Anda di halaman 1dari 18

LOGO

BAHAN KONSTRUKSI
TEKNIK KIMIA (BKTK)
KODE MK : KIM037
SKS
:2
DOSEN :
IRFAN PURNAWAN, ST, MChemEng
081382331470

3276E8EA

Irfan Purnawan

irfanpurnawan

Aluminium & Al-Alloy

PENDAHULUAN
Aluminium (Al) di alam terdapat sebagai ikatan bersama
oksigen (alumina = Al2O3) atau silikat dan juga belerang di
dalam tambang, misalnya bauxite, feldspar, clay (tanah liat)
dan kaolin. Setelah diolah, aluminium disajikan dalam 4 tipe,
yaitu: duraluminium (alloy dengan Cu), Al-Clad dan juga
Dural-Clad
Sifat-sifat umum: logam putih, lunak, ringan (d=2,702 g/ml),
leleh pada T=660,1 oC, amat liat (ductile), mudah dibentuk
menjadi kawat/lembar tipis, elektropositif, bila kontak dengan
bahan lain mudah terkorosikan (berkarat) karena timbul
galvanic corrosion.
Beberapa rumus kimia bahan tambang yang dijumpai
diantaranya: bauxite (Al2O3.2H2O), clay/kaolin (x Al2O3 . y SiO2
. 2 H2O), dawsonite (Al2(CO3)3.Na2CO3. n H2O), anorthrocite
(Na, Ca) Al . (Si, Al) Si2O3 dan cryolite (Na3AlF6).

CARA PEMBUATAN
ALUMINIUM

Dimulai dari bauxite yang ditambang,


dicuci bersih, dihancurkan dan
dipisahkan dari kotoran secara flotasi.
Mula-mula biji bauxite dimasak dahulu
dengan NaOH sampai terbentuk Naaluminat (Na3AlO3), disaring dari kotoran
fisik dan diendapkan sebagai Al, Al(OH)3
dengan penambahan air.
Na3AlO3 + 3H2O H3AlO3 + 3NaOH
H3AlO3 Al(OH)3
Kemudian endapan Al(OH)3 dipanaskan
agar terurai, atau dikristalkan dalam
suasana asam. Proses pemanasan
membutuhkan tenaga listrik yang besar.
2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O

PROSES BAYER
Proses Bayer menghasilkan red mud atau red sludge (lumpur
merah) yang memiliki kandungan alumina tinggi. Dengan proses
ini, aluminium (oxy) hidroksida bisa diekstrak dari bauksit
menghasilkan alumina, yang pada akhirnya dapat dilebur dan
didapatkan aluminium.
Pada tahun 1888, Karl Josef Bayer (Kimiawan Austria)
mengembangkan dan mematenkan proses (1889) yang telah
menjadi landasan dari industri produksi aluminium di seluruh
dunia. Proses Bayer, kemudian menjadi secara global digunakan
untuk pemurnian bauksit menjadi alumina (aluminium oksida),
yang dapat dengan mudah dirubah menjadi aluminium. Biasanya,
tergantung pada kualitas bijih, antara 1,9 dan 3,6 ton bauksit
diperlukan untuk memproduksi 1 ton alumina.
Proses bayer juga membantu dalam mengurangi harga aluminium
secara signifikan.

PROSES BAYER
BAUKSIT
Merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral
dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa
mineral bohmit (Al2O3H2O) ,mineral gibbsite (Al2O3.3H2O) , dan
mineral diaspore (AlO(OH))
Tiga jenis mineral oksida aluminium yang terkandung dalam
bauksit:
1. Gibbsites (Al2O3H2O)
2. Bohmite (Al2O3.3H2O)
3. Diaspore (AlO(OH))

PROSES BAYER
Proses Bayer ???
Proses pemurnian alumina dari bauksit (bijih aluminium yang
mengandung 30-50% aluminium oksida terhidrasi) secara ekstraksi
selektif aluminium oksida murni yang dilarutkan dalam hidroksida
natrium
Tiga tahap reaksi dalam proses bayer
1. Pelarutan terhadap bauksit dengan NaOH
Al2O3.xH2O + 2NaOH 2NaAlO2 + (x+1) H2O
2. Reaksi proses dekomposisi
2NaAlO2 + 4H2O 2NaOH + Al2O3.3H2O
3. Reaksi kalsinasi menjadi alumina
Al2O3.3H2O Al2O3 + H2O

Proses Bayer adalah satu siklus dan sering disebut dengan siklus
Bayer. Siklus ini melibatkan empat langkah, yaitu: digestion,
clarification, precipitation, dan calcination

PROSES BAYER
BAUXITE
CRUSHING
WASHING
NaOH

NaOH Make up

DRYING
GRINDING
LEACHING
SETTLING

SAND

DILUTION
THICKENER

RED MUD

FILTRATION

RED MUD

PRECIPITATION
FILTRATION
RECYCLE

EVAPORATION
CENTRIFUGE

WASHING

CALCINATION
PURE Al2O3

PROSES BAYER
Aspek Termodinamika
Reaksi yang berlangsung pada saat LEACHING
Al(OH)3 + NaOH Na[Al(OH)4]
AlOOH + NaOH + H2O Na[Al(OH)4]
Kondisi dimana reaksi akan berlangsung berbeda-beda
tergantung pada jenis aluminium yang terkandung dalam
bauksit dengan penambahan NaOH
Ore

Temp oC Pressure, psi

Time, h NaOH (g/l)

Gibbsite

140

60

140

Bohmite

180

120

2-4

350-600

Diaspore

180

120

2-4

300-600

PROSES BAYER

PROSES BAYER
Langkah 1 - Mixing: Dihancurkan dan dicampur dengan
soda kaustik (NaOH), bauksit dipompa ke unit digester
(cerna).
Langkah 2 - Digestion: Pada temperature dan tekanan
tinggi, soda kaustik (NaOH) melarutkan Alumina, atau
Aluminium oksida dalam bauksit membentuk Sodium
aluminat.
Langkah 3 - Clarification: Saat Sodium aluminat berada
dalam larutan, oksida besi dan kotoran padat lainnya turun
ke bagian bawah tangki pengendapan, berbentuk seperti
lumpur merah, kemudian dipompa ke kolam pembuangan.

PROSES BAYER
Langkah 4 Precipitation: Setelah Sodium aluminat
didinginkan, kemudian diendapkan membentuk kristal
Aluminium Hidroksida dan didiamkan (ageing). Proses
ageing membentuk kristal yang lebih besar, yang secara
bertahap terbentuk dalam larutan.
Langkah 5 - Calcination: Kristal Aluminium Hidroksida
dibakar pada suhu lebih dari 1000 oC untuk menghilangkan
air. Terbentuk serbuk putih halus, Aluminat (Al2O3), yang
kemudian dikirim ke unit smelter dan pemurnian.

PROSES BAYER
Pemurnian selanjutnya
Al2O3 direduksi dengan C-elektrode dalam alat khusus
(Bayer/Sodenberg cell/Sumitomo Al-cell), memakai katalisator
berupa cryolite pada suhu lebih dari 1000 oC. Dengan Bayer
Furnace ini maksimal dapat diperoleh 99,5% Al (teknis murni)
Untuk memperoleh Al murni secara laboratorium, dilakukan
elektrolisis. Untuk elektrolisis perlu disediakan tenaga listrik yang
besar sekali, jauh lebih besar daripada listrik untuk proses dalam
Bayer Furnace tersebut. Dibutuhkan arus searah untuk
melelehkan Al. Digunakan cryolite untu menurunkan titik leleh Al
dari T 2000 oC hingga T 1000 oC. Selain itu, cryolite berfungsi
juga sebagai pelarut.

PENGGUNAAN ALUMINIUM
Dalam penggunaannya tersedia Al teknis murni, Al-Clad,
Duraluminium maupun Dural-Clad. Duralumin banyak digunakan
untuk konstruksi pesawat, untuk vessel/tanki maupun alat-alat
industry yang memerlukan kekuatan. Sedangkan Al murni banyak
dijumpai di alat-alat rumah tangga (panci, rantang, ceret, wajan, dll).
Sifat-sifat fisik duralumin: kekuatan (tensile strength) cukup besar,
ringan, lebih tahan karat, daya hantar panas cukup bagus, daya
hantar listrik cukup bagus, namun agak susah dilas dan dapat
dikeraskan/dilunakkan dengan solution heat treatment.
Duralumin merupakan paduan Al (lebih dari 90%) dengan Cu
(kurang dari 10%). Dalam perkembangannya, dibuat bermacammacam alloy Al dengan logam lain selain Cu, dan oleh Asosiasi
Alumunium Amerika, diberikan sistem kode/penomoran, berlaku
untuk Wrought Al (tempa) dan Dural.

PENOMORAN KODE
AA - 1xxx = Al murni, 99,00%
AA - 2xxx = Al-alloy dengan bahan Cu sebagai alloying element dominan
AA - 3xxx = Al-alloy dengan bahan Mn sebagai alloying element dominan
AA - 4xxx = Al-alloy dengan bahan Si sebagai alloying element dominan
AA - 5xxx = Al-alloy dengan bahan Mg sebagai alloying element dominan
AA - 6xxx = Al-alloy dengan bahan (Mg + Si) sebagai alloying element
dominan
AA - 7xxx = Al-alloy dengan bahan Zn sebagai alloying element dominan
AA - 8xxx = Al-alloy dengan bahan lain sebagai alloying element dominan

PENOMORAN KODE
Biasanya dalam penyediaan bahan Dural, diberi tanda di belakang kode
bahan yang bermakna khusus, yakni kondisi setelah Heat Treatment (HT)
atau dalam keadaan tidak diolah dengan panas.
Penjelasan:
- F = as fabricated (tinggal dibubut, tanpa perlu dilunakkan/temper)
- O = annealed (telah dilunakkan)
- H = strain hardened (hanya untuk Al-tempa), diikuti 1-2 angka
sebagai penjelasan
H1 : Strain hardened without thermal treatment
H2 : Strain hardened and partially annealed
H3 : Strain hardened and stabilized by low temperature
heating
Second digit : A second digit denotes the degree of hardness
HX2 = 1/4 hard
HX4 = 1/2 hard
HX6 = 3/4 hard
HX8 = full hard

PENOMORAN KODE
- W = solution HT (keadaan belum stabil, perlu pengolahan panas plus
waktu ageing-nya)
- T = memerlukan pemanasan (selain F, O atau H) agar temper,
khususnya barang yang mengalami solution HT, untuk
menghasilkan barang dengan kondisi stabil, dengan atau tanpa
strain hardening.
- T1 : dilunakkan dari suhu proses yang tinggi sekali, dilakukan
natural ageing (pada suhu kamar)
- T2 :
dilunakkan dari suhu proses yang tinggi sekali,
dikerjakan
dingin, dilakukan natural ageing untuk mencapai kondisi
stabil
- T3 : telah dikeraskan, lalu dikerjakan suhu dingin, natural
ageing sampai kondisi stabil tercapai
- T4 :
telah dikeraskan, ageing alamiah (natural ageing)
stabil
- T5 : didinginkan dari suhu amat tinggi, artificial ageing
menambah kekuatan

PENOMORAN KODE

T6 : mengalami solution HT dan artificial ageing


T7 : mengalami solution HT, distabilkan alamiah
T8 : mengalami solution HT, dikerjakan dingin, baru artificial ageing
T9 : mengalami solution HT, artificial ageing baru dikerjakan dingin
T10 : tanpa HT, mengalami artificial ageing dan pengerjaan dingin

Contoh :
AA-5052-H34 : Mg elemen dominan, tanpa modifikasi/spesial kontrol
terhadap impuritas tertentu, mengalami strain hardening
sampai tingkat ke-4, lalu distabilkan di suhu ruangan.
AA-2024-W (0,5 hr) : memerlukan ageing setengah jam (setelah solution
HT)
AA-7075-W (2 mo) : memerlukan ageing 2 bulan (setelah solution HT)
biasanya dalam kondisi 0 oC agar rekristalisasi
berjalan pelan dan sempurna. Proses kristalisasi
antara 272 jam, tapi umumnya 72 jam.

LOGO

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai