BAB II
TINJAUAN TEORI
Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi dalam penggunaannya seperti yang
ditampilkan pada Gambar 2.1
20
Plastik yang digunakan dalam pembuatan bahan bakar minyak adalah plastik
jenis Polyethylene (PE) dan Polypropylene (PP), yaitu sebagai berikut :
a. Polyethylene (PE)
Ethylene, umumnya dihasilkan oleh perengkahan gas etana, pembentuk
plastik yaitu polietilena. Monomer ethylene memiliki komposisi kimia CH2 =
CH2, sebagai unit pengulangan dari polyethylene dengan struktur kimia sebagai
berikut :
sifat polimer dapat diubah dengan memvariasikan jenis dan jumlah komonomer
(monomer dikopolimerisasi dengan etilena).
HDPE diproduksi pada suhu rendah dan tekanan menggunakan Ziegler-
Natta dan katalis metalosena atau activated chromium oxide (dikenal sebagai
katalis Phillips). HDPE digunakan sebagai botol obat, botol susu cair, jerigen
pelumas, dan botol kosmetik. Struktur molekul HDPE dapat dilihat pada Gambar
2.4.
UHMWPE dibuat dengan berat molekul 3 juta untuk 6 juta unit atom dan
500.000 unit atom untuk HDPE. Polimer ini dapat dipintal menjadi serat dan
ditarik atau diregangkan, menjadi sangat kristal, yang mengakibatkan kekakuan
dan kekuatan tarik yang tinggi. Benang yang terbuat dari serat ini ditenun menjadi
rompi antipeluru.
23
b. Polypropylene (PP)
Resin termoplastik yang sangat kristal ini dibentuk oleh polimerisasi
rantai- propylene (CH2=CHCH3), yaitu suatu senyawa gas yang diperoleh dari
thermal cracking etana, propana, butana, atau fraksi nafta dari minyak bumi.
Struktur polimerisasi PP sebagai berikut
24
Minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang berbentuk cairan kental,
berwarna coklat, atau kehijauan yang mudah terbakar. Minyak bumi merupakan
sumber energi utama dalam kehidupan manusia. Sebagian besar penyusun minyak
bumi adalah senyawa alkana. Minyak bumi terbentuk dan bahan renik yang
tertimbun jutaan tahun yang lalu dengan tekanan dan suhu yang tinggi. Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan tertimbun dalam kerak bumi, tekanan yang hebat dari
timbunan itu dan suhu yang sangat ekstrem selama jutaan tahun membuat
semuanya mencair dan terbentuklah minyak bumi. Minyak bumi diambil
dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur
minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,
karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu,
minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan
hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam
bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai
25
a. Bensin (Premium)
Bensin diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 50-
85°C (rantai karbon dari C6 sampai C11). Menurut Sudirman (2011), premium
atau bensin adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuning-
kuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna
tambahan (dye). Jenis bahan bakar ini banyak digunakan pada mesin pembakaran
dalam terutama pada motor bensin dengan bantuan pengapian/busi. Kualitas
bahan bakar akan sangat berpengaruh pada proses pembakaran sehingga tenaga
yang dihasilkan menjadi maksimal. Bahan bakar yang baik dapat mengurangi
timbulnya dentuman atau knocking akibat dari tingginya tekanan dan tempratur di
27
dalam ruang bakar. Karakteristik inilah yang disebut angka oktan pada suatu
bahan bakar.
Angka oktan atau disebut juga dengan bilangan oktan adalah suatu
bilangan yang menunjukkan kemampuan bertahan suatu bahan bakar terhadap
detonasi. (Sudirman, 2011). Bilangan oktana atau Octana Number (ON) adalah
bilangan yang menunjukkan kesetaraan bahan bakar dengan campuran antara
isooctane dan normal heptane. Misalnya, jika bilangan oktana 100 berarti bensin
tersebut setara dengan isooctana murni dalam hal sifat-sifat pembakaran. Bensin
dengan bilangan oktana 0 setara dengan heptana murni. Bilangan oktana 75
diberikan kepada bensin yang setara dengan 75% isooktana dan 25% heptana
(Fessenden, 1989:105).
Nilai oktan sangat berpengaruh pada ketahanan bahan bakar terhadap
tekanan dan tempratur. Semakin tinggi nilai oktan akan semakin tahan terhadap
tekanan dan tempratur, namun sebaliknya jika nilai oktan rendah maka bahan
bakar tersebut memungkinkan terbakar dengan sendirinya tanpa ada api.
Kekurangan yang ada pada karakteristik bahan bakar (nilai oktan) dapat
ditambahkan dengan bahan tambah dengan sifat anti knocking. Faktor lain yang
mempengaruhi ketukan adalah perbandingan antara udara dan bahan bakar.
Menurut Hardjono (2001:71), perbandingan udara dan bahan bakar yang sedikit
miskin dapat mempunyai kecenderungan yang besar untuk mengakibatkan
terjadinya ketukan dibandingkan dengan campuran udara dan bahan bakar yang
normal. Penggunaan bahan bakar yang kurang tepat terhadap perbandingan
kompresi pada kendaraan sepeda motor dapat berpengaruh pada kadar emisi gas
buang, selain itu campuran bahan bakar dan udara yang tidak homogen juga
berpengaruh pada kadar emisi gas buang yang dihasilkan. Proses pengabutan yang
tidak sempurna inilah yang menyebabkan tidak homogennya campuran bahan
bakar dan udara masih berbentuk molekul-molekul besar sehingga ada sebagian
campuran yang kaya dan sebagian campuran yang miskin. Perbedaan ini membuat
campuran yang tidak teratur sehingga dapat membuat tekanan yang berbeda pula
akibatnya dapat terjadi detonasi.
b. Minyak Tanah
28
c. Solar
Bahan bakar diesel atau solar merupakan bahan bakar yang berwarna
kuning kecoklatan jernih. Solar merupakan suatu campuran hidrokarbon yang
diperoleh dari penyulingan minyak mentah pada temperatur 105-135oC dengan
rantai karbon C21 sampai C30. Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane
(pada bensin disebut octane), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar
mengalami pembakaran di dalam mesin serta kemampuan mengontrol jumlah
ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane ada solar maka kualitas solar
akan semakin bagus.
Minyak solar ini digunakan untuk bahan bakar mesin diesel atau mesin
“Compression Ignition”. Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakan
dari motor bakar yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya.
Dalam mesin diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara
bertekanan tinggi. Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin,
suhu udara meninggkat, ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus
29
bersinggungan dengan udara panas ini maka bahan bakar akan menyala dengan
sendirinya tanpa bantuan alat penyala lainnya. Itu sebabnya mesin diesel juga
disebut mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engines).
a. Hydro cracking
Hydro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen dengan bantuan katalis di dalam wadah tertutup yang dilengkapi
dengan pengaduk pada temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 –
10 MPa. Penelitian ini berfokus untuk menghasilkan bensin berkualitas tinggi dari
berbagai jenis bahan baku. Adapun jenis bahan baku yang digunakan di antaranya
PE, PET, PS, PVC dan polimer campuran. Untuk membantu pencampuran dan
reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan
decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous
silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia (Panda, 2011).
Penelitian tentang proses hydrocracking ini telah dilakukan oleh
Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydro cracking sampah plastik
polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C6-C11) menggunakan katalis
NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydrocracking dilakukan dalam
reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300, 360, dan
400°C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hydrogen 150
ml/jam. Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk
C7-C8 tertinggi dicapai pada temperatur 360°C dan rasio katalis/umpan 0,5.
30
Gas
Gas H2, CH4, C2H6, C2H4, C3H6,
H2 H2 C3H8, C4H10
CH4 CH4
C2H6 C2H6 Bensin (Gasoline)
C2H4 C2H4 C8H16
C3H6 C3H6
C3H8 C3H8
C4H10 C4H10
H2 Kondensor Fraksionator Minyak Tanah (Kerosene)
C16H32
Solar (Diesel)
C28H56
Sampah Plastik
Preheater Reaktor Pirolisis
Polypropylene
Polyethylene
*HDPE
*LDPE
Carbon Solid
Gas
Gas H2, CH4, C2H6, C2H4, C3H6,
H2 H2 C3H8, C4H10
CH4 CH4
C2 H 6 C2 H 6 Bensin (Gasoline)
C2H4 C2H4 C8H16
C3H6 C3H6
C3H8 C3H8
C4H10 C4H10
Kondensor Fraksionator Minyak Tanah (Kerosene)
C16H32
Solar (Diesel)
C28H56
Sampah Plastik
Preheater Reaktor Pirolisis
Polypropylene
Polyethylene
*HDPE
*LDPE
Carbon Solid
c. Catalytic cracking
32
Gas
Gas H2, CH4, C2H6, C2H4, C3H6,
H2 H2 C3H8, C4H10
CH4 CH4
C2H6 C2H6 Bensin (Gasoline)
C2H4 C2H4 C8H16
C3H6 C3H6
C3H8 C3H8
Katalis C4H10 C4H10
Kondensor Fraksionator Minyak Tanah (Kerosene)
C16H32
Solar (Diesel)
C28H56
Sampah Plastik
Preheater Reaktor Pirolisis
Polypropylene
Polyethylene
*HDPE
*LDPE
Carbon Solid
Perbandingan antara ketiga proses ini dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Perbandingan Proses Pembuatan BBM dari sampah Plastik
No. Parameter Hydro cracking Thermal Catalytic cracking
cracking
1 Bahan Baku PET, PS, PVC PET, HDPE, HDPE
LDPE, PS, PP,
PVC
2 Temperatur 150-400 ºC 350 - 900ºC 450ºC
3 Bahan penunjang Menggunakan - Menggunakan
hydrogen katalis
4 Waktu reaksi 2 jam 1 jam 1 jam
5 Yield 60% 92,5% 76,09%
Bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan pabrik tersebut adalah
plastik jenis polietylene (HDPE dan LDPE) dan polypropylene (PP) dengan reaksi
perengkahan (cracking) sebagai berikut.
34
29C3H6 16H2 + CH4 + C2H6 + C2H4 + C3H6 + C3H8 + C4H10 + C8H16 + C16H32 +
C28H56 + 20C
Persamaan 2.1 Propylene Thermal Cracking
36C2H4 H2 + CH4 + C2H6 + C2H4 + C3H6 + C3H8 + C4H10 + C8H16 + C16H32 + C28H56
+ 5C
Persamaan 2.2 Ethylene Thermal Cracking
Berdasarkan persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 dapat dilihat bahwa produk
yang akan dihasilkan dari proses ini adalah gas (C1-C5), bensin (C6-C11),
minyak tanah (C12-C20), dan solar (C21-C30).
a. Plastik polietylene
Plastik polietylene terbagi menjadi dua yaitu High Density Polyethylene
(HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE).
b. Minyak Tanah
Spesifikasi dari minyak tanah dapat dilihat pada Tabel 2.8 sebagai berikut.
Tabel 2.8 Spesifikasi Minyak Tanah
No. Spesifikasi Satuan Batasan
Min Maks
1 Densitas pada 15oC kg/m3 - 835
2 Titik Asap Mm 15 -
3 Nilai Jelaga (Char mg/kg - 40
Value)
4 Distilasi :
Perolehan pada 200oC % vol 18 -
o
Titik Akhir C - 310
o
5 Titik Nyala C 38,0 -
6 Kandungan Balerang %massa - 0,20
(sumber : Material Safety Data Sheet, 2007)
c. Solar
Spesifikasi dari solar dapat dilihat pada Tabel 2.9 sebagai berikut.
Tabel 2.9 Spesifikasi Solar
No. Spesifikasi Satuan Batasan
Min Maks
1 Bilangan Cetana
Angka Cetana - 48 -
Indeks Cetana - 45 -
2 Berat Jenis pada 15oC kg/m3 815 870
3 Viskositas (T = 40oC) mm2/sec 2,0 5,0
4 Kandungan sulfur % m/m - 0,35
5 Distilasi
o
Temp. 95 C - 370
o
6 Titik Nyala C 60 -
o
7 Titik Tuang C - 18
8 Residu Karbon % m/m - 0,1
9 Kandungan air mg/kg - 500
10 Kandungan Abu % v/v - 0,01
11 Kandungan sendimen % m/m - 0,01
12 Bilangan Asam Kuat mg - 0
KOH/g
13 Bilangan Asam Total mg - 0,6
KOH/g
14 Penampilan visual - Jernih terang
(sumber : Material Safety Data Sheet, 2007)