TUGAS AKHIR
Oleh:
NURDIANSYAH
18302003
TUGAS AKHIR
Tugas Akhir Ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma III Survei dan Pemetaan dan Mencapai Gelar
Ahli Madya (A.Md.)
Oleh:
NURDIANSYAH
18302003
Kemudian penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Ihsan Naufal Muafiry, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen
pembimbing tugas akhir yang sudah memberikan bimbingan dalam bentuk dukungan
maupun bidang keilmuan selama penyusunan, hingga akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Juga tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada rekan seperjuangan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas support, dorongan, serta masukannya selama penulis menyelesaikan penyusunan
tugas akhir ini.
Kemudian juga kepada staf PT. Berau Coal dari Departemen SGI yang sudah
membantu jalannya proses penelitian ini hingga penelitian ini akhirnya dapat
terselesaikan dan dibukukan dalam tugas akhir penulis.
v
PENGARUH BEBAN BATUBARA DI STOCKPILE TERHADAP
DEFORMASI DINDING TUNNEL SUARAN PT. BERAU COAL
ABSTRAK
vi
THE EFFECT OF COAL LOAD IN STOCKPILE ON DEFORMATION OF THE
TUNNEL WALL PT. BERAU COAL
ABSTRACT
Indonesia is one of the world's largest coal producers and exporters. One of
the largest coal producers in Indonesia is PT. Berau Coal. The business activity
activities of PT. Berau Coal covers the process of exploration, exploitation, and sale
of coal. In the process of coal mining, one of the stages is loading of coal to the
barge through stockpiled facility in the CPP (Coal Processing Plant). One of the
most important components in the stockpile is the tunnel. Along with the importance
of the existence of the tunnel, it should be directly proportional to the increase in
safety factors in the tunnel itself, then research on deformation to find out how much
movement or change and to find out the velocity and also the direction of movement
of the tunnel. The period used in the study was based on a significant reduction in
coal weight in stockpiles from 29 April 2019 until 24 May 2019. From the results of
the analysis obtained the largest deformation on the horizontal axis occurs at point
DDH2_A2 with a deformation magnitude of 5.28 mm to the southwest and -15.83
mm in the vertical axis at point DDH2_A2 that leads downwards. Based on vertical
movement for DDH2_A1 and DDH2_A2 point downward while for other points point
up vertically. While for velocity or the fastest moving speed occurs at the point
DDH2_A3 with a speed of 0.50 mm per day. Based on the results of correlation was
indicated that there is a strong enough relationship between the coal load in the
stockpile and the deformation on the vertical axis that occurs on the tunnel wall.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya lah, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan ‘Tugas Akhir’ dengan
sebaik-baiknya.
Juga tak lupa penulis mengucapkan ungkapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam proses penyusunan tugas
akhir ini.
1. Bapak Kris Adi Nugraha S.Mn., M.M selaku Direktur Politeknik Sinar Mas
Berau Coal
2. Bapak Dr. Ir. Yan Adriansyah, M.T., IPM selaku Wakil Direktur Bidang
Akademik Politeknik Sinar Mas Berau Coal
3. Ibu Loryena Ayu Karondia, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Survei
dan Pemetaan Politeknik Sinar Mas Berau Coal
4. Ibu Erisa Ayu Waspadi Putri, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Akademik
5. Bapak Ihsan Naufal Muafiry, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir
6. Kedua orang tua yang sudah memberikan support dan dorongan selama
penyusunan tugas akhir
7. Mahasiswa dan mahasiswi program studi Survei dan Pemetaan angkatan
2018 yang sudah membantu penulis dalam memberikan informasi dan
masukan selama penyusunan tugas akhir ini
viii
8. Juga kepada semua pihak dan sumber yang sudah membantu penulis selama
proses pengumpulan data, informasi, dan penyusunan tugas akhir ini
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas saran dan masukan
yang sudah diberikan. Dan semoga kedepannya hasil dari penelitian ini bisa berguna
bagi banyak orang.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
x
2.3.1 Berdasarkan Material Penyusun .......................................................... 7
2.3.2 Berdasarkan Fungsinya........................................................................ 8
2.4 Total Station ................................................................................................. 9
2.4.1 Fungsi Total Station........................................................................... 10
2.5 Deformasi ................................................................................................... 11
2.5.1 Deformasi Elastis ............................................................................... 12
2.5.2 Deformasi Plastis ............................................................................... 12
2.6 Deformasi Terowongan .............................................................................. 13
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Sejarah berdirinya PT. Berau Coal tidak bisa dipisahkan dari Kabupaten Berau
itu sendiri. PT. Berau Coal merupakan salah satu elemen penting dalam
pembangunan yang terjadi di wilayah Kabupaten Berau. PT. Berau Coal sendiri
memulai usaha penambangannya sejak 1983, setelah memperoleh Kontrak
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B).
Aktivitas bisnis PT. Berau Coal meliputi proses eksplorasi, eksploitasi, dan
penjualan batubara. Wilayah konsesi PT. Berau Coal mencakup sekitar 118.400
hektar di Kabupaten Berau yang menjadikannya sebagai wilayah konsesi batubara
tunggal terbesar di Indonesia. Saat ini, PT. Berau Coal sendiri memiliki 5 (lima)
area penambangan yaitu di Lati, Sambarata, Binungan, Gurimbang, dan Parapatan
dengan total produksi pada tahun 2019 mencapai 32,3 juta ton batubara.
2
yang digunakan untuk memindahkan hasil tambang (batubara) dari tempat
penyimpanan/stockpile ke kapal tongkang untuk segera didistribusikan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai selama proses penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pergerakan atau perubahan yang terjadi pada dinding tunnel
akibat beban stockpile yang berada di atas tunnel.
3
2. Mengetahui kecepatan perpindahan yang terjadi pada titik reflektor yang
menjadi objek fokus penelitian
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan/deformasi pada dinding
tunnel.
4. Mengetahui hubungan antara deformasi dinding tunnel dengan beban
stockpile yang berada di atas tunnel.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan kedepannya bisa dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian serupa kedepannya.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2 PT. Berau Coal
PT. Berau Coal didirikan pada tahun 1983, aktivitas bisnis Berau Coal
meliputi eksplorasi, penambangan, dan penjualan batubara dibawah Kontrak
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama
dengan Pemerintah Indonesia. PT. Berau Coal adalah salah satu produsen
batubara terbesar di Indonesia, dengan total produksi pada tahun 2019 mencapai
32,3 juta ton batubara. Wilayah konsesi PT. Berau Coal mencakup sekitar
118.400 hektar di Provinsi Kalimantan Timur yang menjadikannya sebagai
wilayah konsesi batubara tunggal terbesar di Indonesia.
6
2.3.1 Berdasarkan Material Penyusun
Rahardjo (2004) menjelaskan jenis terowongan berdasarkan material
penyusunnya terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Terowongan gali tutup. Terowongan ini dibangun dengan cara menggali
satu parit besar, membangun struktur terowongan di dalam parit galian,
dan ditimbun kembali dengan material timbunan saat pemasangan struktur
telah selesai. Metode ini hanya dapat digunakan apabila terowongan
dibangun pada kedalaman tanah yang dangkal dan penggalian dari
permukaan tanah yang memungkinkan.
2. Terowongan batuan. Konstruksi pada terowongan jenis ini dikerjakan pada
batuan masif dengan cara pengeboran atau peledakan (drilling and
blasting). Terowongan dengan konstruksi ini umumnya lebih mudah dan
lebih kuat dibandingkan dengan terowongan tanah lunak karena batuan
memiliki tingkat kekakuan dan kestabilan yang tingi.
7
2.3.2 Berdasarkan Fungsinya
Szechy (1967) mengklasifikasikan terowongan berdasarkan fungsinya
menjadi 3, yaitu:
8
2.4 Total Station
Total station merupakan alat yang sering digunakan dalam surveying, teknik
sipil, dan konstruksi karena total station dapat mengukur jarak maupun sudut.
Tampilan total station mirip dengan theodolite digital, perbedaannya adalah total
station telah dikombinasikan dengan komponen pengukur jarak secara otomatis.
Total station dapat mengukur jarak horizontal dan vertikal secara mendatar
maupun miring. Fungsi dasar total station adalah dapat menyimpan data
pekerjaan dengan skala yang besar. Sama seperti theodolite digital, semua fungsi
dari total station dikendalikan oleh mikroprosesor, yang diakses sebagai keyboard
dan display (Gill dan Ashwan, 2016). Penggunaan total station pada umumnya
sama dengan penggunaan pada theodolite hanya saja perlu mengerti fungsi
tombol-tombol tambahan dari total station tersebut yang setiap merk berbeda-
beda (Wardhana, 2015).
9
Gambar 2. 4 Contoh pengukuran yang menggunakan Total Station (Foto
Penelitian, 2021)
Menurut Gill dan Ashwan (2016), total station terdiri dari 3 komponen dasar
yang dijadikan satu unit integral. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. EDM (Electronic Distance Meter) atau instrumen pengukur jarak.
2. Komponen pengukuran sudut horisontal.
3. Komponen komputer atau mikroprosesor.
10
prisma reflektor atau objek yang berada pada titik survei. Hasil pengukuran jarak
akan dapat diperkirakan setelah beberapa kali melakukan pemancaran dan
penerimaan frekuensi inframerah, setelah itu baru dapat mulai dihitung jumlah
bulat dari panjang gelombang ke target pada setiap frekuensinya.
3. Pengukuran koordinat
Sebuah titik koordinat tidak dikenal yang terhubung dengan koordinat jelas,
dapat diperkirakan letak koordinatnya menggunakan instrumen total station
sepanjang sebuah garis lurus penglihatan dapat menghubungkan kedua titik
tersebut. Sudut dan jarak dapat diukur dari titik total station ke titik survei,
sedangkan titik koordinat (titik x, y, dan z) dapat diketahuhi dengan menggunakan
rumus perhitungan trigonometri dan triangulasi pada titik survei.
2.5 Deformasi
Deformasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna
perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik. Namun secara
gramatikal memiliki makna transformasi sebuah benda dari kondisi semula ke
kondisi terkini. Pengertian deformasi sendiri adalah perubahan bentuk, posisi, dan
dimensi dari suatu benda (Kuang, 1996).
Deformasi dalam mekanika kontinum adalah transformasi sebuah benda dari
kondisi semula ke kondisi terkini. Makna dari "kondisi" dapat diartikan sebagai
serangkaian posisi dari semua partikel yang ada di dalam benda tersebut. Sebuah
deformasi dapat disebabkan oleh gaya eksternal (beban), gaya internal (seperti
gravitasi atau gaya elektromagnetik) atau perubahan temperatur di dalam benda
(pemuaian).
Deformasi disebabkan beban atau gaya berat materi. Bekerjanya gaya berat
pada suatu materi yang disertai pengaruh gaya berat dari materi disekitarnya
dalam suatu selang waktu akan mempengaruhi bentuk geometri materi tersebut.
(Muafiry, 2015).
Menurut Chen dan Mo (2008) menyebutkan bahwa analisis permasalahan
deformasi atau retakan pada terowongan dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi
tahap konstruksi dan pada tahap pelayanan. Pada tahap pelayanan, gaya eksternal
yang bekerja menyebabkan terjadinya deformasi yang terjadi di dinding tunnel.
11
Gambar 2. 5 Deformasi Translasi Materi (Andriyani, 2012)
Secara garis besar, deformasi dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis.
12
2.6 Deformasi Terowongan
Dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur seperti bangunan
terowongan, diperlukan beberapa analisis terhadap perilaku terowongan dalam
mencegah terjadinya kerusakan.
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada terowongan adalah adanya
deformasi. Deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dalam
kaitannya dengan deformasi tunnel batubara, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan atau pergeseran titik-titik koordinat X, Y, Z hasil pantau yang
diperoleh dari hasil pengambilan data melalui Total Station. Adapun faktor yang
berpengaruh dalam proses deformasi diantaranya adalah suhu dan gaya yang
bekerja terhadap dinding terowongan.
13
BAB 3
METODE PENELITIAN
Stockpile 2
Stockpile 1
14
Tepat diatas tunnel, dapat terlihat juga tumpukan batubara melalui citra satelit
GeoEye yang peneliti gunakan dengan warna gelap. Berikut adalah gambar area
yang berada dalam poligon merah pada Gambar 3.1 jika dilihat menggunakan
skala yang lebih besar.
Secara umum, lebar dan ketinggian dari tunnel yang akan dijadikan objek
penelitian ini dapat dilihat melalui Gambar 3.3 berikut. Terowongan ini memiliki
tinggi sebesar 3.5 meter dan lebar lantai kurang lebih 2.6 meter. Profil melintang
pada Gambar 3.3 juga menunjukkan posisi dari conveyor yang berada di lantai
terowongan. Tidak hanya itu, Gambar 3.3 juga menunjukkan titik-titik reflektor
pada dinding tunnel yang akan digunakan sebagai titik kontrol pengamatan
deformasi.
15
A2 A3
3.5
23
A4
me
A1
Conveyor
2.649 meter
16
3.4 Flowchart Penelitian
Agar mudah dipahami, metodologi penelitian dijabarkan menggunakan
flowchart sebagai berikut:
17
3.5 Tahapan Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini secara garis besar tahapannya tertuang dalam
diagram alir Gambar 3.4 sebagaimana diperlihatkan sebelumnya. Adapun
penjelasan dari diagram alir penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Mencari atau menggunakan informasi yang berguna dalam penelitian ini.
Menurut Danial dan Warsiah (2009), studi literatur merupakan proses yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalah, dan
segala sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah dan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini, studi literatur dilakukan dengan maksud untuk mencari
sumber referensi atau penelitian sejenis yang berkaitan dengan deformasi yang
terjadi di tunnel.
2. Proses Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Menurut Indriantoro dan Supomo (2013) data primer merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, sedangkan data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara.
Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan alat Total Station berupa nilai koordinat X, Y, Z.
Selain data hasil pengukuran yang berupa koordinat x, y, z dari tiap reflektor yang
ada di tunnel, dalam penelitian juga digunakan data beban batubara di stockpile
sebagai perbandingan terhadap besaran nilai deformasi.
Pengambilan data koordinat x, y, z didapatkan dari hasil pengukuran
menggunakan alat total station yang dilakukan secara temporal. Mengenai waktu
untuk pengambilan data tersebut tidak dilakukan secara spesifik, hanya saja dari
raw data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data tersebut diambil setiap 2
minggu sekali atau bahkan lebih apabila memang ada suatu hal atau alasan
tertentu.
18
Data koordinat x, y, z yang diperoleh dilakukan dengan melakukan
pengukuran ataupun pengamatan secara langsung terhadap titik reflektor tunnel.
Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengukuran atau pengamatan adalah:
b) Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan lokasi atau area
kerja. Area tunnel merupakan area kerja di lingkungan PT. Berau Coal yang
memiliki resiko tinggi seperti contohnya mungkin memiliki potensi
tergelincir dan juga terjepit conveyor yang berpotensi dialami oleh orang atau
operator yang melakukan pengukuran atau pekerjaan di dalam tunnel, hal itu
dikarenakan di dalam tunnel tersebut terdapat conveyor yang digunakan untuk
19
memindahkan batubara hasil galian dari satu tempat ke tempat lain. Maka
dari itu diperlukan APD yang tentunya memiliki standar tinggi.
c) Meminta izin terhadap penanggung jawab area. Dikarenakan lokasi dari
tunnel ini sendiri sudah masuk ke dalam area terbatas yang mana bukan
merupakan area bebas di tambang yang boleh untuk dimasuki oleh semua
orang. Jadi ketika hendak melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap
aktivitas tunnel, maka diharuskan untuk izin terlebih dahulu kepada
penanggung jawab area. Selain itu juga karena tunnel ini merupakan area
terbatas yang di dalamnya terdapat conveyor yang terus bergerak, ketika
dilakukan pengukuran atau pengamatan, maka seluruh aktivitas yang ada di
atas tunnel pun otomatis akan dihentikan dan begitupun dengan conveyor
yang ada di dalam tunnel akan otomatis berhenti bekerja apabila sedang
dilakukan pengamatan di dalam tunnel.
Data selanjutnya adalah data yang berupa beban aktual stockpile pada saat
dilakukan pengamatan kondisi tunnel. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
adanya kesalahan terhadap interpretasi hasil perhitungan yang nantinya akan
dilakukan. Untuk pengambilan data beban stockpile tepatnya yang berada di atas
tunnel haruslah aktual terhadap waktu pengamatan yang dilakukan di dalam
tunnel. Sebagai gambaran, apabila dilakukan pengamatan terhadap dinding tunnel
ketika jam 12:30 siang, maka untuk pengambilan data beban stockpile yang ada di
atas tunnel juga haruslah pada waktu pengamatan tersebut. Karena kesalahan atau
selisih dari waktu pengambilan data antara pengamatan atau pengukuran yang
dilakukan di dalam tunnel dengan data beban yang ada di stockpile yang tepatnya
berada pada atas tunnel, dikhawatirkan nanti pada akhirnya akan ada kesalahan
dalam interpretasi datanya. Adapun data beban yang peneliti ambil merupakan
data pada rentang waktu 29 April 2019 hingga 24 Mei 2019. Hal tersebut
dilandasi karena adanya perubahan dari beban batubara di stockpile yang menurun
secara drastis.
20
3. Pengolahan Data
Selanjutnya apabila semua data yang dibutuhkan telah diperoleh, seperti data
koordinat x, y, dan z dan juga data mengenai beban beban batubara yang ada di
stockpile, dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Adapun nantinya akan ada
3 tahap pengolahan data yakni untuk mengetahui besar dan arah pergerakan
deformasi, total displacement, dan velocity.
21
Pada Gambar 3.6 menunjukkan kuadran arah vektor pergeseran di sumbu
horizontal berdasarkan hasil selisih antara X2-X1 dan Y2-Y1. Nilai positif (+)
atau negatif (-) dari kedua parameter tersebut akan menentukan arah vektor
pergeseran dalam arah mata angin Utara, Timur, Selatan, dan Barat.
22
sampai dengan 1. Secara umum bentuk matematika untuk mencari koefisien
korelasi adalah sebagai berikut, dimana n adalah jumlah sampel yang digunakan:
𝑛𝛴𝑥𝑦−(𝛴𝑥)(𝛴𝑦)
𝑟𝑥𝑦 = (3.4)
√(𝑛𝛴𝑥2−(𝛴𝑥)2)(𝑛𝛴𝑦2−(𝛴𝑦)2)
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Tabel 4. 2 Data Koordinat E, N, Z dari Section DDH3_A1
DDH3 _A1
TANGGAL Northing Elv
Easting (m)
(m) (m)
29-Apr-19 575896.505 225700.148 9.531
09-Mei-19 575896.500 225700.147 9.534
17-Mei-19 575896.504 225700.148 9.534
21-Mei-19 575896.500 225700.145 9.534
24-Mei-19 575896.501 225700.146 9.540
25
Gambar 4. 3 Deret Waktu Beban Stockpile 2018-2020 (Hasil Pengolahan Data)
Selanjutnya Gambar 4.4 adalah deret waktu atau time series beban dari
tanggal 29 April 2019 hingga 24 Mei 2019, periode yang berada dalam poligon
merah pada Gambar 4.3, yang mana pada periode tersebut terjadi perubahan
penurunan beban stockpile secara signifikan yang mana terjadi penurunan beban
dari 146,361 ton pada 29 April 2019 menjadi 56,009 ton pada 24 Mei 2019.
Adapun selisih beban yang terjadi selama periode pengamatan pengamatan
sebesar 90,352 ton.
26
4.3 Hasil Analisis Deformasi
4.3.1 Total Displacement dari Tiap Section
Total Displacement atau total deformasi merupakan resultan atau nilai
keseluruhan yang diperoleh dari perhitungan dari data koordinat yang didapat
melalui hasil pantau dengan menggunakan rumus perhitungan (3.1) secara 3
dimensi. Adapun tanggal yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini ialah
tanggal 1 November 2018. Hasil atau total displacement yang diperoleh dari tiap
section adalah sebagai berikut:
Pada Gambar 4.6 dapat dilihat total perubahan atau perpindahan di section
DDH3 yang terjadi dari awal hingga akhir periode pengamatan dalam penelitian
ini. Displacement yang terjadi pada periode awal memiliki kisaran nilai sebesar 2-
27
12 mm, lalu secara bertahap total pergeseran mengalami penurunan hingga
periode terakhir pada tanggal 24 Mei 2019 dengan nilai deformasi dengan kisaran
0-8 mm per titik.
Velocity
Point
(mm/hari)
DDH2_A1 0.42
DDH2_A2 0.49
DDH2_A3 0.50
DDH2_A4 0.41
DDH3_A1 0.02
DDH3_A2 0.11
DDH3_A3 0.12
DDH3_A4 0.08
DDH3_A5 0.01
DDH3_A6 0.14
DDH3_A7 0.03
DDH3_A8 0.23
28
sumbu N dan Z yang terjadi di akhir periode penelitian pada tanggal 24 Mei 2019
dengan hari acuan adalah 1 November 2018.
29
melihat pergerakan posisi di sumbu E dan N. Perhitungan besar deformasi di
bidang datar menggunakan rumus (3.1), dengan menghilangkan komponen Z-nya.
Untuk menentukan arah pergeseran di sumbu horizontal, peneliti menggunakan
rumus (3.3). Besar dan arah pergeseran di sumbu horizontal dirangkum dalam
tabel 4.5. Deformasi terbesar pada sumbu horizontal terjadi pada titik DDH2_A2
dengan besaran deformasi sebesar 5,28 mm yang mengarah ke arah barat daya
(south west). Sementara untuk deformasi terkecil pada sumbu horizontal terjadi
pada titik DDH3_A8 dengan besaran sebesar 0,93 mm yang mengarah ke arah
barat daya (south west).
Pada tabel 4.6 disimpulkan arah vektor pergerakan menurut kuadran arah
pergeseran mata angin north, east, west, dan south dan juga pergerakannya di
sumbu vertikal.
30
DDH3_A3 SW Atas
DDH3_A4 NW Atas
DDH3_A5 NW Atas
DDH3_A6 NE Atas
DDH3_A7 NW Atas
DDH3_A8 SW Atas
Berikut pada Gambar 4.8 adalah hasil plot vektor pergeseran secara vertikal di
sumbu N dan Z untuk section DDH2_A dengan mengunakan hasil perhitungan
deformasi di Tabel 4.4.
31
Gambar 4. 8 Vektor Perpindahan Titik DDH3
Mengacu pada gambar vektor perubahan yang terjadi pada section DDH3,
maka dapat dilihat bahwa mayoritas titik pengamatan yang ada di section tersebut
bergerak ke arah atas. Hal tersebut diduga karena adanya pengurangan beban
stockpile secara signifikan yang terjadi tepat di atas tunnel, seperti yang terlihat
pada Grafik 4.4. Dalam penelitian ini, berat stockpile yang berada diatas
terowongan suaran PT. Berau Coal diasumsikan sebagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya deformasi pada dinding terowongan pada sumbu
vertikal khususnya dan dilanjutkan dengan sumbu horizontal.
Dengan demikian vektor yang ditunjukkan oleh Gambar 4.8 menunjukkan
fase terakhir dari deformasi elastis. Dimana fase awal dari deformasi elastis pada
tunnel adalah saat tunnel diberikan tambahan gaya berat yang lebih besar dibagian
atas tunnel, lalu mengakibatkan penurunan pada dinding tunnel. Sebaliknya, pada
fase akhir deformasi elastis terjadi saat gaya berat yang bekerja di atas tunnel
berkurang dan tunnel kembali ke posisi semula (bergerak ke atas).
32
Gambar 4. 9 Fase Terjadinya Deformasi Elastis (Muafiry, 2015)
33
Nilai koefisien korelasi (r) yang dihitung dengan rumus (3.4) berkisar antara -
1 hingga 1. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara deformasi yang terjadi
dengan volume batubara yang ada di stockpile seperti terlihat pada Gambar 4.10.
Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.6768. Nilai r yang didapat menunjukkan
bahwa hubungan kedua variabel tersebut berkorelasi cukup kuat. Hal ini
menunjukkan semakin berat bebannya, maka potensi terjadinya deformasi akan
semakin besar. Sebaliknya, apabila semakin ringan bebannya, maka deformasinya
akan bernilai positif atau potensi terjadinya deformasi akan semakin kecil.
Uji determinasi (R2) dilakukan untuk menunjukkan besarnya persentase
pengaruh variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin besarnya variabel X
dalam mempengaruhi variabel Y. Adapun nilai determinasi yang didapat melalui
analisis korelasi menghasilkan nilai R2 sebesar 0.4581 yang dapat diasumsikan
bahwa sebesar 45% deformasi yang terjadi terutama pada sumbu vertikal
disebabkan oleh adanya beban batubara stockpile yang berada diatas tunnel.
Sedangkan 55% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya deformasi tunnel di sumbu vertikal disebabkan oleh berat stockpile
yang terletak di atas tunnel. Dengan kata lain adanya hubungan antara deformasi
yang terjadi pada dinding tunnel dengan beban batubara yang ada di stockpile.
34
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian mengenai ‘Pengaruh Beban Batubara di
Stockpile Terhadap Deformasi Dinding Tunnel suaran PT. Berau Coal’ dapat
disimpulkan bahwa:
35
tunnel. Persentase hubungan antara kedua variabel ini juga cukup kuat dengan
besaran persentase sebesar 45%.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis buat dari penelitian ini untuk ke depannya adalah
sebagai berikut:
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nirwah Mahdi dkk. 2017. Analisis Deformasi dan Retakan Struktur
Terowongan Dengan Pemodelan Pseudoshell. Jurnal Teknik Sipil, Vol 6 No
3. Hal 243-250.
Adi, Rianto, 2010, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit
Andriyani, Gina. 2012. Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data GNSS
Kontinu Tahun 2009-2011. Semarang: Teknik Geodesi Universitas
Diponegoro.
Apriyono, Arwan dkk. 2010. Tinjauan Kekuatan Sistem Penyangga Terowongan
Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga. Dinamika Rekayasa, Vol 6
No 1. Hal: 33-38.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Berau Dalam Angka 2020. Badan Pusat
Statistik, Berau. 260 halaman.
Chen, J.S. & Mo, H, H., 2008. Numerical Study On Crack Problems In Segments
Of Shield Tunnel Using Finite Element Method. Tunneling and
Underground Space Technology, Vol 24, Issue 1, January 2009, Pages 91-
102.
Danial dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Fajriyanto. 2009. Studi Komparasi Pemakaian GPS Metode Real Time Kinematic
(RTK) Dengan Total Station (TS) Untuk Penentuan Posisi Horizontal.
Fakultas Teknik Universitas Lampung, Lampung.
Gill, S dan Ashwan. (2016). To Experimental Study for Comparison Theodolite
and Total Station. Dehradun (U.K): International Journal of Engineering
Research and Science (IJOER). Vol. 2: 2395-6992.
Hakim, Romla Noor. 2016. Monitoring Deformasi Dinding Dan Atap
Terowongan Tambang Emas Bawah Tanah Menggunakan Total Station
Reflektorless. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.
Hermawan, Dody dkk. 2019. Analisis Geoteknik Terowongan Kereta Api
Kebasen Menggunakan Metode Elemen Hingga 3D. Jurnal Komposit. Vol 3
No 1. Hal 1-8.
Hidayah, Annisaul. 2019. Analisis Pengaruh Penggunaan Rockbolt Pada
Terowongan Notog BH 1440 Menggunakan Software Phase. Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Komalin, Kotambunan Malvin Ferdinand. 2019. Evaluasi Deformasi Terowongan
Perisai Dengan Metode Keseimbangan Tekanan Tanah Untuk Daerah
Perkotaan (Studi Kasus: Proyek Mass Rapid Transit - MRT, Jakarta).
Institut Teknologi Nasional, Bandung.
37
Kristanto, Adrian. 2016. Analisis Pengaruh Ketersediaan Blasted Material
Terhadap Produktivitas Excavator Di PT. Ricobana Abadi Jobsite Lati PT.
Berau Coal, Kalimantan Timur. Universitas Trisakti, Jakarta.
Kuang, S. 1996. Geodetic Network Analysis and Optimal Design. Ann Arbor
Press, Chelsea, Michigan.
Lind, Marchal & Wathen. 2008. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis Dan
Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku 2. Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat.
Muafiry, Ihsan Naufal. 2015. Analisis Deformasi Akibat Gempa Bumi Kepulauan
Mentawai Menggunakan Pengamatan GPS Kontinu (Studi Kasus: Gempa
Mentawai Tahun 2008). Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Nur, Indriantoro, Bambang, Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Rahardjo. Paulus P. 2004. Teknik Terowongan. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.
Rolliyah, dkk. 2020. Nilai Keuntungan Ekonomi dan Lingkungan Pengelolaan
Limbah B3 Kegiatan Pertambangan PT. Berau Coal - Site Binungan.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 163 halaman.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Szechy, K. 1967. The Art of Tunnelling. Akademiai Kiado, Budapest.
Vidyan, Yudovan dkk. 2013. Pemanfaatan Metode TLS (Terrestrial Laser
Scanning) untuk Pemantauan Deformasi Gunung Api. Studi Kasus: Kerucut
Sinder Gunung Galunggung, Jawa Barat. Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi, Vol 4 No 1. Hal: 49 – 69.
Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Penelitian Kuantitatif. UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, Hal: 1-16.
Wardhana, 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
38
LAMPIRAN
39
BIODATA PENULIS
Pada bulan Agustus 2018, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi
D-III Survei dan Pemetaan melalui jalur penerimaan mahasiswa baru regular.
Selama berkuliah di Politeknik Sinar Mas Berau Coal, penulis beberapa kali
terlibat dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis juga pernah menjabat
sebagai Wakil Ketua di Badan Eksekutif Mahasiswa Politeknik Sinar Mas Berau
Coal Periode 2019-2020. Selain itu penulis juga pernah menjadi salah satu
perwakilan organisasi untuk mengikuti kongres ke-IX yang diselenggarakan oleh
aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Kalimantan pada bulan Maret 2020.