TUGAS AKHIR
Oleh:
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, dosen pembimbing tugas akhir menyatakan
bahwa Laporan Tugas Akhir dari:
NIM: 1305131032
Dengan judul:
Telah selesai diperiksa, dinilai dan dinyatakan selesai serta dapat diajukan dalam
sidang pertanggungjawaban Laporan Tugas Akhir.
Disetujui oleh
Yang bertanda tangan dibawah ini, , Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Ketua
Penguji, Ketua Jurusan Teknik Sipil dan Kepala Program Studi Teknik
Peracangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Medan, menyatakan bahwa
Laporan Tugas Akhir dari mahasiswa:
NIM: 1305131032
Dengan judul:
Telah selesai diperiksa, dinilai dan dinyatakan selesai oleh Dosen Pembimbing.
Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi
bangunan. Beton banyak digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain harga yang relatif murah,
mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat, tahan
lama, tahan terhadap api dan tidak mengalami pembusukan. Limbah besi belum
dimanfaatkan secara maksimal sehingga limbah serbuk besi dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu penelitian mengenai limbah serbuk
untuk meningkatkan nilai kekuatan beton. Dalam penilitian ini digunakan salah
satu bahan tambah dalam bentuk serbuk besi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji 25 buah.
Untuk kuat tekan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 15 buah . untuk kuat lentur berbentuk balok dengan ukuran 15 x 15 x 75
cm dengan variasi kadar limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% dari berat
semen keseluruhan umur 28 hari dengan jumlah sampel 2 buah setiap variasi.
Terjadi peningkatan kuat tekan pada beton dengan campuran limbah serbuk besi
2%, 4%, 6% dan 8% dari beton normal (0%). Pada kadar 6% terjadi nilai kuat
tekan yang maksimal.
Terjadi peningkatan kuat lentur pada beton dengan campuran limbah serbuk besi
2%, 4%, 6% dan 8% dari beton normal (0%). Pada kadar 2% terjadi nilai kuat
lentur yang maksimal.
Kata kunci : Beton, Limbah Serbuk Besi, Kuat Tekan, Kuat Lentur.
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR
Tugas Akhir D-IV yang tidak dipublikasi terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Politeknik Negeri Medan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di
Politeknik Negeri Medan. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk meyebutkan sumbernya.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak menghadapi berbagai kendala, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka laporan Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian pembaca, dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.
NIM : 1305131032
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTARGAMBARviii
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
57
5.2 Saran ................................................................................................
58
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.4 Faktor Air Semen Untuk Setiap Kondisi Lingkungan ..................... 14
Tabel 3.1 Sampel Benda Uji Beton dengan Penambahan Limbah Serbuk
Besi .................................................................................................. 25
Tabel 3.2 Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Penyusun Beton ............. 26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Lentur Beton................................................................................. 54
Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur ................... 56
Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi secara alami dari batu atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5 mm 40 mm.
Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan pembuatan
beton untuk tujuan tertentu.
Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat.
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton.
Garis regresi adalah garis yang menunjukkan hubungan suatu variable dengan
variable lainnya.
Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat.
Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencana struktur (berdasarkan benda uji silinder diameter 15 cm dan tinggi 30
cm).
Pelapis permukaan (capping) adalah pelapis permukaan bidang tekan benda uji
silinder.
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong diantara material, dan merupakan
fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume yang bernilai 0%-100%.
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm
ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode
Pengujian Slump Beton Semen Portland).
BAB I
PENDAHULUAN
1.6 Manfaat
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Penulis agar dapat mengetahui pengaruh penambahan limbah
serbuk besi terhadap kuat tekan dan kuat lentur beton.
2. Departemen pengembangan ilmu teknologi beton tentang pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan dan kuat
lentur beton.
3. Memberikan informasi tentang perbandingan mutu beton dari
variasi sampel beton penambahan limbah serbuk besi.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis memperoleh data langsung dari
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
BAB V PENUTUP
Meliputi: kesimpulan dan saran dari hasil analisa dan pembahasan data.
BAB II
Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari
faktor, antaranya adalah nilai bidang campuran dan mutu bahan susun, metode
pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur, dan kondisi perawatan
pengerasannya.
Berdasarkan PBI 1971 klasifikasi beton dibagi menjadi tiga beton kelas I
untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural, beton kelas II untuk pekerjaaan-
pekerjaan struktural secara umum dengan kekuatan tekan karakteristik antara
K125 sampai dengan K225, dan beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-
pekerjaan struktural dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan
karakteristik yang lebih tinggi dari K225.
Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut
pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan
terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar
(kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Dalam campuran beton,
semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai
kelompok pasif adalah kelompok yang berfungsi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo,
1995). Pada penelitian ini menggunakan semen Tipe I Semen Padang.
2.2.2.2 Agregat
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat yang digunakan dalam
penelitian berasal dari Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.
Agregat didefinisikan sebagai batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral
lainnya, baik yang berupa hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang
merupakan bahan baku utama konstruksi perkerasan jalan.
2.2.2.3 Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air
akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama dengan
semen akan bergerak ke atas permukaaan adukan beton segar yang baru saja
dituang. Hal ini menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan
merupakan yang lemah.
Jenis limbah besi yang berasal dari bengkel pembubutan dan pengelasan
ada 3 jenis yaitu a) limbah serat besi, b) limbah butiran kasar dan c) limbah besi
berbentuk serbuk. Untuk jenis limbah besi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dalam
penelitian ini jenis limbah yang digunakan yaitu c jenis limbah serbuk besi.
a) b) c)
Gambar 2.1 Jenis Limbah Besi
Kondisi Lingkungan
tanah, yangpilar,
Beton balok,
tertanam dalam * 0,53 0,44
abutmen.
- 0,44 0,44
Struktur lantai beton di atas
pilar, balok, kolom - 0,44 0,44
* - -
Beton yang terlindung dari
tanah * - -
perubahan udara * - -
* Rasio air semen ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan
rencana.
9konstruksi interior
Sumber : Tim penyusun Struktur Beton, 1999
bangunan).
Hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan beton secara
umum dapat dilihat pada rumus 2.10 dengan rumus Duff Abrams
(1919) sebagai berikut:
fc = ........................................................................... (2.10)
1,5
Dengan:
A,B = konstanta
Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat
diartikan sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air
(termasuk air yang terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap
berat total semen dan additif cementious yang umumnya ditambahkan
pada campuran beton mutu tinggi (Supartono, 1998). Pada beton
mutu tinggi nilai faktor air semen ada dalam rentang 0,2 - 0,5 (SNI
03-6468-2000). Bahan ikat yang digunakan pada penelitian ini adalah
semen. Perhitungan faktor air semen dapat dilihat pada rumus 2.11.
fas = ................................................... (2.11)
(+)
Dengan:
c = berat semen
2. Umur Beton
Kekuatan beton (kuat tekan, kuat tarik, kuat lekat) bertambah
tinggi dengan bertambahnya umur.
Laju kenaikan kekuatan beton mula-mula cepat, akan tetapi
makin lama laju kenaikan itu makin lambat. Oleh karena itu,
sebagai standar kekuatan beton dipakai kuat tekan beton paa
umur 28 hari.
3. Sifat Agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan
air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus
halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
4. Bahan Tambah
Adapun analisa kekuatan beton yang dilakukan pada kajian ini adalah
sebagai berikut:
1. Uji Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat
dipikul oleh beton per satuan luas. Kekuatan tekan beton dalam
industri konstruksi biasa dipakai untuk menilai serta untuk
mengendalikan mutu beton dan untuk tujuan persyaratan spesifikasi.
Cara yang digunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
dengan mengunakan mesin tekan (compression machine). Prinsip
pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin tekan adalah mengukur
besarnya beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas beton (benda
uji) sampai benda uji itu hancur/rusak. Perhitungan untuk kuat tekan
beton dapat dilihat pada rumus 2.12.
Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm 1,0
Kubus : 20 cm x 20 cm x 20 cm 0,95
Silinder : 15 cm x 30 cm 0,83
Rumus umum:
Momen maksimum (M) = x = .................................. (2.13)
2 3 6
Momen tahanan (W) = ...................................................... (2.14)
6
6
Kuat Lentur = =
= .............................................. (2.15)
6
Dimana:
P = beban/gaya tekan (N)
M = momen maks akibat pembebanan (Nmm)
W = Momen tahanan (mm)
f r = Kuat lentur (N/mm)
Maka dari persamaan di atas didapat rumus empiris nilai kuat lentur
(fr) untuk benda uji balok sebagai berikut:
a. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat
(daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat
lentur dihitung menurut persamaan sebagai berikut:
.
fr = ............................................................................. (2.16)
b. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada diluar pusat
(daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara
titik pusat patah dan titik patah kurang dari 5% dari jarak antara
titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai berikut:
.
fr = ............................................................................. (2.17)
Dimana:
fr adalah kuat lentur benda uji (MPa)
P adalah beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji
L adalah jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm)
b adalah lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm)
h adalah lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm)
a adalah jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan
tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sudut
dari bentang (mm)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan dari tanggal 1 Mei 2017 sampai dengan 26 Juli 2017.
3.4.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Satu set saringan (shive) standar ASTM beserta alat penggetar (shive
shaker).
2. Oven lengkap dengan pengaturan suhu.
3. Mesin aduk beton.
4. Kerucut Abrahams untuk pengujian slump.
5. Conical mould untuk mengukur keadaan SSD agregat halus.
6. Tongkat penumbuk.
7. Sendok semen.
8. Satu set cetakan (mould) dengan ukuran 150 x 150 x 750 mm untuk uji
kuat lentur
9. Satu set cetakan (mould) dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi
300 mm untuk uji kuat tekan.
10. Timbangan.
11. Penggaris.
12. Gelas ukur.
13. Kuas
14. Sikat Baja
15. Satu set alat uji kuat tekan .
16. Satu set alat uji kuat lentur.
17. Seperangkat peralatan kunci.
Tabel 3.1 Sampel Benda Uji Beton dengan Penambahan Limbah Serbuk
Besi
Limbah Ukuran Jenis Jumlah Keterangan
serbuk besi cetakan Pengujian
0% Diameter Uji Kuat 3 Pengujian
2% 150 mm Tekan 3 kuat tekan
4% Tinggi 3 umur 28 hari
6% 300 mm 3
8% 3
0% Uji Kuat 2 Pengujian
2% 150x150x750 Lentur 2 kuat lentur
4% 2 umur 28 hari
6% 2
8% 2
Jumlah total sampel benda uji 25
Tabel 3.2 Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Penyusun Beton
No. Bahan Penelitian Standar Terpakai
1. Semen Spesifikasi Pabrik
2. Agregat Halus
a. Standar Pengujian 1. ASTM C-136, standar
penelitian untuk analisa
saringan.
2. ASTM C-128, standar
penelitian untuk
menentukan specific
gravity.
3. ASTM C-40, standar
penelitian untuk pengujian
kandungan zat organik.
1. Tahap I
Disebut dengan tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan
peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih
dahulu agar penelitian berjalan dengan lancer sesuai dengan jadwal
kegiatan.
2. Tahap II
Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap
material penyusun beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah
material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak.
3. Tahap III
Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan
sebagai berikut:
a. Penetapan rancangan campuran adukan beton (mix design).
b. Pembuatan adukan beton.
c. Pemeriksaan nilai slump.
d. Pembuatan benda uji.
4. Tahap IV
Disebut tahap perwatan (curing). Pada tahap ini dilakukan perawatan
terhadap benda uji yang telah dibuat. Perawatan dilakukan dengan
merendam benda uji setelah dikeluarkan dari cetakan.
5. Tahap V
Disebut tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan
dan kuat lentur. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan sampel cetakan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm sedangkan
pengujian kuat lentur dilakukan terhadap sampel cetakan berukuran 150
x 150 x 750 mm.
6. Tahap VI
Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang
diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu
hubungan variable-variabel yang diteliti dalam penelitian.
7. Tahap VII
Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang telah
dianlisis dapat ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan penelitian.
Tahap I
Persiapan
Semen Agregat halus dan Limbah serbuk besi Air
agregat kasar
Tahap V
Pengujian Benda Uji (Uji Kuat Tekan dan Kuat Lentur)
Kadar lumpur = x 100%
Dimana:
A : berat pasir semula (sebelum dicuci)
B : berat pasir tertahan saringan No. 200 (setelah kering oven)
Alat untuk menguji adanya zat organik dalam pasir disebut Kalorimeter.
Pengujian Kalorimeter dilakukan dengan penetralan zat organic dengan
larutan NaOH kadar 3% didiamkan selama 24 jam kemudian dilakukan
pengamatan warna yang terjadi kemudian dibandingkan dengan warna
standar. Dari hasil pengamatan, jika warna lebih tua dari larutan
pembanding maka kadar organik dalam pasir tinggi. Sedangkan jika warna
lebih muda dari larutan pembanding maka kadar organik dalam pasir
rendah.
Kadar lumpur = x 100%
Dimana:
A : berat split semula (sebelum dicuci)
B : berat split tertahan saringan No. 200 (setelah kering oven)
Dalam campuran beton bila agregatnya tidak jenuh maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari campuran beton. Dengan mengetahui kadar air suatu
agregat maka dapat ditaksir penambahan air dalam adukan sehingga kadar
total adukan sesuai dengan perhitungan rancang campuran (mix design).
Kadar air = x 100%
Dimana :
A : berat split awal
B : berat split akhir kering
Kadar Modulus Kehalusan Butir =
100
Dimana:
A : persentase berat split yang tertinggal kumulatif tanpa berat split
dalam pan
Pengujian kuat lentur bertujuan untuk mengetahui niali kuat lentur pada
benda uji beton tanpa dan dengan penambahan limbah serbuk besi dengan
ukuran 150 mm x 150 mm x 450 mm. Metode yang digunakan dalam
pengujian kuat lentur adalah metode SNI -4431-2011.
4 0 0 0 100 100 90
Pan - - - - - -
100
90
80
70
persentase Lolos (%)
60
Persentase Lolos
50 Batas Atas Zone 3
Batas Bawah Zone 3
40
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Ukuran Saringan (mm)
Pengujian terhadap agregat kasar batu pecah (split) yang dipakai dalam
penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur batu pecah (split), berat jenis
SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus kehalusan butir. Hasil-hasil
pengujian terdapat pada Tabel 4.3. Sedangkan data hasil pengujian dan
perhitungan secara lengkap terdapat dalam Lampiran 3.
Untuk hasil pengujian agregat kasar serta persyaratan batas dari SNI 03
2834-2000 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Dari Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar dapat digambarkan
dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi yang disyaratkan oleh SNI 03-
2834-2000 pada Gambar 4.2.
Hubungan antara Persentase Lolos
Agregat dengan Ukuran Saringan
110
100
90
80
Persentase Lolos (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Ukuran Saringan (mm)
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat uji berumur 28 hari
dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban
maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut
(Pmax). Hasil dokumentasi kuat tekan terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat
tekan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Contoh perhitungan kuat tekan pada benda uji silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1 pada umur 28 hari
sebagai berikut:
P
fc =
Pmax = 410 kN =410000N
A = 0,25 x x D = 0,25 x 3,14 x 150
= 17678,571 mm
410000 N
Maka fc = = 23,19 MPa
17678,571
Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.6.
30
Kuat Tekan (MPa)
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kadar Limbah Serbuk Besi (%) 0 0 0 2 2 2 4 4 4 6 6 6 8 8 8
Kuat Tekan (Mpa) 23.1926.5925.4525.4526.5923.7626.0226.8726.0231.6830.8326.3024.6126.3026.30
Pengujian kuat lentur beton pada saat benda uji berumur 28 hari dengan
menggunakan alat Uji Kuat Lentur untuk mendapatkan kuat lentur maksimum
yaitu beban pada saat beton patah ketika menerima beban tersebut. Hasil
dokumentasi kuat lentur terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat lentur dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengujian Kuat Lentur
Contoh perhitungan kuat lentur pada benda ujibalok dengan ukuran lebar
15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 450 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1
pada umur 28 hari sebagai berikut:
P.L
fr =
.
Pmax = 29,915 kN =29915 N
L = 45 cm = 450 mm
b = 15 cm = 150 mm
h = 15 cm = 150 mm
29915 N x 450 mm
Maka fr = = 3,99 MPa
150 (150)
Hasil pengujian kuat lentur beton pada benda uji ukuran lebar 15 cm,
tinggi 15 cm dan panjang 450 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Dari Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Hubungan antara Kuat Lentur Beton
dengan Kadar Limbah Serbuk Besi
8 8
8
7
6 6
6
Kuat Lentur (MPa)
5.09 4.93
5 Kadar Limbah Serbuk Besi
4.38
3.99 4.15
4 4 4 4.02 (%)
3.95
4 3.75
3.29 Kuat Lentur (Mpa)
3
2 2
2
1
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengujian Agregat Halus
a. Kandungan Lumpur Pasir
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
yaitu 0,6155%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu maksimum 5%.
d. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 1,54%.
c. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 0,48%.
Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kuat tekan lebih besar dari pada kuat tekan
karakteristik namun kekuatan yang dikehendaki lebih rendah dari kuat tekan
dengan penambahan serbuk besi.
Hasil pengujian kuat tekan dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%,
4%, 6% dan 8% berturut-turut adalah 25,08 MPa, 25,27 MPa, 26,30 MPa, 29,60
MPa dan 25,74 MPa. Pada penelitian ini, kuat tekan karekteristik berdasarkan mix
design yaitu sebesar 25 MPa dan kekuatan yang hendak dicapai yaitu 384,4
kg/cm. Namun kuat tekan yang dikehendaki tidak dapat tercapai.
8
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)
5 Kadar 0%
Kadar 2%
4 Kadar 4%
Kadar 6%
3 Kadar 8%
0
0 5 10 15 20 25 30
Kuat Tekan (MPa)
Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat Tekan
Beton
Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan beton. Hasil yang tertinggi
tersebut pada kadar 6% memliki kuat tekan yang maksimum.
Pada penelitian ini, penambahan limbah serbuk besi terbukti meningkatkan
kuat tekan beton dibandingkan dengan beton tanpa penambahan limbah serbuk
besi. Namun, nilai kuat tekan dengan penambahan limbah serbuk besi tidak naik
secara linear dikarenakan saat pelaksanaan nya kurang padat saat campuran beton
dimasukkan ke dalam cetakan dan perawatan beton yang kurang teliti dilakukan.
4.6.4 Kuat Lentur Beton
Kuat lentur yang disyaratkan menurut Pd T-14-2003 yaitu 3-5 MPa.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat lentur memenuhi syarat.
Tidak ada nilai kuat lentur yang lebih rendah dari 3. Berdasarkan penelitian ini
pengaruh penambahan dapat meningkatkan kekuatan dari beton tersebut.
8
Kuat Lentur (MPa)
6
Kadar 0%
5
Kadar 2%
4
Kadar 4%
3 Kadar 6%
Kadar 8%
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)
Lentur Beton
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat lentur beton. Hasil pengujian kuat
lentur dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat
semen keseluruhan berturut-turut adalah 3,64 MPa, 5,01 MPa, 4,07 MPa, 3,88
MPa dan 4,17 MPa. Dari hasil tersebut pada kadar 2% memliki kuat tekan yang
maksimum.
Kenaikan dari nilai kuat lentur yang tidak meningkat secara linear
diakibatkan saat pelaksanaan pembuatan benda uji yang cetakan yang besar
membuat pemadatan kurang maksimal dilakukan dan saat pengujian lebih dari
umur 28 hari yang mengakibatkan penyusutan beton. Dengan susutnya beton
maka nilai kuat lentur lebih rendah dihasilkan.
4.6.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Nilai kuat tekan dan kuat lentur dari beton dengan kadar limbah serbuk
besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat semen keseluruhan akan di plot dalam
grafik dimana nilai kuat tekan (fc) akan diplot pada sumbu x dan nilai kuat lentur
(fr) pada sumbu y. lalu akan dicari persamaan garis yang merupakan pendekatan
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur pada penelitian ini. Persamaan
pendekatan dari kuat tekan dan kuat lentur menurut Pd T-14-2003.
Hubungan Antra Kuat Tekan dengan Kuat
Lentur Beton
6
Penambahan Besi
Normal
y = 0.068x + 2.039
5 y = -0.094x + 6 SNI
R = 0.999
R = #N/A fr = 0,75f'c
4 Penambahan besi
SNI
fr (MPa)
3 ACI ACI
fr = 0,62 f'c Normal
Linear (Penambahan besi)
2
Linear (SNI)
Linear (ACI)
1
Linear (Normal)
0
0 10 20 30 40
fc (MPa)
Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton
Dari Gambar 4.9 didapat persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat
lentur sebagai berikut:
a. Beton normal : fr = -0,094 fc + 6 ; R = 0
b. Beton penambahan serbuk besi : fr = 0,068 fc + 2,039 ; R = 0,999
Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa persamaan dari beton dengan
penambahan serbuk besi dengan kadar 0%, 2%, 4% 6%, dan 8% nilai kuat lentur
berada di atas standar ACI 318, namun pada kadar 6% nilai kuat lentur lebih
rendah menurut persamaan dari Pd T-14-2003.
BAB IV
4 0 0 0 100 100 90
Pan - - - - - -
100
90
80
70
persentase Lolos (%)
60
Persentase Lolos
50 Batas Atas Zone 3
Batas Bawah Zone 3
40
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Ukuran Saringan (mm)
Pengujian terhadap agregat kasar batu pecah (split) yang dipakai dalam
penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur batu pecah (split), berat jenis
SSD, kadar air, analisa saringan dan modulus kehalusan butir. Hasil-hasil
pengujian terdapat pada Tabel 4.3. Sedangkan data hasil pengujian dan
perhitungan secara lengkap terdapat dalam Lampiran 3.
Untuk hasil pengujian agregat kasar serta persyaratan batas dari SNI 03
2834-2000 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Dari Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar dapat digambarkan
dalam bentuk grafik gradasi serta batas gradasi yang disyaratkan oleh SNI 03-
2834-2000 pada Gambar 4.2.
Hubungan antara Persentase Lolos
Agregat dengan Ukuran Saringan
110
100
90
80
Persentase Lolos (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Ukuran Saringan (mm)
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat uji berumur 28 hari
dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban
maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut
(Pmax). Hasil dokumentasi kuat tekan terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat
tekan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Contoh perhitungan kuat tekan pada benda uji silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1 pada umur 28 hari
sebagai berikut:
P
fc =
Pmax = 410 kN =410000N
A = 0,25 x x D = 0,25 x 3,14 x 150
= 17678,571 mm
410000 N
Maka fc = = 23,19 MPa
17678,571
Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.6.
30
Kuat Tekan (MPa)
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kadar Limbah Serbuk Besi (%) 0 0 0 2 2 2 4 4 4 6 6 6 8 8 8
Kuat Tekan (Mpa) 23.1926.5925.4525.4526.5923.7626.0226.8726.0231.6830.8326.3024.6126.3026.30
Pengujian kuat lentur beton pada saat benda uji berumur 28 hari dengan
menggunakan alat Uji Kuat Lentur untuk mendapatkan kuat lentur maksimum
yaitu beban pada saat beton patah ketika menerima beban tersebut. Hasil
dokumentasi kuat lentur terdapat dalam Lampiran 5. Pengujian kuat lentur dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengujian Kuat Lentur
Contoh perhitungan kuat lentur pada benda ujibalok dengan ukuran lebar
15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 450 cm diambil dari benda uji beton 0% no. 1
pada umur 28 hari sebagai berikut:
P.L
fr =
.
Pmax = 29,915 kN =29915 N
L = 45 cm = 450 mm
b = 15 cm = 150 mm
h = 15 cm = 150 mm
29915 N x 450 mm
Maka fr = = 3,99 MPa
150 (150)
Hasil pengujian kuat lentur beton pada benda uji ukuran lebar 15 cm,
tinggi 15 cm dan panjang 450 cm pada umur 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Dari Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton dapat digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Hubungan antara Kuat Lentur Beton
dengan Kadar Limbah Serbuk Besi
8 8
8
7
6 6
6
Kuat Lentur (MPa)
5.09 4.93
5 Kadar Limbah Serbuk Besi
4.38
3.99 4.15
4 4 4 4.02 (%)
3.95
4 3.75
3.29 Kuat Lentur (Mpa)
3
2 2
2
1
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5.6 Pembahasan
5.6.1 Pengujian Agregat Halus
f. Kandungan Lumpur Pasir
Dalam penelitian ini, kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
yaitu 0,6155%. Hasil tersebut memenuhi standar ASTM C-117 yang
disyaratkan yaitu maksimum 5%.
i. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 1,54%.
g. Kadar Air
Kadar air dalam penentuan komposisi mix design sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Jika kadar air dalam pasir sangat besar maka
air yang digunakan dalam pembuatan benda uji beton akan diserap
oleh pasir dan nilai slump tidak sesuai dengan persyaratan. Kadar air
agregat halus pada peneltian ini yaitu 0,48%.
Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kuat tekan lebih besar dari pada kuat tekan
karakteristik namun kekuatan yang dikehendaki lebih rendah dari kuat tekan
dengan penambahan serbuk besi.
Hasil pengujian kuat tekan dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%,
4%, 6% dan 8% berturut-turut adalah 25,08 MPa, 25,27 MPa, 26,30 MPa, 29,60
MPa dan 25,74 MPa. Pada penelitian ini, kuat tekan karekteristik berdasarkan mix
design yaitu sebesar 25 MPa dan kekuatan yang hendak dicapai yaitu 384,4
kg/cm. Namun kuat tekan yang dikehendaki tidak dapat tercapai.
8
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)
5 Kadar 0%
Kadar 2%
4 Kadar 4%
Kadar 6%
3 Kadar 8%
0
0 5 10 15 20 25 30
Kuat Tekan (MPa)
Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Serbuk Besi terhadap Kuat Tekan
Beton
Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat tekan beton. Hasil yang tertinggi
tersebut pada kadar 6% memliki kuat tekan yang maksimum.
Pada penelitian ini, penambahan limbah serbuk besi terbukti meningkatkan
kuat tekan beton dibandingkan dengan beton tanpa penambahan limbah serbuk
besi. Namun, nilai kuat tekan dengan penambahan limbah serbuk besi tidak naik
secara linear dikarenakan saat pelaksanaan nya kurang padat saat campuran beton
dimasukkan ke dalam cetakan dan perawatan beton yang kurang teliti dilakukan.
5.6.4 Kuat Lentur Beton
Kuat lentur yang disyaratkan menurut Pd T-14-2003 yaitu 3-5 MPa.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat lentur memenuhi syarat.
Tidak ada nilai kuat lentur yang lebih rendah dari 3. Berdasarkan penelitian ini
pengaruh penambahan dapat meningkatkan kekuatan dari beton tersebut.
8
Kuat Lentur (MPa)
6
Kadar 0%
5
Kadar 2%
4
Kadar 4%
3 Kadar 6%
Kadar 8%
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Limbah Serbuk Besi (%)
Lentur Beton
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 diatas menunjukkan adanya pengaruh
penambahan limbah serbuk besi terhadap kuat lentur beton. Hasil pengujian kuat
lentur dari penambahan limbah serbuk besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat
semen keseluruhan berturut-turut adalah 3,64 MPa, 5,01 MPa, 4,07 MPa, 3,88
MPa dan 4,17 MPa. Dari hasil tersebut pada kadar 2% memliki kuat tekan yang
maksimum.
Kenaikan dari nilai kuat lentur yang tidak meningkat secara linear
diakibatkan saat pelaksanaan pembuatan benda uji yang cetakan yang besar
membuat pemadatan kurang maksimal dilakukan dan saat pengujian lebih dari
umur 28 hari yang mengakibatkan penyusutan beton. Dengan susutnya beton
maka nilai kuat lentur lebih rendah dihasilkan.
5.6.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Nilai kuat tekan dan kuat lentur dari beton dengan kadar limbah serbuk
besi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dari berat semen keseluruhan akan di plot dalam
grafik dimana nilai kuat tekan (fc) akan diplot pada sumbu x dan nilai kuat lentur
(fr) pada sumbu y. lalu akan dicari persamaan garis yang merupakan pendekatan
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur pada penelitian ini. Persamaan
pendekatan dari kuat tekan dan kuat lentur menurut Pd T-14-2003.
Hubungan Antra Kuat Tekan dengan Kuat
Lentur Beton
6
Penambahan Besi
Normal
y = 0.068x + 2.039
5 y = -0.094x + 6 SNI
R = 0.999
R = #N/A fr = 0,75f'c
4 Penambahan besi
SNI
fr (MPa)
3 ACI ACI
fr = 0,62 f'c Normal
Linear (Penambahan besi)
2
Linear (SNI)
Linear (ACI)
1
Linear (Normal)
0
0 10 20 30 40
fc (MPa)
Gambar 4.9 Pendekatan Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton
Dari Gambar 4.9 didapat persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat
lentur sebagai berikut:
c. Beton normal : fr = -0,094 fc + 6 ; R = 0
d. Beton penambahan serbuk besi : fr = 0,068 fc + 2,039 ; R = 0,999
Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa persamaan dari beton dengan
penambahan serbuk besi dengan kadar 0%, 2%, 4% 6%, dan 8% nilai kuat lentur
berada di atas standar ACI 318, namun pada kadar 6% nilai kuat lentur lebih
rendah menurut persamaan dari Pd T-14-2003.
DAFTAR PUSTAKA
ACI 318, 2005. Building Code Requirements for Structural Concrete and
Commentary. American Concrete Institute. Ch.9.pp.112.
ASTM C117. Standar Penelitian Untuk Pengujian Agregat yang Lolos Saringan
no. 200 dengan Pencucian (tes kandungan lumpur).
Prayati, Ninik. 2001. Kuat Tekan Beton Dengan Penambahan Serbuk Besi dan
Baja. Bekasi: 2001.
Yunus, Alve. 2010. Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton dengan bahan Tambah
Fly Ash sebagai Bahan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Surkarta:
2010.
SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Badan Standar Nasional,
Jakarta: 1990.
SNI 1974: 2011. Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder. Badan
Standaridisasi Nasional. Jakarta: 2011.
SNI 4431:2011. Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal dengan Dua Titik
Pembebanan. Badan Standaridisasi Nasional. Jakarta: 2011.