M-II
SIFAT FISIK BATUAN
MI-1
MII-2
Dalam keperluan geoteknik, sifat fisik batuan yang wajib diketahui adalah natural
density (bobot isi asli), dry density (bobot isi kering), saturated densitiy (bobot isi
jenuh), apparent specific gravity (berat jenis semu), true specific gravity (berat jenis
sejati), natural water content (kadar air asli), absorption (kadar air jenuh), degree
of saturation (derajat kejenuhan), porositas, dan void ratio.
Dalam pengujian sifat fisik batuan, dibutuhkan sampel yang pembuatannya
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Pengujian Sampel di Lapangan.
Sampel yang digunakan untuk pengujian sifat fisik di lapangan adalah
sampel hasil pengeboran inti secara langsung ke dalam batuan dengan
sampel berbentuk silinder (core). Core tersebut langsung dapat diuji
dengan syarat uji tinggi sampel minimal 2 kali diameter sampel. Selain itu,
dilakukan pula perhitungan terhadap luas permukaan dan volumenya.
2. Pengujuan Sampel di Laboratorium.
Sampel yang digunakan untuk keperluan analisis laboratorium adalah
batuan dengan ukuran bongkah dimana batuan tersebut selanjutnya dibor
menggunakan coring machine. Adapun syarat uji sampel di laboratorium
adalah memiliki spesifikasi berupa tinggi sama dengan 2-2.5 kali diameter
dengan ukuran diameter umumnya berkisar antara 50-70 mm. Namun,
ukuran tinggi dan diameter sampel dapat lebih kecil atau lebih besar
apabila dilakukan tes uji sampel tertentu seperti uji kuat tarik tidak
langsung.
2.2.2 Jenis-Jenis Sifat Fisik Batuan
Uji sifat fisik batuan memiliki peranan yang sangat penting di dalam
keperluan geoteknik. Adapun sifat fisik batuan yang dapat diuji antara lain sebagai
berikut.
1. Porositas (porosity), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan volume pori-pori (volume yang dapat ditempati oleh fluida)
dengan volume total batuan. Porositas terbagi menjadi dua, yakni
porositas antar butir dan porositas rekahan. Porositas di dalam suatu
sistem panas bumi sangat beragam. Misalnya, di dalam sistem reservoir
rekah alami, nilai porositas berkisar >0, namun, dapat bernilai sama
dengan 1 jika ditinjau pada rekahannya. Umumnya, porositas rata-rata dari
batuan berpori bernilai antara 5 – 30%.
MI-1
MII-3
Tabel 2.1
Tabel Ukur Porositas dan Kuantitas
Porositas (%) Kuantitas
( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)
(5% – 10%) buruk (poor)
(10%- 15%) cukup baik (fair)
(15%- 20%) baik (good)
(20%- 25%) sangat baik ( very good )
(>25%) istimewa ( excellent )
Sumber : Poerba, 2013
2. Bobot Isi Asli (γn), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara berat batuan asli terhadap volume total batuan.
3. Bobot Isi Kering (γo), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara berat batuan kering terhadap volume total batuan.
4. Bobot Isi Jenuh (γw), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara berat batuan jenuh terhadap volume total batuan.
5. Apparent Specific Gravity (berat jenis semu), merupakan sifat fisik batuan
yang dikaji melalui perbandingan antara bobot isi kering batuan terhadap
bobot isi air.
6. True specific gravity (berat jenis sejati), merupakan sifat fisik batuan yang
dikaji melalui perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan bobot isi
air.
7. Kadar Air Asli (ωn), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara berat air dalam batuan asli terhadap berat butiran
batuan yang dinyatakan dalam bentuk persen (%).
8. Kadar Air Jenuh (ωsat), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat butiran
batuan yang dinyatakan dalam bentuk persen (%).
9. Derajat kejenuhan (S), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh yang dinyatakan
dalam bentuk persen (%).
10. Void ratio (e), merupakan sifat fisik batuan yang dikaji melalui
perbandingan antara volume rongga dalam batuan dengan volume butiran
batuan.
11. Permeablitas (permeability), merupakan sifat fisik pada batuan reservoir
MI-1
MII-4
yang dikaji melalui kemampuan batuan untuk dialiri fluida melalui pori-pori
yang saling berhubungan tanpa merusak partikel pembentuk batuan
tersebut.
Tabel 2.2
Klasifikasi Permeabilitas dengan Satuan Ukur Darcy
Kualitas Nilai Permeabilitas (Darcy)
Sangat Buruk <1 mD
Buruk 1 - 50 mD
Sedang 50 - 200 mD
Baik 200 – 500 mD
Sangat Baik >500 mD
Sumber : Priant, 2017
12. Kecepatan aliran fluida (darcy atau flux velocity), merupakan sifat fisik
batuan yang dikaji melalui laju alir rata-rata volume flux per satuan luas
penampang di media berpori.
MI-1
MII-5
MI-1
MII-6
MI-1
MII-7
loses/terbuang.
7. Kemudian, lakukan penimbangan sampel beserta container untuk
mengetahui berat jenuh sampel.
8. Setelah itu, masukkan dan panaskan sampel ke dalam oven dengan
temperatur 1050C sampai dengan 1100C selama ± 24 jam.
9. Selanjutnya, timbang berat kering sampel (sampel dikeringkan terlebih
dahulu).
10. Lakukan pula penimbangan terhadap berat kosong container.
MI-1
MII-8
9. Porositas (porosity) :
Ww - Wo
n= x 100%.. ..................................... (2.9)
Ww - Ws
10. Void Ratio :
n
e= ..................... ................................... (2.10)
1-n
MI-1
MII-9
sebagai berikut :
1. Berat Sampel + Kontainer
a. Andesit 1 = 56 gram
b. Andesit 2 = 48,5 gram
c. Gamping 1 = 39,9 gram
d. Gamping 2 = 58,4 gram
2. Berat Kontainer
a. Andesit 1 = 12 gram
b. Andesit 2 = 9,8 gram
c. Gamping 1 = 13,5 gram
d. Gamping 2 = 9,3 gram
3. Berat Sampel (Wn) = (Berat Sampel+Kontainer) – Berat Kontainer
a. Andesit 1 = 44 gram
b. Andesit 2 = 38,7 gram
c. Gamping 1 = 26,4 gram
d. Gamping 2 = 49,1 gram
4. Berat Sampel Basah
a. Andesit 1 = 71,5 gram
b. Andesit 2 = 50 gram
c. Gamping 1 = 49,8 gram
d. Gamping 2 = 60,1 gram
5. Berat Jenuh (Ww) = Berat Sampel Basah – Berat Kontainer
a. Andesit 1 = 59,5 gram
b. Andesit 2 = 40,2 gram
c. Gamping 1 = 36,3 gram
d. Gamping 2 = 50,8 gram
6. Berat Tergantung (Ws)
a. Andesit 1 = 24,2 gram
b. Andesit 2 = 21,1 gram
c. Gamping 1 = 14,3 gram
d. Gamping 2 = 27,6 gram
7. Berat Kering
a. Andesit 1 = 54,8 gram
b. Andesit 2 = 47,6 gram
MI-1
MII-10
MI-1
MII-11
42,8 gram
a. Andesit 1 = = 1,21
(59,5 - 24,2) gram
37,8 gram
b. Andesit 2 = = 2,02
(40,2 - 21,5) gram
23,8 gram
c. Gamping 1 = = 1,08
(36,3 - 14,3) gram
48,6 gram
d. Gamping 2 = = 2,09
(50,8 - 27,6) gram
Wo
5. True Specific Gravity (TSG) = / bobot isi air
Wo - Ws
42,8 gram
a. Andesit 1 = = 2,30
(42,8 - 24,2) gram
37,8 gram
b. Andesit 2 = = 2,32
(37,8 - 21,5) gram
23,8 gram
c. Gamping 1 = = 2,51
(23,8 - 14,3) gram
48,6 gram
d. Gamping 2 = = 2,31
(48,6 - 27,6) gram
Wn - Wo
6. Kadar Air Asli = x 100 %
Wo
(44 - 42,8) gram
a. Andesit 1 = x 100% = 2,8%
42,8 gram
(38,7 - 37,8) gram
b. Andesit 2 = x 100% = 2,38%
37,8 gram
(26,4 - 23,8) gram
c. Gamping 1 = x 100% = 10,92%
23,8 gram
(49,1 - 48,6) gram
d. Gamping 2 = x 100% = 1,03%
48,6 gram
Ww - Wo
7. Saturated Water Content = x 100 %
Wo
(59,5 - 42,8) gram
a. Andesit 1 = x 100% = 39.02%
42,8 gram
(40,2 - 37,8) gram
b. Andesit 2 = x 100% = 6,35%
37,8 gram
(36,3 - 23,8) gram
c. Gamping 1 = x 100% = 52,5%
23,8 gram
MI-1
MII-12
2.8 Analisa
Dilihat dari segi perbedaan warna, andesit 1 memiliki warna yang lebih
gelap dibandingkan dengan andesit 2, sehingga diindikasikan bahwa andesit 1
mengandung mineral-mineral berat (mafic) lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dari
MI-1
MII-13
massa asli yang diperoleh pada sampel andesit 1 dan 2 yakni berturut-turut
sebesar 44 gram dan 38,7 gram. Namun, ketika dilakukan proses pengujian pada
sampel tersebut, diperoleh nilai apparent specific gravity sebesar 1,21 dan 2,02
serta true specific gravity sebesar 2,3 dan 2,32. Secara teoritis, apabila warna
pada batuan beku lebih gelap, maka akan memiliki specific gravity yang lebih
tinggi. Tetapi ketika dilakukan pengujian, diperoleh hasil yang berbanding terbalik
dengan pernyataan tersebut. Sehingga diasumsikan bahwa hal ini dapat terjadi
akibat adanya pengaruh pengotor pada batuan. Pada batuan andesit 1,
diindikasikan bahwa lingkungan keterbentukannya memiliki material-material
pengotor yang bersifat mafic, sehingga pada saat ikut terbentuk dengan batuan,
material tersebut menambah massa asli dari batuan. Tetapi pada andesit 2,
diasumsikan bahwa batuan tersebut adalah sampel yang diambil pada bidang
fresh batuan. Sehingga sampel tersebut masih tidak dipengaruhi oleh material-
material pengotor. Kemudian, pada batu gamping 1 dan 2 memiliki massa asli
masing-masing sebesar 26,4 gram dan 49,1 gram. Mineral penyusun batu
gamping adalah dolomit dan kalsit dimana mineral ini terbentuk akibat proses
sedimentasi pada mineral sebelumnya. Dengan kata lain, mineral ini lebih ringan
jika dibandingkan dengan mineral penyusun batuan beku. Sehingga pada batuan
gamping 1 diindikasikan memiliki mineral kalsit yang lebih banyak dibandingkan
batu gamping 2. Sedangkan, penyebab batu gamping 2 memiliki massa asli yang
lebih berat adalah pada batu gamping 2 memiliki mineral kuarsa yang lebih banyak
dibandingkan pada batu gamping 1. Selain itu, apparent specific gravity pada batu
gamping 2 juga memiliki nilai yang lebih besar yaitu 2,09 dibandingkan dengan
batu gamping 1 yakni sebesar 1,08. Tetapi, jika ditinjau pada sifat fisik berupa true
specific gravity, batu gamping 1 memiliki TSG yang lebih besar dibandingkan
dengan batu gamping 2. Hal ini dapat terjadi karena pada batu gamping 1 memiliki
rongga-rongga pengisi udara yang lebih banyak dibandingkan dengan batu
gamping 2, sehingga apabila sampel dicelupkan ke air, rongga tersebut akan
menyarangkan air yang menyebabkan nilai TSG pada batu gamping 1 akan lebih
besar dari batu gamping 2.
Ditinjau dari sifat fisik berupa kadar air asli, andesit 1 memiliki kadar air asli
yang lebih tinggi dibandingkan dengan andesit 2. Hal ini disebabkan pada andesit
1 memiliki pori-pori yang lebih banyak dibandingkan dengan andesit 2. Hasil
pengujian tersebut juga didukung oleh nilai porositas pada andesit 1 yang lebih
MI-1
MII-14
besar yaitu sebesar 43,31%, sedangkan pada andesit 2 hanya memiliki porositas
sebesar 12,83%. Sehingga dapat diindikasikan bahwa andesit 1 akan dapat
menyarangkan fluida lebih banyak dibandingkan dengan andesit 2. Kemudian,
pada batu gamping 1 dan batu gamping 2 memiliki kadar air asli sebesar 10,92%
dan 1,03%. Asumsi awal kadar air asli batu gamping 1 lebih banyak dibandingkan
dengan batu gamping 2 karena lingkungan keterbentukan batu gamping 2 terkena
intensitas sinar matahari yang lebih sering dibandingkan dengan batu gamping 1.
Setelah dilakukan peninjauan terhadap porositas batu gamping 1 dan 2, diperoleh
nilai porositas masing-masing 56,82% dan 9,58%. Sehingga, penyebab selain
karena lingkungan keterbentukan batu gamping 2, dapat diindikasikan pula bahwa
batu gamping 2 memiliki volume pori-pori yang yang lebih sedikit dibandingkan
dengan volume pori-pori pada batu gamping 1. Secara genesa, dapat pula
diindikasikan bahwa batu gamping yang terbentuk lebih awal adalah batu gamping
2 sehingga lapisan batuan ini telah mengalami pengangkatan di atas permukaan
air.
Di dalam dunia pertambangan, sifat fisik batuan berupa porositas dan
kadar air asli dapat digunakan sebagai parameter penunjang dalam penentuan
klasifikasi muka air tanah. Dimana apabila batuan memiliki porositas dan kadar air
asli yang rendah diindikasikan bahwa permukaan batuan akan memiliki volume air
yang tergenang lebih banyak apabila terjadi penambahan air (contohnya, hujan)
di sekitar lingkungan penambangan. Sehingga apabila terjadi kasus demikian,
maka lokasi penambangan diberikan treatment-treatment agar menghindari
longsor atau banjir di lokasi penambangan seperti dibuatnya pengaliran tambang
atau lapisan batuan ditaburi butiran-butiran batu gamping (kapur) sebagai
penyerap air yang masuk di lokasi penambangan. Selain itu, sifat fisik batuan
berupa bobot isi asli dan bobot isi jenuh juga dapat digunakan dalam analisis
geoteknik, dimana angka yang dihasilkan akan menentukan metode atau model
penambangan mengingat pentingnya faktor keamanan pada kegiatan usaha
pertambangan.
2.9 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum “Sifat Fisik Batuan” dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sifat fisik batuan adalah sifat yang dapat diamati dan dihitung pada batuan
MI-1
MII-15
MI-1
MII-16
MI-1
MII-17
DAFTAR PUSTAKA
2. Azhary, 2013. “Uji Sifat Fisik Batuan”. scribd.com. Diakses pada tanggal
25 Februari 2018 pukul 15.22 WIB. (Referensi Internet)
4. Ganz, Babay, 2013. “Uji Sifat Fisik Batuan”. scribd.com. Diakses pada
tanggal 25 Februari 2018 pukul 16.15 WIB. (Referensi Internet)
MI-1