Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

PENGARUH KARET ALAM TERHADAP


KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL AC-BC
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

OLEH :

SYAQHIBUL IQBAL ABDULLAH

4103201345

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS 2022

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL

PENGARUH KARET ALAM TERHADAP


KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL AC-BC

SYAQHIBUL IQBAL ABDULLAH


4103201345

PRODI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
Telah diseminarkan didepan dosen pembimbing dan dosen penguji pada tanggal
00-00-0000
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk menjadi Tugas Akhir
Bengkalis, 00-00-0000
Menyetujui,
Dosen pembimbing

Lizar,M.T
NIP.198707242022031003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil

Mahardi Sastra,M.Sc
NIP. 198903142015041001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan karunia
nya, sehingga penulis dapat merampungkan Tugas akhir dengan judul:
“PENGARUH KARET ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN
ASPAL AC-BC”. Ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program
studi Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus tulusnya saya ucapakan


kepada orang tua saya yang telah mencurahakn segenap cinta dan kasih sayang
kepada saya. Semogga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, kesehehatan,
karunia dan keberkahan didunia dan akhirat atas budi baiknya yang telah
diberikan kepada saya.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, dengan segenap hati saya


mengucapkan terima kasih yang sebesar besar nya kepada berbagai pihak yang
telah memberikan pengetahuan dan bimbingan serta saran kepada saya untuk
penyusunan laporan ini, terutama kepada:

1. Kepada kedua orang tua saya, yang selalu memberikan dukungan dan doa
serta motivasi kepada saya.
2. Untuk semua kerabat keluarga yang telah memeberikan suport, doa dan
semangat kepada saya.
3. Seluruh teman teman dan sahabat saya yang selalu memberikan dukungan
dan suport sehingga peneliti bisa menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Bapak Marhadi Sastra, M.Sc selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil
5. Bapak Gala Garcya selaku Koordinator Tugas Akhir Prodi D3 Teknik Sipil
6. Bapak Lizar, M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
dalam penyusunan proposal Tugas Akhir
7. Bapak Muhammad Idham M.Sc, Bapak Hendra Saputra, M.Sc, dan Bapak
Zulkarnaen M.T selaku Dosen Penguji
8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen laboran Program Studi D3 Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bengkalis
9. Serta senior yang telah sudi membantu/ mengajarkan dan meluangkan waktu
untuk membantu saya selama pengerjaan Tugas Akhir.
10. Seluruh teman teman seperjuangan dan khususnya untuk program Studi D3
Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis Angkatan 2020.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu,
Akhinrya saya mengharapkan semogga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
dan para pembaca. Dan akhirnya Allah SWT, saya serahkan segalanya demi
tercapainya keberhasilan yang sepenuhnya.

Bengkalis, 00-00-0000

Peneliti

Syaqhibul Iqbal
Abdullah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkerasan jalan adalah salah satu hal yang paling penting dalam
menunjang kelancaran transportasi agar menciptakan rasa nyaman dan aman
bagi pengguna jalan. Melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat
tinggi, maka diperlukan peningkatan kualitas pembangunan prasarana
transportasi pada jalan yang ramah lingkungan, murah dan tahan lama. Dan
untuk itu diperlaukan inovasi dalam perkerasan jalan yang mana mampu
menghasilkan kualitas yang memenuhi standart namun dengan mengunakan
material seminim mungkin.

Aspal merupakan material yang berwarna hitam sampai coklat tua dimana
pada temperatur ruang berbentuk padat sampai semi padat. Jika temperatur tinggi
maka aspal akan mencair dan jika pada termperatur menurun aspal akan menjadi
kembali keras (padat) sehingga aspal merupakan material yang termoplatis.
Berdasarkan cara memperolehnya aspal dapat dibedakan atas aspal alam dan aspal
buatan. Aspal alam adalah aspal yang sudah tersedia dialam seperti aspal danau
ditrinidad dan aspal gunung seperti dipulau buton. Sedangkan aspal buatan yaitu
aspal yang diperoleh dari proses destilasi minyak bumi (aspal minyak) dan batu
bara.

Di indonesia pun saat ini bahan pengikat didalam perekerasan jalan yaitu
mengunakan aspal minyak penetrasi 60 dan penetrasi 80 dan biasa disebut dengan
AC 60/70 dan AC 80/90. Dalam hasil pengamatan dilapangan selama ini pun
pengunaan AC 60/70 kurang tahan lama ataupun cepat mengeras dengan relatif
jalan cepat retak. Sedangkan dalam pengunaan penetrasi AC 80/90 kurang keras
dan relatif permukaan jalan cepat bergelombang. Dikarnakan masalah tersebut
berdampak karna iklim diindoesia yang tropis,dengan matahari sepanjang tahun,
curah hujan yang sangat tinggi karna itu kondisi perkerasan jalan umumnya
diindonesia kurang mantap.

Dengan kondisi iklim dan kondisi perkerasan jalan diindonesia tersebut


sangat diperlukan bahan pengikat yang bersifat keras, titik lembek yang tinggi,
elastis, pelekatan yang baik dan tahan lama. Agar dapat meningkatkan masing
masing mutu penetrasi aspal tersebut maka perlu penmbahan bahan lain dan pada
penelitian ini dicoba mengunakan karet alam dengan mencampur aspal AC-BC.

1.2. Ruang lingkup Dan Batasan Masalah


Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karateristik dari material yang digunakan serta apa saja yang akan dipakai dalam
pengujian tersebut yaitu agregat halus, agregat kasar, filler, dan aspal dalam
perkerasan lentur. Dan juga bagaimana karakteristik Marshall test ( stability,
VMA, VIM, VFA, Fow, dan MQ). Penelitian ini meninjau pengaruh penambahan
karet alam terhadap campuran persenan dari aspal AC-BC. Ada pun batasan
masalnya yaitu :
a. Jenis perkerasan atau camapuran yang digunakan yaitu laston Aspahlt
concrete-Binder Course (AC-BC) menggunakan speksifikasi Bina Marga
2018.
b. Penetrasi yang digunakan yaitu aspal pen 60/70.
c. Menggunakan agregat halus dan agregat kasar yang berada dilokasi
terdekat.
d. Kadar karet alam yang digunakan yaitu 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%.
e. Benda uji tiap variasi berjumlah 3 sampel
f. Bahan pengisi filler digunakan yaitu abu batu.
g. Metode pengujian yang dilakukan adalah metode uji marshall test

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan pada penelitian tersebut ialah sebagai berikut;

1. Mengetahui karaktersitik material yang terdapat didalam acauan


speksifikasi Bina Marga 2018.
2. Mengetahui metode pengujian marshall dan nilai pada aspal AC-BC
dengan penambahan karet alam.
3. Mengetahui mutu Stabilitas terhadap Aspal.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan proposal ini ialah sebagai berikut;

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penulisan tugas akhir bisa dijadikan sebagai referensi untuk mahasiswa


atau pelajar lainnya dalam perencanaan dalam melakukan pengujian pengaruh
karet alam terhadap karak teristik campuran aspal AC-BC.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pembaca mengenai tahapan


tahapan pengujian tentang pengaruh karet alam terhadap campuran
karakteristik aspal AC-BC.

2. Bisa dijadikan referensi bagi pembaca untuk melakukan pengujian kapasitas


pengujian pengaruh karet alam terhadap karateristik campuran aspal AC-
BC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Dasar Teori


2.1. Penelitian Terdahulu

Dilihat dari penelitian sebelumnya yang mana telah dilakukan antara


mahasiswa dan dosen mengenai pemanfaatan karet alam yaitu antara lain
sebagai berikut;

1. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 oleh MUKTI ALI ARIANTO
mengenai ‘’pemanfaatan campuran karet alam dengan aspal AC-BC’’.
Mengenai dengan meningkatnya beban lalu lintas mendorong terjadinya
kerusakan dini berupa retak dan terjadinya deformasi pada prkerasan. Jalan
rusak sebelum masa pelayanannya habis juga masih banyak yang rusak.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari altenatif pengubah yang dapat
meningkatkan mutu aspal, namun harganya murah dan ketersediaannya banyak
diindonesia. Untuk mengatasi masalah kerusakan perekerasan jalan dan
membantu para petani karet, maka karet alam dimanfaatkan sebagai bahan
perkerasan jalan untuk memodifikasi aspal. Pengujian aspahlt dengan
masrshall test, mengunakan 4 variasi kadar karet alam 0%, 6%, 6,5%, dan 7%,
setiap kadar karet alam minimal dibuat benda uji sebanyak 3 buah, jadi total
benda uji sebanyak 12buah. Dari hasil penilitian yang sudah dilakukan pada
pengaruh karet alam sebahagi bahan tambahan pada perkerasan jenis LASTON
AB-BC, maka hasil penelitian didapatkan uji karakterisitik masrhall dari 4
sampel kadar karet alam terbaik yaitu 7% dengan nilai VIM 4,58%, VMA
14,96%, dan VFA 69,53% serta nilai stabilitas Marshall (stabillity) 1716,74 kg,
nilai kelelehan (flow) 2,60 mm dan nilai Marshall Quetient (MQ) 654,16
kg/mm.
2. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 oleh TONDI SITORUS mengenai
‘’Pemanfaatn campuran karet alam dengan asphlt AC-BC’’. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas perkerasan jalan adalah dengan mengunakan
aspal modifikasi polimer. Karet alam merupakan polimer jenis elastomer
dengan harga yang relatif murah. Sebagai produsen karet alam, indonesia perlu
mencari alternatif pemanfaatan karet alam tersebut, termasuk memanfaatkan
nya sebagai bahan modifikasi aspal. Penelitian ini dilakukan dengan membuat
3 jenis aspal yang modifikasi lateks alam, yang masing masing dengan variasi
lateks sebesar 7%, 8%, dan 9% dengan kadar aspal opttimum 5.99%. pada hasil
penelitian yang dilakukan hasil dari penambahan karet alam sebagai bahan
tambah pada lapis Asphalt Concrete-Binder Courese (AC-BC). Nilai stabilitas
mengalami kenaikan dengan nilai sebesar 941 kg berada pada variasi getah
karet 7%, nilai Bulk Density juga mengalami kenaikan dengan nilai 2.340 gr
yaitu pada variasi lateks 9% , nilai kelelehan (FLOW) mengalami kenaikan
pada setiap variasi penambahan karet alam, nilai flow tidak ada yang
memenuhi speksifikasi dengan rentang 2 mm sampai 4 mm, nilai Void In
Miniral Aggregat (VMA) yang memnuhi hanya pada variasi lateks 9% yaitu
sebesar 15,9% dengan nilai sebatas >15%, nilai Void In total Mix (VIM) yang
memenuhi standart speksifikasinya hanya terdapat pada lateks 9% dengan nilai
15,9%, nilai Filleds with Asphalt (VFA) pada campuran getah karet 7%=
86,60%, 8%= 84,37% dan 9%= 75,38%, seluruhnya sudah memenuhi
speksifikasi Bina Marga 2018 dengan ketentuan minimum 65%.

1.2 Perkerasan Lentur


Yang dimaksut dengan perkerasan lentur yaitu suatu struktur perkerasaan
nya yang sangat banyak digunakan dibandingkan dengan struktur perkerasan
kaku. Yang dimaksut juga perkerasan lentur (Flexible pavement) yang berupa
umumnya mengunakan bahan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai bahan lapisan bawahnya. Sehingga
lapisan perkerasan tersebut mempunyai flexibiltas/kelenturan yang dapat
menciptakan keyamanan kendaraan dalam melintas didatasnya.
2.2.1. Lapis Asphalt Beton (Laston)
Lapisan aspal beton yaitu merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan
yang terdiri dari agregat halus, kasar, filter dan aspal keras, yang dicampur,
dihampar dan dipadat kan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Hal tersebut
sesuai dengan ketentuan Bina Marga 2018.
Adapun tiga jenis campuran laston AC yaitu sebagai berikut;
1. AC-WC ( Wearing-Course)
Merupakan lapis perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai
lapisan aus. Yaitu bahan pengisi (filler) berfungsi sangat penting untuk
memodifikasi gradasi agregat halus dalam campuran beraspal sehingga
kepadatan semakin meningkat.
2. AC-BC (Binder-Course)
Lapisan ini merupakan bagian dari lapis permukaan diantara lapis pondasi atas
(base couerse)dengan lapis aus (wearing course). yang bergradasi agregat
gabungan rapat/menerus,umumnya digunakan untuk jalan. Lapisan ini tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan
kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu
lintas yang akan diteruskann kelapisan bawahnya yaitu base dan sub grade
(tanah dasar).
3. AC- BASE (Ac- Base)
Merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapis pengikat (AC-
Binder Course). Lapisan ini berfungsi untuk memberi dukungan lapis
permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan
beban kontruksi jalan dibawahnya (sub grade).

2.2.2 Material Campuran Aspal


Mataerial campuran aspal beton yang digunakan adalah agregat kasar,
agregat halus, aspal, filler, dan karet alam. Dalam pekerjaan perancangan
perkerasan jalan tersebut material campuran aspal beton ini sudah menjadi
bagian yang paling diutamakan. Dikarnakan hal tersebut salah satu kekuatan
kontruksi jalan terletak pada pemilihan material penyusun yang tepat. Berikut
adalah gradasi campuran aspal :
Tabel 2.1 Amplop gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal
% Berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran
Ukuran Ayakan
Strone Matrix Asphalt (SMA) Lataston (HRS) Laston (AC)
ASTM (mm) Tipis Halus Kasar WC Base WC BC Base
1 ½ in 37,5 100
1 in 25 100 100 90-100
¾in 19 100 90-100 100 100 100 90-100 76-90
½in 12,5 100 90-100 50-88 90-100 90-100 90-100 75-90 60-78
3/8in 9,5 70-95 50-80 25-60 75-85 65-90 77-90 66-82 52-71
No. 4 4,75 30-50 25-60 20-28 53-69 46-64 35-54
No. 8 2,36 20-30 16-24 16-24 50-72 35-55 33-53 30-49 23-41
No. 16 1,18 1,18 21-40 18-38 13-30
No. 30 0,6 43435 35-60 15-35 14-30 12-18 10-22
No. 50 0,3 42278 9-22 7-20 6-15
No. 100 0,15 615 5-13 4-10
No. 200 0,075 8-12 8-11 8-11 6-10 2-9 4-9 4-8 3-7
Sumber: speksifikasi Bina Marga 2018 Devisi 6 revisi 3 tabel 6.3.2.3
Berikut masing masing camouran dengan aspal :
1. Aspal
Aspal atau bitumen adalah bahan hidrokarbon yang Berikut masing masing
bahan dan campuran dari aspal :
bersifat melekat, bewarna hitam yang memiliki kilau atau resin yang
bersinar, tahan terhadap air, viskoelatis. Aspal juga merupakan bahan pengikat
pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis
perkerasan lentur. Berikut ini adalah gradasi campuran aspal:

Tabel 2.2 Ketentuan Agreggat Aspal


No Jenis pengujian metode persyaratan
1 Penetrasi pada 25° (0,1 mm) SNI 2456-2011 60-70
2 Titik lembek (°C) SNI 2434-2011 >48
3 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 2432-2011 >100
4 Titik Nyala (°C) SNI 2433-201 >232
5 Berat jenis SNI 2441-2011 >1,0
Sumber: Speksifikasi Bina Marga 2018

2. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No 4, (4,75).
Dan agregat ini harus ditempat kan terpisah dari agregat kasar. Agregat halus
harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan lain
tidak dikehendaki lainnya.

Tabel 2.3 ketentuan agregat halus


Jenis Pemeriksaan standar syarat Maks/Min
MIN 50% untuk SS, HRS, dan
AC bergradasi halus
nilai setara pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC bergrdasi
kasar
Material lolos ayakan SNI ASTM C 117-
MAKS 10%
No. 200 2012
Sumber : Speksifikasi Bina Marga 2018

3. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk campuran adalah agregat yang tertahan diayakan No.
4 (4,75) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, awet, keras, dan bebas
dari bahan lempung atau bahan yang tidak dikehendaki. Agregat kasar memliki
butiran tajam, kuat, keras, dan bersifat kekal tidak pecag atau pun hancur akan
pengaruh cuaca. Agregat kasar pun harus dari batu pecah mesin dan disiapkan
dalam nominal sesuai dengan jenis campuran yang akan direncanakan.

Tabel 2.3 Ketentuan agregat kasar

pengujian metode pengujian nilai


natrium sulfat maks. 12%
kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 3407-2018
magnesium sulfat maks. 18%
abrasi dengan campuran AC bergradasi 100 putaran maks. 6%
mesin los angeles kasar 500 putaran maks. 30%
SNI 2417-2008
semua jenis campuran 100 putaran maks. 8%
beraspal bergradasi lainnya 500 putaran maks. 40%
kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min 95%
SMA 100/90
butiran pecah agregat kasar SNI 7619-2012
Lainnya 95/90
SMA ASTM D4791 Maks. 5%
Partikel pipih dan lonjong
Lainnya Perbandingan 1:5 Maks. 10%
Material lolos ayakan No. 200 SNI ASTM C117-2012 Maks. 1%

Sumber : Speksifikasi Bina Marga 2018 Devisi 6 Rival 3 tabel 6.3.2

4. Filler ( Bahan pengisi)


Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dapat berupa debu atau kapur
(limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur magnesium atau
dolomiy yang sesuai dengan AASHTHO M303-89(2014), atau semen atau
abu terbang tipe C dan F yang sumbernya disetujui peleh pengawas
pekerjaan. Dan bahan pengisi atau filler tersebut harus lolos saringan
ayakan 200 (0,0075 mm) yang berfungsi sebagai pengisi lapis dalam aspal.
Bahan tersebut harus bersifat kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan
yang diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 yang mana harus
lolos ayakan No. 200 (75 micron) dan tidak kurang dari 75% dari beratnya.
5. Lateks (Karet Alam)
Lateks adalah getah kental, yang didapat dari bidang sadap pohon karet, sering kali
mirip susu, dan membeku ketika terkena udara bebas. Di dalam karet alam
mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serun
yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Adapun karet alam yang baik dan
harus memenuhi ketentuan ialah sebagau berikut ;
a. Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain, seperti daun atau kayu.
b. Tidak tercampur dengan bubur Lateks, air ataupun serum Lateks.
c. Warna putih dan berbau karet segar
d. Mempunyai kadar karet kering 20 % sampai 28 %. (Amal 2012)

Gambar 2.2 Lateks tengah disadap dari batang


Sumber: Lateks - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

2.3 Pengujian campuran aspal


Adapun metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah metode marshall.
Menurut pustlitbang marshall yaitu teknik penguian untk mengetahui tingkat
kelayakan agregat campuran aspal beton dalam kontruksi jalan. Apabila ingin
mendapatkan mutu aspal beton yang baik, maka dalam proses perencanaan
campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal beton.
Dalam mengevaluasi keawetan campuran yaitu pengujian Marshall
perendaman di dalam air pada suhu 600 C selama 24 jam. Perbandingan
stabilitas yang direndam dengan stabilitas standar, dinyatakan sebagai persen
dan disebut Indeks Stabilitas Sisa (IRS). Untuk mengetahui tingkat dari
kelayakan campuran aspal yaitu dari karakteristik marshall, yaitu sebagai
berikut :
1. Density (kepadatan)
Density atau rapatan adalah pengukuran setiap massa satuan volume benda.
Semakin tinggi masa jenis suatu bendanya maka semakin besar pula masa
setiap volumenya. Adapun cara menghitung nilai Density (kepadatan) dengan
rumus sebagai berikut:

Wm
Kepadatan ¿
(Wmssd −Wmpw)
Keterangan:
Wm : Berat benda uji setelah dipadatkan, (gr)
Wmssd : Berat benda uji ssd setelah dipadatkan, (gr)

Wmpw : Berat benda uji dalam air setelah dipadatkan, (gr)

2. Stabilitas
merupakan suatu kemampuan lapis perkerasan dalam menerima beban lalu
lintas tanpa terjadinya suatu perubahan bentuk tetapi hanya mengalami
gelombang atau bleeding (keluarnya aspal ke permukaan). Untuk memproleh
Nilai stabilitas benda uji dari pembacaan arloji stabilitas pada saat pengujian
yaitu mengunakan alat marshall. Adapun cara untuk menghitung nilai stabilitas
dengan rumus sebagai berikut:
S=pxq
Keterangan:
S : Nilai stabilitas, (kg)
p : Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat
q : Angka koreksi tebal benda uji

3. Flow (kelelehan)

merupakan tingkat kelelehan campuran apabila dilakukan pengujian dalam


keadaan suhu ekstrim 60⁰C. Hal ini terjadi sebab tidak ada tersedianya alat
flow meter di laboratorium, maka nilai tersebut/flow didapat dari hasil
mengurangi rata-rata diameter awal dari benda uji sebelum pengujian dengan
rata-rata diameter benda uji setelah dilakukan pengujian.

3. Marshall quetient (MQ)

merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Syarat dari nilai HQ yaitu
minimal 250 kg/mm. Nilai MQ dibawah 250 kg/mm. Berikut yaitu rumus
untuk mendapatkan nilai marshall quotient :

S
MQ=
F
Keterangan:
MQ : Nilai marshall quotient, (kg/mm)
S : Nilai stabilitas, (kg)
F : Nilai flow, (mm)

5. Vold In The Mix (VIM)


merupakan persentase rongga yang terdapat dalam total campuran. Nilai dari
VIM berpengaruh terhadap keawetan pada lapis perkerasan yang akan dibuat.
Jika Semakin tinggi nilai VIM maka semakin besar rongga dalam campuran
sehingga campuran bersifat porous. Hal tersebut bisa mengakibatkan campuran
menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah memasuki rongga-rongga
dalam campuran yang mengakibatkan aspal mudah teroksidasi sehingga
menyebabkan rekatan antar butiran agregat berkurang sehingga terjadi
pelepasan butiran.
Adapun rumus menghitung nilai VIM:
Gmm−Gmb
VIM = x 100
Gmm
Keterangan VIM : Persentase rongga udara pada campuran, (%)
Gmm : Berat benda uji ssd setelah dipadatkan, (gr)
Gmb : Berat jenis bulk campuran setelah pemadatan,(gr/cc)

6. Void in Mineral Aggreggate (VMA)


merupakan suatu kadar persentase ruang rongga yang diantara partikel agregat
pada benda uji, yaitu termasuk rongga udara dan juga volume aspal efektif
(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat).
Adapun untuk mendapatkan nilai VMA dengan rumus sebagai berikut;
100(Gsb−Gmb)+Gmb . Pb
VMA=
Gsb
Keterangan:
VMA : Rongga udara pada campuran, (%)
Gsb : Berat benda uji ssd setelah dipadatkan, (gr)
Gmb : Berat jenis bulk campuran setelah pemadatan, (gr/cc)

Pb : Persentase kadar aspal terhadap berat total campuran, (%)

7. Void Filleds With asphalt (VFA)


Adalah bagian dari dari rongga yang berada diantara mineral agreggat (VMA)
yang terisi oleh aspal efektif dinyatakan dalam persen. dan juga bagian dari
partikel agreggat VMA yang terisi oleh aspal, tetapi tidak termasuk aspal yang
diserap oleh agreggat. Untuk mendapatkan nilai VFA ditentukan persamaan
berikut:

VFA= 100 ¿ ¿
Keterangann:
VFA : Rongga terisi aspal (%)
VMA : Rongga diantara mineral (%)
VIM : Rongga udara campuran, persen total campuran (%)
Gmm : Berat jenis maksimum campuran.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai sebagai berikut:
1. Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Set saringan/ayakan
b. Set alat pengujian titik lembek
c. Set alat daktilitas
d. Set alat titik nyala dan titik bakar
e. Set alat penetrasi
f. Set alat marshall test
g. Set alat pengujian berat jenis
h. Set alat kadar air
i. Set alat berat volume
j. Set alat abrasi
k. Mesin shieve shaker
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Aspal pen 60/70
b. Agregat kasar dan agregat halus
c. Karet alam (lateks)
d. Filler abu batu

3.2. Model dan Perancangan


Benda uji yang dibuat berbentuk silinder dengan ukuran ر100mm x
±63,5mm, setiap variasi dibuat 3 sampel, adapun variasi yang dibuat dalam
penilitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Model dan Perancangan

Campuran
No Benda Uji Filler Agregat Jumlah KET
Halus
1 Kadar Aspal
Abu Batu -
Rencana (KAR)
2 Kadar Aspal
Abu Batu -
Optimum (KAO)
3 Kadar Aspal
Abu Batu Pasir + BA
Optimum (KAO)
ZZZ Jumlah benda uji
Sumber: olahan data 2022
3.3 Diagram Alir
Mulai

Tinjauan Pustaka

Persiapan Alat Persiapan Bahan


Pengujian Karakteristik Bahan

Aspal Pen 60/70 Filler Abu Batu dan Karet Agregat Kasar Agregat Halus
Alam
2. Penetrasi 1. Berat jenis
1. Berat jenis
3. Titik lembek 1. Anaisa saringan No. 2. Analisa Saringan
2. Analisa saringan
4. Titik nyala dan 200 3. Kadar lumpur
3. Abrasi
titik bakar 2. Berat jenis 4. Abrasi
4. Kadar air
5. Daktilitas 5. Kadar air
5. Berat volume
6. Berat jenis

Memenuhi Spesifikasi ?

Membuat benda uji Kadar Aspal Rencana


(KAR) dengan gradasi AC-BC

Pengujian Marshall KAR


Nilai Parameter Marshall Kepadatan
VIM, VMA, VFA, Flow, Stabilitas, dan
Pengolahan data
Marshall Quotient untuk Mendapatkan
KAO
Pembuatan sampel KAO

Gradasi AC-BC dengan KAO Gradas AC-BC dengan KAO


Campuran Variasi Filler Abu Batu 100% Campuran variasi Karet Alam (lateks) :
3%, 5%, 7%, 9%, 11%

Pengujian Benda Uji dengan Marshall test

Nilai Parameter Marshall Analisa data


Kepadatan VIM, VMA, VFA,
Flow, Stabilitas, dan Marshall
Quotient Kesimpulan dan Saran
Selesai

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data


3.4.1 Teknik Pengumpulan data dan Analisa Data
Adapun teknik dalam pengumpulan data yaitu dengan mengadakan studi
terhadap jurnal, laporan tugas akhir, buku, dan job shet yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan seterusnya.

3.4.2 Analisa Data


Adapun terdapat dalam analisa data ini yaitu untuk mendapatkan hasil
pengujian sebelumnya yang dilakukan analisa data terlebih dahulu dan dilakukan
pengujian material untuk menentukan material yang digunakan memenuhi
speksifikasi atau tidak. selanjutnya setelah melakukan pengujian material dan
memenuhi speksifikasi makan dilanjutkan dengan pengujian marshall dan hasil
pengujian tersebut lalu dilakukan analisa data untuk mendapatkan hasil pengujian
yang telah kita lakukan. Tahap awal yang akan dilakukan dalam pengujian
karakteristik material dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2 Jenis dan Metode Pengujian

Jenis material Nama pengujian Standar SNI


Berat Jenis SNI 1969-2016
Penyerapan Air SNI 1969-2016
Agregat Kasar
Keausan Agreggat SNI 1969-2018
Analisa Saringan SNI ASTMC 136-2012
Berat Jenis SNI 1970:2016
Agregat halus Penyerapan Air SNI 1970:2017
Analisa Saringan SNI ASTMC 136-2012
Bahan Pengisi Speksifikasi SNI 03-06723-2002
Penetrasi SNI 2456:2011
Daktilitas SNI 2432:2012
Aspal Titik Lembek SNI 2434:2011
Titik Nyala dan Titik Bakar SNI 2433:2011
Berat Jenis SNI 2441:2011

1. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar


Dalam standar penyerapan agregat kasar yaitu dengan menetapkan cara uji
berat jenis curah kering dan berat jenis semu (apperent) serta penyerapan air
agregat, Adapun tahapan pengujiannya antara sebagai berikut :
a. Mempersiapkan sampel yang akan digunakan
b. Mencuci sampel sampai bersih
c. Mengeringkan sampel didalam oven pada suhu 110±5ºC
d. Dinginkan pada suhu ruangan ±3 jam
e. Rendam agregat di dalam air pada suhu ruangan selama 24 jam
f. Keluarkan sampel dan air, kemudian keringkan dengan kain lap sampai
lapisan air terlihat hilang
g. Timbah agregat jenuh kering permukaan
h. Timbang agregat di dalam air
i. Keringkam benda uji dengan oven pada suhu 110±5ºC selama 24 jam
j. Timbang sampel
Setelah pengujian dilakukan selanjutnya melakuakan analisis data pengujian.
Perhitungan yang akan dilakukan yaitu berat jenis curah kering (S d), berat
jenis kering permukaan (Ss), berat jenis semu (Sa), dan penyerapan air (Sw).
2. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Pengujian berat jenis curah kering dan berat jenis semu (apperent) serta
penyerapan air agregat halus. Agregat halus merupakan agregat yang ukuran
butirannya lebih kecil dari 4,75 mm (N0.4) . Cara pengujiannya yaitu
digunakan untuk menentukan setelah 24 jam di dalam air berat jenis curah
kering dan berat jenis semu, berat jenis curah dalam kondisi jenuh kering
permukaan, serta penyerapan air. Berikut langkah-langkah yang di gunakan
dalam pengujian ini dengan di dasari dari SNI 1970:2016, yaitu sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan sampel dan memeriksa kelembapan bagian permukaan
b. Masukkan agregat halus ke dalam kerucut terpancung sebanyak 3 lapisan
tiap lapisan padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 8 kali
c. Angkat kerucut secara berhati-hati, kondisi kering permukaan tercapai
apabila suatu sisi permukaan agregat halus runtuh
d. Menimbang piknometer kosong
e. Menimbang piknometer tambah air
f. Masukkan 500 gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering permukaan
g. Tambahkan air 90% dari kapasitas piknometer, putar dan guncang
piknometer untuk mempercepat pengeluaran gelembung udara yang
terdapat air
h. Penuhkan sampai batas pembacaan pengukuran
i. Diamkan selama 24 jam
j. Timbang berat total dari piknometer, benda uji dan air
k. Keluarkan agregat halus dari piknometer, keringkan menggunakan oven
dengan suhu 110±5ºC
l. Timbang benda uji
Sesudah lakukan pengujian ini, selanjutnya hasil pengujian dilakukan analisa
data, perhitungan yang dilakukan berat jenis curah kering (Sd), berat jenis
curah kering permukaan (Sₛ), berat jenis semu (Sₐ) dan penyerapan air (Sw).

3. Pengujian Keausan Agregat Kasar


Pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar
ukuran 75mm samapai ukuran 2,36 mm dengan menggunakan mesin abrasi
Los Angeles. Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian ini
yang di dasari SNI 2417:2018 adalah sebagai berikut :
a. Persiapkan material sesuai gradasi B, gradasi B dapat di lihat pada table 3.3
Tabel 3.5 Daftar gradasi dan berat benda uji
Ukuran saringan Gradasi dan benda uji (gram)
Lolos saringan Tertahan saringan
A B C D E F G
mm Inci mm inci
75 3 63 2 1/2 - - - - 2500 ± 50 - -
63 2,5 50 2 - - - - 2500 ± 50 - -
50 2 37,5 1 1/2 - - - - 5000 ± 50 5000 ± 50 -
37,5 11/2 25 1 1250 ± 25 - - - - 5000 ± 25 5000 ± 25
25 1 19 3/4 1250 ± 25 - - - - - 5000 ± 25
19 ¾ 12,5 1/2 1250 ± 10 2500 ± 10 - - - - -
12,5 ½ 9,5 3/8 1250 ± 10 2500 ± 10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 1/4 - - 2500 ± 10 - - - -
6,3 ¼ 4,75 No. 4 - - 2500 ± 10 2500 ± - - -
10
4,75 N0. 4 2,36 N0. 8 - - - 2500 ± - - -
10
Total 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10000 ± 10000 ± 10000 ±
10 10 10 10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000 ± 25 4584 ± 25 3330 ± 20 2500 ± 5000 ± 25 5000 ± 25 5000 ± 25
15
Sumber: SNI 2417 (2018)
b. Material dan bola dimasukan kedalam besi abrasi
c. Putar mesin 500 putaran
d. Keluarkan benda uji dan bola dari mesin
e. Saring benda uji menggunakan saringan No. 12, mencuci basah material yang
tertahan saringan No. 12
f. Oven benda uji dengan suhu 110±5ºC selama 24jam
g. Timbang benda uji
Setelah selesai melakukan pengujian maka dilakukan analisis data untuk
mendapatkan nilai keausan agreggat kasar yang telah dilakukan pengujian.

4. Analisa saringan
Analisa saringan adalah pengujian untuk menentukan ukuran dengan
menggunakan saringan sehingga dapat mengetahui gradasi dari agregat yang akan
digunakan. Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian ini dengan
di dasari oleh SNI ASTM C316 2012, adapun sebagai berikut :
a. Mempersiapkan benda uji
b. Benda uji di oven pada suhu 110±5ºC
c. Menyusun saringan sesuai gradasi agregat campuran AC-BC
Tabel 3. 6 Ukuran Ayakan

Ukuran Ayakan (AC-WC)

ASTM (mm)
¾ 19
½ 12,5
3/8 9,5
No.4 4,75
No.8 2,36
No.16 1,18
No.30 0,6
No.50 0,3
No.100 0,15
No.200 0,075
Pan
Sumber : Spesifikasi Umum 2018
d. Timbang benda uji
e. Timbang saringan kosong
f. Masukkan benda uji ke dalam saringan
g. Guncang saringan menggunakan mesin shive shaker selama 15 menit
h. Timbang setiap saringan + benda uji
Jika telah selesai pengujian ini dilakukan, maka dilakukan analisa data yaitu
menghitung persentase lolos dari berat benda uji tersebut.

5. Pengujian berat jenis Aspal


Adapun pengujian yang akan dilakukan disini yaitu mencangkup penentuan
berat jenis dan berat isi aspal dengan mengunakan piknometer, adapun langkah-
langkah yang digunakan dalam pengujian ini dengan didasari dari SNI 2441:2011,
antara lain sebagai berikut :
a. Timbang berat piknometer kosong
b. Mengisi piknometer dengan air suling
c. Letakkan piknometer ke dalam wadah yang berisi air
d. Diamkan selama 30 menit
e. Angkat dan keringkan piknometer
f. Timbang piknometer + air
g. Buang air dari piknometer sampai kering dan bersih
h. Tuang benda uji kedalam piknometer
i. Diamkan selama 40 menit
j. Timbang piknometer + benda uji
k. Isi piknometer dengan air suling
l. Letakkan piknometer ke dalam wadah untuk direndamkan selama 30 menit
m. Angkat piknometer dan keringkan
n. Timbang
Setelah selesai tahap ini maka dilakukan analisis data yang telah didapat pada
proses pengujian yang telah dilakukan.
6. Pengujian Daktalitas Aspal
Tentang pengujian daktalitas aspal ini mencangkup pengujian daktilitas,
residu aspal emulasi, residu aspal cair, dan bitumen aspal alam yang menunjukkan
pelumuran aspal yang diukur disaat putus, Adapun langkah-langkah dalam
pengujiannya ini dengan di dasri dari SNI 2432:2011, adapun sebagai berikut :
a. Mempersiapkan benda uji
b. Memasukkan benda uji kedalam cetakan keningan
c. Rendam selama 30 menit
d. Memasukkan air kedalam mesin daktilitas
e. Memasukkan garam kedalam mesin daktilitas
f. Lepaskan plat dasar dari cetakan
g. Pasang benda uji ke mesin pengujian daktilitas
h. Jalankan mesin
i. Baca dan tulis saat benda uji putus
Setelah selesai dilakukan tahapan pengujian tersebut, selanjutnya melakukan
analisis data yang telah didapat.

7. Pengujian Penetrasi Aspal


Didalam pengujian penetrasi aspal ini yaitu mencangkup berupa penentuan
nilai pesentrasi dari bahan bitumen dengan menggunakan jarum penetrasi.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini dengan di dasari SNI 2456:2011,
Antara lain sebagai berikut:
a. Mempersiapkan benda uji
b. Tuangkan benda uji kedalam cawan
c. Diamkan benda uji 1-2 jam
d. Rendam selama 1-2 jam dengan suhu 25ºC
e. Meletakkan sampel di bawah jarum penetrasi dengan jarak ±0,1 mm
f. Atur angka 0 pada arloji penetrometer
g. Lepaskan pegangan jarum selama 5 detik
h. Lepaskan pegangan jarum selama 5 detik
i. Lakukan sedikitnya 3 kali dalam satu benda uji
8. Pengujian Titik Lembek Aspal
Pengujian ini merupakan penentuan titik lembek aspal pada suhu tertentu
dengan menggunakan cincin dan bola baja sehingga menyentuh plat dasar dengan
jarak 25,4mm sebagai pemanasan, Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengujian ini dengan di dasari dari SNI 2434:2011,adapun sebagai berikut :
a. Mempersiapkan alat dan benda uji
b. Isi bejana dengan air suling sampai dengan 150mm, masukkan peralatan
kedalam bak perendam
c. Tempatkan bola baja diatas alat pengarah bola dengan menggunakan penjepit
d. Pertahankan temperaturselama 15 menit
e. Letakkan bola baja diatas alat pengaruh bola dengan menggunakan penjepit
f. Panaskam bejana dengan kenaikan temperatur5ºC/menit
g. Catat temperaturpada saat bola diselimuti aspal jatuh menyentuh plat dasar

9. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar


Pengujian temperatur terendah uap benda uji dapat menyala dan terbakar apa
bila melalui api penguji dan temperaturtitik nyala dan titik bakar tersebut harus
dikoreksi pada tekanan barometer, Langkah yang di gunakan dalam pengujian ini
di dasari dari SNI 2433:2011, adapun sebagai berikut:
a. Tempatkan cawan clevelend open cup diatas plat pemanas
b. Nyalakan api penguji
c. Lakukan pemanasan awal dengan kenaikan suhu temperatur14-17ºC/menit
hingga temperatur berada 56ºC dibawah titik nyala perkiraan
d. Kurangi kecepatan temperatur antara 5-6ºC/menit sampai benda uji mencapai
temperatur28ºC dibawah perkiraan titik nyala
e. Api penguji bergerak horizontal, jarak tepi atas cawan tidak lebih dari 2mm
dan waktu melintasi cawan 1 detik
f. Lanjutkan pekerjaan hingga melihat api menyala pada benda uji, catat
temperaturdan waktu pada saat api menyala
g. Lanjutkan pekerjaan sehingga api menyala 5 detik, catat temperatur waktunya
10. Penetuan Kadar Aspal Rencana
Dapat diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:
Pb = 0,035(%𝐶𝐴) + 0,045(%𝐹𝐴) + 0,18(%𝐹𝐹) + 𝐾
Keterangan:
Pb : Kadar aspal rencana
CA : Nilai persentase agregatkasar
FA : Nilai persentase agregat halus
FF : Nilai persentase filler
K : Konstanta (0,5 - 1,0)
Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% keatas terdekat.

11. Uji marshall


Dalam pengujian ini memiliki tujuan untuk mengukur ketahanan dalam
menerima beban. Adapun langkah langkah kerja dalam pengujian uji Marshall
yang dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
a. Membersihkan benda uji dari kotoran
b. Merendam benda uji selama 10-24 jam
c. Menimbang benda uji dalam akhir
d. Mengeringkan benda uji hingga kering permukaan dan timbang
e. Masukkan benda uji dalam waterbath suhu 60ºC selama 30 menit
f. Bersihkan batang penuntun dan permukaan dalam dari kepala penekan, untuk
mengurangi lengket benda uji terhadap permukaan dalam
g. Mempersiapkan alat untuk pembebanan
h. Berikan pembebanan terhadap benda uji
i. Catat nilai flow dan stabilitas yang di tunjukkan pada jarum arloji
3.5 Tempat dan Waktu pelaksanaan
...............................................
3.5.1 Tempat pelaksanaan
Pembuatan benda uji dilakukan di kampus Politeknik Negeri Bengkalis Jl.
Bathin Alam, Desa Sungai Alam, Kec. Bengkalis.

3.5.2 Waktu pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai