BAB 1 PENDAHULUAN
Penilaian Struktur terhadap Gedung PT. Taekwang Industrial Indonesia ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan yang tidak saja untuk penilaian Sertifikat Laik Fungsi (SLF), namun untuk jangka
panjang juga untuk mengetahui tingkat kelayakan struktur eksisting. Hal ini perlu dilakukan,
mengingat bahwa faktro pemeliharaan sangat penting, untuk mencapai umur rencana dari Gedung.
Untuk mengetahui bahwa bangunan sudah sesuai rencana awal atau bahkan mengetahui kekuatan
untuk tahun –tahun selanjutnya terdapat beberapa aspek perubahan struktur atau tidak pada saat
ini. Perubahan struktur yang dimaksud dapat berupa pelapukan elemen struktur yang diakibatkan
oleh perubahan cuaca yang ekstrim, atau mungkin adanya perubahan fungsi lantai bangunan jika
ada.
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk menilai apakah masih layak atau aman terhadap struktural
maupun sistem instalasi kelistrikan Gedung yang ada di Gedung PT. Taekwang Industrial Indonesia.
Setelah serangkaian program teknis pengumpulan data‐data di lapangan, maka langkah berikutnya
melakukan analisa terhadap struktur dengan program ETABS v.15 dan dari hasil tersebut dapat di
evaluasi dan rekomendasikan sistem perbaikan yang ekonomis dan efisien sesuai kondisi
kerusakan, serta pertimbangan kemudahan pelaksanaan perbaikan struktural atau konstruksi di
lapangan.
PENDAHULUAN Page | 1
LAPORAN HASIL INVESTIGASI
STRUKTUR PT. TAEKWANG INDUSTRIAL INDONESIA
Sistematika pembahasan dalam menulis laporan investigasi Gedung PT. Taekwang Industrial
Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan, berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup pekerjaan, deskripsi
Gudang PT. Taekwang Industrial Indonesia. Metodologi pengujian, berisi metode-metode yang
digunakan dalam pengujian baik di lapangan maupun di laboratorium.
2. Hasil pengujian dan analisis berisi hasil pengamatan visual kondisi struktur eksisting, uji kuat
tekan permukaan beton (hammer test), uji kepadatan & kedalaman retak beton (Ultrasonic
pulse velocity), Uji kekerasan baja (Hardness Birnell), Uji ketebalan baja (Ultrasonic Thickness
Gauge), Uji ketebalan cat (Coating Thickness Gauge)
3. Analisis desain
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
PENDAHULUAN Page | 2
LAPORAN HASIL INVESTIGASI
STRUKTUR PT. TAEKWANG INDUSTRIAL INDONESIA
Waktu Pelaksanaan
No
Tahapan Perencanaan Austus September
.
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jadwal Pelaksanaan
1 Survey Lapangan
Struktur
Arsitektr
Mekanikal
Elektrikal
Tahapan Pelaporan
1 Laporan Survey
2 Analisis & Desain
3 Saran & Rekomendasi
PENDAHULUAN Page | 3
LAPORAN HASIL INVESTIGASI
STRUKTUR PT. TAEKWANG INDUSTRIAL INDONESIA
Salah satu kualitas beton ditentukan dari kekerasan permukaan beton. Pengujian dengan metoda
Schmidt Rebound Hammer ASTM C 805 & BS 4408 merupakan salah satu metoda untuk mengetahui
tingkat kekerasan pada beton. Metoda ini dilakukan dengan memberikan beban impak (tumbukan)
pada permukaan beton. Beban impak tersebut berasal dari suatu massa yang diaktifkan dengan
memberikan energi dengan besaran tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut
dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan dan juga, setelah
dikalibrasi, dapat memberikan prediksi nilai kuat tekan benda uji beton.
Pengujian dengan alat Schmidt Rebound Hammer dapat dilakukan dengan cepat, sehingga dapat
mencakup area pengujian yang luas dalam waktu singkat. Pengujian ini sangat peka terhadap
variasi kekerasan permukaan beton, misalkan dengan adanya plesteran pada elemen struktur.
Karena itu diperlukan pengambilan beberapa kali pembacaan di sekitar lokasi pengukuran, untuk
memperoleh nilai rata-rata yang mewakili. Untuk memperoleh data yang baik, dilakukan
pengambilan antara 9 hingga 20 kali pembacaan pada daerah pengujian seluas 300 mm 2 (jarak
antara dua lokasi pengukuran tidak boleh kurang dari 20 mm).
Perangkat alat Schmidt Rebound Hammer dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.4 Original Schmidt Test Hammer Matest C-380 (Made In Italy)
Hasil perhitungan pengujian hammer tergantung pada arah alat terhadap permukaan strukt ur.
Pada pelaksanaan pengujian, terdapat beberapa cara penempatan alat hammer dalam pengambilan
data. Koreksi terhadap bacaan dilakukan sesuai dengan penempatan hammer tersebut. Koreksi
bacaan biasa ditampilkan dalam bentuk grafik.
Gambar 2.5 Arah Pengujian Hammer &Grafik Konversi Angka Pantulan Rata-Rata Hammer
Pengujian hammer yang dilakukan pada studi ini mengacu pada standar ASTM C 805-89. Secara
umum alat ini dapat digunakan untuk:
Pelaksanaan pengujian Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) ASTM C597-09, 2009 bertujuan untuk
memeriksa kondisi internal komponen struktur beton. Beton pada prinsipnya memiliki porositas
yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Microscopic pores, air void
dan juga retak merupakan komponen-kompenen yang terdapat di dalam struktur pori. Penggunaan
metoda pengujian berupa UPV mampu digunakan untuk menjustifikasi presentase voids yang
berada di dalam beton dengan mempertimbangkan bahwa gelombang ultrasonic hanya merambat
melalui fase solid suatu material. Dalam hal ini semakin sedikit voids berada dilama beton maka
cepat rambat gelombang ultrasonic akan semakin cepat. Sehubungan dengan ini, keberadaan retak
atau large air voids dapat terdeteksi melalui metoda pengujian UPV.
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Proceq PL 200 (Pundit Ultrasonic Pulse Velocity) (b) metoda pengujian
Gambar 2.3 (a) menunjukkan perlatan UPV yang digunakan dalam investigasi ini. Secara umum
terdapat tiga cara dalam pelaksanaan pengujian UPV. Ketiga cara tersebut adalah direct, semi direct
dan indirect seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 (b).
Metoda direct, pada umumnya digunakan untuk mengetahui mechanical properties beton seperti
perkiraan kuat tekan dan dynamic modulus elastik. Selain itu, pengujian UPV dapat juga digunakan
untuk menilai kualitas beton eksisting melalui pengamatan cepet rambat gelombang ultrasonik
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.
T R
Selanjutnya penilaian kualitas beton dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang tercantum pada
BS, 1881, 1983 seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Korelasi antara cepat rambat gelombang ultrasonik terhadap kualitas beton
Di lain pihak, pengaplikasian metoda indirect pada pengujian UPV digunakan untuk mengetahui
kedalaman retak yang terjadi pada komponen struktur beton baik akibat internal load maupun
external load.
2x 2x
x x
T2 T1 R1 R2
Gambar 2.8 Metoda indirect pada pengujian UPV untuk mengetahui kedalaman retak
dimana:
h=x
√ ( 4 t21−t 22 )
(t 22−t 21 )
T R1 R2
½x
Gambar 2.9 Metoda indirect pada pengujian UPV untuk mengetahui kualitas beton (tingkat kepadatan)
Dengan mempertimbangkan bahwa kedalaman gelombang ultrasonik yang mampu dicapai dengan
menggunakan metoda indirect adalah sebesar setengah jarak transmitter terhadap receiver
(berdasarkan uji laboratory), maka bentuk gelombang ultrasonik yang terbentuk dengan
mengaplikasikan metoda indirect dapat diasumsikan berbentuk setengah lingkaran, dimana jarak
antara transmitter terhadap receiver merupakan diameter dari bentuk setengah lingkaran
gelombang ultrasonic. Sehingga korelasi cepat rambat gelombang ultrasonik yang didapat dengan
mengaplikasikan metoda direct dan indirect untuk jarak transmitter dan receiver yang sama adalah
sebagai berikut:
L ⟶t direct gelombang ultrasonic berbentuk garis lurus
L ⟶t indirect gelombang ultrasonic berbentuk setengah lingkaran
t direct L 2
= = =0.64
t indirect 1 μ
µL
2
Sehingga untuk mengevaluasi tingkat kepadatan beton dengan melakukan pengujian UPV melalui
metoda indirect harus dikorekasi terlebih dahulu sebesar 1.57.
Pengujian Kekerasan Baja Profil dengan Hardness Brinnel. Metoda pengujian kekerasan metal
secara umum dilakukan berdasarkan metoda Leeb (ASTM A956). Metoda ini mengukur rasio dari
kecepatan rebound terhadap kecepatan impak dari suatu massa yang terdefinisikan pada suatu
permukaan. Oleh karena itu, metoda ini mengukur kehilangan energi kinetik selama proses
tumbukan terjadi (teknik dinamik). Akurasi pengujian Leeb bergantung pada kondisi pengujian
yang layak – kondisi fisik permukaan, ketebalan sampel, dan massa.
Ketebalan (T) yang diukur dengan metoda ultrasonik pulse-echo (ASTM E 797-95) merupakan hasil
perkalian antara kecepatan suara pada material dan setengah kali waktu tempuh (perjalanan).
Vt
T=
2
Dimana
T = ketebalan material
V = kecepatan, dan
t = waktu tempuh
Kecepatan gelombang suara yang melewati material uji merupakan fungsi dari karakteristik/sifat
fisik dari material tersebut. Karakteristik/sifat ini diasumsikan konstan untuk suatu kelas material
tertentu.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka lapisan pembungkus (coating) harus terlebih
dahulu dikelupas. Mode pengukuran ini memiliki range 0.8 mm – 300 mm dengan resolusi (d) 0.01.
Sound Velocity
Material
in/µs m/s
Aluminium 0.25 6340 - 6400
Steel, Common 0.233 5920
Steel Stainless 0.226 5740
Brass 0.173 4399
Copper 0.186 4720
Iron 0.233 5930
Cast Iron 0.173 - 0.229 4400 - 5820
Lead 0.094 2400
Nylon 0.105 2680
Silver 0.142 3607
Gold 0.128 3251
Zinc 0.164 4170
Titanium 0.236 5990
Tin 0.117 2960
Epoxy Resin 0.1 2540
Ice 0.157 3988
Nickel 0.222 5639
Plexiglass 0.106 2692
Polystyrene 0.092 2337
Porcelain 0.23 5842
PVC 0.094 2388
Quartz Glass 0.222 5639
Rubber, Vulcanized 0.091 2311
Teflon 0.056 1422
Water 0.058 1473
Coating Thickness Gauge ialah alat ukur ketebalan cat profesional yang praktis dan didesain untuk
pengukuran lapisan non-destruktif, mampu melakukan pengukuran dengan cepat dan tepat dengan
pengukuran ketebalan yang presisi. Fungsi dari Coating Thickness Gauge untuk mengetahui
ketebalan (thickness) cat di permukaan suatu material atau benda yang dicat.
1. Pastikan kalibrasi alat sudah sesuai dengan petunjuk buku panduan (guide book)
2. Setting alat untuk menentukan satuan/unit (referensi yang biasanya dipaka mm atau mµ)
3. Bersihkan permukaan logam/baja agar terhindar dari debu, kotoran, minyak ataupun
elemen lain yang dapat mengurangi ketelitian bacaan alat
4. Tempelkan Coating Thickness gauge pada benda yang di cat/material yang lain kemudian
akan muncul ketebalan/angka pada display thickness gauge. Setelah Coating thickness
gauge ditempelkan pada benda kerja, kemudian pada layar akan menampilkan data-data
hasil pengukurannya. Tingkat ketelitian coating thickness gauge mencapai ± 0,1 mm.