal dunia ketika ia berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam
hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh
pengganti yang sungguh dicintainya.

Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan untuk menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia
dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. Ia juga menjadi seorang teman
yang baik dan setia bagi kawan-kawannya. la selalu siap menolong kawan-kawannya, murah hati dan
tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Sebagai siswa di Kolese
serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus memegang sebutan ‘Sang Juara’ dalam kelasnya. Karena
pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam berolah-raga, ia sangat disukai banyak orang.

Dalam mata pelajaran Kesusastraan, ia sangat pandai, terutama dalam Sastra Latin. la sangat mahir
bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastra, ia terkenal sebagai seorang pemain
drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan
menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap
menonjol dalam praktek hidupnya. la suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu
dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.

Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya
Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota
Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara
panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani
kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara". Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. la
merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Sejak saat itu tumbuhlah keinginannya
untuk ma-suk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar
masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.

Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia
menerima jubah Kongregasi Passionis. Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal
dunia pada tahun 1862 di usia 24 tahun, setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan
Passionis sejati. Selama berada dibiara, Gabriel sungguh menunjukkan ke-sungguhan dalam menata
hidup rohaninya. Ia benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi ke-
pada Bunda Maria yang telah dilakukannya semenjak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan
hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa
dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda.

Anda mungkin juga menyukai