Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

BIDANG JALAN DAN JEMBATAN


“PENENTUAN PERSENTASE KOMPOSISI DARI FRAKSI AGREGAT
UNTUK GRADASI CAMPURAN AC-WC (ASPHALT CONCRETE-
WEARING COURSE) DENGAN APLIKASI MICROSOFT EXCEL”

NAMA : MUHAMMAD ICHSAN, S.T.


NIP : 19950802 201903 1 004
FORMASI JAFUNG : TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN AHLI PERTAMA
UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PEMBIMBING : Drs. GUGUN GUNAWAN, M.Si.
MENTOR : RINDY FARRAH INDAH DEWI, S.T., M.Sc.

PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 3

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 3

ABSTRAK ................................................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Kajian .............................................................................................................. 5

1.4 Batasan Kajian............................................................................................................. 6

BAB II KONDISI SAAT INI .................................................................................................... 7

BAB III KONDISI YANG DIHARAPKAN ........................................................................... 12

BAB IV KAJIAN DAN SOLUSI ............................................................................................ 14

BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 19

5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 19

5.2 Saran .......................................................................................................................... 19

5.3 Rekomendasi ............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 – Pencampuran agregat dengan metode grafis diagonal ................................................... 10


Gambar 3.1 – Bagan alir pelaksanaan karya tulis ilmiah ...................................................................... 12
Gambar 4.1 – Pertidaksamaan linear yang dimasukkan pada solver add-in ......................................... 15
Gambar 4.2 – Gradasi campuran berdasarkan analisis pertidaksamaan linear vs metode grafis .......... 17
Gambar 4.3 – Luasan dari irisan kurva gradasi ideal dengan kurva metode analisis............................ 17

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 – Persyaratan agregat kasar untuk AC-WC ............................................................................ 7


Tabel 2.2 – Persyaratan agregat kasar untuk AC-WC ............................................................................ 8
Tabel 2.3 – Amplop gradasi agregat campuran untuk AC-WC .............................................................. 8
Tabel 4.1 – Analisa saringan pada agregat kasar, sedang, dan halus .................................................... 14
Tabel 4.2 – Semua pertidaksamaan linear yang digunakan untuk mencari persentase agregat ............ 14
Tabel 4.3 – Perbandingan gradasi campuran antara kedua metode ...................................................... 16
Tabel 4.4 – Perbandingan antara metode grafis dengan analisis pertidaksamaan linear ...................... 18

3
PENENTUAN PERSENTASE KOMPOSISI DARI FRAKSI AGREGAT
UNTUK GRADASI CAMPURAN AC-WC (ASPHALT CONCRETE-
WEARING COURSE) DENGAN APLIKASI MICROSOFT EXCEL
(DEFINING PERCENTAGE OF AGGREGATES FRACTION COMPOSITION
FOR COMPOUND GRADATION FOR AC-WC (ASPHALT CONCRETE-
WEARING COURSE) WITH MICROSOFT EXCEL.
Muhammad Ichsan, S.T.
NIP. 199508022019031004
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR
Jalan Pattimura Nomor 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
e-mail: ichsan2895@gmail.com

ABSTRAK
Campuran beraspal AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) merupakan lapisan aus dan lapisan
teratas dalam Laston (Lapis Aspal Beton) pada perkerasan lentur. AC-WC terdiri pencampuran
agregat, aspal, dan filler (dapat dari semen ataupun abu terbang) dengan komposisi tertentu. Proses
pencampuran aspal panas memerlukan komposisi agregat yang tepat agar diperoleh perkerasan
beraspal yang memenuhi kriteria. Proses penentuan komposisi disebut dengan “Aggregate blending”
untuk menentukan proporsi campuran dari setiap fraksi agregat yang tepat agar dihasilkan mutu AC-
WC sesuai persyaratan. Proporsi agregat dalam blending dapat diperoleh melalui 3 metode, yakni
metode analisis dengan pertidaksamaan linear, metode analisis dengan “Trial and Error”, dan metode
grafis. Ketiadaan penggunaan metode analisis dengan pertidaksamaan linear pada Puslitbang Jalan
dan Jembatan menjadi isu yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merancang pencampuran dengan metode analisis menggunakan Microsoft Excel agar diketahui
persentase komposisi agregat untuk gradasi campuran AC-WC agar sesuai dengan Spesifikasi Umum
Bina Marga tahun 2018. Hasil dari penelitian ini, template perancangan pencampuran agregat dengan
Microsoft Excel, maka memudahkan penentuan untuk perhitungan tersebut dibanding metode grafis
dan metode “Trial and Error”.
Kata Kunci: 1, AC-WC 2, Microsoft Excel 3, Pencampuran agregat 4, Kriteria spesifikasi 5, Linear
unequality

ABSTRACT
Asphalt Concrete – Wearing course (AC-WC) is a wearing layer and upper layer of Asphalt Concrete
on flexible pavement. AC-WC consists from asphalt, aggregate, and filler (it can be cement or fly ash)
with certain composition. Mixing process of hot asphalt needs good composition aggregate which for
fulfill specification requirement. The process for defining compound composition is called Aggregate
blending to know the proportion of each aggregates fraction, hereafter it fulfill the specification
requirement. It uses 3 methods to finding aggregate proportion in aggregate blending. The methods are
linear equation analysis, “Trial and Error” analysis, and graphical method. The issue is absence of
linear equations analytical method at “Puslitbang Jalan dan Jembatan”. The research purpose is to
defining mixing aggregate with linear inequation analysis method by Microsoft Excel. It will get
percentage of each aggregates proportion for compound gradation on AC-WC so it fulfill with
“Spesifikasi Umum Bina Marga 2018”. The result is a aggregate blending template with Microsoft
Excel. The template will make it easy for defining that proportion compared than graphical method and
“Trial and Error Analysis” method.
Key words: 1. AC-WC 2. Microsoft Excel 3. Aggregate blending 4. Specification requirement 5. Linear
unequality

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembuatan AC-WC (Asphalt Concrete – Wearing Coarse) harus melalui proses perancangan
aggregate blending. Perancangan blending diperlukan agar gradasi campuran dari setiap fraksi
agregat (agregat kasar, sedang, halus, dan filler) sesuai kriteria spesifikasi. Spesifikasi yang
digunakan adalah Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2018. Perancangan aggregate blending
untuk agregat memiliki 2 metode (Puslitbang Jalan dan Jembatan, 2018). Metode tersebut
adalah metode grafis dan analisis. Metode analisis dapat dibagi menjadi 2 cara, yakni analisis
dengan “Trial and Error” dan analisis dengan pertidaksamaan linear. Pada Puslitbang Jalan
dan Jembatan, telah diterapkan metode grafis dan metode “Trial and Error”. Ketiadaan
penggunaan metode analisis dengan pertidaksamaan linear pada Puslitbang Jalan dan Jembatan
menjadi isu yang diangkat dalam penelitian ini. Perhitungan metode analisis pertidaksamaan
linear akan lebih mudah bilamana ada template dari Microsoft Excel. Penentuan kadar aspal
optimum tidak dapat dilakukan dengan metode analisis pertidaksamaan linear melainkan
dengan pengujian “marshall” dengan alat marshall, namun penentuan perkiraan persentase
aspal dapat dilakukan dengan menggunakan rumus empiris yang mana dibutuhkan data
persentase setiap fraksi agregat. Kadar aspal optimum dari pengujian marshall yang
selanjutnya digunakan untuk penggunaan di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah masalah yang dirumuskan dari kajian ini.
1. Apakah tersedia template dari Microsoft Excel untuk perhitungan dengan analisis
pertidaksamaan linear?
2. Apakah ada perbedaan hasil antara metode analisis dengan pertidaksamaan linear dengan
metode grafis?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari kedua metode tersebut?

1.3 Tujuan Kajian


Berikut ini adalah tujuan kajian dari kajian ini.
1. Membuat template dari Microsoft Excel dengan metode analisis pertidaksamaan linear.
2. Meninjau perbedaan hasil antara perhitungan antara metode analisis pertidaksamaan
linear dengan metode grafis.

5
3. Menganalisis kelebihan dan kekurangan dari kedua metode yang ada (grafis versus
analisis pertidaksamaan linear).

1.4 Batasan Kajian


Berikut ini adalah batasan kajian dari penelitian ini.
1. Tidak dilakukannya pengujian marshall untuk benda uji berdasarkan komposisi agregat
yang didapat melalui metode analisis dan grafis.
2. Tidak menghitung P0 (Perkiraan kadar aspal optimum) dan KAO (Kadar Aspal
Optimum).
3. Tidak melakukan pengujian campuran pada AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Coarse)
dan AC-Base (Asphalt Concrete-Base).
4. Hanya dilakukan dengan 3 fraksi agregat (kasar, sedang, halus) dan filler (semen atau
flyash).
5. Spesifikasi yang digunakan mengacu pada Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.

6
BAB II
KONDISI SAAT INI

Menurut Bina Marga (2018), Lapisan Lapis Aspal Beton-lapis Aus (Asphalt Concrete-Wearing
Course, AC-WC) merupakan salah satu dari tiga lapisan didalam Lapis Aspal Beton (Laston).
Laston terdiri dari 3 lapis: AC-WC, AC Lapis Antara (AC-Binder Course), dan AC Lapis
Fondasi (AC-Base). Menurut Pusjatan (2019), laston merupakan campuran beraspal yang
merupakan kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Aspal berperan sebagai pengikat
atau lem antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan.

Menurut Pusjatan (2019), agregat atau batu atau granular material adalah material berbutir yang
keras dan kompak. Isitilah agregat mencakup antara lain: batu bulat, batu pecah, abu batu, dan
pasir. Bina Marga (2018) menyatakan bahwa agregat yang digunakan harus memiliki
penyerapan air oleh agregat maksimum 2% untuk SMA (Stone Matrix Asphalt) dan 3% untuk
yang lain. Berat jenis (specific grafity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari
0,2. Pusjatan (2019) menyatakan agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 8
(2,36 mm) dan agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm). Sedangkan
menurut SNI 1969:2008, agregat kasar adalah agregat yang mempunyai ukuran butir antara
No. 4 (4,75 mm) sampai 40 mm (1,5 inch). Ukuran maksimum agregat untuk AC-WC adalah
19 mm.

Menurut Pusjatan (2019), perlu dilakukan pengujian agregat untuk mengetahui karakteristik
fisik dan mekanik agregat sebelum digunakan sebagai bahan campuran beraspal panas. Berikut
ini pada Tabel 2.2 merupakan ketentuan agregat kasar yang digunakanyang mengacu pada
Tabel 6.3.2 di dalam spesifikasi dan pada Tabel 2.3 merupakan ketentuan agregat halus yang
mengacu pada Tabel 6.3.3 di dalam spesifikasi.

Tabel 2.1 – Persyaratan agregat kasar untuk AC-WC


Metoda
Pengujian Nilai
pengujian
Kekekalan bentuk Natrium sulfat Maks. 12%
agregat terhadap SNI 3407:2008
Magnesium sulfat Maks. 18%
larutan
Campuran AC 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan
modifikasi dan
mesin Los 500 putaran SNI 2417:2008 Maks. 30%
SMA
Angeles
100 putaran Maks 8%

7
Metoda
Pengujian Nilai
pengujian
Semua jenis
campuran beraspal 500 putaran Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min 95%
SMA 100/90
Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012
Lainnya 95/90
SMA ASTM D4791-10 Maks. 5%
Partikel pipih dan Lonjong
Lainnya Perbandingan 1:5 Maks. 10%
SNI ASTM
Material lolos ayakan No. 200 Maks. 1%
C117:2012

Tabel 2.2 – Persyaratan agregat kasar untuk AC-WC


Pengujian Metoda pengujian Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50%
Uji Kadar Rongga Tanpa Pemadatan SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan Lempung dan Butir-buitr Mudah
SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%

Menurut Pusjatan (2019), seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat
harus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus
dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini disebut gradasi agregat.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workability
sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas campuran. Oleh sebab itu, diperlukan proses aggregate
blending agar gradasi campuran dari setiap fraksi agregat (agregat kasar, sedang, halus, dan
filler) sesuai kriteria spesifikasi. Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan”. Menurut Bina
Marga (2018), rancangan dan perbandingan campuran untuk gradasi agregat gabungan harus
mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.2. Berikut ini pada Tabel
2.1 berisi batasan bawah dan atas untuk gradasi campuran yang mengacu pada Tabel 6.3.2.3 di
dalam buku spesifikasi.

Tabel 2.3 – Amplop gradasi agregat campuran untuk AC-WC


Ukuran ayakan Kumulatif berat lolos terhadap total agregat (%)
ASTM (mm) Batas bawah Batas atas
3/4" 19 100 100

8
Ukuran ayakan Kumulatif berat lolos terhadap total agregat (%)
ASTM (mm) Batas bawah Batas atas
1/2" 12,5 90 100
3/8” 9,5 77 90
No. 4 4,75 53 69
No. 8 2,36 33 53
No. 16 1,18 21 40
No. 30 0,6 14 30
No. 50 0,3 9 22
No. 100 0,15 6 15
No. 200 0,075 4 9

Berikut ini ada 3 metode untuk menentukan persentase dari proporsi setiap fraksi untuk
membuat campuran agregat.
1. Metode trial and error, metode ini dengan cara mencoba-coba persentase setiap fraksi
agregat agar gradasi campuran sesuai dengan range dari gradasi yang disyaratkan. Menurut
Ramu et al (2016) kekurangan dari proses dari trial and error adalah perlu dilakukan
berkali-kali pada proporsi agregat dari setiap tipe fraksi agar memenuhi batasan dari gradasi
mengingat banyaknya kemungkinan jawaban.
2. Metode grafis, menurut Pusjatan (2019), ada 2 metode grafis yakni metode grafis bujur
sangkar dan metode grafis diagonal. Metode grafis yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode grafis diagonal dengan 3 fraksi agregat. Berikut ini langkah-langkah untuk
penggabungan agregat sebagaimana menurut Pusjatan (2019).
a. Buat kotak grafis dengan perbandingan panjang:lebar 2:1 seperti pada Gambar 2.1.
b. Tarik garis diagonal antara titik 0 setelah bawah kiri ke sudut kanan atas.
c. Plotkan gradasi agregat fraksi A, B, dan C masing-masing sesuai dengan persentase
kumulatif lolos dan hubungkan titik-titik tersebut.

9
Gambar 2.1 – Pencampuran agregat dengan metode grafis diagonal

d. Tarik garis s yang memotong garis fraksi A dan B yang sama panjang pada bagian atas
dan bagian dari bawah dari kotak (x1=x2). Beri tanda perpotongan garis s dengan
diagonal sebagai titik R.
e. Ulangi penarikan garis sehingga jarak antara perpotongan garis dengan fraksi gradasi A
(y1) sama panjang dengan jumlah jarak yang memotong fraksi gradasi B dan fraksi
gradasi C, sehingga y1=y2; tandai titik perpotongan antara garis diagonal dengan garis
ABC tersebut sebagai titik S.
f. Tarik garis horizontal dari titik R dan S masing-masing ke sebelah kiri sehingga
memotong tepi kotak di R’ dan S’.
g. Proporsi fraksi agregat A dan B dapat ditentukan dengan melihat bagian atas, diperoleh
proporsi fraksi agregat A = 50%, bagian tengah sebagai proporsi fraksi agregat B = 43%
dan bagian bawah sebagai proporsi fraksi agregat C.
Telah dilakukan penghitungan proporsi agregat dengan metode ini (data sekunder karena
telah diberikan) sehingga didapat persentasi untuk setiap fraksi. Berdasarkan metode grafis,
didapat hasil persentase komposisi agregat kasar (X1) = 23%, komposisi agregat sedang
(X2) = 20%, komposisi agregat halus (X3) = 56%, dan filler (X4) = 1%.
3. Menurut Pusjatan (2019), metode analisis merupakan metode dengan persamaan dasar:
P = Aa + Bb + Cc + …. ……………………………………………. (1)

10
Dengan pengertian:
P = Persen kumulatif lolos agregat campuran dengan ukuran tertentu (%)
A, B, C = Persen kumulatif lolos agregat pada masing-masing ukuran saringan (%)
A, b, c = Proporsi masing-masing agregat yang digunakan, dengan jumlah total 100%

Persen kombinasi masing-masing ukuran agregat harus mendekati persen yang diperlukan
untuk kombinasi agregat. Menurut Ramu et al (2016), terdapat fitur dari Excel Solver yang
dapat membantu untuk mempermudah proses analisis. Solver dapat mengatasi masalah
yang memiliki banyak variabel dan menemukan kombinasi variabel yang
memaksimalkan/meminimalkan sel pada suatu Excel. Solusi tersebut didapat dengan
sekumpulan persamaan berdasarkan batas bawah dan batas atas dari kriteria spesifikasi
bersama dengan gradasi dari masing-masing fraksi agregat. Anggap X1, X2, X3, X4, dan X5
merupakan fraksi agregat yang berbeda yang akan dicampur. Maka akan membentuk
pertidaksamaan aX1+bX2+cX3+dX4+dX4+eX5 ≥ Pl dan aX1+bX2+cX3+dX4+dX4+eX5 ≤ Pu,
Dimana a, b, c, d, dan e adalah persen kumulatif lolos pada suatu ukuran saringan dan Pl
dan Pu merupakan batas bawah dan batas atas dari gradasi. Penyelesaian masalah secara
manual akan sangat susah, sehingga ada program computer untuk menyelesaikan tersebut
semisal solver add-in di dalam Microsoft Excel.

11
BAB III
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Kondisi yang diharapkan adalah penggunaan analisis pertidaksamaan linear sebagai alternatif
dari metode grafis. Namun, agar mempermudah perhitungan, maka perlu dibuat template dari
Microsoft Excel untuk memepermudah menentukan persentase komposisi setiap agregat agar
tercapai suatu komposisi campuran yang memenuhi persyaratan dari kriteria spesifikasi.
Template tersebut menggunakan analisis dengan pertidaksamaan linear untuk menentukan
kadar agregat kasar, kadar agregat halus, kadar agregat sedang, dan filler. Berikut ini bagan alir
dari proses untuk mencapai kondisi yang diharapkan.

MULAI

Gradasi dari:
Input data gradasi 1. Agregat kasar
agregat 2. Agregat sedang
3. Agregat halus
Pembuatan formula excel 4. Filler (cement atau
untuk mendapatkan
persentase agregat dengan
menggunakan metode
analisis pertidaksamaan
linear.

Penentuan Tidak
persentase
komposisi
agregat dengan Pengujian formula
metode grafis excel
(data sudah

Sesuai
kriteria
spesifikasi?

Ya
Studi komparasi antara metode grafis dan
metode analisis pertidaksamaan linear dengan
Microsoft Excel

SELESAI
Gambar 3.1 – Bagan alir pelaksanaan karya tulis ilmiah

12
Input data gradasi diperoleh melalui analisis saringan yang diatur sesuai SNI ASTM C
136:2012. Pembuatan formula excel dilakukan agar mempermudah dari metode analisis dengan
pertidaksamaan linear. Metode analisis dengan pertidaksamaan linear secara umum dijelaskan
sebagai berikut.
AnX1+Bn X 2+Cn X 3+Dn X 4 ≥ Zn………………………………………………………………. (1)
AnX1+Bn X 2+Cn X 3+Dn X 4 ≤ Yn………………………………………………………………. (2)
X1+X2+X3+X4 = 100………………………………………………………………. (3)
Dimana:
An : Persentase lolos kumulatif dari agregat kasar pada ukuran saringan ke-n (%)
Bn : Persentase lolos kumulatif dari agregat sedang pada ukuran saringan ke-n (%)
Cn : Persentase lolos kumulatif dari agregat halus pada ukuran saringan ke-n (%)
Dn : Persentase lolos kumulatif dari filler pada ukuran saringan ke-n (%)
X1 : Persentase agregat kasar yang digunakan untuk campuran agregat (%)
X2 : Persentase agregat sedang yang digunakan untuk campuran agregat (%)
X3 : Persentase agregat halus yang digunakan untuk campuran agregat (%)
X4 : Persentase filler yang digunakan untuk campuran agregat (%)
Zn : Persentase batas bawah dari gradasi campuran berdasarkan spesifikasi (%)
Yn : Persentase batas atas dari gradasi campuran berdasarkan spesifikasi (%)

Pertidaksamaan di atas diimplementasikan melalui aplikasi Microsoft Excel agar diketahui nilai
X1, X2, X3, dan X4 yang memenuhi range dari batas bawah (Zn) dan batas atas (Yn) dari gradasi
campuran yang dipersyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2018. Telah ada data
persentase komposisi agregat campuran dengan metode grafis dari Puslitbang Jalan dan
Jembatan. Data tersebut dibandingkan dengan hasil analisis pertidaksamaan linear yang
sebelumnya telah didapat dengan Microsoft Excel.

Kondisi jangka pendek (3 bulan) yang diharapkan adalah dilakukan perbandingan hasil
pengujian marshall dari benda uji berdasarkan analisis pertidaksamaan linear dengan hasil
pengujian marshall dari benda uji berdasarkan metode grafis. Kondisi jangka menengah (6-12
bulan) yang diharapkan adalah penggunaan template ini pada Balai Perkerasan Jalan,
Puslitbang Jalan dan Jembatan. Kondisi jangka panjang (12-24 bulan) yang diharapkan setelah
penelitian ini adalah dibuatnya software khusus perhitungan persentase komposisi untuk
masing-masing agregat yang hasilnya lebih akurat dari Microsoft Excel serta pembinaan teknis
pada Konsultan/Kontraktor agar menggunakan template tersebut.

13
BAB IV
KAJIAN DAN SOLUSI

Berdasarkan kondisi yang diharapkan, maka dibuat template dari Microsoft Excel. Penggunaan
template tersebut memerlukan data supaya mengetahui hasil dari perhitungannya. Berikut ini
adalah data yang telah tersedia dari Puslitbang Jalan dan Jembatan. Pada Tabel 4.1 berisi data
analisa saringan yang didapat dari Laboratorium Perkerasan Jalan, Pusjatan. Gradasi filler tidak
didapat dengan analisa saringan, namun data sudah diperoleh sebelumnya.

Tabel 4.1 – Analisa saringan pada agregat kasar, sedang, dan halus
Ukuran ayakan Gradasi Agregat (kumulatif lolos saringan) (%)
milimeter inch Kasar Sedang Halus Filler
19 3/4“ 100 100 100 100
12.5 1/2” 89,3 100 100 100
9.5 3/8” 33,5 93,5 100 100
4.75 No. 4 3,0 15,9 96.4 100
2.36 No. 8 2,5 4,6 55.7 100
1.18 No.16 2,5 4,3 35 100
0.6 No. 30 2,4 4,1 26.8 100
0.3 No. 50 2,4 3,9 19.7 100
0.15 No. 100 2,3 3,5 13.9 100
0.075 No. 200 2,2 3,1 10,6 98

Ketiga agregat tersebut akan dicampur bersama aspal dengan persentase komposisi tertentu
sehingga memenuhi range dari spesifikasi. Berikut ini adalah pertidaksamaan linear yang
digunakan untuk mengolah data tersebut sebagai mana telah dijelaskan pada rumus (1), (2),
dan (3)

Tabel 4.2 – Semua pertidaksamaan linear yang digunakan untuk mencari persentase agregat
Rumus (1) Rumus (2)
100X1+100X2+100X3+100X4 ≥ 100 100X1+100X2+100X3+100X4 ≤ 100
89,3X1+100X2+100X3+100X4 ≥ 90 89,3X1+100X2+100X3+100X4 ≤ 100
33,5X1+93,5X2+100X3+100X4 ≥ 77 33,5X1+93,5X2+100X3+100X4 ≤ 90
3X1+15,9X2+96,4X3+100X4 ≥ 53 3X1+15,9X2+96,4X3+100X4 ≤ 69
2,5X1+4,6X2+55,7X3+100X4 ≥ 33 2,5X1+4,6X2+55,7X3+100X4 ≤ 53
2,5X1+4,3X2+35X3+100X4 ≥ 21 2,5X1+4,3X2+35X3+100X4 ≤ 40
2,4X1+4,1X2+26,8X3+100X4 ≥ 14 2,4X1+4,1X2+26,8X3+100X4 ≤ 30
2,4X1+3,9X2+19,7X3+100X4 ≥ 9 2,4X1+3,9X2+19,7X3+100X4 ≤ 22
2,3X1+3,5X2+13,9X3+100X4 ≥ 6 2,3X1+3,5X2+13,9X3+100X4 ≤ 15
2,2X1+3,1X2+10,6X3+98X4 ≥ 4 2,2X1+3,1X2+10,6X3+98X4 ≤ 9
Rumus (3)
X1+X2+X3+X4 = 100

14
Terdapat 20 pertidaksamaan linear dan 1 persamaan linear yang dapat diselesaikan dengan
bantuan Microsoft Excel dengan bantuan “Solver add-in”. Menurut Office Support (2019),
Solver add-in adalah sebuah tambahan program pada Microsoft Excel yang digunakan untuk
menentukan hasil optimal (maksimal maupun minimal) dari hasil dalam sebuah formula pada
suatu sel yang terikat pada batasan pada sel lain di dalam lembar kerja. Solver menentukan
hasil pada suatu sel agar mendapatkan nilai sel sesuai batasan yang berlaku pada sekelompok
sel. Pada Gambar 4.1 adalah 21 rumus yang telah dimasukkan pada solver add-in. Template
dapat diunduh pada http://bit.ly/metode-persamaan-linear-ichsan

Gambar 4.1 – Pertidaksamaan linear yang dimasukkan pada solver add-in

Dari gambar di atas, didapat hasil persentase komposisi agregat kasar (X1) = 23,15%,
komposisi agregat sedang (X2) = 17,19%, komposisi agregat halus (X3) = 57,78%, dan filler
(X4) = 1,87%. Berdasarkan metode grafis yang telah dilakukan (data sudah tersedia), didapat
hasil persentase komposisi agregat kasar (X1) = 23%, komposisi agregat sedang (X2) = 20%,
komposisi agregat halus (X3) = 56%, dan filler (X4) = 1%. Dari data tersebut, didapat gradasi
campuran sebagai berikut ini (lihat Tabel 4.3). Pada Gambar 4.2 merupakan grafik gradasi
campuran berdasarkan metode analisis pertidaksamaan linear dan pada Gambar 4.3 merupakan
grafik gradasi campuran berdasarkan metode grafis.

15
Tabel 4.3 – Perbandingan gradasi campuran antara kedua metode
Batas
Gradasi
Gradasi Batas tengah
campuran Batas Atas
campuran bawah (kondisi
Ukuran berdasarkan berdasarkan
berdasarkan berdasarkan ideal)
ayakan analisa Spesifikasi
metode Spesifikasi berdasarkan
pertidaksamaan Umum (%)
grafis (%) (%) Spesifikasi
linear (%)
(%)
3/4” 100 100 100 100 100
1/2" 97,52 97,54 90 100 95
3/8” 83,49 83,41 77 90 83,55
No. 4 61,00 58,85 53 69 61
No. 8 35,42 33,69 33 53 43
No. 16 23,41 22,04 21 40 30,5
No. 30 18,62 17,38 14 30 22
No. 50 14,48 13,36 9 22 15,5
No. 100 11,04 10.01 6 15 10,5
No. 200 9,00 8,04 4 9 6,5

Dari Tabel di atas, diketahui bahwa formula Excel sudah benar karena gradasi campuran
tersebut berada pada range yang disyaratkan dari spesifikasi (lihat pada Gambar 4.2). Langkah
selanjutnya adalah studi komparasi antara gradasi campuran berdasarkan metode
pertidasamaan linear dengan metode grafis. Garis biru adalah batas atas, garis kuning adalah
batas bawah gradasi sesuai spesifikasi, kurva merah adalah gradasi campuran metode analisis,
dan garis abu-abu merupakan gradasi campuran metode grafis.

Gradasi campuran yang terbaik bilamana kurva gradasi campuran mendekati dengan rerata dari
batas atas dan batas bawah (berdasarkan spesifikasi umum Bina Marga 2018). Oleh sebab itu,
dihitung luasan dari irisan antara kurva gradasi hasil perhitungan (grafis dan analisis) dengan
kurva ideal (rerata antara batas atas dan bawah berdasarkan spesifikasi). Kurva gradasi
campuran yang memiliki luasan terkecil merupakan yang terbaik karena merepresentasikan
kedekatan jarak antara kurva gradasi campuran hitungan (baik grafis maupun analisis) dengan
kurva gradasi ideal. Pada Gambar 4.3 menggambarkan luasan irisan yang dimaksud dengan
warna arsiran hijau.

16
Gambar 4.2 – Gradasi campuran berdasarkan analisis pertidaksamaan linear vs metode grafis

100

90

80

70
Kumulatif persen lolos (%)

60

50

40

30

20

10

0
0.0 0.1 1.0 10.0 100.0

Ukuran saringan (mm)

Grad. batas atas


Grad. batas bawah
Kumulatif Agregat campuran analisis
Kumulatif agregat campuran grafis

Gambar 4.3 – Luasan dari irisan kurva gradasi ideal dengan kurva metode analisis

17
Dari kedua gambar di atas, diketahui bahwa kedua metode menghasilkan hasil yang memenuhi
syarat (berada di antara range dari spesifikasi). Namun, luasan pada metode analisis lebih kecil
dibanding dengan luasan pada metode grafis. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode analisis
memiliki hasil yang lebih mendekati kondisi ideal. Berdasarkan perhitungan dengan metode
trapezium, luasan arsiran dengan metode analisis sebesar 33,77 sedangkan metode grafis
sebesar 46,85. Luasan terkecil merupakan kurva yang terbaik sehingga kurva gradasi campuran
metode analisis pertidaksamaan linear memberikan hasil yang lebih baik. Berikut ini pada
Tabel 4.4 adalah kelebihan dan kekurangan dari kedua metode tersebut.

Tabel 4.4 – Perbandingan antara metode grafis dengan analisis pertidaksamaan linear
Analisis Pertidaksamaan Linear Metode Grafis Diagonal
+ angka lebih akurat (ketelitian hasil X1, X2, + Tidak perlu perhitungan yang menggunakan
X3, dan X4 dapat mencapai ±0,005) rumus
+ lebih cepat untuk mendapatkan hasilnya + Mudah untuk dipelajari
+ kurva gradasi campuran mendekati kurva
pada kondisi ideal
- harus mempelajari penggunaan solver add- - ketelitian hasil X1, X2, X3, dan X4 hanya
in yang merupakan program tambahan dari ±0,5 serta membutuhkan kejelian mata dari
Microsoft Excel user.
- Hasil yang diberikan Microsoft Excel dapat - membutuhkan millimeter blok untuk
bervariasi, namun semua hasil tersebut tetap menghitungnya.
memenuhi range yang dipersyaratkan

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kajian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Telah tersedia template dari Microsoft Excel untuk metode analisis dengan metode
pertidaksamaan linear. Template dapat diunduh pada http://bit.ly/metode-persamaan-
linear-ichsan
2. Terdapat perbedaan perhitungan antara metode grafis dengan metode pertidaksamaan
linear. Namun kedua perhitungan memenuhi persyaratan dari spesifikasi. Kurva gradasi
campuran pada metode analisis memberikan hasil yang lebih mendekati kurva gradasi
ideal.
3. Kelebihan dari metode pertidaksamaan linear adalah dapat menghitung hingga ketelitian
±0,005 (dibanding metode grafis dengan ketelitian ±0,5). Kekurangan metode ini adalah
perlunya menguasai add-on “solver” pada Microsoft Excel agar memahami analisis yang
telah dibuat.

5.2 Saran
Saran untuk penelitian ini adalah diberikan data yang lebih lengkap dan waktu kajian yang
lebih banyak sehingga dapat membuat penelitian ini lebih lengkap dan baik. Selain itu
diharapkan dapat mencari software alternatif yang dapat menghitung persentase dengan
metode dari analisis pertidaksamaan linear. Selain itu, dibuatkan pedoman penggunaan solver
add-in pada Microsoft Excel.

5.3 Rekomendasi
Rekomendasi untuk penelitian dimasa mendatang adalah dilakukannya pengujian marshall
sehingga diketahui KAO (Kadar Aspal Optimum) dan diketahui kualitas campuran terbaik
antara metode grafis dengan analisis pertidaksamaan linear. Selain itu, diharapkan akan
dilakukan penelitian pada AC-BC dan AC-Base.

19
DAFTAR PUSTAKA

Pusjatan, 2019. “Modul 1 Bahan Campuran Aspal Panas”. Bandung: Balai Litbang Perkerasan
Jalan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pusjatan, 2019. “Modul 2 Pengujian Kualitas Bahan”. Bandung: Balai Litbang Perkerasan
Jalan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pusjatan, 2019. “Modul 3 Pembuatan Campuran Kerja”. Bandung: Balai Litbang Perkerasan
Jalan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ramu, Penki et al, 2016. “Analytical Method for Asphalt Concrete Job Mix Formula Design”.
India: Dept. of Civil Engineering, JNTU Hyderabad, Telangana.

Bina Marga, 2018. “Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan”.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

SNI, 2008. “SNI 1969:2008 Mengenai Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Office Support, 2019. “Define and solve a problem by using solver”,


https://support.office.com/en-us/article/define-and-solve-a-problem-by-using-solver-
5d1a388f-079d-43ac-a7eb-f63e45925040 , diakses pada 14 Oktober 2019 pukul 18.27.

20

Anda mungkin juga menyukai