KRITERIA PENGGALIAN
1.1 Pendahulan
Kegiatan pertambangan terdiri dari banyak sekali proses yang kompleks.
Berbagai masalah dapat ditemukan pada setiap kegitan pertambangan. Salah satu
masalah yang sering dijumpai adalah mengenai pembongkaran batuan (bahan
galian) yang sangat keras, dimana batuan tersebut tidak dapat dibongkar secara
manual maupun menggunakan alat mekanis. Oleh sebab itu diperlukan kegiatan
pemboran dan peledakan untuk memberai batuan yang keras. Untuk itu
diperlukan suatu pengenalan dengan mengikuti Praktikum Pengeboran dan
Peledakan ini. Pada praktikum Acara I yang dilakukan adalah mengetahui kriteria
penggalian.
Gambar 1.1
Prosedur Pengukuran dan Perhitungan RQD
Rumus :
( )
0 ,45
D
F=
5
P
I s=F 2
D
Gambar 1.5
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)
1.3.1.6. Longsoran
Berdasarkan proses longsorannya, longsoran batuan dibedakan menjadi
empat, yaitu:
a) Longsoran Busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berbentuk busur
disebut longsoran busur. Longsoran busur paling umum terjadi di alam,
terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran
busur hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
mempunyai bidang – bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat
dikenal lagi kedudukannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu
pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat.
Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cendrung mempunyai sifat seperti
tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan
tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang – kadang disertai dengan
menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan.
Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan
Gambar 1.6
Bentuk Longsoran Busur
b) Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang yaitu:
Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum
200) dengan arah lereng.
Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus
muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih
kecil dari kemiringan lereng.
Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
Gambar 1.8
Bentuk Longsoran Baji
Gambar 1.9
Bentuk Longsoran Guling (Topling)
1.3.2. Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi pada praktikum Acara I Kriteria Penggalian ini,
antara lain ialah:
Sifat Batuan
1. Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap
abrasi, kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material
batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan kerusakan pada batuan.
Semakin keras batuan maka semakin dibutuhkan pengeboran dan
peledakan untuk mengurainya.
2. Kekuatan adalah suatu sifat dari kekuatan terhadap gaya luar, baik itu
kekuatan statik maupun dinamik. Semakin kuat batuan, semakin
diperlukan peledakan.
3. Elastisitas, semakin elastis batuan maka semakin dibutuhkan peledakan
karena saat diberi gaya batuan akan kembali seperti semula/ sulit terurai.
4. Plastisitas ialah, kondisi batuan jika diberi gaya tidak akan kembali
seperti semula. Semakin plastis batuan maka peledakan belum perlu
dilakukan.
5. Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan material
lain.
1.5 Pembahasan
1. Analisa RQD Secara Empiris
1.6 Kesimpulan
[1] Astawa Rai, Made. 2014. Mekanika Batuan. Bandung: Penerbit ITB.
[2] Dwinagara, Barlian. 2017. Buku Panduan Praktikum Teknik Peledakan.
Yogyakarta: Laboratorium Pemboran & Peledakan Jurusan Teknik
Pertambangan. UPN “Veteran” Yogyakarta.
[3] Riyadi, Praditiyo. 2021. Analisa Kecepatan Data Seismik Refleksi 2D Zona
Darat Menggunakan Metode Semblance. Jakarta: Program Studi Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.