1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta
Palu Email: maricarshyama@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Palu
Email: anwardolu1972@gmail.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Palu
Email: ags_rvn@yahoo.com
ABSTRAK
Pemeriksaan kondisi gedung eksisting pasca gempa di Mamuju-Sulawesi Barat, memerlukan
beberapa tahapan Pemeriksaan Cepat (Quick Assesment), kemudian dilanjutkan ke Pemeriksaan
Detail (Detail Assesment). Metode Assesment sesuai aturan Pemeriksaan Awal Kerusakan
Bangunan Beton Bertulang Akibat Gempa (PD-T-11- 2004-C) dari Dep. Pekerjaan Umum, BPPPU,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman dan sesuai Procedures for Postearthquake Safety
Evaluation of Buildings-Applied Technology Council (ATC-20). Selanjutnya untuk pemeriksaan
detail struktur bangunan gedung eksisting pasca gempa yang mengacu pada Standar ASCE 41-17.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gedung tidak layak untuk perbaiki dan diperkuat, sehingga
rekomendasi tidak lanjut bangunan gedung Kantor tersebut akan dilakukan Pembongkaran dan
Rekonstruksi atau Pembangunan kembali gedung Kantor SatPol-PP yang baru
Kata kunci: Assesment, Pemeriksaan Gedung, Pasca Gempa
1. PENDAHULUAN
Pada tanggal 15 Januari 2021, pukul 02.28 WITA, terjadi Gempa bumi di Sulawesi Barat yang berkekuatan 6,2 M,
yang melanda pesisir barat Pulau Sulawesi, Indonesia Pusat gempa berada di 7 km timur laut Majene, Sulawesi
Barat dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di sebagain besar bagian barat Pulau Sulawesi
hingga pantai timur Kalimantan. Dengan memperhatikan lokasinya dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi ini
merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diduga kuat akibat aktivitas Sesar Naik Mamuju. Sesar ini diketahui
memiliki laju geser sebesar 2 milimeter per tahun. Hal ini didukung oleh hasil analisis mekanisme sumber gempa ini
memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault). Guncangan gempa ini dirasakan di Kabupaten Majene dan Mamuju
dengan skala V–VI MMI, di Mamasa, Polewali Mandar serta di Makassar dengan skala IV–V MMI, serta di Palu
dengan skala III–IV MMI. Gempa ini juga dilaporkan dirasakan oleh masyarakat Parepare, Wajo, Tana Toraja,
Pangkep bahkan hingga Kotabaru dan Batulicin di Kalimantan Selatan, serta Balikpapan di Kalimantan Timur.
Gempa dirasakan pada skala VIII dalam skala Mercalli di Kecamatan Tapalang, Mamuju.
Kerusakan terjadi pada sejumlah bangunan di antaranya Maleo Town Square, toko, swalayan, sekolah, dan Rumah
Sakit Mitra Manakarra yang ambruk, serta bagian depan kantor Gubernur Sulawesi Barat. Kantor menara pemandu
lalu lintas di Bandar Udara Tampa Padang dan Rutan Mamuju juga dilaporkan mengalami kerusakan. Kerusakan
massif juga terjadi dikompleks Perkantoran Kantor Bupati Mamuju, diantaranya bangunan Gedung Kantor Bupati,
Bappepan dan BPKAD, dan gedung SatPol-PP.
Berkaitan dengan bangunan-bangunan tersebut, maka perlu dilaksanakan pemeriksaan kondisi gedung eksisting
tersebut pasca gempa. Tahapan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bangunan ͠ gedung
tersebut (contoh kasus gedung SatPol-PP) sesuai Pemeriksaan Cepat (Quick Assesment), kemudian dilanjutkan ke
Pemeriksaan Detail (Detail Assesment). Metode Assesment sesuai aturan Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan
Beton Bertulang Akibat Gempa (PD-T-11- 2004-C) dari Dep. Pekerjaan Umum, BPPPU, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman dan sesuai prosedur ATC-20, Procedures for Postearthquake Safety Evaluation of
Buildings-Applied Technology Council, California, USA. Selanjutnya untuk pemeriksaan detail struktur bangunan
gedung eksisting pasca gempa yang mengacu pada Standar ASCE 41-17 : Seismic Evaluation and Retrofit of
Existing Building.
2. LOKASI BANGUNAN
Bangunan gedung Kantor Satpol PP, berada di Jln. Soekarno Hatta No. 17, Kompleks Perkantoran Kantor Bupati
Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Dengan koordinat geografis pada Lintang Selatan -2.689212° dan Bujur Timur
118.883765°.
Gambar 1. Peta Citra Lokasi Kantor SatPol-PP, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat
3. INFORMASI BANGUNAN
Beberapa informasi Bangunan gedung Kantor SatPol – PP : a. Type Bangunan permanen lantai satu (1) b. Tipe
struktur adalah pasangan bata dengan perkuatan (reinforced masonry) c. Luas bangunan utama 20 x 40 = 800 m2.
(a) (b)
Gambar 10. Denah Perletakan (a) Kolom dan Dinding dan (b) Ring balk
Sesuai format ASCE 41-17 untuk Tier 1 sebagai berikut:
Gambar 11. Contoh Hasil Pemeriksaan Sesuai format ASCE 41-17 untuk Tier 1
Catatan : a) Angker dinding tidak sesuai (NC); b) Angker dinding atau kolom beton tidak terpasang ke pondasi
(NC); c) Untuk bukaan pada dinding pasangan batu bata 5/20 = 25% (NC); d) Bukaan dinding pasangan batu bata
pada posisi terluar sepanjang 9.25 m > 2.4 (NC).
( )
k
agc T Rc
=
a gR T NCR
Untuk nilai k diambil 0.30 – 0.40. Maka berdasarkan persamaan sebelumnya dapat dihitung sebagai berikut :
( ) ( )
0.4 0.4
225 225
S S(TR=225) = × Ss S1 (TR=225)= × S1
2500 2500
( ) ( )
0.4 0.4
975 975
S S(TR=975) = × Ss S1 (TR=975)= × S1
2500 2500
(a) (b)
Gambar 13. Ouput Demand Capacity Ratio (a) DCR 225 Tahun dan (b) DCR 975 Tahun
6. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan sesuai syarat ASCE 41-17 dengan pemeriksaan Tier-1 dan Pemeriksaan Geoteknik, maka
diperoleh bahwa bangunan eksisting Kantor SatPol-PP Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, tidak layak
untuk perbaiki dan diperkuat, sehingga Rekomendasi tidak lanjut bangunan gedung Kantor tersebut akan dilakukan
Pembongkaran dan Rekonstruksi atau Pembangunan kembali gedung Kantor SatPol-PP yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
ASCE STANDARD, (2017). “Seismic Evaluation and Retrofit of Existing Buildings (ASCE/SEI 41-17)”,
(Virginia: American Society of Civil Engineers)
ATC-20 report, (2020). “Procedures for Postearthquake Safety Evaluation of Buildings”, Applied Technology
Council, California, USA.
Iswandi Imran, Erwin Lim, dan Salma Shabriani R, (2020), “Asesmen Ketahanan Gempa Struktur
Bangunan Gedung Eksisting: Berbagai Keterbatasan dan Solusinya”,