Anda di halaman 1dari 30

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Densitas

3.1.1. Pengertian Dasar

Densitas batuan secara umum adalah perbandingan antara massa dengan

volume total pada batuan tersebut. Ada lima pengukuran density, yaitu: true

density, apparent density, particle density, bulk density, and in-place density.

Densitas sejati (true density) adalah massa dibagi dengan volume yang terisi oleh

pori bebas yang terdapat pada suatu padatan. Penentuan true density secara tepat

memerlukan pengisian struktur pori yang lengkap dengan fluida yang tidak

berinteraksi dengan padatan tersebut. Densitas nyata (apparent density) ditentukan

dengan mencelupkan bobot sampel suatu padatan didalam sebuah cairan diikuti

dengan pengukuran keakuratan cairan yang dipindahkan (metode pycnometer).

Densitas partikel (particle density) adalah bobot dari satuan volume dari suatu

padatan, termasuk pori dan retakan (Mahajan and Walker, 1978). Densitas

keseluruhan (bulk density) adalah massa dari kumpulan suatu partikel padatan di

sebuah wadah dibagi dengan volume dari wadah tersebut. Itu tergantung pada

densitas sejati, ukuran partikel, dan distribusi ukuran, bentuk partikel, kadar air

permukaan, dan tingkat kekompakan. Densitas insitu (in-place density) batubara

memberikan pengertian bahwa lapisan batubara dapat ditunjukkan sebagai ton per

acre per feet dari tebal lapisan atau ton per square mile per feet dari tebal lapisan.

Densitas insitu (in-place density) harus ditentukan pada sampel yang dalam

36
37

keadaan jenuh untuk menyesuaikan keseimbangan kadar air yang ada dibawah

kondisi insitu. Secara sederhana, suatu batuan memiliki dua komponen,

komponen padatan dan komponen rongga (pori). Keberadaan komponen padatan

maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap – tiap batuan

sehingga massa jenis dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya.

Ilustrasi pada gambar di bawah menunjukan dua jenis batuan yang terdiri dari

presentase padatan dan rongga yang berbeda – beda. Namun rongga yang terdapat

pada batuan tersebut juga dapat terisi oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas

bumi. Persentase rongga yang terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan

fluida, untuk air dinamakan saturasi air (Sw).

Gambar 3.1
Model Matriks dan Rongga pada Batuan

Terdapat pengaruh komponen padatan terhadap densitas batuan.

Komponen padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki massa jenis
38

yang berbeda – beda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks,

yang dapat dirumuskan melalui rumus seperti demikian:

m
 (3.1)
V
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (Kg/m³). Semakin

tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.

Alasan nilai massa jenis batuan berbeda – beda adalah sebagai berikut:

 Tiap batuan memiliki komposisi matriks yang berbeda – beda.

 Tiap batuan memiliki porositas yang berbeda – beda.

 Tiap batuan terisi oleh fluida pada rongganya yang mungkin

berbeda jenisnya dengan saturasi yang berbeda pula.

 Tiap batuan memiliki kondisi fisik (temperatur) dan kimia

(salinitas) yang berbeda – beda.

3.1.2. Cara untuk Memperoleh Nilai Densitas pada Batuan

Metode pengukuran densitas terbagi menjadi dua cara, yaitu :

1. Penentuan densitas di laboratorium.

Densitas dibedakan menjadi tiga, yaitu: bobot isi asli (natural

density), bobot isi kering (dry density) dan bobot isi jenuh

(saturated density). Dalam penentuan densitas di laboratorium,

digunakan persamaan – persamaan umum sebagai berikut :


39

a. Bobot isi asli (γnat) yaitu perbandingan antara berat batuan

asli dengan volume total batuan.


Wn
n  (3.2)
Ww  Ws
b. Bobot isi kering (γdry) yaitu perbandingan antara berat

batuan kering dengan volume total batuan.


Wo
d 
Ww  Ws (3.3)

c. Bobot isi jenuh (γsat) yaitu perbandingan antara berat batuan

jenuh dengan volume total batuan.


Ww
s 
Ww  Ws (3.4)

2. Penentuan densitas dengan geophysical well logging.

Cara menentukan densitas batuan dari pembacaan log densitas

adalah dengan menganalisis defleksi kurva pada log densitas dalam

satuan gram/cc. Dari defleksi kurva pada log densitas itu dapat

diketahui besarnya bulk density masing – masing litologi batuan.

3.1.3. Fungsi Densitas Batuan

Fungsi dari densitas batuan adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai

kepadatan dari batuan tersebut, mengetahui penambahan beban gaya pada suatu

lereng dan dapat menentukan litologi batuan dikarenakan setiap batuan memiliki

nilai densitas yang berbeda – beda.


40

3.1.4. Aplikasi dari Nilai Densitas Batuan

Nilai densitas batuan digunakan pada perancangan geometri lereng dimana

dengan mengetahui bobot isi dari masing – masing litologi penyusun dari lereng

tambang sehingga dapat merancang lereng yang aman, pada pembuatan jalan

dengan mengetahui nilai kepadatan dari material maka dapat merancang jalan

yang dapat dilewati oleh beban tertentu, pada pemilihan alat berat untuk

melakukan penggalian material jika diperoleh nilai densitasnya maka dapat

memilih alat berat yang cocok.

3.2. Pengujian Sifat Fisik Laboratorium

Batuan mempunyai sifat - sifat tertentu yang dapat diketahui pada

pengujian laboratorium yaitu sifat fisik batuan, seperti : bobot isi, specific gravity,

void ratio, dan porosity.

Penentuan sifat fisik batuan di laboratorium pada umumnya dilakukan

terhadap percontoh (sampel) yang diambil di lapangan. Satu percontoh dapat

digunakan untuk menentukan satu sifat batuan tersebut. Penentuan sifat fisik

batuan merupakan pengujian yang bersifat tak merusak (non destructive test).

 Penentuan Sifat Fisik Batuan

Pengujian terhadap batuan yang dapat dilakukan di laboratorium meliputi:

a. Bobot isi asli (γnat) yaitu perbandingan antara berat batuan asli

dengan volume total batuan.


41

Wn
n  (3.2)
Ww  Ws
b. Bobot isi kering (γdry) yaitu perbandingan antara berat batuan

kering dengan volume total batuan.


Wo
d  (3.3)
Ww  Ws
c. Bobot isi jenuh (γsat) yaitu perbandingan antara berat batuan

jenuh dengan volume total batuan.


Ww
s  (3.4)
Ww  Ws
d. Berat jenis (Specific Gravity of Soil) yaitu perbandingan antara

massa jenis sampel dibanding dengan massa jenis air.


Wo
SG  ( ) / water density (3.5)
Vtotal
e. Porositas (n) yaitu perbandingan antara volume rongga dalam

batuan dalam volume total batuan dan dinyatakan dalam

persen (%).
e
n  (3.6)
1 e
f. Angka pori (e) yaitu perbandingan antara volume rongga

dalam batuan dengan volume butiran batuan.


n
e  (3.7)
1 n
 Keterangan:

Wn = berat percontoh asli / natural (gram)

Wo = berat percontoh kering (gram)

Ww = berat percontoh jenuh (gram)

Wa = berat percontoh jenuh + berat air + berat bejana (gram)


42

Wb = berat percontoh jenuh tergantung di dalam air + berat air +

berat bejana (gram)

Ws = berat percontoh jenuh di dalam air (Wa – Wb)

Ww – Ws = volume percontoh total (cm³)

3.3. Geophysical Well Logging

Metode geophysical well logging adalah suatu proses perekaman data

bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam

lubang bor, yang mendeteksi sinyal radioaktif yang terdapat pada setiap batuan.

Menurut Reeves (1986) metoda well logging geofisika merupakan metoda

pengukuran dan perekaman sifat fisik batuan atau litologi dari suatu formasi pada

setiap kedalaman. Menurut Reeves (1986) wireline log adalah perekaman data

secara kontinu dari pengukuran yang dibuat pada satu lubang bor untuk

menyelidiki respons terhadap variasi beberapa sifat fisik dari batuan yang berasal

dari pengeboran lubang bor.

Logging Geofisika untuk eksplorasi batubara dirancang untuk

mendapatkan informasi geologi, kedalaman, ketebalan, dan kualitas lapisan

batubara. Selain itu juga untuk mengkompensasi berbagai masalah yang tidak

terhindar apabila hanya melakukan pengeboran, contohnya : pengecekan

kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan batubara atau

sequence rinci dari lapisan batubara termasuk partings, dan lain-lain.


43

Gambar 3.2

Cara Kerja Geophysical Well Logging

Pada Gambar 3.2 merupakan cara kerja dari Geophysical Well Logging

adalah persiapkan alat yang akan digunakan, masukkan alat probe ke dalam

lubang bor lalu tarik keluar dari lubang bersamaan dengan melakukan pengukuran

nilai radioaktif yang terdapat pada formasi suatu batuan di lubang bor kemudian

akan masuk ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan data rekaman nilai

radioaktif yang selanjutnya menghasilkan kurva rekaman log yang dihasilkan dari

pengukuran nilai radioaktif tersebut.


44

Kegunaan well logging dalam hubungannya dengan eksplorasi geofisika

menurut Harsono (1993), antara lain :

1. Identifikasi litologi ketebalan serta kedalaman lapisan,

2. Mempercepat hasil perekaman bawah permukaan dan memperkecil

resiko pengeboran,

3. Membantu menentukan densitas, porositas serta temperatur bawah

permukaan,

4. Menentukan kandungan shale, serta menentukan lapisan permeabel

dan impermeabel,

5. Korelasi antar lapisan.

Radioaktif adalah suatu proses kegiatan terurainya beberapa inti atom

tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa, partikel beta

atau radiasi gamma. Sinar – sinar yang dipancarkan tersebut disebut sinar

radioaktif, sedangkan zat yang memancarkan sinar radioaktif disebut dengan zat

radioaktif.

Pada penelitian ini lebih ditekankan pada pancaran sinar gamma yng

dihasilkan oleh radioaktif yang digunakan. Sinar gamma adalah radiasi

gelombang elektromagnetik yang terpancar dari inti atom dengan energi yang

sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan. Sinar gamma ikut

terpancar ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa dan sinar beta. Peluruhan

sinar gamma tidak menyebabkan perubahan nomor atom maupun massa atom.
45

Prinsip kerja radioaktif dapat disebut juga dengan proses peluruhan yaitu proses

aktivitas pemancaran sinar radioaktif oleh zat radioaktif per satuan waktu.

3.3.1. Peralatan Geophysical Well Logging yang digunakan

Peralatan geophysical well logging pada zaman sekarang terbagi menjadi 2

macam yaitu uphole equipment dan downhole equipment. Dapat dilihat pada

Gambar 3.3 yang merupakan rangkaian alat yang digunakan dalam proses

geophysical well logging.

ENCODER
WINCH
AMPLIFIER CABLE
CABLE

NOTEBOOK
PRINTER DIGITAL
COMPUTER WINCH SYSTEM
RECORDER
SLIPRING
SERIAL CABLE
CABLE
MUD PIT

GDDC
PROBE

Sumber : PT Surtech Indonesia

Gambar 3.3

Antar Koneksi Kabel Peralatan Logging


46

3.3.1.1. Uphole Equipment

Uphole Equipment merupakan peralatan geophysical well logging yang

berada dipermukaan tanah. Peralatan ini biasanya dirangkai setelah kegiatan

pemboran telah selesai.

a. Digital Data Logger / Recoder

Digital Data Logger merupakan alat perekam digital yang

berfungsi untuk mengubah sinyal diperoleh dari proses geophysical

well logging ke dalam bentuk grafik log yang dikombinasikan

dengan komputer berspesifikasi (Gambar 3.4). Alat ini umumnya

digunakan sebagai pengontrol data log yang diperoleh di lapangan.

Sumber : PT Surtech Indonesia

Gambar 3.4

Digital Data Logger / Recoder


47

b. Power Winch System

Power Winch System (Gambar 3.5) merupakan alat yang digunakan

untuk menyampaikan informasi yang ditangkap dari bawah

permukaan oleh probe dan berfungsi untuk menaikan dan

menurunkan probe keatas dan kebawah pada sumur bor yang akan

dilakukan proses geophysical well logging. Alat ini mempunyai

kabel yang disambungkan ke probe dengan menggunakan cable

head. Kecepatan dalam menaikan dan menurunkan probe sangat

mempengaruhi hasil grafik log yang akan diperoleh maka dari itu

kecepatan untuk menaikan dan menurunkan probe yang baik

adalah 3 – 4 m/s.

Gambar 3.5

Power Winch System


48

Bagian – bagian pada winch system adalah sebagai berikut:

1. Cable berfungsi sebagai alat pembantu probe untuk mencapai

suatu kedalaman tertentu dan penghubung antara winch dengan

probe.

2. Encoder berfungsi sensor untuk mengukur kedalaman probe

yang diperoleh dari panjang kabel yang digunakan pada saat

logging.

3. Speed Control Cable berfungsi untuk menghubungkan speed

control tool dengan winch system.

4. Motor Baldor berfungsi sebagai alat penyedia daya dari power

supply dan speed control untuk menggerakkan drum.

5. Slippering berfungsi sebagai alat penghubung komunikasi

sinyal antara recorder dengan probe.

6. Drum berfungsi untuk alat penggulung kabel yang digunakan

untuk penghubung winch dengan probe.

c. Cable Head

Cable Head merupakan kabel yang digunakan untuk

menghubungkan winch system dengan probe.

d. Speed Control

Speed Control adalah alat yang digunakan untuk mengatur

kecepatan probe pada saat menaikan dan menurunkan probe dalam

lubang bor disaat melakukan proses geophysical well logging yang

dapat dilihat pada gambar 3.7.


49

Gambar 3.6

Cable Head

Gambar 3.7

Speed Control
50

e. Laptop

Laptop adalah alat yang digunakan untuk mencatat, menyimpan

data sinyal digital, memproses dan menampilkan hasil pengolahan

data berupa grafik log yang telah diubah oleh digital data logger

dengan menggunakan software Surtech dan WellCad dimana

Surtech dipergunakan untuk data logging sementara WellCad

dipergunakan untuk Plotting/Printing kurva log.

Gambar 3.8

Laptop

3.3.1.2. Downhole Equipment

Downhole Equipment merupakan peralatan geophysical well logging

dibawah permukan yang berupa Probe. Probe merupakan alat untuk mendeteksi

sinyal - sinyal radioaktif alami yang datang dari pancaran setiap batuan. Ada tiga
51

bagian penting pada probe yaitu detektor, lengan caliper dan sumber radiasi.

Peralatan ini kemudian dikombinasikan dengan peralatan permukaan khusunya

power winch system yang berfungsi sebagai pengait pada saat probe ditarik dan

diturunkan. Di PT Surtech Indonesia menggunakan jenis probe GDDC yaitu:

Gamma, Dual Density dan Caliper Probe merupakan alat yang berfungsi untuk

perekaman defleksi log densitas suatu batuan. Terdapat dua sensor penting yaitu

Long Spaced Density dan Short Spaced Density Detector (Gambar 3.9).

Pada penggunaan Gamma, Dual Density dan Caliper Probe (GDDC

Probe) atau dapat disebut log density juga memerlukan sumber radiasi yang

berfungsi untuk memancarkan sinar radiasi ke dinding lapisan batuan yang

kemudian akan ditangkap kembali oleh detektor agar dapat mengetahui nilai

densitas dari suatu batuan di dalam sumur bor.

Sumber radiasi yang digunakan adalah Cesium – 137 yang dipasang pada

bagian paling bawah dari probe (dapat dilihat pada Gambar 3.10). Dalam SI,

satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam becquerel (disingkat Bq), sesuai dengan

nama penemu radioaktivitas, dengan 1 Bq sama dengan 1 peluruhan per detik.

Satuan yang sering digunakan oleh alat pengukur aktivitas radiasi adalah curie

(disingkat Ci). Satu Curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan yang

dilakukan oleh satu gram radioaktif dalam waktu satu detik. Ternyata diperoleh

3.7 x 10^10 peluruhan dalam satu detik. Pada penelitian ini, Cesium – 137 yang

digunakan mempunyai aktivitas radiasi sebesar 50 mCi (milicurie) maka diperoleh

18.5 x 10^14 peluruhan per detik yang sama dengan 18.5 x 10^14 Bq.
52

Sumber : PT Surtech Indonesia

Gambar 3.9

Gamma, Dual Density dan Caliper Probe


53

Gambar 3.10

Cesium – 137

3.3.2. Jenis – jenis Geophysical Well Logging yang digunakan

Jenis geophysical well logging yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Log Gamma Ray

Log gamma ray adalah metode untuk mengukur radiasi sinar gamma

yang dihasilkan oleh unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan.

Penentuan log gamma ray berdasarkan pada keterdapatan konsentrasi

senyawa radioaktif, antara lain : Uranium (U), Thorium (Th) dan

Potassium (K). Sumber dari gamma ray adalah potassium karena


54

potassium merupakan komponen utama dari kandungan yang terdapat

pada shale/clay sehingga pengukuran gamma ray biasanya digunakan

untuk mengevaluasi kandungan shale/clay. (BPB manual dalam Reeves,

1986).

Prosesnya sinar gamma alami dipancarkan oleh sumber radioaktif,

karena ada perbedaan kandungan mineral lempung dari tiap batuan maka

pancaran sinar balik yang terekam akan berbeda, dari perbedaan ini

akhirnya litologinya dapat ditentukan. (Reeves, 1986).

Log gamma ray diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI =

1/200 dari tanggapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi

tiruan yang berisi uranium, thorium dan potassium dengan kuantitas yang

diketahui dengan tepat dan diawasi oleh American Petroleum Institute

(API) di Houston, Texas.

Log gamma ray merupakan suatu kurva dimana kurva tersebut

menunjukkan besaran radioaktif yang ada dalam formasi (Gambar 3.11).

Log gamma ray digunakan untuk menentukan lapisan permeabel dengan

lapisan impermeable. Pengambilan data log gamma ray di lapangan

dilakukan dengan cara memasukkan alat detektor kedalam lubang bor.

Formasi atau lapisan yang mengandung unsur – unsur radioaktif akan

memancarkan radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan diterima oleh

detektor.
55

Pada batuan sedimen, unsur-unsur radioaktif akan banyak

terkonsentrasi dalam lapisan shale atau clay. Sehingga besar kecilnya

intensitas radioaktif akan menunjukkan ada atau tidaknya mineral shale

atau clay. Pada lapisan yang clean (sandstone), kurva gamma ray

menunjukkan intensitas yang sangat rendah, terkecuali lapisan tersebut

mengandung mineral tertentu yang mengandung unsur radioaktif sehingga

nilai gamma ray akan menunjukkan nilai yang tinggi. Jika garis gamma

ray yang jatuh diantara harga maksimum (shale line) dan minimum (sand

line) atau berada di tengah-tengah, maka garis tersebut menunjukkan

indikasi adanya lapisan silt.

Pada kurva log gamma ray, lapisan batubara mudah diketahui karena

nilai kandungan radioaktif yang sangat rendah, dibandingkan dengan

batuan sedimen lainnya.

Kegunaan dari log gamma ray :

1. Menentukan lapisan permeabel dan impermeabel berdasarkan sifat

radioaktif.

2. Ketebalan lapisan batuan.

3. Evaluasi kandungan shale (Vshsle).

4. Korelasi antar lubang bor.


56

Gambar 3.11

Respon Litologi yang umumnya dijumpai pada Lapisan Pembawa Batubara


dengan Metode Log Gamma Ray (BPB manual, 1981)

Faktor yang mempengaruhi nilai log gamma ray :

 Diameter lubang bor yang besar dan lumpur / mud yang berat

jenisnya besar akan mengurangi harga pengukuran harga gamma

ray batuan.

 Alat yang ”centered” dalam lubang bor akan menerima respon

gamma ray dalam jumlah yang kurang dibandingkan dengan alat

gamma ray yang ”not centered”.


57

2. Log Density

Log density adalah alat yang memanfaatkan sumber sinar radioaktif

untuk mengukur densitas batuan. Cara ini memberikan data berat jenis

sepanjang lubang dan porositas batuan. Batubara dan batuan penutup

lainnya sangat berbeda berat jenis maupun porositasnya, maka akan

terlihat jelas perbedaan dari log yang dihasilkan.

Menurut Harsono (1993), prinsip kerja log density yaitu suatu sumber

radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma dengan intensitas

energi tertentu menembus formasi batuan. Batuan terbentuk dari butiran

mineral, mineral tersusun dari atom – atom yang terdiri dari proton dan

elektron. Partikel sinar gamma membentur elektron – elektron dalam

batuan. Akibat benturan ini sinar gamma akan mengalami pengurangan

energi (loose energy). Energi yang kembali sesudah mengalami benturan

akan diterima oleh detektor yang berjarak tertentu dengan sumbernya.

Makin lemahnya energi yang kembali menunjukkan makin banyaknya

elektron – elektron dalam batuan, yang berarti makin banyak / padat

butiran / mineral penyusun batuan persatuan volume. Faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor

tergantung dari :

 Besarnya densitas matriks batuan.

 Besarnya porositas batuan.


58

 Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori – pori

batuan.

 Ukuran lubang bor (diameter lubang).

 Mud-Cake (kerak lumpur).

 Jarak “source-detector” long atau short density.

Volume batuan yang diselidiki oleh alat density log tergantung pada

jarak antara sumber radioaktif dan detektor. Untuk batuan yang tidak

memerlukan resolusi tinggi, lebih baik menggunakan jarak antara sumber

dan detektor agak jauh yaitu long spacing density tool (BPB manual dalam

Reeves, 1986).

Log density terdiri dari 2 macam yaitu long spaced density (LSD) dan

short spaced density (SSD). Pada penelitian ini diperoleh satuan dari log

density adalah counts per second (CPS). Count per second (CPS) adalah

satuan yang digunakan untuk menghitung jumlah atom yang terdeteksi

dalam suatu material yang meluruh per detik. Untuk memudahkan

perhitungan maka dilakukan kalibrasi satuan dari CPS ke gram/cc,

hubungan nilai satuan CPS berbanding terbalik dengan nilai satuan

gram/cc. Apabila data yang diperoleh menunjukkan nilai yang tinggi

dalam satuan CPS, maka akan menunjukkan nilai yang rendah dalam

satuan gram/cc dan berlaku sebaliknya. Dari hasil hubungan antara satuan

log density CPS dengan gram/cc pada Gambar 3.12 yang telah dikonversi

dengan metode main block, maka didapatkan persamaan sebagai berikut :

Y  0.826 ln x  8.0343 (3.8)


59

Gambar 3.12

Hubungan Antara Satuan CPS dengan Gram/cc dengan Teknik Kalibrasi

Log densitas atau log rapat massa adalah salah satu jenis alat log yang

digunakan untuk menentukan nilai rapat massa atau densitas formasi

batuan dan untuk membedakan jenis litologi. Dari besaran densitas yang

didapat sangat berguna untuk menentukan besarnya porositas. Tinggi

rendahnya nilai densitas batuan disamping dipengaruhi oleh porositas dan


60

jenis kandungan yang ada didalamnya, juga dipengaruhi oleh kekompakan

batuan dengan derajat kekompakan bervariasi, sebab kekompakan batuan

berpengaruh terhadap besarnya porositas. Batubara mempunyai densitas

yang paling rendah diantara semua jenis batuan, sebagai gambaran variasi

harga densitas batuan dapat dilihat pada (Gambar 3.13).

Penggunaan Log long spaced density dan log short spaced density

adalah :

a. Log Long Spaced Density

Digunakan untuk evaluasi lapisan bawah permukaan karena

menunjukkan nilai densitas yang mendekati sebenarnya, karena

pengaruh yang kecil dari dinding lubang bor. Jarak source adalah ±

16 inches. (Gambar 3.14).

b. Log Short Spaced Density

Log ini mempunyai resolusi vertikal yang cukup tinggi dari pada

log long spaced density, sehingga log ini sangat cocok untuk

pengukuran ketebalan lapisan - lapisan di bawah permukaan. Jarak

source adalah ± 7 inches. (Gambar 3.14).

3. Log Caliper

Pengukuran caliper dilakukan untuk mengukur diameter dan

mengetahui kondisi lubang bor setelah kegiatan pemboran selesai (dapat

dilihat pada Gambar 3.15). Fungsi lainnya adalah sebagai penekan probe
61

untuk merapatkan sensor density ke dinding lubang. Pada lapisan batuan

yang keras diameter lubang bor akan tetap sebesar diameter mata bor,

sedangkan pada lapisan batuan yang fracture (hancur/lembek) akan terjadi

pembesaran lubang bor. Pada lapisan dimana dinding lubang bornya

terbentuk mud cake, maka diameter lubang bor akan menjadi lebih kecil

daripada ukuran pahatnya. Untuk lebar bukaan lubang bor diukur secara

mekanis oleh lengan caliper. Log caliper akan menunjukkan bagian lubang

yang runtuh hingga penafsiran untuk log – log lainnya dapat lebih teliti

dilakukan (BPB manual dalam Reeves 1986).

Gambar 3.13

Respon Litologi yang umumnya dijumpai pada Lapisan Pembawa Batubara


yang diperlihatkan oleh Log Long Spaced Density (BPB manual, 1981)
62

Prinsip kerja alat log caliper adalah secara mekanik yang

dihubungkan dengan sistem elektronik. Sebagaimana kita ketahui bahwa

besarnya suatu lubang bor tidak selalu sama, hal ini dikarenakan formasi

batuan bawah pemukaan tidak selalu sama. Untuk setiap perubahan

besarnya lubang bor akan menyebabkan lengan probe bergerak. Setiap

pergerakan (perubahan) posisi lengan probe dengan bantuan sistem

elektronik yang ada dalam probe akan merespon perubahan tersebut

sebagai adanya perubahan tegangan. Perubahan tegangan ini akan

diperkuat oleh sistem penguat elektronik dan hasilnya akan diterima oleh

alat perekam.

Gambar 3.14
Alat Perekaman Log Density (Interpretasi Petrofisika, Firdaus)
63

3.3.3. Interpretasi Penentuan Litologi

Interpretasi data log geofisika dilakukan untuk menentukan litologi pada

setiap kedalaman di bawah permukaan bumi. Masing – masing batuan mempunyai

respon yang khas pada kurva log, sehingga jenis litologi dapat ditentukan.

Karakteristik log dari beberapa batuan adalah sebagai berikut:

a. Batubara; sinar gamma rendah dengan densitas rendah.

b. Batu lempung; sinar gamma tinggi dengan densitas menengah.

c. Batu lanau; sinar gamma menengah dengan densitas menengah.

d. Batu pasir; sinar gamma agak rendah dengan densitas menengah

sampai tinggi.

3.3.4. Interpretasi Penentuan Tebal Litologi

Log yang digunakan dalam penentuan ketebalan batubara dan parting

adalah kombinasi dari log densitas, sinar gamma dan caliper. Log dibuat secara

khusus untuk menghasilkan kombinasi log yang dapat digunakan untuk

menentukan ketebalan batubara (Gambar 3.16). SSD mampu untuk melakukan

identifikasi rongga – rongga, misalnya pada roof dan floor. Pengukuran titik –

titik batas pada garis transisi antara lapisan batubara, roof dan floor serta parting

mempunyai cara yang berbeda untuk masing-masing komponen log densitas.

Batasan untuk setiap log adalah sebagai berikut:

 GR = 1/3 panjang garis menuju lapisan yang berdensitas rendah.


64

 LSD = 1/3 panjang garis menuju lapisan yang berdensitas rendah.

 SSD = 1/2 panjang garis defleksi

Sumber : John Warren (2002)

Gambar 3.15

Kondisi Lubang Bor dan Kurva Log Caliper


65

Gambar 3.16

Penentuan ketebalan antara log LSD (Long Spacing Density) dan SSD (Short
Spacing Density) (Robertson Research Engineering, 1984)

Anda mungkin juga menyukai