Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

ROCK MASS

Zulqaidah1, Reski Meylana Ismail2, Dian Dwi Apriliyani Arsdin, S.T3.


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: zulqaidah12@gmail.com

Abstrak

Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Mekanika
batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki
peran yang dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan penerowongan, pemboran, penggalian,
peledakan dan pekerjaan lainnya. Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan
dilakukan berbagai macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di lapangan langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti uji kuat tekan uniaksial, uji
kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu. Tujuan dari praktikum Rock Mass adalah Mengetahui kualitas
massa batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan, Mengetahui parameter dan perhitungan klasifikasi massa
batuan menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR), Mengetahui parameter dan penentuan klasifikasi
massa batuan berdasarkan metode Q-system.
Kata kunci: Mekanika Batuan, Rock Mass, Rock Mass Rating (RMR), Q-System.

PENDAHULUAN antara desaingalian batu dengan parameter massa


Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan. Banyak dari metode-metode tersebut
batuan yang pertama diperkenalkan sekitar 60 telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang
tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan banyak digunakan untuk penelitian awal atau
dengan penyanggaan menggunakan penyangga bahkan untuk desain akhir. Ada beberapa sistem
baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat
penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, ini, namun yang paling banyak digunakan adalah
dan pondasi. 3 pendekatan desain yang biasa sistem klasifikasi massa batuan dengan
digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR).
analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock
paling banyak digunakan adalah pendekatan Quality Designation (RQD) dan Q-System.
desain dengan menggunakan metode empiric. Parameter tersebut dapat digunakan untuk
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan
mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan diuji. langsung dapat digunakan untuk pengujian
secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti di laboratorium.
studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, Adapun maksud dari praktikum Rock Mass ini
dan engineering judgement. Dikarenakan adalah kita dapat menghitung massa atau bobot
kompleknya suatu massa batuan, beberapa dari suatu batuan. Tujuan dari praktikum Rock
penelitian berusaha untuk mencari hubungan Mass adalah Mengetahui kualitas massa batuan
berdasarkan klasifikasi massa batuan, Mengetahui batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya
parameter dan perhitungan klasifikasi massa yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi
batuan menggunakan metode Rock Mass Rating dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah
(RMR), Mengetahui parameter dan penentuan dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut
klasifikasi massa batuan berdasarkan metode Q- karena ada pengaruh dari plat penekan mesin
system. tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk
pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang searah
TINJAUAN PUSTAKA dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.
dari kumpulan mineral yang berbeda dan Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 <
mempunyai komposisi kimia yang tetap dan l/d < 2,5. Semakin besar (Arief,2018).
merupakan penyusun kerak bumi. Batuan d. Uji Kuat Tarik Tak Langsung
terbentuk melalui proses geologi yang panjang Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
dan selama proses geologi seperti aktivitas kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batu
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat
berpengaruh terhadap sifat fisik batuan tersebut yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada
sedangkan pengaruh struktur geologi akan pengujian kuat tekan.
berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan e. Uji Point Load
tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki sifat Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan
fisiki maupun sifat mekanis (Arief, 2018). dari sampel batuan secara tak langsung di
a. Sifat Fisik lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang atau tidak beraturan.
dimiliki oleh batuan tersebut bersamaan saat f. Uji Triaksial
batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan Pengujian ini adalah salah satu pengujian
tersebut misalnya porositas, berat jenis, yang terpenting dalam mekanika batuan untuk
permaebilitas, absorpsi dan derajat kejenuhan. menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan
b. Sifat Mekanik Batuan triaksial. Percontoh yang digunakan berbentuk
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian
dimiliki batuan karena adanya pengaruh gaya- kuat tekan.
gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut. g. Kuat Tekan (Uniaxial)
Pengujian Sifat mekanis Batuan Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu
(Muhammad,2017). silinder atau prisma terhadap titik pecahnya.
c. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan
Strength Test) silinder merupakan uji sifat mekanik yang paling
Uji ini menggunakan mesin tekan umum digunakan. Uji kuat tekan uniaxsial
(compression machine) untuk menekan sampel dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (Arief,2018).
(uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam sampel
h. Kuat Tarik (Tensile Strength) merupakan hal penting yang harus diperhatikan
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dalam operasi tambang sebaik dalam
dengan uji Brazilian dimana suatu piringan di perancangan. (Arief,2018).
tekan sepanjang diameter atau dengan uji i. Hammer test
langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau Hammer Test adalah suatu metode
bengkokan dari prisma batuan. Kekuatan batuan pemeriksaan mutu batuan tanpa merusak batuan.
dapat di ukur secara insitu (di lapangan) sebaik Disamping itu dengan menggunakan metode
pengukuran di laboratorium. Regangan ini akan diperoleh cukup banyak data dalam
(deformasi) diukur di area tambang kemudian waktu yang relatif singkat dengan biaya yang
di hubungkan terhadap tegangan dengan murah. Metode engujian ini dilakukan dengan
berpedoman pada konstanta elastik dari memberikan beban impact (tumbukan) pada
laboratorium. permukaan batuan dengan menggunakan suatu
Tegangan sebelum penambangan massa yang diaktifkan dengan menggunakan
merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan
tetapi merupakan parameter desain tambang yang yang timbul dari massa tersebut pada saat
penting. Kondisi tegangan yang berkembang terjadi tumbukan dengan permukaan batuan
selama penambangan merupakan hal penting dapat memberikan indikasi kekerasan juga
yang harus diperhatikan dalam operasi tambang setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian
sebaik dalam perancangan tambang. Regangan ini adalah jenis hammer. Alat ini sangat berguna
yang dihasilkan dari pola tegangan baru di ukur untuk mengetahui keseragaman batuan pada
dari waktu ke waktu atau dimonitor secara struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian
menerus selama penambangan berlangsung. dengan menggunakan alat ini sangat cepat,
Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu sehingga dapat mencakup area pengujian yang
(di lapangan) sebaik pengukuran dilaboratorium. luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat
Regangan (deformasi) diukur di area tambang peka terhadap variasi yang ada pada permukaan
kemudian di hubungkan terhadap tegangan batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada
dengan berpedoman pada konstanta elastik dari bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh
laboratorium. Tegangan sebelum penambangan karena itu, diperlukan pengambilan beberapa
merupakan kondisi tegangan asli, sulit di hitung, kali pengukuran disekitar setiap lokasi
tetapi merupakan parameter desain tambang pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-
yang penting. Tegangan tersebut umumnya ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan
diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi pengambilan antara 9 sampai 25 kali pengukuran
dengan memasang sekelompok pengukur untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum
tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan 300 mm (Arief,2018).
batuan, memindahkan batuan-batuan yang j. Uji Sifat Fisik
berdekatan, dan mengukur respons tegangan Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik Uji
sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan sifat fisik batuan dengan gelombang ultrasonik ini
yang berkembang selama penambangan yaitu menggunakan alat sonic viewer sx 5251.
Alat ini mampu memancarkan gelombang ini dalah sebagai bentuk komunikasi para ahli
ultrasonik yang memiliki frekuensi 20 KHz. untuk menyelesaikan permasalahan geoteknik.
Gelombang ultrasonik digunakan untuk Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari
mendeteksi objek jauh lebih detail terutama pada massa batuan dan dapat juga merencanakan
benda–benda yang padat, gelombang ultrasonik kestabilitas terowongan atau lereng. Klasifikasi
tersebut dipantulkan melalui permukaan benda geomekanik sistem RMR adalah suatu metode
yang akan diamati (Arief,2018). empiris untuk menentukan pembobotan dari suatu
Gelombang ultrasonik tersebut merambat massa batuan, yang digunakan untuk
karena merupakan rambatan energi dan mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai
momentum mekanika sehingga merambat salah satu cara untuk menentukan kemiringan
sebagai interaksi dengan molekul dan inersia lereng maksimum yang bisa diaplikasikan untuk
medium yang dilaluinya. Perambatan hal pembuatan terowongan (Bieniawski, 1973;
gelombang tersebut menyebabkan getaran dalam Nurfalah 2010). Klasifikasi ini didasarkan
partikel dengan medium amplitudo sejajar pada enam parameter, antara lain sebagai berikut :
dengan arah rambat secara longitudinal 3. Kekuatan batuan (Rock strength)
sehingga menyebabkan partikel maedium Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan
membentuk rapatan dan tegangan. Periode secara utuh dapat diperoleh dari Point Load
rapatan dan rengangan benda tersebutlah yang Strength Index atau Uniaxial Compressive
akan diamati untuk mengetahui sejauh mana sifat Strengh. Beliau menggunakan klasifikasi Uniaxial
elastisitas batuan, density, dan rigiditas suatu Compressive Strength (UCS) yang telah diusulkan
batuan, melalui korelasi data nilai kecepatan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, 1984) dan
rambat gelombang S dan P, modulus geser dan juga UCS yang telah ditentukan dengan
possion ratio (Arief,2018). menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan
2. Rock Mass Rating (RMR) utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan
Rock Mass Rating merupakan suatu cara untuk menahan suatu gaya hingga pecah. Kekuatan
menilai suatu batuan. Sistem Rock Mass Rating batuan dapat dibentuk oleh suatu ikatan adhesi
(RMR) pada awalnya telah dikembangkan pada antarbutir mineral atau tingkat sementasi pada
South African Council of Scientific and Industrial batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang
Research (CSIR) oleh Bieniawski (1973) membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan
berdasarkan pengalamannya di terowongan dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur
dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., 1986; batuan (Hutchinson, 1996)
dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik 4. Rock Quality Designation (RQD)
didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek,
Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai 1995) kualitas massa batuan dapat dinilai dari
beberapa parameter yang kemudian diberi bobot harga RQD, yaitu suatu pedoman secara
(rating) dan digunakan untuk perencanaan kuantitatif berdasarkan pada perolehan inti yang
terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa
Nurfalah, 2010). Tujuan menggunakan klasifikasi rekahan. RQD dapat didefinisikan seperti pada.
Nama lain dari RQD adalah suatu penilaian 7. Kondisi Airtanah (Groundwater condition)
kualitas batuan secara kuantitatif berdasarkan Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang
kerapatan kekar (Deree, 1989). bukaan suatu terowongan, sehingga posisi muka
air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat
perlu diperhatikan. Kondisi air tanah dapat
dinyatakan secara umum, yaitu kering (dry),
lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping),
dan mengalir (flowing) (Hutchinson, 1996)
8. Orientasi diskontinuitas (Orientation of
Gambar 2.2.1 Rumus RMR
discontinuities)
5. Jarak diskontinuitas (Spacing of
Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip
discontinuities)
diskontinuitas (dip/dip direction). Orientasi
Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk
bidang diskontinuitas sangat mempengaruhi
ketidakmenerusan massa batuan, seperti kekar,
kestabilan lubang bukaan terowongan, terutama
bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor,
apabila adanya gaya deformasi yang
atau bidang lemah lainnya. Jarak diskontinuitas
mengakibatkan berkurangnya suatu kuat geser.
dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-
Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak lurus
bidang yang tidak sejajar dengan bidang-bidang
sumbu lintasan terowongan, sangat
lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas
menguntungkan. Sebaliknya orientasi bidang
adalah jarak antar bidang yang diukur secara
diskontinuitas yang sejajar dengan sumbu lintasan
tegak lurus dengan bidang diskontinuitas
terowongan, akan sangat tidak menguntungkan.
(Bieniawski, 1979)
Di lapangan, orientasi bidang
Tabel 1. Klasifikasi jarak Diskontinuitas
diskontinuitas dapat diperoleh dengan mengukur
strike/dip kekar menggunakan kompas geologi.
Begitu pula dengan arah lintasan terowongan,
dapat diperoleh dengan mengukur azimuth arah
lintasan terowongan menggunakan kompas
geologi.
6. Kondisi diskontinuitas (Condition of
discontinuities) PROSEDUR PERCOBAAN
Kondisi diskontinuitas merupakan suatu Pertama yang dilakukan adalah
parameter yang terdiri dari beberapa sub-sub menyiapkan alat dan bahan. Pada praktikum ini
parameter, yakni kemenerusan bidang menggunkana beberapa metode perhitungan
diskontinuitas (persistence), lebar rekahan bidang menggunakan rumus RMR (Rock Mass Rating).
diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan Kemudian hitung RQD (Rock Quality
bidang diskontinuitas (roughness), material Designation) dari data yang telah didapatkan.
pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan Setelah menggunakan table RQD (Rock Quality
tingkat pelapukan dari permukaan bidang Designation), selanjutnya digunakan klasifikasi
diskontinuitas (weathered) Bieniawski, 1979). Q-system.
Setelah itu ukur alat peraga pipa sesuai Tabel 2 Keterangan RMR
dengan arahan asisten. Pertama mengambil core Parameter Keterangan Bobot
box dan usahakan agar tidak memindahkan posisi Kuat Tekan 13 15
core agar urutannya tidak berubah kemudian RQD 38,9 8
amati potongan inti bor dan ukur diameternya Jarak 0,16 15
menggunakan pita ukur. Kemudian didapatkan Diskontinuiti
Kondisi Agak kasar, 25
jumlah dari keseluruhan potongan inti bor yaitu Diskontinuiti planar dan
100 cm. agak lapuk
Air Tanah Mengalir 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sedang 67
1. Sebuah massa batuan didominasi oleh batu RMR = A1+A2+A3+A4+A5
basal memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar = 15+8+15+25+4
13 Mpa dengan jarak diskontinuiti dilapangan = 67
5,5 (+ dua angka terakhir stambuk) 2. Q-System
kondisinya agak kasar, planar dan agak lapuk. Tabel 3 Keterangan Q-System
Kondisi air tanah pada kekar yang bertekanan Parameter Keterangan Bobot
RQD 33,9% 8
cukup rendah sekitar 3,3 (+ dua angka terakhir
Jn One set 2
stambuk) Mpa sehingga terdapat batu yang lepas Jr Rough, planar 1,5
atau jatuh, tentukan klasifikasi massa batuan Ja Sand or crushed 4
rock infill
tersebut dengan menggunakan klasifikasi
berdasarkan RMR dan Q-system! Jw Medium water 0,66
inflow
SRF Loose rock with 10
clay infill
Jumlah Very poor 0,097
Q-System
Penyelesaian:
=
1. RMR ( Rock Mass Rating)
Panjang Pipa : 100 cm = 4 x 0,37 x 0,066
Banyaknya Core yang lebih dari 10 cm : = 0,097
1. 19 cm 2. Batu tufa menjadi penyusun utama sebuah
2. 13 cm massa batuan yang memiliki hasil pengujian kuat
3. 15 cm tekan sebesar 8 MPa dengan jarak diskontiunitas
4. 11,8 cm 5,3 (+ dua angka terakhir stambuk). Kondisi
RQD = = 33,9% kekar di batuan tersebut berdasarkan sampel
core yaitu sangat kasar bergelombang dengan
Jarak Diskontinuiti=
tidak ditemukannya kelapukan meskipun kondisi
air tanah pada massa batuan tersebut basah.
Kekar pada massa batuan sangat rapat dan tidak
terlihat adanya isian pada kekar tersebut. 2. Q-System
Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut Tabel 5 Keterangan Q-System
dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan
Parameter Keterangan Bobot
RMR dan Q-System! RQD 30% 8
jn Massive 0,5
jr Noncontinuous 4
joint
ja Healed 0,75
jw Medium water 0,66
inflow
Penyelesaian:
SRF Shallow rock 2,5
1. RMR ( Rock Mass Rating) with clay infill
Jumlah Good 22,04
Panjang Pipa : 100 cm
Banyaknya Core yang lebih dari 10 cm : Q-System
1. 10 cm
=
2. 13,1 cm
= 16 x 5,3 x 0,26
3. 10,5 cm
= 22,04
4. 11,7 cm
3. Sebuah terowongan yang didominasi oleh
RQD = = 26,1%
batu gabro dengan hasil uji kuat tekan dengan
Jarak Diskontinuiti= PLI 11 dengan jarak diskontinutas 3,6 (+ dua
Tabel 4 Keterangan RMR angka terakhir stambuk) cm. Aliran air tanah
pada setiap 10 m terowongan sebesar 10,5
Parameter Keterangan Bobot
Lt/menit yang menyebabkan terdapat kekar yang
Kuat Tekan 8 12
menerus dan lunak dengan jarak > 5 mm. Kekar
RQD 26,1% 8
tersebut terisi oleh batu pasir dimana terdapat
Jarak 0,14 8
Diskontinuiti bebatuan yang lepas. Tentukan klasifikasi massa
Kondisi Sangat kasar 30 batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi
Diskontinuiti dan tidak
lapuk berdasarkan RMR dan Q-System!
Air Tanah Basah 7
Jumlah Baik 65

RMR = A1+A2+A3+A4+A5
= 12+8+8+30+7
= 65 Penyelesaian:
1. RMR ( Rock Mass Rating)
Panjang Pipa : 100 cm
Banyaknya Core yang lebih dari 10 cm :
1. 11 cm
2. 11,9 cm
3. 11,3 cm
4. 12,1 cm menilai suatu batuan sistem Rock Mass Rating
5. 12 cm (RMR) pada awalnya telah dikembangkan pada
South African Council of Scientific and Industrial
RQD = = 34,2%
Research (CSIR) oleh Bieniawski (1973)
Jarak Diskontinuiti=
berdasarkan pengalamannya di terowongan
Tabel 6 Keterangan RMR
dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al.,
Parameter Keterangan Bobot 1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi
Kuat Tekan 11 15 geomekanik didasarkan pada hasil penelitian 49
RQD 34,2% 8 terowongan di Eropa dan Afrika, dimana
Jarak 0,76 15 klasifikasi ini menilai beberapa parameter yang
Diskontinuiti kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan
Kondisi Agak 20 untuk perencanaan terowongan (Bieniawski,
kasar,sangat 1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010).
Diskontinuiti
lapuk
Air Tanah Basah 7 Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah
sebagai bentuk komunikasi para ahli untuk
Jumlah Baik 65
menyelesaikan permasalahan geoteknik.
RMR = A1+A2+A3+A4+A5 RMR bisa digunakan untuk klasifikasi
= 15+13+15+20+7 massa batuan dengan data masukan yang terbatas
= 65 menggunakan parameter dalam RMR dapat
2. Q-System meningkatkan input dalam sistem klasifikasi
Tabel 4 Keterangan Q-System massa batuan lainnya dan dalam NATM (New

Parameter Keterangan Bobot Austria Tnnelling Method) keterbatasan dari


RQD 38,5% 8 RMR adalah kurang akurat untuk digunakan
jn One set 2
dalam karakterisasi massa batuan dengan
jr Rought, wavy 3
struktur yang kompleks, karena input parameter
ja Clay coating 4 dalam RMR yang praktis dan sederhana, pada
jw Large inflow with 0,33
filled joints wash klasifikasi RMR, proses pengklasifikasian massa
out batuan dibagi menjadi sejumlah unit struktur
SRF Loose rock with 5
open joints geologi, sehingga masing-masing jenis massa
batuan diwakili oleh unit struktural geologi yang
Jumlah Very poor 0,18
terpisah untuk memudahkan proses klasifikasi
Q-System
massa batuan, RMR bisa digunakan untuk
= memperkirakan kemajuan pengeboran
terowongan dengan TBM (Tunnelling Boring
= 4 x 0,75 x 0,06
Machine) keterbatasan dari RMR adalah kurang
= 0,18
cocok diterapkan untuk bukaan terowongan
PENUTUP
dengan massa batuan yang buruk, serta sistem ini
a. Kesimpulan
tidak berfungsi baik untuk struktur batuan yang
Rock mass merupakan suatu cara untuk
kompleks, seperti keberadaan sesar, dan zona
lemah lainnya.
Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat
memberikan panduan awal dalam mengevaluasi
stabilitas lereng dikontrol oleh struktur geologi,
jenis batuan dan keadaan morfologi suatu daerah.
memberikan informasi yang berguna tentang tipe
keruntuhan serta hal-hal yang diperlukan untuk
perbaikan lereng. Masalah yang sering dihadapi
di tambang terbuka adalah perilaku deformasi,
perilaku batuan lunak dan kondisi buruk struktur
massa batuan dengan ini pada metode RMR dan
Q-system dangan membantu dan mengefisienkan
pekerjaan di dunia pertambangan.
b. Saran
Untuk laboratorium yaitu dapat menyiapkan
alat dan bahan yang banyak untuk mempermudah
dilaksanakan praktikum, untuk asisten selalu
memberikan motivasi tips and tripnya agar
praktikanya bisa melolosi praktikumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad M, 2017, Analilis Sifat Dan Mekanika
Batuan Karst maros. Universitas Negeri
Makassar.
Tim asisten Mekanika Batuan 2022. “ Penuntun
Praktikum Mekanika Batuan “. Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai