KARAKTERISTIK MARSHALL
OLEH :
ASHAR SARIF
201810027
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2022
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH (ABU TERBANG)
KARAKTERISTIK MARSHALL
SKRIPSI
Sarjana Teknik Sipil Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
OLEH :
ASHAR SARIF
201810027
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Stambul : 201810027
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan salinan atau pengambilan
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
adalah hasil jiblakan (plagued), maka saya bersedia menerima sanksi atas
Kendari, 2023
Yang menyatakan,
.............................
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Proposal ini telah diperiksa dan di setujui oleh komisi pembimbing diujikan dalam
seminar Proposal dihadapan Dewan penguji, sebagai salah satu syarat untuk
Karakteristik Marshall
Kendari 2023
Komisi Pembimbing,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui :
NIDN :0907057602
iv
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha
penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penambahan Fly Ash (Abu
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Rasulullah
Muhammad S.A.W yang telah membawa Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
akademik Sarjana Teknik dalam Program studi Teknik Sipil Universitas Sulawesi
Tenggara.
Bapak Sulaiman, ST., M.P.W selaku pembimbing I dan kepada Bapak Ir.Catrin
studi, banyak pihak yang turut memberikan dukungan dan motivasi, untuk itu
1. Kedua orang tua penulis Bapak Sarifuddin, Ibu Gusnawati serta kakak dan
Adik tercinta Ahmad syarif dan Ana Pratiwi Syarif yang selalu mengiringi
langkah penulis, terima kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang dan do’a
v
yang tiada hentinya serta semangat dan dorongan moril yang diberikan pada
penulis.
3. Prof. Dr. Ir. H. Andi Bahrun, M.Sc.Agric selaku Rektor Universitas Sulawesi
Tenggara.
4. Dr. Ir. Irwan Lakawa, S.T, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sulawesi Tenggara.
Sulawesi Tenggara.
6. Sulaiman, S.T., M.P.W selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Sulawesi Tenggara.
8. Para Dosen dan Staf pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sulawesi Tenggara yang selama ini ikhlas dan sabar dalam mencurahkan
10. Teman-teman angkatan KERAMAT 018 jurusan Teknik Sipil yang telah
11. Dan rekan-rekan penulis khususnya Sahabat seperjuangan saya yakni Fendi
Afriandi dan Musdilla serta rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan namanya
vi
satu persatu terima kasih atas bantuannya selama iniyang senantiasa
ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
sehingga dapat menyempurnakan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat
Kendari,…………….2023
Penulis
vii
ABSTRAK
Aspal beton merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi
perkerasan lentur. Campuran beton aspal tersebut terdiri atas agregat kasar,
agregat halus, filler dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Filler yang
umum digunakan adalah jenis filler abu (debu) batu. Mengingat sangat langka
keberadaan bahan abu batu, untuk itu sebagai pengganti abu batu dipilih bahan
lain dengan memakai abu terbang (fly ash).
Tujuan penelitian adalah : (1) Menganalisis nilai kadar aspal optimum
campuran AC-WC dengan menggunakan abu terbang sebagai filler. (2)
menganalisis pengaruh nilai karakteristik marshall terhadap campuran AC-WC
dengan menggunakan abu terbang sebagai filler.
Hasil analisis dan pengujian di Laboratorium menghasilkan Kinerja
campuran aspal AC-WC dengan penambahan Fly ash (abu terbang) dengan kadar
variasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dimana kadar terbaik berada pada variasi
campuran 25% dikarenakan meningkatkan nilai kepadatan hingga 2,289 gr/cc,
meningkatkan nilai stabilitas hingga 1491.90 kg, meningkatkan nilai rongga terisi
aspal (VFB) hingga 80.69% serta meningkatkan nilai Marshall Quotient (MQ)
hingga 545.86 kg/mm, namun akan menurunkan nilai kelelehan (flow) hingga 2.73
mm, menurunkan nilai rongga di antara mineral agregat (VMA) hingga 15.55%
dan menurunkan nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 3.02% . Maka hasil
dari Kinerja campuran aspal dengan penambahan Fly ash dapat digunakan sebab
rata-rata memenuhi spesifikasi.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................3
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
x
BAB III METODE PENELITIAN 28
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 28
B. Jenis dan Sumber Data 28
C. Variabel Penelitian 29
D. Teknik Pengumpulan Data 30
E. Teknik Analisis Data 30
F. Definisi Operasional 32
G. Konsep Operasional 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................78
LAMPIRAN .....................................................................................................80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Uji Analisa Saringan Agregat Kasar (CA) ..............................46
Tabel 4.4 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar (CA)........50
Tabel 4.5 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Sedang (MA).....52
Tabel 4.6 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus (FA).......54
xii
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal.................................................56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.8 Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash......68
Gambar 4.9 Grafik Nilai Hasil VMA Dengan Penambahan Fly Ash..............69
Gambar 4.10 Grafik Nilai Hasil VFB Dengan Penambahan Fly Ash..............70
Gambar 4.11 Grafik Nilai Hasil VIM Dengan Penambahan Fly Ash..............71
Gambar 4.12 Grafik Nilai Hasil Stabilitas Dengan Penambahan Fly Ash.......72
Gambar 4.13 Grafik Nilai Hasil Flow Dengan Penambahan Fly Ash ............73
xiv
DAFTAR NOTASI / SINGKATAN
UK = United Kingdom.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan
sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan
diantaranya harganya yang relatif lebih murah dari pada beton, kemampuannya
dalam mendukung beban berat kendaraan yang tinggi, sifat lenturnya mendukung
kenyamanan pengendara dan dapat dibuat dari bahan-bahan dalam negeri yang
tersedia. Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana
kelenturan plastis, jumlah rongga udara, ketahanan terhadap gaya luar, dan cuaca.
Penggunaan abu terbang (fly-ash) dari sisa pembakaran batu bara merupakan salah
Disamping itu penggunaan abu terbang (fly-ash) diharapkan dapat menambah daya
tahan lapis perkerasan aspal terhadap kerusakan yang disebabkan oleh air dan
cuaca.
Aspal beton merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi
perkerasan lentur. Campuran beton aspal tersebut terdiri atas agregat kasar, agregat
halus, filler dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Filler yang biasa
disebut juga bahan pengisi dapat diperoleh dari hasil pemecahan batuan secara
2
alami maupun buatan. Filler yang umum digunakan adalah jenis filler abu (debu)
batu. Mengingat sangat langka keberadaan bahan abu batu, untuk itu sebagai
pengganti abu batu dipilih bahan alternatif, dengan memakai abu terbang (fly ash).
Bahan sisa pembakaran batubara yang berupa abu batu dan mengandung silika ini
Adapun material fly ash (abu terbang) sering digunakan dalam struktur bangunan
untuk mendapatkan beton dengan kekuatan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ada
kemungkinan jika material fly ash ( abu terbang) digunakan sebagai salah satu
marshall, dimana pada penelitian ini , dilakukan pengujian Marshall Test dari 3
variasi penggunaan filler yang berbeda yaitu : Abu batu 100 % - Fly Ash 0 %, Abu
batu 50 % - Fly Ash 50 %, dan Abu batu 0 % - Fly Ash 100 %. Dengan
menggunakan fly ash sebagai filler stabbility dan Marshall Quotient semakin
tinggi. Kemudian dengan penambahan fly ash sebagai filler nilai flow atau
untuk mengetahui pengaruh abu terbang terhadap nilai karakteristik marshall pada
Penambahan Fly Ash (Abu Terbang) Pada Campuran Aspal Beton AC-WC
B. Rumusan Masalah
material limbah sebagai bahan material campuran beraspal. Penelitan ini berusaha
mendorong penggunaan fly ash (abu terbang) sebagai bahan pengisi. Adapun
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi setiap pembaca yang
2. Manfaat Praktis
5
sehingga perlu membatasi masalah penelitian ini agar dapat lebih terarah sehingga
SNI
selama 24 jam untuk menghitung nilai volumetrik (VIM, VMA dan VFB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh temuan Thomas Telford (1757-1834) dan Jhon London Mac Adam (1756-
1836). Konstruksi ini diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan
perkerasan jalan terdiri dari konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu
sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang
berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur
tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel
agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal
akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis), menurut
Sukirman (2020).
7
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton, menurut
Sukirman (2020).
Di Indonesia, kedua jenis perkerasan ini telah digunakan pada hampir seluruh
Direktorat Jenderal Bina Marga Indonesia adalah kerusakan dini pada konstruksi-
konstruksi jalan. Baik yang terjadi pada perkerasan lentur maupun perkerasan
ringan hingga kerusakan berat. Jaringan jalan nasional pada tahun 2002 mencapai
330.495 km. Secara keseluruhan jalan yang rusak meliputi jalan negara sekitar
12% (3.224 km), jalan provinsi sekitar 34% (12.636 km), sementara jalan
saat ini diperkuat oleh surat edaran Direktorat Jenderal Bina Marga yang
Lapisan AC-WC adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan
berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat
mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston lainnya.
didalam Lapis Aspal Beton (Laston), Laston terdiri dari tiga lapis : AC-WC
Lapisan aspal AC-WC adalah lapisan yang memiliki struktur paling halus
memiliki sedikit rongga padat pada campuran aspal AC-WC menyebabkan lapisan
ini lebih peka terhadap variasi dan proporsi campuran .sebagai lapisan yang
terletak di susunan paling atas,tentu saja lapisan aspal ini akan langsung
berhubungan dengan kondisi luar, seperti cuaca, lingkungan dan kendaraan. Oleh
sebab itu, lapisan ini harus dibuat kedap air dan memiliki kekesatan yang tinggi.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lapisan yang pertama kali menahan
kendaraan, inilah sebabnya aspal AC-WC harus memiliki stabilitas yang tinggi
Bahan-bahan penyusun lapis AC-WC berisi agregat kasar, agregat halus, aspal
dan filler. Dan berikut uraian bahan penyusun lapis AC-WC aspal beton bahan
perkerasan jalan :
1. Agregat
secara umum terbagi atas tiga fraksi yaitu, agergat kasar, agregat halus dan filler
10
(bahan pengisi). Agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No. 4 (4,75 mm) yang dilakukan cesar basah, bersih, keras, awet dan bebas
dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus dari
sumber manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan
terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 4 (4,75mm). Bahan pengisi atau filler
yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan sesuai SNI ASTM C136: 2010 harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No. 200 ( 0,075 mm) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
Berikut adalah tabel ketentuan spesifikasi agregat sesuai dengan SNI bina
2. Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna hitam atau coklat tua, yang
tersusun dari unsur-unsur asphaltenes, resin dan oils, sedangkan aspal sering juga
disebut sebagai bitumen. Aspal berfungsi sebagai bahan pemberi ikatan yang kuat
antara agregat, sebagai pengisi rongga antar butir agregat dan pori pori yang ada
12
didalam agregat itu sendiri. Ketentuan untuk aspal keras yang akan digunakan
Fly ash adalah produk dari sisa pembakaran batubara yang biasa dikenal
tambah pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi
baru tentang High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC) yang menggunakan kadar
fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50% sebagai material bahan penyusunnya
serta memiliki nilai fas sekitar 0,4 dan penggunaan akan semen lebih rendah
satunya adalah sisa hasil proses pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik
sedikit sekali atau tidak sama sekali material cementious sebagaimana yang
dimiliki semen portland. Material abu terbang dapat saja bereaksi secara kimia
yang memiliki sifat seperti semen. Abu terbang, biasa dikenal sebagai abu
berbentuk serbuk, yang merupakan hasil sisa dari pembakaran abu batu bara pada
pengumpul mekanik atau elektrostatik. Abu terbang terdiri dari sebagian besar
partikel yang mempunyai diameter 1-150 mikrometer yang lolos dari ayakan 45
mikrometer.
material halus yang berasal dari hasil pembakaran batu bara. Penggunaan abu
terbang pada beton ataupun mortar mempunyai banyak keunggulan baik untuk
Tabel 2.5 menunjukkan persyaratan fisik abu terbang. Umumnya abu terbang
memiliki komposisi kimia utama berupa silica (SiO2), alumina (Al2O3) dan ferric
oxide (Fe2O3). Kandungan kimia lainnya seperti calcium oxide (CaO), magnesium
15
(Mn2O3) dan titanium (TiO2). ASTM C 618-05 membagi abu terbang dalam tiga
ketegori yaitu kelas N, kelas F dan kelas C seperti pada Tabel 2.5.
jenis abu terbang kelas F yang biasa digunakan dalam membuat beton geopolymer
Berdasarkan Spesifikasi Bina marga tahun 2018 revisi 2, bahan pengisi (filler)
a. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added ) dapat berupa debu batu kapur
(limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur magnesium atau
dolomit yang sesuai deng an AASHTOM 303 -89 (2014),atau semen atau abu
Bahan pengisi jenis semen hanya dapat digunakan untuk campuran beraspal
b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136; 2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron)tidak kurang
c. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added ), untuk semen harus dalam
berat total agregat. Khusus untuk SMA tidak dibatasi kadarnya tetapi tidak
4. Gradasi
partikel agregat dan dinyatakan dalam persentase terhadap total beratnya. Gradasi
agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat ditimbang dan
tidak.
satu set saringan dimana saringan yang paling kasar diletakkan di atas dan yang
paling halus terletak paling bawah. 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1
mm; 12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm;
Gradasi seragam (uniform graded) adalah agregat dengan ukuran yang hampir
tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga
kecil.
Gradasi rapat, merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
dua kategori di atas. Aggregate bergradasi buruk yang umum digunakan untuk
lapisan perkerasan lentur merupakan campuran dengan satu fraksi hilang satu
18
fraksi sedikit. Gradasi seperti ini juga disebut gradasi senjang. Gradasi senjang
akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis
di atas.
berpengaruh pada kualitas campuran aspal itu sendiri. Pada agregat tingkat
keseragaman butir beraneka ragam dan biasa dinyatakan dalam presentase lolos,
atau presentase tertahan, yang didapat dari proses perhitungan berdasarkan berat
agregat dengan mengguanakn satu set saringan agregat dengan pengujian Sieve
Analysis Test. Ada batasan-batasan tertentu pada gradasi agregat yang kemudian
disebut dengan batas, berikut macam batas pada agregat dikenal dengan batas atas,
batas tengah/ideal atau batas bawah. Berikut penjelasan tentang syarat batas atas
dan bawah untuk lapisan aspal beton beton (Aspal beton) AC-WC untuk masing-
masing ukuran saringan yang diambil dari spesifikasi Bina Marga berikut ini :
Pada setiap awal proyek jalan, paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya
tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan Design Mix Formula (DMF) untuk
campuran yang akan dihampar di lapangan. Formula yang diserahkan PJK berisi
rincian antara lain: kadar aspal optimum, sumber agregat, ukuran nominal
PJK, baik pada coldbin maupun hotbin, gradasi agregat gabungan yang memenuhi
agregat serta temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk
(mixer ). Kadar aspal optimum ditentukan dengan merata-ratakan kadar aspal yang
memberikan nilai stabilitas maksimum, kepadatan maksimum dan kadar aspal pada
VIM-PRD yang disyaratkan. Hasil ini kemudian di cek apakah pada nilai rata-rata
ini persyaratan campuran beraspal lainnya seperti VMA, VFB dan Flow campuran
dengan:
(stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal. Parameter
keadaan padat yang terdiri dari: rongga udara dalam campuran (VIM), rongga di
antara agregat (VMA), dan rongga terisi aspal (VFA). Adapun persyaratan
sedangkan pada SNI 06- 2489-1991 tentang metode pengujian campuran aspal
1. Stabilitas (Stability)
sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai
stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu
dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor koreksi
dibawah ini:
S = p x q …………………………………….………(2.2)
Keterangan :
2. Kelelehan (Flow)
22
dalam satuan millimeter (mm) yang terjadi pada benda uji padat dari campuran
aspal hingga mencapai titik beban maksimum pada saat pengujian stabilitas
Marshall. Hal ini menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis
perkerasan aspal akibat menahan beban yang berada diatasnya. Nilai flow ini
sangat dipengaruhi oleh viscositas atau kekentalan dan persentase aspal yang
Rongga dalam campuran (Void in Mix - VIM) merupakan ruang udara yang
ada di antara partikel agregat yang telah diselubungi oleh aspal di dalam campuran
yang telah dipadatkan dan dinyatakan dalam persen dari volume total. Nilai VIM
merupakan ukuran yang umum dikaitkan dengan durabilitas dan kekuatan dari
campuran.
100+ AR + KA 100+AR+ KA
VIM(%)=V-{( ¿+¿( )}..................(2.3)
L G
Dimana:
VMA (Void In Mineral Aggregate) adalah rongga udara yang ada diantara
mineral agregat didalam campuran beraspal panas yang sudah didapatkan termasuk
ruang yang terisi aspal. VMAdinyatakan dalam prosentase dari campuran ber
aspalpanas. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume
rongga udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas,besarnya nilai VMA
temperatur pemadatan.
Dimana :
Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara Stabilitas dan Flow yang
diperoleh dari uji tekan dengan metode Marshall sedangkan besaran Ratio Partikel
Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif diperoleh dan dihitung dari komposisi
campuran.
S
MQ = .......................................(2.5)
F
Dimana :
S = Stabilitas (kg)
F. Penelitian Terdahulu
pengaruh penambahan bahan pengisi (filler) fly ash terhadap campuran aspal beton
bahan pengisi yang berupa abu batu bara dilihat dari keseluruhan nilai
marshall campuran aspal normal, sehingga abu batu bara ini dapat dijadikan
sebagai bahan pengisi untuk campuran Laston Lapis Aus, proporsi abu batu bara
aspal dengan menambahkannya abu batu bara ini dapat digunakan untuk jalan-
jalan yang LHR-nya tinggi/jalan dengan kendaraan berat dan didapatkan KAO
meningkatkan karakteristik dari campuran AC-WC dan hasil dari hasil pengujian
ini terjadi peningkatan stabilitas. Dimana nilai stabilitas tertinggi pada kadar 7%
dengan nilai 1472,51 Kg. Semakin ditambahkan kadar filler maka nilai stabilitas
juga semakin meningkat. Selain nilai stabilitas, nilai VIM dan VMA juga ikut
26
terpengaruhi. Nilai VIM dan VMA hampir memenuhi seluruh spesifikasi kecuali
pada kadar 5% dan 6%. Semakin ditambah kadar filler abu terbang batubara maka
rongga campuran aspal beton semakin kecil sehingga campuran lebih kedap air
dan gap (ruang kosong) antar agregat juga semakin kecil. Hal ini menunjukan
campuran optimum (KAO) yang memenuhi seluruh spesifikasi pada pengujian ini
penambahan bubuk batubara sebagai filler pada campuran aspal AC-WC untuk
variasi campuran 0%, 1%, 2%, 3%. Dari hasil penelitian campuran aspal AC WC
yang digunakan sudah sesuai standar Spesifikasi Umum 2018 Revisi 2 Dinas PU
Bina Marga yaitu pada kondisi kadar aspal 5,7%, dengan nilai density 2,246 gr/cc,
nilai VMA 16,92%, nilai VFB 73,14%, nilai VIM 4,54%, nilai stabilitas 1169 kg,
nilai flow 3,7 mm dan nilai marshall quotient 324,7 kg/mm. Dari pengujian setelah
penambahan variasi filler 0%, 1%, 2%, 3%., didapat hasil nilai VMA maksimal
sebesar 75,1% pada variasi 3%, nilai VIM maksimal sebesar 5,48% pada variasi
0%, nilai VFB maksimal sebesar 16,26% pada variasi 2%, nilai stabilitas maksimal
sebesar 1828 kg pada variasi 3%, nilai flow maksimal sebesar 3,53 mm pada
variasi 0%, dan nilai marshall quotient maksimal sebesar 600 kg/mm pada
campuran 3%. Dan semua penambahan bubuk batubara sebagai filler dengan
27
spesifikasi umum revisi 2 tahun 2018 revisi 2 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.
sebanyak 1%, 2%, dan 3%. Hasil penelitian adalah penambahan fly ash dari
pembakaran abu batu bara sebagai pengisi sisa pembakaran dari PLTU Tanjung
Enim untuk pemakaian aspal beton campuran aspal course (AC WC), hasil terbaik
diperoleh pada campuran 2% dengan berikut ini nilai: Nilai Stabilitas 1240, 253
kg, Nilai VIM (Void In Mix) 4,233%, VMA (Void in Mineral Agregat) Nilai
16,139%, Nilai VFB (Void Filled Bitumen) 73,782%, Nilai Flow (melting) sebesar
hingga 2,355 gr/cc, meningkatkan nilai stabilitas hingga 1886,2 kg, meningkatkan
nilai rongga terisi aspal (VFB) hingga 82,8 % serta meningkatkan nilai Marshall
Quotient (MQ) hingga 653,3 kg/mm, namun akan menurunkan nilai kelelehan
(flow) hingga 2,9 mm, menurunkan nilai rongga di antara mineral agregat (VMA)
hingga 15,8% dan menurunkan nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 2,7 %
menambahkan fly ash (abu terbang) pada capuran aspal beton AC-WC dengan
benda uji tahap pertama dengan menggunakan bahan pengisi (filler) normal yaitu
28
Semen Portland. Tahap kedua pembuatan benda uji dengan menggunakan bahan
pengisi Abu Batu Bara (bottom ash). Penelitian ini dilakukan dengan meninjau
dampak dari perbandingan antara kedua campuran dengan menggunakan filler abu
batu bara dan semen portland dalam campuran lapisan AC-WC. Untuk kedua
bahan pengisi tersebut masing-masing dibuat benda uji sebanyak 15 buah, dengan
kadar aspal rentang 5-7% dan benda uji direndam selama 30 s/d 40 menit dengan
suhu air 60 C bertujuan untuk mendapatkan nilai kadar Aspal optimum dari kedua
campuran tersebut. Dari hasil pengujian kedua campuran dengan filler yang
berbeda, ternyata hasil yang di dapat memiliki perbedaan yang tidak terlalu
jauh.Ternyata dari hasil kedua campuran dengan filler berbeda menunjukan hasil
yang tidak jauh berbeda namun dari hasil tersebut semuanya masih memenuhi
standar spesifikasi umum 2018 revisi 2 dinas pekerjaan umum direktorat jendral
Bina Marga. Hasil akhir menunjukan bahwa dengan menggunakan filler Abu Batu
Bara ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan campuran. Dan dari
hasil kadar Aspal optimum yang didapat dengan menggunakan filler Abu Batu
Bara memiliki hasil yg lebih rendah 6,55% dari filler pembanding yaitu 6,85%.
(AC-WC) dengan menggunakan variasi kadar filler abu terbang batu bara.
Penelitian ini mencoba menggunakan bahan pengisi filler abu terbang batu bara
yang diharapkan menambah daya tahan lapis perkerasan beton aspal terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh cuaca dan beban lalu lintas. Penelitian ini
campuran beton aspal dengan menggunakan filler abu terbang batu bara. Penelitian
29
mendapatkan hasil, dengan demikian akan terlihat pemanfaatan filler abu terbang
batu bara pada konstruksi beton aspal dengan variasi kadar filler 4%, 5%, 6%, 7%,
filler abu terbang batu bara akan mempengaruhi karakteristik campuran beton
aspal. Semakin banyak filler abu terbang batu bara yang digunakan, menyebabkan
nilai stabilitas semakin meningkat. Pada kadar filler abu terbang batu bara 4% nilai
stabilitas yang didapatkan sebesar 1518.124 Kg, pada saat kadar filler abu terbang
batu bara ditambahkan sampai pada kadar 8%, nilai stabilitas meningkat menjadi
filler abu terbang batu bara. Dengan peningkatan rata-rata sebesar 14,87% dari
kadar filler abu terbang batu bara 4 % sampai 8 % menunjukan bahwa campuran
pertambahan kadar filler abu terbang batu bara. Pada saat campuran menggunakan
variasi kadar filler abu terbang batu barasebesar 4 %, memiliki nilai durabilitas
sebesar 91.433%, setelah divariasikan dengan kadar filler abu terbang batu bara
sampai pada 8%, nilai durabilitas meningkat menjadi 95.703%, dengan ratarata
fly ash sebagai bahan pengisi pada campuran aspal untuk mencegah panas
dengan mengganti volume yang berbeda (yaitu, 25%, 50%, 75% dan 100% )
30
pengisi mineral batugamping (LMF). Sementara itu, kekuatan geser dan kinerja
suhu tinggi dari campuran di atas juga diselidiki. Hasil menunjukkan bahwa
mengganti LMF dengan FAC akan meningkatkan kandungan rongga udara LTCM,
LTCM berkurang hingga maksimum 20,9%. Menurut uji iradiasi dalam ruangan,
penurunan suhu bagian dalam maksimum mencapai 2,4 °C. Namun, peningkatan
rutting dari LTCM. Kekuatan geser berkurang sebesar 11,4% ketika LMF
referensi 21,1 °C) pada frekuensi 5 Hz, modulus dinamis LTCM berkurang sebesar
24,5% ketika LMF sepenuhnya digantikan oleh FAC. Perkerasan aspal yang
beton aspal yang diselidiki dalam penelitian ini. Bahan pengikat aspal AC 60/70
dengan semen dan fly ash sebagai bahan pengisi dicampur dengan batu gamping
fly ash bervariasi. Campuran beton aspal non-pengisi AC 60/70 dan aspal
meliputi uji tarik tidak langsung, uji modulus kelenturan dan uji mulur dinamis.
31
dilakukan pada suhu standar (25 °C) dan suhu tinggi (55 °C) dengan
menggunakan ruang suhu yang dikontrol melalui mesin uji universal. Sampel
Hasil menunjukkan bahwa semen dan/atau fly ash bermanfaat dalam hal
Selain itu, penggunaan gabungan semen dan fly ash dapat meningkatkan
ketahanan rutting pada kondisi basah dan suhu tinggi. Hasilnya menunjukkan
beton aspal yang ditingkatkan dengan bahan pengisi sebanding dengan kinerja
kualitas, peningkatan komposisi dan teknologi beton aspal ada beberapa masalah
campuran beton aspal untuk meningkatkan kualitas aspal telah ditetapkan. Untuk
ash dari pembangkit listrik tenaga panas untuk memperkuat campuran beton aspal
panas untuk pembangunan trotoar jalan dan lapangan terbang. Fitur topografi
kapasitas penahan aspalnya dinilai dan sifat reologi bahan ditentukan. Sebagai
hasil studi teoritis, telah diidentifikasi untuk meningkatkan kualitas beton aspal
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan sejak Tanggal keluarnya Ijin Penelitian dalam
Pada penelitian ini data yang diperlukanterbagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder. Adapun jenis dan sumber data pada penelitian ini tersaji pada
tabel 3.1
penelitian.
diperoleh: Tenggara
1. Analisis Saringan
2. Berat jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
b) bahan perekat/aspal) pengumpulan
data berupa:
1. Berat Jenis
2. Penetrasi aspal
C. Variabel Penelitian
analisis suatu permasalahan yang terjadi. Adapun variabel penelitian yang tersaji
CA (gregat kasar)
FA (Agregat halus)
1. Kadar aspal optimum
FF (Bahan pengisi /filler)
K (Konstanta)
marshall flow
VIM
VMA
35
VFA
a. Perencanaan Campuran
a. Pada penelitian ini gradasi campuran agregat yang digunakan adalah gradasi
dengan mengambil batas atas dan batas tengah dari setiap persen lolos
persyaratan spesifikasi. Komposisi didapat dari hasil trial and error dan
menjadi 6 %.
36
saringan yang dibutuhkan, dan sesuai berat yang telah kita hitung dari proses
analisa.
b. Alat
gradasi agregat.
Pemakaian alat ini digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain seperti uji
penetrasi, uji titik lembek, uji kehilangan berat, uji daktilitas, uji berat jenis
Peralatan yang digunakan untuk pengujian agregat antara lain mesin Los
Angles (tes abrasi), alat pengering yaitu oven, timbangan berat, alat uji berat
Marshall,meliputi :
1) Alat tekan Marshall yang terdiri dari kepala penekan berbentuk lengkung,
2) Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 4 inci (10,16 cm) dan
lap, timbangan, ember untuk merendam benda uji, jangka sorong, pan,
c. Bahan
1) Agregat Kasar
laston.
2) Agregat Halus
Agregat halus didapat dari proses disintgrasi alami batuan atau pasir yang
3) Aspal
Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal pertamina dengan
penetrasi 60/70.
38
4) Bahan tambahan yang digunakan adalah Fly ash (abu terbang) atau sisah
Menyiapkan benda uji marshall pada kadar aspal rencana sebagai berikut:
mengambil data dari percobaan berat jenis agregat kasar dan agregat
halus.
39
perncampuran yaitu 145°C, pada gradasi kasar batas atas dan batas
tengah. Aspal yang digunakan untuk pembuatan benda uji adalah aspal
pen 60/70, Benda uji dibuat sebanyak 3 tiap masing-masing variasi kadar
aspal yang telah ditentukan baik dari gradasi batas mauun gradasi batas
sisinya (2 sisi atas dan bawah) dengan suhu 145°C. Benda uji dibuat
berbentuk silinder dengan tinggi standar 6,35 cm dan diameter 10,16 cm.
4) Penentuan nilai kadar aspal optimum (KAO) berdasarkan hasil uji dari 15
5) Dilanjutkan dengan pembuatan benda uji dengan bahan pengisi atau filler
sama seperti yang disebutkan di atas. Setelah itu dilanjutkan dengan uji
variasinya.
40
Tabel 3.3. Rincian Sampel dengan penambahan fly ash (abu terbang)
NO Presentase penambahan fly ash Jumlah sampel
1 0% Tiga buah
cetakan kemudian diukur pada tiga sisi tiap-tiap benda uji dan ditimbang
dalam bak perendaman (water bath) selama 3-5 menit dan ditimbang
dalam air untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. Kemudian benda
uji diangkat dan dilap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat
b. Pengujian
(flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI 2489-1991 atau
41
Marshall :
1) Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60°C ± 1°C selama
30 menit.
3) Benda uji dikeuarkan dari bak perendaman, letakkan benda uji tepat
menurun, pada saat itu pula dibaca arloji kelelehan. Titik pembacaan pada
VIM, VMA, VFA, berat volume, dan parameter lain sesuai parameter
rongga antar agregat dan rongga terisi aspal) akibat pengaruh variasi
penambahan fly ash dari ketiga jenis variasi benda uji yang berbeda
hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, yaitu gambar grafik
hubungan antara:
untuk menganalisis seberapa besar nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) dapat
dihitung dengan rumus perkiraan kadar aspal terhadap campuran, presentase berat
b. Analisis nilai karakteristik marshal pada campuran aspal beton AC-WC yang
seperti:
1. Nilai Stabilitas
Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall
kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan
faktor koreksi volume benda uji. Patokan besarnya nilai stabilitas adalah sesuai
2. Nlai Flow
Nlai flow diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test
dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor
koreksi volume benda uji. Patokan besarnya nilai flow adalah sesuai ketentuan SNI
2018 Revisi 2.
Nilai VIM tidak bisa didapatkan seperti nilai stabilitas dan nilai flow tetapi,
VIM(%) = (2.3)
Sama halnya dengan nilai VIM, VMA tidak bisa didapatkan seperti nilai
stabilitas dan nilai flow tetapi, untuk mendapatkan nilai VMA dapat digunakan
VMA(%) = (2.4)
Untuk Spesifikasi sesuai ketentuan Bina Marga 2018 revisi 2 (SNI ) dapat
MQ = (2.5)
Dalam analisis data yang diperoleh peneliti selalu beracuan pada Spesifikasi
sesuai ketentuan Bina Marga 2018 revisi 2 (SNI ) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
F. Definisi Operasional
sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
45
terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau
0,01”. N.
7. VMA (Void in the mineral aggregate) adalah volume rongga udara yang
8. Void In Mix (VIM) adalah volume total udara yang berada diantara partikel
agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan
10. VFA (Void Filled With Asphalt) adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat VMA yang terisi oleh aspalyang diserap oleh agregat.
G. Konsep Operasional
Persiapan
Persiapan Bahan
Memenuhi
Spesifikasi
Penentuan agregat
Penentuan proporsi agregat
Estimasi kadar aspal
( Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K )
47
Kadar Aspal Optimum (KAO)
BABkadar
Pembuatan benda uij dengan IV aspal optimum dengan
menambahkan abu terbang pada agregat halus dengan cara
HASIL DAN PEMBAHASAN
hotmix, pemadatan 2x75 tumbukan
antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen. Adapun hasil
Ukuran Saringan I II
Berat Awal 5000 gram 5000 gram
A−B
Keausan = x 100%
A
Sehingga :
5000-3275
Keausan I = x 100% = 34,5 %
5000
5000-3269
Keausan II = x 100% = 34,62 %
5000
Rata-rata = 34,56 %
bahan dalam agregat kasar yang lolos saringan no 200 (agregat halus ukuran
lebih kecil dari 0.075mm) dengan cara pencucian.. Adapun hasil pengujian
Tabel 4.1 Hasil Uji Analisa lolos Saringan 200 agregat kasar (CA)
Pengujian
Uraian Satuan
I II
Hasil pengujian
B-C
% 0.79 0.73
Lolos 200 = B X 100 %
saringan yang lolos saringan 200 sebesar 0.76% sedangkan untuk spesifikasi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat
kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat jenis semu
50
(apparent), serta penyerapan air oleh agregat kasar. Adapun cara untuk
menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat kasar adalah sebagai
berikut:
a) Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven dibagi
pengurangan nilai berat benda uji kering permukaan dan berat benda uji
dalam air.
b) Nilai Berat jenis jenuh kering permukaan jenuh dihitung dari hasil berat
benda uji kering permukaan dibagi pengurangan nilai berat benda uji
c) Nilai berat jenis semu dihitung dari berat benda uji kering oven dibagi
hasil pengurangan berat benda uji kering oven dengan berat benda uji
dalam air
d) Nilai penyerapan air dihitung dari niali berat benda uji kering permukaan
dikurangi berat benda uji kering oven, hasil pengurangan dibagi nilai
berat benda uji kering oven dan dikali 100% sehingga mendapatkan nilai
penyerapan air
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar tersaji pada tabel
4.4 berikut :
51
Tabel 4.4 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)
Satuan
No. Contoh Notasi I II
Tabel lanjutan hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)
Rata-
Persamaan I II Satuan
rata
Berat jenis curah (Sd) A
2.650 2.640 2.645 Gram/cm 3
B−C
Berat jenis jenuh
keringpermukaan B
2.674 2.664 2.669 Gram/cm 3
jenuh (Ss) B−C
A
Berat jenis semu (Sa) 2.715 2.705 2.710 Gram/cm 3
A−C
B− A
X %
Penyerapan air (Aw) A 0.910 0.906 0.908
100%
Sumber : Analisis Data 2023
Berdasarkan tabel 4.4 uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)
moramo dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis curah
sebesar 2,645 gram/cm 3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh sebesar 2,669
gram/cm 3, berat jenis semu sebesar 2,7100 gram/cm 3 dan penyerapan air sebesar
seluruh luas permukaan agregat. Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada
tabel berikut.
Hasil Pengamatan
Uraian
I II
Luas permukaan benda uji yang masih terselimuti
aspal sesudah perendaman selama 16 - 18 jam,
95 % 95 %
(%)
Hasil rata-rata 95 %
proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau
magnesium sulfat. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
53
Persentase
Berat bahan yang
Persentase Berat lolos saringan Persentase berat
contoh
gradasi contoh setelah bagian contoh
uji
Ukuran Saringan contoh uji uji awal pengujian (%) uji yang hilang
akhir
asli (%) (gram) X=(B-C)/ (%)
(gram)
Bx100 Y=(X/100)xA
A B C (X) (Y)
Pengujian sifat kekekalan agregat kasar
50 mm 37,5 mm
37,5 mm 25 mm
25 mm
19 mm
19 mm 12,5 mm 41.66 667.22 664.20 0.45 0.19
12,5 mm 9,5 mm 20.73 300.42 292.17 2.75 0.57
No. 4
9,5 mm (4,75mm
)
Jumlah 0.76
Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar atau yang
yang baik sehingga menambah kekesatan. Adapun hasil dari pengujian ini
Pengujian
Satu
No. Uraian Dua bidang
bidang
pecah atau
pecah atau
lebih
lebih
Massa benda uji +
(A)
1 takaran 1826.43 1826.43
Massa butir pecah +
2 takaran (B) 1826.43 1826.43
Massa Takaran (C)
3 156.21 156.21
Massa benda Uji (A-C)=(D)
4 1670.22 1670.22
Massa butir pecah
dengan jumlah (B-C)=(E)
5 1670.22 1670.22
bidang pecah yang
disyaratkan
Persentase butir
( E / D ) x 100%
6 pecah 100 100
Adapun hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
55
Butiran
agregat
Jumlah Butiran agregat tdk pipih dan
Ukuran Gradasi % Berat pipih dan
butiran lonjong (Nf&ei)
saringan agregat tertah tertahan lonjong
setelah (f&ei)
mm (% an (wi)
reduksi
(inci) lolos) (pi) gram
butir1) Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5
butir1) % butir1) %
g=f/
A b c d=c*wt/pt e f h i=h/e*100
e*100
1,5"
1" 0.00
Berikut rekapitulasi hasil pengujian agregat kasar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Hasil Spesifikasi
Metode
No Jenis Pengujian Satuan
Pengujian
Pengujian Min Max
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
4 yang lolos saringan % 2012 0.76 - 1
No. 200 CA 1-2 *)
Persentase butir pecah SNI 7619 95/9
5 agregat kasar *) % : 2012 100/100 0 -
Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor
200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih.
Pengujian
Satua
Uraian
n
I II
1270.5
Massa wadah + contoh awal gr 1271.20
2
1000.0
Massa contoh awal (B) gr 1000.00
0
1260.6
Massa wadah + contoh akhir gr 1261.50
0
Hasil pengujian
B-C X 100 % % 0.99 0.97
Lolos 200
B
=
saringan yang lolos saringan 200 sebesar 0.98% sedangkan untuk spesifikasi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk),
berat kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat
jenis semu (apparent), serta penyerapan air oleh agregat kasar. Adapun cara
untuk menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat sedang adalah
sebagai berikut:
58
1. Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven
dibagi pengurangan nilai berat benda uji kering permukaan dan berat
2. Nilai Berat jenis jenuh kering permukaan jenuh dihitung dari hasil berat
benda uji kering permukaan dibagi pengurangan nilai berat benda uji
3. Nilai berat jenis semu dihitung dari berat benda uji kering oven dibagi
hasil pengurangan berat benda uji kering oven dengan berat benda uji
dalam air.
4. Nilai penyerapan air dihitung dari nilai berat benda uji kering
dibagi nilai berat benda uji kering oven dan dikali 100%. Hasil
pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat sedang tersaji pada
tabel 4.6 :
Tabel 4.5 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat sedang (MA)
Berdasarkan tabel 4.5 uji berat jenis dan penyerapan air agregat sedang
(MA) moramo dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis
curah sebesar 2,628 gram/cm3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh
sebesar 2,655 gram/cm 3, berat jenis semu sebesar 2,702 gram/cm3 dan
SNI sehingga material dapat digunakan dalam komposisi campuran aspal AC-
WC.
Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor
200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih.
Pengujian
Uraian Satuan
I II
Hasil pengujian
B-C X 100 % 9.98 9.86
Lolos 200 =
B %
saringan yang lolos saringan 200 sebesar 9.92% sedangkan untuk spesifikasi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk),
berat kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat
jenis semu (apparent), serta penyerapan air oleh agregat halus. Adapun cara
untuk menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven dibagi
permukaan dan dikurangi nilai berat piknometer + benda uji + air sampai
batas bacaan.
2. Nilai berat jenis jenuh kering permukaan dihitung dari hasil berat benda
3. Nilai berat jenis semu dihitung dari hasil berat benda kering permukaan
jenuh dibagi penjumlahan berat piknometer berisi air dengan berat benda
uji kering oven dan dikurangi nilai berat piknometer + benda uji + air
4. Nilai penyerapan air dihitung dari nilai berat benda uji kering permukaan
62
jenuh dikurangi berat benda uji kering oven, hasil pengurangan dibagi
nilai berat benda uji kering oven dan dikali 100%. Hasil pengujian berat
jenis dan penyerapan air agregat sedang tersaji pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus (FA)
Berdasarkan tabel 4.6 uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
(FA) dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis curah
sebesar 2,519 gram/cm3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh sebesar
2,571 gram/cm3, berat jenis semu sebesar 2,655 gram/cm3 dan penyerapan air
sebesar 2,031%.
perbandingan relative dari bagian bahan yang dapat merugikan (seperti butiran
lunak dan lempung) terhadap bagian bahan agregat yang lolos saringan no.4
halus dalam keadaan lepas (tidak dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada
angularitas, bentuk butir dan tekstur permukaan relatif terhadap agregat halus
lain dengan gradasi yang sama. Bila pengujian dilakukan terhadap agregat
Percobaan ke
No. Uraian
I II
1. Volume Silinder 105.00 105.00
(v)
Berat contoh yang telah dicuci
2. 143.18 143.96
dan dikeringkan (F)
3. Berat jenis bulk 2.519 2.519
(G)
Volume contoh dengan
4. 56.83 57.14
menggunakan berat jenis bulk ( F/G )
Berdasarkan hasil pengujian diatas kadar rongga agregat halus yang tidak
halus
Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat halus atau
untuk menentukan kualitas agregat halus yang akan digunakan dalam suatu
konstruksi. Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Massa kering
Massa awal sisa Persentase
contoh uji contoh uji Gumpalan lempung Rata-rata
No (g) setelah (%) (%)
pengujian (g)
M R `P = ((M-R)/M) X100
Spesifika
N Satua Metode Hasil si
Jenis Pengujian Pengujia
o n Pengujian Mi Ma
n n x
II
I Aggregat Halus
Berat jenis dan SNI 1970
1 Penyerapan FA : 2016
- Bulk 2.519 - -
- App 2.655 - -
- Absorbsi % 2.031 - 3
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
2 yg lolos # No. 200 2012
- FA % 9.92 - 10
Aggregat halus atau SNI 03 -
pasir yang 4428 -
3 mengandung bahan 1997
plastis (setara pasir) *)
- FA % 58.26 50 -
SNI-03-
Kadar rongga agregat 6877-
4 halus yang tidak % 2002 45.73 45 -
dipadatkan *)
SNI
Gumpalan lempung 4141 :
5 dan butir-butir mudah % 2015 0.900 - 1
pecah dalam agregat
4. Pengujian Aspal
HASIL PENGUJIAN
Suhu yang
Waktu ( Detik ) Titik Lembek
No. diamati
(oC) I II I II
1 5 0
2 10 63
3 15 133
4 20 183
5 25 243
6 30 285
7 35 305
8 40 345
68
9 45 491
10 49 536 536
49 49
Rata-rata 490C
aspal keras yang terdapat di laboratorium. Besarnya berat jenis aspal penting
berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam
suatu campuran. Adapun hasil pengujian berat jenis aspal dapat dilihat pada
tabel berikut.
berat jenis aspal adalah 1.031 Gram/cc ini menandakan bahwa berat jenis
aspal masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi 2 (Tabel 2.1).
aspal akibat kehilangan berat. Adapun persiapan dan hasil pengujian ini
PERSIAPAN
Contoh Mulai Pk.07.45 Suhu Oven : 110 0
C
dipanaskan
Selesai Pk.08.15
Didinginkan
pada suhu Mulai Pk.08.15 Suhu Ruang : 25 0
C
ruang Selesai Pk.09.45
Pengujian
Kehilangan Pk. :
Mulai Suhu Aspal 0
C
Berat 10.00 163
Selesai Pk. Suhu Alat : 0
C
15.00 163
70
PENGUJIAN
I II
Berat Cawan + Aspal 167.950 Gram 168.056 Gram
Berat Cawan kosong 120.979 Gram 117.478 Gram
Berat Aspal ( a ) 46.971 Gram 50.578 Gram
Berat sebelum pemanasan 167.950 Gram 168.056 Gram
Berat sesudah pemanasan 167.835 Gram 167.945 Gram
Kehilangan berat (b) 0.115 Gram 0.111 Gram
Penurunan berat
b
= X 100% 0.245%
a 0.219 %
Rata - rata 0.232%
71
d. Pengujian penetrasi
tertentu pada suatu selang waktu tertentu dalam suhu kamar. Tingkat
kekerasan ini disebut sebagai angka penetrasi dan dijadikan acuan untuk
klasifikasi aspal. Untuk tahap Persiapan dan hasil pengujian penetrasi aspal
PERSIAPAN
Mulai pk. 10.00
Suhu Oven 110 0C
Contoh dipanaskan Selesai pk. 10.30
Didiamkan pada Mulai pk. 10.30
Suhu Ruang 280C
suhu ruang Selesai pk. 11.00
Direndam pada Mulai pk. 11.00 Suhu bak perendam 250C
Waterbath Selesai pk. 11.30
Pengamatan 1 64 64 mm
72
Pengamatan 2 63 63 mm
Pengamatan 3 63 63 mm
Pengamatan 4 63 64 mm
Pengamatan 5 64 63 mm
63 63 mm
Rata-rata 63 mm
pengujian penetrasi aspal adalah 63 dan standard penetrasi aspal adalah 60-70,
sehingga masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 (Tabel 2.4).
HASIL PENGUJIAN
Pemeriksaan
I II
penetrasi Pada 25 0C
Pengamatan
55 mm 55 mm
1
55 mm 55 mm
2
56 mm 55 mm
3
55 mm 55 mm
4
55 mm 55 mm
73
R a t a - r a t a 55 mm 55 mm
Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal berguna untuk mengetahui
temperatur di mana aspal mulai menyala, dan temperatur dimana aspal mulai
PERSIAPAN
Suhu Oven1500C
Mulai ; pk. 10.00
Contoh dipanaskan
Selesai ; pk. 10.30
Mulai : pk. 10.40 15 oC/menit
Pemanasan dari 56 0C
dibawah titik nyala Selesai : pk. 10.49
Dari 56 0C sampai 28 0C Mulai : pk. 10.49 5 - 6 oC/menit
dibawah titik nyala perkiraan
Selesai : pk. 10.55
Dari 28 0C dibawah titik Mulai pk. 10.55 2 oC/menit
nyala selesai Selesai : pk. 11.10
HASIL PENGUJIAN
Pembacaan
Temperatur dibawah titik nyala Pembacaan temperatur (1)
Temperatur (2)
Menit o
C Menit o
C o
C o
C o
C o
C
1 170 17 24 170 298 170 298
2 155 18 22 185 300 185 300
74
Berdasarkan tabel hasil penujian titik nyala diatas didapatkan nilai sebesar
aspal yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada suhu dan kecepatan
tertentu. Adapun persiapan dan hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.
PERSIAPAN
Mulai
Contoh ; pk. 10.00
Suhu Oven 110 0C
dipanaskan
Selesai; pk. 10.30
Didiamkan Mulai ; pk. 10.35
pada suhu Suhu Ruang 280C
Selesai pk. 11.00
ruang
Direndam Mulai pk. 11.00
pada bak
Suhu bak perendam250C
perendam Selesaipk.11.30
75
HASIL PENGUJIAN
Pemeriksaa daktilitas
I
Pada 25 0C,5 Cm/menit
Pengamatan
1 141
2 133
3 138
Rata - rata 137 cm
berat jenis aspal adalah 1.031 Gram/cc ini menandakan bahwa berat jenis aspal
masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi 2 (Tabel 2.1).
sampel dengan kadar aspal 5.00%, 5.50%, 6.00%, 6.50% dan 7.00% serta
melewati pengujian dan memenuhi spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi
2.
Untuk komposisi campuran aspal beton AC-WC dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
3 8
49.1 48.6
FA 52.00 49.40 48.88 48.36
4 2
TOTAL AGREGAT 94.5 93.5
100.00 95.00 94.00 93.00
CAMPURAN ( % ) 0 0
TOTAL CAMPURAN ( % ) 100 100 100 100 100
Sumber : Analisis Data 2023
diatas sebanyak 12 sampel kemudan di masukkan kedalam oven dengan suhu 60C
pencampuran dengan aspal sesuai dengan komposisi dan dipanaskan dengan suhu
150 C dan dimasukkan kedalam cetakan sampel dan ditumbuk dengan alat
sebanyak 2x75 tumbukkan . selanjutnya sampel yang sudah jadi di diamkan hingga
dingin dan akan dilakukan pengujian penimbangan berat kering, timbangan dalam
78
air dan berat SSD, hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan
a. Kepadatan
rekapitulasi nilai kepadatan tersaji pula pada Lampiran . Adapun perhitungan nilai
d) Berat SSD benda uji dikurangi berat benda uji dalam air sehingga
menghasilkan isi benda uji (cc).
e) Berat kering benda uji dibagi isi benda uji sehingga menghasilkan nilai
kepadatan.
Hasil nilai kepadatan selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.1 :
79
Kepadatan, gr/cc
2.320
2.300
2.280
2.260
2.240
2.220
2.200
2.180
2.160
2.140
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
penambahan aspal dengan kadar 5.0%, 5.50%, 6.50% dan 7.0% tingkat
b. Kelelehan (flow)
parameter yaitu flow. Adapun hasil pengujian parameter flow campuran aspal
modifikasi tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji pada
Lampiran Hasil nilai kepadatan selengkapnya secara visual tersaji pada gambar
4.2 :
80
6.0
Kelelehan, mm
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
Berdasarkan gambar 4.2. dapat dijelaskan bahwa kadar aspal 5.0%, 5.5%,
6.0% dan 6.5% memenuhi standard spesifikasi umum Bina Marga Thun 2018
Revisi 2.
c. Stabilitas
salah satu parameter yaitu stabilitas. Adapun hasil pengujian parameter stabilitas
campuran aspal modifikasi tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai
2. Kemudian hasil pembacaan arloji di kalikan nilai kalibrasi proving ring maka
Hasil pengujian stabilitas selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.3 :
1600
Stabilitas, kg
1400
1200
1000
800
600
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
spesifikasi umum dan nilai stabilitas tertinggi berada pada campuran dengan kadar
aspal 6.0% dengan angka 1101.6 kg. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.
menghasilkan salah satu parameter yaitu VIM. Adapun hasil pengujian parameter
VIM campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VIM
tersaji pada Lampiran. Adapun perhitungan nilai VIM dapat dilakukan dengan
9.0
8.0
7.0
VIM, %
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa nilai VIM untuk variasi 5.0%
satu parameter yaitu VMA. Adapun hasil pengujian parameter VMA campuran
aspal tersaji pada lampiran di mana hasil rekapitulasi nilai VMA tersaji pada
sebagai berikut :
agregat.
Hasil nilai VMA selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.5 :
19.0
18.0
17.0
VMA, %
16.0
15.0
14.0
13.0
12.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
satu parameter yaitu VFB. Adapun hasil pengujian parameter VFB campuran
aspal tersaji pada lampiran di mana hasil rekapitulasi nilai VFB tersaji pada
sebagai berikut :
Hasil nilai VFB selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.6:
100.0
90.0
VFB, %
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
Berdasarkan gambar 4.6 bahwa nilai VFB untuk tiap masing-masing variasi
kadar aspal berbeda-beda. Terlihat bahwa campuran aspal dengan kadar 5.0%
tidak memenuhi standar spesifikasi. Sementara untuk kadar aspal 5.5%, 6.0%,
menghasilkan salah satu parameter yaitu MQ. Adapun hasil pengujian parameter
tersaji pada Lampiran . Adapun nilai MQ di dapatkan melalui hasil bagi nilai
85
stabilitas dan flow. Hasil nilai Marshall Quotient selengkapnya secara visual
550
500
450
400
350
300
250
200
150
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %
seiring dengan penambahan nilai kadar aspal. Namun kelima sampel dengan
variasi kadar aspal yang berbeda ini memenuhi spesifikasi umum bina marga
Berdasarkan hasil uji marhshal yang telah dilakukan dengan variasi kadar
aspal 5.0%, 5.50%, 6.0%, 6.5%, dan 7.0% maka didapatkan nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) yang nantinya akan digunakan pada campuran aspal beton AC-
WC dengan bahan pengisi atau filler. Data perbandingan hasil pengujian untuk
menentukan nilai kadar aspal optimum dapat dilihat pada lampiran. Beriut adalah
Beton AC-WC
filler.
Untuk komposisi campuran aspal beton AC-WC dengan penambahan fly ash
dengan kadar rancangan sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dapat dilihat pada
Tabel 4.14 Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly ash (%)
DAFTAR TIMBANGAN
KAO = 6% AGREGAT 94 %
Fly Ash
Komposisi
0% 25% 50% 75% 100%
% % % % %
CA 1-2 23 21.62 21.62 21.62 21.62 21.62
MA 25 23.5 23.5 23.5 23.5 23.5
FA 52 48.88 36.66 24.44 12.22 0
Fly Ash 0 0 12.22 24.44 36.66 48.80
Sumber : Analisis Data 2023
87
Tabel 4.15. Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly Ash (gr)
Total Agregat Campuran = 1200 gr
Fly Ash
Komposisi
0% 25% 50% 75% 100%
gr Gr gr gr Gr
CA 1-2 259.44 259.44 259.44 259.44 259.44
MA 282.00 282.00 282.00 282.00 282.00
FA 586.56 439.92 293.28 146.64 0.00
Fly Ash 0.00 146.64 293.28 439.92 586.56
ASPAL 6% 72 72 72 72 72
TOTAL 1200.00 1200.00 1200.00 1200.00 1200.00
Sumber : Analisis Data 2023
a. Kepadatan
kepadatan campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai
kepadatan tersaji pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai kepadatan selengkapnya
2.500
Kepadatan, gr/cc
2.000
1.500
1.000
0.500 Kepadatan, gr/cc
0.000
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.8 Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
88
penambahan fly ash sebanyak 25% maka nilai kepadatan campuran aspal
minimal 2 (dua) dan tidak ada nilai maksimal sehingga semakin tinggi nilai
penambahan 50%, 75% dan 100% nilai kepadatan menurun namun masih
bahwa peningkatan nilai kepadatan terjadi pada penambahan fly ash sebesar 25%.
Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai VMA
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VMA tersaji
pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VMA selengkapnya secara visual tersaji
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00 VMA, %
5.00
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.9. Grafik Nilai Hasil VMA dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan penurunan nilai VMA dengan nilai
89
sebesar 15.55% namun masih tetap masuk kedalam standard spesifikasi dimana
nilai minimum VMA adalah 15% dan tidak ada nilai maksimum. Dengan
melakukan penambahan 50% fly ash nilai VMA mengalami peningkatan sebesar
23.12% begitu pula pada penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100%
Adapun hasil pengujian penambahan fly ash terhadap nilai parameter VFB
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VFB tersaji
pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VFB selengkapnya secara visual tersaji
100.00
VFB, %
80.00
60.00
40.00
20.00 VFB, %
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.10. Grafik Nilai Hasil VFB dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan peningkatan nilai VFB dengan nilai
sebesar 80.69% dan masuk kedalam standard spesifikasi dimana nilai minimum
90
VFB adalah 65% dan tidak ada nilai maksimum artinya semakin tinggi nilai yang
dihasilkan maka semakin baik kualitas nilai dari VFB. Dengan melakukan
penambahan 50% fly ash nilai VFB mengalami penurunan sebesar 50.19% begitu
pula pada penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100% mengalami penurunan
nilai VFB yakni 42.01% dan 34.90% tidak memenuhi spesifikasi umum bina
Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai VIM
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VIM tersaji
pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VIM selengkapnya secara visual tersaji
VIM, %
25.00
20.00
15.00
10.00
VIM 2x75, %
5.00
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.11. Grafik Nilai Hasil VIM dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
91
penambahan fly ash nilai VIM yang dihasilkan adalah 4.03% dengan adanya
penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan penurunan nilai VIM sebesar
3.02% namun bukan berarti penurunan kualitas tetapi nilai tersebut masih masuk
dan maksimum adalah 5%. Sehingga untuk campuran 0% dan 25% masuk dalam
spesifikasi umum bina marga. Dengan melakukan penambahan 50% fly ash nilai
VIM mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 11.70% begitu pula pada
penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100% mengalami peningkatan nilai
VIM yakni 15.18% dan 19.44% sehingga tidak memenuhi spesifikasi umum bina
e. Stabilitas
Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai stabilitas
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai stabilitas
tersaji pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai kepadatan selengkapnya secara
2000.0
Stabilitas, kg
1500.0
1000.0
500.0 Stabilitas, kg
0.0
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.12. Grafik Nilai Hasil Stabilitas dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
92
penambahan fly ash nilai stabilitas sebesar 1117.1 kg. dengan adanya penambahan
fly ash sebanyak 25% maka nilai stabilitas campuran aspal mengalami peningkatan
sebesar 1491.90 kg dan memenuhi standard spesifikasi dimana untuk nilai minimal
800 kg dan itu menandakan semakin tinggi nilai stabilitas yang dihasilkan maka
kualitas aspal semakin baik. Namun dengan kadar penambahan 50% terjadi
penurunan nilai stabilitas sebesar 1188.5 kg namun masih tergolong baik dan
masuk dalam spesifikasi umum. Sedangkan pada penambahan fly ash dengan
kadar 75% dan 100% nilai stabilitas semakin menurun degan penurunan nilai
stabilitas sebesar 767 kg dan 592 kg sehingga untuk penambahan dengan kadar ini
f. Kelelehan (flow)
Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai flow
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji
pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai flow selengkapnya secara visual tersaji
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00 Kelelehan, mm
1.50
1.00
0.50
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %
Gambar 4.13. Grafik Nilai Hasil Flow dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
93
penambahan fly ash nilai flow sebesar 3.50 mm. dengan adanya penambahan fly
ash sebanyak 25% maka nilai flow campuran aspal mengalami penurunan sebesar
2.73 mm dan memenuhi standard spesifikasi dimana untuk nilai minimal 2.0 mm
dan maksimal 4 mm. Begitu pula dengan kadar penambahan 50%, 75% dan 100%
Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai flow
campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji
pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai flow selengkapnya secara visual tersaji
Gambar 4.14. Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
94
penambahan nilai kadar fly ash 25% sebesar 545.86 kg/mm namun semakin
banyak kadar yang dipakai maka cenderung mengalami penuruan nilai MQ.
Namun masih masuk dalam spesifikasi umum bina marga karena nilai MQ berada
BAB V
A. Simpulan
2. Kinerja campuran aspal AC-WC dengan penambahan Fly ash (abu terbang)
dengan kadar variasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dimana kadar terbaik
kg, meningkatkan nilai rongga terisi aspal (VFB) hingga 80.69% serta
akan menurunkan nilai kelelehan (flow) hingga 2.73 mm, menurunkan nilai
nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 3.02% . Maka hasil dari Kinerja
campuran aspal dengan penambahan Fly ash dapat digunakan sebab dari ke
B. Saran
beraspal.
97
DAFTAR PUSTAKA
SNI 06-2489. 1991. Metode Pengujian Campuran Aspal. Direktorat Jendral Bina
Marga , Jakarta.
Sugeha.A.L.R.,Sulandari.E.,Permana. R.S.S. 2019. Pengaruh Abu Terbang bahkan
fly ash (abu terbang) pada capuran aspal beton AC-WC , Jurnal Spektran
Vol. 4, No. 6, Universitas Negeri Padang.
Sukirman. 2020. “Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Jalan”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Tahir. A. 2021. Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC) Dengan
Menggunakan Variasi Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara, untad.ac.id
downloads 16/02/2023. 02.10 pm.
Thangaraj dan Thenmozhi. 2021. Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC)
Dengan Menggunakan Filler Abu Terbang Batu Bara, Jurnal Teknik Sipil
Vol.3, No. 4, Universitas Negeri Malang.
Yinfei.D., Ling.X.,Deyi.D. 2022. “Evaluation Of Thermal Behavior And High-
Temperature Performances Of Asphalt Mixture Containing Fly Ash”,
CenosphereSchool of Civil Engineering, Central South University, China.
Zulfikar.2022 Kinerja Campuran Aspal Modifikasi Dengan Penambahan Limbah
Rambut Manusia. Skripsi, Universitas Sulawesi Tenggara.
99
Lampiran 1
Lokasi Penelitian
Laboratorium Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi
100
Lampiran 2
Data
Analisa Data
Pembuatan
Skripsi
101
Asistensi
Seminar Hasil
Asistensi
Ujian Akhir
Sumber: penulis, catatan rencana kegiatan penelitian
A. Pengujian Abrasi
102
Sampel I Sampel II
Ukuran Saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)
I Aggregat Kasar
SNI
Berat jenis dan 1969 :
1 Penyerapan CA 1-2 2016
- Bulk 2.645 - -
- App 2.710 - -
-Absorbsi % 0.908 - 3
SNI
Berat jenis dan 1969 :
2 Penyerapan MA 2016
- Bulk 2.628 - -
- App 2.702 - -
-Absorbsi % 1.035 - 3
SNI 2417
3 Abrasi % : 2008 34.56 - 40
Penyelimutan dan
Pengelupasan pada SNI 2439
4 campuran Agregat - % : 2011 95 95 -
Aspal *)
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
5 yang lolos saringan % 2012 0.76 - 1
No. 200 CA 1-2 *)
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
6 yang lolos saringan % 2012 0.98 - 1
No. 200 MA *)
Persentase butir pecah SNI 7619 95/9
7 agregat kasar *) % : 2012 100/100 0 -
Spesifika
N Satua Metode Hasil si
Jenis Pengujian Pengujia Mi Ma
o n Pengujian
n n x
II Aggregat Halus
Berat jenis dan SNI 1970
1 Penyerapan FA : 2016
- Bulk 2.519 - -
- App 2.655 - -
- Absorbsi % 2.031 - 3
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
2 yg lolos # No. 200 2012
- FA % 9.92 - 10
Aggregat halus atau SNI 03 -
pasir yang 4428 -
3 mengandung bahan 1997
plastis (setara pasir) *)
- FA % 58.26 50 -
SNI-03-
Kadar rongga agregat 6877-
4 halus yang tidak % 2002 45.73 45 -
dipadatkan *)
SNI
Gumpalan lempung 4141 :
5 dan butir-butir mudah % 2015 0.900 - 1
pecah dalam agregat
106
Spesifikas
N Satua Metode Hasil i
Jenis Pengujian Pengujia
o n Pengujian Mi Ma
n n x
III Aspal
SNI 2434 :
1 Titik lembek ºC 2011 49.00 48 -
SNI 2441 :
2 Berat jenis *) 2011 1.031 1 -
Kehilangan berat SNI 06 - 2440 –
3 *) % 1991 0.232 - 0,8
0.1 SNI 2456 :
4 Penetrasi mm 2011 63 60 70
Penetrasi setelah SNI 2456 :
5 TFOT 2011 55 54 -
SNI 2433 :
6 Titik nyala ºC 2011 321.0 232 -
7 Daktilitas cm SNI 2432 : 2011 137 100 -
Daktilitas setelah
8 TFOT cm SNI 2432 : 2011 124 50 -
9 Kelarutan Aspal *) % SNI 2438 : 2015 99.14 99 -
107
Uraian
Ukuran saringan
# #
Inc 3/4 " 1/2 " 3/8 " #4 #8 # 16 # 30 # 50
100 200
0.07
mm 19 12.5 9.5 4.75 2.36 1.18 0.6 0.3 0.15
5
DATA GRADASI
100.0
CA 1-2 0 58.34 37.61 4.28 2.49 2.16 1.80 1.59 0.98 0.24
100.0 100.0 100.0
MA 51.09 3.76 1.66 1.47 1.40 0.93 0.36
0 0 0
100.0 100.0 100.0 100.0 85.2 54.6 45.3 18.4
FA 28.90 6.28
0 0 0 0 9 1 6 4
KOMBINASI 100.00
AGREGAT
23.00
CA 1-2 23.0 13.4 8.7 1.0 0.6 0.5 0.4 0.4 0.2 0.1
%
25.00
MA 25.0 25.0 25.0 12.8 0.9 0.4 0.4 0.4 0.2 0.1
%
52.00 15.0.
FA 52.0 52.0 52.0 52.0 44.4 28.4 23.6 9.6 3.3
% 0
Gradasi
###### 100.0 90.4 85.7 65.8 45.9 29.3 24.4 15.7 10.0 3.4
Gabungan
Spec.gradasi
max
100.0 100.0 90.0 69.0 53.0 40.0 30.0 22.0 15.0 9.0
min
100.0 90.0 77.0 53.0 33.0 21.0 14.0 9.0 6.0 4.0
108
100
Persen lolos (%)
90
80
70
60
50
40
30
20
10 Bata
0 s
Atas
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
Ukuran saringan (mm)
109
J. Pengujian Marshall