Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POROSITAS BATUAN

Disusun oleh : Hariman Utama (10018009)

PETROLEUM ENGINEERING

SCHOOL OF ENGINEERING AND TECHNOLOGY

TANRI ABENG UNIVERSITY

JAKARTA

2019
INTISARI

POROSITAS BATUAN

Oleh : Hariman Utama (10018009)

Porositas adalah kemampuan batuan menyimpan fluida. Pada makalah ini ada beberapa hal yang
dibahas tentang porositas batuan yaitu, jenis-jenis porositas, pengukuran porositas pada batuan (
secara langsung) dan yang terakhir yaitu log porositas pada pembahasan yang pertama
membahas jenis-jenis porositas, jenis jenis porositas ada Porositas Primer, porositas primer
adalah porositas yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuannya. Lalu ada
porositas sekunder, porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk setelah proses
pembentukan batuannya. Setelah itu dimakalah ini membahas tentang pengukuran porositas pada
batuan secara langsung, ada beberapa metode seperti menghitung perbedaan tekanan dari core
chamber kosong (yang memiliki volume konstan) dengan core chamber yang diisi dengan
sampel core. Sebelumnya alat ini dikalibrasi dengan bola-bola besi. Volume pori didapatkan
dengan penerapan Hukum Boyle, yang menganggap tekanan berbanding terbalik dengan volume.
Dan yang terakhir makalah ini membahas tentang log porositas yang mana log porosits itu ada ,
log density, log neutron , dan log sonic.

1
DAFTAR ISI

Intisari ........................................................................................................................................................... 1
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 2
Pendahuluan................................................................................................................................................. 3
Jenis-jenis Porositas ..................................................................................................................................... 4
Pengukuran Porositas .................................................................................................................................. 6
Log Porositas .............................................................................................................................................. 13
Kesimpulan ................................................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................ 17

2
PENDAHULUAN

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volome batuan yang tidak terisi oleh padatan
terhadaf volume batuan secara keseluruhan. Berdasarkan sifat batuan resevoir maka porositas
dibagi menjadi dua yaitu porositas efektif dan porisitas absolut. Porositas efektif yaitu
perbandingan volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan secara
keseluruhan. Porositas absolut adalah perbandingan volume pori-pori total tampa memandang
saling berhubungan atau tidak , terhadap volume batuan secara keseluruhan. Pori merupakan
ruang di dalam batuan; yang selalu terisi oleh fluida, seperti udara, air tawar/asin, minyak atau
gas bumi. Porositas suatu batuan sangat penting dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam
bidang perminyakan maupun dalam bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan
variabel utama untuk menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa
batuan. Porositas batuan pasir dihasilkan dari sekumpulan proses-proses geologi yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah pengendapan. Kontrol pada saat
pengendapan menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan sortasi).

3
JENIS-JENIS POROSITAS

Berdasarkan Pembentukannya
1. Porositas Primer
Porositas primer yaitu porositas yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan
tersebut (kompaksi, konsolidasi, sementasi, stratifikasi dll).
Contoh :
- Intergranular pores (Clastic & carbonate).
- Intercrystalline dan fenestral pores of carbonates.

2. Porositas Sekunder
Porositas Sekunder yaitu porositas yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan selesai.
Misalnya karena terbentuknya rekahan akibat gempa, patahan, atau interaksi dengan zat kimia
tertentu (sulfat).
Contoh :
- Grain dissolution (sandstones / carbonates.
- Vugs (carbonates).
- Fracture (sandstones, shales, & carbonates ).

Secara umum prositas primer lebih uniform dibandungkan dengan Porositas sekunder (induced
porosity).

Berdasarkan Kualitatif
1. Porositas Absolut (total)
Porositas absolut (total) adalah porositas yang menghitung perbandingan antara keseluruhan
ruang pori dengan volume bulk suatu batuan.

2. Porositas Efektif
Porositas efektif adalah porositas yang menghitung harga pori-pori yang saling terhubung.

4
5
PENGUKURAN POROSITAS PADA BATUAN

Perhitungan Lab Porositas

Banyak metode yang dikembangkan untuk menghitung porositas batuan. Sebagian besar metode
didesain untuk sampel core yang kecil, kira-kira seukuran biji cemara. 3 parameter dasar yang
dibutuhkan untuk menghitung porositas yaitu bulk volume / volume keseluruhan batuan, volume
butir, dan volume pori-pori. Metode untuk menghitung bulk volume pada umumnya dapat
digunakan untuk menghitung porositas total dan effective porosity.

A. Volume Keseluruhan (Bulk Volume)

Meskipun bulk volume dapat dihitung dari dimensi sampel yang seragam menggunakan jangka
sorong, prosedur yang biasa dipakai adalah dengan menjenuhkan core dengan cara divakumkan,
lalu mengisi pori-porinya dengan suatu fluida. Hal ini sangat memudahkan perhitungan pada
sampel yang memiliki bentuk tak teratur.

Menjenuhkan core dengan suatu fluida dapat diobservasi secara volumetric dan gravimetric.
Keduanya sangat penting untuk menghindari rembesan fluida lain ke dalam pori-pori karena
fluida dalam core yang dijenuhkan harus berada dalam 1 fasa. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan 3 cara (a) melapisi batuan dengan paraffin atau zat sejenisnya, (b) menjenuhkan batuan
dengan fluida dengan cara dicelup ke dalamnya, atau (c) menggunakan mercury (Hg).

Perhitungan bulk volume secara volumetric dapat terselesaikan dengan mengukur langsung
volume core dengan menggunakan jangka sorong. Perhitungan bulk volume
secara gravimetric iukur dengan enggunakan alat electric Hg picnometer atau volumeter yang
terlebih dahulu dikalibrasi dengan bola-bola besi.

6
Contoh :

Metode mencari Volume Bulk :

1. Electric Hg Picnometer

Prinsip nya adalah dengan mengukur volume air raksa yang terganti dari core yg dijenuhkan.
Telebih dahulu , alat ini dikalibrasi dengan menggunakan bola-bola besi untuk mendapatkan
grafik simpangan vs volume. Bola besi dapat diasumsikan sebagai volume butir batuan. Setelah
mendapatkan persamaan linier antara simpangan dan volume, kita ukur core yg telah dijenuhkan
dan kita mendapatkan volume bulk dari simpangan yang didapat.

7
2. Russel Volumeter

Prinsip kerja dari alat Russel Volumeter ini adalah mengukur volume fluida yang
terdisplacement oleh volume core sehingga diketahui volume bulk dari core sample. Cara
kerjanya adalah dengan menempatkan core sample pada core bottle. Sebelumnya Russel
Volumeter harus diisi dengan fluida (tetrakloroetana atau mercury) dan dikalibrasi sehingga
diketahui zero point. Setelah core sample dimasukkan maka fluida yang terdisplacement akan
terlihat di graduated tube.

3. Metode Volumetrik

Prinsip yang digunakan adalah dengan megukur secara langsung dimensi dari sample core
dengan jangka sorong.

4. Melapisi dengan paraffin

Prinsip kerjanya adalah dengan menghitung selisih berat kering, berat core yang dilapisi oleh
paraffine dan berat core yang dilapisi paraffine yang direndam dalam air.

8
B. Volume Butir Pasir (Sand-Grain Volume)

Volume butir dapat dihitung dari berat kering sampel dan densitas butir pasir. Dari berbagai
percobaan sebelumnya, hasil perhitungan akan cukup akurat apabila memakai densitas kuarsa
sebesar 2.65 gm/cc sebagai densitas butir pasir.

Ada 2 metode yang sering digunakan :

1. Teknik Melcher-Nutting

Pertama hitung dahulu bulk volume sampel. Kedua, hancurkan sampel sampai ukuran butiran
lalu hitung volumenya.

2. Teknik Russell

Langsung melihat perubahan volume yang terjadi pada alat Russell volumeter untuk menghitung
bulk volume dan volume butir.

Porositas dapat dihitung dari hasil perhitungan volume butir (example 2-4) dan bulk volume
(example 2-1). Nilai porositas yang didapat berupa nilai porositas total.

Contoh :

9
Ada metode untuk menghitung volume efektif butir (effective grain volume) dan effective
porosity yaitu dengan Steven porosimeter dan The Bureau of Mines gas expansion porosimeter.
Keduanya memakai prinsip gas expansion dengan cara mengembangkan udara dan melihat
perubahan volumenya.

Contoh :

C. Volume Pori (Pore Volume)

Semua metode perhitungan volume pori menghasilkan effective porosity. Metode yang
digunakan bisa mengambil udara dari dalam batuan (memvakumkannya)atau memasukkan fluida
ke pori-pori batuan. Alat yang digunakan yaitu Washburn-Bunting porosimeter, The Kobe
porosimeter, atau Mercury Pump Porosimeter. Di bawah ini adalah beberapa metode
menentukan volume pori :

1. Washburn-Bunting porosimeter

Alat ini mengukur volume udara yang diambil dari ruang pori dengan membuat vakum sebagian
dalam porosimeter dengan cara memanipulasi dari reservoir merkuri yang dipasang pada alat.

Cara menggunakan metode saturasi dengan mencelupkan sampel yang kering dalam fluida yang
diketahui densitasnya untuk menentukan volume pori dari berat dengan fluida dikurangi berat
sebelumnya.

10
Contoh :

2. Liquid Saturation

Menghitung selisih berat jenuh dengan berat kering core sample. Volume didapat dengan
membagi selisih berat dengan densitas dari fluida penjenuh.

3. Stevens Porosimeter Method

Digunakan alat yang disebut Stevens Porosimeter. Prinsip kerjanya adalah dengan menghitung
saturasi udara yang terkandung dalam sampel core kering. Alat ini memiliki sebuah core
chamber yang dapat diisolasi terhadap tekanan atmosfer dan disekat dengan bagian lain dari alat
ini sendiri. Alat pengisolasi itu adalah needle valve.

4. Porosimeter berdasarkan Hukum Boyle

Prinsip kerja dari alat ini adalah menghitung perbedaan tekanan dari core chamber kosong (yang
memiliki volume konstan) dengan core chamber yang diisi dengan sampel core. Sebelumnya alat
ini dikalibrasi dengan bola-bola besi. Volume pori didapatkan dengan penerapan Hukum Boyle,
yang menganggap tekanan berbanding terbalik dengan volume.

5. Logging Method

Pada metode ini digunakan alat porosity log yang diturunkansecara langsung ke dalam sumur
pada proses logging dan dapat mengukur porositas dari formasi reservoir.

D. Ketelitian dalam Perhitungan Nilai Porositas

Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan di atas adalah ada 2 teknik yang digunakan
dalam mencari nilai porositas, dengan Teknik Saturasi (seperti mengganti fluida dengan suatu
sampel atau dengan penjenuhan) dan Teknik Gas-Expansion.

11
Apabila kita perhatikan, hasil dari teknik gas-expansion akan bernilai lebih tinggi dibandingkan
teknik saturasi. Error absorpsi gas akan menyebabkan teknik gas-expansion lebih tinggi nilainya,
sedangkan proses saturasi yang tidak penuh menyebaabkan teknik saturasi lebih rendah.
Perbedaan rata-rata keduanya mencapai 0.8 % porositas dengan penyebaran nilai tinggi dan
rendah antara 0.07 – 2 % porositas. Hal ini akan sangat berpengaruh apabila sampel yang diamati

kecil. Oleh karena itu, kehati-hatian dalam pengamatan dan perhitungan akan sangat
berpengaruh pada hasil yang didapat.

12
LOG POROSITAS

Log porositas adalah suatu log yang digunakan untuk menentukan lithology di sekitar lubang
bor. Log porositas terdiri dari beberapa jenis log seperti log densitas, log neutron, dan log sonik.
Log densitas dan log neutron menggunakan perhitungan nuklir sementara log sonic
menggunakan perhitungan akustik (Asquith, 2004).

1. Log Densitas (DPHI)

Log density merupakan log yang mengukur densitas batuan disepanjang lubang bor dinyatakan
dalam gr / cc.. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matrix batuan dan fluida
yang terdapat pada pori. Besaran densitas ini selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai
porositas batuan tersebut. Log density bersama - sama dengan log neutron sangat efektif untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon.

Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang berguna untuk
menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy minerals dan untuk mengevaluasi
clay. Alat ini bekerja dari suatu sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma
denga intensitas energi tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan.

Batuan terbentuk dari butiran mineral-mineral yang tersusun dari atom-atom yang terdiri dari
proton dan electron. Partikel sinar gamma akan membentur electron-electron dalam batuan,
sehingga mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali (setelah
mengalami benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam sebuah protector berbentuk
silinder sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada dinding sumur. Intensitas energi yang
diterima pada dasarnya berbanding terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang
kembali maka makin banyak electron-electron dalam batuan, yang berarti makin banyak / padat
butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume.
Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor tergantung dari :

1. Densitas matriks batuan


2. Porositas batuan
3. Densitas kandungan yang ada dalam batuan

13
2. Log Neutron (NPHI)

Pengukuran Neutron Porosity pada evaluasi formasi ditujukan untuk mengukur indeks hydrogen
yang terdapat pada formasi batuan. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Kurva ՓN
(Netron Porosity), yaitu :

1. Shale / clay
2. Kekompakan batuan
3. Kandungan air asin / tawar
4. Kandungan minyak Kandungan gas

Hal ini tentang defleksi kurva log neutron, semakin ke kanan defleksi kurva maka semakin
banyak hidrokarbon yang terkandung. Penggabungan neutron porosity dan density porosity log
sangat bermanfaat untuk mendeteksi zona gas dalam reservoir. Zona gas ditunjukkan dengan
‘cross-over’ antara neutron dan density seperti dibawah ini:

14
3. Log Sonic (DT)

Log sonik merupakan log porositas yang mengukur lamanya waktu (interval transit time / Δt)
yang diperlukan gelombang suara kompresional untuk menempuh jarak satu kaki dalam suatu
formasi (Schlumberger, 1989). Log sonic digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log density dan log neutron. Log sonic menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Makin tinggi harga Dt pada log sonic makin besar harga porositas batuan.

15
KESIMPULAN

• Porositas yang dimiliki suatu formasi batuan reservoir dapat digunakan sebagai petunjuk
seberapa besar rongga batuan.

• Besar kecilnya porositas porositas suatu batuan menentukan kapasitas penyimpan fluida
reservoir.

• Aplikasi porositas di dunia perminyakan untuk mengetahui cadangan hidrokarbon dari


suatu reservoir.

16
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/35252260/Laporan_Praktikum_Densitas_dan_Porositas_Batu
an_-_01111540000007

 https://komunitaspetroleum.blogspot.com/2017/12/log-porositas.html

 http://geologeek.blogspot.com/2011/12/log-neutron-log-densitas.html

 http://petroleum-learning.blogspot.com/2015/12/porositas.html

 Buku teknik reservoir teori dan aplikasi ,yogyakarta,pohon cahaya,2011

17

Anda mungkin juga menyukai