Anda di halaman 1dari 28

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Salah satu syarat diterbitkannya SLF (Sertifikat Layak Fungsi) adalah dipenuhinya persyaratan teknis, yang
mana perlu dipenuhinya adalah kesesuaian data actual terakhir dengan data dalam dokumen pelaksanaan
konstruksi bangunan gedung; pengujian test di lapangan dan atau laboratorium untuk aspek keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; pengujian test dilakukan sesuai dengan pedoman teknis dan tata
cara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.

Lingkup dan metode pelaksanaan pekerjaan kelaikan fungsi bangunan gedung antara lain pemeriksaan
pemenuhan persyaratan persyaratan teknis. Untuk pemeriksaan pemenuhan persyaratan teknis meliputi
1. Pemenuhan Persyaratan Tata Bangunan
Persyaratan tata bangunan gedung dan lingkungan terdiri dari peruntukan lokasi dan intensitas
bangunan gedung; arsitektur bangunan gedung; pengendalian dampak lingkungan; rencana tata
bangunan dan lingkungan; pembangunan gedung di atas dan atau di bawah tanah, air dan atau
prasarana sarana umum.

2. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung.


Persyaratan keandalan terdiri dari persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam melaksanakan Pekerjaan Kajian SLF ini, metode pekerjaan yang akan
dilakukan sebagai berikut :

I. Pekerjaan Pendahuluan
1. Gambar Perencanaan (As Built Drawing) dari Bangunan yang menjadi Objek Kajian meliputi :
1) Gambar Arsitektual
2) Gambar Struktur
3) Gambar ME (Mekanikal Elektrikal
Tahapan ini dilakukan guna mendapatkan data dokumen eksisting yang nantinya diverifikasi terhadap
bangunan dan struktur yang akan diukur dan diujikan.
2. Survey Visual :
Melakukan pengamatan terhadap objek kajian dalam hal ini Gudang Blok E 02 – 23 Marunda di area
KBN, dengan fokus kondisi bangunan utama dengan bangunan lingkungannya seperti aspek
Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan lingkungan sekitar seperti infrastruktur jalan , saluran dan bangunan
gedung-gedung sekitar.

3. Pengukuran Bangunan Existing :


Melakukan pengukuran objek bangunan dalam hal ini Gudang Blok E 02 - 23 termasuk bangunan luar
jalan, parker dan prasarana umum. Pengukuran meliputi ukuran-ukuran panjang, lebar, luas dan
ketinggian per bangunan ruang baik bagian dalam dan luar.
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi bangunan eksisting yang kemudian
akan membantu dalam menentukan pengujian apa saja yang dibutuhkan sesuai kondisi bangunan
tersebut. Tahapan ini dilakukan guna memverifikasi konfigurasi dan ukuran bangunan terhadap
bangunan dan struktur yang lama ( As Built Drawing ) pada tahap analisis.

4. Kelengkapan Komponen Instalasi Mekanikal & Elektrikal seperti Perpipaan (Plumbing) dan Instalasi
Kelistrikan (Panel-Panel dan Perpipaan).
Maksud dan tujuan pekerjaan pendahuluan sebagai berikut :
a. Mendapatkan data data teknis struktur bangunan eksisting
b. Melakukan kompilasi data (termasuk data kerusakan-kerusakan) serta pengukuran di
lapangan yang akan di sajikan dalam laporan kajian dan rekomendasi.

II. Pengujian– pengujian


Untuk mengetahui kondisi aktual struktur ini diperlukan pengujian yang bisa dilakukan menggunakan
pengujian Non Destructive Test (NDT). Dimana pengujian NDT ini semakin banyak diterima dan
diaplikasikan dalam rekayasa teknik sipil dan struktur khususnya metode pengujian beton NDT.
Sebagai alat untuk mengevaluasi kekuatan, keseragaman, keawetan dan sifat-sifat lainnya dari struktur
beton dan baja eksisting. Dasar-dasar metode NDT terus dieksplorasikan, metode maupun interpretasi
hasil ujinya. Non Destructive Testing yang akan digunakan pada Pekerjaan Kajian SLF ini antara lain
adalah :
1) Pengujian Beton
Untuk mengetahui kekuatan beton bangunan eksisting pada struktur pondasi dilakukan,
pengambilan sample beton dengan sistim core drill. Kemudian sample tersebut di bawa ke
laboratorium beton untuk dilakukan tes tekan ( Crushing Test )
Untuk mengetahui terjadinya crack pada pondasi maka dilakukan uji gelombang.
2) Pengujian Baja
Di lakukan pada konstruksi struktur baja utuk mengetahui korosivitas, ketebalan dan kekuatan
sistim sambungan.
3) Pengujian Instalasi Listrik
Dilakukan pada instalasi kelistrikan untuk mengetahui apakah kondisi instalasi dalam kondisi
normal dan aman .

Untuk selanjutnya perlu dilakukan beberapa pengujian terhadap kondisi bangunan eksisting, adapun
tahapan dan rincian pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1 Pengujian Struktur Pondasi


1.1 PIT Test
1.2 Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPVT)

2 Pengujian Struktur Atas


2.1 Concrete Performance
1. Hammer Test
2. UPV / Pundit ( column, beam & slab )
3. Core Drill
4. UPVT crack
5. Chipping
6. Convermeter/Rebar Scan

2.2 Steel Performance


1. Half Cell Potential Test
2. Carbonation Test
3. Brinnel Test
4. Bolt Torque Test
PILE INTEGRITY TEST
Pile Test Intergrity (PIT) merupakan uji rendah ketegangan dinamis, uji gamma sonic dan uji
intergitas strain rendah, yang merupakan salah satu metode untuk mengetahui nilai kondisi
kerusakan pada pondasi. Selain itu digunakan untuk mengetahui keutuhan integritas luas dan
volume pondasi dengan menganalisa kemungkinan adanya retakan (cracking) yang terjadi
pada. Test ini berdasarkan pada rambatan gelombang.
Pada Objek Kajian Bangunan ini akan dilakukan pembongkaran non struktur untuk
mendapatkan Konstruksi Struktur yang akan dilakukan pengambilan sample ujinya seperti di
Sloof/Tie Beam dan Pondasi.
Konsep dasar dari pengujian metode Pile Integrity Test adalah untuk menguji keutuhan
pondasi secara tepat dan ekonomis. Pengujian ini akan mengabnalisa Pondasi apakah
mengalami kerusakan, penyusutan, pembesaran, ataupun kekosongan material pengisi
pondasi. Pengujian keutuhan intergritas dengan PIT dilakukan berdasarkan karatristik
gelombang satu dimensi yang merambat sepanjang tiang ketika dipukul.

Gambar :Pelaksanaan PIT

Tumbukan dilakukan menggunakan palu tangan yang berkepala lunak, sehingga tiang tidak
mengalami deformasi yang berarti dan tetap berada dalam keadaan elatis.

Proses Pengujian
Pengujian ini merupakan pemantauan respons tiang pondasi terhadap beban tumbukan yang
diberikan pada kepala tiang pondasi. Responsi tersebut akan diukur dalam term gaya
kecepatan penurunan di dekat kepala tiang pondasi. Hasil respons tersebut akan mengetahui
kondisi kerusakan pada pondasi.
Pekerjaaan pengujian ini tidak memerlukan alat-alat yang sangat rumit, karena pada dasarnya
pengujian ini menggunakan alat hammer yang dapat menghasilkan gelombang suara biasa
atau ultrasonic, yang dapat memterjemahkan gelombang suara tersebut dalam bentuk data-
data pengujian pembebanan.
Peralatan
Jenis alat yang digunakan selama pengujian dengan metode Pile Intergrity Test adalah
sebagai berikut :
a. Hammer
Hammer ini digunakan untuk menghasilkan gelombang suara, yang akan ditumbukan
pada bagian pondasi ( kepala tiang pondasi)
b. Accelerometer
Menerima gelombang suara yang telah merambat kedalam tiang pondasi
danmentransfernya ke signal amplifier. Diletakan pada tengah-tengah kepala tiang
pondasi.
c. Signal Amplifier
Menerima transfer gelombang dari accelerometer, dan mempertejemahkan dalam
bentuk gelombang tetrtentu ke alat uji Pile Intergrity Test
d. Pile Intergrity Test
Menerima gelombang signal yang ditransferkan oleh signal amplifier, dan mengubah
gelombang tersebut ke dalam bentuk gelombang grafis ke komuter.
e. Komputer
Mempertejemahkan gelombang yang diterima oleh alat uji PIT dalam bentuk grafis
agar mudah dibaca dan memberikan keterangan-keterangan yang cukup terhadap
keadaan tiang pondasi pada kedalaman tertentu, setelah diberikannya gelombang
suara.

Gambar : Alat PIT


Proses Pengujian
Dalam pelaksanaan pengujian PIT ini, memerlukan beberapa orang operator untuk satu kali
pengujian serta peralatan yang lengkap.

Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pengujian metode PIT adalah sebagai berikut :
1. Operator mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pengujian, seperti tersebut
diatas.
2. Operator lapangan memasangkan accelerometer pada dasar kepalam tiang pondasi
3. Kepala tiang pondasi akan diberikan tumbukan dengan menggunakan hammer untuk
menghasilkan gelombang suara, Gelombang suara yang dihasilkan dari hasil hasil
penumbukan hammer dengan kepala tiang pondasi akan merambat ke bawah hingga
kedalaman tertentu.
4. Gelombang yang merambat ke dalam tiang pondasi tersebut dipantau oleh alat
accelerometer.
5. Accelerometer akan menyampaikan hasil pantauannya ke signal amplifier
6. Gelombang suara yang disampaikan akan diuraikan oleh signal amplifier dalam
bentuk signal-signal tertentu tentang kerusakan-kerusakan yang terjadi pada tiang
pondasi.
7. Kemudian alat PIT akan mempertejemahkan signal-signal dari alata signal amplifier
dalam bentuk grafis
8. Komputer akan menerima grafis terjemahan dari alat PIT
9. Kemudian komputer akan menguraikan dalam bentuk grafis-grafis atau data-data
yang dianggap perlu untuk mengetahui keadaan atau kerusakan-kerusakan uyang
terjadi pada tiang pondasi.
Dalam pendataan dan grafis di komputer akan terlihat perbedaan-perbedaan gelombang suara
yang dipantau oleh accelerometer. Perbedaan tersebut menandakan keanehan tiang pondasi
pada kedalaman tertentu. Keanehan yang terjadi dapat berupa kerusakan, penyusutan ukuran
diameter tiang pondasi, maka pihak konsultan dan kontraktor harus melakukan tindakan yang
dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan tersebut.

Cacat pada Pondasi yang Dapat Terdeteksi oleh uji PIT


Setelah pelaksanaan uji pembebenan pondasi dengan menggunakan metode PIT maka dapat
terlihat pondasi yang kondisinya tidak bagus sehingga perlu diperbaiki. Cacat yang terdeteksi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keretakan pada pondasi
2. Bagian sisi pondasi yang runtuh

Keunggulan Pengujian PIT

Pengujian ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengujian lainnya yaitu, signal
gelombang tidakterpengaruh pada gelombang pada keadaan struktur pondasi sehingga
dapat mendeteksi hingga kedalaman pondasi tersebut. Kesalahan pengecoran ataupun
kerusakan pondasi tidak menghalangi gelombang untuk mendeteksi pondasi tersebut.
Waktu yang digunakan untuk melakukan pengujian juga relatif sangat singkat.

Kelemahan Pengujian PIT

Selain memiliki keunggulan pengujian ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
mendeteksi kerusakan beton secara detail. Hal ini disebabkan karena gelombang hanya
bergerak pada satu titik yang arahnya tegak lurus. Jadi pada waktu hammer dipukul ke
pondasi hasilnya langsung dapat terlihat pada komputer.

Hasil Pengujian PIT

Hasil pengujian PIT terlihat dalam bentuk grafis yang menggambarkan kondisi bored pile yang diuji.
Pada grafis tersebut terdapat sebuah grafis lurus mendatar sebagai batas antara keadaan pondasi
yang baik dan pondasi yang kurang baik. Jika grafisnya naik maka, pondasi mengalami kerusakan dan
pengecilan. Sebaliknya jika grafis menurun maka pondasi mengalami pembesaran.
ULTRASONIC PULSE VELOCITY TEST ( UPVT )
Kekuatan tekan beton dapat diuji dalam dua cara, destruktif dan non destruktif. Cara destruktif adalah
pengujian yang sifatnya merusak benda uji, sampel ditekan sampai pecah, dari situ diperoleh data
kekuatan tekan beton yang sifatnya aktual. Tetapi dalam beberapa hal, cara ini dipandang kurang
praktis, sebab pelaksanaannya harus dilakukan di laboratorium, sehingga cocok digunakan untuk
sampel beton baru yang dibuat waktu pekerjaan pengecoran. Untuk bangunan yang telah berdiri
maupun bangunan lama, sampel diperoleh dari pemboran inti (coring), kemudian hasilnya dibawa ke
laboratorium untuk diuji tekan, oleh sebab itu dipandang kurang praktis, dan lebih praktis jika
menggunakan cara non destruktif. Pengujian cara non destruktif dilakukan tanpa merusak benda uji,
pelaksanaannya dapat dilakukan di tempat kerja (insitu), hasilnya berupa data kekuatan beton yang
bersifat perkiraan; metode yang umum dipakai, (1) hammer test dan (2) tes UPV.(Hannachi dan
Guetteche, 2012).

Gambar :Pelaksanaan UPVT

Hammer test sudah lazim dilakukan di Indonesia, tetapi tes UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) masih
jarang dilakukan, sebab beayanya mahal. Tes UPV adalah cara untuk memperkirakan kekerasan
beton, yang didasarkan pada hubungan kecepatan gelombang UPV melalui media beton, dengan
kekuatan tekan beton itu. (International Atomic Energy Agency,2002). Di negara lain, misalnya India
dan Turki, tes ini banyak digunakan, kemungkinan di masa mendatang tes UPV juga banyak
dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mengetahui perbandingan perkiraan kekuatan beton dari
tes UPV, dengan hasil uji kekuatan tekan aktual beton yang dibuat di Indonesia. Perkiraan kekuatan
tekan beton berdasarkan hasil tes UPV, sejauh ini masih dihitung menggunakan formula hasil
penelitian di negera lain, yang bahan dan iklimnya berbeda dengan Indonesia, sebab belum diperoleh
formula perkiraan kekuatan beton dari hasil penelitian tes UPV yang dilakukan di Indonesia.
Penggunaan formula hasil penelitian dengan karakteristik bahan dan iklim yang berbeda, akan
memengaruhi hasil perkiraan kekuatan beton dari tes UPV, sebab sifat beton tergantung dari sifat-
sifat dasar bahan dan perbandingan campurannya (Lorenzi dkk, 2011).

Ultrasonic Pulse Velocity test (tes UPV) adalah metode untuk memperkirakan kekuatan beton secara
tidak langsung, tes bersifat non destruktif dengan mengukur kecetapan gelombang ultrasonik pada
media beton, kemudian menggunakan formula tertentu, data UPV dikonversi untuk memperkirakan
kekuatan tekan beton,. Penelitian ini merupakan uji coba awal metode tes UPV untuk memperkirakan
kekuatan tekan beton yang dibuat dengan kondisi bahan di Indonesia; kemudian hasilnya
dibandingkan dengan tes uji kekuatan tekan beton tersebut. Sampel menggunakan 10 buah silinder
beton fc’ 16 MPa (setara K 200). Tes UPV menggunakan metode langsung, perkiraan kekuatan beton
dihitung dengan formula hasil penelitian terdahulu di negara lain.
Hasil penelitian :
(1) Formula Mahure dkk untuk mutu beton M20 (20 N/mm2), memberi hasil
perkiraan rerata kekuatan beton yang 8% lebih besar dari rerata kekuatan tekan aktual beton
yang
dibuat dengan mutu karakteristik beton yang mendekati M20;
(2) Perkiraan kekuatan beton berdasarkan tes UPV yang diturunkan dari mutu beton yang sesuai
dengan target mutu beton yang diselidiki, memberi hasil paling mendekati hasil tes kekuatan
tekan beton tersebut,
(3) Formula yang diturunkan berdasarkan komposisi campuran bahan pembuat beton, tanpa
mengetahui kekuatan tekan aktual yang dihasilkan dari campuran itu, tidak selalu dapat
digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton yang dibuat dari campuran bahan yang
sama, dengan hasil memuaskan.
Kata kunci: perkiraan, kekuatan, beton, tes UPV, uji tekan Metode Pengujian UPV

Test Ultrasonic ini dilakukan berdasarkan ASTM C597-83(91), test ini memanfaatkan getaran
ultrasonic dengan frekuensi 50Khz. Gelombang yang melewati media elemen yang diukur adalagh
beton, dengan memperhatikan kecepatan rambatan gelombang. Pada media beton yang padat
akan diperoleh kecepatan rambat gelombang yang cepat, sebaliknya pada beton yang kurang
padat. Sehingga dengan alat ini dapat mengetahui keseragaman mutu beton dan retakan yang
terjadi pada beton yang diuji. Alat ini dapat juga dipakai untuk mengukur dalamnya retak yang
terjadi pada beton. Untuk pengoperasian kerja alat ini diperlukan media tranducer yang berfungsi
untuk mengeluarkan gelombang ultrasonis dan media receiver yang bersifat menerima gelombang
yang dihasilkan oleh media tranducer. Dengan menempelkan kedua media ini pada jarak tertentu,
akan dicatat beberapa mikro detik (µsec) dari lintasan itu, jarak terpendek beton yang dapat
ditempuh. Kecepatan rambat itulah yang dapat memberi makna pada beton yang diamati.
Terdapat tiga cara pengamatan yaitu : cara langsung (Direct) hal ini dilakukan dengan cara
meletakan media tranducer dan receiver saling berhadapan langsung, dengan benda uji beton
yang diamati berada ditengahnya. Cara tidak langsung (Indirect) adalah pola pengamatan dengan
meletakkan media tranducer dan receiver berada sejajar pada satu bidang permukaan beton yang
diuji. Cara semi direct yaitu pola pengamatan dengan meletakkan media tranducer dan receiver
pada bidang pengamatan yang berbentuk sudut biasanya 90®)
Hasil pengamatan dinyatakan dengan kecepatan rambat yang terjadi pada benda uji beton , besar
kecepatan rambatan gelombang ini berbanding lurus dengan kepadatan beton dan sekaligus juga
berbanding lurus dengan kuat tekan beton tersebut. Beberapa referensi menyatakan bahwa
hubungan antara kecepatan dan kuat tekan beton sangat tergantung kepada agregat betonnya
yang antara lain adalah jenis batuan, gradasi dan diameter maksimumnya. Oleh karena itu
hubungan ini perlu dirujukan terlebih dahulu dengan benda uji bor inti beton (Core Drill), sehingga
hasil kuat tekan beton yang diperoleh telah disesuaikan dengan pengaruh dari agregat yang
digunakan. Bentuk rujukan tersebut akan berupa grafik hubungan tegangan antara Core drill dan
Ultrasonic.

Tes UPV adalah pengujian kekuatan tekan beton secara tidak langsung, melalui pengukuran
kecepatan perambatan gelombang elektronik longitudinal pada media beton. Pelaksanaannya
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
(1) langsung
(2) semi langsung
(3) tidak langsung
Cara kerja alat, dengan memberi getaran gelombang longitudinal lewat tranduser elektro –
akustik, melalui cairan perangkai yang berwujud gemuk ataupun sejenis pasta selulose, yang
dioleskan pada permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat gelombang merambat melalui media
yang berbeda, yaitu gemuk dan beton, pada batas gemuk dan beton akan terjadi pantulan
gelombang yang merambat dalam bentuk gelombang geser dan longitudinal.
Gelombang geser merambat tegak lurus lintasan, dan gelombang longitudinal merambat sejajar
lintasan. Pertama kali yang mencapai tranduser penerima adalah gelombang longitudinal. Oleh
tranduser, gelombang ini diubah menjadi sinyal gelombang elektronik yang dapat dideteksi oleh
tranduser penerima, sehingga waktu tempuh gelombang dapat diukur. Waktu tempuh T yang
dibutuhkan untuk merambatkan gelombang pada lintasan beton sepanjang L dapat diukur,
sehingga kecepatan gelombang dapat dicari dengan rumus (Lawson dkk, 2011):
„V = L / T
Keterangan rumus:
V„ = Kecepatan gelombang longitudinal (km/detik atau m/detik)
L = Panjang lintasan beton yang dilewati (km , m)
T = Waktu tempuh gelombang longitudinal ultrasonik pada sepanjang lintasan L (detik)

Tes UPV dapat digunakan untuk: (1) mengetahui keseragaman kualitas beton, (2) mengetahui
kualitas struktur beton setelah umur beberapa tahun, (3) mengetahui kekuatan tekan beton, serta
(4) menghitung modulus elastisitas dan koefisien poisson beton.(Inernational Atomic Energy
Agency, 2002) Kecepatan gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh kekakuan elastis dan kekuatan
beton. Pada beton yang pemadatannya kurang baik, atau mengalami kerusakan butiran material,
gelombang UPV akan mengalami penurunan kecepatan. Perubahan kekuatan beton pada tes
UPV ditunjukkan dengan perbedaan kecepatan gelombangnya; jika turun, adalah tanda bahwa
beton mengalami penurunan kekuatan, sebaliknya jika kecepatannya naik, adalah tanda bahwa
kekuatan beton meningkat (Hamidian dkk, 2012). Whitehurst melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan kecepatan gelombang dan kualitas beton, hasilnya seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi kualitas beton berdasarkan kecepatan gelombang

Kecepatan gelombang longitudinal Kualitas beton


km/ (detik.103) Ft/ detik
>4,5 > 15 Sangat bagus
3,5 – 4,5 12 – 15 Bagus
3,0 – 3,5 10 – 12 Diragukan
2,0 – 3,0 7 – 10 Jelek
< 2,0 <7 Sangat jelek

(Sumber: International Atomic Energy Agency, 2002 : 110)

HAMMER TEST

Metode yang umum dipakai pada non destructive test (NDT) adalah hammer test dan ultra pulse elocity
(UPV) test. Hammer test adalah salah satu metode NDT yang sering digunakan di Indonesia etapi untuk
UPV test masih jarang digunakan. UPV test adalah metode untuk memperkirakan kekuatan beton yang
didasarkan pada hubungan kecepatan gelombang UPV melalui media beton. International Atomic Energy
Agency, 2002).
Akan tetapi hasil dari metode non destructive test ini belum mewakili kekuatan suatu struktur, Sehingga
diperlukan hubungan/korelasi dengan pengujian kuat tekan yang lain (Mindess et al., 2003).
Sehingga penelitian ini dilakukan untuk memberikan nilai korelasi hasil pengujian kuat tekan beton di
laboratorium dengan menggunakan alat compression strength machine dan pengujian yang bersifat tidak
merusak (non destructive test) dengan menggunakan alat hammer test dan UPV test. Penelitian ini
dilakukan pada beberapa benda uji dengan beberapa mutu beton yang berbeda. Dari nilai korelasi ini
bisa digunakan untuk menentukan nilai kuat tekan beton jika destructive test tidak bisa dilakukan
sehingga mampu meningkatkan penerapan metode NDT (hammer test dan UPV test) di Indonesia.
Sehingga dengan mudah bisa mengetahui kualitas struktur dari suatu bangunan.
Proses Pengujian

Metode uji ini merupakan acuan dan pegangan bagi para penanggung jawab dan teknisi dalam pengujian
angka pantul beton yang sudah mengeras sehingga diperoleh hasil yang benar dan akurat.
Dalam metode uji ini, dijelaskan secara detail dan singkat cara uji angka pantul beton keras, penjelasan
pengujian kalibrasi (uji anvil) dan penjelasan mengenai syarat dan cara perhitungan.

Pengujian dilaksanakan untuk menyelidiki secara cepat suatu area yang luas dari struktur yang terbuat
dari beton, akan tetapi tidak dimaksudkan sebagai alternatif untuk menetapkan kekuatan beton.
Metode uji angka pantul beton keras

Gambar : Pelaksanaan Hammer Test

1. Ruang lingkup
 Metode uji ini mencakup penentuan angka pantul beton keras dengan menggunakan palu pantul
yang dikendalikan oleh pegas.
 Satuan yang digunakan dalam standar ini adalah SI.
 Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan kerja, bila ada
menjadi tanggung jawab pengguna standar ini untuk menentukan keselamatan dan kesehatan
serta menentukan aplikasi batasan-batasan regulasi ketentuan sebelum digunakan.
2. Acuan Standar
 Standar ASTM
C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates. C 670, Practice for
Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for Construction Materials (SNI 03-
6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan presisi
metode uji bahan konstruksi). E 18, Test Methods for Rockwell and Rockwell Superficial
Hardness of Metallic Materials.

3. Kegunaan
 Metode ini dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan, menggambarkan
bagian dari struktur yang mempunyai kualitas jelek atau beton yang mengalami kerusakan, serta
memperkirakan perkembangan kekuatan beton di lapangan.
 Metode uji ini dapat juga digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton, untuk itu dibutuhkan
korelasi antara kekuatan beton dan angka pantul. Hubungan ini harus ditetapkan dari campuran
beton dan alat yang telah ditetapkan. Hubungan beton dan angka pantul dibuat dari kekuatan
beton yang biasa digunakan. Untuk memperkirakan kekuatan pada saat pembangunan, tetapkan
hubungan dengan menampilkan angka pantul pada benda uji yang dicetak dan mengukur
kekuatan dari benda uji yang sama atau serupa. Untuk memperkirakan kekuatan pada struktur
yang ada, tetapkan hubungan antara angka pantul yang diukur pada struktur dengan kekuatan
inti beton yang diambil dari lokasi yang bersangkutan. Lihat ACI 228.1R untuk informasi
tambahan pada perkembangan hubungan dan pada penggunaan hubungan untuk
memperkirakan kekuatan beton di lapangan.

 Untuk campuran beton yang diketahui, angka pantul dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain kelembapan pada permukaan bidang uji, metode yang digunakan untuk memperoleh
permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir finishing), dan kedalaman
karbonasi. Faktor-faktor ini harus diperhatikan untuk mempersiapkan hubungan kekuatan dan
menginterpretasikan hasil pengujian.
 Palu pantul yang berbeda dengan desain nominal beton rencana yang sama dapat memberikan
angka pantul yang berbeda antara 1 satuan sampai dengan 3 satuan. Oleh karena itu pengujian
harus dilakukan dengan palu pantul yang sama apabila hendak membandingkan hasil. Jika
digunakan lebih dari satu palu pantul , lakukan pengujian pada sejumlah permukaan beton tipikal
sehingga dapat digunakan untuk menentukan besarnya perbedaan angka pantul.
 Metode uji ini tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan beton karena
ketidakpastian yang tersirat dalam perkiraan kekuatan.
4. Peralatan
 Palu pantul , terdiri dari sebuah palu baja yang gerakannya dikendalikan oleh pegas, apabila dilepas
akan memukul hulu palu yang terbuat dari baja yang kontak langsung pada permukaan beton. Palu
baja harus bergerak dengan kecepatan konstan dan dapat dilakukan ulang. Jarak pantul antara palu
baja dan hulu palu diukur dalam skala linier.
CATATAN 1 - Palu pantul tersedia dalam beberapa tipe dan ukuran yang pemilihannya disesuaikan dengan
ukuran dan tipe struktur beton yang akan diuji.
 Batu penggosok, terbuat dari silika karbid atau bahan lain yang sejenis dengan tekstur butiran sedang.
 Anvil penguji, silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 150 mm terbuat dari baja dengan kekerasan
permukaan tumbukan sampai dengan 66 HRC ± 2 HRC diukur dengan metode uji ASTM E 18. Anvil
memiliki alat pengarah agar palu pantul berada di tengah daerah tumbukan dan berfungsi menjaga alat
tetap tegak lurus permukaan uji.
 Verifikasi, palu pantul harus dirawat dan diverifikasi setiap tahun serta apabila pengoperasiannya
diragukan. Verifikasi pengoperasian palu pantul dengan menggunakan anvil seperti dijelaskan pada
butir 6.3. Selama verifikasi, anvil diletakkan pada pelat atau lantai beton. Pabrik harus melaporkan
angka pantul yang diperoleh dari pengoperasian alat yang benar ketika pengujian dilakukan pada anvil
dengan kekerasan sesuai spesifikasi.
Umumnya palu pantul menghasilkan angka pantul 80 ± 2 ketika diuji pada anvil seperti dijelaskan pada
butir 6.3. Pada saat pemeriksaan, anvil harus berada di atas landasan kaku untuk memperoleh angka
pantul yang benar. Verifikasi pada tes anvil tidak menjamin menghasilkan angka pantul yang selalu
sama. Palu dapat diverifikasi pada angka pantul yang lebih rendah dengan menggunakan landasan
batu yang sudah dihaluskan dan memiliki kekerasan yang seragam. Beberapa pengguna
membandingkan beberapa pengujian pada permukaan beton atau batu yang sudah diketahui
kekerasannya untuk mengetahui rentang angka pantul yang terdapat di lapangan.

Gambar Alat Hammer Test


7. Daerah pengujian dan hambatan
 Pemilihan permukaan uji - elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100 mm dan
menyatu dengan struktur. Benda uji yang lebih kecil harus diletakkan pada tumpuan kaku. Hindari
pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos, permukaan beralur (scaling), permukaan
kasar atau daerah dengan porositas yang tinggi. Hasil pengujian tidak dapat dibandingkan jika beton
menggunakan bahan bekisting yang berbeda (lihat Catatan 3). Permukaan beton yang digosok
(troweled) akan menghasilkan angka pantul yang lebih tinggi daripada permukaan yang diplester atau
diaci (finishing). Bila memungkinkan pengujian pada plat lantai sebaiknya dilakukan pada permukaan
bagian bawah untuk memperoleh permukaan benda uji yang berhubungan langsung dengan cetakan.
 Persiapan permukaan bidang uji - Diameter bidang uji minimum 150 mm. Permukaan dengan tekstur
yang kasar, lunak atau terkelupas mortarnya harus diratakan dengan batu penggosok seperti yang
diuraikan diata. Permukaan bekas cetakan yang sudah rata dan permukaan yang sudah halus tidak
perlu digosok sebelum pengujian (lihat Catatan 3). Jangan membandingkan hasil dari permukaan yang
sudah dan tidak dihaluskan.
Apabila permukaan beton bekas cetakan dihaluskan, peningkatan angka pantul sebesar 2,1 untuk
cetakan dari kayu lapis dan 0,4 untuk cetakan dari kayu lapis dengan kerapatan tinggi tercantum pada
bibliografi no. 3. Permukaan kering memberikan angka pantul yang lebih tinggi dari pada permukaan
basah. Karbonasi pada permukaan juga dapat meningkatkan angka pantul. Efek permukaan kering dan
karbonasi pada permukaan dapat dikurangi dengan membasahi permukaan beton secara terus
menerus selama 24 jam sebelum pengujian. Apabila terdapat lapisan karbonasi yang tebal pada
permukaan beton, lapisan tersebut harus dibuang dengan menggunakan gerinda untuk memperoleh
angka pantul yang mewakili bagian dalam beton yang sebenarnya. Belum ada data hubungan antara
angka pantul dengan ketebalan beton yang terkarbonasi. Apabila menguji beton yang terkarbonasi
harus menggunakan pertimbangan profesional.
 Jangan menguji beton yang membeku
Kelembapan beton pada 0 °C (32 F) atau kurang dapat meningkatkan angka pantul. Beton seharusnya
diuji hanya sesudah mencair. Temperatur pada palu pemantulnya dapat mempengaruhi angka pantul.
Palu pemantul pada 18 °C (0 °F) dapat mengurangi angka pantul sebanyak 2 atau 3.
 Untuk pembacaan yang akan dibandingkan, arah tumbukan baik horizontal, ke bawah, ke atas atau
arah lainnya harus sama atau hasil pembacaan dikoreksi dengan faktor koreksi yang sudah ada.
 Pengujian tidak diijinkan apabila di bawah permukaan beton terdapat batang tulangan dengan selimut
kurang dari 20 mm.
Letak tulangan dapat ditentukan dengan detektor logam (cover-meter) sesuai dengan petunjuk
pengoperasian dari alat tersebut.

6. Proses uji
 Pegang alat dengan kokoh sehingga posisi hulu palu tegak lurus dengan permukaan beton yang diuji.
Tekan alat secara perlahan ke arah permukaan uji sampai palu pantul menumbuk hulu palu. Setelah
tumbukan tahan tekanan pada alat dan apabila perlu tekan tombol pada sisi alat untuk mengunci hulu
palu pada posisinya. Baca dan catat angka pantul pada skala untuk angka yang terdekat. Lakukan 10
titik bacaan pada setiap daerah pengujian dengan jarak masing–masing titik bacaan tidak boleh lebih
kecil dari 25 mm. Periksa permukaan beton setelah tumbukan, batalkan pembacaan jika tumbukan
memecahkan atau menghancurkan permukaan beton karena terdapat rongga udara, dan ambil titik
bacaan yang lain.

7. Perhitungan
 Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10 titik bacaan diabaikan dan tentukan
nilai rata-rata dihitung dari pembacaan data yang memenuhi syarat. Bila lebih dari 2 titik bacaan
memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari nilai rata-rata, maka seluruh rangkaian pembacaan harus
dibatalkan dan tentukan angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.

8. Pelaporan
 Laporkan informasi berikut untuk setiap area pengujian:
 Tanggal dan waktu pengujian.
 Identifikasi lokasi pengujian pada konstruksi beton dan tipe serta ukuran dari bagian yang diuji,
 Deskripsi dari area pengujian termasuk:
 Identifikasi palu pantul dan nomor seri,
 Rata-rata angka pantul dari daerah pengujian (contoh formulir pengujian palu pantul

9. Ketelitian dan penyimpangan


 Ketelitian - untuk benda uji tunggal, operator tunggal, mesin, pada hari yang sama maka standar
deviasi adalah 2,5 satuan sebagaimana didefinisikan dalam ASTM C 670. Dengan demikian rentang
dari sepuluh bacaan tidak boleh melebihi 12.
 Penyimpangan - Penyimpangan dari cara uji ini tidak dapat dievaluasi karena angka pantul hanya
dapat ditentukan dalam kerangka metode uji ini.
CORE DRILL
Metode core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu struktur bangunan.
Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian
seperti Kuat tekan. Pengambilan sample beton dengan coredrill (pengeboran inti) dan uji kuat tekan
beton di laboratorium untuk Pengambilan contoh dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa
“pipa” dari intan, sehingga diperoleh contoh beton berupa silinder. Sama dengan Pit diman pada
Pekerjaan Kajian ini Untuk dilakukan mendapatkan sampel yang memiliki maka harus dilakukan
Pengeboran Konstruksi non Struktur.

Contoh alat pengambilan sample beton dengan metode core drill tersebut yaitu sebagai berikut:

Gambar : Pelaksanaan Core Drill

Gambar : Alat Core Drill

Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya, umumnya antara 2” sampai
8”. Dan disarankan diameter silinder tidak kurang dari 3 kali ukuran maksimum agregat betonnya.

Hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sample beton:


Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan, biasanya
berdasarkan data hasil uji contoh beton dari masing-masing bagian struktur, atau dari hasil NDT
(Non Destructive Testing) dengan concrete hammer ataupun UPVT (Ultrasonic Pulse Velocity
Test). Dari satu daerah beton diambil satu titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh pada
bangunan sudah lama berdiri, maka biasanya core drill dilakukan pada bagian-bagian elemen
struktur beton yang ingin diketahui kuat tekannya
Dari satu pengambilan contoh diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat yang tidak
membahayakan struktur, misalnya jangan dekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan
tulangan utama.
Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya serpihan agregat kasar
yang lepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh digunakan untuk
Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 90 mm.
Rasio tinggi sample (L) dengan diameter (D) lebih besar atau sama dengan 0,95 , dimana L =
panjang dan D =diameter benda uji.
Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton.
Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti, letaknya harus tegak lurus
terhadap sumbu benda uji;
Jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti tidak boleh lebih dari 2 batang;
Apabila jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti lebih dari 2 batang, benda uji
harus dikerjakan dengan gergaji beton dan gerinda, sehingga memenuhi ketentuan dan bila
tidak terpenuhi, benda uji tersebut tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan
Benda uji beton inti sesudah kaping yaitu harus memenuhi ketentuan 2,00 ≥ L/D ≥ 1,00 dimana
tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi 10 mm.

Metode pengambilan dan pengujian beton inti SNI 03-2492-2002 berdasarkan acuan. Untuk
kebutuhan Pengambilan Sample Beton Dengan Coredrill yang anda butuhkan, silahkan
mengubungi kami PT Hesa Laras Cemerlang. Konsultan civi engineering dan jasa pengujian
lengkap dengan kualitas terbaik.

Sebagai Konsultan Non Destructive Test NDT kami sudah dipercaya untuk melakukan Uji Mutu
Dan Integritas Beton Ultrasonic Pulse Velocity Test di banyak gedung, jembatan dan bangunan
lainnya di Indonesia. Jika anda membutuhkan jasa ahli spesialis NDT maka anda berada di
website yang tepat. Untuk solusi kebutuhan pengujian mutu beton dan pengujian lainnya dengan
metode uji tanpa rusak, silahkan hubungi Konsultan Non Destructive Test dan Analisa Struktur
Terbaik dan terpercaya:
Setiap struktur bangunan gedung harus dalam kondisi yang baik dan memenuhi kriteria teknis
bangunan yang layak baik dari segi mutu (keamanan bangunan), kenyamanan, sehingga dapat
melayani kebutuhan sesuai dengan fungsinya. Maka diperlukan uji Kelayakan Teknis Bangunan.
COVERMETER / REBAR SCAN
Merupakan Alat Pengukuran ketebalan selimut beton dan perkiraan jarak tulangan dengan alat covermeter
elektromagnetik dalam suatu struktur beton terpasang dilakukan terutama untuk memverifikasi antara
perencanaan dengan hasil pengerjaan di lapangan. Beberapa alat sejenis dengan penambahan aplikasi
tertentu dapat digunakan untuk menginformasikan perkiraan diameter tulangan dalam beton.
Tingkat ketelitian pengukuran, ditentukan salah satunya dari proses kalibrasi alat sebelum digunakan dan
dalam pedoman ini dijelaskan beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi alat
covermeter elektro magnetik.
Pedoman pengukuran ketebalan selimut beton dengan covermeter elektro magnetik ini disusun
berdasarkan referensi-referensi dari British Standard dan ACI Standard.

Proses Pengujian
Suatu medan elektromagnetik dihasilkan oleh detektor. Ketika sebuah tulangan atau benda logam
lainnya berada dalam medan ini, maka arah medan elektromagnetik akan terganggu. Gangguan yang
terjadi akibat adanya unsur logam tersebut menyebabkan perubahan pada kekuatan medan elektro
magnetik yang dideteksi oleh detektor dan ditunjukkan oleh alat ukur.
Arah dan kedalaman logam tersebut kedua-duanya mempengaruhi pembacaan alat ukur, sehingga
dapat mengetahui lokasi dan posisi tulangan. Tebal Selimut beton dapat juga ditentukan apabila telah
dilakukan suatu kalibrasi yang sesuai untuk ukuran-ukuran tertentu dari tulangan dan bahan-bahan
yang diselidiki.
Pada kondisi yang ideal (misalnya pelat beton dengan penulangan satu lapis dan permukaan yang
rata), beberapa peralatan dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran tulangan dan selimut beton
yang tidak diketahui

Gambar : Pelaksanaan Covermeter


Peralatan
Sebuah alat covermeter yang dioperasikan dengan baterai atau listrik, terdiri dari sebuahdetektor, alat
ukur (skala) dan kabel penghubung. Permukaan beton dipindai dengan detektor yang tetap ditempelkan
pada permukaan beton sementara itu alat pengukur analog atau digital menunjukkan posisi tulangan
terdekat.
Detektor dapat terdiri dari sistem kumparan tunggal atau kumparan ganda. Prinsip fisika yang tercakup
dalam metode ini yaitu penggunaan efek eddy current atau efek induksi magnetik. Alat ukur harus
memiliki skala-skala pembacaan atau skala layar digital yang dikalibrasi sesuai dengan pasal 7,
sehingga kedalaman selimut beton yang ditentukan dapat langsung terbaca.Pengukuran kedalaman
selimut beton, pada saat alat covermeter dikalibrasi, harus memilikitingkat kesalahan sampai dengan ±
5% atau ± 2 mm, dipilih nilai yang lebih besar, darirentang pengukuran yang diberikan oleh produsen
alat covermeter.

Gambar Alat Cover Meter

HALF POTENTIAL TEST

Metode Half Potential Cell bertujuan untuk mengindikasikan tingkat korosi dari tulangan yang berada di
dalam beton. Metode ini memberi banyak keuntungan, sebab dengan hasil yang cukup akurat tapi
biayanya relatif murah.
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Korosi pada
saja tulangan beton dapat terjadi ketika cukup tersedia air dan udara (oksigen). Pada umumnya baja
tulangan beton yang telah diselimuti beton tidak akan terkorosi karena beton bersifat sangat alkalin.
Beton disebut bersifat alkalin ketika air yang berada dalam beton memiliki konsentrasi sodium,
potassium, dan kalsium yang tinggi (Broomfield, 2003). Sifat alkalin beton kemudian membentuk lapisan
tipis Fe(OH)2 (ferro oksida) atau lapisan pasif yang melapisi permukaan baja tulangan beton dan
melindunginya dari korosi. Pada kondisi ini, beton memiliki pH > 13, selanjutnya pH beton berkisar
antara 12 dan 13.
Gambar : Pelaksanaan Half Potensial Test

Proses Pengujian
Pengukuran yang dilakukan umumnya didasarkan pada beda potensial tulangan yang berada di
dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada permukaan beton. Half-cell
yang digunakan biasanya tembaga tembaga sulfat atau perak sel chloride perak tetapi ada juga
yang menggunakan kombinasi bahan lainnya. Sementara beton berfungsi sebagai elektrolit dan
kemungkinan korosi pada tulangan pada lokasi uji secara empiris terkait dengan perbedaan
potensial yang terukur.

CARBONATION TEST

Tujuan dari carbonation test (uji karbonasi) adalah supaya bisa mengetahui bagaimana kualitas selimut
beton dalam melakukan perlindungan terhadap tulangan baja yang di dalamnya. Karena, proses
karbonasi menetralisir kondisi baja dalam beton. Jika selimut beton seluruhnya telah terkarbonasi
mencapai tulangan baja di dalamnya, maka baja tulangan di dalamnya akan segera terkorosi ketika udara
lembab dan oksigen mencapai tulangan.

Proses Pengujian
Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengukuran kedalaman karbonasi beton
keras. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui kedalaman beton yang terkarbonasi. Pengujian ini
meliputi cara identifikasi benda uji, penjelasan mengenai peralatan dan bahan yang digunakan, prosedur
pengukuran, dan pengukuran kedalaman karbonasi beton keras. Hasil dari interaksi tersebut
menyebabkan pH beton turun

Gambar : Alat Carbonation Test

Metode uji pengukuran

1. Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan cara mengukur kedalaman karbonasi beton keras yang praktis dan tidak
merusak struktur beton.
2. Acuan normatif –
3. Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, digunakan istilah dan definisi berikut.
3.1 Karbonasi beton proses yang terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida
(CO2) di udara bebas atmosfer dengan senyawa-senyawa semen terhidrasi di dalam beton
3.2 lapisan pasif lapisan tipis pada permukaan baja tulangan yang berfungsi menghalangi korosi
lebih lanjut dan merupakan bagian dari oksida logam atau hidroksida logam
4. Peralatan dan bahan Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mengukur kedalaman karbonasi pada
beton adalah:
a) mesin bor dengan kemampuan melubangi beton;
b) mata bor beton dengan diameter minimal 10 mm;
c) alat penyemprot udara bertekanan
d) jangka sorong dengan ketelitian minimum 0,1 mm;
e) botol penyemprot dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan dari lubang bor;
f) tisu/kain;
g) etanol;
h) air suling
i) larutan phenolftalein dengan konsentrasi 1% (CATATAN 1).
CATATAN 1 - Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 1 gram phenolftalein ke dalam 90 mL etanol kemudian
ditambahkan air suling sehingga volumenya mencapai 100 Ml

5. Prosedur pengukuran Pengukuran kedalaman karbonasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) tentukan lokasi yang akan diukur, sekurang-kurangnya 3 lokasi per elemen;
b) lakukan pengeboran pada lokasi pengukuran sampai kedalaman ± 10 mm;
c) bersihkan lubang yang telah dibor dengan cara menyemprotkan udara bertekanan;
d) segera semprotkan larutan phenolftalein pada lubang, amati perubahan warna yang terjadi
e) apabila terjadi perubahan warna beton menjadi merah muda, maka kedalaman karbonasi diukur
dari permukaan beton sampai dengan batas perubahan warna tersebut pada 4 posisi pengukuran
kemudian ambil rata-ratanya.

Hasil pengukuran dinyatakan hingga ketelitian 0,1 mm; f) jika dalam waktu 10 detik beton belum berubah warna,
ulangi langkah b) sampai dengan d) pada lubang yang sama dengan memperdalam lubang; g) tutup lubang
bekas pengukuran tersebut dengan adukan mortar tidak susut dengan mutu minimal sama dengan mutu beton
yang telah dilubangi.

BRINNELLTEST
Digunakan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola
baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Kekerasan adalah
ketahanan suatu material terhadap deformasi pada aerah lokal dan permukaan material, dan khusus untuk
logam deformasi yang dimaksud adalah deformasi plastis. Sedangkan Kekuatan adalah ketahanan material
terhadap deformasi plastis secara global.
Mengapa melakukan uji kekerasan, karean pengujian kekerasan khususnya logam sangat diperlukan
dalam bidang manufaktur. Dengan melakukan pengujian kekerasan dapat diketahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu.
Dalam pengujian kekerasan sebanarnya ada 3 jenis pengujian berdasarkan sifatnya, yaitu Metode
Goresan, Metode Dinamik, Metode Identansi. Diantara 3 metode tersebut Metode Identansi yang paling
sering digunakan.
Proses Pengujian Brinell

Brinell Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material
uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan
yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan
diplating atau pun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

Prinsip dari pengujian kekerasan ini dengan menekan indentor selama 30 detik. Kemudian diameter hasil
Identansi diukur dengan menggunakan mikroskop optik. Diameter harus dihitung dua kali pada sudut tegak
lurus yang berbeda, kemudian dirata-ratakan. Bertambah keras logam yang diuji bertambah tinggi nilai HB.

Gambar : Alat Brinnel Test

Bahan & alat yang digunakan untuk uji kekerasan brinell


1. Mesin uji kekerasan brinell
2. Bola baja untuk brinell (brinell ball)
3. Mikroskop pengukur
4. Stop watch
5. Mesin gerinda
6. Ampelas kasar dan halus
7. Benda uji (test specimen)
BOLT TORQUE TEST
Digunakan untuk mengetahui torsi yang terjadi pada baut di sambungan di konstruksi baja.
Torsi yang pas harus diberikan pada sebuah baut untuk menjaga agar baut tersebut tidak kehilangan
tegangan dalam menahan menyambung dua atau lebih komponen struktur baja. Baut harus dikencangkan
sesuai beban aman maksimum yang dapat diberikan tanpa menyebabkan perubahan bentuk, misalnya
bengkok. Baut yang kendor dapat menyebabkan distribusi gaya dan tegangan yang tidak merata pada
sambungan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada baut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kegagalan struktur secara menyeluruh.

Proses Pengujian
Metode yang dilakukan adalah mengecek beberapa baut secara random menggunakan kunci momen.
Besar momen torsinya terlebih dahulu di setting sesuai dengan diameter baut

1. Setel kunci momen sesuai kekuatan yang di tetapkan. Untuk itu, ikuti langkah langkah berikut
- Kendurkan mur penyetel
- Geser baji penyetel sepanjang skala sampai indikator segaris dengan nilai pengencangan
yang diinginkan (Sesui dengan Tabel Rekomendasi Nilai Beban Torsi).
2. Kencangkan mur penguncinya.
3. Pasang kunci yang sesuai dengan ukuran mur yang akan di kencangkan pada penggerak kunci
momen
4. Masukan kunci soket pada mur yang akan dikencangkan
5. Tempatkan tangan kiri di ujung penggerak dan tangan kanan pada tangkal kunci momen. Tarik secara
merata dengan tangan kanan anda samai terdengar bunyi klik
6. Bunyi Klik mengindikasikan bahwa nilai torsi telah tercapai
7. Beri tanda pada baut yang telah dikencangi kunci momen menggunakan cat mengnai mur dan
baseplate nya.

Gambar Alat dan Pengujian


PENGUJIAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

MEGGER
Tahanan Isolasi adalah tahanan yang berada di 2 kawat saluran ( kabel) yang diisolasi satu sama lain
atau tahanan satu kawat dengan ground ( tanah ). Tahanan ini harus selalu dalam kondisi aman
sehingga dapat menjamin proses aliran listrik berjalan dengan aman. Megger diperlukan untuk mengukur
tahanan isolasi sebagai status isolasi rangkaian dan perlengkapan listrik sebagai dasar pengendalian
keselamatan.
Tes Megger digunakan untuk mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu instalasi listrik merupakan
hal yang penting untuk menentukan apakah instalasi tersebut dapat dioperasikan dengan aman. Secara
umum jika akan mengoperasikan peralat-an tenaga listrik seperti generator, transformator dan motor,
sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah alat tersebut baru atau lama
tidak dipakai. Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur Megger ini adalah untuk mengukur
kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat pada belitan antar phasa, antara phasa
dengan bodi dan antar belitan pada phasa yang sama. Fungsi Megger atau Mega Ohm Meter selain
mengukur tahanan isolasi pada motor, generator ataupun trafo juga sering dipakai untuk memeriksa
tahanan isolasi pada jaringan SUTM dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan megger adalah pastikan bahwa skala ukur yang
dipakai adalah sesuai atau lebih kecil dari alat yang di ukur. Misalnya kita ingin mengukur tahanan isolasi
dari sebuah motor listrik 380V maka gunakanlah skala ukur megger yang lebih besar dari motor tersebut
seperti 500 V. Disamping itu pastikan juga bahwa alat yang di ukur telah bebas dari daya listrik supaya
hasil pengukurannya lebih akurat

Jenis-jenis megger :

1. Megger dengan engkol sbg pembangkit tegangan. Sumber tenaga pada megger jenis ini berasal dari
generator pembangkit tenaga listrik yang ada dalam alat ukur ini dan untuk membangkitkannya poros
megger harus diputar; dengan alat penunjukannya jarum
2. Megger dengan sumber tenaga dari baterai dan alat penunjukkanya berupa jarum juga Teknik
Pengukuran Listrik Menggunakan Megger Untuk Mungukur Tahanan Isolasi

1. Check batere apakah dalam kondisi baik.


2. Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat berimpit dengan garis
skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada alat ukur.
3. Lakukan elektrikal zero check:
4. Pasang kabel test pada megger terminal, serta hubung singkatkan ujung yang lain.
5. Letakkan saklar pemilih di posisi 500.
6. Letakkan saklar pemilih skala pada posisi skala 1.
7. On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat Atur
pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti
batere.
8. Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
9. Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai tegangan kerja
alat yang diukur.
10. On-kan megger, baca tampilan pada skalanya

Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama pindahkan ke skala 3,
dan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan ( 0,5 – 1 menit) atau jarum penunjuk tidak
bergerak lagi. Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan
standard tahanan isolasi. harga terendah 1 MΩ / kV.
Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada motor, generator
maupun jaringan maka kita harus grounding kembali kabel yang di ukur karena kabel tersebut masih
memiliki tegangan listrik akibat tegangan megger tadi yang jika pegang akan setrum. Untuk cara
grounding, cukup hubungkan kabel yang diukur kemudian hubungkan dengan body.

Gambar : Pelaksanaan Megger


Gambar Alat Megger

Anda mungkin juga menyukai