Disusun Oleh:
Nama
Fakultas
: Teknik Mesin
Kelas
: 5A
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas karunia rahmat dan hidayahmu, sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas merencana mesin ini. Dimana laporan ini
merupakan pra syarat untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik Uniska ( Universitas
Islam Kalimantan Muhhamad Arsyad Al-Banjary) Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa uraian laporan tugas merencana mesin ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini disebabkan ketrbatasan kemmampuan yang penulis miliki. Oleh karena
itukritik yang bersifat perbaikan dan penyempurnaan akan diterima dengan senang hati oleh
penulis.
Pada kesempatan yg berbahagia ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebebsar-besarnya kepada:
1. Bapak M. Irfansyah.ST.,MT. selaku dosen pembimbing.
2. Ayah dan bunda, saudaraku, serta teman-temanku, yang selalu membantu dan memberikan
dukungan motivasi dan inspirasi dalam mengerjakan tugas ini.
Banjarmasin, Januari 2017
Penulis
AGUNG BIJAKSANA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memilki lahan sawit terbesar di dunia sekaligus
menempati peringkat teratas negara penghasil komoditas sawit terbanyak di dunia (Deptan
RI, 2009). Menurut data Oil World Annual (2009-2010), Indonesia menghasilkan rata-rata
3.6 ton minyak CPO dalam setiap hektare-nya. Hal itu berarti 24% hasil komoditas kelapa
sawit dunia adalah milik Indonesia. Namun, selain menghasilkan CPO, sekitar 72 industri
kelapa sawit yang tergabung dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO ) juga
menghasilkan limbah yang cukup banyak dan menempati peringkat utama pencemaran
lingkungan di Indonesia, seperti melakukan penimbunan sungai di berbagai daerah.
Menurut Harri Hartanto, Ketua Bidang Tenaga Kerja, Advokasi dan Publikasi RSPO,
pencemaran yang dilakukan oleh industri-industri pengolah kelapa sawit sangatlah
berbahaya karena limbah tersebut dapat mencemari udara dan air. Selain itu, hanya sedikit
limbah dari industri-industri kelapa sawit yang telah diolah menjadi material yang
memiliki nilai tambah, seperti fiber kelapa sawit yang dapat diolah menjadi bahan bakar
uap dan cangkang sawit kering dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti batubara.
organik yang diolah dengan mesin ini memiliki banyak kelebihan tersendiri dan juga nilai
tukarnya lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain itu dengan adanya
kegiatan ini,mahasiswa bisa mengasah tingkat kreatifitasnya dengan merencana mesin
pencacah janjang sawit dan juga kita bisa mngurangi limbah padat yang mencemari
lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara merencana konstruksi mesin pencacah beserta rumus perhitungan dan
gambarnya?
2. Bagaimana sistem kerja mesin pencacah janjang kelapa sawit?
3. Apa saja jenis bahan untuk merencana mesin pencacah janjang kelapa sawit?
1.3.
Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas, maka pembahasan dibatasi pada bagaimana cara
merencana mesin beserta rumus dan gambarnya, system kerja mesin pencacah janjang
sawit, dan apa saja jenis bahan yang digunakan untuk merencana mesin.
1.4.
Mengolah janjang kelapa sawit menjadi pupuk organik dengan mesin pencacah.
Meningkatkan hasil bercocok tanam para petani dengan kualitas lebih baik.
Meningkatnya kretifitas mahasiswa dengan merencan mesin pencacah janjang kelapa
sawit.
3
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Harsokoesoemo (1999), perancangan adalah kegiatan awal dari usaha
merealisasikan suatu produk yang keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat untuk
meringankan hidupnya, perancangan itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan.
Oleh karena itu, perancangan disebut sebagai proses perancangan yang mencakup seluruh
kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan tersebut.
Alasan memilih desain mesin pencacah janjang kelapa sawit, disebabkan oleh banyak
hal. Pertama, sawit merupakan komoditas utama perkebunan di Indonesia sehingga banyak pula
terdapat limbah janjang kelapa sawit di Indonesia. Kedua, limbah janjang kelapa sawit akan
bersifat polutan atau pencemar lingkungan apabila terus menerus menumpuk tanpa ada proses
penyusutan volume. Ketiga, janjang kelapa sawit yang diolah dengan baik dapat digunakan
sebagai alternatif sebagai pupuk organik.
Desain fungsional dari mesin pencacah janjang kelapa sawit adalah sebagai berikut; Atap
bangunan dan dinding alat terbuat dari bahan logam yang tidak berkarat (seperti Stainless Stell
atau Baja Campuran) yang berfungsi sebagai penyekat sehingga potongan janjang yang masuk
tidak keluar dari proses pencacahan. Bagian pencacah dilengkapi dengan 45 buah pisau dari
bahan stainless stell masing-masing pisau terdiri dari dua mata pisau dan dipasang dengan
kemiringan sudut 100 dari poros putaran mesin.
Model pisau miring tersebut dapat memperkecil gesekan yang terjadi antara permukaan
pisau dengan janjang yang akan dicacah, serta dapat memberikan efek hembusan untuk
mendorong cacahan janjang ke arah lubang pengeluaran. Namun, kondisi pemotongan yang
terbaik adalah saat bahan dalam keaadan cukup kering. (Swastawa, dkk. 2003)
5
Desain mesin pencacah dapat menghacurkan janjang kelapa sawit dengan memanfaatkan
putaran pisau. Selain itu, desain pisau diolah menjadi 45 buah untuk mempermudah memotong
janjang kelapa sawit yang berstruktur keras. Ukuran partikel merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi proses pencacahan. Semakin kecil ukuran janjang, maka proses penguraian dapat
berlangsung lebih cepat.
karena
kekuatan untuk besi dengan kandungan karbon yang tinggi menjamin kekuatan dari
besi tersebut lebih tinggi disbanding dengan besi jenis lain, hal ini dikarenakan untuk
bagian konstruksi menerima gaya yang besar dari mesin atau alat pada saat bekerja
Sehingga
keamanannya. Selain berdasarkan jenis bahan pada konstruksi rangka juga perlu
diperhitungkan penampang jenis besi yang akan digunakan serta ketebalannya.
Pada alat ini menggunakan plat besi baja dengan penampang L dengan jenis S35C
dengan ketebalan 4 mm Karen plat besi baja jenis ini mempunyai kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan plat besi baja biasa dengan penampang lurus dan besi baja
jenis S35C dalam proses pengerjaannya lebih mudah untuk dibentuk menjadi rangka.
Lambang
Perlakuan panas
Baja karbon
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
konstruksi mesin
(JIS G 4501)
S35C-D
S45C-D
S55C-D
Kekuatan tarik
(kg/mm2)
48
52
55
58
62
66
63
60
72
keterangan
Ditarik dingin,
digrinda, dibubut
atau gabungan
antara hal-hal
tersebut.
Tabel 2. 1 table utnuk kekuatan tarik dari berbagai macam jenis besi baja untuk konstruksi.
(sumber; Sularso dan Suga , dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, tahun
1978, hal 3)
Pada konstruksi mesin kebanyakan sambungannya dasatukan dengan cara dilas
dengan menggunakan las listrik dengan elektroda terbungkus. Hal ini dikarenakan lebih
efesien
tidak terlalu besar sehingga tidak memerlukan pengelasan gas. Pada teknik pengelasan
kekuatan pengelasan dengan menggunakan las gas lebih kuat di karenakan pad alas gas
suhu selama proses pengelasan lebih tinggi disbanding dengan menggunakan las listrik
yang mengakibatkan logam induk dan logam lasan (elektroda) Dapat mencair secara
sempurna sehingga terbentuk ikatan logam yang lebih baik. Persamaan kekuatan tarik
pad alas adalah:
Tegangan:
F
Ao
(kg/mm2)
Bagian silinder (poros) dan mata pisau pencacah janjang kelapa sawit
Bagian utama dari mesin pencacah janjang kelapa sawit ini adalah silinder
(poros) dengan permukaan yang terdapat mata pisau untuk mencacah janjang kelapa
sawit. Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Untuk
merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan,misalnya kekuatan
poros. Kelelahan, tumbukan, atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Kecepatan putaran
8
poros akan berpengaruh terhadap hasil. Semakin cepat atau tinggi putaran poros, maka
presentase bahan yang akan terpotong juga akan semakin besar. Hal ini telah
diujicobakan pada alat pemotong rumput (Suastawa,dkk,2003).
Sehingga dalam
pengolahan mesin ini batang poros yang digunakan memiliki diameter 60 mm dan
panjang 950 mm.
BATANG
POROS
PISAU
babatnya lebih kuat. Ketebalan pisau dalam desain mesin ini adalah 5 mm dengan sudut
kelancipan 100. Selain itu sudut kemiringan pemasangan dengan batang poros adalah
100. Hal tersebut diharapakan dalam desain ini dapat mencacah dengan minimialisasi
terjadi gesekan antar janjang dan pisau. Desain dengan kemiringan dapat membuat
janjang terbawa keluar.
Prinsip kerja dari silinder (poros) ini adalah pada saat janjang kelapa sawit
dimasukan kedalam mesin ini akan cacah (dihancurkan) oleh poros pencacah yang
berputar yang digerakan oleh motor bakar yang dihubungkan melalui seperangkat puli
dan sabuk - v, agar diperoleh kekuatan yang cukup besar untuk dapat mencacah janjang
kelapa sawit.
A. Jenis poros
Poros merupakan bagian terpenting dari suatu alat yang pada prinsip kerjanya
mengandalkan transmisi daya dan transmisi putaran dari suatu bagian sisinya
kebagian sisi lainnya. Poro terdiri dari beberapa jenis antara lain:
1. Poros tranmisi
Poros macam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditranmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk
atau sprocket rantai dan lain-lainnya.
2. Spindle
Poros tranmisi yang relatife pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel, syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti dipasang diantara roda-roda kreta barang, diman tidak
mendapatkan beban punter, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,
10
disebut gandar. Gandar hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban punter juga.
Suatu poros tranmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau
gabungan antaran punter dan lentur seperti disebutkan diatas. Juga ada poros
yang mendapatkan beban tarik seperti poros baling-baling kapal atau turbin.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh kosentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak,
harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat
untuk menahan beban-beban diatas.
Standar dan macam
Lambang
Perlakuan panas
SNC 2
SNC 3
SNC 21
SNC 22
SNCM 1
SNCM 2
SNCM 7
SNCM 8
SNCM 22
SNCM 23
SNCM 25
SCr 3
SCr 4
SCr 5
SCr 21
SCr 22
SCM 2
SCM 3
SCM 4
SCM 5
SCM 21
SCM 22
SCM 23
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan Kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Pengerasan kulit
Baja khrom
(JIS G 4104)
Baja khrom
molibden
(JIS G 4105)
Kekuatan tarik
(kg/mm2)
85
95
80
100
85
95
100
205
90
100
120
90
95
100
80
85
85
95
100
105
85
95
100
Tabel 2. 2 table untuk berbagai jenis poros beserta perbandingan kekuatan tariknya.
11
( sumber: Sularso dan Suga, dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin, tahun
1978, hal 3)
Dimana:
12
3. Putaran kritis
Poros hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya
lebih dari putaran kritis.
4. Bahan poros
Bahan poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis, baja karbon konstruksi umum. Bahan poros yang digunakan
dalam pembuatan meesin pencacah janjang kelapa sawit ini adalah baja karbon
konstruksi mesin SC42 dengan kekuatan tarik 42 kg/mm2
Lambang
Batas mulur
(kg/mm2)
Kekuatan tarik
(kg/mm2)
Keterangan
SC 37
SC 42
SC 46
SC 49
18
21
23
25
37
42
46
49
yang membelit pada pulley ini akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesek juga akan bertambah besar Karena
bentuk baji (bentuk penampang V) yang akan menghasilkan tranmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan keunggulan tipikal dari sabuk
bentuk V disbanding dengan sabuk jenis rata. Tetapi untuk pemakaian yang lebih
optimal dalam mentranmisikan daya dan putaran digunakan sabuk gigi (sabuk dengan
alaur gigi pada bagian sisi dalamnya). Pada sabuk ini tidak terjadi selip karena pulley
dan sabuk berbentuk gigi yang saling terkait, yang mengakibatkan rasio pemindah
daya dari pulley kesabuk menjadi berimbang (1=1)
Penampang
Diameter nominal
sabuk V
(diameter lingkaran
() W
Lo
KO
9,2
4,5
8.0
15,0
10,0
12,5
5,5
9,5
19,0
12,5
16,9
7,0
12,0
25,5
17,0
24,6
9,5
15,5
37,0
24,0
28,7
12,7
19,3
44,5
29,0
jarak ds)
A
B
C
D
E
70 - 100
101- 125
126 atau lebih
125 160
161 200
316 atau lebih
200 250
251 315
316 atau lebih
435 450
451 atau lebih
500 630
631 atau lebih
34
36
38
34
36
38
34
36
38
36
38
36
38
11,95
12,12
12,30
15,86
16,07
16,29
21,18
21,45
21,72
30,77
31,14
36,95
37,45
14
Untuk
PULLEY
2.1.1.5.
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran
atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman. Panjang umur
bantalan harus cukup kokoh untuk memungkan poros serta elemen elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.
Dalam perencanaan alat yang menggunakan bantalan perlu diperhitungkan beban
dan umur bantalan. Umumnya pada bantalan terjadi pembebanan ekivalen dinamis
15
yaitu suatu beban yang sedemikian rupa sehingga memberikan umur yang sama
dengan yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran yang sebenarnya
Dibawah ini adalah rumus untuk menghitung beban ekivalen dinamis untuk bantalan
gelinding yang umum dipakai:
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder)
Pr = XVFr + YFo
Untuk bantalan aksial
P = XFr + YFo
Dimana :
Pr = beban ekivalen untuk bantalan radial (kg)
P = beban ekivalen untuk bantalan aksial (kg)
X = factor beban radial
Y = factor beban aksial
Fr = beban radial (kg)
Yo = beban aksial (kg)
Faktor V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin dalam yang berputar,
dan 1,2 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga X dan Y terdapat
pada table dibawah ini:
16
17
Bantalan
BANTALAN
18
keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya
dorong akhir.
4
5
6
Badan Mesin
Pulley
Batang Poros
kualitas anti karat, hal tersebut disebabkan oleh janjang sawit merupakan bahan yang
memiliki kelembaban yang besar.
Dalam desain corong pengeluaran dibuat dengan kemiringan 300 dari garis
normal. Hal tersebut diharapakan agar mesin dapat langsung mengeluarkan hasil
cacahan secara maksimal.
Komponen utama yang digunakan di dalam mesin pencacah janjang sawit
adalah corong pemasukan, corong pengeluaran, badan mesin, pisau, pulley, dan batang
poros.
(11) Pully dan V belt (12) Pisau dari bahan per (13) Baud baud, kawat las, batu gerinda
potong/poles, thiner dan cat. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain (1) Las
listrik (2) Gerinda (3) Mesin potong (4) Mesin Bor (5) Kompresor dan spray gun (6)
Peralatan bengkel lainnya. Alat pencacah tandan kosong kelapa sawit terdiri dari 9 bagian
pokok, yaitu (1) Hopper atas (2) Silinder pengepresan (3) Pisau gerak (4) Pisau diam (5)
Hopper bawah (6) Rangka atas (7) Rangka bawah (8) Sistem transmisi (9) Motor
penggerak. Dari hasil pengujian mesin didapatkan kapasitas yang tidak merata, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya: a) faktor manusia, berpengaruh di dalam
sistem pengumpanan tandan kosong, dimana tandan yang diumpankan tiap menit tidak
selalu sama. b) faktor tandan dimana jumlah tandan kosong yang dikeluarkan oleh pabrik
tidak selalu sama, seringkali terjadi kekosongan tandan sewaktu mesin pencacah
dioperasikan. c) faktor mesin, berpengaruh karena pada hopper pengeluaran seringkali
terjadi kemacetan maka kapasitas mesin menjadi kecil. Kata-kata kunci : Uji
Performansi, Alat Pencacah, proses pembuatan pupuk kompos
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sedang mengalami
transformasi menuju negara industri. Salah satu industri yang potensial dan telah
berkembang serta mempunyai peluang ekspor bagus adalah industri yang berbasiskan
pada hasil pertanian (agroindustri). Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) saat sekarang
menjadi komoditas yang sangat pesat perkembangannya dan menjadi komoditas
unggulan pada subsektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit telah diusahakan dalam
bentuk perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat.
21
Proporsi luas areal untuk masing masing perusahaan tersebut adalah pada PBN sebesar
50 %, PBS 22 % dan PR 28 % pada tahun 1987, sedangkan pada tahun 1998 terjadi
perubahan dengan meningkatnya proporsi untuk PR yaitu 33.5 %, PBN 48.5 % dan pada
PBS 18 %. Secara keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1987
sebesar 728.662 hektar dan meningkat menjadi 2.633.899 hektar pada tahun 1998 dengan
peningkatan rata rata 12,44 % per tahun. Tandan buah kosong merupakan salah satu
limbah terbesar yang dihasilkan dari industri pengolahan minyak kelapa sawit, dimana
jumlahnya mencapai 21 % dari tandan buah segar. Jumlah tandan buah kosong yang
dihasilkan seringkali melebihi kemampuan alam untuk mendekomposisikannya kembali
sehingga terjadilah penumpukan limbah dalam jumlah besar. Apabila penumpukan
limbah ini tidak ditangani secara optimal maka akan menjadi sumber pencemaran
lingkungan baik tanah, air maupun udara. Penanganan limbah untuk dikonversi menjadi
produk lain yang memiliki nilai tambah merupakan usaha usaha untuk kembali ke alam
(back to nature) atau pemanfaatan sumber daya alam agar lebih efisien. Disamping itu
juga dapat menumbuhkan/membuka lapangan usaha baru yang saat ini banyak
dibutuhkan untuk dapat menampung tenaga kerja sekaligus ikut membantu pemerintah
dalam rangka mengatasi masalah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan.
Di dalam mengatasi masalah besarnya volume tandan buah kosong kelapa sawit
dilakukan dengan cara pembakaran di dalam incinerator. Tetapi karena adanya larangan
pembakaran mendorong dilakukannya penggunaan teknologi alternatif yang lebih efisien
dan ramah lingkungan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan
membuatnya menjadi kompos yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai usaha
pertanian lainnya. Usaha mendaur ulang limbah tandan buah kosong kelapa sawit melalui
22
pengomposan ini diharapkan merupakan langkah yang tepat untuk menghasilkan pupuk
yang berpotensi tinggi dalam penggantian sebagian pupuk konvensional. Oleh sebab itu
maka penggunaan teknologi (mesin dan peralatan) sangat dibutuhkan untuk mempercepat
dan mempermudah penanganan serta meningkatkan mutu kompos yang dihasilkan.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk merancang, membuat dan menguji
alat pencacah tandan buah kosong kelapa sawit dalam proses pembuatan pupuk kompos
serta mengetahui teknik yang efisien dalam pencacahan tandan buah kosong kelapa sawit.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut:
- Pembuatan alat pencacah tandan kosong sawit
- Uji performansi alat
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah antara lain:
Bahan penelitian :
1. Motor listrik 20 HP 3 phasa 1 buah
23
siku 50 x 50
Pipa besi berdiameter 22 panjang 65 cm 3 buah
Roda gigi
Sproket dan rantai Pully dan V belt
Pisau dari bahan per
Baud baud, kawat las, batu gerinda potong/poles, thiner dan cat
dimana:
k = kapasitas mesin (ton/jam)
W = berat bahan yang akan dicacah
t = waktu yang dibutuhkan untuk pencacahan
5. Perhitungan Daya Motor
Kebutuhan daya motor dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P=Vx I
Dimana:
P = daya motor (Watt)
V = tegangan listrik (Volt)
I = arus listrik yang dihasilkan (Ampere)
6. Transmisi Daya
Penyaluran daya dari motor ke mesin dilakukan dengan menggunakan pully dan sabuk V.
Secara teoritis kecepatan putar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
n1D1 = n2D2
V=
x D xn
60 x 1000
dimana:
n1 = Kecepatan putar motor penggerak
n2 = Kecepatan putar pisau gerak
D1 = Diameter pully motor penggerak
25
2. Silinder Pengepresan
Berfungsi untuk mengumpankan tandan yang akan dicacah dan mengecilkan
ukuran dengan cara mengepres tandan kosong sehingga diharapkan pada proses
pencacahan beban yang dialami pisau tidak berat. Silinder ini berjumlah 2 buah dan
ditengahnya diberi poros 2 yang akan dihubungkan dengan sproket. Silinder terbuat
dari besi pipa berdiameter 22 cm dengan ketebalan 10 mm dan panjangnya 60 cm.
26
Kedua silinder pengepres putarannya berkebalikan arah dan dikedua ujungnya disangga
oleh phillow block. Fungsi putaran ini untuk menarik, mengepres dan mengarahkan
tandan kosong kelapa sawit menuju ke bagian proses pencacahan. Pada salah satu
silinder terdapat sepasang pegas yang berfungsi untuk mengatur pengepresan tandan
kosong. Jika tandan yang masuk berukuran besar maka pegas akan tandan tertekan
sehingga jarak antar silinder lebih lebar dan ketika tandan sudah melewati silinder maka
pegas akan kembali ke kedudukan semula.
3. Pisau Gerak
Berfungsi sebagai pisau utama yang akan menghancurkan tandan kosong. Pisau
ini terbuat dari plat per baja yang ditempa dengan ukuran 13 cm x 5 cm x 5 mm
sebanyak 4 x 21 buah. Dudukan pisau terbuat dari plat esser 8 mm berdiameter dalam
22 cm dan diameter luar 34 cm yang melekat pada sebuah silinder. Penempelan antara
dudukan pisau dengan silinder dilakukan dengan cara pengelasan menggunakan kawat
las LB 52 diameter 3.2 mm. Di dalam silinder terdapat poros 3 yang dikedua ujungnya
diperkecil menjadi 2.5 untuk meletakkan phillow block. Antara pisau dengan
dudukannya diperkuat dengan menggunakan sistem baut.
27
4. Pisau Diam
Berfungsi sebagai landasan untuk pemotongan. Dengan adanya pisau diam ini
memungkinkan bahan tertahan dan kemudian akan terpotong. Bentuk dan ukuran pisau
sama dengan ukuran pisau berputar. Hanya saja, dudukan untuk pisau ini terbuat dari as
besi berukuran 2 yang dikedua ujungnya diberi besi siku untuk menempelkan ke
rangka atas. Penggabungan antara as besi dudukan pisau diam dengan besi sikunya
menggunakan sistem las, sedangkan antara besi siku dan rangka atas menggunakan
sistem mur baut. Jarak antar pisau 3 cm.
28
29
3. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian mesin didapatkan kapasitas yang tidak merata, hal ini disebabkan
karena beberapa faktor, diantaranya :
a. Faktor manusia Faktor manusia berpengaruh di dalam sistem pengumpanan tandan
kosong, dimana tandan yang diumpankan tiap menit tidak selalu sama. Walaupun
setelah dari pabrik sudah dilakukan seleksi tandan kosong dengan menggunakan meja
sortir, tapi faktor manusia masih diperhitungkan untuk menyeleksi batu dan potongan
besi yang akan masuk ke mesin pencacah. Batu dan potongan besi yang terambil
selanjutnya dibuang. Faktor manusia sangat berfungsi dalam pengaturan tandan
kosong, karena seringkali tandan yang dihasilkan pabrik banyak dalam waktu
bersamaan. Terkadang manusia dalam mengumpankan tandan kosongnya sedikit dan
kadang kadang banyak tergantung pada nalurinya.
b. Faktor Tandan
30
Jumlah tandan kosong yang dikeluarkan oleh pabrik tidak selalu sama, seringkali
terjadi kekosongan tandan sewaktu mesin pencacah dioperasikan. Penyebab dari
ketidaksamaan jumlah tandan kosong yang dikeluarkan pabrik karena sebelum masuk
ke mesin pencacah dilakukan pemilihan tandan dengan menggunakan mesin/meja
sortasi. Meja ini akan bekerja berdasarkan ukuran tandan kosong, jika tandan
kosongnya besar akan menabrak blok penahan dan akan diarahkan menuju meja
penampungan. Sedangkan yang berukuran kecil akan jalan terus dan masuk ke mesin
pencacah. Hal ini juga mengurangi jumlah kapasitas mesin.
c. Faktor Mesin
Faktor mesin berpengaruh karena pada hopper pengeluaran seringkali terjadi
kemacetan maka kapasitas mesin menjadi kecil dan ketika sudah menumpuk akan
turun secara bersamaan sehingga menyebabkan kapasitasnya langsung naik.
Kemacetan juga terjadi karena penyumbatan yang ada di sela sela pisau berputar dan
juga pisau diam, yang mengakibatkan penumpukan diantara pisau diam dan
dudukannya. Penumpukan ini semakin lama akan mengeras sehingga nanti
pembersihannya sulit. Mesin lain yang berpengaruh pada ketidakstabilan kapasitas
pencacahan ini adalah konveyor yang membawa tandan dari meja sortasi ke mesin
pencacah. Hal ini dikarenakan antara konveyor dengan lantainya memiliki jarak yang
memungkinkan tandan berukuran kecil tidak akan terbawa oleh konveyor, dan ketika
tandan berukuran besar melewati konveyor akan membawa tandan kecil yang
sebelumnya masih tertinggal di lantai konveyor. Di antara mesin pencacah dan
konveyor terdapat luncuran tandan dan juga diantara meja sortasi dan konveyor juga
ada luncuran tandan. Pada luncuran tandan ini seringkali terjadi kemacetan. Banyak
31
hal yang menyebabkan kemacetan ini, yaitu lantai luncur yang memiliki kemiringan
kecil dan lantainya kurang licin.a
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Gaur, A.C. 1983. A Manual Of Rural Composting. FAO, Rome. [2]. Haug, R.T.
1980. Composting Engineering. An Arbor Science, Michigan. [3]. Hartley,
C.W.S.1967. The Oil Palm. Longman Group Limited, London. [4]. Indriani, Y.H.
1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta [5]. Kume, T., S.
Matsuhashi, S. Hashimoto, M.R. Awang, H. Hamdani and H. Saitoh.1993. Resources
By [6]. Radiation Treatment Production of Animal Feed and Mushroom From Oil
Palm Wastes. Pergamon Press Ltd, London. [7]. Kirk, T.K., T. Hirughuci dan H.M.
Chang. 1980. Lignin Biodegradation : Chemical and Potential Application. LRC
Prees Inc.,Florida. [8]. Suhadi, H. , S.I. Nastiti dan B. Tajuddin. 1989. Biokonversi :
Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas, IPB , Bogor.
32
33
34