Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP

KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-250

TUGAS AKHIR

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

LINTONG SURANTA SIBURIAN


1305131032

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, dosen pembimbing tugas akhir menyatakan
bahwa Laporan Tugas Akhir dari:

LINTONG SURANTA SIBURIAN

NIM: 1305131032

Dengan judul:

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP


KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-250

Telah selesai diperiksa, dinilai dan dinyatakan selesai serta dapat diajukan dalam
sidang pertanggungjawaban Laporan Tugas Akhir.

Medan, Agustus 2017

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Ir. SAMSUDIN SILAEN, M.T.

NIP: 19620204 198903 1 002


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, , Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Ketua
Penguji, Ketua Jurusan Teknik Sipil dan Kepala Program Studi Teknik
Peracangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Medan, menyatakan bahwa
Laporan Tugas Akhir dari mahasiswa:

LINTONG SURANTA SIBURIAN

NIM: 1305131032

Dengan judul:

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP


KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-250

Telah selesai diperiksa, dinilai dan dinyatakan selesai oleh Dosen Pembimbing.

Medan, September 2017

Dosen Pembimbing Ketua Penguji

Ir. SAMSUDIN SILAEN, M.T. Drs. SYAIFUL HAZMI, M.T.

NIP: 19620204 198903 1 002 NIP: 19580124 198710 1 001

Ketua Jurusan Teknik Sipil Kepala Program Studi Teknik

Perancangan Jalan dan Jembatan

Ir. SAMSUDIN SILAEN, M.T. AMRIZAL, S.T., M.T.

NIP: 19620204 198903 1 002 NIP: 19750427 200112 1 002


ABSTRAK

Siburian Lintong Suranta, 2017. PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH


SERBUK BESI TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR
BETON K-250. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negari Medan.

Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi
bangunan. Beton banyak digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain harga yang relatif murah,
mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat, tahan
lama, tahan terhadap api dan tidak mengalami pembusukan. Limbah besi belum
dimanfaatkan secara maksimal sehingga limbah serbuk besi dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu penelitian mengenai limbah serbuk
untuk meningkatkan nilai kekuatan beton. Dalam penilitian ini digunakan salah
satu bahan tambah dalam bentuk serbuk besi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji 25 buah.
Untuk kuat tekan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 15 buah . untuk kuat lentur berbentuk balok dengan ukuran 15 x 15 x 75
cm dengan variasi kadar limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% dari berat
semen keseluruhan umur 28 hari dengan jumlah sampel 2 buah setiap variasi.

Terjadi peningkatan kuat tekan pada beton dengan campuran limbah serbuk besi
2%, 4%, 6% dan 8% dari beton normal (0%). Pada kadar 6% terjadi nilai kuat
tekan yang maksimal.

Terjadi peningkatan kuat lentur pada beton dengan campuran limbah serbuk besi
2%, 4%, 6% dan 8% dari beton normal (0%). Pada kadar 2% terjadi nilai kuat
lentur yang maksimal.

Kata kunci : Beton, Limbah Serbuk Besi, Kuat Tekan, Kuat Lentur.
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir D-IV yang tidak dipublikasi terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Politeknik Negeri Medan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di
Politeknik Negeri Medan. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk meyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Tugas Akhir haruslah


seizin Direktur Politeknik Negeri Medan.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tugas Akhir yang berjudul PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH SERBUK BESI


TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-250 ini merupakan salah satu
syarat yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan mata kuliah semester VIII, Program
Pendidikan D-IV Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Medan.

Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak menghadapi berbagai kendala, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka laporan Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:

1. M.Syahruddin, S.T.,M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.


2. Ir. Samsudin Silaen, M.T., Ketua Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Medan dan
sebagai Dosen Pembimbing.
3. Amrizal, S.T., M.T.,Kepala Program Studi D-IV Teknik Perancangan Jalan dan
Jembatan.
4. Ir. M. Koster Silaen, M.T., Dosen Wali Kelas.
5. M. Ari Subhan Harahap, S.T.,M.T., Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan.
6. Staf dan teknisi Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan secara moral maupun
materi.
8. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas
Akhir.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun dan
menyelesaikan laporan ini. Namun, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima dengan terbuka segala masukan
masukan, kritik, saran, dan pendapat yang bersifat membangun guna memperbaiki
Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian pembaca, dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Medan, September 2017

Hormat saya, penulis

Lintong Suranta Siburian

NIM : 1305131032
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PEDOMAN PENGGUNAAN PROPOSAL TUGAS AKHIR ........................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

DAFTARGAMBARviii

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI ................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................


1
1.2 Topik Pembahasan ................................................................................
2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................
3
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................
3
1.5 Tujuan Pembahasan ..............................................................................
4
1.6 Manfaat .................................................................................................
4
1.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .........................................
4
1.8 Sistematika Penulisan ...........................................................................
4

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................
6
2.2 Dasar Teori ......................................................................................
7
2.2.1 Beton ................................................................................................
7
2.2.2 Bahan Penyusun Beton ....................................................................
7
2.2.2.1 Semen Portland (PC) .......................................................................
7
2.2.2.2 Agregat ............................................................................................
9
2.2.2.3 Air ....................................................................................................
12
2.2.2.4 Limbah Serbuk Besi ........................................................................
13
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu dari Kuat Tekan
Beton ...............................................................................................
14
2.2.4 Bahan Tambah .................................................................................
17
2.2.5 Perencanaan Campuran ...................................................................
17
2.2.6 Pengujian Kekuatan Beton ..............................................................
19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ................................................................................
23
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................
23
3.2.1 Waktu Penelitian.................................................................................
23
3.2.2 Tempat Penelitian ...............................................................................
23
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................
23
3.4 Bahan dan Peralatan ...........................................................................
24
3.4.1 Bahan ..................................................................................................
24
3.4.2 Peralatan .............................................................................................
24
3.5 Benda Uji ............................................................................................
25
3.6 Standar Penelitian dan Spesifikasi Material Penyusun Beton ............
25
3.7 Tahapan dan Prosedur Penelitian........................................................
27
3.8 Pengujian Material Penyusun Beton ...................................................
29
3.9 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ......................................
34
3.10 Pembuatan Benda Uji .........................................................................
34
3.11 Pengujian Benda Uji ...........................................................................
35
3.12 Teknik Analisis Data ..........................................................................
36
3.7.1 Pengujian Kuat Tekan Beton ..............................................................
34
3.7.2 Pengujian Kuat Lentur Beton .............................................................
35
3.8 Teknik Pengumpulan Data .................................................................
35
3.9 Langkah-langkah Penelitian ...............................................................
36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengujian Agregat .....................................................................
37
4.1.1 Hasil Pengujian Agregat Halus .......................................................
37
4.1.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar ........................................................
40
4.2. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)...................................
42
4.3 Hasil Pengujian Slump .....................................................................
44
4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton..................................................
44
4.5 Hasil Pengujian Kuat Lentur ...........................................................
47
4.6 Pembahasan .....................................................................................
50
4.6.1 Pengujian Agregat Halus .................................................................
50
4.6.2 Standar Penelitian dan Spesifikasi Material Penyusun
Beton ...............................................................................................
51
4.6.3 Kuat Tekan Beton ............................................................................
52
4.6.4 Kuat Lentur Beton ..........................................................................
54
4.6.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton ...............................
55

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
57
5.2 Saran ................................................................................................
58
DAFTAR KEPUSTAKAAN

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Sifat-sifat Agregat Kasar .................................................................. 10

Tabel 2.2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar ............................................. 11

Tabel 2.3 Sifat-sifat Agregat Halus .................................................................. 11

Tabel 2.4 Faktor Air Semen Untuk Setiap Kondisi Lingkungan ..................... 14

Tabel 2.5 Daftar Konversi Uji Tekan .............................................................. 20

Tabel 3.1 Sampel Benda Uji Beton dengan Penambahan Limbah Serbuk

Besi .................................................................................................. 25

Tabel 3.2 Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Penyusun Beton ............. 26

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Agregat Halus ........................................................ 37

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus........................................... 38

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Agregat Kasar ........................................................ 40

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar........................................... 41

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Nilai Slump ............................................................ 44

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton .................................................. 46

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton ................................................. 49

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Jenis Limbah Besi ........................................................................ 13

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi ............................................................. 28

Gambar 4.1 Grafik Gradasi Agregat Halus ...................................................... 39

Gambar 4.2 Grafik Gradasi Agregat Kasar ...................................................... 42

Gambar 4.3 Pengujian Kuat Tekan Beton........................................................ 45

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan ............................................. 47

Gambar 4.5 Pengujian Kuat Lentur ................................................................. 48

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan ............................................. 50

Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat

Tekan Beton ................................................................................. 53

Gambar 4.8 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat

Lentur Beton................................................................................. 54

Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur ................... 56

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI


Agregat halus adalah pasir alam sebagai desintegrasi secara alami dari batu atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.

Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi secara alami dari batu atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5 mm 40 mm.

Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan pembuatan
beton untuk tujuan tertentu.

Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat.

Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton.

Garis regresi adalah garis yang menunjukkan hubungan suatu variable dengan
variable lainnya.

Gradasi adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat.

Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat.

Kepadatan (density) adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan


volumenya.

Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencana struktur (berdasarkan benda uji silinder diameter 15 cm dan tinggi 30
cm).

Pelapis permukaan (capping) adalah pelapis permukaan bidang tekan benda uji
silinder.
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong diantara material, dan merupakan
fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume yang bernilai 0%-100%.

Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling


klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata
antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silica, aluminia dan oxid besi),
dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup.

Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm
ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode
Pengujian Slump Beton Semen Portland).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan zaman saat ini, penggunaan beton dalam


pembangunan konstruksi sipil sangat banyak. Konstruksi sipil seperti bangunan
gedung, jalan, drainase dan masih banyak lagi dalam kehidupan sehari-hari dapat
kita jumpai. Beton memiliki kelebihan yaitu kuat tekan yang tinggi dengan biaya
yang lebih murah dibandingkan dengan bahan lainnya, dapat dibuat sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang diinginkan.

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak di Indonesia membuat


konstruksi jalan yang lebih cepat rusak akibat volume kendaraan yang sangat
banyak. Penggunaan beton dengan kualitas mutu tinggi sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini.

Penggunaan dengan bahan besi sangat banyak digunakan dalam


pembangunan, pembuatan alat-alat berat maupun pembuatan berbagai macam alat
lainnya. Dalam pembuatan alat-alat tersebut melalui beberapa tahap, diantaranya
adalah tahap penggergajian dan pembubutan besi. Dari kegiatan tersebut, akan
dihasilkan limbah serbuk besi. Di Indonesia, serbuk besi belum dimanfaatkan
secara maksimal sehingga limbah serbuk besi dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama
dalam molekul. Besi sendiri biasanya magnetit (Fe3O4), hematite (Fe2O3),
goethite, limonit atau siderit. Limbah penggergajian dan pembubutan besi yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil kegiatan bengkel bubut yang
cukup banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemilik usaha.

Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam


konstruksi bangunan. Beton banyak digunakan karena memiliki kelebihan-
kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain harga yang relatif
murah, mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat,
tahan lama, tahan terhadap api, dan tidak mengalami pembusukan. Limbah serbuk
besi dapat digunakan sebagai bahan untuk inovasi teknologi beton dalam bidang
struktur karena besi memiliki titik leleh yang tinggi sebesar 1535 C. Hal ini yang
mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi adalah
faktor efektifitas dan tingkat efesiensinya. Dengan penambahan limbah serbuk
besi, nilai kekuatan beton dapat meningkat dari beton normal.

Penelitian ini dilakukan dalam upaya pemanfaatan dan pemecahan


masalah limbah besi yang mencemari lingkungan, sehingga bermanfaat dan
menjadi nilai tambah serta dapat digunakan untuk inovasi teknologi beton.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Ninik Paryati pada tahun 2001


melakukan penelitian beton pada variasi penambahan 0% serbuk besi dan baja
kuat tekan = 125.4894 kg/cm, 25% serbuk besi dan baja kuat tekan =
121.9823 kg/cm, 50% serbuk besi dan baja kuat tekan = 118.063 kg/cm, dan
75% serbuk besi dan baja kuat tekan = 80.3928 kg/cm.

Penggunaan limbah serbuk besi dari limbah bengkel pembubutan besi


dan limbah karbit dari bengkel pengelasan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mendapatkan proporsi campuran yang baik. Untuk itu pada
tugas akhir ini penulis mencoba meneliti pengaruh penambahan limbah besi
terhadap kuat tekan dan kuat lentur beton untuk mendapatkan proporsi
campuran yang baik sehingga menghasilkan campuran yang memiliki kuat
tekan dan kuat lentur yang maksimal.

1.2 Topik Pembahasan

Topik pembahasan atau permasalahan yang dibahas dalam laporan ini


adalah Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat Tekan dan Kuat
Lentur Beton K-250
1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%,


4%, 6% dan 8% dari berat semen keseluruhan terhadap kuat tekan
dan kuat lentur beton?
2. Pada persentase berapa nilai kuat tekan dan kuat lentur beton paling
tinggi menggunakan penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%,
6% dan 8% dari berat semen keseluruhan?

1.4 Batasan Masalah


Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan, maka diberi batasan antara
lain:
1. Penelitian menggunakan limbah serbuk besi yang berasal dari Kota
Medan dengan variasi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat semen
keseluruhan dengan jumlah masing-masing 5 sampel.
2. Penelitian menggunakan benda uji yang berupa silinder dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dengan sampel 15 silinder
beton dengan 5 variasi yang masing-masing variasi 3 sampel untuk
pengujian kuat tekan beton.
3. Penelitian menggunakan benda uji yang berupa balok dengan
ukuran 150 mm x 150 mm x 750 mm dengan sampel 10 balok
beton, dengan 2 sampel benda uji umur 28 hari untuk masing-
masing variasi pengujian kuat lentur beton.
4. Bahan pembuatan beton yaitu semen type I dengan merk semen
padang, agregat halus dan agregat kasar serta air yang digunakan
dari Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
5. Penelitian dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan.

1.5 Tujuan Pembahasan


Tujuan pembahasan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan limbah besi 0%, 2%, 4%, 6%
dan 8% dari berat semen keseluruhan.
2. Mengetahui persentase nilai kuat tekan dan kuat lentur beton paling
tinggi menggunakan penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%,
6% dan 8% dari berat semen keseluruhan.

1.6 Manfaat
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Penulis agar dapat mengetahui pengaruh penambahan limbah
serbuk besi terhadap kuat tekan dan kuat lentur beton.
2. Departemen pengembangan ilmu teknologi beton tentang pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dan kuat
lentur beton.
3. Memberikan informasi tentang perbandingan mutu beton dari
variasi sampel beton penambahan limbah serbuk besi.

1.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis memperoleh data langsung dari
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.

1.8 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN

Meliputi : latar belakang, topik pembahasan, rumusan masalah, batasan


masalah, tujuan pembahasan, manfaat, teknik pengumpulan dan
pengolahan data serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Meliputi : bab ini menguraikan pengertian beton, bahan penyusun beton,


faktor-faktor yang mempengaruhi dari mutu beton, bahan tambah,
perencanaan campuran beton, dan pengujian kuat tekan dan kuat lentur
beton.
BAB III METODOLOGI
Meliputi : bagan alir kerja, cara pengumpulan data baik primer maupun
sekunder dan menjabarkan data yang harus diambil untuk melengkapi
perhitungan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Meliputi: hasil dan pembahasan pengujian agregat, hasil dan pembahasan


kuat tekan dan hasil dan pembahasan pengujian kuat lentur beton, dan
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur beton.

BAB V PENUTUP
Meliputi: kesimpulan dan saran dari hasil analisa dan pembahasan data.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen hidraulik


yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat (SNI 03-2834-2000).

Perencanaan campuran beton meliputi pemilihan jenis semen, pemilihan


material agregat yang sesuai dengan konstruksi perkerasan dan penentuan
proporsi optimum agregat dan semen di dalam campuran.

(Arum Dwicahyani, 2012) Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Lentur


Beton Serat Limbah Bubut Besi terhadap Beton Serat Fabrikasi. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan 42 benda uji dengan kadar serat dalam
campuran beton yaitu 20 kg/m, 30 kg/m, dan 40 kg/m. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa penggunaan serat limbah bubut besi sebagai pengganti serat
fabrikasi mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan maksimal sebesar 32.23%
dan kenaikan kuat lentur maksimal 9.99%.

(Ninik Paryati, 2001) melakukan penelitian beton pada variasi


penambahan 0% serbuk besi dan baja kuat tekan = 125.4894 kg/cm, 25%
serbuk besi dan baja kuat tekan = 121.9823 kg/cm, 50% serbuk besi dan
baja kuat tekan = 118.063 kg/cm, dan 75% serbuk besi dan baja kuat tekan =
80.3928 kg/cm.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Beton

Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus


(pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen portland atau bahan pengikat
hidrolis lain yang sejenis dengan atau bahan tambah lain. Beton dibentuk dari
pencampuran bahan yang diikat dengan bahan perekat semen. Bahan batuan yang
digunakan untuk menyusun beton umumnya dibedakan menjadi garegat kasar
(kerikil/batu pecah) dan agregat halus (pasir).

Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari
faktor, antaranya adalah nilai bidang campuran dan mutu bahan susun, metode
pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur, dan kondisi perawatan
pengerasannya.

Berdasarkan PBI 1971 klasifikasi beton dibagi menjadi tiga beton kelas I
untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural, beton kelas II untuk pekerjaaan-
pekerjaan struktural secara umum dengan kekuatan tekan karakteristik antara
K125 sampai dengan K225, dan beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-
pekerjaan struktural dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan
karakteristik yang lebih tinggi dari K225.

2.2.2 Bahan Penyusun Beton


2.2.2.1 Semen Portland (PC)

Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan


menggiling klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan
merata antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silica, aluminia dan oxid
besi), dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk
halus ini bila dicampur dengan air selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan
digunakan sebagai bahan ikat hidrolis (Kardiyono, 1989).

Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut
pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan
terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar
(kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Dalam campuran beton,
semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai
kelompok pasif adalah kelompok yang berfungsi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo,
1995). Pada penelitian ini menggunakan semen Tipe I Semen Padang.

Pada umumnya semen berfungsi untuk:


1. Bercampur dengan untuk mengikat pasir dan kerikil agar terbentuk
beton
2. Mengisi rongga-rongga diantara butir-butir agregat.

Jenis-jenis semen portland menurut ASTM C.150 antara lain:

1. Jenis I adalah semua semen portland untuk tujuan umum, biasa


tidak memerlukan sifat-sifat khusus misalnya, gedung, trotoar,
jembatan dan lain-lain.
2. Jenis II adalah semen portland yang tahan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang dan ketahanan terhadap sulfat lebih baik,
penggunaannya pada pir (tembok di laut dermaga), dinding tahan
tanah tebal dan lain-lain.
3. Jenis III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi.
Kekuatan dicapai umumnya dalam satu minggu. Umumnya dipakai
ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur
harus cepat dipakai.
4. Jenis IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah.
Dipakai untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang
timbul harus minimum.
5. Jenis V adalah semen portland tahan sulfat yang dipakai untuk
beton dimana menghadapi aksi sulfat yang panas. Umumnya
dimana tanah atau air tanah mengandung kandungan sulfat yang
tinggi (Tjokrodimulyo,1995).
Berat jenis semen dapat dihitung dengan rumus 2.1:

Bj= (21) ............................................................................ (2.1)
Dimana:
Bj = Berat jenis semen portland (gr/ml)
W = Berat semen portland (gr)
V1 = Volume awal kerosene setelah dikondisikan selama 15
menit (ml)
V2 = Volume akhir kerosene setelah dikondisikan selama 15
menit (ml).

2.2.2.2 Agregat

Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat yang digunakan dalam
penelitian berasal dari Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
Agregat didefinisikan sebagai batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral
lainnya, baik yang berupa hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang
merupakan bahan baku utama konstruksi perkerasan jalan.

Menurut ukuran, agregat dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :


1. Agregat Kasar (Coarse Agregate)

Menurut ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar


adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm.
Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :

Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.


Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti
terik matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton,seperti zat-zat yang relatif alkali.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat
kasar harus dicuci.

Dengan mengetahui sifat dari agregat kasar maka dapat


mengetahui persyaratan agregat kasar pada kekuatan beton.
Sifat-sifat agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sifat-sifat Agregat Kasar


Sifat Ketentuan Metoda
Pengujian
Kehilangan akibat Tidak melampaui SNI 2417 : 2008
Abrasi Los Angeles 40% untuk 500
putaran
Berat Isi Lepas minimum 1.200 SNI 03-4804-1998
kg/m3
Berat Jenis minimum 2,1 SNI 1970 : 2008
Penyerapan oleh Air ampas besi: maks SNI 1970 : 2008
6% lainnya: maks.
2,5%
Bentuk partikel pipih masing-masing maks ASTM D-4791
dan lonjong dengan 25%
rasio 3 : 1
Bidang pecah (2 atau minimum 80% SNI 7619-:2012
lebih)
Sumber: ASTM C 33/ 03

Susunan untuk butiran (gradasi) yang baik akan


dapat menghasilkan kepadatan (density)
maksimum dan porositas (voids) minimum.
Gradasi saringan agregat kasar dapat dilihat pada
Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar

Diameter Saringan Persen Lolos Gradasi Ideal

(mm) (%) (%)


25,00 100 100
19,00 90 - 100 95
12,50 - -
9,50 20 -55 37,5
4,75 0 - 10 5
2,36 0-5 2,5
Sumber: ASTM C 33/ 03

2. Agregat Halus (Fine Agregate)


Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari
hasil pemecahan batu.
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil
dari 4,75 mm (ASTM C 125 06).
Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir
halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm
disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK
SNI T-15-1991-03). Sifat dari agregat halus berpengaruh terhadap
kekuatan suatu campuran beton. Sifat-sifat agregat halus dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sifat-sifat Agregat Halus

Sifat Ketentuan Metoda Pengujian


Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998
Penyerapan oleh Air maksimum 5% SNI 1969 : 2008
Sumber: ASTM C 33/ 03

Sebelum digunakan sebagai campuran beton, agregat harus


dipastikan memenuhi persyaratan yang yang sudah ditetapkan,
untuk itu terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap agregat
yang akan dugunakan.

3. Agregat Pengisi (Filler)


Agregat pengisi adalah agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075
mm). Bahan pengisi harus memenuhi ketentuan SNI 03-1750-1990
tentang Mutu dan Cara UJi Agregat Beton.
Syarat umum filler adalah sebagai berikut:
Lolos saringan no. 200 (0,075 mm).
Bersifat non plastis
Mempunyai specific gravity 2,75

2.2.2.3 Air

Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air
akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama dengan
semen akan bergerak ke atas permukaaan adukan beton segar yang baru saja
dituang. Hal ini menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan
merupakan yang lemah.

Air yang digunakan dalam penelitian yaitu berasal dari Laboratorium


Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan. Persyaratan air sebagai bahan bangunan,
sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan
Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:

1. Air harus bersih.


2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/
liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari
15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m.
dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia
dan dievaluasi.

Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap:


1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga menghasilkan
kekuatan selang beberapa waktu.
4. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan beton.

2.2.2.4 Limbah Serbuk Besi

Jenis limbah besi yang berasal dari bengkel pembubutan dan pengelasan
ada 3 jenis yaitu a) limbah serat besi, b) limbah butiran kasar dan c) limbah besi
berbentuk serbuk. Untuk jenis limbah besi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dalam
penelitian ini jenis limbah yang digunakan yaitu c jenis limbah serbuk besi.

a) b) c)
Gambar 2.1 Jenis Limbah Besi

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu dari Kuat Tekan Beton


Faktor yang mempengaruhi mutu dari kuat tekan beton antara lain:
1. Faktor Air Semen
Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen
di dalam campuran adukan beton.
Fungsi dari faktor air semen:
Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton
(workability).
Semakin tinggi nilai fas, mengakibatkan penurunan mutu
kekuatan beton. Namun nilai fas yang semakin rendah tidak
selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya
nilai fas yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri
Mulyono, 2004). Faktor air semen untuk setiap kondisi
lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Faktor Air Semen Untuk Setiap Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan

Kondisi Basah kering Dibawah

Koreksi langsing atau yang Normal berganti-ganti pengaruh


sulfat/air laut

hanya mempunyai penutup 0,53 0,49 0,40


tulangan kurang penahan
Struktur dinding dari 25
mm.

tanah, yangpilar,
Beton balok,
tertanam dalam * 0,53 0,44
abutmen.
- 0,44 0,44
Struktur lantai beton di atas
pilar, balok, kolom - 0,44 0,44
* - -
Beton yang terlindung dari
tanah * - -

perubahan udara * - -
* Rasio air semen ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan
rencana.
9konstruksi interior
Sumber : Tim penyusun Struktur Beton, 1999
bangunan).
Hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan beton secara
umum dapat dilihat pada rumus 2.10 dengan rumus Duff Abrams
(1919) sebagai berikut:


fc = ........................................................................... (2.10)
1,5

Dengan:

fc = kuat tekan beton

X = faktor air semen

A,B = konstanta

Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat
diartikan sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air
(termasuk air yang terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap
berat total semen dan additif cementious yang umumnya ditambahkan
pada campuran beton mutu tinggi (Supartono, 1998). Pada beton
mutu tinggi nilai faktor air semen ada dalam rentang 0,2 - 0,5 (SNI
03-6468-2000). Bahan ikat yang digunakan pada penelitian ini adalah
semen. Perhitungan faktor air semen dapat dilihat pada rumus 2.11.

Rumus yang digunakan pada beton mutu tinggi adalah:


fas = ................................................... (2.11)
(+)

Dengan:

fas = faktor air semen

W = rasio total berat air

c = berat semen

p = berat bahan tambah pengganti semen


Nilai faktor air semen pada beton mutu tinggi termasuk berat air yang
terkandung di dalam agregat. Faktor air semen pada kondisi agregat
kering oven.

2. Umur Beton
Kekuatan beton (kuat tekan, kuat tarik, kuat lekat) bertambah
tinggi dengan bertambahnya umur.
Laju kenaikan kekuatan beton mula-mula cepat, akan tetapi
makin lama laju kenaikan itu makin lambat. Oleh karena itu,
sebagai standar kekuatan beton dipakai kuat tekan beton paa
umur 28 hari.
3. Sifat Agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan
air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus
halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
4. Bahan Tambah

Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan


dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan untuk
penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.

Menurut standar ASTM C 494/C494M 05a, jenis bahan tambah


kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :

(a) water reducing admixtures


(b) retarding admixtures
(c) accelerating admixtures
(d) water reducing and
retarding admixtures
(e) water reducing and
accelerating admixtures
(f) water reducing and high
range admixtures
(g) water reducing, high range
and retarding
admixtures

2.2.4 Bahan Tambah

Suatu bahan tambah pada umumnya dimasukkan kedalam campuran beton


dengan jumlah sedikit, sehingga tingkat kontrolnya harus lebih besar daripada
pekerjaan beton biasa. Oleh sebab itu, control terhadap bahan tambah perlu
dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa pemberian bahan tambah
pada beton tidak menimbulkan efek samping seperti kenaikan penyusutan kering,
pengurangan elastisitas (L.J. Murdock dan K.M. Brook, 1991)

2.2.5 Perencanaan Campuran

Tujuan utama mempelajari sifatsifat beton adalah untuk perencanaan


campuran (mix design), yaitu pemilihan bahanbahan beton yang memadai,
serta menentukan proporsi masingmasing bahan untuk menghasilkan beton
ekonomis dengan kualitas yang baik (Antoni.P.Nugraha, 2007).

Dalam penelitian ini, mix design dilaksanakan menggunakan SK SNI T


15-1990-03. Secara garis besar langkah perhitungan mix design cara
menggunakan SK SNI T 15-1990-03 dapat diuraikan sebagai berikut yaitu
menentukan kuat tekan yang disyaratkan (fc), faktor air semen, nilai slump,
besar butir agregat maksimum, kadar air bebas, proporsi agregat, berat jenis
agregat gabungan, dan menghitung proporsi campuran beton.

Syarat-syarat minimum untuk beton antara lain:

a. Kuat tekan minimum yang diperlukan untuk suatu struktur bangunan


beton.
b. Nilai fas maksimum atau kadar semen minimum atau keadaan cuaca
tertentu disyaratkan kadar udara dalam beton minimum, agar beton
memiliki sifat tahan lama.
c. Jumalah semen maksimum untuk menghindari retak akibat pengaruh
suhu yang tinggi.
d. Jumlah semen maksimum untuk menghindari retak susut dalam
keadaan cuaca terbuka dengan kelembaban relatif rendah.
e. Berat volume beton minimum yang disyaratkan untuk jenis
bangunan tertentu.

Ada beberapa metode di dalam menentukan atau menghitung komposisi


bahan campuran beton antara lain:

1. Untuk Beton Normal


a. Metode Departement of the Environment (DoE), Building
Laboratory Establishment, Transport and Road Research
Laboratory di Inggris terbitan 1975 yang telah diteliti
kecocokannya untuk Indonesia dimana menggunakan benda uji
kubus dengan ukuran sisinya 15 cm (15 x 15x 15).
b. Metode ACI dalam merancang campuran beton dikutip dari cara
ACI 211.1-89 dengan satuan matrik (SI) dan dengan
menggunakan benda uji silinder beton dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.

2. Untuk Beton Mutu Tinggi


a. Dengan Metode Shachlock
Cara menurut metode Shachlock dalam merancang beton mutu
tinggi dengan menggunakan pertolongan tabel dan grafik yang
disusun berdasarkan data empiris hasil penelitian. Pada cara yang
telah diuraikan sebelumnya terdapat hubungan antara kuat tekan
dengan fas, maka dalam cara ini terdapat hubungan antara kuat
tekan dengan nomor petunjuk (nomor referensi).
b. Dengan Metode ACI
ACI: 211.4R-93 (guide for Selecting Proportions for high
Strenght Concrete With Portland Cement and Fly Ash) atau SNI
03-6468-2000 (Tata cara Perencanaan Campuran Beton
Berkekuatan Tinggi dengan Semen Portland dan Abu Terbang).

2.2.6 Pengujian Kekuatan Beton

Pengujian kekuatan beton dilakukan pada saat beton telah mengalami


perubahan karakteristik dri beton itu sendiri, yaitu pada umur 7, 14, dan 28 hari.

Adapun analisa kekuatan beton yang dilakukan pada kajian ini adalah
sebagai berikut:
1. Uji Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat
dipikul oleh beton per satuan luas. Kekuatan tekan beton dalam
industri konstruksi biasa dipakai untuk menilai serta untuk
mengendalikan mutu beton dan untuk tujuan persyaratan spesifikasi.
Cara yang digunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
dengan mengunakan mesin tekan (compression machine). Prinsip
pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin tekan adalah mengukur
besarnya beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas beton (benda
uji) sampai benda uji itu hancur/rusak. Perhitungan untuk kuat tekan
beton dapat dilihat pada rumus 2.12.

Rumus kuat tekan beton:



fc = ...................................................................................... (2.12)

Dimana:
fc = kuat tekan beton (MPa)
P = Tekanan (N)
A = luas bidang tekan (mm)
Beberapa ketentuan khusus untuk pengujian kuat tekan yang harus
diikuti sebagai berikut:

a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm


cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap
lapis dipadatkan dengan 29 kali tusukan; tongkat pemadat
diameter 16 mm, panjang 600 mm;
b. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm,
cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap
lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan; tongkat pemadat
diameter 10 mm, panjang 300 mm;
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi;
d. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk
kubus ke bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat
tekan pada Tabel 2.5 seperti berikut:

Tabel 2.5 Daftar Konversi Uji Tekan

Bentuk benda uji Perbandingan

Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm 1,0
Kubus : 20 cm x 20 cm x 20 cm 0,95
Silinder : 15 cm x 30 cm 0,83

Sumber: PBI 1971

e. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7


hari, dan 28 hari;
f. Hasil pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah
benda uji;
g. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan (hanya untuk
perencanaan campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3
dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk campuran beton
slump.

2. Uji Kuat Lentur Beton


Kekuatan lentur beton merupakan nilai maksimum dari beton biasa
(tanpa tulangan) diletakkan diatas 2 bauh tumpuan dengan dibebani
pada 1/3 dari batangnya sehingga menghasilkan momen lentur yang
mengalihkan tegangan-tegangan tarik serta tegangan tekan pada
bagian bawah dan bagian atas dari balok tersebut.
Kekuatan lentur beton berkisar antara 0,11 0,23 fc (concrete mix
design quality control and specification). Untuk perhitungan
menentukan momen maksimum pada uji kuat lentur beton dapat
dilihat pada rumus 2.13, untuk momen tahanan pada rumus 2.14, dan
untuk perhitungan kuat lentur beton dapat dilihat pada 2.15, 2.16 dan
2.17.

Rumus umum:

Momen maksimum (M) = x = .................................. (2.13)
2 3 6


Momen tahanan (W) = ...................................................... (2.14)
6


6
Kuat Lentur = =
= .............................................. (2.15)

6

Dimana:
P = beban/gaya tekan (N)
M = momen maks akibat pembebanan (Nmm)
W = Momen tahanan (mm)
f r = Kuat lentur (N/mm)

Maka dari persamaan di atas didapat rumus empiris nilai kuat lentur
(fr) untuk benda uji balok sebagai berikut:
a. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat
(daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat
lentur dihitung menurut persamaan sebagai berikut:
.
fr = ............................................................................. (2.16)

b. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada diluar pusat
(daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara
titik pusat patah dan titik patah kurang dari 5% dari jarak antara
titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai berikut:
.
fr = ............................................................................. (2.17)

Dimana:
fr adalah kuat lentur benda uji (MPa)
P adalah beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji
L adalah jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm)
b adalah lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm)
h adalah lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm)
a adalah jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan
tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sudut
dari bentang (mm)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen


yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk
mendapatkan data. Data tersebut diolah untuk medapatkan suatu hasil
perbandingan dengan syarat-syarat yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan
Job Mix Design K-250.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 1 Mei 2017 sampai dengan 26 Juli 2017.

3.2.2 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Medan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan metode eksperimen


terhadap beberapa benda uji dari berbagai kondisi perlakuan yang diuji di
laboratorium. Sedangkan untuk limbah serbuk besi diambil dari sekitar bengkel di
Kota Medan. Untuk pengujian bahan dilakukan secara manual oleh peneliti di
Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.

Dalam kegiatan pelaksanaan penelitian ini ditampilkan dalam bentuk time


schedule yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4 Bahan dan Peralatan


3.4.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pencampuran adalah:

1. Semen portland (PC) merk Semen Padang tipe I.


2. Agregat halus (pasir) diambil dari Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan.
3. Agregat kasar (split) diambil dari Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan.
4. Air dari Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
5. Jenis besi menggunakan limbah serbuk besi di sekitar Kota Medan.

3.4.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Satu set saringan (shive) standar ASTM beserta alat penggetar (shive
shaker).
2. Oven lengkap dengan pengaturan suhu.
3. Mesin aduk beton.
4. Kerucut Abrahams untuk pengujian slump.
5. Conical mould untuk mengukur keadaan SSD agregat halus.
6. Tongkat penumbuk.
7. Sendok semen.
8. Satu set cetakan (mould) dengan ukuran 150 x 150 x 750 mm untuk uji
kuat lentur
9. Satu set cetakan (mould) dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi
300 mm untuk uji kuat tekan.
10. Timbangan.
11. Penggaris.
12. Gelas ukur.
13. Kuas
14. Sikat Baja
15. Satu set alat uji kuat tekan .
16. Satu set alat uji kuat lentur.
17. Seperangkat peralatan kunci.

3.5 Benda Uji


Benda uji pada penelitian ini menggunakan cetakan silinder dan balok
dengan penambahan limbah serbuk besi sebanyak 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari
berat semen keseluruhan untuk pengujian kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28
hari. Jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sampel Benda Uji Beton dengan Penambahan Limbah Serbuk
Besi
Limbah Ukuran Jenis Jumlah Keterangan
serbuk besi cetakan Pengujian
0% Diameter Uji Kuat 3 Pengujian
2% 150 mm Tekan 3 kuat tekan
4% Tinggi 3 umur 28 hari
6% 300 mm 3
8% 3
0% Uji Kuat 2 Pengujian
2% 150x150x750 Lentur 2 kuat lentur
4% 2 umur 28 hari
6% 2
8% 2
Jumlah total sampel benda uji 25

3.6 Standar Penelitian dan Spesifikasi Material Penyusun Beton

Untuk mengetahui sifat dan karektiristik dari material penyusun beton


maka diperlukan pengujian terhadap material yang digunakan. Pengujian
dilakukan dengan standar ASTM untuk pengujian agregat halus dan agregat kasar
serta PBI 1971 Bab 3.6 untuk standar pengujian air. Standar penelitian dan
spesifikasi bahan dasar penyusun dapat dilihat Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Penyusun Beton
No. Bahan Penelitian Standar Terpakai
1. Semen Spesifikasi Pabrik
2. Agregat Halus
a. Standar Pengujian 1. ASTM C-136, standar
penelitian untuk analisa
saringan.
2. ASTM C-128, standar
penelitian untuk
menentukan specific
gravity.
3. ASTM C-40, standar
penelitian untuk pengujian
kandungan zat organik.

4. ASTM C-117, standar


penelitian untuk pengujian
agregat yang lolos
saringan no. 200 dengan
b. Spesifikasi pencucian (tes kandungan
lumpur).
1. ASTM C-33, spesifikasi
standar agregat halus.
2. PBI 1971, spesifikasi
standar agregat halus.
3. Agregat kasar
a. Standar Pengujian 1. ASTM C-136 , standar
b. penelitian untuk analisa
saringan.
2. ASTM C-566, standar
penelitian untuk pengujian
kadar air.
3. ASTM C-127, standar
penelitian untuk pengujian
specific gravity.
1. ASTM C-330, spesifikasi
standar untuk agregat
kasar.
2. PBI 1971, spesifikasi
standar agregat kasar.
4. Air Spesifikasi standar PBI 1971 Bab
3.6

3.7 Tahapan dan Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap penelitian


dimulai dari pemilihan material beton, pengujian material, pembuatan benda uji,
perawatan, pengujian benda uji, analisis data dan kesimpulan dari hasil penelitian.

Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam


sistematika dan urutan yang jelas dan teratur sehingga diperoleh hasil tepat dan
dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah penelitian terlihat pada Gambar
3.1. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap I
Disebut dengan tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan
peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih
dahulu agar penelitian berjalan dengan lancer sesuai dengan jadwal
kegiatan.
2. Tahap II
Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap
material penyusun beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah
material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak.
3. Tahap III
Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan
sebagai berikut:
a. Penetapan rancangan campuran adukan beton (mix design).
b. Pembuatan adukan beton.
c. Pemeriksaan nilai slump.
d. Pembuatan benda uji.
4. Tahap IV
Disebut tahap perwatan (curing). Pada tahap ini dilakukan perawatan
terhadap benda uji yang telah dibuat. Perawatan dilakukan dengan
merendam benda uji setelah dikeluarkan dari cetakan.

5. Tahap V
Disebut tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan
dan kuat lentur. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan sampel cetakan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm sedangkan
pengujian kuat lentur dilakukan terhadap sampel cetakan berukuran 150
x 150 x 750 mm.
6. Tahap VI
Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang
diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu
hubungan variable-variabel yang diteliti dalam penelitian.
7. Tahap VII
Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang telah
dianlisis dapat ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan penelitian.

Tahap I
Persiapan
Semen Agregat halus dan Limbah serbuk besi Air
agregat kasar

Uji Bahan: Tahap II

Kandungan Zat Organik


Pasir
Kadar lumpur pasir dan
Pembuatan Benda Uji:
Split
Tahap III
Specific Gravity
Perencanaan
Pasir dan
Campuran Beton
Split Pembuatan Campuran Adukan
Gradasi pasir dan Split
Slump Test
Pembuatan Benda Uji
Perawatan (curing)
Tahap IV

Tahap V
Pengujian Benda Uji (Uji Kuat Tekan dan Kuat Lentur)

Analisis Data dan Pembahasan

Aplikasi pada Perkerasan Jalan Tahap VI

Kesimpulan Tahap VII

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

3.8 Pengujian Material Penyusun Beton

Pengujian ini untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari material


pembentuk beton. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap agregat
halus dan kasar.

3.8.1 Pengujian Agregat Halus


a. Pengujian Kandungan Lumpur Pasir

Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui kadar lumpur yang


dikandung dalam pasir yang akan digunakan sebagai bahan adukan beton.
Pada agregat ini kandungan lumpurnya tidak boleh dari 5% dari berat
keringnya. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan.


Kadar lumpur = x 100%

Dimana:
A : berat pasir semula (sebelum dicuci)
B : berat pasir tertahan saringan No. 200 (setelah kering oven)

b. Pengujian Kadar Zat Organik

Tujuan pengujian adalah untuk menentukan kadar zat organik yang


terkandung dalam pasir. Kadar organik dalam pasir mempengaruhi
terhadap kekuatan beton. Karena keberadaan zat organik dalam pasir pada
pembuatan beton akan memperlambat pengikatan semen. Pengujian ini
berdasarkan ASTM C-40-92 tentang Metode Pemeriksaan Kadar Organik
dalam Agregat Halus untuk Beton.

Alat untuk menguji adanya zat organik dalam pasir disebut Kalorimeter.
Pengujian Kalorimeter dilakukan dengan penetralan zat organic dengan
larutan NaOH kadar 3% didiamkan selama 24 jam kemudian dilakukan
pengamatan warna yang terjadi kemudian dibandingkan dengan warna
standar. Dari hasil pengamatan, jika warna lebih tua dari larutan
pembanding maka kadar organik dalam pasir tinggi. Sedangkan jika warna
lebih muda dari larutan pembanding maka kadar organik dalam pasir
rendah.

c. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Berat jenis ( Bulk specific), yaitu perbandingan antara berat pasir
kering dengan volume butir pasir.
4
Berat Jenis =
3+1+2
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Bulk specific gravity SSD),
yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dengan kondisi kering
permukaan dengan volume pasir total.
1
Berat jenis permukaan jenuh =
3+1+2
3. Berat jenis semu (Apparent), yaitu perbandingan antara berat pasir
kering dengan volume butir pasir.
4
Berat jenis semu =
3+4+2
4. Penyerapan (Absorbsi), yaitu perbandingan antara berat air yang
diserap dengan pasir kering sehingga dapat menunjukkan banyaknya
air yang dapat diserap oleh pasir.
14
Penyerapan (%) = 100%
4
Dimana:
B1 : berat benda uji keadaan SSD
B2 : berat piknometer + benda uji + air
B3 : berat piknometer + air
B4 : berat benda uji kering oven

d. Pengujian Kadar Air


Dalam campuran beton bila agregatnya tidak jenuh maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari campuran beton. Dengan mengetahui kadar air suatu
agregat maka dapat ditaksir penambahan air dalam adukan sehinggakadar
total adukan sesuai dengan perhitungan rancang campuran (mix design).

Kadar air = x 100%

Dimana :
A : berat pasir awal
B : berat akhir kering

e. Analisa Saringan dan Modulus Butiran Halus

Analisa saringan betujuan untuk mengetahui distribusi butiran (gradasi)


agregat halus dengan menggunakan saringan. Dari analisa saringan yang
dilakukan diperoleh modulus halus butiran agregat halus. Untuk analisa
saringan menggunakan 1 set ayakan ukuran 4 mm, 2 mm, 1 mm, 0.5 mm,
0.25 mm, 0.15 mm, 0.075 mm, dan Pan). semakin besar nilai modulus
halus butiran, semakin besar butiran agregatnya.

Kadar Modulus Kehalusan Butir =
100
Dimana:
A : persentase berat pasir yang tertinggal kumulatif

3.8.2 Pengujian Agregat Kasar


a. Pengujian Kandungan Lumpur Batu Pecah (Split)

Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui kadar lumpur yang


dikandung dalam pasir yang akan digunakan sebagai bahan adukan beton.
Pada agregat ini kandungan lumpurnya tidak boleh dari 5% dari berat
keringnya. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan.


Kadar lumpur = x 100%

Dimana:
A : berat split semula (sebelum dicuci)
B : berat split tertahan saringan No. 200 (setelah kering oven)

b. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Berat jenis ( Bulk specific), yaitu perbandingan antara berat split
kering dengan volume butir split.
4
Berat Jenis =
3+12
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Bulk specific gravity SSD),
yaitu perbandingan antara berat split jenuh dengan kondisi kering
permukaan dengan volume split total.
1
Berat jenis permukaan jenuh =
3+12
3. Berat jenis semu (Apparent), yaitu perbandingan antara berat split
kering dengan volume butir split.
4
Berat jenis semu =
3+42
4. Penyerapan (Absorbsi), yaitu perbandingan antara berat air yang
diserap dengan split kering sehingga dapat menunjukkan banyaknya
air yang dapat diserap oleh split.
14
Penyerapan (%) = x100%
4
Dimana:
B1 : berat benda uji keadaan SSD
B2 : berat piknometer + benda uji + air
B3 : berat piknometer + air
B4 : berat benda uji kering oven

c. Pengujian Kadar Air

Dalam campuran beton bila agregatnya tidak jenuh maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari campuran beton. Dengan mengetahui kadar air suatu
agregat maka dapat ditaksir penambahan air dalam adukan sehingga kadar
total adukan sesuai dengan perhitungan rancang campuran (mix design).


Kadar air = x 100%

Dimana :
A : berat split awal
B : berat split akhir kering

d. Analisa Saringan dan Modulus Butiran Halus

Analisa saringan betujuan untuk mengetahui distribusi butiran (gradasi)


agregat kasar dengan menggunakan saringan. Dari analisa saringan yang
dilakukan diperoleh modulus halus butiran agregat kasar. Untuk analisa
saringan agregat kasar menggunakan 1 set ayakan ukuran 37.5 mm, 31.5
mm, 25 mm, 19 mm, 12.5 mm, 9.5 mm, 4 mm, dan Pan). Semakin besar
nilai modulus halus butiran, semakin besar butiran agregatnya.


Kadar Modulus Kehalusan Butir =
100

Dimana:
A : persentase berat split yang tertinggal kumulatif tanpa berat split
dalam pan

3.9 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Perencanaan campuran beton bertujuan medapatkan proporsi dari setiap


penyusun campuran beton yang tepat. Dalam penelitian ini rencana campuran
beton berdasarkan metode SK SNI T 15-1990-03. Rencana campuran beton (Mix
Design) dan jumlah kebutuhan dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.10 Pembuatan Benda Uji


Langkah-langkah pembuatan benda uji dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Menyiapkan material (semen, limbah serbuk besi, agregat halus,
agregat kasar dan air)
2. Menyiapkan cetakan beton.
3. Menimbang masing-masing material berdasarkan perhitungan mix
design beton.
4. Membuat adukan beton dengan mesin pengaduk (molen).
5. Memeriksa nilai slump dari adukan beton.
6. Pengecoran dengan menuangkan adukan beton kedalam cetakan.
7. Dilakukan pemadatan dengan 25 tusukan untuk setiap 1/3 cetakan
kemudian digetarkan di mesin penggetar (vibrator). Setelah penuh
maka permukaan diratakan dan dibiarkan selama 24 jam.
8. Melepaskan benda uji dari cetakan dan diberi tanda untuk masing-
masing sampel.
9. Perawatan beton dengan cara merendam dalam air sampai waktu
pengujian selama 28 hari.

3.11 Pengujian Benda Uji

Benda uji akan dilakukan pengujian untuk mendapatkan hasil kemudian


akan diolah untuk menarik kesimpulan. Pengujian benda uji antara lain:

a. Pengujian Kuat Tekan (Compressive Strenght Test)


Pengujian kuat tekan bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari
beton tanpa dan dengan penambahan limbah serbuk besi, sampel
berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Metode yang digunakan
dalam pengujian kuat tekan yaitu metode SNI 1974 -2011.

Langkah-langkah pengujian antara lain:


1. Menyiapkan benda uji silinder beton yang telah di capping
sebelumnya.
2. Meletakkan benda uji silinder beton pada alat uji tekan.
3. Mengatur jarum tepat pada posisi nol.
4. Menyalakan alat kemudian membaca jarum penunjuk beban sampai
silinder beton hancur/rusak.
5. Mencatat besarnya nilai beban tekan maksimum yang kemudian
digunakan untuk menghitung nilai kuat tekan silinder beton.

b. Pengujian Kuat Lentur

Pengujian kuat lentur bertujuan untuk mengetahui niali kuat lentur pada
benda uji beton tanpa dan dengan penambahan limbah serbuk besi dengan
ukuran 150 mm x 150 mm x 450 mm. Metode yang digunakan dalam
pengujian kuat lentur adalah metode SNI -4431-2011.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:


1. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji dan menimbang berat
masing-masing sampel.
2. Mengatur 2 perletakan dengan lebar bentang 3 kali jarak titik-titik
pembebanan dan pasng alat pembebanan sehingga mesin tekan beton
berfungsi sebagai alat uji lentur. kemudian meletakkan balok uji pada
mesin penguji.
3. Menghidupkan alat dan letakkan benda uji pada tumpuan dan atur
benda uji sehingga siap untuk pengujian.
4. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang menyebabkan
patah benda uji.
5. Ambil benda uji yang telah selesai diuji.
3.12 Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan di interprestasikan. Dalam proses analisa data digunakan
Microsoft Excel untuk menyajikan data menjadi informasi yang lebih sederhana,
setelah itu dilakukan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.12 Hasil Pengujian Agregat


Hasil dokumentasi pengujian agregat terdapat dalam Lampiran 5.
4.1.1 Hasil pengujian Agregat Halus

Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam


penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur pasir, kadar zat organik, berat
jenis SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus butiran halus. Setelah
dilakukan pengujian didapat hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.1.
Untuk perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap terdapat pada
Lampiran 2.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Agregat Halus


Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan

Kandungan 0,615 % Maksimum 5% Memenuhi


Lumpur Pasir syarat

Kadar Zat Organik Coklat Coklat Kemerahan Memenuhi


Kemerahan syarat

Berat Jenis SSD 2,66 2,5-2,7 Memenuhi


syarat
Kadar Air 1,54 - -

Modulus Halus 2.03 1,5-3,8 Memenuhi


Butir syarat

Seluruh pemeriksaan agregat kasar sebagai bahan penyusun beton


memenuhi syarat yang ditentukan. Untuk hasil pengujian analisa saringan agregat
halus serta persyaratan batas dari SK SNI T 15-1990-03 dapat dilihat pada Tabel
4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus


Berat Sampel : 500 gram
Diameter
Zone 3
Saringan Berat Kumulatif Persentase
Berat Batas Batas
(mm) Tertahan Tertahan Tertahan Lolos Atas Bawah

9.5 0 0 0 0 100 100

4 0 0 0 100 100 90

2 10.6 10.6 2.122 97.878 100 85

1 61.5 72.1 14.432 85.568 100 75

0.5 126.8 198.9 39.812 60.188 79 60

0.25 204.3 403.2 80.705 19.295 40 12

0.15 86.1 489.3 97.938 2.062 10 2

0.075 10.3 499.6 100 0 0 0

Pan - - - - - -

Jumlah 499.6 1673.7 235.008 - - -

Pada pengujian analisa saringan menggunakan alat penggetar. Untuk


penimbangan berat pasir tertahan menggunakan timbnagan dengan ketelitian 0,01.
Dari Tabel 4.2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi
yang disyaratkan oleh SK SNI T 15-1990-03. pada Gambar 4.1.
Hubungan antar Persentase Lolos Agregat
dengan Ukuran Saringan
110

100

90

80

70
persentase Lolos (%)

60
Persentase Lolos
50 Batas Atas Zone 3
Batas Bawah Zone 3
40

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.1 Grafik Gradasi Agregat Halus

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengujian gradasi agregat halus,


maka dapat disimpulkan bahwa agregat halus masuk pada zone 3.
4.1.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar

Pengujian terhadap agregat kasar batu pecah (split) yang dipakai dalam
penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur batu pecah (split), berat jenis
SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus kehalusan butir. Hasil-hasil
pengujian terdapat pada Tabel 4.3. Sedangkan data hasil pengujian dan
perhitungan secara lengkap terdapat dalam Lampiran 3.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Agregat Kasar


Jenis Hasil Standar Kesimpulan
Pengujian Pengujian
0,35 1%< Memenuhi
Kandungan
Syarat
Lumpur split
2,73 1,2-2,8 Memenuhi
Berat Jenis
Syarat
SSD
0,48 - -
Kadar Air
2,95 6-7,1 Tidak
Modulus
Memenuhi
Kehalusan
Syarat
Butir

Untuk hasil pengujian agregat kasar serta persyaratan batas dari SNI 03
2834-2000 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Berat
Sampel = 15050 gr
Ukuran SNI 03-2834-
saringan Berat Kumulatif Persentase 2000
Berat Batas Batas
(mm) Tertahan Tertahan Tertahan Lolos Atas Bawah
63,5 0 0 0 0 100 100
50,8 0 0 0 0 100 100
37,5 0 0 0 100.000 100 95
31,5 2884.9 2884.9 21 79.084 100 68
25 3764.1 6649 44.472 55.528 80 50
19 2149.7 8798.7 58.850 41.150 70 35
12,5 2898.3 11697 78.236 21.764 52 18
9,5 2095.5 13793 92.25135 7.748646 40 10
4 1158.5 14951 100 0 5 0
2 0 0 - - - -
1 0 0 - - - -
0,5 0 0 - - - -
0,250 0 0 - - - -
0,150 0 0 - - - -
0,075 0 0 - - - -
Pan 97 0 - - - -
Jumlah 15048 58773.1 294.7255 - - -

Dari Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar dapat digambarkan
dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi yang disyaratkan oleh SNI 03-
2834-2000 pada Gambar 4.2.
Hubungan antara Persentase Lolos
Agregat dengan Ukuran Saringan
110

100

90

80
Persentase Lolos (%)

70

60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Ukuran Saringan (mm)

Batas Atas Batas Bawah Persentase lolos ayakan

Gambar 4.2 Grafik Gradasi Agregat kasar

4.2 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Sebelum pembuatan benda uji dilakukan, terlebih dahulu harus


merencanakan campuran beton. Mix design bertujuan untuk dapat menentukan
proporsi kebutuhan penyusun beton dalam 1 m. Untuk perencanaan campuran
beton dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dari hasil tersebut kemudian dihitung kebutuhan campuran beton untuk


satu kali adukan untuk uji kuat tekan dan kuat lentur. Perencanaan campuran
beton menggunakan standar SK SNI T 15-1990-03.
Untuk data tabel isian rencana campuran beton K-250 dan kebutuhan
limbah serbuk besi terdapat pada Lampiran 4.
Komposisi bahan campuran beton per m setelah koreksi:
Semen : 365 kg/m
Agregat Halus : 463,93 kg/m
Agregat Kasar : 1386,2 kg/m
Air : 179,75 kg/m

Komposisi bahan campuran untuk kuat tekan dengan 3 sampel silinder


berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebagai berikut:
Volume pekerjaan = x r x t x 3 x 1,2 =3,14 x (0,075 m) x 0,3 m x 3 x 1,2
= 0,01908517537 m
1,2 adalah nilai factor kehilangan volume pekerjaan pembuatan benda uji.
Semen = 365 kg/m x 0,01908517537 m = 6,97 kg
Agregat Halus = 463,93 kg/m x 0,01908517537 m = 8,85 kg
Agregat Kasar = 1386,2 kg/m x 0,01908517537 m = 26,46 kg
Air = 179,75 kg/m x 0,01908517537 m = 3,43 kg

Komposisi bahan campuran untuk kuat tekan dengan 2 sampel balok


berukuran diameter 15 cm x 15 cm x 75 cm sebagai berikut:
Volume pekerjaan = p x l x t x 2 x 1,2 = 0,15 x 0,15 x 0,75 x 2 x 1,2
= 0,0405 m
Semen = 365 kg/m x 0,0405 m = 14,78 kg
Agregat Halus = 463,93 kg/m x 0,0405 m = 18,79 kg
Agregat Kasar = 1386,2 kg/m x 0,0405 m = 56,14 kg
Air = 179,75 kg/m x 0,0405 m = 7,28 kg

4.3 Hasil Pengujian Slump


Cara pengujian slump meliputi penentuan nilai slump beton, baik di
laboratorium maupun di lapangan. Pengujian slump beton merupakan suatu teknik
untuk memantau homogenetis dan workability adukan beton segar dengan suatu
kekentalan tertentu dengan satu nilai slump. Dari masing-masing campuran
adukan beton tersebut dilakukan pengujian slump. Hasil pengujian slump dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Nilai Slump
Kadar Limbah 0% 2% 4% 6% 8%
Serbuk Besi
Nilai Slmup (cm) 3,7 3,3 3 3,5 3,2
Hasil pengujian slump berturut-turut pada kadar 0%, 2%, 4% 6% dan 8% yaitu 3,7
cm ,3,3 cm, 3 cm, 3,5 cm, dan 3,2 cm. Pengaruh penambahan limbah serbuk besi
mengakibatkan nilai slump yang semakin rendah.

4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat uji berumur 28 hari
dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban
maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut
(Pmax). Hasil dokumentasi kuat tekan terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat
tekan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pengujian Kuat Tekan Beton

Contoh perhitungan kuat tekan pada benda uji silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1 pada umur 28 hari
sebagai berikut:

P
fc =

Pmax = 410 kN =410000N
A = 0,25 x x D = 0,25 x 3,14 x 150
= 17678,571 mm
410000 N
Maka fc = = 23,19 MPa
17678,571

Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Kuat
Kadar Gaya Kuat
Diameter Tinggi Takan
Tekan
Serbuk Besi Tekan rata-rata
(%) (mm) (mm) (N) (Mpa) (Mpa)
0 150 300 410000 23.19
0 150 300 470000 26.59 25.08
0 150 300 450000 25.45
2 150 300 450000 25.45
2 150 300 470000 26.59 25.27
2 150 300 420000 23.76
4 150 300 460000 26.02
4 150 300 475000 26.87 26.30
4 150 300 460000 26.02
6 150 300 560000 31.68
6 150 300 545000 30.83 29.60
6 150 300 465000 26.30
8 150 300 435000 24.61
8 150 300 465000 26.30 25.74
8 150 300 465000 26.30
Dari Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan

Hubungan antara Kuat Tekan dengan Kadar


Limbah Serbuk Besi
35

30
Kuat Tekan (MPa)

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kadar Limbah Serbuk Besi (%) 0 0 0 2 2 2 4 4 4 6 6 6 8 8 8
Kuat Tekan (Mpa) 23.1926.5925.4525.4526.5923.7626.0226.8726.0231.6830.8326.3024.6126.3026.30

4.5 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton

Pengujian kuat lentur beton pada saat benda uji berumur 28 hari dengan
menggunakan alat Uji Kuat Lentur untuk mendapatkan kuat lentur maksimum
yaitu beban pada saat beton patah ketika menerima beban tersebut. Hasil
dokumentasi kuat lentur terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat lentur dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengujian Kuat Lentur

Contoh perhitungan kuat lentur pada benda ujibalok dengan ukuran lebar
15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 450 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1
pada umur 28 hari sebagai berikut:

P.L
fr =
.
Pmax = 29,915 kN =29915 N
L = 45 cm = 450 mm
b = 15 cm = 150 mm
h = 15 cm = 150 mm

29915 N x 450 mm
Maka fr = = 3,99 MPa
150 (150)

Hasil pengujian kuat lentur beton pada benda uji ukuran lebar 15 cm,
tinggi 15 cm dan panjang 450 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton


Kuat
Kadar Lebar Tebal Panjang Berat
Beban Kuat Lentur
Serbuk
Bentang
Besi Maksimum Lentur Rata-rata
(%) (mm) (mm) (mm) (kg) (N) (Mpa) (Mpa)

0 150 150 450 33.5 29915 3.99


0 150 150 450 33.5 24643 3.29 3.64
2 150 150 450 32.5 38155 5.09

2 150 150 450 33 37001 4.93 5.01


4 150 150 450 33.5 31137 4.15
4 150 150 450 33.7 29986 4.00 4.07
6 150 150 450 33.5 30167 4.02
6 150 150 450 33.5 28088 3.75 3.88
8 150 150 450 33.5 29634 3.95
8 150 150 450 33.5 32865 4.38 4.17

Dari Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Hubungan antara Kuat Lentur Beton
dengan Kadar Limbah Serbuk Besi
8 8
8

7
6 6
6
Kuat Lentur (MPa)

5.09 4.93
5 Kadar Limbah Serbuk Besi
4.38
3.99 4.15
4 4 4 4.02 (%)
3.95
4 3.75
3.29 Kuat Lentur (Mpa)

3
2 2
2

1
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Kuat Lentur

4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengujian Agregat Halus
a. Kandungan Lumpur Pasir
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
yaitu 0,6155%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu maksimum 5%.

b. Kadar Zat Organik


Untuk pengujian kadar zat organik, warna dari campuran NaOH
dengan air dan pasir berwarna coklat kemerahan. Berdasarkan standar
ASTM C-40 pada Tabel 4.1 maka kadar zat organik memenuhi
persyaratan untuk digunakan dalam pembuatan benda uji.
c. Berat Jenis SSD
Hasil berat jenis SSD berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam
Lampiran 2 yaitu 2,66. Berat jenis SSD menurut standar ASTM C-128
yaitu 2,52,7 . Maka berat jenis SSD dari pasir yang digunakan
memenuhi syarat untuk pelaksanaan pembuatan beton.

d. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 1,54%.

e. Modulus Halus Butir


Nilai modulus halus butir menurut standar ASTM C-136 yaitu 2,3
3,1. Sedangkan hasil pengujian, nilai modulus butir agregat halus
yaitu 2,03. Maka modulus halus butir sesuai dengan persyaratan dan
agregat halus dapat digunakan dalam pembuatan benda uji.

4.6.2 Pengujian Agregat Kasar


a. Kandungan Lumpur Split
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada split yang digunakan
yaitu 0,35%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu < 1%.

b. Berat Jenis SSD


Hasil berat jenis SSD berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam
Lampiran 2 yaitu 2,73. Berat jenis SSD menurut standar ASTM C-128
yaitu 2,5 2,8 . Maka berat jenis SSD dari split yang digunakan
memenuhi syarat untuk pelaksanaan pembuatan beton.

c. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 0,48%.

d. Modulus Halus Butir


Nilai modulus halus butir menurut standar ASTM C-136 yaitu 6,0
7,1. Sedangkan hasil pengujian, nilai modulus butir split yaitu 2,95.
Maka modulus halus butir tidak sesuai dengan persyaratan namun
pada analisa saringan memenuhi standar dan dapat digunakan untuk
campuran beton.
4.6.3 Kuat Tekan Beton

Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kuat tekan lebih besar dari pada kuat tekan
karakteristik namun kekuatan yang dikehendaki lebih rendah dari kuat tekan
dengan penambahan serbuk besi.

Hasil pengujian kuat tekan dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%,
4%, 6% dan 8% berturut-turut adalah 25,08 MPa, 25,27 MPa, 26,30 MPa, 29,60
MPa dan 25,74 MPa. Pada penelitian ini, kuat tekan karekteristik berdasarkan mix
design yaitu sebesar 25 MPa dan kekuatan yang hendak dicapai yaitu 384,4
kg/cm. Namun kuat tekan yang dikehendaki tidak dapat tercapai.

Dari Tabel 4.6 diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan


pengaruh penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dapat dilihat pada
Gambar 4.7. Nilai kuat tekan berada pada sumbu x dan persentase penambahan
limbah serbuk besi pada sumbu y.
Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk
Besi terhadap Kuat Tekan Beton
9

8
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

5 Kadar 0%
Kadar 2%
4 Kadar 4%
Kadar 6%
3 Kadar 8%

0
0 5 10 15 20 25 30
Kuat Tekan (MPa)

Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat Tekan
Beton

Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan beton. Hasil yang tertinggi
tersebut pada kadar 6% memliki kuat tekan yang maksimum.
Pada penelitian ini, penambahan limbah serbuk besi terbukti meningkatkan
kuat tekan beton dibandingkan dengan beton tanpa penambahan limbah serbuk
besi. Namun, nilai kuat tekan dengan penambahan limbah serbuk besi tidak naik
secara linear dikarenakan saat pelaksanaan nya kurang padat saat campuran beton
dimasukkan ke dalam cetakan dan perawatan beton yang kurang teliti dilakukan.
4.6.4 Kuat Lentur Beton
Kuat lentur yang disyaratkan menurut Pd T-14-2003 yaitu 3-5 MPa.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat lentur memenuhi syarat.
Tidak ada nilai kuat lentur yang lebih rendah dari 3. Berdasarkan penelitian ini
pengaruh penambahan dapat meningkatkan kekuatan dari beton tersebut.

Dari Tabel 4.7 diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan


pengaruh penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dapat dilihat pada
Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat

Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi


terhadap Kuat Lentur Beton
9

8
Kuat Lentur (MPa)

6
Kadar 0%
5
Kadar 2%
4
Kadar 4%
3 Kadar 6%
Kadar 8%
2

0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

Lentur Beton
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat lentur beton. Hasil pengujian kuat
lentur dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat
semen keseluruhan berturut-turut adalah 3,64 MPa, 5,01 MPa, 4,07 MPa, 3,88
MPa dan 4,17 MPa. Dari hasil tersebut pada kadar 2% memliki kuat tekan yang
maksimum.
Kenaikan dari nilai kuat lentur yang tidak meningkat secara linear
diakibatkan saat pelaksanaan pembuatan benda uji yang cetakan yang besar
membuat pemadatan kurang maksimal dilakukan dan saat pengujian lebih dari
umur 28 hari yang mengakibatkan penyusutan beton. Dengan susutnya beton
maka nilai kuat lentur lebih rendah dihasilkan.
4.6.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur

Di Indonesia besar kekuatan dari kuat lentur yaitu sebesar 45 kg/cm,


maka perlu pendekatan untuk mencari hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur.

Pendekatan tersebut berdasarkan Pd T-14-2003 dinyatakan dengan


persamaan berikut ini:
fr = K ()0,5 dalam MPa
fr = 3,13 K ()0,5 dalam kg/cm
Pendekatan tersebut berdasarkan ACI 318 dinyatakan dengan persamaan
berikut ini:
fr = 0,62 ()0,5 dalam MPa
Dimana:
fc = kuat tekan karektiristik 28 hari (kg/cm)
fr = kuat lentur beton umur 28 hari (kg/cm)
K = konstanta 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat
pecah

Nilai kuat tekan dan kuat lentur dari beton dengan kadar limbah serbuk
besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat semen keseluruhan akan di plot dalam
grafik dimana nilai kuat tekan (fc) akan diplot pada sumbu x dan nilai kuat lentur
(fr) pada sumbu y. lalu akan dicari persamaan garis yang merupakan pendekatan
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur pada penelitian ini. Persamaan
pendekatan dari kuat tekan dan kuat lentur menurut Pd T-14-2003.
Hubungan Antra Kuat Tekan dengan Kuat
Lentur Beton
6
Penambahan Besi
Normal
y = 0.068x + 2.039
5 y = -0.094x + 6 SNI
R = 0.999
R = #N/A fr = 0,75f'c

4 Penambahan besi
SNI
fr (MPa)

3 ACI ACI
fr = 0,62 f'c Normal
Linear (Penambahan besi)
2
Linear (SNI)
Linear (ACI)
1
Linear (Normal)

0
0 10 20 30 40
fc (MPa)

Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton

Dari Gambar 4.9 didapat persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat
lentur sebagai berikut:
a. Beton normal : fr = -0,094 fc + 6 ; R = 0
b. Beton penambahan serbuk besi : fr = 0,068 fc + 2,039 ; R = 0,999
Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa persamaan dari beton dengan
penambahan serbuk besi dengan kadar 0%, 2%, 4% 6%, dan 8% nilai kuat lentur
berada di atas standar ACI 318, namun pada kadar 6% nilai kuat lentur lebih
rendah menurut persamaan dari Pd T-14-2003.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.12 Hasil Pengujian Agregat


Hasil dokumentasi pengujian agregat terdapat dalam Lampiran 5.
5.1.1 Hasil pengujian Agregat Halus

Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam


penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur pasir, kadar zat organik, berat
jenis SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus butiran halus. Setelah
dilakukan pengujian didapat hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.1.
Untuk perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap terdapat pada
Lampiran 2.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Agregat Halus


Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan

Kandungan 0,615 % Maksimum 5% Memenuhi


Lumpur Pasir syarat

Kadar Zat Organik Coklat Coklat Kemerahan Memenuhi


Kemerahan syarat

Berat Jenis SSD 2,66 2,5-2,7 Memenuhi


syarat
Kadar Air 1,54 - -

Modulus Halus 2.03 1,5-3,8 Memenuhi


Butir syarat

Seluruh pemeriksaan agregat kasar sebagai bahan penyusun beton


memenuhi syarat yang ditentukan. Untuk hasil pengujian analisa saringan agregat
halus serta persyaratan batas dari SK SNI T 15-1990-03 dapat dilihat pada Tabel
4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus


Berat Sampel : 500 gram
Diameter
Zone 3
Saringan Berat Kumulatif Persentase
Berat Batas Batas
(mm) Tertahan Tertahan Tertahan Lolos Atas Bawah

9.5 0 0 0 0 100 100

4 0 0 0 100 100 90

2 10.6 10.6 2.122 97.878 100 85

1 61.5 72.1 14.432 85.568 100 75

0.5 126.8 198.9 39.812 60.188 79 60

0.25 204.3 403.2 80.705 19.295 40 12

0.15 86.1 489.3 97.938 2.062 10 2

0.075 10.3 499.6 100 0 0 0

Pan - - - - - -

Jumlah 499.6 1673.7 235.008 - - -

Pada pengujian analisa saringan menggunakan alat penggetar. Untuk


penimbangan berat pasir tertahan menggunakan timbnagan dengan ketelitian 0,01.
Dari Tabel 4.2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi
yang disyaratkan oleh SK SNI T 15-1990-03. pada Gambar 4.1.
Hubungan antar Persentase Lolos Agregat
dengan Ukuran Saringan
110

100

90

80

70
persentase Lolos (%)

60
Persentase Lolos
50 Batas Atas Zone 3
Batas Bawah Zone 3
40

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.1 Grafik Gradasi Agregat Halus

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengujian gradasi agregat halus,


maka dapat disimpulkan bahwa agregat halus masuk pada zone 3.
5.1.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar

Pengujian terhadap agregat kasar batu pecah (split) yang dipakai dalam
penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur batu pecah (split), berat jenis
SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus kehalusan butir. Hasil-hasil
pengujian terdapat pada Tabel 4.3. Sedangkan data hasil pengujian dan
perhitungan secara lengkap terdapat dalam Lampiran 3.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Agregat Kasar


Jenis Hasil Standar Kesimpulan
Pengujian Pengujian
0,35 1%< Memenuhi
Kandungan
Syarat
Lumpur split
2,73 1,2-2,8 Memenuhi
Berat Jenis
Syarat
SSD
0,48 - -
Kadar Air
2,95 6-7,1 Tidak
Modulus
Memenuhi
Kehalusan
Syarat
Butir

Untuk hasil pengujian agregat kasar serta persyaratan batas dari SNI 03
2834-2000 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Berat
Sampel = 15050 gr
Ukuran SNI 03-2834-
saringan Berat Kumulatif Persentase 2000
Berat Batas Batas
(mm) Tertahan Tertahan Tertahan Lolos Atas Bawah
63,5 0 0 0 0 100 100
50,8 0 0 0 0 100 100
37,5 0 0 0 100.000 100 95
31,5 2884.9 2884.9 21 79.084 100 68
25 3764.1 6649 44.472 55.528 80 50
19 2149.7 8798.7 58.850 41.150 70 35
12,5 2898.3 11697 78.236 21.764 52 18
9,5 2095.5 13793 92.25135 7.748646 40 10
4 1158.5 14951 100 0 5 0
2 0 0 - - - -
1 0 0 - - - -
0,5 0 0 - - - -
0,250 0 0 - - - -
0,150 0 0 - - - -
0,075 0 0 - - - -
Pan 97 0 - - - -
Jumlah 15048 58773.1 294.7255 - - -

Dari Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar dapat digambarkan
dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi yang disyaratkan oleh SNI 03-
2834-2000 pada Gambar 4.2.
Hubungan antara Persentase Lolos
Agregat dengan Ukuran Saringan
110

100

90

80
Persentase Lolos (%)

70

60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Ukuran Saringan (mm)

Batas Atas Batas Bawah Persentase lolos ayakan

Gambar 4.2 Grafik Gradasi Agregat kasar

5.2 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Sebelum pembuatan benda uji dilakukan, terlebih dahulu harus


merencanakan campuran beton. Mix design bertujuan untuk dapat menentukan
proporsi kebutuhan penyusun beton dalam 1 m. Untuk perencanaan campuran
beton dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dari hasil tersebut kemudian dihitung kebutuhan campuran beton untuk


satu kali adukan untuk uji kuat tekan dan kuat lentur. Perencanaan campuran
beton menggunakan standar SK SNI T 15-1990-03.
Untuk data tabel isian rencana campuran beton K-250 dan kebutuhan
limbah serbuk besi terdapat pada Lampiran 4.
Komposisi bahan campuran beton per m setelah koreksi:
Semen : 365 kg/m
Agregat Halus : 463,93 kg/m
Agregat Kasar : 1386,2 kg/m
Air : 179,75 kg/m

Komposisi bahan campuran untuk kuat tekan dengan 3 sampel silinder


berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebagai berikut:
Volume pekerjaan = x r x t x 3 x 1,2 =3,14 x (0,075 m) x 0,3 m x 3 x 1,2
= 0,01908517537 m
1,2 adalah nilai factor kehilangan volume pekerjaan pembuatan benda uji.
Semen = 365 kg/m x 0,01908517537 m = 6,97 kg
Agregat Halus = 463,93 kg/m x 0,01908517537 m = 8,85 kg
Agregat Kasar = 1386,2 kg/m x 0,01908517537 m = 26,46 kg
Air = 179,75 kg/m x 0,01908517537 m = 3,43 kg

Komposisi bahan campuran untuk kuat tekan dengan 2 sampel balok


berukuran diameter 15 cm x 15 cm x 75 cm sebagai berikut:
Volume pekerjaan = p x l x t x 2 x 1,2 = 0,15 x 0,15 x 0,75 x 2 x 1,2
= 0,0405 m
Semen = 365 kg/m x 0,0405 m = 14,78 kg
Agregat Halus = 463,93 kg/m x 0,0405 m = 18,79 kg
Agregat Kasar = 1386,2 kg/m x 0,0405 m = 56,14 kg
Air = 179,75 kg/m x 0,0405 m = 7,28 kg

5.3 Hasil Pengujian Slump


Cara pengujian slump meliputi penentuan nilai slump beton, baik di
laboratorium maupun di lapangan. Pengujian slump beton merupakan suatu teknik
untuk memantau homogenetis dan workability adukan beton segar dengan suatu
kekentalan tertentu dengan satu nilai slump. Dari masing-masing campuran
adukan beton tersebut dilakukan pengujian slump. Hasil pengujian slump dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Nilai Slump
Kadar Limbah 0% 2% 4% 6% 8%
Serbuk Besi
Nilai Slmup (cm) 3,7 3,3 3 3,5 3,2
Hasil pengujian slump berturut-turut pada kadar 0%, 2%, 4% 6% dan 8% yaitu 3,7
cm ,3,3 cm, 3 cm, 3,5 cm, dan 3,2 cm. Pengaruh penambahan limbah serbuk besi
mengakibatkan nilai slump yang semakin rendah.

5.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat uji berumur 28 hari
dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban
maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut
(Pmax). Hasil dokumentasi kuat tekan terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat
tekan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pengujian Kuat Tekan Beton

Contoh perhitungan kuat tekan pada benda uji silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1 pada umur 28 hari
sebagai berikut:

P
fc =

Pmax = 410 kN =410000N
A = 0,25 x x D = 0,25 x 3,14 x 150
= 17678,571 mm
410000 N
Maka fc = = 23,19 MPa
17678,571

Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Kuat
Kadar Gaya Kuat
Diameter Tinggi Takan
Tekan
Serbuk Besi Tekan rata-rata
(%) (mm) (mm) (N) (Mpa) (Mpa)
0 150 300 410000 23.19
0 150 300 470000 26.59 25.08
0 150 300 450000 25.45
2 150 300 450000 25.45
2 150 300 470000 26.59 25.27
2 150 300 420000 23.76
4 150 300 460000 26.02
4 150 300 475000 26.87 26.30
4 150 300 460000 26.02
6 150 300 560000 31.68
6 150 300 545000 30.83 29.60
6 150 300 465000 26.30
8 150 300 435000 24.61
8 150 300 465000 26.30 25.74
8 150 300 465000 26.30
Dari Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan

Hubungan antara Kuat Tekan dengan Kadar


Limbah Serbuk Besi
35

30
Kuat Tekan (MPa)

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kadar Limbah Serbuk Besi (%) 0 0 0 2 2 2 4 4 4 6 6 6 8 8 8
Kuat Tekan (Mpa) 23.1926.5925.4525.4526.5923.7626.0226.8726.0231.6830.8326.3024.6126.3026.30

5.5 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton

Pengujian kuat lentur beton pada saat benda uji berumur 28 hari dengan
menggunakan alat Uji Kuat Lentur untuk mendapatkan kuat lentur maksimum
yaitu beban pada saat beton patah ketika menerima beban tersebut. Hasil
dokumentasi kuat lentur terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat lentur dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengujian Kuat Lentur

Contoh perhitungan kuat lentur pada benda ujibalok dengan ukuran lebar
15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 450 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1
pada umur 28 hari sebagai berikut:

P.L
fr =
.
Pmax = 29,915 kN =29915 N
L = 45 cm = 450 mm
b = 15 cm = 150 mm
h = 15 cm = 150 mm

29915 N x 450 mm
Maka fr = = 3,99 MPa
150 (150)

Hasil pengujian kuat lentur beton pada benda uji ukuran lebar 15 cm,
tinggi 15 cm dan panjang 450 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton


Kuat
Kadar Lebar Tebal Panjang Berat
Beban Kuat Lentur
Serbuk
Bentang
Besi Maksimum Lentur Rata-rata
(%) (mm) (mm) (mm) (kg) (N) (Mpa) (Mpa)

0 150 150 450 33.5 29915 3.99


0 150 150 450 33.5 24643 3.29 3.64
2 150 150 450 32.5 38155 5.09

2 150 150 450 33 37001 4.93 5.01


4 150 150 450 33.5 31137 4.15
4 150 150 450 33.7 29986 4.00 4.07
6 150 150 450 33.5 30167 4.02
6 150 150 450 33.5 28088 3.75 3.88
8 150 150 450 33.5 29634 3.95
8 150 150 450 33.5 32865 4.38 4.17

Dari Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Hubungan antara Kuat Lentur Beton
dengan Kadar Limbah Serbuk Besi
8 8
8

7
6 6
6
Kuat Lentur (MPa)

5.09 4.93
5 Kadar Limbah Serbuk Besi
4.38
3.99 4.15
4 4 4 4.02 (%)
3.95
4 3.75
3.29 Kuat Lentur (Mpa)

3
2 2
2

1
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Kuat Lentur

5.6 Pembahasan
5.6.1 Pengujian Agregat Halus
f. Kandungan Lumpur Pasir
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
yaitu 0,6155%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu maksimum 5%.

g. Kadar Zat Organik


Untuk pengujian kadar zat organik, warna dari campuran NaOH
dengan air dan pasir berwarna coklat kemerahan. Berdasarkan standar
ASTM C-40 pada Tabel 4.1 maka kadar zat organik memenuhi
persyaratan untuk digunakan dalam pembuatan benda uji.
h. Berat Jenis SSD
Hasil berat jenis SSD berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam
Lampiran 2 yaitu 2,66. Berat jenis SSD menurut standar ASTM C-128
yaitu 2,52,7 . Maka berat jenis SSD dari pasir yang digunakan
memenuhi syarat untuk pelaksanaan pembuatan beton.

i. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 1,54%.

j. Modulus Halus Butir


Nilai modulus halus butir menurut standar ASTM C-136 yaitu 2,3
3,1. Sedangkan hasil pengujian, nilai modulus butir agregat halus
yaitu 2,03. Maka modulus halus butir sesuai dengan persyaratan dan
agregat halus dapat digunakan dalam pembuatan benda uji.

5.6.2 Pengujian Agregat Kasar


e. Kandungan Lumpur Split
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada split yang digunakan
yaitu 0,35%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu < 1%.

f. Berat Jenis SSD


Hasil berat jenis SSD berdasarkan perhitungan yang terdapat dalam
Lampiran 2 yaitu 2,73. Berat jenis SSD menurut standar ASTM C-128
yaitu 2,5 2,8 . Maka berat jenis SSD dari split yang digunakan
memenuhi syarat untuk pelaksanaan pembuatan beton.

g. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 0,48%.

h. Modulus Halus Butir


Nilai modulus halus butir menurut standar ASTM C-136 yaitu 6,0
7,1. Sedangkan hasil pengujian, nilai modulus butir split yaitu 2,95.
Maka modulus halus butir tidak sesuai dengan persyaratan namun
pada analisa saringan memenuhi standar dan dapat digunakan untuk
campuran beton.
5.6.3 Kuat Tekan Beton

Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kuat tekan lebih besar dari pada kuat tekan
karakteristik namun kekuatan yang dikehendaki lebih rendah dari kuat tekan
dengan penambahan serbuk besi.

Hasil pengujian kuat tekan dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%,
4%, 6% dan 8% berturut-turut adalah 25,08 MPa, 25,27 MPa, 26,30 MPa, 29,60
MPa dan 25,74 MPa. Pada penelitian ini, kuat tekan karekteristik berdasarkan mix
design yaitu sebesar 25 MPa dan kekuatan yang hendak dicapai yaitu 384,4
kg/cm. Namun kuat tekan yang dikehendaki tidak dapat tercapai.

Dari Tabel 4.6 diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan


pengaruh penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dapat dilihat pada
Gambar 4.7. Nilai kuat tekan berada pada sumbu x dan persentase penambahan
limbah serbuk besi pada sumbu y.
Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk
Besi terhadap Kuat Tekan Beton
9

8
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

5 Kadar 0%
Kadar 2%
4 Kadar 4%
Kadar 6%
3 Kadar 8%

0
0 5 10 15 20 25 30
Kuat Tekan (MPa)

Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat Tekan
Beton

Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan beton. Hasil yang tertinggi
tersebut pada kadar 6% memliki kuat tekan yang maksimum.
Pada penelitian ini, penambahan limbah serbuk besi terbukti meningkatkan
kuat tekan beton dibandingkan dengan beton tanpa penambahan limbah serbuk
besi. Namun, nilai kuat tekan dengan penambahan limbah serbuk besi tidak naik
secara linear dikarenakan saat pelaksanaan nya kurang padat saat campuran beton
dimasukkan ke dalam cetakan dan perawatan beton yang kurang teliti dilakukan.
5.6.4 Kuat Lentur Beton
Kuat lentur yang disyaratkan menurut Pd T-14-2003 yaitu 3-5 MPa.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat lentur memenuhi syarat.
Tidak ada nilai kuat lentur yang lebih rendah dari 3. Berdasarkan penelitian ini
pengaruh penambahan dapat meningkatkan kekuatan dari beton tersebut.

Dari Tabel 4.7 diperoleh grafik yang menggambarkan perbandingan


pengaruh penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dapat dilihat pada
Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat

Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi


terhadap Kuat Lentur Beton
9

8
Kuat Lentur (MPa)

6
Kadar 0%
5
Kadar 2%
4
Kadar 4%
3 Kadar 6%
Kadar 8%
2

0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)

Lentur Beton
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat lentur beton. Hasil pengujian kuat
lentur dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat
semen keseluruhan berturut-turut adalah 3,64 MPa, 5,01 MPa, 4,07 MPa, 3,88
MPa dan 4,17 MPa. Dari hasil tersebut pada kadar 2% memliki kuat tekan yang
maksimum.
Kenaikan dari nilai kuat lentur yang tidak meningkat secara linear
diakibatkan saat pelaksanaan pembuatan benda uji yang cetakan yang besar
membuat pemadatan kurang maksimal dilakukan dan saat pengujian lebih dari
umur 28 hari yang mengakibatkan penyusutan beton. Dengan susutnya beton
maka nilai kuat lentur lebih rendah dihasilkan.
5.6.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur

Di Indonesia besar kekuatan dari kuat lentur yaitu sebesar 45 kg/cm,


maka perlu pendekatan untuk mencari hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur.

Pendekatan tersebut berdasarkan Pd T-14-2003 dinyatakan dengan


persamaan berikut ini:
fr = K ()0,5 dalam MPa
fr = 3,13 K ()0,5 dalam kg/cm
Pendekatan tersebut berdasarkan ACI 318 dinyatakan dengan persamaan
berikut ini:
fr = 0,62 ()0,5 dalam MPa
Dimana:
fc = kuat tekan karektiristik 28 hari (kg/cm)
fr = kuat lentur beton umur 28 hari (kg/cm)
K = konstanta 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat
pecah

Nilai kuat tekan dan kuat lentur dari beton dengan kadar limbah serbuk
besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat semen keseluruhan akan di plot dalam
grafik dimana nilai kuat tekan (fc) akan diplot pada sumbu x dan nilai kuat lentur
(fr) pada sumbu y. lalu akan dicari persamaan garis yang merupakan pendekatan
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur pada penelitian ini. Persamaan
pendekatan dari kuat tekan dan kuat lentur menurut Pd T-14-2003.
Hubungan Antra Kuat Tekan dengan Kuat
Lentur Beton
6
Penambahan Besi
Normal
y = 0.068x + 2.039
5 y = -0.094x + 6 SNI
R = 0.999
R = #N/A fr = 0,75f'c

4 Penambahan besi
SNI
fr (MPa)

3 ACI ACI
fr = 0,62 f'c Normal
Linear (Penambahan besi)
2
Linear (SNI)
Linear (ACI)
1
Linear (Normal)

0
0 10 20 30 40
fc (MPa)

Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton

Dari Gambar 4.9 didapat persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat
lentur sebagai berikut:
c. Beton normal : fr = -0,094 fc + 6 ; R = 0
d. Beton penambahan serbuk besi : fr = 0,068 fc + 2,039 ; R = 0,999
Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa persamaan dari beton dengan
penambahan serbuk besi dengan kadar 0%, 2%, 4% 6%, dan 8% nilai kuat lentur
berada di atas standar ACI 318, namun pada kadar 6% nilai kuat lentur lebih
rendah menurut persamaan dari Pd T-14-2003.
DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, 1993, American Association of State Highway and Transportation


Officials, Guide for Design of Pavement Structure.

ACI 318, 2005. Building Code Requirements for Structural Concrete and
Commentary. American Concrete Institute. Ch.9.pp.112.

ASTM C33-93. Spesifikasi Untuk Agregat Halus. Philadelphia, ASTM 1993.

ASTM C40. Standar Penelitian Untuk Pengujian Kandungan Zat Organik .


Philadelphia, ASTM 1996.

ASTM C117. Standar Penelitian Untuk Pengujian Agregat yang Lolos Saringan
no. 200 dengan Pencucian (tes kandungan lumpur).

ASTM C-127. Standar Penelitian Untuk Pengujian Specific Gravity.

ASTM C128. Standar Penelitian Untuk Mnentukan Specific Gravity .


Philadelphia, ASTM 1996.

ASTM C136. Standar Penelitian Untuk Analisa Saringan . Philadelphia, ASTM


1996.

ASTM C150-97. Spesifikasi Semen Portland. Philadelphia, ASTM 1997.

ASTM C330. Standar Spesifikasi Standar Untuk Agregat Kasar.

ASTM C566. Standar Penelitian Untuk Pengujian Kadar Air .

ASTM C566. Standar Penelitian Untuk Pengujian Kadar Air .

Buku Pedoman Praktikum. Modul Praktik Pengujian Bahan 1. Medan: 2012.

Cahyadi, Wahyu Dwi. 2012. The Study On Compressive Strenght of Normal


Concrete Containing Rice Husk Ash (RHA) and Concrete Sludge Waste
(CSW) Designed For Low Strenght. Depok: 2012.
Dwicahyani, Arum. 2012. Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton
Serat Limbah Bubut Besi Terhadap Beton Serat Fabrikasi. Surakarta:
2012.

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit


Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada.

PBI 1971, Spesifikasi Standar Agregat Kasar.

Prayati, Ninik. 2001. Kuat Tekan Beton Dengan Penambahan Serbuk Besi dan
Baja. Bekasi: 2001.

Yunus, Alve. 2010. Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton dengan bahan Tambah
Fly Ash sebagai Bahan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Surkarta:
2010.

SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Badan Standar Nasional,
Jakarta: 1990.

SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal,


Badan Standar Nasional, Jakarta: 2000.

SNI 1974: 2011. Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder. Badan
Standaridisasi Nasional. Jakarta: 2011.

SNI 4431:2011. Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal dengan Dua Titik
Pembebanan. Badan Standaridisasi Nasional. Jakarta: 2011.

Pd T-14-2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen. Departemen


Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Anda mungkin juga menyukai