Anda di halaman 1dari 37

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK


ACARA II : MEKANIKA BATUAN

LAPORAN

OLEH :
SRI HARIANTI ANUGRAH
D061191083

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi teknik (Engineering Geology) adalah aplikasi ilmu geologi dalam

praktek rekayasa teknik (engineering practice) yang bertujuan memastikan faktor-

faktor geologi yang mempengaruhi lokasi, desain, konstruksi dan perawatan

engineering telah dikenali dan diperhitungkan dengan matang.

Geologi teknik adalah penerapan ilmu geologi dalam praktik  rekayasa

untuk tujuan menjamin faktor-faktor geologi yang memengaruhi lokasi, desain,

konstruksi, operasi dan perawatan pekerjaan rekayasa telah dikenali dan

diperhitungkan dengan matang. Penelitian geologi rekayasa dapat dilakukan pada

waktu perencanaan analisis dampak lingkungan, disain rekayasa sipil, rekayasa

optimasi dan tahapan konstruksi proyek umum dan swasta, serta pada tahap

setelah konstruksi dan penyelidikan proyek.

Salah satu faktor yang berhubungan erat dengan geologi teknik adalah

batuan. Batuan memiliki sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika

batuan. Karakteristik ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu sifat fisik

batuan dan sifat mekanik batuan. Parameter dari sifat fisik batuan adalah bobot isi,

berat jenis, porositas, absorpsi, dan void ratio. Sedangkan untuk sifat mekanik

standar dikenal juga sifat mekanik dan cuttability yang di peroleh dari uji indeks.

Sifat fisik diperlukan untuk mengetahui jenis batuan yang cocok digunakan

dalam pembangunan. Oleh karena itu diadakannya praktikum mekanika batuan


untuk mengetahui karakteristik dan sifat fisik batuan serta bagaimana

pengaruhnya terhadap bidang geologi teknik

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan mampu

memahami sifat fisik batuan serta peranan dalam ilmu geologi. Adapun tujuan

dari praktikum ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sifat fisik batuan

2. Untuk mengetahui nilai dari pengujian ketahanan batuan

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah memberikan pemahaman

mengenai karakteristik dan sifat fisik batuan serta bagaimana pengaruhnya

terhadap bidang geologi teknik

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

1. Sampel batuan

Pada praktikum ini digunakan sampel batugamping yang diambil di daerah

Kariango, Kabupaten Gowa


Gambar 1.1 Sampel batuan

2. Neraca digital

Digunakan untuk menimbang massa sampel batuan

Gambar 1.2 Neraca digital

3. Alat coring

Digunakan untuk membuat sampel core batuan breksi vulkanik

Gambar 1.3 Alat coring


4. Alat potong

Digunakan untuk memotong sampel sesuai panjang yang diinginkan

Gambar 1.4 Alat potong

5. Oven

Digunakan untuk mengeringkan sampel

Gambar 1.5 Oven

6. Alat penyangga

Digunakan untuk menggantung beban sampel core saat dimasukkan

kedalam air
Gambar 1.6 Alat penyangga

7. Wadah

Digunakan untuk wadah perendaman sampel

Gambar 1.7 Wadah

8. Alat uji kuat tekan batuan

Digunakan untuk menguji kuat tekan batuan

Gambar 1.8 Alat uji kuat tekan batuan


9. Loyang

Digunakan untuk menaruh sampel

Gambar 1.9 Loyang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Batuan

Batuan merupakan kumpulan dari mineral dan fragmen penyusun batuan

yang telah dalam keadaan mengeras atau membeku, terbnetuk karena adanya

proses pembekuan magma, proses sedimentasi, proses metamorfisme dan aktivitas

vulkanik.

2.2 Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari kumpulan mineral yang

berbeda dan mempunyai komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun

kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang panjang dan selama

proses geologi seperti aktivitas magmatisme dan proses sedimentasi sangat

berpengaruh terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh struktur

geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan tersebut. Oleh sebab

itulah batuan memiliki sifat fisiki maupun sifat mekanis.

1. Sifat Fisik

Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki oleh batuan tersebut

bersamaan saat batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya

porositas, berat jenis, permeabilitas, absorpsi, dan derajat kejenuhan.

2. Sifat Mekanik Batuan

Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki batuan karena adanya

pengaruh gaya-gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut.

2.2.1 Sifat Fisik Batuan


Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki oleh batuan tersebut

bersamaan saat batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya

porositas, berat jenis, permeabilitas, absorpsi, dan derajat kejenuhan

1. Porositas

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori atau rongga

batuan terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam prsentase (%).

Porositas didefinisikan sebagai a measure of the pore space available for

the storage of fluidsin rock. Secara matematis, porositas adalah volume pori

batuan dibagi oleh volume bulk batuan, yang dituliskan sebagai berikut:

Dimana:

φ = Porositas, dinyatakan dalam fraksi atau persen

Vp = Volume pori (L3)

Vb = Volume bulk (L3) = Vp + Vm

Vm = Volume matriks (L3)

Berdasarkan proses pembentukannnya, porositas dikelompokkan menjadi:

1. Porositas primer yaitu porositas yang terbentuk bersamaan dengan waktu

proses pengendapan batuan.

2. Porositas sekunder yaitu porositas yang terbentuk kemudian setelah proses

pengendapansebagai akibat dari proses geologi. 

Sedangkan berdasarkan fungsinya, porositas dikelompokkan menjadi:

a. Porositas total:
b. Porositas efektif:

Untuk clean sandstones berlaku φt = φe, sedangkan untuk carbonate dan

cemented sandstones berlaku φe < φt. Untuk batuan klastik, susunan butiran yang

membentuk batuan sangat mempengaruhi besar porositas. Rentang harga

porositas berdasarkan susunan butiran adalah:

1. Maksimum, harga porositas yang diperoleh jika butiran tersusun secara

cubic packing, yaitu sebesar 0,4762.

2. Intermediate, untuk butiran seragam, porositas akan tergantung pada

susunan butiran

3. Minimum = 0 Jika r adalah jari-jari butiran pasir penyusun batuan, maka

untuk susunan butiran yang berbentuk kubik (cubic packing):


Jadi, untuk butiran pasir yang seragam, maka porositas merupakan fungsi

dari packing. Untuk kedua jenis packing seperti digambarkan di atas, maka

porositas untuk masing-masing packing tersebut adalah:

1. Cubic packing, φ = 0.476

2. Rhombohedral, φ = 0.259

Selanjutnya, untuk butiran pasir yang tidak seragam, terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi harga porositas, diantaranya:

1. Bentuk (shape) butiran: porositas meningkat jika bentuk butir

(angularity) meningkat.

2. Susunan (packing arrangement) butiran: porositas menurun jika kompaksi

meningkat

3. Distribusi ukuran butiran: porositas menurun jika interval ukuran meningkat

(ukuran makin tidak seragam)

4. Sementasi antar butiran: porositas menurun jika jumlah interstitial dan/atau

cementing material meningkat. Interstitial sedikit pada cleanstones dan

banyak pada shaly sand.

5. Rekahan (fractures) dan/atau gerowong (vugs): rekahan dan gerowong

berkontribusi pada volume pori. Oleh karenanya, porositas makin besar

dengan adanya rekahan. Namun, sistem rekahan umumnya bersifat lebih

kompleks karena bukan hanya kemampuan penyimpanan (sifat storativity)

saja yang harus diperhatikan, akan tetapi juga kemampuan mengalirkan

fluida. Pengukuran porositas dapat dilakukan


a. Di laboraturium, yaitu dengan mengukur salah satu dari Vp, Vb, atau

Vm dari core dengan menerapkan hukum Archimides.

b. Di lapangan, yaitu dengan log sumur (well logging).

2. Bobot Isi

Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan.

Bobot isi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan

volume batuan.

b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan

volume batuan.

c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan

volume batuan.

3. Specific Gravity

Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air.

Spesific gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan

dengan bobot isi air.

b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan

dengan bobot isi air.

4. Kadar Air

Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan

dengan berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi:


a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam

batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam presentase (%).

b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam

batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam presentase (%).

5. Angka Pori

Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan

dengan volume batuan.

6. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar

air jenuh yang dinyatakan dalam prsentase (%).

2.2.2 Sifat Mekanik Batuan

Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki batuan karena adanya

pengaruh gaya-gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut

1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)

Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan

sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran

tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang

dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak

searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh

dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan

tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk

kerucut cone.
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai

kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.

Semakin besar maka kuat tekannya bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh

persamaaan dibawah ini.

Dengan C kuat tekan batuan. Makin besar l/d, maka kuat tekannya akan

bertambah kecil.

Gambar 2.1. Perubahan Sampel

Persamaan umum kuat tekan (tegangan):

Keterangan:

D = Diameter (m)

l = Panjang (m)

 = Tegangan (N/m2)
F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan batuan pada saat terjadi

keruntuhan (failure) sehingga pada grafik merupakan keadaan yang paling

puncak (N).

A = Luas penampang percontohan batuan yang diuji (m2)

2. Batas Elastis

Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan (deformasi)

permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure). Perilaku batuan

dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi deformasi permanen

jika suatu tegangan dibuat nol. Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva

berbentuk landai dan tidak linier yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh

batuan

dipergunakan untuk menutup rekahan awal (pre exiting cracks) yang terdapat di

dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi linier sampai batas tegangan tertentu,

yang kita kenal dengan batas elastis lalu terbentuk rekahan baru dengan batas

elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap linier. Sesudah batas elastis

dilewati maka

perambatan rekahan menjadi tidak stabil, kurva tidak linier lagi dan tidak berapa

lama kemudian batuan akan hancur. Titik hancur ini menyatakan kekuatan

batuan. Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada

saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu,

Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah

linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat

nilai batas elastis C.

Gambar 2.2. Kurva Tegangan-Regangan

Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada

saat grafik reganga aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu,

titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah

linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik

tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat

nilai batas elastis C.

3. Modulus Young

Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara

selisih tegangan aksial (∆T) dengan selisih tegangan aksial (∆o), yang diambil

pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada rata-rata

kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di

kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata dalam hubungan sebagai

berikut :
Gambar 2.3. Kurva Pengambilan Nilai T dan a
4. Possion’s Ratio

Harga possion’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara

regangan lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar i. Harga

tegangan sebesar i yang diukur pada titik singgung antara grafik tegangan

volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik

volumetrik mulai berubah arah. Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus

sumbu tegangan aksial didapat nilai ai = li.

Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya poisson’s

ratio dalam hubungan sebagai berikut :

Gambar 2.4. Pengambilan Nilai ai dan li


5. Kuat tekan (uniaxial)

Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap

titik pecahnya. Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan silinder merupakan

uji sifat mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial

dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan σ i), Modulus Young (E), Nisbah

Poisson (v) dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk silinder

ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter

contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2.5 dengan luas

permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu

aksis contoh batuan.

2.3 Hubungan Mekanika Batuan dan Geologi

Mekanika batuan mempelajari mekanisme deformasi kristal-kristal mineral

yang mengalami tekanan tinggi pada temperatur tinggi, perilaku batuan di

laboratorium, stabilitas dinding terowongan, bahkan mekanisme pergerakan-

pergerakan kerak bumi sendiri, dalam hal ini jelas geologi berperan, antara lain

material-material yang terlibat pada batuan yang keberadaannya tidak terlepas dari

lingkungan geologi atau dihasilkan dari lingkungan geologi, karakter fisiknya

yang merupakan fungsi dari cara terjadinya dan dari semua proses yang terlibat,

stabilitas dinding terowongan, dan sejarah geologi pada lokasi kejadian. Prinsip-

prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegasan (stress),

tarikan (strain) dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu

materi/bahan suatu litologi memberikan acuan tentang mineraloginya, tekstur,


kemas yang mengarahkan kepada klasifikasi yang dapat diterima oleh konstruksi

pembangunan.

2.4 Geological Strength Index (GSI)

Hoek dan Brown (1980) mengusulkan metode untuk mendapatkan

estimasi kekuatan massa batuan terkekarkan (joint rock mass), berdasarkan pada

penilaian ikatan antar struktur pada massa batuan dan kondisi permukaan struktur

geologi tersebut, yang dikenal sebagai Original Hoek-Brown Criterion. Kriteria

ini

dimulai dari kekuatan batuan utuh dan kemudian diperkenalkan faktor-faktor

untuk

mengurangi kekuatan tersebut berdasarkan pada karakteristik pada bidang

diskontinu (joints) didalam massa batuan. Kriteria ini terus dikembangkan oleh

Hoek, dkk (1995) dimasukkan konsep Geological Strength Index (GSI) yang

memberikan estimasi pengurangan kekuatan massa batuan karena perbedaan

kondisi geologi.

Menurut Marinos, membuat batasan bahwa klasifikasi GSI

tidak boleh diterapkan untuk batuan tanpa diskontinuitas, serta batuan yang

didominasi struktur orientasi (highly anisotropic). Hoek (2007) menyatakan

klasifikasi GSI batuan di bawah permukaan dapat ditentukan melalui ekstrapolasi

lubang bor. Investigasi lubang bor bersifat multiple dan miring akan membantu

interpretasi massa batuan. Untuk peledakan, GSI sulit diterapkan, karena tidak

mudah membedakan permukaan batuan akibat kontrol ledakan terhadap

permukaan terusakkan sisa ledakan.


GSI menggunakan Hoek-Brown Failure Criterion untuk kuantifikasi

struktur massa batuan dan kondisi kerusakan di atas kekuatannya, dengan asumsi

batuan belum terganggu, in-situ atau induced stresses dan tekanan air tanah tidak

dipertimbangkan dalam perhitungan konstanta mb, mi dan a pada chart

Perihal terpenting dalam klasifikasi GSI adalah melalui deskripsi

kualitatif geologi teknik dan massa batuan. Sistemnya mampu mengestimasikan

pengurangan kekuatan massa batuan untuk berbagai keadaan geologi melalui

pengamatan visual lapangan. GSI mengkombinasikan 2 (dua)

parameter utama, yaitu struktur dari sifat blok, dan kondisi permukaan berupa

kekasaran, pelapukan atau alterasi, dan pengisi.

Tabel 2.1. Estimasi nilai Uniaxial Compressive Strength di lapangan untuk batuan utuh (Hoek dan
Brown, 1998)
2.5 Rekahan

Rekahan atau patahan merupakan pemisahan setiap lokal atau pergeseran

bidang dalam formasi geologi, seperti kekar atau sesar yang membagi batu itu

menjadi dua atau lebih potongan. Patahan biasanya disebabkan oleh tekanan yang

melebihi kekuatan dalam dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa data. Uji

kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe pecah, yaitu:

1. Kataklasis

2. Belahan arah aksial (axial splitting)

3. Hancuran kerucut (cone runtuh)


4. Hancuran geser (homogeneous shear)

5. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner)

6. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)

7. Serpihan mengulit bawang dan menekuk.

Dalam uji kuat tekan uniaksial mempunyai beberapa tipe pecahan sebagai

berikut:

Gambar 2.5. Tipe pecahan batuan

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum laboratorium geologi teknik ialah

analisis laboratorium. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui terbagi menjadi

tahapan persiapan, tahapan praktikum, dan tahapan pengolahan data

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun kegiatan penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan

penelitian. Secara sistematis terdiri atas tahap persiapan praktikum, tahap

praktikum, tahap pengolahan data, dan serta penyusunan laporan

3.2.1 Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi pengerjaan tugas pendahuluan, mencari studi literatur

untuk praktikum, dan asistensi acara serta membawa alat bahan. Tugas

pendahuluan mencakupi soal dari materi-materi yang terkait pada asistensi acara

yang akan dipraktikumkan. Melakukan studi pustaka untuk mencari literatur yang

dipraktikumkan. Begitu pula pemberian materi oleh asisten yang dilaksanakan di

asistensi acara sebagai persiapan praktikan untuk mengikuti praktikum. Praktikan

juga harus membawa alat dan bahan untuk melakukan praktikum.


3.2.2 Tahapan Praktikum

Tahapan ini meliputi respon dan praktikum. Pelaksanaan respon dilakukan

tepat sebelum praktikum dimulai. Dengan pemberian soal-soal singkat yang

terkait dengan acara yang akan dipraktikumkan dengan batas waktu yang

bertujuan untuk menguji kembali pemahaman praktikan. Lalu pelaksanaan

praktikum melalui beberapa tahapan. Tahapan- tahapan tersebut meliputi :

1. Tahapan Pertama

Tahapan ini meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

praktikum, kemudian dilakukan pemotongan sampel batuan menjadi berbentuk

coring menggunakan alat coring

Gambar 3.1 Proses coring batuan.

2) Tahapan Kedua

Pada tahapan ini sampel batuan yang telah di coring dipotong menjadi

10cm dan dua buah 5cm untuk dapat dilakukan percobaan pada praktikum sifat

fisik batuan dan uji ketahanan batuan.


Gambar 3.2 Proses pemotongan batuan.

3) Tahapan Ketiga

Pada tahapan ini, didapatkan sampel batuan berukuran 10cm dan dua buah

sampel batuan berukuran 5cm setelah dipotong melalui alat pemotong batuan

Gambar 3.3 Sampel batuan yang telah dipotong

4) Tahapan Keempat

Pada tahapan ini melakukan penimbangan sampel batuan yang telah

dipotong yang kering dan toples yang digunakan untuk untuk merendamkan

sampel batuan.
Gambar 3.4 Proses penimbangan sampel batuan.

5) Tahapan Kelima

Setelah sampel batuan dan toples ditimbang, lakukan penimbangan sampel

batuan dengan cara digantung didalam toples yang dicelupkan kedalam air.

Gambar 3.5 Penimbangan sampel batuan digantung dan tercelup kedalam air.

6) Tahapan Keenam

Tahapan selanjutnya melakukan perendaman sampel didalam air selama 24

jam ditempat yang tidak terkontaminasi.


Gambar 3.6 Proses perendaman sampel batuan diruangan tak terkontaminasi

7) Tahapan Ketujuh

Setelah sampel batuan direndam selama 24 jam pada ruangan tak

terkontaminasi, proses selanjutnya melakukan penimbangan sampel batuan yang

direndam untuk mendapatkan berat jenuh.

Gambar 3.7 Penimbangan berat jenuh sampel batuan yang telah direndam

8) Tahapan Kedelapan

Tahapan selanjutnya melakukan pengeringan sampel didalam oven selama

24 jam dengan suhu 110oC

Gambar 3.7 Pengeringan Sampel ke dalam Oven

9) Tahapan Kesembilan
Setelah sampel batuan dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu

110oC, proses selanjutnya melakukan penimbangan sampel batuan yang

dikeringkan untuk mendapatkan berat kering.

10) Tahapan Kesepuluh

Sampel yang sudah di coring kemudian dimasukkan kedalam alat uji

kekerasan

Gambar 3.8 Menguji kekerasan batuan

11) Tahap Kesebelas

Mencatat data yang muncul dilayar alat uji kekerasan batuan


Gambar 3.9 Layar alat uji kekerasan batuan

3.2.2 Tahapan Pengolahan Data

Tahapan ini meliputi pembuatan laporan dan asistensi. Hasil deskripsi

sampel oleh praktikan kemudian akan diasistensikan bersama asisten yang

kemudian akan diolah dalam bentuk laporan.

3.2.3 Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan praktikum yang memuat

semua data saat praktikum, dan haasil pengolahan data secara sistematik. Selama

penyusunan laporan dilakukan pengoreksian dan pengecekan ulang terhadap

semua data kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.

TAHAP PENDAHULUAN

TAHAP PRAKTIKUM

TAHAP ANALISIS DATA


LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA BATUAN

Gambar 2.1 Diagram Alir Tahapan Praktikum

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,

didasarkan dari data yang telah diamati, dengan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Sifat Fisik Batuan

Setelah melakukan beberapa tahapan praktikum, diperoleh hasil berupa data

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan batuan


TABEL PENGAMATAN

No Sampel : 1.3

Lokasi : Kariango

Tipe Batuan : Batugamping

Sifat Fisik Batugamping

Berat asli (gr) 261,39 gr

Berat jenuh (gr) 263,80 gr

Berat tergantung (gr) 121,01 gr

Berat kering (gr) 260,81 gr

Massa jenis asli (gr) 1,72

Massa jenis jenuh (gr) 1,74

Massa jenis kering (gr) 1,72

Apperent SG (gr) 1,72

True SG (gr) 1,75

Kadar air asli 0,22%

Kadar air jenuh 1,14%

Derajat kejenuhan 19,4%

Porositas 1,97%

Void ratio 0,02

4.1.2 Sifat Mekanik Batuan


Adapun sifat mekanika batuan yang didapatkan berdasarkan percobaan di

dalam laboratorium adalah sebagai berikut:

Luas Tingkat ∂c ∂c (Mpa


Nama batuan Diameter Tinggi Tekanan
alas Kekuatan (Mpa) Terkoreksi
114 2.375m 51.000
Batugamping 5,5 Weak 2 21,56
mm m2 mN

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pengolahan Data Sifat Fisik Batuan

Berdasarkan data yang didapatkan dilaboratorium maka dapat dituliskan:


Wn
1. Massa jenis asli =
Ww−Ws

261,39 gram
=
151,79 gram

= 1,72 gram

Ww
2. Massa jenis jenuh =
Ww−Ws

263,80 gram
=
151,79 gram

= 1,74 gram

Wo
3. Massa jenis kering =
Ww−Ws

260,81 gram
=
151,79 gram

= 1,72 gram

Wo
4. Apperent SG = : massa jenis air
Ww−Ws
260,81 gram
= :1
151,79 gram

= 1,72 gram

Wo
5. True SG = : massa jenis air
Wo−Ws

260,81 gram
= :1
148,81 gram

= 1,75 gram

Wn−Wo
6. Kadar air asli = × 100%
Wo

0,58
= × 100%
260,81

= 0,22%

Ww−Wo
7. Kadar air jenuh = × 100%
Wo

2,99
= × 100%
260,81

= 1,14%

Wn−Wo
7. Derajat kejenuhan = × 100%
Ww−Wo

10,58
= × 100%
2,99

= 19,4%

Ww−Wo
8. Porositas = × 100%
Ww−Ws
2,99
= × 100%
151,79

= 1,97%

n
9. Void ratio =
1−n

0,0197
=
1−0,0197

= 0,02

4.2.2 Pengolahan Data Sifat Mekanik Batuan

Berdasarkan data yang didapatkan dilaboratorium maka dapat dituliskan:


Luas Alas = πr2

= 3,14 x 2,752

= 2.375 mm2

p
∂c =
A

51.000
=
2.375

= 21,47

∂c
∂c terkoreksi =
Bil Konstan
+ ( 100
D
¿

21,47
=
0,89

= 21,564

4.3 Pembahasan
Adapun hasil dari pengolahan data yang didapat adalah berat asli 261,39 gr,

berat jenuh sebesar 263,80 gr yang diperoleh dengan cara merendam sampel

batuan kedalam air kemudian diamkan selama 24 jam, berat tergantung 112,01 gr,

berat kering 260,81 gr yang diperoleh dengan cara mengeringkan sampel batuan

kedalam oven selama 24 jam, massa jenis asli 1,72 gr, massa jenis jenuh 1,74 gr,

massa jenis kering 1,72 gr, Apperent SG 1,72 gr, True SG 1,75 gr, kadar air asli

0,22%, kadar air jenuh 1,14%, derajat kejenuhan 19,4%, porositas 1,97% dan void

ratio 0,02

Adapun hasil dari perhitungan sifat mekanik batuan didapatkan diameter 5,5

cm, tinggi 114 mm, luas alas 2.375, tekanan 51.000 mN, tingkat kekuatan weak,

∂c 2 Mpa dan ∂c terkoreksi 21,56 Mpa dengan jenis rekahan yang didapatkan

adalah combination axial and local shear.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum sifat fisik batuan yaitu :

1. Berdasarkan perhitungan didapat adalah berat asli 261,39 gr, berat jenuh

263,80 gr, berat tergantung 112,01 gr, berat kering 260,81 gr, massa jenis

asli 1,72 gr, massa jenis jenuh 1,74 gr, massa jenis kering 1,72 gr, Apperent

SG 1,72 gr, True SG 1,75 gr, kadar air asli 0,22%, kadar air jenuh 1,14%,

derajat kejenuhan 19,4%, porositas 1,97% dan void ratio 0,02

2. Berdasarkan perhitungan didapatkan kuat tekan batuan dari batugamping

adalah ∂c terkoreksi 21,56 Mpa dan termasuk dalam golongan tingkat

kekerasan weak, dengan jenis rekahan yaitu combination axial and local

shear

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum acara sifat fisik batuan yaitu :

1. Sebaiknya semua asisten selalu ada dalam lab geoteknik selama praktikum

agar memudahkan jika mau bertanya atau asistensi.

2. Tetap menjaga kebersihan setelah laboratorium digunakan

3. Menjaga protokol kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Sifat Fisik Batuan dan Pengujiannya


Diniy, Ganis. 2004. Sifat Fisik Batuan
Hakim, N. 1986. Penuntun Ringkas Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas: Padang.
Sidhunata, Hugo. 2019. Modul Batuan. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Sukandi. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA UPN: Jawa
Timur. Halaman 144.

Anda mungkin juga menyukai