Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sering dijuluki pohon surga karena seluruh bagian tanaman
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Habitat paling dominan adalah kawasan pantai
hingga ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Oleh karenanya kelapa banyak
tumbuh sepanjang daerah pesisir dan daerah tropik.
Di Indonesia, kelapa adalah salah satu produk pertanian nasional dan telah
menjadi komoditi yang menyatu dan akrab dengan masyarakat Indonesia. Indonesia
sendiri merupakan Negara peringkat pertama penghasil kelapa dengan kontribusi
27% dari seluruh kelapa dunia dan 33% dari total produksi anggota Asia And Pacific
Coconut (APCC). Untuk itu Indonesia memiliki potensi cukup besar dalam
peningkatan produk sampingan dari kelapa.
Salah satu produk dari kelapa adalah santan kelapa yang merupakan hasil
perasan dari lapisan putih lembaga atau endosperm. Santan merupakan bahan baku
untuk berbagai jenis makanan dan pangan serta banyak ada juga dijadikan santan
sebagai bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Untuk memperoleh santan
kelapa rumah tangga , restoran dan industri rumahan masih banyak yang mengunakan
sistem pemerasan secara tradisional yaitu dengan pemerasan langsung kelapa yang
telah di parut dengan tangan, mengunakan alat yang di sebut dengan kacik, alat ini
dibuat dengan dari kayu yang cara kerjanya dengan meletakan kelapa parut di antara
dua penjepit dan penjepit itu ditekan maka santan akan keluar dan dan yang
mengunakan alat sistem dongkrak dengan meletakan kelapa parut pada tempat yang

telah di tentukan kemudian dipress oleh salah satu penjepit yang bergerak dengan
sistem dongkrak. Cara-cara tersebut tidak efisien, dan membutuhkan tenaga kerja
yang banyak.
Untuk meningkatnya kapasitas pemerasan dan guna memenuhi kebutuhan
akan santan kelapa yang besar, maka di kembangkannya mesin pemeras santan kelapa
dengan modifikasi pada bagian screw pemerasan guna memperoleh hasil yang lebih
baik. Diharapkan melalui mesin pemeras kelapa ini dapat meningkatkan kapasitas dan
efisiensi dalam mendapatkan santan kelapa.

1.2 Rumusan Masalah


1.Merencana bagian komponen pada mesin pemeras santan ?
2.Bagaimana cara kerja mesin pemeras santan ?
3.Apa saja kelebihan dan kerugian mesin pemeras santan ?
4.Bagaimana spesifikasi mesin pemeras santan ?

1.3.Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan masalah sebagai berikut.
1.Merencana mesin pemeras santan
2.Mengetahui komponen dan bagian pada mesin pemeras santan.
3.Mengetahui cara kerja mesin pemeras santan.
4.Mengetahui keuntungan mesin pemeras santan.

1.4.Batasan Masalah
Mesin Pemerasan Santan yang mengunakan stainless steel dan ulir (screw).
Sehingga diharapkan dapat menghemat waktu, SDM serta menambah produktivitas
dalam pemerasan santan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Poros dan Pasak
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari
setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dengan
putaran melalui elemen mesin ini yang berpenampang bulat dan
sangat penting dalam setiap transmisi.
Sebagai penerus daya, poros

diklasifikasikan

menurut

pembebanannya adalah sebagai berikut:


a. Poros transmisi
: Poros yang mentransmisikan daya melalui
kopling,
roda gigi, puli dan sabuk atau sproket rantai dll dimana beban yang
terjadi adalah beban puntir.
b. Spindel
: Poros transmisi yang relative pendek, seperti
poros
utama mesin perkakas dan beban utamanya berupa puntiran.
c. Gandar
: poros dengan keadaan diam dan berfungsi
sebagai
pendukung elemen mesin yang lain.

Gambar 1. Poros
Sumber: Jurnal, Perhitungan poros.
1. Untuk memulai perhitungan pada poros, terlebih dahulu ditentukan
daya rencana melalui persamaan sebagai berikut. (Literature. 5
halaman 7)
Pd = fc. P ............................(2.1)

Dimana:
Pd= Daya Rencana(kW)
fc= Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, f c
P = Daya yang ditransmisikan (kW)
Tabel

2.1.

Faktor-faktor

koreksi

daya

yang

akan

ditransmisikan, f c
Daya yang akan ditransmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan
Daya
maksimal
yang

fc
1,2 2,0
0,8 1,2
1.0 1,5

diperlukan
Daya normal
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994,
halaman. 7

2.

Poros ini sangat dipengaruhi dengan beban puntir, jadi momen


puntir yang terjadi pada poros tersebut sebesar. (Literature. 5
halaman 7)
T = 9,74 . 105

......................(2.2)

Dimana:
T = momen puntir (kg.mm)
n = putaran motor listrik (rpm)
3.

Bila momen puntir T(kg.mm) dibebani pada suatu diameter poros


ds(mm), maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah.
(Literature. 5 halaman 7)

.........................(2.3)
Dimana: a (kg/mm2)

4.

Untuk tegangan geser yang diizinkan a (kg/mm2) yaitu: (Literature.


5 halaman 8)
..........................(2.4)

Dimana:
= kekuatan tarik (kg/mm2)
= faktor keamanan bahan poros
-

Untuk SF sebesar 5,6


Untuk SC sebesar 6,0
= faktor kekasaran permukaan poros (1,3 sampai 3,0)

Tabel 2.2. Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang di finis
dingin untuk poros
Kekuatan Tarik
Standar
Lambang
Perlakuan Panas
(kg/mm2)
Baja karbon
S 30 C
Penormalan
48
kontruksi mesin

S 35 C

Penormalan

52

(JIS G 4501)

S 40 C

Penormalan

55

S 45 C

Penormalan

58

S 50 C

Penormalan

62

S 55 C
Penormalan
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994, halaman.

66

3
5.

Jadi, dapat diketahui besarnya diameter poros ds (mm) adalah:


(Literature. 5 halaman 8)
ds =

..........................(2.5)

Dimana:
kt = faktor keamanan terhadap beban tumbukan
cb = faktor keamanan terhadap beban lentur

Tabel 2.3. Diameter Poros


4

10
11

4,5

*11,2
12

*22,4
24
25
28
30
*31,5
32

*12,5
5

35
*35,5
14

40
42
45
48
50
55
56

100
(105)
110
*112
120
125
130
140
150

*224
240
250
260
280
300
*315
320
240
*355
360
380

400
420
440
450
460
480
500
530
560

*5,6
6
*6,3

(15)
16
(17)
18
19
20
22

38

7
*7,1
8

60
63

160
170
180
190
200
220

600
630

65
70
71
75
80
85
90
95

Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994,


halaman. 9
Tabel 2.4. Faktor keamanan terhadap beban tumbuk (kt)
Pembebanan
Beban dikenakan secara halus

kt
1,0

Beban sedikit tumbukan dan kejutan

1,0 1,5

Beban tumbukan dan kejutan besar


1,5 3,0
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994,
halaman. 8
Tabel 2.5. Faktor keamanan terhadap beban lentur (cb)
Pembebanan
Tanpa beban lentur

Cb
1,0

Dengan beban lentur


1,2 2,3
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994,
halaman. 8
6.

Bahan poros yang dipakai untuk putaran dengan beban berat,


umumnya terbuat dari baja padu dengan pengerasan kulit dan
tahan terhadap keausan.

Pada poros ini terdapat

pasak yang berfungsi untuk menetapkan elemen mesin yang lain


seperti: puli dan batang ulir yang dipasang pada poros. Pada
umumnya pasak berpenampang segi empat dan dalam arah
memanjang dapat bebentuk prismatis dan berbentuk tirus.

Gambar 2.2 macam-macam pasak


Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, 2008, halaman. 24
1.

Jika momen puntir dari poros adalah T (kg.mm), dan diameter


poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada putaran
poros adalah.(Literature. 5 halaman 25):
...........................(2.6)

2.

Sehingga, untuk tegangan geser

(kg/mm2) yang ditimbulkan

adalah.(Literature. 5 halaman 25):


.............................(2.7)

Dimana:

(kg/mm2)

bk = lebar pasak (mm); dianjurkan sebesar 25 35 % dari ukuran


diameter poros ds (mm).
lk = panjang pasak (mm); dianjurkan sebesar 0,75 1,5 < panjang poros
ds (mm).
3.

Sedangkan untuk tegangan geser yang diizinkan

(kg/mm2)

adalah.(Literature. 5 halaman 25):


.................................(2.8)
Dimana:

= kekuatan tarik (kg/mm2)

sfk1 = faktor keamanan bahan pada pasak


sfk2 = faktor keamanan pembebanan pada pasak
Harga faktor keamanan bahan pasak (sfk1) pada umumnya
diambil = 6, dan untuk faktor keamanan pembebanan pada pasak
(sfk2), ada beberapa nilai pembebanan yang akan dialaminya,

antara lain:
Beban dikenakan perlahan-lahan dipilih antara 1 1,5
Beban dikenakan dengan tumbukan ringan dipilih antara 1,5 3
Beban dikenakan secara tiba-tiba dan dengan tumbukan berat
dipilih antara 2 5.

4.

Jadi, tekanan permukaan yang terjadi Pk (kg/mm2) adalah.


(Literature. 5 halaman 27):

.............................(2.9)

Dimana:
Pk Pka (kg/mm2)
t1 = kedalaman alur pasak pada poros (mm)
t2 = kedalaman alur pasak pada naf (mm)
Harga tekanan permukaan yang diizinkan Pka (kg/mm2)
adalah sebagai berikut:

Untuk poros dengan diameter kecil sebesar 8 (kg/mm2)


Untuk poros dengan diameter besar sebesar 10 (kg/mm2)

2.2. Batang Ulir dan Tabung Pemeras


Batang ulir merupakan suatu

elemen

mesin

yang

berpenampang bulat dan memiliki ulir sepanjang batangnya.


Batang

ulir

berfungsi

sebagai

penerus

putaran

pada

poros

penggerak untuk menghasilkan suatu daya dorong.

Gambar 3. Batang Ulir


Sumber: Ir. Jac Stolk dan Ir.C.Kros, 1981, halaman 436
1.

Sebelum memulai perhitungan pada batang ulir, terlebih dahulu


harus dicari harga modul (m)

Tabel 2.6. Harga modul standar JIS


Seri ke-1
0,1

Seri ke-2

Seri ke-3

Seri ke-1

0,15

0,2
0,3

0,25

0,35

0,45

0,55

10

0,7
0,75

0,65

0,8

6,5

14

16
18

1
1,25
1,5

5,5

11
12

0,9

2,5

3,75

0,6

Seri ke-3

4,5

0,4
0,5

Seri ke-2
3,5

20

22

25
28

1,75
32
2,25

36

40
45

2,75
50
3,25

Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita, 1994, halaman.


216
........................(2.10)

Dimana: m = modul (mm)


D = diameter ulir (mm)
Z = jumlah ulir (buah)
2.

Pada batang ulir terdapat jumlah ulir tertentu dimana masingmasing diantara ulir terdapat sudut kisar . (Literature. 1 halaman
439)
................................(2.11)

Dimana:
= sudut kisar ulir ()

Besarnya sudut kisar batang ulir ditetapkan melalui tabel dibawah


ini (Literature. 1 halaman 439).
Tabel 2.7. Ketentuan sudut kisar ulir.
Jenis Ulir
Bentuk sudut kisar
Ulir tunggal
4 sampai 10
Ulir ganda
10 sampai 20
Ulir tiga
16 sampai 30
Sumber: Ir. Jac Stolk dan C Kros, Erlangga, 1981, hal. 439.
3.

Jika D (mm) merupakan diameter ulir dan hk (mm) merupaka tinggi


kepala ulir, maka persamaan untuk diameter jarak bagi ulir adalah
(Literature. 5 halaman 277)
dj = D 2.hk .....................(2.12)
dimana:
hk = modul (mm)

4.

Pada ulir terdapat tinggi kapala hk (mm) dan tinggi kaki hf (mm),
melalui persamaan dibawah ini dapat dicari tinggi kaki ulir adalah
(Literature. 5 halaman 277)
hf = 1,157.m .......................(2.13)
Dimana:
m = modul (mm)

5.

Jadi tinggi keseluruhan untuk gigi ulir adalah (Literature. 5 halaman


277)
H = 2,157.m ...........................(2.14)
Dimana:
H = tinggi keseluruhan gigi ulir (mm)

6.

Pada batang ulir terdapat diameter luar ulir D (mm) dan diameter
dalam ulir d (m). Diameter dalam ulir dicari harganya bedasarkan
persamaan berikut (Literature. 5 halaman 277)
d = dj 2.hf
........................(2.15)

Dimana:
dj = diameter jarak bagi (mm)
hf = tinggi kaki ulir (mm)
7.

Pada batang ulir terjadi gaya gesekan, sehingga koefisien gesekan


yang terjadi

tg

adalah: (Literature. 1 halaman 438)

...............................(2.16)

Dimana:
= sudut kisar (o)
= efisien < 1
8.

Dan gaya gesek yang terjadi perulir Fu (kg) adalah: (Literature. 2


halaman 373)
Fu =

xN

..................................(2.17)

Dimana:
N = gaya normal (kg)
9.

Untuk gaya dorong yang terjadi per ulir pada batang ulir Ft (kg)
adalah (Literature. 2 halaman 374)
Ft =

..................................(2.18)

Dimana:
dj = diameter jarak bagi (mm)
10. Sehingga gaya dorong untuk keseluruhan ulir Ftu adalah
Ftu = Ft . Zu .............................(2.19)

11. Torsi yang terjadi pada batang ulir Tu (kg.mm) adalah (Literature. 2
halaman 374)
Tu =

.................................(2.20)

12. Persamaan untuk tabung pemeras yaitu:


DT = DLU + 0,5 x 2 ..................................(2.21)
LT = LU
.........................................(2.22)
Dimana:
DT
: Diameter tabung pemeras (mm)
DLU : Diameter luar ulir (mm)
LT
: Panjang tabung (mm)
LU
: Panjang ulir (mm)

Gambar 2.4. Tabung Pemeras


Sumber: Jurnal, Mesin pemeras kelapa parut menjadi santan
2.3. Bantalan (Bearing)
Bantalan merupakan elemen mesin yang digunakan untuk
menumpu poros berbeban, sehingga putaran pada poros nantinya
dapat berlangsung secara halus, aman, dan tahan lama.

Menurut gerakannya, bantalan terhadap poros dibedakan


menjadi 2, yaitu:
a.

Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan

karena

permukaan

poros

ditumpu

oleh

permukaan

bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.

b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru) dan rol.

a.

Menurut arah beban terhadap poros, bantalan terbagi 3, yaitu:


Bantalan Radial
Arah beban yang ditumpu bantalan adalah tegak lurus sumbu

poros.
b. Bantalan Aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan Gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban arahnya sejajar sumbu dan
tegak lurus sumbu poros.

a. Bantalan peluru (bola)


b. Bantalan rol
c. Bantalan jarum
Gambar 2.5. Macam-macam bantalan gelinding
Sumber: G. Nieman, 1999, halaman 246
Pada dasarnya bantalan gelinding standar dipilih dari katalog
bantalan. Ukuran utama bantalan gelinding adalah diameter dalam,
diameter luar, lebar, dan lengkungan sudut. Umumnya diameter
dalam bantalan merupakan patokan untuk memilih suatu bantalan
gelinding.
Tabel 2.8. Nomor nominal bantalan gelinding (bola) suatu
baris
Nomor Bantalan

Jenis
terbuka
6000
6001
6002
6003
6004
6005
6006
6007
6008
6009
6010

Dua
sekat

6001ZZ
02ZZ
6003ZZ
04ZZ
05ZZ
6006ZZ
07ZZ
08ZZ
6009ZZ
10ZZ

Dua
sekat
tanpa
sekat
6001VV
02VV
6003VV
04VV
05VV
6006VV
07VV
08VV
6009VV
10VV

Ukuran luar (mm)

10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50

26
8
28
8
32
9
35
10
42
12
47
12
55
13
62
14

Kapasitas
nominal
dinamis
spesifik C
(kg)

Kapasitas
nominal
statis
spesifik Co
(kg)

r
0,5
0,5
0,5
0,5
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5

360
400
440
470
735
790
1030
1250
1310
1640
1710

196
229
263
296
465
530
740
915
1010
1320
1430

6200
6201
6202
6203
6204
6205
6206
6207
6208
6209
6210

6200ZZ
01ZZ
02ZZ
6203ZZ
04ZZ
05ZZ
6206ZZ
07ZZ
08ZZ
6209ZZ
10ZZ

6200VV
01VV
02VV
6203VV
04VV
05VV
6206VV
07VV
08VV
6209VV
10VV

10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50

Sumber: Sularso, Kiyokatsu

68
15
75
16
80
16
30
1
400
535
9
1
600
32
1
750
10
1
1000
35
1,5
1100
11
1,5
1530
40
1,5
2010
12
2380
2
47
2570
2
14
2750
2
52
2
15
62
16
72
17
80
18
85
19
90
20
Suga, Pradya Paramita, 1994,

halaman. 143
Menurut Sularso, Kiyokatsu Suga. hal. 133 ialah untuk
diameter lubang bantalan dibawah 20 mm, nomor 00 menyatakan
10 mm, 01;12 mm, 02;15 mm, dan 03;17 mm.
Sedangkan untuk lubang diameter 0,1 adalah beban sangat
ringan, 2 adalah beban ringan, 3 adalah beban sedang, dan 4
adalah beban berat.

236
305
360
460
635
730
1050
1430
1650
1880
2100

1.

Pada bantalan gelinding akan terdapat pembebanan yang berupa


beban ekivalen, beban tersebut terbagi menjadi 2, yaitu.(Literature.

5 halaman 135):
Beban ekivalen dinamis
Pr = xv Fr + yFa
.....................................(2.23)
Dimana:
Pr = beban ekivalen dinamis pada bantalan radial (kg)
x = faktor x (tabel)
v = faktor v (1 untuk cincin dalam, 1,2 untuk cincin
luar)
Fr = beban radial (kg)
y = faktor y (tabel)
Fa
= beban aksial (kg)

Beban ekivalen statis adalah (Literature. 5 halaman 135):


Po = xo Fr + yo Fa
..........................................(2.24)
Dimana:
Po
= beban ekivalen statis
xo = faktor xo (tabel)
yo = faktor yo (tabel)
Tabel 2.9. Faktor-faktor v, x, y, dan xo, yo

Jenis bantalan

Beban
putar
pada
cincin
dalam

Beban
putar
pada
cincin
luar
V

Bantalan
bola alur
dalam

Bantalan
bola
sudut

Fa/C = 0,014
= 0,028
= 0,056
= 0,084
= 0,11
= 0,17
= 0,28
= 0,42
= 0,56
= 20o
= 25o
= 30o
= 35o
= 40o

Baris
tunggal
Fa / VFr> e
X

1,2

0,56

1,2

0,43
0,41
0,39
0,37
0,35

Y
2,30
1,99
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
1,00
0,87
0,76
0,66
0,57

Baris ganda
Fa / VFr e Fa / VFr> e
X

0,56

1,09
0,92
0,78
0,66
0,55

0,70
0,67
0,63
0,60
0,57

Y
2,30
1,90
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00

0,19
0,22
0,26
0,28
0,30
0,34
0,38
0,42
0,44

1,63
1,41
1,24
1,07
0,93

0,57
0,68
0,80
0,95
1,14

Baris
tunggal

B
g

Xo

Yo

Xo

0,6

0,5

0,6

0,5

0,42
0,38
0,33
0,29
0,26

Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Pradya Paramita,1994,


2.

halaman. 135
Dapat diketahui faktor kecepatan putaran bantalan (fn) adalah
(Literature. 5 halaman 136):
................................(2.25)
Dimana: n = putaran motor listrik (kw)

3.

Jika beban nominal dinamis spesifik adalah C (kg) dan beban


ekivalen dinamis Pr (kg), maka faktor umur Fh adalah (Literature. 5
halaman 136):
.......................................(2.26)

4.

Sehingga umur nominal bantalan gelinding lh (h) adalah.(Literature.


5 halaman 136):
....................................(2.27)

2.4. Puli dan Sabuk


Biasanya puli dan sabuk dipakai untuk memindahkan daya
antara dua poros sejajar atau menyilang dengan cara kerjanya
yaitu; puli penggerak membawa sabuk dan gilirannya sabuk
menggerakkan puli yang degerakkan lewat gesekan antara sabuk
dan puli, gesekan ini ditimbulkan oleh gaya yang bekerja di kedua
bagian puli.
Keuntungan dari transmisi ini adalah tidak bising, mampu
menampung kejutan dengan lenturan, kontruksinya sederhana
tanpa pelumasan dan ekonomis.
Pada umumnya puli terbuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC
30 dan ada pula yang terbuat dari baja. Sedangkan sabuk atau belt
terbuat dari karet dan mempunyai penampang travesium.

Gambar 2.6. Puli


Sumber: Jurnal, Dasar Teori Perhitungan Puli.

Gambar 2.7. Kontruksi dan ukuran penampang sabuk V


Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, 1994, halaman 169

Kemudian untuk pemilihan sabuk V, dapat dijelaskan melalui


grafik berikut ini:

Gambar 2.8. Grafik pemilihan sabuk V


Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, 1994, halaman 169
1.

Sehingga dapat diketahui suatu perbandingan transmisi melalui


persamaan sebagai berikut:
.........................(2.28)
Dimana:

: putaran motor listrik


: putaran batang ulir
: diameter puli poros batang ulir
: diameter puli motor listrik
2.

Dan dapat diketahui panjang dari sabuk yang akan digunakan


adalah.
L = 2C +
Dimana:

(d1 + d2) +

(d2 d1)2

.........................(2.29)

L = Panjang sabuk v (mm)


C = jarak sumbu poros (mm)

2.5. Motor Penggerak Mula


Motor penggerak mula berfungsi untuk mengubah tenaga
primer menjadi tenaga mekanis. Penggerak mula yang digunakan
disini yaitu motor listrik. Menurut arah arusnya, motor listrik
dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Motor listrik arus bolak-balik AC (Alternating Current)
b. Motor listrik arus searah DC (Direct Current)
Berdasarkan kumparannya, kedua jenis motor tersebut ada
yang memiliki type satu fase dan tiga fase, hal ini tergantung pada
penggunaannya.

Gambar 2.9. Motor Listrik


Sumber: Jurnal, Teori dasar pemilihan motor listrik
Jika n (rpm) adalah putaran dari motor listik dan T (kg.mm)
adalah torsi poros motor listrik, maka besarnya daya P (kw) yang
diperlukan untuk menggerakkan sistem adalah:
...............................(2.30)
Dimana:
P = Daya motor listrik (kw)
T = Torsi (kg.mm)

BAB III
METODELOGI
3.1. Cara Kerja Mesin Pemeras Santan Kelapa
Kelapa yang telah diparut dimasukkan melalui saluran masuk
(input). Pada saluran masuk ini kelapa parut langsung dibawa ke
dinding penekan oleh ulir melalui putaran pada batang ulir.
Sedangkan kelapa parut yang masih dalam keadaan menggumpal
akan dicacah oleh kisi-kisi ulir sehingga akan memudahkan saat

pemerasan santan dan pengeluaran ampas melalui saluran output.


Dengan adanya desakan terhadap kelapa parut oleh kisi ulir yang
menuju ke dinding penekan, mengakibatkan santan keluar dari
kelapa parut. Santan akan mengalir keluar melalui celah-celah
lubang yang terdapat pada dasar tabung pemeras, sedangkan
ampas sisa perasan akan dikeluarkan melalui dinding penekan yang
juga berfungsi sebagai pintu saluran keluar (output).
Pada proses pemerasan santan kelapa terdapat beberapa
tahap yang harus dilalui, yaitu:
3.1.1. Tahap pencacahan

Gambar 1. Tahap pencacahan

Pada mulanya bahan baku yang diasumsikan disini yaitu


kelapa yang telah diparut. Kelapa parut tersebut dimasukkan
ketabung pemeras melalui saluran masuk (input). Saat masuk,
kelapa parut tersebut masih dalam keadaan menggumpal yang
nantinya akan mengakibatkan pemerasan tidak efektif. Fungsi ulir
disini

dimaksudkan

untuk

mencacah

gumpalan

kelapa

parut

tersebut sehingga akan memudahkan pada saat pemerasan santan


nantinya.
3.1.2. Tahap Pendistribusian (Pembawaan)

Gambar 2. Tahap Pendistribusian


Kelapa parut yang telah masuk pada saluran masuk dan
dicacah, selanjutnya akan dibawa oleh ulir menuju kedinding

penekan melalui putaran batang ulir. Pada tahap ini juga akan
terjadi pemerasan awal, sebelum sampai kedinding penekan. Hal ini
diakibatkan oleh banyaknya tumpukan ampas sisa perasan yang
belum keluar, dan juga dikarenakan lebuh banyak pemasukan dari
pada pengeluaran.

3.1.3. Tahap Pemerasan

Gambar 3. Tahap pemerasan


Dimana pada tahap ini, kelapa parut yang berhasil dibawa
oleh ulir menuju kedinding penekan, akan dilakukan proses
pemerasan; terlebih dahulu kelapa parut dikumpulkan pada celah

antara ulir tekan dan dinding penekan. Dengan memanfaatkan


putaran ulir yang semakin lama semakin menekan kelapa parut
terhadap dinding tekan; hal tersebut menyebabkan santan keluar
dari kelapa parut.
3.1.4. Tahap Pengeluaran Ampas

Gambar 4. Pengeluaran ampas


Pada saat yang hampir bersamaan, ampas sisa dari proses
pemerasan tersebut harus segera dikeluarkan dan kemudian akan
dilakuakn proses pemerasan selanjutnya.
Tahap pengeluaran ampas sisa terjadi akibat desakan ulir
terhadap ampas yang memaksa pintu saluran keluar terbuka, disisi
dinding penekan juga berfungsi sebagai pintu saluran keluar. Besaar
kecilnya nilai tekanan pada dinding penekan saat proses pemerasan

dan luas sempitnya pintu saluran kaluar terbuka adalah sama


dengan nilai tekanan pada pegas tekan.

Anda mungkin juga menyukai