LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
UJI KUAT GESER
BAB I
PENDAHULUAN
Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang
bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh
karakteristik, intrinstik dan faktor internal. Kuat geser batuan juga kemampuan
batuan melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser
atau shear failure batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir-butir
batuan tersebut tetapi karena adannya gerak relatif antara butir-butir batuan tersebut.
Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir-
butir batuan tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu batuan dipengaruhi
oleh faktor-faktor yaitu pada batuan berbutir halus (kohesif) misalnya kekuatan geser
yang dimiliki batuan disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir-butir
batuan yang disebut kohesi (C). Pada batuan dengan butir kasar (non kohesif),
kekuatan geser disebabkan karena adannya gesekan antara butir-butir batuan
sehingga sering disebut sudut gesek dalam. Pada kondisi alamiah dilapangan kondisi
material batuan selalu bercampur sehingga kekuatan geser disebabkan karena
adannya lekatan (karena kohesif) dan gesekan karena adannya sudut geser dalam
pada butir-butir batuan (Muhammad,2017).
Kuat geser batuan dibagi menjadi dua jenis yaitu kuat geser puncak (peak)
dan kuat geser residu (sisa). Kuat geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika
tegangan geser mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula batuan mengalami
deformasi plastic yang kemudian runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun
hingga menunjukan angka yang konstan untuk menggeser batuan tersebut atau
disebut kuat geser residu (setelah batuan runtuh). Pengujian ini mengukur kekuatan
geser langsung puncak dan residual sebagai fungsi dari tegangan normat terhadap
bidang gesernya, Hasil pengujian ini digunakan dalam analisis kesetimbangan batas
pada masalah kestabilan lereng atau untuk analisis stabilitas pondasi bendungan.
Data uji geser diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan geser, tegangan normal,
hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut geser dalam
menggunakan persamaan Mohr-Coulomb (Muhammad,2017).
Adapun maksud dari praktikum Uji kuat geser ini adalah untuk mengetahui
kuat geser suatu batuan terhadap tekanan yang diberikan pada bidang geser
Adapun Tujuan dari praktikum uji kuat geser ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam (°) menggunakan alat Direct
shear;
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat geser
batuan.
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji kuat geser
adalah:
a. Alat tulis menulis;
b. Peralatan Direct Shear Test;
c. Jangka Sorong;
d. Beban;
e. Alat pelindung diri;
f. Ember;
g. Lap kain;
h. Tali kecil;
a. Sampel batuan;
b. Problem set;
c. Tabel Kalibrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Sifat Fisik
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki oleh batuan tersebut
bersamaan saat batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut
misalnya porositas, berat jenis, permaebilitas, absorpsi dan derajat
kejenuhan.
nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.
Semakin besar (Arief,2018).
4. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial.
Percontoh yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada
pengujian kuat tekan.
7. Hammer test
Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan mutu batuan tanpa merusak
batuan. Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup
banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (tumbukan)
pada permukaan batuan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan
menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari
massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan batuan dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan
pengujian ini adalah jenis hammer. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui
keseragaman batuan pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan
menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang
luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada
permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu
dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali
pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian
dirata-ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9
sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm
(Arief,2018).
a. Tegangan
Tegangan adalah suatu reaksi akibat adanya beban atau gaya. Ada 3 macam
tegangan sebelum massa batuan mengalami gangguan, antara lain :
1) Tegangan gravitasi, yaitu tegangan yang terjadi karena berat dari batuan
yang berada di atas massa batuan.
2) Tegangan tektonik, yaitu tegangan yang terjadi akibat aktivitas tektonik
pada kulit bumi.
3) Tegangan sisa, yaitu tegangan yang masih tersisa walaupun penyebab terjadinya
tegangan tersebut sudah hilang.
b. Regangan
Regangan adalah perubahan bentuk atau volume akibat adanya tegangan.
Pada saat sampel batuan yang di uji menerima beban yang meningkat secara
c. Hubungan Tegangan-Regangan
Bila ada sebuah batang yang mengalami gaya tekan maka batang tersebut
akan mengalamai perpendekan dan regangan yang terjadi disebut regangan tekan.
Dari teori kekuatan bahan tegangan tarik dapat ditentukan dengan membagi beban
dengan luas penampang.Hubungan tegangan (σ) dan regangan (∈) yang berbanding
lurus
d. Mohr Coulomb
Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan dengan arah yang berbeda
didapat dengan mohr coulomb. Langkah-langkah dalam pembuatan mohr coulomb
dan cara mendapatkan nilai kohesi dan sudut geser dalam, sebagai berikut :
1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan sumbu horisontal untuk kuat
tekan dan kuat tarik dengan skala yang sama.
2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan sumbu vertikal sedangkan nilai kuat
tarik berada disebelah kiri sumbu vertikal.
3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik dari data yang telah diketahui
membentuk setengah lingkaran.
4) Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung lingkaran kuat tekan dan kuat
tarik.
5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara garis singgung dan sumbu
tegak.
6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut yang dibentuk garis singgung
tersebut (Ardi, 2016).
Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan tanah melawan tegangan
geser yang terjadi pada saat terbebani. keruntuhan geser atau shear failure tanah atau
batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir butir tanah tersebut tapi
karena adanya gerak relatif antara butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa
kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir butir tanah
tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah atau batuan dipengaruhi oleh
faktor faktor dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif ) misalnya lempung
kekuatan geser yang dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan
antara butir butir tanah atau biasa disebut dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan
dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser disebabkan karena adanya gesekan
antara butir butir tanah atau batuan sehingga sering disebut sudut gesek dalam. Pada
kondisi alamiah dilapangan kondisi material tanah maupun batuan selalu bercampur
sehinga kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) dan
gesekan karena adanya sudut geser dalam pada butir butir batuan dan tanah.
Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear strength (Ardi, 2016)
Secara sederhana sampel tanah atau batuan dimasukkan kedalam alat seperti
tabung yang kemudian diberi beban normal yang besarnya tetap. Sampel tersebut
kemudian digeser dengan gaya yang besarnya secara berkala dinaikkan sampai
sampel tanah atau batuan tersebut pecah. Dan sleuruh angka tersebut dicatat
kemudian diplot kedalam grafik. Saat ini alat untuk mengukur direct shear strength
sudah otomatis dengan komputer dalam menghitung displacement dari sampel
tersebut karena dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi dan harus sangat cepat untuk
mencatat tiap perubahan. ada tiga gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3. Masukkan sampel pada alat uji kuat geser dan sentringkan dial gauge yang
terpasang pada alat
4. Setelah itu beri beban pada alat sesuai yang telah ditentukan yaitu 25 kN, 50
kN dan 75 kN.
5. Kemudian putar tuas secara konstan dan amati perpindahan arah pergeseran
dari suatu batuan
6. Setelah sampel retak maka putar tuas berlawanan dengan arah sebelumnya,
setelah itu angkat sampel yang telah retak kemudian ukur dimensinya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 5.4.1 Hasil Pengamatan
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Peak Residual Peak Residual Peak Residual
19 9.5 10 4 48 13
20 9.5 42 3.5 27 16
16 10 16 3.5 34 17
4.2 Pembahasan
Sampel 1 = 25 kN
a) Luas permukaan batu
2 (𝑝𝑥𝑙)+(𝑝𝑥𝑡)+(𝑙𝑥𝑡)
A. = 100
2 (4,35𝑥4,15)+(4,35𝑥8,5)+(4,15𝑥8,5)
= 100
2 (18,0525)+(36,975)+(35,275)
= 100
= 1,80605
1,80605
= 10.000
= 0,000180605 m2
b) Gaya Geser
Peak Fg = 0,02031 x deformasi
Fg1 = 0,02031 x 19 mm = 0,38589
Fg2 = 0,02031 x 30 mm = 0,6093
Fg3 = 0,02031 x 16 mm = 0,32496
0,25
` = 1000𝑥0,000180605
0,25
= 0,180605
𝐹𝑔 𝐹𝑔
τ = 𝐴 = 1000𝑥𝐴
1000
peak
0,38589
τ1 = 1000𝑥0,000180605
𝛿𝜏
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏) C2 = τ – (σn x tan ɵ)
3,3736
= tan-1 (1,3842) = 3,3736 – (1,3842 x tan 67,6913)
= 3,3736 – (1,3842 x 2,4371)
= tan-1 (2,4372)
= 3,3736 – 3,734
= 67,6913°
= 0,0002 N/m2 (Mpa)
𝛿𝜏
ɵ3 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
C3 = τ – (σn x tan ɵ)
1,7992
= tan-1 (1,3842) = 1,7992 – (1,3842 x tan 52,4271)
Residual
𝛿𝜏
ɵ1 = tan-1 ( )
𝛿𝜎𝜏 C1 = τ – (σn x tan ɵ)
1,0683
= tan-1 (1,3042) = 1,0683 – (1,3842 x tan 37,6573)
= 1,0683 – (1,3842 x 0,7716)
= tan-1 (0,7717)
= 1,0682 – 1,0680
= 37,6573°
= 0,0003 N/m2 (Mpa)
𝛿𝜏 C2 = τ – (σn x tan ɵ)
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
1,0683 = 1,0683 – (1,3842 x tan 37,6573)
= tan-1 (1,3042)
= 1,0683 – (1,3842 x 0,7716)
-1
= tan (0,7717) = 1,0682 – 1,0680
= 37,6573° = 0,0003 N/m2 (Mpa)
𝛿𝜏
ɵ3 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏) C2 = τ – (σn x tan ɵ)
1,1245
= tan-1 (1,3042) = 1,1245 – (1,3842 x tan 39,0869)
= 1,1245 – (1,3842 x 0,8122)
= tan-1 (0,8123)
= 1,1245 – 1,1242
= 39,0869°
= 0,0003 N/m2 (Mpa)
Sampel 2 = 0,50 kN
a) Luas permukaan batu
2 (𝑝𝑥𝑙)+(𝑝𝑥𝑡)+(𝑙𝑥𝑡)
A. = 100
2 (4𝑥4)+(4𝑥8)+(4𝑥8)
= 100
2 (16)+(32)+(36)
= 100
= 1,6
1,6
= 10.000
= 0,00016 m2
b) Gaya Geser
Peak Fg = 0,02031 x deformasi
Fg1 = 0,02031 x 10 mm = 0,2031
Fg2 = 0,02031 x 42 mm = 0,85302
Fg3 = 0,02031 x 16 mm = 0,32496
0,25
` = 1000𝑥0,00016
0,25
= 16
peak
0,2031
τ1 = 1000𝑥0,00016
0,071085
τ3 = 1000𝑥0,00016
𝛿𝜏
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏) C2 = τ – (σn x tan ɵ)
5,3313
= tan-1 ( 3,125 ) = 5,3313 – (3,125 x tan 59,6225)
= 5,3313 – (3,125 x 1,7059)
= tan-1 (1,7060)
= 5,3313 – 5,3309
= 59,6225°
= 0,0004 N/m2 (Mpa)
𝛿𝜏
ɵ3 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
C3 = τ – (σn x tan ɵ)
1,7992
= tan-1 (1,3842) = 1,7992 – (1,3842 x tan 52,4271)
Residual
𝛿𝜏
ɵ1 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
C1 = τ – (σn x tan ɵ)
1,0683
= tan-1 ( ) = 1,0683 – (1,3842 x tan 37,6573)
1,3042
= 1,0683 – (1,3842 x 0,7716)
= tan-1 (0,7717)
= 1,0682 – 1,0680
= 37,6573°
= 0,0003 N/m2 (Mpa)
𝛿𝜏
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
C2 = τ – (σn x tan ɵ)
1,0683
= tan-1 (1,3042) = 1,0683 – (1,3842 x tan 37,6573)
Sampel 3 = 25 kN
a) Luas permukaan batu
2 (𝑝𝑥𝑙)+(𝑝𝑥𝑡)+(𝑙𝑥𝑡)
B. A= 100
2 (4,1𝑥4,1)+(4,1𝑥8,2)+(4,1𝑥8,2)
= 100
2 (16,81)+(33,62)+(33,62)
= 100
= 1,681
1,681
= 10.000
= 0,0001681 m2
b) Gaya Geser
Peak Fg = 0,02031 x deformasi
Fg1 = 0,02031 x 48 mm = 0,97488
Fg2 = 0,02031 x 27 mm = 0,54837
Fg3 = 0,02031 x 34 mm = 0,69054
0,75
= 0,180605
peak
0,97488
τ1 = 1000𝑥0,0001681
C2 = τ – (σn x tan ɵ)
𝛿𝜏
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏) = 3,262 – (4,461 x tan 36,166)
3,262 = 3,3736 –3,260
= tan-1 (4,461)
= 0,002 N/m2 (Mpa)
= tan-1 (0,731)
= 36,166°
HASLAN RISKA DWI APRILIA
09320150111 09320170191
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
UJI KUAT GESER
𝛿𝜏 C3 = τ – (σn x tan ɵ)
ɵ3 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
= 4,107 – (4,461 x tan 42,614)
-1 4,107
= tan (4,461) = 4,107 – 4,104
= tan-1 (0,92) = 0,003 N/m2 (Mpa)
= 42,614°
Residual
𝛿𝜏
ɵ1 = tan-1 ( )
𝛿𝜎𝜏 C1 = τ – (σn x tan ɵ)
1,57
= tan-1 (4,461) = 1,57 – (4,461 x tan 19,341)
= 1,57 – 1,565
= tan-1 (0,351)
= 0,005 N/m2 (Mpa)
= 19,341°
𝛿𝜏 C2 = τ – (σn x tan ɵ)
ɵ2 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏)
1,933 = 1,933– (4,461 x tan 23,412)
= tan-1 (4,461)
= 1,933 – 1,931
-1
= tan (0,433) = 0,002 N/m2 (Mpa)
= 23,412°
𝛿𝜏
ɵ3 = tan-1 (𝛿𝜎𝜏) C3 = τ – (σn x tan ɵ)
2,053 = 2,053 – (4,461 x tan 24,702)
= tan-1 (4,461)
= 2,053– 2,052
= tan-1 (0,46)
= 0,001 N/m2 (Mpa)
= 24,702°
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum mekanika batuan mata acara uji kuat geser dapat kita
simpulkan bahwa kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan tanah melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. keruntuhan geser atau shear failure
tanah atau batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir butir tanah
tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara butir butir tanah tersebut. Pada
peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir butir
tanah tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah atau batuan
dipengaruhi oleh faktor faktor dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif)
misalnya lempung kekuatan geser yang dimiliki tanah disebabkan karena adanya
kohesi atau lekatan antara butir butir tanah atau biasa disebut dengan kohesi (C).
5.2 Saran
Saran untuk Asisten agar memberi motivasi kepada praktikannya untuk terus
mengikuti praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik batuan karst Maros. Universitas
Negeri Makassar. Makassar
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan menggunakan metode
unconfined compressive strength pada batuan inti (core) batupasir.
Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik Terowongan. Laboratorium Geoteknik
Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu
Rekayasa Institut Teknologi Bandung. Bandung.