RETAK
DEFORMASI
DEFORMASI RAVELLING/
PLASTIS LUBANG
3
KERUSAKAN UTAMA PADA
LAPISAN BERASPAL
PERMASALAHAN CAMPURAN BLEEDING
4
TRAFFIC KEAUSAN PERMUKAAN
3
LINGKUNGAN OKSIDASI, AGING, RETAK, LUBANG DLL
2
BEBAN DEF. PLASTIS
1
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
DESAIN PERKERASAN JALAN
TEBAL
OVERLAY
NON
STRUKTUR
AL
TEBAL 𝐶𝐹
=𝐷 0 − 𝐷 200
OVERLAY
BERDASARKA
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK) N LENGKUNG
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN LENDUTAN
DESAIN PERKERASAN
8
KOMPONEN CAMPURAN BERASPAL
01 AGREGAT HALUS
AGREGAT
02 KASAR
03 ASPAL
.
BAHAN LAINNYA
04 ADITIF, FILLER, DLL
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
SIFAT AGREGAT
UKURAN GRADASI
BUTIR
04 05
KEBERSIHAN
BENTUK PARTIKEL 03 06
KELEKATAN TERHADAP ASPAL
TEKSTUR PERMUKAAN 02 07
PENYERAPAN 01 08 KEKERASAN
• Adhesi/Kohesi DSR
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
KLASIFIKASI ASPAL KERAS
Resiko
Deformasi D (PI rendah)
Log Penetrasi
C (PI tinggi)
Ket:
IP: Indeks Penetrasi
Resiko T1:Temperatur pengujian (25°C)
Retak PenT1: Nilai Penetrasi pada Temp. Pengujian
TL: Titik Lembek
15oC 25oC 65oC
Temperatur
Dari persamaan diatas terlihat
bahwa makin tinggi nilai titik
Pada Pen Sama lembek makin tinggi nilai IP
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
13
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
KECEPATAN PENUAAN ASPAL
(SHELL, 1995)
1 2 3
PERKERASAN ASPAL
Grafik
Komulatif
Ukuran
Butir
Campuran
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK) Beraspal
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Gradasi
GRADASI AC & LTBA (MENERUS)
P ro sen lolo s (% )
P rose n lo lo s (% )
Ukuran saringan (mm) Ukuran saringan (mm)
Prosen lolos (% )
P ro se n lo lo s (% )
ya ya
Pengesahan FCR
A B menjadi FCK
(Selesai)
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK) 21
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
TAHAPAN JMF (1)
Angularitas
Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 2439:2011 SNI 7619:2012
Min. 95% SMA 100/90
Abrasi Lainnya 95/90
SNI 2417:2008
Partikel Pipih Lonjong
AC Modif./SMA Camp. Beraspal lainnya ASTM D4791-10
100 Put Max. 6% 100 Put Max. 8% Perbandingan 1:5
500 Put Max. 30% 500 Put Max. 40% SMA Max. 5%
Lainnya 10%
Penyerapan Air Maksimum 2% untuk campuran SMA dan 3% untuk campuran lainnya
SNI 03-6877-2002
Min. 45%
SNI 03-4428-1997
Min. 50%
1. Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 2456:2011 60-70 Dilaporkan (1)
Temperatur yang menghasilkan Geser
2. Dinamis (G*/sinδ) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 70 76
rad/detik ≥ 1,0 kPa, (°C)
3. Viskositas Kinematis 135C (cSt) (3) ASTM D2170-10 ≥ 300 ≤ 3000
4. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 > 48 Dilaporkan (2)
5. Daktilitas pada 25C, (cm) SNI 2432:2011 > 100 -
6. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 > 232 > 230
7. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-14 > 99 > 99
8. Berat Jenis SNI 2441:2011 > 1,0 -
ASTM D 5976-00 Part
Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan Titik 6.1 dan
9. - ≤ 2,2
Lembek (C)
SNI 2434:2011
10. Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002 ≤2
Tipe II Aspal
Modifikasi
Tipe I
Elastomer Sintetis
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Aspal
Pen.60-70 PG70 PG76
DSR RTF
OT
• Digunakan untuk mengetahui reologi aspal, penentuan PG, nilai complex
PAV
modulus dan phase angle, dll
• Untuk aspal dengan nilai modulus antara 100 Pa – 10 Mpa (pada 4 - 88° C)
• Ukuran benda uji : d = 25 mm dan t = 1 mm atau d = 8 mm dan t = 2 mm
• Standar Test Frequency 10 rad/s ataupun variasi
RANCANGAN CAMPURAN
t 2 t 1 t2= 60 menit
2
d60
d45
deformasi (mm)
5 cm
Jejak Roda
30 cm
30 cm
0
0 15 30 45
45 60
60
waktu (menit) Cetakan Benda Uji
Va UDARA UDARA
6
Vma
5 Vfa ASPAL
1
Vb ASPAL
1 7
Vmb Vba ASPAL TERSERAP AGREGAT
3 8 Vmm
9
Vsb AGREGAT
4 Vse AGREGAT
1
Keterangan 2
Vma = volume rongga dalam agregat
Butir agregat.
Vmb = volume curah campuran
Aspal efektif.
Rongga dalam campuran. Vmm = volume campuran tanpa rongga
Bagian agregat yang tidak menyerap air (dan aspal) Vfa = volume rongga terisi aspal
Pori agregat yang terisi aspal. = volume aspal efektif
Pori agregat yang terisi air Va = volume rongga dalam campuran
Volume agregat untuk berat jenis curah Vba = volume aspal yang terserap agregat
Volume agregat untuk berat jenis efektif Vsb = volume agregat (untuk berat jenis curah)
Volume agregat untuk berat jenis semu Vse = volume agregat (untuk berat jenis efektif)
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
EVALUASI VMA (1)
VMA adalah volume rongga yang terdapat diantara partikel agregat suatu campuran beraspal
yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadaraspal efektif, yang dinyatakan dalam
persen terhadap volume
a). Bilatotal benda
garis uji
hubungan mempunyai nilai minimum dan berada diatas batas
• Pada kondisi
minimum VMA ini VMA memenuhi syarat
• Bila Kadar Aspal berada disebelah kanan, cenderung
V MA ( %)
4.5 5.0
• Hindari penggunaan kadar aspal disebelah kanan titik
5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Kadar aspal ( % )
terendah
b). Garis VMA.
penghubung memotong dan VMA mempunyai nilai
·minimum
VIM relatif kecil sehingga dapat berada dibawah batas
minimum.
· Bila kadar aspal diambil sebelah kiri maka campuran akan
V MA ( %)
minimum
• VIM adalah volume total udara yang berada diantara partikel agregat yang
terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan,
dinyatakan dengan persen volume bulk suatu campuran.
• Rongga udara (VIM) setelah selesai dipadatkan di lapangan idealnya
adalah 8 %. Rongga udara yang kurang dari 8 % akan rentan terhadap
pelelehan, alur dan deformasi plastis.
• Sementara VIM setelah selesai pemadatan yang jauh dari 8 % akan rentan
terhadap retak dan pelepasan butir (disintegrasi).
• Untuk mencapai nilai lapangan , nilai VIM pada uji Marshal dibatasi pada
interval 3 % sampai 5 %. Dengan kepadatan lapangan dibatasi minimum
98 % (Laston).
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
EVALUASI VFA
• VFA adalah bagian dari rongga yang berada diantara mineral agregat
(VMA) yang terisi oleh aspal efektif, dinyatakan dalam persen
• Kriteria VFA bertujuan menjaga keawetan campuran beraspal dengan
memberi batasan yang cukup.
• Pada gradasi yang sama, semakin tinggi nilai VFA makin makin banyak
kadar aspal campuran tersebut.
• Sehingga kriteria VFA dapat menggantikan kriteria kadar aspal dan tebal
lapisan film aspal (asphalt film thicknes).
Kepadatan (gr/cc)
Rongga diantara Agrgat (%)
(VMA)
Rongga terisi aspal (%)
(VFB)
Rongga dalam campuran (%)
(VIM Marshall)
Rongga dalam campuran (%)
pada kepadatan mutlak
Re ntang
Stabilitas (kg) yang
m e m enuhi
Kelelehan (mm) param e te r
Cam puran
Be ras pal
Hasil bagi Marshall (kg/mm)
Bin dingin Atur ukuran pintu bukaan Ukur panjang agregat yang di ambil
WR
q
r (1 m)
q = jumlah aliran agregat kering dengan satuan kg per menit.
P a so k a n A g r e g a t (k g / m e n i t)
W = berat agregat pada kadar air tertentu dengan satuan kg.
3500
r = panjang dari agregat dalam ban berjalan dalam satuan
meter. 3000
BIN 1
R = kecepatan dari ban berjalan dalam satuan meter per 2500
menit. BIN 2
1000
500
TRIAL MIX
DAN
TRIAL COMPACTION
PENGAMBILAN SAMPEL DI HOT BIN
DAN TANGKI ASPAL
SKEMA
PENGOPERASIAN AMP Pengambilan aspal dari tangki aspal atau ketel
aspal di AMP
54
54
Pengujian dalam Pengendalian
Mutu Pekerjaan Beton
BETON
Concrete
Semen Portland Pasir/Agregat halus
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air Kerikil/Agregat kasar
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
What is concrete ?
Adukan
Mortar
Semen Portland Pasir/Agregat halus
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
What is concrete ?
Acian
Pasta semen
Semen Portland
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Setting Pengerasan
Slump =...?
KEKUATAN BETON
(Pada umur tertentu)
Pengujian mutu kekuatan
tekan beton (destructive)
Caranya ?
Persyaratan
(standar rujukan, toleransi, bahan, persyaratan kerja)
Pelaksanaan
Pengendalian Mutu
(penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan, pemeliharaan)
Contoh kasus :
fc’ (28 hari) = 30 MPa -> fcr (28 hari) = 35 MPa
f.a.s 0,6
%passing sieve
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size
Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat menyebabkan kekuatan beton dan
durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian
bagian tertentu yang tidak terisi oleh campuran beton segar
Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk kebutuhan kemudahan
pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya kekuatan beton, dan
terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang dapat menyebabkan lapisan yang lemah
pada permukaan beton
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
87
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Pengujian gumpalan lempung dan partikel yang mudah
pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps) dan
partikel yang mudah pecah (friable
pasticles) adalah material yang terdapat
dalam agregat alam serta hasil
pemecahan mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta semen
dengan agregat yang berdampak pada
menurunnya kekuatan beton yang
dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan agregat
adalah batasan terhadap jumlah
gumpalan lempung dan partikel yang
mudah pecah.
Untuk mengetahui proporsi agregat yang harus digunakan dalam beton dalam
mencapai campuran yang optimal, data berat jenis (specific gravity) dari agregat
yang digunakan menjadi parameter utama.
Pada kondisi lapangan, agregat hanya mungkin berada dalam kondisi kering
udara atau basah, sedangkan dalam rancangan campuran, agregat dalam kondisi
jenuh kering permukaan.
Hal tersebut menyebabkan, dalam setiap pencampuran perlu dilakukan koreksi
terhadap kadar air agregat, dibandingkan dengan nilai penyerapan airnya.
Kesalahan atau pengabaian terhadap parameter berat jenis dan penyerapa air ,
sama dengan menghasilkan komposisi campuran beton yang tidak dirancang
Reaksi alkali silika pada beton terjadi karena agregat yang digunakan memiliki tingkat reaktifitas yang
tinggi (ekspansif) saat berhubungan dengan semen portland pada kondisi basa dan kelembapan yang
tinggi. Untuk mengetahui agregat yang digunakan merupakan tipe silica yang reaktif, maka perlu
dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengukur perpanjangan dari mortar yang dibuat dalam
bentuk batang-batang uji.
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
98
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Pengujian Agregat Kasar
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 penulangan, tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara
Abrasi SNI 2417:2008 mekanis
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan
Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan. Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh
jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.
Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.
Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
103
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Pengujian Kekuatan Beton
SNI 1974:2011
SNI ASTM C805:2012
Baja Tulangan merupakan komponen wajib dalam beton bertulang yang harus memiliki
kekuatan tarik minimum tertentu sesuai persyaratan, selain daktilitas yang juga
diperlukan untuk ketahanan gempa.
Pengujian lengkung tekan dilakukan untuk mengamati secara visual bahwa tidak terjadi
retak pada tulangan pada saat dibengkokkan sampai 180 derajat.
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
106
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Pengujian Tarik dan Lengkung Tekan
Baja Tulangan Common
Mistakes
Uji lengkung tekan (bending test), sering diabaikan karena sifatnya yang kualitatif, namun
pengujian tersebut dapat memberikan informasi yang sangat penting terhadap kualitas baja
tulangan untuk keperluan pelaksanaan. Pembengkokkan tulangan adalah hal yang hampir
selalu dilakukan pada saat pemasangan tulangan mengikuti keperluan struktur.
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
107
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Pengujian Pengencangan Baut
Pengencangan baut (tipe friksi) pada
pekerjaan jembatan harus dilakukan
berdasarkan kebutuhan gaya tarik minimum
(minimum tension force) dari setiap
diameter dan kelas baut, yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kekakuan pada
sambungan baut.
110
110
PENGUJIAN LABORATORIUM DAN
LAPANGAN UNTUK PEKERJAAN TANAH
Tanah lunak
Gambut
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Permasalahan pada Konstruksi Jalan di Atas Tanah
Problematik
Klasifikasi
Tanah
Tanah
inorganik Tanah organik
Petaling, kec: Sungai Gelam, Muaro Jambi
Tanah-tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki secara seksama dapat menyebabkan
masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir;
tanah tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi.
Dijumpai di :
• Daerah pantai
• Delta sungai
• Alluvial plain
• Cekungan-cekungan
PERENCANA/ENGINEER
Monitoring dan
evaluasi kinerja
• Pekerjaan Tanah:
1. Galian
2. Timbunan
3. Penyiapan Badan Jalan
4. Pembersihan, Pengupasan dan Pemotongan Pohon
5. Geotekstil
Tanah lunak menurut spesifikasi umum Bina
Petaling, kec: Sungai Gelam, Muaro Jambi Marga adalah tanah dengan CBR lapangan < 2%
GALIAN TANAH LUNAK , a. Tanah Lunak harus ditangani, antara lain: TIDAK ADA
TANAK EKSPANSIF ATAU - Dipadatkan sampai CBR lapangan > 2,5%, PENGUJIAN BAHAN
BERDAYA DUKUNG atau TIMBUNAN &
SEDANG SELAIN TANAH - Distabilisasi, atau
ORGANIK/GAMBUT - Dibuang seluruhnya, atau TANAH DASAR
- Digali sampai di bawah elevasi tanah dasar
sesuai perancangan
b. Tanah ekspansif harus ditangani secara
khusus
Tanah lunak
Permasalahan utama :
A. Daya dukung tanah yg kecil
B. Settlement yg besar saat konstruksi dan waktu konsolidasi
Petaling, kec: Sungai Gelam, Muaro Jambi
lama
19M
>25m NSPT=12~29
Lapisan keras: berada di bawah qc=30~45
lapisan sangat lunak dan kg/cm2
merupakan lapisan lempung
2
kelanauan, berwarna abu-abu
kecoklatan dengan campuran pasir
halus berwarna kuning
CIPULARANG
S-2 KM. 102+800
JALUR B (ARAH JAKARTA)
qc (kPa)
- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
0
Prediksi tanah
1
2
lunak
3
Lebih Lunak
4
5
6
7
8
9
Depth (meter)
10
NSPT
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Tf (Friction
Resistance) kN/m
Preloading dan
surcharge
Stabilitas
Timbunan Timbunan Bertahap
Penggantian
Material
· EPS
(Replacement)
· Timbunan
ringan mortar
Counterberm
busa
Tanah Timbunan Ringan
· dll
· Piled Embankment
Stabilisasi Dalam · Blast densification
(Deep Stabilization) · Stone column
· Dynamic
compaction
· Deep mixing
method
• Penanganan sampel harus cermat >> tidak ada sampel undisturbed yang
sepenuhnya undisturbed akibat penanganan sampel sebelum diuji
• Nilai kisaran tanah lunak dan grafik-grafik korelasi hasil pengujian hanya dapat
digunakan untuk mengecek kesesuaian hasil pengujian (lihat tabel/grafik di
halaman berikut)
GRAFIK
KORELASI
YANG UMUM
DIGUNAKAN
DALAM
DESAIN
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
PENGUJIAN LAPANGAN
SNI 2827:2008
TUJUAN: mendapatkan contoh dan penampang tanah/batuan untuk mengetahui jenis tanah/batuan bawah
permukaan secara pasti.
Jumlah pemboran yang harus dilakukan minimal 1 titik pada setiap lokasi timbunan.
Pemboran minimal mencapai kedalaman 5-10m ke dalam tanah dasar (di bawah timbunan).
Pemboran ini menghasilkan contoh tanah terganggu dan dapat dilakukan deskripsi.
Sampl
Tabung Dinding Tipis ing
untuk Sampling Tanah
Berkohesi Tak tanah
Terganggu
lunak Contoh stratifikasi tanah hasil
korelasi data sondir dan
pengeboran
1. Triaxial UU
(Quick Test)
2. Triaxial CU
3. Triaxial CD
(Slow Test)
- Pasir terdrainase sangat cepat, sehingga utk pasir gunakan uji Triaxial
terdrainase atau drained (CD)
- Lempung tidak terdrainase dengan cepat, sehingga ekses air pori tidak
cepat terdisipasi, jadi gunakan uji Triaxial kondisi tak terdrainase atau
undrained (UU) untuk analisis jangka pendek dan CU untuk analisis jangka
panjang
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
Uji Triaxial UU
• Disebut juga Quick Test
• s3 dan Ds diberikan dengan cepat Hasil Uji Triaxial UU
sehingga tanah tidak sempat
terkonsolidasi
• Saat pengujian, katup drainase ditutup
• Uji triaxial UU mensimulasikan kuat geser
tanah jangka pendek untuk tanah kohesif
• Pada uji ini, nilai fu = 0 (kecil)
• s= cu = su = (s1 – s3)/2 = (s1’ = s3’)/2
• Nilai cu = Su umumnya besar
Parameter ini
yang
digunakan
dalam desain
tanah kohesif
dimana:
j ' = sudut geser dalam
(derajat)
c' = kohesi (kPa)
**) - Kekuatan geser maksimum adalah harga puncak dan dipakai apabila massa tanah/batuan yang potensial longsor tidak
mempunyai bidang diskontinuitas (perlapisan, rekahan, sesar, dan sebagainya) dan belum pernah mangalami gerakan.
- Kekuatan geser residual dipakai apabila : (i) massa tanah/batuan yang potensial bergerak mempunyai bidang
diskontinuitas, dan atau (ii) pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai bidang diskontinuitas)
Untuk tanah yang mudah runtuh sangat sensitif terhadap air diperlukan persiapan benda uji sesuai
dengan SNI 2812:2011 dan prosedur pengujian merujuk pada SNI 8072:2016
Cc.H Po + P
Sc = ---------- Log -----------
1+ eo Po
Sc = penurunan konsolidasi
primer (m)
Cc = indeks kompresibilitas Tv. (Hd) 2
t = ---------------
H = tebal lapisan tanah Cv
terkonsolidasi (m)
eo = angka pori tanah t = lamanya penurunan (th)
Po = tekanan overburdan (ton/m2) Tv = faktor waktu
P = tekanan tanah akibat
Hd = jarak tempuh air (m)
beban timbunan(ton/m2)
Cv = faktor konsolidasi
(m2/th)
Keruntuhan akibat
ketidakcukupan kekuatan geser di
tanah dasar/di kaki lereng
SNI 2813:2008
• Parameter kuat geser tanah ditentukan di
• Direct Shear adalah jenis uji yang
lab, dengan 2 pengujian yaitu: cepat (Quick test) dan tidak mahal
– Uji Direct Shear
– Uji Triaxial Shear • Kekurangannya, tanah akan runtuh
pada bidang utamanya dan mungkin
bukan bidang terlemahnya
• Uji ini digunakan untuk mendapatkan
nilai kuat geser tanah kohesif juga
non kohesif
Parameter
ini yang Hasil Uji Geser
digunakan Langsung
dalam
desain
Untuk, desain/evaluasi:
- Berat isi tanah (g)
- Kadar air
- PI
1. SNI 13 – 6788 – 2002 “Metode Pengujian pH Pengujian gambut yang belum ada SNI-nya
bahan gambut dengan alat pHmeter”
1. Von post
2. SNI 13 – 6789 – 2002 “Metode pengukuran
tebal endapan gambut” 2. Peat auger
3. SNI 13 – 6794 – 2002 “Metode pengujian untuk 3. Peat piston sampling
penentuan kadar serat dari contoh gambut 4. Mechanical Cone Penetrometer Test (CPT)
dengan cara kering di laboratorium” and electrical Cone Penetrometer Test with
4. SNI 13 – 6801 – 2002 “ Metode pengujian berat ball or T bar
volume kapasitas mengikat air dan kapasitas Laboratorium
udara bahan gambut jenuh air”
5. DSS (direct simple shear)
6. Triaxial multistage
• Uji geser baling lapangan untuk jenis gambut amorf harus sangat
hati-hati dilakukan
• Uji CPTu; ukuran konusnya tidak sesuai dan tidak bisa merekam
tahanan konus gambut dengan akurat
Klasifikasi:
• Kadar air diukur dengan mengacu pada ASTM D2974 atau BS 1377.
• Kadar organik adalah persentase berat kering. Diukur dengan uji Hilang Pijar (Ignition Loss Testing) ASTM
D2974 atau BS1377 Part 3 (4) atau Chemical Oxidation Test, BS 1377 Part 3 (3).
• Derajat pelapukan gambut. DI lapangan dilakukan dengan uji Post-Squeeze, ASTM D5715
• Kadar serat. Diukur mengacu pada ASTM D1997-91.
• Bulk modulus. Mengacu pada ASTM test method D4531.
Parameter konsolidasi:
• Pengambilan sampel harus sangat hati-hati
• Dibutuhkan sampel yang besar, minimum 75 mm.
Parameter kekuatan:
• Pengambilan sampel harus sangat hati-hati
• Untuk uji Triaxial, gunakan sampel yang besar
166
166
MATERI POKOK
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERTANYAAN
ANALISA HASIL LABORATORIUM UNTUK PENGAMBILAN
Jawaban ditulis tangan pada form yang
telah disediakan dan diupload melalui e- KEPUTUSAN
pelatihan dalam bentuk PDF. 1. Berapa nilai ketahanan agreat terhadap pengujian abrasi yang
disyaratkan dalam dalam Spesifikasi Teknis 2018 untuk
DOWNLOAD FORM
campuran SMA dan lainnya?
2. Ketika melakukan pengujian marshall didapatkan parameter
marshall yang memiliki nilai VMA yang terlalu tinggi, apakah
efek dari nilai VMA terlalu tinggi dalam penghamparan
perkerasan jalan dan bagaimana solusi untuk mengatasinya?
3. Kondisi agregat dalam pencampuran ada 3 yaitu agregat
kering, agregat SSD, agregat basah. Bagaimana cara
mendapatkan agregat dalam kondisi SSD pada pengujian
lapangan dan laboratorium?