Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by eJournals System Universitas Mulawarman

Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 4, No. 1, Desember 2016: 15-22


17

ANALISIS KEMAMPUGARUAN MASSA BATUAN


BERDASARKAN METODE GRADING PADA TAMBANG
BATUPASIR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG
SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR
(Rippability Analysis Of Rock Mass Based On Grading Method On
Sandstone Mine At District Samarinda, East Kalimantan Province)

Fitri Nur Fadilah, Shalaho Dina Devy, Hamzah Umar


Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda

Abstrak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampugaruan adalah tipe batuan, kekuatan batuan, abrasivitas, tingkat
pelapukan, struktur batuan, densitas material, kemas batuan, kecepatan gelombang seismik, topografi, dan bidang
perlapisan dan batas pelapukan batuan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel sandstone yang merupakan
batuan yang sedang di tambang pada lokasi penelitian. Setelah didapatkan nilai nilai kuat tekan dengan uji UCS,
kecepatan gelombang seismic dari sampel batuan yang di uji serta kondisi dan spasi kekar dari lokasi penelitian,
penulis memberi rating berdasarkan klasifikasi massa batuan dan menganalisis tingkat kemampugaruan batuan
dengan menggunaka tabel klasifikasi massa batuan Weaver (1975). Nilai kuat tekan untuk sampel uji laboraturium
10,35 Mpa. dengan nilai kecepatan gelombang seismik 1609,532 m/s. Sedangkan spasi kekar rata-rata pada lokasi
penelitian adalah 0,54 meter.Dari hasil penelitian dan hasil analisis dengan menggunakan metode grading
berdasarkan klasifikasi massa batuan dan analisis kemampugaruan usulan Weaver (1975) dapat disimpulkan bahwa
material batupasir yang ditambang merupakan material yang sangat sulit untuk digaru, jadi apabila dilakukan suatu
pembongkaran batuan perlu dilakukan penggaruan dengan menggunakan tractor D9/D8.

Kata Kunci: Kemampugaruan, Klasifikasi Massa Batuan, Weaver

Abstract

Material factors affecting rippability are rock type, strength, abrasiveness, degree of weathering, rock
structure, material density, rock fabric, seismic velocity, topography, bedding plane and boundary of weathered rock.
The research was conducted through sandstone sampling, which is the rock that was mined at the research site. After
the values of the compressive strength by UCS test along with seismic wave velocity, spaces and the condition of rock
samples were obtained, the author gives ratings based on rock mass classification and analyses the rippability of
rocks by using the rock mass table classification by Weaver (1975). The compressive strength of sample of the
laboratory test is 10,35 Mpa, where the seismic wave velocity is 1609,532 m/s, while the average of joints spacing on
research site is 0,54 m. From the research and analysis output using the method of grading is based on rock mass
classification and rippability analysis, proposed by Weaver (1975), concluded that the sandstone material that is
mined is a material that is very difficult to be ripped, therefore, if carried out an excavation of rock it is necessary to
ripping by using tractor D9/D8.

Keywords: rippability, Rock Mass Classification, Weaver

PENDAHULUAN yang dilakukan secara langsung di lapangan


maupun uji laboraturium, dengan menggunakan
Kemampugaruan merupakan suatu ukuran hubungan nilai total pembobotan klasifikasi
apakah suatu massa batuan mudah digaru atau massa batuan yang mana ada beberapa parameter
sulit digaru. suatu massa batuan memiliki tingkat yang akan mempengaruhi nilai pembobotan
kemampugaruan tertentu, dari easy ripping seperti nilai kekuatan batuan, kecepatan
sampai extremely difficult untuk digaru sehingga gelombang seismik, spasi kekar, tingkat
perlu untuk melakukan peledakan. Lebih dari 40 pelapukan, kemenerusan dari kekar yang
tahun telah banyak penelitian dilakukan untuk digunakan untuk mengetahui kualitas dari conto
mengembangkan metode yang dapat batuan. Nilai-nilai dari parameter tersebut akan
memperkirakan kemampugaruan suatu batuan. memiliki nilai rating tertentu sehingga dari
Untuk menentukan tingkat kemampugaruan jumlah rating yang ada dapat disimpulkan tingkat
suatu massa batuan dapat dilakukan dengan kemampugaruan untuk proses pembongkaran
beberapa metode salah satunya metode grading massa batuan.
16

Proses penggaruan tidak dapat dilakukan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sifat
sepenuhnya pada semua batuan dikarenakan sifat fisik batuan dan sifat mekanik (Rai, 1988).
batuan yang memiliki kekerasan yang berbeda,
olehkarena itu perlu dilakukan analisa Penentuan Sifat Fisik Batuan
kemampugaruan batuan yang dapat menentukan Jenis Pengujian Sifat Fisik batuan yang
cara efektif pembongkaran batuan yang sesuai di umumnya dilakukan di laboratorium diantaranya
wilayah penyebaran batuan tersebut. natural density (γn), dry density (γd), saturated
Tujuan dari penelitian ini adalah density (γs), true specific gravity, natural water
Menganalisis nilai kuat tekan batuan pada lokasi content (ωn), saturated water content (ωs),
penelitian. Menganalisis nilai kecepatan degree of saturation (S), porosity (n), void ratio
gelombang seismik menggunakan persamaan (Rai, 1988).
karpuz. Menganalisis kelas batuan yang di teliti
menggunakan tabel klasifikasi massa batuan Penentuan Sifat Mekanik Batuan
Weaver, 1975. Menganalisis tingkat Pengujian kuat tekan menggunakan mesin
kemampugaruan (rippability) batuan pada lokasi tekan (compression machine) untuk menekan
penelitian berdasarkan metode grading perconto batu yang berbentuk silinder, balok atau
menggunakan tabel klasifikasi massa batuan dan prisma dari satu arah (uniaxial) (Rai, 1988).
kemampugaruan Weaver, 1975. Kuat tekan uniaksial adalah gambaran dari
Penelitian ini dilakukan di penambangan nilai tegangan maksimum yang dapat ditanggung
bahan galian batupasir yang telah mandapat izin sebuah contoh batuan sesaat sebelum contoh
dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu tersebut hancur (failure) tanpa adanya pengaruh
Pintu Kota Samarinda no 03/012/SK- dari tegangan pemampatan (tegangan
BPPTSP/C/IV/2014. Lokasi penambangan pemanpatan sama dengan nol). Untuk
batupasir ini secara administratif terletak di JL perhitungan kuat tekan uniaksial dapat diliat
H.A.M Rifaddin, Kecamatan Samarinda pada persamaan 1 (Rai dkk, 2013).
Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Lereng penambangan terletak di sebelah barat 𝐹
𝜎 = 𝐴 …….................................. (1)
jalan poros utama Samarinda – Balikpapan.
dengan :
Untuk sampai ke lokasi penelitian dari
σ = Kuat tekan uniaksial batuan (Mpa)
Samarinda kota dapat ditempuh dengan
F = Gaya yang berkerja pada saat
menggunakan mobil maupun motor selama
conto batu hancur (KN)
sekitar ± 15 menit.
A = Luas penampang conto batuan
Geologi Regional
Menurut ISRM (1981) dalam Rai dkk
Berdasarkan peta geologi lembaran
(2013) pesyaratan kualitas conto batu uji untuk
samarinda, kota Samarinda tersusun dari
uji UCS sebaiknya diameter contoh batu uji
beberapa formasi batuan seperti aluvium, formasi
paling tidak berukuran tidak kurang dari ukuran
kampungbaru, formasi balikpapan, formasi pulau
NX, kurang lebih 54mm. Sebuah persamaan efek
balang, formasi bebuluh, serta formasi pamaluan.
skala untuk kuat tekan juga dibuat oleh Hoek &
Dari masing – masing formasi terbentuk pada
Brown (1980) untuk contoh batuan sampai
zaman yang berbeda serta memiliki karakteristik
ukuran diameter 200 mm tetapi dinormalisasikan
batuan penyusun berbeda – beda pula (S.
ke ukuran 50mm. Hoek & Brown(1980)
Supriatna Dkk, 1995).
membuat persamaan hubungan nilai c pada
ukuran diameter conto batuan 50mm seperti
Batuan
ditunjukan pada persamaan (2)
Definisi secara umum batuan adalah
campuran dari satu atau lebih mineral yang 50
berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia cd = c50 ( 𝑑 )0,18..............................(2)
tetap. Tetapi batuan tidak sama dengan tanah. Perbandingan antara tinggi dan diameter
Tanah dikenal sebagai material yang mobile, perconto (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan
rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan batuan. Untuk perbandingan l/d = 1 kondisi
tanah. Sedangkan menurut Ahli Geoteknik istilah tegangan triaxial saling bertemu sehinggan akan
batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk
dari kulit bumi yang merupakan suatu bahan pengujian kuat tekan digunakan ukuran sampel
yang keras tidak dapat digali dengan cara biasa 2< l/d<2.5 (Rai dkk, 2013).
misalnya dengan cangkul (Rai dkk, 2013). Berdasarkan SNI no 2825 tahun 2008 nilai
kuat tekan benda uji diameternya berkisar antara
Sifat Batuan
2,0 s.d. 2,5 perlu dikoreksi dengan rumus
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang
perlu diketahui dalam mekanika batuan dan
17

𝜎
𝜎𝑐 = 𝐷 .........................(3)  Metode grading (penilaian terhadap
0,88+(0,24 )
𝐻 parameter batuan yang diukur).
Dengan : Kemampugaruan Metode Grading
σc = Kuat tekan uniaksial batuan Kemampugalian ataupun kemampugaruan
terkoreksi (Mpa) batuan metode grading didasarkan pada sifat
σ = Kuat tekan uniaksial batuan belum geomekanik batuan seperti diskontinuitas tingkat
terkoreksi (Mpa) pelapukan, ukuran butir dan kekuatan batuan
D = Diameter sampel batuan tergantung pada nilai dari sifat-sifat
H = Tinggi sampel batuan geomekaniknya seperti kekar, pelapukan, ukuran
butir dan kekuatan massa batuan. Berdasarkan
Kemampugaruan dan Faktor yang faktor-faktor inilah, sifat massa batuan diberi
Mempengaruhi nilai (bobot) untuk estimasi kemampugalian.
Kemampugaruan (rippability) merupakan Pentingnya beberapa parameter tertentu yang
ukuran tingkat kemudahan suatu batuan untuk digunakan dalam sistem klasifikasi ini berbeda
digaru diperoleh dari studi lapangan, geologi tiap peneliti (Anonym, 1998).
maupun geoteknik. Banyak ilmuwan yang Tabel 1. Klasifikasi massa batuan Weaver
mengusulkan sistem klasifikasi kemampugaruan (1975)
dengan ragam metode dan parameter yang
digunakan. Meskipun begitu, para peneliti setuju
bahwa kekuatan batuan dan karakteristik
diskontinu memiliki peranan yang penting dalam
menentukan metode penggalian. Pengaruh sifat
batuan tidak hanya digunakan pada pemilihan
alat yang sesuai namun juga pada tahap operasi.
Faktor-fakror yang mempengaruhi
kemampugaruan, yaitu Tipe batuan, Kekuatan
batuan, Tingkat pelapukan batuan, Abrasivitas,
Topografi, Densitas batuan, Kecepatan
gelombang seismik, Struktur geologi, Kemas
batuan, Bidang perlapisan (Anonym, 1998)

Metode Analisis Kemampugaruan


Suatu pekerjaan yang hubungannya dengan Weaver (1975) merancang kemampugaruan
penggalian biasanya mengembangkan dan berdasarkan sistem geomekanik yang dirancang
menerapkan metode-metode sistematis yang oleh Bieniawski. Namun , kondisi air tanah yang
biasa digunakan dalam klasifikasi massa batuan. diabaikan dan kecepatan seismik yang digunakan
Metode-metode ini banyak digunakan oleh para sebagai pengganti RQD . Dengan menggunakan
peneliti dalam menentukan kemampugaruan indeks dan angka-angka yang menggambarkan
batuan yang dikelompokan menjadi dua, yaitu kondisi yang berbeda-beda, indeks total akan
Metode langsung dan Metode tak langsung dihitung dan metode penggalian ditentukan.
(Anonym, 1998). untuk nilai pembobotan berdasarkan klasifikasi
massa batuan dengan kemampugalian menurut
Metode Langsung Weaver (1975) dalam ISRM (2013) dapat dilihat
Metode ini dilakukan dengan uji coba di pada Tabel 1.
lapangan secara langsung dengan mesin ripper.
Metode ini dilakukan untuk evaluasi hasil Spasi Kekar
penggaruan aktual pada massa batuan tertentu. Pengukuran jarak kekar dimulai dengan
membentangkan tali sepanjang muka bidang
massa batuan yang akan diukur dengan arah
Metode Tak Langsung
kemiringan (αs) dan kemiringan (βs) tertentu.
Jika dengan uji coba langsung dilapangan
Selanjutnya dengan pita ukur ditentukan posisi
tidak dapat dilakukan maka metode tak langsung
kekar-kekar yang berpotongan dengan garis
dapat menjadi alternative untuk penentuan
bentangan. Jarak yang diukur ini disebut jarak
kemampugaruannya. Metode tak langsung terdiri
semu kekar. Jarak semu ini akan menjadi jarah
dari tiga yaitu (Anonym, 1998) :
duga atau sebenarnya bila semua kekar yang
ditemukan berpotongan dengan garis bentang
 Metode aproksimasi berdasarkan
secara tegak lurus. (Rai dkk, 2013)
kecepatan gelombang seismik
 Metode grafis
18

dswAi,i+1 = jarak semu antar bidang


kekar pada set bidang kekar A.

Jarak rata-rata antar bidang kekar sepanjang


scanline dihitung dengan persamaan (7);
∑𝑚
𝑖=1 𝑑𝑠𝑤𝑚
𝑑𝑠𝑤 = ..............................(7)
𝑚

Keterangan :
dsw = jarak rata-rata kekar sepanjang
Gambar 1. Pengukuran jarak antar bidang kekar
scanline
pada scanline
dswm = jumlah jarak kekar sebenarnya
sepanjang scanline setiap set
Pada kenyataannya dilapangan, garis
m = jumlah set kekar.
bentang ini tidak akan tegak lurus terhadap
semua bidang kekar sehingga akan timbul bias
orientasi. Dengan memperhatikan Gambar 2.2
sudut tajam antara normal dengan sebuah bidang METODOLOGI
kekar dan garis bentang adalah θ1. Jarak duga
kekar (𝑑𝑖+𝑖+1 ) dapat dihitung dari jarak semu Tahap Penelitian
kekar (𝐽𝑖+𝑖+1 ) , yang diukur antara titik Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
perpotongan bidang-bidang kekar terhadap garis tahap, yaitu tahap pra lapangan tahap
bentang melalui persamaan (4). Perhitungan penelitian lapangan dan tahap pasca lapangan.
jarak sebenarnya antar bidang kekar dihitung
dengan persamaan (5) sampai persamaan (7) Tahap Pra Lapangan
(Rai, dkk, 2013). Pada tahap pra lapangan ini hal-hal yang
dilakukan antara lain:
(𝜃𝑖 + 𝜃𝑖+1
𝑑𝑖,1+1 = 𝑗𝑖,𝑖+1 cos ...................(4)
2 1. Studi Literatur
cos θ = cos (αn - αs) cos βn cos βs + sin βn sin Bertujuan untuk mencari informasi yang
βs ..............................................(5) berkaitan dengan kemampugaruan, pengujian
kuat tekan serta kemampugaruan berdasarkan
αd < 180, αn = αd + 180 hubungan klasifikasi batuan terhadap
αd > 180, αn = αd – 180 kemampugalian.
βs = 90 – βd
2. Pengamatan Lapangan
keterangan : Meliputi pengamatan terhadap lokasi penelitian,
d(i,i+1) = jarak sebenarnya antara 2 kekar yang jenis batuan serta formasi batuan didaerah
berurutan dalam satu (m) penelitian.
J(i,i+1) = jarak semu antara 2 kekar yang
berurutan dalam satu set (m) Tahap Penelitian Lapangan
θ = sudut normal Tahap ini ditujukan untuk memperoleh data
αn = arah dip dari garis normal langsung pada lokasi penelitian yang akan
αd =arah dip dari kekar (dalam gambar dianalisis. Pengambilan data lapangan meliputi :
ditunjukkan dengan αf )
αs = arah dip dari scanline 1. Pengukuran Bidang Diskontinu
βn = dip dari garis normal Pengukuran bidang diskontinu dilakukan
βd = dip dari kekar (dalam gambar dengan menggunakan metode scanline ,yaitu
ditunjukkan dengan βf ) dengan mengukur dip direction, strike dan dip
βs = sudut kemiringan scanline dari setiap bidang diskontinu sepanjang garis
scanline. Selain itu juga dilakukan pengamatan
Selanjutnya jarak rata-rata antar bidang kekar pada set kondisi bidang diskontinu menggunakan
A dihitung dengan persamaan (6) parameter weaver untuk menentukan klasifikasi
masing-masing massa batuan tersebut.
𝑑𝑠𝑤𝐴 =
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑠𝑤 𝐴𝐼,𝐼+1 𝐶𝑂𝑆 (𝜃𝐼,𝐼+1 ) 2. Pengambilan Sampel Batuan Untuk Uji
........................(6)
𝑘 Laboratorium
Sampel yang diperoleh merupakan hasil
Keterangan :
pemboran dari bongkah batuan pada lokasi
dswA = jarak rata-rata kekar A
penelitian yang di lakukan dengan menggunakan
sepanjang scanline,
19

mesin bor portable yang memiliki bentuk 5. Penentuan kelas kemampugaruan dengan
silinder. Sampel yang telah diperoleh kemudian menggunakan tabel kemampugaruan
dipotong dengan menggunakan gerinda statis weaver,1975
dengan dimensi yaitu panjang 2 kali diameter 6. Penentuan rekomendasi alat ripper yang
sampel batuan hasil pemboran. tepat dan efektif.

Tahap pengujian laboratorium


Tahap ini dilakukan di laboratorium. Tahap HASIL DAN PEMBAHASAN
ini diiringi dengan studi pustaka, studi literatur
dan diskusi dengan dosen pembimbing. Pengambilan Data Lapangan
Pengujian yang akan dilakukan di laboratorium Penelitian ini melakukan pengambilan data
meliputi: dilapangan berupa hammer Tes untuk
mendapatkan nilai kekerasan batuan serta dan
1. Uji sifat fisik pengukuran bidang diskontinu.
Pengujian sifat fisik dilakukan terhadap
beberapa conto batuan pada masing-masing Bidang Diskontinu
lokasi. conto yang di uji ditimbang ± 50 gram Dalam tabel klasifikasi kemampugaruan
untuk mendapatkan berat naturalnya (Wn), Weaver (1975) yang digunakan dalam analisis
kemudian conto dimasukkan kedalam oven penelitian ini salah satu faktor utama yang
selama ±24 jam dengan suhu ≥1100 C, conto mempengaruhi perilaku massa batuan adalah
batuan yang sudah dingin ditimbang dan struktur seperti kekar. Parameter kekar yang
didapatkan berat kering sebagai (Wo), setelah itu harus diukur hubungannya dengan pengaruhnya
conto direndam kedalam air hingga menutupi terhadap kemampugaruan batuan antara lain
seluruh permukaan conto selama ±24 jam untuk orientasi kekar, spasi, kemenerusan dan material
mendapatkan berat jenuhnya (Ww), untuk pengisi. Data kekar yang di dapat dilapangan
mendapatkan berat jenuh tergantungnya (Ws) kemudian di proyeksikan untuk mendapatkan
contoh digantung di dalam air menggunakan tali jumlah joint set pada lokasi pengukuran
lalu ditimbang. Dengan parameter Wn, Wo, Ww, menggunakan bantuan aplikasi DIPS dan
dan Ws yang telah ada selanjutnya dilakukan didapatkan 3 joint set.
perhitungan untuk mengetahui kadar air, bobot
isi, porositas dan sifat fisik lainnya.

2. Uji kuat tekan Batuan


Pada tahap ini batuan sampel yang telah
disiapkan dengan dimensi yang telah ditentukan
dengan standar yang akan diuji. Pada pengujian
didapatkan nilai dari pembacaan manometer kuat
tekan Mortar persampel, kemudian dilakukan
perhitungan kuat tekan sesuai dengan rumus
perhitungan kuat tekan yang telah dijelaskan Gambar 2. Data hasil proyeksi pada aplikasi
dalam dasar teori. DIPS
Tahap Analisis Data Setelah diperoleh jumlah joint pada lokasi
Analisis data dilakukan didapat dari penelitian selanjutnya dilakukan perhitungan
pengujian kuat tekan dan perhitungan kecepatan spasi kekar. Pengukuran spasi kekar dilakukan
gelombang seismik dari sampel-sampel batuan pada kekar-kekar dalam joint set yang sama. Dari
yang akan diuji. hasil perhitungan didapatkan jarak rata-rata antar
kekar keseluruhan sebesar 0,54 meter.
1. Uji sifat fisik sampel batuan untuk
mendapatkan nilai sifat fisik dari masing- Pengujian Laboraturium
masing sampel batuan yang diuji. Selain pengujian dilapangan, penelitian ini
2. Uji unconfined compressive strength test juga melakukan pengujian laboraturium berupa
untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari uji sifat fisik serta uji sifat mekanik berupa uji
masing-masing sampel batuan yang diuji. kuat tekan batuan
3. Perhitungan kecepatan gelombang seismik
dari masing-masing sampel batuan. Pengujian Unconfined Compressive Strength
4. Penentuan nilai klasifikasi massa batuan Test
yang diuji dengan menggunakan tabel Pengujian uniaxsial compressive strength
kemampugaruan weaver,1975. test dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat
20

tekan dari setiap sampel batuan. Adapun nilai Pelapukan Batuan


dari hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Pada pengamatan batuan dilapangan
Tabel 2. batupasir yang diteliti mengalami sedikit
pelapukan. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat
Tabel 2. Hasil pengujian kuat tekan perbedaan warna pada batuan yang sedang
ditambang dan batuan yang belum ditambang
pada didinding penambangan.

Kecepatan Gelombang Seismik


Kecepatan gelombang seismik merupakan
salah satu parameter penentu kemampugaruan
batuan, dalam penelitia ini nilai kecepatan
gelombang seismik di dapatkan dengan
mengkonversi nilai UCS menjadi nilai kecepatan
gelombang seismik menggunakan persamaan Gambar 3. Batuan yang mengalami pelapukan
Karpuz.
Strike Dip and Orientation
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kecepatan Untuk menentukan apakah strike dan dip
Gelombang menguntungkan atau tidak penelitian ini melihat
arah penggalian yang sudah ada dimana arah
penggalian pada lokasi penambangan N 63oE.
Dengan kondisi kekar sejajar arah penggalian.
Setelah diketahui arah penggalian
kemudian dilakukan penentuan nilai dip dengan
analisis stereografis Dari hasil analisis
stereografis didapatkan arah kemiringan terhadap
Pada perhitungan nilai kecepatan
penggalian sebesar 6o pada joint set 1, 60o untuk
gelombang seismik nilai uji kuat tekan sampel
joint set 2 dimana strike tegak lurus melawan
SS1 tidak masuk dalam perhitungan. Hal ini
kemiringan, dan 40o untuk joint set 3 dengan
dikarenakan sampel SS1 terdapat struktur
strike searah penggalian. Menurut tabel orientasi
laminasi sehingga nilai kuat tekan yang
kekar Minty and Kearns(1983) strike dip and
didapatkan kemungkinan tidak akurat karena
orientation pada lokasi penelitian dapat
laminasi pada batuan dapat memperkecil nilai
dikatakan fair untuk kekar pada joint set 2 dan
kuat tekan batuan tersebut. Data hasil
joint set 3, sedangkan joint set 1 dikatakan
perhitungan kecepatan gelombang seismik
unfavorable. Pada lokasi penelitian di dominasi
didapatkan nilai kecepatan gelombang seismik
oleh kekar yang memiliki kemiringan landai
sebesar 1609,532 m/s.
yang masuk pada joint set 1, nilai arah
kemiringan terhadap penggalian sebesar 6o
Rock Hardness
Dari pengujian UCS di laboaturium sehingga dalam pembebanan orientasi kekar ini
didapatkan nilai kuat tekan sebesar 10,35 Mpa. masuk pada masuk pada tabel unfavorable.
Berdasarkan tabel kekerasan batuan menurut
Weaver batupasir dengan nilai UCS 10,35 Tabel 5. pembebanan orientasi kekar
memiliki kekerasan hard rock.

Tabel 4. Kekerasan batuan Weaver (1975)

Kemampugaruan (Rippability)
Berdasarkan tabel klasifikasi Weaver
(1975) nilai gelombang seismik batupasir yang
diteliti masuk pada rock mass III yaitu 1850-
1500 m/s dengan jenis batuan yang cukup baik
(Fair Rock). Sedangkan untuk rock hardness dari
21

hasil pengujian batupasir berdasarkan tabel batupasir ini dapat di garu terlebih dahulu
kekerasan weaver batuan pada lokasi penelitian menggunakan tractor D9/D8.
dapat dikatakan Hard Rock. Pada pengamatan
batuan dilapangan batupasir yang diteliti KESIMPULAN
mengalami sedikit pelapukan sehingga dalam
Nilai kuat tekan uniaksial dari hasil uji UCS
pembobotan tabel rock weathering masuk pada
(Unconfined Compressive Strength) yang
kelas II slightly weathering.Dari hasil
dilakukan terhadap sampel batuan adalah: (1)
perhitungan spasi kekar didapatkan nilai 0,54
sampel SS1 sebesar 7,661 Mpa, (2) sampel SS2
meter atau 540 mm, pada tabel pembobotan
sebesar 10,555 Mpa, (3) sampel SS3 sebesar
klasifikasi massa batuan batuan pada lokasi
8,482Mpa, (4) sampel SS4 sebesar 12,017 Mpa.
penelitian masuk pada kelas III dengan
Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan
Discontinuity spacing antara 1000-300 mm,
Karpuz didapatkan nilai kecepatan gelombang
sedangkan untuk kemenerusan bisa dilihat pada
seismik sebesar 1609,532 m/s. Hasil analisis
tabel pengamatan bahwa untuk kekar pada lokasi
dan klasifikasi massa batuan pada lokasi
pengamatan mengalami kemenerusan. Untuk
penelitian didapatkan bahwa batupasir pada
isian bukaan kekar itu sendiri pada pengamatan
lokasi penelitian masuk pada kelas III dengan
memiliki jarak rata-rata 9 mm jadi pada tabel
total pembobotan 63, merupakan batuan yang
klasifikasi masuk pada kelas V dengan Gouge >
cukup baik, memiliki kekerasan Hard rock dan
5 mm.
sedikit lapuk. Untuk bidang diskontinu berupa
Tabel 5. Tabel pembobotan klasifikasi massa kekar pada dinding penambangannya memiliki
batuan spasi 1000-300 mm dengan lebar isian kekar
rata-rata > 5mm, dan orientasi kekar di dinding
penambangan Fair unfavorable. Nilai klasifikasi
tingkat kemampugaruan menurut weaver
batupasir pada lokasi penelitian memiliki
tingkat Kemampugaruan very hard ripping.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, For the Tropical Engineering


Field, Universitas Teknologi Malaysia.
Balfas, M.D, 2015, Geologi Untuk
Pertambangan Umum, Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Bell, F.G. 2007. Engineering Geology, Second
Edition, Elsevier Science Ltd. UK.
Caterpillar Inc, Cattepilar Performance
Handbook 29th Edition, Caterpillar Inc.
Peoria, Illinois.
CINEST, 2012, Internasional Simposium on
Eart Science and Technolog, Institute
Tabel 6. Tabel analisis kelas kemampugaruan Teknologi Bandung, Bandung.
ISRM, 2013, Rippability Assessment Of A
Limestone Deposite Vol 2. No. 2. New
Delhi.
Noor,D, 2009, Pengantar Geologi Edisi1,
Universitas pakuan Press : Bogor.
PRCI, 2008, Pre-Construction Drillability
Assessment for Horizontal Directional
Drilling PR-277-064501. No. L52287.
Texas.
Price, D. G., 2009, Engineering Geology
Dari hasil klasifikasi massa batuan Principles and Practice, Springer :
didapatkan nilai pembobotan sebesar 63 dan Verlag Berlin Heidelberg.
masuk pada kelas III sehingga pada kelas Rai, M. A., 1988, Mekanika Batuan,
kemampugaruan batuan pada lokasi penelitian Laboratorium Geoteknik Institute
dapat dikatakan Very Hard Ripping. Apabila Teknologi Bandung, Bandung.
dilakukan pembongkaran massa batuan, Rai dkk, 2013, Mekanika Batuan, ITB Press :
Bandung.
22

Singh,B. & Goel,R.K., 2011, Enggineering


Rock Mass Classification, Elsevier
Science Ltd, UK.
SNI, 1999, Standar Nasional Indonesia No
6167, Metode Pengukuran Kekar Massa
Batuan di Lapangan, Indonesia.
SNI, 2008, Standar Nasional Indonesia No
2825, Cara Uji Kuat Tekan Batuan
Uniaxial, Indonesia.
Supriatna dkk, 1995, Peta Geologi Lembaran
Samarinda,Kalimantan, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai