Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH BEBAN BATUBARA DI STOCKPILE TERHADAP

DEFORMASI DINDING TUNNEL SUARAN


PT. BERAU COAL

TUGAS AKHIR

Oleh:
NURDIANSYAH
18302003

PROGRAM DIPLOMA III


SURVEI DAN PEMETAAN
POLITEKNIK SINAR MAS BERAU COAL
2021
PENGARUH BEBAN BATUBARA DI STOCKPILE TERHADAP
DEFORMASI DINDING TUNNEL SUARAN
PT. BERAU COAL

TUGAS AKHIR

Tugas Akhir Ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma III Survei dan Pemetaan dan Mencapai Gelar
Ahli Madya (A.Md.)

Oleh:
NURDIANSYAH
18302003

PROGRAM DIPLOMA III


SURVEI DAN PEMETAAN
POLITEKNIK SINAR MAS BERAU COAL
2021
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Pertama-tama penulis mengucapkan beribu rasa syukur kepada Allah SWT


karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini sampai selesai. Kemudian kepada kedua orang tua yang
tanpa henti selalu memberikan support kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini agar dapat lulus tepat waktu.

Kemudian penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Ihsan Naufal Muafiry, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen
pembimbing tugas akhir yang sudah memberikan bimbingan dalam bentuk dukungan
maupun bidang keilmuan selama penyusunan, hingga akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Juga tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada rekan seperjuangan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas support, dorongan, serta masukannya selama penulis menyelesaikan penyusunan
tugas akhir ini.

Kemudian juga kepada staf PT. Berau Coal dari Departemen SGI yang sudah
membantu jalannya proses penelitian ini hingga penelitian ini akhirnya dapat
terselesaikan dan dibukukan dalam tugas akhir penulis.

v
PENGARUH BEBAN BATUBARA DI STOCKPILE TERHADAP
DEFORMASI DINDING TUNNEL SUARAN PT. BERAU COAL

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di


dunia. Salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia adalah PT. Berau Coal.
Aktivitas bisnis PT. Berau Coal meliputi proses eksplorasi, eksploitasi, dan penjualan
batubara. Dalam proses eksploitasi batubara, salah satu tahapan penambangan adalah
pemuatan batubara menuju tongkang dimana sebelumnya batubara ditimbun pada
stockpile di CPP (Coal Processing Plant). Adapun salah satu komponen penting
yang ada di stockpile adalah tunnel. Seiring dengan pentingnya keberadaan tunnel,
seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan faktor keamanan pada tunnel itu
sendiri, maka dilakukan penelitian terhadap deformasi untuk mengetahui seberapa
besar pergerakan atau perubahan serta untuk mengetahui velocity dan juga arah
pergerakan dari tunnel. Periode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada
penurunan signifikan berat batubara di stockpile pada tanggal 29 April 2019-24 Mei
2019. Dari hasil analisis didapat deformasi terbesar pada sumbu horizontal terjadi
pada titik DDH2_A2 dengan besaran deformasi 5.28 mm ke arah barat daya dan -
15.83 mm di sumbu vertikal pada titik DDH2_A2 yang mengarah ke bawah. Adapun
berdasarkan pergerakan secara vertikal untuk titik DDH2_A1 dan DDH2_A2
mengarah ke bawah sementara untuk titik lainnya mengarah ke atas secara vertikal.
Sementara untuk velocity atau kecepatan perpindahan tercepat terjadi pada titik
DDH2_A3 dengan kecepatan sebesar 0.50 mm/per hari. Berdasarkan hasil analisis
korelasi yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
cukup kuat antara beban batubara di stockpile dengan deformasi di sumbu vertikal
yang terjadi pada dinding tunnel.

Kata kunci: Tunnel, Displacement, Vektor, Velocity

vi
THE EFFECT OF COAL LOAD IN STOCKPILE ON DEFORMATION OF THE
TUNNEL WALL PT. BERAU COAL

ABSTRACT

Indonesia is one of the world's largest coal producers and exporters. One of
the largest coal producers in Indonesia is PT. Berau Coal. The business activity
activities of PT. Berau Coal covers the process of exploration, exploitation, and sale
of coal. In the process of coal mining, one of the stages is loading of coal to the
barge through stockpiled facility in the CPP (Coal Processing Plant). One of the
most important components in the stockpile is the tunnel. Along with the importance
of the existence of the tunnel, it should be directly proportional to the increase in
safety factors in the tunnel itself, then research on deformation to find out how much
movement or change and to find out the velocity and also the direction of movement
of the tunnel. The period used in the study was based on a significant reduction in
coal weight in stockpiles from 29 April 2019 until 24 May 2019. From the results of
the analysis obtained the largest deformation on the horizontal axis occurs at point
DDH2_A2 with a deformation magnitude of 5.28 mm to the southwest and -15.83
mm in the vertical axis at point DDH2_A2 that leads downwards. Based on vertical
movement for DDH2_A1 and DDH2_A2 point downward while for other points point
up vertically. While for velocity or the fastest moving speed occurs at the point
DDH2_A3 with a speed of 0.50 mm per day. Based on the results of correlation was
indicated that there is a strong enough relationship between the coal load in the
stockpile and the deformation on the vertical axis that occurs on the tunnel wall.

Keyword: Tunnel, Displacement, Vector, Velocity

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya lah, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan ‘Tugas Akhir’ dengan
sebaik-baiknya.

Tugas akhir dengan judul “Pengaruh Beban Batubara di Stockpile Terhadap


Deformasi Dinding Tunnel Suaran PT. Berau Coal” ini merupakan hasil dari
pembelajaran yang telah diterima penulis selama menempuh pendidikan di
Politeknik Sinar Mas Berau Coal. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari
masih banyak melakukan kesalahan maupun kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran obyektif yang kiranya dapat membantu proses
penyusunan tugas akhir ini agar lebih baik lagi kedepannya.

Juga tak lupa penulis mengucapkan ungkapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam proses penyusunan tugas
akhir ini.

1. Bapak Kris Adi Nugraha S.Mn., M.M selaku Direktur Politeknik Sinar Mas
Berau Coal
2. Bapak Dr. Ir. Yan Adriansyah, M.T., IPM selaku Wakil Direktur Bidang
Akademik Politeknik Sinar Mas Berau Coal
3. Ibu Loryena Ayu Karondia, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Survei
dan Pemetaan Politeknik Sinar Mas Berau Coal
4. Ibu Erisa Ayu Waspadi Putri, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Akademik
5. Bapak Ihsan Naufal Muafiry, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir
6. Kedua orang tua yang sudah memberikan support dan dorongan selama
penyusunan tugas akhir
7. Mahasiswa dan mahasiswi program studi Survei dan Pemetaan angkatan
2018 yang sudah membantu penulis dalam memberikan informasi dan
masukan selama penyusunan tugas akhir ini

viii
8. Juga kepada semua pihak dan sumber yang sudah membantu penulis selama
proses pengumpulan data, informasi, dan penyusunan tugas akhir ini

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas saran dan masukan
yang sudah diberikan. Dan semoga kedepannya hasil dari penelitian ini bisa berguna
bagi banyak orang.

Berau, September 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 4
1.4.1 Bagi Akademisi ................................................................................... 4
1.4.2 Bagi Instansi ........................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5


2.1 Gambaran Umum ......................................................................................... 5
2.1.1 Kabupaten Berau ................................................................................. 5
2.1.2 PT. Berau Coal..................................................................................... 6
2.2 Definisi Terowongan .................................................................................... 6
2.3 Jenis-Jenis Terowongan................................................................................ 6

x
2.3.1 Berdasarkan Material Penyusun .......................................................... 7
2.3.2 Berdasarkan Fungsinya........................................................................ 8
2.4 Total Station ................................................................................................. 9
2.4.1 Fungsi Total Station........................................................................... 10
2.5 Deformasi ................................................................................................... 11
2.5.1 Deformasi Elastis ............................................................................... 12
2.5.2 Deformasi Plastis ............................................................................... 12
2.6 Deformasi Terowongan .............................................................................. 13

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 14


3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 14
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................... 16
3.3 Alat yang Digunakan .................................................................................. 16
3.4 Flowchart Penelitian ................................................................................... 17
3.5 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 18
3.6 Metode Analisis Deformasi ........................................................................ 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24


4.1 Data Hasil Pengukuran Tunnel ................................................................... 24
4.2 Data Beban/Beban Stockpile ...................................................................... 25
4.3 Hasil Analisis Deformasi ............................................................................ 27
4.3.1 Total Displacement dari Tiap Section................................................ 27
4.3.2 Velocity/Kecepatan Perpindahan ....................................................... 28
4.3.3 Besar dan Arah Pergerakan ............................................................... 28
4.4 Analisis Korelasi Antara Deformasi dan Beban Stockpile ......................... 33

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35


5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35
5.2 Saran ........................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 37


LAMPIRAN .............................................................................................................. 39

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Batas Administrasi Kabupaten Berau...................................................... 1


Gambar 1. 2 Wilayah Konsesi PT. Berau Coal ............................................................ 2
Gambar 2. 1 Terowongan Batuan ................................................................................ 7
Gambar 2. 2 Terowongan Lalu Lintas ......................................................................... 8
Gambar 2. 3 Total Station ............................................................................................ 9
Gambar 2. 4 Contoh Pengukuran yang Menggunakan Total Station......................... 10
Gambar 2. 5 Deformasi Translasi Materi ................................................................... 12
Gambar 3. 1 Lokasi Stockpile Suaran ........................................................................ 15
Gambar 3. 2 Layout Lokasi Penelitian ....................................................................... 15
Gambar 3. 3 Lebar dan Tinggi Tunnel ....................................................................... 16
Gambar 3. 4 Flowchart Penelitian ............................................................................. 17
Gambar 3. 5 Proses P2H Alat..................................................................................... 19
Gambar 3. 6 Kuadran Arah Vektor Pergeseran.......................................................... 22
Gambar 4. 1 Sketsa Section DDH2_A ....................................................................... 24
Gambar 4. 2 Sketsa Section DDH3 ............................................................................ 25
Gambar 4. 3 Deret Waktu Beban Stockpile 2018-2020 ............................................. 26
Gambar 4. 4 Volume Batubara di Stockpile Suaran 29 April 2019-24 Mei 2019 ...... 26
Gambar 4. 5 Total Displacement Section DDH2 ....................................................... 27
Gambar 4. 6 Total Displacement Section DDH3 ....................................................... 27
Gambar 4. 7 Vektor Perpindahan Titik DDH2_A...................................................... 31
Gambar 4. 8 Vektor Perpindahan Titik DDH3 .......................................................... 32
Gambar 4. 9 Fase Terjadinya Deformasi Elastis ........................................................ 33
Gambar 4. 10 Analisis Korelasi ................................................................................. 33

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Koordinat E, N, Z dari Section DDH2_A ........................................ 24


Tabel 4. 2 Data Koordinat E, N, Z dari Section DDH3_A1 ...................................... 25
Tabel 4. 3 Velocity/Kecepatan Perpindahan Antar Titik ............................................ 28
Tabel 4. 4 Besaran Deformasi yang Terjadi Pada Sumbu N dan Z............................ 29
Tabel 4. 5 Besar dan Arah Perpindahan Titik Pada Sumbu E dan N ......................... 30
Tabel 4. 6 Arah Pergerakan di Sumbu Horizontal dan Sumbu Vertikal .................... 30

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara merupakan sumber energi terpenting untuk pembangkit energi
listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen.
Namun, batubara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber
energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan
karbon.

Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di


dunia. Salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia adalah PT. Berau Coal.
PT. Berau Coal saat ini memiliki beberapa area penambangan. Lokasi ini terletak
di sekitar Kabupaten Berau, yang terletak di bagian utara provinsi Kalimantan
Timur. Kabupaten Berau sendiri memiliki luas sekitar 36.962,37 km 2 dengan
jumlah pulau sebanyak kurang lebih 17 pulau (Kabupaten Berau dalam angka
2020).

Gambar 1. 1 Batas Administrasi Kabupaten Berau


(petatematikindo.wordpress.com)

1
Sejarah berdirinya PT. Berau Coal tidak bisa dipisahkan dari Kabupaten Berau
itu sendiri. PT. Berau Coal merupakan salah satu elemen penting dalam
pembangunan yang terjadi di wilayah Kabupaten Berau. PT. Berau Coal sendiri
memulai usaha penambangannya sejak 1983, setelah memperoleh Kontrak
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B).

Aktivitas bisnis PT. Berau Coal meliputi proses eksplorasi, eksploitasi, dan
penjualan batubara. Wilayah konsesi PT. Berau Coal mencakup sekitar 118.400
hektar di Kabupaten Berau yang menjadikannya sebagai wilayah konsesi batubara
tunggal terbesar di Indonesia. Saat ini, PT. Berau Coal sendiri memiliki 5 (lima)
area penambangan yaitu di Lati, Sambarata, Binungan, Gurimbang, dan Parapatan
dengan total produksi pada tahun 2019 mencapai 32,3 juta ton batubara.

Gambar 1. 2 Wilayah Konsesi PT. Berau Coal (beraucoalenergy.co.id).

Dalam melakukan kegiatan penambangan, kegiatan yang dilakukan


diantaranya meliputi proses barging. Barging sendiri ialah merupakan proses
yang dilakukan untuk mengirimkan atau mengapalkan batubara yang sudah di
tambang kepada pembeli. Tetapi sebelum dilakukan proses barging, batubara
yang sudah di tambang terlebih dahulu disimpan di stockpile. Salah satu
komponen penting yang ada di stockpile adalah tunnel, dimana tunnel ini sendiri
adalah sebuah tempat yang mana di dalamnya terdapat conveyor sebagai media

2
yang digunakan untuk memindahkan hasil tambang (batubara) dari tempat
penyimpanan/stockpile ke kapal tongkang untuk segera didistribusikan.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan energi terutama yang


bersumber dari batubara yang seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan
faktor keamanan dalam proses pertambangan. Mengingat pentingnya peran tunnel
dalam proses pertambangan, kerusakan atau damage yang terjadi pada tunnel ini
dapat mempengaruhi proses dari pertambangan ini sendiri. Hal tersebut dapat
menghambat pendistribusian batubara itu sendiri kepada konsumen/pembeli serta
dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerja di sekitar area tersebut.

Berangkat dari hal tersebut akhirnya dilakukan penelitian terhadap monitoring


deformasi yang mana tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
pergerakan atau perubahan yang terjadi terhadap tunnel batubara PT. Berau Coal
di Suaran (Gambar 1.2., poligon merah). Dengan adanya penelitian ini harapannya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pemeliharaan tunnel
kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang terbentuk adalah:
1. Seberapa besar pergerakan atau perubahan yang terjadi pada dinding
tunnel akibat beban stockpile yang berada di atas tunnel?
2. Berapa kecepatan perpindahan yang terjadi pada titik reflektor yang
menjadi objek fokus penelitian?
3. Faktor apa yang mempengaruhi perubahan/deformasi pada dinding tunnel?
4. Bagaimana hubungan antara deformasi dinding tunnel dengan beban
stockpile yang berada di atas tunnel?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai selama proses penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pergerakan atau perubahan yang terjadi pada dinding tunnel
akibat beban stockpile yang berada di atas tunnel.

3
2. Mengetahui kecepatan perpindahan yang terjadi pada titik reflektor yang
menjadi objek fokus penelitian
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan/deformasi pada dinding
tunnel.
4. Mengetahui hubungan antara deformasi dinding tunnel dengan beban
stockpile yang berada di atas tunnel.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan kedepannya bisa dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian serupa kedepannya.

1.4.2 Bagi Instansi


Harapannya dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk pemeliharan tunnel batubara PT. Berau Coal agar
terciptanya lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi seluruh karyawan.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Fokus wilayah penelitian ini adalah tunnel yang ada stockpile Suaran pada
stockpile 2 di wilayah inloading 3.
2. Data yang digunakan adalah data hasil pengukuran total station yang
berupa koordinat X, Y, Z dan juga data beban diatas tunnel pada saat
pengukuran atau monitoring dilakukan.
3. Pengukuran atau pengamatan pada dinding tunnel dilakukan dengan
interval setiap 14 hari. Periode penelitian dilakukan di tanggal 29 April
2019 hingga 24 Mei 2019 pada saat data mengenai beban batubara di
stockpile menurun secara drastis.
4. Analisis deformasi yang dilakukan dalam penelitian ini berfokus pada
reflektor yang berada pada section DDH2_A dan DDH3.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum


Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi
eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang
diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan
jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar
permintaannya berasal dari Cina dan India.
Batubara merupakan sumber energi terpenting untuk pembangkit energi listrik
dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen. Namun,
batubara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang
paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan karbon. Sumber
energi penting lain seperti gas alam memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit
namun lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar dunia. Dengan demikian,
semakin banyak industri di dunia yang mulai mengalihkan fokus energi mereka ke
batubara. Usaha pertambangan yang ada di Indonesia merupakan salah satu
penyumbang devisa terbesar di negara ini.

2.1.1 Kabupaten Berau


Kabupaten Berau adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur.
Ibu kota Kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb, Berau. Kabupaten Berau
memiliki luas wilayah 34.127,47. km² terdiri dari daratan seluas 22.030,81 km²
dan luas laut 12.299,88 km² serta terdiri dari 52 pulau besar dan kecil dengan 13
kecamatan, 10 kelurahan, 96 kampung/desa. Sensus penduduk pada tahun 2020
mencatat penduduk Kabupaten Berau pada bulan September 2020 sebanyak
248,035 jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk
Kabupaten Berau terus mengalami peningkatan. Dalam jangka waktu sepuluh
tahun sejak tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Berau mengalami
penambahan sekitar 68,956 jiwa atau rata-rata sebanyak 6,896 jiwa setiap tahun
(Badan Pusat Statistik, 2020)

5
2.1.2 PT. Berau Coal
PT. Berau Coal didirikan pada tahun 1983, aktivitas bisnis Berau Coal
meliputi eksplorasi, penambangan, dan penjualan batubara dibawah Kontrak
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama
dengan Pemerintah Indonesia. PT. Berau Coal adalah salah satu produsen
batubara terbesar di Indonesia, dengan total produksi pada tahun 2019 mencapai
32,3 juta ton batubara. Wilayah konsesi PT. Berau Coal mencakup sekitar
118.400 hektar di Provinsi Kalimantan Timur yang menjadikannya sebagai
wilayah konsesi batubara tunggal terbesar di Indonesia.

2.2 Definisi Terowongan


Terowongan adalah struktur bawah tanah yang panjangnya berbanding jauh
dengan lebar penampang galiannya dan memiliki gradien memanjang (Rahardjo,
2004). Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi dindingnya, kecuali di
kedua ujungnya yang terbuka pada bagian lingkungan luar. Terowongan
merupakan salah satu rekayasa infrastruktur yang memanfaatkan ruang bawah
tanah untuk keperluan transportasi, keairan, penyimpanan barang, energi,
pertahanan, bangunan utilitas dan aktivitas lainnya, terutama untuk menghadapi
masalah keterbatasan ruang dan lahan di daerah perkotaan yang cenderung sangat
padat, akibat banyaknya bangunan gedung dan infrastruktur lainnya.

2.3 Jenis-Jenis Terowongan


Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam konstruksi adalah sistem
penyangga. Adapun sistem penyangga sendiri merupakan kekuatan utama
terowongan dalam menahan beban terowongan. Kasus keruntuhan terowongan
akibat kegagalan sistem penyangga telah banyak terjadi di beberapa negara.
Diantaranya adalah kerusakan terowongan jalan raya di London yang disebabkan
oleh sistem penyangga terowongan yang tidak kuat dalam menahan beban.
(Apriyono, 2010). Berikut pembagian jenis tunnel berdasarkan material penyusun
dan fungsinya.

6
2.3.1 Berdasarkan Material Penyusun
Rahardjo (2004) menjelaskan jenis terowongan berdasarkan material
penyusunnya terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Terowongan gali tutup. Terowongan ini dibangun dengan cara menggali
satu parit besar, membangun struktur terowongan di dalam parit galian,
dan ditimbun kembali dengan material timbunan saat pemasangan struktur
telah selesai. Metode ini hanya dapat digunakan apabila terowongan
dibangun pada kedalaman tanah yang dangkal dan penggalian dari
permukaan tanah yang memungkinkan.
2. Terowongan batuan. Konstruksi pada terowongan jenis ini dikerjakan pada
batuan masif dengan cara pengeboran atau peledakan (drilling and
blasting). Terowongan dengan konstruksi ini umumnya lebih mudah dan
lebih kuat dibandingkan dengan terowongan tanah lunak karena batuan
memiliki tingkat kekakuan dan kestabilan yang tingi.

Gambar 2. 1 Terowongan Batuan (ilmubatugeologi.blogspot.com)

3. Terowongan tanah lunak. Merupakan terowongan dengan konstruksi yang


dibuat pada lapisan tanah lunak seperti lempung, pasir, atau batuan lunak.
Jenis material ini cenderung mudah bergeser atau mengalami peruntuhan
saat proses penggalian. Umumnya digunakan pelindung (shield) yang kuat
untuk melindungi galian tersebut agar tidak runtuh.

7
2.3.2 Berdasarkan Fungsinya
Szechy (1967) mengklasifikasikan terowongan berdasarkan fungsinya
menjadi 3, yaitu:

1. Terowongan lalu lintas. Merupakan terowongan yang pada umumnya


digunakan sebagai media mobilitas dari tempat satu ke tempat lainnya.
Adapun jenis terowongan ini antara lain: terowongan kereta api,
terowongan jalan raya, terowongan pejalan kaki, terowongan bawah laut,
dan terowongan kereta api bawah tanah.

Gambar 2. 2 Terowongan Lalu Lintas (www.pixabay.com)

2. Terowongan angkutan. Adalah jenis terowongan yang biasanya bukan


merupakan akses untuk khalayak umum seperti terowongan lalu lintas.
Adapun jenis dari terowongan ini adalah terowongan eksplorasi,
terowongan eksploitasi, dan terowongan darurat.
3. Terowongan tambang, adalah jenis terowongan yang mendukung atau
merupakan support terhadap jalannya bisnis proses pertambangan.
Biasanya meliputi terowongan utama dan akses, terowongan eksplorasi,
terowongan eksploitasi, terowongan pelayanan rute, dan terowongan
darurat. Secara umum, terowongan dalam pertambangan digunakan
sebagai tempat untuk memindahkan hasil galian alam ke tempat lain.

8
2.4 Total Station
Total station merupakan alat yang sering digunakan dalam surveying, teknik
sipil, dan konstruksi karena total station dapat mengukur jarak maupun sudut.
Tampilan total station mirip dengan theodolite digital, perbedaannya adalah total
station telah dikombinasikan dengan komponen pengukur jarak secara otomatis.
Total station dapat mengukur jarak horizontal dan vertikal secara mendatar
maupun miring. Fungsi dasar total station adalah dapat menyimpan data
pekerjaan dengan skala yang besar. Sama seperti theodolite digital, semua fungsi
dari total station dikendalikan oleh mikroprosesor, yang diakses sebagai keyboard
dan display (Gill dan Ashwan, 2016). Penggunaan total station pada umumnya
sama dengan penggunaan pada theodolite hanya saja perlu mengerti fungsi
tombol-tombol tambahan dari total station tersebut yang setiap merk berbeda-
beda (Wardhana, 2015).

Gambar 2. 3 Total Station (www.plazagps.com)

Total station (TS) merupakan gabungan EDM (Electronic Distance Meter),


theodolite, kalkulator dan media rekaman yang dijadikan satu. Total station
merupakan alat ukur jarak pendek yang dirancang untuk pengukuran teliti dengan
menggunakan sinar 36 inframerah sebagai gelombang pembawa dimana dapat
langsung dikoreksi terhadap pengaruh kondisi atmosfer (Fajriyanto, 2009).

9
Gambar 2. 4 Contoh pengukuran yang menggunakan Total Station (Foto
Penelitian, 2021)
Menurut Gill dan Ashwan (2016), total station terdiri dari 3 komponen dasar
yang dijadikan satu unit integral. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. EDM (Electronic Distance Meter) atau instrumen pengukur jarak.
2. Komponen pengukuran sudut horisontal.
3. Komponen komputer atau mikroprosesor.

2.4.1 Fungsi Total Station


Total station digunakan untuk melakukan pengukuran dan pengumpulan data,
seperti:
1. Pengukuran sudut
Dengan total station kita dapat melakukan pengukuran sudut dengan teknik
electro-optical scanning melalui piringan atau silinder kaca yang memiliki
penunjuk skala yang sangat presisi. Sebuah total station dengan fitur terbaru dapat
melakukan pengukuran sudut dengan nilai ketelitian hingga 0.5 arc-second.
Sedangkan jenis total station biasa hanya mampu melakukan pengukuran sudut
hingga nillai 5 atau 10 arc-second.
2. Pengukuran jarak
Pengukuran jarak oleh total station ini memanfaatkan teknologi sinyal
inframerah yang termodulasi, sinyal ini dipancarkan oleh komponen pemancar
kecil yang berada di dalam instrumen optik, lalu akan direfleksikan kembali oleh

10
prisma reflektor atau objek yang berada pada titik survei. Hasil pengukuran jarak
akan dapat diperkirakan setelah beberapa kali melakukan pemancaran dan
penerimaan frekuensi inframerah, setelah itu baru dapat mulai dihitung jumlah
bulat dari panjang gelombang ke target pada setiap frekuensinya.
3. Pengukuran koordinat
Sebuah titik koordinat tidak dikenal yang terhubung dengan koordinat jelas,
dapat diperkirakan letak koordinatnya menggunakan instrumen total station
sepanjang sebuah garis lurus penglihatan dapat menghubungkan kedua titik
tersebut. Sudut dan jarak dapat diukur dari titik total station ke titik survei,
sedangkan titik koordinat (titik x, y, dan z) dapat diketahuhi dengan menggunakan
rumus perhitungan trigonometri dan triangulasi pada titik survei.

2.5 Deformasi
Deformasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna
perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik. Namun secara
gramatikal memiliki makna transformasi sebuah benda dari kondisi semula ke
kondisi terkini. Pengertian deformasi sendiri adalah perubahan bentuk, posisi, dan
dimensi dari suatu benda (Kuang, 1996).
Deformasi dalam mekanika kontinum adalah transformasi sebuah benda dari
kondisi semula ke kondisi terkini. Makna dari "kondisi" dapat diartikan sebagai
serangkaian posisi dari semua partikel yang ada di dalam benda tersebut. Sebuah
deformasi dapat disebabkan oleh gaya eksternal (beban), gaya internal (seperti
gravitasi atau gaya elektromagnetik) atau perubahan temperatur di dalam benda
(pemuaian).
Deformasi disebabkan beban atau gaya berat materi. Bekerjanya gaya berat
pada suatu materi yang disertai pengaruh gaya berat dari materi disekitarnya
dalam suatu selang waktu akan mempengaruhi bentuk geometri materi tersebut.
(Muafiry, 2015).
Menurut Chen dan Mo (2008) menyebutkan bahwa analisis permasalahan
deformasi atau retakan pada terowongan dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi
tahap konstruksi dan pada tahap pelayanan. Pada tahap pelayanan, gaya eksternal
yang bekerja menyebabkan terjadinya deformasi yang terjadi di dinding tunnel.

11
Gambar 2. 5 Deformasi Translasi Materi (Andriyani, 2012)

Secara garis besar, deformasi dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis.

2.5.1 Deformasi Elastis


Deformasi elastis adalah bentuk perubahan bentuk atau gaya dari suatu benda
yang bersifat sementara. Dalam hal ini apabila suatu benda diberikan sebuah gaya
atau tekanan maka akan menyebabkan terjadinya sebuah deformasi. Apabila
muatan ditiadakan, maka benda tersebut akan kembali kepada ukuran atau
bentuknya yang semula.

2.5.2 Deformasi Plastis


Berbanding terbalik dengan pengertian ataupun makna dari deformasi elastis,
deformasi plastis memiliki makna perubahan bentuk atau gaya dari suatu benda
yang bersifat permanen. Sebagai contoh apabila sebuah benda diberikan gaya atau
tekanan, maka akan menyebabkan terjadinya deformasi pada benda tersebut. Dan
apabila beban tersebut ditiadakan, maka benda tersebut tidak akan kembali pada
bentuk dan ukurannya yang semula sebelum diberikan tekanan atau gaya tersebut.
Contoh benda atau permukaan yang akan mengalami deformasi plastis ialah
benda atau permukaan yang menggunakan bahan keras sebagai material nya.
Misalnya semen, cor beton, ataupun aspal.

12
2.6 Deformasi Terowongan
Dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur seperti bangunan
terowongan, diperlukan beberapa analisis terhadap perilaku terowongan dalam
mencegah terjadinya kerusakan.
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada terowongan adalah adanya
deformasi. Deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dalam
kaitannya dengan deformasi tunnel batubara, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan atau pergeseran titik-titik koordinat X, Y, Z hasil pantau yang
diperoleh dari hasil pengambilan data melalui Total Station. Adapun faktor yang
berpengaruh dalam proses deformasi diantaranya adalah suhu dan gaya yang
bekerja terhadap dinding terowongan.

13
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah tunnel batubara yang
terletak di binungan suaran, yang merupakan salah satu wilayah konsesi PT.
Berau Coal. Adapun jangka waktu pengambilan data saat peneliti diizinkan untuk
melakukan magang selama 1 bulan. Objek yang akan diteliti adalah besaran dan
arah deformasi pada dinding tunnel serta menganalisis bagaimana kaitannya
dengan beban stockpile batubara yang letaknya tepat di atas tunnel suaran. Coal
Processing Plant (CPP) di Suaran memiliki 2 stcokpile yang mana memiliki
kapasitas total sebesar 333.000 ton dengan rincian masing-masing sebesar
163.000 ton untuk stockpile 1 dan 170.000 ton untuk stockpile 2 yang
digambarkan pada Gambar 3.1.

Stockpile 2

Stockpile 1

Gambar 3. 1 Lokasi Stockpile Suaran


Simbol poligon merah pada Gambar 3.1 merupakan lokasi tunnel yang akan
dijadikan fokus objek penelitian. Pada peta yang ada di Gambar 3.2 dapat terlihat
tunnel suaran dengan simbol poligon berwarna biru muda. Terowongan ini
membentang dari arah Timur ke Barat dengan panjang kurang lebih 171 meter.

14
Tepat diatas tunnel, dapat terlihat juga tumpukan batubara melalui citra satelit
GeoEye yang peneliti gunakan dengan warna gelap. Berikut adalah gambar area
yang berada dalam poligon merah pada Gambar 3.1 jika dilihat menggunakan
skala yang lebih besar.

Gambar 3. 2 Layout Lokasi Penelitian (Hasil Pengolahan Data)

Secara umum, lebar dan ketinggian dari tunnel yang akan dijadikan objek
penelitian ini dapat dilihat melalui Gambar 3.3 berikut. Terowongan ini memiliki
tinggi sebesar 3.5 meter dan lebar lantai kurang lebih 2.6 meter. Profil melintang
pada Gambar 3.3 juga menunjukkan posisi dari conveyor yang berada di lantai
terowongan. Tidak hanya itu, Gambar 3.3 juga menunjukkan titik-titik reflektor
pada dinding tunnel yang akan digunakan sebagai titik kontrol pengamatan
deformasi.

15
A2 A3

3.5
23
A4
me
A1

Conveyor

2.649 meter

Gambar 3. 3 Lebar dan Tinggi Tunnel (Hasil Pengolahan Data)

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif merupakan jenis metode penelitian yang bercirikan
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji/mengetahui hipotesis yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Wahidmurni (2017) metode penelitian kuantitatif
merupakan suatu cara yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang
berkaitan dengan data berupa angka dan program statistik.

3.3 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Total Station (1 set lengkap)
2. Stiker Reflektor
3. Alat tulis
4. Laptop/PC

16
3.4 Flowchart Penelitian
Agar mudah dipahami, metodologi penelitian dijabarkan menggunakan
flowchart sebagai berikut:

Gambar 3. 4 Flowchart Penelitian

17
3.5 Tahapan Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini secara garis besar tahapannya tertuang dalam
diagram alir Gambar 3.4 sebagaimana diperlihatkan sebelumnya. Adapun
penjelasan dari diagram alir penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Mencari atau menggunakan informasi yang berguna dalam penelitian ini.
Menurut Danial dan Warsiah (2009), studi literatur merupakan proses yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalah, dan
segala sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah dan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini, studi literatur dilakukan dengan maksud untuk mencari
sumber referensi atau penelitian sejenis yang berkaitan dengan deformasi yang
terjadi di tunnel.
2. Proses Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Menurut Indriantoro dan Supomo (2013) data primer merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, sedangkan data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara.
Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan alat Total Station berupa nilai koordinat X, Y, Z.
Selain data hasil pengukuran yang berupa koordinat x, y, z dari tiap reflektor yang
ada di tunnel, dalam penelitian juga digunakan data beban batubara di stockpile
sebagai perbandingan terhadap besaran nilai deformasi.
Pengambilan data koordinat x, y, z didapatkan dari hasil pengukuran
menggunakan alat total station yang dilakukan secara temporal. Mengenai waktu
untuk pengambilan data tersebut tidak dilakukan secara spesifik, hanya saja dari
raw data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data tersebut diambil setiap 2
minggu sekali atau bahkan lebih apabila memang ada suatu hal atau alasan
tertentu.

18
Data koordinat x, y, z yang diperoleh dilakukan dengan melakukan
pengukuran ataupun pengamatan secara langsung terhadap titik reflektor tunnel.
Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengukuran atau pengamatan adalah:

a) Melakukan Pemeliharaan dan Pemeriksaan Harian (P2H) terhadap alat yang


digunakan. Adapun pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan juga
kondisi fisik dari alat yang digunakan tersebut. Pengecekan ini bertujuan
untuk meminimalisir segala kesalahan yang diakibatkan oleh human error
selama proses pengamatan. Human error yang dimaksud adalah ketika kita
melakukan pengamatan, sementara pada waktu yang bersamaan baterai dari
total station tidak cukup untuk menampung atau memberikan daya selama
pengamatan tersebut, maka hal tersebut tentunya akan mengganggu jalannya
pengamatan tersebut. Maka dari itu, penting untuk dilakukan P2H terhadap
alat sebelum digunakan untuk pengamatan ataupun pengukuran.

Gambar 3. 5 Proses P2H Alat (Dokumentasi Peneliti)

b) Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan lokasi atau area
kerja. Area tunnel merupakan area kerja di lingkungan PT. Berau Coal yang
memiliki resiko tinggi seperti contohnya mungkin memiliki potensi
tergelincir dan juga terjepit conveyor yang berpotensi dialami oleh orang atau
operator yang melakukan pengukuran atau pekerjaan di dalam tunnel, hal itu
dikarenakan di dalam tunnel tersebut terdapat conveyor yang digunakan untuk

19
memindahkan batubara hasil galian dari satu tempat ke tempat lain. Maka
dari itu diperlukan APD yang tentunya memiliki standar tinggi.
c) Meminta izin terhadap penanggung jawab area. Dikarenakan lokasi dari
tunnel ini sendiri sudah masuk ke dalam area terbatas yang mana bukan
merupakan area bebas di tambang yang boleh untuk dimasuki oleh semua
orang. Jadi ketika hendak melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap
aktivitas tunnel, maka diharuskan untuk izin terlebih dahulu kepada
penanggung jawab area. Selain itu juga karena tunnel ini merupakan area
terbatas yang di dalamnya terdapat conveyor yang terus bergerak, ketika
dilakukan pengukuran atau pengamatan, maka seluruh aktivitas yang ada di
atas tunnel pun otomatis akan dihentikan dan begitupun dengan conveyor
yang ada di dalam tunnel akan otomatis berhenti bekerja apabila sedang
dilakukan pengamatan di dalam tunnel.

Data selanjutnya adalah data yang berupa beban aktual stockpile pada saat
dilakukan pengamatan kondisi tunnel. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
adanya kesalahan terhadap interpretasi hasil perhitungan yang nantinya akan
dilakukan. Untuk pengambilan data beban stockpile tepatnya yang berada di atas
tunnel haruslah aktual terhadap waktu pengamatan yang dilakukan di dalam
tunnel. Sebagai gambaran, apabila dilakukan pengamatan terhadap dinding tunnel
ketika jam 12:30 siang, maka untuk pengambilan data beban stockpile yang ada di
atas tunnel juga haruslah pada waktu pengamatan tersebut. Karena kesalahan atau
selisih dari waktu pengambilan data antara pengamatan atau pengukuran yang
dilakukan di dalam tunnel dengan data beban yang ada di stockpile yang tepatnya
berada pada atas tunnel, dikhawatirkan nanti pada akhirnya akan ada kesalahan
dalam interpretasi datanya. Adapun data beban yang peneliti ambil merupakan
data pada rentang waktu 29 April 2019 hingga 24 Mei 2019. Hal tersebut
dilandasi karena adanya perubahan dari beban batubara di stockpile yang menurun
secara drastis.

20
3. Pengolahan Data
Selanjutnya apabila semua data yang dibutuhkan telah diperoleh, seperti data
koordinat x, y, dan z dan juga data mengenai beban beban batubara yang ada di
stockpile, dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Adapun nantinya akan ada
3 tahap pengolahan data yakni untuk mengetahui besar dan arah pergerakan
deformasi, total displacement, dan velocity.

3.6 Metode Analisis Deformasi


Data koordinat (X, Y, Z) hasil pengukuran diperoleh langsung dari alat Total
Station yang digunakan, kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh
besar deformasi atau perubahan pada titik objek yang diamati. Deformasi pada
sumbu X adalah selisih dari data koordinat pada sumbu X awal (X1) dengan data
koordinat sumbu X akhir (X2), begitu pula untuk menghitung deformasi yang
terjadi pada sumbu Y dan Z. Rumus yang digunakan untuk menghitung deformasi
tersebut adalah:

Deformasi 3D = √(𝑋2 − 𝑋1)2 + (𝑌2 − 𝑌1)2+(𝑍2 − 𝑍1)2 (3.1)

Setelah nilai deformasi didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan


rumus (1), maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk
menentukan velocity atau kecepatan pergerakan dari deformasi yang terjadi pada
dinding terowongan tersebut. Adapun rumus perhitungan yang digunakan adalah:
Velocity = S/T (3.2)
Dimana ‘S’ yang merupakan jarak total perpindahan didapatkan dari nilai
deformasi yang terjadi pada periode awal hingga periode akhir. Sedangkan untuk
nilai ‘T’ merupakan satuan waktu, yaitu banyaknya hari selama periode penelitian
berlangsung. Selanjutnya apabila telah diketahui besaran deformasi yang terjadi
pada tiap titik dan juga velocity atau kecepatan dari perpindahan titik yang terjadi.
Perlu juga diketahui arah vektor dari pergerakan deformasi itu sendiri. Adapun
rumus perhitungan yang digunakan untuk menentukan arah vektor pergerakan di
sumbu horizontal adalah sebagai berikut:

Arah Vektor = ArcTan (X2-X1/Y2-Y1) (3.3)

21
Pada Gambar 3.6 menunjukkan kuadran arah vektor pergeseran di sumbu
horizontal berdasarkan hasil selisih antara X2-X1 dan Y2-Y1. Nilai positif (+)
atau negatif (-) dari kedua parameter tersebut akan menentukan arah vektor
pergeseran dalam arah mata angin Utara, Timur, Selatan, dan Barat.

Gambar 3. 6 Kuadran Arah Vektor Pergeseran (Muafiry, 2015)

Selanjutnya, penentuan arah pergeseran di sumbu vertikal ditentukan oleh


hasil selisih antara Z2-Z1. Apabila hasil selisih tersebut bernilai positif (+), maka
dapat disimpulkan pergeseran vertikalnya bersifat naik. Sebaliknya, apabila hasil
selisih tersebut bernilai negatif (-), maka dapat disimpulkan pergeseran
vertikalnya bersifat turun.

3.7 Metode Analisis Korelasi


Analisis korelasi adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan linear antar variabel. Dengan kata lain, analisis korelasi
digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel terikat dan
variabel bebas. Dalam penelitian ini uji korelasi dilakukan untuk melihat kekuatan
hubungan antara beban batubara di stockpile dengan deformasi yang terjadi di
dinding tunnel. Peneliti menentukkan variabel terikat (Y) adalah deformasi yang
terjadi pada dinding tunnel dan variabel bebas (X) adalah beban batubara di atas
tunnel. Nilai r untuk koefisien korelasi yang memiliki rentang angka mulai dari -1

22
sampai dengan 1. Secara umum bentuk matematika untuk mencari koefisien
korelasi adalah sebagai berikut, dimana n adalah jumlah sampel yang digunakan:

𝑛𝛴𝑥𝑦−(𝛴𝑥)(𝛴𝑦)
𝑟𝑥𝑦 = (3.4)
√(𝑛𝛴𝑥2−(𝛴𝑥)2)(𝑛𝛴𝑦2−(𝛴𝑦)2)

23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengukuran Tunnel


Dalam penelitian ini adapun jenis data yang digunakan adalah data koordinat
E, N, dan Z (Easting, Northing, Elevation) yang didapat dari hasil penembakan
stiker reflektor yang ada di dinding tunnel. Adapun section yang menjadi fokus
dalam penelitian ini adalah section DDH2_A (4 titik reflektor) dan DDH3 (8 titik
reflektor). Posisi X, Y, Z dari DDH2_A1 dan DDH3_A1 dapat dilihat pada Tabel
4.1 dan Tabel 4.2. Dasar dari penggunaan section tersebut sebagai fokus area
penelitian adalah karena secara visual pada saat peneliti melakukan kunjungan
pada bulan Mei 2021, section yang terisi stockpile terletak di DDH2. Sketsa profil
dari section DDH2_A dan DDH3_A beserta titik reflektornya dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Tabel 4. 1 Data Koordinat E, N, Z dari Section DDH2_A1


DDH2 _A1
TANGGAL Northing Elv
Easting (m)
(m) (m)
29-Apr-19 575856.076 225684.474 9.675
09-Mei-19 575856.092 225684.584 9.695
17-Mei-19 575856.096 225684.584 9.705
21-Mei-19 575856.091 225684.585 9.694
24-Mei-19 575856.092 225684.586 9.695

Gambar 4. 1 Sketsa Section DDH2_A (PT. Berau Coal)

24
Tabel 4. 2 Data Koordinat E, N, Z dari Section DDH3_A1
DDH3 _A1
TANGGAL Northing Elv
Easting (m)
(m) (m)
29-Apr-19 575896.505 225700.148 9.531
09-Mei-19 575896.500 225700.147 9.534
17-Mei-19 575896.504 225700.148 9.534
21-Mei-19 575896.500 225700.145 9.534
24-Mei-19 575896.501 225700.146 9.540

Gambar 4. 2 Sketsa Section DDH3 (PT. Berau Coal)

4.2 Data Beban/Beban Stockpile


Selain menggunakan data koordinat X, Y, Z hasil pengukuran menggunakan
total station, penelitian ini juga menggunakan data beban atau beban aktual
stockpile dalam menganalisis deformasi terowongan. Berikut adalah deret waktu
beban stockpile dari tahun 2018-2020. Daerah yang berada dalam poligon merah
pada gambar tersebut adalah periode pengamatan deformasi pada penelitian ini.

25
Gambar 4. 3 Deret Waktu Beban Stockpile 2018-2020 (Hasil Pengolahan Data)

Selanjutnya Gambar 4.4 adalah deret waktu atau time series beban dari
tanggal 29 April 2019 hingga 24 Mei 2019, periode yang berada dalam poligon
merah pada Gambar 4.3, yang mana pada periode tersebut terjadi perubahan
penurunan beban stockpile secara signifikan yang mana terjadi penurunan beban
dari 146,361 ton pada 29 April 2019 menjadi 56,009 ton pada 24 Mei 2019.
Adapun selisih beban yang terjadi selama periode pengamatan pengamatan
sebesar 90,352 ton.

Gambar 4. 4 Volume Batubara di Stockpile Suaran dalam 29 April 2019-24 Mei


2019 (Hasil Pengolahan Data)

26
4.3 Hasil Analisis Deformasi
4.3.1 Total Displacement dari Tiap Section
Total Displacement atau total deformasi merupakan resultan atau nilai
keseluruhan yang diperoleh dari perhitungan dari data koordinat yang didapat
melalui hasil pantau dengan menggunakan rumus perhitungan (3.1) secara 3
dimensi. Adapun tanggal yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini ialah
tanggal 1 November 2018. Hasil atau total displacement yang diperoleh dari tiap
section adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 5 Total Displacement DDH2


Pada Gambar 4. 5 dapat dilihat bahwa pergerakan atau perpindahan antar titik
yang terjadi di section DDH2_A (A1 hingga A4) pada tanggal pengamatan dalam
penelitian ini. Total displacement pada hari awal pengamatan dari tiap titik
reflektor dari section ini sekitar 4-8 mm selanjutnya pada hari kedua pengamatan
sempat mengalami kenaikan sebesar 10 mm dan kemudian kembali turun di
kisaran 4-6 mm pada periode akhir pengamatan

Gambar 4. 6 Total Displacement Section DDH3

Pada Gambar 4.6 dapat dilihat total perubahan atau perpindahan di section
DDH3 yang terjadi dari awal hingga akhir periode pengamatan dalam penelitian
ini. Displacement yang terjadi pada periode awal memiliki kisaran nilai sebesar 2-

27
12 mm, lalu secara bertahap total pergeseran mengalami penurunan hingga
periode terakhir pada tanggal 24 Mei 2019 dengan nilai deformasi dengan kisaran
0-8 mm per titik.

4.3.2 Velocity/Kecepatan Perpindahan


Velocity atau kecepatan perpindahan merupakan waktu yang dibutuhkan
sebuah benda atau zat untuk melakukan perubahan atau perpindahan dalam kurun
waktu tertentu. Kecepatan perpindahan yang terjadi berada di kisaran rata-rata
0.11 mm/hari untuk kedua section (DDH2_A dan DDH3). Kecepatan tertinggi
terjadi pada point DDH2_A3 dengan kecepatan 0.50 mm/hari. Di sisi yang lain,
kecepatan terendah terjadi pada point DDH3_A5 dengan kecepatan 0.01 mm/hari.
Nilai kecepatan didapatkan dari pergerakan dari periode awal hingga periode
akhir, kemudian dibagi dengan jumlah rentang waktu pengamatan (24 hari).

Tabel 4. 3 Velocity/Kecepatan Perpindahan Antar Titik

Velocity
Point
(mm/hari)
DDH2_A1 0.42
DDH2_A2 0.49
DDH2_A3 0.50
DDH2_A4 0.41
DDH3_A1 0.02
DDH3_A2 0.11
DDH3_A3 0.12
DDH3_A4 0.08
DDH3_A5 0.01
DDH3_A6 0.14
DDH3_A7 0.03
DDH3_A8 0.23

4.3.3 Besar dan Arah Pergerakan


Setelah dilakukan perhitungan deformasi dari tiap titik yang ada di section,
maka selanjutnya dapat dilakukan penentuan arah dari vektor yang ada di setiap
titik baik pada sumbu horizontal maupun vertikal. Untuk penentuan vektor
pergeseran yang dilakukan secara vertikal dihitung melalui sumbu N dan Z. Tabel
1. 4 merupakan besaran deformasi yang terjadi pada titik yang telah dihitung pada

28
sumbu N dan Z yang terjadi di akhir periode penelitian pada tanggal 24 Mei 2019
dengan hari acuan adalah 1 November 2018.

Tabel 4. 4 Besaran deformasi yang terjadi pada sumbu N dan Z

DefN DefZ Panjang Vektor Plunge (˚)


Point
(m) (m) (m)
DDH2_A1 -0.004 -0.001 0.0042 -7.77
DDH2_A2 -0.005 -0.001 0.0053 -15.83
DDH2_A3 -0.005 0.001 0.0049 13.92
DDH2_A4 -0.003 0.003 0.0043 42.15
DDH3_A1 0.003 0.006 0.0066 61.59
DDH3_A2 0.002 0.006 0.0061 62.80
DDH3_A3 0.000 0.005 0.0053 80.01
DDH3_A4 0.001 0.006 0.0057 80.20
DDH3_A5 0.000 0.007 0.0065 84.15
DDH3_A6 0.001 0.007 0.0067 70.72
DDH3_A7 0.001 0.007 0.0067 78.18
DDH3_A8 0.000 0.005 0.0050 79.49

Selanjutnya titik pergeseran yang ada diproses untuk menggambarkan vektor


pergerakan tersebut di autocad sebagai visualisasi pergerakannya. Berdasarkan
hasil perhitungan yang dilakukan, nilai yang didapat terlalu kecil dan berpotensi
untuk tersamarkan oleh bentuk dari tunnel itu sendiri, maka dari itu akhirnya hasil
yang didapat dari perhitungan dilakukan skala ulang. Tabel 4.4 juga menunjukkan
hasil hitungan yang sudah di lakukan proses skala ulang dan arah pergerakan
vektor nya (dalam satuan meter).
Nilai plunge adalah besar sudut pergeseran di sumbu vertikal yang berkisar
dari 0o hingga 90o apabila pergerakan deformasi bergerak ke atas dan 0 o hingga -
90o apabila pergerakan deformasi bergerak ke bawah. Deformasi terbesar pada
sumbu Z (vertikal) terjadi pada titik DDH3_A5, DDHE_A6, dan DDH3_A7
dengan besaran deformasi sebesar 7 mm ke arah atas tunnel. Sementara untuk
deformasi terkecilnya terjadi pada section DDH2_A1, DDH2_A2, dan DDH2_A3
dengan besaran -1 mm, -1 mm, dan 1 mm serta arah masing-masing ke bawah
untuk titik DDH2_A1 dan DDH2_A2 dan ke atas untuk titik DDH2_A3.
Kemudian peneliti melakukan analisis pergerakan titik reflektor pada bidang
datar. Analisis pergerakan arah pergeseran di sumbu horizontal dilakukan dengan

29
melihat pergerakan posisi di sumbu E dan N. Perhitungan besar deformasi di
bidang datar menggunakan rumus (3.1), dengan menghilangkan komponen Z-nya.
Untuk menentukan arah pergeseran di sumbu horizontal, peneliti menggunakan
rumus (3.3). Besar dan arah pergeseran di sumbu horizontal dirangkum dalam
tabel 4.5. Deformasi terbesar pada sumbu horizontal terjadi pada titik DDH2_A2
dengan besaran deformasi sebesar 5,28 mm yang mengarah ke arah barat daya
(south west). Sementara untuk deformasi terkecil pada sumbu horizontal terjadi
pada titik DDH3_A8 dengan besaran sebesar 0,93 mm yang mengarah ke arah
barat daya (south west).

Tabel 4. 5 Besar dan Arah Perpindahan Titik pada sumbu E dan N

DefE DefN Resultan Trend


Point
(mm) (mm) (mm) (Azimuth ˚)
DDH2_A1 0.496 -4.143 4.173 173.18
DDH2_A2 -1.275 -5.128 5.284 193.96
DDH2_A3 -0.503 -4.752 4.779 186.04
DDH2_A4 1.145 -3.092 3.297 159.68
DDH3_A1 -0.029 3.126 3.126 359.47
DDH3_A2 1.552 2.403 2.861 32.86
DDH3_A3 -0.929 -0.094 0.934 264.23
DDH3_A4 -0.668 0.705 0.971 316.51
DDH3_A5 -0.604 0.288 0.669 295.49
DDH3_A6 1.865 1.341 2.297 54.27
DDH3_A7 -0.895 1.045 1.376 319.42
DDH3_A8 -0.920 -0.150 0.932 260.73

Pada tabel 4.6 disimpulkan arah vektor pergerakan menurut kuadran arah
pergeseran mata angin north, east, west, dan south dan juga pergerakannya di
sumbu vertikal.

Tabel 4. 6 Arah Pergerakan di Sumbu Horizontal dan Sumbu Vertikal


Point Horizontal Vertikal
DDH2_A1 SE Bawah
DDH2_A2 SW Bawah
DDH2_A3 SW Atas
DDH2_A4 SE Atas
DDH3_A1 NW Atas
DDH3_A2 NE Atas

30
DDH3_A3 SW Atas
DDH3_A4 NW Atas
DDH3_A5 NW Atas
DDH3_A6 NE Atas
DDH3_A7 NW Atas
DDH3_A8 SW Atas

Berikut pada Gambar 4.8 adalah hasil plot vektor pergeseran secara vertikal di
sumbu N dan Z untuk section DDH2_A dengan mengunakan hasil perhitungan
deformasi di Tabel 4.4.

Gambar 4. 7 Vektor Perpindahan Titik DDH2_A

Pada Gambar 4.7 digambarkan adanya perpindahan titik A1 dan A2 ke arah


luar tunnel, sedangkan untuk titik A3 dan A4 bergerak ke arah dalam tunnel.
Perilaku perubahan tersebut diduga terjadi karena tekanan yang diakibatkan oleh
beban batubara yang ada di sisi bagian utara tempat terletaknya titik A3 dan A4,
sehingga menyebabkan semua titik justru bergerak ke arah selatan.
Lalu pada Gambar 4.8 adalah hasil plot vektor pergeseran secara vertikal di
sumbu N dan Z untuk section DDH3 dengan mengunakan hasil perhitungan
deformasi di Tabel 4.4.

31
Gambar 4. 8 Vektor Perpindahan Titik DDH3

Mengacu pada gambar vektor perubahan yang terjadi pada section DDH3,
maka dapat dilihat bahwa mayoritas titik pengamatan yang ada di section tersebut
bergerak ke arah atas. Hal tersebut diduga karena adanya pengurangan beban
stockpile secara signifikan yang terjadi tepat di atas tunnel, seperti yang terlihat
pada Grafik 4.4. Dalam penelitian ini, berat stockpile yang berada diatas
terowongan suaran PT. Berau Coal diasumsikan sebagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya deformasi pada dinding terowongan pada sumbu
vertikal khususnya dan dilanjutkan dengan sumbu horizontal.
Dengan demikian vektor yang ditunjukkan oleh Gambar 4.8 menunjukkan
fase terakhir dari deformasi elastis. Dimana fase awal dari deformasi elastis pada
tunnel adalah saat tunnel diberikan tambahan gaya berat yang lebih besar dibagian
atas tunnel, lalu mengakibatkan penurunan pada dinding tunnel. Sebaliknya, pada
fase akhir deformasi elastis terjadi saat gaya berat yang bekerja di atas tunnel
berkurang dan tunnel kembali ke posisi semula (bergerak ke atas).

32
Gambar 4. 9 Fase Terjadinya Deformasi Elastis (Muafiry, 2015)

4.4 Analisis Korelasi Antara Deformasi dan Beban Stockpile


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui
hubungan linier yang terjadi antara berat batubara di stockpile dengan besaran
deformasi yang terjadi di dinding tunnel. Untuk melihat korelasi antara deformasi
dan beban, peneliti menggunakan hasil perhitungan deformasi di sumbu Z. Hal ini
dikarenakan gaya berat yang bekerja di dinding tunnel mayoritas searah dengan
sumbu vertikal. Maka dari itu peneliti menggunakan nilai yang ada di sumbu Z
untuk melihat ada tidaknya korelasi antara beban dengan deformasi yang terjadi.
Variabel bebas yang digunakan adalah beban stockpile, sementara untuk variabel
terikat adalah deformasi yang terjadi di dinding tunnel.

Gambar 4. 10 Analisis Korelasi

33
Nilai koefisien korelasi (r) yang dihitung dengan rumus (3.4) berkisar antara -
1 hingga 1. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara deformasi yang terjadi
dengan volume batubara yang ada di stockpile seperti terlihat pada Gambar 4.10.
Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.6768. Nilai r yang didapat menunjukkan
bahwa hubungan kedua variabel tersebut berkorelasi cukup kuat. Hal ini
menunjukkan semakin berat bebannya, maka potensi terjadinya deformasi akan
semakin besar. Sebaliknya, apabila semakin ringan bebannya, maka deformasinya
akan bernilai positif atau potensi terjadinya deformasi akan semakin kecil.
Uji determinasi (R2) dilakukan untuk menunjukkan besarnya persentase
pengaruh variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin besarnya variabel X
dalam mempengaruhi variabel Y. Adapun nilai determinasi yang didapat melalui
analisis korelasi menghasilkan nilai R2 sebesar 0.4581 yang dapat diasumsikan
bahwa sebesar 45% deformasi yang terjadi terutama pada sumbu vertikal
disebabkan oleh adanya beban batubara stockpile yang berada diatas tunnel.
Sedangkan 55% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya deformasi tunnel di sumbu vertikal disebabkan oleh berat stockpile
yang terletak di atas tunnel. Dengan kata lain adanya hubungan antara deformasi
yang terjadi pada dinding tunnel dengan beban batubara yang ada di stockpile.

34
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian mengenai ‘Pengaruh Beban Batubara di
Stockpile Terhadap Deformasi Dinding Tunnel suaran PT. Berau Coal’ dapat
disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan melalui Microsoft Excel


pada periode pengamatan 29 April 2019-24 Mei 2019 total displacement yang
terjadi memiliki nilai yang bervariatif. Deformasi secara 3 dimensi dengan
nilai terbesar terjadi pada titik DDH2_A3 dengan besaran deformasi sebesar
14.13 mm sementara untuk deformasi terkecil terjadi pada titik DDH3_A4
dengan besaran deformasi sebesar 0.97 mm pada periode akhir penelitian.
2. Velocity atau kecepatan perpindahan yang terjadi pada nilai yang paling
tinggi berada pada titik DDH2_A3 dengan kecepatan sebesar 0.50 mm/hari
dan kecepatan terendah terjadi pada titik DDH3_A5 dengan kecepatan 0.01
mm/hari.
3. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya deformasi dinding tunnel
adalah beban yang mana dalam hal ini adalah beban batubara di atas tunnel
itu sendiri. Beban tersebut sangat mempengaruhi deformasi yang terjadi di
tunnel, khususnya deformasi yang terjadi pada sumbu vertikal. Deformasi
yang mengarah ke bawah hanya terjadi pada titik DDH2_A1 dan DDH2_A2,
sementara untuk titik lainnya menurut sumbu vertikal, pergerakan
deformasinya mengarah ke atas. Hal ini menunjukkan semakin berat
bebannya, maka potensi terjadinya deformasi akan semakin besar.
Sebaliknya, apabila semakin ringan bebannya, maka deformasinya akan
bernilai positif atau potensi terjadinya deformasi akan semakin kecil.
4. Analisis korelasi yang dilakukan menghasilkan nilai koefisien korelasi (r)
masing-masing sebesar 0.6768 yang mana angka tersebut lebih besar dari -0.5
yang menandakan adanya hubungan yang cukup kuat antara beban batubara
di stockpile dengan deformasi pada sumbu vertikal yang terjadi pada dinding

35
tunnel. Persentase hubungan antara kedua variabel ini juga cukup kuat dengan
besaran persentase sebesar 45%.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis buat dari penelitian ini untuk ke depannya adalah
sebagai berikut:

1. Melakukan analisis vektor pergerakan secara menyeluruh di semua titik


reflektor pada saat berat stockpile terbesar maupun terkecil.
2. Melakukan pengamatan secara harian untuk meningkatkan hasil dari
penelitian ini.
3. Menggunakan informasi atau data lain seperti tingkat kekuatan penyangga,
tingkat ketahanan batuan dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan dapat
menghasilkan hasil analisis yang representatif.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Nirwah Mahdi dkk. 2017. Analisis Deformasi dan Retakan Struktur
Terowongan Dengan Pemodelan Pseudoshell. Jurnal Teknik Sipil, Vol 6 No
3. Hal 243-250.
Adi, Rianto, 2010, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit
Andriyani, Gina. 2012. Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data GNSS
Kontinu Tahun 2009-2011. Semarang: Teknik Geodesi Universitas
Diponegoro.
Apriyono, Arwan dkk. 2010. Tinjauan Kekuatan Sistem Penyangga Terowongan
Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga. Dinamika Rekayasa, Vol 6
No 1. Hal: 33-38.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Berau Dalam Angka 2020. Badan Pusat
Statistik, Berau. 260 halaman.
Chen, J.S. & Mo, H, H., 2008. Numerical Study On Crack Problems In Segments
Of Shield Tunnel Using Finite Element Method. Tunneling and
Underground Space Technology, Vol 24, Issue 1, January 2009, Pages 91-
102.
Danial dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Fajriyanto. 2009. Studi Komparasi Pemakaian GPS Metode Real Time Kinematic
(RTK) Dengan Total Station (TS) Untuk Penentuan Posisi Horizontal.
Fakultas Teknik Universitas Lampung, Lampung.
Gill, S dan Ashwan. (2016). To Experimental Study for Comparison Theodolite
and Total Station. Dehradun (U.K): International Journal of Engineering
Research and Science (IJOER). Vol. 2: 2395-6992.
Hakim, Romla Noor. 2016. Monitoring Deformasi Dinding Dan Atap
Terowongan Tambang Emas Bawah Tanah Menggunakan Total Station
Reflektorless. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.
Hermawan, Dody dkk. 2019. Analisis Geoteknik Terowongan Kereta Api
Kebasen Menggunakan Metode Elemen Hingga 3D. Jurnal Komposit. Vol 3
No 1. Hal 1-8.
Hidayah, Annisaul. 2019. Analisis Pengaruh Penggunaan Rockbolt Pada
Terowongan Notog BH 1440 Menggunakan Software Phase. Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Komalin, Kotambunan Malvin Ferdinand. 2019. Evaluasi Deformasi Terowongan
Perisai Dengan Metode Keseimbangan Tekanan Tanah Untuk Daerah
Perkotaan (Studi Kasus: Proyek Mass Rapid Transit - MRT, Jakarta).
Institut Teknologi Nasional, Bandung.

37
Kristanto, Adrian. 2016. Analisis Pengaruh Ketersediaan Blasted Material
Terhadap Produktivitas Excavator Di PT. Ricobana Abadi Jobsite Lati PT.
Berau Coal, Kalimantan Timur. Universitas Trisakti, Jakarta.
Kuang, S. 1996. Geodetic Network Analysis and Optimal Design. Ann Arbor
Press, Chelsea, Michigan.
Lind, Marchal & Wathen. 2008. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis Dan
Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku 2. Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat.
Muafiry, Ihsan Naufal. 2015. Analisis Deformasi Akibat Gempa Bumi Kepulauan
Mentawai Menggunakan Pengamatan GPS Kontinu (Studi Kasus: Gempa
Mentawai Tahun 2008). Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Nur, Indriantoro, Bambang, Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Rahardjo. Paulus P. 2004. Teknik Terowongan. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.
Rolliyah, dkk. 2020. Nilai Keuntungan Ekonomi dan Lingkungan Pengelolaan
Limbah B3 Kegiatan Pertambangan PT. Berau Coal - Site Binungan.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 163 halaman.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Szechy, K. 1967. The Art of Tunnelling. Akademiai Kiado, Budapest.
Vidyan, Yudovan dkk. 2013. Pemanfaatan Metode TLS (Terrestrial Laser
Scanning) untuk Pemantauan Deformasi Gunung Api. Studi Kasus: Kerucut
Sinder Gunung Galunggung, Jawa Barat. Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi, Vol 4 No 1. Hal: 49 – 69.
Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Penelitian Kuantitatif. UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, Hal: 1-16.
Wardhana, 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

38
LAMPIRAN

39
BIODATA PENULIS

Nurdiansyah adalah nama penulis sekaligus


penyusun Tugas Akhir ini. Penulis dilahirkan di
Banyuwangi, 20 Mei 1999 dari orang tua Taufik
Hidayat dan Junaidah. Penulis menempuh
pendidikan sekolah dasar di SDN 011 Tanjung
Redeb, kemudian melanjutkan pendidikan di
SMPN 1 Berau dan terakhir untuk jenjang atas
menempuh pendidikan di SMAN 1 Berau.

Pada bulan Agustus 2018, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi
D-III Survei dan Pemetaan melalui jalur penerimaan mahasiswa baru regular.
Selama berkuliah di Politeknik Sinar Mas Berau Coal, penulis beberapa kali
terlibat dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis juga pernah menjabat
sebagai Wakil Ketua di Badan Eksekutif Mahasiswa Politeknik Sinar Mas Berau
Coal Periode 2019-2020. Selain itu penulis juga pernah menjadi salah satu
perwakilan organisasi untuk mengikuti kongres ke-IX yang diselenggarakan oleh
aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Kalimantan pada bulan Maret 2020.

Atas dasar penulis yang menyadari banyaknya kekurangan selama penulisan


dan penyusunan tugas akhir ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
objektif yang kiranya dapat membangun agar dapat menyempurnakan karya tulis
yang dihasilkan oleh penulis kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai