MUHTABSIR. S
09320180078
L A B O T A T O R IU M G E O M E K A N IK A
J U R U S A N T E K N IK P E R T A M B A N G A N
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
M A K A SS A R
2020
Uji Sifat Fisik - 11
ini adalah kita dapat menghitung berat asli, berat jenuh
JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA
dan BATUAN
ABSTRAK
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Tujuan dari praktikum Uji Sifat Fisik adalah Mengetahui
parameter pengujian sifat fisik batuan, Mengetahui penggunaan alat-alat pada uji sifat fisik batuan, Mengetahui pengolahan data sifat
fisik batuan, Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut: Penimbangan berat asli percontoh (Wn), Menjenuhkan percontoh
di dalam desikator, dengan cara sebagai berikut: Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga rata, Pada
percobaan ini, sampel dengan kode G1 didapatkan bobot Isi Asli (γn) 1.255 gr/cm³, Bobot Isi Kering (γo) 1.226 gr/cm³, Bobot Isi
Jenuh (γw) 1.276 gr/cm³, Apparent Specific Gravity (GSA) 1.252, True Specific Gravity (GST) 1.290, Kadar Air Asli (ωn) 2.337 %,
Kadar Air Jenuh (ωsat) 4.067 %, Derajat kejenuhan (S) 57.467 %, Porositas 4.988 %, Angka pori (void ratio) 0.052.
PENDAHULUAN
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin
ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu
yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa
batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki
berat kering dari suatu batuan. Tujuan dari
peran yang dominan dalam operasi penambangan,
praktikum Uji Sifat Fisik adalah Mengetahui parameter
seperti pekerjaan penerowongan, pemboran, penggalian,
pengujian sifat fisik batuan, Mengetahui penggunaan
peledakan dan pekerjaan lainnya. Sehingga untuk
alat-alat pada uji sifat fisik batuan, Mengetahui
mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan
pengolahan data sifat fisik batuan.
dilakukan berbagai macam uji coba baik itu di
laboratorium maupun di lapangan langsung atau secara
TINJAUAN PUSTAKA
insitu. Untuk mengetahui sifat mekanik batuan
1. Sifat Fisik Batuan
dilakukan beberapa percobaan seperti uji kuat tekan
Adapun yang termasuk kedalam sifat fisik
uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan
batuan adalah sebagai berikut:
insitu.
a. Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan
antara berat batuan asli dengan volume total batuan.
yang pertama diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu
b. Bobot Isi Kering (γo), Merupakan perbandingan
yang ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan
antara berat batuan kering dengan volume total
menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi
batuan.
dikembangkan untuk penyangga nonbaja untuk
c. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan perbandingan
terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain
antara berat batuan jenuh dengan volume total
yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan
batuan.
yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang
d. Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan
paling banyak digunakan adalah pendekatan desain
perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan
dengan menggunakan metode empiric. Klasifikasi
bobot isi air.
massa batuan dikembangkan untuk mengatasi
e. True Specific Gravity (GST), Merupakan
permasalahan yang timbul di lapangan secara cepat dan
perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan
tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik,
bobot isi air.
observasi lapangan, pengukuran, dan engineering
f. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan
judgement. Dikarenakan kompleknyasuatu massa
antara berat air dalam batuan asli dengan berat
batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
butiran batuan dan dinyatakan dalam %.
hubungan antara desaingalian batu dengan parameter
g. Kadar Air Jenuh (ωsat), Merupakan perbandingan
massa batuan. Banyak dari metodemetode tersebut telah
antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat
dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak
butiran batuan dan dinyatakan dalam %.
digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk
h. Derajat kejenuhan (S), Merupakan perbandingan
desain akhir. Ada beberapa sistem klasifikasi masa
antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan
batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang paling
dinyatakan dalam %.
banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa
i. Porositas, Porositas dapat didefinisikan sebagai
batuan dengan menggunakan metode Rock Mass Rating
perbandingan antara volume total pori-pori batuan
(RMR). Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock
dengan volume total batuan per satuan volume
Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter
tertentu, besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh
tersebut dapat digunakan untuk menentukan
beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir,
bobot/massa batuan yang akan diuji.
Adapun maksud dari praktikum Uji Sifat Fisik
Uji Sifat Fisik - 12
sudut kemiringan dan komposisi mineral b. Induced (Secondary) Porosity, Porositas yang
pembentuk batuan. terbentuk ketika proses pengendapan batuan
j. Angka pori (void ratio), Angka pori merupakan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
perbandingan antara volume pori dan volume butir terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir,
(Ridwan, 2018). antar Kristal pada batu kapur, atau porositas oolitic
2. Besaran Porositas pada batu kapur.
Porositas tertentu dapat berkisar dari nol Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka
sampai besar sekali, namun biasanya berkisar antara 5 porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua,
sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya yaitu:
dari 10 sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen a. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk
biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity) dan pada waktu yang bersamaan dengan proses
umumnya bersifat non komersil, kecuali jika pengendapan berlangsung.
dikompensasikan oleh adanya beberapa faktor lain. b. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang
Secara teoritis porositas tidak bisa lebih besar dari 47,6 terbentuk setelah proses pengendapan.
persen. Porositas maximum yang didapatkan adalah Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh
dalam susunan kubus dan secara teoritis nilai yang beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir,
didapatkan adalah sebagai berikut. Jelaslah, bahwa sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk
dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar batuan. Faktor Yang Mempengaruhi Porositas:
butir. Jika kita subtitusikan r untuk angka berapa saja a. Susunan Batuan, pemeriksaan porositas batuan
maka kita akan tetap mendapatkan angka 47,6 tersebut. salah satunya dengan melihat porositas gabungan
Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, batuan. Dalam memperkirakan nilai porositas,
yaitu; Slichter dan kemudian Graton dan Fraser
a. Di laboratorium, dengan porosimeter yang menghitung porositas berbagai susunan batuan
didasarkan pada hokum Boyle: gas digunakan serupa. Porositas dengan susunan kubik atau biasa
sebagai pengganti cairan untuk menentukan volume disebut cubic packing (agak kompak) adalah 47.6
pori tersebut. %, sedangkan rombohedral (seperti belah ketupat,
b. Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif lebih kompak) adalah 25,96 %.
c. Dari log kecepatan pemboran b. Distribusi Batuan, kita tahu bahwa di alam, batuan
d. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang tidak
e. Dari hilangnya inti pemboran hanya menyebabkan perbedaan susunannya saja
Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis tapi juga angularity dan distribusi dari berbagai
porositas dapat pula dilakukan secara kualitatif. Antara ukuran partikel akan mempengaruhi nilai porositas
lain ialah jenis: batuan. Distribusi suatu batuan berhubungan erat
a. Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa dengan komposisi butiran dari batuan tersebut.
pori–pori yang didapat di antara butir–butir. Batuan dengan satu jenis unsur penyusun bisa
b. Antar Kristal (interkristalin), dimana pori–pori memiliki porositas yang lebih besar daripada
berada di atara kristal–kristal. porositas batuan yang terdiri dari berbagai macam
c. Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara unsur penyusun. Misalnya saja batupasir dapat
celah–celah. tersusun dari butiran kuarsa, feldspar, limestone,
d. Bintik–bintik jarum (point–point porosity), berarti fossil, dan chert. Keberagaman penyusun batuan
bahwa pori–pori merupakan bintik–bintik ini sangat mempengaruhi besarnya porositas dari
terpisah–pisah, tanpa kelihatan bersambungan. suatu batuan karena bentuk dan ukuran dari
e. Ketat (thigt), yang berarti butir–butir berdekatan masing-masing penyusun yang berbeda. Jelas akan
dan kompak sehingga pori–pori kecil sekali dan sangat berbeda perhitungannya dengan ukuran
hamper tidak ada porositas. partikel yang seragam. Semakin besar ukuran
f. Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga butiran, semakin besar ruang kosong yang akan
hamper tidak ada porositas. diisi dengan batu lempung atau partikel-partikel
g. Growing (vugular), yang berarti rongga–rongga lebih kecil dan materi semen. Semakin banyak
besar berdiameter beberapa mili dan kelihatan partikel kecil yang masuk, mengurangi jumlah
sekali bentuk–bentuknya tidak beraturan, sehingga pori-pori batuan. Seperti contoh hasil pengayakan
porositas besar. antara batupasir (a) dengan batupasir serpihan (b).
h. Bergua–gua (cavernous), yang berarti rongga– Distribusi ukuran batuan dapat dilihat dari
rongga besar sekali malahan berupa gua– gua, skewness (kecondongan). Eksperimen yang
sehingga porositas sangat besar. dilakukan oleh Tickell di pasir Ottawa
Berdasarkan asal usulnya porositas dibagi menjadi menunjukkan bahwa porositas adalah fungsi dari
2, yaitu: skewness distribusi ukuran batuan. Secara umum,
a. Original (Primary) Porosity, Porositas yang semakin kecil butiran dan semakin besar
terbentuk ketika proses pengendapan batuan angularity maka porositas semakin besar. Semakin
(deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya besar ukuran butiran maka semakin kecil porositas.
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, Material semen juga perlu diperhatikan karena
antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic semen akan menyegel batuan sehingga fluida tidak
pada batukapur. dapat mengalir.
5. Hardness, hardness atau kekerasan dari batuan, 2 Batupasir G2 420.77 426.39 94.1 414.35
merupakan ketahanan mineral batuan terhadap 3 Batupasir G3 305.84 310.69 85.96 299.35
goresan. 4 Tuff MB1 94.08 96.49 25.72 89.36
6. Abrasivitas, merupakan sifat menggores dan 5 Tuff MB2 185.95 110.48 29.66 102.49
mengikis dari batuan, sehingga sering 6 Tuff MB3 122.88 126.69 33.94 117.97
menyebabkan keausan pada gigi pahat dan dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh
diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat (Ww). Timbang lagi percontoh dalam keadaan jenuh
abrasivitas yang berbeda-beda, pada umumnya dan dalam posisi tergantung di dalam air, sehingga
batuan beku mempunyai tingkat abrasivitas sedang didapat berat jenuh tergantung dalam air (Ws).
sampai tinggi, batu pasir lebih abrasif daripada Kemudian percontoh dikeringkan kembali,
shale, serta limestone lebih abrasif dari batu pasir dengan cara memasukkan ke dalam oven selama 24 jam
atau shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan pada temperatur 90o C.
menyebabkan berbagai tipe keausan, seperti juga Setelah di oven selama 24 jam, timbang
torsi dan daya tekan pada pahat. percontoh sehingga didapat berat kering (Wo). Hitung
7. Tekanan pada Batuan, merupakan tekanan-tekanan sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-
yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan- persamaan yang ada diatas.
tekanan tersebut harus diperhatikan dalam kegiatan
pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat- HASIL DAN PEMBAHASAN
lambatnya laju penembusan batuan formasi. 1. Hasil
Elastisitas, adalah sifat elastis atau kelenturan dari suatu Tabel 1 Problem set uji sifat fisik
batuan.
1.1 Sampel G1
PROSEDUR PERCOBAAN a. Bobot isi asli (Natural Density)
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan
sebagai berikut: Penimbangan berat asli percontoh wn 508.75
ρn = = = 1.255
(Wn), Menjenuhkan percontoh di dalam desikator, ww−ws 517.35−111.99
dengan cara sebagai berikut: Desikator pada bibir dan
tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga rata. gr/cm³
Percontoh dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-
hati kemudian ditutup dengan rapat agar udara luar tidak b. Bobot isi kering (Dry Density)
dapat masuk ketika diisap dengan pompa vakum. Udara
dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vakum wo 497.13
selama 15 menit, dengan maksud untuk mengeluarkan ρd = = =
udara yang ada di dalam percontoh. Pastikan tidak ada
ww−ws 517.35−111.99 6
kebocoran pada selang pengisap dan pada penutup
desikator. Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan 1.226 gr/cm³
kran pada selang yang dihubungkan ke pompa vacuum
ditutup, kemudian ke dalam desikator dimasukkan air c. Bobot isi jenuh (saturated density)
sehingga percontoh terendam sepertiganya. Air
dibiarkan masuk melalui selang dengan sendirinya
akibat perbedaan tekanan dalam desikator, yaitu dengan
membuka kran pada selang yang dihubungkan ke bak
Uji Sifat Fisik - 15
ww 517.35 n 4.988
ρs = = = 1.276 e= = = 0.052
ww−ws 517.35−111.99 1−n 100−4.988
gr/cm³ 1.2 Sampel G2
d. Berat jenis semu (apparent specific gravity) a. Bobot isi asli (Natural Density)
wo 497.13 wn 420.77
ρn = = = 1.266
ᵞapp = wn−ws = 508.75−111.99 = ww−ws 426.39−94.1
bobot isi air 1
gr/cm³
1.252
b. Bobot isi kering (Dry Density)
e. Berat jenis murni (true specific gravity)
wo 414.35
ρd = = = 1.246
wo 497.13 ww−ws 426.39−94.1
ᵞtr = wo−ws = 497.13−111.99 =
gr/cm³
bobot isi air 1
c. Bobot isi jenuh (saturated density)
1.290
= 2.337 %
wo 414.35
ᵞapp = wn−ws = 420.77−94.1 = 1.268
g. Kandungan air jenuh bobot isi air 1
ww−wo 517.35−497.13 e. Berat jenis murni (true specific gravity)
ῳsat = x 100% =
wo 497.13
wo 414.35
x100% ᵞtr = wo−ws = 414.35−94.1 = 1.293
bobot isi air 1
= 4.067 %
f. Kandungan air asli (Natural water content)
h. Derajat kejenuhan
wn−wo 420.77−414.35
wn−wo 508.75−497.13 ῳnat = x 100% =
S = x 100% = wo 126,7
ww−wo 517.35−497.13
x100%
x100%
= 1.549 %
= 57.467 %
g. Kandungan air jenuh
i. Porositas
ww−wo 426.39−414.35
ww−wo 517.35−497.13 ῳsat = x 100% =
n = x 100% = wo 414.35
ww−ws 517.35−111.99
x100%
x100%
= 2.905 %
= 4.988 %
h. Derajat kejenuhan
j. Void ratio
i. Porositas = 2.168 %
wn 305.84 = 57.231 %
ρn = = = 1.360
ww−ws 310.69−85.96
i. Porositas
gr/cm³
ww−wo 310.69−299.35
n = x 100% =
b. Bobot isi kering (Dry Density) ww−ws 310.69−85.96
wo 299.35 x100%
ρd = = = 1.332
ww−ws 310.69−85.96
= 5.046 %
gr/cm³
j. Void ratio
c. Bobot isi jenuh (saturated density)
n 5.046
e= = = 0.053
ww 310.69 1−n 100−5.046
ρs = = = 1.382
ww−ws 310.69−85.96
1.4 Sampel MB1
gr/cm³
a. Bobot isi asli (Natural Density)
d. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
wn 94.08
ρn = = = 1.329
wo 299.35 ww−ws 96.49−25.72
ᵞapp = wn−ws = 305.84−85.96 =
gr/cm³
bobot isi air 1
b. Bobot isi kering (Dry Density)
1.361
wo 89.36
e. Berat jenis murni (true specific gravity) ρd = = = 1.262
ww−ws 96.49−25.72
wo 299.35
gr/cm³
ᵞtr = wo−ws = 299.35−85.96 =
bobot isi air 1 c. Bobot isi jenuh (saturated density)
1.402
x100% wo 102.49
ᵞapp = wn−ws = 185.95−29.66 =
= 5.282 %
bobot isi air 1
g. Kandungan air jenuh
0.655
ww−wo 96.49−89.36
ῳsat = x 100% = e. Berat jenis murni (true specific gravity)
wo 89.36
wo 102.49
x100%
ᵞtr = wo−ws = 102.49−29.66 = 1.407
= 7.978 % bobot isi air 1
h. Derajat kejenuhan f. Kandungan air asli (Natural water content)
= 66.199 % = 81.432 %
= 10.074 % = 7.795 %
gr/cm³ = 56.307 %