Anda di halaman 1dari 10

Ke 1 http://yarayaa.blogspot.co.id/2013/05/proses-pembuatan-aluminium.

html

Proses Pembuatan Aluminium

Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap:


1.) Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida
(alumina), dan
2.) Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan
aluminium murni.

1. Proses Bayer
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor terutama
Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan
sifat amfoter dari Al2O3.

Tahapan dalam Proses Bayer:


1.) Pertama, bijih bauksit diambil dari tambang.
2.) Lalu, bijih bauksit tersebut dihancurkan atau dihaluskan secara mekanik.
3.) Impurities (pengotor) dihilangkan dengan cara memanaskan serbuk bauksit dalam udara sehingga
logam-logam lain teroksidasi. Misalnya besi teroksidasi menjadi Fe2O3.
4.) Kemudian, serbuk bijih yang telah dipanaskan direaksikan dengan soda kaustik atau larutan Natrium
hidroksida (NaOH) pekat dan diproses di pabrik penggilingan untuk menghasilkan lumpur
(suspensi berair) yang mengandung partikel-partikel bijih yang sangat halus.
5.) Suspensi berair tadi dipompa ke digester, yaitu sebuah tangki yang berfungsi seperti panci presto.
Larutan ini diproses pada suhu dan tekanan yang tinggi untuk melarutkan alumina dalam bijih.
Larutan dipanaskan sampai 230-520 ° F (110-270 ° C) dan dengan tekanan 50 lb / dalam 2 (340
kPa). Kondisi ini, dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga beberapa jam. Pada
prosesnya penambahan NaOH dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium
yang terkandung terlarut. Proses ini akan memisahkan bijih dari kotoran yang tidak larut seperti
senyawa silika, besi dan titanium.
6.) Larutan panas dilewatkan melalui serangkaian tangki.
7.) Larutan kemudian dipompa ke dalam tangki pengendapan.
2- -
Larutan SiO3 dan[Al(OH)4] akan ditampung.
Ketika suspensi berair berada di dalam tangki ini, pengotor yang tidak larut dalam NaOH akan
mengendap di bagian bawah tangki. Residu (disebut "red mud" atau “lumpur merah”) yang
terakumulasi di dasar tangki terdiri dari pasir halus, oksida besi, dan oksida dari unsur lain seperti
titanium.
Al2O3 dan SiO2 akan larut, sedangkan Fe2O3 dan pengotor lainnya tidak
larut (mengendap).

Al2O3 (s) + 2OH- (aq) + 3H2O 2Al(OH)4- (aq)


SiO2 (s) + 2OH- (aq) SiO32- (aq) + H2O
8.) Setelah pengotor telah diendapkan, masih ada larutan yang tersisa (filtrat) yang kemudian dipompa
melalui serangkaian filter (penyaring). Setiap partikel-partikel halus dari pengotor yang masih ada
dalam larutan juga akan tersaring.
9.) Larutan yang telah disaring akan dipompa melalui serangkaian tangki pengendapan.
10.) Larutan itu kemudian direaksikan dengan asam encer, yaitu larutan HCl. Ion silikat tetap larut,
sedangkan ion aluminat akan diendapkan sebagai Al(OH)3.
AlO2- (aq) + H+ (aq) Al(OH)3 (s)

Atau dengan cara dialirkan CO2 ke dalam larutan tersebut sehingga ion aluminat akan diendapkan
sebagai Al(OH)3.
AlO2- (aq) + CO2 (g) Al(OH)3 (s)
11.) Endapan kristal atau Al(OH)3 (s) (mengendap di bagian bawah tangki) sedangkan SiO32- tetap
larut.
12.) Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil.
13.) Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk dilakukan
proseskalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang secara kimiawi terikat pada
molekul alumina). Suhu 2.000 ° F (1.100 ° C) akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga
hanya tinggal Kristal alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan
melewati pendingin.
14.) Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum).
2Al(OH)3 (s) Al2O3 (s) + 3H2O (g)

2. Proses Hall-Heroult

Setelah diperoleh Al2O3murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
Pada elektrolisis ini Al2O3dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi
untuk menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran
tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)

Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e−


Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)

Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak sebagai
suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina
dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam
pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda.
Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V
antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai
keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju
kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau
lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per
tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang
nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium.
Tahapan proses Hall-Heroult adalah sebagai berikut:
1.) Di dalam pot reduksi (sel elektrolisis), kristal alumina dilarutkan dalam pelarut lelehan kriolit
(Na3AlF6) cair dan CaF2 pada suhu 1.760-1.780 ° F (960-970 ° C) untuk membentuk suatu larutan
elektrolit yang akan menghantarkan listrik dari batang karbon (Katoda) menuju Lapisan-Karbon
(Anoda).
2.) Sebuah arus searah (5-10 volt dan 100.000-230.000 ampere) dilewatkan melalui larutan. Reaksi
yang dihasilkan akan memecah ikatan antara aluminium dan atom oksigen dalam molekul alumina.
Oksigen yang dilepaskan tertarik ke batang karbon, di mana ia membentuk karbon dioksida. Atom-
atom aluminium dibebaskan dan mengendap di bagian bawah pot sebagai logam cair.
3.) Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan kriolit untuk
menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik konstan tetap dialirkan. Panas yang
berasal dari aliran listrik menjaga agar isi pot tetap berada pada keadaan cair.
4.) Lelehan aluminium murni terkumpul dibawah pot.
5.) Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan dan kemudian dituangkan
ke dalam cetakan sebagai batangan atau lempengan.
6.) Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan dengan air, yang
menyebabkan aliminium menjadi padat.
7.) Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai dengan kebutuhan.
Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium diproduksi secara massal dan murah.

Ke 2 https://trihastacorp.wordpress.com/2014/06/23/proses-pembuatan-
alumunium/
 Proses Bayer terdiri dari 3 tahap yaitu ekstraksi, presipitasi, dan kalsinasi.
1. Tahap ekstraksi

Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses Bayer.
Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam autoclaves, tubular
reactor, dan steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada temperatur 140 oC dan
tekanan 34 atm. Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam natrium
hidroksida dan menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

Al(OH)3 + NaOH → NaAlO2 + 2 H2O


AlO(OH) + NaOH → NaAlO2 + H2O
Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat – zat lain seperti
silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium hidroksida. Larutan
natrium aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan green liquor, sedangkan zat –
zat yang tidak larut di dalam natrium hidroksida seperti silika, oksida besi, titanium oksida
(TiO2), kaolin (H4Al2Si2O9), dan oksida logam lain membentuk red mud. Natrium
aluminat yang terbentuk didinginkan hingga 50 – 85 oC dalam flash tank.

Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada proses ekstraksi yaitu :

A. Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit, seperti kaolin,
dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut. Pada temperatur
digestion, natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat yang tidak larut.

Reaksi yang terjadi adalah :

5 Al2Si2O5(OH)4 + 2 Al(OH)3 + 12 NaOH → 2 Na6Al6Si5O17(OH)10 + 10 H2O


Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal unutk mendapatkan
produk yang murni.

B. Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan presipitasi kalsium
karbonat. Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam proses Bayer. Reaksi yang
terjadi adalah :

Na2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2 NaOH


Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat – zat organik oleh
natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena udara luar.

2. Tahap pemisahan

Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat dengan red
mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud. Red mud
ditambahkan flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian dipindahkan dengan
menggunakan thickener yang berdiameter besar. Partikel – partikel padat yang
terkandung dalam red mud dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang
masih terdapat di dalam red mud didaur ulang dengan menggunakan counter current 18
decantation. Red mud ditambah dengan kapur (Ca(OH)2) untuk causticization supaya
terbentuk natrium hidroksida dan kalsium karbonat.

Reaksi yang terjadi yaitu :

Na2CO3 + Ca(OH)2 → 2 NaOH + CaCO3


Natrium hidroksida ini dapat digunakan kembali pada proses awal.

3. Tahap presipitasi

Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3). Reaksi yang


terjadi pada tahap ini adalah :

NaAlO2 + 2 H2O → Al(OH)3 + NaOH


Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan
dengan cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi.
Ada 6 macam precipitating agents yang dapat digunakan di dalam proses ini antara lain
:

• Hidrogen peroksida (H2O2)

• Karbon dioksida (CO2)

• Amonium karbonat ((NH4)2CO3)

• Amonium hidrogen karbonat ((NH4)HCO3)

• Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2)

• Kristal aluminium hidroksida (Al(OH)3

4. Tahap kalsinasi

Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid – bed calciners pada
temperatur 1100 – 1500 oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi aluminium hidroksida
adalah alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
2 Al(OH)3 → Al2O3 + 3 H2O

Dari kedelapan proses pemisahan alumina dari spent catalyst, proses Bayer merupakan
proses yang paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer, proses – proses
yang lain tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan :

• Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak
diperlukan temperatur yang tinggi dalam proses digestion.

• Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang
dibutuhkan tidak terlalu besar.
Proses Bayer
 Proses Hall-Heroult
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult
adalah :

1. Aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis
grafit (berfungsi sebagai katode).
2. Elektrolisis dilakukan pada suhu 950 oC (digunakan batang grafit sebagai anode).
3. Setelah diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
4. Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) (berfungsi untuk menurunkan
titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3murni mencapai 2000 0C)),
5. Campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C.
6. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
7. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)

Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e−

Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)

Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
Proses Hall-Heroult
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak
sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses
ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan
elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian
batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah
pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya
proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti
dalam keperluan industri.

Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju
kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder
atau lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton
aluminium per tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan
2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium.

 Adapun sifat-sifat Aluminium antara lain sebagai berikut:


a) Ringan

Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak digunakan
dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b) Tahan terhadap korosi

Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh unsur-
unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di ruang angkasa atau
bahkan sampai ke dasar laut.

c) Kuat

Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan
untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi seperti: pesawat terbang,
kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.

d) Mudah dibentuk

Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung dengan


logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding,
sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.

e) Konduktor listrik

Aluminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan
dengan tembaga. Karena Aluminium tidak mahal dan ringan, maka Aluminium sangat
baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah (Surdia, T. 1992).

f) Konduktor panas

Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat pemindah panas
sehingga dapat memberikan penghematan energi.

g) Memantulkan sinar dan panas

Aluminium dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan pantul yang
tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat
pantul ini menjadikan Aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.

h) Non magnetik

Aluminium sangat baik untuk penggunaan pada peralatan elektronik, pemancar radio/TV
dan lain-lain. Dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif.

Sinonim Aluminium oksida


Rumus Molekul Al2O3

Berat Molekul 101,96

Deskripsi Berbentuk serbuk berwarna putih

Densitas 3,97 g /cm3

Kelarutan dalam air Tidak larut dalam air

Titik didih ~ 3000 °C

Titik leleh 2054 °C

Kapasitas panas 79,04 J / mol . K

ΔHfo solid – 1675,7 kJ / mol

Anda mungkin juga menyukai