Anda di halaman 1dari 65

DPD HPJI DKI Jakarta Webinar Series

Manajemen Produksi di Batching Plant


dalam Menghasilkan Beton Kinerja Tinggi:
Kriteria, Pengendalian Mutu dan Lessons Learned

Rulli Ranastra Irawan dan John Dachtar


November, 2023

Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta


Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
UMUM

KUALITAS BAHAN BETON

PERENCANAAN KOMPOSISI
KUALITAS CAMPURAN BETON

BETON KONSISTENSI PRODUKSI


BETON
PENANGANAN BETON
BASAH
AKTIVITAS

• Penyediaan Bahan
• Pemeriksaan Bahan
• Perencanaan Campuran Beton
• Produksi Beton
• Pelaksanaan dan
• Pengawasan
BAHAN
• Air
• Semen: OPC / Type I
• Agregat Halus  Lolos Saringan 3/8”(9.5 mm) FM  2.6 – 2.9
• Agregat Kasar  Tertahan Saringan No 4 (4.75 mm), Ukuran Max. tidak lebih dari 38
mm (disesuaikan dengan ukuran struktur dan tingkat kerapatan tulangan)
• Bahan Tambahan Mineral
- Fly ash  Class F
- Granulated Ground Blast Furnished Slag (ggbfs)
- Micro Silica
- Batu Kapur Halus
- Silika Halus
• Bahan Tambahan Kimia
- Type D ( Water reducer & Retarder)
- Type F (High range water reducer)
SEMEN PORTLAND
• Semen yang digunakan : Ordinary Porland Cement OPC) /
Semen Tipe I (Blaine’s specific area ± 350 m2/kg)

Typical of Cement Type I Cement A Cement B


Fineness (Blain’s) m2/kg
330 - 350 407 351

• Setiap pengiriman harus dilengkapi dengan sertifikat pengujian


dari fabrik
• Untuk pekerjaan besar, harus dilakukan pengujian secara berkala
• Pengujian terhadap semen terdiri dari:
- Komposisi kimia
- Kehalusan (Blain’s Specific Surface Area)
- Hilang pijar / Lost on ignition (LOI)
- Setting Times
- Kekuatan
- Kekekalan Bentuk
FLY ASH
Fly Ash
• Fly Ash yang digunakan : Class F (tidak /sedikit sekali reaktif terhadap air)
• Setiap pengiriman harus dilengkapi dengan sertifikat pengujian supplier
• Untuk pekerjaan besar, harus dilakukan pengujian secara berkala
• Pengujian terhadap fly ash terdiri dari:
- Komposisi kimia
- Kehalusan (Blain’s Specific Surface Area)
- Hilang pijar / Lost on ignition (LOI)
- Pengaruh terhadap Setting Times
- Kekuatan
- Kekekalan Bentuk
• Sebelum digunakan, pengaruh fly ash terhadap campuran beton harus diuji
melalui percobaan campuran beton
AGREGAT HALUS

PASIR ALAM • Agregat halus adalah agregat yang ukuran maksimumnya 3/8” (9.5 mm)
• Agregat halus yang digunakan dapat terdiri dari:
- Pasir alam
- Abu batu / M-Sand
• Pengujian terhadap agregat halus:
- Analisa saringan
M-SAND - Berat Jenis dan Peresapan
- Berat Isi
- Lolos saringan No 200
- Partikel ringan
- Organic Impuritis
AGREGAT KASAR

• Agregat kasar adalah agregat yang ukuran > saringan No 4 (4.75 mm)
• Ukuran Maksimum disesuaikan dengan ukuran struktur dan jarak tulangan
• Agregat kasar yang digunakan terdiri dari:
- Koral
- Batu Pecah
• Pengujian terhadap agregat kasar:
- Analisa saringan
- Berat Jenis dan Peresapan
- Berat Isi
- Lolos saringan No 200
- Partikel panjang dan pipih
- Los Angeles Abrasion Test
BAHAN TAMBAH KIMIA
• Bahan Tambahan Kimia yang digunakan :
Umumnya Type D dan Type F
• Setiap pengiriman harus dilengkapi
dengan rekomendasi dari produsen
ASTM C 494 Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete • Untuk pekerjaan besar, harus dilakukan
Type A – Water-reducing admixtures pengujian secara berkala
Type B – Retarding admixtures
Type C – Accelerating admixtures • Bahan tambah kimia tidak kadaluarsa
Type D – Water-reducing and retarding admixtures
Type E – Water-reducing and accelerating admixtures • Pengujian terhadap Bahan Tambahan
Type F – Water-reducing, high range admixtures
Type G – Water-reducing, high range, and retarding admixtures
Kimia:
Type S – Specific performance admixtures • Pengaruh terhadap setting time beton
• Sebelum digunakan, pengaruh Bahan Tambahan
Kimia terhadap campuran beton harus diuji melalui
percobaan campuran beton
PENYIMPANAN BAHAN

Tujuan:
• Keseragaman Gradasi
untuk agregat
• Keseragaman Kadar Air
• Tidak terkontaminasi
• Perlindungan dari air dan
kelembaban untuk semen
dan fly ash
PENYIMPANAN SEMEN
Semen , Fly Ash, GGBFS (Semen Slag)
• Semen/Fly Ash yang akan ditumpuk harus berasal
dari satu sumber
• Mulai dari Fabrik / Gudang sampai ketempat
pekerjaan dan selama ditempat pekerjaan semen
harus dijaga tetap dalam keadaan terlindung dan
kering
• Semen yang sudah menggumpal dan tidak dapat
dipecah dengan mudah oleh jari tidak dapat
dipergunakan
• Kuantitas semen harus mencukupi untuk pekerjaan
elemen struktur sampai selesai sesuai dengan yang
sudah ditentukan
• Semen yang masih panas > 600 C belum boleh
digunakan.
PENYIMPANAN AGREGAT
• Pasir yang ditumpuk harus berasal dari satu
sumber
• Pasir ditumpuk secara berlapis
• Jangan menumpuk material pada sisi timbunan
• Tinggi jatuh serendah mungkin untuk menghindari
segregasi
• Hindari kehancuran agregat akibat loader
• Kuantitas Pasir yang ditumpuk harus mencukupi
untuk pekerjaan elemen struktur sampai selesai
sesuai dengan yang sudah ditentukan
• Sebelum digunakan kadar air pasir harus
diseragamkan dan diuji kadar air
PENYIMPANAN AGREGAT
• Agregat yang ditumpuk harus berasal dari satu sumber
• Penumpukan agregat harus dilakukan secara berlapis
• Jangan menumpuk material pada sisi timbunan
• Tinggi jatuh serendah mungkin untuk menghindari segregasi
• Hindari kehancuran agregat akibat loader
• Agregat kasar harus ditumpuk terpisah sesuai dengan fraksinya. Ukuran fraksi
masing-masing tumpukan adalah sebagai berikut:
Ukuran maksimum agregat kasar 11/2” (38 mm):
¾” – 11/2”, 3/8” – ¾”, No 4 – 3/8”
Ukuran maksimum agregat kasar 1” (25 mm)
1/2” – 1”, No 4 – 1/2”
Ukuran maksimum agregat kasar 3/4” (19 mm)
3/8” – ¾”, No 4 – 3/8”
• Kuantitas Agregat yang ditumpuk harus mencukupi untuk pekerjaan elemen
struktur sampai selesai sesuai dengan yang sudah ditentukan
• Sebelum digunakan, kadar air agreat harus diseragamkan dan diketahui/diuji
kadar airnya.
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA
• Penyimpanan Bahan Tambahan Kimia
harus didalam wadah yang kedap air dan
tertutup rapat
• Tumpukan Bahan Tambahan Kimia harus
terlindung dari sinar matahari langsung
• Kuantitas Bahan Tambahan Kimia yang
disimpan harus mencukupi untuk
pekerjaan elemen struktur sampai selesai
sesuai dengan yang sudah ditentukan
• Penggunaan Bahan Tambahan Kimia
harus memperhatikan tanggal
kadaluarsanya
PENGOLAHAN LIMBAH
• Produksi beton secara umum akan
menghasilkan sisa material dari proses
pencucian fasilitas produksi dan sisa
bahan lain yang digunakan pada fasilitas
produksi (sisa, bahan tambah kimia, oli
bekas, dll)
• Air dan bahan padat sisa pencucian harus
ditampung dan/atau diolah sebelum
disalurkan/ dipindahkan/ dibuang/
dimanfaatkan.
• Tidak diijinkan membuang air langsung ke
saluran/ sungai, dan membuang sisa
beton di sembarang tempat.
PRODUKSI BETON

Alat yang dapat digunakan


dalam Produksi Beton
•Batching Plant
•Manual
INSPEKSI DAN SERTIFIKASI

• Batching Plant  terakreditasi


ACI • Proses inspeksi merupakan proses terstandar secara
311.5 internasional
• Hubungan Penyedia Jasa dengan Batching Plant
• Penyedia Jasa membeli beton dari ready mix (sub-
kontraktor)
• Penyedia Jasa mengontrak Batching Plant untuk di
bangun di tempat pekerjaan
AASHTO • Penyedia Jasa membangun Batching Plant di tempat
M157
2021 pekerjaan
PROSES SERTIFIKASI
FAKTOR PENTING

• Lokasi dan Pengaturan


• Area dengan luas yang cukup
• Akses terhadap utility
• Ketersediaan bahan
• Jarak tempuh ke Proyek (Max.
1 jam)
KOMPONEN UTAMA
• Laboratorium Batching Plant
• Area Penumpukan Agregat
• Alat Pengangkut Agregat (loader) ke wadah wadah (bin)
• Bin agregat sesuai jenis dan fraksinya (4 bins)
• Wadah Agregat dan Timbangan
• Conveyor Pengangkut agregat ke Mixer
• Silo untuk bahan pengikat dan timbangan
• Wadah Air dan pengukuran
• Wadah dan alat pengukur Bahan Tambahan Kimia
• Mixer (stationary mixer) dengan kapasitas + 2 m3 beton
• Alat pemompa bahan pengikat ke silo
• Control Room
• Truck Pengangkut Beton ke lokasi pekerjaan
PENANGANAN MATERIAL

• Sertifikasi
• Rekomendasi Penggunaan
• Pengendalian Mutu Verifikasi
• Ketersediaan lahan dan kondisinya untuk
agregat
• Jumlah dan ukuran Silo untuk masing-masing
bahan pengikat
• Tempat persediaan Admixture
• Tempat persediaan air
TRUK PENGANGKUT BETON
• Terdapat beberapa alternatif
kendaraan pengangkut yang dapat
digunakan, baik dari jenis maupun
kapasitasnya.
• Kendaraan pengangkut beton harus
dipilih yang prima serta sesuai dengan
volume beton, jenis pekerjaan dan
kondisi jalan logistik.
• Kelaikan peralatan pengangkut
termasuk dalam kelaikan peralatan
produksi beton, seperti kondisi mesin,
sistem pengereman, lampu – lampu
dan elektrikal.
Kebutuhan Alat Laboratorium Batching Plant
Batching plant harus didukung oleh laboratorium yang
dilengkapi, minimal dengan:
• Alat uji berat jenis agregat halus dan agregat kasar.
• Kontainer untuk pengujian berat isi beton/agregat
• 1 set saringan untuk agregat halus dan agregat kasar: 11/2”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, No 4,
No 8, No 16, No 30, No 50, No 100, No 200
• Timbangan kapasitas 3000 gram (ketelitian 0.1 gram), 30 kg dan 100 kg
(ketelitian 1 gram)
• Pan dengan jumlah dan ukuran sesuai kebutuhan untuk pengujian agregat
• Mixer kecil untuk mix design
• Cetakan silinder dan balok beton sesuai kebutuhan proyek
• Alat dan bahan capping benda uji silinder
• Kompor Gas untuk pengeringan contoh uji agregat dan capping compound
• Tempat perawatan beton dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan proyek yang
dilayani batching plant
• Mesin tekan yang sudah dikalibrasi untuk pengujian kuat tekan dan kuat lentur
beton dengan loading rate yang sesuai
• Alat core drill dengan mata core 4 inci atau 6 inci.
SDM BATCHING PLANT

• Manager Batching Plant


• Manager Pengendalian Mutu
• Teknisi yang bertanggung jawab terhadap
komposisi campuran beton
• Teknisi Laboratorium
• Teknisi Lapangan
• Operator Control Room
• Operator Loader
• Pengendara Truck Mixer
KUALIFIKASI TEKNISI

- Pengambilan contoh beton segar


- Pengujian slump
- Pengujian berat isi beton segar
- Pembuatan benda uji silinder
- Pembuatan benda uji balok
- Perawatan benda uji di lapangan
- Metode pengangkutan benda uji ke
Laboratorium
KUALIFIKASI TEKNISI

• Memiliki kualifikasi teknisi lapangan


• Kemampuan pengujian agregat
• Perawatan beton di laboratorium
• Capping silinder
• Pengujian kuat tekan
• Pengujian Kuat lentur beton
• Pengujian Kuat Tarik Tak Langsung
KUALIFIKASI TEKNISI

Kualifikasi Teknisi yang Bertanggung Jawab Terhadap Komposisi


Campuran Beton

• Kemampuan teknisi lapangan


• Kemampuan teknisi laboratorium
• kemampuan menganalisa hasil pengujian agregat
• Kemampuan menganalisa hasil pengujian beton
• Kemampuan membuat komposisi campuran beton
• Kemampuan mengoreksi komposisi campuran beton sesuai
dengan kadar air sebelum produksi dan perubahan hasil
pengujian aggregates
SDM BATCHING PLANT

Manager Pengendalian Mutu


• Pengalaman dalam pengendalian mutu
• Pengetahuan tentang teknologi bahan beton
• Pengetahuan tentang teknologi beton
• Pengetahuan dasar tentang struktur beton yang akan
dibeton
• Pemahaman mengenai keselamatan kerja/SMKK
• Kemampuan komunikasi yang baik
SDM BATCHING PLANT

Kualifikasi Operator Control Room


• Sabar dan tekun
• Pengetahuan tentang operasi batching plant
• Mengerti tentang kebersihan dan kondisi Mixer
• Pengetahuan dasar tentang komposisi
campuran
• Pengetahuan dasar tentang sifat sifat beton
segar
SDM BATCHING PLANT

Tugas Operator Loader


• Keseragaman kadar air dan gradasi
• Menghidari kontaminasi agregat
• Melaporkan variasi kadar air
• Memasukkan agregat kedalam wadah (bin)
• Mengontrol ketersediaan agregat
SDM BATCHING PLANT

Pengoperasian loader merupakan kunci management penimbunan material


SDM BATCHING PLANT
Kualifikasi Operator Alat
Pengangkut Beton
• Sabar
• Mengerti tentang kebersihan dan
kondisi alat pengangkut beton
• Pengetahuan dasar tentang sifat
sifat beton segar
SDM BATCHING PLANT

Kualifikasi Manager Batching Plant


• Kemampuan managerial
• Pengetahuhan tentang seluk beluk Batching
Plant
• Pengetahuan tentang teknologi beton
• Pengetahuan dasar tentang struktur beton
• Pengetahuan teknologi bahan beton
• Pengetahuan Keselamatan Kerja/SMKK
ALAT PELINDUNG DIRI
PERSONEL PROTECTIVE EQUIPMENT
RANCANGAN CAMPURAN
• Kekuatan beton
• Workability (tingkat
kemudahan pekerjaan)
sesuai jenis struktur, jenis
beton, waktu tempuh, alat
pencurah beton dan waktu
dan metode pelaksanaan
• Durability
• Ramah Lingkungan
• Ekonomis
RANCANGAN CAMPURAN Perhitungan Komposisi
Sedikitnya 3 f.a.s

Perencanaan Campuran Beton Batching dan Mixing di Laboratorium

Pengujian Beton Basah


• Slump
• Loss of Slump
• Berat Isi beton
• Setting time

Pebuatan benda uji


• Kuat Tekan
• As stated, values for K typically range from 0.6 to • Kuat lentur
0.8 MPa, but can be as low as 0.5 or as high as
0.9 for normal strength concrete.
• Because of the possible wide range of values for Pengujian dan Evaluasi Kekuatan
K, estimated correlations are not advised for the
design of large projects.
• However, once established, the correlation for a Batching dan Mixing Skala Penuh
particular mix can be quite stable.
Sumber : FHWA Portland Cement Concrete Pavements Research
RANCANGAN CAMPURAN
• Kuat Tekan Beton dan Standar Deviasi Rencana (s)
• Ukuran Maksimum Agregat Kasar
• Slump Rencana
• Berat Jenis: Semen, Fly Ash, Agregat Halus, Agregat Kasar,
Bahan Tambahan Kimia
Data yang Diperlukan • Peresapan: Agregat Kasar (masing2 fraksi), Agregat Halus
untuk Perhitungan
• Analisa Saringan Pasir  Modulus Kehalusan (FM)
Perencanaan
Campuran Beton • Perbandingan masing-masing Fraksi Agregat Kasar
(ACI Method) • Gradasi agregate kasar
• Berat Isi Padat: Agregat Kasar (gabungan fraksi sesuai persentase
masing-masing fraksi)
• Kadar Air: Agregat Kasar (masing-masing fraksi) dan Agregat
Halus
PENGENDALIAN KESERAGAMAN

• Pengendalian penimbangan
• Akurasi timbangan sampai 0.2% setiap
seperempat kapasitas timbangan
• Toleransi Penimbangan
• Agregat per fraksi  3%
• Kumulatif timbangan agregat  1%
• Air  1%
• Bahan tambahan kimia  1%
• Cementitious material 1%
BATCHING

• Penimbangan bahan
• Urutan bahan masuk ke mixer

Tipikal urutan bahan masuk ke Mixer statis Tipikal urutan bahan masuk ke Truck Mixer
PENGENDALIAN KESERAGAMAN

PENGADUKAN
Tipe Pengaduk:
• Terpusat
• Kombinasi Terpusat dan Truck
Pengaduk
• Truk Pengaduk
PENGENDALIAN KESERAGAMAN
KONSITENSI
BATCHING
• Operasi alat pengangkut material
konsisten dan bersih
• Penyiraman agregat kasar, (umumnya
dua jam sebelum penggunaan)
• Pengontrolan kadar air agregat
(sedikitnya 2 kali sehari)
• Pengosongan Truck Mixer dari air
pembersih
PENGENDALIAN KESERAGAMAN

Waktu Aduk

• Peralatan
• Komposisi dan material yang digunakan
• Gradasi agregat
• Jumlah dan jenis bahan tambahan
• Temperatur
PENGENDALIAN KESERAGAMAN

PENGANGKUTAN
DAN PENGECORAN
BETON
• Keseragaman beton
• Kelancaran pelaksanaan
PENGENDALIAN KESERAGAMAN
FAKTOR YANG
DIPERTIMBANGKAN
• Waktu tempuh: Jarak dan Waktu Tempuh
• Waktu pengikatan beton dan kehilangan slump
• Kondisi dan jumlah truk/truck mixer
• Koordinasi batching plant dan lapangan
• Pengaturan pencurahan
PENGENDALIAN KESERAGAMAN
FAKTOR YANG
BERPENGARUH
• Variasi material
• Proses di quarry, transport, penumpukan
• Penyesuaian kadar air
• Penyesuaian komposisi
• Perubahan pasokan material
PENGECORAN DALAM CUACA PANAS
PENYESUAIAN LAPANGAN
• Temperatur max. 320C di
Batching Plant dan 350C saat
pencurahan beton
1. Pendinginan agregat dengan
cara menyiram/peneduh
2. Pengaturan buffer semen
Portland
3. Penambahan Es/Pendinginan
air Pencampur
4. Menghindari cahaya matahari
secara langsung
5. Pengecoran malam hari
6. Efektifitas urutan pelaksanaan
VERIFIKASI KESIAPAN

• Pembuktian sifat-sifat beton (segar dan keras)


sesuai dengan metode pelaksanaan
• Menguji kehandalan alat-alat dan kemampuan
pelaksanaan

• Pemeriksaan Kesiapan Peralatan yang Akan Digunakan dan


Antisipasi Kendala
• Pelaksanaan percobaan pengecoran
• Mock up untuk mass concrete (Pengendalian Temperatur)
PENGENDALIAN TEMPERATUR (1)

Mock-up temperatur beton massa

Catatan penting:
• Temperatur maksimum yang diijinkan pada inti beton adalah 71oC dan perbedaan temperatur antara inti dengan permukaan beton tidak melebihi
21oC. (Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 revisi 2, pasal 7.1.4.4).g) ).
• Temperatur beton tidak boleh melebihi 35oC. (SNI 6881:2016 pasal 4.2.2.6)
PENGENDALIAN TEMPERATUR (2)

Membasahi/menutup Pengaturan stok buffer Menambahkan balok es


agregat semen portland di air pencampur

Catatan penting :
The temperature of concrete of usual proportions can be reduced by 0.5oC if any of the following
reductions are made in material temperatures :
• 4oC reduction in cement temperature;
• 2oC reduction in water temperature; or
• 1oC reduction in the temperature of the aggregates.
Sumber : ACI 305R – Hot Weather Concreting
COMMON MISTAKES

DI LOKASI
PRODUKSI BETON
COMMON MISTAKES

COMMON MISTAKES PENGARUH PADA BETON


Menggunakan semen yang terlalu halus (blaine’s Temperatur hidrasi terlalu tinggi, waktu pembetonan
number mendekati 4000cm2/kg) menjadi terlalu singkat, beton mudah retak
Menggunakan pasir yang terlalu halus (FM kurang Kebutuhan semen meningkat, kebutuhan air bebas
dari 2,6) terlalu besar.
Jumah Bin agregat kurang dari 4 unit Pengendalian keseragaman gradasi agregat sulit
dilakukan
Agregat tidak dijaga temperatur dan kadar airnya Temperatur beton segar di atas 35oC, keseragaman
campuran beton menurun, loss of slump tinggi.
Jumlah Silo hanya 1 Temperatur semen masih terlalu tinggi saat digunakan,
temperatur beton segar di atas 35oC, loss of slump tinggi.
Penumpukan agregat langsung di atas tanah Agregat kotor, beton tercampur tanah
Bin agregat diisi berlebihan Pengendalian keseragaman gradasi agregat sulit
dilakukan, keseragaman campuran menurun.
COMMON MISTAKES

• Agregat berbagai ukuran ditempatkan tanpa pembatas LESSONS LEARNED


• Agregat tidak dikendalikan temperatur dan kadar airnya

X
COMMON MISTAKES

LESSONS LEARNED

• Agregat berbagai ukuran ditempatkan dalam satu tumpukan

X
COMMON MISTAKES
Common Mistakes :
Menggunakan semen yang sangat halus untuk mengejar target kekuatan
awal.

Catatan Penting ! :
• Increasing the fineness increases the rate of hydration of cement, which
increases the rate of gain in strength and also the rate at which heat is
liberated as in Type III compared with Type I cement (ASTM C150).
(https://www.concrete.org/tools/frequentlyaskedquestions.aspx)
COMMON MISTAKES

• Bak perendam benda uji tidak disiapkan dengan baik


LESSONS LEARNED
• Benda uji tidak terendam seluruhnya

X
COMMON MISTAKES

COMMON MISTAKES :
• Tidak mengambil/mengevaluasi benda uji yang sesuai dengan LESSONS LEARNED
persyaratan kontrak
• Target kekuatan pada rancangan campuran kekuatan tidak
mempertimbangkan kebutuhan margin (k x Sr)
• Tidak melakukan uji komparasi kuat tekan dengan kuat lentur beton
saat mix design dan trial mix.
• Mengkonversi hasil uji tekan coredrill menggunakan rumus empiris

k : 0,7 – 1,1
COMMON MISTAKES

DI LOKASI PELAKSANAAN
PENGECORAN
COMMON MISTAKES

COMMON MISTAKES :
• Membawa beton di dalam drum truk mixer
dengan volume semaksimal mungkin,
sehingga beton segar tumpah di jalan pada
daerah tanjakan/tikungan.

PENCEGAHAN
• Survey jalur logistik sebelum pengecoran
• Volume muatan disesuaikan dengan
kemampuan alat dan kondisi tanjakan jalan.
• Memastikan kondisi mesin dan rem
kendaraan pengangkut dalam keadaan
prima
COMMON MISTAKES

• APD tidak digunakan oleh para pekerja

X
COMMON MISTAKES
COMMON MISTAKES

Pengecoran beton menggunakan acuan Pengecoran beton menggunakan acuan


gelincir (slip form) tetap (fixed form)

COMMON MISTAKES COMMON MISTAKES


• Kondisi stringline tidak dijaga / tidak dikendalikan • Tinggi acuan kurang / tidak dikendalikan
• Jeda waktu pengiriman beton tidak konsisten • Jeda waktu pengiriman beton tidak konsisten
• Kecepatan paver berubah ubah • Pemasangan acuan tidak rata / tidak lurus/acuan tidak kaku
• Acuan kurang tebal / tidak kaku
COMMON MISTAKES
Terjadinya keausan pada permukaan perkerasan beton semen dapat disebabkan oleh banyak faktor, dan
tidak seluruhnya disebabkan oleh kekuatan beton yang rendah. Penyebab lainnya adalah :
• Kurang sempurnanya proses curing/perawatan di lapangan
• Penggunaan agregat yang terlalu halus atau kotor, sehingga kebutuhan air dalam campuran meningkat.
• Pemadatan/finishing yang berlebihan dan mengakibatkan air naik ke permukaan atau pengecoran
dilakukan tidak terlindungi, sehingga menyebabkan bagian permukaan menjadi lebih rapuh.
COMMON MISTAKES COMMON
COMMON MISTAKES
MISTAKES

Tekstur/Grooving aus Agregat terekspos Pengecoran dilakukan saat


hujan dan tidak terlindungi
COMMON MISTAKES

● Penggunaan batang pengikat yang tidak sesuai dapat menyebabkan adanya celah
terbuka pada sambungan memanjang
● Penggergajian sambungan kontraksi yang terlambat (akibat penggergajian dilakukan
terlalu lama setelah final setting beton) dapat menyebabkan retak di dekat sambungan
gergajian (sawcut joints)
● Sambungan yang tidak terisi dapat menyebabkan air masuk ke dalam perkerasan

COMMON MISTAKES COMMON MISTAKES COMMON MISTAKES

Celah memanjang akibat batang pengikat (tie bar) tidak Retak di dekat Sambungan tidak terisi sealant
berfungsi sambungan gergajian
COMMON MISTAKES
● Posisi dowel bar dan tie bar tidak sesuai sehingga fungsi dowel sebagai perlengkapan pemidahan beban
(load transfer devices) dan tie bar sebagai penahan/pengikat tidak bekerja dengan baik
COMMON MISTAKES COMMON MISTAKES COMMON MISTAKES LESSONS LEARNED

Posisi dowel tidak di ½ tebal Penutup dowel menggunakan pipa PVC Pemasangan tie bar tidak terukur
Pemasangan dowel bar dan tie bar menggunakan chair

Lokasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan


TERIMA KASIH

Mobile : 081394208566 Mobile : 08156004707


Email address : jdachtar@yahoo.co.uk Email address : rulli.ranastra@pu.go.id
65

Anda mungkin juga menyukai