Anda di halaman 1dari 6

Laporan Modul 2, TA 3122 Pengeboran dan Peledakan

Penentuan Sifat-Sifat Fisik Dan Mekanik Batuan Yang


Mempengaruhi Pemilihan Metode Penggalian Dan Kemampuboran
Indah Kusuma Wardani (12119037)/ Rabu 11.00-13.00/ 24 November 2021
Asisten : 1. Zharfan Adib Ardhana (12117078)
2. Rian Guhyawijaya Sri. M (22121030)
3. Ali Husain Taherdito (22120006)
4. Thedy Senjaya (22121015)

Abstrak

Praktikum modul 2 dengan topik ‘Penentuan Sifat-Sifat Fisik Dan Mekanik Batuan Yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Penggalian Dan Kemampuboran’ bertujuan untuk mengetahui karakteristik batuan utuh dan massa batuan yang
mempengaruhi pemilihan metode penggalian dan kemampuboran dan menentukan drilling rate index. Peralatan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah point load tester, alat penumbukan, dan sieve (ayakan). Dijelaskan karakteristik
batuan utuh, point load index, RQD, kriteria penggalian franklin, nilai drilling rate index. Kemudian praktikan diharapkan
bisa menghitung nilai point load index, rqd, kriteria penggalian franklin dan nilai drilling rate index.

A. Dasar Teori Kondisi I : Bila tanah biasa (normal), bisa langsung


dilakukan penumpukan stock atau langsung dimuat
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari (loading).
kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai komposisi Kondisi II : Bila kondisi tanah keras harus
kimia yang tetap dan merupakan penyusun kerak bumi. dilakukan penggaruan (ripping) terlebih dahulu, kemudian
Batuan terbentuk melalui proses geologi yang panjang dan dilakukan stock pilling dan pemuatan (loading).
selama proses geologi seperti aktivitas magmatisme dan Kondisi III : Bila tanah terlalu keras dimana
proses sedimentasi sangat berpengaruh terhadap sifat fisik pekerjaan ripping tidak ekonomis (tidak mampu) maka
batuan tersebut sedangkan pengaruh struktur geologi akan harus dilakukan peledakan (blasting) guna memecah
berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan tersebut. belahkan material terlebih dahulu sebelum dilakukan stock
Oleh sebab itulah batuan memiliki sifat fisiki maupun sifat pilling kemudian dilakukan pemuatan (loading).
mekanis. Metode penggalian sangat dipengaruhi oleh sifat
➢ Sifat Fisik Sifat fisik batuan merupakan sifat yang material terutama kekerasannya. Oleh sebab itu dalam suatu
dimiliki oleh batuan tersebut bersamaan saat batuan penggaruan (ripping), suatu massa batuan memiliki tingkat
tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya kemampugaruan (rippability) tertentu, dari easy ripping
porositas, berat jenis, permaebilitas, absorpsii, dan sampai very hard ripping. Kemampugaruan (rippability)
derajat kejenuhan. merupakan suatu ukuran apakah suatu massa batuan mudah
➢ Sifat Mekanik Batuan Sifat mekanik batuan adalah sifat digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru.
yang dimiliki batuan karena adanya pengaruh
gaya – gaya dari luar yang bekerja pada batuan
tersebut.
Dalam suatu kegiatan penambangan selalu
dijumpai kegiatan penggalian. Sebelum penggalian
dilakukan maka dilakukan pembongkaran massa batuan.
Penggalian bisa dilakukan secara langsung tanpa
pembongkaran apabila material bersifat lunak atau soft ,
metode penggalian ini biasa disebut direct digging. Namun
apabila material bersifat keras maka perlu pembongkaran
terlebih dahulu sebelum dilakukan penggalian.
Pembongkaran bisa dilakukan dengan penggaruan (ripping)
maupun peledakan (blasting). Penggaruan maupun
peledakan tidak dilakukan serta merta begitu saja saat
menjumpai material keras. Namun perlu ada analisis lebih
lanjut untuk menentukan metode pembongkaran yang
sesuai dengan sifat-sifat batuan maupun kondisi lapangan. Gambar 1. Grafik Rippability assessment
Pada umumnya penggalian dipengaruhi oleh 3 (tiga)
Ripping merupakan salah satu metode penggalian
kondisi sebagai berikut:
secara mekanis yang sudah diterapkan secara luas. Prinsip
kerjanya ialah dengan melakukan penetrasi shank (gigi
ripper) kedalam tanah lalu ditarik dengan arah tertentu klasifikasi itu adalah Quality (Q), Rock Mass Rating
untuk membongkar material. Material kemudian (RMR), dan Rock Mass index (RMi).
dikumpulkan (stockpilling) dengan menggunakan blade
lalu dimuat oleh excavator dan diangkut oleh dump truck .
Kemampugaruan yang merupakan ukuran tingkat
kemudahan suatu batuan untuk digaru diperoleh dari studi
lapangan, geologi maupun geoteknik. Dalam setiap
kegiatan penggalian batuan, salah satu sifat batuan yang
sangat penting yang harus diukur adalah spasi kekar dan
orientasinya. Secara umum kemampugaruan dipengaruhi
oleh:
➢ Kuat tekan batuan Gambar 3. Kualitas massa batuan berdasarkan RQD
➢ Struktur batuan
4. Drilling rate Indeks
➢ Pelapukan
Brittleness S20 dan Siewer J value (drill test)
Terdapat beberapa metoda dalam mengidentifikasi
merupakan parameter dalam penentuan nilai Drilling
sifat fisik dan mekanis batuan seperti:
Rate Index. Drilling Rate Index adalah bukan suatu
1. Uji point load Index penunjuk atau penanda langsung dari kecepatan
pengeboran di lapangan, tetapi merupakan alternatif
Merupakan uji indeks yang telah secara luas untuk mengetahui kecepatan pengeboran.
digunakan untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan
secara tidak langsung di lapangan. Hal ini disebabkan
prosedur pengujian yang sederhana, preparasi conto
yang mudah dan dapat dilakukan langsung di lapangan.
Peralatan yang digunakan mudah dibawabawa, tidak
begitu besar dan cukup ringan sehingga dapat dengan
cepat diketahui kekuatan batuan di lapangan, sebelum
dilakukan pengujian di laboratorium

Gambar 4. Klasifikasi berdasarkan DRI

Gambar 2. Tipe-tipe Point Load Test

2. Uji tekan UCS

Uji ini adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial


dari sebuah contoh batuan dalam geometri yang
beraturan, baik dalam bentuk silinder, balok maupun
prisma dalam satu arah (uniaksial). Tujuan utama uji
ini adalah untuk klasifikasi kekuatan dan karakterisasi
batuan utuh. Hasil uji ini menghasilkan beberapa
informasi yaitu; kurva tegangan regangan, kuat tekan
uniaksial, Modulus Young, Nisbah Poisson, fraktur
energi dan spesifik fraktur energi. Terdapat hubungan
antara uji UCS dan Uji PLI.
Gambar 5. Klasifikasi batuan berdasarkan DRI
3. Rock Quality Designation (RQD)

Merupakan sistem klasifikasi massa batuan tertua


dan masih digunakan hingga saat ini, setidaknya
melahirkan tiga sistem klasifikasi massa batuan yang
disempurnakan dan lebih detail. Ketiga sistem
B. Data dan Pengolahan Data
Setelah kecepatan putar bor stabil, jatuhkan beban
perlahan hitung selama 20 detik sdan berhenti.
1. Langkah percobaan menggunakan Diulangi selama 3 kali.

➢ Nilai RQD

Catat kedalaman yang dihasilkan bor duduk pada


Diamati sampling core hasil media
pengeboran

Analisis hasil yang didapatkan dan ditentukan nilai


Siever J
Diukur masing-masing core
yang kurang dari 10cm
2. Rumus dasar yang digunakan

➢ RQD
Kemudian diukur panjang
panjang total kepingan inti bor t 0,1m x 100%
kotak core run RQD = panjang total ′core run′ (m)

➢ Fracture (dalam 1 meter)

RQD = 100𝑒 −0,1𝜆 (0,1𝜆 + 1)


Dihitung nilai RQD
𝜆 = 𝑓𝑟𝑎𝑐𝑡𝑢𝑟𝑒/𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
➢ Nilai S20
➢ Fracture indeks
1
Diambil sampel batuan kemudian diayak 𝐹𝑟𝑎𝑐𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 =
menggunakan ayakan ukuran 11,2-16cm, lalu 𝜆
dimasukan kedalam wadah ➢ PLI-DI

Setelah itu sampel yang diambil ditimbang hingga


alat timbang elektronik menunjukan berat 500 gram

➢ PLI-AX
Kemudian ditumbuk menggunakan alat penumbuk
sebanyak 20 kali.

Kemudian sampel yang sudah ditumbuk dimasukan ➢ Uji UCS


ke wadah dan kembali ditimbang
𝑈𝐶𝑆 = 18 − 23 𝑃𝐿𝐼

Dibandingkan berat batuan yang lolos pada ayakan ➢ Siever J


dengan berat diawal, lalu dianalisis
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑏𝑜𝑟 𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑚𝑚)
𝑆𝐽 = 1
𝑐𝑚
10
➢ Bor duduk (siever J)
➢ Brittleness
Disediakan media yang akan dibor dan alat bor duduk 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑆20 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Kemudian pasangkan media yang akan di bor pada


preparasi

Kalibrasi kecepatan putar bor duduk, dan beri beban


3. Perhitungan kami
alatnya
tidak mau
➢ RQD jalan dengan
benar)
Data Core Run N2
Kepingan core >= 10 cm r2 kecepatan
Total pengeboran: 2,6 mata bor 337
Panjang CORE CORE CORE CORE N1
r3 kecepatan
Core run 1 2 3 4
pengeboran: 2,82 mata bor 337
4x96 17 82.6 12 17
r avg
10 30,5 31 pengeboran:
28,5 22,5 18,2 .... (rata2in
26 r1 r2) 2,806 rata-rata 337
2,953 x 100%
RQD = 3,84
RQD = 76.901% 2,806 𝑚𝑚
𝑆𝐽 = 1
𝑐𝑚
10
➢ Fracture Index
𝑆𝐽 = 28,06 𝑐𝑚
−0,1𝜆
76,901 % = 100𝑒 (0,1𝜆 + 1) %
𝜆 = 9,095 ➢ Brittleness (S20)
1
𝐹𝑟𝑎𝑐𝑡𝑢𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = Data Uji Brittleness
9,095
Material awal 500,3 gram
𝐹𝑎𝑐𝑡𝑢𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = 0,11 𝑚 Material lolos 161,68 gram
Material tertahan 338,62 gram
➢ PLI 161,68
2 𝑆20 = × 100%
𝑃𝐿𝐼 − 𝐷𝐼 = 𝑥 103 500,3
54,82
𝑃𝐿𝐼 − 𝐷𝐼 = 0,67 MPa 𝑆20 = 32,3%

➢ Grafik hubungan fracture indeks dan PLI ➢ Grafik hubungan Siever J dan Brittleness

Didapatkan bahwa penggaruan dalah metode terbaik untuk


batuan tersebut.

➢ Uji UCS
Dengan nilai Siever J adalah 28,06 dan S20 adalah
𝑈𝐶𝑆 = 18 − 23 𝑥 0,67 𝑀𝑝𝑎 32,3% maka diplot ke grafik dan mendapatkan nilai
Drilling Rate Index sebesar 38%
𝑈𝐶𝑆 = −3,35 𝑀𝑃𝑎
➢ Siever J C. Analisis dan Pembahasan

Data percobaan bor duduk (mm) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RQD pada
N1 batuan sampel sebesar 76,901%. Nilai RQD menunjukkan
kecepatan
mata bor kualitas pada massa batuan, dengan nilai RQD 76,901%
(asumsi batuan yang digambarkan oleh sampel memiliki kualitas
r1 karena yang cukup baik (good). Nilai RQD dapat digunakan untuk
pengeboran: 3 waktu shift 337
mencari jumlah kekar per meternya, didapatkan 9 kekar per
rmeter dalam batuan sampel. Kemudian dapat dicari nilai Marihot, Ganda Simangunsong. Bahan Perkuliahan
spasi antar kekar, nilai didapatkan sebesar 0,11 m berarti Mata Kuliah Pengeboran dan Peledakan.
jarak kekar pada batuan kondisinya lebar dan luas dengan Bandung: ITB.
perlapisan yang tebal.
Pada Uji PLI sampel didapatkan nilai PLI-DI F. Lampiran
sebesar 0,67 MPa, nilai spasi antar kekar sebesar 0,11, ➢ Proses Pengayakan
kemudian diplot pada grafik rippability assessment
didapatkan hubugan kedua aspek yaitu metode penggalian
terbaik yang dipakai untuk batuan yang diwakilkan sampel
adalah penggaruan. UCS dapat ditentukan berdasarkan nilai
PLI, didapat nilai UCS sebesar 3,35 Mpa.
Selanjutnya Uji kerapuhan, didapatkan sampel
yang lolos dari ayakan 11,2 mm setelah ditumbuk sebesar
161,68 gram dari sampel awal dengan berat 500,3 gram. ➢ Core Run
Didapatkan nilai S20nya sebesar 32,3%, hal ini
menunjukkan perbandingan antara berat sampel yang lolos
dari ayakan dibandingkan dengan berat sampel pada
awalnya. Kemudian pada uji siever J menggunakan bor
duduk didapatkan kedalaman bor pada sampel sebesar
2,806 mm. Nilai tersebut dibagi 1/10 mm agar didapatkan
nilai siever J. Diperoleh nilai siever J sebesar 28,06.
Kemudian kedua nilai diplot pada grafik DRI dan
didapatkan nilai Drilling rate indeks sebesar 38. DRI ini
menunjukan bahwa drilling ratenya medium dan cocok ➢ PLI Diametrikal
digunakan untuk batuan anorthosite, quartzite, diabase,
sandstone, gabbro, montsonite, greywacke, gneiss granite,
dan taconite.

D. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah:

➢ Diperoleh nilai RQD sebesar 76,901% dengan


9 kekar permeter. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas batuan cukup baik. ➢ Pengukuran PLI
➢ Nilai PLI (PLI-DI) didapatkan sebesar 0,67
MPa dan nilai spasi antar kekar sebesar 0,11
m. Menunjukkan bahwa batuan berkekuatan
sedang dengan kekar yang lebar dengan
perlapisan yang tebal.
➢ Diperoleh nilai DRI sebesar 38 yang
menandakan drill rate medium dan hanya
cocok untuk batuan anorthosite, quartzite,
diabase, sandstone, gabbro, montsonite,
greywacke, gneiss granite, dan taconite.
➢ Bor duduk /uji brittleness

Saran untuk praktikum:


➢ Sebaiknya dilakukan uji siever J secara
langsung agar didapat hasil yang sesuai
dengan kondisi batuan asli.
➢ Ditentukan satu jenis batuan untuk uji siever
dan brittleness agar hasil yang didapatkan
lebih bagus dan konkrit.

E. Daftar Pustaka
Marihot, Ganda Simangunsong. 2021. Modul
Praktikum Pengeboran dan Peledakan. Bandung:
Departemen Teknik Pertambangan Insitut
Teknologi Bandung.
➢ Tabel parameter Batuan

Anda mungkin juga menyukai