OLEH
ANDIMAKKATAJANGI
R 1.D.1.2. 1.0. 7.3
▪ Kemampugalian batuan ditentukan juga oleh karakteristik dinamiknya, karena perjalanan gelombang
akibat benturan mata bor dan gigi-gigi alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.
▪ Setiap batuan selalu memiliki rekahan awal (pre-existing cracks). Tergantung dari proses
pematangannya didalam, rekahan awal ini dapat saja bertambah.
▪ Menaiknya rekahan awal akan menurunkan kecepatan ultrasonik.
❖ Breaking Characteristics
▪ Breaking characteristic menggambarkan sifat batuan sebagai reaksi apabila dipukul dengan palu.
▪ Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan tekstur,
komposisi mineral, dan strukturnya.
▪ Breaking characteristic berbagai batuan dinyatakan sebagai The Los Angeles Co-Efficient (ukuran
relatif untuk menentukan tahanan batuan terhadap penghancuran
❖ Rock Drillability
▪ Rock drillability adalah kecepatan penetrasi (penembusan) mata-bor ke dalam batuan & merupakan
fungsi dari beberapa sifat batuan:
✓ mineralogi
✓ abrasivitas
✓ kekerapan kekar
✓ Ukuran butir
✓ tekstur
▪ Beberapa metoda empirik telah dikembangkan untuk memperkirakan unjuk kerja pengeboran dalam
macam-macam batuan.
▪ Indeks khusus untuk rock drillability antara lain:
✓ Klasifikasi jenis batuan berdasarkan drillability dari Barre granite Moh's test
✓ Klasifikasi Protodyakonov
▪ BWI & DRI saling berbanding terbalik. Jika batuan mempunyai BWI rendah maka DRI-nya tinggi.
▪ Contoh batuan min 7 cm & di semen moulded 10x10x10 cm lalu dipotong jadi 2 contoh 10x10x5 cm.
▪ Pengujiannya menggunakan pin besi-baja bulat yang ujungnya dipasang tungsten carbide yang dipasang
pada mesin gurdi.
▪ Pin dijepit mesin bor & ditempelkan di atas contoh dengan 764 rpm (radius = 25 mm), 5 detik dan
beban statik 200 N.
▪ Kedalaman parit diukur 4 sisi siku dengan ketelitian 0.1 mm.
▪ VA-RCI dihitung dari kedalaman rata-rata dari empat pengukuran.
❖ Uji Core Cuttability
▪ Prosedur uji core cuttability menurut Roxborough (1987)
▪ Uji ini mencari Energi Spesifik suatu contoh batuan
▪ ES menghitung gaya potong & gaya normal rata-rata yang diperlukan oleh sebuah pick memotong parit
sepanjang tertentu pada sebuah contoh batu berbentuk silinder
▪ Gaya potong memberikan tegangan transient pick saat memotong, gaya normal adalah gaya yang harus
dibangkitkan oleh sebuah mesin saat mempertahankan kedalaman pemotongannya
▪ Gaya potong adalah satu dari gaya-gaya ortogonal yang bekerja pada pick saat memotong batu.
▪ W = 12.7 mm, d = 5 mm, l = 25 cm Contoh diputar sebesar 180o agar diperoleh pemotongan ulang yang
sama dan sejajar.
▪ Lakukan 4 kali pemotongan dan total panjang pemotongan menjadi 1 m
❖ Aplikasi Roadheaders Sebagai Fungsi Kekar & Energi Spesifik (McFeat-Smith, 1978)
❖ Impact Strength Index (ISI)
▪ ISI (Evans & Pomeroy, 1966) & uji Protodyakonov adalah sejenis.
▪ Uji ISI menggunakan peralatan khusus
▪ Contoh batu:
✓ ukuran 0.95 - 0. 32 cm
▪ Kahraman (2001) hubungan non-linear antara c dan Vp dengan menggunakan variasi contoh batuan
daripada penelitiannya Goktan & Wade et al. sehingga lebih andal utk prediksi UCS daripada Vp
➢ Abrasivitas
▪ Suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor (drill bit) atau batang bor (drill steel).
▪ Tergantung pada komposisi batuan, sehingga keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan
tersebut.
▪ Kandungan kuarsa dalam batuan dianggap sebagai petunjuk untuk mengukur keausan batang bor.
▪ Kerusakan pick atau gigi gali sangat dipengaruhi abrasivitas batuan yang digali.
▪ Uji abrasivitas untuk menduga jumlah keausan pick bila kontak dengan batuan.
▪ Cerchar Abrasivity Index untuk menduga abrasivitas batuan beku & metamorf
▪ besi = 7.8 gr/cc dan tungsten carbide = 14.0 gr/cc, keausan besi = 4 x lebih cepat daripada tungsten
carbide
Kandungan Kwarsa Pada Berbagai Batuan
▪ maintenance
▪ tool handling
▪ supporting methods
❖ Laju Keausan Alat Gali/Potong
❖ Bidang Diskontinuiti / Kekar
▪ Bidang diskontinuiti di dalam massa batuan dapat membantu mudahnya proses penggalian namun
belum tentu untuk pemboran.
▪ Keberadaan bidang diskontinuiti dalam massa batuan dapat membantu pencapaian fragmentasi yang
diinginkan.
▪ Karakteristik penting bidang diskontinuiti:
▪ kekerapan (frequency) atau jarak antara bidang diskontinuiti
▪ orientasi yang selanjutnya dibagi dalam dua bagian, yaitu arah kemiringan (dip direc-tion) dan
kemiringan (dip).
❖ Rock Quality Designation – RQD
▪ Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran
orientasi dan jarak antar diskontinuiti pada singkapan batuan.
▪ Persamaan Priest & Hudson (1976):
▪ Jarak kekar ↑ → massa batuan masif dan sebaliknya. ▪ DD, Dip & Freq tertentu joint c ↑ → penggalian
massa batuan mudah ▪ Penggalian massa batuan Js ≤ 100 mm, atau s/d 300 mm, tidak dipengaruhi oleh
sifat mekanik batuan utuhnya. ▪ Gaya potong ↓secara drastis dengan Freq Js ↑ ▪ Blindheim (1979),
orientasi kekar yang paling menguntungkan untuk penggalian dengan road header dalam pembuatan
lubang bukaan adalah tegak lurus terhadap sumbu lubang. ▪ Evans & Pomeroy (1966): orientasi cleat di
batubara dan arah penggalian potong mempengaruhi kinerja penggalian yang memakai gigi drag picks. ▪
Arah rekahan sub vertikal dan sub horizontal (bukan tegak dan mendatar) dalam massa batuan umumnya
sangat menguntungkan untuk penggalian.
❖ Gelombang Seismik
▪ Vs = f {E,, tingkat ke-masifan)
▪ Vs di dalam suatu massa batuan dapat menunjukkan tingkat kerusakan massa batuan tersebut.
▪ Teknik Geofisik terdiri dari seismik refraksi dan seismik refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik
serta pengukuran magnetik.
▪ Untuk karakterisasi massa batuan digunakan metoda seismik refraksi dalam menentukan Vs
▪ Vs dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan suatu bulldozer untuk menggaru sebuah massa batuan.
❖ Seismik Refraksi
▪ Di seismik refraksi hanya Ti first arrival yang masuk masing-masing geofon saja yang diamati.
▪ Ti first arrival yang direkam oleh geofon terdekat kepada sumber energi akan merambat langsung di
permukaan tanah dan sebuah plot dari Ti first arrival serta jarak tempuh atau rambat (X) untuk setiap
geofon memberikan hubungan garis lurus.
▪ Slopenya adalah kebalikan V1 . Bila massa batuan dibawahnya V1 mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi, V2 , gelombang refraksi kritis akan selalu ada dan akan merambat sepanjang permukaan lapisan
massa batuan ke-dua dengan kecepatan V2 .
▪ Gelombang tekan refraksi kritis menjadi gelombang pertama yang datang di geofon dengan jarak X.
▪ Kemiringan atau gradien hubungan nilai-nilai T-X memberikan kecepatan rambat gelombang dari
refraktor horizontal.
4. Untuk menghubungkan pengalaman atas pengamatan suatu kondisi massa batuan di satu tempat dengan
lainnya.
5. Untuk menghasilkan data kuantitatif untuk desain rekayasa. 6. Untuk melengkapi suatu dasar umum
komunikasi.
3. Jarak diskontinuiti/kekar
4. Kondisi diskontinuiti/kekar
5. Kondisi air tanah
6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk “Orientasi diskontinuiti/kekar”
❖ RMR – A Klasifikasi Parameter & Pembobotan
❖ Profil kekasaran (roughness) dan pemeriannya (ISRM, 1981) Panjang profile dalam selang
1 - 10 m skala vertikal dan horizontal sama
❖ Kondisi Kekar
▪ This is a very complex parameter which includes several sub-parameters: (i) roughness;
▪ (Ii) separation; (iii) filling material; (iv) persistence; and (v) weathering of walls. Roughness / filling
▪ Bieniawski [9] has proposed a roughness scale which is very easy to check in the field. ▪ (i) Very rough.
Near vertical steps and ridges occur on the joint surface.
▪ (ii) Rough. Some ridges are visible. Asperities happen. Joint surface feels very abrasive.
▪ (iii) Slightly rough. Some asperities happen. Joint surface feels asperous.
▪ (iv) Smooth. No asperities. Smooth feeling of joint surface.
❖ Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan & Penggalian (Bieniawski, 1989:
Fowell & Johnson, 1991)
❖ Rock Mass Quality - Q System
▪ Klasifikasi Massa Batuan menurut Q-System dibuat di Norwegia pada tahun 1974 oleh Barton, Lien dan
Lunde, semuanya dari Norwegian Geotechnical Institute.
▪ Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa batuan dengan menggunakan
6 parameter berikut ini:
✓ RQD
✓ Aliran air