Anda di halaman 1dari 62

PERBAIKAN KERUSAKAN DERMAGA / JETTY

TAHAPAN PROSES - NORMAL

•TAHAP ASSMENT DAN ANALISA KERUSAKAN


>> Konsultan
1.TAHAP PENYUSUNAN BASIC DESIGN BOQ DAN
DOKUMEN PELELANGAN/PENAWARAN (UNTUK
PROSES PEKERJAAN DENGAN METODE DESIGN AND
BUILT/ E P C) >> Konsultan
•TAHAP
4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN PERBAIKAN
PENYUSUNAN >> Pelaksana
DETAIL Konstruksi
DESIGN DAN
DOKUMEN
5. TAHAP PEMELIHARAAN >> Pelaksana Konstruksi
PELELANGAN/PENAWARAN >> Konsultan
PERBAIKAN KERUSAKAN DERMAGA / JETTY

TAHAPAN PROSES – PERCEPATAN (DESING AND BUILT /EPC)

•TAHAP ASSMENT DAN ANALISA KERUSAKAN >> Konsultan


Engineering/EPC
•TAHAP PENYAMPAIAN PROPOSAL PENAWARAN PERBAIKAN (Gambar Basic
Volume Kerusakan, Penawaran Biaya Perbaikan, Metode & >> Konsultan
Design,
Jadwal)
Engineering/EPC
3. TAHAP PELAKSANAAN
A. Penyusunan Detail Engineering (Gambar Kerja dan Spesifikasi /Design & Biult) >>
Konsultan Engineering / EPC
B. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan PerbaikanTAHAP PELAKSANAAN >> Pelaksana
Konstruksi
4. TAHAP PEMELIHARAAN >> Pelaksana
PEKERJAAN ASESSMENT BANGUNAN
DERMAGA / JETTY
PEKERJAAN ASESSMENT BANGUNAN DERMAGA / JETTY

Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud kegiatan ini adalah mendapatkan rekomendasi


penanganan yang tepat pada Struktur Bangunan Demaga

Tujuan dilakukan Asessment/Pemeriksaan adalah adalah


untuk mengidentifikasi kondisi aktual struktural dan elemen
Bangunan Dermaga/Jetty seraca akurat dan tepat.

Sasaran dari kegiatan ini adalah:


Mendapatkan informasi secara akurat dan tepat terhadap
Pemeriksaan kondisi elemen Struktur Bangunan DermagaJetty
secara visual dengan cara pemeriksaan pemeriksaan khusus,
melalui peralatan berteknologi tinggi
Melakukan evaluasi kondisi aktual dari hasil pemeriksaan visual
dan pemeriksaan khusus yang dilakukan.
Memberikan Saran dan rekomendasi Konsultansi berdasarkan
hasil pengujian elemen struktur
bangunan tersebut.
Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup pekerjaan assessment yaitu: a Pemeriksaan Detail Visual
Test Pemeriksaan Khusus, meliputi:
•Pemeriksaan Non Destruktive Test
• Hammer Test
• Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPV Test)
• Covermeter dan Scanning Rebar Test
• Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
• Thickness Test
• Pengujian Ketebalan Cat (Dry Film Thickness Test)
•Pemeriksaan Destruktive Test
• Core Drill Test
• Chloride Content
• Carbonation Test
• Half Potential Test Pemeriksaan / Loading Test
•Dynamic Load Test
•Static Load Test
•Pelaporan
• Laporan Hasil Evaluasi dan Rekomendasi Konsultan.
Tahapan kegiatan Asessment
1. Survey Pendahuluan

Kegiatan meliputi koordinasi dengan pihak terkait untuk menentukan arah kegiatan dan proses sinkronisasi
rencana kegiatan yang berhubungan dengan perijinan dan koordinasi wilayah pemeriksaan pada jetty,
review dokumen dan data eksisting jetty dari pihak pengelola jetty, serta penentuan jenis pengujian
berdasarkan pengamatan visual secara umum.

• Pemeriksaan Secara Visual


Pemeriksaan visual dilakukan terhadap struktur jetty dan kondisi lingkungannya, dilakukan untuk memperoleh data
dan informasi kondisi dan keadaan di lapangan sebagai berikut :
• Diperoleh gambaran mengenai jenis-jenis kerusakan yang ada pada jetty serta diperkirakan faktor-faktor
penyebabnya.
• Pemeriksaan visual dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan untuk memeriksa elemen jetty
pada area akses yang terjangkau, yang kemudian setiap jenis kerusakan serta lokasi kerusakan akan
didokumentasikan.
• Pemeriksaan visual dimaksudkan untuk mengetahui jenis, tingkat kerusakan, kuantitas kerusakan dan
penyebab kerusakan yang terjadi pada elemen jetty.
• Keluaran dari pemeriksaan detail secara visual ini merupakan Nilai Kondisi (NK) dari setiap elemen jetty.

Sistem Penilaian Elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas :


serangkaian pertanyaan yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada.
Tahapan kegiatan Asessment
2. Pemeriksaan Secara Visual
Sistem Penilaian Elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas 5 komponen sebagai berikut : :
1) Structure : apakah Struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak
2) Kerusakan : sampai manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena kerusakan
tersebut, parah atau ringan
3) Perkembangan (Volume) : apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas,
artinya apakah kerusakan tersebut terdapat pada kurang atau lebih dari 50%
dari
4) Fungsi : panjang, luas atau volume elemen. apakah elemen tersebut masih berfungsi
5) Pengaruh : apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius terhadap elemen
yang lain atau arus lalu lintas

3. Nilai Kondisi
Sistem penilaian kondisi elemen atau bangunan sebagai berikut :
0 : Elemen / bangunan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
•: Elemen / bangunan mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeriksaan rutin
•: Elemen / bangunan mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan berkala
•: Elemen / bangunan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya
•: Elemen / bangunan dalam kondisi kritis
•: Elemen/ bangunan tidak berfungsi atau runtuh
Tahapan kegiatan Asessment
Kriteria Penilaian terhadap Structure
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang
ada, menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Tabel berikut :
Pemeriksaan Non Destruktive Test
Pemeriksaan Non Destruktif Test
Pengujian UPV Pundit dilakukan berdasarkan BS 1881 Part 203: 1986 dan ASTM C597-
97. Di dalam standar ini dijelaskan bahwa tranduser penerima mendeteksi datangnya komponen pulse yang tiba
lebih awal. Pengukuran Pulse Velocity dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu antara lain:
•Direct transmission
•Semi-direct transmission
•Indirect/surface transmission

Gambar 2. 1 Metode Pengambilan Pulse Velocity (a) Direct Transmission, (b) Semi-
direct Transmission, (c) Indirect / Surface Transmission

Kriteria penilaian Kualitas Beton dengan gelombang ultrasonik


Pemeriksaan Non Destruktive Test
Peralatan UPV Pundit terdiri dari:

•UPV Pundit Lab+ Versi Digital


•Gerinda
•Media kalibrasi
•Ultrasonic gel/Grease
•Meteran
•Sikat Kawat

Alat UPV Pundit Versi Digital


Contoh Hasil Pengujian
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan nilai yang dihasilkan PUNDIT
Pemeriksaan Non Destruktive Test

Hasil Indirect pulse velocity perlu diolah agar menghasilkan nilai directpulse velocity. Berdasarkan Guidebook on non-
destructive testing of concrete structures, Ch.11.1.4.4 based on ASTM C215 Test Method for Fundamental Transverse,
Longitudi- nal, and Torsional Resonant Frequencies of Concrete Specimens konversi Indirect factor ke direct
factor dengan meningkatkan hasil velocity sebesar 5% -30%. Dalam kasus kali ini diambil nilai indirect factor sebesar
10%.
Pemeriksaan Non Destruktive Test
Pemeriksaan Non Destruktive Test

Berikut adalah contoh hasil perhitungan pulse velocity disertai kriterianya , untuk selengkapnya dapat dilihat
pada
lampiran UPV test.
Pemeriksaan Konfigurasi Tulangan (Covermeter Test)

Alat pendeteksi tulangan beton merupakan suatu alat elektromagnetik yang digunakan untuk pendeteksian ketebalan
selimut beton. Prinsip kerja alat ini, ialah dengan adanya tulangan di dalam beton yang akan mempengaruhi
medan elektromagnet yang dihasilkan oleh rangkaian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui :
•Tebal selimut beton (concrete cover).
•Lokasi tulangan.
•Diameter dari baja tulangan.
•Jarak/posisi tulangan.
Peralatan
Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
•Profometer 5+
•Bar Scanner
•Gerinda
•Ultrasonic Gel/Grease
•Meteran
•Sikat Kawat
Pemeriksaan Konfigurasi Tulangan (Covermeter Test)

Metode pelaksanaan pemeriksaan susunan tulangan baja secara umum dapat dideskripsikan sesuai tahapan sebagai berikut:
•Meratakan permukaan beton yang akan diperiksa susunan tulangannya.

•Mengukur dimensi struktur kolom/pelat lantai/balok yang akan diperiksa.


•Melakukan persiapan alat Profometer 5+. Pengaturan scan area, object number dan
4. scanning bar.
•Melakukan scan pada area kolom/pelat lantai/balok yang dituju, untuk scan awal dilakukan pada main bar direction (arah
tulangan utama) dan selanjutnya scan pada stirrups direction (arah tulangan sengkang).
•Melakukan penyimpanan hasil scan kolom dan mencatat object number.

Pengujian covermeter dan scanning rebar yang dilakukan pada area pelat lantai dan abutment, pengambilan data
dilakukan pada area 1 m x 1 m, sementara covermeter pada elemen balok, area pengambilan data mengikuti dimensi dari
balok tersebut untuk arah Y dan 1 m untuk arah X.
Pemeriksaan Konfigurasi Tulangan (Covermeter Test)

Penjelasan pada hasil pemeriksaan pengujian susunan baja tulangan pada sub-bab ini hanya menjelaskan salah satu
pemeriksaan saja. Selebihnya untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada penjelasan Covermeter dan Scanning Rebar
Test.
Dari hasil pengambilan data dilapangan kemudian data tersebut diolah sehingga
menghasilkan data covermeter test. Berikut adalah salah satu gambar hasil covermeter test pada
salah satu titik uji.
Hasil Data Covermeter Pada Lokasi Balok
Pemeriksaan Konfigurasi Tulangan (Covermeter Test)
Data covermeter tersebut kemudian dibuat tabulasi rekapan jumlah tulangan dengan format seperti dibawah
ini:
Pemeriksaan Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
Pengujian kekerasan Brinell adalah sebuah pengujian kekerasan metal yang dapat menyajikan informasi yang
bermanfaat mengenai material metal. Informasi yang disajikan dapat dikorelasikan ke kuat tarik, ketahanan,
daktalitas atau karakteristik material metal lainnya dan pengujian ini dapat juga berguna sebagai kontrol
kualitas dan sebagai seleksi material.
•Standar
Standar yang digunakan untuk pengujian kekerasan baja adalah ASTM A956 (Leeb) dan ASTM E 140-97:
Standart hardness conversion Tabels for metals (ASTM E10- 08/Brinell Test: Standart hardness conversion Tabel
for metals.
•Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian kekerasan baja yaitu :
• Form pengujian
• Alat tulis
• Gerinda
• 1 Set porTabel hardness tester
Pemeriksaan Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
III. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Hardness Test dibagi dua tahap yaitu;
•Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian dilakukan sebagai berikut:
• Menentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa.
• Membersihkan permukaan bidang uji dari plesteran atau pelapis pelindung;
• Meratakan permukaan bidang uji dengan gerindra.
•Teknis
Pengujian sebagai berikut :
• Konfigurasi alat Hardness Tester sesuai pedoman yang ditentukan ;
• Kalibrasi Alat Hardness Tester dengan ;
• Sentuh ujung peluncur pada permukaan titik uji, usahakan posisi sesuai dengan arah yang dikonfigurasikan
pada alat benda uji ;
• Lakukan min 3 kali pukulan sesuai area bidang uji yang ditentukan dengan minimal jarak antar pukulan 2
mm ;
• Data tersimpan dalam Alat.
• Sketsa Lokasi Titik Uji
• Beri tanda bahwa lokasi uji telah dilakukan pemeriksaan
Pengujian hardness test dilakukan pada web dan flens profil baja. Untuk 1 test pengujian hardness test mencakup
1 kali pengujian pada flens dengan 3 kali tumbukan dan 1 kali pengujian pada web dengan 3 kali tumbukan.
Pengujian hardness test dilakukan tipikal untuk setiap bentang.
Pemeriksaan Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
III. Metode
Pelaksanaan

Test Pengujian Hardness


Test
Pemeriksaan Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
1. Contoh Hasil Pengujian
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan nilai kekerasan yang
sudah dicatat berdasarkan data lapangan. Hasil
pemeriksaan berupa nilai kekerasan satuan brinell (HB)
kemudian dikorelasikan dengan nilai ultimate tensile
strength sesuai dengan ASTM E140 -Standard Hardness
Conversion Tabels for Metals Relationship Among Brinell
Hardness, Vickers Hardness, Rockwell Hardness,
Superficial Hardness, Knoop Hardness, Scleroscope
Hardness, and Leeb Hardness.
Tabel 2. 7 Tabel Conversion Hardness Value Based On ASTM E140
TENSILE STRENGTH TO HARDNESS CONVERSION CHART
Brinell Vickers or Rockwell Approximat Approximat
Firth Scleroscop e Tensile e Tensile
Dia. (mm) C B
Hardnes s e No. Strength
: 100-
No. Strength 1000 psi
3000- 150-kg kg Mpa
Hardnes kg Load 120° Load
DiamondCon 1/16
s
e " dia.
No.
Load Ball
10-
mm Ball
4.40 187 187 10 91 28 93 641

4.45 183 183 9 90 27 91 627

4.50 179 179 8 89 27 89 614

4.55 174 174 7 88 26 87 600

4.60 170 170 6 87 26 85 586

4.65 166 166 4 86 25 83 572

4.70 163 163 3 85 25 82 565

4.75 159 159 2 84 24 80 552

4.80 156 156 1 83 24 78 538

4.85 153 153 82 23 76 524

4.90 149 149 81 23 75 517

4.95 146 146 80 22 74 510


Pemeriksaan Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja)
Dari hasil pengujian Hardness dapat disimpulkan bahwa:
•Nilai kekerasan baja di semua area pada Rangka Baja Utama yang diuji

(Girder Baja) menghasilkan nilai rata-rata 141 HB. Korelasi nilai


kekerasan terhadap nilai kuat tarik ultimate (UTS) menghasilkan nilai
rata-rata sebesar 489.04 mpa. Korelasi nilai kuat tarik ultimate dengan
nilai kuat leleh (fy) adalah menghasilkan nilai rata-rata sebesar 282.17
mpa.
•Nilai kekerasan baja di semua area pada Girder Baja Memanjang yang

diuji menghasilkan nilai rata-rata 137 HB. Korelasi nilai kekerasan


terhadap nilai kuat tarik ultimate (UTS)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 476.10 mpa. Korelasi nilai kuat tarik
ultimate dengan nilai kuat leleh (fy) adalah menghasilkan nilai rata-rata
sebesar 274.71 mpa.
Nilai kekerasan baja di semua area pada Bracing Baja yang diuji
menghasilkan nilai rata- rata 116 HB. Korelasi nilai kekerasan terhadap
nilai kuat tarik ultimate (UTS) menghasilkan nilai rata-rata sebesar
404.86 mpa. Korelasi nilai kuat tarik ultimate dengan nilai kuat leleh (fy)
adalah menghasilkan nilai rata-rata sebesar 233.60 mpa.
Nilai kekerasan baja di semua area pada Rangka Baja Tepi yang diuji
menghasilkan nilai rata-rata 186 HB. Korelasi nilai kekerasan terhadap
nilai kuat tarik ultimate (UTS) menghasilkan nilai rata-rata sebesar
641.31 mpa. Korelasi nilai kuat tarik ultimate dengan nilai kuat leleh (fy)
adalah menghasilkan nilai rata-rata sebesar 370.04 mpa.
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Material)
1. Umum
Pengukuran ketebalan suatu bahan (Thickness Material Gauge) dilakukan guna mengetahui seberapa besar nilai pendekatan
ketebalan pada suatu material. Pada struktur baja, pengujian ini biasanya dilakukan untuk mengetahui nilai ketebalan pada
gelagar dan tiang baja yang telah mengalami korosi atau ketebalan cat pada suatu struktur utama dan pendukung
bangunan. Alat ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa kecepatan rambat gelombang yang melalui suatu media
padat bergantung pada sifat-sifat elastik media padat tersebut.
• Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
 ASTM E 797 - 95 Standard Practice for Measuring Thickness By Manual Ultrasonic Pulse Contact Method.
 EN 15317 Non-destructive testing. Ultrasonic testing. Characterization and verification of ultrasonic thickness
measuring equipment.
• Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Thickness Material Gauge (Pengukuran Ketebalan Material) yaitu :
 Form pengujian
 Alat tulis
 Gerinda
 1 Set porTabelThickness Gauge
 Piloks
 Ultrasonic Gel.

Set Portabel Thickness


Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Material)
Contoh Hasil Pengujian
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan nilai prediksi ketebalan yang sudah dicatat berdasarkan data lapangan. Hasil
pemeriksaan berupa nilai ketebalan baja yang nantinya akan
dibandingkan dengan ketebalan desain rencana untuk mengetahui persentase sisa ketebalan. Dari desain diketahui
bahwa tebal rencana Rangka Baja Utama 23 mm, Rangka Baja Horizontal 13 mm, Bracing Baja 12 mm dan Rangka
Baja Tepi adalah 10 mm. Berikut adalah estimasi persentase sisa ketebalan baja berdasarkan desain rencana.
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Material)
Dari hasil pengujian Tickness dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada Rangka Baja Utama jembatan
a. Cisadane menghasilkan nilai sebesar 14.07 mm pada bagian badan propil baja (Web) dan
21.86 mm pada bagian sayap propil baja (Flens).

a. Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada Rangka Baja Horizontal jembatan Cisadane menghasilkan nilai sebesar 7.45 mm pada bagian
badan propil baja (Web) dan
11.91 mm pada bagian sayap propil baja (Flens).

•Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada Bracing Baja jembatan Cisadane menghasilkan nilai sebesar 6.605 mm pada bagian badan propil
baja (Web) dan 11.76 mm pada bagian sayap propil baja (Flens).
•Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada Rangka Baja Tepi jembatan Cisadane menghasilkan nilai sebesar 9.65 mm pada bagian badan propil baja
(Web) dan 9.37 mm pada bagian sayap propil baja (Flens).
•Jika ditinjau dengan tebal Rangka Baja Utama berdasarkan desain (23.00 mm), persentase nilai sisa tebal Rangka Baja Utama adalah berkisar 94.44%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan girder baja masih dalam kondisi normal dan belum mengalami residual (pengurangan ketebalan baja)
•Jika ditinjau dengan tebal Rangka Baja Horizontal berdasarkan desain (13.00 mm), persentase nilai sisa tebal Rangka Baja Horizontal adalah berkisar
92%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan Rangka baja masih dalam kondisi normal dan belum mengalami residual (pengurangan ketebalan baja)
•Jika ditinjau dengan tebal Bracing Baja berdasarkan desain (12.00 mm), persentase nilai sisa tebal Rangka Baja Horizontal adalah berkisar 96.18%. Hal
ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan Rangka baja masih dalam kondisi normal dan belum mengalami residual (pengurangan ketebalan baja)
•Jika ditinjau dengan tebal Rangka Baja Tepi berdasarkan desain (10.00 mm), persentase nilai sisa tebal Rangka Baja Tepi adalah berkisar
95.10%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan Rangka baja masih dalam kondisi normal dan belum mengalami residual (pengurangan ketebalan
baja).
Pengujian Ketebalan Cat (Dry Film Thickness Test)
Umum
Instrumen yang sesuai dengan metode uji ini mengukur ketebalan baja dengan memancarkan pulsa ultrasonik ke dalam lapisan
yang dipantulkan kembali dari substrat ke probe. Waktu perjalanan diubah menjadi pembacaan ketebalan. Instrumen harus
ditempatkan langsung pada permukaan lapisan untuk mengambil pembacaan. Setelah memverifikasi keakuratan pada bagian
yang dilapis yang diketahui dari objek atau bahan yang sama, probe instrumen digabungkan dengan spesimen yang dilapis,
setelah perawatan dan pengkondisian yang tepat sesuai dengan instruksi pabrik pelapisan. ghdg
Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
•ASTM D6132, Nondestructive Measurement of Dry Film Thickness of Applied Organic Coatings Using an Ultrasonic Gage.
•Pedoman Perlindungan KomponenBaja Jembatan dengan Cara Pengecatan, Kementrian PUPR
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Dry Film Thickness (Pengukuran Ketebalan Baja) yaitu:
Form pengujian
•Alat tulis
•Gerinda
•1 Set porTabel Dry Film Thickness
•Piloks
•Ultrasonic Gel
Pengujian Ketebalan Cat (Dry Film Thickness Test)
Metode Pelaksanaan
Berikut adalah metode pelaksaan pengujian Ketebalan Baja : Gunakan instrumen hanya setelah kalibrasi telah diverifikasi sesuai.
Pastikan bahwa pelapis disembuhkan sebelum menggunakan instrumen.
Kecuali pelapisan lunak, couplant mungkin diperlukan untuk mengirimkan pulsa ultrasonik dari probe instrumen ke dalam
lapisan. Air sangat ideal untuk pelapisan yang halus dan tipis. Untuk pelapisan kasar, gel glikol adalah yang terbaik, asalkan
bukan kontaminan untuk lapisan yang akan diukur. Cairan lain seperti sabun cair dapat digunakan. Untuk informasi spesifik
mengenai penggunaan couplants, lihat petunjuk produsen pengukur.
Letakkan probe instrumen di permukaan dan beri tekanan konstan. Pegang probe dengan stabil selama pengukuran. Ambil
jumlah bacaan yang cukup untuk mengkarakterisasi permukaan.

Contoh Hasil Pengujian


Komparasi hasil tebal cat minimum diperlukan sebagai pembanding untuk mengetahui apakah cat telah memenuhi syarat
minimum.
Berdasarkan Pedoman Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan, Kementrian PUPR, untuk tebal cat area
industry dan area kelembapan tinggi maksimum tebal cat sebesar 200 mikromilimeter.

Pengujian Dry Film Thickness


Pengujian Ketebalan Cat (Dry Film Thickness Test)

Contoh Hasil Pengujian


Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan
bahwa Saluran pipa teruji menghasilkan tebal
cat sebesar 350 mikromilimeter > 200
mikromilimeter masih memenuhi syarat tebal
minimum cat.
Hammer Test (Pemeriksaan Homogenitas Mutu Permukaan Beton)

Umum
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping itu dengan menggunakan metode ini
akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya murah. Metode pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut padaa saat
terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi. Alat ini
sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur, karena kesederhanaanya, pengujian
menggunakan alat ini sangat cepat sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini
sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu
dekat permukaan.
Metoda pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan

suatu massa yang diaktifkan dengan memberikan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa
tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan dan
juga, setelah dikalibrasi dapat memberikan indikasi nilai kuat tekan beton benda uji.
Hammer Test (Pemeriksaan Homogenitas Mutu Permukaan Beton)

Standar
Pemeriksaan Homogenitas Mutu Permukaan Beton (Hammer Test) berdasarkan BS 1881 Part 202:1986 dan
ASTM G80S-89.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam Hammer Test sebagai berikut:
•Gerinda
•Form dan Alat Tulis
•Kapur
•Meteran
•1 Set Schimidt Rebound Hammer Digital
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Hammer Test dibagi dua tahap yaitu;
Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian dilakukan sebagai berikut:
Menentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa ; Membersihkan permukaan bidang uji
dari plesteran atau pelapis pelindung ;
Meratakan permukaan bidang uji dengan gerindra dengan syarat minimum luas benda uji 100 x 100 mm atau
dengan D = 150 mm.
Teknis
Hammer Test (Pemeriksaan Homogenitas Mutu Permukaan Beton)

Teknis
Lakukan pengujian sebagai berikut :
Konfigurasi alat Schimidt Hammer Digital sesuai pedoman yang ditentukan ;
Sentuh ujung peluncur pada permukaan titik uji, usahakan posisi tegak lurus sesuai dengan benda uji ;
Lakukan 10 kali pukulan sesuai area bidang uji yang ditentukan dengan minimal jarak antar pukulan 25
mm ; Data tersimpan dalam Alat
Flowchart Pelaksanaan
Berikut adalah bagan alir Pelaksanaan:
Hammer Test (Pemeriksaan Homogenitas Mutu Permukaan Beton)

Contoh Hasil Pengujian Palu (Hammer


Cathodic Protection
Umum
Ada tiga hal utama penyebab korosi, yaitu dua buah logam yang memiliki beda potensial elektrik, cairan elektrolit (air dengan
semua jenis garam atau garam yang terlarut di dalamnya), dan dua unit logam yang kontak secara elektrik karena
memungkinkan terjadinya aliran arus listrik. Pada dasarnya korosi tidak dapat dihilangkan, akan tetapi dengan kemajuan
teknologi, proses korosi bisa dikontrol hingga titik optimum. Salah satu metode untuk mengendalikan korosi tersebut adalah
cathodic protection. Cathodic Protection adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada logam dengan cara
menjadikan permukaan logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Cathodic protection ini umumnya digunakan untuk
melindungi baja, sistem perpipaan, tangki, tiang pancang, anjungan lepas pantai, kapal dan casing sumur minyak onshore.
Berdasarkan dari sumber listriknya, Cathodic Protection dibagi menjadi dua metode, yaitu: Sacrificial Anode System dan
Impressed-Current Cathodic Protection System.
Sacrificial Anode System
Metode ini disebut sacrificial anode karena systemnya mengorbankan logam yang lebih reaktif (anode) untuk melindungi logam
utama (katode). Prinsip dari metode ini adalah menciptakan sel elektrokimia dimana dua logam yang berbeda dihubungkan
secara elektris yang ditanam dalam elektrolit alam, seperti: tanah atau air.
Kedua logam yaitu Zinc dan besi, akan mengalami korosi karena kedua logam tersebut mengalami reaksi oksidasi dan
diseimbangkan dengan reaksi reduksi gas hydrogen.
Impressed-Current Cathodic Protection System (ICCP)
Tidak seperti prinsip sacrificial anode, metode ini membutuhkan arus listrik DC (searah) dari sumber luar yang dihubungkan
dengan logam anode dengan logam katode (logam yang dilindungi). Anode system ICCP ini dapat berbentuk batangan tubular
dari berbagai material khusus, seperti: high silicon cast iron, grafit, campuran logam oksida,
Cathodic Protection

platina dan niobium. Metode ini biasanya digunakan untuk mem-proteksi fasilitas- fasilitas yang besar.
Metode ICCP harus dihubungkan dengan arus listrik DC, jika arus listik nya AC maka harus dihubungkan
dengan rectifier (penyearah arus) karena fungsi dari sumber listrik DC ini adalah untuk mengarahkan elektron
yang teroksidasi dari anode menuju ke logam yang dilindungi sehingga logam tersebut tidak mudah untuk
teroksidasi (korosi) karena kehilangan elektronnya.
Untuk pipeline yang tidak diproteksi oleh Impressed-current cathodic protection, pipeline tersebut mengalami
oksidasi (kehilangan electron) tanpa ada logam lain (anode) yang mendonasi electron kepada pipa tersebut
sehingga membuat pipeline ini mudah untuk korosi.
Standar
“Standard Practice for Preparing, Cleaning and Evaluating Corrosion Test Spesimens” ASTM G1-90
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian cathodic protection adalah 1 set potential meter

1 set potential
Cathodic Protection
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Cathodic Protection yaitu;
Rangkaian pembacaan potensial pile baja pada 3
tingkat tes di bawah diukur;
•1m di bawah permukaan air laut
•Panjang pertengahan bagian level terendam air
•Level dasar laut

Visual Inspection
Underwater
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di Bawah Muka Air)
Umum
Pengukuran ketebalan suatu bahan (Thickness Material Gauge) dilakukan guna mengetahui seberapa besar
nilai pendekatan ketebalan pada suatu material, dalam hal ini adalah steel pile pada bawah permukaan laut.
Pada struktur baja, pengujian ini biasanya dilakukan untuk mengetahui nilai ketebalan pada pile baja yang
telah mengalami korosi. Alat ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa kecepatan rambat gelombang yang
melalui suatu media padat bergantung pada sifat-sifat elastik media padat tersebut.
Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
ASTM E 797 - 95 Standard Practice for Measuring Thickness By Manual Ultrasonic Pulse Contact Method.
EN 15317 Non-destructive testing. Ultrasonic testing. Characterization and verification of ultrasonic thickness
measuring equipment
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Thickness Material Gauge (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di bawah laut) yaitu
•: Form pengujian
• Alat tulis
• Gerinda
• 1 Set Portabel Thickness
Gauge Satu Set Portable Thickness
• Piloks Gauge
• Ultrasonic Gel
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di Bawah Muka
Air)
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Thickness Material Gauge (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di bawah laut) sebagai berikut;
Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian dilakukan sebagai berikut:
•Menentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa ;
•Membersihkan dan meratakan permukaan bidang uji
Teknis
Lakukan pengujian sebagai berikut :
•Lumuri permukaan benda uji dengan ultrasonic gel
•Konfigurasi dan kalibrasi alat Portabel Thickness Gauge
•Tempel Probe pada lokasi benda uji yang telah dilumuri ultrasonic gel
•Lakukan pembacaan pengukuran pada alat Portabel Thickness Gauge
•Sketsa posisi lokasi pengujian
Contoh Hasil Pengujian
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan nilai prediksi ketebalan yang sudah dicatat berdasarkan data lapangan. Hasil
pemeriksaan berupa nilai ketebalan baja yang nantinya akan dibandingkan dengan ketebalan desain rencana
untuk mengetahui persentase sisa ketebalan. Dari desain diketahui bahwa tebal rencana steel pile adalah 19 mm.
Berikut adalah estimasi persentase sisa ketebalan baja berdasarkan desain rencana.
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di Bawah Muka
Air)
Dari hasil pengujian Tickness dapat disimpulkan
• Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada steel pile 1 pada jetty menghasilkan nilai sebesar
bahwa:
18,71 mm.
• Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada steel pile 2 pada jetty menghasilkan nilai sebesar
18,76 mm. hasil pengujian Tickness yang diuji pada steel pile 3 pada jetty menghasilkan nilai sebesar
•Berdasarka
n
17,98 mm.
Thickness Test (Pengukuran Ketebalan Steel Pile di Bawah Muka
Air)
• Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada steel pile 4 pada jetty menghasilkan nilai sebesar 18,20
mm.
• Berdasarkan hasil pengujian Tickness yang diuji pada steel pile 5 pada jetty menghasilkan nilai sebesar 18,49
mm.
• Jika ditinjau dengan tebal steel pile berdasarkan desain (19.00 mm), persentase nilai sisa tebal steel pile 1
adalah berkisar 98,47%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan steel pile sudah mengalami
residual (pengurangan ketebalan baja).
• Jika ditinjau dengan tebal steel pile berdasarkan desain (19.00 mm), persentase nilai sisa tebal steel pile 2
adalah berkisar 98,74%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan steel pile sudah mengalami
residual (pengurangan ketebalan baja).
• Jika ditinjau dengan tebal steel pile berdasarkan desain (19.00 mm), persentase nilai sisa tebal steel pile 3
adalah berkisar 94,63%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan steel pile sudah mengalami
residual (pengurangan ketebalan baja).
• Jika ditinjau dengan tebal steel pile berdasarkan desain (19.00 mm), persentase nilai sisa tebal steel pile 4
adalah berkisar 95,79%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan steel pile sudah mengalami
residual (pengurangan ketebalan baja).
• Jika ditinjau dengan tebal steel pile berdasarkan desain (19.00 mm), persentase nilai sisa tebal steel pile 5
adalah berkisar 97,32%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sisa ketebalan steel pile sudah mengalami
residual (pengurangan ketebalan baja).
Destructive
Test (Pemboran Inti Beton)
Core Drill Test
Umum
Pengetesan core drill atau yang disebut juga pemboran beton inti ialah
pengetesan terhadap benda uji beton yang berbentuk silinder hasil pengeboran
pada struktur bangunan yang sudah dilaksanakan. Cara umum untuk mengukur
kekuatan beton pada aktual strukturnya adalah dengan cara memotong beton
dengan bor berbentuk bulat yang berputar. Sampel yang diambil (bentuk silinder)
selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian seperti Kuat
tekan, Karbonasi dan Pullout test.
Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
•ASTM C 42 Standard Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams Of Concrete
•SK SNI-61-1990-03 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran
•Peralatan
•Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut :
•Mesin Core Drill
•Alat untuk menutup lubang bekas pengeboran

Core Drill
Destructive
Test (Pemboran Inti Beton)
Core Drill Test
Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Core Drill
Adapun metode pemeriksaan yang dilakukan :
Alat diletakkan pada lapisan perkerasan beton/aspal yang akan diuji dengan
posisi datar. Setelah itu kita sediakan air dengan alat yang mempunyai sistem
pompa.
Kemudian air dimasukkan ke alat core drill dengan selang kecil pada tempat yang
sudah disediakan pada alat tersebut sehingga alat tidak mengalami kerusakan
(terutama mata bor yang berbentuk silinder) selama proses pengujian.
Setelah semua siap kemudian alat dihidupkan dengan menggunakan tali yang
dililitkan pada starter alat dan ditarik.
Setelah alat hidup mata bor diturunkan secara perlahan-lahan pada titik yang
telah kita tentukan sampai kedalaman tertentu, kemudian setelah kedalaman
tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
Kemudian hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan penjapit,
setelah itu diukur tebal dan dimensinya dan diamati sampel tersebut apakah
layak pakai atau tidak.
Metode Kerja Core drill Test
Uji core drill atau bor inti ialah cara uji beton keras dengan cara mengambil
contoh silinder beton dari daerah yang kuat tekannya diragukan. Pengambilan
Destructive
Test (Pemboran Inti
Core Drill Test
Metode Kerja Core drill Test Beton)
Uji core drill atau bor inti ialah cara uji beton keras dengan cara mengambil contoh silinder beton dari daerah yang kuat
tekannya diragukan. Pengambilan contoh dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa “pipa” dari intan, sehingga
diperoleh contoh beton berupa silinder.
Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya, umumnya antara 50mm sampai 150 mm. Namun
sebaiknya diameter silinder tidak kurang dari 3 kali ukuranmaksimum agregat betonnya. Jika uji bor inti dipilih maka beberapa
hal yang perlu diperhatikan (SK SNI-61-1990-03):
Umur beton minimal 14 hari.
Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan, biasanya berdasarkan data hasil uji
contoh beton dari masing-masing bagian struktur. Dari satu daerah beton diambil satu titik pengambilan contoh.
Dari satu pengambilan contoh (daerah beton yang diragukan mutunya) diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat
yang tidak membahayakan struktur, misalnya jangandekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan tulangan utama.
Pengeboran harustegak lurus dengan permukaan beton.
Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda ujisilinder beton (hasil bor inti) harus diuji
dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus
direndamdahulu minimal 40 jam dan diuji dalam kondisi basah. Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh (daerah beton
yang diragukan) dapatdinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder beton) yang diambil
dari daerah beton tersebut memenuhi 2(dua) persyaratan sebagai berikt:
Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’.
Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.
Destructive
Test (Pemboran Inti Beton)
Core Drill Test
Contoh Hasil Pengujian
Pemeriksaan dilakukan pada Struktur Kolom,Balok dan Pelat Lantai sesuai lokasi
yang ditentukan. Struktur Kolom dengan 4 Pengujian, Balok dengan 3 Pengujian,
dan Pelat Lantai dengan 3 pengujian. Total 10 pengujian pada Kolom, Balok dan
Pelat Lantai. Berikut adalah tabulasi Nilai kuat tekan beton pada Struktur Kolom,
Balok dan Pelat Lantai Sesuai dengan hasil pengujian di Laboratorium Pengujian.
Berikut data Tabulasi Kuat Tekan Beton pada kolom, balok dan pelat lantai.

Concrete Core
Dari hasil diatas dapat diambil komparasi Mutu beton berdasarka nilai Hammer Test, Upv Test, dan
Concrete Core Drill Test.
Destructive
Test (Pemboran Inti Beton)
Core Drill Test
Contoh Hasil Pengujian

Pemeriksaan dilakukan pada Struktur Kolom,Balok dan Pelat Lantai sesuai lokasi
yang ditentukan. Struktur Kolom dengan 4 Pengujian, Balok dengan 3 Pengujian,
dan Pelat Lantai dengan 3 pengujian. Total 10 pengujian pada Kolom, Balok dan
Pelat Lantai. Berikut adalah tabulasi Nilai kuat tekan beton pada Struktur Kolom,
Balok dan Pelat Lantai Sesuai dengan hasil pengujian di Laboratorium Pengujian.
Berikut data Tabulasi Kuat Tekan Beton pada kolom, balok dan pelat lantai.

Tabulasi Nilai Kuat Tekan Beton Kolom, Balok, dan


Pelat Lantai
Destructive
Test Content Test
Chloride
Umum
Pengujian ini biasa dilakukan seperti dijelaskan dalam BS 1881 hanya jika ada keraguan tentang kualitas beton.
Misalnya, mutu rata-rata massa beton, atau mutu bagian tertentu dari massa ini mungkin dipertanyakan. Ukuran
massa bisa sangat bervariasi dan teknik pengambilan sampel yang diperlukan untuk memberikan informasi tentang
kualitas beton akan ditentukan oleh bentuk beton. Misalnya, persyaratan untuk Retaining Wall beton dan untuk
dukungan beton ke panel dekoratif bisa sangat berbeda. Untuk alasan seperti itu, sangat sulit untuk menentukan
bagaimana sampel harus diambil dan tidak ada persyaratan yang dapat diberikan. CATATAN. Sangat disarankan agar
tidak ada sampel yang diambil untuk pengujian tanpa kesepakatan antara pihak yang berkepentingan mengenai
metode pengambilan sampel dan jumlah bahan yang dianggap diwakili oleh sampel.
1) Jumlah Sampel

Bila informasi tentang komposisi beton dengan volume sampai 10 m³ diperlukan, ambil paling sedikit dua dan lebih
baik empat sampel perwakilan dan independen dan analisis secara terpisah. Bila volume beton atau sejumlah
unit beton yang sangat besar harus diperiksa, setidaknya ada sepuluh sampel independen dan menganalisisnya
secara terpisah. Hasilnya kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi yang membutuhkan
penyelidikan lebih ekstensif.
Destructive
Test Content
Chloride
Metode Pengambilan
Test
Sampel metode pengambilan sampel untuk chloride test:
Berikut a
•Pastikan sampel dalam satu bagian saja, tanpa bukti adanya retak retak, jika

kadar air asli ditentukan.


1.Hindari semua benda asing dan baja tulangan kecuali jika merupakan subjek
pengujian.
•Deteriminasi Lokasi Pengujian. k

1.Bor Beton dengan lubang diameter 20-25 mm dan kedalaman 10 mm terlebih


dahulu.
•Ambil dan simpan sampel debu beton dari pengeboran beton setebal 10 mm.

6. Bor Beton dengan lubang diameter 20-25 mm dan kedalaman 20 mm kedu di


lokasi pengujian yang sama.
7. Ambil dan simpan sampel debu beton dari pengeboran beton sampai
kedalaman 20 mm. Lakukan pengeboran untuk kedalaman 30 mm, 40 mm,
50
mm sampai 60 mm. Ambil dansimpan debu beton dari pengeboran beton untu
tiap-tiap pengeboran. Jadi, total jumlah sampel untuk satu pengujian adalah 6
sampel.
Pengambilan Sampel Chloride
6. Berikan label untuk setiap sampel dengan jelas, termasuk tanggal, posisi yang
Test
Destructive
Test
Carbonation Test
Umum
Karbonasi pada beton terjadi saat karbon dioksida pada udara lembab bereaksi dengan material semen
yang terhidrasi dan menghasilkan carbonat seperti kalium karbonat. Karbonasi pada permukaan beton
yang terekspose terjadi sangat perlahan. Pentingnya mengetahui karbonasi adalah untuk memproteksi
tulangan didalam beton, yang disebabkan oleh reaksi kimia antar kalsium di dalam beton dengan garam
sulfat dari luar dan mengakibatkan pengembangan volume beton sehingga massa beton terdesak dan
pecah.
Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
ASTM C 856 - 14 (Standard Practice for Petrographic Examination of Hardened Concrete), dan BS 1881 -
201 :
1986 (Testing Concrete, guide to the use of non- destructive methods of test for hardened concrete).
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Carbonation Test yaitu :
•Form Pengujian
•Bor
•Sigmat
•Phenophtalein 5% dan Spray
•Bottle Compressor
•Piloks
Destructive
Test
Carbonation Test

Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Carbonation Test Sebagai Berikut ; Tahapan Persiapan :
•Menentukan lokasi titik uji ditinjau secara visual
•Melubangi lokasi titik uji dengan bor dengan kedalaman sedalam selimut beton
•Membersihkan area titik uji dari serbuk beton hasil pengeboran
•Mempersiapkan cairan phenolpthalein kedalam Spray Bottle
Tahapan Pengujian :
•Menyemprotkan cairan Phenophthalein (5 %) kedalam lubang titik uji.
•Diamkan sejenak dan amati perubahan warna pada beton
•Ukur kedalaman karbonasi sebanyak minimal tiga kali pengukuran
•Catat dan sketsa lokasi dan hasil pengujian

Flowchart Pelaksanaan

Flowchart / diagram alir Carbonation Test Sebagai Berikut ;


Pengujian Karbonasi Beton
Destructive
Test
Carbonation
Test

Hasil Pengujian Carbonation


Test
Destructive
Test
Half Potential Test
Umum
Metode pengukuran half-cell potensial biasanya melibatkan pengukuran kekuatan tulangan relatif terhadap rujukan
penempatan half-cell pada permukaan beton. Pada pengujian half-cell biasanya digunakan tembaga/tembaga sulfat
atau perak/sel perak klorida atau kombinasi lainnya. Beton berfungsi sebagai elektrolit dan resiko korosi tulangan di
dekat lokasi pengujian dapat terkait secara empiris pada perbedaan pengukuran potensial. Pada beberapa kondisi,
pengukuran yang bermanfaat dapat diperoleh antara dua half-cell pada permukaan beton. Teknik ini biasa digunakan
untuk penilaian ketahanan beton bertulang dimana diprediksi terjadi korosi tulangan.
Standar
Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
•ASTM C876-91 (Standar Test methode for half-Cell Potential of Uncoated Reinforcing Steel in Concrete) dan ACI 222R-
01
(Protection of Metal in Concrete Againts Corrosion).
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Half Potential Test yaitu :
•Form Pengujian
•Meteran
•1 set Half potential Tester
•Botol dan sendok
•Air
Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Half Potential Test Sebagai Berikut ; Tahapan Persiapan :
Membuat larutan elektroda, yaitu mencampurkan 1 gelas besar berisi air (550 ml) dengan 1 sendok bubuk sulfat, kemudian
larutkan dan diaduk. Memindahkan larutan ke probe.
Merendam soak dan wooden plug selama 1 jam dan dibiarkan
Destructive
Test
Half Potential Test
Area pengujian dibuat dalam ukuran 50cm x 50cm, dengan jarak titik dari tepi terluar adalah 5 cm dan jarak antar
titik adalah 10 cm, lalu mengebor beton di dekat area pengujian untuk menghubungkan canin dengan beton.
Melubangi beton sedalam selimut beton Tahapan Pengujian :
Menghubungkan probe yang berisi larutan elektroda dengan Half Potential Tester menggunakan kabel connector
dan tempelkan kabel connector beton tulangan yang sudah dilubangi. Memastikan alat terpasang dengan benar.
Mengatur ID, dan mengkonfigurasikan alat tersebut.
Pengujian dilakuan dengan menempelkan probe yaitu soak pada permukaan beton berdasarkan area marking.
Melakukan penyimpanan data.

Metode Pelaksanaan HPT


Perlengkapan 1 set Half Potential Tester
Destructive
Test
Half Potential Test

1. Flowchart Pelaksanaan
Flowchart pelaksanaan Half Potential Test sebagai berikut :
Destructive
Test
Umum Dynamic Load Test
Pengujian Struktur Pelabuhan dengan pembebanan Secara dinamik diperlukan untuk mengetahui frekuensi struktur saat
diberi beban tumbukan. Peninjauan pengujian ini adalah berupa hasil pembacaaan frekuensi getaran.
Standar
•British Standard, BS 5228.2:2009. Code of practice for noise and vibration control on construction and open sites – Part 2: Vibration.
•British Standard, BS 6472-1:2008. Guide to evaluation of human exposure to vibration in buildings – Part 1: Vibration sources other than blasting.
•British Standard, BS 5228.2:2009. Code of practice for noise and vibration control on construction and open sites – Part 2: Vibration.
•Pt T-05-2002-B, Penilaian Kondisi Jembatan Untuk Bangunan Atas Dengan Cara Uji Getar, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pengujian dynamic loading test sebagai berikut:
Form pengujian
Alat tulis
1 Set Data Acquasition Equipment Pengganjal setinggi 10-15 mm 8 set Accelerometer
Piloks
Cable Accelerometer
Rol Meter / Meteran
Cable Connector
1 set Toolbox
Dial gauge
Etc.
Destructive
Test
Metode Pelaksanaan Dynamic Load Test
Persiapan Pengujian
Urutan persiapan pengujian :
Membuat layout area pengujian dan menentukan posisi titik sensor serta dial
gauge.
Melakukan pemeriksaaan kondisi aktual area pelabuhan dan disesuaikan dengan
titik pengujian.
Jika kondisi aktual pelabuhan sudah dipastikan bisa dilakukan pemasangan
sensor
dan dial gauge maka dilakukan penandaan posisi titik sensor sesuai layout.
Kordinasi persiapan kapal dan urutan pengujian ke personal yang terlibat dalam
pengujian.
Pelaksanaan Pengujian
Urutan pelaksanaan pengujian :
•Pemasangan
Memastikan Sensor
sensor danBekerja Dengan
dial gauge Baik
sesuai titik yang ditandai.
• Kapal diposisikan mengarah ke dermaga dan ditumbukkan dengan
kecepatan 0,5 knot.
• Persiapkan personil untuk melakukan perekaman dial gauge menggunakan
video recorder untuk mengetahui pergeseran pelabuhan saat dilakukan
tumbukan.
• Proses penumbukan kapal dilakukan sebanyak total 2 kali tumbukan pada Pemasangan Sensor
dermaga 3 dan dermaga 2.
Destructive
Test
Dynamic Load Test
1. Contoh Hasil Pengujian
Nilai Getaran Puncak (Frekuensi Aktual)
1.
Dari hasil rekaman dilakukan pemrosesan sinyal dengan metoda Fourier
Transform untuk mendapatkan nilai-nilai frekuensi struktur menggunakan
software dewetron dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
Pengambilan frekuensi yang diambil adalah puncak maksimum tiap keenam
sensor terpasang dengan arah nya dan diambil rata-rata dari hasil
pembacaannya setelah dilakukan pengujian impulse.

Pembacaan nilai yang getaran puncak yang diambil adalah sesaat setelah
dilakukan tumbukan kapal dengan kecepatan berkisar ± 0.6 knot ditumbuk
tegak lurus terhadap fender pada struktur. Pencatatan waktu dan kejadian
pembacaan getaran sebelum pengujian diperlukan untuk menentukan waktu
tumbukan kapal. Berikut adalah salah satu contoh pembacaan getaran.
Destructive
Test
Dynamic Load Test
Destructive
Test
Dynamic Load Test
Hasil pembacaan tersebut kemudian direkap menjadikan nilai frekuensi tiap sensor dan dirata-rata sesuai pada
tabel
berikut :
Destructive
Test
Dynamic Load Test
Hasil pembacaan tersebut kemudian dirata-ratakan berdasarkan arah sensornya sehingga menghasilkan tabel
berikut :

Peak Particle Velocity (PPV)

Peak Particle Velocity (PPV) adalah Puncak kecepatan partikel (nyata atau imajiner) yang terjadi akibat
pengaruh suatu gelombang penggangu yang ditangkap medium transmisi gelombang. Dalam pengujian
ini, gelombang penggangu yang digunakan adalah tumbukan kapal dan nilai PPV dapat ditentukan pada
saat reaksi puncak amplitude terjadi akibat pengaruh tumbukan (tepat pada saat tumbukan kapal
terjadi).
Berikut adalah salah satu contoh pembacaan nilai PPV. Untuk Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
Dynamic Load Test.
Destructive
Test
Dynamic Load Test
Pembacaan Dial Gauge
Berikut adalah Hasil Pembacaan Dari Dial Gauge tertinggi pada saat struktur dermaga dibenturkan terhadap
tumbukan kapal:
Dermaga Serbaguna No. 2
Hasil pembacaan dilakukan langsung setelah kapal menumbuk dermaga. Pengambilan hasil pembacaan
berdasarkan hasil tertinggi dari pembacaan dial (dalam video):
Destructive Test
Dynamic Load Test

Static Load Test


Static Load Test dilakukan dengan menentukan kapasitas kemampuan beban pada struktur eksisting di
lapangan. Pengujian Static Load dilakukan berdasarkan standar BS 8110 : Part 2, Section 9 dan standar
ACI Chapther 20.4.8. Untuk menentukan beban pada pengujian Static Load, digunakan kombinasi
beban :
RENCANA PENGUJIAN

Jumlah Sampel Pengujian


Berikut adalah jumlah sampel pengujian yang disarankan berdasarkan area pemeriksaan, jumlah sampel
pengujian masih bersifat pengajuan yang nilainya dapat berubah sesuai keputusan pihak yang saling
terkait.
RENCANA PENGUJIAN
Estimasi Jumlah Sampel
Pengujian
Dermaga Pertamina Pulau BAAI Bengkulu
DETAIL TESTING
NO DESCRIPTION Unit Qty Unit Price (IDR) Total (IDR)

B. PENGUKURAN DAN PENGUJIAN DETAIL DERMAGA


Pengecekan Detail Visual Area LS 1
Pemeriksaan Non Destruktive Test
1 Hammer Test sample
2 Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPV Test) sample
3 Covermeter dan Scanning Rebar Test sample
4 Hardness Test (Pengujian Kekerasan Mutu Baja) sample
5 Thickness Test sample
6 Pengujian Ketebalan Cat (Dry Film Thickness Test) sample
7 Dry Film Test
8 Underwater Thickness Test
9 Cathodic Protection Test
Pemeriksaan Destruktive Test

1 Core Drill Test sample


2 Chloride Content sample
3 Carbonation Test sample
4 Half Potential Test sample
5 Dynamic Load Test sample
6 Static Load Test sample

Anda mungkin juga menyukai