Anda di halaman 1dari 130

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH (ABU TERBANG)

PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC TERHADAP

KARAKTERISTIK MARSHALL

OLEH :

ASHAR SARIF

201810027

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

KENDARI
2022
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH (ABU TERBANG)

PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC TERHADAP

KARAKTERISTIK MARSHALL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Akademik

Sarjana Teknik Sipil Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sulawesi Tenggara

OLEH :

ASHAR SARIF

201810027

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

KENDARI

2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang betanda tangan di bawah ini :

Nama : Ashar Sarif

Stambul : 201810027

Program Studi : Teknik Sipil

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan salinan atau pengambilan

karya orang lain .

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini

adalah hasil jiblakan (plagued), maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut sesuai peraturan berlaku.

Kendari, 2023

Yang menyatakan,

.............................

iii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Proposal ini telah diperiksa dan di setujui oleh komisi pembimbing diujikan dalam

seminar Proposal dihadapan Dewan penguji, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar akademik Sarjana Teknik

Judul : Pengaruh Penambahan Fly Ash (Abu Terbang) Pada

Campuran Aspal Beton AC-WC Terhadap

Karakteristik Marshall

Nama : Ashar Sarif

Stambuk : 2018 100 27

Kendari 2023

Komisi Pembimbing,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sulaiman, ST., M,P.W Ir.Catrin Sudardjat,MPSDA

NIDN : 0907057602 NIDN : 0918105801

Mengetahui :

Ketua Prodi Teknik Sipil

Sulaiman, ST., M,P.W

NIDN :0907057602

iv
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha

menguasai ilmu pengetahuan. Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT Karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya jugalah maka

penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penambahan Fly Ash (Abu

Terbang) Pada Campuran Aspal Beton AC-WC Terhadap Karakteristik

Marshall” dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Rasulullah

Muhammad S.A.W yang telah membawa Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

akademik Sarjana Teknik dalam Program studi Teknik Sipil Universitas Sulawesi

Tenggara.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kami sampaikan kapada

Bapak Sulaiman, ST., M.P.W selaku pembimbing I dan kepada Bapak Ir.Catrin

Sudardjat,MPSDA selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan memberikan sumbangsih pemikiran dalam mengarahkan kami selama

penyusunan skripsi ini. Selama mengikuti proses perkuliahan hingga penyelesaian

studi, banyak pihak yang turut memberikan dukungan dan motivasi, untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak Sarifuddin, Ibu Gusnawati serta kakak dan

Adik tercinta Ahmad syarif dan Ana Pratiwi Syarif yang selalu mengiringi

langkah penulis, terima kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang dan do’a
v
yang tiada hentinya serta semangat dan dorongan moril yang diberikan pada

penulis.

2. Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Sulawesi Tenggara.

3. Prof. Dr. Ir. H. Andi Bahrun, M.Sc.Agric selaku Rektor Universitas Sulawesi

Tenggara.

4. Dr. Ir. Irwan Lakawa, S.T, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Sulawesi Tenggara.

5. Sufrianto, S.E., M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas

Sulawesi Tenggara.

6. Sulaiman, S.T., M.P.W selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sulawesi Tenggara.

7. Penasehat Akademik Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sulawesi Tenggara.

8. Para Dosen dan Staf pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sulawesi Tenggara yang selama ini ikhlas dan sabar dalam mencurahkan

ilmunya kepada seluruh anak didiknya termasuk penulis.

9. Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara yang

telah banyak memberikan data pendukung dan motivasi positif.

10. Teman-teman angkatan KERAMAT 018 jurusan Teknik Sipil yang telah

berjuang bersama menyelesaikan studi meraih gelar Sarjana Teknik.

11. Dan rekan-rekan penulis khususnya Sahabat seperjuangan saya yakni Fendi

Afriandi dan Musdilla serta rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan namanya

vi
satu persatu terima kasih atas bantuannya selama iniyang senantiasa

membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian dan penulisan Tugas Akhir

ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

sehingga dapat menyempurnakan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat

memberi manfaat bagi para pembaca.

Kendari,…………….2023

Penulis

vii
ABSTRAK

Aspal beton merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi
perkerasan lentur. Campuran beton aspal tersebut terdiri atas agregat kasar,
agregat halus, filler dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Filler yang
umum digunakan adalah jenis filler abu (debu) batu. Mengingat sangat langka
keberadaan bahan abu batu, untuk itu sebagai pengganti abu batu dipilih bahan
lain dengan memakai abu terbang (fly ash).
Tujuan penelitian adalah : (1) Menganalisis nilai kadar aspal optimum
campuran AC-WC dengan menggunakan abu terbang sebagai filler. (2)
menganalisis pengaruh nilai karakteristik marshall terhadap campuran AC-WC
dengan menggunakan abu terbang sebagai filler.
Hasil analisis dan pengujian di Laboratorium menghasilkan Kinerja
campuran aspal AC-WC dengan penambahan Fly ash (abu terbang) dengan kadar
variasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dimana kadar terbaik berada pada variasi
campuran 25% dikarenakan meningkatkan nilai kepadatan hingga 2,289 gr/cc,
meningkatkan nilai stabilitas hingga 1491.90 kg, meningkatkan nilai rongga terisi
aspal (VFB) hingga 80.69% serta meningkatkan nilai Marshall Quotient (MQ)
hingga 545.86 kg/mm, namun akan menurunkan nilai kelelehan (flow) hingga 2.73
mm, menurunkan nilai rongga di antara mineral agregat (VMA) hingga 15.55%
dan menurunkan nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 3.02% . Maka hasil
dari Kinerja campuran aspal dengan penambahan Fly ash dapat digunakan sebab
rata-rata memenuhi spesifikasi.

Kata Kunci:Karakteristik, Aspal, Fly ash, Marshall

viii
ABSTRACT

Asphalt concrete is a type of flexible pavement construction. The asphalt


concrete mixture consists of coarse aggregate, fine aggregate, filler and uses
asphalt as a binder. The filler that is commonly used is rock ash (dust) filler.
Considering the very rare presence of rock ash, other materials used as fly ash
were used as a substitute for rock ash.
The research objectives were: (1) To analyze the optimum bitumen content
value of the AC-WC mixture using fly ash as a filler. (2) to analyze the effect of
the Marshall characteristic value on the AC-WC mixture using fly ash as a filler.
The results of the analysis and testing in the laboratory produced the
performance of the AC-WC asphalt mixture with the addition of fly ash with
varying levels of 0%, 25%, 50%, 75% and 100% where the best grade was in the
25% mixture variation due to increasing the value density up to 2.289 gr/cc,
increasing the value of stability up to 1491.90 kg, increasing the value of cavity
filled asphalt (VFB) up to 80.69% and increasing the value ofMarshall Quotient
(MQ) up to 545.86 kg/mm, but will lower the melting point (flow) to 2.73 mm,
reduced the void space between mineral aggregate (VMA) values up to 15.55%
and mixed air voids (VIM) values up to 3.02%. Then the results of the
performance of the asphalt mixture with the addition of fly ash can be used
because on average it meets the specifications.

Keywords:Characteristics, Asphalt, Fly ash, Marshall

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..............................................................................................i


Halaman Sampul Dalam...................................................................................ii
Halaman Prasyarat Gelar...................................................................................iii
Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan..............................................................iv
Halaman Persetujuan Skripsi............................................................................v
Halaman persetujuan Pengujian........................................................................vi
Halaman Kata Pengantar...................................................................................vii
Halaman Abstrak..............................................................................................x
Halaman Abstract..............................................................................................xi
Halaman Daftar Isi............................................................................................xii
Halaman Daftar Tabel.......................................................................................xiv
Halaman Notasi/Singkatan................................................................................xv
Halaman Daftar Gambar...................................................................................xvi
Halaman Daftar Lampiran.................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................3
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5

A. Perkembangan Perkerasan Jalan di Indonesia................................5


B. Lapisan AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course)..................7
C. Penyusun Campuran Aspal AC-WC..............................................8
D. Kadar Aspal Optimum (KAO).....................................................14
E. Uji Karakteristik Marshall............................................................15
F. Penelitian Terdahulu....................................................................20

x
BAB III METODE PENELITIAN 28
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 28
B. Jenis dan Sumber Data 28
C. Variabel Penelitian 29
D. Teknik Pengumpulan Data 30
E. Teknik Analisis Data 30
F. Definisi Operasional 32
G. Konsep Operasional 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................46

A. Pengujian Pengujian Karakteristik Material Campuran Aspal


Beton AC-WC..................................................................................46

B. Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum........................................57


C. Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Filler Pada Campuran
Aspal Beton AC-WC........................................................................67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................76


A. Simpulan...........................................................................................76
B. Saran.................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................78
LAMPIRAN .....................................................................................................80

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan Campuran Lapis Aspal Beton (AC)....................................8

Tabel 2.2 Spesifikasi Agregat Kasar....................................................................9

Tabel 2.3 Spesifikasi Agregat Halus..................................................................10

Tabel 2.4 Spesifikasi Aspal Keras.....................................................................11

Tabel 2.5 Kebutuhan Kandungan Kimia Abu Terbang......................................13

Tabel 2.6 Spesifikasi Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal.......17

Tabel 3.1 Jenis Dan Sumber Data......................................................................31

Tabel 3.2 Variabel Penelitian.............................................................................32

Tabel 3.3 Rincian Sampel Dengan Penambahan Fly Ash..................................38

Tabel 4.1 Hasil Uji Analisa Saringan Agregat Kasar (CA) ..............................46

Tabel 4.2 Hasil Uji Analisa Saringan Agregat Sedang (MA)............................47

Tabel 4.3 Hasil Uji Analisa Saringan Agregat Halus (FA)................................48

Tabel 4.4 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar (CA)........50

Tabel 4.5 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Sedang (MA).....52

Tabel 4.6 Hasil Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus (FA).......54

Tabel 4.7 Persiapan Pengujian Penetrasi Aspal.................................................55

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Penetrasi Aspal.......................................................55

xii
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal.................................................56

Tabel 4.10 Kadar Aspal Rencana (%)...........................................................57

Tabel 4.11 Komposisi Agregat Campuran (%).............................................57

Tabel 4.12 Komposisi Berat Timbangan Cmpuran (gr)................................58

Tabel 4.13 Kadar Aspal Optimum (KAO)....................................................67

Tabel 4.14 Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly Ash


(%)................................................................................................................67
Tabel 4.15 Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly Ash
(Gr) ...........................................................................................................68

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Abu Terbang Kelas C dan F.......................................................13

Gambar 2.2. Skema Volumetrik Campuran Beraspal .....................................19

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai Kepadatan ................................60

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai Flow..........................................61

Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai Stabilitas....................................62

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai VIM.......................................... 63

Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai VMA.........................................64

Gambar 4.6 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai VFB...........................................65

Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji Marshall Nilai MQ........................................... 66

Gambar 4.8 Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash......68

Gambar 4.9 Grafik Nilai Hasil VMA Dengan Penambahan Fly Ash..............69

Gambar 4.10 Grafik Nilai Hasil VFB Dengan Penambahan Fly Ash..............70

Gambar 4.11 Grafik Nilai Hasil VIM Dengan Penambahan Fly Ash..............71

Gambar 4.12 Grafik Nilai Hasil Stabilitas Dengan Penambahan Fly Ash.......72

Gambar 4.13 Grafik Nilai Hasil Flow Dengan Penambahan Fly Ash ............73

Gambar 4.14 Grafik Nilai Hasil MQ Dengan Penambahan Fly Ash...............74

xiv
DAFTAR NOTASI / SINGKATAN

AC-WC = Asphalt Concrete Wearing Course

AC-BC = Asphalt Concrete Binder Course

ACBase = Asphalt Concrete Base

SNI = Standar Nasional Indonesia

UK = United Kingdom.

VIM = Void In Mix

VMA = Void in the mineral aggregate

KAO = Kadar Aspal Optimum

VITM = Void in Total Mix

VFWA = Void Filled With Asphalt

PJK = Perusahaan Jasa Konsruksi

DMF = Design Mix Formula

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

Lampiran 2. Rencana Kegiatan Penelitian

Lampiran 3. Data Hasil Pengujian Abrasi Dengan Alat Los Angeles

Lampiran 4. Data Hasil Pengujian Agregat Kasar dan Sedang

Lampiran 5. Data Hasil Pengujian Agregat Halus

Lampiran 6. Data Hasil Pengujian Aspal

Lampiran 7. Data Hasil Pengujian Perencanaan Penggabungan Agregat

Lampiran 8. Grafik Perencanaan Penggabungan Agregat

Lampiran 9. Hasil Pengujian Campuran dengan Penambahan Fly Ash Beraspal


Menggunakan Alat Marshall
Lampiran 10.Laporan Hasil Pengujian Campuran Beraspal dengan Alat Marshall
Untuk Menentukan Nilai KAO
Lampiran 11. Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan

sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan

aspal memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan bahan-bahan lain,

diantaranya harganya yang relatif lebih murah dari pada beton, kemampuannya

dalam mendukung beban berat kendaraan yang tinggi, sifat lenturnya mendukung

kenyamanan pengendara dan dapat dibuat dari bahan-bahan dalam negeri yang

tersedia. Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana

transportasi di Indonesia. Oleh karena itu, campuran aspal membutuhkan

perkuatan dengan bahan tambah sebagai modifikasi untuk mendukung kekuatan,

kelenturan plastis, jumlah rongga udara, ketahanan terhadap gaya luar, dan cuaca.

Penggunaan abu terbang (fly-ash) dari sisa pembakaran batu bara merupakan salah

satu cara untuk menanggulangi permasalahan lingkungan, khusus nya limbah.

Disamping itu penggunaan abu terbang (fly-ash) diharapkan dapat menambah daya

tahan lapis perkerasan aspal terhadap kerusakan yang disebabkan oleh air dan

cuaca.

Aspal beton merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi

perkerasan lentur. Campuran beton aspal tersebut terdiri atas agregat kasar, agregat

halus, filler dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Filler yang biasa

disebut juga bahan pengisi dapat diperoleh dari hasil pemecahan batuan secara
2

alami maupun buatan. Filler yang umum digunakan adalah jenis filler abu (debu)

batu. Mengingat sangat langka keberadaan bahan abu batu, untuk itu sebagai

pengganti abu batu dipilih bahan alternatif, dengan memakai abu terbang (fly ash).

Bahan sisa pembakaran batubara yang berupa abu batu dan mengandung silika ini

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak ditangani secara memadai.

Adapun material fly ash (abu terbang) sering digunakan dalam struktur bangunan

untuk mendapatkan beton dengan kekuatan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ada

kemungkinan jika material fly ash ( abu terbang) digunakan sebagai salah satu

bahan campuran beraspal panas, maka parameter-parameter yang terdapat pada

campuran beraspal tersebut akan meningkat.

Putri (2019) mempelajari pengaruh abu terbang pada nilai karakteristik

marshall, dimana pada penelitian ini , dilakukan pengujian Marshall Test dari 3

variasi penggunaan filler yang berbeda yaitu : Abu batu 100 % - Fly Ash 0 %, Abu

batu 50 % - Fly Ash 50 %, dan Abu batu 0 % - Fly Ash 100 %. Dengan

menggunakan fly ash sebagai filler stabbility dan Marshall Quotient semakin

tinggi. Kemudian dengan penambahan fly ash sebagai filler nilai flow atau

kelelahan terus menurun,dalam hal ini fleksibilitasnya menjadi jelek.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik

untuk mengetahui pengaruh abu terbang terhadap nilai karakteristik marshall pada

campuran aspal beton maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Penambahan Fly Ash (Abu Terbang) Pada Campuran Aspal Beton AC-WC

Terhadap Karakteristik Marshall”.


3
4

B. Rumusan Masalah

Teknologi campuran beraspal saat ini sudah mencapai pada penggunaan

material limbah sebagai bahan material campuran beraspal. Penelitan ini berusaha

mendorong penggunaan fly ash (abu terbang) sebagai bahan pengisi. Adapun

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa nilai kadar aspal optimum campuran AC-WC dengan menggunakan

abu terbang sebagai filler.

2. Berapa nilai karakteristik marshall terhadap campuran AC-WC dengan

menggunakan abu terbang sebagai filler.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis nilai kadar aspal optimum campuran AC-WC dengan

menggunakan abu terbang sebagai filler.

2. Menganalisis pengaruh nilai karakteristik marshall terhadap campuran AC-

WC dengan menggunakan abu terbang sebagai filler.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi setiap pembaca yang

berkepentingan dalam bidang teknik sipil dalam ilmu perkerasan jalan.

2. Manfaat Praktis
5

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian serupa dan menambah wawasan

E. Ruang Lingkup Penelitian

Permasalahan perendaman nilai kadar aspal minyak pada campuran AC-WC

sehingga perlu membatasi masalah penelitian ini agar dapat lebih terarah sehingga

fokus penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan adalah berbentuk uji eksperimen di laboratorium.

2. Menggunakan abu terbang (fly ash) sebagai bahan pengisi.

3. Menggunakan aspal minyak pen 60/70 sebagai bahan pengikat berdasarkan

SNI

4. Benda uji jenis campuran AC-WC yang digunakan, dilakukan pengujian

karakteristik marshall, perendaman air secara laboratorium pada suhu ruang

selama 24 jam untuk menghitung nilai volumetrik (VIM, VMA dan VFB).

5. Metode perancangan yang digunakan sebagai acuan adalah Spesifikasi Umum

Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Perkerasan Jalan di Indonesia

Perkembangan konstruksi jalan yang digunakan oleh seluruh dunia diawali

oleh temuan Thomas Telford (1757-1834) dan Jhon London Mac Adam (1756-

1836). Konstruksi ini diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan

pengikatnya dan seluruh dunia menggunakan teknologi ini sebagai konstruksi

jalan. Perkembangan selanjutnya adalah konstruksi perkerasan jalan menggunakan

aspal panas (hot-mix). Jenis perkerasan ini dinamakan perkerasan lentur.

Menurut Sukirman (2020), berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi

perkerasan jalan terdiri dari konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan

konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement).

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya

bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu

sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang

berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur

tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel

agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal

akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis), menurut

Sukirman (2020).
7

Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) Merupakan perkerasan yang

menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton

dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis

pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton, menurut

Sukirman (2020).

Di Indonesia, kedua jenis perkerasan ini telah digunakan pada hampir seluruh

proyek-proyek jalan nasional, provinsi dan kabupaten. Masalah yang dihadapi

Direktorat Jenderal Bina Marga Indonesia adalah kerusakan dini pada konstruksi-

konstruksi jalan. Baik yang terjadi pada perkerasan lentur maupun perkerasan

kaku. Hampir 40 % jaringan jalan yang ada di Indonesiamengalami kerusakan

ringan hingga kerusakan berat. Jaringan jalan nasional pada tahun 2002 mencapai

330.495 km. Secara keseluruhan jalan yang rusak meliputi jalan negara sekitar

12% (3.224 km), jalan provinsi sekitar 34% (12.636 km), sementara jalan

kabupaten yang rusak mencapai 47% (113.244 km) (Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, 2005).

Muncul pemikiran penggunaan aspal Buton Indonesia secara maksimal hingga

saat ini diperkuat oleh surat edaran Direktorat Jenderal Bina Marga yang

mewajibkan seluruh paket-paket proyek hot-mix agar menggunakan Asbuton butir

sebagai bahan substitusi dalam campuran hot-mix. Namun setelah diterapkan,

substitusi ini hanya efektif penggunaannya pada penggunaan 8% terhadap

campuran. Sehingga hanya kurang lebih 2,5 % bitumennya yang mampu

mensubstitusi aspal minyak.


8

B. Lapisan AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course)

Lapisan AC-WC adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan

berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat

menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara

keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkersan. AC-WC

mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston lainnya.

Menurut binamarga (2018), Lapisan Lapis Aspal Beton Aus (Asphalt

Concrete-Wearing Course, AC-WC) merupakan salah satu dari tiga lapisan

didalam Lapis Aspal Beton (Laston), Laston terdiri dari tiga lapis : AC-WC

(Asphalt Concrete-Wearing Course), AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course),

dan AC-B (Asphalt Concrete-Base).

Lapisan aspal AC-WC adalah lapisan yang memiliki struktur paling halus

dibandingkan dengan lapisan lainnya. Adanya campuran bergradasi rapat yang

memiliki sedikit rongga padat pada campuran aspal AC-WC menyebabkan lapisan

ini lebih peka terhadap variasi dan proporsi campuran .sebagai lapisan yang

terletak di susunan paling atas,tentu saja lapisan aspal ini akan langsung

berhubungan dengan kondisi luar, seperti cuaca, lingkungan dan kendaraan. Oleh

sebab itu, lapisan ini harus dibuat kedap air dan memiliki kekesatan yang tinggi.

Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lapisan yang pertama kali menahan

kendaraan, inilah sebabnya aspal AC-WC harus memiliki stabilitas yang tinggi

untuk menghindari perubahan bentuk, alur dan blending.


9

Ketentuan sifat-sifat campuran dan gradasi agregat untuk campuran aspal

laston dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Ketentuan Campuran Lapis Beton Aspal (AC)

Sifat-sifat Campuran Laston

Jumlah tumbukan per bidang 75 112


Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min. 1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam agregat (VMA)(%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshal l sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selam 24 jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2
kepadatan membal (refusal) Sumb

er : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divisi 6 Pekerjaan beraspal

C. Penyusun Campuran Aspal AC-WC

Bahan-bahan penyusun lapis AC-WC berisi agregat kasar, agregat halus, aspal

dan filler. Dan berikut uraian bahan penyusun lapis AC-WC aspal beton bahan

perkerasan jalan :

1. Agregat

Agregat merupakan komponen utama dari struktur pekerjaan jalan, agretgat

secara umum terbagi atas tiga fraksi yaitu, agergat kasar, agregat halus dan filler
10

(bahan pengisi). Agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan

ayakan No. 4 (4,75 mm) yang dilakukan cesar basah, bersih, keras, awet dan bebas

dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus dari

sumber manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan

terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 4 (4,75mm). Bahan pengisi atau filler

yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan dan bila diuji dengan

pengayakan sesuai SNI ASTM C136: 2010 harus mengandung bahan yang lolos

ayakan No. 200 ( 0,075 mm) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi

perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Kekuatan dan keawetan lapisan perkerasan,

 Kemampuan dilapisi aspal dengan baik,

 Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang

nyaman dan aman.

Berikut adalah tabel ketentuan spesifikasi agregat sesuai dengan SNI bina

Marga tahun 2018 Revisi 2

Tabel 2.2 Spesifikasi Agregat Kasar


11

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan
Natrium sulfat Maks. 12%
bentuk agregat SNI 3407:2008
terhadap larutan Mangnesium sulfat Maks. 18%

100 putaran Maks. 6%


Campuran AC
modifikasi
Abrasi dengan 500 putaran Maks. 30%
meson Los Semua jenis SNI 2471 :2008
Angeles campuran aspal 100 putaran Maks. 8%
bergradasi
500 putaran Maks. 40%
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012 95/90
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 2%
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divisi 6 Pekerjaan beraspal

Tabel 2.3 Spesifikasi Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60%
Angularitas dengan uji kadar rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan Lempung dan Butir-Butir
SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
mudah pecah dalam agregat
Agregat lolos ayakan No.200 SNI ASTM C117 : 2012 Maks. 10%
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divisi 6 Pekerjaan beraspal

2. Aspal

Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna hitam atau coklat tua, yang

tersusun dari unsur-unsur asphaltenes, resin dan oils, sedangkan aspal sering juga

disebut sebagai bitumen. Aspal berfungsi sebagai bahan pemberi ikatan yang kuat

antara agregat, sebagai pengisi rongga antar butir agregat dan pori pori yang ada
12

didalam agregat itu sendiri. Ketentuan untuk aspal keras yang akan digunakan

dapat dilihat di Tabel 2. 4.

Tabel 2.4 Spesifikasi Aspal Keras


13

umber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divisi 6 Pekerjaan beraspal

3. Fly Ash Sebagai Filler

Fly ash adalah produk dari sisa pembakaran batubara yang biasa dikenal

sebagai material pozzoland yang dapat digunakan sebagai campuran bahan

tambah pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi

baru tentang High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC) yang menggunakan kadar

fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50% sebagai material bahan penyusunnya

serta memiliki nilai fas sekitar 0,4 dan penggunaan akan semen lebih rendah

dibandingkan beton normal (Thangaraj dan Thenmozhi, 2021).


14

Abu terbang merupakan material hasil sampingan (by-product) industri salah

satunya adalah sisa hasil proses pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU). Material abu terbang dikategorikan dalam material

“pozzolon” yakni material siliceous atau aluminous yang didalamnya terdapat

sedikit sekali atau tidak sama sekali material cementious sebagaimana yang

dimiliki semen portland. Material abu terbang dapat saja bereaksi secara kimia

dengan cairan alkali pada temperatur tertentu untuk membentukmaterial-campuran

yang memiliki sifat seperti semen. Abu terbang, biasa dikenal sebagai abu

berbentuk serbuk, yang merupakan hasil sisa dari pembakaran abu batu bara pada

pembangkit tenaga listrik, yang dipisahkan dari gas pembakaran melalui

pengumpul mekanik atau elektrostatik. Abu terbang terdiri dari sebagian besar

partikel yang mempunyai diameter 1-150 mikrometer yang lolos dari ayakan 45

mikrometer.

Berdasarkan ASTM C 618-03 (2003), abu terbang didefinisikan sebagai

material halus yang berasal dari hasil pembakaran batu bara. Penggunaan abu

terbang pada beton ataupun mortar mempunyai banyak keunggulan baik untuk

kondisi beton/mortar fresh dan mengeras. Keunggulan pada beton/mortar fresh

adalah meningkatkan kelacakan (workability) mengurangi kebutuhan air,

mengurangi bleeding, dan memperlambat waktu pengerasaan beton dan mortar

pada saat proses pengecoran.

Tabel 2.5 menunjukkan persyaratan fisik abu terbang. Umumnya abu terbang

memiliki komposisi kimia utama berupa silica (SiO2), alumina (Al2O3) dan ferric

oxide (Fe2O3). Kandungan kimia lainnya seperti calcium oxide (CaO), magnesium
15

(MgO), sulphur (SO3), alkaline (Na2O, K2O), phosphorus (P2O5), manganese

(Mn2O3) dan titanium (TiO2). ASTM C 618-05 membagi abu terbang dalam tiga

ketegori yaitu kelas N, kelas F dan kelas C seperti pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Kebutuhan Kandungan Kimia Abu Terbang (ASTM C 618-03,2003)

Sumber : ASTM C 618-03,2003

Gambar 2.1 masing-masing memperlihatkan jenis abu terbang kelas C dan

jenis abu terbang kelas F yang biasa digunakan dalam membuat beton geopolymer

maupun mortar geopolymer.

Gambar 2.1. Abu Terbang Kelas C dan F


Sumber : Ilham,2008
16

Berdasarkan Spesifikasi Bina marga tahun 2018 revisi 2, bahan pengisi (filler)

harus memenuhi standar sebagai berikut:

a. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added ) dapat berupa debu batu kapur

(limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur magnesium atau

dolomit yang sesuai deng an AASHTOM 303 -89 (2014),atau semen atau abu

terbang tipe C dan F yang sumbernya disetujui oleh Pengawas Pekerjaaan.

Bahan pengisi jenis semen hanya dapat digunakan untuk campuran beraspal

panas dengan bahan pengikat jenis aspal keras Pen 60-70.

b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-

gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136; 2012

harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron)tidak kurang

75% terhadap beratnya.

c. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added ), untuk semen harus dalam

rentang 1% sampai dengan 2% terhadap berat total agregat dan untuk

bahanpengisi lainnya harus dalam rentang 1% sampai dengan 3% terhadap

berat total agregat. Khusus untuk SMA tidak dibatasi kadarnya tetapi tidak

boleh menggunakan semen.

4. Gradasi

Menurut Debataraja 2020, Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran

partikel agregat dan dinyatakan dalam persentase terhadap total beratnya. Gradasi

agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat ditimbang dan

dipersentasekan agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan

terhadap berat total. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam


17

campuran dan menentukan apakah gradasi agregat memenuhi spesifikasi atau

tidak.

Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan

satu set saringan dimana saringan yang paling kasar diletakkan di atas dan yang

paling halus terletak paling bawah. 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1

mm; 12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm;

0,074 mm). Gradasi agregat dapat dibedakan atas:

a. Gradasi seragam (uniform graded)/gradasi terbuka (open graded)

Gradasi seragam (uniform graded) adalah agregat dengan ukuran yang hampir

sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga

tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga

gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan

perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang berat volume

kecil.

b. Gradasi rapat (dense graded)

Gradasi rapat, merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang

seimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik. Gradasi rapat

akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap

air, sifat drainase jelek, dan berat volume besar.

c. Gradasi senjang (gap graded)

Gradasi senjang (gap graded), merupakan campuran yang tidak memenuhi

dua kategori di atas. Aggregate bergradasi buruk yang umum digunakan untuk

lapisan perkerasan lentur merupakan campuran dengan satu fraksi hilang satu
18

fraksi sedikit. Gradasi seperti ini juga disebut gradasi senjang. Gradasi senjang

akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis

di atas.

Pada campuran aspal khususnya aspla beton, gradasi agregat sangat

berpengaruh pada kualitas campuran aspal itu sendiri. Pada agregat tingkat

keseragaman butir beraneka ragam dan biasa dinyatakan dalam presentase lolos,

atau presentase tertahan, yang didapat dari proses perhitungan berdasarkan berat

agregat dengan mengguanakn satu set saringan agregat dengan pengujian Sieve

Analysis Test. Ada batasan-batasan tertentu pada gradasi agregat yang kemudian

disebut dengan batas, berikut macam batas pada agregat dikenal dengan batas atas,

batas tengah/ideal atau batas bawah. Berikut penjelasan tentang syarat batas atas

dan bawah untuk lapisan aspal beton beton (Aspal beton) AC-WC untuk masing-

masing ukuran saringan yang diambil dari spesifikasi Bina Marga berikut ini :

Tabel 2.6 Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal


Ukuran % Berat yang Lolos Terhadap Total Agregat dalam Campuran
Ayakan Laston (AC)
(mm) AC-WC AC-BC AC-Base
37,5 - - 100
25 - 100 90 - 100
19 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 75 - 90 60 - 78
9,5 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
Lanjutan Tabel 2.6 Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal
19

Ukuran % Berat yang Lolos Terhadap Total Agregat dalam Campuran


Ayakan Laston (AC)
(mm) AC-WC AC-BC AC-Base
2,36 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,600 14 - 30 12 -28 10 - 22
0,300 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,150 6 - 15 5 - 13 4 - 10
0,075 4-9 4-8 3-7
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2018

D. Kadar Aspal Optimum (KAO)

Pada setiap awal proyek jalan, paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya

pekerjaan aspal, Perusahaan Jasa Konsruksi (PJK) harus menyerahkan secara

tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan Design Mix Formula (DMF) untuk

campuran yang akan dihampar di lapangan. Formula yang diserahkan PJK berisi

rincian antara lain: kadar aspal optimum, sumber agregat, ukuran nominal

maksimum partikel, persentase setiap fraksi agregat yang cenderung digunakan

PJK, baik pada coldbin maupun hotbin, gradasi agregat gabungan yang memenuhi

gradasi yang disyaratkan, dan rentang temperatur pencampuran aspal dengan

agregat serta temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk

(mixer ). Kadar aspal optimum ditentukan dengan merata-ratakan kadar aspal yang

memberikan nilai stabilitas maksimum, kepadatan maksimum dan kadar aspal pada

VIM-PRD yang disyaratkan. Hasil ini kemudian di cek apakah pada nilai rata-rata

ini persyaratan campuran beraspal lainnya seperti VMA, VFB dan Flow campuran

telah memenuhi spesifikasi.


20

Untuk menentukan kadar aspal rencana diperkirakan dengan penentuan kadar

aspal optimum secara empiris dengan Persamaan 2.1 sebagai berikut.

Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% FF) + K........... (2.1)

dengan:

Pb = Perkiraan kadar aspal terhadap campuran

CA = Agregat tertahan saringan nomor 8.

FA = Agregat lolos saringan nomor 8 dan tertahan saringan No.200.

FF = Bahan pengisi lolos saringan nomor 200.

K = Konstanta 2,0 sampai dengan 3,0 untuk lataston.

E. Uji Karaktersitik Marshall

Pengujian Marshall Test dimaksudkan untuk menentukan ketahanan

(stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal. Parameter

marshall test adalah: kepdatan, stabilitas (stability), kelelehan (flow), MQ

(Marshall Quotient),VMA (Void in Mineral Aggregate), VITM (Void in Total

Mix), Density dan VFWA (Void Filled With Asphalt).

Kinerja campuran beraspal sangat ditentukan oleh volumetrik campuran dalam

keadaan padat yang terdiri dari: rongga udara dalam campuran (VIM), rongga di

antara agregat (VMA), dan rongga terisi aspal (VFA). Adapun persyaratan

campuran beraspal dingin dengan Asbuton butir menurut Departemen Pekerjaan

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 2006 No : 001 – 05 /BM/2006


21

tentang pemanfaatan Asbuton, campuran beraspal panas dengan Aspal minyak

butir peremaja emulsi. Persyaratan briket hasil pemadatan dengan 2 × 50 tumbukan

sedangkan pada SNI 06- 2489-1991 tentang metode pengujian campuran aspal

dengan alat marshall 2 × 75 tumbukan untuk lalu lintas berat.

1. Stabilitas (Stability)

Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban

sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai

stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu

melakukan pengujian Marshall. Nilai yang terbaca tersebut, kemudian dikoreksi

dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor koreksi

volume benda uji.

Berikut dijelaskan perolehan nilai stabilitas dijelaskan dalam persamaan

dibawah ini:

S = p x q …………………………………….………(2.2)

Keterangan :

S : Angka stabilitas sesungguhnya

P : Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat

q : Angka koreksi benda uji

2. Kelelehan (Flow)
22

Kelelehan (Flow) merupakan besarnya deformasi vertikal yang dinyatakan

dalam satuan millimeter (mm) yang terjadi pada benda uji padat dari campuran

aspal hingga mencapai titik beban maksimum pada saat pengujian stabilitas

Marshall. Hal ini menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis

perkerasan aspal akibat menahan beban yang berada diatasnya. Nilai flow ini

sangat dipengaruhi oleh viscositas atau kekentalan dan persentase aspal yang

digunakan, gradasi agregat, jumlah dan terperatur pemadatan.

3. Void in the mix (VIM)

Rongga dalam campuran (Void in Mix - VIM) merupakan ruang udara yang

ada di antara partikel agregat yang telah diselubungi oleh aspal di dalam campuran

yang telah dipadatkan dan dinyatakan dalam persen dari volume total. Nilai VIM

merupakan ukuran yang umum dikaitkan dengan durabilitas dan kekuatan dari

campuran.

Gambar 2.2 memperlihatkan skema volumetrik pada campuran aspal. Analisa

rumus VIM berdasarkan pemanfaatan Aspal minyak campuran beraspal panas

dengan aspal minyak butir peremaja emulsi adalah :

100+ AR + KA 100+AR+ KA
VIM(%)=V-{( ¿+¿( )}..................(2.3)
L G

Dimana:

AR = Kadar residu dalam campuran (%)

G = BJ Bulk - berat benda uji (gr)

L = Berat benda uji setelah oven (gr)


23

KA = Kadar air (%)

4. Void in mineral agregat

VMA (Void In Mineral Aggregate) adalah rongga udara yang ada diantara

mineral agregat didalam campuran beraspal panas yang sudah didapatkan termasuk

ruang yang terisi aspal. VMAdinyatakan dalam prosentase dari campuran ber

aspalpanas. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume

rongga udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas,besarnya nilai VMA

dipengaruhi oleh kadar aspal,gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan

temperatur pemadatan.

Analisa rumus VMA berdasarkan Buku pemanfaatan Aspal minyak campuran

beraspal panas dengan aspal minyak butir peremaja emulsi adalah :

100+ AR+ KA 100+ AR+ KA


VMA(%)={( ¿+¿( )}x 100..............(2.4)
G G

Dimana :

AR = Kadar residu dalam campuran (%)

CS = Berat jenis semu

G = BJ Bulk -berat benda uji (gr)

KA = Kadar air (%)


24

Gambar 2.2. Skema Volumetrik Campuran Beraspal

5. Marshall Quotient (MQ)

Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara Stabilitas dan Flow yang

diperoleh dari uji tekan dengan metode Marshall sedangkan besaran Ratio Partikel

Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif diperoleh dan dihitung dari komposisi

campuran.

Nilai Marshall Quotient campuran aspal minyak Analisa rumus MQ

berdasarkan Buku pemanfaatan Aspal minyak campuran beraspal panas dengan

aspal minyak butir peremaja emulsi adalah

S
MQ = .......................................(2.5)
F

Dimana :

MQ = Marshall Quotient (kg/mm)

S = Stabilitas (kg)

F = Nilai flow (mm)


25

Ketentuan nilai karateristik Marshall berdasarkan Spesifikasi Umum Bina

Marga Revisi 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

F. Penelitian Terdahulu

AlQurny,A.U (2022) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji

pengaruh penambahan bahan pengisi (filler) fly ash terhadap campuran aspal beton

lapis aus (asphalt concrete wearing course/ac-wc). Dalam penelitian yang ia

lakukan hasil pengujian didapatkan bahwa campuran aspal dengan penambahan

bahan pengisi yang berupa abu batu bara dilihat dari keseluruhan nilai

karakteristik marshall penampakan rata-rata berada di atas nilai dari karakteristik

marshall campuran aspal normal, sehingga abu batu bara ini dapat dijadikan

sebagai bahan pengisi untuk campuran Laston Lapis Aus, proporsi abu batu bara

yang baik digunakan adalah 2% (dilihat dari karakteristik marshall), campuran

aspal dengan menambahkannya abu batu bara ini dapat digunakan untuk jalan-

jalan yang LHR-nya tinggi/jalan dengan kendaraan berat dan didapatkan KAO

untuk campuran aspal normal (6,65%), untuk campuran aspal dengan

penambahan abu batu bara 1% (6,90%); 1,5% (6,90%); dan 2% (6,95%)

M.sadillah dan Arinda Leliana (2020) melakukan penelitian dengan

menggunakan abu terbang sebagai bahan pengisi yang diharapkan dapat

meningkatkan karakteristik dari campuran AC-WC dan hasil dari hasil pengujian

ini terjadi peningkatan stabilitas. Dimana nilai stabilitas tertinggi pada kadar 7%

dengan nilai 1472,51 Kg. Semakin ditambahkan kadar filler maka nilai stabilitas

juga semakin meningkat. Selain nilai stabilitas, nilai VIM dan VMA juga ikut
26

terpengaruhi. Nilai VIM dan VMA hampir memenuhi seluruh spesifikasi kecuali

pada kadar 5% dan 6%. Semakin ditambah kadar filler abu terbang batubara maka

rongga campuran aspal beton semakin kecil sehingga campuran lebih kedap air

dan gap (ruang kosong) antar agregat juga semakin kecil. Hal ini menunjukan

bahwa abu terbang batubara berfungsi mengisi kekosongan antara agregat

sehingga menjadi pengunci (interlocking) dalam campuran aspal beton. Kadar

campuran optimum (KAO) yang memenuhi seluruh spesifikasi pada pengujian ini

terdapat pada kadar 8%.

Cahyono, Purwanto dan Firdaus (2021) melakukan studi dengan melakukan

penambahan bubuk batubara sebagai filler pada campuran aspal AC-WC untuk

melihat pengaruh terhadap nilai karakteristik marshall. Dalam penelitian ini

mereka menggunakan bahan tambah filler pada campuran aspal AC WC dengan

variasi campuran 0%, 1%, 2%, 3%. Dari hasil penelitian campuran aspal AC WC

yang digunakan sudah sesuai standar Spesifikasi Umum 2018 Revisi 2 Dinas PU

Bina Marga yaitu pada kondisi kadar aspal 5,7%, dengan nilai density 2,246 gr/cc,

nilai VMA 16,92%, nilai VFB 73,14%, nilai VIM 4,54%, nilai stabilitas 1169 kg,

nilai flow 3,7 mm dan nilai marshall quotient 324,7 kg/mm. Dari pengujian setelah

penambahan variasi filler 0%, 1%, 2%, 3%., didapat hasil nilai VMA maksimal

sebesar 75,1% pada variasi 3%, nilai VIM maksimal sebesar 5,48% pada variasi

0%, nilai VFB maksimal sebesar 16,26% pada variasi 2%, nilai stabilitas maksimal

sebesar 1828 kg pada variasi 3%, nilai flow maksimal sebesar 3,53 mm pada

variasi 0%, dan nilai marshall quotient maksimal sebesar 600 kg/mm pada

campuran 3%. Dan semua penambahan bubuk batubara sebagai filler dengan
27

variasa 1%, 2% dan 3% sebagai campuran aspal AC WC memenuhi syarat

spesifikasi umum revisi 2 tahun 2018 revisi 2 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.

Rachman.,dkk.,(2022) melakukan penelitian dengan menambahkan fly ash

sebanyak 1%, 2%, dan 3%. Hasil penelitian adalah penambahan fly ash dari

pembakaran abu batu bara sebagai pengisi sisa pembakaran dari PLTU Tanjung

Enim untuk pemakaian aspal beton campuran aspal course (AC WC), hasil terbaik

diperoleh pada campuran 2% dengan berikut ini nilai: Nilai Stabilitas 1240, 253

kg, Nilai VIM (Void In Mix) 4,233%, VMA (Void in Mineral Agregat) Nilai

16,139%, Nilai VFB (Void Filled Bitumen) 73,782%, Nilai Flow (melting) sebesar

3,63 mm dan Marshall Quotient diperoleh sebesar 329,280 kg/mm.

Zulfikar (2022) melakukan penelitian mengenai Kinerja campuran aspal

modifikasi dengan penambahan rambut dimana dari hasil penelitian yang ia

lakukan pengaruh dari penambahan rambut akan meningkatkan nilai kepadatan

hingga 2,355 gr/cc, meningkatkan nilai stabilitas hingga 1886,2 kg, meningkatkan

nilai rongga terisi aspal (VFB) hingga 82,8 % serta meningkatkan nilai Marshall

Quotient (MQ) hingga 653,3 kg/mm, namun akan menurunkan nilai kelelehan

(flow) hingga 2,9 mm, menurunkan nilai rongga di antara mineral agregat (VMA)

hingga 15,8% dan menurunkan nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 2,7 %

namun masih dalam ambang memebuhi spesifikasi.

Sugeha, Sulandari dan Permana (2019) melakukan penelitian dengan

menambahkan fly ash (abu terbang) pada capuran aspal beton AC-WC dengan

perencanaan campuran yang dilakukan dalam dua tahap pembuatan. Pembuatan

benda uji tahap pertama dengan menggunakan bahan pengisi (filler) normal yaitu
28

Semen Portland. Tahap kedua pembuatan benda uji dengan menggunakan bahan

pengisi Abu Batu Bara (bottom ash). Penelitian ini dilakukan dengan meninjau

dampak dari perbandingan antara kedua campuran dengan menggunakan filler abu

batu bara dan semen portland dalam campuran lapisan AC-WC. Untuk kedua

bahan pengisi tersebut masing-masing dibuat benda uji sebanyak 15 buah, dengan

kadar aspal rentang 5-7% dan benda uji direndam selama 30 s/d 40 menit dengan

suhu air 60 C bertujuan untuk mendapatkan nilai kadar Aspal optimum dari kedua

campuran tersebut. Dari hasil pengujian kedua campuran dengan filler yang

berbeda, ternyata hasil yang di dapat memiliki perbedaan yang tidak terlalu

jauh.Ternyata dari hasil kedua campuran dengan filler berbeda menunjukan hasil

yang tidak jauh berbeda namun dari hasil tersebut semuanya masih memenuhi

standar spesifikasi umum 2018 revisi 2 dinas pekerjaan umum direktorat jendral

Bina Marga. Hasil akhir menunjukan bahwa dengan menggunakan filler Abu Batu

Bara ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan campuran. Dan dari

hasil kadar Aspal optimum yang didapat dengan menggunakan filler Abu Batu

Bara memiliki hasil yg lebih rendah 6,55% dari filler pembanding yaitu 6,85%.

Tahir (2021) melakukan peelitian dengankarakteristik campuran beton aspal

(AC-WC) dengan menggunakan variasi kadar filler abu terbang batu bara.

Penelitian ini mencoba menggunakan bahan pengisi filler abu terbang batu bara

yang diharapkan menambah daya tahan lapis perkerasan beton aspal terhadap

kerusakan yang disebabkan oleh cuaca dan beban lalu lintas. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai karakteristik Marshall pada

campuran beton aspal dengan menggunakan filler abu terbang batu bara. Penelitian
29

ini menggunakan metode eksperimen yaitu dengan suatu percobaan untuk

mendapatkan hasil, dengan demikian akan terlihat pemanfaatan filler abu terbang

batu bara pada konstruksi beton aspal dengan variasi kadar filler 4%, 5%, 6%, 7%,

dan 8% terhadap total campuran Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

filler abu terbang batu bara akan mempengaruhi karakteristik campuran beton

aspal. Semakin banyak filler abu terbang batu bara yang digunakan, menyebabkan

nilai stabilitas semakin meningkat. Pada kadar filler abu terbang batu bara 4% nilai

stabilitas yang didapatkan sebesar 1518.124 Kg, pada saat kadar filler abu terbang

batu bara ditambahkan sampai pada kadar 8%, nilai stabilitas meningkat menjadi

1640.499 Kg. Nilai fleksibilitas mengalami peningkatan seiring pertambahan kadar

filler abu terbang batu bara. Dengan peningkatan rata-rata sebesar 14,87% dari

kadar filler abu terbang batu bara 4 % sampai 8 % menunjukan bahwa campuran

lebih bersifat kaku. Durabilitas campuran mengalami peningkatan seiring

pertambahan kadar filler abu terbang batu bara. Pada saat campuran menggunakan

variasi kadar filler abu terbang batu barasebesar 4 %, memiliki nilai durabilitas

sebesar 91.433%, setelah divariasikan dengan kadar filler abu terbang batu bara

sampai pada 8%, nilai durabilitas meningkat menjadi 95.703%, dengan ratarata

peningkatan sebesar 2.02%

Yinfei, Ling, dan Deyi (2022) melakukan penelitian dengan menggunakan

fly ash sebagai bahan pengisi pada campuran aspal untuk mencegah panas

matahari berpindah ke perkerasan aspal, fly ash cenosphere (FAC) digunakan

untuk menyiapkan campuran aspal dengan konduktivitas termal rendah (LTCM)

dengan mengganti volume yang berbeda (yaitu, 25%, 50%, 75% dan 100% )
30

pengisi mineral batugamping (LMF). Sementara itu, kekuatan geser dan kinerja

suhu tinggi dari campuran di atas juga diselidiki. Hasil menunjukkan bahwa

mengganti LMF dengan FAC akan meningkatkan kandungan rongga udara LTCM,

yang bersama dengan struktur berongga FAC, menyebabkan konduktivitas termal

LTCM berkurang hingga maksimum 20,9%. Menurut uji iradiasi dalam ruangan,

penurunan suhu bagian dalam maksimum mencapai 2,4 °C. Namun, peningkatan

kandungan rongga udara mengakibatkan penurunan kinerja mekanik dan anti-

rutting dari LTCM. Kekuatan geser berkurang sebesar 11,4% ketika LMF

sepenuhnya digantikan oleh FAC. Jumlah aliran LTCM pada suhu 60 °C

berkurang maksimal 65,9%. Menurut kurva master modulus dinamis (suhu

referensi 21,1 °C) pada frekuensi 5 Hz, modulus dinamis LTCM berkurang sebesar

24,5% ketika LMF sepenuhnya digantikan oleh FAC. Perkerasan aspal yang

didinginkan dan ketahanan rutting yang berkurang dari LTCM harus

dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya untuk menyelidiki efek sebenarnya

dari FAC pada kinerja rutting perkerasan aspal.

Likitlersuang dan Chompoorat (2019) melakukan penlitian untuk

menganalisis pengaruh bahan pengisi terhadap kinerja volumetrik dan mekanik

beton aspal yang diselidiki dalam penelitian ini. Bahan pengikat aspal AC 60/70

dengan semen dan fly ash sebagai bahan pengisi dicampur dengan batu gamping

mengikuti campuran Marshall metode desain. Kandungan filler semen dan/atau

fly ash bervariasi. Campuran beton aspal non-pengisi AC 60/70 dan aspal

modifikasi polimer disiapkan untuk tujuan perbandingan. Program investigasi

meliputi uji tarik tidak langsung, uji modulus kelenturan dan uji mulur dinamis.
31

Pengujian dilakukan di bawah lingkungan beriklim lembab. Semua tes kemudian

dilakukan pada suhu standar (25 °C) dan suhu tinggi (55 °C) dengan

menggunakan ruang suhu yang dikontrol melalui mesin uji universal. Sampel

yang dalam kondisi basah disiapkan untuk menyelidiki kerentanan kelembaban.

Hasil menunjukkan bahwa semen dan/atau fly ash bermanfaat dalam hal

peningkatan kekuatan, kekakuan dan ketahanan pengupasan campuran aspal.

Selain itu, penggunaan gabungan semen dan fly ash dapat meningkatkan

ketahanan rutting pada kondisi basah dan suhu tinggi. Hasilnya menunjukkan

bahwa kinerja kekuatan, kekakuan dan kerentanan kelembaban dari campuran

beton aspal yang ditingkatkan dengan bahan pengisi sebanding dengan kinerja

campuran aspal yang dimodifikasi.

Bieliatynskyi dan Yang (2022) melakukan penelitian mengenai pengaruh abu

terbang terhadap campuran beraspal di Ukraina, dimana dalam peningkatan

kualitas, peningkatan komposisi dan teknologi beton aspal ada beberapa masalah

mendesak. Kelayakan untuk menggunakan aspal modifikasi dalam komposisi

campuran beton aspal untuk meningkatkan kualitas aspal telah ditetapkan. Untuk

pertama kalinya di Ukraina, studi laboratorium dilakukan pada penggunaan fly

ash dari pembangkit listrik tenaga panas untuk memperkuat campuran beton aspal

panas untuk pembangunan trotoar jalan dan lapangan terbang. Fitur topografi

permukaan abu yang dipertimbangkan, sifat pengikat aspal diselidiki, dan

kapasitas penahan aspalnya dinilai dan sifat reologi bahan ditentukan. Sebagai

hasil studi teoritis, telah diidentifikasi untuk meningkatkan kualitas beton aspal

diantaranya meningkatkan ketahanan geser, ketahanan retak, ketahanan beku


32

beton aspal dan aktivitas adsorpsi anpengikat organik – bitumen dengan

mengontrol proses pembentukan struktur pengikat bitumen.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dan pengujian benda uji dilakukan di

UPTD Laboratorium Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilakukan sejak Tanggal keluarnya Ijin Penelitian dalam

kurung waktu 3 (bulan) Penelitian.

B. Jenis Dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang diperlukanterbagi menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder. Adapun jenis dan sumber data pada penelitian ini tersaji pada

tabel 3.1

No. Jenis data Sumber data

1. Primer ( fly ash/abu terbang) data yang PLTU di kecamatan

dikumpulkan berupa tipe/kelas fly ash Moramo

yang nantinya akan digunakan dalam

penelitian.

Sekunder: UPTD Laboratorium

a) (agregat halus dan kasar ) data yang Provinsi Sulawesi


34

diperoleh: Tenggara
1. Analisis Saringan
2. Berat jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
b) bahan perekat/aspal) pengumpulan

data berupa:

1. Berat Jenis

2. Penetrasi aspal

C. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian merupakan data yang menjadi acuan dalam melakukan

analisis suatu permasalahan yang terjadi. Adapun variabel penelitian yang tersaji

pada tabel 3.2

No Unsur yang di tinjau Indikator

 CA (gregat kasar)

 FA (Agregat halus)
1. Kadar aspal optimum
 FF (Bahan pengisi /filler)

 K (Konstanta)

2. Nilai karakteristik  Stabilitas

marshall  flow

 VIM

 VMA
35

 VFA

 Marshall Quotient (MQ)

D. Teknik Pengumpulan Data

Setelah semua bahan terkumpul dan telah dilakukan percobaan pembuatan

sampel, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Campuran

Untuk mendapatkan campuran yang ideal dan memberikan kinerja perkerasan

yang optimal maka sebelum membuat campuran diperlukan perencanaan campuran

untuk menentukan komposisi masing-masing bahan penyusun campuran agar

diperoleh campuran beraspal yang memenuhi spesifikasi antara lain :

a. Pada penelitian ini gradasi campuran agregat yang digunakan adalah gradasi

campuran AC-WC. Perencanaan campuran beraspal AC-WC ini dilakukan

dengan mengambil batas atas dan batas tengah dari setiap persen lolos

saringan, sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018

b. Melakukan analisa perhitungan komposisi yang ideal dan memenuhi

persyaratan spesifikasi. Komposisi didapat dari hasil trial and error dan

didasarkan pada nilai spesifikasi pada campuran beraspal tipe AC-WC

c. Hasil perhitungan nilai Pb dibulatkan, perkiraan nilai Pb sampai 0,5%

terdekat. Contohnya jika hasil perhitungan diperoleh 5,95% maka dibulatkan

menjadi 6 %.
36

d. Setelah proses analisa didapatkan komposisi masing-masing fraksi agregat,

kemudian dilanjutkan proses pengayakan agregat sesuai dengan nomor

saringan yang dibutuhkan, dan sesuai berat yang telah kita hitung dari proses

analisa.

b. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Satu Set Saringan (Sieve)

Penggunaan alat saringan digunakan untuk memisahkan agregat berdasarkan

gradasi agregat.

b. Alat Uji Pemeriksaan Aspal

Pemakaian alat ini digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain seperti uji

penetrasi, uji titik lembek, uji kehilangan berat, uji daktilitas, uji berat jenis

(piknometer dan timbangan)

c. Alat Uji Pemeriksaan Agregat

Peralatan yang digunakan untuk pengujian agregat antara lain mesin Los

Angles (tes abrasi), alat pengering yaitu oven, timbangan berat, alat uji berat

jenis (piknometer, timbangan dan pemanas).

d. Alat Uji Karakteristik Campuran Agregat dan Aspal

Alat uji yang diguanakan adalah seperangkat alat untuk metode

Marshall,meliputi :

1) Alat tekan Marshall yang terdiri dari kepala penekan berbentuk lengkung,

cincin penguji berkapasitas 22,2 KN (5000 Ibs) yang dilengkapi dengan

arloji pengukur flowmeter.


37

2) Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 4 inci (10,16 cm) dan

tinggi 3 inci (7,5 cm)

3) Marshall automatic compactor yang digunakan untuk pemadatan

campuran sebanyak 75 kali tumbukan tiap sisi (atas dan bawah)

4) Ejektor untuk mengeluarkan benda ujisetekah proses pemadatan

5) Bak perendam (water bath) yang dilengkapi pengatur suhu

6) Alat-alat penunjang yang meliputi penggorengan pencampur, kompor

pemanas, thermometer, sendok pengaduk, sarung tangan anti panas, kain

lap, timbangan, ember untuk merendam benda uji, jangka sorong, pan,

dan tipe-x yang digunakan untuk menandai benda uji.

c. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Agregat Kasar

Agregat yang digunakan berasal dari tambang batu gunung daerah

Moramo dengan ukuran butiran standar untuk lapis perkerasan jenis

laston.

2) Agregat Halus

Agregat halus yang di gunakan berasal dari Tambang pasir poahara.

Agregat halus didapat dari proses disintgrasi alami batuan atau pasir yang

dihasilkan oleh industry batu pecah.

3) Aspal

Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal pertamina dengan

penetrasi 60/70.
38

4) Bahan tambahan yang digunakan adalah Fly ash (abu terbang) atau sisah

hasil pembakaran batu-bara yang berasal dari PLTU Kecamatan Moramo.

d. Pengujian bahan dasar

1) Aspal pen 60/70

Pengujian aspal pen 60/70dilakukan dengan melakukan uji penetrasi, titik

lembek, daktilitas, berat jenis, dan kehilangan berat.

2) Agregat kasar, Agregat halus, dan filler

Pengujian agregat diperlukan sebagai pengisi pada campuran beraspal

dengan komposisi gradasi sesuai dengan gradasi terpakai yang memenuhi

spesifikasi yang ada. Untuk agregat kasar, agregat halus, dilakukan

pengujian analisa saringan, berat jenis, penyerapan dan filler.

e. Pembuatan dan Pengujian Benda Uji

1) Benda Uji dan Kadar Aspal Awal

Menyiapkan benda uji marshall pada kadar aspal rencana sebagai berikut:

Untuk 4 sampel kadar aspal berada dibawah nilai Pb

a) Kadar aspal (Pb)

b) Kadar aspal (Pb) -0,5 %

c) Kadar aspal (Pb) -1,0 %

d) Kadar aspal (Pb) -1,5 %

e) Kadar aspal (Pb) -2,0 %

2) selanjutnya menghitung berat jenis maksimum (BJ Max) dengan cara

mengambil data dari percobaan berat jenis agregat kasar dan agregat

halus.
39

3) Jika semua data telah diperoleh, langkah yang dilakukan berikutnya

adalah menghitung berat sampel, berat aspal, berat agregat dan

menghitung kebutuhan agregat tiap sampel berdasarkan persentase

tertahan.Komposisi campuran agregat, aspal, filler dengan suhu standar

perncampuran yaitu 145°C, pada gradasi kasar batas atas dan batas

tengah. Aspal yang digunakan untuk pembuatan benda uji adalah aspal

pen 60/70, Benda uji dibuat sebanyak 3 tiap masing-masing variasi kadar

aspal yang telah ditentukan baik dari gradasi batas mauun gradasi batas

tengah. Total benda uji yang dibuat sebanyak 15 buah. Pencampuran

bahan dilakukan secara manual dengan diaduk di atas wajan yang

dipanaskan. Dilanjutkan proses pemadatan standar dengan Automatic

Marshall Compactor terhadap sampel sebanyak 2 x 75 kali tumbukan tiap

sisinya (2 sisi atas dan bawah) dengan suhu 145°C. Benda uji dibuat

berbentuk silinder dengan tinggi standar 6,35 cm dan diameter 10,16 cm.

Dan mendiamkan benda uji selama 24 jam hingga mengeras.

4) Penentuan nilai kadar aspal optimum (KAO) berdasarkan hasil uji dari 15

benda uji dengan alat uji marshall test.

5) Dilanjutkan dengan pembuatan benda uji dengan bahan pengisi atau filler

fly ash dengan variasi presentasenya sebagai berikut : 0%,25%,50%, 75%

dan 100% dengan kadar aspal optimum mengikuti langkah-langkah yang

sama seperti yang disebutkan di atas. Setelah itu dilanjutkan dengan uji

marshall kembali menggunakan kadar optimum sebanyak tiga sampel tiap

variasinya.
40

Tabel 3.3. Rincian Sampel dengan penambahan fly ash (abu terbang)
NO Presentase penambahan fly ash Jumlah sampel

1 0% Tiga buah

2 25% Tiga buah

3 50% Tiga buah

4 75% Tiga buah

5 100% Tiga buah

Sumber : Rancangan Penelitian 2023

f. Pengujian dengan Alat Marshall

a. Pemeriksaan Berat Jenis Campuran

Setelah proses pencampuran dan pemadatan, benda uji dikeluarjan dari

cetakan kemudian diukur pada tiga sisi tiap-tiap benda uji dan ditimbang

untuk memperoleh berat uji kering. Kemudian merendam benda uji di

dalam bak perendaman (water bath) selama 3-5 menit dan ditimbang

dalam air untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. Kemudian benda

uji diangkat dan dilap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat

benda uji pada kondisi kering permukaan jenuh.

b. Pengujian

Pengujian dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap

(flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI 2489-1991 atau
41

AASHTO-245-90. Berikut langkah-langkah pengujian dengan alat

Marshall :

1) Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60°C ± 1°C selama

30 menit.

2) Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar

benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian.

3) Benda uji dikeuarkan dari bak perendaman, letakkan benda uji tepat

ditengah pad abagian bawah kepala penekan kemudian letakkan bagian

atas kepala penekan dengan memasukkan lewat batang penuntun,

kemudian letakkan pemasangan yang sudah lengkap tersebut tepat di

tengah alat pembebanan, arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada

dudukan diatas salah satu batang penuntun.

4) Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji,

kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji kelelehan

pada angka nol.

5) Pembebanan dilakukan dengan kecepatan tetap 51 mm (2 inch) per menit,

dibaca saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali berputar

menurun, pada saat itu pula dibaca arloji kelelehan. Titik pembacaan pada

saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali menurun, itu

merupakan nilai stabilitas

6) Menghitung parameter Marshall

Setelah pengujian dengan menggunakan alat Marshall didapat nilai

stabilitas dan flow, selanjutnya menghitung parameter mashall yaitu :


42

VIM, VMA, VFA, berat volume, dan parameter lain sesuai parameter

yang ada pada spesifikasi campuran dengan menggunakan hubungan

antara kadar aspal dan parameter Marshall.

7) Pengolahan dan Pembahasan Hasil

Dari data hasil penelitian di Laboratorium UPTD akan membandingkan

nilai stabilitas dan karakteristik campuran (rongga dalam campuran,

rongga antar agregat dan rongga terisi aspal) akibat pengaruh variasi

penambahan fly ash dari ketiga jenis variasi benda uji yang berbeda

gradasi, serta hasil pengolahan akan diuraikan dalam bentuk grafik

hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, yaitu gambar grafik

hubungan antara:

a. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap kepadatan

b. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap VIM

c. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap VMA

d. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap VFA

e. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap stabilitas

f. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap flow

g. Kadar aspal optimum + fly ash terhadap Marshall Quotient (MQ)

E. Teknik Analisis Data

a. Analisis nilai Kadar Aspal Optimum (KAO)

untuk menganalisis seberapa besar nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) dapat

dihitung dengan rumus perkiraan kadar aspal terhadap campuran, presentase berat

terhadap campuran (2.1).


43

b. Analisis nilai karakteristik marshal pada campuran aspal beton AC-WC yang

telah ditambahkan abu terbang sebagai filler.

Ada beberapa macam karakteristik marshal yang harus dilakukan analisa

seperti:

1. Nilai Stabilitas

Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall

Test sewaktu melakukan pengujian Marshall. Nilai yang terbaca tersebut,

kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan

faktor koreksi volume benda uji. Patokan besarnya nilai stabilitas adalah sesuai

ketentuan SNI 2018 Revisi 2.

2. Nlai Flow

Nlai flow diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test

sewaktu melakukan pengujian Marshall. Nilai yang terbaca tersebut, kemudian

dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor

koreksi volume benda uji. Patokan besarnya nilai flow adalah sesuai ketentuan SNI

2018 Revisi 2.

3. Void In Mix (VIM)

Nilai VIM tidak bisa didapatkan seperti nilai stabilitas dan nilai flow tetapi,

untuk mendapatkan nilai VIM dapat digunakan rumus sebagai berikut:

VIM(%) = (2.3)

4. Void in Mineral Agregat (VMA)


44

Sama halnya dengan nilai VIM, VMA tidak bisa didapatkan seperti nilai

stabilitas dan nilai flow tetapi, untuk mendapatkan nilai VMA dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

VMA(%) = (2.4)

Untuk Spesifikasi sesuai ketentuan Bina Marga 2018 revisi 2 (SNI ) dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

5. Marshall Quotient (MQ)

Untuk mendapatkan nilai MQ dapat dilakukan dengan membandingkan nilai

stabilitas dan flow dengan rumus sebagai berikut :

MQ = (2.5)

Dalam analisis data yang diperoleh peneliti selalu beracuan pada Spesifikasi

sesuai ketentuan Bina Marga 2018 revisi 2 (SNI ) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. CA adalah Agregat tertahan saringan nomor 8

2. FA adalah Agregat lolos saringan nomor 8 dan tertahan saringan No.200,

3. FF adalah Bahan pengisi lolos saringan nomor 200, dan

4. K adalah Konstanta 2,0 sampai dengan 3,0 untuk lataston.

5. Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban

sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
45

6. Flow/Kelelehan adalah perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang

terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau

0,01”. N.

7. VMA (Void in the mineral aggregate) adalah volume rongga udara yang

terdapat dalam beton aspal padat , dinyatakan dalam persentase.

8. Void In Mix (VIM) adalah volume total udara yang berada diantara partikel

agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan

dan dinyatakan dalam persen volume.

9. Marshall Quotient(MQ) adalah nilai pendekatan yang hampir menunjukkan

nilai kekakuan suatu campuran beraspal dalam menerima beban.

10. VFA (Void Filled With Asphalt) adalah persen rongga yang terdapat diantara

partikel agregat VMA yang terisi oleh aspalyang diserap oleh agregat.

G. Konsep Operasional

Persiapan

Persiapan Bahan

Pengujian Karakteristol Mutu


1. Pengujian aspal (Penetrasi, titik lembek, berat
jenis, kehilangan berat) didapat dari data sekunder
2. Pengujian agregat (analisa saringan, berat jenis
46

Memenuhi
Spesifikasi

 Penentuan agregat
 Penentuan proporsi agregat
 Estimasi kadar aspal
( Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K )

Mixing agregat dengan aspal

Membuat benda uji tanpa penambahan abu terbang dengan


kadar aspal, pemadatan 2x75 tumbukan

Pengukuran volumetrik dan marshall


Analisis

47
Kadar Aspal Optimum (KAO)

BABkadar
Pembuatan benda uij dengan IV aspal optimum dengan
menambahkan abu terbang pada agregat halus dengan cara
HASIL DAN PEMBAHASAN
hotmix, pemadatan 2x75 tumbukan

A. Pengujian Karakteristik Material Campuran Aspal Beton AC-WC


Pengukuran volumetrik dan marshall
1. Pengujian Agregat Kasar (CA)

a. Pengujian Abrasi dengan mesin Los Angeles


Analisis
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar

terhadap keausan dengan menggunakan


Selesaimesin abrasi Los Angeles. Tujuannya
untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan

antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen. Adapun hasil

pengujian abrasi ( 500 putaran) tersaji pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Uji Abrasi

Gradasi Pemeriksaan Sampel

Ukuran Saringan I II
Berat Awal 5000 gram 5000 gram

Lolos Tertahan Berat (gram) Berat (gram)

25,4 (1") 19,1 (3/4")  0 0 


19,1 (3/4") 12,7 (1/2") 2500 2500
12,7 (1/2") 9,52 (3/8") 2500 2500
9,52 (3/8") 6,35 (1/4") 0   0
6,35 (1/4") 4,75 ( No. 4) 0   0
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8) 0  0
Jumlah Berat (A) 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12
3275 3269
sesudah percobaan (B)
Sumber : Analisis Data 2023
48

Dimana dari data diatas kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilai

keausan menggunakan rumus berikut:

A−B
Keausan = x 100%
A

Sehingga :

5000-3275
Keausan I = x 100% = 34,5 %
5000

5000-3269
Keausan II = x 100% = 34,62 %
5000

Rata-rata = 34,56 %

Berdasarkan hasil pengujian abrasi diatas agregat dapat disimpulkan bahwa

agregat masuk kedalam spsifikasi dikarenakan nilai rata-rata keausan dibawah

maksimal spesifikasi yaitu 40%.

b. Pengujian analisa lolos saringan 200

Pemeriksaan bahan lolos saringan no 200 bertujuan untuk menentukan

bahan dalam agregat kasar yang lolos saringan no 200 (agregat halus ukuran

lebih kecil dari 0.075mm) dengan cara pencucian.. Adapun hasil pengujian

analisa lolos saringan 200 agregat kasar (CA) sebagai berikut.


49

Tabel 4.1 Hasil Uji Analisa lolos Saringan 200 agregat kasar (CA)
Pengujian
Uraian Satuan
I II

Massa wadah gr 525.50 520.50

Massa wadah + contoh awal gr 3025.50 3020.50

Massa contoh awal (B) gr 2500.00 2500.00

Massa wadah + contoh akhir gr 3005.70 3002.30

Massa contoh akhir ( C ) gr 2480.20 2481.80

Hasil pengujian
B-C
% 0.79 0.73
Lolos 200 = B X 100 %

Hasil rata-rata % 0.76

Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata analisa

saringan yang lolos saringan 200 sebesar 0.76% sedangkan untuk spesifikasi

adalah maksimal 1% sehingga lolos spesifikasi.

c. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat

kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat jenis semu
50

(apparent), serta penyerapan air oleh agregat kasar. Adapun cara untuk

menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat kasar adalah sebagai

berikut:

a) Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven dibagi

pengurangan nilai berat benda uji kering permukaan dan berat benda uji

dalam air.

b) Nilai Berat jenis jenuh kering permukaan jenuh dihitung dari hasil berat

benda uji kering permukaan dibagi pengurangan nilai berat benda uji

kering permukaan dikurangi nilai berat benda uji dalam air.

c) Nilai berat jenis semu dihitung dari berat benda uji kering oven dibagi

hasil pengurangan berat benda uji kering oven dengan berat benda uji

dalam air

d) Nilai penyerapan air dihitung dari niali berat benda uji kering permukaan

dikurangi berat benda uji kering oven, hasil pengurangan dibagi nilai

berat benda uji kering oven dan dikali 100% sehingga mendapatkan nilai

penyerapan air

Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar tersaji pada tabel

4.4 berikut :
51

Tabel 4.4 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)

Satuan
No. Contoh Notasi I II

Berat benda uji kering


A 4136.36 4077.36 Gram
oven
Berat benda uji kering
B 4174.00 4114.30 Gram
permukaan
Berat benda uji dalam
C 2613.00 2570.00 Gram/cm3
air

Tabel lanjutan hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)

Rata-
Persamaan I II Satuan
rata
Berat jenis curah (Sd) A
2.650 2.640 2.645 Gram/cm 3
B−C
Berat jenis jenuh
keringpermukaan B
2.674 2.664 2.669 Gram/cm 3
jenuh (Ss) B−C

A
Berat jenis semu (Sa) 2.715 2.705 2.710 Gram/cm 3
A−C
B− A
  X %
Penyerapan air (Aw) A 0.910 0.906 0.908
100%
Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan tabel 4.4 uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (CA)

moramo dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis curah

sebesar 2,645 gram/cm 3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh sebesar 2,669

gram/cm 3, berat jenis semu sebesar 2,7100 gram/cm 3 dan penyerapan air sebesar

0,908 % sedangkan spesifikasi maksimal adalah 3% . Berdasarkan hasil pengujian

diatas dapat disimpulkan bahwa agregat memenuhi spesifikasi.


52

d. Pengujian kelekatan agregat kasar terhadap aspal

Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal bertujuan untuk

menentukan persentase luas permukaan agregat yang tertutup aspal terhadap

seluruh luas permukaan agregat. Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada

tabel berikut.

Hasil Pengamatan
Uraian
I II
Luas permukaan benda uji yang masih terselimuti
aspal sesudah perendaman selama 16 - 18 jam,
95 % 95 %
(%)
  

Hasil rata-rata 95 %

Berdasarkan hasil pengujian diatas agregat kasar diatas dapat disimpulkan

bahwa dengan nilai rata-rata 95% memenuhi spesifikasi ( Tabel 2.2).

e. Pengujian kekekalan bentuk agregat kasar terhadap larutan

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian-

pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan agregat terhadap

proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau

magnesium sulfat. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut.
53

Persentase
Berat bahan yang
Persentase Berat lolos saringan Persentase berat
contoh
gradasi contoh setelah bagian contoh
uji
Ukuran Saringan contoh uji uji awal pengujian (%) uji yang hilang
akhir
asli (%) (gram) X=(B-C)/ (%)
(gram)
Bx100 Y=(X/100)xA
   
A B C (X) (Y)
 
  Pengujian sifat kekekalan agregat kasar
 
50 mm 37,5 mm          
37,5 mm 25 mm          
25 mm
19 mm        
   
19 mm 12,5 mm 41.66 667.22 664.20 0.45 0.19
12,5 mm 9,5 mm 20.73 300.42 292.17 2.75 0.57
No. 4
9,5 mm (4,75mm        
)  
 
Jumlah         0.76
 

Berdasarkan tabel diatas untuk rata-rata kekekalan yang dihasilkan adalah

0,76% dari pelarutan dengan menggunakan natrium sulfat sehingga agregat

lolos spesifikasi ( Tabel 2.2).

f. Pengujian butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar atau yang

lebih dikenal dengan pengujian angularitas agregat kasar, diperlukan untuk

menentukan kualitas agregat kasar yang akan digunakan dalam suatu

konstruksi. Penggunaan butiran agregat kasar yang mempunyai bidang pecah

akan menambah tahanan gesek antar butiran dalam campuran sehingga

menambah stabilitas campuran, dan juga akan memberikan tekstur permukaan


54

yang baik sehingga menambah kekesatan. Adapun hasil dari pengujian ini

dapat dilihat pada tabel berikut :

Pengujian
Satu
No. Uraian Dua bidang
bidang
pecah atau
pecah atau
lebih
lebih
Massa benda uji +
(A)
1 takaran 1826.43 1826.43
 
 
Massa butir pecah +
2 takaran (B) 1826.43 1826.43
 
Massa Takaran (C)
3 156.21 156.21
   
Massa benda Uji (A-C)=(D)
4 1670.22 1670.22
   
Massa butir pecah
dengan jumlah (B-C)=(E)
5 1670.22 1670.22
bidang pecah yang  
disyaratkan
Persentase butir
( E / D ) x 100%
6 pecah 100 100
 
 

Berdasarkan tabel pengujian diatas dapat dilihat rata-rata presentase butir

pecah adalah 100/100 sehingga memenuhi spesifikasi ( Tabel 2.2).

g. Pengujian partikel pipih dan lonjong

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan % indeks kepipihan dan

kelonjongan suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal.

Adapun hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
55

Butiran
agregat
Jumlah Butiran agregat tdk pipih dan
Ukuran Gradasi % Berat pipih dan
butiran lonjong (Nf&ei)
saringan agregat tertah tertahan lonjong
setelah (f&ei)
mm (% an (wi)
reduksi
(inci) lolos) (pi) gram
butir1) Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5
butir1) % butir1) %
g=f/
A b c d=c*wt/pt e f h i=h/e*100
e*100

1,5"                

1" 0.00              

3/4 " 100            

1/2 " 58.34 41.66 2283.5 100 2 2.0 98.0 98.0

3/8 " 37.61 20.73 1136.3 100 4 4.0 96.0 96.0

Total % tertahan (pt = p1+p2+p3+…) =62.39% Rata-rata 2) (%)=3.0 Rata-rata 2) (%)=97.0

Berdasarkan tabel pengujian diatas untuk rata-rata butiran agregat pipih

dan lonjong adalah 3 % sedangkan untuk spesifikasi maksimal 10% sehingga

agregat lolos spesifikasi (Tabel 2.2).

h. Rekapitulasi hasil pengujian agregat kasar

Berikut rekapitulasi hasil pengujian agregat kasar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Metode Hasil Spesifikasi


No Jenis Pengujian Satuan
Pengujian Pengujian Min Max
I Aggregat Kasar          
SNI
Berat jenis dan 1969 :
1 Penyerapan CA 1-2 2016      
  - Bulk     2.645 - -
  - App     2.710 - -
  -Absorbsi %   0.908 - 3
SNI 2417
2 Abrasi % : 2008 34.56 - 40
Penyelimutan dan
Pengelupasan pada SNI 2439
3 campuran Agregat - % : 2011 95 95 -
  Aspal *)          
Tabel lanjutan
56

Hasil Spesifikasi
Metode
No Jenis Pengujian Satuan
Pengujian
Pengujian Min Max
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
4 yang lolos saringan % 2012 0.76 - 1
  No. 200 CA 1-2 *)          
Persentase butir pecah SNI 7619 95/9
5 agregat kasar *) % : 2012 100/100 0 -

Partikel Pipih dan SNI 8287


6 Lonjong CA 1-2 *) % : 2016 3.0 - 10
Kekekalan Agregat
dengan Natrium Sulfat SNI 3407
7 *) % : 2008 0.76 - 12

Berdasarkan hasil rekapitulasi pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa

agregat kasar yang akan digunakan dalam komposisi bahan campuran

memenuhi spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 (Tabel 2.2).

2. Pengujian Agregat Sedang (MA)

a. Pengujian analisa lolos saringan 200 agregat sedang (MA)

Tujuan pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan

Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor

200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih.

Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


57

Pengujian
Satua
Uraian
n
I II

Massa wadah gr 270.52 271.20

1270.5
Massa wadah + contoh awal gr 1271.20
2
1000.0
Massa contoh awal (B) gr 1000.00
0
1260.6
Massa wadah + contoh akhir gr 1261.50
0

Massa contoh akhir ( C ) gr 990.08 990.30

Hasil pengujian
B-C X 100 % % 0.99 0.97
Lolos 200
B  
=
 

Hasil rata-rata % 0.98

Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata analisa

saringan yang lolos saringan 200 sebesar 0.98% sedangkan untuk spesifikasi

itu maksimal 1% sehingga lolos spesifikasi

b. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat sedang (MA)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk),

berat kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat

jenis semu (apparent), serta penyerapan air oleh agregat kasar. Adapun cara

untuk menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat sedang adalah

sebagai berikut:
58

1. Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven

dibagi pengurangan nilai berat benda uji kering permukaan dan berat

benda uji dalam air.

2. Nilai Berat jenis jenuh kering permukaan jenuh dihitung dari hasil berat

benda uji kering permukaan dibagi pengurangan nilai berat benda uji

kering permukaan dikurangi nilai berat benda uji dalam air.

3. Nilai berat jenis semu dihitung dari berat benda uji kering oven dibagi

hasil pengurangan berat benda uji kering oven dengan berat benda uji

dalam air.

4. Nilai penyerapan air dihitung dari nilai berat benda uji kering

permukaan dikurangi berat benda uji kering oven, hasil pengurangan

dibagi nilai berat benda uji kering oven dan dikali 100%. Hasil

pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat sedang tersaji pada

tabel 4.6 :

Tabel 4.5 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat sedang (MA)

No. Contoh Notasi I II Satuan

Berat benda uji 3374.1 3402.1


A Gram
kering oven 8 4

Berat benda uji 3409.2 3437.2


B Gram
kering permukaan 0 5
Berat benda uji
2125.1 2143.0
dalam air C gram/cm 3
0 0
 
 
Rata-
  Persamaan I II Satuan
rata
 
59

Berat jenis curah


 
(Sd) A 2.628 2.629 2.628 gram/cm3
B−C
Berat jenis jenuh  
kering permukaan B 2.655 2.656 2.655 gram/cm3
jenuh (Ss) B−C
Berat jenis semu
 
(Sa) A 2.701 2.702 2.702 gram/cm3
A−C
Penyerapan air
 
(Aw) B− A
x 100 % 1.038 1.032 1.035 %
A
Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan tabel 4.5 uji berat jenis dan penyerapan air agregat sedang

(MA) moramo dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis

curah sebesar 2,628 gram/cm3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh

sebesar 2,655 gram/cm 3, berat jenis semu sebesar 2,702 gram/cm3 dan

penyerapan air sebesar 1,035 %.

c. Rekapitulasi hasil pengujian agregat Sedang (MA)

Adpun rekapitulasi hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.

Metode Hasil Spesifikasi


No Jenis Pengujian Satuan
Pengujian Pengujian Min Max
II Aggregat sedang          
Berat jenis dan SNI 1969 :
1 Penyerapan MA   2016      
  - Bulk     2.628 - -
  - App     2.702 - -
  -Absorbsi %   1.035 - 3
Jumlah Bahan
dalam Agregat SNI ASTM
2 yang lolos saringan % C117-2012 0.98 - 1
  No. 200 MA *)          
60

Berdasarkan rekapitulasi hasil pengujian agregat sedang diatas maka

dapat disimpulkan bahwa untuk spesifikasi agregat sedang memenuhi standar

SNI sehingga material dapat digunakan dalam komposisi campuran aspal AC-

WC.

3. Pengujian Agregat Halus (FA)

a. Pengujian analisa lolos saringan 200 agregat halus (FA)

Tujuan pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan

Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor

200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih.

Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Pengujian
Uraian Satuan
I II

Massa wadah gr 84.50 86.50

Massa wadah + contoh awal gr 584.50 586.50

Massa contoh awal (B) gr 500.00 500.00

Massa wadah + contoh akhir gr 534.61 537.20

Massa contoh akhir ( C ) gr 450.11 450.70

Hasil pengujian
B-C X 100 % 9.98 9.86
Lolos 200 =
B %

Hasil rata-rata % 9.92


61

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata analisa

saringan yang lolos saringan 200 sebesar 9.92% sedangkan untuk spesifikasi

itu maksimal 10% sehingga lolos spesifikasi

b. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (FA)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk),

berat kering permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat

jenis semu (apparent), serta penyerapan air oleh agregat halus. Adapun cara

untuk menghitung nilai berat jenis dan penyerapan air agregat halus adalah

sebagai berikut:

1. Nilai berat jenis curah dihitung dari hasil berat benda kering oven dibagi

penjumlahan berat piknometer berisi air dengan berat benda kering

permukaan dan dikurangi nilai berat piknometer + benda uji + air sampai

batas bacaan.

2. Nilai berat jenis jenuh kering permukaan dihitung dari hasil berat benda

kering permukaan jenuh dibagi penjumlahan berat piknometer berisi air

dengan berat benda kering permukaan dan dikurangi nilai berat

piknometer + benda uji + air sampai batas bacaan.

3. Nilai berat jenis semu dihitung dari hasil berat benda kering permukaan

jenuh dibagi penjumlahan berat piknometer berisi air dengan berat benda

uji kering oven dan dikurangi nilai berat piknometer + benda uji + air

sampai batas bacaan.

4. Nilai penyerapan air dihitung dari nilai berat benda uji kering permukaan
62

jenuh dikurangi berat benda uji kering oven, hasil pengurangan dibagi

nilai berat benda uji kering oven dan dikali 100%. Hasil pengujian berat

jenis dan penyerapan air agregat sedang tersaji pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus (FA)

No. Contoh Notasi I II Satuan

Berat benda kering


S 500.00 500.00 Gram
permukaan Jenuh
Berat benda uji
A 490.10 489.99 Gram
kering oven
Berat piknometer
B 1275.36 1250.45 Gram
berisi air
Berat pikno +
Benda uji + air C 1580.90 1555.90 Gram/cm 3
sampai batas bacaan
  Persamaan I II rata-rata Satuan
Berat jenis curah  
(Sd) A 2.520 2.519 2.519 gram/cm3
B+ S−C
Berat jenis jenuh  
kering permukaan S 2.571 2.570 2.571 gram/cm3
jenuh (Ss) B+ S−C
 
Berat jenis semu A 2.656 2.655 2.655 gram/cm3
(Sa)
B+ A−C
Penyerapan air
(Aw) C−A
x 2.020 2.043 2.031 %
A
100%
Sumber : Analisis Data 2023
63

Berdasarkan tabel 4.6 uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

(FA) dengan dua pengujian menghasilkan rata-rata nilai berat jenis curah

sebesar 2,519 gram/cm3, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh sebesar

2,571 gram/cm3, berat jenis semu sebesar 2,655 gram/cm3 dan penyerapan air

sebesar 2,031%.

c. Pengujian agregat halus yang mengandung bahan plastis

Pengujian setara pasir (sand equivalent test), dilakukan untuk menentukan

perbandingan relative dari bagian bahan yang dapat merugikan (seperti butiran

lunak dan lempung) terhadap bagian bahan agregat yang lolos saringan no.4

(4,75 mm) dan larutan kerja tertentu.

Uraian Kerja Percobaan Ke


No.  
  I II
Skala pembacaan lumpur (A)
1 5.70 5.80
 
Skala pembacaan pasir (p)
  12.80 12.90
 
Tinggi tangkai penunjuk (t)
  9.50 9.50
 
Skala pembacaan pasir (p - t) (B)
2 3.30 3.40
 
B / A x 100%
3 Nilai Setara Pasir = 57.89 58.62
 

Rata-rata nilai Setara Pasir


  58.26 %
 
 
64

Berdasarkan hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata setara pasir

adalah senilai 58.26% sedangkan standard spesifikasi adalah minimal 50%

maka dapat disimplkan untuk pengujian ini memenuhi spesifikasi.

d. Pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan

Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat

halus dalam keadaan lepas (tidak dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada

agregat yang gradasinya diketahui, kadar rongga dapat menjadi indikator

angularitas, bentuk butir dan tekstur permukaan relatif terhadap agregat halus

lain dengan gradasi yang sama. Bila pengujian dilakukan terhadap agregat

halus sesuai gradasi yang akan digunakan di lapangan, kadar rongga

merupakan indikator terhadap kemudahan pengerjaan suatu campuran. Adapun

hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:

Percobaan ke
No. Uraian
I II
 
1. Volume Silinder 105.00 105.00
(v)
Berat contoh yang telah dicuci  
2. 143.18 143.96
dan dikeringkan (F)
 
3. Berat jenis bulk 2.519 2.519
(G)
Volume contoh dengan  
4. 56.83 57.14
menggunakan berat jenis bulk ( F/G )

Kadar rongga sebagai angularitas agregat


5. halus V  F 
G   100 %
45.88 45.58

  

V 

 
Hasil rata-rata
  45.73 %
65

Berdasarkan hasil pengujian diatas kadar rongga agregat halus yang tidak

dipadatkan adalah sebesar 45.73% sedangkan untuk spesifikasi minimal adalah

45% sehingga memenuhi spesifikasi.

e. Pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat

halus

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat halus atau

yang lebih dikenal dengan pengujian angularitas agregat halus , diperlukan

untuk menentukan kualitas agregat halus yang akan digunakan dalam suatu

konstruksi. Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Massa kering
Massa awal sisa Persentase  
contoh uji contoh uji Gumpalan lempung Rata-rata
No (g) setelah (%) (%)
pengujian (g)  
M R `P = ((M-R)/M) X100

1 500 495.49 0.902


0.900
2 500 495.51 0.898

Berdasarkan hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata dar

presentase gumpalan lempung sebesar 0.900% sedangkan untuk spesifikasi nilai

maksimum adalah 1 sehingga memenuhi spesifikasi.

f. Rekapitulasi hasil pengujian agregat halus

Adpun rekapitulasi hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.


66

Spesifika
N Satua Metode Hasil si
Jenis Pengujian Pengujia
o n Pengujian Mi Ma
n n x
II
I Aggregat Halus          
Berat jenis dan SNI 1970
1 Penyerapan FA : 2016      
  - Bulk   2.519 - -
  - App     2.655 - -
  - Absorbsi %   2.031 - 3
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
2 yg lolos # No. 200   2012      
           
  - FA %   9.92 - 10
Aggregat halus atau SNI 03 -
pasir yang 4428 -
3 mengandung bahan   1997      
  plastis (setara pasir) *)          
  - FA %   58.26 50 -
SNI-03-
Kadar rongga agregat 6877-
4 halus yang tidak % 2002 45.73 45 -
  dipadatkan *)          
SNI
Gumpalan lempung 4141 :
5 dan butir-butir mudah % 2015 0.900 - 1
  pecah dalam agregat          

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil pengujian agregat halus (FA) diatas

dapat disimpulkan bahwa agregat halus memenuhi spesifikasi sehingga dapat

digunakan dalam material penyusun campuran aspal beton AC-WC.

4. Pengujian Aspal

a. Pengujian titik lembek


67

Pengujian titik lembek aspal dimaksudkan untuk menentukan titik lembek

aspal dimana hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.

Contoh dipanaskan Mulai; pk. 09.00 Suhu Oven 110 0


C
  Selesai; pk. 09.30  
   
Didinginkan pada Mulai; pk. 10.00
Suhu Ruang 28 0
C
suhu ruang
  Selesai; pk. 10.30  
   
Direndam selama 15 Mulai; pk. 10.30
Suhu perendaman 5 0
C
menit
  Selesai; pk. 10.45  
 
   Mulai; pk. 11.00
Suhu Alat 5 0
C
Pengujian titik
lembek  
Selesi; pk. 11.30  
   
 

HASIL PENGUJIAN
Suhu yang
Waktu ( Detik ) Titik Lembek
No. diamati
(oC) I II I II
1 5 0      
2 10 63    
3 15 133    
4 20 183    
5 25 243    
6 30 285    
7 35 305    
8 40 345    
68

9 45 491    
10 49 536 536  
 
49 49
 
 Rata-rata 490C
   
 

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas dapat disimpulkan rata-rata yang

dihasilkan adalah 49C sedangkan standard spesifikasi adalah minimal 48C

sehingga masuk standard SNI.

b. Pengujian Berat Jenis Aspal

Pemeriksaan berat jenis aspal bertujuan untuk mengetahui berat jenis

aspal keras yang terdapat di laboratorium. Besarnya berat jenis aspal penting

dalam perencanaan campuran agregat dan aspal, karena pada umumnya

berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam

suatu campuran. Adapun hasil pengujian berat jenis aspal dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Pengujian berat jenis Aspal


HASIL PENGUJIAN
Piknometer No. I8 11
Berat Piknometer + Aspal (C ) 49.7438 Gram 55.3376 Gram
Berat Piknometer kosong (A) 31.2040 Gram 35.7052 Gram
Berat Aspal (C-A) 18.5398 Gram 19.6324 Gram
 
Berat Piknometer + Air (B) 58.3453 Gram 61.1155 Gram
Berat Piknometer kosong ( A ) 31.2040 Gram 35.7052 Gram
Berat Air (B-A) 27.1413 Gram 25.4103 Gram
 
Berat Piknometer + Aspal + Air ( D ) 58.8880 Gram 61.7041 Gram
69

Berat Piknometer + Aspal


49.7438 Gram 55.3376 Gram
(C)
Berat Air (D-C) 9.1442 Gram 6.3665 Gram
Volume Aspal (B-A)-(D-C) 17.9971 cm3 19.0437 cm3
BERAT ASPAL
 Berat Jenis =
VOLUME ASPAL 1.030 Gram/cc  1.031 Gram/cm 3
 
Rata-rata 1.031 Gram/cm 3
Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menjelaskan bahwa Rata-rata

berat jenis aspal adalah 1.031 Gram/cc ini menandakan bahwa berat jenis

aspal masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi 2 (Tabel 2.1).

c. Pengujian kehilangan berat aspal

Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal Pengujian TOFT menggunakan

metode SNI 06-2440-1991 bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada

aspal akibat pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja

aspal akibat kehilangan berat. Adapun persiapan dan hasil pengujian ini

tersaji pada tabel berikut.

PERSIAPAN
             
Contoh Mulai Pk.07.45   Suhu Oven : 110 0
C
dipanaskan
Selesai Pk.08.15    
Didinginkan      
pada suhu Mulai Pk.08.15   Suhu Ruang : 25 0
C
ruang Selesai Pk.09.45    
 Pengujian      
Kehilangan Pk. :
Mulai   Suhu Aspal 0
C
Berat 10.00 163
Selesai Pk.   Suhu Alat : 0
C
15.00 163
70

             

Berikut adalah tabel hasil pengujian

PENGUJIAN
  I II
 
Berat Cawan + Aspal 167.950 Gram 168.056 Gram
 
Berat Cawan kosong 120.979 Gram 117.478 Gram
 
Berat Aspal ( a ) 46.971 Gram 50.578 Gram
 
 
Berat sebelum pemanasan 167.950 Gram 168.056 Gram
 
Berat sesudah pemanasan 167.835 Gram 167.945 Gram
 
Kehilangan berat (b)   0.115 Gram 0.111 Gram
 
Penurunan berat
b
 = X 100%  0.245%
a 0.219 %

 
Rata - rata 0.232%
 
71

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata 0.232%

sedangkan untuk spesifikasi adalah maksimal 0.8% sehingga lolos spesifikasi.

d. Pengujian penetrasi

Pengujian penetrasi bahan bitumen bertujuan untuk mengetahui tingkat

kekerasan aspal yang dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban

tertentu pada suatu selang waktu tertentu dalam suhu kamar. Tingkat

kekerasan ini disebut sebagai angka penetrasi dan dijadikan acuan untuk

klasifikasi aspal. Untuk tahap Persiapan dan hasil pengujian penetrasi aspal

dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan 4.8 berikut:

Tabel 4.7. Persiapan Pengujian Penetrasi Aspal

PERSIAPAN
Mulai pk. 10.00
Suhu Oven 110 0C
Contoh dipanaskan Selesai pk. 10.30
 
 
Didiamkan pada Mulai pk. 10.30
Suhu Ruang 280C
suhu ruang Selesai pk. 11.00
 
   
 
Direndam pada Mulai pk. 11.00 Suhu bak perendam 250C
Waterbath Selesai pk. 11.30  
 

Pemeriksaan Mulai pk. 11.30


 Suhu Alat 250C
Penetrasi Selesai pk. 12.00

Sumber : Analisis Data 2023

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Penetrasi Aspal


HASIL PENGUJIAN
Pemeriksaan penetrasi pada 25 I II satuan

Pengamatan 1 64 64 mm
72

Pengamatan 2 63 63 mm

Pengamatan 3 63 63 mm

Pengamatan 4 63 64 mm

Pengamatan 5 64 63 mm

63 63 mm
Rata-rata 63 mm

Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan tabel 4.8. terlihat bahwa rata-rata dari kedua percobaan

pengujian penetrasi aspal adalah 63 dan standard penetrasi aspal adalah 60-70,

sehingga masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 (Tabel 2.4).

e. Pengujian penetrasi setelah TFOT

Pengujian penetrasi ini dilakukan pada saat telah dilakukannya pengujian

kehilangan berat aspal. Adapun persiapan masih sama seperti pengujian

penetrasi aspal sementara hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.

 
HASIL PENGUJIAN
 
   
Pemeriksaan
I II
penetrasi Pada 25 0C
 
 
Pengamatan
 
55 mm  55 mm
1
55 mm 55 mm
2
56 mm 55 mm
3
55 mm 55 mm
4
55 mm  55 mm
73

 R a t a - r a t a 55 mm  55 mm

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan rata-rata penetrasi

aspal setelah TFOT adalah 55 mm sedangkan nilai spesifikasi adalah minimal

54 mm sehingga masuk standard SNI.

f. Pengujian titik nyala aspal

Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal berguna untuk mengetahui

temperatur di mana aspal mulai menyala, dan temperatur dimana aspal mulai

terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai informasi penting dalam proses

pencampuran demi keselamatan dalam bekerja. Adapun persiapan dan hasil

dari pengujian ini tersaji pada tabel berikut

PERSIAPAN
  
   Suhu Oven1500C
Mulai ; pk. 10.00
Contoh dipanaskan  
Selesai ; pk. 10.30
Mulai : pk. 10.40 15 oC/menit
Pemanasan dari 56 0C
 
dibawah titik nyala Selesai : pk. 10.49
 
Dari 56 0C sampai 28 0C Mulai : pk. 10.49 5 - 6 oC/menit
dibawah titik nyala perkiraan  
Selesai : pk. 10.55
 
Dari 28 0C dibawah titik Mulai pk. 10.55 2 oC/menit
nyala selesai Selesai : pk. 11.10  
 

HASIL PENGUJIAN
Pembacaan
Temperatur dibawah titik nyala Pembacaan temperatur (1)
Temperatur (2)
Menit o
C Menit o
C o
C o
C o
C o
C
1 170 17 24 170 298 170 298
2 155 18 22 185 300 185 300
74

3 140 19 20 200 302 200 302


4 125 20 18 215 304 215 304
5 110 21 16 230 306 230 306
6 95 22 14 245 308 245 308
7 80 23 12 260 310 260 310
8 65 24 10 265 312 265 312
9 56 25 8 270 314 270 314
10 51 26 6 275 316 275 316
11 46 27 4 280 318 280 318
12 41 28 2 285 320 285 320
13 36 29 - 290 322 290  
14 31 30 - 292   292  
15 28 31 - 294   294  
16 26 32 - 296 326 296 326
Titik nyala 322   320
Titik nyala terkoreksi (bila tekanan barometer
berbeda)
= C + 0,25 (101.3 - K) Titik nyala rata-
321 o
C    
rata

Berdasarkan tabel hasil penujian titik nyala diatas didapatkan nilai sebesar

321C sedangkan spesifikasi minal 232C sehingga lolos spesifikasi.

g. Pengujian daktilitas aspal

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

kekenyalan/keplastisan aspal yang dinyatakan dengan panjang pelumaran

aspal yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada suhu dan kecepatan

tertentu. Adapun persiapan dan hasil pengujian tersaji pada tabel berikut.

PERSIAPAN
Mulai
Contoh ; pk. 10.00
Suhu Oven 110 0C
dipanaskan  
 
  Selesai; pk. 10.30
 
Didiamkan Mulai ; pk. 10.35
pada suhu Suhu Ruang 280C
Selesai pk. 11.00
ruang  
 
 
Direndam Mulai pk. 11.00    
pada bak
Suhu bak perendam250C
perendam Selesaipk.11.30
 
75

HASIL PENGUJIAN

Pemeriksaa daktilitas
I
Pada 25 0C,5 Cm/menit
Pengamatan    
  1 141
     
  2 133
3 138
Rata - rata 137 cm

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan nilai rata-rata 137 cm

sedangkan minimal spesifikasi adalah 100 sehingga masuk standard SNI

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Penetrasi Aspal


HASIL PENGUJIAN
Piknometer No. I8 11
Berat Piknometer + Aspal (C ) 49.7438 Gram 55.3376 Gram
Berat Piknometer kosong (A) 31.2040 Gram 35.7052 Gram
Berat Aspal (C-A) 18.5398 Gram 19.6324 Gram
 
Berat Piknometer + Air (B) 58.3453 Gram 61.1155 Gram
Berat Piknometer kosong ( A ) 31.2040 Gram 35.7052 Gram
Berat Air (B-A) 27.1413 Gram 25.4103 Gram
 
Berat Piknometer + Aspal + Air ( D ) 58.8880 Gram 61.7041 Gram
Berat Piknometer + Aspal
49.7438 Gram 55.3376 Gram
(C)
Berat Air (D-C) 9.1442 Gram 6.3665 Gram
Volume Aspal (B-A)-(D-C) 17.9971 cm3 19.0437 cm3
BERAT ASPAL
 Berat Jenis =
VOLUME ASPAL 1.030 Gram/cc  1.031 Gram/cm 3
 
Rata-rata 1.031 Gram/cm 3
Sumber : Analisis Data 2023
76

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menjelaskan bahwa Rata-rata

berat jenis aspal adalah 1.031 Gram/cc ini menandakan bahwa berat jenis aspal

masuk spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi 2 (Tabel 2.1).

B. Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum

Untuk menentukan kadar aspal optimum maka dilakukan pembuatan 5 buah

sampel dengan kadar aspal 5.00%, 5.50%, 6.00%, 6.50% dan 7.00% serta

pengujian Marshal darimaterial penyusun campuran aspal AC-WC yang telah

melewati pengujian dan memenuhi spesifikasi umum bina marga tahun 2018 revisi

2.

1. Menentukan Komposisi Campuran Aspal Beton AC-WC

Untuk komposisi campuran aspal beton AC-WC dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.10. Kadar Aspal Rencana (%)


KADAR ASPAL RENCANA KADAR ASPAL RENCANA ( % )
(%)
5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
KADAR ASPAL MINYAK (%) 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
TOTAL AGREGAT
95.00 94.50 94.00 93.50 93.00
CAMPURAN (%)
Sumber : Analisis Data 2023

Tabel 4.11 Komposisi agregat campuran aspal (%)


KOMPOSISI AGREGAT KADAR ASPAL RENCANA ( %)
CAMPURAN (%) 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
21.7 21.5
CA 1-2 23 21.85 21.62 21.39
4 1
 
MA 25 23.75 23.6 23.50 23.3 23.25
77

3 8
49.1 48.6
FA 52.00 49.40 48.88 48.36
4 2
TOTAL AGREGAT 94.5 93.5
100.00 95.00 94.00 93.00
CAMPURAN ( % ) 0 0
TOTAL CAMPURAN ( % )   100 100 100 100 100
Sumber : Analisis Data 2023

Tabel 4.12 Komposisi berat timbangan campuran aspal (gr)


KOMPOSISI CAMPURAN
BERAT TIMBANGAN
 
KADAR ASPAL RENCANA (%) 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
262.2 258.0
CA 1-2( Gram ) 260.82 259.44 256.7
0 6
285.0 280.5
MA( Gram ) 283.50 282.00 279.0
0 0
592.8 583.4
FA( Gram ) 589.68 586.56 580.3
0 4
BERAT AGREGAT 1140. 1122.
1134.0 1128.0 1116.0
CAMPURAN ( Gram ) (I) 0 0
Berat Aspal Total (Gram) 60.00 66.00 72.00 78.00 84.00
BERAT ASPAL MINYAK
60.00 66.00 72.00 78.00 84.00
( Gram ) (II)
BERAT TOTAL CAMPURAN
1200 1200 1200 1200 1200
( Gr ) (I+II)
Sumber : Analisis Data 2023

Setelah menentukan komposisi campuran langkah selanjutnya adalah

penimbangan material penyusul campuran tanpa aspal sesuai dengan komposisi

diatas sebanyak 12 sampel kemudan di masukkan kedalam oven dengan suhu 60C

selama 4 jam. Setelah pengeringan di dalam oven kemudian dilakukan

pencampuran dengan aspal sesuai dengan komposisi dan dipanaskan dengan suhu

150 C dan dimasukkan kedalam cetakan sampel dan ditumbuk dengan alat

sebanyak 2x75 tumbukkan . selanjutnya sampel yang sudah jadi di diamkan hingga

dingin dan akan dilakukan pengujian penimbangan berat kering, timbangan dalam
78

air dan berat SSD, hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan

beberapa pengujian selajutnya sampel akan dilakukan pengujian marshal

menggunakan alat yang disebut marshall test.

2. Hasil Penguujian Marshall

a. Kepadatan

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metodeSNI06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 2 (dua) gr/cm³

menghasilkan salah satu parameter yaitu kepadatan. Adapun hasil pengujian

parameter kepadatan campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil

rekapitulasi nilai kepadatan tersaji pula pada Lampiran . Adapun perhitungan nilai

kepadatan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a) Menimbang Berat kering benda uji.

b) Menimbang berat SSD benda uji.

c) Menimbang berat benda uji dalam air.

d) Berat SSD benda uji dikurangi berat benda uji dalam air sehingga
menghasilkan isi benda uji (cc).

e) Berat kering benda uji dibagi isi benda uji sehingga menghasilkan nilai
kepadatan.

Hasil nilai kepadatan selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.1 :
79

Kepadatan, gr/cc
2.320
2.300
2.280
2.260
2.240
2.220
2.200
2.180
2.160
2.140
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji marshall Nilai Kepadatan


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukan bahwa penambahan aspal dengan

kadar 6.0 % merupakan puncak tertinggi kepadatan yang dihasilkan sementara

penambahan aspal dengan kadar 5.0%, 5.50%, 6.50% dan 7.0% tingkat

kepadatannya berada dibawah aspal dengan kadar 6.0%.

b. Kelelehan (flow)

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi 2-4 mm menghasilkan salah satu

parameter yaitu flow. Adapun hasil pengujian parameter flow campuran aspal

modifikasi tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji pada

Lampiran Hasil nilai kepadatan selengkapnya secara visual tersaji pada gambar

4.2 :
80

6.0

Kelelehan, mm
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50
Kadar aspal, %

Gambar 4.2. Grafik Hasil Uji marshall Nilai Flow


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar 4.2. dapat dijelaskan bahwa kadar aspal 5.0%, 5.5%,

6.0% dan 6.5% memenuhi standard spesifikasi umum Bina Marga Thun 2018

Revisi 2.

c. Stabilitas

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 800 kg menghasilkan

salah satu parameter yaitu stabilitas. Adapun hasil pengujian parameter stabilitas

campuran aspal modifikasi tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai

Stabilitas tersaji pada Lampiran . Adapun nilai stabilitas didapatkan dengan

langkah sebagai berikut :

1. Pembacaan arloji stabilitas pada alat marshall.

2. Kemudian hasil pembacaan arloji di kalikan nilai kalibrasi proving ring maka

niali stabilitas akan di dapatkan.

3. Namun harus menyesuaikan nilai koreksi untuk benda uji.


81

Hasil pengujian stabilitas selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.3 :

1600
Stabilitas, kg
1400

1200

1000

800

600
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50

Kadar aspal, %

Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji marshall Nilai Stabilitas


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar gambar diatas 5 variasi campuran aspal beton memenuhi

spesifikasi umum dan nilai stabilitas tertinggi berada pada campuran dengan kadar

aspal 6.0% dengan angka 1101.6 kg. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.

d. Rongga terhadap campuran (VIM)

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 3 % dan maksimal 5%

menghasilkan salah satu parameter yaitu VIM. Adapun hasil pengujian parameter

VIM campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VIM

tersaji pada Lampiran. Adapun perhitungan nilai VIM dapat dilakukan dengan

langkah sebagai berikut :

a) Menggunakan nilai kepadatan dan berat jenis maksimum.

b) Menghitung berat jenis maksimum campuran

Hasil nilai selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.4 :


82

9.0

8.0

7.0
VIM, %
6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50

Kadar aspal, %

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji marshall Nilai VIM


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa nilai VIM untuk variasi 5.0%

tidak memenuhi standar dikarenakan nilainya melibihi 5%. Sedangkan untuk

campuran dengan kadar 5.5%, 6.0%, 6.5% dan 7 % memenuhi spesifikasi

minimal 3% hingga 5%.

e. Rongga dalam agregat (VMA)

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 15% menghasilkan salah

satu parameter yaitu VMA. Adapun hasil pengujian parameter VMA campuran

aspal tersaji pada lampiran di mana hasil rekapitulasi nilai VMA tersaji pada

Lampiran. Adapun perhitungan nilai VMA dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut :

a) Menggunakan nilai kepadatan.

b) Menggunakan nilai kadar aspal 5.0%,5.5%, 6.0%, 6.55 dan 7.0%.

c) Menentukan berat jenis bulk dengan perbandingan persentase masing-


83

masing fraksi agregat dengan berat jenis bulk masing-masing fraksi

agregat.

Hasil nilai VMA selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.5 :

19.0

18.0

17.0
VMA, %

16.0

15.0

14.0

13.0

12.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50

Kadar aspal, %

Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji marshall Nilai VMA


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar 4.5 menunjukan bahwa nilai VMA untuk 5 macam

variasi kadar aspal memenuhi spesifikasi minimal 15%.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB/VFA)

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 65% menghasilkan salah

satu parameter yaitu VFB. Adapun hasil pengujian parameter VFB campuran

aspal tersaji pada lampiran di mana hasil rekapitulasi nilai VFB tersaji pada

Lampiran . Adapun perhitungan nilai VFB dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut :

a) Menggunakan nilai VIM.

b) Menggunakan nilai VMA.


84

c) Menggunakan nilai Gmm, kemudian ketiga parameter tersebut di olah


hingga menghasilkan nilai VFB.

Hasil nilai VFB selengkapnya secara visual tersaji pada gambar 4.6:

100.0

90.0
VFB, %

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50

Kadar aspal, %

Gambar 4.6 Grafik Hasil Uji marshall Nilai VFB


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan gambar 4.6 bahwa nilai VFB untuk tiap masing-masing variasi

kadar aspal berbeda-beda. Terlihat bahwa campuran aspal dengan kadar 5.0%

tidak memenuhi standar spesifikasi. Sementara untuk kadar aspal 5.5%, 6.0%,

6.5% dan 7.0 % memenuhi spesifikasi minimal 65 %.

g. Marshall Quotient (MQ)

Pengujian kinerja campuran beraspal dengan alat marshall menggunakan

metode SNI 06-2489-1991 dengan spesifikasi minimal 200 kN/mm

menghasilkan salah satu parameter yaitu MQ. Adapun hasil pengujian parameter

MQ campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai MQ

tersaji pada Lampiran . Adapun nilai MQ di dapatkan melalui hasil bagi nilai
85

stabilitas dan flow. Hasil nilai Marshall Quotient selengkapnya secara visual

tersaji pada gambar berikut ini :


MQ, kg/mm

550

500

450

400

350

300

250

200

150
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50

Kadar aspal, %

Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji marshall Nilai Stabilitas


Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukan bahwa nilai MQ cenderung menurun

seiring dengan penambahan nilai kadar aspal. Namun kelima sampel dengan

variasi kadar aspal yang berbeda ini memenuhi spesifikasi umum bina marga

karena nilai MQ berada di atas 200 Kg/mm .

3. Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum

Berdasarkan hasil uji marhshal yang telah dilakukan dengan variasi kadar

aspal 5.0%, 5.50%, 6.0%, 6.5%, dan 7.0% maka didapatkan nilai Kadar Aspal

Optimum (KAO) yang nantinya akan digunakan pada campuran aspal beton AC-

WC dengan bahan pengisi atau filler. Data perbandingan hasil pengujian untuk

menentukan nilai kadar aspal optimum dapat dilihat pada lampiran. Beriut adalah

hasil penentuan nilai kadar aspal optimum (KAO).


86

Tabel 4.13. Kadar Aspal Optimum (KAO)


KAO 6.00 %
Kepadatan 2.287 t/m3
VMA 16.4 %
VFB 75.3 %
VIMmarshall 4.0 %
VIMprd 2.5 %
Stabilitas 1092.8 Kg
Kelelehan 3.4 Mm
MQ 313.5 kg/mm
Stabilitas Sisa 92.25 %
Sumber : Analisis Data 2023

C. Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Filler Pada Campuran Aspal

Beton AC-WC

1. Komposisi campuran berdasarkan KAO dengan penambahan Fly Ash sebagai

filler.

Untuk komposisi campuran aspal beton AC-WC dengan penambahan fly ash

dengan kadar rancangan sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.14 Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly ash (%)

DAFTAR TIMBANGAN
KAO = 6% AGREGAT 94 %
Fly Ash
Komposisi
0% 25% 50% 75% 100%
% % % % %
CA 1-2 23 21.62 21.62 21.62 21.62 21.62
MA 25 23.5 23.5 23.5 23.5 23.5
FA 52 48.88 36.66 24.44 12.22 0
Fly Ash 0 0 12.22 24.44 36.66 48.80
Sumber : Analisis Data 2023
87

Tabel 4.15. Komposisi Timbangan Campuran Dengan Penambahan Fly Ash (gr)
Total Agregat Campuran = 1200 gr
Fly Ash
Komposisi
0% 25% 50% 75% 100%
  gr Gr gr gr Gr
CA 1-2 259.44  259.44 259.44 259.44 259.44
MA 282.00 282.00  282.00 282.00 282.00
FA 586.56 439.92  293.28 146.64 0.00
Fly Ash 0.00 146.64  293.28 439.92 586.56
ASPAL 6% 72  72 72 72 72
TOTAL 1200.00 1200.00   1200.00 1200.00 1200.00
Sumber : Analisis Data 2023

2. Hasil Uji Marshall Campuran AC-WC Dengan Penambahan Fly Ash

a. Kepadatan

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai

kepadatan campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai

kepadatan tersaji pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai kepadatan selengkapnya

secara visual tersaji pada gambar 4.8 :

2.500
Kepadatan, gr/cc

2.000
1.500
1.000
0.500 Kepadatan, gr/cc

0.000
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.8 Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
88

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

penambahan fly ash sebanyak 25% maka nilai kepadatan campuran aspal

mengalami peningkatan dan memenuhi standard spesifikasi dimana untuk nilai

minimal 2 (dua) dan tidak ada nilai maksimal sehingga semakin tinggi nilai

kepadatan maka semakin baik kualitas aspalnya. Namun dengan kadar

penambahan 50%, 75% dan 100% nilai kepadatan menurun namun masih

memenuhi standard spesifikasi Bina Marga. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa peningkatan nilai kepadatan terjadi pada penambahan fly ash sebesar 25%.

b. Rongga dalam agregat (VMA)

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai VMA

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VMA tersaji

pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VMA selengkapnya secara visual tersaji

pada gambar 4.9 :


VMA, %

35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00 VMA, %
5.00
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.9. Grafik Nilai Hasil VMA dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan penurunan nilai VMA dengan nilai
89

sebesar 15.55% namun masih tetap masuk kedalam standard spesifikasi dimana

nilai minimum VMA adalah 15% dan tidak ada nilai maksimum. Dengan

melakukan penambahan 50% fly ash nilai VMA mengalami peningkatan sebesar

23.12% begitu pula pada penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100%

mengalami peningkatan nilai VMA dan semua sampel memenuhi spesifikasi

umum bina marga.

c. Rongga Terisi Aspal (VFB/VFA)

Adapun hasil pengujian penambahan fly ash terhadap nilai parameter VFB

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VFB tersaji

pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VFB selengkapnya secara visual tersaji

pada gambar 4.10 :

100.00
VFB, %

80.00
60.00
40.00
20.00 VFB, %

0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0

Kadar aspal, %

Gambar 4.10. Grafik Nilai Hasil VFB dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan peningkatan nilai VFB dengan nilai

sebesar 80.69% dan masuk kedalam standard spesifikasi dimana nilai minimum
90

VFB adalah 65% dan tidak ada nilai maksimum artinya semakin tinggi nilai yang

dihasilkan maka semakin baik kualitas nilai dari VFB. Dengan melakukan

penambahan 50% fly ash nilai VFB mengalami penurunan sebesar 50.19% begitu

pula pada penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100% mengalami penurunan

nilai VFB yakni 42.01% dan 34.90% tidak memenuhi spesifikasi umum bina

marga karena dibawah 65%.

d. Rongga terhadap campuran (VIM)

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai VIM

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai VIM tersaji

pula pada Lampiran . Adapun hasil nilai VIM selengkapnya secara visual tersaji

pada gambar 4.11 :

VIM, %
25.00

20.00

15.00

10.00
VIM 2x75, %
5.00

0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.11. Grafik Nilai Hasil VIM dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
91

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi tanpa

penambahan fly ash nilai VIM yang dihasilkan adalah 4.03% dengan adanya

penambahan 25% fly ash dapat mengakibatkan penurunan nilai VIM sebesar

3.02% namun bukan berarti penurunan kualitas tetapi nilai tersebut masih masuk

kedalam standard spesifikasi bina marga dikarenakan nilai minimum adalah 3%

dan maksimum adalah 5%. Sehingga untuk campuran 0% dan 25% masuk dalam

spesifikasi umum bina marga. Dengan melakukan penambahan 50% fly ash nilai

VIM mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 11.70% begitu pula pada

penambahan fly ash dengan kadar 75% dan 100% mengalami peningkatan nilai

VIM yakni 15.18% dan 19.44% sehingga tidak memenuhi spesifikasi umum bina

marga karena diatas 5%.

e. Stabilitas

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai stabilitas

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai stabilitas

tersaji pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai kepadatan selengkapnya secara

visual tersaji pada gambar 4.12 :

2000.0
Stabilitas, kg

1500.0
1000.0
500.0 Stabilitas, kg
0.0
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.12. Grafik Nilai Hasil Stabilitas dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
92

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kondisi tanpa

penambahan fly ash nilai stabilitas sebesar 1117.1 kg. dengan adanya penambahan

fly ash sebanyak 25% maka nilai stabilitas campuran aspal mengalami peningkatan

sebesar 1491.90 kg dan memenuhi standard spesifikasi dimana untuk nilai minimal

800 kg dan itu menandakan semakin tinggi nilai stabilitas yang dihasilkan maka

kualitas aspal semakin baik. Namun dengan kadar penambahan 50% terjadi

penurunan nilai stabilitas sebesar 1188.5 kg namun masih tergolong baik dan

masuk dalam spesifikasi umum. Sedangkan pada penambahan fly ash dengan

kadar 75% dan 100% nilai stabilitas semakin menurun degan penurunan nilai

stabilitas sebesar 767 kg dan 592 kg sehingga untuk penambahan dengan kadar ini

tidak memenuhi memenuhi standard spesifikasi Bina Marga.

f. Kelelehan (flow)

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai flow

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji

pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai flow selengkapnya secara visual tersaji

pada gambar 4.13 :


Kelelehan, mm

4.00
3.50
3.00
2.50
2.00 Kelelehan, mm
1.50
1.00
0.50
0.00
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.13. Grafik Nilai Hasil Flow dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
93

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kondisi tanpa

penambahan fly ash nilai flow sebesar 3.50 mm. dengan adanya penambahan fly

ash sebanyak 25% maka nilai flow campuran aspal mengalami penurunan sebesar

2.73 mm dan memenuhi standard spesifikasi dimana untuk nilai minimal 2.0 mm

dan maksimal 4 mm. Begitu pula dengan kadar penambahan 50%, 75% dan 100%

masih masuk kedalam spesifikasi umum bina margatahun 2018 revisi .

g. Marshall Quotient (MQ)

Adapun hasil pengujian parameter penambahan fly ash terhadap nilai flow

campuran aspal tersaji pada lampiran dengan hasil rekapitulasi nilai flow tersaji

pula pada Lampiran. Adapun hasil nilai flow selengkapnya secara visual tersaji

pada gambar 4.14 :

Marshall Quotient, kg/mm


600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00 Marshall Quotient,
0.00 kg/mm
0.0 25.0 50.0 75.0 100.0
Kadar aspal, %

Gambar 4.14. Grafik Nilai Hasil Kepadatan Dengan Penambahan Fly Ash
Sumber : Analisis Data 2023
94

Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukan bahwa nilai MQ meningkat dengan

penambahan nilai kadar fly ash 25% sebesar 545.86 kg/mm namun semakin

banyak kadar yang dipakai maka cenderung mengalami penuruan nilai MQ.

Namun masih masuk dalam spesifikasi umum bina marga karena nilai MQ berada

di atas 200 Kg/mm .


95

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian, pembahasan dan analisis data dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai Kadar Aspal Optimum yang didapatkan dari percobaan 5 sampel

adalah sebesar 6 %..

2. Kinerja campuran aspal AC-WC dengan penambahan Fly ash (abu terbang)

dengan kadar variasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dimana kadar terbaik

berada pada variasi campuran 25% dikarenakan meningkatkan nilai

kepadatan hingga 2,289 gr/cc, meningkatkan nilai stabilitas hingga 1491.90

kg, meningkatkan nilai rongga terisi aspal (VFB) hingga 80.69% serta

meningkatkan nilai Marshall Quotient (MQ) hingga 545.86 kg/mm, namun

akan menurunkan nilai kelelehan (flow) hingga 2.73 mm, menurunkan nilai

rongga di antara mineral agregat (VMA) hingga 15.55% dan menurunkan

nilai rongga udara campuran (VIM) hingga 3.02% . Maka hasil dari Kinerja

campuran aspal dengan penambahan Fly ash dapat digunakan sebab dari ke

tujuh parameter marshall rata-rata memenuhi spesifikasi.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang penulis usulkan untuk dijadikan bahan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Perlu penelitian lanjutan mengenai penambahan kadar rambut untuk


96

campuran AC-BC dengan kadar dibawah 25%.

2. Perlu penelitian mengenai kinerja campuran aspal beton AC-WC dengan

penambahan Fly ash tipe C.

3. Perlu penelitian campuran aspal beton AC-WC dengan penambahan jenis

limbah yang berbeda, misalnya kinerja campuran aspal beton AC-WC

dengan penambahan abu batu kapur sebagai bahan pengisi campuran

beraspal.
97

DAFTAR PUSTAKA

AlQurny,A.U. 2022. Pengaruh Penambahan Bahan Pengisi (Filler) Fly Ash


Terhadap Campuran Aspal Beton Lapis Aus AC-W, Jurnal Artesis.,
Universitas Pancasila, Vol. 2(1): 87-97.

Bieliatynskyi. A.,Yang. S.2022. Investigation Of The Properties And Technologies


Of Epoxy Asphalt Concrete Preparation With The Addition Of Fiber From
Fly Ash Of Thermal Power Plants,Department of Ningxia.
Anonim. 2005. “Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Jalan , Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, https://www.acedemia.edu.com, downloads
16/02/2023. 01.50 pm.
Cahyono. T., Purwanto.H., dan Firdaus.M. 2021. Pengaruh Penambahan Bubuk
Batu Bara Sebagai Filler Pada Campuran Aspal AC WC, Jurnal Teknik
Sipil ,Universitas PGRI Palembang.
Direktorat Jendral Bina Marga.2018. Spesifikasi Umum Bina Marga (Revisi 2)”,
Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga.2006. Pemanfaatan asbuton, No 001-05, Jakarta.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat .2005. Perkerasan Jalan di Indonesia,
Jakarta.
Ilham. 2008. Klasifikasi Abu Terbang , https://www.acedemia.edu.com downloads
16/02/2023. 03.50 pm.
Likitlersuang.S.L., Chompoorat.T. 2019. “Laboratory Investigation Of The
Performances Of Cement And Fly Ash Modified Asphalt Concrete
Mixtures”, Geotechnical Research Unit, Department of Civil Engineering,
Faculty of Engineering, Chulalongkorn University, Thailand.
Marsya., dkk. 2021. Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dan Abu Padat (Bottom
Ash) PLTU Banjarsari Kabupaten Lahat pada Campuran Aspal Hangat
Laston AC-WC Terhadap Perkerasan Lentur, Jurnal Artesis, Universitas
lambung Mangkurat, Vol. 4, No. 3.
Miftahudin. 2021. Sejarah Pembangunan Sarana Transportasi Jalan Raya di
Indonesia, Penerbit Garuda Dirgantara, Jakarta.
Putri ,G. 2019. Pengaruh Abu Terbang pada Karakteristik Marshall Terhadap
Lapisan Aspal Beton AC-WC, Universitas Negeri Malang. , Noratama
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 3
Sadillah,M.,Leliana.A. 2020.Penggunaan Fly Ash Sebagai Filler Terhadap
Modulus Resilien Beton Aspal Lapis Aus AC-WC, Jurnal Artesis Vol. 6
No. 3,Universitas Brama Wijaya.
98

SNI 06-2489. 1991. Metode Pengujian Campuran Aspal. Direktorat Jendral Bina
Marga , Jakarta.
Sugeha.A.L.R.,Sulandari.E.,Permana. R.S.S. 2019. Pengaruh Abu Terbang bahkan
fly ash (abu terbang) pada capuran aspal beton AC-WC , Jurnal Spektran
Vol. 4, No. 6, Universitas Negeri Padang.
Sukirman. 2020. “Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Jalan”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Tahir. A. 2021. Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC) Dengan
Menggunakan Variasi Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara, untad.ac.id
downloads 16/02/2023. 02.10 pm.
Thangaraj dan Thenmozhi. 2021. Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC)
Dengan Menggunakan Filler Abu Terbang Batu Bara, Jurnal Teknik Sipil
Vol.3, No. 4, Universitas Negeri Malang.
Yinfei.D., Ling.X.,Deyi.D. 2022. “Evaluation Of Thermal Behavior And High-
Temperature Performances Of Asphalt Mixture Containing Fly Ash”,
CenosphereSchool of Civil Engineering, Central South University, China.
Zulfikar.2022 Kinerja Campuran Aspal Modifikasi Dengan Penambahan Limbah
Rambut Manusia. Skripsi, Universitas Sulawesi Tenggara.
99

Lampiran 1

Lokasi Penelitian
Laboratorium Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi
100

Lampiran 2

Rencana Kegiatan Penelitian


Bulan
Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Proposal
                       
Pengumpulan

Data
                       
Analisa Data
                       
Pembuatan

Skripsi
                       
101

Asistensi
                       
Seminar Hasil
                       
Asistensi
                       
Ujian Akhir
                       
Sumber: penulis, catatan rencana kegiatan penelitian

Lampiran 3. Pengujian Agregat Kasar dan Sedang

A. Pengujian Abrasi
102

Alat yang digunakan (Mesin Los Angeles)

Sampel I Sampel II

B. Data Hasil Pengujian Abrasi Dengan Alat Los Angeles

Gradasi Pemeriksaan Sampel


103

Ukuran Saringan I II
Lolos Tertahan Berat (a) Berat (a)

76,2 (3") 63,5 (2 1/2")    


63,5 (2 1/2") 50,8 (2")    
50,8 (2") 36,1 (1 1/2")    
36,1 (1 1/2") 25,4 (1")    
25,4 (1") 19,1 (3/4")    
19,1 (3/4") 12,7 (1/2") 2500 2500
12,7 (1/2") 9,52 (3/8") 2500 2500
9,52 (3/8") 6,35 (1/4")    
6,35 (1/4") 4,75 ( No. 4)    
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)    
       
Jumlah Berat 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12
3275 3269
sesudah percobaan

Lampiran 4. Pengujian Agregat Kasar dan Sedang

Metode Hasil Spesifikasi


N
Jenis Pengujian Satuan Pengujia Pengujia Ma
o
n n Min x
104

I Aggregat Kasar          
SNI
Berat jenis dan 1969 :
1 Penyerapan CA 1-2 2016      
  - Bulk     2.645 - -
  - App     2.710 - -
  -Absorbsi %   0.908 - 3
SNI
Berat jenis dan 1969 :
2 Penyerapan MA   2016      
  - Bulk     2.628 - -
  - App     2.702 - -
  -Absorbsi %   1.035 - 3
SNI 2417
3 Abrasi % : 2008 34.56 - 40
Penyelimutan dan
Pengelupasan pada SNI 2439
4 campuran Agregat - % : 2011 95 95 -
  Aspal *)          
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
5 yang lolos saringan % 2012 0.76 - 1
  No. 200 CA 1-2 *)          
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
6 yang lolos saringan % 2012 0.98 - 1
  No. 200 MA *)          
Persentase butir pecah SNI 7619 95/9
7 agregat kasar *) % : 2012 100/100 0 -

Partikel Pipih dan SNI 8287


8 Lonjong CA 1-2 *) % : 2016 3.0 - 10
Kekekalan Agregat
dengan Natrium Sulfat SNI 3407
9 *) % : 2008 0.76 - 12
105

Lampiran 5. Data Hasil Pengujian Agregat Halus

Spesifika
N Satua Metode Hasil si
Jenis Pengujian Pengujia Mi Ma
o n Pengujian
n n x
II Aggregat Halus          
Berat jenis dan SNI 1970
1 Penyerapan FA : 2016      
  - Bulk   2.519 - -
  - App     2.655 - -
  - Absorbsi %   2.031 - 3
SNI
Jumlah Bahan dalam ASTM
Agregat C117-
2 yg lolos # No. 200   2012      
           
  - FA %   9.92 - 10
Aggregat halus atau SNI 03 -
pasir yang 4428 -
3 mengandung bahan   1997      
  plastis (setara pasir) *)          
  - FA %   58.26 50 -
SNI-03-
Kadar rongga agregat 6877-
4 halus yang tidak % 2002 45.73 45 -
  dipadatkan *)          
SNI
Gumpalan lempung 4141 :
5 dan butir-butir mudah % 2015 0.900 - 1
  pecah dalam agregat          
106

Lampiran 6. Data Hasil Pengujian Aspal

Spesifikas
N Satua Metode Hasil i
Jenis Pengujian Pengujia
o n Pengujian Mi Ma
n n x
III Aspal
SNI 2434 :
1 Titik lembek ºC 2011 49.00 48 -
SNI 2441 :
2 Berat jenis *)   2011 1.031 1 -
Kehilangan berat SNI 06 - 2440 –
3 *) % 1991 0.232 - 0,8
0.1 SNI 2456 :
4 Penetrasi mm 2011 63 60 70
Penetrasi setelah SNI 2456 :
5 TFOT   2011 55 54 -
SNI 2433 :
6 Titik nyala ºC 2011 321.0 232 -
7 Daktilitas cm SNI 2432 : 2011 137 100 -
Daktilitas setelah
8 TFOT cm SNI 2432 : 2011 124 50 -
9 Kelarutan Aspal *) % SNI 2438 : 2015 99.14 99 -
107

Lampiran 7. Data Hasil Pengujian Perencanaan Penggabungan Agregat

Uraian
Ukuran saringan
 
# #
Inc  3/4 " 1/2 " 3/8 " #4 #8 # 16 # 30 # 50
100 200
0.07
mm  19 12.5 9.5 4.75 2.36 1.18 0.6 0.3 0.15
5

DATA GRADASI                    
100.0
CA 1-2  0 58.34 37.61 4.28 2.49  2.16  1.80  1.59  0.98 0.24
100.0 100.0 100.0
MA  51.09 3.76 1.66 1.47 1.40 0.93 0.36
0 0 0
100.0 100.0 100.0 100.0 85.2 54.6 45.3 18.4
FA 28.90 6.28
0 0 0 0 9 1 6 4
KOMBINASI 100.00
AGREGAT 

23.00
CA 1-2 23.0 13.4  8.7 1.0 0.6 0.5 0.4  0.4  0.2 0.1
%

25.00
MA 25.0 25.0 25.0 12.8 0.9 0.4 0.4 0.4 0.2 0.1
%

52.00 15.0.
FA 52.0 52.0 52.0 52.0 44.4 28.4 23.6 9.6 3.3
% 0

Gradasi
###### 100.0 90.4 85.7 65.8 45.9 29.3 24.4 15.7 10.0 3.4
Gabungan

Spec.gradasi   

max
100.0 100.0 90.0 69.0 53.0 40.0 30.0 22.0 15.0 9.0
 

min
100.0 90.0 77.0 53.0 33.0 21.0 14.0 9.0 6.0 4.0
 
108

Lampiran 8. Grafik Perencanaan Penggabungan Agregat

100
Persen lolos (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10 Bata
0 s
Atas
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
Ukuran saringan (mm)
109

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

A. Bahan yang Akan digunakan Dalam Penelitian

B. Penimbangan Sesuai dengan Komposisi Campuran


110

C. Penimbangan Aspal Sesuai dengan Komposisi Campuran

D. Mixing Aspal dengan suhu 145

E. Campuran Aspal dimasukkan Kedalam Mesin Penumbuk


111

F. Sampel yang Masih dalam Cetakan

G. Sampel Dibuka Dari Cetakan


112

H. Perendaman Sampel Kedalam Whaterbath

I. Penimbangan Sampel Setelah Perendaman


113

J. Pengujian Marshall

Anda mungkin juga menyukai