Anda di halaman 1dari 3

2.2.

6 Lapisan Pondasi Bawah (Subballast)

Lapisan balas bawah atau lapisan subbalas (subballast), dengan material yang terdiri dari

kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan

Bahan Jalan Rel Indonesia. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan penyaring (filler) di antara

tanah dasar dan lapisan balas atas, dan harus dapat mengalirkan air dengan baik.

Sedangkan material pembentuk subbalas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Material subbalas dapat berupa campuran kerikil atau kumpulan agregat pecah dan pasir.

 Material subbalas tidak boleh memiliki kandungan material organik lebih dari 5%.

 Untuk material subbalas yang merupakan kumpulan agregat pecah dan pasir, maka harus

mengandung sekurang-kurangnya 30 agregat pecah

 Persyaratan gradasi subbalas mengikuti tabel berikut ini

Standar saringan ASTM Persentase saringan


1 100
1
2

3 55-100
4
25-95
No.4

No.40 5-35

No. 200 0-10

2.2.7 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan Tanah dasar merupakan lapisan yang memiliki fungsi sebagai penerima beban

akhir dari kendaraan kereta api, sehingga lapisan ini perlu dirancang dan dipersiapkan untuk
mampu menerima beban secara optimum tanpa terjadi adanya deformasi tetap. Adapun fungsi

dari tanah dasar (subgrade) jalan rel adalah sebagai berikut :

 Mendukung beban yang diteruskan oleh balas kepada tanah dasar.

 Meneruskan beban ke lapisan bawahnya, yaitu badan jalan rel.

 Memberikan landasan yang rata pada kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat balas akan

diletakkan.

Sesuai dengan fungsi tanah dasar serta melihat letak/kedudukan dan distribusi beban oleh

lapisan di atasnya (balas), maka tanah dasar harus mempunyai kuat dukung yang cukup. Menurut

ketentuan yang digunakan oleh PT. Kereta Api (persero), kuat dukung tanah dasar (CBR)

minimum ialah sebesar 8%. Tanah dasar yang harus memenuhi syarat minimum CBR 8%

tersebut adalah tanah dasar setebal minimum 30 cm.

Beberapa persyaratan teknis perlu dilakukan dalam pembangunan lapisan subgrade

supaya rel memiliki usia konstruksi yang panjang. Beberapa persyaratan teknis dan desain perlu

dipertimbangkan secara lebih ketat karena pada konstruksi ini rentan terhadap kegagalan apabila

dalam perencanaannya tidak baik. Peraturan daerah No 10 tahun 1986 tentang Perencanaan

Konstruksi Jalan Rel memberikan persyaratan tubuh jalan rel pada konstruksi timbunan

sebagaimana dijelaskan berikut ini :

 Jenis tanah timbunan tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil

sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia. Klasifikasi tanah

yang biasa digunakan adalah sistem USCS (Unified Soil Classification System) dan

ASTM 2487-66T).

 Subgrade diharuskan memiliki kemiringan ke arah luar sebesar 5%. .


 Pemadatan dilakukan pada konstruksi timbunan secara ketat dengan tujuan meningkatkan

kekuatan tanah, memperkecil kompresibilitas dan daya resap air, serta memperkecil

pengaruh air terhadap tanah.

 Permukaan atas timbunan harus terletak minimum 0,75 minimum 0,75 dan di atas elevasi

muka air tanah tertinggi.

 Bila tinggi timbunan lebih besar dari 6,00 m, maka untuk setiap ketinggian 6,00 m harus

dibuat “berm” selebar 1,50 m.

Letak tanah dasar dapat dilihat pada gambar yang menjelaskan pula tentang badan jalan,

yaitu Gambar 2.13 tanah dasar harus mempunyai kemiringan ke arah luar sebesar 5%, dan harus

mencapai kepadatan 100% kepadatan kering maksimum.

Gambar 2.13 Letak Tanah Dasar

Anda mungkin juga menyukai