Anda di halaman 1dari 27

RINGKASAN MATERI

TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN


“KARAKTERISTIK BATUAN”

OLEH

RENDY RADITYA S
R1D121061

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
KENDARI
2024
KARAKTERISTIK BATUAN

❖ KARAKTERISTIK TEKNIS BATUAN

Batuan kuat membutuhkan energi pemboran dan penggalian lebih besar


daripada batuan lemah. Ketidakhadiran bidang lemah akan membutuhkan energi
penggalian lebih besar untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, sedangkan
adanya bidang lemah bisa mengakibatkan masalah pada kegiatan pemboran .Batuan
lunak atau plastik cenderung untuk menyerap energi pemboran dan penggalian.
Batuan ber-bobot isi tinggi membutuhkan energi pemboran dan penggalian lebih
besar.
❖ Pendahuluan
• Metode pengeboran dan penggalian ditentukan oleh:
✓ Karakteristik batuan utuh & massa batuan
✓ Jenis & Kapasitas mesin gali
✓ Jenis & karakteristik gigi gali
• Sifat batuan yang berpengaruh:
✓ Sifat fisik batuan utuh
✓ Sifat mekanik statik batuan utuh

✓ Sifat mekanik dinamik batuan utuh

✓ Struktur massa batuan


❖ Variasi Struktur Batuan
❖ Sifat Fisik Batuan Utuh

❖ Sifat Mekanik Batuan Utuh Uji Standard


▪ Kuat tekan, statik dan dinamik hj
▪ Kuat tarik, statik dan dinamik
▪ Modulus Young, statik dan dinamik
▪ Nisbah Poisson, statik dan dinamik
▪ Kuat geser
▪ Kecepatan ultrasonic
❖ Kuat Tekan Uniaksial (UCS)

❖ Persamaan Kurva Tegangan Regangan


❖ Kuat Tarik Dinamik
▪ Kuat tarik dinamik batuan jauh lebih kecil daripada kuat tekan statiknya.
▪ Kuat tarik dinamik sangat penting untuk diketahui dalam proses penggalian mekanis dan peledakan.
▪ Tegangan tarik tangensial harus lebih besar daripada kuat tarik dinamik agar terjadi rekahan radial
▪ Bila spalling diinginkan untuk terjadi, kuat tarik dinamik harus lebih kecil daripada tegangan tarik radial
yang dihasilkan dari pantulan pulsa tegangan tekan awal di bidang bebas.
❖ Kecepatan Ultrasonik
▪ Uji (ISRM 1981) untuk mengukur cepat rambat gelombang ultrasonik pada contoh batu sebelum uji
UCS.

✓ cepat rambat gelombang primer (VLp)

✓ cepat rambat gelombang sekunder (VLs).

▪ Modulus Elastik dinamik dapat dihitung.


▪ Kemampugalian batuan ditentukan juga oleh karakteristik dinamiknya, karena perjalanan gelombang
akibat benturan mata bor dan gigi-gigi alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.
▪ Setiap batuan selalu memiliki rekahan awal (pre-existing cracks). Tergantung dari proses
pematangannya didalam, rekahan awal ini dapat saja bertambah.
▪ Menaiknya rekahan awal akan menurunkan kecepatan ultrasonik.

❖ Sifat Mekanik Batuan Utuh Menurut Uji Indeks


▪ Point Load Index (aksial & diametrikal) - ISRM, 1985
▪ Breaking Characteristic
▪ Rock Drillability
▪ Drilling Rate Index
▪ Drillability Barre Granite
▪ Cutting Resistance Wedge Test (FA & FL) - O & K
▪ Voest Alpine Rock Cuttability Index (VA-RCI)
▪ Core Cuttability (Roxborough, 1981)
▪ Impact Strength Index
❖ Point Load Index (PLI)
▪ Uji PLI dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) contoh batu secara tidak langsung di lapangan
▪ Bentuk contoh batu: silinder atau tidak beraturan.
▪ Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan sehingga dapat
dengan cepat diketahui kekuatan batuan di lapangan, sebelum dilakukan pengujian di laboratorium.
▪ Contoh yang disarankan untuk pengujian ini berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54
mm).
▪ Fracture Index dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuiti dan didefinisikan sebagai jarak rata-
rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa batuan.

❖ Breaking Characteristics
▪ Breaking characteristic menggambarkan sifat batuan sebagai reaksi apabila dipukul dengan palu.
▪ Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan tekstur,
komposisi mineral, dan strukturnya.
▪ Breaking characteristic berbagai batuan dinyatakan sebagai The Los Angeles Co-Efficient (ukuran
relatif untuk menentukan tahanan batuan terhadap penghancuran

❖ Rock Drillability
▪ Rock drillability adalah kecepatan penetrasi (penembusan) mata-bor ke dalam batuan & merupakan
fungsi dari beberapa sifat batuan:

✓ Kekuatan batuan utuh

✓ mineralogi

✓ abrasivitas

✓ kekerapan kekar

✓ Ukuran butir

✓ tekstur

✓ derajat pelapukan, dan lain sebagainya.

▪ Beberapa metoda empirik telah dikembangkan untuk memperkirakan unjuk kerja pengeboran dalam
macam-macam batuan.
▪ Indeks khusus untuk rock drillability antara lain:

✓ Drilling Rate Index (DRI) atau indeks laju pengeboran


✓ Bit wear index (BWI)

✓ Klasifikasi jenis batuan berdasarkan drillability dari Barre granite Moh's test

✓ Klasifikasi Protodyakonov

▪ BWI & DRI saling berbanding terbalik. Jika batuan mempunyai BWI rendah maka DRI-nya tinggi.

❖ Drilling Rate Index (DRI)


▪ DRI bukan merupakan petunjuk langsung kecepatan pengeboran tetapi merupakan ukuran relatif dari
kecepatan pengeboran.
▪ DRI ditentukan berdasarkan dua parameter:

✓ Harga kerapuhan S20 (friability value S20)

✓ Harga Sievers J (SJ value )

❖ Drilling Rate Index


▪ SJ diperoleh dari miniature drill test:
▪ Mata bor (diameter sekitar 10 mm) diputar 200 kali
▪ SJ = rata-rata kedalaman dari 4-8 kali pengeboran dan dinyatakan dalam 0.1 mm
▪ Dengan menggunakan S20 dan SJ, DRI dapatditentukan
▪ Ditentukan berdasarkan:
▪ Harga kerapuhan S20
▪ Harga saringan J (SJ)
▪ S20 diukur dari brittleness test:
▪ Beban 14 kg dijatuhkan berulang-ulang (20 kali) dari ketinggian 25 cm terhadap contoh seberat
0,5 kg.
▪ S20 = Prosentase undersize saringan 11,2 mm

❖ Klasifikasi Batuan Menurut Drillability Barre Granite


▪ Kecepatan pemboran relatif dalam barre granite ditetapkan mempunyai harga 1,00 dan drillability dari
bermacam-macam batuan dapat diperoleh dengan mengalikan kecepatan pengeboran dalam barre granite
dengan faktor drillability yang tercantum dalam tabel.
▪ Kecepatan pengeboran dalam barre granite 90 cm/menit, faktor drillability dari batuan gamping di Tulsa
= 1,2, maka kecepatan pengeboran dalam batuan gamping Tulsa adalah 108 cm/menit.
❖ Rumus Kombinasi Kecepatan Pengeboran Dalam Barre Granite
▪ N = 31 P/d1,4
▪ Keterangan:

❑ N = kecepatan pengeboran netto dalam "barre granite" (m/menit)


❑ P = rock drill (kinetic) out put power (KW)

❑ D = diameter lubang (mm)

▪ Contoh:
Rock drill H L 538 Kinetic out put power = 15,5 KW
Diameter lubang = 89 mm
Kecepatan pengeboran netto = 0,87 m/menit

❖ Drillability Factor Batuan

❖ O&K Wedge Test


▪ Uji wedge ini mulanya dikembangkan oleh Oreinstein dan Koppel (O&K) dari Lübeck, Jerman (Rasper,
1975) untuk menentukan tahanan gali (digging resistance) batuan keras dan kompak
▪ Untuk analisa kemampugalian BWE dengan gigi tipe pahat pipih (wedge) & gigi tipe point pick
menggunakan PLI
▪ Uji ini dipublikasikan dalam O&K Publication Soil testing equipment operating instructions No. 834
601-12.
▪ Prosedur ideal penentuan kemampugalian (diggability) suatu batuan dengan BWE adalah dengan
melakukan pengujian insitu dengan BWE-nya di lapangan.
❖ Voest-Alpine Rock Cuttability Index VA-RCI
▪ VA-RCI dikembangkan di Zeltweg, Austria (Gehring, 1982)
▪ Untuk analisa kinerja road header dan tunnel boring machine.

▪ Contoh batuan min 7 cm & di semen moulded 10x10x10 cm lalu dipotong jadi 2 contoh 10x10x5 cm.
▪ Pengujiannya menggunakan pin besi-baja bulat yang ujungnya dipasang tungsten carbide yang dipasang
pada mesin gurdi.
▪ Pin dijepit mesin bor & ditempelkan di atas contoh dengan 764 rpm (radius = 25 mm), 5 detik dan
beban statik 200 N.
▪ Kedalaman parit diukur 4 sisi siku dengan ketelitian 0.1 mm.
▪ VA-RCI dihitung dari kedalaman rata-rata dari empat pengukuran.
❖ Uji Core Cuttability
▪ Prosedur uji core cuttability menurut Roxborough (1987)
▪ Uji ini mencari Energi Spesifik suatu contoh batuan
▪ ES menghitung gaya potong & gaya normal rata-rata yang diperlukan oleh sebuah pick memotong parit
sepanjang tertentu pada sebuah contoh batu berbentuk silinder
▪ Gaya potong memberikan tegangan transient pick saat memotong, gaya normal adalah gaya yang harus
dibangkitkan oleh sebuah mesin saat mempertahankan kedalaman pemotongannya
▪ Gaya potong adalah satu dari gaya-gaya ortogonal yang bekerja pada pick saat memotong batu.
▪ W = 12.7 mm, d = 5 mm, l = 25 cm Contoh diputar sebesar 180o agar diperoleh pemotongan ulang yang
sama dan sejajar.
▪ Lakukan 4 kali pemotongan dan total panjang pemotongan menjadi 1 m
▪ Pick chisel w = 12.7 mm, FRA 0o, BCA 5o.
▪ Tungsten carbide kualitas standard, grain nominal 3 - 3.5 mm, cobalt 9 - 10%.

❖ Aplikasi Roadheaders Sebagai Fungsi Kekar & Energi Spesifik (McFeat-Smith, 1978)
❖ Impact Strength Index (ISI)
▪ ISI (Evans & Pomeroy, 1966) & uji Protodyakonov adalah sejenis.
▪ Uji ISI menggunakan peralatan khusus
▪ Contoh batu:

✓ ukuran 0.95 - 0. 32 cm

✓ berat 100 gram

✓ dipukul dengan piston sebanyak 20 kali

✓ sisa batuan berukuran semula ditimbang dan sama dengan ISI

❖ Block Punch Index (BPI)


▪ Salah satu alternatif uji indeks yang relatif baru untuk memperkirakan nilai kuat tekan dari batuan &
berguna untuk batuan berfoliasi tipis sehingga sulit untuk mendapatkan contoh representatif untuk UCS &
PLI sekalipun.
▪ Uji BPI dilakukan untuk mengetahui kuat geser secara langsung dari contoh batuan yang berbentuk
silinder tipis.
▪ Diperoleh gaya dikenakan pada contoh batuan menggunakan punch berbentuk empat persegi.
Keruntuhan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya contoh batuan karena ketidakmampuan contoh batu
untuk menahan kuat geser, sedangkan kuat tariknya dieliminir dengan alat penjepit block punch.
❖ Hubungan UCS & Block Punch Index (BPI)
▪ Schrier (1988) BPI adalah uji indeks dan bukan untuk mengukur kuat geser batuan karena kemungkinan
dipengaruhi oleh tegangan bending (Everling, 1964).
▪ Uji BPI ekuivalen dengan uji indeks lainnya untuk menduga UCS, & tingkat akurasinya yang lebih
baikdaripada uji PLI.
▪ Rivai (2001): hubungan UCS & BPI dapat dilakukan untuk batuan lunak karena penekanan yang terjadi
pada uji BPI menyangkut suatu luas yang lebih besar dari point sehingga akan memberikan efek geser.

❖ Hubungan UCS & Impact Strength Index (ISI)


▪ Uji ISI sudah tidak direkomendasikan lagi oleh ISRM 1986 – Commision on Testing Methods Groups
on Test For Drilling and Boring, sehingga perkembangan penelitian untuk mengembangkan kegunaannya,
baik untuk memprediksi nilai UCS maupun manfaat lainnya, menjadi kecil.
▪ Kahraman (2001), data hasil uji ISI relatif konsisten daripada UCS dan uji indeks lainnya.
❖ Klasifikasi Penggalian Protodyakonov (Durst & Vogt, 1988)
▪ Ada 2 tipe untuk batu dan beton: L & N. Energi impak (EI) tipe L = 0,735 J = 1/3 EI tipe N &
dimensinya juga lebih besar.
▪ Tipe L untuk uji contoh batuan silinder & tipe N untuk contoh batuan besar; blok batuan / langsung pada
massa batuan.
▪ Terdiri dari piston yang dikombinasikan dengan per. Piston secara otomatis terlepas dan menumbuk
permukaan kontak dengan batuan ketika hammer ditekan ke arah permukaan batuan. Piston tersebut akan
segera memantul kembali ke arah dalam hammer. Jarak pantul piston yang terbaca pada indikator
dinyatakan sebagai nilai pantul Schmidt Hammer. Nilai pantul Schmidt Hammer = rata-rata 10 pengujian.
Jarak pantulan ini merupakan fungsi dari jumlah energi impak yang hilang akibat deformasi plastik dan
failure dari batu di tempat terjadinya impak.
▪ Nilai pantul fungsi orientasi dari hammer. Pengujian dengan menekan hammer relatif ke arah bawah
menghasilkan nilai pantul < daripada menekan hammer ke arah atas. Gaya gravitasi akan menghambat
pantulan piston pada saat hammer ditekan ke arah bawah sebab arah pantul dari piston berlawanan arah
dengan gaya gravitasi.
▪ Perlu dikalibrasi dengan melakukan 10x pembacaan pada anvil standar
❖ Hubungan UCS & Schmidt Hammer
Hubungan tsb memperlihatkan kecenderungan penggunaan bobot isi sebagai variabel tambahan pada
hampir semua persamaan korelasi antara UCS dan Schmidt Hammer

➢ Hubungan UCS & Kecepatan Ultrasonik Vp


▪ Vp untuk pemilihan alat gali dan penentuan keberadaan kekar
▪ Hubungan UCS & Vp sulit ditentukan tanpa memperhitungkan faktorfaktor di dalam batuan.
▪ Faktor-faktor: beban pada contoh saat pengujian, porositas, pre-existing crack, bobot isi, kandungan air,
ukuran butir & komposisi mineral.

▪ Kahraman (2001) hubungan non-linear antara c dan Vp dengan menggunakan variasi contoh batuan
daripada penelitiannya Goktan & Wade et al. sehingga lebih andal utk prediksi UCS daripada Vp
➢ Abrasivitas
▪ Suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor (drill bit) atau batang bor (drill steel).
▪ Tergantung pada komposisi batuan, sehingga keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan
tersebut.
▪ Kandungan kuarsa dalam batuan dianggap sebagai petunjuk untuk mengukur keausan batang bor.
▪ Kerusakan pick atau gigi gali sangat dipengaruhi abrasivitas batuan yang digali.
▪ Uji abrasivitas untuk menduga jumlah keausan pick bila kontak dengan batuan.
▪ Cerchar Abrasivity Index untuk menduga abrasivitas batuan beku & metamorf
▪ Schimazek Factor (Gehring 1992) untuk menduga abrasivitas batuan sedimen
➢ Hasil Pengukuran Lebar Rusak Ujung Pin di Batu Pasir

➢ Schimazek Abrasivity Factor


▪ Abrasivitas menurut Schimazek F sering digunakan untuk batuan sedimen dan hitungannya memakai
persamaan berikut:

▪ t = Kuat tarik tak langsung (MPa)


▪ d = Ukuran butir kuarsa atau mineral keras rata-rata yang diidentifikasi pada analisa sayatan tipis (mm)
▪ V = Kandungan volume mineral keras relatif terhadap kuarsa (kuarsa identik dengan satu pada skala
Rosival)
➢ Schimazek Abrasivitas
▪ Laju keausan akibat abrasiv = kehilangan berat pick dan akan naik sesuai dengan pangkat dua
kandungan kuarsanya.
▪ Batu pasir butir kasar dapat menyebabkan keausan pick 50 x lebih besar daripada batu pasir butir halus.
▪ Gehring (1992-b): kuarsa butir < 0.025 mm tidak berpengaruh terhadap abrasivitas.
▪ Roxborough & Phillips (1981) kandungan kuarsa 60% sangat berpengaruh terhadap keausan pick.
▪ Laju keausan meningkat signifikan pada besi daripada tungsten carbide, karena kekerasan kedua
material tersebut berbeda.

▪ besi = 7.8 gr/cc dan tungsten carbide = 14.0 gr/cc, keausan besi = 4 x lebih cepat daripada tungsten
carbide
Kandungan Kwarsa Pada Berbagai Batuan

❖ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keausan Mata Bor


Geology
▪ rock properties
▪ (mineral composition, rock
▪ strength, grain size, grain
▪ shape)
▪ joint features (spacing, orientation, aperture, roughness)
▪ weathering / alteration of rock
▪ water situation
▪ composition of rock mass (homogenous / inhomogenous)
▪ stress situation (stress direction, stress level)
❖ Tools
▪ tool characteristics (carbide composition, button
▪ shape, button number, steel
▪ composition)
▪ Flushing (fluid, number & geometry of flushing holes and flutes, flushing pressure)
▪ feed and rotating velocity
▪ temperatures
❖ Logistics
▪ maintenance
▪ tool handling
▪ supporting methods
❖ Laju Keausan Alat Gali/Potong
❖ Bidang Diskontinuiti / Kekar
▪ Bidang diskontinuiti di dalam massa batuan dapat membantu mudahnya proses penggalian namun
belum tentu untuk pemboran.
▪ Keberadaan bidang diskontinuiti dalam massa batuan dapat membantu pencapaian fragmentasi yang
diinginkan.
▪ Karakteristik penting bidang diskontinuiti:
▪ kekerapan (frequency) atau jarak antara bidang diskontinuiti
▪ orientasi yang selanjutnya dibagi dalam dua bagian, yaitu arah kemiringan (dip direc-tion) dan
kemiringan (dip).
❖ Rock Quality Designation – RQD

▪ Jumlah potongan inti bor diukur pada inti bor sepanjang 2 m,


▪ Potongan akibat penanganan pemboran harus diabaikan dari perhitungan
▪ Into bor yang lembek dan tidak baik berbobot RQD = 0 (Bieniawski, 1989)
❖ RQD vs. 
▪ Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran
orientasi dan jarak antar diskontinuiti pada singkapan batuan.
▪ Persamaan Priest & Hudson (1976):

RQD = 100 e-0.1  (0.1  + 1)

 = frekuensi diskontinuiti per meter


❖ Jarak Antar Kekar
▪ Jarak pisah antar diskontinuiti atau kekar adalah jarak tegak lurus antara dua bidang diskontinuiti yang
berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan yang disebut scan-line dan dinyatakan sebagai intact
length.
▪ Panjang scan-line minimum untuk pengukuran jarak diskontinuiti sekitar 50 kali jarak rata-rata
diskontinuiti yang hendak diukur.
▪ Sedangkan menurut ISRM (1981) panjang ini cukup sekitar 10 kali, tergantung kepada tujuan
pengukuruan scan-line-nya
❖ Pengaruh Kekar Pada Penggalian

▪ Jarak kekar ↑ → massa batuan masif dan sebaliknya. ▪ DD, Dip & Freq tertentu joint c ↑ → penggalian
massa batuan mudah ▪ Penggalian massa batuan Js ≤ 100 mm, atau s/d 300 mm, tidak dipengaruhi oleh
sifat mekanik batuan utuhnya. ▪ Gaya potong ↓secara drastis dengan Freq Js ↑ ▪ Blindheim (1979),
orientasi kekar yang paling menguntungkan untuk penggalian dengan road header dalam pembuatan
lubang bukaan adalah tegak lurus terhadap sumbu lubang. ▪ Evans & Pomeroy (1966): orientasi cleat di
batubara dan arah penggalian potong mempengaruhi kinerja penggalian yang memakai gigi drag picks. ▪
Arah rekahan sub vertikal dan sub horizontal (bukan tegak dan mendatar) dalam massa batuan umumnya
sangat menguntungkan untuk penggalian.
❖ Gelombang Seismik
▪ Vs = f {E,, tingkat ke-masifan)
▪ Vs di dalam suatu massa batuan dapat menunjukkan tingkat kerusakan massa batuan tersebut.
▪ Teknik Geofisik terdiri dari seismik refraksi dan seismik refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik
serta pengukuran magnetik.
▪ Untuk karakterisasi massa batuan digunakan metoda seismik refraksi dalam menentukan Vs
▪ Vs dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan suatu bulldozer untuk menggaru sebuah massa batuan.
❖ Seismik Refraksi
▪ Di seismik refraksi hanya Ti first arrival yang masuk masing-masing geofon saja yang diamati.
▪ Ti first arrival yang direkam oleh geofon terdekat kepada sumber energi akan merambat langsung di
permukaan tanah dan sebuah plot dari Ti first arrival serta jarak tempuh atau rambat (X) untuk setiap
geofon memberikan hubungan garis lurus.
▪ Slopenya adalah kebalikan V1 . Bila massa batuan dibawahnya V1 mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi, V2 , gelombang refraksi kritis akan selalu ada dan akan merambat sepanjang permukaan lapisan
massa batuan ke-dua dengan kecepatan V2 .
▪ Gelombang tekan refraksi kritis menjadi gelombang pertama yang datang di geofon dengan jarak X.
▪ Kemiringan atau gradien hubungan nilai-nilai T-X memberikan kecepatan rambat gelombang dari
refraktor horizontal.

V1 = Kecepatan rambat gelombang pada lapisan permukaan ataupertama.


V2 = Kecepatan rambat gelombang pada batuan lapisan kedua
To = Beda waktu kedatangan ke permukaan berkecepatanrendah
❖ Indeks Kecepatan
▪ Gabungan antara sifat dinamik batuan utuh dan sifat dinamik massa batuan akan memberikan beberapa
indeks yang berguna untuk menganalisa kemampugalian.
▪ Knill (1970): nisbah antara kecepatan gelombang seismik longitudinal (yang diukur di lapangan VF atau
V2 ) dengan kecepatan gelombang sonik yang diukur di laboratorium (VLab) sebagai indeks kualitas
massa batuan (F = VF /VLab) dan Fraktur Indeks.
▪ King & McConnel (Braybrooke, 1988) menggunakan sebuah indeks yang diturunkan dari Fraktur
Indeks dan disebut dengan Indeks Kecepatan (VI)
❖ Klasifikasi Massa Batuan
▪ Sistem klasifikasi massa batuan sering gunakan > 2 parameter, tergantung kepentingannya.
▪ Klasifikasi massa batuan dibuat untuk memenuhi (Bieniawski, 1989):
1. Untuk mengidentifikasi parameter yang paling mempengaruhi perilaku massa batuan.
2. Untuk membagi massa batuan kepada kelompok grup yang berperilaku sama, yaitu kelas massa batuan
dengan kualitas berbeda.
3. Untuk melengkapi suatu dasar pengertian karakteristik masingmasing kelas.
4. Untuk menghubungkan pengalaman atas pengamatan suatu kondisi massa batuan di satu tempat dengan
lainnya.
5. Untuk menghasilkan data kuantitatif untuk desain rekayasa. 6. Untuk melengkapi suatu dasar umum
komunikasi.

❖ Rock Mass Rating (Bieniawski, 1973)


▪ Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai Geomechanics Classification
▪ Klasifikasi ini telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi baru dari studi-studi kasus diperoleh
dan menjadikannya sesuai dengan International Standard dan prosedur.
▪ RMR terdiri dari 5 parameter utama & 1 parameter pengontrol untuk membagi massa batuan
1. Kuat Tekan Batuan utuh (UCS)
2. RQD
3. Jarak diskontinuiti/kekar
4. Kondisi diskontinuiti/kekar
5. Kondisi air tanah
6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk “Orientasi diskontinuiti/kekar”
❖ RMR – A Klasifikasi Parameter & Pembobotan
❖ Profil kekasaran (roughness) dan pemeriannya (ISRM, 1981) Panjang profile dalam selang
1 - 10 m skala vertikal dan horizontal sama
❖ Kondisi Kekar
▪ This is a very complex parameter which includes several sub-parameters: (i) roughness;
▪ (Ii) separation; (iii) filling material; (iv) persistence; and (v) weathering of walls. Roughness / filling
▪ Bieniawski [9] has proposed a roughness scale which is very easy to check in the field. ▪ (i) Very rough.
Near vertical steps and ridges occur on the joint surface.
▪ (ii) Rough. Some ridges are visible. Asperities happen. Joint surface feels very abrasive.
▪ (iii) Slightly rough. Some asperities happen. Joint surface feels asperous.
▪ (iv) Smooth. No asperities. Smooth feeling of joint surface.
▪ (v) Slickensided. Visual evidence of polashing exists.
▪ The most important consequence of joint roughness is the display of dilatant behaviour when close,
coupled joints are subject to shearing stresses. The nature of fillings govern the shearing stress of open,
uncoupled joints and is a related parameter to roughness. A classification of fillings is out of the scope
of Ibis chapter. Anyway, for practical purposes it is necessary lo distinguish between gouge and soft
gouge: (i) ‘gouge’ is no filling or filling with a material of high friction (calcite, sand, crushed rock, etc.);
and (ii) ‘soft gouge’ is filling with a material of low friction (clay, mica, platy minerals, etc.).

❖ Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan & Penggalian (Bieniawski, 1989:
Fowell & Johnson, 1991)
❖ Rock Mass Quality - Q System
▪ Klasifikasi Massa Batuan menurut Q-System dibuat di Norwegia pada tahun 1974 oleh Barton, Lien dan
Lunde, semuanya dari Norwegian Geotechnical Institute.
▪ Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa batuan dengan menggunakan
6 parameter berikut ini:

✓ RQD

✓ Jumlah set kekar

✓ Kekasaran kekar atau diskontinuiti utama

✓ Derajat alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah

✓ Aliran air

✓ Faktor reduksi tegangan

Anda mungkin juga menyukai