Disusun Oleh :
Renanda Wahyu Santoso - 20190202028
Ichwan Rizky Riyadi - 20190202018
Annisa Azzahra - 20190202020
Tsalatsecio Fadhilah - 20190202008)
Fitria Rezqy Pangeran Cani - 20190202033
Yohanes Januard Bernadino - 20190202024
Amiral Balad Ath Thaariq - 20190202021
Kristof Sulaeman Harefa - 20190202032
Miracle Cloudy Tapilatu - 20190202026
Faishal Malik - 20190202014
Farhan Fauzi Fadhil – 20200202018
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................8
4.11 Analisis Standar teknis dan ketentuan sarana dan prasarana .. 113
4.11.1 Rencana jaringan jalan ..............................................................................................................113
4.11.2 Rencana sarana transportasi .....................................................................................................114
4.11.3 Rencana jaringan listrik .............................................................................................................114
4.11.4 Rencana pengembangan jaringan air bersih .............................................................................114
4.11.5 Rencana pengembangan daringan drainase .............................................................................114
4.11.6 Rencana pengembangan jaringan air limbah ............................................................................114
4.11.7 Jaringan persampahan ..............................................................................................................114
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi kabupaten/kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus
menerus dalam upaya untuk memajukan daerahnya. Pusat pertumbuhan merupakan salah satu
alternatife untuk menggerakkan dan memacu pembangunan guna meningkatkan pendapatan
daerah dan masyarakat sekitar wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada daerah
– daerah yang memiliki potensi dan fasilitas wilayah, akan mempercapat terjadinya kemajuan
ekonomi. Pembangunan yang dimaksud disini perlu diikuti dengan pembangunan infrastruktur,
transportasi dan kelembagaan sosial yang secara alami bisa meningkatkan daya tarik.
Kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat adalah bagaimana hasil produksi dari
pusat – pusat pertumbuhan tersebut dapat dipakai untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
ekonomi yang berada di daerah sekitar pusat pertumbuhan (hinterland) sedangkan produksi
hasil daerah hinterland tersebut juga dipakai untuk menunjang kegiatan ekonomi yang berada
di pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan tersebut juga harus diikuti oleh dampak penyebaran
melalui aktivitas antara pusat pertumbuhan dengan sumber daya di wilayah tersebut sehingga
kegiatan pusat pertumbuhan berdampak pada daerah sekitarnya juga akan dapat tumbuh.
Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan wilayah yang berdekatan langsung dengan DKI
Jakarta yang merupakan pusat ekonomi, perdagangan dan pemerintahan. Kabupaten Bogor
adalah salah satu wilayah penyangga (hinterland) yang potensial menjadi daerah yang
mempunyai efek penyebaran (spread effect) pembangunan bagi pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bogor.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2029 yaitu Kabupaten Bogor termasuk pada WP
Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan
kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur, penetapan kawasan
Kecamatan Cibinong sebagai PKL perkotaan, dengan wilayah pelayanan Kabupaten dan
beberapa Kecamatan, Kabupaten Bogor diarahkan menjadi kawasan penyangga dalam sistem
PKN kawasan perkotaan Jabodetabek untuk mengembangkan sektor industri ramah
lingkungan, serta yang menjadi pusat kawasan industri di Kabupaten bogor yakni Kecamatan
Cibinong.
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor Tahun 2016 – 2036 menetapkan Kecamatan Cibinong menjadi pusat
kegiatan wilayah promosi (PKWp), wilayah pengembangan tengah salah satunya termasuk
SWP Cibinong yang didalamnya meliputi Kecamatan Cibinong, Citeureup, Sukaraja, Bojong
Gede, Babakan Madang, dan Kecamatan Tajurhalang. Kecamatan Cibinong memiliki
aksesibilitas yang tinggi terhadap angkutan umum massal, dimana stasiun angkutan umum
massal dan terminal angkutan umum massal sebagai pusat kawasan dengan bangunan
berkepadatan tinggi.
RDTR Cibinong Raya yaitu didalamnya dijelaskan bahwa BWP Cibinong yang akan
berfungsi sebagai pusat pengembangan Kabupaten Bogor tentunya akan memiliki
keberfungsian sebagai pusat pelayanan bagi wilayah disekitarnya. Sebagai ibukota kabupaten,
tentu saja diharapkan peranan BWP Cibinong dalam konstelasi sistem pusat di Indonesia di
masa mendatang dapat berperan setara dengan ibukota-ibukota kabupaten lainnya yaitu
setingkat Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka peran Kecamatan Cibinong ini
sangat menarik untuk mengetahui perkembangan wilayah Kecamatan Cibinong sebagai pusat
pertumbuhan di Kabupaten Bogor dan menjadi pusat utama pertumbuhan di Cibinong Raya
serta diarahkan menjadi pusat kegiatan wilayah promosi di Kabupaten Bogor.
1.2.1 Tujuan
Dalam pelaksanaan studi perencanaan di Kecamatan Cibinong untuk memenuhi mata
kuliah studio perencanaan wilayah, terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan teori, konsep dan prosedur perencanaan wilayah untuk menyusun Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2021-2041 yaitu :
1.2.2 Sasaran
Sasaran yang dituju untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1.3 Manfaat
Manfaat dari studi perencanaan ini yaitu mahasiswa dapat mempraktikan teori yang
telah didapat sebelumnya. Selain itu, mahasiswa dapat belajar menyususn Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2021-2041 dan mengetahui potensi masalah untuk
pengembangan wilayah di Kecamatan Cibinong.
c. Aspek Ekonomi
e. Aspek Kebijakan
Dalam penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor mengacu
kepada: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor. Perencanaan tata
ruang bertujuan untuk menentukan struktur ruang dan pola ruag yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRWK, adalah
rencana tata ruang yang bersifat umum wilayah Kabupaten Bogor, yang merupakan penjabaran
dari RTRW Provinsi Jawa Barat, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang
wilayah, rencana struktur ruang wilayah, rencana pola ruang wilayah, penetapan kawasan
strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah. Tujuan penataan ruang wilayah di Daerah adalah untuk
mewujudkan tata ruang wilayah yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
yang bertumpu pada kegiatan pariwisata, permukiman, industri dan pertanian dalam rangka
mendorong perkembangan wilayah yang merata dan berdaya saing menuju Kabupaten Bogor
termaju dan sejahtera.
Sesuai yang tertulis di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 11 Tahun 2016
tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036, Bab II, Bagian Keempat,
Pasal 5, Ayat (1), Lingkup wilayah perencanaan adalah Daerah dengan batas yang ditentukan
berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan, wilayah perairan, serta wilayah
udara, Ayat (2), Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan Jasinga;
c. Kecamatan Tenjo;
d. Kecamatan Cigudeg;
e. Kecamatan Sukajaya;
f. Kecamatan Nanggung;
g. Kecamatan Leuwiliang;
h. Kecamatan Leuwisadeng;
i. Kecamatan Cibungbulang;
j. Kecamatan Ciampea;
k. Kecamatan Pamijahan;
l. Kecamatan Rumpin;
m. Kecamatan Tenjolaya;
n. Kecamatan Dramaga
p. Kecamatan Parung;
q. Kecamatan Ciseeng;
r. Kecamatan Kemang;
s. Kecamatan Rancabungur;
u. Kecamatan Tajurhalang;
v. Kecamatan Cibinong;
w. Kecamatan Sukaraja;
x. Kecamatan Cijeruk;
y. Kecamatan Cigombong;
z. Kecamatan Caringin;
mm.Kecamatan Cariu;
N
Klasifikasi Data Data Kebutuhan Data Analisa Output Rencana
o
1 Karakteristik Fisik Geografi Analisis Kesesuaian Rencana Struktur
Dasar Batas Administrasi Lahan Ruang
Rencana Pola
Luas Wilayah Ruang
Geologi Analisis Daya Penetapan Sub
Jenis Tanah Tampung Lahan BWP Prioritas
Jenis Batuan
Topografi Ketinggian Analisis Prasarana
Kelerengan
Klimatologi Curah Hujan Analisis Sarana
Hidrologi Daerah Aliran Sungai
Sumber Mata Air
Aliran Sungai
Bencana Resiko Bencana
Lokasi Evakuasi
Bahaya Bencana
2 Guna Lahan Luas Guna Analisis Daya Rencana Struktur
Lahan Luas Guna Lahan Tampung Lahan Ruang
Jenis Guna Rencana Pola
Lahan Jenis Guna Lahan Ruang
N
Klasifikasi Data Data Kebutuhan Data Analisa Output Rencana
o
Lokasi Guna Penetapan Sub
Lahan Lokasi Guna Lahan BWP Prioritas
3 Karakteristik Fisik Ruang Luas dan Pesebaran RTH Analisis Sarana Rencana Struktur
Binaan Terbuka Hijau Privat Ruang
Luas dan Pesebaran RTH
Publik
Perumahan Jumlah dan pesebaran Analisis Intensitas
rumah Bangunan
Luas Kavling Analisis Figure and
Ground
Luas Bangunan
Status Kepemilikan Lahan
Luas dan Jumlah Lantai
Luas Dasar Hijau
Garis Sempadan Jalan
Sarana Jumlah dan pesebaran Analisis Pusat Layanan
sarana
Luas Kavling
Luas Bangunan
Status Kepemilikan Lahan
Luas dan Jumlah Lantai
Luas Dasar Hijau
Garis Sempadan Jalan
Luas Basement
Transportasi Hirarki Jalan Analisis Transportasi
Dimensi Jalan Analisis Sistem
Jaringan Jalan
Kelas dan Status Jalan
Kualitas Jalan
Tipe Jalan
Volume Kendaraan
Perkerasan Jalan
Peta Asal dan Tujuan
Lebar Jalan dan Bahu
Jalan
Jenis Kerusakan Jalan
Panjang Kerusakan Jalan
Panjang Jalan
Hambatan Samping
Drainase Intensitas Hujan Analisis Drainase
Tipe Saluran
Dimensi Saluran
Perkerasan Jalan
Luas Catchment Area
Arah Aliran
Sanitasi Pesebaran MCK Analisis Air Limbah
Pesebaran Septictank
Pesebaran IPAL dan IPLT
Lokasi Pembuangan
Jaringan Pepipaan Sanitasi
N
Klasifikasi Data Data Kebutuhan Data Analisa Output Rencana
o
Air Bersih Sumber Air Analisis Air Bersih
Debit Air
Jaringan Perpipaan
Jumlah Kebutuhan Air
Bersih
Pesebaran Penggunaan
PDAM dan Sumur
Jenis Pipa
Ukuran Pipa
Persampahan Volume Sampah Analisis Persampahan
Jenis Perwadahan
Jenis Sampah
Ketersediaan Pemilihan
Sampah
Pesebaran dan Kapasitas
TPA dan TPS
Telekomunikas Pesebaran Fasilitas Analisis
i Jaringan Telekomunikasi Telekomunikasi
Jaringan Pesebaran Jaringan Listrik Analisis Kelistrikan
Listrik Data Pengguna Jaringan
Listrik
4 Kependudukan Jumlah Analisis Kependudukan Rencana Struktur
Penduduk Jumlah Penduduk Ruang
Rencana Pola
Pesebaran Penduduk Ruang
5 Karakteristik Pendapatan Analisis Pembiayaan Rencana Struktur
Ekonomi Daerah APBD Pembangunan Ruang
Analisis Ekonomi dan Rencana Pola
Data Investasi Sektor Unggulan Ruang
Komoditas dan Sektor Penetapan Sub
Unggulan BWP Prioritas
6 Kelembagaan Fungsional Jumlah dan Jenis Analisis Kelembagaan Ketentuan
Kelembagaan Kelembagaan Pemanfaatan
Peran dan Fungsi Ruang
Kelembagaan
7 Kebijakan Dokumen Analisis Kebijakan Rencana Struktur
Perencanaan RTRW Provinsi Ruang
Rencana Pola
RTRW Kabupaten Ruang
Tujuan Penetapan
RPJPD Kabupaten BWP
Ketentuan
Pemanfaatan
RPJMD Kabupaten Ruang
Perda Kabupaten Terkait
Tata Ruang
8 Karakteristik Budaya dan Lokasi Peninggalan Situs Analisis Sosial dan Rencana Struktur
Sosial dan Budaya Adat Istiadat dan Warisan Budaya Ruang
Budaya dan Adat Rencana Pola
Setempat Ruang
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
Jelasin berupa paragraf jangan copas gini, jelasin cukup tentang Kab. Bogor yang ada
Kecamatan Cibinong.
PERATURAN DAERAH
NOMOR 22 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2009-2029
Pasal 11
(1). Pembagian WP sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, terdiri atas :
Pasal 29
a. Kawasan hutan yang berfungsi lindung yang terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Purwakarta, Kawasan Bandung Utara, Kawasan Bandung Selatan, Kabupaten Garut,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka,
Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan; dan
Pasal 30
Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido dan Waduk Cikaret, terletak di
Kabupaten Bogor;
Pasal 31
1. Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul,
terletak di Kabupaten Bogor;
2. Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur;
Pasal 32
1. Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna
dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor;
Pasal 33
Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur,
dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor;
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 37
Paragraf
Pasal 41
(3) Kawasan hutan produksi, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 46
(3) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Bogor,
Pasal 50
2. Kawasan Wisata Agro Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Cianjur, Kota
Sukabumi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung
Barat dan Kabupaten Bandung
- 23 -
BAB VII
Bagian Kesatu
WP Bodebekpunjur
Pasal 54
b. Kabupaten Bogor dan Bekasi, diarahkan menjadi kawasan penyangga dalam sistem PKN
kawasan perkotaan Jabodetabek, serta untuk mengembangkan sektor industri ramah
lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, serta kegiatan pertambangan mineral logam
dan non logam untuk mendukung pembangunan di Bodebekpunjur; dan
c. Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, diarahkan pada kegiatan
rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung di KSN Jabodetabekpunjur.
1. Pengembangan lapangan panas bumi eksisting di lapangan panas bumi Awi Bengkok
dan Gunung Salak di Kabupaten Bogor;
2. Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi Ciseeng dan Gunung
Pancar di Kabupaten Bogor, serta lapangan panas bumi Gunung Gede-Pangrango di
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur;
- 24 -
Cibinong
BAB VI
Bagian Kesatu
Paragraf 2
Pasal 18
Bagian Keempat
Wilayah Perencanaan
Pasal 5
(1) Lingkup wilayah perencanaan adalah Daerah dengan batas yang ditentukan berdasarkan
aspek administrative mencakup wilayah daratan, wilayah perairan, serta wilayah udara.
meliputi:
v. Kecamatan Cibinong;
Pasal 11
(2) PKWp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, yaitu PKWp Perkotaan Cibinong.
Pasal 12
(1) Cakupan pelayanan pusat kegiatan ditetapkan sesuai pembagian Wilayah Pengembangan
(WP) meliputi:
b. Wilayah pengembangan tengah, yang terdiri dari 5 Sub Wilayah Pengembangan (SWP)
meliputi:
Pasal 17
(3) Pengembangan jaringan jalan nasional berupa jalan tol baru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b adalah pembangunan ruas jalan tol/akses tol baru yang meliputi:
e. Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road III ruas Cibinong - Tangerang;
Pasal 18
- 27 -
(2) Pengembangan jaringan jalan provinsi yang sudah ada sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a adalah penanganan terhadap kondisi ruas jalan provinsi dengan fungsi jalan kolektor
primer II, yang meliputi:
Pasal 19
Pasal 20
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf
b meliputi:
c. pengembangan Sistem Angkutan Umum Perkotaan Massal (SAUM) meliputi:
1. pengembangan sistem bus rapid transit yang terintegrasi dengan Kota Bogor yang
melayani pergerakan wilayah yang berada di sekitar Kota Bogor dengan simpul transportasi
utama di Dramaga, Ciawi dan Cibinong;
3. pengembangan sistem bus rapid transit antar Perkotaan yang menghubungkan simpul
transportasi utama seperti Cibinong - Cileungsi, Bojong Gede - Parung, Ciawi - Cisarua,
Ciawi-Cicurug dan Dramaga - Leuwiliang;dan
Pasal 21
(2) Pengembangan terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
:
Pasal 22
(2) Jalur Kereta Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
(3) Stasiun Kereta Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
Pasal 25
(3) Pengembangan jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) 500 KV melalui:
z) Kecamatan Cibinong;
Pasal 27
(9) Sistem penyediaan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (6), meliputi:
Pasal 28
(5) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
Paragraf 5
Pasal 34
(5) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan:
3. hutan kota di sekitar Situ Pemda, Situ Kebantenan dan Situ Cikaret, Kecamatan
Cibinong.
Paragraf 3
Pasal 41
(8) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari:
1. Kecamatan Cibinong
2. Kecamatan Cariu;
3. Kecamatan Ciawi;
4. Kecamatan Cibungbulang;
5. Kecamatan Cijeruk;
6. Kecamatan Cileungsi;
7. Kecamatan Cigudeg;
8. Kecamatan Ciomas;
9. Kecamatan Cisarua;
Paragraf 4
Kawasan Perikanan
Pasal 42
- 32 -
(2) Pengembangan kawasan perikanan budidaya air tawar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terletak di sebagian:
b. Kecamatan Caringin;
c. Kecamatan Cigudeg;
d. Kecamatan Ciampea;
e. Kecamatan Cariu;
f. Kecamatan Cijeruk;
g. Kecamatan Ciawi;
h. Kecamatan Cibungbulang;
i. Kecamatan Cigombong;
j. Kecamatan Ciomas;
k. Kecamatan Cisarua;
l. Kecamatan Ciseeng;
m. Kecamatan Cileungsi;
n. Kecamatan Cibinong;
o. Kecamatan Citeureup;
p. Kecamatan Dramaga;
s. Kecamatan Jasinga;
t. Kecamatan Kemang;
u. Kecamatan Klapanunggal;
v. Kecamatan Leuwiliang;
w. Kecamatan Leuwisadeng;
- 33 -
x. Kecamatan Megamendung;
Paragraf 6
Pasal 44
(2) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan sebesar
kurang lebih 3% (tiga persen) dari luas Daerah, terletak di:
b. Kecamatan Caringin;
c. Kecamatan Ciawi;
d. Kecamatan Cibinong;
e. Kecamatan Cileungsi;
f. Kecamatan Citeureup;
g. Kecamatan Cariu;
h. Kecamatan Cibungbulang;
k. Kecamatan Jasinga;
l. Kecamatan Jonggol;
m. Kecamatan Klapanunggal;
n. Kecamatan Parung;
p. Kecamatan Tenjo.
- 34 -
Paragraf 8
Pasal 46
terdiri dari:
sebagian:
3. Kecamatan Caringin;
4. Kecamatan Cibinong;
5. Kecamatan Cigudeg;
6. Kecamatan Cileungsi;
7. Kecamatan Ciseeng;
8. Kecamatan Citeureup;
Paragraf 9
Kawasan Lainnya
Pasal 47
(3) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
:
Pasal 50
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. kawasan strategis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kecamatan Cibinong; dan
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf b Cakupan pelayanan pusat kegiatan untuk WP tengah dirinci sebagai berikut:
Pasal 34
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kawasan sekitar waduk/situ” adalah kawasan sepanjang tepian
waduk/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
waduk/situ. Situ-situ yang ada di Kabupaten Bogor ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Nomor 610/544/Kpts/Per UU/2011 Tahun 2011 tanggal 16 Desember 2011 tentang
Penetapan Inventarisasi Situ dan Daerah Irigasi di Kabupaten Bogor dan berdasarkan Buku
Identifikasi Situ di Jawa Barat Hasil Pendataan Tahun 2011, yang meliputi:
Lokasi
Nama Situ
Desa/Kelurahan Kecamatan
Sela Kel. Karadenan Cibinong
Citatah/Ciriung Kel. Cirimekar Cibinong
Kabantenan Kel. Pakansari Cibinong
Cibuntu Kel. Cibinong Cibinong
Cibinong/Gedong Kel. Cibinong Cibinong
Baru/Pemda Kel. Tengah Cibinong
Cijantung/Kibing Kel. Pabuaran Cibinong
Kel.
Cikaret Cibinong
Harapanjaya
Ayat (5)
Ayat (6)
Penyusunan rencana rinci tata ruang KSK dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
serta KSK dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
diarahkan sebagai berikut:
BAB II
9. Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam perhitungan IPM, pada
tahun 2007 mencapai 70,97 mengalami peningkatan sebesar 0,64 poin dibandingkan
tahun 2006 yang mencapai 70,33. Dengan demikian secara umum kondisi kesehatan
masyarakat dan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Bogor terus mengalami
peningkatan, ditandai dengan meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) dari 67,20
tahun pada tahun 2006 menjadi 67,58 tahun pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi
(per 1000 kelahiran) menurun dari 42,42 pada tahun 2005 menjadi 41,82 pada tahun
2006, Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 307 per 100 ribu kelahiran serta menurunnya
angka gizi kurang pada balita dari 11,70% (50.499 balita) tahun 2006 menjadi 11,67 %
(48.951 balita) tahun 2007 dan balita gizi buruk dari 5.934 balita menjadi 5.040 balita.
Meskipun mengalami peningkatan, tetapi kondisi derajat kesehatan masyarakat belum
memenuhi harapan. Oleh karena itu, dilakukan upaya-upaya pembangunan bidang
kesehatan melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
pengembangan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Upaya peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan dasar dilakukan melalui : (1) pembangunan sarana
kesehatan khususnya di tingkat desa, peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas
dengan tempat perawatan (DTP); (2) penambahan puskesmas keliling dan ambulans;
(3) pengembangan puskesmas mampu PONED (Pelayanan Obstetri, Neonatal,
Emergensi Dasar) dan klinik gizi. Sedangkan peningkatan akses terhadap pelayanan
kesehatan rujukan dilakukan melalui : (1) peningkatan kualitas pelayanan di RS Pemda
(RS Ciawi dan RS Cibinong) yaitu dengan peningkatan akreditasi pelayanan; (2)
memfasilitasi penyediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan oleh RS Swasta, dimana
jumlah RS Swasta mengalami peningkatan dari 5 menjadi 8 RS; (3) meningkatkan
kerjasama pelayanan kesehatan rujukan dengan RS Swasta khususnya untuk pelayanan
bagi GAKIN. Sedangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat antara lain melalui :
program desa siaga, poskesdes, poskestren, serta bentuk UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat) lainnya. Selain itu, pemerintah juga mengembangkan
asuransi/jaminan sosial bagi masyarakat miskin dalam bentuk program
Askeskin/Jamkesmas, sedangkan untuk pembiayaan/jaminan kesehatan yang berbasis
masyarakat dikembangkan melalui Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Dana Sosial
Bersalin (Dasolin) maupun bentuk dana sehat lainnya.
II.3. EKONOMI
- 39 -
11. Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian pangan, sayuran dan
hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar hampir di semua
kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah menyebar di
wilayah tengah dan utara, dimana sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg,
Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan
Cariu dan lainnya (nilai LQ lebih dari 1). Tanaman padi gogo menyebar hanya di
beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah adalah
berkisar 4 - 5 ton per Ha, sedangkan produktivitas padi gogo 2 – 3 ton per Ha.
Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi
lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan perbaikan manajemen
usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana
dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi, dan seterusnya. Kendala
penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi sawah rata-rata adalah 2.500
m²/keluarga. Dengan luasan kepemilikan yang rendah ini maka penciptaan usaha selain
bertani sawah harus dilakukan terutama dari perikanan atau peternakan. Daerah
pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar pada hampir semua
wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu.
Tanaman jagung menyebar di kecamatan Dramaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi,
Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin.
Sedangkan tanaman kedelai menyebar hanya di Tamansari, Kemang, Rancabungur dan
Megamendung. Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran
mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Dramaga,
Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari, Mekarsari,
Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam komoditas lahan kering
(semusim dan tahunan) adalah masih rendahnya produktivitas yang terkait dengan
manajemen usaha tani, dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah, sebenarnya
ada varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah. Upaya
pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan. Tanaman perkebunan relatif
terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada daerah utama perkebunan penyebaran untuk
teh di Ciawi, karet di Tanjungsari, dan kelapa sawit di Kecamatan Leuwiliang, II - 15
Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman perkebunan ini secara keseluruhan
terdapat pada lahan yang berkategori kelas 3 dengan kendala utama pada kelerengan,
sehingga degradasi lahan melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi
kendala utama. Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman
- 40 -
perkebunan relatif terbatas (total sekitar 27.000 hektar), sehingga bentuk usaha skala
besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk usaha perkebunan skala kecil dan bekerjasama
dengan usaha yang sudah besar.
Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan daerah, baik yang
efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan dalam pembangunan daerah.
Untuk mewujudkan keterpaduan dan sinergitas antara Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dengan RPJPD, maka arahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RTRW
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan substansi dari RPJPD. Oleh karena itu, dalam
subbab ini akan dijelaskan secara garis besar dari substansi RTRW sebagaimana yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor disusun berasaskan keterpaduan,
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum,
kepastian hukum dan keadilan serta berasaskan akuntabilitas.
Sesuai dengan kebijakan struktur ruang dan pola ruang wilayah di atas, maka
rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah, meliputi :
b. Sistem pusat permukiman perkotaan, meliputi : (1) Orde I, yaitu Cibinong yang
memiliki aksesibilitas tinggi terhadap PKN lainnya (PKN JABODETABEKJUR); (2)
Orde II, yaitu Cileungsi dan Leuwiliang yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap
- 42 -
Cibinong; (3) Orde III, yaitu Jasinga, Parung Panjang, Parung, Ciawi, Cigombong, dan
Cariu.
Untuk rencana pola ruang kawasan lindung, meliputi kawasan yang berfungsi
lindung di dalam kawasan hutan dan kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan
hutan. Pola ruang ini ditujukan untuk mempertahankan kawasan-kawasan resapan air
atau kawasan yang berfungsi hidro-orologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya
air dan mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap
berfungsi lindung. Sedangkan untuk kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan
hutan, terdiri dari hutan konservasi (HK) dan hutan lindung (HL), dimana hutan
konservasi (HK) mencakup taman nasional dan taman wisata alam, sedangkan kawasan
yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan (HL), terdiri V - 23 dari kawasan lindung
lainnya di luar kawasan hutan yang menunjang fungsi lindung.
BAB II
Kabupaten Bogor memiliki sumberdaya alam yang cukup besar. Salah satu potensi
perlu dikembangkan adalah pertanian dengan luas lahan 39.000 Ha atau 13,06 % dari luas
Kabupaten Bogor. Selain potensi produksi tanaman pangan tanaman, produksi tanaman
perkebunan dan produksi perikanan air tawar dapat dilihat dari luasan sawah produktif,
perkebunan dan kawasan perikanan. Pemerintah Kabupaten Bogor sangat memperhatikan
pengembangan pertanian dan pembangunan perdesaan pada khususnya melalui kebijakan
Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan (RP3) yang telah diatur dalam Peraturan
Bupati Nomor 84 Tahun 2009 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Bupati Nomor 38
Tahun 2014 tentang Revitalisasi Pertanian. Berdasarkan peraturan ini pengembangan pertanian
dan pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor dibagi dalam beberapa Zona sebagaimana
tercantum dalam table berikut :
primer (pertanian, peternakan dan perikanan), satu komoditi unggulan sekunder (UKM
pengolahan) dan satu komoditi unggulan tersier (jasa pariwisata).
4. Perikanan
Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan
maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan akan ikan
konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2018 produksi ikan
konsumsi sebanyak 122.131 ton dan Benih ikan konsumsi sebanyak 5.545.494 RE,
dengan komoditi unggulan ikan lele, ikan gurame dan ikan mas. Komoditas lele
dikembangkan di Kecamatan Ciseeng, Parung dan Kemang. Komoditas gurame
merupakan unggulan yang dikembangkan di Dramaga dan Bojonggede. Selain itu,
daerah potensial lainnya adalah Parung. Sedangkan komoditas ikan mas merupakan
unggulan yang dikembangkan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang. Komoditas
unggulan lainnya adalah ikan hias air tawar dengan produksi pada tahun 2018 sebesar
283.469 RE. Sentra komoditi unggulannya diarahkan di Kecamatan Ciampea dan
Cibinong, dengan lokasi pengembangan di Kecamatan Parung.
6. Pariwisata
Daya tarik wisata Kabupaten Bogor merupakan perpaduan antara karakter alamnya
yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Kawasan Puncak merupakan kawasan
primadona yang sampai saat ini belum tergantikan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional,
Kabupaten Bogor masuk dalam perencanaan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
Bogor-Halimun dan sekitarnya dengan 2 (dua) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN), yaitu KSPN Gunung Gede-Pangrango dan KSPN Gunung Halimun Salak,
serta 2 (dua) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), yaitu KPPN
Bogor-Ciawi dan KPPN Alam Perkotaan Bogor-Depok. Dalam konteks perencanaan
Provinsi Jawa Barat sesuai Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2015
tentang Rencana Induk Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor masuk dalam
perencanaan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Ekowisata Alam Puncak
dan sekitarnya, serta 2 (dua) Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP),
yaitu KPPP alam perkotaan Bogor Depok dan sekitarnya, serta KPPP Ekowisata
Gunung Halimun Salak-Gede Pangrango dan sekitarnya.
- 52 -
1) Destinasi wisata perkotaan, terdiri dari KSP Cibinong, KSP Sentul dan
KSP Minapolitan serta KPP Parung, KPP Cibinong, dan KPP Sentul. Daya tarik
unggulannya adalah Fasilitas perkotaan, Taman Budaya Sentul, Sentul City,
Sirkuit Sentul, Jungle Land, Wana Wisata Gunung Pancar, Giri Tirta Kawah
Hitam, Air Panas Tirta Sanita dan Kawasan Minapolitan;
Cileungsi,
Sukamakmur,
Babakan Madang
Wilayah Kabupaten Bogor ini cukup luas, selain itu, letak geografi dan topografi
lahannya yang labil sehingga rawan terjadi bencana seperti longsor, angin kencang atau angin
ribut (puting beliung), banjir dan bencana lainnya. Berdasarkan data indeks risiko bencana
Indonesia 2013, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan wilayah
Kabupaten Bogor urutan no. 281 dari 496 Kabupaten/Kota atau tingkat kerentanan tinggi
daerah rawah bencana di Indonesia.
Kabupaten Bogor berada di peringkat kelima setelah Bogor sebagai daerah rawan
bencana di Indonesia. Sementara, total kejadian bencana di wilayah Bogor sepanjang tahun
2018 sebanyak 634 kejadian bencana, dengan rincian 39 bencana banjir, 156 bencana longsor,
188 bencana puting beliung, 232 kebakaran, dan 251 bencana lainnya. Kejadian bencana
tersebut tersebar di 40 kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor.
210 Cibinong 1 4 13 4 22
Tabel diatas menunjukkan bahwa daerah yang rawan bencana dalam kategori sangat
rawan adalah Kecamatan Cijeruk, Cigombong, Caringin, dan Megamendung. Kecamatan
Cijeruk, Cigombong, Caringin, dan Megamendung rawan angin puting beliung. Kecamatan
Leuwiliang, Ciomas, Ciawi, Citeureup, Cibinong dan Sukajaya masuk dalam kategori rawan
dengan penyebab longsor dan angin puting beliung. Kecamatan Nanggung dan Tamansari
masuk dalam kategori agak rawan dengan penyebab longsor dan angin puting beliung.
Kawasan rawan gempa, Kerentanan tanah atau kerentanan gerakan tanah menunjukkan
potensi suatu kawasan mengalami bencana akibat gerakan tanah seperti gempa. Di Kabupaten
Bogor, hampir di semua area berpotensi menjadi kawasan rawan gerakan tanah. Beberapa
kecamatan yang berpotensi tinggi mengalami gerakan tanah adalah Kecamatan Citeureup,
Klapanunggal, Jonggol, Babakan Madang, dan Sukajaya. Sedangkan di wilayah Utara seperti
- 54 -
Cibinong, Bojong Gede, Tajurhalang, dan Gunung Sindur termasuk yang potensinya sangat
rendah. Selengkapnya karakteristik kerentanan gerakan tanah.
* Pertumbuhan Penduduk
- 55 -
*Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk dapat kita lihat pada Gambar 2.16 dimana ada 5 (lima)
kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cibinong, Cileungsi Bojonggede dan
Citereup dengan distribusi penduduk di atas 4,06 persen penduduk Kabupaten Bogor.
Kemudian Ada 4 (empat) kecamatan dengan distribusi penduduk terendah dengan
distribusi penduduk kurang dari 1 persen penduduk Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan
Cariu, Tanjungsari, Rancabungur, dan Sukajaya.
Wilayah kecamatan yang memiliki basis kegiatan ekonomi industri, perdagangan dan
jasa mengalami defisit pangan seperti Kecamatan Cibinong, Citeureup, Cileungsi,
Gunungputri, Bojonggede dan Parung. Sementara 9 kecamatan dengan surplus daya dukung
pangan besar dengan nilai di atas 2 meliputi kecamatan Nanggung, Pamijahan, Tenjolaya,
Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Sukajaya dan Tenjo. Wilayah kecamatan lain yang
daya dukung pangannya surplus dengan angka antara 1 – 2, meliputi Leuwiliang, Leuwisadeng,
Rumpin, Cigudeg, Jasinga dan Parungpanjang. Sementara berdasarkan hasil analisis daya
dukung tahun 2023, terjadi penambahan jumlah kecamatan yang mengalami defisit pangan
yaitu Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Parungpanjang.
Perhitungan serta analisis daya dukung lingkungan dan ambang batas jasa ekosistem
penyedia air, didahului dengan menghitung kebutuhan dan ketersediaan jasa ekosistem
penyedia air. Sumber daya air yang digunakan berasal dari air permukaan. Setelah itu,
kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air domestik oleh penduduk, kebutuhan
- 57 -
air untuk keperluan irigasi lahan pertanian tertentu, dan kebutuhan air untuk industri. Pola
spasial kebutuhan air total di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 2.20, dapat dilihat
bahwa kebutuhan paling besar tersebar di sebagian besar wilayah perkabupatenan Kabupaten
Bogor yaitu pada Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Tanjungsari, dan Kecamatan Jonggol.
Selisih ketersediaan air dapat bernilai negatif maupun positif, dengan ketersediaan air
bernilai negatif menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih suatu wilayah lebih besar
dibandingkan ketersediaannya sehingga lingkungan hidup wilayah tersebut tidak mampu lagi
mendukung kebutuhan air bersih penduduk di atasnya. Secara visual, selisih antara
ketersediaan dengan kebutuhan air bersih di Kabupaten Bogor bernilai positif yang hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan air bersih di Kabupaten Bogor mampu mendukung
kebutuhan penduduk Kabupaten Bogor akan air bersih seperti yang ditunjukkan pada Gambar
.. dan Tabel ... Namun, sebagian kecil wilayah pada Kecamatan Lembursitu dan sebagian besar
wilayah Kecamatan Citamiang memiliki selisih ketersediaan bernilai negatif.
Berdasarkan hasil perhitungan ambang batas dapat disimpulkan bahwa daerah yang
memiliki ambang batas tinggi berada di wilayah kecamatan Nanggung, Kecamatan Sukajaya,
dan Kecamatan Cibinong. Sedangkan ambang batas terendah tersebar di wilayah Kecamatan
Tenjo dan Kecamatan Tanjungsari. Daerah dengan ambang batas rendah rentan terhadap
kelangkaan air dimasa mendatang khususnya jika terdapat pertumbuhan populasi dan aktivitas
ekonomi yang siginifikan serta adanya dampak perubahan iklim.
Ketersediaan, kebutuhan, dan selisih air bersih per kecamatan di Kabupaten Bogor
BAB IV
- 58 -
Permasalahan dalam aspek pelayanan umum dijabarkan berdasarkan urusan dan bidang
urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Bogor, sebagai berikut :
1.2 Kesehatan
2.9 Perhubungan
BAB V
Program pembangunan daerah adalah program strategis daerah yang dilaksanakan oleh
perangkat daerah sebagai instrumen arah kebijakan untuk mencapai sasaran RPJMD. Program
strategis daerah merupakan penjabaran dari upaya pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD
dengan memperhatikan startegi dan arah kebijakan daerah. Disamping itu, program strategis
daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya mengimplementasikan program-
- 59 -
program unggulan yang menjadi janji-janji politis kepala daerah. Program strategis daerah
dapat dijabarkan dalam prioritas pembangunan daerah hingga tahun 2023.
Adapun janji politis kepala daerah periode tahun 2018-2023 tertuang dalam slogan
“PANCAKARSA” yang terdiri atas :
BAB VI
- 60 -
Upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka menengah yang dijabarkan
dalam capaian target indikator tujuan dan sasaran perlu dilakukan dengan strategi yang tepat
serta dilandasi dengan arah kebijakan yang jelas. Disamping itu, dalam rangka menjabarkan
program strategis daerah yang menjadi target politis, perlu disusun program-program
pembangunan daerah yang dapat memayungi pelaksanaan setiap kegiatan yang secara
langsung menjadi target pencapaian keseluruhan indikator kinerja daerah.
Tujuan penataan ruang wilayah di Daerah adalah untuk mewujudkan tata ruang wilayah
yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertumpu pada kegiatan
pariwisata, permukiman, industri dan pertanian dalam rangka mendorong perkembangan
wilayah yang merata dan berdaya saing menuju Kabupaten Bogor termaju, nyaman dan
berkeadaban. Adapun Kebijakan penataan ruang di daerah meliputi:
4. optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan buatan sesuai dengan kemampuan
dan fungsi kawasan; dan
z) Kecamatan Cibinong;
BAB III
KELURAHAN 13
RW 165
RT 1002
Tabel 3. 1 Daftar
Kelurahan
No. Kelurahan
- 69 -
1 Cibinong
2 Cirimekar
3 Ciriung
4 Harapan Jaya
5 Karadenan
6 Nanggewer Mekar
7 Nanggewer
8 Pabuaran
9 Pakansari
10 Pondok Rajeg
11 Sukahati
12 Tengah
13 Pabuaran Mekar
3.2 Demografi
Pada umumnya penduduk kabupaten Bogor, demikian juga di Cibinong, merupakan
suku Sunda, serta suku pendatang lainnya seperti Jawa, Cirebon, Betawi, Batak, Minangkabau,
Bugis dan lainnya. Bahasa yang digunakan umumnya Sunda, selain dari bahasa resmi Bahasa
Indonesia. Tahun 2021, jumlah kecamatan Cibinong sebanyak 346.426 jiwa, dengan luas
wilayah 41,52 km² dan kepadatan 7.292 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan
Cibinong berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 92,48%, kemudian Kekristenan 6,47%
dimana Protestan 4,69% dan Katolik 1,78%. Sebagian lagi menganut Buddha yakni 0,62%,
Konghucu 0,26%, Hindu 0,16% dan Kepercayaan 0,01%
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Cibinong
didominasi oleh pemukiman sebesar 69,2% atau 3.163 ha, kemudian diikuti oleh penggunaan
lahan berupa pertanian lahan kering sebesar 30,3% atau total 1.384 ha dari keseluruhan
wilayah. Di Kecamatan Cibinong, produksi pertanian didominasi oleh tanaman pangan padi
dengan luas panen 44 ha serta luas tanam sebesar 62 ha (BPS, 2021) juga tanaman palawija
berupa jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau.
- 72 -
Adapun penggunaan lahan badan air di Kecamatan Cibinong memiliki proporsi yang paling
kecil dengan luas 23,1 ha atau 0,5% dari luas wilayah Kecamatan Cibinong secara keseluruhan.
Karadenan 35.420
Nanggewer 37.231
Nanggewer Mekar 19.541
Cibinong 31.376
Pakansari 43.628
Sukahati 34.136
Tengah 15.858
Pondok Rajeg 20.459
Harapan Jaya 30.749
Pabuaran 64.026
Cirimekar 18.187
Ciriung 39.759
Pabuaran Mekar 36.644
JUMLAH 427.014
Sumber : Analisis Kelompok 1, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah fasilitas kesehatan yang
paling banyak adalah Pos Kb dengan jumlah 212 sedangkan fasilitas yang paling sedikit adalah
Rumah Sakit sebanyak 6.
Tabel 3. 5 Jumlah sarana Peribadatan di Kecamatan Cibinong Tahun 2020
3 Nanggewer Waker 10 16 0 0 0 26
4 Cibinong 18 23 1 1 0 43
5 Pakansari 20 49 0 0 0 69
6 Sukahati 20 30 0 0 0 50
7 Tengah 12 19 0 0 0 41
8 Pondok Rajeg 13 21 0 0 0 34
9 Harapan Jaya 9 28 0 0 0 37
10 Pabuaran 24 28 1 0 0 53
11 Cirimekar 5 13 2 0 1 21
12 Ciriung 15 24 4 0 0 41
13 Pamburan Mekar 15 26 0 0 0 41
Jumlah 203 375 12 1 1 590
Sumber: Kecamatan Cibinong dalam angka 2021
telah tersedia sarana ibadah yang terdiri dari 203 Masjid, 375 Musholla, 12 Gereja, 1 Pura, dan
1 Vihara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Cibinong 9 1 1 0 5 2 0 1
1 0 1
Tabel 3. 9 Jumlah Industri Kecil dan Mikro di Kecamatan Cibinong Tahun 2020
Dari Kulit Dari Kayu dan Dari Kain Makanan Dan
Anyaman Minuman
2 3 2 3
Sarana Transportasi
Tabel 3. 10 Jenis Permukaan Jalan
Jenis Permukaan Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan (km)
Jalan 2018 2019 2020
Aspal - 1447.40 1437.77
Kerikil - 263.32 264.02
Tanah - 1.40 34.03
- 76 -
BAB IV
ANALISIS FAKTA
Sementara itu, dalam kebijakan pengembangan pola ruang, ruang lingkupnya meliputi :
Sesuai dengan kebijakan struktur ruang dan pola ruang wilayah di atas, maka rencana
struktur ruang dan pola ruang wilayah, meliputi :
b. Sistem pusat permukiman perkotaan, meliputi : (1) Orde I, yaitu Cibinong yang
memiliki aksesibilitas tinggi terhadap PKN lainnya (PKN
JABODETABEKJUR); (2) Orde II, yaitu Cileungsi dan Leuwiliang yang
memiliki aksesibilitas tinggi terhadap Cibinong; (3) Orde III, yaitu Jasinga,
Parung Panjang, Parung, Ciawi, Cigombong, dan Cariu.
d. Ruang lingkup dari rencana pola ruang kawasan budidaya, meliputi Kawasan
Budidaya di dalam kawasan hutan dan kawasan budidaya di luar kawasan, terdiri
dari :
11) Kawasan pariwisata meliputi kawasan wisata alam, kawasan wisata budaya dan
kawasan wisata minat khusus. Pemanfaatan kawasan pariwisata alam, meliputi :
(1) Taman Safari Indonesia, Wisata Agro Gunung Mas, Telaga Warna, Panorama
- 80 -
Pengembangan sistem transportasi jalan, terdiri dari sistem jaringan jalan, fungsi
jalan dan status jalan. Pengelompokan jalan berdasarkan sistem jaringan jalan
dibagi menjadi sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Sementara itu, pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan, yaitu jaringan jalan
primer dan jaringan jalan sekunder dibagi kedalam jalan arteri, jalan kolektor
primer, jalan lokal, dan V - 42 jalan lingkungan, sedangkan pengelompokan jalan
berdasarkan status jalan dibagi menjadi : jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota dan jalan desa. Arahan pengelolaan prasarana transportasi
jalan meliputi pengembangan jalan nasional seperti jalan tol, jalan nasional bukan
jalan tol, jalan provinsi, jalan lintas/tembus kabupaten, jalan lingkar dan terminal
dilakukan melalui pengembangan jalan baru dan pengembangan jalan yang ada.
Selain itu, pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana transportasi, terdiri
dari pengelolaan jaringan jalan yang ada dan rencana pengembangan jalan baru
sebagai berikut.
Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi kolektor primer II, yang
merupakan jalan tembus antar wilayah kabupaten/kota perbatasan, meliputi ruas:
- 84 -
Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi kolektor primer III, yang
merupakan jalan lingkar kabupaten dan jalan tembus antar wilayah
kabupaten/kota perbatasan, meliputi ruas jalan :
4.2 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Lingkungan Kecamatan Cibinong;
Aspek fisik alam dalam analisis daya dukung fisik lingkungan dilakukan dengan mengaitkan
unsur-unsur yang ada berupa topografi, jenis tanah, curah hujan, kebencanaan dan kondisi fisik
lainya dalam kaitannya untuk mengetahui kemampuan lahan eksisting pada wilayah
perencanaan.
a. Kelerengan
- 85 -
b. Jenis Tanah
Tanah berjenis asosiasi latosol merah, latosol cokelat kemerahan, latosol cokelat
regosol menjadi jenis tanah yang dominan di Kecamatan Cibinong.
c. Struktur Geologi
d. Curah Hujan
e. Rawan Bencana
Datar 0-8% 5
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Lahan
Lahan
Datar 0-8% Sangat Rendah 5
Terbangun
Curah Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Hujan Lahan
Sangat Lahan
Datar 0-8% Sedang 5
Rendah Terbangun
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Lahan
Lahan
Datar 0-8% Sangat Rendah 1
Terbangun
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Lahan
Lahan
Datar 0-8% Sangat Rendah 5
Terbangun
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Lahan
Lahan
Datar 0-8% Sangat Rendah 1
Terbangun
SKL Morfologi 5 5 25
Berdasarkan hasil perhitungan skor total dalam analisis kemampuan lahan pada
wilayah perencanaan kawasan bubakan didapatkan nilai 128 berdasarkan klasifikasi
kemampuan lahan pada Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tergolong Kelas D dengan
kisaran nilai 110-134 termasuk kawasan Kemampuan Pembangunan Tinggi hal ini
selaras apabila melihat kondisi eksisting bahwa Kecamatan Cibinong merupakan salah
satu bagian dari Kawasan Strategis Nasional dengan fokus pusat olahraga di Kawasan
Jabodetabek Punjur.
Dimana:
r : Laju pertumbuhan penduduk
Pt : Jumlah penduduk pada tahun ke- t
P0 : Jumlah penduduk pada tahun dasar
t : Selisih tahun Pt dengan P0
Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi
penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan
penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.
Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya
Kelurahan
250
200
150
100
50
yaitu terjadi pada tahun 2019 sebesar 0,02 atau 0,3% dari dari total laju pertumbuhan
penduduk.
𝑷𝒏 = 𝑷𝒐 (𝟏 + 𝒓)𝒕
Keterangan :
Kecamatan di dalam wilayah Kabupaten Bogor. Pada analisis ini diharapkan akan
memperoleh pengetahuan mengenai karakteristik dan ciri-ciri pada perekonomian
wilayah dan ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi pada
Kecamatan, sektor-sektor unggulan ekonomi di Kecamatan Cibinong. Analisis
perekonomian di Kecamatan Cibinong dilakukan agar dapat melihat berbagai
karakteristik pada kegiatan perekonomian dasar (sektor basis) yang ada pada wilayah
perencanaan, yaitu dengan melihat peluang yang ada di dalam Kecamatan Cibinong.
Diharapkan pada kegiatan ekonomi dasar yang dapat berkembang dan menyokong
perekonomian masyarakat yang ada di Kecamatan Cibinong. Dalam analisis ini, dapat
dilihat perkembangan dan prospek pengembangan ekonomi pada Kecamatan Cibinong
yang dilakukan dengan melihat kecendrungan perkembangan kegiatan ekonomi sesuai
eksisting serta isu-isu yang saat ini berkembang pada sektor ekonomi. Untuk
perekonomian di sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang menyokong
kegiatan ekonomi yang ada di wilayah Kecamatan Cibinong. Sektor ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat, dikarenakan sektor ekonomi yang ada di Cibinong
terus di kembangkan serta isasikan dan dilewati oleh jaringan jalan yang merupakan
akses lokal, sehingga mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut menjadi berbagai
macam kegiatan terutama pada perdagangan dan jasa. Pada ruas-ruas jalan lokal yang
banyak di lintasi oleh kendaraan, hal ini tentunya menjadikan Kecamatan Cibinong
sebagai kawasan yang paling ekonomis dan dapat menguntungkan secara komersil.
Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan
adalah :
1) Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya
lebih tinggi dari pada tingkat wilayah acuan.
b. Shift-Share
Analisis Shift-share merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana dan
sering dilakukan oleh praktisi dan pembuat keputusan baik local maupun regional di
seluruh dunia untuk menetapkan target industri/sektor dan menganalisis dampak
- 98 -
2021
TK SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Jumlah
Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha
No. Desa / Kelurahan Pendudu Kekurang Kekurang Kekurang Kekurang
Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit)
k an an an an
1250 1600 4800 4800
1 KARADENAN 71966 58 58 9 45 36 10 15 5 13 15 2
2 NANGGEWER 58304 47 47 4 36 32 1 12 11 1 12 11
3 NANGGEWER MEKAR 24325 19 19 7 15 8 2 5 3 0 5 5
4 CIBINONG 40706 33 33 9 25 0 3 8 0 2 8 0
5 PAKANSARI 56426 45 45 8 35 27 4 12 8 4 12 8
6 SUKAHATI 43667 35 35 8 27 19 6 9 0 1 9 0
7 TENGAH 26429 21 21 4 17 0 1 6 5 4 6 2
8 PONDOK RAJEG 27658 22 22 4 17 13 2 6 4 2 6 4
9 HARAPAN JAYA 40214 32 32 7 25 18 2 8 6 2 8 6
10 PABUARAN 131656 105 105 13 82 69 7 27 20 13 27 14
11 CIRIMEKAR 33091 26 26 4 21 17 3 7 4 2 7 0
12 CIRIUNG 72714 58 58 14 45 31 8 15 7 8 15 7
13 PABUARAN MEKAR 0 0 5 0 -5 4 0 -4 1 0 -1
Total 627157 502 502 96 392 296 53 131 78 53 131 78
- 101 -
2026
TK SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Jumlah
Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha
No. Desa / Kelurahan Pendudu Kekurang Kekurang Kekurang Kekurang
Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit)
k an an an an
1250 1600 4800 4800
1 KARADENAN 152276 122 122 9 95 86 10 32 22 13 32 19
2 NANGGEWER 95067 76 76 4 59 55 1 20 19 1 20 19
3 NANGGEWER MEKAR 31464 25 25 7 20 13 2 7 5 0 7 7
4 CIBINONG 54643 44 44 9 34 0 3 11 0 2 11 0
5 PAKANSARI 75623 60 60 8 47 39 4 16 12 4 16 12
6 SUKAHATI 57808 46 46 8 36 28 6 12 0 1 12 0
7 TENGAH 45700 37 37 4 29 0 1 10 9 4 10 6
8 PONDOK RAJEG 38757 31 31 4 24 20 2 8 6 2 8 6
9 HARAPAN JAYA 54347 43 43 7 34 27 2 11 9 2 11 9
10 PABUARAN 177801 142 142 13 111 98 7 37 30 13 37 24
11 CIRIMEKAR 62204 50 50 4 39 35 3 13 10 2 13 0
12 CIRIUNG 137689 110 110 14 86 72 8 29 21 8 29 21
13 PABUARAN MEKAR 0 0 5 0 -5 4 0 -4 1 0 -1
Total 983379 787 787 96 615 519 53 205 152 53 205 152
- 102 -
2031
TK SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Jumlah
Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha
No. Desa / Kelurahan Pendudu Kekurang Kekurang Kekurang Kekurang
Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit)
k an an an an
1250 1600 4800 4800
1 KARADENAN 322210 258 258 9 201 192 10 67 57 13 67 54
2 NANGGEWER 155010 124 124 4 97 93 1 32 31 1 32 31
3 NANGGEWER MEKAR 40698 33 33 7 25 18 2 8 6 0 8 8
4 CIBINONG 73352 59 59 9 46 0 3 15 0 2 15 0
5 PAKANSARI 101352 81 81 8 63 55 4 21 17 4 21 17
6 SUKAHATI 76529 61 61 8 48 40 6 16 0 1 16 0
7 TENGAH 79024 63 63 4 49 0 1 16 15 4 16 12
8 PONDOK RAJEG 54310 43 43 4 34 30 2 11 9 2 11 9
9 HARAPAN JAYA 73445 59 59 7 46 39 2 15 13 2 15 13
10 PABUARAN 240120 192 192 13 150 137 7 50 43 13 50 37
11 CIRIMEKAR 116929 94 94 4 73 69 3 24 21 2 24 0
12 CIRIUNG 260721 209 209 14 163 149 8 54 46 8 54 46
13 PABUARAN MEKAR 0 0 5 0 -5 4 0 -4 1 0 -1
Total 1593699 1275 1275 96 996 900 53 332 279 53 332 279
- 103 -
2041
TK SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Jumlah
Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha
No.Desa / Kelurahan
Pendudu Kekurang Kekurang Kekurang Kekurang
Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit) Eksisting n (unit)
k an an an an
1250 1600 4800 4800
1 KARADENAN1442622 1154 1154 9 902 893 10 301 291 13 301 288
2 NANGGEWER412114 330 330 4 258 254 1 86 85 1 86 85
3 NANGGEWER68090 MEKAR 54 54 7 43 36 2 14 12 0 14 14
4 CIBINONG 132178 106 106 9 83 0 3 28 0 2 28 0
5 PAKANSARI 182048 146 146 8 114 106 4 38 34 4 38 34
6 SUKAHATI 134123 107 107 8 84 76 6 28 0 1 28 0
7 TENGAH 236286 189 189 4 148 0 1 49 48 4 49 45
8 PONDOK RAJEG 106645 85 85 4 67 63 2 22 20 2 22 20
9 HARAPAN JAYA 134136 107 107 7 84 77 2 28 26 2 28 26
10 PABUARAN 437940 350 350 13 274 261 7 91 84 13 91 78
11 CIRIMEKAR 413168 331 331 4 258 254 3 86 83 2 86 0
12 CIRIUNG 934829 748 748 14 584 570 8 195 187 8 195 187
13 PABUARAN MEKAR 0 0 5 0 -5 4 0 -4 1 0 -1
Total 4634179 3707 3707 96 2896 2800 53 965 912 53 965 912
- 104 -
1 Perumahan
2 Perkantoran
3 Industri
4 Sekolah
5 Terminal/Stop Bis/TPKPU
6 Pertokoan/Perbelanjaan/Hiburan
7 Jembatan, Terowongan
Dari tabel 5. Lebar jaringan pejalan kaki sesuai dengan penggunaan lahan, di
Kecamatan Cibinong sudah sesuai dengan kondisi eksisting jalur pejalan kaki atau
pedestrian yaitu:
1) Lebar pedestrian kawasan industrian
2) Lebar pedestrian di
3) Adapun lebar pedestrian terdapat di jalan-jalan jalur atau rute sirkulasi di Kecamatan
Cibinong
- 106 -
yang memiliki land rent rendah ke penggunaan lahan dengan land rent yang lebih
tinggi.
4.5.10 Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana Sesuai Standar
1. Jalan kolektor :
2. Jalur pejalan kaki :
3. Lampu lalu lintas dan perambuan :
4. Marka jalan :
5. Pedestrian/trotoar :
6. Fasilitas parkir kendaraan/halte :
7. Area pangkal kendaraan :
4.5.11 Analisis cagar budaya
Analisis ini berguna untuk menerapkan rekomendasi- rekomendasi yang
menjadi dasar Revitalisasi di kawasan perencanaan, utamanya terkait dengan
penanganan pada tiap bangunan.
Terdapat beberapa jenis penggunaan lahan eksisting di Kawasan Cibinong
Raya. Kecamatan Cibinong terdiri dari 13 kecamatan yaitu Karadenan, Nanggewer,
Nanggewer Mekar, Cibinong, Pakansari, Sukahati, Tengah, Pondok Rajeg, Harapan
Jaya, Pabuaran, Cirimekar, Ciriung, Pabuaran Mekar. Terbentuknya Kawasan
Cibinong Raya disebabkan oleh tingkat pertumbuhan masing masing wilayah yang
hampir sama. Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan.
Semakin berkembang suatu wilayah maka semakin besar perubahan penggunaan lahan
yang terjadi. Konversi lahan biasanya terjadi pada penggunaan lahan yang memiliki
land rent rendah ke penggunaan lahan dengan land rent yang lebih tinggi. Namun,
adanya perubahan penggunaan lahan atau pemanfaatan lahan harus dilakukan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disusun sebagai pedoman pelaksanaan
pemanfaatan ruang agar tidak terjadi inkonsistensi pemanfaatan lahan. Saat ini, masih
terdapat 15.2% penggunaan lahan eksisting dari total luas alokasi RTRW yang tidak
sesuai peruntukannya berdasarkan pola ruang RTRW Kawasan Cibinong Raya.
4.7 Analisis Transportasi / Pergerakan
4.6.1 Analisis Sistem Jaringan Transportasi
Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai
pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan
kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya
kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan
dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan
dimana kegiatan diakhiri.
Selain itu, Tamin (1997:5) mengungkapkan bahwa, prasarana transportasi mempunyai
peran utama, yaitu: sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah
perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul
akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Dengan melihat peran yang di
sampaikan, peran pertama sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk
- 109 -
Untuk Identifikasi • Data jumlah Survei data Deskriptif Data dan Kondisi
meningkatkan sarana dan sarana dan sekunder secara sarana dan
pembangunan prasarana Prasarana online prasarana
akses transportasi eksisting Transportasi transportasi
untuk menunjang Kabupaten
pertumbuhan •Kondisi Umum Bogor
eksiting saran dan
prasarana
Perekonomian di Transportasi
Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor
• Jenis Sarana
dan Prasarana
Transportasi
Transporta si umum di
Umum kabupaten bogor
• Kualitas dan
kuantitas jalan
06.30 - 07.30 Kegiatan berangkat sekolah, berangkat bekerja, kegiatan perdagangan/industri dan perbankan
12.00 - 13.00 Kegiatan pulang sekolah, jam istirahat kantor, kegiatan perdagangan, dll
Analisis ini pada waktu yang dianggap terdapat jam puncak (Pick Hour) yang dapat
mewakili volume arus lalu lintas ruas jalan yang bersangkutan. Lokasi yang dijadikan
sebagai tempat Survey dianggap sebagai ruas jalan yang berpengaruh terhadap kepadatan
trasnportasi. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat Survey dianggap sebagai ruas jalan
yang berpengaruh terhadap kepadatan kendaraan yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
Dari analisis ini dapat kita simpulkan bahwa aktivitas yang padat terjadi pada pukul 08:00
pagi dan 16:00 sore hal ini dikarenakan adanya kegiatan berangkat kerja , perdagangan
lainnya dan kegiatan pulang kantor. Namun intensitas kendaraan juga lebih ramai pada
jalur utama maupun jalur menuju kawasan rekreasi sekitar Kabupaten Bogor pada saat
sedangkan pada weekend dengan jam yang tidak tentu.
4.8 Analisis Struktur Internal BWP
4.9 Analisis Sistem Penggunaan Lahan
Analisis sistem penggunaan lahan untuk melihat lahan beserta luasan lahan yang
berkembang di Kecamatan Cibinong. Luas Kecamatan Cibinong secara keseluruhan adalah
4329 Ha yang dibagi menjadi 13 jenis penggunaan lahan. Secara umum Kecamatan Cibinong
- 111 -
didominasi oleh penggunaan lahan permukiman perkotaan yang terbangun seluas 3.871,6 Ha
dan disusul dengan penggunaan Lahan untuk sawah irigasi seluas 754,1 Ha, lalu penggunaan
lahan paling kecil adalah perairan darat dengan luas 0,04 Ha. Penggunaan lahan di Kecamatan
Cibinong sekitar 63,4% diperuntukan untuk permukiman. Sedangkan untuk ruang terbuka
hijau sekitar 0,09% dari jumlah lahan yang ada di Kecamatan Cibinong yang mana untuk
kebutuhan ruang terbuka hijau seharusnya 30% dari luas lahan yang ada.
Penggunaan Lahan
No. Persentase (%)
Jenis Luas (Ha)
4.9.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW Dan Kondisi Eksisting
RTRW Kabupaten Bogor tahun 2016-2036 menetapkan Kecamatan Cibinong sebagai
kawasan budidaya, jika dibandingkan dengan kondisi eksisting maka kebijakan tersebut sudah
terpenuhi dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh permukiman.
- 112 -
B. ketentuan umum peraturan zonasi pada sekitar sistem jaringan prasarana utama;
2. SWP Parung Panjang dengan pusat PKLp Perkotaan Parung Panjang dan
didukung oleh PPK Perkotaan Tenjo;
5. SWP Ciampea dengan pusat kembar yaitu PPK Ciampea dan PPK Dramaga.
b) SWP Parung dengan pusat PKLp Perkotaan Parung dan didukung oleh
PPK Perkotaan Gunung Sindur dan PPK Perkotaan Kemang;
c) SWP Cigombong dengan pusat PKLp Perkotaan Caringin dan didukung oleh
PPK Perkotaan Cigombong;
2) SWP Jonggol dengan pusat PPK Perkotaan Jonggol dan didukung oleh
PPK Perkotaan Cariu dan PPK Perkotaan Sukamakmur.
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sekitar sistem jaringan prasarana utama;
B. Hutan Lindung
2. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi hutan yang mampu memberikan perlindungan terhadap
permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
3. dapat digunakan untuk wisata alam, kegiatan pendidikan dan penelitian dengan
syarat tidak mengubah bentang alam;
5. pelarangan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air;
- 120 -
7. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam
tanah;
2. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar waduk atau situ;
3. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar mata air; dan
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
disusun dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian, kegiatan
pendidikan, kegiatan sosial budaya, bangunan untuk pertahanan dan keamanan
negara, bangunan pos pengawasan, pos telekomunikasi dan fasilitas rekreasi
terbatas;
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan rawan bencana alam meliputi:
1. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan rawan longsor; dan
2. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan rawan bencana alam geologi;
dan
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan lindung lainnya disusun dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. pengendalian pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang
alam;
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi disusun dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. dapat digunakan untuk kegiatan bukan kehutanan dengan syarat menempuh
ketentuan pinjam pakai kawasan hutan;
2. dapat digunakan untuk alih fungsi hutan produksi dengan berpedoman kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. pada kawasan hutan produksi yang berada di kawasan Puncak yang terletak
di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Babakan
Madang terbatas pada pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan
serta tidak dimungkinkan untuk pemanfaatan hasil hutan berupa kayu dan
kegiatan budidaya lainnya yang akan mengurangi luas tutupan hutan;
C. Kawasan Perikanan
D. Kawasan Pertambangan
3. keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara resiko dan
manfaat;
10. tidak diperbolehkan menambang pada daerah yang menurut kajian hidrogeologi
dapat mengurangi secara signifikan debit mata air yang ada di sekitarnya.
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri disusun dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. diarahkan untuk pemanfaatan kegiatan industri besar, menengah, kecil dan
mikro;
2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri besar harus berada pada kawasan
industri yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. dapat digunakan untuk kegiatan industri yang memiliki sumber air baku
memadai dan menjaga kelestariannya;
13. wajib memiliki sistem pengolahan limbah yang tidak mengganggu kelestarian
lingkungan;
15. wajib mengelola limbah terpadu sesuai standar keselamatan internasional bagi
industri yang lokasinya berdekatan;dan
F. Kawasan Pariwisata
2. wajib menerapkan ciri khas arsitektur pada daerah setempat pada setiap
bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;
4. dapat digunakan untuk kegiatan wisata, sarana dan prasarana dengan syarat
tidak mengganggu fungsi kawasan lindung; dan
a. Lembaga Perencanaan
Kegiatan perencanaan ruang secara umum meliputi tahapan persiapan
penyusunan materi tata ruang, tahapan penyusunan materi tata ruang, tahapan
penetapan dan pengesahan materi tata ruang yang telah tersusun sebagai peraturan
daerah dalam kegiatan pemanfaatan ruang serta sosialisasi rencana tata ruang kepada
pihak-pihak lainnya yang terkait dengan proses penataan ruang.
Sehingga, dalam hal ini seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab
atas kegiatan pemanfaatan ruang..
Alat yang digunakan oleh lembaga ini adalah rencana tata ruang yang telah
diperdakan dengan berbagai tingkat kedalaman rencana (RTRW-RDTRK).
- Koordinasi
- 131 -
- Pengawasan
Kegiatan pengawasan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
menemukenali dan memperbaiki permasalahan yang ditemui dalam kegiatan
pemanfaatan ruang, menyediakan informasi tentang perkembangan situasi yang
terjadi dalam proses pemanfaatan ruang serta melakukan kegiatan evaluasi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan umpan balik dalam rangka penyempurnaan
kegiatan penataan ruang yang sedang berjalan maupun sebagai masukan bagi
penyempurnaan rencana tata ruang.
- Penertiban
Kegiatan penertiban dimaksudkan untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya penyimpangan terhadap rencana tataruang dalam proses pemanfaatan
ruang.
Sebagai konsekuensi dari adanya rencana tata ruang yang telah disahkan
yang bersifat meningkat, maka kemampuan keuangan perlu ditingkatkan. Hal
ini diusahakan melalui:
a. Jalur Pemerintah Daerah dengan cara mendayagunakan biaya rutin
dan intensifikasi serta ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli
daerah dan penertiban penyusunan APBD;
b. Jalur sektoral dengan cara koordinasi pelaksanaan antar sektoral
secara tertib sehingga tercapai hasil guna dan daya guna hasil-hasil
pembangunan;
c. Penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah sendiri yang
potensial secara optimal terutama pajak dan retribusi daerah;
d. Mengarahkan pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong
dinamika masyarakat seperti memperluas lapangan kerja, memperkecil
ketimpangan distribusi pendapatan dan lain-lain;
e. Meningkatkan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak;
f. Membina dan meningkatkan profesionalisme BUMD agar semakin
berkembang dan mandiri serta dapat lebih berperan dalam ikut
membiayai pembangunan;
g. Mendorong dan mempermudah prosedur pihak swasta/masyarakat
dalam rangka penanaman modal;
h. Lebih meningkatkan lagi partisipasi masyarakat luas dalam beberapa
sektor kegiatan ekonomi yang bernilai tinggi;
i. Koordinasi pembangunan diperlukan agar pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan dapat mencapai sasaran dan dapat menghemat
dana pembangunan;
j. Usaha penghematan dan pengamanan dana bantuan pemerintah pusat
dan lembaga-lembaga asing, melalui koordinasi dan pengendalian
proyek-proyek.
Sumber-sumber dana untuk pengelolaan pembangunan RDTR OSS
Kecamatan cibinong berasal dari Pemerintah Kota bogor, maka perlu
diusahakan pembiayaan pembangunan yang berasal dari swadaya masyarakat.
- 137 -
BAB V
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
BAB IX
Bogor.
Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR OSS dan Peraturan Zonasi BWP Cibinong
disusun berdasarkan:
Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR OSS dan Peraturan Zonasi BWP Cibinong
1. Mendukung Rencana rencana struktur dan pola ruang kabupaten dan kawasanperkotaan;
- 145 -
Program dalam rencana pemanfaatan ruang RDTR OSS dan Peraturan Zonasi BWP
Cibinong terdiri atas:
penanganannya meliputi:
• Pelestarian/pelindungan blok/kawasan
2. Kawasan Budidaya
a. Zona Perumahan
c. Zona Perkantoran
e. Zona Industri
g. Zona Khusus
h. Zona Campuran
- 148 -
Pengembangan terminal
Pembangunan halte
f. Pengembangan Sanitasi
1. Pembangunan TPS.
Kertasari, Desa Palasah, Desa Mekarjaya, program penanganan kawasan ini adalah
- Kawasan bisnis/komersial;
- Kawasan rekreasi/wisata;
3. Pertanggungjawaban;
4. Perencanaan koordinasi.
Apabila faktor ketrampilan aparat belum terpenuhi, maka faktor pengendalian dari
bupatisebagai kepala daerah perlu dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan
antaratarget dan realisasi,dengan dibarengi faktor pengawasan yang menjurus
kepadapembinaan, bimbingan dan pengarahan agar peningkatan pembiayaan
pembangunandapat berhasil sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan. Pengawasan selalu
harusdisertai dengan pertanggungjawaban. Dalam pengertian pertanggungjawaban
umum(responsibility) yakni pertanggung jawaban Keserasian dalam melakukan
pengendaliansecara struktural/fungsional. Secara struktural adalah kemana harus
bertanggungjawab.Andaikata pertanggungjawaban ini telah dapat diterapkan, baru
diikutipertanggungjawaban dibidang perhitungan keuangan (accountability) dalam
artipertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Oleh karena proses kebutuhan
pembiayaanpembangunan, faktor manajemen pada umumnya dapat menimbulkan keresahan.
Akantetapi bila faktor manajemen stabil, maka pendapatan daerah untuk
pembiayaanpembangunan diharapkan dapat lebih memperlancar pelaksanaan
- 153 -
1. Pelaksanaan rencana sektoral daerah, maupun antar sektoral dan antar unit-
unitpemerintah daerah sendiri;
Sebagai konsekuensi dari adanya rencana tata ruang yang telah disyahkan yang
bersifatmeningkat, maka kemampuan keuangan perlu ditingkatkan. Hal ini diusahakan
melalui:
a. Pembiayaan pemerintah;
e. Dana yang merupakan sumbangan dari sektor swasta dapat berupa danamembangun
materi ataupun proyek kerjasama;
f. Swadaya masyarakat;
1. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hakatas
Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
• Pinjaman Daerah;
• Lain-lain Penerimaan yang sah.
Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk meningkatkanvolume/ nilai dari
sumber-sumber penerimaan yang telah ada atau dengan berusahauntuk menggali sumber-
sumber penerimaan baru. Dari jenis-jenis sumberpenerimaan daerah di atas, sumber-sumber
penerimaan yang dapat ditingkatkanoleh Pemerintah Daerah meliputi keseluruhan sumber
penerimaan. Tetapi dalampembahasan ini, peningkatan penerimaan daerah digolongkan
kedalam tigakelompok, yaitu peningkatan Pendapatan Asli Daerah, peningkatan
- 156 -
Komponen utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah pajak daerah dan retribusidaerah. Dua
komponen lainnya yaitu Hasil perusahaan Daerah dan HasilPengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan AsliDaerah yang sah, umumnya masih memberikan
konstribusi yang kecil. Oleh karenaitu biasanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
ditentukan olehmeningkatnya penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.
Selain peningkatan pajak dan retribusi daerah tersebut, peningkatan penerimaandaerah dapat
dilakukan dengan melakukan usaha melalui perusahaan-perusahaandaerah dengan melakukan
pengelolaan terhadap aset-aset yang dimiliki daerah.Pengembangan perusahaan-perusahaan
daerah ini tidak hanya dapat dilakukanpada kegiatan-kegiatan yang bersifat pelayanan saja,
namun juga pada kegiatanyang bersifat mencari keuntungan. Dengan demikian, perusahaan
daerah tidakhanya tertuju pada pemberian pelayanan pada masyarakat semata, tetapi
jugabertujuan untuk meningkatkan kontribusi perusahaan daerah dalam
pembentukanpendapatan asli daerah. Dengan demikian dimasa yang akan datang terdapat
tigakomponen yang menjadi kontributor utama dalam mobilisasi pendapatan aslidaerah. Agar
dapat berperan sebagai kontributor pendapatan asli daerah,perusahaan daerah harus dapat
dikelola secara profesional dan efisien, karena tanpaprofesionalisme dan efisiensi tersebut
justru akan hanya menjadi beban pemerintah.
pendataan.
• Melakukan operasi penertiban terhadap wajib pajak maupun wajib retribusi yang
menunggak.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dana perimbangan terdiri dari tigasumber, yaitu
bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, BeaPerolehan hak atas tanah dan
bangunan dan penerimaaan dari Sumber Daya Alam,Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus. Dari ketiga sumber tersebutseluruhnya merupakan sumber-sumber penerimaan yang
besarnya ditetapkan olehPemerintah Pusat sehingga penerimaaan dari sumber-sumber tersebut
tergantungkepada kondisi keuangan Pemerintah Pusat.
Namun sumber bagian daerah terutama pembagian hasil dari penerimaan PBB danBea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan sumber penerimaan yangdapat
ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Hal yang perludilakukan adalah dengan
meningkatkan perkembangan fisik Kabupaten Bogor .Meningkatnya pertambangan fisik akan
meningkatkan PBB yang akan diperoleh.
Dengan demikian, hasil pembagian yang akan diterimapun akan meningkat. Selainitu dengan
peningkatan pembangunan fisik yang dilakukan diharapkan akan terjadimobilitas pemilikan
tanah dan bangunan yang semakin meningkat, sehinggadiharapkan bahwa pungutan/ bea yang
dihasilkan juga akan semakin meningkat.
Bentuk kerjasama lain yang dapat dijalin antara masyarakat, pemerintah daerah danswasta
adalah penghubung potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing pihakagar dapat lebih
berdaya guna. Hal ini dilakukan agar pembangunan wilayah yangdilakukan dapat memberikan
manfaat dan keuntungan kepada seluruh pihak.Misalnya, potensi masyarakat dalam pemilikan
lahan yang walaupun luasnyaterbatas dan terpecah-pecah menjadi milik perorangan, dapat
dilibatkan dalamkegiatan pembangunan Kota dalam sistem land sharing. Dalam sisten ini,
pemilikanlahan masyarakat dapat diikutkan dalam kegiatan pembangunan
sebagaikontribusi/saham anggota masyarakat yang bersangkutan dalam pembangunankegiatan
wilayah yang dilakukan. Sehingga apabila dapat digalang kerjasama yangsaling
menguntungkan, maka berarti bahwa kegiatanpembangunan dapatdilakukan tanpa merugikan
- 159 -
masyarakat pemilik lahan. Kerjasama antara pemerintah,swasta dan masyarakat juga dapat
diwujudkan dalam program konsulidasi lahan.Dalam program ini, pemerintah daerah dapat
melakukan penyediaan lahan untukpembangunan wilayah dan masyarakat dapat menikmati
peningkatan harga lahanyang telah dimatangkan.
2.940.861.502.000,00
1.1. Pendapatan Asli Daerah 2,554,365,775,000
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Pendapatan asli daerah ( PAD ) Kabupaten
Bogor naik sebesar Rp. 386,495,727,000
Kenaikan PAD di Kabupaten Bogor ini bertujuan untuk menjalankan sejumlah kegiatan
dibidang kebudayaan yang akan memanfaatkan dana tersebut, diantaranya adalah pelestarian
warisan budaya dan cagar budaya, aktualisasi kesenian tradisional dan budaya kontemporer,
serta kegiatan promosi dan publikasi seni budaya. peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan
agar lebih baik lagi kedepannya, dengan cara mempromosikan menggunakan teknologi
modern. Dalam hal ini berkaitan dengan kenaikan PDA Kabupaten Bogor. dapat membantu
Meningkatkan kualitas sarana prasarana dan kesenian yang ada di Kabupaten Bogor.
BAB X
PERATURAN ZONASI
10.1 Aturan Dasar
Peraturan zonasi disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya
maupun zona lindung ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat
mengikat/regulatory. Dalam sistem regulatory, seluruh Kecamatan terbagi habis ke
dalam zona peruntukan ruang yang tergambarkan dalam zoning map. Pada setiap zona
peruntukan akan berlaku satu aturan dasar tertentu yang mengatur perpetakan,
kegiatan, intensitas ruang dan tata bangunan dan diatur dalam zoning text.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RDTR.
Fungsi Peraturan zonasi adalah sebagai berikut:
Peraturan zonasi memuat aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi. Aturan dasar
merupakan persyaratan pemanfaatan ruang meliputi, ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan, Pemanfaatan ruang, ketentuan intensitas, ketentuan tata bangunan, ketentuan
prasarana dan sarana minimal, standar teknis, ketentuan khusus dan/atau ketentuan
pelaksanaan
Sifatnya sesuai dengan peruntukan tanah yang direncanakan. Hal ini berarti tidak
akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah
kabupaten/kota terhadap pemanfaatan tersebut).
T1 = Dibatasi jumlahnya
Dibatasi jumlahnya sesuai berdasarkan hasil kajian lapangan oleh tim teknis
Dibatasi luas kapling minimum sesuai dengan standar kebutuhan berdasarkan perundangan
yang berlaku
Dibatasi luas kapling minimum sesuai berdasarkan hasil kajian lapangan oleh tim teknis
- 165 -
Bupati dapat menetapkan standar luas kapling minimum berdasarkan hasil kajian
B4 = Pengembangan penyediaan fasiltas publik atau perumahan untuk MBR yang didanai
oleh Pemerintah dan/atau swasta
Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat
menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Penentuan I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi didasarkan
pada:
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain
kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten/kota,
keseimbangan antara Kecamatan Cibinong lindung dan Kecamatan Cibinong budi
daya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan
terhadap pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah tanah), perbedaan sifat kegiatan
bersangkutan terhadap fungsi zona terkait, definisi zona, kualitas lokal minimum,
kesesuaian dengan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota. toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan
yang ditetapkan (misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan kapasitas
jalan/lalu-lintas, kebisingan, polusi limbah, dan restriksi sosial).
2) Pertimbangan Khusus
rujukan mengenai ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang,
rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang
dikembangkan, dan rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan setempat.
Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan dapat
berlangsung pada zona terkait yang antara lain meliputi:
c. Prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk menunjang jegiatan
tersebut;
c. Kode zonasi yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud (sesuai yang digunakan dalam
RTRW dan/atau RDTR).
Klasifikasi zonasi dirumuskan dengan kriteria:
a. Harus sesuai pola ruang yang ditetapkan dalam RDTR kabupaten yang bersangkutan
b. Kode zonasi harus sesuai dengan kode zonasi yang ada di RTRW kabupaten
c. Tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan
Penentuan klasifikasi zona juga didasarkan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang ada
yang mengatur mengenai klasifikasi Kecamatan Cibinong
Peraturan tersebut antara lain meliputi:
a. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
b. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang; dan
c. Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN No. 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
Berdasarkan rencana pola ruang, maka pembagian zona di Kecamatan Cibinong diseleraskan dengan
penetapan peruntukan dalam rencana pola ruang yang diidentifikasikan menurut blok.
Tabel 10. 1
Pergudangan PL-12
Pariwisata Buatan PL-13
Zona Peruntukan Perumahan & Perdagangan/ Jasa C-1
Campuran
Perumahan dan Perkantoran C-2
Perdagangan/Jasa dan C-3
Perkantoran
Sumber : (Hasil Rencana Kelompok 1 Studio Perencanaan Kota,2021)
a. Sesuai dengan kondisi objektif kegiatan yang ada di kabupaten/kota yang bersangkutan
b. Tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan
- 170 -
.
Perumahan
1. Rumah I I T T X X X X X X X X X B T
Susun
2. Rumah Kost I I I X X X X X X X X X X X X
3. Rumah I I I X X X X X X X X X X X X
Kampung
4. Rumah T I I T T T X X X X X X X X X
Tunggal
5. Rumah I I I T T T X X X X X X X X X
Kopel
6. Rumah Deret T I I T T X X X X X X X X X X
7. Guest House I I I T T T X X X X X X X X X
8. Asrama I I I T X X T X X X X X X B B
Perdagangan & Jasa
9. Ruko T I I I I I X X T X X X X X X
- 171 -
10. Toko T I I I I I X X X X X X X X X
11. Warung T I I I I I T X X X X X X X X
12. Pasar Lingkungan T B B I I I X X X X X X X X X
13. PKL B X X T T T X X X X X X X X X
14. Penyaluran Grosir X T B I I I X X X X X X X X X
15. Supermarket B B B I I I X X X X X X X X X
16. Bahan Bangunan dan T B B I I I X X X X X X X X X
Perkakas
17. Peralatan Rumah X B B I I I X X X X X X X X X
Tangga
18. Hewan Peliharaan T B I I I I X X X X X X X X X
25 Jasa Komunikasi T T I I I I X X X X X X X X X
26 Jasa Bengkel T I I I I X X X X X X X X X
27 SPBU B B B I I I X X X X X X X X X
Jasa Penyediaan
28 T I I I I I X X X X X X X X X
Ruang Pertemuan
Jasa Pemasaran
29 T B B I I I X X X X X X X X X
Properti
Jasa
30 Perkantoran/bisnis T T T I I I X X X X X X X X X
lainnya
31 Taman Hiburan T T T I I I X X X X X X X X X
32 Taman Perkemahan T X T I I I X X X X X T X X X
Bisnis Lapangan
33 T T T I I I X X X X X X X X X
Olahraga
34 Relaksasi T T I I I I X X X X X X X X X
35 Restoran T T T I I I X X T X X X X X X
36 Penginapan Hotel X T B I I I X X X X X X X X X
37 Penginapan Losmen B B B I I I X X X X X X X X X
38 Salon I B I I I I X X X X X X X X X
39 Laundry I I I I I I X X X X X X X X X
- 173 -
40 Penitipan Anak I I I I I I X X X X X X X X X
Pemerintahan
41 Kantor Pemerintahan Pusat X X X X X X X X X X X X X X X
42 Kantor Pemerintahan Provinsi X X X X X X X X X X X X X X X
Kantor Pemerintahan
43 Kota/Kabupaten X X X X X X X X X X X X X X X
44 Kantor Kecamatan X T T X X X I X X X X X X X X
45 Kantor Kelurahan T T I X X X I X X X X X X X X
46 Polsek B B B X X X I X X X X X X X X
47 Kantor Yayasan X X X X X X I X X X X X X X X
Industri
48 Makanan Minuman X B B X X X X X X X X X X B B
49 Tekstil X X X X X X X X X X X X X I X
50 Tembakau X X X X X X X X X X X X X B I
51 Bahan Kimia dan Produknya X X X X X X X X X X X X X B X
52 Industri Rumah Tangga T T T X X X X X X X X X X I I
- 174 -
53. TK I I I X X X X X X X X X X X X
54. SD I I I X X X X X X X X X X X X
55. SMP I I I X X X X X X X X X X X X
56. SMA/SMK X X X X X X X X X X X X X X X
57. Perguruan X X X X X X X X X X X X X X X
Tinggi/Akademi
59. Puskesmas X X X X X X X I X X X X X X X
61. Apotek T T T X X X X I X X X X X X X
62. Posyandu I I I X X X X I X X X X X X X
64. Bidan I I I I X X X I X X X X X X X
65. Poliklinik T T T I X X X I X X X X X X X
69. Masjid I I I T I I T T T I X I X X X
70. Gereja I I I T I I T T T I X I X X X
71. Pura I I I T I I T T T I X I X X X
72. Vihara I I I T I I T T T I X I X X X
73. Klenteng I I I T I I T T T I X I X X X
74. Musholla/Langgar I I I T I I T T T I X I X X X
83. TPU T T T X X X X X X X I I X X X
84. Sempadan/Penyangga I I I I B B I I I I I I I X X
85. Pekarangan I I I I I I I I I I X T X X X
86. Plaza B B I I I I T X T X X X X X X
88. Trotoar I I I I I I I I X X X X X X X
Peruntukan Lainnya
- 177 -
93. Tambak X X X X X X X X X X X X X X X
94. Kolam X X X X X X X X X X X X X X X
95. Peternakan X X B X X X X X X X X X X X X
Peruntukan Khusus
96. BTS X B B X X X X X X X X X X B B
98. TPS X I I X X X X X X X X X X X X
Intensitas pemanfaatan ruang lain yang dapat menjadi kelengkapan peraturan zonasi adalah
Koefisien Tapak Basemen (KTB) maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
maksimum, kepadatan bangunan atau unit maksimum (jumlah bangunan/Ha), kepadatan
penduduk maksimum.
Untuk arahan ke depan blok peruntukan KDB akan diarahkan pada blok peruntukan dengan
koefisien dasar bangunan (KDB) menengah (20-75%).
10.1.2.2 Koefisien Lantai Bangunan ( KLB Maksimum)
Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada pertimbangan harga lahan, ketersediaan dan
tingkat pelayanan prasarana (jalan) dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan serta
ekonomi dan pembiayaan.
Koefisien Lantai Bangunan adalah angka perbandingan antara luas dasar bangunan dengan persil,
dengan indikator analisis adalah: harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan),
dampak atau kebutuhan terhadap parasarana tambahan serta ekonomi dan pembiayaan. Berdasarkan
klasifikasi blok peruntukan koefisien lantai bangunan terbagi menjadi:
a. Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak
bertingkat dan bertingkat maksimum 2 lantai (KLB maksimum = 2 x KLB) dengan
tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar.
b. Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan
bertingkat maksimum 4 lantai (KLB maksimum = 4 x KLB) dengan tinggi puncak
bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 meter dari lantai dasar.
- 180 -
Koefisien dasar hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas ruang
terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan
luas tanah daerah perencanaan, dengan indikator analisis: tingkat pengisian/resapan
air (water recharge), besar pengaliran air serta rencana penggunaan lahan. KDH
minimal 10% pada daerah sangat padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan
naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah. Untuk
perhitungan KDH secara umum dipergunakan rumus: 100% - (KDB + 20% KDB).
Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan dan peruntukannya. Sasaran dari intensitas
pemanfaatan lahanadalah untuk mendapatkan intensitas pemanfaatan blok kawasan
yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan jenis peruntukannya. Sedangkan
tujuan dari intensitas pemanfaatan lahan adalah:
Dalam RDTR dan PZ juga memuat aturan tata cara perhitungan intensitas
pemanfaatan ruang, yaitu sebagai berikut:
Tabel 10.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang di Zona Lindung Kecamatan Cibinong
Ketentuan RTH-2
a Jalan Arteri -
b Jalan Kolektor -
Tabel 10.4 Intensitas Pemanfaatan Ruang di Zona Budi Daya Kecamatan Cibinong
Sub Zona
Ketentuan
a. Jalan Arteri 10 10 15 15 15 10 10 10
b. Jalan Kolektor 10 10 12 12 12 10 10 10
2. Ketinggian Bangunan
- 183 -
Sub Zona
Ketentuan
.
- 184 -
e. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran dan/atau
daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
6) Pemanfaatan Ruang Sempadan Sungai
Pemanfaatan ruang sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan;
b. Untuk kegiatan niaga, sebagai penunjang pariwisata;
c. Untuk pemasangan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta ramburambu
pekerjaan;
d. Pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum;
e. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau jembatan baik umum
maupun kereta api;
f. Untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan tidak
menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi fisik sungai,
waduk, dan situ;
g. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air
D. Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan
Ketinggian Bangunan Ketinggian Bangunan pada wilayah perencanaan Kecamatan
Cibinong memiliki bangunan dengan karakteristik yang berbeda. Terdapat beberapa rencana
peruntukan bangunan diantaranya adalah bangunan rumah susun/apartemen, mall, terminal,
dan gedung parkir.
1) Jenis kegiatan
2) Kebutuhan prasarana
1) Kondisi di lapangan;
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar
muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan, serta kelengkapan prasarana
lainnya yang dianggap perlu yang mendukung berfungsinya zona secara optimal.
a. Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk dengan LOS B seluas 5,6m2/pejalan
kaki dan arus pejalan kaki lebih dari 16-23 orang/menit/meter.
b. Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas
penyeberangan, dan jalur hijau serta dapat terintegrasi dengan tempat parkir/jalur
sepeda.
- 189 -
b. Ruang terbuka hijau privat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
C. Utilitas Perkotaan
a. Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3,5
bar dan mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit.
b. Hidran umum harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan.
c. Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar
perkerasan minimal 4 meter.
D. Prasarana Lingkungan
b. Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan
non organik) serta diangkut menggunakan gerobak berkapasitas 1,5 meter kubik
dengan metode angkut tidak tetap.
f. Untuk rumah tanah, setiap bangunan rumah harus memiliki bak septik yang
berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari
sumber air tanah, sedangkan rumah susun atau apartemen
diperkenankanmenggunakan bak septik komunal.
E. Fasilitas Pendukung
2) Ketentuan Prasarana dan Sarana Dasar Minimal di Zona Perdagangan dan Jasa
dapat diperhitungkan sebagai Daerah Perencanaan (DP) dengan ketentuan bidang tanah yang
terkena rencana prasarana kota tersebut diserahkan kepada Pemda Kabupaten Majalengka,
sebagai kontribusi terhadap pembangunan di lokasi sekitar. Pelaksanaan terhadap
pembangunan prasarana kota dan penyerahannya tersebut dikoordinasikan dengan instansi
terkait. Bidang tanah yang terkena rencana jalan dipergunakan untuk kepentingan umum.
10.1.6 Standar Teknis
10.1.6.1 Geometrik dan Kelengkapan Jalan
Geometrik jaringan jalan dan kelengkapannya ditetapkan dengan mempertimbangkan fungsi jalan,
volume lalu-lintas dan peruntukan zonasi. Kelengkapan jalan yang diatur paling sedikit meliputi
badan jalan, trotoar, saluran drainase. Geometrik jaringan jalan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Arteri Primer
Geometrik arteri primer disyaratkan 2/2 UD (dua lajur tak terbagi) dengan lebar badan jalan
minimal 11 m dan dilengkapi dengan pedestrian.
Sumber :Google
1) Geometrik arteri sekunder tipe 1 Geometrik arteri sekunder disyaratkan 2/2 UD (dua lajur tak
terbagi) dengan lebar badan jalan minimal 11m dan dilengkapi dengan pedestrian.
Sumber :Google
2) Geometrik arteri sekunder tipe 2 Geometrik arteri sekunder disyaratkan 2/4 D (dua jalur 4 lajur
lajur terbagi) dengan lebar badan jalan minimal 11x2 m dan dilengkapi dengan pedestrian.
- 197 -
Sumber :Google
B. Kolektor
Geometrik kolektor disyaratkan 2/2 UD (dua lajur tak terbagi) dengan lebar badan jalan
minimal 9 m dan dilengkapi dengan parkir on steet dan pedestrian.
Sumber : Google
C. Jalan Lokal
Geometrik jalan lokal disyaratkan 2/2 UD (dua lajur tak terbagi) dengan lebar badan jalan
minimal 7,5 m dan dilengkapi dengan pedestrian.
- 198 -
Sumber : Google
Jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan
menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan
kelas kawasan/lingkungan perumahan. Penjelasan dalam tabel ini sekaligus menjelaskan
keterkaitan jaringan prasarana utilitas lain, yaitu drainase, sebagai unsur yang akan terkait
dalam perencanaan jaringan jalan ini.
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu
harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan,
trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain.
Hirarki Dimensi dari Elemen-Elemen Jalan Dimensi pada Daerah Jalan Ket.
Jalan
Perkerasan Bahu Pedestrian Trotoar Damaja Damija Dawasja GSB
Perumahan
(m) Jalan (m) (m) (m) (m) Min (m) Min
(m) (m)
Lokal 3.7 – 7.0 1.5 – 2.0 1.5 (Pejalan 0.5 10.0 – 13.0 4.0 10.5
(mobilmotor) (Darurat kaki,
Sekunder I 12.0
Vegetasi,
Parkir)
Penyandang
cacat roda)
- 199 -
Lokal 3.0 1.0 – 1.5 1.2 (Pejalan 0.5 10.0 – 12.0 4.0 10.0
(mobilmotor) (Darurat kaki,
Sekunder II 12.0
Vegetasi,
Parkir)
Penyandang
cacat roda)
Lokal 3.0 – 6.0 0.5 1.5 (Pejalan 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0 Khusus
(mobilmotor) (Darurat kaki,
Sekunder Pejalan
Vegetasi,
III Parkir) Kaki
Penyandang
cacat roda)
Lingkungan 1.5 – 2.0 0.5 - 0.5 3.5 – 4.0 2.0 4.0 Khusus
(Pejalan kaki,
I 4.0 Pejalan
Penjual
Kaki
dorong)
Lingkungan 1.2 (Pejalan 0.5 - 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0 Khusus
Sumber: (SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan)
Adapun deskripsi kebutuhan akan luasan terminal angkutan umum berdasarkan Departemen
Perhubungan (1996) dapat dilihat pada
Tabel 10.20 Kebutuhan Luasan Terminal Angkutan Umum Tipe B
m2
Cadangan Pengemangan 23.494 17.255 5.463
d) Areal tunggu penumpang, yaitu pelataran tempat menunggu yang disediakan bagi
orang yang akan melakukan pejalanan dengan kendaraan angkutan penumpang umum.
e) Areal lintas, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang
umum yang akan langsung melanjutkan perjalanan setelah menurunkan/menaikkan
penumpang
f) Bangunan kantor terminal, yaitu berupa bangunan yang biasanya berada di dalam
wilayah terminal yang biasanya digabung dengan menara pengawas yang berfungsi sebagai
tempat untuk memantau pergerakan kendaraan dan penumpang dari atas menara.
g) Pos pemeriksaan TPR, yaitu pos yang biasanya berlokasi di pintu masuk dari terminal
yang berfungsi memeriksa terhadap masing-masing kartu perjalanan yang dimiliki oleh
masing-masing bus yang memasuki terminal.
h) Loket penjualan tiket, yaitu suatu ruangan yang dipergunakan oleh masing- masing
perusahaan untuk keperluan penjualan tiket bus yang melayani perjalanan dari terminal yang
bersangkutan, loket ini biasanya tersedia hanya di terminal tipe A dan terminal tipe B.
i) Rambu-rambu dan petunjuk informasi, yang berupa petunjuk jurusan, tarif dan jadual
perjalanan, hal ini harus tersedia karena sangat penting untuk memberikan informasi bagi
para penumpang baik yang akan meninggalkan terminal maupun penumpang yang baru tiba
di terminal yang bersangkutan sehingga tidak tersesat.
2) Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal
meliputi:
a) Kamar kecil/toilet.
b) Mushola.
c) Kios/kantin, Ruang pengobatan, Ruang informasi dan pengaduan.
d) Telepon umum dan Taman.
Tabel 10.21 Kriteria Perencanaan Fasilitas Terminal
1. Karakteristik
Operasional
Tipe C 2 Menit
S. R. P. AKAP 42 m2/kendaraan
AKDP 27 27 m2/kendaraan
AK 20 20 m2/kendaraan
ADES 20 20 20 m2/kendaraan
Kend. 20 20 20 m2/kendaraan
Pribadi
Loket 3 3 2 m2
Peron 4 4 3 m2
Retribusi 6 6 6 m2
Kamar mandi 72 60 40 m2
Musholla 72 60 40 m2
Ruang 12 10 8 m2
informasi
Ruang 50 40 30 m2
istirahat
Gudang 25 20 m2
Sumber: Hasil studi Ditjen Perhubungan Darat tentang Studi Standarisasi Perencanaan
a. Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil / motor menuju ke tempat tujuannya
b. Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum, sebagian besar masih
memerlukan berjalan kaki
c. Mereka yang memerlukan berjalan kurang dari 1 km sebagian besar dilakukan dengan
berjalan kaki
Pejalan kaki sangat dirugikan jika bercampur dengan kendaraan, sehingga situasi ini
memerlukan pemisahan pejalan kaki dari kendaraan bermotor tanpa mengganggu mobilitas
pejalan kaki secara signifikan.
Fasilitas pejalan kaki dibutuhkan pada:
a. Daerah peran dengan jumlah penduduk tinggi
b. Jalan jalan yang memiliki angkutan umum tetap
c. Daerah yang memiliki aktifitas kontinyu tinggi, seperti: pasar, sekolah, kampus,
pertokoan
d. Pada lokasi yang mempunyai kebutuhan permintaan tinggi pada periode pendek,
seperti lapangan olah raga, masjid, klinik / rumah sakit, tempat transit kendaraan umum
Kriteria yang paling penting dalam merencanakan fasilitas penyeberang jalan ialah perencanaan
dalam mempertimbangan tingkat kecelakaan, yang kemungkinan dapat terjadi. Adapun macam
fasilitas tersebut, dapat berupa:
a) Pulau pelindung
b) Zebra cross
Adapun kriteria yang dijadikan alasan dari penggunaan keempat macam fasilltas tersebut,
sangat dipengaruhi oleh:
b) Volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak terbagi (tidak ada
median) (V)
1) Suatu kegiatan yang telah ada tidak bisa dimasukan dalam blok zoning tertentu karena
keterbatasan luasan lahan atau persil;
2) Pemohon memiliki alasan khusus berkaitan dengan keadaan kegiatan yang sudah ada
sebelum peraturan zoning ditetapkan;
1. Minor Variance: Izin untuk bebas dari aturan standar sebagai upaya untuk
menghilangkan kesulitan yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas, bentuk
persil).
• penambahan tinggiatap;
3. Non Conforming Use: Izin yang diberikan untuk melanjutkan penggunaan lahan,
bangunan atau struktur yang telah ada pada waktu peraturan zonasi ditetapkan dan tidak
sesuai dengan peraturan zonasi. Dalam penerapan non-conforming use ini dilarang:
5. Interim/Temporary Use Izin penggunaan lahan sementara yang diberikan untuk jangka
waktu tertentu sebelum pemanfaatan ruang final direalisasikan.
1) Zona PerlindunganSetempat
• Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian
depan dari perpetakan.
b) Jasa
• Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian
depan dari perpetakan
7) Zona Perkantoran
8) Zona Industri
Pengaturan insentif dan disinsentif ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
• Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan
bagi pembangunan kota;
• Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara,
dimana masyarakat mempunyai hak dan dan martabat yang sama untuk memperoleh
dan mempertahankan hidupnya;
A. Kriteria insentif :
B. Kriteria disinsentif:
7. Subsidi
prasarana;
8. Bonus/insentif;
9. TDR (Transfer
Right of Development
(Pengalihan hak
Membangun);
➢ Izin lokasi.
➢ Planning permit.
➢ Izin gangguan.
➢ IMB
• Pajak lahan/PBB;
• Pajak kemacetan;
• Pajak pencemaran;
• Retribusi perizinan;
➢ Planning permit.
➢ Izin gangguan.
➢ IMB
• Linkage.
- 217 -
• Development exaction.
Obyek
- Izin lokasi
- Planning permit
- Izin gangguan
- 220 -
- IMB.
- Izin penghunian
bangunan (IPB)
- 221 -
Pembangunan
fasilitasumum