Tujuan:
• Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian bauksit
Pengertian bauksit
Bauksit adalah biji utama pembentuk aluminium, di mana bauksit terdiri dari campuran antara
alumunium hidroksida dan alumunium oksida. barang tambang campuran yang menjadi bahan
dasar alumunium. Bauksit berwarna putih kekuning-kuningan, merah, maupun cokelat, (bila
bercampur besi), bersifat mudah larut dalam air, dan tidak mudah terbakar. Bijih bauksit diolah
menjadi alumina dan diolah lagi menjadi alumunium. Penghasil bauksit di Indonesia adalah
wilayah Kepualauan Riau, Pulau Bangk Belitung, dan Kalimantan Barat.
Bauksit
Proses Bayer
Aluminia
Profil Ekstruksi
Proses Pembuatan Aluminium
1. Proses Bayer
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor
terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita
memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.
Atau dengan cara dialirkan CO2 ke dalam larutan tersebut sehingga ion aluminat akan
diendapkan sebagai Al(OH)3.
AlO2- (aq) + CO2 (g) Al(OH)3 (s)
11.) Endapan kristal atau Al(OH)3 (s) (mengendap di bagian bawah tangki) sedangkan SiO32-
tetap larut.
12.) Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil.
13.) Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk dilakukan
proses kalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang secara kimiawi terikat pada
molekul alumina). Suhu 2.000 ° F (1.100 ° C) akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga
hanya tinggal Kristal alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan
melewati pendingin.
14.) Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum).
Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi
untuk menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran
tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak sebagai
suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan
alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan
CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas pot
sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus
kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat
diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju
kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau
lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per
tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang
nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium.
1.) Di dalam pot reduksi (sel elektrolisis), kristal alumina dilarutkan dalam pelarut lelehan kriolit
(Na3AlF6) cair dan CaF2 pada suhu 1.760-1.780 ° F (960-970 ° C) untuk membentuk suatu
larutan elektrolit yang akan menghantarkan listrik dari batang karbon (Katoda) menuju Lapisan-
Karbon (Anoda).
2.) Sebuah arus searah (5-10 volt dan 100.000-230.000 ampere) dilewatkan melalui larutan. Reaksi
yang dihasilkan akan memecah ikatan antara aluminium dan atom oksigen dalam molekul
alumina. Oksigen yang dilepaskan tertarik ke batang karbon, di mana ia membentuk karbon
dioksida. Atom-atom aluminium dibebaskan dan mengendap di bagian bawah pot sebagai logam
cair.
3.) Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan kriolit untuk
menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik konstan tetap dialirkan. Panas yang
berasal dari aliran listrik menjaga agar isi pot tetap berada pada keadaan cair.
4.) Lelehan aluminium murni terkumpul dibawah pot.
5.) Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan dan kemudian
dituangkan ke dalam cetakan sebagai batangan atau lempengan.
6.) Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan dengan air, yang
menyebabkan aliminium menjadi padat.
7.) Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai dengan kebutuhan.
Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium diproduksi secara massal dan murah.