MATERIAL TEKNIK
Non Ferrous Metal - Alumunium
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
PENDAHULUAN
Alumunium adalah sebuah unsur kimia yang memiliki warna keperakan dan mulur.
Aluminium adalah elemen yang paling berlimpah ketiga dari kerak bumi, di setelah oksigen
dan silikon. Karena tingginya afinitas Aluminium untuk berikatan dengan oksigen, tidak
ditemukan alumunium dengan keadaan murni, tetapi hanya dalam bentuk gabungan seperti
oksida atau silikat. Bahan utama untuk pembuatan aluminum ini adalah bijih bauksit yang
dapat bertahan dari oksidasi. Aluminium banyak digunakan di dalam industri karena dapat
menghasilkan berbagai macam benda yang penting bagi perekonomian dunia. Penggunaan
Aluminium ini menduduki urutan kedua setelah besi dan baja dan tertinggi pada logam bukan
besi untuk kehidupan industri.
Afinitas terhadap O2 paling tinggi (mudah terbentuk Al2O3 sebagai pelapis pencegah
korosi), tapi “tahan” korosi.
a) Ringan, memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak
digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b) Tahan terhadap korosi, sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang
dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di
ruang angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.
c) Kuat, aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain.
Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi seperti: pesawat
terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
d) Mudah dibentuk, proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung
dengan logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding,
sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.
e) Konduktor listrik, aluminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika
dibandingkan dengan tembaga. Karena Aluminium tidak mahal dan ringan, maka Aluminium
sangat baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah (Surdia, T. 1992).
f) Konduktor panas, sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat
pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan energi.
g) Memantulkan sinar dan panas, aluminium dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
kemampuan pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan pantul
sebuah cermin. Sifat pantul ini menjadikan Aluminium sangat baik untuk peralatan penahan
radiasi panas.
h) Non magnetic, aluminium sangat baik untuk penggunaan pada peralatan elektronik,
pemancar radio/TV dan lain-lain. Dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif.
BENTUK BIJIH
Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar
Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama
sekali.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.
Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau
Bangka, dan Pulau Kalimantan.
PROCESSING STEP
1. Mining.
2. Bayer Process.
BAYER PROCESS
1. Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses Bayer. Bauksit
dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam autoclaves, tubular reactor, dan
steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada temperatur 1400C dan tekanan 34 atm.
Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam natrium hidroksida dan
menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat – zat lain seperti
silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium hidroksida. Larutan
natrium aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan green liquor, sedangkan zat – zat
yang tidak larut di dalam natrium hidroksida seperti silika, oksida besi, titanium oksida
(TiO2), kaolin (H4Al2Si2O9), dan oksida logam lain membentuk red mud. Natrium aluminat
yang terbentuk didinginkan hingga 50 – 85oC dalam flash tank.
Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada proses ekstraksi yaitu :
A. Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit, seperti kaolin,
dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut. Pada temperatur digestion,
natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat yang tidak larut.
Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal untuk mendapatkan produk
yang murni.
B. Causticization of liquor
Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat – zat organik oleh
natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena udara luar.
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat dengan red mud.
Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud. Red mud ditambahkan
flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian dipindahkan dengan menggunakan
thickener yang berdiameter besar. Partikel – partikel padat yang terkandung dalam red mud
dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang masih terdapat di dalam red mud
didaur ulang dengan menggunakan counter current 18 decantation. Red mud ditambah
dengan kapur (Ca(OH)2) untuk causticization supaya terbentuk natrium hidroksida dan
kalsium karbonat.
2. Tahap presipitasi
Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan dengan
cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi. Ada 6
macam precipitating agents yang dapat digunakan di dalam proses ini antara lain :
3. Tahap kalsinasi
Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid – bed calciners pada
temperatur 1100 – 1500 oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi aluminium hidroksida
adalah alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
2 Al(OH)3 → Al2O3 + 3 H2O
Dari kedelapan proses pemisahan alumina dari spent catalyst, proses Bayer merupakan proses
yang paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer, proses – proses yang lain tidak
digunakan lagi. Hal ini disebabkan :
• Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak
diperlukan temperatur yang tinggi dalam proses digestion.
• Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang dibutuhkan
tidak terlalu besar.
HALL-HEROULT PROCESS
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses elektrolisis
menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult adalah :
1. Aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja
berlapis grafit (berfungsi sebagai katode).
2. Elektrolisis dilakukan pada suhu 950 oC (digunakan batang grafit sebagai anode).
3. Setelah diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
4. Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) (berfungsi untuk
menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C)),
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut
pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang
bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara
umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut
dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot
tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda.
Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus
kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus
listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Sebelum dibuat menjadi barang yang diinginkan, alumunium biasanya dipadu dengan logam
lain agar menghasilkan karakter material yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Body pesawat terbang ( Al-Cu / Duralumin )
Untuk membuat paduan yang tahan korosi tanpa perlakuan panas ( Al-Mn )
Kaleng minuman.
REFERENSI :
1. Callister, W. (2007). Materials Science and Engineering An Introduction 7th Edition. Canada:
John Wileys & Sons, Inc.
2. https://trihastacorp.wordpress.com/2014/06/23/proses-pembuatan-alumunium/