Anda di halaman 1dari 4

II Dasar Teori volume ruang kosong terhadap total volume,

2.1 Massa Jenis yang

Massa Jenis atau densitas adalah suatu


besaran kerapatan massa benda yang dinyatakan
dalam berat benda persatuan volume benda
bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase
tersebut. Semakin tinggi densitas suatu benda,
antara 0-100%. Porositas merupakan
maka semakin besar juga massa setiap volume.
perbandingan antara volume ruang yang terdapat
Sebuah benda yang memiliki densitas lebih
dalam batuanyang berupa pori-pori terhadap
tinggi, misalnya batu akan memiliki volume
volume batuan secara keseluruhan, biasanya
yang lebih rendah, misalnya air. Rumus untuk
dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya
menentukan massa jenis adalah :
porositas suatu batuan akan menetukan kapasitas
m penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis
Ρ=
v porositas dapat dinyatakan sebagai :

Densitas Batuan adalah Kerapatan yang Vb−Vs Vp


Ρ= =
terdapat pada tiap poribatuan dan biasanya pori- Vb Vb
pori ini tidak semuanya berbentuk bundar dan
dimana :
biasanya diiisi oleh jenis-jenis mineral. Densitas
batuan pada umumnya memiliki tingkat Vb = volume batuan total (bulk volume)

kepadatan antara 2,6-3 gr/cm3 [1] Vs = volume padatan batuan total (volume


grain)

Vp = volume ruang pori-pori batuan [2]

Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu : ukuran butir (semakin
baik distribusinya,semakin baik porositasnya),
susunan butir (susunan butir berbentuk kubus
mempunyai porositas lebih baik dibandingkan
bentuk rhombohedral), kompaksi, dan
sementasi. Faktor yang mempengaruhi porositas
2.2 Porositas
antara lain:
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong
1. Ukiran butir atau grain size Semakin kecil
di antaramaterial, dan merupakan fraksi dari
ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan
semakin kecil pula dan sebaliknya jika ukuran
butir besar maka rongga yang terbentuk juga Pada Metode Arhimedes,besar yang diukur
semakin besar. pada penelitian ini adalah massa percontoh
asli(mn), massa percontoh kering (m 0), massa
2. Bentuk butir atau sphericity Batuan dengan
percontoh jenuh (mw), massa (bejana + air +
bentuk butir jelek akan memiliki porositasyang
sampel tengelam) (ma) dan massa (bejana + air +
besar, sedangkan kalau bentuk butir baik maka
sampel tergantung di air ) (mb).
akanmemiliki porositas yang kecil.

3. Susunan butir Apabila ukuran butirnya sama


maka susunan butir samadengan bentuk kubus
dan mempunyai porositas yang lebihbesar
dibandingkan dengan bentuk rhombohedral.

2.3 Hukum Archimedes 


Hukum Archumedes adalah hukum yang
menyatakan bahwa setiap benda yang tercelup
baik keseluruhan maupun sebagian dalam fluida,
maka benda tersebut akan menerima dorongan
gaya ke atas (atau gaya apung). Besarnya gaya
apung yang diterima, nilainya sama dengan berat
air yang dipindahkan oleh benda tersebut (berat
= massa benda x percepatan gravitasi) dan
memiliki arah gaya yang bertolak belakang (arah
gaya berat kebawah, arah gaya apung ke atas).
Jika benda memiliki berat kurang dari berat
air yang dipindahkannya, maka benda tersebut
akan mengapung (berat benda < gaya apung atau
ρbenda < ρair). Jika benda memiliki berat lebih
dari berat air yang dipindahkannya, maka benda
tersebut akan tenggelam (berat benda > gaya
apung atau ρbenda > ρair. Dan benda akan
melayang, jika beratnya sama dengan berat air
yang dipindahkan (berat benda = gaya apung),
yang berarti massa jenis benda sama dengan
massa jenis air (ρbenda= ρair).
Daftar Pustaka

[1] Sohnel, O . 1985.; Novotny, P. Densities of


Aqueous Solutionsof Inorganic Substances.
Elsevier: New York, NY
[2] Sarojo, Abi
Ganijanti.2002.Mekanika.Jakarta: Salemba
Teknika
[3] Serway,Raymond A. dan Jewett. 2010.
―Physics for Scientistand Engineers with
Modern Physics. USA‖: Brooks/Cole
[4] Nandi, Hand-out Geologi Lingkungan:
Batuan, Mineral, dan Batubara (Jurusan
pendidikan Geografi UPI, Bandung, 2010).
[5] Y. Malik, Handout Batuan: Mengenal Batuan
(Jurusan pen-didikan Geografi UPI. Bandung,
2004).
LAMPIRAN

clc;clear; close all;


% INPUTS
A=imread('input.png');
Resolution=5; % micron/pixel % input image spatial resolution
[s1,s2,s3]=size(A)

% CALCULATIONS
A=bwmorph(A,'majority',5);

[s1,s2]=size(A);
P=bwperim(A);
At=s1*s2; % Total surface
Ag=sum(sum(A)); %Area of grains
Ap=sum(sum(~A)); %Area of pores
Perim=sum(sum(P));

%Outputs
Specific_surface_of_pores_2D=Perim/Resolution/Ap*1000 % mm^-1
Specific_surface_of_grains_2D=Perim/Resolution/Ag*1000 %
mm^-1
Porosity=Ap/At

subplot(1,2,1)
imshow(A)

subplot(1,2,2)
imshow(P)
annotation('textbox',[.2 .85 .1 .1], 'String', [ 'Porosity = '
num2str(Porosity) ' (ratio)'])
annotation('textbox',[.4 .85 .1 .1], 'String', [ 'Specific
surface of grains 2D = ' num2str(Specific_surface_of_grains_2D) '
(mm^-1)'])
annotation('textbox',[.7 .85 .1 .1], 'String', [ 'Specific
surface of Porous 2D = ' num2str(Specific_surface_of_pores_2D) '
(mm^-1)'])

Anda mungkin juga menyukai