Anda di halaman 1dari 10

Nama : Gilbi Ovi Desmeta

NIM : DBD 113 062

PERILAKU BATUAN
Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima
beban. Perilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium
yaitu dengan pengujian kuat tekan, statik artinya diam. Jadi, yang
dimaksud dengan perilaku batuan statik adalah batuan yang
mempunyai sifat atau perilaku yang diam.

Perilaku Batuan Statik


Perilaku batuan Statik memiliki 3 jenis yaitu :

a. Batuan dikatakan berperilaku elastik apabila tidak ada


deformasi permanen pada saat tegangan dihilangkan (dibuat
nol). Dari kurva tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan
terdapat dua macam sifat elastik, yaitu elastik linier dan elastik
non linier.

Tidak terjadi deformasi permanen saat tegangan dibuat nol.


- Reversible ditekan/ditarik, kembali keposisi semula
- Non-reversible ditekan/ditarik, tidak kembali keposisi
semula
b. Plastik adalah Plastik sempurna tidak terjadi deformasi, jika
< 0. Terjadi deformasi permanen jika = 0, tidak mampu
menyangga > 0.
c. Elasto Plastik adalah Perilaku plastik batuan dapat dicirikan
dengan adanya deformasi (regangan) permanen yang besar
sebelum batuan runtuh atau hancur (failure).

Deformasi terjadi karena ada


1. Intensitas beban (tegangan)
2. Perilaku material
Perilaku batuan yang dapat diamati :
1. Kurva tegangan-regangan ( - )
2. Kurva regangan waktu ( - t ) tetap
3. Kurva relaxation ( - t ) tetap

Beberapa jenis batuan beku mendekati perilaku


elastik :
Perilaku plastik
1. Plastik sempurna tidak terjadi deformasi,
jika < 0.
terjadi deformasi permanen jika = 0,
tidak mampu menyangga > 0.

Perilaku Elasto Plastik


Pada level tegangan tertentu elastik linier
Pada 0 plastik hancur

Perilaku batuan ideal menurut Obert. L (1967)


Tahapan :
1. Tahap awal dikenai gaya kurva landai non linier
2. Menjadi linier sampai batas elastik E
3. Terbentuk fracture baru dengan perambatan stabil kurva tetap
linier
4. Batas elastik terlewati fracture takstabil /kurva tidak linier
hancur
5. Titik hancur c menyatakan kekuatan batuan

KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Klasifikasi massa batuan yang pertama diperkenalkan sekitar 60


tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan
menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk
penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan
desain yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: analitik,
observasi, dan empirik. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah
pendekatan desain dengan menggunakan metode empiric.

Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi


permasalahan yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan
untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan
engineering judgement.

Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:


Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi
kelakuan/sifat massa batuan.
Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang
mempunyai kesamaan sifat dan kualitas.
Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap
kelas massa batuan.
Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di
suatu tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.
Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan
engineer.

Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:


Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data
masukan sebagai parameter klasifikasi.
Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi
yang lebih efektif pada suatu proyek.

Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian


berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan
parameter massa batuan. Banyak dari metode-metode tersebut telah
dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk
penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir.

Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:

Metode klasifikasi beban batuan (rock load)


Klasifikasi stand-up time
Rock Quality Designation (RQD)
Rock Structure Rating (RSR)
Rock Mass Rating (RMR)
Q-system

Metode klasifikasi beban batuan (rock load)

Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun


1946. Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang
mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan
penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika
selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini
sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali terowongan saat ini yang
dibangun dengan menggunakan penyangga beton dan rockbolts.

Klasifikasi Stand-up time

Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari


metode ini adalah bahwa dengan bertambahnya span terowongan akan
menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan tersebut
tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah: arah sumbu
terowongan, bentuk potongan melintang, metode penggalian, dan
metode penyanggaan.

Rock Quality Designation (RQD)

RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini


didasarkan pada penghitungan persentase inti terambil yang
mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil
yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai
panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai
RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian
inti pemboran dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan
klasifikasi massa batuan RMR dan Q-system

RQD didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor


(core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang
lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan yang diamati
dari ini bor (core).

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai:

RQD Kualitas massa batuan


< 25% Sangat jelek
25 50% Jelek
50 75% Sedang
75 90% Baik
90 100% Sangat baik

a. Metode Langsung
Dalam menghitung nilai RQD, metode langsung digunakan
apabila core logs tersedia.

b. Metode Tidak Langsung


Dalam menghitung nilai RQD, metode tidak langsung
digunakan apabila core logs tidak tersedia.

Pertimbangan RQD mengabaikan mechanical fracture yaitu


fracture yang dibuat secara sengaja atau tidak selama kegiatan
pengeboran atau pengukuran (Hoek, dkk. 1995).

Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan


penyanggaan terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar
dalam pemerian inti pemboran dan merupakan salah satu parameter
dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR.
Data Masukan Rock Quality Designation (Rqd)

Data masukan untuk Rock Quality Designation (RQD) berupa


panjang inti bor (core) sepanjang pengeboran (core run) diukur
langsung di lapangan bersamaan dengan kegiatan core orienting
dilakukan. Pengukuran dilakukan sesaat setelah inti bor (core)
dikeluarkan dari core barrel.

Sedangkan teknik pengukuran RQD yang dipergunakan adalah


teknik pengukuran RQD yang diusulkan oleh Call & Nicholas, Inc
(CNI). Data masukan untuk perhitungan RQD adalah inti bor (core)
yang memiliki panjang lebih besar dari dua kali diameter dan panjang
total perolehan (core recovery) inti bor (core) dalam satu interval (run)
pengeboran.

Penentuan Nilai Rock Quality Designation (Rqd)

Nilai RQD ditentukan untuk setiap interval (run)


pengeboran.pengeboran dilakukan dengan interval (run) 3 m dengan
menggunakan mata bor berdiameter 61.11 mm.

Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah


dan cepat, akan tetapi metode ini tidak memperhitung factor orientasi
bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang
dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.

Kegunaan Rock Quality Designation (Rqd)


a. Teknik Pertambangan
- Studi perencanaan: pelaksanaan pembukaan tambang dan lain
sebagainya
b. Teknik Sipil
- Terowongan dan lain sebagainya
- Fondasi bendungan

Rock Structure Rating (RSR)

RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan


Skinner pada tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode
kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan
menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan
metode pertama untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang
komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh
Terzaghi 1946.

Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-


konsep yang ada sebelumnya. Pada konsep RSR terdapat klasifikasi
kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya klasifikasi
kulitatif saja. Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak parameter yang
terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang hanya melibatkan
kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja. Pada RSR ini juga
terdapat klasifikasi yang mempunyai data masukan dan data keluaran
yang lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya menyajikan data
keluaran yang berupa stand-up time dan span.

RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter


pembentuknya yang terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:

Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis


bidang lemah, sesar, geseran, dan lipatan, sifat material;
pelapukan, dan alterasi
Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian,
metode penggalian

RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan


penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan
beton.

RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan


penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan
beton.

Pada RSR terdapat cukup banyak parameter yang terlibat jika


dibandingkan dengan konsep lainnya. Pada RSR ini juga terdapat
klasifikasi yang mempunyai data masukan dan data keluaran yang
lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya menyajikan data keluaran
yang berupa stand-up time dan span. RSR merupakan penjumlahan
rating dari parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari dua
katagori umum, yaitu:

a. Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis


bidang lemah, sesar, geseran, danlipatan, sifat material; pelapukan,
dan alterasi.
b. Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode
penggalian.

Rock Mass Rating (RMR)

Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa


batuan yang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal
dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun, klasifikasi
massa batuan ini telah mengalami penyesuaian dikarenakan adanya
penambahan data masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan
nilai rating pada parameter yang digunakan untuk penilaian klasifikasi
massa batuan tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan
yang digunakan adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989
(Bieniawski, 1989). 6 Parameter yang digunakan dalam klasifikasi
massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:

Kuat tekan uniaxial batuan utuh.


Rock Quality Designatian (RQD).
Spasi bidang dikontinyu.
Kondisi bidang diskontinyu.
Kondisi air tanah.
Orientasi/arah bidang diskontinyu.

Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi


kedalam daerah struktural yang memiliki kesamaan sifat
berdasarkan 6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk
setiap daerah tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur
tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan perubahan
struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk
terowongan. lereng, dan pondasi.

Q-system

Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q


didefinisikan sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan

RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan


Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan
diantara bidang kekar stsu material pengisi
Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis
penyanggaan yang dibutuhkan untuk terowongan.
RMI

RMI didasarkan pada, parameter geologi didefinisikan dengan


baik. Metode yang ada untuk deskripsi bidang singkapan, serta logging
core drill dan pengukuran geofisika, telah disempurnakan. RMI dapat
diterapkan dalam berbagai jenis teknik batuan dengan penyesuaian untuk
fitur yang berkaitan dengan proyek tertentu atau pemanfaatan batuan.

Tujuan utama dari sistem RMI (indeks Massa batuan) adalah untuk
meningkatkan input data dan penggunaannya dalam rekayasa batuan. RMI
memanfaatkan parameter yang melekat dalam massa batuan yang
digabungkan untuk mengekspresikan indeks kekuatan relatif massa
batuan.
Indeks Massa batuan, RMI, telah dikembangkan untuk
mengkarakterisasi kekuatan massa batuan untuk tujuan konstruksi. Suatu
hal yang penting adalah untuk menggunakan parameter di RMI, yang
memiliki signifikansi terbesar di bidang teknik.
RMI hanya berlaku pada parameter intrinsik dari massa batuan
RMI memanfaatkan parameter input berikut: kuat tekan utuh batuan,
Volume blok, dan karakteristik bersama seperti yang diberikan oleh
kekerasan, perubahan dan ukuran.

Manfaat Dan Kekurangan Dari RMI


Beberapa manfaat dari sistem RMI adalah:
- RMI akan memberikan perbaikan yang signifikan dalam
penggunaan input data geologi. Terutama yang dicapai oleh
penggunaan sistematis parameter didefinisikan dengan
baik di mana karakter tiga dimensi massa batuan diwakili
oleh volume blok.

- RMI dapat dengan mudah digunakan untuk perkiraan kasar


ketika informasi terbatas pada kondisi tanah yang tersedia.
Misalnya, dalam tahap awal sebuah proyek di mana
perkiraan kasar yang cukup, eq. (2a) dapat diterapkan.

- The RMI cocok untuk perbandingan dan pertukaran


pengetahuan antara lokasi yang berbeda. Dengan cara ini
dapat berkontribusi untuk meningkatkan komunikasi antara
orang-orang yang terlibat dalam rekayasa batuan dan
desain.

- RMI menawarkan platform yang cocok untuk penilaian


teknik. RMI adalah parameter umum yang
mencirikan kekuatan yang melekat pada massa batuan, dan
dapat diterapkan dalam rekayasa sebagai kualitas untuk
bahan bangunan ini. RMI terdiri dari volume blok nyata
dan sendi umum parameter untuk massa batuan, yang
mudah untuk menghubungkannya dengan kondisi lapangan.
Hal ini penting dalam aplikasi penilaian rekayasa.

- Sistem RMI mencakup spektrum yang luas dari variasi


massa batuan, oleh karena itu memiliki kemungkinan untuk
aplikasi yang lebih luas dari pada klasifikasi massa batuan
dan karakterisasi sistem lain saat ini.

Kemungkinan Aplikasi Dari RMI


Tujuan utama selama pengembangan RMI telah bekerja di luar
sistem praktis untuk mengkarakterisasi massa batuan yang berlaku untuk
rekayasa batuan dan desain. Bila diterapkan, nilai RMI atau parameter
yang disesuaikan untuk fitur lokal penting untuk tujuan rekayasa

Anda mungkin juga menyukai