Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI


ANALISA PETROFISIK

DISUSUN OLEH :
NAMA : EASTMAN SIANIPAR
NIM : 113150013
PLUG :A

STUDIO PENILAIAN FORMASI


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
ANALISA PETROFISIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : Eastman Sianipar


NIM : 113150013
PLUG :A

Disetujui untuk Praktikum Penilaian Formasi


Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Asisten Praktikum PF,

(Aryanto Yoga Utama)


BAB VII
ANALISA PETROFISIK

7.1. TUJUAN PRAKTIKUM


Analisa petrofisik diperlukan untuk melakukan analisa formasi batuan dan
analisa unsur kandungan di dalam batuan tersebut yang didapat dari hasil proses
pengambilan data pada lubang bor dengan memasukan detektor elektronik dan
radioaktif pada lubang sumur.
7.2. DASAR TEORI
Petrofisika merupakan keahlian yang unik dalam dunia industri
perminyakan dan gas. Disiplin ilmu ini terletak di antara geologi dan teknik
perminyakan. Bagi seorang geologist untuk menjadi ahli petrofisik harus banyak
mempelajari rumus dan berhitung, sebaliknya untuk seorang PE (Petroleum
Engineering) untuk beralih menjadi ahli petrofisik harus mempelajari mineral dan
batuan.
Secara definisi bisa dikatakan petrofisik adalah cabang dari ahli kebumian
(Geoscience), yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifatsifat batuan termasuk isi
yang terdapat didalamnya meliputi fluida dan bahan pembentuk batuan itu sendiri.
Ilmu ini diperlukan untuk melakukan analisa formasi batuan dan analisa unsur
kandungan di dalam batuan tersebut yang didapat dari hasil proses pengambilan
data pada lubang bor dengan memasukan detektor elektronik dan radioaktif pada
lubang sumur. Keunikan ahli petrofisik mulai terlihat ketika mengidentifikasi
batuan dan lingkungan pengendapan. Seorang ahli petrofisik harus mengetahui
ilmu geologi, akan tetapi untuk mengenal kondisi reservoir seperti bagaimana
poripori batuan dan tekanan serta sifat-sifat fluida, ahli petrofisik harus
mendalami juga ilmu perminyakan. Untuk mengevaluasi angkaangka dari kurva
yang diberikan oleh hasil alat logging berupa log Caliper, Gamma Ray,
Spontaneous Potential, Resisitivity, Neutron, Density, Sonic, Dip Meter, NMR,
dan lain-lain dari seorang wellsite geologist, seorang ahli petrofisik dapat
menggunakan rumus-rumus tertentu. Yang sangat domain dalam keekonomisan
suatu reservoir adalah besarnya harga saturasi air (Sw) yang dapat menunjukkan
besarnya saturasi hidrokarbon di dalam reservoir. Hal penting lainnya adalah
besarnya porositas dari batuan untuk mengetahui ruang pori yang ada di dalam
batuan yang mungkin terisi oleh fluida (gas, minyak, dan air). Dari data log akan
diketahui ketebalan batuan, nilai salinitas air, nilai volume lempung, dimana
proses perhitungannya mengunakan metode determinan atau probabilistik,
seorang ahli petrofisik akan memberikan penamaan reservoir dan menentukan
kedalaman prospek. Angkaangka tersebut didistribusikan pada seorang petroleum
geologist untuk mendapatkan perhitungan cadangan minyak dari suatu lapangan.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang ahli petrofisik adalah pengambilan
data core atau batuan inti dari dalam sumur. Pengambilan core ini sulit dan mahal
biayanya, biasanya terdapat pada sumur eksplorasi. Akan tetapi untuk menghemat
biaya proses ini hanya dilakukan beberapa kali dalam satu lapangan. Padahal
pengambilan core sangat penting dalam upaya penemuan hidrokarbon dan dengan
core akan bisa ditentukan parameterparameter yang dimasukkan ke dalam
perhitungan cadangan minyak secara lebih tepat, juga untuk mengkalibrasi hasil
dari evaluasi formasi.
Dari serangkain proses ini tergambar betapa pentingnya keahlian
petrofisik, terlebih kondisi batuan di lapangan memang sering memberi sinyal
yang keliru, misalnya terdapatnya resisitivity yang rendah pada zona gas padahal
secara teoritis kondisi resisitivity pada zona gas bernilai tinggi. Hal tersebut bisa
disebabkan karena kandungan mineral pada zona tersebut. Kondisi semacam itu
oleh seorang petrofisik akan dilakukan kalibrasi dan adjusment. Penyimpangan
pada densitas/berat jenis batuan yang lebih besar, hal tersebut bisa didefinisakan
adanya mineral karbonat pada zona tersebut, akan tetapi setelah dilakukan
perbandingan nilai pada sumur sekitarnya, ternyata nilai densitas sumur yang kita
analisa lebih besar dan memiliki anomali tersendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh
kesalahan dalam kalibrasasi environment correction pada saat melakukan logging.
Problem yang disebutkan diatas akan mempengaruhi interpretasi seorang
petrofisik, apakah kandungan pada tubuh batuan mengandung minyak, gas, atau
air. Hal tersebut menggambarkan betapa pentingnya keahlian dan analisa
petrofisik di industri perminyakan.
7.2.1. Kombinasi Log
Dalam melakukan kombinasi log, hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan jenis log yang akan dikombinasikan, sehingga dapat memperoleh hasil
yang akurat. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangankan dalam pemilihan
kombinasi logging adalah:
a. Jenis fluida pemboran
Terdapat tiga jenis fluida pemboran yang umum digunakan, meliputi:
1. Water-Based Mud (WBM dispersi dan non-dispersi), adalah jenis fluida
pemboran yang paling umum digunakan. Terdiri dari bahan dasar yaitu
air, lempung, dan zat kimia lain yang dicampur hingga menjadi
homogen. Terdapat kandungan fraksi reaktif untuk meningkatkan
kekentalan dan fraksi inert untuk meningkatkan berat jenis lumpur. Zat
kimia aditif berguna untuk menjaga sifat-sifat lumpur.
2. Oil-Based Mud (OBM), dapat berupa lumpur dimana base fluid-nya
berasal dari turunan produk hidrokarbon, seperti minyak diesel.
3. Gaseous Drilling Fluid, dapat berupa udara, udara dan air, serta udara
dan polimer.
Jenis fluida pemboran akan berpengaruh terhadap pemilihan log listrik,
khususnya pemilihan resistivity log. Misalnya, pemilihan jenis fluida
pemboran pada resistivity log sendiri didasarkan pada kadar garam dari
fluida pemboran tersebut. Sementara, induction log akan lebih optimum
untuk sumur dengan lumpur air tawar, sedangkan lateral log optimum untuk
lumpur air asin.
b. Jenis formasi batuan
Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh
jenis batuan formasi. Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi
berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, maka akan dipilih alat logging
yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan di-
logging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat.
Terdapat tiga jenis formasi batuan, yaitu:
1. Formasi lunak (soft formation), merupakan formasi yang tidak kompak
atau mudah runtuh (uncosolidated). Memiliki tahanan batuan kecil
sampai dengan menengah dengan porositas lebih dari 20%. Umumnya,
batuannya berupa pasir (sandstone) dan shale (shaly sand).
2. Formasi sedang (intermediate formation), yaitu formasi yang cukup
kompak (moderate consolidated). Memiliki tahanan formasi sedang dan
porositas antara 15% - 20%. Golongan formasi ini adalah batu pasir.
3. Formasi keras (hard formation), merupakan formasi yang lebih kompak
dibanding formasi lunak dan sedang. Memiliki tahanan batuan yang
sangat tinggi dengan porositas kurang dari 15%. Jenis batuannya
limestone dan dolomite.
c. Karakteristik invasi filtrat lumpur
Proses banyaknya filtrat lumpur yang masuk ke dalam formasi selama
pembentukan mud cake di dalam lubang bor dikenal sebagai invasi mud
filtrat (filtrate loss). Banyaknya filtrate loss yang masuk ke dalam formasi
ini tergantung pada jenis fluida pemboran dan lapisan batuan yang dibor.
Jauh dekatnya filtrate loss yang menginvasi zona porous-permeabel
tergantung dari porositas dan permeabilitasnya, dimana bila porositas kecil
dan permeabilitas batuannya besar maka invasi filtrat lumpur akan jauh,
tetapi jika porositas besar dan walaupun permeabilitas juga besar maka
invasi filtrat lumpur akan dangkal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter filtrat lumpur atau
diameter zona yang terinvasi, antara lain:
1. Jenis lumpur
Jumlah air filtrat yang terinvasi ke dalam formasi tergantung kepada
additive dan tipe material yang digunakan untuk membuat lumpur. Setiap
jenis lunpur yang digunakan akan mempengaruhi diameter invasi,
tergantung pada sifat water loss dari lumpur tersebut.
2. Perbedaan tekanan antara lumpur dan formasi
Perbedaan tekanan yang ada antara kolom lumpur dan formasi, dimana
tekanan kolom lumpur diatur agar lebih besar dari tekanan formasi untuk
mencegah terjadinya kick, akan menyebabkan filtrat lumpur masuk ke
dalam formasi yang permeabel. Gambaran rata-rata beda tekanan yang
bagus adalah kurang lebih 100 psi.
3. Permeabilitas batuan
Mud filtrate akan masuk ke dalam formasi yang permeabel, dimana
permeabilitas batuan yang besar dapat dengan mudah menyebabkan mud
filtrate mencapai kedalaman invasi yang cukup jauh di dalam formasi.
Tetapi, dengan bertambahnya waktu, kemudahan masuknya mud filtrate
tersebut ke dalam formasi akan menurun seiring dengan terbentuknya
mud cake.
4. Porositas batuan
Mud filtrate akan masuk ke dalam formasi yang porous, sehingga
porositas batuan merupakan faktor penentu kedalaman invasi. Semakin
besar porositas batuan, maka kedalaman invasi semakin rendah. Formasi
dengan porositas yang besar akan memiliki kapasitas penyimpanan mud
filtrate yang besar juga. Mud filtrate yang masuk ke dalam formasi
dengan porositas batuan yang besar tersebut akan memenuhi pori batuan
terlebih dahulu sebelum invasi lebih jauh, sehingga kedalaman invasinya
akan lebih dangkal dibanding dengan formasi yang memilki porositas
batuan kecil.
5. Proses pemboran
Proses pemboran juga berpengaruh terhadap kedalaman invasi mud
filtrate karena adanya kemungkinan rusaknya mud cake yang
sebelumnya sudah terbentuk pada dinding sumur (terkikis sebagian atau
total) selama proses pemboran. Kerusakan mud cake ini mengakibatkan
proses invasi terulang lagi untuk kemudian membentuk mud cake baru,
sehingga mud filtrate semakin bertambah dan invasinya semakin dalam.
6. Gravity segregation
Merupakan fluida yang terbentuk secara berlapis-lapis karena adanya
gaya gravitasi. Lapisan fluida ini tersusun secara urut, dimana fluida
yang terberat terletak di lapisan terbawah dan fluida teringan terletak di
lapisan teratas. Gravity segregation terjadi di reservoir seperti halnya di
fasilitas separator.
d. Kondisi lubang bor
Data-data pemboran yang didapat untuk mengetahui kondisi lubang
bor, antara lain: diameter lubang bor, diameter bit yang mendeteksi
terjadinya guguran pada dinding lubang bor, dan kedalaman lubang bor.
e. Ketebalan lapisan batuan
Setiap jenis log akan mengukur karakteristik formasi porous dengan
akurat apabila ketebalan lapisan yang diukur lebih besar dari jarak (spasi)
antar elektrodanya, sehingga data ketebalan lapisan akan menjadi acuan
dalam pemilihan setiap jenis log, khususnya log resistivity. Sebagai contoh,
jka ketebalan lapisan porous tipis-tipis, disarankan untuk menggunakan jenis
alat log yang mempunyai sistem difokuskan (microspherical focus log,
laterolog, induksi log).
f. Distribusi porositas dan resistivitas batuan
Pada dasarnya, semua logging dirancang dengan batasan pengukuran
tertentu. Oleh karena itu, memilih porosity tool ataupun resistivity tool yang
sesuai perlu memperhatikan distribusi porositas dan resistivitas batuannya.
Dengan mengetahui variasi harga ini, maka dapat ditentukan porosity tool
dan resistivity tool yang sesuai. Distribusi porositas dan resistivitas batuan
sendiri dapat ditentukan melalui pendekatan dengan mengolah data porositas
dan resistivitas hasil pengukuran logging dari sumur eksplorasi dengan
metode statistik. Hasil analisa stastistik ini biasanya disajikan dalam bentuk
grafik frekuensi, seperti grafik histogram dan grafik polygon.
g. Kondisi optimum dari setiap peralatan logging
Untuk mendapatkan data yang maksimal, diperlukan alat-alat log pada
kondisi optimum. Berikut ini adalah tabulasi jenis-jenis alat logging beserta
kondisi optimumnya:
Tabel VII-1.
Tabel Parameter Logging Tool

Keadaan & Batasan Pengukuran & Optimasi


No. Nama Alat

1. Electrical Log
SP Log Lumpur jenis Water Base Mud
Rm Rw
Porositas yang cukup besar
Open Hole
Invasi lumpur dangkal
Pada lapisan yang cukup tebal
2. Resistivity Log
a. Normal log Jenis lumpur yang konduktif (Fresh Mud)
Open Hole
Diameter lubang bor 6-12
Short normal, spacing 16
Log normal, spacing 64
b. Lateralog Water base mud
Pada lumpur yang mempunyai salinitas tinggi
digunakan skala yang lebih sensitive
Cocok pada lap. shale dan sand yang tebal
Range resistivity antara 0 hingga 500 Ohmm
c. Laterolog
LL 7 Cocok pada lapisan tipis
LL 3 Cocok pada lapisan tipis
Keuntungannya memperkecil pengaruh lubang
bor dan zone invasi
Perbandingan Io LL7 2 Io LL3 0.102
LL 8 Dapat memberikan hasil pengukuran vertikal
yang detail
Pembacaan banyak dipengaruhi oleh lubang
bor & invaded zone dibanding LL7 dan LL3
d. Microlateralog Daerah penyelidikan kedalaman 3 hingga 4
Kondisi lumpur pada jenis Water Base Mud
Porositas < 15%
Tebal mud cake 3/8
Pada batuan karbonat yang terinvasi
Tahanan batuan 0,5 sampai 100 Ohm-meter
e. Microlog Ukuran lubang 6 hingga 16
Kedalaman formasi 1 hingga 4
Spacing ketiga elektroda, 1 inchi
Dapat dipergunakan fresh water base mud
Lubang sumur yang telah di-casing
Tambahan batasan indikator lapisan porous
permeabel di dalam susunan sand shale
Range tahanan batuan 0,5 hingga 100 ohm-m
= 15%
Rxo/Rmc < 15
Ketebalan Mud Cake <
Kedalaman invasi lumpur > 4 inchi
Tahanan batuan formasi 0,5-100 m
f. Microresistivity Pada batuan invaded carbonate
Log yang medium (<15%)
difokuskan Range tahanan formasi 0,5 10 ohm-m
Rxo/Rmc > 15
Jenis lumpur salt water base mud
Kedalaman invasi lumpur > 4
Ketebalan mud cake < 3/4
Tahanan batuan formasi antara 0,5 sampai 100
m
g. Proximity Log Kondisi hmc <
Kedalaman invasi air filtrate lumpur yang
dangkal, dipengaruhi oleh tahanan batuan zone
uninvaded (Rt)
Invasi lumpur dalam dan ketebalan mud cake
< 3/4
Di dalam lapisan invaded karbonat dan sand
Porositas 15%
Pada lumpur water base mud
Range tahanan batuan antara 0,5 higga 100
Ohm-m
Open hole
h. Induction Log Tanpa memandang jenis lumpur yang
digunakan (IES, memerlukan jenis lumpur
water base mud )
Batasan IES, zone yang terinvasi terlalu jauh,
zone mempunyai resisitivitas yang terlalu
tinggi
Keadaan baik, pada lumpur yang tidak terlalu
mengandung garam dan formasinya tidak
begitu resistive (Rf<100 ohm-m)
Porositas batuan antara medium hingga high
(>15%)
Open hole
Invasi lumpur > 40
Resisitivitas formasi < 200 ohm-m
Rmf > 2 Rw
Ketebalan lapisan > 60
3. Radioactive Log
a. Gamma ray Log Bisa open atau cased hole
Tidak ada batasan dalam pemakaian
Merupakan pengganti SP log
b. Neutron Log Semua jenis lumpur
Formasi non shaly
Kondisi lubang bor open hole
Porositas 0-25%
c. Density Log Porositas 20% - 40%
Uncosolidated sand formation
Kondisi lubang bor open hole
d. Sonic Log Semua jenis lumpur, kecuali gas filled hole
Kondisi lubang bor open hole
Uncosolidated sand formation
Porositas 15% - 25%
Komposisi kombinasi log minimal harus meliputi tiga jenis log, yaitu:
a. Log lithologi
Jenis log ini menurut fungsinya merupakan jenis log yang dapat menentukan
jenis lithologi formasi yang ditembus, meliputi caliper log, GR log, dan SP
log.
b. Log resistivitas
Merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur tahanan formasi,
meliputi microresistivity log, normal log, lateralog, dll.
c. Log porositas
Merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas pada suatu
formasi, meliputi neutron log, density log, dan sonic log.
Gambar 7.1.
Contoh Log Kombinasi
(https://www.google.co.id/search?q=chart+log+kombinasi&es_smAlat)

Logging ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam


evaluasi formasi serta menentukan potensi produktivitas yang dimiliki oleh
reservoir. Potensi produksi sendiri dilakukan dengan cara menguji lapisan yang
diperkirakan mengandung hidrokarbon. Penilaian suatu lapangan tergantung pada
penentuan parameter fisik yang terdiri atas ketebalan lapisan, permeabilitas,
porositas, dan kandungan minyak. Metode interpretasi log ada dua, yaitu:
a. Metode kualitatif
Merupakan interpretasi terhadap pengukuran data secara kualitatif guna
memperkirakan kemungkinan adanynya lapisan porous permeabel dan ada
tidaknya fluida. Untuk memperoleh hasil yang akurat, harus dilakukan
pengamatan terhadap log untuk kemudian dibandingkan satu sama lain. Tujuan
interpretasi kualitatif ini adalah untuk mengindentifikasi lapisan lithologi dan
fluida hidrokarbon yang meliputi identifikasi lapisan porous permeabel,
ketebalan dan batas lapisan, serta kandungan fluidanya.
Ketebalan lapisan porous permeabel dapat ditentukan dengan analisa
menggunakan gamma ray log, caliper log, dan spontaneous potential log. Fluida
hidrokarbon dapat ditentukan dengan mengamati induction log dan FDC-CNL
berdasarkan sifat air, minyak, atau gas. Sedangkan jenis lithologi dapat ditentukan
berdasarkan defleksi kurva SP, GR, resistivitas, dan konduktivitasnya. Serta jenis
batuan juga dapat ditentukan dengan memplot log porositas, seperti log neutron-
density dan log sonic-neutron.
b. Metode kuantitatif
Analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan lithologi
batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness, harga porositas (),
saturasi air (Sw), dan permeabilitas (k).

7.2.2. Tahapan Analisa Petrofisik


7.2.2.1.Persiapan Data
Tahap persiapan data meliputi pengumpulan data regional daerah
penelitian beserta aspek-aspek geologinya, seperti tatanan struktur dan tatanan
stratigrafi, serta data penelitian yang berkaitan dengan obyek khusus penelitian.
Tahap pengumpulan data meliputi pengumpulan data yang berupa data log sumur
(data kedalaman, gamma ray, resistivitas, dan densitas) dan data peta struktur
lapisan. Data-data ini didapatkan dengan melakukan studi pustaka. Data yang
telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisa. Pengolahan data dilakukan
dengan pembacan kurva log sumur, korelasi stratigrafi log sumur, dan perhitungan
menggunakan aplikasi (bantuan perangkat lunak GS). Selanjutnya data-data yang
telah diolah dimasukkan ke dalam suatu program komputer yang hasilnya adalah
model geologi. Akhirnya model geologi tersebut dianalisa untuk selanjutnya
ditentukan daerah mana yang akan dikembangkan.

7.2.2.3.Quality Control Data


Data log sumur yang sudah dalam bentuk digital Las file sebelum diguna-
kan untuk analisis log terlebih dahulu dilakukan Quality Control (QC), sehingga
diperoleh data log yang representatif untuk digunakan dalam analisis log.
Beberapa QC data yang dilakukan adalah log depth matching yang dilakukan
untuk menyelaraskan masing-masing data log GR, SP, Resistivity, dan Neutron-
Density sehingga adanya shifting depth antara log-log tersebut dapat dieliminasi
atau diperbaiki. Selanjutnya dilakukan koreksi terhadap lubang bor (environment
correction) sehingga limitasi tool yang dipengaruhi oleh kondisi lubang bor
seperti pengaruh salinitas filtrat lumpur, adanya mud cake, dan hole rugosity dapat
diminimalkan terutama untuk data Resistivity dan Neutron-Density.

7.2.2.4.Analisa Interest Zone


Cut-off merupakan suatu batasan untuk menentukan zona hidrokarbon.
Parameter yang menjadi batasan cut-off yaitu volume clay, porositas, dan water
saturation. Penetapan nilai cut-off berdasarkan cross plot antara porositas efektif
dan volume clay untuk menentukan cut-off dari volume clay dan porositas.
Serta plot cross antara porositas efektif dan saturasi air untuk menentukan cut-
off dari saturasi air.

7.2.2.5.Penentuan Parameter Petrofisik


Penentuan Volume Clay (Vclay)
Harga Vclay ditentukan dengan menggunakan metode linear pada GR log.
Vclay GR log tersebut dilakukan dengan menentukan besarnya harga
GR sand dan GR clay untuk masing-masing formasi yang dikontrol atau
divalidasi dengan harga Vclay yang diperoleh dari Resistivity dan
Neutron Density. Nilai GR maksimum dan minimum yang
digunakan untuk penentuan Vclay setiap sand dari seluruh sumur
secara lengkap dicari terlebih dahulu.
Penentuan Porositas
Harga porositas ditentukan dengan metode Neutron-Density dimana harga
matrix Neutron dan Density untuk dry dan wet clay ditentukan dengan me-
tode Crossplot. Ketepatan untuk menentukan harga dry dan wet clay akan
sangat mempengaruhi harga porositas efektif dari porous zone. Hasil
perhitungan porositas selanjutnya divalidasi dengan data core.
Penentuan Saturasi
Penentuan saturasi air (Sw) terbagi menjadi beberapa metode, antara lain:
metode Archie, metode Simandoux, metode Waxman-Smits (CEC), metode
Waxman-Smits-Juhasz, metode bulk volume water, persamaan Indonesia
Water Saturation untuk dispersed shaly sand, metode Ratio, metode
Poupon untuk laminated sand, metode Modified Simandoux untuk
laminated sand, dan Water saturation Smoothing. Metode-metode ini
digunakan dan disesuaikan dengan kondisi dari lapangan dan sumur yang
akan dihitung saturasi airnya.
7.3. Data dan Perhitungan
7.3.1. Data
Ketebalan Lapisan Analisis : 10 ft
Interval Pengukuran : 520 m = 1706,04
Ts : 760F
BHT : 128oF
Bit Size : 12 in
Pclay : 2,51 gr/cc
Pma : 2,65 gr/cc
Pf : 1,1 gr/cc
Rmf@Ts : 1,2 ohm
Depth BHT : 780 m = 2559,18 ft
A (sandstone) : 1

7.3.2. Perhitungan
1. Menentukan Tf

Tf = Ts + ( )
12876
= 76 + (2559,06 1706,04)
= 110,67

2. Menentukan Rmf@Tf
+6,77
Rmf@Tf = +6,77 @
76+6,77
= 110,67+6,77 1,2
= 0,916
3. Menentukan SSP dari Slip Spontaneous Potential Log = -100
4. Menentukan Rw

Rw =
10( +460 )
70,7 ( )
77 +460
0,916
= 100
10( 110,67+460 )
70,7 ( )
77 +460

= 0,069
5. Menentukan Vclay dari GR Log

VclayGR =

9575
=
12075
= 0,44 API
6. Menentukan D

D =

2,65 2,3
=
2,651,1
= 0,226
7. Menentukan DC
DC = D (Vclay x Dclay)

Dclay =

2,65 2,5
=
2,651,1
= 0,0968
DC = D (Vclay x Dclay)
= 0,226 (0,44 x 0,0968)
= 0,183
8. Menentukan N
N = (1,02 x Nlog) + 0,00425
= (1,02 x 0,323) + 0,00425
= 0,33371
9. Menentukan Nc
Nc = N-(V clay x Nclay)
= 0,20171
10. Menentukan Porositas FDL-CNL (*)
2Ncorr + 7FDLcorr
* =
9
2 (0,20171) + 7 (0,1834)
=
9
= 0,187
11. Menentukan Sxo
1
Sxo =
(1 )
2
( +

1
= (1
0,44
)
0,44 2 0,19806
1,4( +
4 0,916

= 2,44
12. Menentukan Shr
Shr = 1- Sxo
= 1- 2,44
= -1,44
13. Menentukan Porositas FDL-CNL (*c)
2NC+7DC
*c = x (1-0,1 Shr)
9
= 0,187 x (1- 0,1 (-1,44)
= 0,21
14. Menentukan Sw
1
Sw =
(1 )
2
[ + ]

1
Sw = 0,44
(1 )
0,44 2 0,23
2,748 [ 3
+
1 2,02
]
Sw = 0,96
7.4. PEMBAHASAN
Analisa petrofisik adalah suatu usaha untuk menegtahui karakteristik
reservoir yang melalui analisa ini dapat diketahui zona reservoir, jenis lithologi,
klasifikasi prospek hidrokarbon, porositas, volume shale, dan saturasi air
menggun akan hasil logging sebagai sumber utama informasi. Parameter
parameter utama yang di cari dalam analisa petrofisik yaitu , k, s, Vsh.
Kombinasi log digunakan untuk mendaptkan datab yang diperlukan dalam
evaluasi formasi serta menentukan potensial produktivitas yang dimiliki.Potensial
produksi dilakukan dengan cara penguian terhadap lapisan yang diperkirakan
mempunyai prospek kandungan hidrokarbon.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi
logging open hole yang optimum, yaitu pemilihan jenis fluida pemboran yang
digunakan, jenis formasi batuan yang ditembus, karakteristik invasi filtrat lumpur,
kondisi lubang bor, ketebalan lapisan yang ditembus, distribusi porositas dan
resistivitas batuan, serta kondisi optimum masing-masing peralatan logging.
Dalam pelaksanaannya, kombinasi log minimal harus terdiri atas tiga log, yaitu
log lithologi, log porositas, dan log resistivitas.
Tahapan analisa petrofisik terdiri 4 tahap yaitu dari persiapan data, quality
control data, analisa interest zone, dan penentuan parameter petrofisik. Persiapan
data di mulai dari menyiapkan data loss, data core, data water analysis, data tes
produksi, data header log, data mud log dan data marker. Quality control data ada
4 tahap yaitu depth matching dengan membaca log read pada kedalaman. Korelasi
log terhadap jenis lumpur, densitas lumpur, ukuran lubang bor, ketebalan lapisan.
Normalisasi log yang bertujuan untuk menghilangkan data eror pada lapisan yang
sama karna seperti yang diketahui bahwa semua materi yang diendapkan aalah
pada waktu yang sama. Yang terakhir yaitu pemilihan key well (sumur acuan)
dengan syarat sumur yang sudah tua dan mempunyai data lengkap. Selanjutnya
yaitu tahap analisa interest zone merupakan analisa gabungan log lalu di korelasi
sehingga dapat d ketahui zona interest secara kualitatif. Tahap terakhir yaitu
penentuan parameter petrofisik yaitu porositas, permeabilitas, dan saturasi lalu di
bandingkan.
Hasil dari data log yag sudah ada kemudian dilakukan cut of analysis. Cut of
analysis dilakukan dengan tujuan pengambilan nilai yang perlu dari data log atau
membuang data yang tidak perlu dari suatu nilai log agar didapatkan efisiensi
data. Cut of analysis meliputi Vshale, sarutasi air, porositas, permeabilitas, dan
ketebalan. Pada porositas dilakukan pemotongan data berdasarkan data minimal
dimana minyak mulai mengalir. Cut of analysis pada porositas secara tidak
langsung akan berefek pada permeabilitas. Pada Vshale dilakukan pemotongan data
berdasarkan data dimana minyak mulai ada.

Pada kedalaman 520 m, didapat harga Vshale (GR) = 0,44, * = 0,21


dengan Sw = 0,96. Hal ini menandakan bahwa lapisan tersebut porous dan
permeabel dikarenakan kandungan shalenya kurang dari 50% mengindikasikan
lapisan tersebut shale dan diperkuat dengan harga porositas yang tergolong baik
dan harga saturasi air lebih dari 50%, sehingga pada kedalaman ini tergolong
tidak prospek.
Aplikasi lapangan dari metode ini adalah dalam penentuan cadangan
hidrokarbon atau hydrocarbon in place di dalam suatu lapangan minyak dan gas.
Perhitungan cadangan hidrokarbon dapat dilakukan setiap interval kedalaman
sehingga didapatkan nilai cadangan hidrokarbon yang ada di setiap lapisan.
Berdasarkan nilai cadangan hidrokarbon dan permeabilitasnya, maka dapat
diketahui dimana lapisan yang sangat prospek sebagai reservoir hidrokarbon.
7.5. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan data data petrofisika di setiap interval
kedalaman, maka diperoleh kedalaman prospek di 564 m dengan data :
VShale : 0,1
Porositas : 0,799
Saturasi air : 0,6705
2. Analisa petrofisika dilakukan dengan penggunaan log kombinasi yang
mampu mengetahui litologi, permeabilitas, porositas, litologi batuan dan
sebagainya.
3. Tahapan analisa petrofisik terdiri 4 tahap yaitu dari
Persiapan data
Quality control date
Analisa interest zone
Penentuan parameter petrofisik.
4. Cut off analysis adalah kurva yang menunjukkan batas baik atau jelek nya
suatu zona prospek antara parameter petrofisik. Cut off analysis hanya
dapat dilakukan pada lapisan yang ada data test nya.
5. Aplikasi lapangan dari kombinasi log adalah untuk menentukan resistivitas
batuan, saturasi mud, saturasi hidrokarbon, porositas koreksi dan saturasi
air formasi, serta menentukan lapisan yang mengindi-kasikan adanya
unsur hidrokarbon.

Anda mungkin juga menyukai