Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN PENGUJIAN BAHAN DENGAN METODE UJI TARIK UNTUK SPESIMEN UJI TARIK

MAKALAH

Disusun sebagai syarat lulus mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan Pada semester genap tahun 2011/2012 yang diampu oleh Drs. Moh. Thamrin, M.Pd.

Oleh Shidqi Capriandi NIM 1131210193

JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai sifat mekanik suatu material. Pengujian tarik merupakan suatu prosedur yang harus dilewati oleh suatu bahan untuk mengeyahui seberapa jauh bahan akan bertahan oleh suatu tarikan dengan besar gaya tertentu. Pada uji tarik diperlukan bahwa pertambahan panjang suatu benda dipengaruhi oleh regangan dan tegangan yang dihasilkan dari mesin uji tarik itu sendiri. Maka dari itu penting untuk memahami apa itu regangan dan tegangan. Regangan adalah pertmbahan panjang dibagi dengan panjang mula. Tegangan adalah gaya dibagi dengan luas mula. Pada uji tarik benda diberi suatu beban tarik tertentu yang bertambah besar secara bertahap. Benda akan mengalami pertambahan panjang ketika pengujian tarik mulai dilakukan sampai pada batas kekuatan tarik tertentu hingga benda tidak mampu menahan gaya yang diberikan oleh mesin uji tarik sehingga benda akan mengalami patah. Peristiwa sebelum benda mengalami patah biasa disebut dengan necking.Untuk pengambilan data hasil uji tarik dilakukan dengan mengamati skala yang ada pada mesin uji tarik pada waktu benda patah. Setelah pengujian tarik, data yang telah dibuktikan dari pengujian tarik ,akan dapat membantu untuk dapat menyesuaikan benda untuk suatu konstruksi agar mampu menahan suatu beban tertentu, sehingga diperoleh konstruksi yang kuat. Makalah ini akan membahas langkah serta cara yang benar mengenai tata cara pengujian tarik yang baik dan benar, dan juga tata cara pengambilan data hasil percobaan. Serta prosedur untuk penentuan regangan dan tegangan. Selain itu makalah ini akan membahas mengenai hal hal yang ada pada kurva regangan tegangan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,makalah ini disusun berdasar rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah prosedur pengujian tarik yang sesuai dengan standart ? 2) Bagaimana benda dapat mengalami patah ? 3) Bagaimana cara penghitungan regangan dan tegangan ? 4) Bagaimana membuat kurva regangan tegangan ?

1.3. Rumusan Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas,makalah ini disusun berdasar rumusan tujuan sebagai berikut : a. Menjalankan standart prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar. b. Mampu mengolah data dari hasil pengujian. c. Mampu menghitung harga tegangan dan regangan suatu bahan. d. Menjelaskan kurva regangan tegangan.

BAB II UJI TARIK

2.1. Pengertian Uji Tarik Uji tarik merupakan suatu cara yang banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda akan bertambah panjang secara kontinu, bersamaan dengan diberi beban gaya tarik. Pengamatan dilakukan mengenai perpanjangan yang dialami benda.

2.2. Prosedur Uji Tarik Agar dapat memperoleh data yang baik, tentunya penting untuk mengetahui bagaimana prosedur pengujian tarik yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut ini merupakan prosedur uji tarik : 1. Menyiapkan spesimen uji tarik baik dengan bentuk silinder maupun datar. 2. Menghitung data dari spesimen meliputi diameter, serta panjang spesimen. 3. Jepit spesimen tersebut menggunakan mesin uji tarik. 4. Nyalakan mesin dan ambil data yang tercantum pada skala mesin tersebut.

2.3. Kurva Regangan dan Tegangan Kurva regangan tegangan dibuat berdasrkan dari pengukuran perpanjangan benda uji. Bentuk dan besaran pada kurva tegangan regangan tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik yang pernah dialami, laju regangan, suhu dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan dalam membuat kurva tegangan regangan adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas.

Di atas merupakan bentuk kurva regangan tegangan yang umum. Pada daerah elastik tegangan bebanding linier dengan regangan. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, banda mengalami deformasi plastik. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen,meskipun bebannya dihilangkan .Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastik yang kontinu akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastis. Sebagai contoh pengerasan logam. Volume benda selama deformasi plastik tetap konstan.dan sejalan dengan adanya perpanjangan benda uji, maka luas penanmpang lintang sepanjang benda uji mengalami penurunan yang seragam. Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai sebuah titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang di akibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastik berikutnya terpusat pada daerah tersebut, dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik akan berkurang hingga terjadi patah. Kekuatan Tarik Kekuatan taik atau kekuatan tarik maksimum adalah beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda uji. Tegangan tarik adalah nilai yang paling

sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik. Tetapi pada kenyataannnya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Untuk beberapa telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai. Kecenderungan yang sering ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Padahal jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini jauh lebih dikenal dan merupakan metode yang sangat berguna. Pengukuran Batas Luluh Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. 1. Batas elastik sejati berdasrkan pada pengukuran regangan. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi. 2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara tegangan regangan. Harga ii diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan regangan. 3. Batas elastik adalah tegangan tebesar yang masih dapat ditahan oleh benda tapa terjadinya regangan sisa permanen yang bisa terukur pada saat beban telah ditiadakan. 4. Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan adalah kekuatan luluh offset dientukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan regangan. Pengukuran Keliatan Pengukuran keliatan dilakukan untuk memenuhi 3 kepentingan yaitu : 1. Menunjukkan perpanjangan dimana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses pembentukan logam. 2. Untuk memberi peunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara plastis.

3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan. Cara yang sering digunakan dalam pengukuran keliatan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknik pada saat patah dan pengukuran luas penampang pada patahan. Kedua sifat ini didapatkan setelah terjadi patah. Modulus Elastisitas Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom. Karena gaya-gaya ini tidak dapat diubah tanpa terjadi perubahan mendasar sifat bahannya, maka modulus elastisitas merupakan salah satu dari banyak sifat mekanik yang tidak mudah diubah. Ketangguhan Ketangguhan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada daerah plastik. Kemampuan untuk menahan beban yang kadang-kadang di atas tegangan luluh tanpa terjadi patah, dan khususnya diperlukan pada bagian-bagian rantai, roda gigi, kopling mobil barang, dan cangkuk kran. Salah satu cara untuk menentukan ketangguhan adalah dengan meninjau luas keseluruhan daerah dibawah kurva tegangan regangan. Luas ini menunjukkan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan pada bahan tanpa mengakibatkan pecah. 2.4. Ketidakstabilan Benda ( Necking) Pada uji tarik, di saat benda mendapat gaya tarik yang maksimum benda akan mengalami patah. Hal inilah yang disebut ketidakstabilan pada uji tarik. Sebelum benda patah ada suatu peristiwa yang harus dilalui oleh benda tersebut yaitu necking. Necking disebut juga dengan penyempitan. Ada dua macam jenis penyempitan yaitu penyempitan difusi dan penyempitan setempat. Penyempitan difusi terjadi karena daerah penyempitan lebih besar dari ketebalan lembaran. Penyempitan difusi dapat berakibat perpatahan namun biasanya diikuti oleh proses tidak stabil yang kedua yang disebut penyempitan lokal. Penyempitan disini merupakan pita yang sempit dengan lebar sekitar ketebalan lembaran dan membuat sudut tertentu dengan sumbu beban. Pada penyempitan setempat pengurangan luas benda uji dengan peningkatan

regangan terbatas dalam arah ketebalan. Jadi dA = w dt di mana w adalah panjang konstan penyempitan setempat dan t adalah ketebalan penyempitan. Penyempitan mulai terjadi saat pelunakan geometrik seimbang. Kriteria untuk

penyempitan setempat menyatakan bahwa mengecilnya penampang benda uji dengan peregangan jauh lebih lamban dibandingkan mode penyempitan difusi. 2.5. Regangan dan Tegangan Sebagai pembuka dalam pembicaraan mengenai tegangan dan regangan , kita misalkan Lo ialah panjang ukur. Dan P adalah beban. Regangan linear rata-rata adalah perbandingan antara perubahan panjang dan panjang asli. Regangan ialah suatu kuantitas tak berdimensi. Pada umumnya tegangan tidak akan merata pada luas A karena itu persamaan Tegangan = P/A, adalah penggambaran dari tegangan rata-rata. Sebab bilamana tegangan harus rata dengan mutlak, maka setiap elemen membujur dalambatang harus benar-benar mengalami regangan yang sama dan kesepadanan antara tegangan dan regangan harus identik untuk setiap elemen. Sifat anisotropi antara butir-butir dalam logam polikristal meniadakan kemugkinan meratanya tegangan dengan dengan sempurna pada benda dengan ukuran mikroskopik. Satuan tegangan adalah pon per inci kuadrat (psi). Karena para ahli teknik biasanya bersangkut paut dengan beban dalam ribuan pon, jelas merupakan penyederhanaan untuk bekerja dengan satuan 1000 lb yang disebut kip. Tegangan dapat dinyatakan dalam satuan kip tiap inci kuadrat (ksi). Dalam satuan internasional (SI) satuan tegangan ialah newton tiap meter kuadrat. Tegangan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Tegangan total dapat diuraikan dalam dua komponen yaitu tegangan normal dan tegangan geser

BAB III KESIMPULAN

Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat benda menahan gaya yang diberikan. Prosedur pengujian tarik dilakukan dari pengukuran benda uji sampai pada pengambilan data pada saat pengujian tarik sedang dilakukan. Kurva tegangan regangan adalah suatu implementasian dari pengolahan data yang diambil dari pengujian tarik. Dimana di dalam kurva tegangan regangan dapat diketahui seberapa gaya atau beban dan juga regangan saat benda mengalami necking hingaa benda tersebut tidak mampu menahan gaya yang diberikan secara bertahap, yang biasa disebut dengan patah.

DAFTAR PUSTAKA

Dieter George E. Metalurgi Mekanik 1. Jakarta : Penerbit Erlangga,1996 Muhib Zainuri Ach. Kekuatan Bahan. Yogyakarta : Penerbit Andi,2008

Anda mungkin juga menyukai