Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

SI-3241 PERANCANGAN PERKERASAN JALAN

Laporan Praktikum diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan


mata kuliah SI-3241Semester VI 2019/2020

Oleh

Kelompok 18

Kholifatul Apriani 21116048


Revi Mutiara Chandra 21117153
Yori Tri Pranata 21117162
M. Aziz Wijayanto 21117163
M. Rizky Firdaus 21117166
Shofia Yota Friska 21117168
Wahyudha Guntara Ermanto 21117169
Muhammad Farhan 21117171

Asisten

Yemima Gaberiella Parhusip 21116002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
95

BAB IX
PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
(FLANKINESS AND ELONGATION INDEX)

9.1. Pendahuluan

Pada batuan alami maupun crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat yang
memiliki berbagai macam bentuk. British Standard Institution, BSI,
(1975)membagi bentuk agregat dalam enam kategori yaitu,bulat (rounded), tidak
beraturan (irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong
(elongated),sertapipih dan lonjong (flaky and elongated). Kategori bulat, tidak
beraturan, dan bersudut untuk keperluan tertentu dikelompokan dalam satu
kategori, yaitu berdimensi seragam (equidimensional atau cuboidal).

Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong dan pipih lonjong atau berdimensi seragam
ditentukan berdasarkan perbandingan antara diameter terpendek, terpanjang dan
rata-ratanya. Sebagai ilustrasi, untuk sebuah agregat berbentuk balok, maka
diameter terpendeknya adalah tebalnya, diameter terpanjang adalah panjangnya,
dan diameter rata-rata adalah lebarnya. BSI menentukan jika perbandingan antara
rata-rata diameter dengan diameter terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk
agregat tersebut adalah lonjong, sedangkan jika perbandingan antara diameter
terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari 0,60 maka bentuk agregat
tersebut adalah pipih.

9.2. Tujuan

Tujuan percobaan ini yaitu untuk menilai secara kuantitatif distribusi agregat yang
berbentuk flaky (pipih) dan elongated (lonjong) yang dinyatakan dengan Indeks
Kepipihan dan Indeks Kelonjongan.

KELOMPOK 18
96

9.3. Alat dan Bahan Percobaan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

9.3.1. Alat-alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

1. Alat pengukur kepipihan

Gambar 9.1. Alat Pengukur Kepipihan


2. Alat pengukur kelonjongan

Gambar 9.2. Alat Pengukur Kelonjongan


3. Timbangandenganketelitian 1 gram

Gambar 9.3. Timbangan dengan Ketelitian 1 gram

KELOMPOK 18
97

4. Saringan dengan diameter 4,75 mm

Gambar 9.4. Saringan dengan Diameter 4,75 mm


5. Saringan dengan diameter 9,5 mm

Gambar 9.5. Saringan dengan Diameter 9,5 mm


6. Saringan dengan diameter 12,7 mm

Gambar 9.6. Saringan dengan Diameter 12,7 mm

KELOMPOK 18
98

7. Saringan dengan diameter 19 mm

Gambar 9.7. Saringan dengan Diameter 19 mm


8. Saringan dengan diameter 25,4 mm

Gambar 9.8. Saringan dengan Diameter 25,4 mm


9. Saringan dengan diameter 38,1 mm

Gambar 9.9. Saringan dengan Diameter 38,1 mm

KELOMPOK 18
99

10.Saringan dengan diameter 50,58 mm

Gambar 9.10. Saringan dengan Diameter50,58 mm

9.3.2. BahanPercobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah


1. Agregat kasar

Gambar 9.11.AgregatKasar

9.4. LandasanTeori

Agregat yang pipih adalah agregat yang lolos atau lewat dari uji kepipihan,
sedangkan agregat yang lonjong adalah agregat yang tertahan pada alat uji
kelonjongan. Nilai indeks menunjukkan persentase jumlah agregat yangpipih atau
lonjong dari sampel yang ada. Semakin besar nilai indeks, maka semakin banyak
jumlah agregat pipih atau lonjongnya. Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat
yang diambil dari ACP(Aggregate Crushing Plant) biasanya jarang dilakukan
Pengukuran Indeks Kepipihan dan Kelonjongan. Umumnya agregat
yangdihasilkan dari ACPmemiliki bentuk sudut. Bentuk pipih atau lonjong dapat
terjadi karena komposisi dan struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang
sangat keras dan getas, akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar.

KELOMPOK 18
100

Tetapi pada proses crushing yang selanjutnya akan didapat proporsi bentuk
bersudut yang lebih banyak. Pengukuran Indeks Kepipihan dan Kelonjongan
biasanya dilakukanuntuk agregat yang diambil langsung dari alam seperti dari
sungai atau dari penggalian langsung batuan digunung.

Bentuk agregat pipih dan atau lonjong tidak diharapkan dalam struktur perkerasan
jalan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mudah patah sehingga dapat
mempengaruhi gradasi agregat, bentuk partikel agregat yang bersudut member
ikatan antar agregat (interlocking) dan menyebabkan peningkatan porositas
perkerasan tidak beraspal. Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih,yaitu
maksimal 25% yang dibatasi penggunaannya, hanya paling tinggi untuk lapis
pondasi. Penggunaan pada lapis permukaan hanya dimungkinkan untuk kelas
jalan yang rendah.

Bentuk agregat bulat pun tidak disukai dalam perkerasan jalan. Tetapi untuk
kondisi perkerasan tertentu, misalnya untuk kelas jalan rendah, agregat berbentuk
bulat masih diperbolehkan tetapi hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi
bawah dan lapisan pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi
tidak boleh lebih dari 40%, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat
lebihbesarlagi.Pada penggunaan praktis di lapangan, agregat berbentuk bulat
dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan sebelumnya dipecahkan
terlebih dahulu. (Suprapto, 2004)

Perhitungan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan dinyatakan dalam model


matematik sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan (11.1) dan(11.2).Agregat
berbentuk pipih jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-
rata. Sedangkan agregat lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih panjang minimal
180% diameter rata-rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan.
Misalnya untuk agregat yang lolos saringan dengan diameter 14,0 mm dan
tertahan disaringan dengan diameter 10,0 mm (14-10 mm) maka diameter rata-
ratanya adalah 11,125 mm. Praktikum ini pada dasarnya adalah menentukan
persentase jumlah agregat yang pipih dan lonjong dari suatu sampel agregat.
Prosedur pengerjaan praktikum ini didasarkan pada British Standard , BS812 ,
bagian3 , tahun 1975.

KELOMPOK 18
101

Perhitungan Indeks Kelonjongan sebagai berikut:

Indeks Kelonjongan (%)= (11.1)

Perhitungan Indeks Kepipihan sebagai berikut:

Indeks Kepipihan (%) = (11.2)

Keterangan:
M2 =Total berat sampel yang persentasetertahannyalebihdariatausama
dengan 5%
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan

9.5. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan antara lain:


1. Mengambil sampel agregat 5000 gram kemudian cuci dan keringkan dengan
oven hingga beratnya tetap,

Gambar 11.12. Menyiapkan Sampel


2. Mencuci sampel dan memasukkan sampel kedalam oven selama 24 jam.

Gambar 9.13. Mencuci Sampel.

KELOMPOK 18
102

3. Menyaring sampel dengan urutan saringan yang telah disediakan,

Gambar 9.14. Menyaring Sampel


4. Memasukan sampel yang tertahan pada setiap saringan kedalam masing-
masing wadah sesuai dengan diameter masing-masing saringan,

Gambar 9.15. Memisahkan Sampel Sesuai Diameter


5. Menimbang sampel yang tertahan pada masing-masing saringan, lalu
menghitung persentase beratnya (jika lebih besar atau sama dengan5% baru
dilakukan pengujian kepipihan dankelonjongan),

Gambar 9.16. Menimbang Sampel

KELOMPOK 18
103

6. Uji kepipihan menggunakan alat uji kepipihan per-saringan,

Gambar 9.17. Uji Kepipihan.


7. Uji kelonjongan menggunakan alat uji kelonjongan persaringan.

Gambar 9.18. Uji Kelonjongan.

8. Menimbang sampel yang lolos dan tertahan masing-masingalat uji,

Gambar 9.19. Menimbang Sampel Yang Lolos dan Tertahan

KELOMPOK 18
104

9.6. Data Hasil Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:


Tabel 9.1. Data Hasil Pecobaan
Diameter Berat Lolos uji Tertahan
Persen
saringan tertahan kepipihan Uji kelonjongan
tertahan (%)
(mm) (%) (gram) (gram)
50,8 0 0 0 0
38,1 0 0 0 0
25,4 246 4,92 0 0
19,0 840 16,82 421 181
12,7 2755 55,16 1123 978
9,5 816 16,34 275 377
4,75 338 6,77 76 241
Jumlah 4995 100
Sumber : Data Hasil Praktikum

Keterangan :
M1 = Total berat sampel yang tertahan
M2 = Total berat sampel yang persentasetertahannyalebihdariatausama
dengan 5%
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan

KELOMPOK 18
105

9.7. Perhitungan

Dari data yang telah didapatkan, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Mencari M2
M2 = 840 gram + 2744 gram + 816 gram + 338 gram
= 4749 gram
2. Mencarinilai M3F
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3F = 421 gram + 1123 gram + 275 gram + 76 gram
= 1895 gram
3. Mencarinilai M3E
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
M3E = 181 gram + 978 gram + 377 gram + 241 gram
= 1777 gram
4. Perhitungan Persentase Berat Tertahan
a. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 25,4 mm

Berat Tertahan (%) =

= 4,92%
b. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 19,0mm

Berat Tertahan (%) =

= 16,82%
c. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 12,7 mm

Berat Tertahan (%) =

= 55,16%

KELOMPOK 18
106

d. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 9,5 mm

Berat Tertahan (%) =

= 16,34%
e. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 4,75 mm

Berat Tertahan (%) =

= 6,77%
5. Perhitungan Indeks Kepipihan

Indeks Kepipihan (%) =

= 39,9%
6. Perhitungan Indeks Kelonjongan

Indeks Kelonjongan (%) =

= 37,4%

KELOMPOK 18
107

Tabel 9.2. Data Hasil Perhitungan


Diameter Berat Lolos uji Tertahan
Persen
saringan tertahan kepipihan Uji kelonjongan
tertahan (%)
(mm) (%) (gram) (gram)
50,8 0 0 0 0
38,1 0 0 0 0
25,4 246 4,92 0 0
19,0 840 16,82 421 181
12,7 2755 55,16 1123 978
9,5 816 16,34 275 377
4,75 338 6,77 76 241
Jumlah M1 = 4995 100 M3F = M3E = 1777
1895
IndeksKepipihan (%) 39,9%
IndeksKelonjongan (%) 37,4%
Sumber : Data Hasil Praktikum

9.8. Analisis

Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang didapat dalam praktikum, bahwa
nilaiIndeks Kepipihan adalah 39,9%, dan Indeks Kelonjongan 37,4%. Sehingga,
mengacu kepada standar spesifikasi British Standard, BS 812, bagian 3, tahun
1975, agregat yang dipakai termasuk agregat yang tidak dapat digunakan
sebgaibahancampuranperkerasanjalankarenanilaimaksimaluntukagregatpipih dan
lonjong adalah25%.

9.9. Kesimpulan

Bedasarkan hasil percobaan dan perhitungan, didapatkan kesimpulan sebagai


berikut:
1. Nilai Indeks Kepipihan adalah 39,9%
2. Nilai Indeks Kelonjongan adalah 37,4%
3. Agregat tidak dapat digunakan sebagai bahan campuran perkerasanjalan.
4. Agregat yang kita uji masih dapat digunakan tetapi hanya dimungkinkan untuk
kelas jalan yang rendah.
5. Agregat pipih yang tidak sesuai akan mudah patah jika digunakan pada
perkerasan, agregat yang cocok untuk lapis perkerasan yaitu bentuk bundar
(sircular) dan persegi panjang (rectangular).

KELOMPOK 18
108

9.10. Saran

Saran yang dapat diberikan terkait modul kepipihan dan kelonjongan,


sebagaiberikut:
1. Sebaiknyapraktikanlebihtelitipadasaatmemasukkanagregatkedalamalat uji
kepipihan dankelonjongan.
2. Sebaiknya setelah praktikum selesai agregat dikembalikan ke tempat
semulasesuaiklasifikasinya,agaragregattidaktercampurdenganyanglain
sehingga memengaruhi hasil uji kepipihan dankelonjongan.
3. Praktikan wajib memahami langkah percobaan sebelum melakukan praktikum.
4. Praktikan harus lebihtelitidalammelakukanpraktikum agar hasil yang
didapatakansesuai.
5. Sebaiknyaasistenberkoordinasidenganasistenlainmengenai format
penyusunanlaporan agar tidakberbeda-beda.

KELOMPOK 18

Anda mungkin juga menyukai