Oleh
Kelompok 18
Asisten
BAB IX
PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
(FLANKINESS AND ELONGATION INDEX)
9.1. Pendahuluan
Pada batuan alami maupun crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat yang
memiliki berbagai macam bentuk. British Standard Institution, BSI,
(1975)membagi bentuk agregat dalam enam kategori yaitu,bulat (rounded), tidak
beraturan (irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong
(elongated),sertapipih dan lonjong (flaky and elongated). Kategori bulat, tidak
beraturan, dan bersudut untuk keperluan tertentu dikelompokan dalam satu
kategori, yaitu berdimensi seragam (equidimensional atau cuboidal).
Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong dan pipih lonjong atau berdimensi seragam
ditentukan berdasarkan perbandingan antara diameter terpendek, terpanjang dan
rata-ratanya. Sebagai ilustrasi, untuk sebuah agregat berbentuk balok, maka
diameter terpendeknya adalah tebalnya, diameter terpanjang adalah panjangnya,
dan diameter rata-rata adalah lebarnya. BSI menentukan jika perbandingan antara
rata-rata diameter dengan diameter terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk
agregat tersebut adalah lonjong, sedangkan jika perbandingan antara diameter
terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari 0,60 maka bentuk agregat
tersebut adalah pipih.
9.2. Tujuan
Tujuan percobaan ini yaitu untuk menilai secara kuantitatif distribusi agregat yang
berbentuk flaky (pipih) dan elongated (lonjong) yang dinyatakan dengan Indeks
Kepipihan dan Indeks Kelonjongan.
KELOMPOK 18
96
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
KELOMPOK 18
97
KELOMPOK 18
98
KELOMPOK 18
99
9.3.2. BahanPercobaan
Gambar 9.11.AgregatKasar
9.4. LandasanTeori
Agregat yang pipih adalah agregat yang lolos atau lewat dari uji kepipihan,
sedangkan agregat yang lonjong adalah agregat yang tertahan pada alat uji
kelonjongan. Nilai indeks menunjukkan persentase jumlah agregat yangpipih atau
lonjong dari sampel yang ada. Semakin besar nilai indeks, maka semakin banyak
jumlah agregat pipih atau lonjongnya. Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat
yang diambil dari ACP(Aggregate Crushing Plant) biasanya jarang dilakukan
Pengukuran Indeks Kepipihan dan Kelonjongan. Umumnya agregat
yangdihasilkan dari ACPmemiliki bentuk sudut. Bentuk pipih atau lonjong dapat
terjadi karena komposisi dan struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang
sangat keras dan getas, akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar.
KELOMPOK 18
100
Tetapi pada proses crushing yang selanjutnya akan didapat proporsi bentuk
bersudut yang lebih banyak. Pengukuran Indeks Kepipihan dan Kelonjongan
biasanya dilakukanuntuk agregat yang diambil langsung dari alam seperti dari
sungai atau dari penggalian langsung batuan digunung.
Bentuk agregat pipih dan atau lonjong tidak diharapkan dalam struktur perkerasan
jalan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mudah patah sehingga dapat
mempengaruhi gradasi agregat, bentuk partikel agregat yang bersudut member
ikatan antar agregat (interlocking) dan menyebabkan peningkatan porositas
perkerasan tidak beraspal. Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih,yaitu
maksimal 25% yang dibatasi penggunaannya, hanya paling tinggi untuk lapis
pondasi. Penggunaan pada lapis permukaan hanya dimungkinkan untuk kelas
jalan yang rendah.
Bentuk agregat bulat pun tidak disukai dalam perkerasan jalan. Tetapi untuk
kondisi perkerasan tertentu, misalnya untuk kelas jalan rendah, agregat berbentuk
bulat masih diperbolehkan tetapi hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi
bawah dan lapisan pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi
tidak boleh lebih dari 40%, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat
lebihbesarlagi.Pada penggunaan praktis di lapangan, agregat berbentuk bulat
dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan sebelumnya dipecahkan
terlebih dahulu. (Suprapto, 2004)
KELOMPOK 18
101
Keterangan:
M2 =Total berat sampel yang persentasetertahannyalebihdariatausama
dengan 5%
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
KELOMPOK 18
102
KELOMPOK 18
103
KELOMPOK 18
104
Keterangan :
M1 = Total berat sampel yang tertahan
M2 = Total berat sampel yang persentasetertahannyalebihdariatausama
dengan 5%
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
KELOMPOK 18
105
9.7. Perhitungan
Dari data yang telah didapatkan, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Mencari M2
M2 = 840 gram + 2744 gram + 816 gram + 338 gram
= 4749 gram
2. Mencarinilai M3F
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3F = 421 gram + 1123 gram + 275 gram + 76 gram
= 1895 gram
3. Mencarinilai M3E
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
M3E = 181 gram + 978 gram + 377 gram + 241 gram
= 1777 gram
4. Perhitungan Persentase Berat Tertahan
a. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 25,4 mm
= 4,92%
b. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 19,0mm
= 16,82%
c. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 12,7 mm
= 55,16%
KELOMPOK 18
106
= 16,34%
e. Persentase berat tertahan saringan dengan diameter 4,75 mm
= 6,77%
5. Perhitungan Indeks Kepipihan
= 39,9%
6. Perhitungan Indeks Kelonjongan
= 37,4%
KELOMPOK 18
107
9.8. Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang didapat dalam praktikum, bahwa
nilaiIndeks Kepipihan adalah 39,9%, dan Indeks Kelonjongan 37,4%. Sehingga,
mengacu kepada standar spesifikasi British Standard, BS 812, bagian 3, tahun
1975, agregat yang dipakai termasuk agregat yang tidak dapat digunakan
sebgaibahancampuranperkerasanjalankarenanilaimaksimaluntukagregatpipih dan
lonjong adalah25%.
9.9. Kesimpulan
KELOMPOK 18
108
9.10. Saran
KELOMPOK 18