DASAR TEORI
3.1. Densitas
volume total pada batuan tersebut. Ada lima pengukuran density, yaitu: true
density, apparent density, particle density, bulk density, and in-place density.
Densitas sejati (true density) adalah massa dibagi dengan volume yang terisi oleh
pori bebas yang terdapat pada suatu padatan. Penentuan true density secara tepat
memerlukan pengisian struktur pori yang lengkap dengan fluida yang tidak
dengan mencelupkan bobot sampel suatu padatan didalam sebuah cairan diikuti
Densitas partikel (particle density) adalah bobot dari satuan volume dari suatu
padatan, termasuk pori dan retakan (Mahajan and Walker, 1978). Densitas
keseluruhan (bulk density) adalah massa dari kumpulan suatu partikel padatan di
sebuah wadah dibagi dengan volume dari wadah tersebut. Itu tergantung pada
densitas sejati, ukuran partikel, dan distribusi ukuran, bentuk partikel, kadar air
memberikan pengertian bahwa lapisan batubara dapat ditunjukkan sebagai ton per
acre per feet dari tebal lapisan atau ton per square mile per feet dari tebal lapisan.
Densitas insitu (in-place density) harus ditentukan pada sampel yang dalam
36
37
keadaan jenuh untuk menyesuaikan keseimbangan kadar air yang ada dibawah
maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap – tiap batuan
sehingga massa jenis dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya.
Ilustrasi pada gambar di bawah menunjukan dua jenis batuan yang terdiri dari
presentase padatan dan rongga yang berbeda – beda. Namun rongga yang terdapat
pada batuan tersebut juga dapat terisi oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas
bumi. Persentase rongga yang terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan
Gambar 3.1
Model Matriks dan Rongga pada Batuan
Komponen padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki massa jenis
38
yang berbeda – beda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks,
m
(3.1)
V
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (Kg/m³). Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Alasan nilai massa jenis batuan berbeda – beda adalah sebagai berikut:
density), bobot isi kering (dry density) dan bobot isi jenuh
satuan gram/cc. Dari defleksi kurva pada log densitas itu dapat
Fungsi dari densitas batuan adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai
kepadatan dari batuan tersebut, mengetahui penambahan beban gaya pada suatu
lereng dan dapat menentukan litologi batuan dikarenakan setiap batuan memiliki
dengan mengetahui bobot isi dari masing – masing litologi penyusun dari lereng
tambang sehingga dapat merancang lereng yang aman, pada pembuatan jalan
dengan mengetahui nilai kepadatan dari material maka dapat merancang jalan
yang dapat dilewati oleh beban tertentu, pada pemilihan alat berat untuk
pengujian laboratorium yaitu sifat fisik batuan, seperti : bobot isi, specific gravity,
digunakan untuk menentukan satu sifat batuan tersebut. Penentuan sifat fisik
batuan merupakan pengujian yang bersifat tak merusak (non destructive test).
a. Bobot isi asli (γnat) yaitu perbandingan antara berat batuan asli
Wn
n (3.2)
Ww Ws
b. Bobot isi kering (γdry) yaitu perbandingan antara berat batuan
persen (%).
e
n (3.6)
1 e
f. Angka pori (e) yaitu perbandingan antara volume rongga
lubang bor, yang mendeteksi sinyal radioaktif yang terdapat pada setiap batuan.
pengukuran dan perekaman sifat fisik batuan atau litologi dari suatu formasi pada
setiap kedalaman. Menurut Reeves (1986) wireline log adalah perekaman data
secara kontinu dari pengukuran yang dibuat pada satu lubang bor untuk
menyelidiki respons terhadap variasi beberapa sifat fisik dari batuan yang berasal
batubara. Selain itu juga untuk mengkompensasi berbagai masalah yang tidak
Gambar 3.2
Pada Gambar 3.2 merupakan cara kerja dari Geophysical Well Logging
adalah persiapkan alat yang akan digunakan, masukkan alat probe ke dalam
lubang bor lalu tarik keluar dari lubang bersamaan dengan melakukan pengukuran
nilai radioaktif yang terdapat pada formasi suatu batuan di lubang bor kemudian
akan masuk ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan data rekaman nilai
radioaktif yang selanjutnya menghasilkan kurva rekaman log yang dihasilkan dari
resiko pengeboran,
permukaan,
dan impermeabel,
tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa, partikel beta
atau radiasi gamma. Sinar – sinar yang dipancarkan tersebut disebut sinar
radioaktif, sedangkan zat yang memancarkan sinar radioaktif disebut dengan zat
radioaktif.
Pada penelitian ini lebih ditekankan pada pancaran sinar gamma yng
gelombang elektromagnetik yang terpancar dari inti atom dengan energi yang
sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan. Sinar gamma ikut
terpancar ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa dan sinar beta. Peluruhan
sinar gamma tidak menyebabkan perubahan nomor atom maupun massa atom.
45
Prinsip kerja radioaktif dapat disebut juga dengan proses peluruhan yaitu proses
aktivitas pemancaran sinar radioaktif oleh zat radioaktif per satuan waktu.
macam yaitu uphole equipment dan downhole equipment. Dapat dilihat pada
Gambar 3.3 yang merupakan rangkaian alat yang digunakan dalam proses
ENCODER
WINCH
AMPLIFIER CABLE
CABLE
NOTEBOOK
PRINTER DIGITAL
COMPUTER WINCH SYSTEM
RECORDER
SLIPRING
SERIAL CABLE
CABLE
MUD PIT
GDDC
PROBE
Gambar 3.3
Gambar 3.4
menurunkan probe keatas dan kebawah pada sumur bor yang akan
mempengaruhi hasil grafik log yang akan diperoleh maka dari itu
adalah 3 – 4 m/s.
Gambar 3.5
probe.
logging.
c. Cable Head
d. Speed Control
Gambar 3.6
Cable Head
Gambar 3.7
Speed Control
50
e. Laptop
data berupa grafik log yang telah diubah oleh digital data logger
Gambar 3.8
Laptop
dibawah permukan yang berupa Probe. Probe merupakan alat untuk mendeteksi
sinyal - sinyal radioaktif alami yang datang dari pancaran setiap batuan. Ada tiga
51
bagian penting pada probe yaitu detektor, lengan caliper dan sumber radiasi.
power winch system yang berfungsi sebagai pengait pada saat probe ditarik dan
Gamma, Dual Density dan Caliper Probe merupakan alat yang berfungsi untuk
perekaman defleksi log densitas suatu batuan. Terdapat dua sensor penting yaitu
Long Spaced Density dan Short Spaced Density Detector (Gambar 3.9).
Probe) atau dapat disebut log density juga memerlukan sumber radiasi yang
kemudian akan ditangkap kembali oleh detektor agar dapat mengetahui nilai
Sumber radiasi yang digunakan adalah Cesium – 137 yang dipasang pada
bagian paling bawah dari probe (dapat dilihat pada Gambar 3.10). Dalam SI,
satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam becquerel (disingkat Bq), sesuai dengan
Satuan yang sering digunakan oleh alat pengukur aktivitas radiasi adalah curie
dilakukan oleh satu gram radioaktif dalam waktu satu detik. Ternyata diperoleh
3.7 x 10^10 peluruhan dalam satu detik. Pada penelitian ini, Cesium – 137 yang
18.5 x 10^14 peluruhan per detik yang sama dengan 18.5 x 10^14 Bq.
52
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Cesium – 137
Jenis geophysical well logging yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Log gamma ray adalah metode untuk mengukur radiasi sinar gamma
yang dihasilkan oleh unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan.
1986).
karena ada perbedaan kandungan mineral lempung dari tiap batuan maka
pancaran sinar balik yang terekam akan berbeda, dari perbedaan ini
Log gamma ray diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI =
1/200 dari tanggapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi
tiruan yang berisi uranium, thorium dan potassium dengan kuantitas yang
detektor.
55
atau clay. Pada lapisan yang clean (sandstone), kurva gamma ray
nilai gamma ray akan menunjukkan nilai yang tinggi. Jika garis gamma
ray yang jatuh diantara harga maksimum (shale line) dan minimum (sand
Pada kurva log gamma ray, lapisan batubara mudah diketahui karena
radioaktif.
Gambar 3.11
Diameter lubang bor yang besar dan lumpur / mud yang berat
ray batuan.
2. Log Density
untuk mengukur densitas batuan. Cara ini memberikan data berat jenis
Menurut Harsono (1993), prinsip kerja log density yaitu suatu sumber
mineral, mineral tersusun dari atom – atom yang terdiri dari proton dan
tergantung dari :
batuan.
Volume batuan yang diselidiki oleh alat density log tergantung pada
jarak antara sumber radioaktif dan detektor. Untuk batuan yang tidak
dan detektor agak jauh yaitu long spacing density tool (BPB manual dalam
Reeves, 1986).
Log density terdiri dari 2 macam yaitu long spaced density (LSD) dan
short spaced density (SSD). Pada penelitian ini diperoleh satuan dari log
density adalah counts per second (CPS). Count per second (CPS) adalah
dalam satuan CPS, maka akan menunjukkan nilai yang rendah dalam
satuan gram/cc dan berlaku sebaliknya. Dari hasil hubungan antara satuan
log density CPS dengan gram/cc pada Gambar 3.12 yang telah dikonversi
Gambar 3.12
Log densitas atau log rapat massa adalah salah satu jenis alat log yang
batuan dan untuk membedakan jenis litologi. Dari besaran densitas yang
yang paling rendah diantara semua jenis batuan, sebagai gambaran variasi
Penggunaan Log long spaced density dan log short spaced density
adalah :
pengaruh yang kecil dari dinding lubang bor. Jarak source adalah ±
Log ini mempunyai resolusi vertikal yang cukup tinggi dari pada
log long spaced density, sehingga log ini sangat cocok untuk
3. Log Caliper
dilihat pada Gambar 3.15). Fungsi lainnya adalah sebagai penekan probe
61
yang keras diameter lubang bor akan tetap sebesar diameter mata bor,
terbentuk mud cake, maka diameter lubang bor akan menjadi lebih kecil
daripada ukuran pahatnya. Untuk lebar bukaan lubang bor diukur secara
mekanis oleh lengan caliper. Log caliper akan menunjukkan bagian lubang
yang runtuh hingga penafsiran untuk log – log lainnya dapat lebih teliti
Gambar 3.13
besarnya suatu lubang bor tidak selalu sama, hal ini dikarenakan formasi
diperkuat oleh sistem penguat elektronik dan hasilnya akan diterima oleh
alat perekam.
Gambar 3.14
Alat Perekaman Log Density (Interpretasi Petrofisika, Firdaus)
63
respon yang khas pada kurva log, sehingga jenis litologi dapat ditentukan.
sampai tinggi.
adalah kombinasi dari log densitas, sinar gamma dan caliper. Log dibuat secara
identifikasi rongga – rongga, misalnya pada roof dan floor. Pengukuran titik –
titik batas pada garis transisi antara lapisan batubara, roof dan floor serta parting
Gambar 3.15
Gambar 3.16
Penentuan ketebalan antara log LSD (Long Spacing Density) dan SSD (Short
Spacing Density) (Robertson Research Engineering, 1984)