Anda di halaman 1dari 17

Tatap Muka 3

METALURGI FISIK
(Pengujian Takik atau Impact d
Kelelahan atau Fatique)

Ftm.rp. 21092020

1
3. PENGUJIAN TAKIK (IMPACT TEST)

Uji impak TUJUANnya untuk mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan


kejut pada beberapa macam kondisi suhu dan menentukan sifat perpatahan suatu logam,
keuletan maupun kegetasannya. umumnya pengujian impak menggunakan batang
bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk
menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat
diketahui perbedaan sifat benda yang tidak teramati dalam uji tarik. Hasil yang
diperoleh dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus memberikan besaran
rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga
sumbu pada takik.

Gambar 1. Ilustrasi Skematis Pengujian Impak.

2
Para peneliti kepatahan getas logam telah menggunakan bebagai bentuk benda uji
untuk pengujian impak bertakik. Secara umum benda uji dikelompokkan ke dalam dua
golongan standar. Dikenal ada dua metoda percobaan impak, yaitu;

       1. Metoda Charpy


Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji Charpy
mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan mengandung takik
V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakan pada
tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak
dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan
melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi, kia-kira 10 3 detik.
     

3
                
Gambar 3. Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy dan Izod

2. Metoda Izod
          
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji Izod lazim digunakan di Inggris, namun saat
ini jarang digunakan. Benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujursangkar atau lingkaran
dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit.
                                 

4
2.2 Kurva Suhu Peralihan
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih benda yang
tahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva suhu peralihan. Dasar pemikiran
perancangan adalah memilih benda yang mempunyai ketangguhan takik yang memadai untuk
berbagai kondisi pembebanan yang berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian
konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar, tanpa memperhatikan
sifat-sifat patah dari benda atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Suhu peralihan benda dapat digolongkan menjadi 3 kategori, seperti tampak pada gambar
5. Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan rendah dan sebagian besar logam heksagonal
tumpukan padat mempunyai ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan
getas tidak merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang relatif.
Benda berkekuatan tinggi (σ0 > E/150) mempunyai ketangguhan takik demikian
rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di daerah elastis pada
sembarang suhu dan laju regangan, apabila terdapat cacat (retakan). Baja berkekuatan tinggi,
paduan-paduan titanium dan aluminium termasuk dalam kategori ini. Pada suhu rendah, terkadi
patah pembelahan getas, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi terjadi perpatahan energi rendah.
Pada kondisi seperti inilah, analisis mekanika patahan merupakan hal yang berguna dan wajar.
Ketangguhan takik logam kubik pusat ruang (BCC) berkekuatan menengah dan rendah, Be, Zn
dan benda keramik sangat tergantung pada suhu. Pada suhu rendah, patah terjadi secara
pembelahan, sedangkan pada suhu tinggi terjadi perpatahan ulet. Jadi, terdapat peralihan dari
takik getas ke takik tangguh, apabila suhu naik.
Kriteria suhu peralihan demikian dinamakan plastik peralihan patah (fracture transition
plastic, FTP). FTP adalah suhu di mana perpatahan akan mengalami perubenda dari ulet
sempurna menjadi patah getas. Kemungkinan terjadinya patah getas di atas FTP, dapat
diabaikan. Penggunaan FTP dianggap tua dan pada berbagai penerapan, kriteria FTP kurang
praktis. Kriteria lain yang kurang konservatif adalah berdasarkan suhu peralihan di mana terjadi
perpatahan 50% pembelahan dan 50% geseran, dan disebut T2. Kriteria ini dinamakan suhu
peralihan penampilan patah (fracture-appearance transition temperature, FATT). Hubungan

5
antara hasil uji impak Charpy dan kegagalan dalam pemakaian menunjukkan bahwa bila terjadi
patah belah pada batang Charpy kurang dari 70%, maka besar kemungkinan bahwa tidak terjadi
patah pada suhu peralihan atau diatasnya, jika tegangan tidak melebihi setengah tegangan
luluhnya. Secara garis besarnya, akan diperoleh serupa bila digunakan definisi suhu peralihan T3.
T3 adalah nilai rata-rata bagian atas dan bagian bawah.
Kriteria umum lainnya adalah definisi, suhu peralihan T4 berdasarkan sembarang nilai
energi serap yang rendah, CV. T4 ini sering disebut suhu peralihan keuletan (ductility transition
temperature). Sesuai dengan hasil pengujian pada pelat baja kapal Perang Dunia II, terbukti pada
pada pelat tidak akan mengalami patah getas apabila CV sama dengan 15 ft-lb pada suhu uji.
Suhu peralihan dimana CV = 15 ft-lb menjadi kriteria umum yang diterima untuk baja kapal
kekuatan rendah. Akan tetapi, perlu ditegasakan di sini bahwa untuk benda lain, CV 15 tidak
berlaku.
Kriteria yang didefinisikan dengan cermat adalah penentuan suhu transisi berdasarkan
suhu T5 dimana terjadi patah belah sempurna atau 100%. Titik ini dikenal sebagai suhu tanpa
keuletan atau NDT. NDT adalah suhu dimana patah mulai terjadi tanpa didahului oleh deformasi
plastik. Di bawah NDT, kemungkinan terjadinya patah ulet dapat diabaikan.

Contoh Perhitungan
1.        Mencari luas penampang
Untuk pengujian benda uji BS 4360
Keterangan ; A : luas penampang permukaan (mm2)
P : panjang benda uji (mm)
L : lebar benda uji (mm)

6
2.        Mencari harga impak
Untuk pengujian benda uji BS 4360 pada temperature 00C
Keterangan ; A : luas penampang permukaan (mm2)
W : energi yang dibutuhkan (Joule)
HI : harga impak (Joule/mm2)

Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan temperatur transisi uji impak? Serta gambarkan dan jelaskan
diagram FATT?
Jawab :
Temperatur transisi adalah temperatur dimana terjadi perubahan sifat keuletan dan
ketangguhan pada material. Pada suatu material terjadi perubahan sifat dari ulet menjadi
getas akibat penurunan temperature. Terdapat pula material yang tidak memiliki
temperature transisi, material ini disebut chriogenic.
 

Dari grafik diatas pada diagram FATT dimana semakin besar temperatur maka energi yang
diserap semakin tinggi sehingga dihasilkan harga impak yang besar.

2. Gambarkan bentuk dan dimensi spesimen uji impak untuk metode charpy dan izod
berdasarkan standar ASTM?
Jawab :
a. Metode Charpy

b.      Metode izot

3. Jelaskan perbedaan perpatahan ulet dan getas? Serta jelaskan hubungan antara harga
impak dengan jenis perpatahannya?
Jawab :
Getas:
Bentuk perpatahan dari meterial getas adalah berbentuk granular. Facet permukaan
patahan belah datar memiliki daya pantul yang tinggi serta penampilan yang berkilat.

Ulet:
Bentuk perpatahan dari meterial lunak adalah berserat yang berbentuk sampel menyerap
cahaya serta penampilannya buram.
Harga impak paling kecil mengalami patah getas, harga impak yang tinggi mengalmi
patah ulet.
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak?
Jawab :
1.       Tegangan triaksial.
2.        Temperatur
Karena patah getas disebabkan oleh tempertur rendah (dibawah temperature
transisi), sedangkan patah ulet disebabkan oleh temperature tinggi (diatas

7
temperature transisi). Temperature transisi adalah rentang
temperature yang menjadi batasan dari sifat ulet dan gelas suatu material,
3.           Laju regangan atau laju pembebanan
Semakin tinggi laju pembebanan maka energy yang diserap akan semakin kecil
sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas.
4.            Kadar karbon
Semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu bahan, maka energi impak
yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin besar, karena ikatan molekul
bahan tinggi
5.       Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perpatahan ulet dan getas?
Jawab :
1.   Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2.            Temperatur, temperature rendah akan terjadi patah ulet sedangkan
temperature tinggi akan patah getas.
3.            Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
6.            Jelaskan hubungan antara temperatur dan bentuk perpatahan yang terjadi serta
harga impak dari masing-masing perpatahan? Berikan contohnya
Jawab :
Semakin besar nilai temperatur maka akan semakin ductile logam jadi mengalami
patah ulet, dan semakin kecil nilai maka akan semakin brittle logam jadi
mengalami patah getas. Harga impak patah ulet lebih besar daripada patah
getas

8
9
5.PENGUJIAN KELELAHAN ( FATIQUE TEST
PENYEBAB KELELAHAN:

1. Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi


2. Variasi atau fluktuasi tegangan yang cukup besar
3. Siklus penerapan tegangan yang cukup besar
Faktor-faktor lain: Kosentrasi tegangan, suhu, kelelahan bahan, struktur mikro,
metalurgi, tegangan sisa dan tegangan kombinasi

PENGUJIAN Fatique ada tiga pengujian, salah satu seperti gambar 2.6 hal 23. dan
gambar permukaan patah lelah akibat fatiq seperti pada gambar 2.4. dan akibat
pengujian lelah ada 3 jenis siklus tegangan yaitu:

1. Siklus tegangan terhadap waktu yang berflutuasi (Gbr 25.a)


2. Siklus tegangan sempurna (Gbr 25.b)
3. Siklus tegangan Acak (Gbr 25.c)

Siklus tegangan sempurna (Gbr 25.b)

+
� σ r σa
σ maks
σ min σ m

σ r=teggangan daerah

σ m = tegangan rata-rata atau tegangan tetap

σ a = tegangan bolak-balik atau tegangan beragam

σ r= σ maks - σ min

σr σ −σ
q = = maks min
2 2

10
σ maks +σ min
σ m=
2

σ min
Perbandingan tegangan: R =
σ maks

σa 1−R
Perbandingan Amplitudo: A = σ = 1+ R
m

Contoh soal:

Suatu proses dengan lubang minyak melintang dibebani momen lentur yang
berfluktuasi sebesar ± 20 in lb ditambah beban aksial tetap sebesar 5000 lb.
Diameter poros adalah 0,5 in dan diameter lubang 0,05in, lihat gambar a/d = 0,10
dan Kt = 2,2. Poros dibuat dari baja dengan Su = 190 Ksi, maka dari tabel 12-1.

Tabel12.1. Beberapa nilai konstanta Neuber ρ’

Level Kekuatan Mpa (ksi)


Bahan ρ' mm (0,001 inci)
Baja 552 (80) 0,15(6)
896(130) 0,07(3)
1310(190) 0,01(0,4)
150(22) 2(80)

Paduan Al 300 (43) 0,6 (25)


600 (87) 0,4(15)

Jawab:

a. Faktor kosentrasi tegangan lelah : K f

K t = factor kosentrasi tegangan teoritis

r = jari-jari akar takik

ρ
'
= kostanta bahan berkaitan dengan kekuatan logam (tabel 12.1)
K t −1
K f =1 +
1+ √ ρ' /r

11
2,2−1
K f =1 + = 1,98
1+ √0,0004 /0,025

b. Kepekaan Takik suatu bahan terhadap kekuatan lelah yang dinyatakan


sebagai factor kepekaan takik = q
K f −1 0,98
q = K −1 = 1,2 = 0,82
t

c.Tegangan tetap atau tegangan rata-rata


5000
Pm
σ m=¿= = ( )(0,5)2 = 25,471 psi
π
A
2

d.Tegangan lentur yang berubah-ubah adalah

[ ]
0,5

[ ]
D 200( )
M( ) 2
σm =K 2 = 1,98 $ = 65,561 psi
f (0,50)
I π
64

e.Tegangan maksimum efektif adalah


σ maks = σ a + σ m = 65,561 + 25,471 = 91,032 psi

σ min = σ a - σ m = 65,561 - 25,471 = 40,090 psi

Pendekatan yang cukup memedai untu batas fatik poros tak bertakik
adalah Su/2 = 95.000 psi. Kurva S – N adalah sebagai berikut:

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

12
0
1,40
0,02 0,04 0,06 0,08 1,00 1,200 0 1,600 2,00

1. baja yang di celup dan distemper


2. Baja yang dilunakan dan dinormalkan
3. Paduan Al

Dari garis Goodman, Persamaan 12-7 diperoleh

σa =
σe
Kf(1−
σm
σu )= 95.000
1,98
( 1−25,400¿¿ ¿190.000 ) = 41,500 psi

Nilai untuk σ a ini akan menghasilkan umur tak terbatas pada poros
dengan lubang, bila beban rata-rata adalah 25,471 psi. Karena tegangan
berubah-ubah yang sebenarnya besar dari nilai ini, poros akan patah
sesudah ± 105 siklus, sesuai dengan perkiraan berdasarkan diagram
diatas.

13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai