Anda di halaman 1dari 888

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan “STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS” dari Satuan
Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat untuk pekerjaan, yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian
Nomor : HK.02.03/Satker8-PPK.I/2/VI/2017 Tanggal 19 Juni 2017, dengan ini kami PT INAKKO
Internasional Konsulindo KSO PT. Ciriajasa Engineering Consultant menyampaikan:

DRAFT LAPORAN AKHIR

Kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pusat Air Tanah dan Air Baku, sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Akhir kata, PT. INAKKO Internasional Konsulindo KSO PT. Ciriajasa Engineering Consultant
mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk dapat berperan dalam
pekerjaan “STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS”. Semoga keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik dan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Jakarta, September 2017

PT. INAKKO Internasional Konsulindo KSO PT.


Ciriajasa Engineering Consultant

Ir. Hendra Ananda, ME.


Team Leader

DRAFT LAPORAN AKHIR i

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

“DRAFT LAPORAN AKHIR”


Disahkan sebagai salah satu laporan untuk :

Pekerjaan : Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
PPK : Pusat Air Tanah dan Air Baku I
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku
No. Kontrak : HK.02.03/Satker8-PPK.I/2/VI/2017
Tanggal Kontrak : 19 Juni 2017
Tahun Anggaran : 2017

PT. INAKKO Internasional NAMA DIREKSI PEKERJAAN JABATAN DISETUJUI


Konsulindo KSO PT. Ciriajasa
Engineering Consultant Bambang Hidayah, ME Ketua
NIP. 1962 0928 1998 03 1002
…………………
Thomas Henk Bunawan, ST, MT. Sekretaris
Ir. Hendra Ananda, ME. NIP. 1980 0115 2005 02 1002
Team Leader …………………
Ir. Anshar Sp1 Anggota
NIP. 1968 0422 1996 03 1005
…………………
Kapi Hapidah, ST, MT. Anggota
NIP. 1970 0818 1998 03 2009
…………………
Harni Harumi Pusparani, ST. Anggota
NIP. 1986 0720 2008 12 2001
…………………
Nur Widyaningsih Maria Immacullata, ST. Anggota
NIP. 1986 1206 2009 12 2001
…………………

DRAFT LAPORAN AKHIR ii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR xix

DAFTAR TABEL xxii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 3

1.3. LOKASI PEKERJAAN 4

1.4. SUMBER PENDANAAN 4

1.5. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 4

1.6. RUANG LINGKUP 4

1.7. KELUARAN 6

1.8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 7

1.9. PERSONIL 7

1.9.1. Tenaga Ahli ...................................................................................................................... 7

1.9.2. Tenaga Pendukung ........................................................................................................ 15

1.10. LAPORAN 21

1.11. HAL-HAL LAIN 23

1.12. BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN 24

1.13. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 28

1.14. JADWAL PENUGASAN PERSONIL 30

BAB II PELAKSANAAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS
PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS 1

DRAFT LAPORAN AKHIR iii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 1

2.1.1. Tahap I : Pendahuluan ..................................................................................................... 1

2.1.2. Tahap II : Pengumpulan Data dan Kajian Data Awal........................................................ 1

2.1.3. Tahap III : Survey Investigasi dan Kunjungan Lapangan .................................................. 1

2.1.4. Tahap IV : Kajian, Analisa dan Pengolahan Data.............................................................. 1

2.1.5. Tahap V : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK....... 2

2.1.6. Tahap VI : Pelaporan dan Diskusi ..................................................................................... 2

2.2. POLA PIKIR PELAKSANAAN KEGIATAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU 2

2.3. ANALISIS DAN METODOLOGI 5

2.4. INVENTARISASI DATA DAN ANALISA DATA 8

2.4.1. Inventarisasi Data ............................................................................................................ 8

2.4.2. Analisis Data Kebutuhan Air dan Ketersediaan Air ........................................................ 10

2.5. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG AKAN DIHADAPI DAN ANTISIPASI UPAYA PEMECAHAN
MASALAH 11

2.5.1. Umum ............................................................................................................................ 11

2.5.2. Permasalahan Data Curah Hujan dan Antisipasi Upaya Penanganan ........................... 12

2.5.3. Permasalahan Data Debit Sungai dan Antisipasi Upaya Penanganan ........................... 14

2.5.4. Persoalan Data Potensi Air Tanah.................................................................................. 14

2.5.5. Permasalahan Penurunan Ketersediaan Sumber Air..................................................... 14

2.5.6. Permasalahan Dalam Penyusunan Kebutuhan Air Dan Antisipasi Upaya


Penanganannya.............................................................................................................. 16

2.6. KEBUTUHAN AIR BAKU 18

2.6.1. Tinjauan Umum ............................................................................................................. 18

2.6.2. Kebutuhan dan Persyaratan RKI .................................................................................... 19

2.6.3. Definisi dan Persyaratan Air Baku.................................................................................. 20

2.6.4. Kebutuhan Air untuk Kepentingan Irigasi/Pertanian..................................................... 25

2.6.5. Kebutuhan Air untuk Kepentingan Aliran Pemeliharaan ............................................... 28

2.6.6. Kebutuhan Air untuk Perikanan ..................................................................................... 30

2.6.7. Kebutuhan Air untuk Peternakan .................................................................................. 32

2.6.8. Kebutuhan Air untuk Pariwisata .................................................................................... 33


DRAFT LAPORAN AKHIR iv

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2.6.9. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Masa Yang Akan Datang ............................................. 33

2.7. KETERSEDIAAN SUMBER AIR BAKU 36

2.7.1. Debit Analisis Air Andalan Air Permukaan ..................................................................... 36

2.7.2. Cadangan/Ketersediaan Air Bawah Tanah .................................................................... 37

2.7.3. Gambaran Terhadap Sistem Infrastruktur Penyediaan Air Baku ................................... 44

2.7.4. Gambaran Sistem Pemberian Air Baku Saat Ini ............................................................. 44

2.7.5. Evaluasi Kondisi Pemberian Air...................................................................................... 45

2.7.6. Potensi Tambahan Penyediaan Air Baku ....................................................................... 48

2.8. PERBANDINGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR BAKU DAN KEBUTUHAN AIR BAKU (NERACA AIR /
KESEIMBANGAN AIR) 64

2.8.1. Tipe Jenis Neraca Air ...................................................................................................... 64

2.8.2. Standar Dan Kriteria Analisis ......................................................................................... 65

2.8.3. Pembuatan Skema Neraca Air ....................................................................................... 66

BAB III KAJIAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS 1

3.1. UMUM 1

3.1.1. Definisi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) ................................................... 1

3.1.2. Definisi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ......................................................................... 1

3.1.3. Gambaran Umum Master Plan Daerah Studi .................................................................. 2

3.2. MEMPELAJARI ISU-ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR PADA KSPN DAN KEK 22

3.2.1. Isu-Isu Strategis Nasional dan Regional ......................................................................... 22

3.2.2. Kebijakan pada KSPN dan KEK yang Terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air ..... 22

3.3. KAJIAN POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI PADA
KSPN DAN KEK 23

3.4. KAJIAN KONSEP KEBIJAKAN PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN DAN KEK 28

3.4.1. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK dan KSPN Dalam Tinjauan
Terhadap Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri Dalam Pembangunan Infrastruktur
Air Baku untuk Air Minum dan Kontribusi Pihak Pengelola Kawasan Industri Terhadap
Penyediaan Air Baku Bagi Masyarkat Di Sekitar Kawasan Industri dan Konservasi
Sumber Air Baku untuk Kawasan Industri ..................................................................... 28

DRAFT LAPORAN AKHIR v

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3.4.2. Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Penyediaan Air Baku pada Kawasan KEK
dan/atau KSPN dan Tinjauan Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri di Wilayah
Sungai Kewenangan Pusat ............................................................................................. 33

3.4.3. Pembentukan KEK dan/atau KSPN ................................................................................ 36

BAB IV STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
1

4.1. PROFIL UMUM 1

4.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

4.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 4

4.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 13

4.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ............................................................................. 13

4.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku......................................................................................... 17

4.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 18

4.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 18

4.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 20

4.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
26

4.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 26

4.4.2. Gambaran Neraca Air ....................................................... Error! Bookmark not defined.

4.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
29

4.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 31

4.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 32

4.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 33

4.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 33

4.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 50

4.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


53

4.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 53

4.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 53

DRAFT LAPORAN AKHIR vi

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB V STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-
API 1

5.1. PROFIL UMUM 1

5.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

5.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 1

5.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 13

5.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ............................................................................. 13

5.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku......................................................................................... 25

5.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 27

5.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 28

5.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 30

5.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
47

5.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 47

5.4.2. Gambaran Neraca Air .................................................................................................... 49

5.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
53

5.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 53

5.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 54

5.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 59

5.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 59

5.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 88

5.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


88

5.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 88

5.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 89

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK TANJUNG API-API Error! Bookmark not
defined.

5.7.3. Profil Umum KEK Tanjung Api-Api .................................... Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR vii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB VI STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG
LESUNG 1

6.1. PROFIL UMUM 1

6.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

6.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 2

6.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 11

6.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ............................................................................. 12

6.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku......................................................................................... 15

6.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 15

6.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 15

6.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 35

6.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
41

6.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 41

6.4.2. Gambaran Neraca Air .................................................................................................... 43

6.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
46

6.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 46

6.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 48

6.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 52

6.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 52

6.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 58

6.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


58

6.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 58

6.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 63

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK TANJUNG LESUNG Error! Bookmark not
defined.

6.7.3. Profil Umum KEK Tanjung Lesung ..................................... Error! Bookmark not defined.

6.7.4. Proyeksi Kebutuhan Air .................................................... Error! Bookmark not defined.

6.7.5. Inventarisasi Ketersediaan Air .......................................... Error! Bookmark not defined.


DRAFT LAPORAN AKHIR viii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.

6.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.

6.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.

6.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.

BAB VII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA
TRANS KALIMANTAN 1

7.1. PROFIL UMUM 1

7.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

7.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 1

7.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 11

7.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ............................................................................. 11

7.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku......................................................................................... 11

7.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 12

7.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 12

7.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 13

7.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
17

7.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 17

7.4.2. Gambaran Neraca Air .................................................................................................... 19

7.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
20

7.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 20

7.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 22

7.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 24

7.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 24

7.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 34

DRAFT LAPORAN AKHIR ix

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN
40

7.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 40

7.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 41

BAB VIII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA1

8.1. PROFIL UMUM 1

8.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

8.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 1

8.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU Error! Bookmark not defined.

8.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ................................ Error! Bookmark not defined.

8.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku............................................ Error! Bookmark not defined.

8.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 16

8.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 16

8.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 23

8.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
37

8.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 38

8.4.2. Gambaran Neraca Air .................................................................................................... 40

8.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
43

8.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 43

8.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 45

8.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 46

8.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 46

8.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 57

8.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


57

8.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 57

8.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 66

DRAFT LAPORAN AKHIR x

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK MANDALIKA Error! Bookmark not defined.

8.7.3. Profil Umum KEK Mandalika ............................................. Error! Bookmark not defined.

8.7.4. Proyeksi Kebutuhan Air .................................................... Error! Bookmark not defined.

8.7.5. Inventarisasi Ketersediaan Air .......................................... Error! Bookmark not defined.

8.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.

8.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.

8.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.

8.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.

BAB IX STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS KOTA PALU 1

9.1. PROFIL UMUM 1

9.1.1. Lokasi KEK ........................................................................................................................ 1

9.1.2. Profil Umum ..................................................................................................................... 1

9.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 11

9.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ............................................................................. 11

9.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku......................................................................................... 13

9.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 15

9.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku .............................................................................. 15

9.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku ....................................................................................... 19

9.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
20

9.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku ................................................................................. 20

9.4.2. Gambaran Neraca Air .................................................................................................... 24

9.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
24

9.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ........................................................................ 24

9.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ........................................................................................... 26


DRAFT LAPORAN AKHIR xi

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 30

9.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ................................................................................ 30

9.6.2. Status Pengembangan Kawasan .................................................................................... 33

9.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


34

9.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku ....................................................................................... 34

9.7.2. Perkiraan Biaya .............................................................................................................. 35

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK KOTA PALU Error! Bookmark not defined.

9.7.3. Profil Umum KEK Kota Palu............................................... Error! Bookmark not defined.

9.7.4. Proyeksi Kebutuhan Air .................................................... Error! Bookmark not defined.

9.7.5. Inventarisasi Ketersediaan Air .......................................... Error! Bookmark not defined.

9.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.

9.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.

9.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.

9.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.

BAB X STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG 1

10.1. PROFIL UMUM 1

10.1.1. Lokasi KEK.................................................................................................................... 1

10.1.2. Profil Umum ................................................................................................................ 1

10.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 11

10.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ........................................................................ 12

10.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku .................................................................................... 12

10.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 17

10.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku ......................................................................... 17

10.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku .................................................................................. 22

10.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 24

DRAFT LAPORAN AKHIR xii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 24

10.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 25

10.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
28

10.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................... 28

10.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 30

10.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 34

10.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 34

10.6.2. Status Pengembangan Kawasan ............................................................................... 38

10.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


40

10.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku................................................................................... 40

10.7.2. Perkiraan Biaya ......................................................................................................... 54

BAB XI STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MOROTAI 1

11.1. PROFIL UMUM 1

11.1.1. Lokasi KEK.................................................................................................................... 1

11.1.2. Profil Umum ................................................................................................................ 1

11.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 12

11.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ........................................................................ 12

11.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku .................................................................................... 13

11.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 23

11.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku ......................................................................... 23

11.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku .................................................................................. 24

11.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 28

11.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 28

11.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 33

11.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
34

11.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................... 34

DRAFT LAPORAN AKHIR xiii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
11.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 34

11.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 37

11.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 37

11.6.2. Status Pengembangan Kawasan ............................................................................... 52

11.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


53

11.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku................................................................................... 53

11.7.2. Perkiraan Biaya ......................................................................................................... 54

11.7.3. Proyeksi Kebutuhan Air ................................................ Error! Bookmark not defined.

11.7.4. Inventarisasi Ketersediaan Air ..................................... Error! Bookmark not defined.

11.7.5. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

11.7.6. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan ............. Error!
Bookmark not defined.

11.7.7. Daftar Skala Prioritas Pengembangan.......................... Error! Bookmark not defined.

11.7.8. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.

BAB XII TUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG
KELAYANG 1

12.1. PROFIL UMUM 1

12.1.1. Lokasi KEK.................................................................................................................... 1

12.1.2. Profil Umum ................................................................................................................ 1

12.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 10

12.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ........................................................................ 10

12.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku .................................................................................... 10

12.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 15

12.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku ......................................................................... 15

12.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku .................................................................................. 16

12.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 23

12.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 23


DRAFT LAPORAN AKHIR xiv

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
12.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 27

12.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
29

12.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................... 29

12.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 32

12.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 37

12.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 37

12.6.2. Status Pengembangan Kawasan ............................................................................... 42

12.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


42

12.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku................................................................................... 42

12.7.2. Perkiraan Biaya ......................................................................................................... 42

BAB XIII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG 1

13.1. PROFIL UMUM 1

13.1.1. Lokasi KEK.................................................................................................................... 1

13.1.2. Profil Umum ................................................................................................................ 1

13.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 13

13.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ........................................................................ 13

13.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku .................................................................................... 16

13.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 21

13.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku ......................................................................... 33

13.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku .................................................................................. 40

13.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 58

13.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 58

13.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 72

13.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
79

13.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................... 79

13.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 90

DRAFT LAPORAN AKHIR xv

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
13.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 90

13.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 90

13.6.2. Status Pengembangan Kawasan ............................................................................... 99

13.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


99

13.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku................................................................................... 99

13.7.2. Perkiraan Biaya ....................................................................................................... 103

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK SORONG Error! Bookmark not defined.

13.7.3. Profil Umum KEK Sorong .............................................. Error! Bookmark not defined.

13.7.4. Proyeksi Kebutuhan Air ................................................ Error! Bookmark not defined.

13.7.5. Inventarisasi Ketersediaan Air ..................................... Error! Bookmark not defined.

13.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

13.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan .......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

13.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan.......................... Error! Bookmark not defined.

13.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.

BAB XIVSTUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
BOROBUDUR 1

14.1. PROFIL UMUM 1

14.1.1. Lokasi KSPN ................................................................................................................. 1

14.1.2. Profil Umum ................................................................................................................ 2

14.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU 8

14.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku .......................................................................... 8

14.2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku .................................................................................... 13

14.3. INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR 23

14.3.1. Data Ketersediaan Sumber Air Baku ......................................................................... 23

14.3.2. Potensi Ketersediaan Air Baku .................................................................................. 26

14.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 30
DRAFT LAPORAN AKHIR xvi

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
14.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 30

14.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 43

14.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
47

14.5.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................... 47

14.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 53

14.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 53

14.6.1. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 53

14.6.2. Status Pengembangan Kawasan ............................................................................... 77

14.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN


77

14.7.1. Rencana Penyediaan Air Baku................................................................................... 77

14.7.2. Perkiraan Biaya ......................................................................................................... 80

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN BOROBUDUR Error! Bookmark not
defined.

14.7.3. Profil Umum KSPN Borobudur ..................................... Error! Bookmark not defined.

14.7.4. Proyeksi Kebutuhan Air ................................................ Error! Bookmark not defined.

14.7.5. Inventarisasi Ketersediaan Air ..................................... Error! Bookmark not defined.

14.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

14.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan .......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

14.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan.......................... Error! Bookmark not defined.

14.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.

BAB XV KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN


STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS Error! Bookmark not
defined.

15.1. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK SEI MANGKEI
Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xvii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15.2. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG API-API
Error! Bookmark not defined.

15.3. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG LESUNG
Error! Bookmark not defined.

15.4. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK MALOY BATUTA TRANS
KALIMANTAN (MBTK) Error! Bookmark not defined.

15.5. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK MANDALIKA


Error! Bookmark not defined.

15.6. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK KOTA PALU
Error! Bookmark not defined.

15.7. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK BITUNG


Error! Bookmark not defined.

15.8. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK PULAU MOROTAI
Error! Bookmark not defined.

15.9. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG KELAYANG
Error! Bookmark not defined.

15.10. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK SORONG


Error! Bookmark not defined.

15.11. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KSPN BOROBUDUR


Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xviii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 1) 25

Gambar 1.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 2) 27

Gambar 1.3. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 3) 27

Gambar 2.1. Peta Sebaran Lokasi KEK dan KSPN (Yang Menjadi Lokasi Survei) 6

Gambar 3.1. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 1) 3

Gambar 3.2. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 2) 4

Gambar 3.3. Prosedur Pengusulan KEK Menurut Dewan Nasional KEK Republik Indonesia 36

Gambar 3.4. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi
KEK/KSPN Berada Dalam Satu Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah 37

Gambar 3.5. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi KEK
Berada Dalam Lintas Wilayah Kabupaten/Kota 38

Gambar 3.6. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Kabupaten/Kota 39

Gambar 3.7. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Provinsi 40

Gambar 3.8. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK dan KSPN oleh Kementerian/Lembaga Non
Pemerintahan 41

Gambar 3.9. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan
Pemerintah 42

Gambar 3.10. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Kabupaten/Kota 43

Gambar 3.11. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Provinsi 45

Gambar 3.12. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah 46

Gambar 3.13. Neraca Air RPSDA Wilayah Sungai 50

Gambar 3.14. Potensi dan Pemanfaatan Air Tanah di Indonesia 41

Gambar 3.15. Peta Cekungan Air Tanah Indonesia 42

Gambar 3.16. Contoh (Daerah X) Demand Pattern with Various Demand Condition 45

Gambar 3.17. Contoh Inflows 46

DRAFT LAPORAN AKHIR xix

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 3.18. Contoh Hujan Tahunan 46

Gambar 3.19. Contoh Analisis Resiko Waduk 48

Gambar 3.20. Contoh Skema Neraca Air 68

Gambar 3.21. Contoh Skema Kebutuhan Air 70

Gambar 3.22. Contoh Ketersediaan Sumber Air Baku 73

Gambar 3.23. Contoh Skema Neraca Air 74

Gambar 4.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2. Rencana Induk KEK Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang Error! Bookmark not
defined.

Gambar 4.3. Lokus KSPN Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1 49

Gambar 4.5. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1 49

Gambar 4.6. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.7. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.8. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.9. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3 Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.10. Skematik SPAM Eksiting Kecamatan Panimbang Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.11. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 1) 60

Gambar 4.12. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 2) Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.13. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 3) Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.15. Potensi Air Baku SPAM Regional KEK Sorong Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.16. Sumber Air Baku (Sungai Warsamson) Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.17. Pengelola SPAM Eksisting KEK Sorong Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.18. Rencana Penyerapan Air Minum Daerah Pelayanan 79

Gambar 4.19. Skematik SPAM Regional KEK Sorong Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.20. Lokasi KSPN Borobudur Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.21. Grafik Neraca Air DAS Progo Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.22. Grafik Neraca Air DAS Opak Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.23. Grafik Neraca Air DAS Progo Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xx

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.24. Kebutuhan Air RKI Untuk Progo-Opak-Serang Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.25. Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.26. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai
Dengan 2015 Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.27. Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan Tahun
2035 Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xxi

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penugasan Tenaga Ahli 7

Tabel 1.2. Penugasan Tenaga Pendukung 15

Tabel 1.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 28

Tabel 1.4. Jadwal Penugasan Personil 30

Tabel 2.1. Profil Umum KSPN dan KEK (Yang Menjadi Lokasi Survei) Bagian 1 7

Tabel 2.2. Profil Umum KSPN dan KEK (Yang Menjadi Lokasi Survei) Bagian 2 Error! Bookmark
not defined.

Tabel 3.1. Ketersediaan Dokumen Pola dan Rencana PSDA Wilayah Sungai Pada Lokasi KEK dan KSPN
25

Tabel 3.2. Draft Nota Kesepahaman (MOU) 47

Tabel 3.3. Tabel Data, Analisis dan Keluaran 5

Tabel 3.4. Pengumpulan Macam dan Jenis Data, Sumber Data dan Periode Waktu 8

Tabel 3.5. Tabel Data, Analisis dan Keluaran 10

Tabel 3.6. Kriteria Perencanaan Air Baku 21

Tabel 3.7. Pemakaian Air Rata-Rata Per Orang Per Hari 22

Tabel 3.8. Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Perkotaan 24

Tabel 3.9. Koefisien Tanaman 26

Tabel 3.10. Perbandingan Metode Penentuan Aliran Pemeliharaan 29

Tabel 3.11. Perhitungan Kebutuhan Air Tambak 31

Tabel 3.12. Kebutuhan Air Peternakan 32

Tabel 3.13. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku Per Satuan Volume Pada KSPN Dan KEK Error!
Bookmark not defined.

Tabel 3.14. Prosentase Curah Hujan Sebagai Imbuhan Air Tanah Tahunan Rata-Rata 37

Tabel 3.15. Prosentase Imbuhan dan Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Berdasar Keadaan Formasi
Geologi 38

Tabel 3.16. Model Penyediaan Air Baku Pada Musim Kemarau 47

Tabel 3.17. Contoh Alternatif Potensi Tambahan Suplai Sumber Air 48

DRAFT LAPORAN AKHIR xxii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 3.18. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 51

Tabel 3.19. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 52

Tabel 3.20. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kualitas Tambahan Sumber Air Baku 53

Tabel 3.21. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kehandalan Debit Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 54

Tabel 3.22. Contoh 2 Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kehandalan Debit Tambahan Sumber Air
Baku 54

Tabel 3.23. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Persyaratan Peraturan Tambahan Sumber
Air Baku 55

Tabel 3.24. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Pengaruh Dampak Lingkungan Tambahan
Sumber Air Baku 56

Tabel 3.25. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Biaya Tambahan Sumber Air Baku
57

Tabel 3.26. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Waktu Pelaksanaan Tambahan Sumber Air
Baku 57

Tabel 3.27. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Hambatan Pengembangan Tambahan
Sumber Air Baku 58

Tabel 3.28. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Kehilangan Tambahan Sumber Daya
Air Baku 59

Tabel 3.29. Contoh Nilai Skor Kriteria Penyaringan 60

Tabel 3.30. Contoh Nilai Faktor Pembebanan Kriteria Penyaringan 61

Tabel 3.31. Contoh Metodologi Penyaringan 62

Tabel 3.32. Contoh Rangking Strategi Terpilih 63

Tabel 3.33. Standar dan Kriteria Analisis 66

Tabel 3.34. Standar dan Kriteria Analisis 66

Tabel 3.35. Pola Alokasi Ketersediaan Air Tanpa Waduk 71

Tabel 4.1. Sumber Air Desa Panimbang Jaya Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 1 Error! Bookmark not
defined.

Tabel 4.3. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 2 Error! Bookmark not
defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xxiii

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 4.4. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 3 Error! Bookmark not
defined.

Tabel 4.5. Alternatif Sistem Pengembangan SPAM Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6. Perbandingan Alternatif Sistem Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 1 63

Tabel 4.8. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.9. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 3 Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10. Readiness Criteria Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11. Hasil Survey Konsultan Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.12. Usulan Skenario Pengembangan SPAM Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.13. Rencana Anggaran Biaya SPAM Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.14. Kebutuhan Air Baku KEK Sorong Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.15. Rencana Penyerapan Air Minum Daerah Pelayanan 81

Tabel 4.16. Ketersediaan Air/Debit Andalan Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not
defined.

Tabel 4.17. Kebutuhan Air Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.18. Neraca Air Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.19. Ketersediaan Air/Debit AndalanWater Districk DAS Opak Error! Bookmark not
defined.

Tabel 4.20. Kebutuhan Air Water Districk DAS Opak Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.21. Neraca Air Water Districk DAS Opak Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.22. Ketersediaan Air/Debit Andalan Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not
defined.

Tabel 4.23. Kebutuhan Air Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.24. Neraca Air Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not defined.

DRAFT LAPORAN AKHIR xxiv

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pemenuhan kebutuhan air baku untuk menunjang pariwisata dan kawasan ekonomi khusus
memiliki karakteristik tersendiri yang perlu dikaji agar dapat direncanakan dengan matang,
baik dari sisi kebijakan, teknis penyediaan air baku, ekonomi, maupun sosial lingkungan.
Kawasan Ekonomi Khusus diantaranya adalah sektor pariwisata, sehingga Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional dapat berhubungan dengan Kawasan Ekonomi Khusus. Dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, diperlukan sumber daya untuk keberlanjutan dari
kawasan tersebut, diantaranya untuk suplai air baku bagi Kawasan Ekonomi Khusus
tersebut. Kawasan Ekonomi Khusus yang dimaksud adalah :

1. KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara;

2. KEK Tanjung Api-api, Banyuasin, Sumatera Selatan;

3. KEK Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten;

4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur;

5. KEK Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat;

6. KEK Kota Palu, Sulawesi Tengah;

7. KEK Bitung, Sulawesi Utara;

8. KEK Pulau Morotai, Maluku Utara;

9. KEK Tanjung Kelayang (baru/dalam rencana pengembangan); dan

10. KEK Sorong (baru/dalam rencana pengembangan).

Demikian juga dengan penyediaan air baku untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,
yang memerlukan dukungan suplai air baku untuk keberlanjutan kawasan tersebut.
Penyediaan air baku untuk kawasan wisata ini juga dalam rangka mendukung kesepakatan
antara Kementerian Pariwisata, Kementerian PUPR, dan Bank Dunia untuk pengembangan
10 destinasi pariwisata nasional, serta untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus yang
telah ditetapkan wilayah pengembangannya.

Lokasi kawasan pariwisata strategis nasional antara lain adalah:

1. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba;

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tanjung Lesung (Ujung Kulon-Tanjung Lesung,
Krakatau, Carita);

3. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tanjung Kelayang (Pulau Belitung);

4. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur (Jogjakarta-Solo-Semarang);

5. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru (Kab dan Kota Malang; Kab
dan Kota Pasuruan; Kab Lumajang; Kab Probolinggo);

6. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Mandalika (Pulau Lombok-NTB);

7. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Labuan Bajo (Pulau Flores-NTT),

8. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Wakatobi (Kab. Wakatobi); dan

9. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Morotai (Provinsi Maluku Utara)

Dengan adanya studi potensi ini, diharapkan akan menghasilkan kajian terhadap potensi
penyediaan air baku pada KSPN dan KEK secara nasional. Untuk penyediaan air baku pada
kawasan strategis wisata strategis nasional, kajian hanya dilakukan dengan menganalisa data
sekunder baik pada pada kajian terdahulu maupun data sekunder lainnya yang belum dikaji.
Setelah menganalisa kajian yang telah dibuat serta karakteristik pada kawasan-kawasan
tersebut, disusunlah rancangan kebijakan penyediaan air baku pada kawasan wisata dan
kawasan ekonomi khusus. Setelah itu dilakukan kunjungan ke lapangan untuk mengkaji
rencana dan kebijakan pengembangan kawasan, rencana dan tahapan pengembangan
infrastruktur di kawasan tersebut, kebijakan daerah dalam pengelolaan sumber daya air
terkait penyediaan dan konservasi air baku, mengkaji rencana pengelolaan sumber daya air
maupun konsep rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang, serta berbagai
data penyediaan air baku di daerah tersebut. Untuk Kawasan Ekonomi Khusus, dilakukan
survey ke lokasi KEK, daerah pengembangnya, dan pada lokasi rencana alternatif penyediaan
air baku.

Dengan adanya Studi Potensi Penyediaan Air Baku Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Dan Kawasan Ekonomi Khusus ini, kegiatan penyediaan air baku diharapkan dapat
dilaksanakan secara lebih komprehensif dan tepat sasaran untuk menunjang perkembangan
pariwisata dan ekonomi pada kawasan maupun daerah-daerah tersebut. Untuk itu,
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Pusat Air Tanah dan
Air Baku melaksanakan kajian berupa Studi Potensi Penyediaan Air Baku Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Dan Kawasan Ekonomi Khusus.

Kegiatan air tanah dan air baku yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan persiapan
operasi dan pemeliharaan air tanah dan air baku, terdiri dari penyusunan rencana air tanah
dan air baku, pembangunan dan rehabilitasi embung air baku, pembangunan dan rehabilitasi
infrastruktur air baku, pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur air tanah, pembangunan
dan rehabilitasi jaringan irigasi air tanah, dan konservasi air tanah dan air baku. Pelaksanaan
kegiatan air tanah dan air baku dilaksanakan baik oleh pusat melalui beberapa
kementerian/lembaga, dan juga oleh daerah sampai dengan desa bahkan oleh swasta.
DRAFT LAPORAN AKHIR 2
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Hasil dari kegiatan ini perlu terintegrasi dalam suatu sistem informasi air tanah dan air baku
berupa aplikasi database menggunakan software seperti map info/GIS/dan lainnya, dimana
tampilan informasinya berupa menu-menu antar muka serta dapat berupa peta yang
dilengkapi grafik-grafik/tabel-tabel. Sistem informasi yang dimaksud juga memuat informasi-
informasi penting seperti data numeric infrastruktur terbangun (dalam satuan panjang
maupun volume), file gambar, data kinerja air tanah dan air baku, dan data historis lainnya.
Sistem informasi air tanah dan air baku akan terdiri dari data statis dan data dinamis, dimana
manajemen pemutakhirannya akan berbeda.

Antar muka, baik antar muka program (interface programming), antar muka pengguna (user
interface), dan pengaturan ke perangkat keras perlu dikaji terlebih dahulu dan diintegrasikan
terhadap kegiatan maupun kebijakan-kebijakan serta arahan-arahan air tanah dan air baku,
untuk menetapkan antar muka apa yang akan dikembangkan lebih lanjut hingga siap
digunakan dan terisi untuk lokasi wilayah sungai yang dipilih. Demikian juga dengan
pengintegrasian dengan sistem informasi dan data yang telah ada pada Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, dimana Sistem Informasi Air Tanah dan Air Baku dapat menjadi bagian dari
Sistem Informasi pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, sehingga harus dapat
terintegrasi dengan baik (kompatibel). Selain itu, sistem keamanan dan pembatasan akses
terhadap sistem informasi air tanah dan air baku, serta hal-hal lainnya terkait kemudahan
dan keberlanjutan pengelolaan sistem informasi air tanah dan air baku akan dikaji terlebih
dahulu, kemudian dipilih dan dikembangkan serta diaplikasikan. Aplikasi sistem informasi air
tanah dan air baku yang akan disusun ini harus dapat diisi dan diperbaharui oleh petugas di
lapangan, dengan verifikasi dari atasan yang bersangkutan. Untuk itu, pedoman dan manual
sistem informasi ini harus dibuat secara detil dan rinci, dan menjadi bagian tersendiri dari
laporan.

Dengan adanya kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Air Tanah dan Air Baku ini,
managemen, pembaharuan data hasil survey, dan akses terhadap informasi air tanah dan air
bakudapat lebih terintegrasi, lebih mudah (user friendly) baik dalam hal penyimpanan,
pencarian, editing, penghapusan dan pelaporan data-data/dokumen yang sudah diproses,
serta lebih berkelanjutan.Untuk itu, Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber
Daya Airmelalui Pusat Air Tanah dan Air Baku melaksanakan kegiatan ini.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kajian ini adalah untuk melakukan studi mengenai potensi dalam rangka
penyediaan air baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi
Khusus sebagaimana tersebut di atas. Hasil studi nantinya akan digunakan sebagai masukan
dalam melakukan Studi Kelayakan maupun studi lainnya pada masing-masing wilayah.

Tujuan dari studi potensi ini adalah menganalisis perihal kebutuhan air baku, pola
penyediaan air baku, serta analisa keberlanjutan penyediaan air baku pada kawasan
strategis pariwisata nasional dan kawasan ekonomi khusus tersebut di atas dengan
beberapa alternatif penyediaan air baku.

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
LOKASI PEKERJAAN

Kegiatan kajian ini berpusat di DKI Jakarta.

SUMBER PENDANAAN

Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2017.

NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Nama Pejabat Pembuat Komitmen : PPK Pusat Air Tanah dan Air Baku I

Proyek/Satuan Kerja : Satker Pusat Air Tanah dan Air Baku

RUANG LINGKUP

Lingkup pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan
pekerjaan sebagai mana tersebut di atas, antara lain:

1. Melakukan kajian literatur, studi terdahulu, dan kajian kasus untuk manajemen dan
kebijakan penyediaan air baku pada beberapa kawasan pariwisata yang sudah maju dan
pada beberapa kawasan industri yang sudah maju sebagai dasar penyusunan konsep
kebijakan penyediaan air baku pada KEK dan KSPN;

2. Memperoleh data dan informasi di pusat perihal rencana pengembangan KEK dan KSPN,
baik pada Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, Kementerian Perencanaan
Pembangunan, Kementerian Dalam Negeri, dan kementerian terkait lainnya termasuk unit
kerja lainnya di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

3. Mengkaji rencana maupun konsep rencana penyediaan air baku pada masing-masing
wilayah sebagai rencana suplai penyediaan air baku untuk KEK dan KSPN tersebut di atas;

4. Melakukan kajian konsep (kebijakan) penyediaan air baku pada kawasan pariwisata dan
kawasan ekonomi khusus;

5. Melakukan kunjungan lapangan (survey lapangan) ke masing-masing kawasan tersebut di


atas selama minimal 5 hari per survey, yaitu:

1. KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara, sebanyak 2 kali;

2. KEK Tanjung Api-api, Sumatera Selatan, sebanyak 2 kali;

3. KEK Tanjung Lesung, Banten, sebanyak 2 kali;

4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur sebanyak 2 kali;

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat, sebanyak 2 kali;

6. KEK Kota Palu, Sulawesi Tengah, sebanyak 2 kali;

7. KEK Bitung, Sulawesi Utara, sebanyak 2 kali;

8. KEK Pulau Morotai, Maluku Utara, sebanyak 2 kali;

9. KEK Tanjung Kelayang, Bangka-Belitung, sebanyak 2 kali;

10. KEK Sorong, Papua Barat, sebanyak 2 kali; dan

11. KSPN Borobudur, Jawa Tengah, sebanyak 2 kali.

12. Mengkaji dan memperbaharui status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK
dan KSPN tersebut di atas atas data maupun informasi dari pemerintah daerah. Status dan
Rencana pengembangan KEK dan KSPN ini akan digunakan dalam rangka penyediaan air
baku, terutama untuk kajian kebutuhan air baku serta pola penyediaannya, terkait
kemampuan pembiayaan dan rencana pembangunan infrastruktur lainnya;

13. Mengkaji potensi sumber air baku (eksisting, rencana, dan rencana tambahan) pada masing-
masing kawasan tersebut di atas dalam rangka mendukung KEK. Untuk KSPN, cukup
dilakukan dengan menganalisa kesesuaian kajian terdahulu dengan Rencana maupun
Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai dan kesesuaian dengan pengaruh
geologi dan Cekungan Air Tanah;

14. Menyusun beberapa alternatif rencana penyediaan air baku pada masing-masing Kawasan
Ekonomi Khusus tersebut di atas (tahapan, rencana biaya, potensi masalah, alternatif
pemecahan masalah, dan rencana tindak lanjut). Untuk KSPN, kajian yang dilakukan berupa
pembaharuan studi terdahulu terhadap data dan kebijakan yang belum dianalisis. Rencana
penyediaan air baku pada KEK disusun dalam suatu diagram alir, dan disertai penjelasan rinci
dalam bentuk narasi, skema, peta, dan tabulasi. Rencana penyediaan air baku tersebut
dilengkapi dengan perkiraan rencana pemanfaatan air baku, berupa perkiraan biaya
investasi pemanfaatan, biaya operasional pemanfaatan, serta perkiraan tahapan
pemanfaatan air baku.

15. Mengkaji alternatif rencana penyediaan altenatif air baku yang disajikan berikut
rekomendasi dan penilaiannya;

16. Mengkaji keberlanjutan penyediaan air baku pada masing-masing kawasan tersebut di atas;

17. Membuat peta skematik rencana penyediaan air baku pada KSPN dan KEK.

1. Pengumpulan Data dan Analisa antara lain :

1. Data pola dan Rencana maupun konsep pola dan rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai beserta Data Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air maupun
kebijakan daerah dalam pengelolaan sumber daya air.;

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Hidrologi/ketersediaan air pada rencana sumber air baku alternatif antara lain:
mengumpulkan peta hujan rata-rata, data curah hujan, curah hujan rata-rata, aliran
minimum/maksimum, menilai ketersediaan air dari segi jumlah dan kualitas, menilai
kebutuhan air, menghitung ketersediaan air, kebutuhan air lainnya (misal untuk irigasi),
menganalisa frekuensi kekeringan. Selanjutnya mengkaji water balance berdasarkan
ketersediaan dan kebutuhan air;

3. Aspek Geoteknik: mengumpulkan peta geologi serta menilai kecocokan daerah untuk
penyediaan air baku bagi KEK dan KSPN serta konservasinya;

4. d. Mendiskusikan alternatif-alternatif pengembangan dengan pihak-pihak terkait antara lain


Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, Balai Wilayah Sungai, Bappeda, dan instansi terkait
lainnya;

5. Data rencana pengembangan KEK dan KSPN pada wilayah yang dimaksud.

6. Membuat kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil analisa yang telah dilakukan.

KELUARAN

Hasil pekerjaan ini adalah berupa:

1. Hasil kajian literatur dan kajian kasus;

2. Kajian konsep penyediaan air baku pada kawasan pariwisata dan kawasan ekonomi khusus;

3. Kajian status pengembangan KSPN dan KEK tersebut di atas;

4. Kajian konsep pengembangan KSPN dan KEK tersebut di atas dalam rangka penyediaan air
baku, terutama untuk kajian kebutuhan air baku serta pola penyediaannya;

5. Proyeksi kebutuhan air baku (dalam beberapa alternatif);

6. Inventarisasi ketersediaan sumber air baku di kawasan-kawasan tersebut, termasuk yang


eksisting dan infrastruktur air baku eksisting beserta kondisi dan kinerjanya;

7. Kajian Besaran potensi air baku dan air tanah yang dapat disediakan di masing-masing
kawasan;

8. Kajian Sistem penyediaan air baku yang sesuai untuk dikembangkan;

9. Daftar skala prioritas pengembangan;

10. Program tahap berikutnya;

11. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan air baku di kawasan (Capex dan
Opex).

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Studi Potensi Penyediaan Air Baku ini dilaksanakan selama 6 bulan
pada tahun anggaran 2017. 1 bulan = 30 hari kalender.

PERSONIL

Tenaga Ahli

Tabel 1.1. Penugasan Tenaga Ahli


SERTIFIKAT
MAN
NO. POSISI PENUGASAN PENDIDIKAN/JURUSAN PENGALAMAN KEAHLIAN
MONTH
(SKA)
Bidang
1 Ketua Tim (Team Leader) S2 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 6,00 Sumber Daya
Air
Bidang
2 Ahli Muda Air Baku Wilayah I S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 6,00 Sumber Daya
Air

Bidang
3 Ahli Muda Air Baku Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 6,00 Sumber Daya
Air

Bidang
4 Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air

Bidang
5 Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air

Bidang
6 Ahli Muda Hidrologi Wilayah I S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 4,50 Sumber Daya
Air

Bidang
7 Ahli Muda Hidrologi Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 4,50 Sumber Daya
Air

Bidang
8 Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I S1 Planologi 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air

Bidang
9 Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II S1 Planologi 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air

Bidang
10 Ahli Muda Ekonomi Wilayah I S1 Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air

Bidang
11 Ahli Muda Ekonomi Wilayah II S1 Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air

12 Ahli Muda Pariwisata I S1 Planologi/Ekonomi 4 Tahun 4,75 Bidang

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
SERTIFIKAT
MAN
NO. POSISI PENUGASAN PENDIDIKAN/JURUSAN PENGALAMAN KEAHLIAN
MONTH
(SKA)
Sumber Daya
Air

Bidang
13 Ahli Muda Pariwisata II S1 Planologi/Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air

Bidang
14 Ahli Muda GIS S1 Geografi/Teknik Geodesi 4 Tahun 3,00 Sumber Daya
Air

Keterangan: Wilayah I terdiri dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan; dan Wilayah II terdiri dari
Sulawesi, NTB, Maluku Utara, dan Papua Barat.

1. Team Leader (1 orang, 6 MM)

1. Berpendidikan Pasca sarjana (S2) Teknik Sipil/Pengairan, lulusan


universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri
yang telah diakreditasi;

2. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air 4


(empat) tahun, terutama dalam pekerjaan pendataan atau perencanaan jaringan
irigasi dan pernah menjabat sebagai Team Leader/Ketua Tim selama 4 tahun;

3. Memiliki kemampuan manajerial dan kemampuan teknis yang baik, sehingga


mampu memimpin/ mengorganisir pelaksanaan pekerjaan dan dapat
bekerjasama dengan pihak-pihak lain, serta dapat memecahkan permasalahan
yang timbul;

4. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.

5. Ahli Muda Air Baku Wilayah I (1 orang, 6 MM)

6. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil/Pengairan lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air
selama 4 (empat) tahun, terutama dalam perencanaan bidang sumber daya air
dan atau penyediaan air baku;

8. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.;

9. Bertugas dan bertanggung jawab dalam analisis data (kebutuhan dan potensi)
terkait perencanaan infrastruktur air baku di Wilayah I, serta berkoordinasi
dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian dapat komprehensif dan
terintegrasi.

10. Ahli Muda Air Baku Wilayah II (1 orang, 6 MM)

11. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil/Pengairan lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

12. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air
selama 4 (empat) tahun, terutama dalam perencanaan bidang sumber daya air
dan atau penyediaan air baku;

13. Memiliki sertifikat Keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.

14. Bertugas dan bertanggung jawab dalam analisis data (kebutuhan dan potensi)
terkait perencanaan infrastruktur air baku di Wilayah II, serta berkoordinasi
dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian dapat komprehensif dan
terintegrasi.

15. Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I (1 orang, 5 MM)

16. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Geologi/Teknik Sipil lulusan


Universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

17. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi di bidang air tanah pengairan
khususnya air tanah untuk air baku 4 (empat) tahun;

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
18. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air/geologi dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK;

19. Bertugas dan bertanggungjawab dalam menganalisa dari sisi hidrogeologi antara
lain untuk mengkaji kondisi struktur batuan, potensi air tanah, kondisi dan
kinerja PAT, alternatif peningkatan sistem PAT, serta rencana implementasi
untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar
kajian dapat komprehensif dan terintegrasi.

20. Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II (1 orang, 5 MM)

21. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Geologi/Teknik Sipil lulusan


Universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

22. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi di bidang air tanah pengairan
khususnya air tanah untuk air baku 4 (empat) tahun;

23. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air/geologi dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK;

24. Bertugas dan bertanggungjawab dalam menganalisa dari sisi hidrogeologi antara
lain untuk mengkaji kondisi struktur batuan, potensi air tanah, kondisi dan
kinerja PAT, alternatif peningkatan sistem PAT, dan rencana implementasi untuk
Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian
dapat komprehensif dan terintegrasi.

25. Ahli Muda Hidrologi Wilayah I (1 orang, 4,5 MM)

26. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil/Pengairan lulusan universitas/perguruan


tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

27. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air 4
(empat) tahun, terutama dalam pekerjaan pendataan atau perencanaan sumber
daya air;

28. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK;

29. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis dan perhitungan
ketersediaan air dan prediksi kebutuhan air untuk air baku dalam perencanaan

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
sumber daya air untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda
lainnya agar kajian dapat komprehensif dan terintegrasi.

30. Ahli Muda Hidrologi Wilayah II (1 orang, 4,5 MM)

31. Berpendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil/Pengairan lulusan universitas/perguruan


tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

32. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air 4
(empat) tahun, terutama dalam pekerjaan pendataan atau perencanaan sumber
daya air;

33. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.

34. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis dan perhitungan
ketersediaan air dan prediksi kebutuhan air untuk air baku dalam perencanaan
sumber daya air untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda
lainnya agar kajian dapat komprehensif dan terintegrasi.

35. Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I (1 orang, 5 MM)

36. Berpendidikan minimal Sarjana S1 Planologi lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

37. Berpengalaman dalam perencanaan tata ruang maupun analisa tata ruang
khususnya terhadap infrastruktur sumber daya air selama 4 tahun, terutama di
bidang perencanaan ekonomi makro untuk perencanaan kelayakan ekonomi
kegiatan di bidang sumber daya air;

38. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis pendayagunaan air
tanah terkait rencana pola dan struktur ruang wilayah, baik untuk prasarana air
tanah eksisting maupun terkait pengembangan/peningkatan pemanfaatan
prasarana air tanah untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya pendayagunaan air tanah yang
komprehensif.

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
39. Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II (1 orang, 5 MM)

40. Berpendidikan minimal Sarjana S1 Planologi lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

41. Berpengalaman dalam perencanaan tata ruang maupun analisa tata ruang
khususnya terhadap infrastruktur sumber daya air selama 4 tahun, terutama di
bidang perencanaan ekonomi makro untuk perencanaan kelayakan ekonomi
kegiatan di bidang sumber daya air;

42. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis pendayagunaan air
tanah terkait rencana pola dan struktur ruang wilayah, baik untuk prasarana air
tanah eksisting maupun terkait pengembangan/peningkatan pemanfaatan
prasarana air tanah untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya pendayagunaan air tanah yang
komprehensif.

43. Ahli Muda Ekonomi Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)

44. Berpendidikan Sarjana bidang Ekonomi Studi Pembangunan, lulusan Universitas


Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

45. Berpengalaman melakukan analisa perencanaan ekonomi wilayah selama 4


(empat) tahun, terutama di bidang perencanaan ekonomi makro dan analisis
kelayakan ekonomi dalam perencanaan bidang sumber daya air;

46. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain menganalisa perhitungan manfaat


dan analisis kelayakan ekonomi dari infrastruktur penyediaan air baku untuk
Wilayah I, serta berkoordinasi dengan Ahli Muda lainnya agar kajian dapat
komprehensif dan terintegrasi;

47. Ahli Muda Ekonomi Wilayah II (1 orang, 4,75 MM)

48. Berpendidikan Sarjana bidang Ekonomi Studi Pembangunan, lulusan Universitas


Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
49. Berpengalaman melakukan analisa perencanaan ekonomi wilayah selama 4
(empat) tahun, terutama di bidang perencanaan ekonomi makro dan analisis
kelayakan ekonomi dalam perencanaan bidang sumber daya air;

50. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain menganalisa perhitungan manfaat


dan analisis kelayakan ekonomi dari infrastruktur penyediaan air baku untuk
Wilayah II, serta berkoordinasi dengan Ahli Muda lainnya agar kajian dapat
komprehensif dan terintegrasi;

51. Ahli Muda Pariwisata Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)

52. Berpendidikan minimal Sarjana S1 Planologi atau Ekonomi Studi Pembangunan


lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

53. Berpengalaman selama 4 tahun dalam perencanaan pengembangan pariwisata


wilayah, terutama dikaitkan dengan perencanaan infrastruktur;

54. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis potensi dan
kebutuhan infrastruktur dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata
kawasan yang dikaji untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya rencana pengembangan kawasan
pariwisata yang komprehensif.

55. Ahli Muda Pariwisata Wilayah II (1 orang, 4,75 MM)

56. Berpendidikan minimal Sarjana S1 Planologi atau Ekonomi Studi Pembangunan


lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

57. Berpengalaman selama 4 tahun dalam perencanaan pengembangan pariwisata


wilayah, terutama dikaitkan dengan perencanaan infrastruktur;

58. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis potensi dan
kebutuhan infrastruktur dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata
kawasan yang dikaji untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Muda lain dalam rangka tersusunnya rencana pengembangan kawasan
pariwisata yang komprehensif.

59. Ahli Muda GIS (1 orang, 3 MM)

60. Berpendidikan minimal S1 Geografi atau Teknik Geodesi lulusan universitas/


perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi
atauyang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

61. Berpengalaman selama 4 tahun dalam bidang pemetaan wilayah, terutama


terkait infrastruktur wilayah;

62. Bertugas dan bertanggung jawab dalam penyusunan peta rencana Penyediaan
Air Baku pada Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional yang dikaji dalam pekerjaan ini.

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tenaga Pendukung

Tabel 1.2. Penugasan Tenaga Pendukung

NO. POSISI PENUGASAN PENDIDIKAN/JURUSAN MAN MONTH

1 Asisten Ahli Muda Air Baku Wilayah I S1 Teknik Sipil/Pengairan 6,00

2 Asisten Ahli Muda Air Baku Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 6,00

3 Asisten Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 5,00

4 Asisten Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 5,00

5 Asisten Ahli Muda Hidrologi Wilayah I S1 Teknik Sipil/Pengairan 4,50

6 Asisten Ahli Muda Hidrologi Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 4,50

7 Asisten Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I S1 Planologi 5,00

8 Asisten Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II S1 Planologi 5,00

9 Asisten Ahli Muda Ekonomi Wilayah I S1 Ekonomi 4,75

10 Asisten Ahli Muda Ekonomi Wilayah II S1 Ekonomi 4,75

11 Asisten Ahli Muda Pariwisata I S1 Planologi/Ekonomi 4,75

12 Asisten Ahli Muda Pariwisata II S1 Planologi/Ekonomi 4,75

13 Operator Komputer D3 Teknik Komputer/Informatika 2 x 6,00

14 Staf Administrasi D3 Ekonomi Akuntansi 2 x 6,00

15 Surveyor D3 Teknik Sipil 18 x 2,00


Keterangan: Wilayah I terdiri dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan; dan Wilayah II terdiri dari
Sulawesi, NTB, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Kualifikasi tenaga pendukung yang dipersyaratkan adalah sebagai berikut:

1. Asisten Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah I (1 orang, 6 MM)

2. Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil, lulusan universitas/perguruan tinggi


negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

3. Berpengalaman dalam pekerjaan perencanaan/desain bangunan pengairan 2


tahun;

4. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah I dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama
dalam survey lapangan;

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan
survey di Wilayah I;

6. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK dan KSPN di Wilayah I untuk


mendata rencana penyediaan air baku;

7. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam mendata rencana
suplai air baku di Wilayah I;

8. Asisten Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah II (1 orang, 6 MM)

9. Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil, lulusan universitas/ perguruan tinggi


negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

10. Berpengalaman dalam pekerjaan perencanaan/desain bangunan pengairan 2


tahun;

11. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah II dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama
dalam survey lapangan;

12. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan


survey di Wilayah II;

13. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK di Wilayah II untuk mendata


rencana penyediaan air baku;

14. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam mendata rencana
suplai air baku di Wilayah II.

15. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I (1 orang, 5 MM)

16. Berpendidikan minimal D3 bidang Teknik Sipil atau Geologi, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

17. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis batuan dalam perencanaan


infrastruktur sumber daya air atau studi potensi air selama 2 tahun;

18. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I dalam


menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
19. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II (1 orang, 5 MM)

20. Berpendidikan minimal D3 bidang Teknik Sipil atau Geologi, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

21. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis batuan dalam perencanaan


infrastruktur sumber daya air atau studi potensi air selama 2 tahun;

22. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II dalam


menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

23. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah I (1 orang, 4,5 MM)

24. Berpendidikan minimal D3 bidang Teknik Sipil, lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

25. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis hidrologi atau perencanaan


infrastruktur sumber daya air selama 2 tahun;

26. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah I dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

27. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah II (1 orang, 4,5 MM)

28. Berpendidikan minimal D3 bidang Teknik Sipil, lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

29. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis hidrologi atau perencanaan


infrastruktur sumber daya air selama 2 tahun;

30. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah II dalam


menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

31. Asisten Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I (1 orang, 5 MM)

32. Berpendidikan minimal D3 bidang planologi/perencanaan wilayah, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

33. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis tata ruang selama 2 tahun;

34. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I dalam
menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

35. Asisten Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II (1 orang, 5 MM)

36. Berpendidikan minimal D3 bidang planologi/perencanaan wilayah, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

37. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis tata ruang selama 2 tahun;

38. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II dalam
menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.

39. Asisten Tenaga Ahli Muda Ekonomi Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)

40. Berpendidikan minimal D3 bidang ekonomi, lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

41. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis kelayakan ekonomi/finansial atau


pengembangan kawasan selama 2 tahun;

42. Bertugas membantu Tenaga Ekonomi Wilayah I dalam menyiapkan bahan dan
laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama dalam survey
lapangan;

43. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan


survey di Wilayah I;

44. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK dan KSPN di Wilayah I untuk
mendata rencana serta kelayakan pengambangan kawasan KEK dan KSPN;

45. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam mendata rencana serta
kelayakan pengambangan kawasan KEK dan KSPN di Wilayah I;

46. Asisten Tenaga Ahli Muda Ekonomi Wilayah II (1 orang, 4,75 MM)

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
47. Berpendidikan minimal D3 bidang ekonomi, lulusan universitas/ perguruan
tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

48. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis kelayakan ekonomi/finansial selama


2 tahun;

49. Bertugas membantu Tenaga Ekonomi Wilayah II dalam menyiapkan bahan


dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama dalam
survey lapangan;

50. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan


survey di Wilayah II;

51. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK di Wilayah II untuk mendata


rencana serta kelayakan pengambangan kawasan KEK;

52. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam mendata rencana serta
kelayakan pengambangan kawasan KEK di Wilayah II;

53. Asisten Tenaga Ahli Muda Pariwisata Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)

54. Berpendidikan minimal D3 bidang planologi atau ekonomi, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

55. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis perencanaan kawasan selama 2


tahun;

56. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Pariwisata Wilayah I dalam


menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini,
terutama dalamsurvey lapangan;

57. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan


survey di Wilayah I;

58. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK dan KSPN di Wilayah I untuk
mendata rencana pengembangan dan status KSPN;

59. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam rencana
pengembangan dan status KSPN di Wilayah I.

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
60. Asisten Tenaga Ahli Muda Pariwisata Wilayah II (1 orang, 4,75 MM)

61. Berpendidikan minimal D3 bidang planologi atau ekonomi, lulusan


universitas/ perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;

62. Berpengalaman dalam pekerjaan analisis perencanaan kawasan selama 2


tahun;

63. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Pariwisata Wilayah II dalam


menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini,
terutama dalam survey lapangan;

64. Bersama-sama dengan asisten lainnya menyusun rencana detil pelaksanaan


survey di Wilayah II;

65. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK di Wilayah II untuk mendata


rencana pengembangan dan status KEK;

66. Bersama-sama dengan asisten lainnya untuk merencanakan kebutuhan,


mengkoordinir, dan memantau tenaga surveyor dalam rencana
pengembangan dan status KEK di Wilayah II.

67. Operator Komputer (2 orang, @6 MM)

68. Berpendidikan D3 Teknik Komputer/Informatika, lulusan universitas


/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi
atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi;

69. Mempunyai kemampuan mengoperasikan autocad dan berpengalaman


selama 2 (dua) tahun;

70. Mempunyai tugas menyiapkan buku kriteria beserta gambar-gambar teknik


dan spasial yang diperlukan, serta mengikuti setiap pembahasan.

71. Staf Administrasi (2 orang, @6 MM)

72. Berpendidikan D3 bidang ekonomi atau administrasi, lulusan universitas


/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi
atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi; -

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
73. Mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer dan berpengalaman
selama 2 (dua) tahun;

74. Surveyor (18 orang, @2 MM)

75. Berpendidikan D3 Teknik Sipil, lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri


atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus
ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi;

76. Berpengalaman dalam survey lapangan untuk perencanaan bangunan


khususnya bangunan pengairan, selama 2 tahun;

77. Bertugas melaksanakan observasi lapangan dan mengumpulkan data


sekunder pada saat simulasi perencanaan terkait bangunan yang akan
disimulasi, serta menyiapkan pelaporan hasil kunjungan lapangan.

LAPORAN

Laporan Pekerjaan " Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus " terdiri dari:

1. Laporan Rencana Mutu Kontrak (10 rangkap)

Berisi kerangka pikir yang dituangkan dalam bagan alur pikir pekerjaan pekerjaan dari
awal sampai sesuai standar yang berlaku. Rencana Mutu Kontrak diserahkan kepada
Direksi paling lambat 14 hari kalender setelah surat perintah mulai kerja di tanda
tangani.

2. Laporan Bulanan (5 rangkap)

Berisi kegiatan (progress) yang telah dilakukan ditambahkan rencana kegiatan bulan
berikutnya.

3. Laporan Pendahuluan (5 rangkap)

Berisi kegiatan (progress) yang telah dilakukan ditambahkan rencana kegiatan bulan
berikutnya.

Laporan ini berisikan kerangka kerja yang akan dilakukan mengenai persiapan,
pengurusan perijinan, mobilisasi tenaga & peralatan, rencana kerja, pengorganisasian
personil/tenaga Ahli Muda, pengumpulan data sekunder serta sumber data.

Substansi Laporan pendahuluan berisi :

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Hasil kajian literatur terhadap sistem penyediaan air baku untuk kawasan pariwisata
dan kawasan industri (KEK);

2. Hasil kajian pola dan rencana wilayah sungai serta kajian/studi lainnya pada balai
wilayah sungai maupun pada pemerintah daerah terkait;

3. Hasil kajian kasus penyediaan air baku untuk kawasan Industri dan kawasan wisata;

4. Hasil sampling kunjungan lapangan ke lokasi KEK/KSPN;

5. Analisa rencana pengembangan pengembangan kawasan KSPN dan KEK yang


dimaksud;

6. Metode perhitungan penyediaan air baku untuk KEK dan KSPN.

Laporan pendahuluan Buku harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat
50 (lima puluh) hari kalender dari ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja. Laporan ini
harus dibahas/didiskusikan dalam diskusi draf laporan pendahuluan (10 rangkap) pada
40 (empat puluh) hari kalender sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk
mendapatkan tanggapan dari peserta diskusi.

7. Laporan Interim (10 rangkap)

Berisi tentang pengumpulan data, investigasi, metodologi pendekatan pemecahan


masalah, rencana kerja & kerangka Laporan Akhir. Substansi Laporan interim harus
memuat antara lain:

1. Hasil diskusi dengan pemangku kepentingan di daerah perihal rencana detil


pengembangan KEK maupun KSPN;

2. Hasil analisa pengembangan dan tahapan pengembangan kawasan;

3. Hasil analisa kebutuhan air baku dalam beberapa alternatif penyediaan dan
beberapa alternatif tahapan pengembangan;

4. Rencana suplai air baku untuk memenuhi kebutuhan kek dan kspn

Laporan Interim harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat 100
(Seratus) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai kerja yang ditetapkan dalam SPMK.
Laporan ini harus dibahas/didiskusikan dalam diskusi draf laporan interim (10 rangkap)
pada 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja
untuk mendapatkan tanggapan dari peserta diskusi.

5. Konsep Laporan Akhir (15 rangkap) dan Laporan akhir (15 rangkap)

Berisikan seluruh hasil penyusunan yang telah dilaksanakan. Draft Laporan Akhir akan
digunakan sebagai bahan diskusi antar pelaksana pekerjaan dengan pemberi tugas dan

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
instansi teknis yang terkait. Hasil Diskusi akan dijadikan bahan laporan akhir. Konsep
Laporan Akhir harus diserahkan kepada pemberi tugas paling lambat 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender terhitung mulai tanggal ditetapkannya SPMK. Laporan ini
harus dibahas/didiskusikan dalam diskusi draf laporan akhir pada 160 (Seratus enam
puluh) hari kalender sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk mendapatkan
tanggapan dari peserta diskusi.

6. Laporan Ringkasan / Executive Summary (15 rangkap)

Laporan ini berisi ringkasan seluruh hasil pekerjaan dan diserahkan kepada pemberi
tugas paling lambat pada akhir pekerjaan.

7. Buku Skematisasi Potensi Penyediaan Air Baku untuk KSPN dan KEK (15 rangkap)

Berisi peta, skema, rencana, tahapan Penyediaan Air Baku untuk KSPN dan KEK disertai
penjelasannya. Berisi juga skema pengembangan KSPN dan KEK dalam bentuk profil
masing-masing KSPN dan KEK.

8. Buku Analisa Data Sekunder (10 rangkap)

Berisi hasil kajian pola dan rencana PSDA WS dan kajian SDA lainnya terhadap potensi
rencana penyediaan air baku KEK dan KSPN dan hasil kajian lainnya. Draft buku ini
diasistensikan sebelum pembahasan laporan pendahuluan.

9. Menyerahkan softcopy data, perhitungan/analisis, laporan, dan peta terkait kajian ini dalam
DVD (5 buah) dan Eksternal Hard disk berkapasitas 1 Tb (1 buah).

HAL-HAL LAIN

1. Produksi Dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

2. Persyaratan Kerjasama

Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan disesuaikan dengan kebutuhan kajian.

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan disesuaikan dengan kebutuhan kajian

4. Alih Pengetahuan

Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan


pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil satuan
kerja Pejabat Pembuat Komitmen.

BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pekerjaan “Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus”, maka dibutuhkan metodologi
pelaksanaan pekerjaan. Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dibuat ini mempunyai
tujuan supaya pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan optimal, ekonomis, tepat guna
dan solusinya dapat diandalkan. Metodologi pelaksanaan pekerjaan ini berupa bagan alir
pekerjaan dan secara garis besar terdiri dari beberapa kegiatan yang mencakup:

Tahap 1 : Pendahuluan

Tahap 2 : Pengumpulan Data dan Kajian Data Awal

Tahap 3 : Survey Investigasi dan Kunjungan Lapangan

Tahap 4 : Kajian, Analisa dan Pengolahan Data

Tahap 5 : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN danKEK

Tahap 6 : Pelaporan dan Diskusi

Proses yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan, digambarkan berupa bagan alir seperti
pada Gambar 1.1, Gambar 1.2 dan Gambar 1.3 sebagai berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Mulai

PENDAHULUAN
1. Persiapan Administrasi

2. Mobilisasi dan Koordinasi Tim Pelaksana

3. Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK

Penyusunan RMK

Diskusi

Tidak
Disetujui

Ya

PENGUMPULAN DATA DAN KAJIAN AWAL

1. Studi Meja dan Kajian Literatur

2. Studi Terdahulu dan Kajian Kasus Manajemen Penyediaan Air Baku Kawasan
Pariwisata Maju dan Kawasan Industri Maju

3. Pengumpulan Data dan Informasi Rencana Pengembangan KEK dan KSPN

Penyusunan Laporan Pendahuluan

Diskusi

Tidak
Disetujui

Ya

Gambar 1.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 1)

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
A

SURVEY INVESTIGASI DAN KUNJUNGAN LAPANGAN


1. Persiapan Lapangan

2. Kunjungan Lapangan Rencana Pengembangan KSPN dan KEK

1. Survey Topografi Sumber Air

2. Survey Hidrologi dan Hidrometer

KAJIAN, ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA


1. Kajian Status dan Konsep serta Status Rencana Pengembangan KSPN dan KEK

2. Memperbaharui Status dan Konsep serta Status Rencana Pengembangan KSPN dan KEK

3. Kajian Potensi Sumber Air Baku (Eksisting, Rencana, dan Rencana Tambahan) Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)

4. Analisa Kesesuaian Kajian Terdahulu Kawasan KSPN

5. Penyusunan Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku Kawasan KEK

Penyusunan Laporan Interim

Diskusi

Tidak
Disetujui

Ya

PEMBUATAN PETA SKEMATIK RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU KSPN DAN KEK

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 1.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 2)

Penyusunan Draft Laporan Akhir

Diskusi

Tidak
Disetujui
Ya

Penyusunan Laporan Akhir Laporan


Pendukung Gambar, dll

Disetujui

Selesai

Gambar 1.3. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 3)

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan disusun berdasarkan urutan logika dari pelaksanaan


pekerjaan sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
yaitu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, dengan rincian kegiatan yang tercermin
dalam tabel jadwal pelaksanaan kegiatan pada Tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Nama Perusahaan : PT. INAKKO INTERNASIONAL KONSULINDO KSO PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
Bulan
No. Jenis Kegiatan I II
III IV V VI
KET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9

A PENDAHULUAN
1 Persiapan Administrasi
2 Mobilisasi dan Koordinasi Tim Pelaksana
3 Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK
4 Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu
5 Diskusi dan Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan

B PENGUMPULAN DATA DAN KAJIAN DATA AWAL


1 Studi Meja dan Kajian Literatur
2 Studi Terdahulu dan Kajian Kasus Manajemen dan Kebijakan Penyediaan Air Baku Kawasan Pariwisata Maju dan Kawasan Industri Maju
3 Pengumpulan Data dan Informasi Rencana Pengembangan KSPN dan KEK
4 Kajian Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Studi
5 Kajian Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK

C SURVEY INVESTIGASI DAN KUNJUNGAN LAPANGAN


1 Persiapan Lapangan
2 Kunjungan Lapangan Rencana Pengembangan KSPN dan KEK

D KAJIAN, ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA


1 Kajian Status dan Konsep serta Status Rencana Pengembangan KSPN dan KEK
2 Memperbaharui Status dan Konsep serta Status Rencana Pengembangan KSPN dan KEK
3 Kajian Potensi Sumber Air Baku (Eksisting, Rencana, dan Rencana Tambahan) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
4 Analisa Kesesuaian Kajian Terdahulu Kawasan KSPN
5 Penyusunan Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku Kawasan KEK
6 Pembaharuan Studi Terdahulu pada Kawasan KSPN
7 Kajian, Rekomendasi dan Penilaian Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku
8 Kajian Keberlanjutan Penyediaan Air Baku Obyek Studi

E PEMBUATAN PETA SKEMATIK RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU KSPN DAN KEK
1 Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK

F PELAPORAN DAN DISKUSI


1 Rencana Mutu Kontrak (softcover)
2 Draft Laporan Pendahuluan
3 Laporan Pendahuluan (final) hardcover
4 Laporan Bulanan (bulan 1 - bulan 6) softcover
5 Draft Laporan Interim
6 Laporan Interim (final) hardcover
7 Buku Skematisasi Potensi Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK
8 Draft Laporan Akhir
9 Laporan Akhir hardcover
10 Laporan Ringkasan (softcover)
11 Buku Analisa Data Sekunder (softcover)
12 Dokumentasi
13 DVD Laporan
14 External Hardisk 1 TB
15 Rapat di Kantor
16 Pembahasan Laporan

Keterangan :
= Penyerahan Laporan
= Diskusi
= Diskusi
Progress Kegiatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Jadwal Penugasan Personil pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
pada Tabel 1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.4. Jadwal Penugasan Personil

DRAFT LAPORAN AKHIR 30

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Perusahaan PT . INA KKO Internasional Konsulindo KSO PT . Ciriajasa Engineering Consultans


BULA N KE - Jumlah
No. Posisi Penugasan Nama Personil Orang Bulan I II III IV V VI Orang - Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 (OB)

A. T ENA GA A HLI
1 Ketua Tim (Team Leader) Ir. Hendra A nanda, ME. 1,00 6,00 6,00
2 A hli Muda A ir Baku Wilayah I Ir. Murdiyantoro 1,00 6,00 6,00
3 A hli Muda A ir Baku Wilayah II Ir. Moch. A bubakar Sanusi, M.Si 1,00 6,00 6,00
4 A hli Muda Hidrogeologi Wilayah I Ir. Priyadi Karsono 1,00 5,00 5,00
5 A hli Muda Hidrogeologi Wilayah II Ir. Darupratomo, MT 1,00 5,00 5,00
6 A hli Muda Hidrologi Wilayah I Ir. Carsa Kusumaatmaja 1,00 4,50 4,50
7 A hli Muda Hidrologi Wilayah II Ir. Sri Wahyuni 1,00 4,50 4,50
8 A hli Muda Tata Ruang Wilayah I Ir. A rifadi 1,00 5,00 5,00
9 A hli Muda Tata Ruang Wilayah II Joihot Rizal Tambunan, ST 1,00 5,00 5,00
10 A hli Muda Ekonomi Wilayah I Nasliatul Fuad, SE 1,00 4,75 4,75
11 A hli Muda Ekonomi Wilayah II Harjanto, SE 1,00 4,75 4,75
12 A hli Muda Pariwisata Wilayah I Erlien Widijawati, SE 1,00 4,75 4,75
13 A hli Muda Pariwisata Wilayah II Suharto, SE, M.Si 1,00 4,75 4,75
14 A hli Muda GIS A friani, S.Si 1,00 3,00 3,00

B. T ENA GA PENDUKUNG
1 A sisten A hli Muda A ir Baku Wilayah I Nur Cholid, ST 1,00 6,00 6,00
2 A sisten A hli Muda A ir Baku Wilayah II Isni Septima A nindhita, ST 1,00 6,00 6,00
3 A sisten A hli Muda Hidrogeologi Wilayah I Harjoko, ST 1,00 5,00 5,00
4 A sisten A hli Muda Hidrogeologi Wilayah II Denny Hafsan Damanik, ST 1,00 5,00 5,00
5 A sisten A hli Muda Hidrologi Wilayah I Heru A ndri Padmono, ST 1,00 4,50 4,50
6 A sisten A hli Muda Hidrologi Wilayah II Juwardi, ST 1,00 4,50 4,50
7 A sisten A hli Muda Tata Ruang Wilayah I Imam Noermansyah, ST 1,00 5,00 5,00
8 A sisten A hli Muda Tata Ruang Wilayah II Siti Handayani, ST 1,00 5,00 5,00
9 A sisten A hli Muda Ekonomi Wilayah I Ika A prilia, SE 1,00 4,75 4,75
10 A sisten A hli Muda Ekonomi Wilayah II RR. Siti Sarining Bumi, SE 1,00 4,75 4,75
11 A sisten A hli Muda Pariwisata I Syamsul Bachri, SE 1,00 4,75 4,75
12 A sisten A hli Muda Pariwisata II Taufik Rahman, SE 1,00 4,75 4,75
13 Operator Komputer 1 Solihin, S.Kom 1,00 6,00 6,00
14 Operator Komputer 2 Tata Saputra, S.Kom 1,00 6,00 6,00
15 Staf A dministrasi 1 Wiji Utami, A .Md 1,00 6,00 6,00
16 Staf A dministrasi 2 Sofienty Sofyan, A .Md 1,00 6,00 6,00
17 Surveyor 1 Tidaryo Kusumo, ST 1,00 2,00 2,00
18 Surveyor 2 A ditia Indra Buana, ST 1,00 2,00 2,00
19 Surveyor 3 Noventra Pradana, ST 1,00 2,00 2,00
20 Surveyor 4 Bima Prahara, ST 1,00 2,00 2,00
21 Surveyor 5 Bimo Suprapto, ST 1,00 2,00 2,00
22 Surveyor 6 Bahtiyar A rif A rafah, ST 1,00 2,00 2,00
23 Surveyor 7 Dominggus Dyra, A .Md 1,00 2,00 2,00
24 Surveyor 8 Dongki Riyo Wijanarko, A .Md 1,00 2,00 2,00
25 Surveyor 9 Muhammad Lutfi, ST 1,00 2,00 2,00
26 Surveyor 10 Novie Ertanti, ST 1,00 2,00 2,00
27 Surveyor 11 Raka Harjuna, ST 1,00 2,00 2,00
28 Surveyor 12 Rismawati, ST 1,00 2,00 2,00
29 Surveyor 13 Vance Yorgen Rumengan, ST 1,00 2,00 2,00
30 Surveyor 14 Clasina Mayaindrawati, ST 1,00 2,00 2,00
31 Surveyor 15 Lalu Dedi Kurniawan, ST 1,00 2,00 2,00
32 Surveyor 16 Baiq Yatmi Widalia, ST 1,00 2,00 2,00
33 Surveyor 17 Yayan Musyanto Sodiq, ST 1,00 2,00 2,00
34 Surveyor 18 Bambang Sudaryadi, ST 1,00 2,00 2,00
6

Kantor
Lapangan

DRAFT LAPORAN AKHIR 31

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB II

PELAKSANAAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan adanya tahapan-
tahapan kegiatan. Hal ini ditujukan untuk mengetahui secara sistematis substansi dari
pekerjaan ini. Adapun tahapan kegiatan tersebut adalah :

Tahap I : Pendahuluan

1. Persiapan Administrasi

2. Mobilisasi dan Koordinasi Tim Pelaksana

3. Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman TOR

4. Pengumpulan Data Sekunder dam Studi Terdahulu

5. Diskusi & Koordinasi Dengan Direksi Pekerjaan

Tahap II : Pengumpulan Data dan Kajian Data Awal

1. Studi Meja dan Kajian Literatur

2. Studi Terdahulu dan Kajian Kasus Manajemen dan Kebijakan Penyediaan Air Baku Kawasan
Pariwisata Maju dan Kawasan Industri Maju

3. Pengumpulan Data dan Informasi Rencana Pengembangan KEK dan KSPN

4. Kajian Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Studi

5. Kajian Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku KEK dan KSPN

Tahap III : Survey Investigasi dan Kunjungan Lapangan

1. Persiapan Lapangan

2. Kunjungan Lapangan Rencana Pengembangan KEK dan KSPN

Tahap IV : Kajian, Analisa dan Pengolahan Data

1. Kajian status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK dan KSPN

2. Memperbaharui status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK dan KSPN

3. Kajian potensi sumber air baku (eksisting, rencana, dan rencana tambahan), Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Analisa Kesesuaian Kajian Terdahulu Kawasan KSPN

5. Penyusunan Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku Kawasan KEK

6. Pembaharuan Studi Terdahulu pada Kawasan KSPN

7. Kajian, Rekomendasi dan Penilaian Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku

8. Kajian Keberlanjutan Penyediaan Air Baku Obyek Studi

Tahap V : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK

1. Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK

Tahap VI : Pelaporan dan Diskusi

1. Rencana Mutu Kontrak

2. Draft Laporan Pendahuluan

3. Laporan Pendahuluan (final)

4. Laporan Bulanan (bulan 1 - bulan 6)

5. Draft Laporan Interim

6. Laporan Interim (final)

7. Buku Skematisasi Potensi Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK

8. Draft Laporan Akhir

9. Laporan Akhir hardcover

10. Laporan Ringkasan

11. Buku Analisa Data Sekunder

12. Dokumentasi

13. DVD Laporan

14. External Hardisk 1 TB

15. Rapat di Kantor

16. Pembahasan Laporan

POLA PIKIR PELAKSANAAN KEGIATAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU

Pola pikir tahapan pelaksanaan pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat digambarkan
dalam bentuk bagan alir pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Mulai

Mengkaji/Mempelajari Pola dan Rencana


Pengelolaan SDA Rencana Pengembangan KSPN dan KEK
1. Kementerian Perindustrian
2. Kementerian Pariwisata
3. Kementerian PPN/Bappenas
Mempelajari Kebijakan 4. Kementarian Dalam Negeri
Pengelolaan SDA
5. Kementerian Terkait
Instansi Terkait KSPN dan KEK
Kunjungan
Lapangan

Inventarisasi Data 1. Gambaran Ketersediaan Air Baku


2. Sistem Penyediaan Air Baku yang Ada
3. Pola Kebutuhan Air
Kajian Rencana Penyediaan Air Baku pada RPSDA 4. Kondisi Topografi, Hidrologi dan Hidrogoelogi
untuk KSPN dan KEK
5. Water Requiment
6. Kebutuhan Air

Analisis Kebutuhan Air dan Ketersediaan Air KSPN


dan KEK

Kebutuhan Air Ketersediaan Air

Perbandingan Antara Ketersediaan Air dengan


Kebutuhan yang Ada

Cukup
Kecukupan
Ketersediaan Air

Tidak
Kajian Sistem Penyediaan Air Baku
Potensi Sumber Air Baku yang Ada (Evaluasi Kriteria Penyaringan/EKP)
Kuantitas potensi Air Baku
Kualitas Air
Kehandalan Debit
Ya
Cukup Penyaringan Potensi Persyaratan Peraturan
Dampak Lingkungan
Potensi Biaya
Tidak Waktu Pelakasanaan
Potensi Sumber Air Baku Permukaan Hambatan Pengembangan
Strategi Terpilih
Tambahan Potensi Kehilangan Air
10. Kompetisi Suplai Air

Ya Rangking Strategi
Cukup Terpilih

Tidak

A B C D
Gambar 2.1. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 1)

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
A B C D

Potensi Air Baku Air Tanah yang Ada

Ya
Cukup Penyaringan Potensi Evaluasi Kriteria
Penyaringan/EKP

Tidak
Strategi Terpilih

Potensi Air Tanah Tambahan Rangking Strategi Terpilih

Tidak
Cukup

Ya

Rangking Potensi PenyediaanAir Baku


(Skala Prioritas Pengembangan)

Matrik Dasar Penyusunan Program


dan Kegiatan

Selesai

Gambar 2.2. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 2)

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
ANALISIS DAN METODOLOGI

Analisis Potensi Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi
Khusus. Untuk mendapatkan gambaran terhadap potensi penyediaan air baku pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus, diperlakukan beberapa analisa
yang memiliki ketergantungan dan keterkaitan antara satu dan lainnya. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar dan kriteria tertentu yang berlaku. Hasil analisis
tersebut berupa asumsi ketersediaan dan kebutuhan air baku yang terkait dengan
kebutuhan air lainnya di masa yang akan datang.

Analisa yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan skenario dan
alternatif pilihan strategi pengelolaan air baku khususnya pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Analisis Dan Keluaran

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO. DATA ANALISIS KELUARAN

A PENDAYAGUNAAN SDA Analisis Ketersediaan Permukaan Ketersediaan Air Permukaan sampai


saat ini,
1. Curah Hujan (Hujan Maksimum dan
rata-rata)
2. Debit
Ketersediaan Air Permukaan dalam
Metode : Pemodelan Curah Hujan 5,10,15 dan 20 tahun yang akan
Curah Hujan Aliran Limpas degan datang.
menggunakan model tangki kotak
Standar : Tata Cara Perhitungan Debit
Andalan Air Sungai dengan Analisis
Lengkung Kekerapan Revisi SNI 19-
6738-2002, di terbitkan BSN.

Pada Cekungan Air tanah PetaAnalisis


GeologiKetersediaan Air Tanah Ketersediaan Air Tanah sampai saat
Permeabilitas Peta Potensi Air Tanah ini., Asumsi Ketersediaan Air Tanah
(Digital Elevation Model) Metode : GIS dalam 5,10,15 dan 20 tahun yang
akan datang

A. Data untuk kebutuhan Air Baku : Analisis Kebutuhan Air :

1. Data jumlah penduduk tahun 1. Kebutuhan air RKI per distrik, Asumsi kebutuhan air baku per
terakhir 2. Kebutuhan air irigasi per distrik, distrik untuk saat ini dan kebutuhan
2. Angka pertumbuhan penduduk 3. Kebutuhan air yang lain (pertanian, air baku di 5,10,15 dan20, tahun
3. Standar kebutuhan air baku perikanan, pariwisata per distrik). yang akan dating dilengkapi
4. Iklim, Evapotransporasi perannya.
5. Rencana Pengembangan Industri
6. Peta Topografi
7. Peta Tata Guna Lahan
8. Data pasang surut
9. Rencana pengembangan irigasi
10. Data lokasi prasarana –
sarana, prasarana –sarana sumber
daya air (Aset Sumber Daya Air)
11. DEM (Digital Elevation
Model)
1. Peta Tata Guna Lahan
2. Data Pasang Surut
3. Salinitasi di sungai
4. Rencana Pengembangan Irigasi
5. Data Lokasi Prasarana-Sarana
Sumber Daya Air (Aset Sumber Daya
Air)
1. DEM (Digital Elevation Model)
2. Data pengguna dan jumlah Analisis kebutuhan air Tanah Asumsi Penggunaan air tanah dalam
penggunaan air tanah 3 (tiga) tahun 5,10,15 dan 20 tahun yang akan
terakhir. datang. Dan Peta cekungan air tanah
beserta lokasi penggunaannya.

3. Peta cekungan air tanah

Analisis didasarkan pada penggunaan


air tanah yang ada pada saat ini serta
perkiraan kenaikan penggunaan air

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO. DATA ANALISIS KELUARAN

tanah sampai waktu yang akan dating.

4. Ketersediaan air permukaan dalam Neraca Air per distrik 1. Neraca Air per distrik dalam
5,10,15 dan 20 tahun yang akan 5,10,15 dan 20 tahun.
datang
5. Ketersediaan Air Tanah dalam
5,10,15 dan 20 tahun yang akan
2. Lokasi daerah distrik yang
dating Alokasi Air dengan simulasi antara mengalami kekurangan air pada
ketersediaan air permukaan dan air musim kemarau.
tanah dengan kebutuhan air per distrik.

6. Perkiraan kebutuhan Air per distrik


dalam 5,10,15 dan 20 tahun yang Dalam simulasi diprioritaskan
akan datang dilengkapi petanya. pengambilan dari air permukaan Untuk Lokasi daerah/distrik yang
air tanah dapat dilakukan pengambilan mengalami kekurangan air
untuk penggunaan yang telah ada sepanjang tahun.
(eksisting) dan penggunaan apabila air
permukaan tidak mencukupi.

7. Perkiraan Penggunaan Air Tanah


dalam 5,10,15 dan 20 tahun yang
akan datang
8. Peta Kekeringan Air
9. Tampungan Air (Waduk, Embung)

1. Data lokasi Prasarana-sarana Analisis aset pengendalian daya rusak Prosentase berfungsinya atau
Sumber Daya Air (Aset Sumber Daya air kerusakan aset pengendalian daya
Air) rusak air

B. Analisis Ketersediaan Air

1. Ketersediaan air permukaan. Analisis Ketersediaan Air Permukaan 1. Ketersediaan air permukaan saat
1. Curah hujan rata-rata harian ini.
Metode : Analisis/model korelasi antara 2. Ketersediaan air permukaan
curah hujan – aliran limpas. dalam 5,10,15,20,25,50 dan 70
tahun yang akan datang.
Model Tangki Kotak Standar

Perhitungan debit air dalam aliran


2. Debit sungai minimum bulanan sungai dengan Analisis Lengkung
3. Debit sungai rata-rata tahunan Kekerapan revisi SNI 19-6733-2002
diterbitkan BSN

Analisis Ketersediaan Air Tanah


3. Ketersediaan air tanah saat ini,
4. Ketersediaan air tanah Metode GIS 4. Asumsi ketersediaan air tanah
Data cekungan Air Tanah, peta dalam 5, 10,1 5, 20, 25, 50 dan 70
geologi/permaebilitas, peta potensi tahun yang akan dating
air tanah, (Digital Elevation Model).

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO. DATA ANALISIS KELUARAN

C. Kualitas Air : Analisis Kualitas Air : Tingkat pencemaran yang terjadi


pada sumber air serta golongan
1. Jumlah dan lokasi limbah yang Pencemaran air, jumlah dan lokasi badan air.
dibuang kesungai/ sumber air pembuangan limbah RT dan
selama 3 tahun terakhir. industridengan adanya pertambahan
2. Jumlah dan lokasi stasiun penduduk dan industri.
pemantau kualitas air, sumber
dan badan air.
D. Analisis Peta : 1. Analis Peta Tematik DAS dan WS Peta batas-batas DAS pada WS dan
2. Metode GIS pada wilayah administrasi
1. RTRW pemerintahan provinsi, kabupaten/
2. Peta GIS kota, kecamatan; pada DAS/WS
3. Peta Tata Guna Lahan beserta prosentase luasan
4. DEM
5. Peta DAS dan WS
6. Peta daerah administrasi
pemerintahan

INVENTARISASI DATA DAN ANALISA DATA

Inventarisasi Data

Inventarisasi data ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi sebagai dasar
untuk penyusunan neraca air tanah dan air baku pada setiap daerah aliran sungai dan
wilayah sungai, antara lain berupa :

1. Data umum;

2. Data sumber air; dan

3. Data dinamika kebutuhan air.

Secara rinci inventarisasi data yang diperlukan guna penyusunan neraca air tanah dan
air baku diuraikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Pengumpulan Macam dan Jenis Data, Sumber Data dan Periode Waktu

NO DATA SUMBER PERIODE

I. Data Umum
1. Kabupaten Dalam Angka : Badan Pusat Statistik Tahunan (4 tahun terakhir)
Dinamika Kependudukan

2. Rencana Tata Ruang Bappeda Provinsi, Kabupaten / kota Sesuai Perda Tata Ruang Yang
berlaku
3. Peta :
a. Peta Topografi. Badan Informasi Geospasial (BIG). Tahun terakhir
b. Peta Tanah. Badan Pertanahan Nasional (BPN). Tahun terakhir
c. Peta Penggunaan Lahan BPN, BIG, Lembaga Penerbangan dan Tahun terakhir, 5, 10 tahun

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO DATA SUMBER PERIODE

Antariksa (LAPAN). terakhir.

4. DEM (Digital Elevation Model) BIG/LAPAN Tahun terakhir.


II. Data Sumber Daya Air
1. Air Permukaan
a. Air Hujan
1. Hujan rata-rata harian BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Minimal 10 tahun terakhir
dan Geofisika), Kementerian PUPR,
Dinas PUSDA/BBWS/BWS.

b. Debit Kementerian PUPR


2. Debit minimum tahunan , Dinas PUSDA/BBWS/BWS. Minimal 10 tahun terakhir
3. Debit rata-rata tahunan BMKG/Kementerian PUPR, Dinas
PU/PSDA/BBWS/BWS.
c. Iklim

2. Air Tanah (Hidrogeologi)


a. Peta Cekungan Air Tanah. Kementerian ESDM Terkini
b. Peta Dinamika Kondisi Air Kementerian ESDM Terkini
Tanah.
c. Peta Geologi/Permaebilitas Kementerian ESDM Terkini

3. Dinamika Perubahan Kualitas Air BPLH (Badan Pengendalian Lingkungan Minimal 3 tahun terakhir
Hidup)
Kementerian Kesehatan

4. Tampungan Air (Waduk / Pengelola Tampungan Air Minimal 5 tahun terakhir


Embung /Situ) Kementerian PUPR
4. Kapasitas tampung aktual
5. Sedimentasi
6. Manfaat tampungan air

5. Dinamika Kebutuhan Air, untuk :


a. Rumah Tangga, Perkotaan
dan Industri. PDAM, BPS dan Kementerian Tahunan ( 4 tahun terakhir)
Perindustrian. Data Surat Ijin
Penggunaan Air (SIPA)
b. Pertanian
1. Irigasi BBWS/BWS/Dinas PU, PSDA, Dinas Tahunan ( 4 tahun terakhir)
2. Perikanan/Tambak Pertanian, Dinas Perikanan.

c. Data Lokasi Prasarana


Pendayagunaan Sumber BBWS/BWS/Dinas PU/PSDA Tahunan ( 4 tahun terakhir)
Daya Air (aset sumber daya Kondisi terkini
air)

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Analisis Data Kebutuhan Air dan Ketersediaan Air

Analisis data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan neraca
air tanah dan air baku, diperlukan analisa yang memiliki ketergantungan dan
keterkaitan antara yang satu dengan lainnya.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metodologi yang telah ditentukan


berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar dan kriteria tertentu yang
berlaku.

Hasil analisa tersebut berupa asumsi ketersediaan sumber air baku dan sumber air
tanah, serta kebutuhan akan air baku.

Analisis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan beberapa


skenario dan alternatif pilihan dalam menentukan analisa neraca air, diuraikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2.3. Analisis Data Kebutuhan Air Dan Ketersediaan Air

NO DATA ANALISIS KELUARAN


A. Data untuk kebutuhan Air Baku Analisis Kebutuhan Air :
: 15. Kebutuhan air RKI per Asumsi kebutuhan air baku per
3. Data jumlah penduduk tahun distrik, distrik untuk saat ini dan
terakhir 16. Kebutuhan air irigasi per kebutuhan air baku di
4. Angka pertumbuhan distrik, 5,10,15,20,25,50 dan 70 tahun
penduduk 17. Kebutuhan air yang lain yang akan dating.
5. Standar kebutuhan air baku (pertanian, perikanan,
6. Iklim, Evapotransporasi pariwisata per distrik).
7. Rencana Pengembangan
Industri
8. Peta Topografi
9. Rencana pengembangan
irigasi
10. Data lokasi prasarana –
sarana, prasarana –sarana
sumber daya air
11. DEM (Digital Elevation
Model)

12. Data pengguna dan


jumlah penggunaan air tanah
3 (tiga) tahun terakhir. Analisis kebutuhan air Tanah : Penggunaan air tanah saat ini dan
13. Peta cekungan air tanah Analisis didasarkan pada asumsi penggunaan air tanah
14. DEM (Digital Elevation penggunaan air tanah yang ada dalam 5,10,15,20,25,50 dan 70
Model) pada saat ini serta perkiraan tahun yang akan datang.
kenaikan penggunaan air tanah
sampai waktu yang akan datang.

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO DATA ANALISIS KELUARAN
B. Analisis Ketersediaan Air
1. Ketersediaan air permukaan. Analisis Ketersediaan Air 6. Ketersediaan air permukaan saat
2. Curah hujan rata-rata harian Permukaan ini.
Metode : Analisis/model korelasi 7. Ketersediaan air permukaan
antara curah hujan – aliran limpas. dalam 5,10,15,20,25,50 dan 70
Model Tangki Kotak Standar tahun yang akan datang.
3. Debit sungai minimum
bulanan
4. Debit sungai rata-rata Perhitungan debit air dalam aliran
tahunan sungai dengan Analisis Lengkung
Kekerapan revisi SNI 19-6733-2002
diterbitkan BSN

5. Ketersediaan air tanah


Data cekungan Air Tanah, peta Analisis Ketersediaan Air Tanah
geologi/permaebilitas, peta Metode GIS 8. Ketersediaan air tanah saat ini,
potensi air tanah, (Digital 9. Asumsi ketersediaan air tanah
Elevation Model). dalam 5, 10,1 5, 20, 25, 50 dan
70 tahun yang akan datang
C. Kualitas Air : Analisis Kualitas Air : Tingkat pencemaran yang terjadi
10. Jumlah dan lokasi limbah Pencemaran air, jumlah dan lokasi pada sumber air serta golongan
yang dibuang kesungai/ pembuangan limbah RT dan badan air.
sumber air selama 3 tahun industri dengan adanya
terakhir. pertambahan penduduk dan
11. Jumlah dan lokasi stasiun industri.
pemantau kualitas air,
sumber dan badan air.
D. Analisis Peta : 18. Analis Peta Tematik DAS Peta batas-batas DAS pada WS dan
12. RTRW dan WS pada wilayah administrasi
13. Peta GIS 19. Metode GIS pemerintahan provinsi,
14. Peta Tata Guna Lahan kabupaten/ kota, kecamatan; pada
15. DEM DAS/WS beserta prosentase
16. Peta DAS dan WS luasan
17. Peta daerah
administrasi pemerintahan

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG AKAN DIHADAPI DAN ANTISIPASI UPAYA PEMECAHAN


MASALAH

Umum

Ketersediaan air di setiap daerah aliran sungai/wilayah sungai dan daerah-daerah


tertentu dipengaruhi oleh kondisi curah hujan. Interaksi antara curah hujan dan
kondisi daerah aliran sungai akan memberikan gambaran fluktuasi debit sungai/aliran
permukaan dan fluktuasi aliran tanah yang selanjutnya akan menggambarkan
terhadap potensi air permukaan dan potensi air tanah. Untuk dapat memberikan
gambaran terhadap potensi sumber air baik sumber air yang berasal dari permukaan

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
dan air tanah, ada beberapa hal permasalahan yang sering dijumpai, antara lain
meliputi:

1. Data curah hujan

2. Data debit sungai

3. Data potensi air tanah

4. Permasalahan penurunan ketersediaan sumber air

Permasalahan Data Curah Hujan dan Antisipasi Upaya Penanganan

Pada umumnya data curah hujan di setiap daerah aliran sungai/wilayah sungai, atau
daerah-daerah tertentu sudah tersedia di setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
Namun demikian data tersebut apabila akan digunakan untuk keperluan analisis
selanjutnya, sering dijumpai permasalahan yang dapat menghasilkan hasil analisa
yang kurang memuaskan .

Permasalahan utama yang sering dijumpai dengan data curah hujan, antara lain
meliputi:

1. Kekurang akurasi-an data curah hujan;

2. Data yang belum di olah/di analisis;

3. Data belum cukup mewakili sebagai dasar untuk menghitung debit;

4. Data yang tersedia tidak terus menerus/terputus.

Kekurang akurasi-an data curah hujan banyak dijumpai pada datan curah hujan yang
berasal dari pencatatan manual, data tersebut sering terjadi karena petugas pencatat
data curah hujan tidak selamanya berada di tempat atau tidak melakukan pencatatan
secara harian. Untuk mengantisipasinya data curah hujan yang tidak akurat, biasanya
dilakukan dengan menganalisis data curah hujan dengan mempertimbangkan data
curah hujan dari stasiun terdekat, atau dengan interpolasi 2 (dua) atau 3 (tiga) data
curah hujan stasiun terdekat.

Data curah hujan yang belum diolah/dianalisis hampir terjadi di sebagian besar Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai. Pada umumnya data yang ada baru berbentuk data tinggi
curah hujan dalam (mm), dan sebagian masih dalam bentuk grafik yang belum di olah.

Dari data curah hujan tersebut belum tergambar tentang bentuk pola hujan dan
periode curah hujan. Contoh bentuk pola hujan adalah sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
mm mm mm

Waktu (jam) Waktu (jam) Waktu (jam)

Gambar 2.3. Contoh Bentuk Pola Hujan

Bentuk pola hujan tersebut akan dapat mempengaruhi besaran debit puncak yang
dihasilkan dari analisis debit yang dihitung. Untuk mengantisipasi data curah hujan
yang belum diolah dengan benar, perlunya pembinaan kepada petugas pengolah data
curah hujan agar dapat mengolah data curah hujan seperti yang diperlukan bagi
seluruh pengguna.

Di beberapa daerah aliran sungai/wilayah sungai masih sering dijumpai data curah
hujan yang belum cukup mewakili sebagai dasar untuk menghitung debit yang
dihasilkan dapat berupa besaran debit yang terlalu besar atau terlalu kecil, sehingga
belum menggambarkan korelasi antara kondisi curah hujan yang sebenarnya dengan
besaran debit terhitung, Dari hasil studi pola pengelolaan sumber daya air dan
rencana pengelolaan sumber daya air di setiap wilayah sungai, telah dihasilkan
rekomendasi pemasangan alat klimatologi yang diharapkan dapat melengkapi dan
menyempurnakan data curah hujan yang sudah ada.

Permasalahan lain yang sering terjadi dengan data curah hujan, adalah data yang
tersedia tidak tersaji secara terus menerus atau terputus pada beberapa tahun. Hal
tersebut terjadi karena alat pencatat curah hujan yang ada mengalami kerusakan,
atau pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya belum berjalan sebagaimana
mestinya. Data yang terputus ini pada umumnya akan dapat menyulitkan dalam
pelaksanaan analisis data curah hujan, dan untuk menghasilkan hasil analisis yang
dapat menggambarkan koneksi curah hukan yang mendekati kebenaran, dipelukan
kejelian dan pengalaman yang memadai dari para pengolah data.

Hal yang sering dilakukan oleh beberapa pengolah data antara lain dengan:

1. Mengeliminir beberapa data yang terputus;

2. Menambah data seri dalam beberapa bagian, selanjutnya baru dilakukan kesimpulan setelah
mempertimbangkan besaran debit yang terhitung.

Apabila dijumpai data debit terukur di sungai, akan sangat membantu dalam
mengevaluasi data curah hujan yang digunakan sebagai dasar hitungan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Permasalahan Data Debit Sungai dan Antisipasi Upaya Penanganan

Hal yang dijumpai di setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai adalam belum
tersedianya data debit, khususnya debit kecil yang terjadi pada musim kemarau.
Besaran debit sungai pada musim kemarau adalah besaran debit aliran dasar (base
flow) yang berasal dari mata air, air tanah atau hasil rembesan kanan-kiri sungai. Di
beberapa bagian sungai-sungai yang sudah terbangun bangunan pengambilan air,
biasanya sudah dilengkapi alat pencatat duga muka air yang otomatis maupun yang
masih berupa alat dengan muka air manual, ataupun di beberapa bagian sungai sudah
dilengkapi dengan alat pencatat duga muka air, tetapi data yang tersedia masih dalam
bentuk data awal yang belum diolah sehingga belum dapat menggambarkan besaran
debit sungai yang mengalir.

Untuk itu perlunya dilakukan pembinaan yang terus menerus terhadap petugas
pengolah data baik data hidroklimatologi maupun data hidrologi, sehingga semua
data yang diperlukan selalu tersedia bagi seluruh pengguna. Untuk sungai-sungai yang
belum tersedia alat duga muka air, untuk kondisi sungai-sungai yang belum difasilitasi
alat duga muka air, apabila nantinya akan dibangun suatu bangunan
pengambilan/intake, diperlukan suatu rencana yang lebih terencana dengan
membangun bangunan pengamatan debit terlebih dahulu sebelum perencanaan
bangunan pengambilan air. Data tersebut diperlukan agar data ketersediaan air dan
kehandalan debit yang akan digunakan sebagai dasar analisis cukup tersedia.

Disarankan di setiap sungai akan direncanakan untuk di manfaatkan airnya di


kemudian hari, agar dibangun suatu bangunan pengamatan muka air dan debit.
Bangunan tersebut harus dilakukan operasi dan pemeliharaan secara baik, dan
dilakukan peneraan/ koreksi secara berkala mengikuti perkembangan bentuk/
morfologi sungai.

Persoalan Data Potensi Air Tanah

Data potensi air tanah sudah tersedia di seluruh Balai Besar/ Balai Wilayah Sungai
dalam bentuk peta Hidrogeologi dan potensi cekungan air tanah. Data yang tersedia
masih dalam data peta dalam skala yang kecil dan belum dapat menunjukkan
keberadaan lokasi-lokasi sumber air tanah yang lebih rinci untuk dapat dilakukan
pengambilan air tanahnya. Untuk dapat dilakukan pengambilan airnya sesuai rencana
pengambilan, perlu dilakukan survey dan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui
lokasi pengambilan air yang memadai sesuai rencana pengambilannya.

Permasalahan Penurunan Ketersediaan Sumber Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Berdasarkan siklus hidrologi, jumlah/volume air yang turun di setiap daerah/wilayah
sungai relatif tetap, dan hanya dibedakan antara tahun basah dan tahun kering.
Namun demikian, dengan adanya perubahan tataguna lahan di setiap daerah aliran
sungai akan dapat mempengaruhi karakteristik debit sungai di musim hujan dan di
musim kemarau. Untuk daerah-daerah aliran sungai dengan kondisi tutupan lahan
yang masih baik, dengan jumlah curah hujan tahunan yang sama akan memberikan
besaran debit puncak yang lebih kecil dan debit sungai pada musim kemarau yang
lebih besar. Sedang untuk daerah-daerah aliran sungai dengan kondisi tutupan lahan
yang sudah jelek debit puncak yang terjadi pada musim hujan akan jauh lebih besar,
dan debit sungai pada musim kemarau lebih kecil, atau pada kondisi tertentu
sungainya sudah tidak mempunyai debit air lagi/kering.

Secara umum permasalahan yang terkait dengan ketersediaan sumber air daerah-
daerah aliran sungai /wilayah sungai dapat dibedakan menurut asal sumber air:

1. Sumber air yang berasal dari sungai (tanpa tampungan air);

2. Sumber air yang berasal dari tampungan air.

Penurunan kualitas sumber air yang berasal dari sumber air sungai, dapat disebabkan
antara lain oleh:

1. Penurunan fungsi daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai daerah penyangga sehingga
dapat menyebabkan penurunan besaran debit air yang terjadi pada musim kemarau/kering.

2. Penurunan kualitas air akibat pencemaran air (fisik dan kimiawi), pencemaran sumber air
dapat berasal dari daerah aliran sungai, pertanian, industri, pertambangan, pengaruh
pembangunan, perkebunan dan penduduk.

Pencemaran kualitas air yang bersifat fisik dapat berasal dari hasil erosi daerah aliran
sungai, pencemaran akibat pengaruh pembangunan, pertambangan dan penduduk.
Pencemaran kualitas air yang bersifat kimiawi diantara lain dapat berasal dari limbah
industri, pertambangan, pertanian, perkebunan dan penduduk/ perkotaan.
Penurunan kualitas sumber air yang berasal dari tampungan air, pada umumnya
disebabkan antara lain oleh:

1. Penurunan fungsi daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai daerah penyangga. Hal ini
sering terjadi pada system tampungan air dengan volume yang relative kecil seperti embung
arau waduk tahunan. Sistem tampungan air dengan volume yang relative kecil, pada
umumnya sangat rentan terhadap perubahan musim yang sewaktu-waktu dapat berubah,
sehingga pada musim kering yang panjang sering terjadi kekurangan air.

2. Sedimentasi, akan mengurangi kapasitas tampungan embung atau waduk. Proses


sedimentasi akan sangat mempengaruhi terhadap kapasitas tamping efektif waduk. Banyak
terjadi umur tampungan air efektif dapat menurun sangat cepat, dibandingkan dengan umur
waduk rencana akibat sedimentasi (contoh; Waduk Wonogiri)

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Penurunan kualitas air bersifat kimiawi, sebagai akibat dari limbah industri, perkotaan,
perikanan dsb.

Permasalahan Dalam Penyusunan Kebutuhan Air Dan Antisipasi Upaya Penanganannya

Permasalahannya dalam penyusunan kebutuhan air tanah dan air baku akan lebih
diperioritaskan pada pemenuhan kebutuhan untuk rumah tangga, kota dan industri
(RKI), Hal tersebut dilakukak mengingat kebutuhan air akan RKI merupakan kebutuhan
air yang menjadi prioritas dalam penyediaan air baku dan dalam upaya penyediaannya
terdapat banyak kendala dan upaya pertimbangan sesuai dengan program jangka
panjang perkembangan kota yang akan dianalisis untuk mendapat pemenuhan
kebutuhan air.

Kebutuhan manusia akan air khususnya di perkotaan dari waktu ke waktu selalu
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk akan meningkatnya intensitas dan
ragam kebutuhan akan air, seperti halnya untuk memenuhi kebutuhan akan rumah
tangga, niaga, industri, pemerintahan, sosial dan penggelontoran kota. Untuk dapat
memenuhi akan kebutuhan air perlunya suatu rencana jangka panjang pengelolaan air
baku dan air tanah yang sudah mempertimbangkan kebutuhan seluruh penggunaan
air dan rencana penyediaannya.

Kebutuhan akan air baku dikategorikan dalam bentuk kebutuhan air domestik dan non
domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga, yaitu untuk keperluan minum, masak, mandi serta keperluan
rumah tangga lainnya sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk
keperluan kantor, tempat ibadah, niaga, dan lain-lain..

Kebutuhan air baku khususnya di daerah perkotaan, selalu berkembang dan


meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan kebutuhan air baku terutama
disebabkan oleh, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan aktifitas kehidupan
masyarakat serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang
berhubungan dengan peningkatan sosial-ekonomi masyarakat.

Untuk dapat memprediksi kebutuhan air RKI di daerah perkotaan perlu


dipertimbangkan rencana jangka panjang masing-masing kota. Pada umumnya
rencana jangka panjang setiap kota, akan mempertimbangkan hal-hal yang terkait
dengan:

1. Sejarah berdirinya kota;

2. Batasan wilayah administrasi termasuk potensi pengembangannya;

3. Ketersediaan potensi sumber daya alam, termasuk potensi sumber daya air, dan

4. Sistem sarana dan prasarana yang sudah ada, termasuk peninggalan sejarah dan budaya.

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Berdasarkan pengalaman sejarah perkembangan perkotaan, faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan perkotaan antara lain meliputi:

1. Kota sebagai pusat Pemerintahan/Birokrasi;

2. Budaya;

3. Perdagangan;

4. Industri;

5. Pendidikan;

6. Pariwisata, dan

7. Pertanian.

Dalam perkembangan sistem perkotaan selanjutnya, untuk dapat mencapai tingkat


perkembangan perkotaan yang optimal sehingga menjadi kota besar , ada beberapa
faktor dominan yang akan mempengatuhi perkembangan perkotaan, antara lain
meliputi 8 (delapan) faktor yaitu:

1. Kota sebagai pusat perdagangan Internasional;

2. Sebagai kota industri berskala Internasional (ekspor);

3. Penduduk kota padat;

4. Tingkat pendidikan masyarakat tinggi;

5. Mempunyai jaringan infrastruktur yang memadai (jalan, pelabuhan, bandara);

6. Unsur yang mendukung perdagangan (wilayah penyangga/barang-barang perdagangan) dan


pasar;

7. Unsur yang mendukung barang-barang dari luar/impor;

8. Daya dukung ekosistem wilayah , yang meliputi sumber daya air, pertanian, lingkungan, dan
sumber daya alam lainnya.

Kondisi dan potensi dari setiap kota di Indonesia sangat berbeda-beda, dan tidak
semua kota mempunyai persyaratan potensi untuk menjadi kota besar dan hanya
beberapa kota saja yang mempnyai potensi untuk menjadi kota besar yang didukung
oleh 8 (delapan) faktor tersebut antara lain seperti DKI Jakarta, Semarang, Surabaya,
Bandung, Makassar, Medan, Palembang, dsb.

Dengan keterbatasan setiap kota untuk menjadi kota besar akan mempengaruhi
terhadap pola/tipe perkembangan penduduk yang selanjutnya akan mempengaruhi
terhadap skema pemenuhan kebutuhan air jangka panjang.

Sebagai contoh kota Ternate ibukota Provinsi Maluku Utara, dari hasil analisis rencana
pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Halmahera Utara, daya dukung ekosistem

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
wilayah perkotaan dibatasi oleh keterbatasan luasan wilayah daratan dan sumber air,
sehingga perkembangan perkotaannya tidak dapat berkembang sebagaimana
mestinya sebagai ibukota provinsi.

Sumber air terbatas hanya bersumber dari air tanah, tidak ada potensi air permukaan
baik yang berasal dari sungai ataupun tampungan buatan, di Pulau Ternate terdapat
situ, tetapi sumber airnya sangat terbatas, dan dengan potensi sumber air tanah yang
ada, diperkirakan hanya akan dapat memenuhi perkembangan perkotaan sampai 15
(lima belas) tahun yang akan datang. Untuk mengantisipasi kekurangan air bagi
penduduk Pulau Ternate, Pemerintah provinsi Maluku Utara telah membatasi
perkembangan penduduk, dengan memindahkan pusat pemerintahan Provinsi ke
Pulau Halmahera.

Penyesuaian atau tinjauan terhadap pemenuhan kebutuhan air untuk setiap kota di
Indonesia setiap periode 5 (lima) tahunan juga dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan potensi perubahan kebijakan politik nasional maupun daerah yang setiap
periode 5 (lima) tahunan mengalami perubahan. Pada umumnya, setiap terjadi
perubahan politik akan berpengaruh terhadap perubahan kebijakan dalam
merumuskan program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

KEBUTUHAN AIR BAKU

Tinjauan Umum

Air Baku adalah semua air yang dapat berasal dari air permukaan dan berasal dari air
tanah. Air adalah salah satu sumber daya alam yang diperlukan bagi semua kehidupan
dan merupakan penyangga utama dalam sistem tata lingkungan.

Kebutuhan manusia akan air dari waktu ke waktu selalau meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk akan meningkatnya intensitas dan ragam kebutuhan akan air,
seperti halnya untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tangga, niaga, industri,
pemerintahan, sosial dan penggelontoran kota.

Untuk dapat memenuhi akan kebutuhan air baku disaat ini dan sampai dimasa yang
akan datang, perlunya suatu rencana jangka panjang pengelolaan air yang sudah
mempertimbangkan kebutuhan seluruh penggunaan air dan rencana penyediaan
airnya.

Untuk dapat melaksanakan pemenuhan akan kebutuhan air tersebut perlu adanya
suatu penyusunan rencana jangka panjang pengelolaan air yang dapat berasal dari air
permukaan dan air tanah.

Guna melaksanakan penyusunan rencana jangka panjang pengelolaan air tanah dan
air baku diperlukan suatu kriteria, skenario dan strategi pengelolaan yang disesuaikan
dengan kondisi sumber daya air, sumber daya alam dan kemampuan pembiayaan
pengelolaan di setiap wilayah sungai.

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sesuai dengan data awal terhadap zonasi Master Plan pada Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), bisnis utama serta
bisnis pendukung dari masing-masing KSPN dan KEK.

Dari data profil umum KSPN dan KEK tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap
kawasan pengembangan kawasannya, yang kesemuanya dapat diklasifikasikan
peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan :

1. Industri pengolahan kelapa sawit;

2. Industri pengolahan karet;

3. Aneka industri;

4. Industri petrokimia;

5. Industri pengolahan nikel;

6. Industri pengolahan kakao;

7. Industri pengolahan rumput laut;

8. Industri pengolahan rotan;

9. Industri pengolahan perikanan;

10. Industri farmasi herbal;

11. Industri manufaktur;

12. Industri logistic (galangan kapal);

13. Industri pengolahan ekspor;

14. Industri berbasis pariwisata; dan

15. Pariwisata.

Kebutuhan dan Persyaratan RKI

Air baku merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara
berkelanjutan. Kebutuhan akan air (bersih) dikategorikan dalam kebutuhan air
domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum, masak,
mandi serta keperluan rumah tangga lainnya, sedangkan kebutuhan air non domestik
digunakan untuk keperluan kantor, tempat ibadah, niaga, dan lain-lain.

Penyediaan akan pemenuhan kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan berbagai
cara, disesuaikan dengan kondisi sumber air yang tersedia dan kebutuhan sarana serta

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
prasarana air baku yang dibutuhkan. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan Air Baku
dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan non perpipaan yang dikelola oleh
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

Kebutuhan air baku merupakan kebutuhan yang selalu berkembang dan meningkat
dari waktu ke waktu, sedangkan kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air baku
dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh
kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan Air Baku disebabkan oleh
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan aktifitas kehidupan masyarakat serta
perkembangan kota/kawasan pelayanaan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan
peningkatan sosial-ekonomi masyarakat.

Definisi dan Persyaratan Air Baku

1. Definisi Air Baku

Air baku adalah air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas meraka sehari-hari, yang dapat
berasal dari air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
Termasuk dalam pengertian itu adalah air permukaan, air tanah, air hujan dan air
laut yang berasal di darat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 1990 tentang syarat-


syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Air baku adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kulaitasnya memenuhi syarat kesehatan dan diminum
apabila telah masak.

2. Persyaratan Air Baku

Air baku dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan yang paling
pokok, sehingga diperlukan pemenuhan penyediaan yang memadai sesuai
kebutuhan yang diperlukan.

Tiap orang perhari akan membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor kebudayaan, status sosial-ekonomi dan standar
hidup. Kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya
yang dikeluarkan untuk air baku atau kualitas air.

Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3-10 liter air per hari,
tergantung cuaca dan aktivitas yang dilakukan. Sumber lain menyatakan bahwa
kebutuhan minum rata-rata adalah ½ (setengah) ons untuk setiap pound berat
badan, atau setara dengan 3,25 liter air minum per berat badan seberat 100kg
(3,25l/100kg berat badan). Untuk orang Indonesia dengan berat rata-rata seberat
antara 60-70kg sehingga secara umum orang dewasa yang sehat membutuhkan

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
sekitar 2 (dua) liter air minum setiap hari. Indikator paling jelas berapa banyak air
minum yang dibutuhkan adalah ketika seseorang merasa haus, dan jika seseorang
sudah merasa haus, berarti tubuhnya sedang membutuhkan air. Menurut Dr.
Luciana B Sutanto, MS. SiGK, kebutuhan air dibedakan menurut umur seseorang,
sebagai berikut:

1. Bayi – umur 25 tahun : 100ml/kg – 50ml/kg

2. Umur 25-55 tahun : 35ml/kg berat badan

3. Umur 55-65 tahun : 30ml/kg berat badan

4. Umur >65 tahun : 25ml/kg berat badan

Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari dari berbagai referensi seperti
diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan Air Baku

KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

URAIAN 500.000 100.000 20.000 <20.000


>1.000.000
s/d s/d s/d

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1.000.000 500.000 500.000
Kota
Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa
Metropolitan

1 2 3 4 5 6

1. Konsumsi Unit Sambungan Rumah >150 150-120 90-120 80-120 60-80


(SR) (liter/org/hari)

2. Konsumsi Unit Hidran (HU) 20-40 20-40 20-40 20-40 20-40


(liter/org/hari)

3. Konsumsi unit non domestik

1. Niaga Kecil (liter/org/hari) 600-900 600-900 600

2. Niaga Besar (liter/org/hari) 1000-5000 1000-5000 1500

3. Industri Besar (liter/detik/ha) 0.2-0.8 0.2-0.8 0.2-0.8

4. Pariwisata (liter/detik/ha) 0.1-0.3 0.1-0.3 0.1-0.3

5. Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

6. Faktor Hari Maksimum 1.15-1.25 1.15-1.25 1.15-1.25 1.15-1.25 1.15-1.25

*harian *harian *harian *harian *harian

7. Faktor Jam Puncak 1.75-2.0 1.75-2.0 1.75-2.0 1.75 1.75

*hari maks *hari maks *hari maks *hari maks *hari maks

8. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5

9. Jumlah Jiwa Per HU (Jiwa) 100 100 100 100-200 200

10. Sisa Tekan Di Penyediaan 10 10 10 10 10


Distribusi (Meter)

11. Jam Operasi (jam) 24 24 24 24 24

12. Volume Reservoir (% Max Day 15-25 15-25 15-25 15-25 15-25
Demand)

13. SR : HU 50:50 50:50 80:20 70:30 70:30

s/d s/d

80:20 80:20

14. Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70

(Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya, Dep PU, 1996)

Tabel 2.5. Pemakaian Air Rata-Rata Per Orang Per Hari

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JANGKA
PEMAKAIAN PERBANDINGAN
WAKTU
RATA-RATA LUAS LANTAI
NO. JENIS GEDUNG PEMAKAIAN KETERANGAN
SEHARI EFEKTIF/ TOTAL
RATA-RATA
(liter) (%)
SEHARI (jam)
1 Perumahan mewah 250 8-10 42-45 Setiap penghuni
2 Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni
3 Apartemen 200-250 8-10 45-50 Mewah 250lt
Menengah 180lt
Bujangan 120lt
4 Asrama 120 8 Bujangan
5 Rumah Sakit Mewah >1000 8-10 45-48 (setiap tempat tidur
Menengah 500- pasien)
1000 Pasien luar 8lt
Umum 350-500 Staf/pegawai 120lt
Keluarga 160lt
6 Sekolah Dasar 40 5 58-60 Guru 100lt
7 SLTP 50 5 58-61 Guru 100lt
8 SLTA dan lebih tinggi 80 6 Guru/Dosen 100lt
9 Rumah Toko 100-200 8 Penghuninya 160lt
10 Gedung Kantor 100 8 60-70 Setiap Pegawai
11 Toserba (toko serba 3 7 55-60 Pemakaian air hanya
ada) untuk kakus, belum
termasuk untuk bagian
restorannya
12 Pabrik/Industri Buruh Pria 60 8 Perorangan setiap
Wanita 100 giliran (kalau kerja lebih
dari 8 jam sehari)
13 Stasiun/Terminal 3 15 Setiap Penumpang
(yang tibamaupun
berangkat)
14 Restoran 30 5 Untuk Penghuni 160lt
15 Restoran Umum 15 7 Untuk Penghuni 160lt
Pelayan 100lt; 70% dari
jumlah tamu
perlu15lt.org untuk
kakus, cucu tangan dsb.
16 Gedung Pertunjukan 30 5 53-55 Kalau digunakan siang
dan malam, pemakaian
air dihitung per
penonton jam
pemakaian air dalam
tabel adalah satu kali
pertunjukan
17 Gedung Bioskop 10 3 Idem
18 Toko Pengecer 40 6 Pedagang besar
30lt/tamu, 150lt/staf
atau 5 liter hari setiap
m3 luas lantai
19 Hotel/Penginapan 250-300 10 Untuk setiap tamu
untuk staf 120-150lt,

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JANGKA
PEMAKAIAN PERBANDINGAN
WAKTU
RATA-RATA LUAS LANTAI
NO. JENIS GEDUNG PEMAKAIAN KETERANGAN
SEHARI EFEKTIF/ TOTAL
RATA-RATA
(liter) (%)
SEHARI (jam)
penginapan 200lt
20 Gedung Peribadatan 10 3 Idem
21 Perpustakaan 25 6 Untuk setiap pembaca
yang tinggal
22 Bar 30 6 Setiap tamu
23 Perkumpulan Sosial 30 Setiap tamu
24 Kelab Malam 120-350 Setiap tempat duduk
25 Gedung Perkumpulan 150-200 Setiap tamu
26 Laboratorium 100-200 8 Setiap staf
(Sumber : Soufyan M Noerbambang dan Takeo Morimura, 1993)

Tabel 2.6. Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Perkotaan


NO URAIAN KRITERIA KETERANGAN

1 Penduduk yang dilayani 80%-90% dari jumlah penduduk Disesuaikan dengan


perkembangan
penduduk

2 Sambungan rumah (SR) 70%-90% dari jumlah penduduk yang


dilayani

3 Kran umum (KU) 10%-30% dari jumlah SR

30l/orang/hari

4 Kebutuhan air non domestik 20% dari kebutuhan domestik

5 Jumlah jiwa tiap SR 5-7 jiwa Disesuaikan dengan


perkembangan daerah
rencana

6 Jumlah jiwa tiap KU 50-100 jiwa, 190l/orang/hari

7 Penduduk

Kota Metropolis (>106) 170 l/orang/hari

Kota Besar (5.105-106) 150 l/orang/hari

Kota Sedang (1.105-5.105) 130 l/orang/hari

Kota Kecil (2.104-1.105) 110 l/orang/hari

8 Pedesaan 100 l/orang/hari

9 Industri

Berat 0,50-1,00 l/s/ha

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO URAIAN KRITERIA KETERANGAN

Sedang 0,25-0,50 l/s/ha

Kecil 0,15-0,25 l/s/ha

10 Kebutuhan harian maksimum 115% dari kebutuhan merata

11 Lingkungan/Penggelontoran 0,5 l/orang/hari

(Sumber : Ditjen Pengairan 2004)

Kebutuhan Air untuk Kepentingan Irigasi/Pertanian

Pada pengelolaan alokasi air di wilayah sungai, data kebutuhan air irigasi biasa
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan (DPUP) Kabupaten/Kota yang
dikirimkan ke Balai Pengelolaan Sumber Daya Air atau Dinas Sumber Daya Air Provinsi
sebagai masukan untuk pengelolaan alokasi air. Meskipun demikian kadangkala
terdapat permasalahan terlambatnya penerimaan data kebutuhan air irigasi dari
DPUP Kabupaten/Kota, sehingga mengganggu kelancaran proses alokasi pembagian
air; serta kurang akuratnya untuk menghitung kebutuhan air irigasi, berdasarkan
parameter-parameter yang mempengaruhi, antara lain pola dan jadwal tanam, curah
hujan efektif, perkolasi, efisiensi, golongan, dan lain sebagainya berdasarkan kriteria
perencanaan jaringan irigasi KP01 dari Direktorat Jenderal Pengairan (1985).

Kebutuhan air di sawah untuk padi bergantung pada faktor-faktor penyiapan lahan,
penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pengganti lapisan air, curah hujan
efektif, dan efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah ini biasa dinyatakan dalam satuan
mm/hari atau liter/s/ha.

1. Penyiapan Lahan Untuk Padi

Faktor-faktor penting yang menetukan air untuk penyiapan lahan adalah:

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. Pada umumnya
berkisar antara 1 bulan (denganmesin) sampai dengan 1,5 bulan.

2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk tanah bertekstur berat tanpa
retak-retak diambil 250mm, dan jika tanah dibiarkan keras untuk waktu yang lama (lebih
dari 2,5 bulan) maka kebutuhan air untuk penyiapan lahan diperkirakan 300mm.

3. Penggunaan Konsumtif

Penggunaan Konsumtif dihitung dengan rumus:

EtC = KC x ET0

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dimana:

EtC = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

KC = koefisien tanaman

ET0 = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

4. Evapotranspirasi

Besarnya evapotranspirasi dapat diperoleh dari data evaporasi Pan Kelas A; dan
perhitungan Penman. Jika digunakan Pen Kelas A, maka nilai evaporasi dan harus
dikoreksi dengan koefisien pan Kp sebesar antara 0,65 sampai dengan 0,85

Et0 = KP x Epan

5. Koefisien tanaman

Nilai-nilai koefisien tanaman untuk padi, sesuai dengan tahap pertumbuhannya,


dan berdasarkan metode perhitungan rumus evapotranpirasi Penman
(Nedeco/Prosida atau FAO) adalah sebagai berikut pada tabel berikut:

Tabel 2.7. Koefisien Tanaman

NEDECO/PROSIDA FAO

BULAN
VARIETAS VARIETAS
VARIETAS BIASA VARIETAS BIASA
UNGGUL UNGGUL

0,5 1,20 1,20 1,10 1,10

1 1,20 1,27 1,10 1,10

1,5 1,32 1,33 1,10 1,05

2 1,40 1,30 1,10 1,05

2,5 1,35 1,30 1,10 0,95

3 1,24 0 1,05 0

3,5 1,12 0,95

4 0 0

(Sumber : Ditjen Pengairan PSA010, 1985)

6. Perkolasi

Laju perkolasi berkisar antara 1-3 mm/hari, bergantung pada sifat-sifat tanahnya
apakah lempung, lanau atau pasir.

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pergantian lapisan air

Pergantian lapisan air biasa dilakukan setelah pemupukan. Pergantian lapisan air
ini pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing 50mm (atau
33mm/hari selama ½ bulan) pada saat sebulan dan dua bulan setelah tanam.

7. Curah hujan efektif

Curah hujan efektif dapat diperkirakan 70% dari curah hujan minimum tengah
bulanan dengan periode ulang 5 tahun (R80%)

Rc = 0,7 x R80%

Dimana:

Rc = Hujan Efektif

R80% = Hujan minimum 5 tahunan

1. Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk petak tersier

Kebutuhan air di petak sawah dihitung sebagai berikut:

NFR = EtC+ P – RC + WLR

Dimana:

NFR = kebutuhan air di sawah (Net Field Requirement)

EtC = koefisien tanaman

P = perkolasi

RC = hujan efektif

WLR = pengganti lapisan air (Water Layer Replacement)

2. Kebutuhan air pengambilan

Kebutuhan air pengambilan di bendungan dihitung dengan menyertakan


faktor efisiensi sebagai berikut:

DR = NFR / eff

Dimana:

DR = kebutuhan air di bendungan (Diversion Requirement)

NFR = kebutuhan air di sawah (Net Field Requirement)

Eff = koefsiensi irigasi

Nilai efisiensi irigasi tanaman padi menurut Ditjen Pengairan (1984) berkisar
antara 55% untuk jaringan irigasi pada umumnya, dan 65% untuk jaringan

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
irigasi yang airnya dipasok dari waduk. Sedangkan untuk palawija diperkirakan
sekitar 50%

Kebutuhan Air untuk Kepentingan Aliran Pemeliharaan

1. Aliran Pemeliharaan

Aliran pemeliharaan sungai adalah aliran minimum yang harus ada di sungai untuk
melindungi ekosistem sungai. Ini penting agar sungai dapat menjalankan fungsi
ekologinya bagi alam, dan sama pentingnya seperti fungsi-fungsi bagi kehidupan
manusia. Mengingat pentingnya aliran pemeliharaan sungai secara proporsional
harus disediakan terlebih dahulu sebelum ketersediaan air dialokasikan bagi
berbagai kebutuhan air lainnya.

Bagi sungai-sungai yang airnya berlebih di musim kemarau, air sungai tidak boleh
dihabiskan dalam perjalanannya menuju laut. Sementara bagi sungai-sungai yang
airnya kurang, pelaksanaan ketentuan aliran pemeliharaan sungai diprioritaskan
secara proporsional dengan kebutuhan air lainnya. Artinya perlu dilakukan
penghematan pemakaian air agar sungai tidak habis airnya.

Googman (1984) menyatakan bahwa kebutuhan air mencakup kebutuhan untuk


rumah tangga, perkotaan, dan industri, irigasi, tenaga listrik, navigasi, serta
kebutuhan air untuk rekreasi, perikanan dan satwa liar. Kebutuhan air yang
terakhir ini dapat diartikan sebagai kebutuhan air untuk pemeliharaan aliran.
Pedoman Studi Proyek Pengairan PSA 01 (Ditjen Pengairan) juga telah memuat
perlunya pemeliharaan aliran untuk satwa langka.

Nippon Koei (1993) mengasumsikan bahwa kebutuhan air untuk aliran


pemeliharaan sungai atau penggelontoran bergantung pada jumlah orang yang
tinggal pada DAS atau Wilayah Sungai. Indeks yang digunakan untuk tahun 2000
adalah 360 liter/orang/hari, dan pada tahun 2015 akan turun menjadi 300
liter/orang/hari. Angka kebutuhan air untuk aliran pemeliharaan ini lebih besar
dari kebutuhan untuk rumah tangga, perkotaaan, dan industri yang besarnya
hanya 280 liter/orang/.hari untuk kota besar pada tahun 2015.

Natasaputra dkk (2006) dalam menghitung Penggunaan Air Kabupaten/Kota,


menggunakan rumus sebagai berikut:

QHGA = Q tersedia – Q min

Dimana:

QHGA = debit penggunaan air kabupaten

Q tersedia = debit kabupaten yang tersedia akibat turunnya hujan di

Kabupaten

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Q min = debit minimum untuk kepentingan lingkungan

Selanjutnya debit minimum dapat ditentukan berdasarkan 3 metode, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan evaporasi, penjenuhan dan genangan sepanjang permukaan dasar


sungai;

2. Menggunakan asumsi kebutuhan biota sungai sebesar 1,5 liter/detik/ha; atau

3. Menggunakan debit minimum sungai hasil observasi dan hasil yang terbesar yang kemudian
diambil sebagai debit minimum.

4. Environmental Flow Assesment

King dkk (1999) menyatakan bahwa terdapat berbagai metode untuk


memperkirakan besarnya aliran pemeliharaan sungai, antara lain debit minimum
alamai, debit andalan dengan probabilitas terlampaui 98% dan suatu prosentase
dari debit rata-rata tahunan. Pendekatan yang lebih komprehensif adalah yang
dinamakan sebagai Environmental Flow Asessment (EFA), yaitu perhitungan untuk
menentukan berapa debit yang diperlukan untuk memelihara suatu aspek dari
ekosistem sungai. EFA memiliki dua fokus, yaitu: 1) rezim aliran sungai untuk
memelihara ekosistem sungai pada berbagai tingkat kondisi kesehatannya; dan 2)
bagaimana berbagai tingkat kesehatan sungai tersebut berdampak pada
masyarakat. Hasil dari EFA adalah Environmental Flow Reqruitment (EFR) yang
menjelaskan rejim aliran sungai untuk mencapai kondisi sungai tertentu.

Terdapat 4 metodologi EFA, yaitu metode yang berdasarkan debit aliran sungai
historis, metode hidraulik, metode simulasi habitat, dan metode holistik.
Metodologi yang berdasarkan debit aliran sungai historis menggunakan kurva
durasi aliran (flow duration curve). Sedangkan metode hydraulic rating
menggunakan kaitan antara variabel hidraulik seperti keliling basah dan
kedalaman maksimum yang dapat diperoleh dari data pengukuran irisan sungai.
Metode simulasi habitat juga menggunakan kaitan hidraulik dan debit, akan tetapi
dilengkapi dengan analisis kuantitas dan kesesuaian habitat di sungai untuk
mencapai target biota pada berbagairejim aliran sungai, berdasarkan respon data
hidrologi, hidraulik, dan biologi. Contoh metode ini adalah IFIM (Instream Flow
Incremental Methodology). Gabungan dari ketiga metode terdahulu dikenal
dengan nama metode holistik, dan dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat
seperti: estetika, ketergantungan ekosistem sungai, biaya ekonomi dan manfaat
dari perubahan rezim aliran, perlindungan budaya tertentu, dan rekreasi sungai.

Tabel 2.8. Perbandingan Metode Penentuan Aliran Pemeliharaan

LAMA PENILAIAN
METODE KEUNGGULAN KELEMAHAN
(bulan)

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Indeks Hidrologi ½ Murah, sepat Tidak mengacu pada lokasi
diasumsikan terkait dengan
ekologi

Nilai Hidraulik 2-4 Murah, mengacu Diasumsikan terkait dengan


lokasi ekologi

Simulasi Habitat 6-18 Termasuk kajian Perlu banyak data tenaga ahli,
ekologi mahal

Holistik 12-36 Mencakup banyak Perlu banyak keahlian, mahal,


aspek tidak operasional

5. Aliran Pemeliharaan di Jepang

Aliran pemeliharaan sungai di Jepang (MILT, 2007) mempunyai peranan penting


yang setelah digabungkan dengan berbagai kebutuhan air lainnya secara
komprehensif dan terpadu jumlahnya dinamakan sebagai aliran normal (normal
flow). Penentuan aliran normal, terdiri atas tahap memahami lingkungan sungai,
yang menghasilkan klarifikasi sungai, penentuan kebijakan untuk menyelidiki
berbagai kebutuhan aliran yang menghasilkan penetapan aliran pemeliharaan;
dan penetapan debit normal pada setiap titik kendali.

Kebutuhan Air untuk Perikanan

Perikanan dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

1. Perikanan air tawar, yang terdiri atas air tenang di kolam dandi sawah; perikanan air deras di
saluran, dengan atau tanpa keramba, atau di kolam;

2. Perikanan air payau atau tambak, dengan sistem tradisional dan sistem teknis atau intensif;

3. Perikanan di danau dan waduk, secara bebas; dan dengan keramba.

Pengembangan budi daya tambak memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Budi
daya tambak dapat berupa tambak tradisional, semi intensif, dan intensif. Kebutuhan
air tawar pada tambak perlu dihitung dengan seksama, sebab kebutuhannya sangat
besar, bahkan lebh besar dari kebutuhan air tanaman padi. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain adalah:

1. Salinitas yang diperlukan, yaitu sekitar 20 ppt;

2. Evaporasi, yang besarnya antara 5-7 mm/hari;

3. Curah hujan efektif; rembesan, jmumnya sekitar 1 mm/hari; dan

4. Efisiensi saluran pembawa.

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Menurut Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan (1989) Untuk menjaga kualitas air
tambak, maka diperlukan penggantian air tawar dan air laut. Air tawar diperlukan
udang agar tumbuh secara optimal, yaitu 23 ppt. Untuk mempertahankan volume air
kolam tambak V0 agar tetap pada salinitas yang diinginkan S0, maka diperlukan pasok
air laut Qm dan pasok air tawar Qr sebagai berikut:

Qf = [(F.V0+S)(SM-S0)+(E-R)Sm]/(Sm-Sf)

Qm = FV0+E-+S-R-Qr

Dimana

Qf = air tawar yang diperlukan (m3/hari, dengan salinitas Sr)

Sf = salinitas air tawar (ppt)

Qm = jumlah air laut yang diperlukan m3/hari, dengan salinitas (Sm)

Sm = salinitas air laut (ppt)

S0 = salinitas kolam tambak yang diinginkan (Sm)

F = laju pergantian air (%)

V0 = volume air kolam tambak

F.V0 = kebutuhan pergantian air (m3/hari)

S = rembesan/bocoran (m3/hari)

E = evaporasi (m3/hari)

R = curah hujan (m3/hari)

Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan (1989) mengungkapkan bahwa rumus


tersebut di atas tidak sensitif terhadap parameter hidrologi seperti curah hujan,
evaporasi, dan rembesan. Ternyata yang sangat menetukan adalah salinitas air tawar
dan salinitas air laut, kedalaman tambak, serta laju pergantian air. Perhitungan
kebutuhan air untuk tambak berdasarkan rumus di atas, asumsi yang digunakan serta
hasilnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.9. Perhitungan Kebutuhan Air Tambak

TAMBAK
TAMBAK
SIMBOL PARAMETER SEMI SATUAN
INSENTIF
INSENTIF

Data Hidrologi dan salinitas

E Evaporasi 5 5 mm/hari

R Curah Hujan 1 1 mm/hari

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAMBAK
TAMBAK
SIMBOL PARAMETER SEMI SATUAN
INSENTIF
INSENTIF

S Rembesan/bocoran 1 1 mm/hari

Sm Salinitas air laut 32 32 ppt

Sr Salinitas air tawar 2 2 ppt

Data tambak

Ef Efisiensi pasok air tawar 75% 85%

F Laju pergantian air 7% 13%

S0 Salinitas yang dibutuhkan 23 23 Ppt

V0 Kedalaman tambak 1 1 m3

Hasil perhitungan

Qm Kebutuhan air laut netto 0,049 0,091 m3/hari

Qf Kebutuhan air tawar netto 0,026 0,044 m3/hari

Qf Jumlah kebutuhan air tawar 0,034 0,051 m3/hari

Qf Debit kebutuhan air tawar 3,9 5,9 liter/s/ha


(Sumber : Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan (1989)

Kebutuhan Air untuk Peternakan

Indeks kebutuhan air untuk peternakan sebagaimana digunakan oleh JICA (1993)
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.10. Kebutuhan Air Peternakan

KEBUTUHAN AIR
JENIS TERNAK
(liter/ekor/hari)

Sapi/kerbau/kuda 40

Kambing/domba 5

Babi 6

Unggas 0,6
(Sumber :JICA, 1993)

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kebutuhan Air untuk Pariwisata

Kawasan yang menjadi tempat tujuan wisata direncanakan berbagai macam fasilitas
seperti penginapan, restoran dan tempat rekreasi. Dalam studi ini untuk mencari
kebutuhan air pariwisata diasumsikan sebagai kebutuhan air non domestik, sehingga
kebutuhan air pariwisata menggunakan Standar Perhitungan Kebutuhan Air. Untuk
kebutuhan air pariwisata diestimasi berdasarkan jumlah pengunjung yang datang.

Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Masa Yang Akan Datang

Kebutuhan Air Baku untuk masa yang akan datang ditentukan berdasarkan prediksi
jumlah penduduk yang akan mengkonsumsi air di masa yang akan datang, Semakin
meningkatnya populasi penduduk dari masa ke masa akan mengakibatkan
peningkatan akan kebutuhan Air Baku di masa yang akan datang.

Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan proyeksi penduduk berdasarkan


sensus penduduk atau atas dasar laporan jumlah penduduk yang tercantum dalam
laporan kabupaten/kota dalam angka yang ditinjau.

1. Metode Proyeksi penduduk

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan


jumlah penduduk di masa mendatang, antara lain:

1. Metode Aritmatik

Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata. Metode ini digunakan
apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relative sama
setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.

Rumus metode ini adalah:

Pn = Po + n.Ka
(𝑃𝑜 – 𝑃𝑛)
Ka =
𝑛
Dimana

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

n = Periode waktu dalam tahun

Ka = Konstanta aritmatika

2. Metode Geometrik

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data
menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan
penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk
setiap tahun, rumus untuk menghitungnya:

Pn = P0 (1 + r)n

Dimana:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan penduduk

n = Periode waktu dalam tahun

3. Dasar Pemikiran Metode Proyeksi Penduduk

Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan
analisis dengan menghitung koefisien korelasi.

1. Koefisien Koreksi

Koefisien korelasi merupakan angka yang menunjukkan tinggi atau rendahnya


hubungan antara dua variabel atau lebih. Koefisien korelasi yang tinggi
menandakan besarnya hubungan diantara dua variabel.

Besarnya koefisien korelasi berkisar -1 = r = +1. Koefisien korelasi sebesar 1


dengan tanpa memperhatikan tanda positif dan negatif menunjukkan
hubungan yang tinggi diantara variabel yang dihubungkan. Koefisien korelasi
sebesar 1 menunjukkan terjadinya hubungan yang sangat tinggi atau
sempurna. Sebaliknya koefisien korelasi sebesar -1 menunjukkan hubungan
yang rendah.

2. Teknik Korelasi

Ada beberapa teknik korelasi untuk mendapatkan koefisien yang dibutuhkan,


yaitu:

1. Perkalian Skor Simpangan

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan hasil perkalian
antara dua variabel X dengan variabel Y pada skor simpangan (xy).
Perhitungan mengunakan simpangan dari masing-masing variabel dan
perkalian antar simpangan. Adapun rumus untuk menghitung koefisien
korelasi adalah:
∑ 𝑥𝑦
r =
√(∑𝑥)2(∑𝑦)2

2. Simpangan Baku dan Kovariansi

Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan simpangan


baku pada variabel X (Sx), variabel Y (Sy) dan simpangan baku bersama
(Sxy).

Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah :


𝑆𝑥𝑦
r = 𝑆𝑥𝑆𝑦

Simpangan baku dapat dihitung melalui simpangan masing-masing


variabel X dan variabel Y serta kovarian dihitung dengan perkalian
simpangan.
∑𝑥𝑦
Sx =
𝑁

∑𝑥2
Sy = √ 𝑁

∑𝑥2
Sxy = √
𝑁

3. Perhitungan Dengan Skor Asli

Teknik untuk menghitung koefisien korelasi dapat langsung menggunakan


skor asli dari kedua variabel X dengan variabel Y. Perhitungan
menggunakan perkalian dari masing-masing variabel X dengan variabel Y
atau XY. Perhitungan skor asli ini biasa digunakan pada berbagai program
pengolahan data seperti SPSS atau excel. Adapun rumus yang digunakan
adalah:
𝑁∑𝑥𝑦−(∑𝑋)(∑𝑌)
r =
√[𝑁∑𝑋2−(∑𝑋)2][𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)2]

Hasil perhitungan dengan berbagai rumus product moment menunjukkan


hasil yang tidak berbeda terlalu jauh, perbedaan terletak pada tiga digit di
belakang koma. Kebutuhan air baku untuk masa yang akan datang
diperoleh dari hasil produksi jumlah produksi di masa yang akan datang
dikalikan dengan nilai besaran satuan kebutuhan air dalam l/orang/hari
sesuai standar yang ditetapkan oleh pejabat berwenang, dan ditambah
dengan kebutuhan air untuk non domestik serta kebutuhan air untuk

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
kepentingan lainnya. Hasil analisis kebutuhan air baku sampai 70 (tujuh
puluh) tahun ke depan dirangkum dalam bentuk tabel seperti diuraikan
pada Tabel tentang kebutuhan air baku sampai 70 (tujuh puluh) tahun ke
depan.

KETERSEDIAAN SUMBER AIR BAKU

Debit Analisis Air Andalan Air Permukaan

Sumber air baku di setiap daerah aliran sungai, wilayah sungai atau tempat-tempat
tertentu pengambilan air, akan selalu berubah mengikuti kondisi curah hujan pada
periode tertentu. Untuk dapat memprediksi ketersediaan air dalam waktu jangka
panjang sampai 70 (tujuh puluh) tahun ke depan, perlunya suatu analisis jangka
panjang terhadap historis data curah hujan yang telah berjalan untuk selang waktu
yang cukup panjang (sebagai contoh data historis untuk Wichita Falls di Australia lebih
dari 70 tahun data). Dari historis data yang cukup panjang tersebut, nantinya akan
dapat memberikan gambaran tentang karakteristik kondisi musim yang pernah terjadi

Guna keperluan untuk memprediksi kehandalan debit/volume air yang akan


digunakan sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhan air sampai 70 (tujuh puluh)
tahun kedepan, prediksi ketersediaan airnya dipertimbangkan dalam 4 (empat)
kondisi musim, yaitu:

1. Musim sangat kering;

2. Musim kering;

3. Musim kering normal; dan

4. Musim basah.

Debit/volume air andalan yang akan digunakan sebagai dasar untuk memenuhi
kebutuhan airnya, dipilih dan disesuaikan dengan perkiraan kondisi musim yang akan
terjadi.

Analisis kehandalan volume air tersebut, digunakan sebagai analisis dalam


pengoperasian waduk guna pengaturan pemberian air.

Di setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai di Indonesia, sebagian besar sistem


pengambilan airnya banyak dilakukan dengan langsung mengambil airnya dari sungai
yang tidak dilengkapi dengan suatu tampungan air di sebelah hulunya. Dalam kondisi
seperti ini, ketersediaan air yang ada tidak bisa diatur dan hanya mengandalkan dari
debit sungai yang ada (debit andalan).

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk itu dalam menentukan besaran debit yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan debit air guna memenuhi kebutuhan air bagi seluruh pengguna
didasarkan atas debit andalan.

Adapun debit andalan yang akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung
ketersediaan air adalah:

1. Untuk air baku RKI : Q90 (debit dengan probabilitas 90%)

2. Untuk air irigasi : Q80 (debit dengan probabilitas 80%)

3. Untuk aliran pemeliharaan : Q95 (debit dengan probabilitas 95%)

Cadangan/Ketersediaan Air Bawah Tanah

Perhitungan cadangan air bawah tanah diperlukan data tebal akifer, sebaran akuifer
dan transmisibilitas akuifer baik akuifer tidak tertekan maupun tertekan. Apabila data
belum tersedia, maka cadangan air tanah tahunan disetarakan dengan imbuhan air
tanah yang berasal dari air hujan;

Air hujan sebagian menjadi air permukaan dan sebagian meresap kedalam tanah.
Perkiraan awal imbuhan dapat dihitung dengan mengambil prosentase tertentu dari
curah hujan rata-rata tahunan (RF) yang meresap ke reservoar air bawah tanah.
Ketelitian metode ini tergantung pada angka prosentase imbuhan yang terpilih. Studi
rinci imbuhan dari prosentase curah hujan rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11. Prosentase Curah Hujan Sebagai Imbuhan Air Tanah Tahunan Rata-Rata

JENIS AKUIFER LOKASI CURAH IMBUHAN REFERENSI CATATAN


HUJAN
Volkanik resen Jawa (J) 2206 30 Bakker (1952) GW.
Horagemethod
Jawa Barat 2500 50 Pulawski (1976)
Water Balance
Jawa Tengah 3500 50 B&P (1983)
Water Balance
Jawa Timur 2500 36 B&P (1983)
Water Balance
Campuran Jawa Tengah 2400 11 B&P (1983) Fluktuasi
volkanik dan sumurgali &
sedimen Jawa Timur 1997 27 B&P (1983) hidrograf sungai
Jawa Tengah 3500 33 B&P (1980) Water Balance
Volkanik Tua Jawa 3100 14 Bakker 1952 GW.
Horagemethod

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sedimen tersier Jawa 3400 7 Bakker 1952 GW.
lempung, pasir, Horagemethod
gamping Jawa Barat 3098 15 B&P 1974
Water Balance
20-30
(Sumber : SNI 19-6728.1-2002 Penyusunan Neraca Sumber Daya Air Spasial)

Kecepatan imbuhan terutama dikontrol oleh keadaan geologi, tanah, penutup lahan,
pengunaan lahan, penutup lahan dan kemiringan lereng. Sebagai pegangan
berdasarkan keadaan geologi percepatan imbuhan dari curah hujan tahunan rata-rata
dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.12. Prosentase Imbuhan dan Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Berdasar Keadaan Formasi
Geologi

FORMASI GEOLOGI IMBUHAN RC (%)


4. Volkanik resen 30 – 50 %
5. Volkanik tua/sedimen/campuran sedimen 15 – 25 %
resen
6. Sedimen terutama napal atau indurated rocks 5%
7. Batu gamping 30 -50 %
(Sumber : SNI 19-6728.1-2002 Penyusunan Neraca Sumber Daya Air Spasial)

Imbuhan pada akuifer dapat dihitung sebagai berikut :

RC = RF x A x RC (%)

Keterangan :

RC = imbuhan (m3/tahun)

RF = Curah hujan rata-rata tahunan di daerah tangkapan dihitung

dengan metode Ishoyet dan Poligon Thiessen (m)

A = Luas area/tadah (m2) dihitung dengan planimeter, tidak termasuk

sawah irigasi

RC (%) = Prosentase imbuhan

Imbuhan tersebut ditambah perhitungan imbuhan dari infiltrasi rata-rata (IR) dari
daerah sawah yang terletak pada daerah akuifer. Jika padi hanya ditanam pada saat

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
musim hujan (1 kali panen)diperlukan hitungan imbuhan dengan mengunakan
prosentase imbuhan (RC %).

1. Keseimbangan Air Di Cekungan

Keseimbangan air dapat digunakan untuk menghitung imbuhan dengan formulasi


sebagai berikut (Walton 1970):

RF = Ro + Eta + Ab + Qg ± ∆SM ± ∆Sg

Keterangan :

Rf = Curah hujan rata-rata tahunan (m)

Ro = Limpasan ir permukaan, diukur secara langsung dari aliran dasar pasa


stasiun pengukur sungai

Eta = Evapotranspirasi nyata

Ab = Pengambilan air tanah

Qg = Air tanah yang mengalir di daerah batas cekungan dengan menggunakan


persamaan Darcy

∆SM = Perubahan dalam simpanan kelengasan tanah, dihitung dengan


keseimbangan kelengasan tanah

∆Sg = Perubahan dalam cadangan air tanah

Formula Darcy

Qg = T.I.L

Keterangan :

Qg = Air tanah yang mengalir di daerah batas cekungan (m3/hari)

T = Keterusan (m2/hari)

I = Gradient hidrolika

L = Lebar akuifer (m)

Dalam metode ini semua komponen dihitung kecuali ∆SM. ∆SM, ∆Sg ini akan
seimbang sepanjang tahun, artinya akan positif pada musim hujan dan negatif
pada musim kemarau.

2. Water Balance model Thornwhite matter

Cara lain salah satunya adalah dengan pendekatan Water Balance model
Thornwhite matter. Dengan pendekatan ini bisa diketahui besarnya runoff
bulanan dan besarnya air yang tertahan (detention) dalam bulanan. Runoff

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
merupakan aliran langsung setelah hujan dan aliran air sungai yang muncul dari
mata air. Air detention merupakan air perkulasi yang kemudian mengisi tanah.
Dengan perkiraan besarnya perkulasi ini kita bisa memperkirakan potensi air
tanah atau bisa dipakai sebagai pedoman nilai aman besarnya air tanah yang
dapat diambil.

Data yang diperlukan dalam metode ini adalah data hujan bulanan rata-rata, suhu
bulanan rata-rata untuk menghitung penguapan, data penggunaan lahan dan data
jenis tanah.

Pendekatan ini dipakai untuk menghitung imbangan air dalam satu-satuan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan kurang disarankan untuk batas wilayah administrasi.

P = I + AET + OF + d SM + d GWS + GWR

(Sumber Thomas Dune and Luna B. Loepold dalam Water Enviromental Planning)

Keterangan :

P = Presipitasi

I = Intersepsi

AET = Aktual evapotranspirasi

Of = Overlandflow

d SM = Perubahan kelengasan tanah

d GWS = Perubahan cadangan air tanah

GWR = Aliran air tanah

3. Gambaran Potensi dan Pemanfaatan Air Tanah di Indonesia

Gambaran potensi dan pemanfaatan air tanah di indonesia dan peta cekungan air
tanah di Indonesi seperti tergambar pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 berikut
dan diuraikan seperti lampiran Keppres 26/2011 tentang Penetapan Cekungan Air
Tanah

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Pusatab, Dirjen SDA, Kementerian PUPR , 15 Maret 2016)

Gambar 2.4. Potensi dan Pemanfaatan Air Tanah di Indonesia

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Pusatab, Dirjen SDA, Kementerian PUPR , 15 Maret 2016)

Gambar 2.5. Peta Cekungan Air Tanah Indonesia

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 43
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

CAT lintas negara : 4 (1%)


CAT lintas provinsi : 36 (9%)
CAT lintas kabupaten/kota : 176 (42%)
CAT dalam kabupaten/kota : 205 (48%)
Gambaran Terhadap Sistem Infrastruktur Penyediaan Air Baku

Guna keperluan penyusunan Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Air Tanah dan Air
Baku, perlu diuraikan tentang gambaran terhadap sistem infrastruktur penyediaan air
baku yang sudah ada, sistem infrastruktur yang sudah ada meliputi seluruh
infrastruktur air baku yang berfungsi sebagai infrastruktur penyediaan air baku di
setiap lokasi tertentu, daerah aliran sungai atau seluruh wilayah sungai, yang antara
lain :

1. Waduk/bendungan;

2. Embung;

3. Situ;

4. Bendung;

5. Pompa; dan

6. Bangunan pengambilan lainnya.

Dari setiap infrastruktur air baku tersebut akan terdata tentang :

1. Ketersediaan volume air baku;

2. Kualitas air baku;

3. Kehandalan ketersediaan air;

4. Sistem penyediaan air yang ada;

5. Kebutuhan dan pengguna air baku yang dilayani;

6. Biaya untuk keperluan operasi dan pemeliharaan; dan

7. Permasalahan-permasalahan yang dijumpai selama masa operasi.

Dari semua data infrastruktur yang sudah ada, nantinya akan digunakan sebagai
evaluasi dan rencana jangka panjang pengelolaan penyediaan sumber air baku (air
tanah dan air permukaan).

Gambaran Sistem Pemberian Air Baku Saat Ini

Gambaran sistem pemberian air baku saat ini dapat digambarkan dalam pola
kebutuhan air . Pola Kebutuhan air merupakan suatu gambaran tentang hubungan
antara besaran volume kebutuhan air dengan waktu (bulan), seperti contoh pada
gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Long-Range Water Supply Plan, January 2015)

Gambar 2.6. Contoh (Daerah X) Demand Pattern with Various Demand Condition

Evaluasi Kondisi Pemberian Air

Sistem pemberian air disetiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai di Indonesia sangat
bervariasi, dan tergantung pada potensi sumber air baku dan infrastruktur sumber air
baku yang ada.

Pada umumnya sumber air baku yang ada dapat berasal dari :

1. Waduk/Bendungan;

2. Embung dan/situ;

3. Sungai;

4. Air tanah; dan

5. Air hujan.

Untuk menghitung kehandalan ketersediaan air yang ada, biasanya dianalisis


menggunakan data aliran sungai/hidrologi dan curah hujan yang tersedia.

1. Hidrologi

Hasil analisis gambaran debit yang mengalir disetiap lokasi atau pada setiap
waduk digambarkan dalam bentuk gambar hubungan antara debit yang
masuk/yang mengalir dengan waktu (tahunan) atau 3 (tiga) tahunan, seperti
contoh pada gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Long-Range Water Supply Plan, January 2015)

Gambar 2.7. Contoh Inflows

2. Curah hujan

Hasil analisis gambaran curah hujan disetiap daerah aliran sungai atau diatas
lokasi bangunan pengambilan/waduk/embung/situ digambarkan dalam bentuk
gambar hubungan antara tinggi curah hujan dengan waktu (tahun), seperti contoh
pada gambar berikut:

(Sumber : Long-Range Water Supply Plan, January 2015)

Gambar 2.8. Contoh Hujan Tahunan

3. Tingkat kehandalan ketersediaan air baku


DRAFT LAPORAN AKHIR 46
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Musim di Indonesia sangat berpengaruh terhadap tingkat kehandalan
ketersediaan air baku, pada musim kemarau suplai air dari daerah aliran sungai
akan menurun, makin panjang musim keringnya akan makin kecil volume air baku
yang tersedia. Dari catatan data pada musim kemarau yang terjadi, untuk
kebutuhan keyakinan terhadap ketersediaan air baku. Tingkat kekeringan dapat
dibagi menjadi 4 (empat) kondisi, yaitu tingkat kekeringan menjadi sangat kering,
kering, kering normal dan basah. Dari kondisi kekeringan tersebut, besaran
pemenuhan penyediaan Air baku disesuaikan dengan ketersediaan suplai air yang
ada, seperti contoh misalnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.13. Model Penyediaan Air Baku Pada Musim Kemarau

TINGKAT KEKERINGAN

(Dalam Satuan Juta m3/hari)


SUMBER AIR
1 2 3 4
NORMAL
60 % 50 % 40 % 30 %

Sumber Air I 15,3 15,3 13,2 10,7 8,6

Sumber Air II 7,7 7,7 6,6 5,4 3,2

Sumber Air III 54,4 54,4 53,1 5,4 5,4

Kemudian tingkat kehandalan debit air yang ada dianalisis dalam beberapa kondisi
tingkat kehandalannya sesuai dengan probabilitas kondisi ketersediaan, seperti
digambarkan dalam contoh gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Long-Range Water Supply Plan, January 2015)

Gambar 2.9. Contoh Analisis Resiko Waduk

Potensi Tambahan Penyediaan Air Baku

1. Rencana Penyediaan Air Jangka Panjang

Rencana penyediaan air baku jangka panjang yang dipergunakan sebagai


tambahan sumber air baku dianalisis dari semua potensi yang ada disetiap daerah
aliran sungai/wilayah sungai yang bersangkutan.

Semua potensi tambahan suplai sumber air baku yang akan dipergunakan guna
memenuhi kebutuhan air baku sesuai dengan waktu yang direncanakan,
kemudian dirangkum dalam suatu daftar potensi yang akan diputuskan menjadi
calon potensi tambahan penyediaan sumber air baku, sebagai contoh diuraikan
pada tabel berikut :

Tabel 2.14. Contoh Alternatif Potensi Tambahan Suplai Sumber Air

NO. KAPASITAS KETERANGAN


RENCANA ALTERNATIF POTENSI LOKASI

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAMBAHAN SUPLAI SUMBER AIR KABUPATEN KOORDINAT

A Sumber Air Permukaan :

1. Pengambilan bebas/Free intake


I,II,III,dst
2. Bendung I,II,III,dst
Waduk/Bendungan I,II,III,dst
3.
Sistem Daur Ulang/Direct Re-use
4. I,II,III,dst
Sumber Air Tanah :
B 1. Sistem pengambilan air tanah I
2. Sistem pengambilan air tanah II
3. dst

4. Evaluasi Kriteria Penyaringan

Sebagai bahan evaluasi kriteria penyaringan untuk memilih dari beberapa


alternatif potensi tambahan suplai sumber air baku, ada 10 (sepuluh) kriteria yang
akan digunakan sebagai alat kriteria penyaringan, yaitu :

1. Kuantitas potensi air baku,

2. Kualitas air,

3. Kehandalan debit/volume air baku,

4. Persyaratan peraturan,

5. Dampak lingkungan,

6. Potensi biaya,

7. Waktu pelaksanaan,

8. Hambatan pengembangan,

9. Potensi kehilangan air,

10. Kompetisi suplai air.

11. Tata Cara Menentukan Nilai Skor Kriteria Penyaringan

1. Nilai Skor

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Nilai skor dari setiap kriteria didapatkan dengan cara membandingkan antara
setiap kriteria yang sama dari setiap alternatif infrastruktur yang satu dengan
setiap alternatif infrastruktur yang lainnya.

Nilai skor yang tertinggi, diberikan untuk jenis infrastruktur yang paling
memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dibandingkan dengan
alternatif infrastruktur lainnya.

Sebagai bahan untuk menentukan nilai skor dari setiap kriteria dari masing-
masing alternatif potensi infrastruktur yang akan dipilih dapat dilakukan
dengan membandingkan potensi tambahan suplai sumber air dari setiap
upaya fisik dan non fisik terhadap infrastruktur yang akan dipilih. Untuk
penyederhanaan dalam menilai skor kriteria, variasi nilai skor kriteria
sebaiknya dibuat antara 1 sampai dengan 5, dengan rincian sebagai berikut :

Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah

Nilai skor kriteria 2 = rendah

Nilai skor kriteria 3 = sedang

Nilai skor kriteria 4 = tinggi

Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

Nilai Skor Kuantitas Tambahan Suplai Sumber Air Baku

Setiap alternatif potensi infrastruktur yang dipilih akan menghasilkan volume


air yang berbeda-beda. Alternatif potensi infrastruktur yang mempunyai
kuantias sumber air tertinggi, akan diberi nilai skor kriteria tertinggi, begitu
seterusnya alternatif potensi infrstruktur yang mempunyai kuantitas sumber
air terendah akan diberi nilai skor kriteria terendah, seperti diuraikan pada
contoh di Tabel V.18 berikut.

Nilai Skor

Nilai skor dari setiap kriteria didapatkan dengan cara membandingkan antara
setiap kriteria yang sama dari setiap alternatif infrastruktur yang satu dengan
setiap alternatif infrastruktur yang lainnya.

Nilai skor yang tertinggi, diberikan untuk jenis infrastruktur yang paling
memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dibandingkan dengan
alternatif infrastruktur lainnya.

Sebagai bahan untuk menentukan nilai skor dari setiap kriteria dari masing-
masing alternatif potensi infrastruktur yang akan dipilih dapat dilakukan
dengan membandingkan potensi tambahan suplai sumber air dari setiap
upaya fisik dan non fisik terhadap infrastruktur yang akan dipilih. Untuk

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
penyederhanaan dalam menilai skor kriteria, variasi nilai skor kriteria
sebaiknya dibuat antara 1 sampai dengan 5, dengan rincian sebagai berikut :

Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah

Nilai skor kriteria 2 = rendah

Nilai skor kriteria 3 = sedang

Nilai skor kriteria 4 = tinggi

Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

1. Nilai Skor Kuantitas Tambahan Suplai Sumber Air Baku

Setiap alternatif potensi infrastruktur yang dipilih akan menghasilkan


volume air yang berbeda-beda. Alternatif potensi infrastruktur yang
mempunyai kuantias sumber air tertinggi, akan diberi nilai skor kriteria
tertinggi, begitu seterusnya alternatif potensi infrstruktur yang
mempunyai kuantitas sumber air terendah akan diberi nilai skor kriteria
terendah, seperti diuraikan pada contoh pada tabel berikut :

Tabel 2.15. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air
NO. RENCANA ALTERNATIF TAMBAHAN LOKASI KAPASITAS NILAI SKOR KETERANGAN
SUPLAI SUMBER AIR KRITERIA
(m3/det.)
1. Pengambilan bebas/free intake X1 1,0 1 Rencana
tambahan
2. Bendung I X2 3,0 3 kebutuhan air,
3. Bendung II X3 2,0 2 misal 5 m3/det.

4. Waduk/Bendungan I X4 5,0 4
5. Waduk/Bendungan II X5 6,0 5
6. Kontruksi pengambilan air tanah X6 1,0 1

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

Tabel 2.16. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air

NO. KOMPONEN KRITERIA POTENSI KUANTITAS NILAI SKOR KETERANGAN


PENYARINGAN SUMBER AIR
(m3/det.) (1 –5)

1 Infrastruktur 1 15 4 Tinggi
2 Infrastruktur 2 20 5 Sangat tinggi
3 Infrastruktur 3 10 3 Sedang
4 Infrastruktur 4 5 1 Sangat Rendah
5 Infrastruktur 5 7 2 Rendah
6 Infrastruktur 6 12 3 Sedang
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

2. Nilai Skor Kriteria Kualitas Tambahan Sumber Air Baku

Kriteria sumber air baku merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam rangka penyediaan air. Apabila kualitas sumber air belum
memenuhi syarat baku mutu air, maka masih diperlukan tambahan biaya
untuk keperluan perbaikan kualiats air. Kualitas sumber air baku yang
paling memenuhi syarat baku mutu air, akan dinilai dengan nilai skor
tertinggi, sedang sumber air baku yang paling tidak memenuhi syarat baku
mutu air akan dinilai dengan skor kriteria terendah.

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dalam menilai terhadap kualitas sumber air, perlu dipertimbangkan
kemungkinan perbaikan kualitas air, akibat adanya kemungkinan
perubahan perkembangan perkotaan, industri dan sebagainya yang
berada di hulu tempat pengambilan sumber air baku.

Tabel 2.17. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kualitas Tambahan Sumber Air Baku

KOMPONEN KRITERIA NILAI SKOR (1 –


NO. KUALITAS KETERANGAN
PENYARINGAN 4)
1 Infrastruktur 1 MB 4 MB = sesuai baku mutu kelas II
2 Infrastruktur 2 CR 3 CR =Tercemar ringan
3 Infrastruktur 3 MB 4
4 Infrastruktur 4 CS 2 CS =Tercemar sedang
5 Infrastruktur 5 CB 1 CB = Tercemar berat
6 Infrastruktur 6 CR 3
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

3. Kehandalan Debit Tambahan Sumber Air Baku

Besaran debit/volume air dari setiap sumber air akan selalu berubah
mengikuti perjalan waktu. Dalam menentukan besaran debit/volume air
yang akan ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan besaran
debit/volume, didasarkan atas besaran debit tertentu (Debit Q90) yang
dapat memberikan tingkat prosentase kemungkinan terjadi persatuan
periode waktu yang diperhitungkan. Makin tinggi probabilitas
debit/volume air (Q90), akan makin tinggi pula kemungkinan besaran
debit/volume air yang akan terpenuhi.

Perbedaan nilai skor kriteria, akan dinilai atas dasar perbedaan


perbandingan antara Debit (Q90) yang tersedia dibandingkan dengan

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
debit yang akan diambil untuk digunakan sebagai alternatif infrastruktur
tambahan sumber air baku.

Untuk memudahkan dalam penilaian skor kriteria, dapat dipertimbangkan


seperti contoh pada tabel berikut.

Tabel 2.18. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kehandalan Debit Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air
NO. RENCANA ALTERNATIF LOKASI KAPASITAS DEBIT ANDALAN PERBANDINGAN NILAI
TAMBAHAN SUPLAI PENGAMBILAN (Q90, m3/det.) Q90/Qp SKOR
SUMBER AIR
( Qp, m3/det. )

1. Pengambilan bebas/free X1 1,0 1,00 1,0 1


intake

2. Bendung I X2 3,0 4,50 1,5 2


3. Bendung II X3 2,0 4,00 2,0 3
4. Waduk/Bendungan I X4 5,0 15,00 3,0 5
5. Waduk/Bendungan II X5 6,0 15,00 2,5 4
6. Kontruksi pengambilan X6 1,0 1,20 1,2 1
air tanah

Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

Tabel 2.19. Contoh 2 Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kehandalan Debit Tambahan Sumber Air
Baku
DEBIT
KOMPONEN LOKASI KAPASITAS
ANDALAN PERBANDINGAN NILAI
NO. KRITERIA PENGAMBILAN RANGKING
(QA) Qp - QA) SKOR
PENYARINGAN (Qp) m3/det
m3/det.

1 Infrastruktur 1 X1 2,00 2,50 1,025 VI 1

2 Infrastruktur 2 X2 3,00 8,00 2,66 I 5

3 Infrastruktur 3 X3 6,00 11,00 1,85 IV 2

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4 Infrastruktur 4 X4 7,00 14,00 2,00 III 3

5 Infrastruktur 5 X5 8,00 12,00 1,50 V 1

6 Infrastruktur 6 X6 4,00 10,00 2,50 II 4

Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi

4. Persyaratan Peraturan Tambahan Suplai Air Baku

Setiap rencana pembangunan infrastruktur, pada umumnya melalui suatu


tahapan seperti kebijakan (nasional, provinsi, kabupaten/kota), isu-isu
strategis serta perijinan dari pejabat berwenang. Dalam banyak hal sering
dijumpai adanya beberapa kendala terkait persyaratan peraturan yang
harus dilakukan, baik di tingkat nasional mapun ditingkat daerah. Apabila
potensi sumber air tambahan berlokasi di kawasan hutan lindung, atau
kawasan-kawasan tertentu yang harus melalui suatu proses perizinan,
maka perlu adanya suatu proses penyelesaian persyaratan peraturan yang
harus dilakukan.

Sebagai contoh lain, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air yang
harus diambil dari wilayah kabupaten/kota lain, provinsi lain, atau wilayah
sungai lainnya, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air tersebut
pada umumnya terpengaruh oleh adanya persyaratan peraturan. Rencana
pemenuhan kebutuhan air tambahan yang paling sedikit/mudah
dipengaruhi oleh persayaratan peraturan yang harus dilalui, akan
diberikan nilai skor kriteria tertinggi, bagitu juga sebaliknya apabila
diperlukan persyaratan peraturan yang paling banyak paling sulit
dilaksanakan akan dinilai dengan nilai skor terendah.

Tabel 2.20. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Persyaratan Peraturan Tambahan Sumber
Air Baku

NO. KOMPONEN KRITERIA PERSYARATAN NILAI SKOR


PENYARINGAN PERATURAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Tinggi 2
2 Infrastruktur 2 (bendung) Rendah 4
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Sedang 3

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Rendah 4
5 Infrastruktur 5 (free intake) Rendah 4
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = sangat tinggi

5. Pengaruh Dampak Lingkungan Air Baku Tambahan Sumber Air

Setiap adanya rencana pembangunan pada umumnya akan mempunyai


suatu dampak lingkungan, besar kecilnya dampak lingkungan yang
terpengaruh akan ditentukan oleh skala besar kecilnya infrastruktur yang
akan dibangun. Makin besar infrastruktur yang akan dibangun, akan
mempunyai dampak lingkungan yang besar dan makin kompleks.

Pada umumnya pembangunan suatu bendungan/waduk akan mempunyai


dampak lingkungan yang paling besar/paling kompleks. Makin besar
pengaruh dampak lingkungan yang diperkirakan akan terjadi akan diberi
nilai skor kriteria makin rendah, begitu juga sebaliknya untuk rencana
infrastruktur dengan dampak lingkungan terndah, akan dinilai skor kriteria
tertinggi.

Tabel 2.21. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Pengaruh Dampak Lingkungan Tambahan
Sumber Air Baku

NILAI
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
DAMPAK
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Tinggi 4
2 Infrastruktur 2 (bendung) Rendah 2
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Sedang 3
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Rendah 2
5 Infrastruktur 5 (free intake) Rendah 2
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Potensi Biaya Tambahan Sumber Air Baku

Setiap potensi biaya dari setiap alternatif infrastruktur yang mempunyai


rencana biaya terendah akan diberi nilai skor kriteria tertinggi, begitu juga
sebaliknya untuk alternatif infrastruktur yang mempunyai rencana biaya
tinggi akan diberi nilai skor kriteria terendah.

Tabel 2.22. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Biaya Tambahan Sumber Air Baku

NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI BIAYA NILAI SKOR


1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat Tinggi 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Sedang 2-3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Rendah 4
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Rendah 4
5 Infrastruktur 5 (free intake) Lebih Rendah 5
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

7. Waktu Pelaksanaan Tambahan Sumber Air Baku

Setiap alternatif infrastruktur yang akan direncanakan untuk memenuhi


kebutuhan tambahan air baku dengan waktu pelaksasanaan terpendek
akan diberi nilai skor kriteria tertinggi, begitu juga sebaliknya untuk
alternatif infrastruktur yang memerlukan waktu yang paling lama akan
diberi nilai skor kriteria terendah.

Tabel 2.23. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Waktu Pelaksanaan Tambahan Sumber Air
Baku

WAKTU
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
PELAKSANAAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat panjang 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Panjang 2-3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Pendek 4

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Pendek 4
5 Infrastruktur 5 (free intake) Sangat pendek 5
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

8. Hambatan Pengembangan Tambahan Sumber Air Baku

Hambatan pengembangan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti


pertimbangan politik, kelayakan atau faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi terselenggaranya rencana pembangunan infrastruktur
sebagai infrastruktur tambahan air baku.

Rencana alternatif infrastruktur dengan hambatan pengembangan


terendah akan dinilai dengan kriteria tertinggi, begitu juga sebaliknya
seteiap alternatif infrastruktur dengan hambatan pengembangan
tertinggi/terbanyak/tersulit akan diberi nilai skor kriteria terendah.

Tabel 2.24. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Hambatan Pengembangan Tambahan
Sumber Air Baku

KOMPONEN KRITERIA TINGKAT


No NILAI SKOR
PENYARINGAN HAMBATAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat tinggi 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Sedang 3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Tinggi 2
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Rendah 4
5 Infrastruktur 5 (free intake) Rendah 4
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

9. Potensi Kehilangan Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sistem penyediaan sumber air baku pada umumnya terdiri dari sistem
sumber air, sistem pengambilan air dan sistem transportasi air yang
dilaksanakan dengan saluran pembawa baik berupa saluran tertutup
ataupun dengan saluran terbuka.

Setiap sistem penyediaan air dan setiap alternatif infrastruktur yang akan
dibangun, mempunyai potensi kehilangan air yang berbeda-beda
tergantung pada jenis sistem penyediaan air yang akan dibangun.

Potensi kehilangan air dari setiap alternatif infrastruktur yang akan


dibangun, dapat terjadi oleh kondisi cuaca, kebocoran ataupun pencurian
pada saluran pembawa.

Waduk/bendungan merupakan tipe infrastruktur sumber air yang


mempunyai potensi kehilangan air yang paling besar sebagai akibat
adanya evaporasi dibandingkan dengan sistem sumber air lainnya, dan
sistem saluran transportasi air dengan sistem saluran terbuka akan
mempunyai potensi kehilangan air yang lebih besar akibat adanya
evaporasi, kebocoran ataupun pencurian dibandingkan dengan sistem
saluran tertutup.

Sistem penyediaan sumber air dengan potensi kehilangan air terkecil akan
diberi nilai skor kriteria tertinggi, dan sebaliknya sistem penyediaan
sumber air dengan potensi kehilangan air terbanyak akan diberi nilai skor
kriteria terendah.

Tabel 2.25. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Kehilangan Tambahan Sumber Daya
Air Baku

TINGKAT
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
KEHILANGAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat tinggi 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Sedang 3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) rendah 4
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Sedang 3
5 Infrastruktur 5 (free intake) Sedang 3
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. Kompetisi Suplai Air

Pada umumnya dalam setiap sistem sungai atau sumber air dijumpai lebih
dari 1 (satu) pengguna. Makin banyak pengguna yang mengambil air dari
satu sistem sungai atau sumber air, potensi ketersediaan air baku akan
makin terganggu oleh karena adanya kompetisi pemanfaatan sumber air.
Sistem sungai atau sumber air dengan kondisi paling sedikit jumlah
pengguna sumber air, akan dinilai dengan nilai skor kriteria tertinggi,
begitu sebaliknya apabila jumlah pengguna sumber air terbanyak akan
diberi nilai skor kriteria terendah.

Tabel 2.26. Contoh Nilai Skor Kriteria Penyaringan


NO NILAI SKOR KRITERIA PENYARINGAN UNTUK SETIAP JENIS INFRASTRUKTUR RENCANA PENYEDIAAN KET
AIR BAKU

KRITERIA PENGAMBILAN BENDUNG WADUK/ KONSTRUKSI SISTEM


PENYARINGAN BEBAS/FREE BENDUNGAN PENGAMBILAN DAUR
INTAKE AIR TANAH ULANG/
DIRECT

RE-USE

1 Kuantitas 1 3 5 3 2

2 Kualitas 2 2 4 5 1

3 Kehandalan Debit 1 3 5 4 2

4 Persyaratan 3 3 2 2 2
Peraturan

5 Dampak 4 4 2 2 2
Lingkungan

6 Potensi Biaya 5 4 2 3 3

7 Waktu 5 4 2 5 4
Pelaksanaan

8 Hambatan 5 5 2 3 3
Pengembangan

9 Potensi Kehilangan 2 3 2 4 2

DRAFT LAPORAN AKHIR 60


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10 Kompetisi Suplai 1 3 5 3 2
Air

Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

11. Nilai Faktor Pembebanan

Besarnya nilai faktor pembebanan dari setiap kriteria, didapatkan


dengan cara membandingkan antara setiap kriteria dalam setiap
alternatif infrastruktur yang akan digunakan sebagai dasar untuk
penyediaan air baku jangka panjang. Besar pembebanan tertinggi
diberikan kepada kriteria penyaringan yang paling dominan
pengaruhnya terhadap rencana alternatif rencana infrastruktur yang
akan dibangun. Atas dasar pengalaman dan referensi (Long-Range
Water Plan For Wichita Falls, Januari 2015) nilai faktor pembebanan
dari setiap penyaringan adalah seperti yang diuraikan pada tabel
berikut. :

Tabel 2.27. Contoh Nilai Faktor Pembebanan Kriteria Penyaringan


NO KRITERIA PENYARINGAN FAKTOR KETERANGAN
PEMBEBANAN
1 Kuantitas 2
2 Kualitas 1
3 Kehandalan Debit 2
4 Persyaratan Peraturan 1
5 Dampak Lingkungan 1
6 Potensi Biaya 5

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7 Waktu Pelaksanaan 1
8 Hambatan Pengembangan 1
9 Potensi Kehilangan 1
10 Kompetisi Suplai Air 1
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi

Hal yang paling menentukan dalam pemilihan alternatif mana yang


akan menghasilkan skor tertinggi dari hasil gabungan tersebut adalah:

1. Ketersersediaan dan kehandalan air terpenuhi sesuai dengan rencana penyediaan


air.

2. Potensi biaya produksi persatuan volume (m3/dt/Rp) adalah termurah/terendah

3. Waktu pelaksanaan terpendek dan tidak menganggu terhadap rencana penyediaan


air sesuai rencana penyediaan.

4. Metode Penyaringan

Metode penyaringan dilakukan dengan menganalisis terhadap besar-kecilnya


yang diuraikan dalam matrik dengan mengalikan antara besaran nilai skor
masing-masing kriteria dengan faktor pembebanan dari setiap kriteria
rencana tambahan sunber air, seperti diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 2.28. Contoh Metodologi Penyaringan

Rencana tambahan Sumber Air :

Potensi Kuantitas Air :

Potensi Biaya :

NO. KRITERIA NILAI FAKTOR WEIGHTED KOMENTAR

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
SKOR PEMBEBANAN SCORE
1 Kuantitas Air 4 2 8
2 Kualitas Air 4 1 4
3 Kehandalan Debit 5 2 10
4 Persyaratan Peraturan 4 1 4
5 Dampak Lingkungan 4 1 4
6 Potensi Biaya 5 5 25
7 Waktu Pelaksanaan 4 1 4
8 Hambatan Pengembangan 4 1 4
9 Potensi Kehilangan 4 1 4
10 Kompetisi Suplai Air 5 1 5
JUMLAH SKOR 72

Kemudian dari setiap alternatif strategi terpilih dilakukan evaluasi lebih lanjut,
dengan merangking sesuai dengan hasil analisis pembobotan seperti disajikan
dalam contoh tabel berikut:

Tabel 2.29. Contoh Rangking Strategi Terpilih


ALTERNATIF
SKOR GABUNGAN
NO TAMBAHAN RANGKING KETERANGAN
(maks 80)
AIR BAKU
1 A 72 1 Rangking I
Prioritas Utama
2 B 67 2
3 C 58 3
4 D 50 4
5 E 49 5
6 F 47 6
7 G 45 7
8 H 45 8

Kajian Keberlanjutan Penyediaan Air Baku Pada Masing-Masing Kawasan

DRAFT LAPORAN AKHIR 63


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PERBANDINGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR BAKU DAN KEBUTUHAN AIR BAKU (NERACA AIR /
KESEIMBANGAN AIR)

Tipe Jenis Neraca Air

Tipe/jenis neraca air di setiap wilayah sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS), pada
lokasi-lokasi tertentu dan pulau-pulau tertentu sangat bervariasi dan tergantung pada
ketersediaan sumber air baku dan sumber air, serta kebutuhan air baku guna
pemenuhan kebutuhan bagi seluruh pengguna.

Untuk itu dalam beberapa kondisi neraca air antara ketersediaan air dan kebutuhan
air, tipe/jenis neraca air dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Neraca air berdasarkan atas ketersediaan sumber air,


2. Neraca air berdasarkan kompleksitas neraca air.

1. Neraca Air Berdasarkan Ketersediaan Sumber Air


Sesuai dengan kondisi topografi, hidrologi dan geohidrologi pada setiap daerah
aliran sungai di Indonesia, secara umum neraca air dapat diklasifikasikan
berdasarkan potensi sumber daya air, yaitu :

1. Neraca air dengan sumber air permukaan

Neraca air yang didasarkan atas ketersediaan sumber air dari air permukaan
banyak terjadi dalam beberapa kondisi antara lain seperti :
1. Pada daerah-daerah yang tidak mempunyai sumber air tanah;
2. Pada setiap daerah aliran sungai dan/atau wilayah sungai potensi sumber air permukaan
mencukupi untuk dapat memenuhi bagi seluruh pengguna.
3. Neraca air dengan sumber air tanah

Neraca air yang didasarkan atas ketersediaan sumber air tanah, biasanya
terjadi pada pulau-pulau tertentu atau daerah aliran sungai dengan curah
hujan yang relatif tidak banyak, kondisi permukaan tanah yang sangat porous
(mudah tembus air) dan/atau kondisi geologinya terdiri dari batuan kapur
(porous).

Sebagai contoh kondisi permukaan tanah yang sangat porous terdapat di


Pulau Ternate, dan daerah aliran sungai dengan kondisi geologinya terdiri dari
batu kapur seperti yang terdapat didaerah Wonosari.

Sumber air baku di Pulau Ternate adalah dari air tanah, sedang sumber air di
daerah Wonosari adalah sungai bawah tanah.

4. Neraca air dengan sumber air permukaan dan air tanah

DRAFT LAPORAN AKHIR 64


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Neraca air yang didasarkan atas ketersediaan air dari sumber air permukaan
dan sumber air tanah terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia yang
mempunyai potensi sumber air permukaan dan sumber air tanah yang cukup.
Dalam kondisi sumber air permukaan dan sumber air tanah ada, prioritas
pemanfaatan sumber air diutamakan pada sumber air permukaan.
Pemanfaatan sumber air tanah akan digunakan dalam hal kondisi
ketersediaan sumber air permukaan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
bagi seluruh pengguna.

5. Neraca Air Berdasarkan Kompleksitas Neraca Air


Sesuai dengan kondisi ketersediaan sumber air dan kebutuhan air di setiap
wilayah sungai dan/atau daerah aliran sungai, tipe/jenis neraca air dapat
diklasifikasikan menjadi :

1. Neraca air sangat kompleks

Neraca air sangat kompleks adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi antara
lain :

1. Pengguna sumber air baku melebihi dari 5 pengguna (misal domestik, kota, industri,
pariwisata, pertanian, perikanan dan sebagainya).
2. Sistem penyediaan air guna memenuhi kebutuhan bagi seluruh pengguna dapat berasal
lebih dari 1 (satu) sumber air.
3. Neraca air kompleks

Neraca air kompleks adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi antara lain:

4. Pengguna sumber air baku berkisar antara 4 sampai 5 pengguna (misal domestik, kota,
industri, pariwisata).
5. Sistem penyediaan air guna memenuhi kebutuhan air bagi seluruh pengguna hanya berasal
dari sumber air permukaan atau sumber air tanah saja.
6. Neraca air sederhana

Neraca air sederhana adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi hanya
mempertimbangkan maksimal 3 pengguna (misal hanya untukRKI saja).

Standar Dan Kriteria Analisis

Dalam melakukan analisa untuk menentukan analisis neraca air diperlukan standar
yang telah ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (NSI) atau standar yang
jelas sumber dan informasinya serta disepakati oleh para pemilik kepentingan
(Stakeholders).

DRAFT LAPORAN AKHIR 65


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Adapun beberapa contoh standar yang digunakan dalam melakukan analisis dapat
diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 2.30. Standar dan Kriteria Analisis

NO. URAIAN
1. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI)
2. Standar Kebutuhan Air Irigasi
3. Standar Kebutuhan Air Untuk Perikanan
4. Standar Kebutuhan Air Untuk Pariwisata
5. Standar Kualitas Buangan Air Limbah
6. Standar dan Kriteria Golongan Badan Air/Sungai
7. Standar dan Kriteria Air Untuk Pemeliharaan/lingkungan

Pembuatan Skema Neraca Air

1. Neraca Air Sederhana


Neraca air sederhana adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi hanya
mempertimbangkan maksimal 3 pengguna (misal hanya untuk RKI saja).

1. Kebutuhan Air Baku Untuk RKI


Kebutuhan air baku untuk RKI dihitung berdasarkan prediksi jumlah penduduk
pada tahun tertentu, kemudian ditambahkan kebutuhan air non domestik
±20%.

Untuk menghasilkan suatu gambaran kebutuhan akan air baku yang lebih
rinci, biasanya kebutuhan air baku dirinci dalam selang waktu bulan atau 1/2
(setengah) bulanan.

Prediksi jumlah penduduk pada tahun tertentu dihitung atas dasar data
penduduk pada periode 4 (empat) tahun terakhir.

1. Analisis kebutuhan air

Analisis kebutuhan air RKI dihitung per distrik/daerah yang akan dilayani

2. Keluaran kebutuhan air

Asumsi kebutuhan air baku per distrik untuk saat ini dan kebutuhan air
baku pada 5,10, 15, 20, 25, 50, sampai 70 tahun yang akan datang

3. Kebutuhan air domestik dihitung dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.31. Standar dan Kriteria Analisis

DRAFT LAPORAN AKHIR 66


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PENDUDUK KRITERIA

Kota Metropolis (>106) 170 l/orang/hari

Kota Besar (5.105 – 105 ) 150 l/orang/hari

Kota Sedang (1.105 – 5.105) 130 l/orang/hari

Kota Kecil (2.104 – 1.105) 110 l/orang/hari

Pedesaan 100 l/orang/hari

4. Rencana Penyediaan Air


Rencana penyediaan air didasarkan atas ketersediaan air yang ada disetiap
daerah aliran sungai/wilayah sungai atau atas keberadaan lokasi sumber air
baku berada.
Ketersediaan air didasarkan atas dasar besaran debit andalan (untuk RKI
didasarkan atas Q90), dengan ketentuan sebagai berikut:
5. Q90 > QRKI + Q95, maka tidak memerlukan tambahan infrastuktur untuk memenuhi
kebutuhan air.

6. Q90 ≤ QRKI, diperlukan tambahan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan air RKI dan
Q95.

7. Dalam pengambilan air, harus menyisakan debit sebesar Q95, yang akan tetap dialokasikan
untuk aliran pemeliharaan.

8. Skema Neraca Air Sederhana


Skema neraca air digambarkan dalam gambar yang menghubungkan antara
kebutuhan air bulanan/½ bulanan dengan rencana penyediaan air. Rencana
penyediaan air baku harus berjumlah melebihi dari kebutuhan air baku yang
direncanakan , seperti contoh skema neraca air pada gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 67


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(l/dtk atau m3/dtk)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1. Kebutuhan Air Baku 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

1. RKI (l/dtk, m3/dtk) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

2. Q95 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3. Rencana Penyediaan Air (l/dtk, m3/dtk)

18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

Gambar 2.10. Contoh Skema Neraca Air

4. Neraca Air Sangat Kompleks


DRAFT LAPORAN AKHIR 68
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Neraca air sangat kompleks adalah tipe/jenis neraca air dengan pengguna sumber
air baku melebihi dari 5 (lima) pengguna dan sistem penyediaan airnya dapat
berasal lebih dari 1 (satu) sumber air.
1. Kebutuhan air baku untuk seluruh pengguna
1. Kebutuhan air baku untuk RKI
Cara menghitung air baku untuk RKI, seperti cara menghitung yang
diuraikan pada point 1.a. untuk neraca air sederhana.
2. Kebutuhan air baku untuk irigasi
Kebutuhan air irigasi dihitung atas dasar kebutuhan air per satuan luas
irigasi yang memerlukan air dalam selang waktu bulanan atau ½
(setengah) bulanan. Cara menghitung kebutuhan air keperluan
irigasi/pertanian seperti diuraikan pada Bab 2.6.4.
3. Kebutuhan air untuk kepentingan aliran pemeliharaan
Cara menghitung kebutuhan air untuk keperluan aliran pemeliharaan
seperti diuraikan pada Bab 2.6.5.
4. Kebutuhan air untuk perikanan dan peternakan
Cara menghitung kebutuhan air untuk keperluan perikanan dan
peternakan seperti diuraikan pada Bab 2.6.6 dan 2.6.7.
5. Skema kebutuhan air baku
Skema kebutuhan air baku digambarkan seperti diuraikan pada contoh
gambar berikut:
l/detik. Atau m3/det.

Total Kebutuhan

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


69 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5
4 4 4
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA
4 KAWASAN
4 STRATEGIS
4 PARIWISATA
4 NASIONAL DAN
4 KAWASAN
4 EKONOMI
4 KHUSUS 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
0,0

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.

Kebutuhan Air (ltr/dtk)


atau (m3/det.)
1. Air RKI
2. Air Irigasi
3. Air Perikanan
4. Air Pariwisata
5. Air Pemeliharaan
6. Dst.

Total Kebutuhan

Gambar 2.11. Contoh Skema Kebutuhan Air

7. Rencana Penyediaan Air Baku Bagi Seluruh Pengguna


Rencana penyediaan air baku bagi seluruh pengguna didasarkan atas
kebutuhan air bagi seluruh pengguna yaitu dengan cara menjumlahkan
kebutuhan air RKI, air pemeliharaan, air irigasi, air perikanan dan seterusnya.
8. Ketersediaan air baku
Ketersediaan air baku dianalisis per bulan atau ½ bulanan atau per
minggu sesuai dengan fluktuasi ketersediaan sumber air yang ada

DRAFT LAPORAN AKHIR 70


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Ketersediaan air baku dapat berasal dari :
1. Air permukaan
Ketersediaan air baku (air permukaan) dihitung atas dasar debit
andalan Qrata-rata, Q80, Q90 dan Q95.
Debit Qrata-rata adalah potensi air permukaan
Debit Q80 adalah debit andalan dengan probabilitas debit Q80
Debit Q90 adalah debit andalan dengan probabilitas debit 90 %
Debit Q95 adalah debit andalan dengan probabilitas debit 95 % yang
digunakan untuk keperluan aliran pemeliharaan sungai.
2. Air tanah.
Ketersediaan sumber air tanah dinyatakan dalam bentuk potensi
sumber air tanah.
Potensi sumber air tanah dinyatakan dalam potensi sumber air tanah
bebas (Q1) dan potensi sumber air tanah tertekan (Q2).
3. Rencana penyediaan air
Rencana penyediaan air bagi seluruh pengguna berdasarkan atas
ketersediaan sumber air baku di setiap daerah aliran sungai/wilayah
sungai atau lokasi-lokasi tertentu, yang berasal dari sumber air
permukaan dan sumber air tanah.
4. Skema Neraca Air Sangat Kompleks
Skema neraca air sangat kompleks digambarkan dalam bentuk skema
perimbangan air antara kebutuhan air baku dan ketersediaaan air baku,
seperti digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.33. Pola Alokasi Ketersediaan Air Tanpa Waduk


KONDISI KETERSEDIAAN DEBIT SUNGAI
NO KETERANGAN
Q (m3/dt)

Debit sungai/air Qt yang tersedia melebihi jumlah


kebutuhan air untuk RKI, aliran pemeliharaan dan
1 Qt > Q90+Q80+Q95 untuk irigasi.

Kebutuhan air dapat digunakan untuk memenuhi


kebutuhan air bagi seluruh pengguna.

DRAFT LAPORAN AKHIR 71


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Debit sungai/sumber air Qt yang tersedia sama
dengan jumlah kebutuhan air untuk RKI, aliran
pemeliharaan dan untuka irigasi.
2 Qt = Q90+Q95+Q80
Ketersediaan air Qt hanya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air RKI, aliran pemeliharaan
dan untuk irigasi.

Debit Sungai/Sumber Air Qt yang tersedia lebih


kecil dari jumlah kebutuhan air untuk RKI, aliran
pemeliharaan dan irigasi, tetapi masih besar dari
jumlah kebutuhan air untuk RKI dan aliran
3 Q90 - Q95 < Qt < Q90 + Q95+ Q80 pemeliharaan.

Ketersediaan air Qt hanya dapat digunakan untuk


memenuhi kebutuhan air untuk RKI, Aliran
pemeliharaan dan sebagian untuk irigasi.

Debit sungai/sumber air Qt yang tersedia lebih


besar dari jumlah kebutuhan air untuk RKI dan
aliran pemeliharaan, tetapi masih lebih besar dari
4 Q90 < Qt <Q90+Q95 kebutuhan air untuk air RKI.

Ketersedian air Qt hanya dapat digunakan untuk


aliran pemeliharaan dan RKI

Debit sungai/sumber air Qt yang tersedia lebih


kecil dari debit untuk keperluan RKI dan masih
5 Q95 < Qt <Q90 lebih besar dari kebutuhan air untuk
pemeliharaan. Ketersedian air Qt diatur untuk
sebagian RKI (penghematan).

DRAFT LAPORAN AKHIR 72


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Qrata-rata
l/detr . Atau m3/det.

Q80

Q90

Q95

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.

KetersediaanAir
ltr/dtk Atau m3/det.

1. Air permukaan
1. Qrata-rata
2. Q80
3. Q90
4. Q95

5. Potensi Air Tanah


ltr/dtk (m3/det.)
1. Q1
2. Q2

Gambar 2.12. Contoh Ketersediaan Sumber Air Baku

DRAFT LAPORAN AKHIR 73


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Qrata-rata
l/detik atau m3/det.

Q80

Q90

Q95
Total Kebutuhan Air

Jan. Feb. Mar. Aprl. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.

Kebutuhan Air
ltr/dtk Atau m3/det.
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Total Kebutuhan
Kebutuhan

Ketersedian Sumber Air


Baku l/dt (m3/dt)
l. Air permukaan
1. Q rata-rata
2. Q80
3. Q90
4. Q95
2. Potensi Air Tanah
a. Q1
b. Q2

Gambar 2.13. Contoh Skema Neraca Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 74


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB III

KAJIAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS

UMUM

Definisi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

1. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

Sesuai dengan PPRI No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. KSPN adalah kawasan yang memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta
pertahanan dan keamanan.

2. Kepariwisataan

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan


bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.

3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS)

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang selanjutnya disebut


sebagai RIPPARNAS adalah dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan
nasional untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai
dengan 2025.

4. Pembangunan Kepariwisataan meliputi:

1. Destinasi Wisata;

2. Pemasaran Pariwisata;

3. Industri pariwisata; dan

4. Kelembagaan Pariwisata.

Definisi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun
2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), KEK adalah kawasn dengan
kawasan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu.

2. Zona

Zona adalah area di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya
sesuai dengan peruntukannya

3. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona :

1. Pengolahan Ekspor;

2. Logistik;

3. Industri;

4. Pengembangan Teknologi;

5. Pariwisata;

6. Energi; dan/atau

7. Ekonomi lain.

Gambaran Umum Master Plan Daerah Studi

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu yang
tercangkup dalam daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian
dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi akitivitas
investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta
sebagai katalis reformasi ekonomi.

Pemerintah terus menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di seluruh Indonesia.


Salah satu melalui pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), terutama di luar
Jawa. Tujuannya, untuk mengoptimalkan potensi ekonomi di wilayah-wilayah itu. KEK
adalah bagian dari infrastruktur kegiatan ekonomi yang akan mendorong kegiatan
investasi agar lebih menyebar ke seluruh Nusantara.

Sedangkan sektor Pariwisata Indonesia sudah sejak beberapa dekade lalu mempunyai
unggulan yang menjanjikan hanya saja belum menjadi perhatian serius dan utama
Pemerintah Republik Indonesia, hingga pada akhirnya Pemerintahan Presiden Jokowi

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
berniat menggarap sektor pariwisata lebih serius dan menjadikannya sebagai suatu
industri dan andalan pendapatan negara.

Tanpa ditetapkan sebagai industri, sulit bagi sektor Pariwisata untuk berkembang,
mendatangkan devisa untuk negara dan bersaing dengan negara lain yang mempunyai
obyek pariwisata terbatas tetapi diurus dengan serius, seperti yang dilakukan oleh
Malaysia, Singapore, Vietnam dan lain lain. Keseriusan Pemerintah untuk menjadikan
industri Pariwisata sebagai salah satu sumber utama penerimaan negara di masa
depan merupakan niat yang harus didukung dan diharapkan dipersiapkan secara
serius oleh Pemerintah, bukan hanya sekedar lips service.

Untuk melihat tingkat keseriusan Pemerintah, kita bisa menggunakan contoh


beberapa lokasi yang saat ini sedang dan akan dikembangkan sebagai 10 destinasi
utama wisata atau Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu : Danau Toba
(Sumut), Tanjung Lesung (Banten), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Kawasan Bromo-Tengger (Jawa
Timut), Mandalika, Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Morotai
(Maluku Utara).

Malalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) No. 3 Tahun 2016 Tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Pemerintah melakukan
percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, listrik dan air bersih guna
menunjang pengembangan 10 Kawasan tersebut. Dari 10 Kawasan tersebut, Danau
Toba merupakan salah satu potensi besar yang cukup sulit dikembangkan, jika
dibandingkan dengan 9 daerah lainnya.

Target 20 juta wisatawan manca negara (wisatawan mancanegara) hingga tahun 2019
merupakan target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Jokowi dan untuk dapat
mencapai target tersebut harus dibuat strategi yang handal dari sisi kebijakan,
kesiapan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusianya. Tanpa itu semua
sulit target tersebut akan tercapai.

Pada pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus Kegiatan kunjungan lapangan (survey
lapangan) dilakukan ke masing-masing kawasan, sebagai berikut :

1. KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara;

2. KEK Tanjung Api-api, Sumatera Selatani;

3. KEK Tanjung Lesung, Banten;

4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timuri;

5. KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat;

6. KEK Kota Palu, Sulawesi Tengah;

7. KEK Bitung, Sulawesi Utara;

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
8. KEK Pulau Morotai, Maluku Utara;

9. KEK Tanjung Kelayang, Bangka-Belitung;

10. KEK Sorong, Papua Barat; dan

11. KSPN Borobudur, Jawa Tengah

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK SEI MANGKEI
KEK MALOY BATUTA KEK MOROTAI
TRANS KALIMANTAN KEK BITUNG
KEK PALU
KEK SORONG
KEK TANJUNG API-API
KEK TANJUNG KELAYANG

KEK TANJUNG LESUNG


KSPN BOROBUDUR
KEK MANDALIKA

(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 3.1. Peta Sebaran Lokasi KEK dan KSPN (Yang Menjadi Lokasi Survei)

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 3.1. Profil Umum KEK

KEGIATAN UTAMA DAN


NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

1 KEK Sei Mangkei Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
1. Industri Pengolahan 11. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari 23. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Kelapa Sawit Gardu Induk di KEK, dan direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Simalungun, 2. Industri Pengolahan Karet Tenaga Gas 250 MW pada 2018 24. PP No. 29 Tahun 2012
Sumatra Utara 12. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Master Plan : Sungai Bah Tungguran, dan direncanakan beroperasi instalasi pengolahan Sei Mengkei
Luas Area : 3. Area Industri Sawit air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret 2017.
2.002,7 Ha 4. Area Industri Karet 13. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Administrator :
5. Area Saprodi Kilang Regasifikasi Arun. 25. Perda No. 4 Tahun 2014
Badan Usaha 6. Area Aneka Industri 14. Tersedia sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang tentang Administrator KEK Sei
Pembangunan dan 7. Area Logistik dan Gudang memadai. Mangkei
Pengelola : 8. Area Komersial 15. Tersedia instalasi pengolahan limbah terpusat kapasitas 250 26. SK Gubsu tentang
PT. Perkebunan 9. Area Pariwisata m³/jam. Pembentukan Administrator
Nusantara III (PTPN 10. Area Perumahan 16. Tersedia dryport kapasitas 5.300 TEUs/tahun 27. SK Penetapan Administrato1
III) 17. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000
Ton (CPO) Badan Usaha Pembangunan Pengelola
Proyeksi Tenaga 18. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 :
Kerja : ha. 28. SK Bupati ttg Penetapan BU
83.304 orang 19. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada Pembangun dan Pengelola
pemadam kebakaran, pusat inovasi kelapa sawit, dan perumahan

Infrastruktur Wilayah :
20. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan
Belawan/Kuala Tanjung
21. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Kuala Tanjung

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

22. Penanganan Jalan Nasional akses Sei Mangkei – Pelabuhan Kuala


Tanjung/Belawan

2 KEK Tanjung Api- Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Api 29. Industri Pengolahan 43. Pembangunan jalan kawasan 2 km 49. UU No. 39 Tahun 2009
Karet 44. Perencanaan pematangan lahan tahap I (100 ha) Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 30. Industri Kelapa 50. PP No. 51 Tahun 2014
Banyuasin, Sawit Infrastruktur Wilayah : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sumatera Selatan 31. Industri Petrokimia 45. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api Tanjung Api-Api
32. Logistik sepanjang 62,8 km selesai 2018
Luas Area : 46. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Dewan Kawasan :
2.030 Ha Master Plan : Pelabuhan Tanjung Carat selesai 2018 51. Kepres No 45 Tahun 2014
33. Ruang Terbuka 47. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Api Api – Palembang sepanjang 80 Tentang DK KEK Prov Sumsel
Badan Usaha Hijau km 52. SK Gubernur Sumsel Nomor
Pembangunan dan 34. Industri Kimia Dasar 48. Pembangunan Jalur Kereta Tanjung Enim – TAA sepanjang 375 km 199 Tahun 2016 Tentang
Pengelola : 35. Industri Kecil Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi Pembentukan Sekretariat DK Prov
Pemerintah 36. Berbagai Industri 150 Kv meliputi wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu Sumsel
Provinsi Sumatera 37. Kantor Pemerintah
Selatan 38. Perkantoran dan Administrator :
Komersial 53. Peraturan Bupati Banyuasin
Proyeksi Tenaga 39. Pengolahan Air Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Kerja : Limbah Pelimpahan Wewenang kepada
149.000 orang 40. Instalasi Kepala Administrator KEK Tanjung

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Pengolahan Air Api-Api


41. Pembangkit Listrik 54. SK Bupati Banyuasin Nomor
42. Terminal Container 254 Tahun 2017 Tentang
Pembentukan Administrator KEK
TAA
55. SK Gubernur Sumsel No 200
Tahun 2016 Tentang Administrator
KEK Tanjung Api-Api

BUMD PT SMS :
56. Kepres No 45 Tahun 2014
Tentang DK KEK Prov Sumsel
57. SK Gubernur Sumsel Nomor
199 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
58. Perda Sumatera Selatan No 5
Tahun 2016 Tentang Pembentukan
PT SMS
59. Perda Sumatera Selatan No
13 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan PT SMS
60. SK Gubernur Sumsel Nomor
3871 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan
Modal Kepada PT SMS

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

3 KEK Tanjung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Lesung 61. Pariwisata 95. Tersedia sarana telekomunikasi menggunakan fiber optic 103. UU No. 39 Tahun 2009
62. Ekonomi Kreatif 96. Tersedia listrik dengan kapasitas 10 MW Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 97. Tersedia air dengan kapasitas 4,7 L/detik 104. PP No. 26 Tahun 2012
Pandeglang, Master Plan : 98. Pembangunan airstrip Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Banten 63. Marina 99. Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas 0,6 Tanjung Lesung
64. Marina Village L/detik
Luas Area : 65. Klub Yacht 100. Pembangunan Marina Yacht & Cruise Terminal sebagai Pelabuhan Administrator :
1.500 Ha 66. Terminal Ferry Kapal Wisata beroperasi 2020 105. SK. Gubernur Selaku Dewan
67. Mega Yacht Berths Kawasan Tentang Penetapan
Badan Usaha 68. Hotel Infrastruktur Wilayah : Administrator
Pembangunan dan 69. Klub Budaya 101. Jalan nasional Serang – Tanjung Lesung
Pengelola : 70. Klub Golf 102. Rencana pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang selesai 2018
PT. Banten West 71. Country Club Rencana Pembangunan Bandara Banten Selatan Reaktivasi KA Rangkasbitung
Java Tourism 72. Area Olahraga -Labuan
Development 73. Lapangan Golf
((BWJ) 74. Klub Renang
75. Condominium
Proyeksi Tenaga 76. Perumahan
Kerja : 77. Bed & Breakfast
85.000 orang Enclave
78. Neightbourhood
Centre
79. Restoran
80. Gerbang Masuk
81. Pusat Informasi dan

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Penjualan
82. Sekolah
83. Asrama Pelajar
84. Taman Bermain Air
85. Oceanfront Park
86. Area Rekreasi
87. Pantai
88. Fasilitas
Operasional dan
Perawatan
89. Water Treatment
Plant
90. Intalasi Pengolahan
Air Limbah
91. Fasilitas Golf
92. Fasilitas Pangkalan
Kapal
93. Hutan Tropis
94. Penampungan Air

4 KEK Maloy Batuta Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Trans Kalimantan 106. Industri Pengolahan 121. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan 129. UU No. 39 Tahun 2009
(MBTK) Kelapa Sawit dibangun hingga 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
107. Industri Pengolahan 122. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit 130. PP No. 85 Tahun 2014
Lokasi : Kayu Listrik Tenaga Uap (PLTU), beroperasi tahun 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kutai Timur, 108. Logistik 123. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Maloy Batuta Trans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Kalimantan Timur Sistem Sekerat, beroperasi 2018


Master Plan : 124. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya yang tersedia seperti
Luas Area : 109. Jalan menara telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah. Administrator :
557,34 Ha 110. Industri Produk 131. Penetapan BPTSP &
Perawatan Infrastruktur Wilayah : Penanaman Modal Daerah Sebagai
Badan Usaha 111. Kavling Area 125. Pembangunan Pelabuhan Curah Cair Maloy Administrator KEK MBTK_no dispo
Pembangunan dan Penunjang 126. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Maloy Pembangunan Jalan 132. Usulan Penetapan
Pengelola : 112. Kavling Industri Nasional Samarinda – Bontang – Sangatta – Maloy Administrator
PT. Maloy Batuta Berbasis Makanan 127. Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat 133. Badan Usaha Pembangunan
Trans Kalimantan 113. Kavling Industri berkapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) dan Pengelola
Biodisel 128. Pembangunan jaringan transmisi dan Gardu Induk Maloy 30 MW 134. Usulan Penetapan BU
Proyeksi Tenaga 114. Kavling Industri Lain (beroperasi 2018) Pengelola
Kerja : 115. Kavling Industri
55.700 orang Olekimia Dasar Sekretariat Dewan Kawasan :
116. Kavling Pengelolaan 135. SK Gubernur Kaltim Tentang
air Bersih Penunjukan Sekretariat Dewan
117. Kavling Pengelolaan Kawasan
Air Kotor
118. Kavling Sampingan
119. Kavling Transisi
Power Plant
120. Kavling Pelabuhan
CPO

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

5 KEK Mandalika Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Pariwisata (Hotel, Resort, 149. Telah terbangun jalan dalam kawasan sepanjang 4 km 158. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : MICE) 150. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas seperti gedung Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lombok Tengah, perkantoran, jalan kawasan, dan lainnya. 159. PP No. 52 Tahun 2014
Nusa Tenggara Master Plan : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Barat 136. Kuta Transportation Infrastruktur Wilayah : Mandalika
Hub 151. Bandara Internasional Lombok
Luas Area : 137. The Gateway 152. Telah tersedia Instalasi Pengolahan Air Bersih Batu Jai Praya 200 Administrator :
1.035,67 Ha 138. Quiet Gateaway L/detik 160. Keputusan Bupati Lombok
139. The Culture Village 153. Telah terbangun Pelabuhan Lembar berjarak 46 km Tengah No 512 Tahun 2014
Badan Usaha 140. Family Zone 154. Jalan Strategis Nasional Rencana Penunjak-Kuta sepanjang 18,2 km Penetapan Badan Penanaman Modal
Pembangunan dan 141. The Hils Tops 155. Telah terbangun Bandara Internasional Lombok berjarak 18 km & Pelayanan Perizinan Terpadu
Pengelola : 142. Golf Zone 156. Rencana Pembangunan Bendungan Mujur berjarak 21 km Lombok Tengah sebagai
PT. Indonesia 143. The Heart 157. Telah tersedia Gardu Induk Kuta 150 Kv Administrator KEK
Tourism 144. Eco Zone
Development 145. Agro Zone
Corporation (ITDC) 146. The Luxury Enclave
147. Concervative
Proyeksi Tenaga Quarter
Kerja : 148. Seaside Town
58.700 orang

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

6 KEK Kota Palu Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
161. Industri Pengolahan 171. Kantor Administrator KEK Palu 180. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Nikel dan Besi 172. Jalan Utama menuju Kawasan KEK Palu Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu, Sulawesi 162. Industri Pengolahan 173. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan 181. PP No. 31 Tahun 2014
Teengah Biji Coklat hingga 400 MW pada 2023 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
163. Industri Pengolahan 174. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara Palu
Luas Area : Rumput Laut telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.
1.500 Ha 164. Industri Pengolahan Administrator :
Rotan 182. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha Infrastruktur Wilayah : Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan Master Plan : 175. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 183. Perda Kota Palu No. 6 Tahun
Pengelola : 165. Area industri TEUs/Th selesai 2023 2014 Tentang Organisasi dan Tata
Pemerintah Kota 166. Area Komersial 176. Pembangunan Jalan Pintas Palu – Parigi selesai 2018 Kerja Administrator KEK Palu
Palu 167. Area Fasilitas 177. Pembangunan Fly Over KEK – Pelabuhan selesai 2019
Pelayanan 178. Rencana pengembangan infrastruktur gas, ketenagalistrikan dan Badan Usaha Pengelola :
Proyeksi Tenaga 168. Area Perumahan energi terbarukan kerjasama dengan Pertamina, beroperasi 2019 184. Perda Palu No 9 Tahun 2014
Kerja : 169. Area Ruang Terbuka 179. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai
97.500 orang Hijau Wombo beroperasi 2018
170. Jalan Nasional

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

7 KEK Bitung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


185. Industri Pengolahan 207. Telah tersedia dan beroperasi Gardu Induk Tanjung Merah 30 MW 216. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Perikanan didalam lokasi KEK Bitung Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kota Bitung, 186. Industri Pengolahan 208. Telah tersedia fasilitas jalan masuk ke kawasan dan gedung 217. PP No. 32 Tahun 2014
Sulawesi Utara Kelapa perkantoran Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
187. Industri Farmasi Bitung
Luas Area : Herbal Infrastruktur Wilayah :
534 Ha 188. Logistik 209. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung 39 km, target Administrator :
penyelesaian pembangunan fisik tahap 1 sepanjang 13,5 km Juni 2018. 218. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha Master Plan : 210. Telah tersedia Jalan Nasional Manado – Bitung 45 km Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan 189. Ruang Terbuka 211. Telah tersedia Jalan Nasional Girian – Kema ± 85 km
Pengelola : Hijau 212. Telah tersedia Pelabuhan BitungTelah tersedia Bandara Sam Badan Usaha Pembangunan :
Pemerintah 190. Area Alternatif Ratulangi 219. Perda Sulut No.3 Tahun 2014
Provinsi Sulawesi 191. Fasilitas Non 213. Telah tersedia IPA Tendeki (40 L/detik) dan penyediaan jaringannya Tentang BUMD PT. Sulut
Utara Industri 214. Pembangunan IPA Pinokalan (70 L/detik) dan jaringannya Membangun
192. Fasilitas Pendukung 215. Rencana pembangunan Bendungan Kuwil 13.500.000 m³ selesai
Proyeksi Tenaga 193. Fasilitas pada 2019 Sekretariat Dewan Kawasan :

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Kerja : Sosial/Umum 220. SK Gub Sulut 271 thn 2014


34.710 orang 194. Industri Polusi Tentang Sekretariat Dewan Kawasan
Tinggi KEK Prov. Sulut
195. Industri Polusi
Sedang
196. Industri Polusi Kecil
197. Plot Industri Besar
198. Plot Industri Sedang
199. Plot Industri Kecil
200. Fasilitas
201. Pergudangan
Tertutup
202. Pengolahan Air
Limbah
203. Pelabuhan
Perikanan
204. Terminal Kontainer
205. Pembangkit Listrik
206. Perumahan
Karyawan

8 KEK Morotai Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


221. Pariwisata 228. Telah dilakukan pembebasan lahan seluas seluas 300 ha. Saat ini 234. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : 222. Industri Pengolahan sedang dalam proses pembangunan kawasan tahap I, meliputi homestay Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Pulau Morotai, Ikan dan cold storage. 235. PP No. 50 Tahun 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Maluku Utara 223. Logistik Tentang Kawasan Ekonomi Khusus


Infrastruktur Wilayah : Morotai
Luas Area : Master Plan : 229. Akses Jalan Lingkar Morotai
1.101,76 Ha 224. Industri Perikanan 230. Telah terbangun Pelabuhan Daruba Badan Usaha Pembangunan
225. Pengolahan Ekspor 231. Pembangunan peningkatan akses jembatan Pelabuhan Daruba dan dan Pengelola :
Badan Usaha 226. Pariwisata Wayabula 236. Surat Bupati
Pembangunan dan 227. Logistik 232. Telah terbangun Bandara Pitu Morotai Morotai_Penetepan PT Jababeka
Pengelola : 233. Telah terbangun akses dari Kawasan ke Bandara sebagai BU Pembangun dan
PT. Jababeka Pengelola KEK Morotai
Morotai
Sekretariat Dewan Kawasan :
Proyeksi Tenaga 237. SK Sekretariat DK Kawasan
Kerja : Prov Malut
30.000 orang

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

9 KEK Tanjung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Kelayang Pariwisata 258. Jalan Kawasan 273. UU No. 39 Tahun 2009
259. Drainase Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : Master Plan : 260. Jaringan Listrik 274. PP No. 6 Tahun 2016 Tentang
Belitung, 238. Exclusive Beach 261. Telekomunikasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Kepulauan Bangka Resort Villas 262. Instalasi Pengolahan Air Kelayang
Belitung 239. Exclusive Residence 263. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Villas Badan Usaha Pembangun dan
Luas Area : 240. Exclusive Beach Infrastruktur Wilayah : Pengelola :
324,40 Ha Resort Villas 264. Telah tersedia jalan nasional Tanjung Pandan – Tanjung Tinggi; 275. SK Badan Usaha
241. Exclusive 265. Peningkatan/pelebaran jalan Kabupaten Bandara HAS Pembentukan KEK
Badan Usaha Residential Villas Hanandjoeddin – Tanjung Tinggi;
Pembangunan dan 242. Exclusive Beach 266. Perpanjangan runway dari 2.250 menjadi 2.500 m Bandara HAS Sekretariat Dewan Kawasan :
Pengelola : Resort Hotel & Villas Hanandjoeddin; 276. SK Sekretariat KEK Babel
PT. Belitung Pantai 243. Marina & Marine 267. Pembangunan pelabuhan pariwisata (yacht) di Tanjung Kelayang;
Intan Centre 268. Peningkatan kapasitas listrik 41,5 MW;
244. Natural Farm 269. Pembangunan GI Tanjung Tinggi (2×30 MVA) dan transmisi 70 kV (GI
Proyeksi Tenaga Homestay Lodges Dukong-GI Tanjung Tinggi);
Kerja : 245. Nursery 270. Pembangunan jaringan distribusi dari SPAM Sijuk (20 L/det);
23.645 orang pada 246. Nature Trail (End 271. Pembangunan Waduk Gunung Tajam (400 L/det);
tahun 2022 Point) 272. Peningkatan kapasitas TPA Gunung Sadai menjadi 8 ha.
247. Equestrial Resort
Villas
248. Polo & Equestrian
Club
249. Future Hotel

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Develpoment
250. Estate Management
& Waste Trestment
Facillity
251. Future Hotel
Develpoment
252. Solar Panel Farm
253. Water Reservoir
254. Buffer Zone
255. Residential Villas
256. Nature Trail (Start
Point)
257. Hotel Resort

10 KEK Sorong Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


277. Industri Galangan 289. Jalan Strategis Nasional (ditingkatkan menjadi Jalan Nasional) 301. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Kapal 290. Jalan Kabupaten Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sorong, Papua 278. Industri Pengolahan 291. Jalan Perusahaan 302. PP No. 31 Tahun 2016
Barat Perkebunan, Perikanan 292. Jalan Lingkungan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
dan Hutan Sorong
Luas Area : 279. Industri Infrastruktur Wilayah :
523,70 Ha Pertambangan 293. Pelabuhan Peti Kemas Sorong berjarak 35 km Administrator :
280. Logistik 294. Pelabuhan Sorong berjarak 33 km 303. SK Gubernur Papua Barat
Badan Usaha 295. Pelabuhan Roro-roro Arar tentang Administrator KEK Sorong
Pembangunan dan Master Plan : 296. Pelabuhan Arar 304. SK Bupati Sorong Tentang
Pengelola : 281. Kawasan Industri 297. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Katapop berjarak 25 km Penetapan Administrator KEK
Pemerintah Besar 298. PLTM Arar dengan kapasitas 15 MW berjarak 15 km

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Kabupaten Sorong 282. Kawasan Industri 299. PLTMG Waymon dengkan kapasitas 20 MW berjarak 5 km Badan Usaha :
Sedang 300. Bandar Udara Sorong Dominique Edward Osok berjarak 30 km 305. SK Bupati Penunjukkan
Proyeksi Tenaga 283. Industri Aspal Perusda MOW Sebagai Pengelola
Kerja : 284. Industri Petrocina KEK Sorong
15.024 orang 285. Industri Semen
Curah Sekretariat Dewan Kawasan :
286. Kawasan Fasilitas 306. Keppres No. 33 Tahun 2016
Sosial, Fasilitas Umum dan Tentang Dewan Kawasan Papua
Perkantoran Barat Tentang Dewan Kawasan
287. Rencana Kawasan Papua Barat
Stock Pile 307. SK Gubernur Papua Barat
288. Kawasan Pelabuhan tentang Sekretariat Dewan Kawasan
Roro KEK Papua Barat

11 KSPN Borobudur Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan :


Pariwisata 308. Meningkatkan konektivitas sehingga akses menuju lokasi-lokasi 314. PP No. 50 Tahun 2011
Lokasi : wisata di kawasan Borobudur mudah dicapai. Tentang Rencana Induk
Yogyakarta 309. Jalan nasional yang ada di dalam kawasan Borobudur yakni ruas Pembangunan Kepariwisataan
jalan Solo-Yogya-Kulon Progo juga akan dilakukan peningkatan. Demikian Nasional Tahun 2010-2025
Luas Area : juga jalur jalan pantai selatan (Pansela) Jawa yang melewati 3 Kabupaten
15.129 m2 yakni Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul akan ditingkatkan menjadi 2 Administrator :
lajur dengan lebar 7 meter. 315. Kepres No. 46 Tahun 2017
Badan Usaha Tentang Badan Otorita Pengelolaan
Pembangunan dan Infrastruktur Wilayah : Kawasan estinasi Pariwisata Nasional
Pengelola : 310. Dalam meningkatkan konektivitas, beberapa ruas jalan tol, yakni Borobudur-Yogyakarta dan
Badan Otorita ruas Cileunyi-Tasikmalaya-Cilacap-Yogyakarta-Solo serta ruas jalan tol sekitarnya

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
NO KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Pengelolaaan Bawen-Yogyakarta saat ini tengah disusun studi kelayakannya. Khusus


Kawasan untuk ruas tol Bawen-Yogyakarta diharapkan proses konstruksi dimulai
Pariwisata tahun depan.
Borubudur 311. Bandara Internasional Kulon Progo menuju destinasi wisata di
kawasan Borobudur akan dibangun oleh Kementerian PUPR dan
Proyeksi diselaraskan target penyelesaiannya dengan rencana pengoperasian
Wisatawan : bandara pada kuartal pertama 2019.
Perkiraan 312. Jalan Pansela yang belum tembus sepanjang 43,43 km, termasuk 8
kunjungan jembatan dengan total panjang 2.913 m.
wisatawan hingga 313. Selain meningkatkan akses jalan, Kementerian PUPR juga akan
tahun 2019 memberikan dukungan infrastruktur kepariwisataan, seperti pengendalian
sebanyak 2 juta banjir termasuk sabo dam, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah 3R
wisatawan. (reuse, reduce dan recycle), rumah susun, rumah swadaya dan jembatan
gantung di kabupaten sekitar KSPN Borobudur.
(Sumber kek.go.id )

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
MEMPELAJARI ISU-ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SUMBER
DAYA AIR PADA KSPN DAN KEK

Isu-Isu Strategis Nasional dan Regional

Isu-isu strategis nasional dan lokal/regional yang antara lain, meliputi:

1. Ketahanan Sumber Air

Isu-isu yang terkait dalam rangka untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi
seluruh pengguna.

2. Penyediaan Air Baku

Pemenuhan target capaian nasional untuk akses air baku perkotaan dan pedesaan
di daerah aliran sungai dan wilayah sungai yang didalamnya ada kebijakan terkait
dengan program pengembangan KSPN dan KEK.

Kebijakan pengembangan pada KSPN dan KEK, tidak akan menggangu pemenuhan
target capaian nasional untuk akses air baku perkotaan dan pedesaan serta
pengguna air baku lainnya yang sudah ada.

3. Peningkatan Kebutuhan Air

Isu-isu baru terhadap program pengembangan KSPN dan KEK pada setiap daerah
aliran sungai dan/atau wilayah sungai yang memerlukan tambahan pasokan air
baku guna penyediaan air baku pada KSPN dan KEK.

4. Ketahanan Energi

Meningkatnya pemenuhan kebutuhan akan energi berbasis tenaga air yang terkait
dengan program pengembangan pada KSPN dan KEK.

Kebijakan pada KSPN dan KEK yang Terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air

Kebijakan pada KSPN dan KEK yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air
antara lain, meliputi:

1. Peraturan Pemerintah dan Daerah yang terkait dengan KSPN dan KEK;

2. Kebijakan yang terkait dengan Pemenuhan Sumber Air Baku;

3. Kebijakan Nasional dan Daerah Penataan Ruang;

4. Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air;

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Permen PUPR tentang Penetapan Wilayah Sungai;

6. Perpres Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;

7. Permen PUPR Tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata
Pengairan;

8. Permen PUPR Tentang Penggunaan Sumber Air;

9. Permen PUPR Tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air.

KAJIAN POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI PADA KSPN
DAN KEK

Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan studi dalam rangka pemenuhan kebutuhan air
baku untuk menunjang kawasan strategis pariwisata nasional pariwisata dan kawasan
ekonomi khusus. Potensi penyediaan air baku di setiap Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), merupakan bagian dari potensi yang
sudah tercantum dan/atau merupakan tambahan potensi yang menjadi kesatuan dalam Pola
dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap wilayah sungai yang bersangkutan.

Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air disusun pada setiap wilayah sungai, dan
merupakan suatu perencanaan secara menyeluruh dan terpadu antar sektor terkait
(termasuk sektor pariwisata, industri, dan sebagainya) dalam pengelolaan sumber daya air
dan digunakan sebagai pedoman dan arahan serta dasar/landasan penyusunan program dan
rencana kegiatan setiap sektor terkait dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai.

Rancangan rencana pengelolaan sumber daya air disusun setelah pola pengelolaan sumber
daya air pada setiap telah ditetapkan atau pada tahap penetapan. Hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan bahwa tidak terjadi perubahan kondisi, kebijakan, isu-isu strategis
baru dan permasalahan yang muncul pada setiap wilayah sungai yang bersangkutan.

Dalam hal terjadi sesuatu perubahan kondisi, kebijakan, isu-isu strategis baru dan/atau
permasalahan baru yang dapat menyebabkan adanya perubahan kebutuhan akan
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai yang bersangkutan, maka perlu
dilakukan perbaikan atau revisi terhadap pola dan rencana pengelolaan sumber daya air
pada setiap wilayah sungai yang telah disusun. Tata cara penyusunan pola dan rencana
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 10/PRT/M/2015
Tentang Rencana dan Rencana Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan.

Sebagai langkah awal dalam melakukan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), perlu dilakukan
kajian terhadap program dan kegiatan dalam Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada
wilayah sungai tersebut, akan diperoleh suatu gambaran terhadap ketersediaan sumber air

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
dan kebutuhan air bagi seluruh pengguna. Apabila dari hasil kajian diperoleh suatu
kesimpulan bahwa rencana penyediaan air baku guna memenuhi kebutuhan pengembangan
pada KSPN dan KEK, maka diperlukan upaya mencari potensi tambahan sumber air baku
dalam rangka penyediaan air baku pada KSPN dan KEK.

Dari hasil kajian awal terhadap Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah
Sungai pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Ada beberapa hal yang perlu kajian lebih lanjut terhadap rencana penyediaan air
baku, antara lain meliputi :

1. Ketersediaan Data Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air

Ketersediaan data pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai pada setiap KEK atau KSPN seperti diuraikan pada tabel berikut
:

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 3.2. Ketersediaan Dokumen Pola dan Rencana PSDA Wilayah Sungai Pada Lokasi KEK dan KSPN

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DATA POLA/RENCANA
LOKASI NAMA WILAYAH SUNGAI
NO KEK/KSPN PSDA WS KETERANGAN
PROVINSI KABUPATEN/KOTA KECAMATAN SUNGAI DAS WS KEWENANGAN PPSDA RPSDA
1 2 5 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. KEK Sei Mangkei Sumatera Simalungun Bosar Maligas Tuguran Mbah Bolon Mbah Bolon Provinsi Belum Ada Belum Ada
Utara
2. KEK Tanjung Api-Api Sumatera Banyuasin Banyuasin II Telang Telang Musi-Sugihan- Pemerintah Ada Ada
Selatan Banyuasin-Lemau (Pusat)
3. KEK Tanjung Kelayang Bangka Belitung Sijuk Rajah, sapu, Cerucut Pulau Belitung Dinas SDA Belum Ada Belum Ada
Belitung Provinsi Babel

4. KEK Tanjung Lesung Banten Pandegelang Panimbnag Ciliman, Cisekeut, Ciliman Ciliman-Cibungur Dinas PUPR Belum Ada Belum Ada
Cibungur, Cikaduen, Prov. Banten
Cisanggana, Cilatak
5. KEK Mandalika NTB Lombok Tengah Pujut BR Sambur Pulau lombok Pemerintah Ada Ada
(Pusat)

6. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Kuatai Timur Kalialang Sangata, Bungalun, Karangan Karangan Pemerintah Belum Ada Belum Ada
Kalimnatan (MBTK) Timur Karangan, (Pusat)
Menumbar

7. KEK Kota Palu Sulawesi Kota Palu Paweli Wombo Palu lariang Pemerintah Ada Belum Ada FS Bendung Wombo,
Tengah (Pusat) Laporan Antara DED
Bendung Wombo
8. KEK Bitung Sulawesi Utara Kota Bitung Matuari Girian, Batu, Manado Tondano Tondano-Sangihe- Pemerintah Ada Belum Ada
Talaud-Miangas (Pusat)

9. KEK Pulau Morotai Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Tilei, Raja DAS Tilei, Halmahera Utara Pemerintah Ada Belum Ada
DAS Raja (Pusat)
10. KEK Sorong Papua Barat Papua Barat Distrik Mayamuk Warsamson Warsamson Warsamson Pemerintah Belum Ada Belum Ada Informasi Data SPAM
(Pusat) Regional

11. KSPN Borobudur Jawa Tengah Magelang Borobudur Progo, Opak, Serang Progo Progo-Opak-Serang Pemerintah Ada Ada
(Pusat)

PPSDA = Pola Pengelolaan Sumber Daya Air


RPSDA = Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Aspek Kebijakan

Pada umumnya Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap Wilayah Sungai
yang ada pada wilayah KSPN dan KEK, belum mempertimbangkan adanya kebijakan
Pemerintah terkait dengan adanya KSPN dan KEK. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena
pada umumnya saat penyiapan penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air di Wilayah Sungai disusun sebelum adanya kebijakan Pemerintah tentang KSPN
dan KEK. Seperti diketahui bahwa penyusunan Pola Pengelolaan SDA di setiap Wilayah
Sungai sudah dimulai sejak Tahun 2008, dan Rencana Pengelolaan SDA di setiap Wilayah
Sungai dimulai tahun 2011.

Isu-isu strategis nasional dan local pada saat penyusunan Pola dan Rencanan
Pengelolaan Sumber Daya Air terkait dengan penyediaan air baku terutama diarahkan
pada ketahanan pangan, target pemenuhan air minum sesuai dengan Target Millinium
Development Goal’s (MDG’s 2015) dan target nasional terhadap cakupan layanan air
bersih yaitu sebesar 100% pada Tahun 2019.

Dari isu-isu strategis tersebut, program dan penyediaan air baku ditujukan untuk
meningkatkan penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan domestic, perkotaan
dan industry rumah tangga dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mendukung kegiatan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemenuhan air baku untuk rumah tangga, pemukiman dan industry rumah tangga
dengan prioritas untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

3. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air

Dengan belum terakomodasinya kebijakan Pemerintah pada KSPN dan KEK pada saat
penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap Wilayah Sungai,
sehingga berakibat pada belum terprogramnya rencana penyediaan air baku pada KSPN
dan KEK. Program penyediaan air baku baru didasarkan atas pertimbangan pemenuhan
air baku untuk rumah tangga pemukiman dan industry rumah tangga dengan prioritas
untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.

Dengan adanya tinjauan kembali terhadap keseimbangan air yang menggambarkan


antara kebutuhan air dengan rencana penyediaan air yang selanjutnya perlu adanya
revisi Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap Wilayah Sungai, sesuai
dengan Pasal 10 Peraturan Menteri PUPR No. 10/PRT/M/2015 Tentang Rencana dan
Rencana Teknis yang dinyatakan bahwa Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air yang
telah ditetapkan dapat ditinjau dan dievaluasi kembali paling singkat setiap 5 (lima)
tahun sekali melalui konsultasi publik. Perlu dipertimbangkan lebih lanjut bahwa,
dengan adanya tambahan kebijakan Pemerintah tersebut akan berakibat pada
perubahan peningkatan kebutuhan air baku yang memerlukan sumber/potensi
tambahan air baku yang ada.

Sebagian besar kebijakan terkait dengan KEK, berada pada kawasan pantai atau dekat
pantai (Tanjung Api-Api, Tanjung Lesung, Maloy Batuta Trans Kalimantan, Mandalika,
DRAFT LAPORAN AKHIR 27
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Kelayang dan Sorong) yang mana pada umumnya
kawasan tersebut sangat terbatas baik kuantitas maupun kualitas sumber air baku yang
ada.

Sebagai contoh di wilayah KEK Tanjung Lesung, kawasan tersebut terletak di kawasan
pantai yang sangat terbatas sumber air bakunya, sehingga dari pihak pengembang
sementara mengambil air baku dari sumber air tanah yang ketersediaannya sudah
sangat terbatas, yaitu sebesar 5,10 l/dtk dan total kebutuhan air minum rata-rata yang
diperlukan pada Tahun 2023 sebesar 29,10 l/dtk dan kebutuhan dari maksimum sebesar
34,92 l/dtk

KAJIAN KONSEP KEBIJAKAN PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN DAN KEK

Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK dan KSPN Dalam Tinjauan Terhadap Peran
Pihak Pengelola Kawasan Industri Dalam Pembangunan Infrastruktur Air Baku untuk Air Minum dan
Kontribusi Pihak Pengelola Kawasan Industri Terhadap Penyediaan Air Baku Bagi Masyarkat Di
Sekitar Kawasan Industri dan Konservasi Sumber Air Baku untuk Kawasan Industri

Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009
Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), KEK adalah kawasan dengan kawasan
batasan tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu, dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2015, KSPN
adalah kawasan yang memiliki untuk pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.

Guna mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satunya diperlukan adanya


pasokan air baku. Pasokan air baku untuk KEK dan KSPN dapat dipenuhi apabila
tersedia potensi sumber air baku yang tersedia sesuai dengan kondisi masyarakat
pengguna air baku.

Pengguna adalah perseorangan, kelompok masyarakat pemakai air, badan sosial,


pelaku usaha atau badan usaha yang menggunakan sumber daya air berupa
penggunaan sumber daya air dan prasarananya sebagai media, penggunaan air dan
daya air sebagai materi, penggunaan sumber air sebagai media, atau pengguna air,
sumber air dan/atau daya air sebagai media dan materi (Pasal 1 Butir 10 Permen PUPR
N0.09/PRT/M/2015 Tentang Penggunaan Sumber Daya Air).

Kemudian dalam Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3) disebutkan bahwa :

1. Penggunaan air dan daya air sebagai materi dilakukan dengan mengambil sejumlah air dari
sumber air guna memenuhi kebutuhan air baku.

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Kebutuhan air baku diperuntukan guna memenuhi kebutuhan air minum rumah tangga dan
kebutuhan air minum lainnya untuk rumah tangga, irigasi, penggelontoran rutin, usaha
penyediaan air minum, usaha industry, usaha akomdasi atau kegiatan usaha lain.

3. Penggunaan air dan daya air sebagai materi, dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan
penggunaan, serta penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah
dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.

Kawasan KEK dan KSPN merupakan suatu kawasan ekonomi yang dikelola oleh Badan
Usaha dalam rangka untuk menyelenggarakan fungsi ekonomi. Dalam
penyelenggaraan, badan usaha dapat berbentuk BUMN, BUMD ataupun Badan Usaha.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 122 Tahun 2015 Tentang
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), disebutkan bahwa :

Pasal 1 Butir 18

Badan usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang selanjutnya disebut Badan
Usaha adalah Badan Usaha berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang bidang
usaha pokoknya bukan merupakan usaha penyediaan penyediaan Air Minum dan
salah satu kegiatannya menyelenggarakan SPAM untuk kebutuhan sendiri di wilayah
usahanya.

Pasal 52. Tentang Pelaksanaan SPAM oleh Badan Usaha

1. Badan Usaha dapat melakukan penyelanggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri
pada kawasan belum terjangkau pelayanan Air Minum oleh BUMN, BUMD, UPT dan UPTD.

2. Penyelenggaraan SPAM untuk memnuhi kebutuhan sendiri dilaksanakan untuk.

1. Memenuhi kebutuhan pokok Air minum sehari- hari, dan

2. Tidak melayani masyarakat umum.

Kemudian berdassarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 121 Tahun 2015


Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa :

Pasal 1 Butir 9 :

Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk
memenuhi kebutuhan usaha.

Pasal 4, dasar Penyelenggaraan Pengusahaan Sumber Daya Air :

1. Pengusahaan Sumber Daya Air dilakukan pada Sumber Daya Air Permukaan dan Air Tanah.

2. Pengusahaan Sumber Daya Air mengutamakan Sumber Daya Air Permukaan;

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Pengusahaan Sumber Daya Air dapat diselenggarakan apabila Air untuk kebutuhan pokok
sehari- hari dan pertanian rakyat telah terpenuhi, serta sepanjang ketersediaan air masih
mencukupi.

4. Pengusahaan Sumber Daya Air dilakukan dengan memperhatikan fungsi social dan
lingkungan hidup, serta terjaminnya keselamatan kekayaan Negara dan kelestarian
lingkungan.

Pasal 5 :

1. Pengusahaan Sumber Daya Air diselenggarakan berdasarkan rencana penyediaan air


dan/atau zona pemanfaatan ruang pada sumber air untuk Pengusahaan Sumber Daya Air
yang terdapat dalam Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air.

Pasal 6, Pengusahaan Pengusahaan Sumber Daya Air berupa :

1. Kegiatan usaha yang memerlukan Air sebagai bahan baku utama untuk menghasilkan produk
berupa Air Minum; atau

2. Kegiatan usaha yang memerlukan Air sebagai bahan pembantu proses produksi untuk
menghasilkan produk selain Air Minum.

Pasal 8 :

1. Pemenuhan Air untuk berbagai kebutuhan Sumber Daya Air dilakukan melalui alokasi Air

2. Alokasi Air dilakukan berdasarkan prioritas adalah Air

3. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.

Pasal 17 :

1. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan kepada :

1. Badan Usaha Milik Negara;

2. Badan Usaha Milik Daerah;

3. Badan Usaha Milik Desa;

4. Badan Usaha Swasta;

5. Koperasi; atau

6. Perseorangan.

Hak dan Kewajiban Pemegang Izin

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pasal 30 :

1. Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Air berhak untuk :

1. Memperoleh dan mengusahakan Air Permukaan, Sumber Air Permukaan, dan/atau Daya Air
Permukaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin; dan

2. Membangun prasarana dan sarana Sumber Daya Air dan Bangunan lain sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin.

3. Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Air wajib untuk.

1. Mematuhi ketentuan dalam izin;

2. Membayar biaya jasa Pengelolaan Sumber Daya Air dan membayar kewajiban keuangan lain
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang- undangan;

3. Melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi Sumber Daya Air;

4. Melindungi dan mengamankan prasarana Sumber Daya Air;

5. Melakukan usaha pengendalian terjadinya pencemaran air;

6. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan; dan

7. Memberikan akses untuk penggunaan Air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari- hari
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

Wewenang dan Tamggung Jawab Pemberi Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.

Pasal 31

1. Pemberi izin Pengusahaan Sumber Daya Air mempunyai wewenang :

1. Menetapkan izin

2. Mengubah izin

3. Memperpanjang izin

4. Memberikan sanksi administratif

1. pemberi izin Pengusahaan Sumber Daya Air mempunyai tanggung jawab untuk :

1. Memenuhi kuota Air sesuai ketentuan yang tercantum dalam izin dan sesuai dengan
ketersediaan air;

2. Memfasilitasi penyelesaian sengketa yang timbul akibat pelaksanaan izin Pengusahaan


Sumber Daya Air; dan

3. Mengatur pemberian ganti rugi atau kompensasi.

4. Pemegang Izin Pengusahaan Air Tanah

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pasal 43

1. Pemegang Izin Pengusahaan Air Tanah wajib untuk :

1. Memberikan 15 % (lima belas persen) dari batasan debit Pengusahaan Air Tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok seharri- hari masyarakat setempat.

Dari ketentuan yang tercantum pada peraturan perundang- undangan terkait dengan
Pengusahaan Sumber Daya Air antara lain dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengelolaan kawasan industri dalam menjalankan usahanya, memerlukan air baik sebagai
bahan utama untuk menghasilkan produk berupa Air Minum yang diperlukan untuk kegiatan
usahanya dan/atau dalam menjalankan usahanya memerlukan Air sebagai bahan pembantu
proses produksi untuk menghasilkan produk selain Air Minum. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber
Daya Air, dinyatakan bahwa : Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan
Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan usaha.

Dengan ketentuan tersebut, pengelola kawasan industri terkait dengan


penggunaan Air Baku dapat diklasifikasikan sebagai Badan usaha yang
menyelenggarakan Pengusahaan Sumber Daya Air.

Pengusahaan Sumber Daya Air yang dilakukan pada titik atau lokasi tertentu pada
Sumber Air, ruas tertentu pada Sumber Air, atau bagian tertentu dari Sumber Air
dilaksanakan berdasarkan izin Pengusahaan Sumber Daya Air dan Izin
pengusahaan Air Tanah (Pasal 15 PP No 121 Tahun 2015).

2. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.

1. Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Air berhak untuk (Pasal 30):

1. Memperoleh dan mengusahakan Air Permukaan, Sumber Air Permukaan, dan /atau Daya Air
Permukaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin; dan

2. Membangun prasarana dan sarana Sumber Daya Air dan bangunan lain sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin.

3. Pengelola Kawasan selaku Badan Usaha pemegang izin Pengusahaan Sumber Daya Air wajib
untuk :

1. Mematuhi ketentuan dalam izin;

2. Membayar biaya jasa Pengelolaan Sumber Daya Air dan membayar kewajiban keuangan lain
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang- undangan;

3. Melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi Sumber Daya Air;

4. Melindungi dan mengamankan prasarana Sumber Daya Air;

5. Melakukan usaha pengendalian terjadinya pencemaran air;

6. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan; dan


DRAFT LAPORAN AKHIR 32
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Memberikan akses untuk penggunaan Air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari- hari
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

Dalam hal Pengusahaan Air Tanah, Badan Usaha wajib untuk memberikan 15
% (lima belas persen) dari batasan debit Pengusahaan Air Tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok seharri- hari
masyarakat setempat.

8. Pemegang izin Pengusahaan Sumber Daya Air yang memerlukan kegiatan konstruksi, juga
berkewajiban untuk :

1. Mencegah terjadinya pencemaran air akibat pelaksanaan konstruksi;

2. Memulihkan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi;

3. Menjamin kelangsungan pemenuhan Air bagi kebutuhan pokok sehari- hari masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan yang terganggu akibat pelaksanaan konstruksi;

4. Memberikan tanggapan yang positif dalam hal timbul gejolak social masyarakat di sekitar
lokasi kegiatannya; dan

5. Melaksanakan operasi dan/atau pemeliharaannya terhadap prasarana dan/sarana yang


dibangun.

6. Pemberi Izin Pengusahaan Sumber Daya Air mempunyai tanggung jawab untuk :

1. Memenuhi kuota Air sesuai ketentuan yang tercantum dalam izin dan sesuai dengan
ketersediaan air;

2. Memfasilitasi penyelesaian sengketa yang timbul akibat pelaksanaan izin Pengusahaan


Sumber Daya Air; dan

3. Mengatur pemberian ganti rugi atau kompensasi.

4. Sesuai dengan Pasal 34 ayat (3) PP No 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus dinyatakan bahwa :

Badan usaha yang telah ditetapkan sebagai Badan Usaha untuk membangun KEK
bertanggung jawab atas pembiayaan KEK.

Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Penyediaan Air Baku pada Kawasan KEK dan/atau KSPN dan
Tinjauan Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri di Wilayah Sungai Kewenangan Pusat

1. Badan Usaha

1. Mengajukan permohonan izin penggunaan air yang disertai detail plan dan desain bangunan
dan/atau prasarana yang diperlukan ditambah kebutuhan air baku bagi masyarakat di
sekitar kawasan industri sebesar 15% dari total kebutuhan air baku kawasan KEK/KSPN.

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Melakukan upaya konservasi sumber daya air di kawasan KEK/KSPN untuk menjaga
lingkungan agar terjamin terjaganya fungsi kawasan sebagai penyangga sumber daya air,
kualitas sumber air serta air buangan dan fungsi kawasan terhadap potensi daya rusak air
(Banjir/Bencana Banjir).

3. Melaksanakan pembangunan pengelolaan bangunan dan/atau prasarana sumber daya air


yang diperlukan dengan Biaya Badan Usaha sendiri guna memenuhi kebutuhan sumber air
baku bagi kawasan KEK/KSPN.

4. Menggunakan air baku sesuai dengan batas alokasi/kuota maksimum yang diijinkan oleh
pejabat berwenang.

5. Dalam hal etrjadi keterbatasan dan/atau kekurangan sumber air baku yang tersedia, badan
usaha dapat disediakan melalui upaya, antara lain:

1. Konservasi air hujan/permukaan di kawasan KEK/KSPN

2. Penghematan penggunaan air

3. Tinjauan kembali terhadap rencana pengembangan kawasan KEK/KSPN

4. Menyediakan air baku dengan alternatif selain dari sumber air baku air permukaan dan
sumber air baku air tanah (misal dari sumber air laut)

5. Melaporkan secara periodik terhadap jumlah/volume air yang digunakan kepada pejabat
berwenang sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada pemberian izin penggunaan air.

6. Membayar jasa pengelolaan sumber daya air dan membayar kewajiban keuangan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Permohonan izin pengusahaan sumber air baku guna keperluan penyediaan air bagi
kawasan KEK/KSPN paling sedikit memuat :

1. Nama, pekerjaan dan alamat pemohon;

2. Maksud dan tujuan penggunaan air baku;

3. Rencana lokasi penggunaan/pengambilan air;

4. Bentuk pengusahaan atau jumlah air yang diperlukan untuk penyediaan air;

5. Jangka waktu yang diperlukan untuk penyediaan air;

6. Jenis prasarana dan teknologi yang akan digunakan;

7. Rencana desain dan bangunan dan/atau prasarana yang diperlukan;

8. Rencana pelaksanaan pembangunan bangunan dan/atau prasarana; dan

9. Hasil konsultasi publik atas pengambilan air baku.

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. Balai Besar/Wilayah Sungai

1. Balai Besar/Balai Wilayah Sungai selaku pengelola Sumber Daya Air di wilayah sungai
menyampaikan pertimbangan rekomendasi teknis dan saran kepada Mentri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Sumber Air. Pertimbangan teknis dan
saran dari BBWS/BWS memuat informasi mengenai :

1. Jenis pengusahaan yang diperbolehkan;

2. Lokasi pengusahaan atau pengambilan air;

3. Jumlah maksimum pengambilan air yang dapat dialokasikan;

4. Cara pengambilan air;

5. Rencana desain bangunan dan/atau prasarana;

6. Neraca air pada wilayah sungai; dan

7. Kondisi air.

8. Dalam menentukan besarnya alokasi air yang akan dialokasikan kepada Badan Usaha perlu
dilakukan ;

1. Mengevaluasi neraca air pada wilayah sungai yang sudah ada

2. Dalam hal ketersediaan sumber air baku seperti yang diprogramkan dalam program
penyeediaan air baku (jangka pendek sampai jangka panjang) tidak mencukupi, perlu
dilakukan dengan upaya mencari Potensi Sumber Air Baku Tambahan.

3. Potensi Sumber Air Baku Tambahan tersebut, digunakan seabgai dasar untuk Revisi
terhadap Rencana Program Penyediaan Air Baku Jangka Panjang dalam Penyusunan Program
dan Kegiatan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air (RSPDA) di wilayah sungai.

4. Dalam hal dijumpai keterbatasan Potensi Penyediaan Air Baku, BBWS/BWS menyampaikan
rekomendasi teknis dan saran kepada Menteri PUPR/CV Direktur Jendral Sumber Daya Air
yang antara lain memuat :

1. Batas maksimum air baku yang dapat disediakan/dialokasikan sesuai dengan urutan prioritas
penggunaan air baku di wilayah sungai

2. Kekurangan air baku untuk dapat disediakan sendiri oleh Badan Usaha antara lain melalui
upaya :

1. Konservasi air hujan/air permukaan di kawasan KEK/KSPN

2. Penghematan air

3. Re Use, atau melakukan daur ulang terhadap air buangan yang ada di kawasan KEK/KSPN

4. Tinjauan kembali terhadap skala rencana pengembangan KEK/KSPN

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Mencari alternatif sumber air baku selain dari sumber air permukaan dan sumber air tanah,
misalnya melalui sumber air yang berasal dari air laut

Pembentukan KEK dan/atau KSPN

Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK/KSPN
sebagaimana diuraikan pada gambar berikut :

1. Prosedur Pengusulan KEK Munurut Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik
Indonesia

Gambar 3.2. Prosedur Pengusulan KEK Menurut Dewan Nasional KEK Republik Indonesia

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Usulan Pembentukan KEK dan KSPN

1. Usulan oleh Badan Usaha di Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah

1. Lokasi KEK/KSPN berada dalam satu Wilayah Sungai Kewenagan Pemerintah

Badan Usaha Pemerintah Pemerintah Dewan


Kab/Kota Provinsi Nasional

Usulan Pembuatan 1. Dokumen KEK


KEK/KSPN 2. Rencana Kebutuhan
Air
3. Rencana Penyediaan
Air

Evaluasi dan
Verifikasi
20 hari
Ditolak Ya
Setuju

Evaluasi dan
Verifikasi

Memenuhi Tidak
Syarat

Ya

Penetapan

* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.3. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi
KEK/KSPN Berada Dalam Satu Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Lokasi KEK/KSPN berada dalam lintas Wilayah Kabupaten/Kota

Badan Usaha Pemerintah Pemerintah Dewan


Kab/Kota Provinsi Nasional

Usulan Pembuatan
KEK/KSPN

Koordinasi Usulan

Evaluasi dan
Verifikasi
20 hari

Tidak
Setuju Alasan

10 hari
Ya
Pengembalian
Usulan

Verifikasi dan
Evaluasi
20 hari

Memenuhi
Syarat
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Penetapan
Gambar 3.4. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi KEK
Berada Dalam Lintas Wilayah Kabupaten/Kota

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Usulan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

Pemerintah Pemerintah Dewan


Kab/Kota Provinsi Nasional

Usulan Pembuatan
KEK/KSPN

Verifikasi dan
Evaluasi
20 hari

Tidak Memenuhi Ya
Syarat

Penetapan

* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.5. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Usulan oleh Pemerintah Provinsi

Pemerintah Pemerintah Dewan


Kab/Kota Provinsi Nasional

Usulan Pembuatan
KEK/KSPN

Verifikasi dan
Evaluasi

Ya
Setuju

Tidak 20 hari
Penetapan
Alasan

* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.6. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Provinsi

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Usulan oleh Kementerian/Lembaga Non Pemerintah

Kementerian Pemerintah Pemerintah Dewan Presiden


/Lembaga Kab/Kota Provinsi Nasional
Non
Pemerintah

Usulan Verifikasi dan Kajian


Pembuatan Evaluasi
KEK/KSPN
Tidak
Verifikasi dan
Evaluasi Setuju
Konsultasi

Ya
Rekomtek, RPP

Penetapan

* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.7. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK dan KSPN oleh Kementerian/Lembaga Non
Pemerintahan

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Konsep Kebijakan

1. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah

Badan Usaha Pemerintah BBWS/BWS Menteri PUPR


Provinsi

1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Evaluasi dan Verifikasi
Masyarakat Sekitar
Kawasan)

Perintah Rekomtek

Evaluasi dan Verifikasi


Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai

Kecukupan Cukup Rekom


Ketersediaan Air tek
Baku Yang Ada

Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Rekomendasi Teknis Baku
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat disediakan Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat disediakan melalui Cukup
upaya : Penetapan :
1. Koservasi air hujan/ permukaan di kawasan Tidak 1. Kuota/alokasi Air Baku
KEK/KSPN; maksimum yang dapat
2. Penghematan air; Rekomtek disediakan.
3. Tinjauan kembali pengembangan KEK/ KSPN; 2. Tanggung jawab pelaksanaan
4. Alternatif sumber air baku permukaan dan air pembangunan Serta operasi
tanah, misal dari air laut.Sampai Sebelum WTP. pemeliharaan prasarana SDA
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air oleh Badan Usaha

Gambar 3.8. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan
Pemerintah

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Pemerintah Kabupaten/Kota

Pemerintah Pemerintah BBWS/BWS Menteri PUPR


Kab/Kota Provinsi

1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Masyarakat Sekitar Evaluasi dan Verifikasi
Kawasan)

Perintah Rekomtek

Evaluasi dan Verifikasi

Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai

Kecukupan Cukup Rekom


Ketersediaan Air tek
Baku Yang Ada

Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Baku Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku
Rekomendasi Teknis
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat Cukup
disediakan Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat Penetapan :
disediakan melalui upaya : 1. Kuota/Alokasi Air Baku Maks.
Tidak
1. Koservasi air hujan/ permukaan di yang Dapat Disediakan
kawasan KEK/KSPN; 2. Tanggung Jawab Pelaksanaan
Rekomtek
2. Penghematan air; Pembangunan serta O & P oleh
3. Tinjauan kembali pengembangan Pemprov, Pemkab/ Kota Dalam
KEK/ KSPN; Pembangunan WTP dan
4. Alternatif sumber air baku Jaringan Air Baku
permukaan dan air tanah, misal 3. Tanggung Jawab Pemerintah
dari air laut.Sampai Sebelum WTP. Bangunan Pengambilan Sampai
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.9. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Kabupaten/Kota

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Pemerintah Provinsi

Pemerintah BBWS/BWS Menteri PUPR


Provinsi

1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Masyarakat Sekitar Perintah Rekomtek
Kawasan)

Evaluasi dan Verifikasi

Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai

Kecukupan Cukup
Ketersediaan Air Rekomtek
Baku Yang Ada

Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Baku Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku
Rekomendasi Teknis
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat Ya
disediakan Cukup
Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat Penetapan :
disediakan melalui upaya : Tidak 1. Kuota/Alokasi Air Baku Maks.
1. Koservasi air hujan/ permukaan di yang Dapat Disediakan
kawasan KEK/KSPN; 2. Tanggung Jawab Pemprov
Rekomtek
2. Penghematan air; Dalam Pelaksanaan
3. Tinjauan kembali pengembangan Pembangunan serta O & P
KEK/ KSPN; WTP dan Jaringan Air Baku
4. Alternatif sumber air baku 3. Tanggung Jawab Pemerintah :
permukaan dan air tanah, misal Bangunan Pengambilan Sampai
dari air laut.Sampai Sebelum WTP. Sebelum WTP

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.10. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Provinsi

4. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah

Kementerian/ BBWS/BWS Menteri PUPR


Lembaga Non
Pemerintah

Usul Kuota Air Baku

Perintah Rekomtek

Evaluasi dan Verifikasi

Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai

Kecukupan Cukup
Ketersediaan Air
Baku Yang Ada
Rekomtek

Tidak
Penetapan
Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku

Ya
Cukup
Cukup
Penetapan :
Tidak Kuota/Alokasi Air
Baku Maks. yang
Rekomtek Dapat Disediakan

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Gambar 3.11. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah

DRAFT LAPORAN AKHIR 46


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding/MOU)

Secara garis besar pelaksanaan penyediaan air baku pada KEK diperlukan adanya
Nota Kesepahaman (MOU) seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3. Draft Nota Kesepahaman (MOU)

Draft Nota Kesepahaman (MOU)


Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Ekonomi Khusus
(Yang Pembentukannya Atas usulan Badan Usaha)
Di Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah

NO. KEGIATAN BADAN PEMERINTAH PEMERINTAH BBWS/BWS MENTERI KETERANGAN


USAHA KAB/KOTA PROVINSI PUPR

A. Alternatif I

1. Usulan Pelaksana Evaluasi/ Verifikasi Evaluasi/ Evaluasi/ Ketetapan Badan Usaha


kuota/Alokasi Air Verifikasi Verifikasi Kuota Air diwajibkan
Baku dan Detail Baku membayar :
Desain
1. Jasa
2. Pembangunan Pelaksana Supervisi/ Koordinasi Supervisi/ Supervisi/ - Pengelolaan
Koordinasi Koordinasi SDA

3. O&P/ Pelaksana Pengawasan Pengawasan Pengawasan - 2. Kewajiban


Pengelolaan keuangan lain
sesuai dengan
4. Operator Pelaksana Pengawasan Pengawasan Pengawasan - ketentuan
peraturan
5. Laporan pelaksana Monitoring Monitoring Monitoring - perundang-
Penggunaan Air Evaluasi undangan
Baku

B. Alternatif II

1. Usulan - Pelaksana Evaluasi/ Rekomtek Ketetapan Badan Usaha


kuota/Alokasi Air Verifikasi Kuota Air diwajibkan
Baku Baku membayar :

2. Pembangunan, O 1. Jasa
&P: Pengelol
aan SDA
1. Intake s/d - Supervisi/ Koordinasi Supervisi/ Pelaksana -
sebelum WTP Koordinasi 2. Retribusi
penggun
2. WTP s/d - Supervisi/ Koordinasi Pelaksana - - aan air
Jaringan baku
melalui
3. Instalasi Pelaksana - - - - badan
Jaringan IPA

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO. KEGIATAN BADAN PEMERINTAH PEMERINTAH BBWS/BWS MENTERI KETERANGAN
USAHA KAB/KOTA PROVINSI PUPR

didalam KEK pengelol


a KEK
4. Operator - Pelaksana/PDAM Pengawasan - - kepada
Pemerin
5. Laporan Pelaksana Pelaksana Monitoring Monitoring -
tah
Penggunaan Evaluasi
Daerah
Air Baku

6. Revisi Neraca Air di Wilayah Sungai

Revisi neraca air di wilayah sungai dilaksanakan dalam rangka untuk menentukan
jumlah/volume air baku tambahan guna memenuhi tambahan kebutuhan air baku
guna keperluan di kawasan KEK/KSPN.

Dari data neraca air di wilayah sungai yang sudah ada, akan dapat diketahui
kondisi ketersediaan sumber air yang sudah ada sesuai dengan waktu rencana
penyediaan air baku untuk KEK/KSPN diperlukan.

Dengan adanya tambahan kebutuhan air baku untuk kebutuhan KEK/KSPN, ada
beberapa hal kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:

1. Ketersediaan air baku yang ada masih mencukupi;

2. Ketersediaan air baku yang ada sudah tidak mencukupi, tetapi debit andalan (Q90) sebagai
potensi sumber air baku masih mencukupi;

3. Ketersediaan sumber air baku dan potensi sumber air baku yang ada tidak dapat memenuhi
kebutuhan air baku tambahan yang diperlukan.

Dalam hal ketersediaan air baku yang ada masih mencukupi, maka tidak
diperlukan tambahan penyediaan air baku terhadap sistem penyediaan sumber air
baku yang sudah ada.

Apabila ketersediaan air baku yang ada sudah tidak mencukupi, tetapi debit
andalan (Q90) masih mencukupi, maka diperlukan tambahan prasarana air baku
guna keperluan penyediaan air baku yang diperlukan tanpa membangun
bangunan embung dan/atau waduk.

Apabila ketersediaan air baku yang ada serta debit andalan (Q90) sudah tidak
dapat mencukupi, tetapi potensi debit (Q50) masih mencukupi, maka diperlukan
tambahan prasarana air baku guna keperluan penyediaan air baku yang

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
diperlukan dengan membangun bangun embung, waduk dan bangunan
pengambilan air baku.

Apabila ketersediaan air baku yang ada serta potensi debit (Q50) sudah tidak
mencukupi, maka pemenuhan kebutuhan air yang diperlukan, ditentukan oleh
besarnya potensi sumber air baku yang ada. Kekurangan air baku yang dibutuhkan
dilakukan dengan upaya antara lain :

1. Konservasi air hujan/air permukaan di kawasan KEK/KSPN;

2. Penghematan air;

3. Re Use atau atau melakukan upaya daur ulang terhadap air buangan yang ada di kawasan
KEK/KSPN;

4. Tinjauan kembali terhadap skala rencana pengembangan KEK/KSPN;

5. Mencari alternatif sumber air baku selain dari sumber air baku dari air permukaan dan air
tanah, misalnya melalui sumber air yang berasal dari air laut.

Sebagai gambaran keseimbangan air yang ada dalam RPSDA untuk rencana revisi
keseimbangan air yang diperlukan seperti digambarkan pada gambar berikut :
m3/dtk
Debit

0 5 10 15 20 25 dst
Tahun
: Kebutuhan air baku sesuai RPSDA yang sudah ada
: Rencana penyediaan air baku sesuai RPSDA yang sudah ada
: Revisi rencana penyediaan air baku dalam RPSDA

1 : Rencana pembangunan prasarana air baku sesuai dalam RPSDA yang ada

2 : Tambahan pembangunan prasarana air baku untuk penyediaan air baku tambahan
pada kawasan KEK/KSPN
DRAFT LAPORAN AKHIR 49
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 3.12. Neraca Air RPSDA Wilayah Sungai

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB IV

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei berada di Kecamatan Bosar Maligas,
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Akses dari KEK Sei Mangkei ke jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, jarak ke
Pelabuhan Kuala Tanjung, kurang lebih 40 km, dan jarak ke Bandara Internasional
Kualanamu kurang lebih 110 km.

KEK SEI MANGKEI

Gambar 4.1. Peta Orientasi KEK Sei Mangkei Dalam Wilayah Provinsi Sumut

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.2. Peta Orientasi KEK Sei Mangkei Dalam Wilayah Kabupaten Simalungun

Dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai, KEK Sei Mangkei berada pada Daerah Aliran Sungai Sipare-
pare Wilayah Sungai Bah Bolon.

Wilayah Sungai Bah Bolon merupakan Wilayah Sungai lintas Kabupaten/Kota dan
pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber: Dokumen Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Bah Bolon

Gambar 4.3. Peta Wilayah Sungai Provinsi Sumatera Utara

Secara administratif, WS. Bah Bolon meliputi 5 (lima) kabupaten/kota, yaitu


Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Serdang
Bedagai, dan Kabupaten Simalungun.

Luas WS. Bah Bolon sebesar ±4.265,92 km2, dimana Kabupaten Simalungun dan
Kabupaten Batubara merupakan wilayah administrasi terbesar yang masuk WS. Bah
Bolon, yaitu 63,92% dan 21,21%.

WS. Bah Bolon memiliki 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Sipare-pare,
DAS Bolon, DAS Perupuk, DAS Kiri dan DAS Silau Bonto. DAS terbesar yaitu DAS Bolon
dengan luas 1.930,50 km2.

Tabel 4.1. Sebaran Luas Kabupaten/Kota dalam WS. Bah Bolon

WILAYAH LUAS (km2) PROSENTASE (%)


Kabupaten Asahan 460,92 10,80
Kabupaten Batubara 904,96 21,21
Kota Pematang Siantar 79,97 1,87
Kabupaten Serdang Bedagai 93,33 2,19
Kabupaten Simalungun 2.726,74 63,92

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Jumlah 4.265,92 100,00

Profil Umum

1. Profil KEK Sei Mangkei

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei ditetapkan melalui Peraturan


Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012 dan
merupakan KEK pertama di Indonesia yang telah diresmikan beroperasi oleh
Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015. KEK Sei Mangkei yang berlokasi di
Provinsi Sumatera Utara memiliki bisnis utama berupa industri kelapa sawit dan
karet dan difokuskan untuk menjadi pusat pengembangan industri kelapa sawit
dan karet hilir berskala besar dan berkualitas internasional.

Sebagai kawasan industri yang berada di sentra bahan baku berbasis agro dan
dekat dengan Selat Malaka, KEK Sei Mangkei juga memiliki bisnis pendukung yaitu
logistik dan pariwisata. Dengan total luas lahan sebesar 2.002,7 ha, KEK Sei
Mangkei terbuka akan potensi industri lainnya terutama di sektor hilir dengan
nilai tambah yang tinggi.

KEK Sei Mangkei didukung dengan infrastruktur di dalam dan luar kawasan. Akses
dari KEK Sei Mangkei ke jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, jarak ke
Pelabuhan Kuala Tanjung kurang lebih 40 km dan jarak ke Bandara Internasional
Kualanamu kurang lebih 110 km.

Hingga akhir 2016, aliran investasi pelaku usaha untuk aktivitas industri di KEK Sei
Mangkei telah mencapai Rp3,52 triliun dan direncakan menjadi Rp5,52 triliun
pada akhir 2017. Saat beroperasi penuh di tahun 2025, KEK ini diproyeksikan
dapat menarik total investasi sebesar Rp129 triliun serta memberikan kontribusi
pada PDRB sebesar Rp92,1 triliun per tahun.

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK SEI MANGKEI

(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.4. Peta Lokasi KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.5. Peta Wilayah Sungai KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 4.2. Profil Umum KEK Sei Mangkei

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Sei Mangkei Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
2. Industri Pengolahan 12. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari 24. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Kelapa Sawit Gardu Induk di KEK, dan direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Simalungun, 3. Industri Pengolahan Karet Tenaga Gas 250 MW pada 2018 25. PP No. 29 Tahun 2012
Sumatra Utara 13. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Master Plan : Sungai Bah Tungguran, dan direncanakan beroperasi instalasi pengolahan Sei Mengkei
Luas Area : 4. Area Industri Sawit air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret 2017.
2.002,7 Ha 5. Area Industri Karet 14. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Administrator :
6. Area Saprodi Kilang Regasifikasi Arun. 26. Perda No. 4 Tahun 2014
Badan Usaha 7. Area Aneka Industri 15. Tersedia sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang tentang Administrator KEK Sei
Pembangunan dan 8. Area Logistik dan Gudang memadai. Mangkei
Pengelola : 9. Area Komersial 16. Tersedia instalasi pengolahan limbah terpusat kapasitas 250 27. SK Gubsu tentang
PT. Perkebunan 10. Area Pariwisata m³/jam. Pembentukan Administrator
Nusantara III (PTPN 11. Area Perumahan 17. Tersedia dryport kapasitas 5.300 TEUs/tahun 28. SK Penetapan Administrato1
III) 18. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000
Ton (CPO) Badan Usaha Pembangunan Pengelola
Proyeksi Tenaga 19. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 :
Kerja : ha. 29. SK Bupati ttg Penetapan BU
83.304 orang 20. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada Pembangun dan Pengelola
pemadam kebakaran, pusat inovasi kelapa sawit, dan perumahan

Infrastruktur Wilayah :
21. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Belawan/Kuala Tanjung
22. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Kuala Tanjung
23. Penanganan Jalan Nasional akses Sei Mangkei – Pelabuhan Kuala
Tanjung/Belawan
(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
30. Regulasi KEK Sei Mangkei

1. Peraturan Penyelenggaraan :

1. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

2. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei

3. Administrator :

4. Perda No. 4 Tahun 2014 Tentang Administrator KEK Sei Mangkei

5. SK Gubsu Tentang Pembentukan KEK

6. SK Penetapan Administrator 1

7. Badan Usaha Pembangun Pengelola :

8. SK Bupati Tentang Penetapan BU Pembangun dan Pengelola

9. Infrastruktur KEK Sei Mangkei

10. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Sei Mangkei :

11. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari Gardu Induk di KEK, dan
direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas 250 MW pada 2018

12. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Sungai Bah Tungguran, dan
direncanakan beroperasi instalasi pengolahan air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret
2017.

13. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Kilang Regasifikasi Arun.

14. Tersedia sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang memadai.

15. Tersedia instalasi pengolahan limbah terpusat kapasitas 250 m³/jam.

16. Tersedia dryport kapasitas 5.300 TEUs/tahun

17. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000 Ton (CPO)

18. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 ha.

19. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada pemadam kebakaran, pusat
inovasi kelapa sawit, dan perumahan.

20. Infrastruktur Wilayah KEK Sei Mangkei :

21. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung

22. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Kuala Tanjung

23. Penanganan Jalan Nasional akses Sei Mangkei – Pelabuhan Kuala Tanjung/Belawan

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 4.6. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 4.7. Infrastruktur Wilayah KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

1. Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Bosar Maligas pada tahun 2015 yaitu 40.371 jiwa
dengan kepadatan penduduk 141,22 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Kecamatan
Bosar Maligas terbanyak berada di Nagori Dusun Pengkolan, sementara jumlah
penduduk terkecil terdapat di Nagori Mekar Rejo. Berdasarkan Data dari buku
Statistik Daerah Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016, Indikator penduduk
Kecamatan Bosar Maligas dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.3. Indikator Penduduk Kecamatan Bosar Maligas

URAIAN 2013 2014 2015


Jumlah Penduduk (Jiwa) 39.657 40.136 40.371
kepadatan (Jiwa/Km2) 138,72 140,38 141,22

Dilihat dari tabel diatas kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 1,27 %,
sedangkan dari tahun 2014-2015 sebesar 0,58 %. Kenaikan rata-rata dua tahu
kebelakang sebesar 0,925 %.
Berdasarkan rata- rata perkembangan jumlah penduduk tersebut, dapat
diproyeksikan perkirakan jumlah penduduk Kecamatan Bosar Maligas Hingga
Tahun 2034, seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Proyeksi Perkiraan Jumlah Penduduk Kecamatan Bosar Maligas Dari Tahun 2015 Sampai
Tahun 2035

NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa)


1 2015 40.371
2 2020 42.664
3 2025 44.674
4 2030 46.779
5 2035 48.534

Merujuk kepada tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat
dihitung perkiraan kebutuhan air dimasa mendatang dengan menggunakan
Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU, sebagaimana
diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 4.5. Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Bosar Maligas

TAHUN

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO URAIAN SATUAN 2015 2020 2025 2030 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 40.371 42.273 44.265 46.350 48.534
2 Tingkat pelayanan (Jaringan
% 24,42 60 70 80 90
Perpipaan PDAM)
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 16.148 25.363 30.985 37.080 43.680
KEBUTUHAN DOMESTIK
4 Pelayanan rumah tangga =
70% jumlah penduduk jiwa 11.303 17.754 21.689 25.956 30.576
terlayani
5 Kebutuhan air rumah tangga lt/hr/org 90 90 90 90 90
6 Jumlah kebutuhan air rumah lt/hari 1.017.270 1.600.560 1.952.010 2.338.740 2.778.840
tangga = jumlah penduduk x
lt/detik 11,77 18,52 22,94 27,07 32,16
kebutuhan air per hari
7 Jumlah sambungan rumah
unit 2.260 3.550 4.337 5.191 6.115
tangga
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 4.844 7.608 9.295 11.124 13.104
9 Kebutuhan air untuk kran
lt/hr/org 30 30 30 30 30
umum
10 Jumlah kebutuhan air utk kran lt/hari 145.320 228.240 278.859 333.720 393.120
umum = jumlah penduduk x
lt/detik 1,68 2,64 3,23 3,86 4,55
kebutuhan air/hr
11 Jumlah sambungan untuk kran
Unit 32 50 62 74 87
umum
12 Jumlah keb. air domestik =
keb air untuk rumah tangga + lt/detik 13,45 21,46 26,17 30,93 37,01
keb. air untuk kran umum
KEBUTUHAN NON DOMESTIK
(FASILITAS)
13 Persentase kebutuhan air non
domestik dari Kebutuhan % 15,00 15,00 20,00 20,00 20,00
Domestik
14 Jumlah kebutuhan air non lt/detik
2,017 3,22 5,23 6,18 7,40
domestik
JUMLAH KEBUTUHAN AIR
15 KEBUTUHAN AIR = keb air lt/detik
domestik + keb air non 15,47 24,68 31,44 37,11 44,41
domestik
16 Tingkat kebocoran % 35,00 10,00 10,00 10,00 10,00
17 Jumlah kebocoran air = lt/detik
Tingkat kebocoran (%) x 5,41 2,47 3,14 3,71 4,44
KEBUTUHAN AIR
18 KEBUTUHAN AIR RATA-RATA = lt/detik
20,88 27,15 34,58 40,82 48,85
kebutuhan air + kebocoran air
19 Kebutuhan harian maksimum lt/detik
= 1.15 x kebutuhan air baku 24,01 31,22 39,77 46,94 56,18
rata-rata

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Industri

Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dikembangkan untuk mendukung


pembangunan kegiatan industri beserta sarana dan prasarana pendukungnya.
Didalam Master Plan pengembangan kawasan ini terbagi atas beberapa zona
peruntukan ruang (lahan) yaitu :

1. Zona Industri

Dari total luas kawasan 2.002,7 Ha, peruntukan zona industri sebagaimana
yang direncanakan didalam master Plan seluas 1.293,98 Ha. Dimana Zona
Industri ini akan terbagi untuk jenis-jenis kegiatan (Sub Zona) :

1. Sub zona/area industri sawit,

2. Sub zona/area industri karet,

3. Sub zona/area aneka industri.

Berdasarkan kriteria perencanaan, kebutuhan air untuk kawasan industri


untuk skala industri besar membutuhkan air sebesar 0,50-1,00 liter/detik/ha.
(Ditjen Cipta Karya,1994).

Untuk Kawasan Industri Sei Mangkei diasumsikan menggunkan angka


kebutuhan 0,75 Liter/detik/hektar. Maka kebutuhan air untuk rencana
kawasan industri ini adalah :

1.295,98 Hektar x 0,75 Liter/detik/Hektar = 971,985 Liter/detik

4. Zona Komersial

Hingga akhir tahun pembangunan, di dalam KEK Sei Mangkei dibangun zona
komersial yang terdiri dari :

5. Area Komersial = 31,91 ha,

6. Usaha perdagangan kecil dan jasa = 16,30 ha

Jumlah penggunaan lahan zona komersial seluruhnya 48,21 ha

Kebutuhan Air : 85 hektar x 0,5 l/det/ha = 24,59 liter/detik.

7. Zona Perkantoran

Zona Perkantoran didalam areal KEK seluas 42,57 ha.

Kebutuhan Air : 42,57 hektar x 0,5 l/det/ha = 21,28 liter/detik.

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
8. Zona Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau yang akan dibangun didalam areal KEK Sei Mangkei
seluas 205,04 Ha; yang merupakan jalur penghijauan dan taman kawasan.

Kebutuhan Air : 205,04 ha x 0,1 l/det/ha = 20,50 liter/detik.

9. Zona Wisata

Didalam areal KEK Sei Mangkei direncanakan dibanguna zona wisata antara
lain berupa tempat bermain/rekreasi, lapangan golf, kolam renang dan
sebagainya. Luas Zona wisata yang akan dikembangkan sebesar 117,50 ha

Kebutuhan Air : 117,50 hektar x 0,1 l/det/ha = 11,75liter/detik

10. Zona Resedential (Perumahan)

Luas residential area di areal KEK Sei Mangkei sebesar 11,60 ha yang
dimanfaatkan untuk jenis rumah landed (biasa) untuk pengeola dan flat untuk
pekerja.

Pada area resedential (perumahan) akan dibangun rumah sewa sejumlah 494
unit dengan rinciaan :

11. 89 unit type 200 m2/500 m2 (luas bangunan/luas tanah)

12. 405 unit type 150 m2/300 m2

13. Pembangunan Fiteness Centre, Restoran, kolam renang, Pusat Olah raga, Jogging track dan
play ground.

Untuk perhitungan kebutuhan resedential dipergunakan asumsi setiap unit


rumah dihuni 4 jiwa, artinya bila jumlah penghuni rumah sewa yang dibangun
sebanyak 494 unti akan menampung 1.976 jiwa penghuni. Standar kebutuhan
air untuk kota kecil dipergunakan 90 lter/jiwa/hari. Maka kebutuhan air bersih
untuk resedential area sebesar 2,06 lt/det. Sedangkan perkiraan kebutuhan
untuk sarana pendukung perumahan diasumsikan memanfaatkan lahan
sebesar 20% dari luas lahan perumahan atau sebesar 2,32 ha.

Dengan menggunakan standar kebutuhan tempat rekereasi sebear 0,11


lt/det./ha, maka kebutuhan air bersih untuk sarana pendukung perumahan
sebesar 0,26 lt/det.

Jumlah kebutuhan air bersih untuk resedential area (perumahan) dans arana
pendukungnya sebesar 2,32 lt/det.

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
14. Zona Pelayanan Publik

Yang dikembangkan didalam area publik ini antara lain rumah sakit,
sekolahan, puatb training dan sebagainya) dengan luas lahan pembangunan
sebesar 24,50 ha.

Kebutuhan Air : 24,50 hektar x 0,1 l/det/ha = 2,69 liter/detik

Tabel 4.6. Kebutuhan Air Untuk KEK Sei Mangkei

BESARAN KEBUTUHAN
NO ZONA PERUNTUKAN
(ltr/dtk)
1 Industri 647,99
2 Komersial 24,59
3 Perkantoran 21,28
4 Ruang Terbuka Hijau 20,5
5 Rekreasi/pariwisata 11,75
6 Resedential/perumahan 2,32
7 Pelayanan publik 2,69
Jumlah Kebutuhan 731,12

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan air baku pada kawasan KEK Sei Mangkei meliputi kebutuhan untuk
pelayanan domestik, dengan lokus di Kecamatan Bosar Maligas, serta kebutuhan air
baku untuk pelayanan KEK Sei Mangkei.

Berdasarkan analisis kebutuhan penyediaan air baku di Kecamatan Bosar Maligas


hingga tahun 2034 didapat hasil perhitungan sebesar 56,18 liter/det.

Merujuk kepada dokumen rencana pengembangan KEK Sei Mangkei yang ada,
bahwasanya diupayakan operasional seluruh kegiatan didalam KEK Sei Mangkei
seluruhnya pada tahun 2025, baik kegiatan industri, komersial, perkantoran,
pariwisata serta sarana pendukung lainnya. Maka penyediaan kebutuhan air baku
untuk melayani kegiatan KEK Sei Mangkei maksimum pada tahun 2025 perlu diadakan
sebesar 787.30 liter/det.

Tabel 4.7. Proyeksi Perkiraan Kebutuhan Air Untuk KEK Sei Mangkei

KEBUTUHAN AIR BAKU TAHUN

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2015 2020 2025 2030 2035
Domestik (Ltr/Dtk) 24,01 31,2 33,77 46,94 56,18
KEK Sei Mangkei (Ltr/Dtk) 69,44 138,88 731,12 731,12 731,12
Jumlah (Ltr/Dtk) 93,45 170.08 764.89 778.06 787.30

Kebutuhan KEK Sei Mangkei hingga tahun 2020 masih dapat dilayani dengan IPA yang
sudah terbangun sebesar 750 m3/jam (208,32 ltr/dtk).

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

Beberapa perusahaan industri yang telah berdiri didalam kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei memanfaatkan Air Tanah dengan pemanfaatan Air Tanah Dalam berdasarkan
ijin dari Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Sumaterea Utara dan Kantor
Perijinan Satu Atap Kabupaten Simalungun. Hal itu berjalan sebelum ditetapkannya
Lokasi Sei Mangkei menjadi Kawasan ekonomi Khusus.

Dengan telah berdirinya Badan Pengelola KEK Sei Mangkei, penyediaan air untuk
keperluan kegiatan industri dikelola oleh Badan Pengelola KEK.

Badan Pengelola KEK telah membangun instalasi pengelolaan air bersih dengan
kapasitas 250 m3/jam yang bersumber dari Sungai Bah Tungguran, daqn direncanakan
beroperasi pengolahan air Tahap II kapasitas 500 m3/jam pada Tahun 2017.

Sedangkan pelayanan domestik atau kebutuhan penduduk di sebagian Kecamatan


Bosar Maligas (Desa kucingan), Kecamatan Bandar (Desa timbaan) dan sekitar
kawasan Industri Sei Mangkei dilayani oleh PDAM Unit Pelayanan Perdanga
Kecamatan Bandar, dimana sumber air yang dipergunakan berasal dari mata air
dengan uraian sebagai berikut :

1. Sumber Air Baku : Mata Air

2. Nama Sumber : Dosin

3. Lokasi Sumber : Dolok Sinumba

4. Kapasitas Sumber : 50 ltr/dtk

5. Kapasitas Terpasang : 20 ltr/dtk

6. Kapasitas Produksi : 20 ltr/dtk

7. Kapasitas Yang Belum Terpakai : 30 ltr/dtk

Jangkauan pelayanan air minum saat ini adalah untuk permukiman :

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Kelurahan Perdagangan

2. Kecamatan Banndar

1. Sistem Pelayanan (operasional)

Sampai saat ini, PDAM PERDAGANGAN melaksanakan pelayanan pada


masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air yang akan dipergunakan. Dengan
sistem penerimaan ajuan pemasangan air dari pelanggan dan menerima ajuan
perbaikan kerusakan yang terjadi pada instalasi perpipaan dan meter air.

2. Sistem Pendistribusian Air

Sistem pendistribusian Air kepada pelanggan di Unit Pelayanan Perdagangan


adalah pompanisasi sebanyak 2 (Dua) unit pompa Sentrifugal dengan Spesifikasi
dibawah ini :

1. Data Pompa Sentrifugal

MERK HEAD CAP PRODUKSI TAHUN JAM


NO.
POMPA PEROLEHAN OPERASIONAL
(Mtr) (Liter/Detik)
1. Franklin 65 10 2006 17 jam
2. Franklin 65 10 2006 17 jam

2. Data Dinamo

DAYA
MERK TAHUN
NO. ELEKTROMOTOR TENAGA (HP)
DINAMO PEROLEHAN
(KW)
1. Hitachi 11 15 2009
2. Franklin 11 15 2009

3. Tenaga Pembangkit PLN 3300 VA

4. Tenaga Pembangkit Cadangan

MERK
NO. MERK MESIN TENAGA DAYA KETERANGAN
GENERATOR
Ckdpraha
1. AbRov4 80 pk Zsepraha 7300 Va Rusak
podnix

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Air Permukaan

Air permukaan berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah yang
kemudian terinfiltrasi dan air hujan yang melimpas langsung ke permukaan
kemudian mengalir ke sungai dan danau. Sungai-sungai yang berada pada WS Bah
Bolon seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Sungai-Sungai Yang Berada Pada WS Bah Bolon

PANJANG PANJANG
NO SUNGAI NO. SUNGAI
(Meter) (Meter)
1 A. Gerger 5,70 55 Bah Tabu 7,76
2 Aek Panginsopan 6,99 56 Bah Tangguran 23,19
3 Aek Sipinggan 2,90 57 Bah Tongguran 32,57
4 Aek Sopang 7,06 58 S. Air Hitam 2,57
5 Bah Binoman 19,48 59 S. Anank-anak 5,58
6 Bah Birung 13,88 60 S. Andelhei 3,39
7 Bah Bolon 67,07 61 S. Bagan Batak 6,51
8 Bah Boluk 58,05 62 S. Batubatu 6,77
9 Bah Bonai 9,62 63 S. Batunanggal 5,66
10 Bah Bunjan 12,67 64 S. Bejangkar 9,98
11 Bah Butar 11,13 65 S. Beluru 13,17
12 Bah Damatok 8,76 66 S. Bunut 44,64
13 Bah Debaru 1,60 67 S. Dabuantintin 6,83
14 Bah Dobati 3,39 68 S. Dolok 4,65
15 Bah Hapal 52,32 69 S. Dusun 16,24
16 Bah Hapasoh 32,51 70 S. Gambus 3,07
17 Bah Haruas 11,60 71 S. Kanal Silau Bonto 11,11
18 Bah Hilang 29,79 72 S. Kanan 12,10
19 Bah Horas 9,49 73 S. Kiri 9,28
20 Bah Kandang Lembu 6,60 74 S. Kuala Gunung 19,18
21 Bah Kapul 10,48 75 S. Lompong 1,27
22 Bah Kasinder 48,61 76 S. Lubuk Buaya 2,78
23 Bah Kasindir 5,65 77 S. Mangkei 18,61
24 Bah Kirsat 17,11 78 S. Marbau 29,30
25 Bah Kisat 2,12 79 S. Mati 1,82
26 Bah Korah 24,48 80 S. Pagurawan 2,54
27 Bah Langgur 6,93 81 S. Pare-Pare 35,22
28 Bah Lias 8,85 82 S. Perhaporasan 8,00
29 Bah Lintong 7,73 83 S. Perupuk 5,47

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PANJANG PANJANG
NO SUNGAI NO. SUNGAI
(Meter) (Meter)
30 Bah Lombut 25,26 84 S. Porgam 0,80
31 Bah Mangguling 2,06 85 S. Raja 0,72
32 Bah Nagasinoan 6,10 86 S. Rindam 5,07
33 Bah Ngali 3,99 87 S. Rotan 3,33
34 Bah Pamujian 33,95 88 S. Rotan sogo 1,62
35 Bah Panomburan 8,60 89 S. Sahing 9,81
36 Bah Parpayakan 12,56 90 S. Siboluhur 3,63
37 Bah Partiandu 4,20 91 S. Sibuku-buku 4,35
38 Bah Pogas 2,44 92 S. Sijangkar 4,18
39 Bah Pogos 6,17 93 S. Sikosa 8,98
40 Bah Saindan 6,33 94 S. Sikuskus 3,71
41 Bah Samantin 8,77 95 S. Silau Tua 35,04
42 Bah Serapuh 20,24 96 S. Simujur 5,32
43 Bah Serdang 4,73 97 S. Siraminang 7,84
44 Bah Sibalabak 5,67 98 S. Sono 5,20
45 Bah Sibalatong 2,22 99 S. Sordang Kanan 5,09
46 Bah Sibiak 2,55 100 S. Suka 22,90
47 Bah Sigorong-gorong 7,57 101 S. Tanjung 10,44
48 Bah Sihobon 4,26 102 S. Tinjauan 9,11
49 Bah Silopak-lopak 7,14 103 S. Torusan 1,94
50 Bah Simalum-malum 3,63 104 S. Tumpus 0,91
51 Bah Simpangtaun 1,70 105 S. Ujujng Pandang 7,52
52 Bah Sosopan 2,78 106 S. Bajangkar 5,08
53 Bah Suli 8,81 107 Sei Mandaris 38,75
54 Bah Tabasan 11,35

Data debit diperoleh dari beberapa stasiun/pos duga air seperti: Sta. Bah Tongguran-
Tembaan, Sta. Sei Serdang-Serdang dan Sta. S. Silau-Kisaran Naga selama 10 (sepuluh)
tahun dari tahun 2002-2011). Peta Poligon Thiesen dapat dilihat pada gambar berikut
:

Dari data-data debit tersebut dan hasil analisanya pada masing-masing DAS di WS Bah
Bolon dapat diketahui besarnya ketersediaan dan potensi air seperti pada tabel
berikut :

Tabel 4.9. Ketersediaan dan Potensi Air WS Bah Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KETERSEDIAAN AIR POTENSI AIR
NO NAMA DAS
m3/dt milyar m3/th m3/dt milyar m3/th
1 Si Pare-Pare 14,16 0,45 39,78 1,25
2 Bolon 34,09 1,07 100,82 3,18
3 Perupuk 3,58 0,11 10,43 0,33
4 Kiri 7,89 0,25 21,46 0,68
5 Silau Bonto 1,59 0,05 4,28 0,14
Total 61,30 1,93 176,78 5,57

Sumber: Buku Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Bah Bolon

2. Air Tanah

Potensi air tanah terdapat pada cekungan air tanah (CAT). Berdasarkan Keputusa
Presiden No. 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah (Lampiran
1), Provinsi Sumatera Utara berada pada CAT Medan dengan luas total sekitar
19.786,00 Km2. Sedangkan luas CAT pada WS Bah Bolon sekitar 418,89 km2 hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.8. Peta Poligon Thiesen WS Bah Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 24
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.9. Peta Cekungan Air Tanah (CAT) WS Bah Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

1. Gambaran Pemanfaatn Air Baku

1. Kebutuhan Air Industri

Kebutuhan air industri di fokuskan untuk penyediaan kebutuhan Kawasan


Ekonomi Khusus Sei Mangkei, dimana selain kegiatan indusri terdapat
beberapa kegiatan lain yang akan dikembangkan antara lain kegiatan
komersial, kegiatan perkantroran, kegiatan rekreasi/pariwisata, pelayanan
publik dan untuk perumahan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis didapat
angka kebutuhan total air baku hingga tahun 2035 sebesar 1.111,29 ltr./det.

2. Kebutuhan Air Irigasi

Besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor luas tanam, pola tanam
yang digunakan, dan iklim yang mempengaruhi daerah irigasi. Berdasarkan
data dari Dinas PU BSDA Prov. Sumatera Utara Tahun 2011 daerah irigasi
potensial yang masuk ke wilayah WS Bah Bolon sekitar 34.672 Ha dan
fungsional sekitar 32.258 Ha. Luas lahan irigasi di WS Bah Bolon dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 4.10. Luas Daerah Irigasi di WS Bah Bolon

JUMLAH LUAS
NO WILAYAH KEWENANGAN DAERAH
IRIGASI POTENSIAL (Ha) FUNGSIONAL (Ha)

Pusat 1 5.000,00 5.000,00


1 Kab Simalungun Provinsi 3 3.667,00 3.666,00
Kabupaten 34 5.355,00 5.355,00
Provinsi 2 3.592,00 3.592,00
2 Kab Batu Bara
Kabupaten 11 3.967,00 3.967,00
Provinsi 5 9.308,00 7.384,00
3 Kab Asahan
Kabupaten 5 2.423,00 1.934,00
Kab Serdang
4 Kabupaten 5 1.360,00 1.360,00
Bedagai
Jumlah 34.672,00 32.258,00

Sumber: Buku Pola Pengelolaan SDA WS Bah Bolon

3. Gambaran Ketersediaan Air Baku di DAS Bolon

1. Potensi dan Ketersediaan Air Baku DAS Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Ketersediaan air di WS Bah Bolon bervariasi menurut waktunya dan debit
aliran sungai pada suatu bulan di pengaruhi oleh tinggi curah hujan yang
terjadi pada waktu yang bersangkutan. Neraca air WS Bah Bolon dihitung
berdasarkan selisih dari ketersedian air dan kebutuhan air (total kebutuhan
rumah tangga, perkotaan, industri (RKI) dan Irigasi). Pada tahun 2012 secara
umum WS Bah Bolon khususnya di DAS nya (DAS Bolon, tidak terjadi defisit.

Ketersediaan air minimum terjadi pada bulan Februari sebesar 50,01 m3/det,
dan Ketersediaan air maksimum dibulan Desember sebesar 70,71 m3 det.

Sedangkan ketersediaan air minimum juga terjadi pada bulan Februari sebesar
144,29 m3, dan potensi air maksimum pada Bulan Desember sebesar 203,81
m3/det.

2. Potensi dan Ketersediaan Air Baku DAS Tangguran

Potensi dan Ketersediaan Air Baku (Q80 dan Q90) di Sub DAS Tungguran
adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Potensi dan Ketersediaan Air Baku di Sub DAS Tangguran

KETERSEDIAAN DEBIT (m3/det)


URAIAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES RATA-RATA
Ketersediaan
12,28 11,4 11,8 11,71 12,23 12,25 12,98 13 14,07 21,94 16,01 15,72 14,03
Q80
Ketersediaan
8,59 7,97 8,4 8,2 8,36 8,78 9,1 9,1 9,85 15,36 11,21 11 9,69
Q90

Sumber : Diolah dari Buku Pola Pengelolaa SDA Mbah Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.10. Peta Poligon Thiesen WS Bah Bolon

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Neraca Air

Ketersediaan air di WS Bah Bolon bervariasi menurut waktunya dan debit aliran sungai
pada suatu bulan sangat di pengaruhi oleh tinggi curah hujan yang terjadi pada waktu
yang bersangkutan. Neraca air WS Bah Bolon dihitung berdasarkan selisih dari
ketersedian air dan kebutuhan air (total kebutuhan rumah tangga, perkotaan, industri
(RKI) dan Irigasi).

1. Neraca Air Untuk WS Bah Bolon

Tabel 4.12. Neraca air untuk WS Bah Bolon Tahun 2012


Volume Air (m3/det)
Komponen Neraca Air
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Th-an
Ketersediaan 70.71 57.42 50.01 54.21 56.22 53.84 52.60 54.14 57.23 65.95 87.11 76.20 70.71 61.30
Potensi 203.81 165.19 144.29 156.19 161.74 155.34 152.09 156.29 165.18 189.89 251.92 219.42 203.81 176.78
Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32 4.32
Kebutuhan Air Industri 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Kebutuhan Air Irigasi 23.23 20.00 14.84 29.36 33.23 19.52 16.29 14.68 15.48 15.65 19.03 20.81 23.23 20.18
Total Kebutuhan 27.79 24.57 19.40 33.92 37.79 24.08 20.86 19.24 20.05 20.21 23.60 25.37 27.79 24.74
Neraca 42.92 32.86 30.60 20.29 18.43 29.75 31.75 34.90 37.18 45.74 63.51 50.83 42.92 36.56

Sumber : Pola Pengelolaan SDA WS Mbah Bolon (2012)

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Neraca Air Untuk DAS Bolon

Tabel 4.13. Neraca air untuk DAS Bolon Tahun 2012

Komponen Neraca Air Kebutuhan Air (m3/det)


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Th-an
Ketersediaan 30.693 28.458 29.426 29.275 30.588 31.376 30.456 32.385 35.174 51.851 40.037 39.304 34.085
Potensi 90.789 84.177 87.043 86.595 90.479 92.809 90.088 95.796 104.043 153.374 118.429 116.260 100.824
Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018
Kebutuhan Air Industri 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
Kebutuhan Air Irigasi 9.051 6.715 13.285 15.036 8.832 7.372 6.642 7.007 7.080 8.613 9.416 10.511 9.130
Total Kebutuhan 9.072 6.736 13.305 15.057 8.853 7.393 6.663 7.028 7.101 8.634 9.437 10.531 9.151
Neraca 21.621 21.722 16.121 14.218 21.736 23.983 23.793 25.358 28.073 43.217 30.601 28.772 24.935

Tabel 4.14. Korelasi Neraca Air Das Bolon Tahun 2035 Akibat Adanya Tambahan KEK Sei Mangkei

KETERSEDIAAN DEBIT (m3/det)


URAIAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES RATA-RATA
Domestik 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52
KEK Sei
0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787 0,787
Mangkei
Total
9860 7523 14,092 15,044 9,64 8,18 7,45 7,815 7,89 9,224 10,224 11,32 9,94
Kebutuhan
Neraca (Q90-
Total 20,833 20,903 15,334 14,231 20,948 23,196 23,006 24,359 27,284 42,627 29,813 27,984 24,145
Kebutuhan)

Sumber : Analisis Konsultan, 2017

Dari hasil analisis terhadap kebutuhan dan ketersedaiaan sumber air baku DAS
Bolon, sumber air bakunya masih mencukupi sepanjang tahun.

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana sistem penyediaan air baku yang akan dikembangkan di daerah KEK Sei
Mangkei meliputi rencana penyediaan untuk KEK Sei Mangkei dan rencana
penyediaan air baku untuk masyarakat di sekitar KEK Sei Magkei (Kecamatan Bosar
Maligas).

Sumber air baku yang akan digunakan untuk keperluan KEK Sei Mangkei dan
masyarakat sekitarnya bersumber dari Sungai Tungguran anak Sungai Bolon

Secara skematik, rencana penyediaan sumber air baku untuk KEK Sei Mangkei dan
masyarakat sekitar ditampilkan pada gambar berikut :

Gambar 4.15. Skematik Rencana Wilayah Pelayanan Air Baku Sungai Tangguran DAS Bolon

Rencana sistem penyediaan air baku untuk KEK Sei Mangkei dan masyarakat
sekitarnya adalah sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 4.15. Rencana Penyediaan Air Untuk KEK Sei Mankei dan Masyarakat Sekitarnya

K ETERSEDIAAN/ K EBUTUHAN RENCANA PENY EDIAAN ( Li ter/ Deti k )


NO K ET
( Li ter/ Deti k )

2015 2020 2025 2030 2035


Kebutuhan
I 1 Domestik 24,11 31,2 33,27 46,24 55,18
2 KEK Sei Mangkei 69,44 138,88 731,12 731,12 731,12
Juml ah 93,45 170,08 764,99 778,06 787,3
Ketersediaan
II 1 Q80 (Rata-Rata) 14.030 14.030 14.030 14.030 14.030
2 Q90 (Rata-Rata) 9.690 9.690 9.690 9.690 9.690

K esei mb ang an Terhadap Q90 9.596,55 9.519,20 8.925,01 8.911,94 8.902,70

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2017

Kesimpulan dari data analisis keseimbangan air tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan air Sub DAS Tunguran (Q90) sebesar 9.690 ltr/dtk dapat mencukupi
keperluan untuk KEK Sei Mangkei dan masyarakat sekitar kawasan KEK Si Mangkei
sampai dengan tahun 2035 sebesar 787,30 ltr/dtk Dan masih sisa (Q90) sebesar
8.902,70 ltr/dtk

Rencana Daerah Pelayanan

Rencana penyediaan air baku pada wilayah Ekonomi Khusus Sei Mangkei meliptui
penyediaan kebutuhan untuk KEK Sei Mangkei dan kebutuhan domestik Kecamatan
Bosar Maligas.

IPA (1.00 55,18 ltr/dtk


R Domestik
ltr/dtk)

S. Pompa Pompa
Tangguran

Gambar 4.16. Skematik Daerah Pelayanan Air Baku Untuk Domestik

55,18 ltr/dtk Masyarakat


sekitar

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
IPA (1.000 731,12 ltr/dtk KEK Sei
R
ltr/dtk) Mangkei
S. Pompa Pompa
TAngguran
Gambar 4.17. Skematik Daerah Pelayanan Air Baku Untuk KEK Sei Mangkei

TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

1. Kawasan Andalan di WS Bah Bolon

Kawasan andalan yang dimaksud dengan di sini adalah kawasan-kawasan


sepanjang WS. Bah Bolon yang mempunyai potensi pengembangan bagi
sektor unggulan. Kawasan andalan merupakan kawasan strategis yang
ditentukan berdasarkan potensi yang ada, mempunyai sektor-sektor unggulan
berdasarkan sumber daya alam kawasan, memiliki aglomerasi pusat
permukiman perkotaan dan sebagai pusat kegiatan produksi dan atau pusat
pengumpulan/pengolahan komoditas wilayahnya dan sekitarnya.

Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara 2010-2030, kawasan andalan di


wilayah Provinsi Sumatera Utara yang tercakup dalam kawasan WS. Bah
Bolon adalah sebagai berikut :

Tabel 4.16. Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara di WS. Bah Bolon

NO. KAWASAN ANDALAN SEKTOR UNGGULAN


Perkebunan, pertanian, industri dan
1 Kawasan Pematang Siantar dan sekitarnya
pariwisata
Perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan
2 Kawasan Rantau Prapat-Kisaran
dan industri
Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan
3 Perikanan dan pertambangan
sekitarnya

Sumber: RTRWP Provinsi Sumatera Utara 2010-2030

2. Arahan Pemanfaatan Ruang WS Bolon Sampai Tahun 2030

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa rencana
tata ruang merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan
ruang ke dalam bentuk pemanfaatan ruang yang lebih rinci.

Pola pemanfaatan ruang WS. Bah Bolon diarahkan untuk menciptakan


keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Arahan pemanfaatan ruang WS. Bah Bolon secara umum tergabung
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara tahun
2010-2030 yang terdiri dari :

1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung di WS Bah Bolon terdiri dari :

1. Kawasan perlindungan bawahan yang terdiri dari kawasan hutan lindung dan kawasan
resapan air

Kawasan ini yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya


terutama berkaitan dengan fungsi hidrorologis untuk pencegahan
banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi
peresapan bagi air tanah serta perlindungan ekosistem subtropis.
Batas Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara mengalami
beberapa kali perubahan yaitu sebagai berikut :

Luas dan fungsi kawasan hutan berdasarkan Surat Gubsu Nomor:


522/7585 tanggal 7 Oktober 2009, tentang Usulan Revisi Kawasan
Hutan Sumatera Utara, terdiri dari :

1. Fungsi Hutan dalam Kawasan Lindung

Hutan Suaka Alam (HAS) : 474.579,51 Ha

Hutan Lindung (HL) : 1.142.594,63 Ha

Total Kawasan Hutan Lindung : 1.617.174,14 Ha

2. Fungsi Hutan dalam Kawasan Budidaya

Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 531.646,34 Ha

Hutan Produksi Tetap (HP) : 751.262,30 Ha

Hutan Produksi Konversi (HPK) : 222.727,96 Ha

Total Kawasan Budidaya : 1.505.636,60 Ha

Total Kawasan Hutan : 3.122.810,74 Ha

Berdasarkan perkembangan pembahasan terkait kawasan hutan di


Sumatera Utara, maka rencana pola ruang RTRW Provinsi Sumatera

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Utara 2010 – 2030 menggunakan Usulan Revisi Kawasan Hutan
berdasarkan Usulan Surat Gubsu Nomor: 522/7585 tanggal 7 Oktober
2009 dimaksud untuk peruntukan kehutanan (lindung dan budidaya).

Kawasan hutan lindung dikelola berdasarkan ketentuan atau tata cara


pemanfaatan hutan lindung yaitu pemanfaatan semaksimal mungkin
untuk kepentingan masyarakat, dengan tetap memperhatikan aspek
perlindungannya pada kawasan budidaya yang ada di bawahnya.

Kawasan resapan air meliputi sebaran air tanah yang terdiri atas
endapan sebaran alluvial sungai dan tanah. Isian/imbuhan air tanah
terdapat hampir di seluruh kabupaten/kota Kawasan perlindungan
setempat yang terdiri dari sempadan sungai dan sempadan pantai.

Kawasan pantai diarahkan pada kawasan sepanjang pantai wilayah


daratan dan kepulauan yang termasuk dalam wilayah Provinsi
Sumatera Utara. Arahan pengelolaan sempadan pantai diarahkan
untuk melindungi wilayah pantai yang berada pada kawasan minimal
100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dari aktifitas yang
dapat merusak ekosistemnya.

Secara umum kawasan sempadan sungai dibagi menurut ukuran


sungai, yaitu sungai besar seperti Sungai Bah Bolon dan Sipare-pares
diberi sempadan 100 meter di kiri kanannya yang diukur dari tepi
sungai. Sedangkan sungai kecil diberi sempadan 50 meter di kiri dan
kanannya. Khusus untuk sungai yang melalui daerah perkotaan
(permukiman), sempadan sungainya cukup 10 – 15 meter kiri
kanannya.

3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan benda cagar budaya

1. Cagar alam, sebagai upaya untuk melestarikan beberapa kondisi alam beserta spesies
tumbuhan yang ada di dalamnya maka perlu ditetapkan kawasan cagar alam.

2. Kawasan lindung, berdasarkan kekhasan ekosistem terumbu karang beserta flora dan fauna
laut yang dimiliki seperti pada kawasan terumbu karang di perairan sekitar Pulau Berhala.

3. Suaka marga satwa, dalam upaya melestarikan beberapa jenis species binatang yang
terdapat di Sumatera Utara.

4. Taman wisata alam, berdasarkan keunikan alam dan ekosistem yang dimiliki dan dapat dijual
sebagai salah satu obyek wisata, beberapa kawasan pegunungan dan danau di Sumatera
Utara dapat dijadikan Taman Wisata Alam.

5. Kawasan benda cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dalam upaya menjaga dan
melestarikan benda-benda peninggalan masa lalu, serta adat istiadat, kebiasaan dan tradisi
suku masyarakat Sumatera Utara, beserta lingkungannya, maka beberapa kawasan

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
ditetapkan sebagai kawasan benda cagar budaya dan ilmu pengetahuan seperti rumah adat
Pematang Purba di Kab. Simalungun.

6. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, rawan
gelombang pasang, rawan angin putting beliung dan rawan banjir

Berdasarkan kejadian bencana alam yang pernah terjadi di Sumatera


Utara dan diperkirakan akan terjadi kembali pada masa yang akan
datang pada lokasi yang sama atau di sekitarnya, maka beberapa
kawasan ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana. Penetapan
kawasan ini bertujuan untuk meniadakan/mengurangi dampak dan
kerugian yang pernah ditimbulkan atau yang diperkirakan akan
muncul apabila bencana sejenis terjadi di masa datang.

Sesuai dengan bentuk kejadian bencana alamnya, maka kawasan


rawan bencana yang terdapat di WS. Bah Bolon terdiri dari kawasan
rawan longsor, kawasan rawan angin puting beliung dan rawan banjir.

Kawasan rawan banjir seperti:

7. Kabupaten Simalungun (Kecamatan Raya Kahean, Bandar, Pematang Bandar, Dolok


Batunanggar, Siantar, Bosar Maligas, Ujung Padang, Hutabayu Raja, Tanah Jawa);

8. Kabupaten Serdang Bedagai (Kecamatan Bandar Khalipah);

9. Kota Pematang Siantar (Kecamatan Siantar Selatan, Siantar Timut dan Siantar Barat);

10. Kabupaten Asahan (Desa Prapat Janji dan Desa Buntu Pane, di Kecamatan Buntu Pane) dan

11. Kabupaten Batu Bara (Desa Pematang Kawat di Kec.Air Putih), banjir tidak hanya karena
limpahan dari sungai tapi juga karena ROB.

Sedangkan kawasan rawan angin puting beliung seperti yang terjadi di


Kabupaten Serdang Bedagai.

Pemanfaatan ruang di kawasan tersebut diarahkan pada kegiatan


masyarakat yang diperkirakan tidak akan menimbulkan kerugian
materi yang berarti atau korban jiwa apabila bencana alam terjadi.
Kawasan permukiman tidak disarankan untuk berlokasi di kawasan ini,
sedangkan bangunan yang mungkin dibangun adalah bangunan
konstruksi semi permanen dan temporer atau bangunan dengan
konstruksi yang dapat bertahan terhadap bencana yang mungkin
timbul.

12. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama


untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia yang terdiri dari kawasan
peruntukan hutan produksi, hutan tanaman rakyat, pertanian,
perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman
dan peruntukan budidaya lainnya.

Kawasan budidaya di WS. Bah Bolon meliputi beberapa jenis


pemanfaatan, antara lain :

1. Kawasan hutan produksi yang meliputi hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap

2. Hutan produksi terbatas adalah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara
tebang pilih. Hutan produksi terbatas tersebar di semua kabupaten.

3. Hutan produksi biasa adalah hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik secara tebang pilih
maupun tebang habis, hutan ini tersebar di semua kabupaten/kota di WS Bah Bolon.

4. Kawasan pertanian

Pengembangan hasil produksi pertanian baik tanaman pangan lahan


basah dan pertanian tanaman pangan lahan kering diarahkan pada
kawasan agropolitan sebagai basis pemasaran dan hasil produksi
pertanian tanaman pangan yang tersebar pada dataran tinggi
Silimakuta di Kabupaten Simalungun, Siantar Martoba di Kota
Pematangsiantar dan Serdang Bedagai.

Sementara itu di wilayah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil


dikembangkan kawasan agromarinepolitan yang diarahkan pada
potensi agropertanian, perikanan dan pariwisata.

5. Kawasan pertambangan

Pengembangan kegiatan pertambangan di Sumatera Utara


mempunyai prospek yang positif, terutama untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera
Utara memiliki sumberdaya bahan tambang dan energi. Arahan
pengembangan kawasan pertambangan adalah sebagai berikut:

6. Energi

Pertambangan panas bumi di Kabupaten Simalungun

7. Bahan tambang mineral bukan logam

Bahan tambang mineral bukan logam dan batuan di Provinsi


Sumatera Utara, terdiri dari 16 (enam belas) jenis yang tersebar
pada kabupaten-kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Bahan
galian tersebut adalah Bentonit, Zeolit, Dolomit, Travertin,

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Feldspar, Kaolin, Kalsit, Kuarsit, Phospat, Kuarsa, Pasir Kuarsa,
Mika, Grafit, Oker, Talk, dan Serpentinit.

8. Bahan tambang mineral batuan

Bahan tambang mineral bukan logam dan batuan di Provinsi


Sumatera Utara, terdiri dari 12 (dua belas) jenis yang tersebar
pada kabupaten-kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Bahan
galian tersebut adalah Diatomea, Trass, Andesit, Granit,
Marmer, Batumulia, Batu Gamping, Batu Apung, Perlit,
Lempung, Pasir dan Batu (Sirtu), dan Pasir Laut.

9. Bahan galian air tanah

Lokasi kegiatan pertambangan bahan galian air tanah tersebar di


CAT Medan.

10. Kawasan perindustrian

Budidaya industri terdiri dari industri kecil atau UMKM, industri


menengah dan industri besar. Industri besar dan menengah diarahkan
di kawasan industri karet di Kabupaten Serdang Bedagai; pusat
distribusi regional Siantar Marihat Pematangsiantar, KI
Pematangsiantar di Kota Pematangsiantar; kawasan industri Sei
Mangke di Kabupaten Simalungun dan kawasan industri Martoba di
Kota Pematangsiantar. Usaha peleburan (PT. Inalum) di DAS Silau
Bonto- Asahan.

11. Kawasan pariwisata

Arahan pengembangan kawasan pariwisata antara lain :

12. Pengembangan pariwisata alam

Wisata alam merupakan jenis wisata yang mengandalkan daya


tarik keindahan bentukan alam, dapat berupa pantai, laut,
danau, pegunungan, flora, fauna, dan lain sebagainya, seperti
pada kawasan pesisir pantai yang memiliki potensi parawisata
antara lain Pantai Cermin (Kabupaten Serdang Bedagai), Pantai
Bunga (Kab. Batu Bara).

13. Pariwisata Budaya

Merupakan jenis wisata dengan daya tarik budaya, dapat berupa


peninggalan jaman dahulu, kawasan permukiman yang masih

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
memelihara tradisi. Di WS Bah Bolon terdapat beberapa objek
wisata budaya diantaranya:

1. Istana kerajaan dan rumah kediaman meliputi: Istana Lima Laras di Kabupaten Asahan.

2. Permukiman tradisional meliputi: Pematang Purba dengan rumah tradisional-nya di


Kabupaten Simalungun.

3. Pariwisata minat khusus

Wisata minat khusus merupakan wisata dengan daya tarik


aktivitas tertentu seperti olahraga, rohani, pendidikan dan lain
sebagainya. Pengembangan wisata minat khusus antara lain:

4. Museum dan kebun binatang di Kota Pematangsiantar;

5. Wisata arung jeram di Sei Asahan dan Kota Pematang Siantar

6. Pusat rekreasi pantai, Theme Park di Serdang Bedagai.

7. Kawasan pesisir, laut dan kepulauan

Pengembangan kawasan pesisir dan kelautan di WS Bah Bolon


diarahkan pada :

8. Mempertahankan kawasan fungsi lindung di sekitar pantai di Asahan.

9. Mengembangkan kawasan mangrove untuk mendorong daya dukung perikanan laut.

10. Pengembangan dan meningkatkan produksi perikanan tangkap laut di pantai Timur, pantai
Barat serta pulau lainnya terutama pada Zona Ekonomi Ekslusif di Indonesia.

11. Pengembangan kegiatan pertambakan dan pertambakan rakyat yang berwawasan


lingkungan di pantai barat dan di pantai timur.

12. Mengembangkan sarana dan prasarana bagi peningkatan kegiatan perikanan meliputi
pelabuhan perikanan, prasarana transportasi dari lokasi sumberdaya laut ke lokasi koleksi
dan distribusi, sarana transportasi laut, jaringan irigasi tambak, alat penangkapan ikan,
pakan, pupuk, pengelolaan pembibitan ikan terpadu, tempat pelelangan ikan di kawasan
pantai Serdang Bedagai, Asahan, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di Pantai
Timur maupun Pantai Barat Sumatera Utara, diantaranya adalah di Kabupaten di Kabupaten
Serdang Bedagai: PPI Tanjung Beringin, PPI Sialang Buah, PPI Bandar Khalipah; di Kabupaten
Batu Bara : PPI Pangkalan Dodek, PPI Tanjung Tiram; di Kabupaten Asahan : PPI Rantau
Panjang, PPI Sei Kepayang.

13. Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di sentra-sentra perikanan melalui


melalui pengembangan teknologi penangkapan ikan dan pengolahan hasil tangkapan ikan
yang lebih baik tanpa mengganggu atau merusak ekosistem laut.
DRAFT LAPORAN AKHIR 39
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
14. Meningkatkan prasarana dan sarana bagi permukiman nelayan.

15. Meningkatkan pengamanan kawasan laut dari pencurian ikan serta pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan sumber daya pesisir laut dan pulau – pulau kecil

16. Rencana pengembangan pelabuhan di DAS Perupuk.

Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara serta
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Provinsi Sumatera Utara
masing-masing dapat dilihat pada gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 41
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.18. Peta Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.19. Peta Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.20. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 45
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
17. Arah Kebijakan Kabupaten Simalungun

Arah kebijakan pola ruang pada RTRW Kabupaten Simalungun pada WS Bah
Bolon mengacu kepada RTRW Provinsi Sumatera Utara.

Arah kebijakan daerah Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya seperti : kawasan
taman nasional dan taman hutan raya dan kawasan cagar budaya rumah adat Pematang
Purba.

2. Pengembangan kawasan lindung geologi yaitu kawasan cagar alam geologi keunikan batuan
dan fosil meliputi : batu gamping gloukonit Sibaganding, Parapat - Kabupaten Simalungun
dan kawasan imbuhan air tanah yang memberikan perlindungan terhadap air tanah CAT
Medan.

3. Pengembangan kawasan pertanian kawasan agropolitan dataran tinggi di Silimakuta.

4. Pengembangan kawasan budidaya peternakan hewan besar dan perikanan budidaya.

5. Pengembangan kawasan pertambangan panas bumi.

6. Pengembangan kawasan industri menengah dan industri besar, seperti yg telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei seluas 2.002,77 Ha (dua ribu dua koma tujuh tujuh hektar
are) yang terletak dalam wilayah Kecamatan Bosar Maligas.

7. Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata Pematang Purba.

8. Pengembangan kawasan peruntukan budi daya lainnya, yaitu untuk kawasan pertahanan
keamanan, sebagai kawasan pangkalan perlawanan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 46


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.21. Peta Kedudukan Lokasi KEK Sei Mangkei Dalam RTRW Simalungun

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 4.22. Master Plan KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. Tahapan Pengembangan

KEK Sei Mangkei diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27 Januari
Tahun 2015, dan sesuai dengan Renstra Pengembangan KEK Sei Mangkei
pencapaian pembangunan KEK Sei Mangkei dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu
tahapan jangka pendek (2011 – 2015), jangka menengah I (2016 – 2020), jangka
menengah II (2021 – 2025), dan jangka panjang (2026 – 2031). Target capaian
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jangka Pendek (2011 – 2015)

1. Terbangunnya kawasan industri pada 46 ha dengan fasilitas antara lain: sistem pengolah air
bersih (WTP), sistem pengolah limbah (WWTP), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM),
pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBG), perumahan expatriate dan CEO industri hilir,
bangunan komersial di area perumahan, bangunan kantor pemasaran kawasan industri dan
bea cukai, CBD, hotel, dry port, gudang curah, container depo, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, sarana ibadah, tersedianya kapasitas listrik sebesar 7,5 MW dari PLTBM dan 2,2
MW dari PLTBG;

2. Terbangunnya Pusat Inovasi dan Pusat Vokasi;

3. Terserapnya 8.050 tenaga kerja.

4. Jangka Menengah I (2016-2020)

5. Terbangunnya infrastruktur kawasan industri pada lahan 104 ha seperti Pembangkit


Listrik Tenaga Biomass berkapasitas 20 MW;

6. Masuknya investasi ke kawasan industri seperti: pabrik biodiesel tahap II dengan kapasitas
300.000/tahun, pabrik surfactant bahan baku deterjen kapasitas 50.000 ton per tahun,
pabrik fatty alkohol II kapasitas 90.000 ton/tahun, pabrik betakaroten II kapasitas 150
ton/tahun, industri kecil dan menengah yang mengolah limbah sawit, dan industri turunan
oleokimia;

7. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 49.730 orang.

8. Jangka Menegah II (2021-2025)

9. Terbangunnya kawasan industri yang menempati kawasan seluas 2002,77 ha;

10. Memperluas jumlah investasi pada industri hilir oleokimia;

11. Terbangunnya infrastruktur pada 640 Ha;

12. Bergabungnya industri pengolahan non-CPO potensi daerah berupa karet, kakao, dan kopi di
dalam kawasan;

13. Terbangunnya pabrik pengolahan pupuk organik tahap 3 kapasitas 100 ton per hari;

14. Terbangunnya pabrik fatty acid tahap 3 kapasitas 90.000 ton/tahun;


DRAFT LAPORAN AKHIR 49
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15. Terserapnya investasi infrastruktur kawasan tahap 3 sebesar Rp. 135.163.511.811;

16. Tersedianya listrik sebesar 129,2 MW di kawasan;

17. Terserapnya 15.050 tenaga kerja;

18. Terserapnya investasi sebesar Rp. 960.163.511.811 (sumber: PTPN III).

19. Jangka Panjang (2026-2031)

20. Terbentuknya kawasan industri modern dengan kota baru yang mandiri di lahan 2002,77 Ha;

21. Terintegrasinya industri turunan kelapa sawit di KISM;

22. Bergabungnya industri pengolahan non-CPO non-potensi daerah di kawasan;

23. Terserapnya total investasi sebesar Rp. 3.673.696.402.047;

24. Terserapnya 14.550 tenaga kerja industri;

25. Bangkitan tenaga kerja keseluruhan : 83.304 orang.

Tabel 4.17. Rencana Tahapan Pengembangan KEK Sei Mangkei

TAHAPAN PENGEMBANGAN
TAHAP
KOMPONEN JANGKA JANGKA
PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG OPERASIONAL
MENENGAH I MENENGAH II 2032
2011-2015 2026-2031
2016-2020 2021-2025
Pengembangan lahan
46 104 640 1.212,70 2002,7
(ruang) (ha)
Penyerapan tenaga kerja
8.050 49.730 15.050 14.550 83.304
(orang)
Rencana Penyediaan
93,45 170,08 764,89 778,06 787,3
Sumber Air Baku

Sumber : Diolah dari Buku Renstra Pengembangan Sei Mangkei Dan Hasil Analisis

Status Pengembangan Kawasan

Beberapa perusahaan besar telah melakukan investasi di dalam lokasi KEK Sei
Mangkei, yaitu semenjak lokasi ini masih status kawasan industri, dimana PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) membangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas
30 ton/jam pada tahun 1997 dan pada tahun ditingkatkan kapsitas produksinya
menjadi 75 ton/jam.

Beberapa perusahaan dan jenis industri yang dibangun didalam KEK Sei Mangkei
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.18. Perusahaan Dan Jenis Industri Yang Dibangun Pada KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO PERUSAHAAN DAN JENIS INDUSTRI YANG DIBANGUN PADA KEK SEI MANGKEI

1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kapasitas 75Ton/Jam
(2010, Operasional)
PKS Sei Mangkei PTPN III ini pada awalnya berkapasitas 30 Ton TBS / Jam dan telah
beroperasi sejak tahun 1997. Dan saat ini kapasitas olah PKS Sei Mangkei telah
ditingkatkan menjadi 75 Ton TBS/Jam. Produk dari PKS Sei Mangkei adalah : CPO (Crude
Palm Oil) dan Inti Sawit (Palm Kernel)
2 Pabrik Palm Kernel Oil (PKO) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kapasitas 400
Ton/Hari (2011, Operasional)
Pabrik PKO Sei Mangkei PTPN III berkapasitas 400 Ton Inti Sawit/Hari dibangun pada
tahun 2010 dan telah beroperasi pada tahun 2011. Pabrik PKO Sei Mangkei menghasilkan
CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan Palm Kernel Meal (PKM)
3 PT. Unilever Oleochemical Indonesia - Industri Oleokimia (2015, Operasional)
PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI) telah resmi beroperasi di KEK Sei Mangkei
sejak 26 November 2015. produk yang dihasilkan oleh PT. OUI adalah Fatty Acid (135.000
TPY), Surfactant (15.000 TPY) dan Soap Noodles (40.000 TPY).
4 PT. Perusahaan Listrik Negara - Gardu Listrik 150 KV 60 MVA (2016, Operasional)
PT. PLN telah menyelesaikan pembangunan Gardu Induk 150KV kapasitas 60MVA dan
masa depan akan dikembangkan menjadi 120MVA (500KV). Gardu Induk 60MVA/150KV
mulai beroperasi Februari 2016.
5 PT. Pertamina Gas (Pertagas) - Jaringan Pipa Gas dan Metering Station Natural Gas
Kapasitas 75MMSCFD (2016, Operasional)
Ketersediaan Gas di KEK Sei Mangkei disuplai oleh PT. Pertamina Gas dengan kapasitas 75
MMSCFD dimana 40 MMSCFD digunakan untuk industri dan 35 MMSCFD akan
dikonversi menjadi energi listrik setara 250MW melalui pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) antara PTPN III, PT. Pertamina dan International Partner
6 PT. Industri Nabati Lestari - Pabrik Minyak Goreng Kapasitas 600.000 Ton CPO/Tahun
(2016, Proses Pembangunan)
PT. Industri Nabati Lestari (PT. INL) merupakan anak perusahaan PTPN III dan PTPN IV.
Pembangunan dimulai pada tahun 2016 dan ditargetkan selesai pada tahun 2017. Produk
yang dihasilkan oleh PT. INL adalah 456.000 TPY Minyak Goreng, 27.000 TPY PFAD
(Purined Fatty Acid Distillate dan 114.000 TPY Stearin.

Tabel 4.19. Kondisi Investasi Eksisting dan Penguasahaan lahan didalam KEK Sei Mangkei

NO INVESTORS INVESMENT ACTIVITIES Ha


1 PT Unilever Oleochemical Oleo chemical Industries 27,28

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Main Electricity Plant 150 KV, 60
2 PT PLN (Persero) 14,20
MVA
3 PT Pertamina Gas Meterred Gas Station 1,00
4 Ministry of Industry Innovation Hub building 1,02
5 PTPN III (Persero) Palm Oil Mill 13,40
6 PTPN III (Persero) Palm Kernel Oil Mill 3,26
7 PTPN III (Persero) PLTBm 2 x 3,5 MW 5,00
8 PTPN III (Persero) Offices 6,40
9 PTPN III (Persero) Employees Housing 45,01
10 PTPN III (Persero) Road development : ROW 43 4,09
11 PTPN III (Persero) Road development : ROW 28 3,36
12 PTPN III (Persero) Sewers and drains 6,45
13 Ministry of Industry (PMN) Tank Farm 9,03
14 Ministry of Industry (PMN) Dry Port 15,00
15 Ministry of Industry (PMN) Rail tracks 6,00
16 Ministry of Industry (PMN) Road ROW 62 22,00
PT. Industri Nabati Lestari
17 Refinery Plant 600.000 MTPY 7,50
(PTPN III & PTPN IV)

PTPN III (Persero), PT


Pertamina (Persero), dan Gas Power Plant Independent
18 20,00
International Partner (Posco Power Purchaser 250 MW
Energy) (Planned investment)

(Persero), dan PT. Sumberdaya


Biogas Power Plant Capaicity:
19 Sewatama (Planned 2,00
2.11 MW
investment)
Invested area of land (Ha) 212,00

Sumber : Buku SEZ Sei Mangkei

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan data yang didapat tentang progress
pengembangan penyediaan air baku yang telah dilaksanakan pada KEK Sei Mangkei,
maka dapat digambarkan status pengembangan KEK Sei Mangkei seperti terurai pada
tabel berikut :

Tabel 4.20. Status Pengembangan Penyediaan Air Baku KEK Sei Mangkei

TAHUN
NO URAIAN
2012 2013 2014 2015 2016 2017

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1 Pembebasan Lahan

Pembanganunan
2
Infrastruktur Kawasan

3 Pembangunan Pabrik

Penyediaan Air Baku


4.
(Intake)
Pembangunan Jaringan
5.
Pipa

Sumber : Hasil Pengolahan data dan informasi Tim konsultan

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Rencana penyediaan air baku untuk wilayah KEK Sei Mangkei dan sekitarnya di
peruntukan bagi penyediaan layanan Domestik dan Layanan industri (KEK). Rencana
pengembangan disesuaikan dengan tahap pembangunan KEK Sei Mangkei
berdasarkan Rencana Induk yang telah disusun. Sedangkan untuk penyedian
kebutuhan domestik dengan lokus kecamatan Bosar Maligas disesuaikan tahun
perencanaan.

Sumber air baku permukaan untuk penyediaan kebutuhan pada KEK dan Kecamatan
Bosar Maligas diarahkan pada badan Sungai Tongguran DAS Sipare-pare.Rencana
pegembangan kebutuhan penyediaan air pada KEK Sei Mangkei dan Penduduk Bosar
Maligas diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 4.21. Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Domestik Bosar Maligas

Sumber : Hasil rencana


Perkiraan Biaya

Kebutuhan pembiayaan penyediaan air baku pada kawasan KEK Sei Mangkei
dibedakan atas 2 katagori, yaitu :

1. Kebutuhan Pembiayaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan KEK Sei Mangkei

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kondisi eksisting ketersediaan air baku pada KEK Sei Mangkei telah diupayakan
oleh pengelola KEK dengan membangun WTP dengan kapasitas 250 m3/jam
dengan mengambil air permukaan dari Sungai Tongguran (DAS Bah Bolon).

Peningkatan penyediaan kebutuhan air baku pada kawasan KEK sesuai hasil
perhitungan hingga tahun 2031 dan selanjutnya sebesar 1.055,11 lt/det.
Prembiayaan pepeningkatan dapat dilakukan oleh pengelola KEK ataupun bantuan
dari Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah dapat membantu membangun intake
beserta komponen lainnya pada sumber air baku pada Sungai Tongguran hingga
kepada pipa transmisi.

2. Kebutuhan Untuk Penyediaan Air Baku Kebutuhan Dosmestik Kecamatan Bosar Maligas

Sumber air baku untuk kebutuhan penyediaan air bersih domestik Kecamatan
Bosar Maligas menggunakan air permukaan Sungai Tongguran, dimana
pembiayaan pembangunan intake beserta komponen lainnya dapat disediakan
oleh pemerintah.

Tabel 4.22. Rencana Anggaran Biaya Penyediaan Air Baku Domestik

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME
(Rp) (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 Unit 1 225.000.000 225.000.000
(Intake & Ipa)
Pekerjaan tanah Intake
2 Unit 1 350.000.000 350.000.000
Sadap
Pekerjaan struktur Intake
60 lt/det. (Mulut Intake),
3 Bak Penampung, Ruang Unit 1 1.100.150.000 1.100.150.000
Operasional & Ruang
Pompa)

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pekerjaan lain-lain
4 Unit 1 150.000.000 150.000.000
bangunan Intake
5 Pekerjaan Tanah IPA Unit 1 25.000.000 25.000.000
Pekerjaan Sturktur IPA 60
6 Unit 1 6.500.000.000 6.500.000.000
lt/det.
Pekerjaan Pengadaan
7 perpipaan & Acces, Unit 1 2.500.000.000 2.500.000.000
Bangunan IPA
Pekerjaan Pembubuh
8 Unit 1 200.000.000 200.000.000
Kimia
Pekerjaan Saluran Drianse
9 Unit 1 450.000.000 450.000.000
dan Bak Kontrol
10 Pekerjaan Lain-lain IPA Unit 1 175.000.000 175.000.000
Pekerjaan Mekanikal &
11 Unit 1 2.700.000.000 2.700.000.000
Elektrikal
Pekerjaan Landscaping
12 Unit 1 30.000.000 30.000.000
IPA
Reservoar 450 m3 (15 x
13 Unit 1 5.900.000.000 5.900.000.000
10 x 3)
Bangunan Penunjang Ipa
14 Unit 1 580.000.000 580.000.000
(Rumah Pompa)
Bangunan Penunjang
15 Intake & Booster (Rumah Unit 1 770.000.000 770.000.000
Genset 3 unit)
Bangunan Penunjang IPA
16 Unit 1 425.000.000 425.000.000
(Kantor)
17 Pekerjaan Jembatan PIPA Unit 1 1.450.000.000 1.450.000.000
Pekerjaan Pipa Transmisi
18 Unit 1 38.000.000.000 38.000.000.000
(Intake ke IPA)
Jumlah 61.530.150.000
PPN 10 % 6.153.015.000
Jumlah Setelah PPN 67.683.165.000

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB V

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api – Api memiliki luas sekitar 2.030 ha (
dua ribu tiga puluh hektar ) yang terletak dalam wilayah Desa muara Sungsang dan
Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Sedangkan batas – batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Muara Sungsang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan S. Telang, Desa Muara Sungsang

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan S. Telang, Desa Teluk Payo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muara Sungsang dan Desa Teluk Payo

Ibu kota kecamatan Banyuasin II adalah terletak di kota Sungsang yang merupakan
kota pesisir yang berkembang. Jarak dari Ibukota Kabupaten Banyuasin Pangkalan
Balai ke Kota Kecamatan Banyuasin II yaitu Sungsang sekitar ± 120 Km.

KEK Tanjung Api-Api berada di DAS Musi dan Wilayah Sungai Musi-Sugihan-Banyuasin-
Leman, dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang
Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai termasuk Wilayah Sungai Lintas Provinsi, serta
kewenangan penggelolaannya ada pada Pemerintah Pusat.

Profil Umum

1. Profil KEK Tanjung Api-Api

KEK Tanjung Api-Api ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun


2014 dan berlokasi di Provinsi Sumatera Selatan. KEK Tanjung Api-Api memiliki
keunggulan geoekonomi yaitu berada di wilayah penghasil karet dan kelapa sawit
terbesar di Indonesia. Selain potensi daerah di sektor agro, KEK Tanjung Api-Api
juga memiliki potensi sumber daya alam gas bumi dan batu bara yang melimpah.

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK Tanjung Api-Api juga memiliki keunggulan geostrategis yaitu dekat dengan
akses utama Sumatera bagian selatan ke Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan
sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor/impor wilayah Provinsi Sumatera Selatan
dan sekitarnya. Aksesibilitas KEK Tanjung Api-Api ditunjang dengan infrastruktur
pendukung yang telah tersedia, seperti akses Pelabuhan Tanjung Api-Api sejauh
2,5 Km, akses Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sejauh 65 Km, akses Kota
Palembang sejauh 70 Km, dan akses Pelabuhan Boom Baru sejauh 75 Km. Selain
itu KEK Tanjung Api-Api juga dilalui oleh Jalan Nasional Palembang – Tanjung Api-
Api yang memudahkan pergerakan dari dan menuju KEK Tanjung Api-Api.

Dengan kegiatan utama di bidang industri karet, kelapa sawit dan petrokimia, KEK
Tanjung Api-Api diharapkan dapat menarik investasi sebesar Rp 125 triliun hingga
tahun 2025.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK TANJUNG API-API

(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.2. Peta Wilayah Sungai KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.1. Profil Umum KEK Tanjung Api-Api

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Tanjung Api- Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Api 2. Industri Pengolahan Karet 16. Pembangunan jalan kawasan 2 km 22. UU No. 39 Tahun 2009
3. Industri Kelapa Sawit 17. Perencanaan pematangan lahan tahap I (100 ha) Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 4. Industri Petrokimia 23. PP No. 51 Tahun 2014
Banyuasin, 5. Logistik Infrastruktur Wilayah : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sumatera Selatan 18. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api Tanjung Api-Api
Master Plan : sepanjang 62,8 km selesai 2018
Luas Area : 6. Ruang Terbuka Hijau 19. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Dewan Kawasan :
2.030 Ha 7. Industri Kimia Dasar Pelabuhan Tanjung Carat selesai 2018 24. Kepres No 45 Tahun 2014
8. Industri Kecil 20. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Api Api – Palembang sepanjang 80 Tentang DK KEK Prov Sumsel
Badan Usaha 9. Berbagai Industri km 25. SK Gubernur Sumsel Nomor
Pembangunan dan 10. Kantor Pemerintah 21. Pembangunan Jalur Kereta Tanjung Enim – TAA sepanjang 375 km 199 Tahun 2016 Tentang
Pengelola : 11. Perkantoran dan Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi Pembentukan Sekretariat DK Prov
Pemerintah Komersial 150 Kv meliputi wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu Sumsel
Provinsi Sumatera 12. Pengolahan Air
Selatan Limbah Administrator :
13. Instalasi 26. Peraturan Bupati Banyuasin
Proyeksi Tenaga Pengolahan Air Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Kerja : 14. Pembangkit Listrik Pelimpahan Wewenang kepada
149.000 orang 15. Terminal Container Kepala Administrator KEK Tanjung
Api-Api
27. SK Bupati Banyuasin Nomor
254 Tahun 2017 Tentang

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Pembentukan Administrator KEK


TAA
28. SK Gubernur Sumsel No 200
Tahun 2016 Tentang Administrator
KEK Tanjung Api-Api

BUMD PT SMS :
29. Kepres No 45 Tahun 2014
Tentang DK KEK Prov Sumsel
30. SK Gubernur Sumsel Nomor
199 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
31. Perda Sumatera Selatan No 5
Tahun 2016 Tentang Pembentukan
PT SMS
32. Perda Sumatera Selatan No
13 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan PT SMS
33. SK Gubernur Sumsel Nomor
3871 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan
Modal Kepada PT SMS
(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.3. DAS Sungai Musi yang Mencakup KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.4. Skema Sistem Sungai Wilayah Sungai Musi-Sugihan-Banyuasin- Lemau

34. Regulasi KEK Tanjung Api-Api

35. Peraturan Penyelenggaraan :

36. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

37. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api

38. Dewan Kawasan :

39. Kepres No. 45 Tahun 2014

40. SK Gubernur Sumsel Nomor 199 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel

41. Administrator :

42. Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 91 Tahun 2017 Tentanp Pelimpahan Wewenang kepada
Kepala Adminstrator KEK Tanjung Api-Api

43. SK Bupati Banyuasin Nomor 254 Tahun 2017

44. Sk Gubernut Sumsel Nomor 200 Tahun 2016 Tentang Administrator KEK Tanjung Api-Api

45. BUMD PT SMS :

46. Kepres No. 45 Tahun 2014 Tentang DK KEK Prov Sumsel

47. SK Gubernur Sumsel Nomor 199 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel

48. Perda Sumetera Selatan No. 5 Tahun 2016 Tentang Pembentukan PT SMS

49. Perda Sumatera Selatan No. 13 tahun 2015 Tentang Pembentukan PT SMS

50. SK Gubernur Sumsel Nomor 3871 Tahun 2017 Tentang Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan Modal kepada PT SMS

51. Infrastruktur KEK Tanjung Api-Api

52. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Tanjung Api-Api :

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
53. Pembangunan jalan kawasan 2 km

54. Perencanaan pematangan lahan tahap I (100 ha)

55. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Api-Api :

56. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api sepanjang 62,8 km selesai 2018

57. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Pelabuhan Tanjung Carat selesai
2018

58. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Api Api – Palembang sepanjang 80 km

59. Pembangunan Jalur Kereta Tanjung Enim – TAA sepanjang 375 km

60. Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi 150 Kv meliputi
wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 5.5. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 5.6. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

1. Penduduk

Jumlah penduduk di desa-desa sekitar KEK Tanjung Api-Api kecamatan Banyuasin


(Tahun 2015) adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Data Jumlah Penduduk Desa –Desa Sekitar KEK Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II

LUAS JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN


NO DESA
(km2) (Jiwa) (Jiwa/km2)
1 Teluk Payo 72,67 3.556 48,93
2 Muara Sungsang 104,30 2.322 22,26
3 Marga Sungsang 33,31 3.004 90,18
4 Sungsang I 36,81 6.428 174,63
5 Rimau Sungsang 275,20 1.965 7,14
6 Sungsang III 27,94 3.351 119,94
7 Perajen Jaya 11,60 1.678 144,66
8 Sungsang IV 1.769,07 4.268 2,41
Jumlah 2.330,90 26.572 610,15
Sumber : Kecamatan Banyuasin II dalam angka, 2015

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Kebutuhan Air Untuk Sambungan Rumah Tangga (SR)

Tabel 5.3. Kebutuhan Air Untuk Sambungan Rumah Tangga (SR)


JUMLAH TINGKAT JUMLAH KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH JUMLAH KEBUTUHAN
NO TAHUN PENDUDUK PELAYANAN TERLAYANI RATA PEMAKAIAN AIR
(Jiwa) (%) (Jiwa) (Ltr/Jiwa/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d e=cxd f = kriteria g=exf h=g/(24x60x60)
1 2013 24.299 70 17.009,30 130 2.211.209 25,593
2 2014 24.526 70 17.168,20 130 2.231.866 25,832
3 2015 24.753 70 17.327,10 130 2.252.523 26,071
4 2016 24.982 70 17.487,40 130 2.273.362 26,312
5 2017 25.210 70 17.647,00 130 2.294.110 26,552
6 2018 25.440 70 17.808,00 130 2.315.040 26,794
7 2019 25.670 70 17.969,00 130 2.335.970 27,037
8 2020 25.901 70 18.130,70 130 2.356.991 27,280
9 2021 26.133 70 18.293,10 130 2.378.103 27,524
10 2022 26.366 70 18.456,20 130 2.399.306 27,770
11 2023 26.599 70 18.619,30 130 2.420.509 28,015
12 2024 26.833 70 18.783,10 130 2.441.803 28,262
13 2025 27.067 70 18.946,90 130 2.463.097 28,508
14 2026 27.303 70 19.112,10 130 2.484.573 28,757
15 2027 27.539 70 19.277,30 130 2.506.049 29,005
16 2028 27.776 70 19.443,20 130 2.527.616 29,255
17 2029 28.013 70 19.609,10 130 2.549.183 29,504
18 2030 28.252 70 19.776,40 130 2.570.932 29,756
19 2031 28.491 70 19.943,70 130 2.592.681 30,008
20 2032 28.731 70 20.111,70 130 2.614.521 30,261
21 2033 28.972 70 20.280,40 130 2.636.452 30,514
22 2034 29.213 70 20.449,10 130 2.658.383 30,768
23 2035 29.456 70 20.619,20 130 2.680.496 31,024
24 2036 29.699 70 20.789,30 130 2.702.609 31,280
25 2037 29.943 70 20.960,10 130 2.724.813 31,537
26 2038 30.187 70 21.130,90 130 2.747.017 31,794
27 2039 30.433 70 21.303,10 130 2.769.403 32,053
28 2040 30.679 70 21.475,30 130 2.791.789 32,312
29 2041 30.926 70 21.648,20 130 2.814.266 32,573
30 2042 31.175 70 21.822,50 130 2.836.925 32,835
31 2043 31.423 70 21.996,10 130 2.859.493 33,096
32 2044 31.673 70 22.171,10 130 2.882.243 33,359
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Keterangan :
a= Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Hasil Perhitungan
d = Tabel Kriteria Layanan (Kota Kecil)
e= cxd
f= Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU
g= exf
h = g / (24 x 60 x 60)
3. Kebutuhan Air Untuk Hidran Umum (HU)

Tabel 5.4. Kebutuhan Air Untuk Hidran Umum (HU)


JUMLAH TINGKAT JUMLAH KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH JUMLAH KEBUTUHAN
NO TAHUN PENDUDUK PELAYANAN TERLAYANI RATA PEMAKAIAN AIR
(Jiwa) (%) (Jiwa) (Ltr/Jiwa/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d e=cxd f = kriteria g=exf h=g/(24x60x60)
1 2013 24.299 70 17.009,30 30 510.279 5,906
2 2014 24.526 70 17.168,20 30 515.046 5,961
3 2015 24.753 70 17.327,10 30 519.813 6,016
4 2016 24.982 70 17.487,40 30 524.622 6,072
5 2017 25.210 70 17.647,00 30 529.410 6,127
6 2018 25.440 70 17.808,00 30 534.240 6,183
7 2019 25.670 70 17.969,00 30 539.070 6,239
8 2020 25.901 70 18.130,70 30 543.921 6,295
9 2021 26.133 70 18.293,10 30 548.793 6,352
10 2022 26.366 70 18.456,20 30 553.686 6,408
11 2023 26.599 70 18.619,30 30 558.579 6,465
12 2024 26.833 70 18.783,10 30 563.493 6,522
13 2025 27.067 70 18.946,90 30 568.407 6,579
14 2026 27.303 70 19.112,10 30 573.363 6,636
15 2027 27.539 70 19.277,30 30 578.319 6,694
16 2028 27.776 70 19.443,20 30 583.296 6,751
17 2029 28.013 70 19.609,10 30 588.273 6,809
18 2030 28.252 70 19.776,40 30 593.292 6,867
19 2031 28.491 70 19.943,70 30 598.311 6,925
20 2032 28.731 70 20.111,70 30 603.351 6,983
21 2033 28.972 70 20.280,40 30 608.412 7,042
22 2034 29.213 70 20.449,10 30 613.473 7,100
23 2035 29.456 70 20.619,20 30 618.576 7,159
24 2036 29.699 70 20.789,30 30 623.679 7,219
25 2037 29.943 70 20.960,10 30 628.803 7,278
26 2038 30.187 70 21.130,90 30 633.927 7,337
27 2039 30.433 70 21.303,10 30 639.093 7,397
28 2040 30.679 70 21.475,30 30 644.259 7,457
29 2041 30.926 70 21.648,20 30 649.446 7,517
30 2042 31.175 70 21.822,50 30 654.675 7,577
31 2043 31.423 70 21.996,10 30 659.883 7,638
32 2044 31.673 70 22.171,10 30 665.133 7,698

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a= Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Hasil Perhitungan
d = Tabel Kriteria Layanan (Kota Kecil)
e= cxd
f= Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU
g= exf
h = g / (24 x 60 x 60)
4. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pendidikan

Tabel 5.5. Perhitungan Proyeksi Pelajar


Metode aritmatik Metode Geometrik
PROYEKSI RATA-RATA
NO TAHUN n Pn=4500 +150.n Pn=4500(1+0,0075)^n
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 2013 0 4.500 4.500 4.500
2 2014 1 4.650 4.534 4.592
3 2015 2 4.800 4.568 4.684
4 2016 3 4.950 4.602 4.776
5 2017 4 5.100 4.637 4.868
6 2018 5 5.250 4.671 4.961
7 2019 6 5.400 4.706 5.053
8 2020 7 5.550 4.742 5.146
9 2021 8 5.700 4.777 5.239
10 2022 9 5.850 4.813 5.332
11 2023 10 6.000 4.849 5.425
12 2024 11 6.150 4.885 5.518
13 2025 12 6.300 4.922 5.611
14 2026 13 6.450 4.959 5.705
15 2027 14 6.600 4.996 5.798
16 2028 15 6.750 5.034 5.892
17 2029 16 6.900 5.071 5.986
18 2030 17 7.050 5.110 6.080
19 2031 18 7.200 5.148 6.174
20 2032 19 7.350 5.186 6.268
21 2033 20 7.500 5.225 6.363
22 2034 21 7.650 5.265 6.457
23 2035 22 7.800 5.304 6.552
24 2036 23 7.950 5.344 6.647
25 2037 24 8.100 5.384 6.742
26 2038 25 8.250 5.424 6.837
27 2039 26 8.400 5.465 6.932
28 2040 27 8.550 5.506 7.028
29 2041 28 8.700 5.547 7.124
30 2042 29 8.850 5.589 7.219
31 2043 30 9.000 5.631 7.315

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
32 2044 31 9.150 5.673 7.411
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Tabel 5.6. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pendidikan


KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH KEBUTUHAN
JUMLAH PELAJAR JUMLAH PEMAKAIAN
NO TAHUN RATA AIR
(Orang) (Ltr/Orang/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d = tabel e=cxd f=e/(24x60x60)
1 2013 4.500 10 45.000 0,521
2 2014 4.592 10 45.919 0,531
3 2015 4.684 10 46.839 0,542
4 2016 4.776 10 47.760 0,553
5 2017 4.868 10 48.683 0,563
6 2018 4.961 10 49.607 0,574
7 2019 5.053 10 50.532 0,585
8 2020 5.146 10 51.458 0,596
9 2021 5.239 10 52.386 0,606
10 2022 5.332 10 53.315 0,617
11 2023 5.425 10 54.246 0,628
12 2024 5.518 10 55.177 0,639
13 2025 5.611 10 56.111 0,649
14 2026 5.705 10 57.045 0,660
15 2027 5.798 10 57.981 0,671
16 2028 5.892 10 58.919 0,682
17 2029 5.986 10 59.857 0,693
18 2030 6.080 10 60.798 0,704
19 2031 6.174 10 61.739 0,715
20 2032 6.268 10 62.682 0,725
21 2033 6.363 10 63.627 0,736
22 2034 6.457 10 64.573 0,747
23 2035 6.552 10 65.520 0,758
24 2036 6.647 10 66.469 0,769
25 2037 6.742 10 67.419 0,780
26 2038 6.837 10 68.371 0,791
27 2039 6.932 10 69.325 0,802
28 2040 7.028 10 70.280 0,813
29 2041 7.124 10 71.236 0,824

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
30 2042 7.219 10 72.194 0,836
31 2043 7.315 10 73.154 0,847
32 2044 7.411 10 74.115 0,858
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah Pelajar Tahun 2013 yaitu 4.500 Pelajar diperoleh dari sumber BPS
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari ; untuk tiap pelajar
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)

5. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Olahraga

Perhitungan kebutuhan air untuk fasilitas olagraga diasumsikan dalam proyeksi 30


tahun, yaitu ada penambahan pemakai olahraga 10 orang.

Tabel 5.7. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Olahraga


KONSUMSI AIR RATA-
JUMLAH PEMAKAI JUMLAH PEMAKAIAN JUMLAH KEBUTUHAN AIR
NO TAHUN RATA
(Orang) (Ltr/Orang/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d = tabel e=cxd f=e/(24x60x60)
1 2013 50 10 500 0,006
2 2014 50 10 500 0,006
3 2015 50 10 500 0,006
4 2016 50 10 500 0,006
5 2017 50 10 500 0,006
6 2018 50 10 500 0,006
7 2019 50 10 500 0,006
8 2020 50 10 500 0,006
9 2021 50 10 500 0,006
10 2022 50 10 500 0,006
11 2023 50 10 500 0,006
12 2024 75 10 750 0,009
13 2025 75 10 750 0,009
14 2026 75 10 750 0,009
15 2027 75 10 750 0,009
16 2028 75 10 750 0,009
17 2029 75 10 750 0,009
18 2030 75 10 750 0,009
19 2031 75 10 750 0,009
20 2032 75 10 750 0,009
21 2033 75 10 750 0,009
22 2034 75 10 750 0,009
DRAFT LAPORAN AKHIR 18
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
23 2035 113 10 1.130 0,013
24 2036 113 10 1.130 0,013
25 2037 113 10 1.130 0,013
26 2038 113 10 1.130 0,013
27 2039 113 10 1.130 0,013
28 2040 113 10 1.130 0,013
29 2041 113 10 1.130 0,013
30 2042 113 10 1.130 0,013
31 2043 113 10 1.130 0,013
32 2044 113 10 1.130 0,013
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah pemakai fasilitas olahraga tahun 2013 yaitu 50 orang diperoleh dari sumber BPS
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f= e / (24 x 60 x 60)
6. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perkantoran

Tabel 5.8. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perkantoran


KONSUMSI AIR RATA-
JUMLAH PEGAWAI JUMLAH PEMAKAIAN JUMLAH KEBUTUHAN AIR
NO TAHUN RATA
(Orang) (Ltr/Orang/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d = tabel e=cxd f=e/(24x60x60)
1 2013 20 10 200 0,002
2 2014 25 10 250 0,003
3 2015 30 10 300 0,003
4 2016 35 10 350 0,004
5 2017 40 10 400 0,005
6 2018 45 10 450 0,005
7 2019 50 10 500 0,006
8 2020 55 10 550 0,006
9 2021 60 10 600 0,007
10 2022 65 10 650 0,008
11 2023 70 10 700 0,008
12 2024 75 10 750 0,009
13 2025 80 10 800 0,009
14 2026 85 10 850 0,010
15 2027 90 10 900 0,010
16 2028 95 10 950 0,011
17 2029 100 10 1.000 0,012
18 2030 105 10 1.050 0,012
19 2031 110 10 1.100 0,013
20 2032 115 10 1.150 0,013
21 2033 120 10 1.200 0,014
22 2034 125 10 1.250 0,014

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
23 2035 130 10 1.300 0,015
24 2036 135 10 1.350 0,016
25 2037 140 10 1.400 0,016
26 2038 145 10 1.450 0,017
27 2039 150 10 1.500 0,017
28 2040 155 10 1.550 0,018
29 2041 160 10 1.600 0,019
30 2042 165 10 1.650 0,019
31 2043 170 10 1.700 0,020
32 2044 175 10 1.750 0,020
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah pegawai perkantoran tahun 2013 yaitu 20 orang diperoleh dari sumber BPS
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)

7. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pertokoan

Kebutuhan air untuk fasilitas pertokoan sebesar 10 ltr/pegawai/hari.

Tabel 5.9. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pertokoan


JUMLAH JUMLAH KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH KEBUTUHAN
JUMLAH PEMAKAIAN
NO TAHUN TOKO PEGAWAI RATA AIR
(Unit) (Orang) (Ltr/Orang/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d e = tabel f=cxd g=f/(24x60x60)
1 2013 20 100 10 1.000 0,012
2 2014 21 105 10 1.050 0,012
3 2015 22 110 10 1.100 0,013
4 2016 23 115 10 1.150 0,013
5 2017 24 120 10 1.200 0,014
6 2018 25 125 10 1.250 0,014
7 2019 26 130 10 1.300 0,015
8 2020 27 135 10 1.350 0,016
9 2021 28 140 10 1.400 0,016
10 2022 29 145 10 1.450 0,017
11 2023 30 150 10 1.500 0,017
12 2024 31 155 10 1.550 0,018
13 2025 32 160 10 1.600 0,019
14 2026 33 165 10 1.650 0,019
15 2027 34 170 10 1.700 0,020
16 2028 35 175 10 1.750 0,020
17 2029 36 180 10 1.800 0,021
18 2030 37 185 10 1.850 0,021

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
19 2031 38 190 10 1.900 0,022
20 2032 39 195 10 1.950 0,023
21 2033 40 200 10 2.000 0,023
22 2034 41 205 10 2.050 0,024
23 2035 42 210 10 2.100 0,024
24 2036 43 215 10 2.150 0,025
25 2037 44 220 10 2.200 0,025
26 2038 45 225 10 2.250 0,026
27 2039 46 230 10 2.300 0,027
28 2040 47 235 10 2.350 0,027
29 2041 48 240 10 2.400 0,028
30 2042 49 245 10 2.450 0,028
31 2043 50 250 10 2.500 0,029
32 2044 51 255 10 2.550 0,030
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah pegawai pertokoan tahun 2013 yaitu 100 orang diperoleh dari sumber BPS
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f= e / (24 x 60 x 60)
8. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Rumah Sakit

Tabel 5.10. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Rumah Sakit


KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH KEBUTUHAN
JUMLAH BED JUMLAH PEMAKAIAN
NO TAHUN RATA AIR
(Unit) (Ltr/Bed/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d = tabel e=cxd f=e/(24x60x60)
1 2013 100 200 20.000 0,231
2 2014 100 200 20.000 0,231
3 2015 100 200 20.000 0,231
4 2016 100 200 20.000 0,231
5 2017 100 200 20.000 0,231
6 2018 100 200 20.000 0,231
7 2019 100 200 20.000 0,231
8 2020 100 200 20.000 0,231
9 2021 100 200 20.000 0,231
10 2022 100 200 20.000 0,231
11 2023 100 200 20.000 0,231
12 2024 200 200 40.000 0,463
13 2025 200 200 40.000 0,463
14 2026 200 200 40.000 0,463
15 2027 200 200 40.000 0,463
16 2028 200 200 40.000 0,463
17 2029 200 200 40.000 0,463
18 2030 200 200 40.000 0,463

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
19 2031 200 200 40.000 0,463
20 2032 200 200 40.000 0,463
21 2033 200 200 40.000 0,463
22 2034 200 200 40.000 0,463
23 2035 300 200 60.000 0,694
24 2036 300 200 60.000 0,694
25 2037 300 200 60.000 0,694
26 2038 300 200 60.000 0,694
27 2039 300 200 60.000 0,694
28 2040 300 200 60.000 0,694
29 2041 300 200 60.000 0,694
30 2042 300 200 60.000 0,694
31 2043 300 200 60.000 0,694
32 2044 300 200 60.000 0,694
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah pemakai bed dalam rumah sakit, diasumsikan ada 100 bed
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 200 ltr/bed/hari ; untuk tiap bed
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)

9. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Industri Besar

Tabel 5.11. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Industri Besar

LUAS KAWASAN INDUSTRI KONSUMSI AIR RATA-RATA JUMLAH PEMAKAIAN


NO TAHUN
(Ha) (Ltr/Detik/Ha) (Ltr/Dtk)
a b c d = tabel e=cxd
1 2013 800 0,75 600
2 2014 800 0,75 600
3 2015 800 0,75 600
4 2016 800 0,75 600
5 2017 800 0,75 600
6 2018 800 0,75 600
7 2019 800 0,75 600
8 2020 800 0,75 600
9 2021 800 0,75 600
10 2022 800 0,75 600
11 2023 800 0,75 600
12 2024 900 0,75 675
13 2025 900 0,75 675
14 2026 900 0,75 675
15 2027 900 0,75 675
16 2028 900 0,75 675

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
17 2029 900 0,75 675
18 2030 900 0,75 675
19 2031 900 0,75 675
20 2032 900 0,75 675
21 2033 900 0,75 675
22 2034 900 0,75 675
23 2035 1.000 0,75 750
24 2036 1.000 0,75 750
25 2037 1.000 0,75 750
26 2038 1.000 0,75 750
27 2039 1.000 0,75 750
28 2040 1.000 0,75 750
29 2041 1.000 0,75 750
30 2042 1.000 0,75 750
31 2043 1.000 0,75 750
32 2044 1.000 0,75 750
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Luas Area Kawasan Industri, Ha
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air Kawasan Industri 0,75 ltr/dtk/ha
e= cxd

10. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Dermaga

Tabel 5.12. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Dermag


JUMLAH JUMLAH KONSUMSI AIR RATA- JUMLAH JUMLAH
NO TAHUN DERMAGA ORANG RATA PEMAKAIAN KEBUTUHAN AIR
(Unit) (Orang) (Ltr/Orang/Hari) (Ltr/Hari) (Ltr/Dtk)
a b c d e = tabel f=dxe g=f/(24x60x60)
1 2013 1 1.000 50 50.000 0,579
2 2014 1 1.100 50 55.000 0,637
3 2015 1 1.210 50 60.500 0,700
4 2016 1 1.331 50 66.550 0,770
5 2017 1 1.464 50 73.200 0,847
6 2018 1 1.661 50 83.050 0,961
7 2019 1 1.772 50 88.600 1,025
8 2020 1 1.949 50 97.450 1,128
9 2021 1 2.144 50 107.200 1,241
10 2022 1 2.358 50 117.900 1,365
11 2023 1 2.594 50 129.700 1,501
12 2024 1 2.853 50 142.650 1,651
13 2025 1 3.138 50 156.900 1,816
14 2026 1 3.452 50 172.600 1,998

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15 2027 1 3.797 50 189.850 2,197
16 2028 1 4.177 50 208.850 2,417
17 2029 1 4.595 50 229.750 2,659
18 2030 1 5.054 50 252.700 2,925
19 2031 1 5.560 50 278.000 3,218
20 2032 1 6.116 50 305.800 3,539
21 2033 1 6.727 50 336.350 3,893
22 2034 1 7.400 50 370.000 4,282
23 2035 1 8.140 50 407.000 4,711
24 2036 1 8.954 50 447.700 5,182
25 2037 1 9.850 50 492.500 5,700
26 2038 1 10.835 50 541.750 6,270
27 2039 1 11.918 50 595.900 6,897
28 2040 1 13.110 50 655.500 7,587
29 2041 1 14.421 50 721.050 8,345
30 2042 1 15.863 50 793.150 9,180
31 2043 1 17.449 50 872.450 10,098
32 2044 1 19.194 50 959.700 11,108
Sumber : Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Prasarana Air Baku di KEK Tanjung Kelayang, 2014

Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah Dermaga
d= Jumlah orang dengan proyek penambahan 10 % tiap tahun
e= Konsumsi air untuk dermaga 50 ltr/orang/hari
f= dxe
g= f / (24 x 60 x 60)

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Proyeksi kebutuhan air dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2044 seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.13. Jumlah Total Kebutuhan Air KEK Tanjung Api-Api


SAMBUNGAN PENDIDIKAN
NO TAHUN HIDRAN UMUM OLAHRAGA PERKANTORAN PERTOKOAN RUMAH SAKIT INDUSTRI BESAR DERMAGA JUMLAH
RUMAH SEKOLAH
1 2013 25,593 5,906 0,521 0,006 0,002 0,012 0,231 600,000 0,579 632,849
2 2014 25,832 5,961 0,531 0,006 0,003 0,012 0,231 600,000 0,637 633,213
3 2015 26,071 6,016 0,542 0,006 0,003 0,013 0,231 600,000 0,700 633,583
4 2016 26,312 6,072 0,553 0,006 0,004 0,013 0,231 600,000 0,770 633,962
5 2017 26,552 6,127 0,563 0,006 0,005 0,014 0,231 600,000 0,847 634,346
6 2018 26,794 6,183 0,574 0,006 0,005 0,014 0,231 600,000 0,961 634,770
7 2019 27,037 6,239 0,585 0,006 0,006 0,015 0,231 600,000 1,025 635,144
8 2020 27,280 6,295 0,596 0,006 0,006 0,016 0,231 600,000 1,128 635,558
9 2021 27,524 6,352 0,606 0,006 0,007 0,016 0,231 600,000 1,241 635,984
10 2022 27,770 6,408 0,617 0,006 0,008 0,017 0,231 600,000 1,365 636,421
11 2023 28,015 6,465 0,628 0,006 0,008 0,017 0,231 600,000 1,501 636,872
12 2024 28,262 6,522 0,639 0,009 0,009 0,018 0,463 675,000 1,651 712,571
13 2025 28,508 6,579 0,649 0,009 0,009 0,019 0,463 675,000 1,816 713,052
14 2026 28,757 6,636 0,660 0,009 0,010 0,019 0,463 675,000 1,998 713,551
15 2027 29,005 6,694 0,671 0,009 0,010 0,020 0,463 675,000 2,197 714,069
16 2028 29,255 6,751 0,682 0,009 0,011 0,020 0,463 675,000 2,417 714,608
17 2029 29,504 6,809 0,693 0,009 0,012 0,021 0,463 675,000 2,659 715,169
18 2030 29,756 6,867 0,704 0,009 0,012 0,021 0,463 675,000 2,925 715,757
19 2031 30,008 6,925 0,715 0,009 0,013 0,022 0,463 675,000 3,218 716,371
20 2032 30,261 6,983 0,725 0,009 0,013 0,023 0,463 675,000 3,539 717,016
21 2033 30,514 7,042 0,736 0,009 0,014 0,023 0,463 675,000 3,893 717,694
22 2034 30,768 7,100 0,747 0,009 0,014 0,024 0,463 675,000 4,282 718,408
23 2035 31,024 7,159 0,758 0,013 0,015 0,024 0,694 750,000 4,711 794,400
24 2036 31,280 7,219 0,769 0,013 0,016 0,025 0,694 750,000 5,182 795,198
25 2037 31,537 7,278 0,780 0,013 0,016 0,025 0,694 750,000 5,700 796,045
26 2038 31,794 7,337 0,791 0,013 0,017 0,026 0,694 750,000 6,270 796,943
27 2039 32,053 7,397 0,802 0,013 0,017 0,027 0,694 750,000 6,897 797,901
28 2040 32,312 7,457 0,813 0,013 0,018 0,027 0,694 750,000 7,587 798,922
29 2041 32,573 7,517 0,824 0,013 0,019 0,028 0,694 750,000 8,345 800,013

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
30 2042 32,835 7,577 0,836 0,013 0,019 0,028 0,694 750,000 9,180 801,183
31 2043 33,096 7,638 0,847 0,013 0,020 0,029 0,694 750,000 10,098 802,434
32 2044 33,359 7,698 0,858 0,013 0,020 0,030 0,694 750,000 11,108 803,780

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.14. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku KEK Tanjung Api-Api

FAKTOR NORMAL FAKTOR HARI PUNCAK


NO TAHUN 1 1,15
(liter/detik) (liter/detik)
1 2013 632,849 727,777
2 2014 633,213 728,195
3 2015 633,583 728,620
4 2016 633,962 729,056
5 2017 634,346 729,498
6 2018 634,770 729,986
7 2019 635,144 730,416
8 2020 635,558 730,892
9 2021 635,984 731,381
10 2022 636,421 731,885
11 2023 636,872 732,403
12 2024 712,571 819,457
13 2025 713,052 820,009
14 2026 713,551 820,584
15 2027 714,069 821,179
16 2028 714,608 821,799
17 2029 715,169 822,445
18 2030 715,757 823,120
19 2031 716,371 823,827
20 2032 717,016 824,569
21 2033 717,694 825,348
22 2034 718,408 826,170
23 2035 794,400 913,559
24 2036 795,198 914,477
25 2037 796,045 915,451
26 2038 796,943 916,485
27 2039 797,901 917,586
28 2040 798,922 918,760
29 2041 800,013 920,015
30 2042 801,183 921,360
31 2043 802,434 922,799
32 2044 803,780 924,347

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

Data Klimatologi

Tinjauan kondisi hidroklimatologi dilakukan terhadap keadaan curah hujan dan iklim
berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari beberapa stasiun di sekitar wilayah
proyek. Data hujan dan iklim diambil dari buku Pemeriksaan Hujan dan buku Data
Iklim di Indonesia yang dikeluarkan oleh pusat Meteorologi dan Geofisika Departemen
Perhubungan Indonesia di Jakarta.

Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuain dapat
dibedakan menjadi daerah dataan kering dan daerah dataran basah yang sangat
dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran Sungai di daerah dataran basah pola
alirannya rectangular dan daerah dataran kering pola alirannya dandritik. Beberapa
sungai yang berada di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api – api adalah
Sungai Banyuasin, Sungai Telang.

Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air , wilayah Kecamatan Banyuasin II berada
pada daerah dataran basah yang pola alirannya rectangular yang sangat dipengaruhi
oleh pola aliran sungai. Pola aliran sungai di wilayah ini berperan sebagai sarana
transportasi air disepanjang aliran sungai yang ada di kecamatan banyuasin II. wilayah
kecamatan banyuasin ini memiliki suhu rata-rata berkisar 26,10 0 – 27,40 0 celcius dan
ke kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % dengan rata-rata
curah hujan 2.723 mm/tahun.

Untuk rekapitulasi hidroklimatologi stasiun Kenten – Palembang (tahun 1998-2003)


dapat dilihat pada tabel berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.15. Rekapitulasi Hidroklimatologi Stasiun Kenten-Palembang (Tahun 1998-Tahun 2013)

NO KLIMATOLOGI SAT JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

1 Temperatur Udara (ºC) 24.82 26.63 25.28 27.26 26.01 27.41 25.33 23.76 27.39 27.47 27.00 26.60

2 Kecepatan Angin Knots 3.53 3.66 3.05 2.76 3.19 3.15 3.36 3.63 3.83 3.26 2.81 3.50

3 Kelembaban Udara (%) 86.94 86.06 86.19 85.00 84.44 82.69 82.75 79.81 78.69 81.50 84.56 86.56

4 Penyinaran matahari (%) 42.05 48.74 49.58 59.29 62.31 61.59 61.29 68.28 62.46 55.71 49.65 38.9

5 Jumlah Hari Hujan (hari) 22.38 19.63 21.31 20.38 15.44 12.44 12.31 8.81 10.63 16.75 21.25 22.19

6 Curah Hujan Bulanan (mm) 263.54 211.76 371.51 320.65 158.53 121.54 112.51 76.53 101.12 202.76 313.97 315.79

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Alternatif Potensi Sumber Air

Dari hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan,
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, ada 3 (tiga) potensi sumber air baku yang
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk KEK Tanjung Api – Api yaitu
seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.16. Potensi Air Baku KEK Tanjung Api-Api


KAPASITAS/ESTIMASI DEBIT SISTEM
NO POTENSI AIR BAKU LOKASI
(m3/detik) PENGAMBILAN

Desa Sritiga
Pengambilan
1 Sungai Air Telang Kecamatan Muara ± 150
Bebas
Telang
Desa Karang Anyar
Pengambilan
2 Sungai Simpang PU Kecamatan Banyuasin ± 30
Bebas
II
Desa Karang Baru
Sungai Air Telang Pengambilan
3 Kecamatan Muara ± 100
Jalur 17 Bebas
Telang

2. Strategis Pemilihan Alternatif Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Nilai Skor Kriteria Penyaringan

Besarnya nilai skor dari setiap kriteria didapatkan dengan cara


membandingkan antara setiap kriteria yang sama dari setiap alternatif potensi
sumber air baku yang satu dengan yang lainnya.

Nilai skor yang tertinggi diberikan untuk jenis potensi sumber air baku yang
paling memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dan akan
memberikan potensi biaya/harga air per satuan volume. Nilai skor untuk ke
tiga potensi sumber air baku di KEK Tanjung Api-Api adalah sebagai berikut :

Tabel 5.17. Nilai Skor Penyaringan

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
S. AIR TELANG
NO. KRITERIA PENYARINGAN S. AIR TELANG S. SIMPANG PU KETERANGAN
JALUR 7

1 Kualitas 5 5 5

2 Kuantitas 2 2 2

3 Kehandalan Debit 5 5 5

4 Persyaratan Peraturan 4 4 4

5 Dampak Lingkungan 4 4 4

6 Potensi Biaya 4 2 3

7 Waktu Pelaksanaan 4 4 4

8 Hambatan Pengembangan 5 3 4

9 Potensi Kehilangan Air 4 3 2

10 Kompetensi Suplai Air 4 4 4

2. Nilai Faktor Pembebanan

Besarnya nilai faktor pembebanan dari setiap kriteria didapatkan dengan cara
membandingkan antara setiap alternatif potensi sumber air baku yang akan
digunakan sebagai dasar untuk penyediaan air jangka panjang. Nilai faktor
pembebanan antara setiap kriteria penyaringan adalah seperti diuraikan pada
tabel berikut :

Tabel 5.18. Nilai Faktor Pembebanan Kriteria Penyaringan

NO KRITERIA PENYARINGAN FAKTOR PEMBEBANAN KETERANGAN

1 Kualitas 2
2 Kuantitas 2
3 Kehandalan Debit 2
4 Persyaratan Peraturan 1
5 Dampak Lingkungan 1
6 Potensi Biaya 5
7 Waktu Pelaksanaan 1
8 Hambatan Pengembangan 1
9 Potensi Kehilangan Air 1

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10 Kompetensi Suplai Air 1

3. Pelaksanaan Penyaringan

Pelaksanaan penyaringan dilakukan dengan menganalisis terhadap besar


kecilnya nilai dalam matriks yang menggabungkan antara besaran skor
masing-masing potensi sumber air baku dengan nilai faktor pembebanan,
seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 5.19. Pelaksanaan Penyaringan Rencana Infrastruktur Potensi Sumber Air Baku
S. TELANG
S. AIR TELANG S. SIMPANG PU
NO KRITERIA PENYARINGAN JALUR 17

NSK NFP NSP NSK NFP NSP NSK NFP

1 Kualitas 5 2 10 5 2 10 5 2

2 Kuantitas 2 2 4 2 2 4 2 2

3 Kehandalan Debit 5 2 10 5 2 10 5 2

4 Persyaratan Peraturan 4 1 4 4 1 4 4 1

5 Dampak Lingkungan 4 1 4 4 1 4 4 1

6 Potensi Biaya 4 5 20 2 5 10 3 5

7 Waktu Pelaksanaan 4 1 4 3 1 3 3 1

8 Hambatan Pengembangan 5 1 5 3 1 3 4 1

9 Potensi Kehilangan Air 4 1 4 3 1 3 2 1

10 Kompetensi Suplai Air 4 1 4 4 1 4 4 1

4. Rangking Strategis Terpilih

Dari hasil pelaksanaan penyaringan, diperoleh hasil bahwa potensi sumber air
baku yang akan digunakan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-
Api adalah sebagai berikut :
Rangking I : S. Air Telang
Rangking II : S. Telang Jalur 17
Rangking III : S. Simpang PU

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Ketersediaan Potensi Air Sungai Telang

Analisa dan perhitungan terhadap data hidrologi, yang dilakukan untuk


mempelajari karakteristik kondisi hidroklimatologi yang meliputi sifat-sifat fisik,
kimia dan biologis dari air. Bencana yang diakibatkan sifat fisik air, misalnya air
banjir, air buangan drainase yang besar dan sebagainya, maka para ahli hidrologi
dalam perancangan bangunan-bangunan air memberi solusi pemecahan masalah
dengan melakukan analisa dan kajian hidrologi. Dengan analisa dan kajian
hidrologi dapat direncanakan kekuatan dan keamanan bangunan-bangunan air
yang direncanakan sesuai dengan periode ulang tertentu.

Dalam analisa dan perhitungan hidroklimatologi mengambil data di dekat wilayah


DAS Sungai Telang, namun di wilayah tersebut tidak ada stasiun BMG klimatologi
yang dapat memberikan data yang baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan data
yang lebih akurat dan lengkap maka menggunakan data dari satasiun BMKG
Klimatologi Kenten Palembang. Dari data-data klimatologi tersebut dapat ditarik
kesimpulan secara umum sebagai berikut :

1. Temperatur udara bulanan rata-rata berkisar antara 23,76oC s/d 27,47oC

2. Kecepatan angin rata-rata yang tercatat berkisar 2,76 Knots s/d 3,83 Knots

3. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata berkisar antara 78,69 % s/d 86,94 %

4. Besarnya penyinaran matahari bulanan rata-rata berkisar 39,90% s/d 68,28%

5. Nilai rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 76,53 mm s/d 371,51 mm

6. Nilai rata-rata jumlah hari hujan bulanan antara 8,81 hari s/d 22,38 hari

Dengan adanya data-data tersebut di atas maka dapat diperoleh besaran-besaran


perencanaan yang meliputi :

7. Nilai Evapotranspirasi bulanan

8. Curah hujan efektif untuk padi dan palawija

9. Curah hujan rencana.

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. Debit andalan sungai yang akan dimanfaatkan airnya

11. Kebutuhan air irigasi

12. Debit drainase

Bahasan yang akan disajikan dalam analisa dan perhitungan hidrologi ini berupa
uraian singkat mengenai teori, contoh perhitungan ataupun analisa serta hasil
perhitungan yang akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel perhitungan.

1. Perhitungan Evapotranspirasi

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus


empiris, yang ditetapkan berdasarkan data-data iklim (klimatologi) yang terdiri
dari kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan penyinaran
matahari. Adapun beberapa metoda perhitungan evapotranspirasi yang
ada terdiri dari :

1. Metoda Thornth Waite

2. Metoda Blaney – Criddle

3. Metoda Penmann Modifikasi

Dalam pelaksanaan perhitungan evapotranspirasi untuk hamparan di wilayah


Studi Pengembangan Pengairan, ditetapkan memakai metoda Penmann
Modifikasi sebagai pendekatan untuk mencari harga evapotranspirasi,
karena dalam metoda tersebut digunakan parameter-parameter data
klimatologi yang lebih lengkap, bila dibandingkan dengan kedua metoda yang
lainnya.

Persamaan umum yang digunakan dalam analisa evapotranspirasi


potensial bulanan, dengan metoda Penmann Modifikasi adalah sebagai
berikut :

Et = C x (W.Rn + (1+W) x f(U) x (ea – ed))

dimana :

Et = evapotranspirasi potensial bulanan, satuan (mm/bulan)

C = faktor koreksi iklim akibat perbedaan siang malam

W = faktor bobot tergantung temperatur dan ketinggian

Rn = radiasi netto = Rn – Rn1, satuan (mm/hari)

Rns = (1 – a) x (0,25 + 0,5 x n/N) x Ra

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
a = albedo, diambil 0,25 untuk rerumputan pendek

Ra = radiasi matahari ekstra terestrial

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

f(T) = efek temperatur pada gelombang panjang radiasi

f(ed) = efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi

f(n/N) = efek penyinaran matahari pada gelombang panjang radiasi

N = lama penyinaran matahari

f(U) = 0.27 x (1 + U/100)

ed = ea x RH/100

RH = kelembaban relatif (%)

ea = tekanan uap jenuh, tergantung temperatur

Hasil perhitungan evapotranspirasi potensial Daerah disajikan kembali pada


tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.20. Evapotranspirasi Potensial Dengan Metoda Penmann Modifikasi

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.21. Rekapitulasi HidroKlimatogi Sta. Kenten - Palembang (th. 1998 - th. 2013 )

No Klimatologi Sat. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

0
1 Temperatur Udara ( C) 24.82 26.63 25.28 27.26 26.01 27.41 25.33 23.76 27.39 27.47 27.00 26.60
2 Kecepatan Angin Knots 3.53 3.66 3.05 2.76 3.19 3.15 3.36 3.63 3.83 3.26 2.81 3.50
3 Kelembaban Udara (%) 86.94 86.06 86.19 85.00 84.44 82.69 82.75 79.81 78.69 81.50 84.56 86.56
4 Penyinaran matahari (%) 42.05 48.74 49.58 59.29 62.31 61.59 61.29 68.28 62.46 55.71 49.65 38.9
5 Jumlah Hari Hujan (hari) 22.38 19.63 21.31 20.38 15.44 12.44 12.31 8.81 10.63 16.75 21.25 22.19
6 Curah Hujan Bulanan (mm) 263.54 211.76 371.51 320.65 158.53 121.54 112.51 76.53 101.12 202.76 313.97 315.79

Tabel 5.22. Tekanan Uap Jenuh (ea) Dalam (mbar) Sebagai Fungsi dan Temperatur Udara Rata-rata (T)
Temperatur ( C ) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

ea (mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0

Temperatur ( C ) 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

ea (mbar) 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.23. Nilai Faktor Bobot (W) Sebagai Pengaruh Radiasi ET Pada Temperatur dan Ketinggian
0
Temperatur C
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
( 1 - W ) at altitude m
0
.43 .46 .49 .52 .55 .58 .61 .64 .66 .68 .71 .73 .75 .77 .78 .80 .82 .83 .84 .85

500
.45 .48 .51 .54 .57 .60 .62 .65 .67 .70 .72 .74 .76 .78 .79 .81 .82 .84 .85 .86

1000
.46 .49 .52 .55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .75 .77 .79 .80 .82 .83 .85 .86 .87

2000
.49 .52 .55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .75 .77 .79 .81 .82 .84 .85 .86 .87 .88
Tabel 5.24. Efek3000
Temperatur f (T) Pada Radiasi Gelombang Panjang
Temperatur ( C ) ,52 0 .55 2.58 4.61 .64
6 8.66 10.69 12.71 14.73 16.75 18.77 20.79 22.81 24 .82 26 .84 28 .85 30 .86 32 .88 34.88 36.89

f4000
(T) - cTa4 11,0 11,4 11,7 12,0 12,4 12,7 13,1 13,5 13,8 14,2 14,6 15,0 15,4 15,9 16,3 16,7 17,2 17,7 18,1
.55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .76 .78 .79 .81 .83 .84 .85 .86 .87 .89 .90 .90

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.25. Adjusment Factor ( C ) in Presented Penman Equation

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 40
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.26. Extra Terrestrial Raddiation (Ra) expressed in equivalent

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Perhitungan Debit Andalan

Untuk kebutuhan perhitungan debit andalan pada suatu daerah yang akan
dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku, diperlukan analisa ketersediaan air
(water availability) suatu aliran sungai. Dalam pekerjaan ini digunakan
beberapa metoda untuk mengetahui debit andalan, metode-metode tersebut
yaitu :

Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air


dikembangkan oleh Dr. F.J. Mock. Data yang dibutuhkan dalam perhitungan
metode neraca air F.J. Mock antara lain :

5. Hujan bulanan rata-rata, mm

6. Jumlah hari hujan bulanan rata-rata, hari

7. Evapotranspirasi potensial bulanan, mm

8. Limpasan permukaan (run off) m3/dt/km2

9. Tampungan air tanah (ground water storage), mm

10. Aliran dasar (base flow), m3/dt/km2

Neraca air metode F.J. Mock dirumuskan sebagai berikut :

Q = (Dro + Bf) F Bf = 1 - Vn

Dro = Ws - 1 Ws = R - Et

dimana :

Q = debit andalan, m3/dt

Dro = direct run off, m3/dt/km2

Bf = base flow, m3/dt/km2

Ws = water surplus, mm

I = infiltrasi, mm

Vn = storage volume, mm

R = curah hujan, mm

Et = evapotranspirasi Penmann Modifikasi, mm

E = catchment area, km2

Run off = (1-Vn) + 60 (P-EL), mm/dt

Q= Run off x A, m3/dt

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
dimana :

I = infiltrasi = 40% x water surplus

P - EL = water surplus

= angka curah hujan bulanan rata-rata dikurangi limit


evapotranspirasi, mm

EL = Eto - E = limit evapotranspirasi, mm

Eto = evapotranspirasi potensial, mm

E = evapotranspirasi pada bidang terbuka, mm

Va = Vn - Vn-1 = storage bulanan, mm

Vn = 0,50 (1 + K) 1 + K(n-1)

K = koefisien infiltrasi = 0,60

A = luas daerah tangkapan hujan, km2

Stasiun yang digunakan dalam perhitungan debit andalan adalah data-data


dari stasiun BMKG Kenten Palembang. Untuk lebih memperjelas hasil
perhitungan debit andalan dengan Metode F.J. Mock untuk sungai-sungai
yang akan dipakai sebagai sumber air, disajikan hasil perhitungan debit
andalan Sungai Telang pada tabel berikut :

Luas DAS. Telang = 1099,25 km2

Panjang Sungai = 70,50Km

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.27. Analisis Ketersediaan Air - Sungai Telang Dengan Metoda F.J. Mock Luas DAS S. Telang 1099.25 km2

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
11. Kualitas Air

1. Syarat Kualitas Air Baku

Berdasarkan PP No.16 tahun 2005, Air baku untuk air bersih di kawasan
ekonomi khusus yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari
sumber air permukaan, cekungan air tanah dan / air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Study kelayakan dan potensi penyediaan air baku dilaksanakan untuk


mengetahui potensi sumber air yang ada di sekitar khususnya di Kecamatan
Banyuain II - Kabupaten Banyuasin - Propinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April
2010, syarat air untuk air bersih adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung dimanfaatkan.

Tabel 5.28. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, Berdasarkan Pemenkes No.
92/Menkes/Per/IV/2010
SIFAT FISIKA

KADAR MAKSIMUM YANG


NO PEMERIKSAAN SATUAN
DIPERBOLEHKAN
1 Bau - Tidak berbau
2 TDS/TS Mg/L 500
3 Kekeruhan Skala NTU 5
4 Rasa - Tidak Berasa
5 Warna Air TCU 15
6 DHL µmhos/cm ≤ 200

SIFAT KIMIA

KADAR MAKSIMUM YANG


NO PEMERIKSAAN SATUAN
DIPERBOLEHKAN
1 Suhu 0C 20±30
2 Arsen (As) Mg/L 0.01
3 Besi (Fe)* Mg/L 0.30
4 Flourida Mg/L 1.5
5 Cadminu (Cd) - Flame µg/L 5
6 Kesadahan Total Mg/L 500
7 Klorida Chromium Mg/L 250
8 Hexavalen(Cr+O) Mg/L 0.05
9 Mangan (Mn)* Mg/L 0.4
10 N sebagai Nitrit * Mg/L 3
11 N sebagai Nitrat Mg/L 50

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KADAR MAKSIMUM YANG
NO PEMERIKSAAN SATUAN
DIPERBOLEHKAN
12 pH Air - 6.5 – 8.5
13 Seng (Zn) Mg/L 3
14 Cyanida (Cn) Mg/L 0.07
15 Sulfat * Mg/L 250
16 Timbal (Pb) mg/L 0.01
17 DO Mg/L -
18 Organik ( KMnO4 ) Mg/L 10

2. Kualitas Hasil Pengukuran

Tujuan Pengujian Kualitas Air Hasil Pengukuran ini adalah untuk menentukan
parameter pencemaran yang melebihi ambang batas sehingga air pada S.
Telang dan Sungai Simpang PU yang rencananya akan dimanfaatkan sebagai
sumber air baku di kawasan ekonomi khusus.

Tabel 5.29. Rekapitulasi Test Laboratorium Kualitas Air Sumber Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus
SUMBER AIR BAKU
KADAR MAKS YANG
DIPERBOLEHKAN S. SIMPANG SAL.
JENIS S. TELANG S. GASING
NO SATUAN NO. PU DS. DRAINASE
PARAMETER
492/MENKES/PER/IV DS. KARANG KARANG MUARA
DS. TANJUNG
/2010 ANYAR LAGO
BARU JALUR 17

DHL ( Daya
1 μmhos/cm - 21.900 162.900 2.980 2.179
Hantar Listrik )
DO ( Dissolved
2 Mg/L - 5,27 8,03 7,83 4,22
Oxygen )
pH ( Derajat
3 - 6.5 - 8.5 6,9 6,53 6,35 2,63
Keasaman )
4 TDS/TS Mg/L 500 12.670 1.516 77.6 1.101
5 Suhu 0C ±3 25,3 25,6 25,8 25,4
6 Kekeruhan NTU 5 3,67 47,00 139,00 19,50

Dari hasil pemeriksaan laboratorium air terlihat bahwa nilai parameter


tersebut melampaui dari parameter yang dipersyaratkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/per/IV/2010.

Dari nilai TDS tersebut terlihat bahwa air tersebut banyak mengandung “
benda padat yang terlarut “ yaitu semua mineral, logam, garam, serta kation -
anion yang terlarut di air.

DRAFT LAPORAN AKHIR 46


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Benda – benda padat didalam air tersebut berasal dari banyak sumber seperti
daun, lumpur, plankton, serta limbah industry dan kotoran, limbah rumah
tangga, pestisida dan banyak lainnya. Semua benda ini berbentuk garam,
yang merupakan kandunganya perpaduan antara logam dan non logam.
Garam – garam ini biasanyan terlarut di dalam air dalm bentuk ion yang
memiliki kandungan positif dan negatif.

Tinggi angka TDS dapat menyebabkan beberapa hal :

1. Air yang memiliki angka TDS yang tinggi akan memiliki rasa yang kurang enak, terasa asin,
pahit atau metalik.

2. Tingginya level TDS menunjukkan kesadahan air, yang akan menyebabkan kerak.

3. Tingginya TDS dapat berdampak pada kinerja beberapa peralatan, seperti Boiler dan Cooling
tower, produksi makanan dan minuman, dan lndustri lainnya.

Pengelompokan kualitas air dibagi mejadi empat golongan menurut


peruntukannya dalam Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990, pembagian
tersebut sebagai berikut:

4. Golongan A : Air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,tanpa pengolahan
terlebih dahulu

5. Golongan B : Air dapat digunakan sebagai air baku/ air minum

6. Golongan C : Air dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan

7. Golongan D : Air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaan, industry,
dan pembangkit listrik tenaga air

Dari hasil pengujian kualitas air, maka sumber air dari S. Telang dan Sungai
Simpang PU belum memenuhi syarat untuk Klasifikasi air Kualitas Golongan B/
Klas II dan dapat digunakan sebagai bahan air baku, sehinga perlu dilakukan
dengan Instalasi Pengolahan Air atau Water Treatment.

KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Hingga sampai dengan saat ini (tahun 2017) belum ada sarana air bersih di Kecamatan
Banyuasin, sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari seperti mandi dan
MCK, masyarakat memanfaatkan kondisi air yang ada di lapangan.

Untuk kebutuhan minum dan masak, warga membeli air isi ulang yang dikirim dari
Palembang dengan harga sekitar Rp 5.000/galon. Adapun skematik kondisi
pemanfaatan air baku KEK Tanjung Api-Api seperti diuraikan dalam skematisasi
berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.7. Skematik Kondisi pemanfsaatan Air Baku KEK Tanjung Api - Api

SKEMATIK KONDISI PEMANFAATAN AIR BAKU KEK TANJUNG API-API

PP No. 51/2014
Tentang KEK Tanjung Api-Api

Kawasan Ekonomi Khusus


Tanjung Api-Api

1. Pemprov Sumatera Selatan

2. Badan Administratur KEK

Luas Area 2.000 Ha Belum Terbangun Periode Pembangunan :


Rencana Pembangunan : Tahun 2014-2019
3. Industri Karet Kondisi saat ini :
4. Industri Kelapa Sawit 11. Tahap pembebasan
5. Industri Petrokimia lahan
DRAFT LAPORAN AKHIR 48Industri Kecil
6. 12. Telah ada jalan
7. Aneka Industri poros (kondisi rusak)
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR8.BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkantoran dan Komersial

Rencana Sumber air Baku :


Bersumber dari Sungai Telang
Gambaran Neraca Air

Neraca air daerah pengembangan kawasan ekonomi khusus ditinjau secara


menyeluruh, meliputi sumber – sumber air yang masuk daerah pengembangan
(inflow) dan air yang keluar dari daerah pengembangan (out flow).

1. Sumber – sumber air masuk (in flow)

ada 4 (empat) sumber air yang masuk daerah pengembangan yang dapat di
identifikasikan, yaitu hujan, air buangan/drainase, daerah drainase diatasya, aliran
sungai yang melalui daerah pengembangan dan suplai air baku untuk daerah
pengembangan.

2. Air keluar daerah pengembangan (out flow)

ada 2 (dua) proses, pembuangan air keluar daerah pengembangan dan


pembuangan air ke laut melalui drainase – drainase alam yang ada. Neraca air
menyatakan hubungan antara kebutuhan air baku di pintu pengambilan dengan
debit andalan Sungai Telang.

Dari segi kuantitas sungai Telang mampu memnuhi kebutuhan air baku di wilayah
kawasan ekonomi khusus, namun pada bulan agustus kedua sungai tersebut
kurang cukup untuk mencukupi kebutuhan air baku.

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk lebih jelasnya lihat gambar Neraca Air (water balance) Sungai Telang, Musi
Banyuasin dibawah ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.8. Neraca Air (Water Balance) Sungai Telang, Kabupaten Banyuasin

Kebutuhan Air Debit Andalan


Bulan
(m3/det) (m3/det)

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
November 1.206 51.718
November 1.206 51.718
Desember 1.206 50.923
Desember 1.206 50.923
Januari 1.206 60.411
Januari 1.206 60.411
Februari 1.206 30.851
Februari 1.206 30.851
Maret 1.206 72.955
Maret 1.206 72.955
April 1.206 52.206
April 1.206 52.206
Mei 1.206 14.244
Mei 1.206 14.244
Juni 1.206 14.086
Juni 1.206 14.086
Juli 1.206 13.117
Juli 1.206 13.117
Agustus 1.206 1.773
Agustus 1.206 1.773
September 1.206 12.596
September 1.206 12.596
Oktober 1.206 7.333
Oktober 1.206 7.333

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Skema sistem penyediaan air minum (SPAM) untuk KEK tanjung Api – Api seperti
disajikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 5.9. Skema rencana Sistem Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api - Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sedangkan Situasi Rencana Sistem Penyediaan Air Baku di KEK Tanjung Api – Api dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.10. Situasi Rencana Sistem Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api – Api

Rencana Daerah Pelayanan

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana daerah pelayanan air baku dalam rencana pengelolaan sumber daya air
Sungai Musi – Sugihan – Banyuasin – Lemau termasuk untuk KEK Tanjung Api – Api
disajikan dalam skenario pemenuhan kebutuhan air baku sebagai berikut :

1. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Sesuai Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Musi
Sugihan Banyuasin Lemau

1. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksisting Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2012

Gambar 5.11. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksisting Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021

2. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksisting Sampai Dengan Tahun 2036

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2012

Gambar 5.12. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksiting Sampai Dengan Tahun 2036

3. Skenario Revisi Pemenuhan Kebutuhan Air Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Musi
Sugihan Banyuasin Lemau Akibat Tambahan Kebutuhan Air Baku Pada KEK Tanjung Api-Api

1. Revisi Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021

Target beroperasinya KEK Tanjung Api-Api adalah pada tahun 2017, untuk itu
pemenuhan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Api-Api diharapkan sejalan
dengan beroperasinya KEK. Untuk itu skenario pemenuhan kebutuhan air
baku KEK Tanjung Api-Api dimasukkan dalam Skenario Revisi Pemenuhan
Kebutuhan Air Baku Tahun 2016 – 2021.

2. Revisi Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Sampai Dengan Tahun 2036

Revisi pemenuhan kebutuhan air tahun 2016 – 2021, selanjutnya digunakan


sebagai revisi pemenuhan kebutuhan air sampai tahun 2036.

Revisi skenario pemenuhan kebutuhan air baku pada gambar sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 4.20. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Kab. Banyuasin
Faktor Normal Faktor Hari Puncak Faktor Jam Puncak
No Tahun 1 1,15 1,5
( Lt/dt ) ( Lt/dt ) ( Lt/dt )
1 2013 630,027 724,531 945,041
2 2014 630,383 724,941 945,575
3 2015 630,749 725,361 946,123
4 2016 631,124 725,792 946,685
5 2017 631,509 726,236 947,264
6 2018 631,906 726,692 947,86
7 2019 632,316 727,164 948,474
8 2020 632,74 727,651 949,11
9 2021 633,179 728,156 949,768
10 2022 633,635 728,68 950,452
11 2023 634,27 729,411 951,406
12 2024 709,999 816,498 1064,998
13 2025 710,514 817,091 1065,771
14 2026 711,054 817,712 1066,581
15 2027 711,62 818,363 1067,43
16 2028 712,215 819,047 1068,322
17 2029 712,841 819,767 1069,262
18 2030 713,502 820,528 1070,254
19 2031 714,202 821,332 1071,303
20 2032 714,943 822,185 1072,415
21 2033 715,73 823,09 1073,596
22 2034 716,568 824,053 1074,852
23 2035 792,859 911,788 1189,289
24 2036 793,813 912,885 1190,72
25 2037 794,834 914,059 1192,251
26 2038 795,929 915,318 1193,893
27 2039 797,104 916,669 1195,656
28 2040 798,368 918,123 1197,552
29 2041 799,729 919,689 1199,594
30 2042 801,198 921,378 1201,797
31 2043 802,785 923,202 1204,177
32 2044 804,501 925,176 1206,751
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2012

Gambar 5.13. Revisi Skenario Pengembangan Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2016 Sampai Tahun 2021

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2012

Gambar 5.14. Revisi Skenario Pengembangan Pemenuhan Kebutuhan Air Sampai Dengan Tahun 2036

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Tujuan Pengembangan dan Pembangunan KEK Tanjung Api Api merupakan


implementasi dari kebijakan pembangunan baik secara Nasional, Regional, Daerah
yang terkait dengan pengembangan Kawasan Tanjung Api Api, meliputi :

1. Visi dan Misi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2010 – 2014 (Peraturan
Menteri Perindustrian No. 151 Tahun 2010)

Visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam


Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
adalah Indonesia menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan
visi antara pada tahun 2020 sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai
dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC pada
tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC sudah harus terwujud.

Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi


beberapa kriteria dasar antara lain:

1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;

2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;

3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;

4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,
keterkaitan antar skala usaha industri kuat); dan

5. Jasa industri yang tangguh.

Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan


upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang
mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian
strategis (Strategic Outcomes) yaitu :

1. Meningkatnya nilai tambah industri;

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;

3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;

4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;

5. Lengkap dan menguatnya struktur industri;

6. Tersebarnya pembangunan industri; dan

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang
berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.

Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian


sebagai institusi Pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut :

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;

2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;

4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya
masyarakat;

6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa
aman masyarakat; dan

7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan


pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta
memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi
lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;

2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;

3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;

4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;

5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;

6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa; dan

7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

8. Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan dalam Perda No. 17 Tahun 2007
tentang RPJPN Provinsi Sumatera Selatan

Visi : Sumatera Selatan Unggul dan terdepan Tahun 2025

DRAFT LAPORAN AKHIR 60


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Menjadikan Sumatera Selatan sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi regional;

2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam guna penyediaan sumber energi dan
pangan yang berkelanjutan;

3. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas; dan

4. Meningkatkan kapasitas manajemen kepemerintahan.

5. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Banyuasin dalam RTRW Tahun 2008 – 2013

Visi : Banyuasin sebagai Kawasan Strategis Terpadu yang berdaya saing Global,
Mandiri, dan Berkelanjutan.

1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Banyuasin yang sejahtera, berdaya saing dan mandiri;

2. Menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan;

3. Menciptakan pemerintahan dengan tata kelola yang profesional, transparan dan akuntabel;

4. Meningkatkan peran Kabupaten Banyuasin dalam pembangunan regional, nasional dan


internasional; dan

5. Memperkuat kerjasama yang sinergis dan saling menguntungkan untuk menciptakan


masyarakat Kabupaten Banyuasin yang sejahtera.

6. Visi dan Misi Rencana Strategis KEK Tanjung Api Api Tahun 2012

Visi : Terwujudnya KEK Tanjung Api Api sebagai Pusat Pertumbuhan dan
Pergerakan Ekonomi yang Terdepan dan Berdaya Saing Global di Provinsi
Sumatera Selatan dan Nasional Misi yang ditempuh adalah :

1. Membangun kawasan ekonomi khusus yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
modern dan berwawasan lingkungan;

2. Mengoperasionalkan kawasan ekonomi khusus, peningkatan nilai tambah potensi unggulan


daerah berbasis inovasi teknologi; dan

3. Mengelola kawasan ekonomi khusus yang bermanfaat bagi perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat.

Dalam Visi dan Misi Provinsi Sumatera Selatan, tentunya dengan


pembangunan KEK Tanjung Api Api mendukung Visi pembangunan yang

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
produktif dan berkelanjutan yang kemudian diimplementasikan kembali
kedalam Visi dan Misi penataan ruang Kawasan Pendukung Pelabuhan
Tanjung Api Api yang merupakan akomodasi penyelenggaraan berbagai fungsi
aktivitas sebuah KEK-SECDe, atraktif dan kondusif bagi pengembangan
investasi, aman dan lancar dalam pengelolaan sirkulasi komoditas, dengan
tetap menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup, dengan misi
sebagai berikut :

1. Meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang kawasan dan derajat utilitasasi fungsi


Pelabuhan Tanjung Api Api dengan mengakomodasi kebutuhan ruang kegiatan ekonomi
skala besar beserta kebutuhan pendukung dan perluasannya;

2. Meredam dampak lingkungan dari pengembangan lahan (land development) kawasan


maupun Pelabuhan Tanjung Api Api agar tidak meluas ke berbagai penjuru;

3. Menyalurkan bangkitan pembangunan ke bagian lain wilayah melalui pintu-pintu


pengembangan kawasan.

Dalam hal pelaksanaan pembangunan kawasan, maka dalam hal


pembangunan kawasan diperlukan alat kontrol serta bertindak sebagai
pengendali bagi lajunya pembangunan yang terarah, yaitu melalui Masterplan
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api sebagai panduan
pedoman pembangunan kawasan.

Dasar pertimbangan dalam merumuskan tujuan dan sasaran dalam


pembangunan kawasan KEK Tanjung Api Api adalah sebagai berikut :

1. Isu Strategis Pembangunan Kawasan Tanjung Api Api :

1. Status lahan masih dimiliki oleh masyarakat

2. Hamparan lahan berupa semak belukar yang masih minim infrastruktur

3. Kebutuhan ketersediaan air baku yang sangat besar untuk mendukung kegiatan Industri

4. Pembuangan limbah dan sampah yang sangat besar dari kawasan industri

5. Pematusan air hujan yang tidak lancar akibat topografi yang datar

6. Kebutuhan energi yang besar untuk mendukung kegiatan industri

7. Beban angkutan yang besar, harus diimbangi dengan kemampuan jalan

8. Sirkulasi dan lalulintas yang banyak berdampak pada kemacetan

9. Kegiatan terpusat dapat menimbulkan efek crowded atau kejenuhan

10. Keterbatasan daya dukung lahan dapat memicu amblesan apabila kapasitas berlebih

11. ondisi Sumber Daya Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api :

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Kondisi yang diharapkan baik dalam jangka panjang maupun jangka menengah, khsusnya
dalam mendukung visi dan misi perindustrian nasional, diantaranya adalah tumbuhnya
industri yang mampu menciptakan tenaga kerja yang besar, terolahnya potensi sumberdaya
alam daerah menjadi produk-produk olahan, meningkatnya daya saing industri berorientasi
ekspor, tumbuhnya industri potensial yang menjadi penggerak pertumbuhan industri di
masa depan serta tumbuh kembangnya IKM khususnya industri menengah sekitar dua kali
lebih cepat daripada industri kecil.

2. Kebijakan pembangunan daerah dengan arahan kawasan ekonomi khusus Tanjung Api Api
yang bertumpu pada pengembangan Pelabuhan Internasional dan pengembangan kawasan
budidaya peruntukan industri sektor unggulan Provinsi Sumatera Selatan dalam upaya
peningkatan perekonomian provinsi.

3. Mempertimbangkan keberadaan hutan lindung dan sistem ekologi/ekosistem lingkungan


kawasannya, dimana tentunya kawasan industri ini berada diantara kawasan Hutan Lindung
dengan batasan alam berupa sungai dan garis pantai yang sarat dengan ekosistem alaminya
sehingga pengembangan kawasan terpaut dengan sistem keberlanjutan dan kelestarian
lingkungan hidup.

4. Mempertimbangkan lokasi Pelabuhan yang terpisah dengan kawasan industri darat yang
perlu dihubungkan dengan infrastruktur yang disediakan dengan tidak mengganggu fungsi
lindung yang dilaluinya.

5. Topografi kawasan dan kesesuaian lahan non pertanian yang memberikan peluang untuk
optimalisasi kawasan industri direkayasa sebagai zona-zona tertentu yang memudahkan
aksesibilitas dan sirkulasi jalan dan bangunan.

6. Ketersediaan bahan baku pengolahan industri, khususnya sumberdaya mineral berupa batu
bara dan sumber daya alam berupa perkebunan yang memberikan kontribusi dalam
pelaksanaan kegiatan industri.

7. Peluang distribusi produk yang berskala internasional dengan peningkatan kegiatan ekspor
perlu didukung dengan prasarana dan sarana kegiatan industri.

8. Peluang investasi yang mampu mengundang para investor untuk menanamkan modal dan
membuka peluang usaha didukung dengan pola kerjasama antara pemerintah dan badan
usaha/swasta.

9. Mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan UMKM


yang mampu mendukung pengembangan kawasan industri.

10. Penataan kawasan industri sesuai dengan standar yang berlaku agar memenuhi persyaratan
teknis kawasan dan keselamatan konstruksi bangunan.

Berdasarkan pertimbangan isu strategis dan kondisi yang diharapkan tersebut,


maka tujuan pembangunan Kawasan dalam Masterplan Pengembangan KEK

DRAFT LAPORAN AKHIR 63


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tanjung Api Api tidak terlepas dari unsur kebijakan, lingkungan, ekonomi dan
sosial, maka Tujuan yang dituju adalah :

“Menciptakan kualitas dan optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan ekonomi


khusus Tanjung Api Api yang terpadu dan berkelanjutan dengan unsur
lingkungan hidup, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat didukung
pembangunan sarana dan prasarana yang optimal”

Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan sasaran yang


merupakan upaya yang harus ditempuh, meliputi :

1. Menciptakan optimalisasi ruang kawasan industri dengan memperhatikan unsur limitasi


kawasan, ramah lingkungan dan berkelanjutan;

2. Menciptakan kualitas visual ruang kawasan industri yang memperhatikan kenyamanan,


keindahan dan keserasian ruang dan lingkungan;

3. Memaksimalkan produksi komoditas unggulan dengan menciptakan unit-unit produksi yang


memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup;

4. Memaksimalkan distribusi hasil produksi melalui penyediaan dan pembangunan


infrastruktur utama dan pendukung yang terpadu dengan sistem infrastruktur kewilayahan;

5. Menyediakan ruang investasi sebagai upaya peningkatan perekonomian yang berdaya saing;
dan

6. Menciptakan iklim pengembangan usaha masyarakat dalam meningkatan kesejahteraan dan


perekonomian masyarakat.

7. Kebijakan dan Strategis Pengembangan KEK Tanjung Api-Api

Kebijakan pengembangan KEK Tanjung Api Api dirumuskan dengan kriteria :

1. Mengadopsi kebijakan pembangunan kawasan industri nasional dan kebijakan


pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan;

2. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan
timbul di masa yang akan datang;

3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait pengelolaan


lingkungan hidup, pentataan ruang dan terkait pengembangan dan pembangunan kawasan
industri khususnya dalam penyelenggraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Kebijakan pengembangan KEK Tanjung Api Api merupakan arah tindakan yang
harus ditetapkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, meliputi :

1. Penataan kawasan industri dengan alokasi ruang bagi kegiatan produksi unggulan yang
berdaya saing dan memiliki nilai ekspor;
DRAFT LAPORAN AKHIR 64
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan sumberdaya mineral secara
optimal;

3. Penciptaan sarana dan prasarana kawasan industri yang terintegrasi dengan strukur
perwilayahan Sumatera Selatan;

4. Penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri yang berbasis industri manufaktur dan
industri kerakyatan;

5. Pengembangan kompetensi sumberdaya manusia yang terampil dalam bidang perindustrian


mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat;

6. Penguatan fungsi lindung yang terpadu dengan kegiatan industri mendorong pengelolaan
lingkungan yang berkelanjutan; dan

7. Penciptaan kerjasama pengelolaan kawasan industri baik antar pemerintah, masyakat,


badan usaha dan pelaku usaha.

Kebijakan pengembangan kemudian diaplikasikan ke dalam langkah-langkah


operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui langkah
strategis yang berfungsi sebagai :

1. Dasar untuk penyusunan kegiatan industri yang akan dikembangkan, penataan ruang
kawasan melalui struktur dan pola ruang kawasan serta pemanfaatan ruang-ruang kawasan
industri yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana/infrastruktur kawasan;

2. Arahan penyusunan rencana aksi dalam perwujudan KEK Tanjung Api Api;

3. Arahan pengendalian pelaksanaan pembangunan kawasan; dan

4. Mengarahkan fungsi ruang agar dapat berlangsung harmonis dalam kebijakan


pembangunan nasional maupun daerah.

Dasar pertimbangan dalam merumuskan strategi pengembangan Kawasan


Ekonomi Khusus Tanjung Api Api diantaranya adalah :

1. Kebijakan pengembangan kawasan KEK Tanjung Api Api;

2. Kapasitas sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi dan sumberdaya manusia Provinsi


Sumatera Selatan;

3. Ketentuan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku.

Kriteria yang digunalan dalam perumusan strategi pengembangan Kawasan


ekonomi Khusus Tanjung Api Api, meliputi :

DRAFT LAPORAN AKHIR 65


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Tidak bertentangan dengan tujuan dan kebijakan pengembangan kawasan industri dan
penataan ruang baik secara Nasional, Provinsi Sumatera Selatan maupun Kabupaten
Banyuasin;

2. Dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan secara efisien dan efektif;

3. Mampu dijabarkan dalam bentuk keruangan kawasan industri yang dituju; dan

4. Tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku baik peraturan perundang-undangan


mapuan pedoman/standar yang berlaku khususnya dalam bidang pengembangan kawasan
industri.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka beberapa strategi dirumuskan sebagai


berikut :

1. Strategi untuk Penataan kawasan industri dengan alokasi ruang bagi kegiatan produksi
unggulan yang berdaya saing dan memiliki nilai ekspor, meliputi :

1. Penyediaan ruang kavling yang saling terintegrasi antar industri hulu (produksi), distribusi
dan industri hilir dengan penyediaan pola jaringan jalan yang menghubungkan kesemua
bagian persil;

2. Penyediaan ruang kavling bagi kegiatan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang terintegrasi
dan terpadu dengan kawasan industri;

3. Membangun Tanjung Carat sebagai industri pusat primer dan utama pengolahan CPO dan
Batu Bara dihubungkan dengan jaringan perkeretaapian dan jaringan jalan primer (utama);

4. Membangun sentra-sentra produksi sebagai pusat kegiatan sekunder;

5. Pengembangan jalur-jalur utama yang terintegrasi antara jalur perkeretaapian dan jaringan
jalan sebagai upaya memudahkan jalur bahan baku dan produksi;

6. Pembangunan terminal khusus Tanjung Carat sebagai terminal utama pendistribusian


barang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dipersyaratkan;

7. Pembangunan kawasan pusat bisnis sebagai outlet hasil-hasil produksi yang dipasarkan baik
regional, nasional maupun global; dan

8. Memanfaatkan air sungai/laut (payau) sebagai sumber air bagi kegiatan produksi dengan
pengolahan air

9. Strategi untuk Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan sumberdaya


mineral secara optimal, meliputi :

1. Optimalisasi SDA melalui pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk


mencapai peningkatan pendapatan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

2. Mempertahankan keberadaan lahan pertanian dan perkebunan diikuti upaya peningkatan


hasil produktivitasnya;
DRAFT LAPORAN AKHIR 66
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

4. Menumbuhkan industri penunjang, komponen dan bahan baku industri; dan

5. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tidak terbarukan (batu bara) dengan


memperhatikan cadangan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan.

6. Strategi untuk Penciptaan sarana dan prasarana kawasan industri yang terintegrasi dengan
strukur perwilayahan Sumatera Selatan, meliputi :

1. Pemanfaatan Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai pelabuhan pendukung dalam fungsinya
distribusi dan pemasaran barang;

2. Pembangunan jaringan jalan primer (utama) yang menghubungkan pusat pelayanan dengan
sentra-sentra kawasan industri;

3. Pembangunan jaringan perkeretaapian dalam memantapkan angkutan barang;

4. Penyediaan prasarana energikelistrikan, telekomunikasi dan air bersih/air minum sesuai


dengan kebutuhan kegiatan perindustrian dengan memperhatikan pasokan, kapasitas dan
distribusi pelayanannya;

5. Pembangunan saluran-saluran penyalur air hujan (drainase) sistem primer, sekunder dan
tersier yang memenuhi pengaliran menuju badan penerima;

6. Penyediaan prasarana pengelolaan lingkungan dengan penyediaan intalasi pengeloloan


limbah (treatment) yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui;

7. Penyediaan pengelolaan limbah padat (sampah) kawasan dengan penyediaan TPS dan
pembuangan akhir (TPA) yang ditentukan oleh Provinsi Sumatera Selatan;

8. Penyediaan sarana kawasan kegiatan perindustrian baik pelayanan pemerintahan,


perkantoran industri, pelayanan umum maupun pelayanan sosial pelaku kegiatan industri;
dan

9. Penyediaan perlengkapan sistem transportasi yang terintegrasi dengan fungsi kawasan.

10. Strategi untuk Penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri, meliputi :

1. Menyediakan ruang bisnis dan pusat pameran sebagai media publikasi dan promosi produk-
produk unggulan yang dihasilkan;

2. Mempersiapkan pelayanan perizinan “one stop service” bidang penanaman modal dalam
memudahkan prosedur izin usaha untuk merangsang minat investos; dan

3. Mempersiapkan ruang kegiatan industri kecil dalam upaya meningkatkan peran IKM/UMKM
dalam kontribusinya terhadap perekonomian wilayah.

DRAFT LAPORAN AKHIR 67


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Strategi untuk Pengembangan kompetensi sumberdaya manusia yang terampil dalam bidang
perindustrian mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, meliputi :

1. Menyediakan ruang kegiatan pendidikan tinggi dan skala menengah/kejuruan sebagai media
pendidikan dan pembinaan sumberdaya manusia yang terampil dan berkualitas;

2. Menyediakan ruang kegiatan pusat mutu, penelitian dan pelatihan sebagai media
pembinaan keterampilan masyarakat;

3. Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan;

4. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, pusat-pusat pendidikan dan pelatihan serta


kewirausahaan; dan

5. Menyediakan ruang permukiman yang layak huni dan terjangkau bagi golongan
berpendapatan rendah.

6. Strategi untuk Penguatan fungsi lindung yang terpadu dengan kegiatan industri mendorong
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, meliputi :

1. Menetapkan jalur penyangga (buffer strip) kawasan Hutan Lindung Air Telang sebagai faktor
pembatas kegiatan dan pengembangan kawasan industri;

2. Menetapkan jalur sempadan Sungai Telang sebagai kawasan lindung terhadap


pembangunan fisik;

3. Mengembangkan ruang terbuka (open scpae) berupa ruang-ruang terbuka hijau melalui
penyediaan taman, jalur-jalur hijau jalan dan sarana olahraga dan rekreasi;

4. Mengembangkan sistem penampungan air (polder) sebagai pencegahan bahaya banjir


sekaligus menjadi cadangan sumber air bersih yang diolah terlebih dahulu;

5. Mengarusutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap kegiatan


industri/produksi;

6. Menerapkan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah
lingkungan;

7. Strategi untuk Penciptaan kerjasama pengelolaan kawasan industri baik antar pemerintah,
masyarakat, badan usaha dan pelaku usaha, meliputi :

1. Membangun sistem kerjasama yang diwadahi oleh lembaga pengelola kawasan;

2. Memperkuat interaksi perdagangan antarwilayah;

DRAFT LAPORAN AKHIR 68


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Sinkronisasi antar kebijakan terkait, seperti kebijakan bidang perindustrian dan
perdagangan, sektor investasi, sektor energi dan sumberdaya mineral, sektor pertanian,
sektor sumberdaya manusia dan sektor lainnya yang terkait.

4. Konsep Pengembangan KEK Tanjung Api-Api

Konsep Kegiatan Industri Yang Dikembangkan

Jenis kegiatan yang dikembangkan dalam Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung


Api Api merupakan kawasan industri komoditas ekspor, khususnya dalam
komoditas pertambangan dan energi berupa batu bara serta komoditas
industri pengolahan perkebunan, khususnya karet dan kelapa sawit.

Berdasarkan RDTR Kawasan Pendukung Tanjung Api-Api, maka kegiatan yang


dikembangkan dalam Kawasan Tanjung Api Api antara lain sebagai berikut :

1. Perkotaan

2. Pusat Halal

3. Perumahan

4. Aneka Industri

5. Pusat Penelitian Teknologi, Pendidikan

6. Industri Logam Dasar

7. Rekreasi Air

8. Industri Kimia Dasar

9. Arena Olah Raga, Taman dan Ruang Terbuka Hijau

10. Pusat Bisnis

11. Pusat Logistik

12. Hutan Rawa dan Pariwisata

Dalam pemilihan lokasi dan batasan KEK Tanjung Api Api, maka kegiatan yang
termasuk ke dalam kawasan KEK antara lain adalah kegiatan industri kimia
dasar dan aneka industri didukung dengan sarana dan prasarana pendukung
kawasan lainnya, seperti sarana peribadatan, olahraga, RTH, pemerintahan
dan perkantoran, dan lain sebagainya.

Jenis kegiatan yang dikembangkan dalam KEK Tanjung Api Api tidak terlepas
dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para investor didukung dengan
keberadaan industri lainnya yang memiliki kemampuan ekspor Provinsi
Sumatera Selatan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 69


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dengan melihat peluan ekspor dan investor yang terkait dalam
pengembangan Tanjung Api-Api, maka kegiatan yang dikembangkan di KEK
Tanjung Api Api, khususnya kegiatan industri, meliputi :

1. Industri Kimia

Industri Kimia merupakan industri yang memerlukan modal yang besar,


keahlian yang tinggi dan menerapkan teknologi maju. Adapun yang
termasuk IKD adalah sebagai berikut:

1. Industri kimia organik, misalnya industri bahan peledak dan bahan kimia tekstil.

2. Industri kimia anorganik, misalnya industri semen, asam sulfat dan industri kaca.

3. Industri agrokimia, misalnya industri pupuk kimia dan industri pestisida.

4. Industri selulosa dan karet, misalnya industri kertas, industri pulp dan industri ban.

Dengan melihat sumber daya Provinsi Sumatera Selatan, maka Industri


Kimia yang dikembangkan antara lain adalah:

1. Industri Pupuk terkait dengan pembangunan industri PT. Pusri yang dikembangkan di
kawasan reklamasi pantai dan dukungan industri pupuk pada kawasan darat, berupa pupuk
kimia buatan pabrik, pupuk mineral dan alam lainnya.

2. Industri Batu Bara terkait dengan pembangunan pelabuhan khusus (Terminal Khusus) batu
bara pada kawasan reklamasi pantai dan dukungan rel kereta api.

3. Industri Karet pada kawasan darat dengan komoditas unggulan berupa produk ban, sarung
tangan karet dan kondom.

4. Industri Semen pada kawasan darat dengan komoditas unggulan semen abu dan/atau putih.

5. Industri Kimia pada kawasan darat dengan pengembangan industri agrokimia, farmasi dan
polimer.

6. Aneka Industri

Aneka Industri merupakan industri yang tujuannya menghasilkan


bermacam-macam barang kebutuhan kehidupan sehari-hari. Adapun yang
termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1. Industri tekstil misalnya benang, kain dan pakaian jadi.

DRAFT LAPORAN AKHIR 70


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi dan
radio.

3. Industri kimia, misalnya sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan dan pipa.

4. Industri pangan, misalnya minyak goreng, gula, terigu, teh, kopi, garam dan makanan
kemasan.

5. Industri bahan bangunan, misalnya kayu gergajian, kayu lapis dan marmer.

Dengan melihat sumber daya dan bahan baku tersedia Provinsi Sumatera
Selatan, maka aneka industri yang dikembangkan antara lain adalah:

1. Industri Minyak dan Lemak Nabati, menghingat komdoditas unggulan perkebunan karet dan
sawit maka dikembangkan industri minyak dan lemak nabati sebagai industri pengolahan
hasil perkebunan berupa minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan perikanan berupa minyak
ikan.

2. Industri Olahan Minyak dan Lemak, sebagai bahan turunan dari olahan minyak dan lemak,
maka dikembangkan industri margarin, sabun dan tepung berlemak.

3. Industri Kayu dan Gabus sebagai industri yang memanfaatkan hasil alam berupa kayu yang
diolah menjadi bahan bangunan, peralatan rumah tangga, furniture dan kayu lapis.

4. Industri Olahan Makanan sebagai salah satu aneka industri dengan skala UKM dan
memberdayakan penduduk sekitar dengan mengolah aneka pangan melalui pengembangan
industri pangan, pakan ternak, daging dan olahan daging serta olahan ikan.

5. Industri Kecil dan Menengah (IKM)

IKM merupakan industri skala kecil dan menengah diperuntukkan bagi


kegiatan rumah tangga yang merupakan industri turunan yang
memproduksi barang setengah jadi maupun barang jadi dari kegiatan
industri besar. Sehingga terjalin kerjasama dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat.

6. Konsep Penataan Ruang KEK Tanjung Api-Api

Bermula dari ketersediaan sumberdaya alam dan penunjang lainnya, maka


Tanjung Api Api berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
peningkatan perekonomian yang bertumpu pada keberlanjutan lingkungan
hidup sebagai kadiah pembangunan yang berkelanjutan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 71


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kegiatan produksi maupun kegiatan konsumsi selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Dalam interaksi lingkungan hidup memiliki fungsi sebagai
pendukung keberlanjutan kegiatan rumah tangga dan perusahaan yang pada
akhirnya sebagai pendukung kegiatan perekonomian secara keseluruhan.

Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun
demikian, pengertian sumberdaya alam tidak terbatas sebagai faktor input
saja karena proses produksi akan menghasilkan output (misalnya Limbah)
yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan
sumberdaya alam.

Kegiatan produksi oleh industri dan konsumsi rumah tangga menghasilkan


limbah (waster) yang kemudian dapat di daur ulang. Proses daur ulang ini ada
yang langsung kembali ke alam dan lingkungan (misalnya proses pemurnian
air kembali atau udara ), juga ada yang kembali ke industri, seperti
pendaurulang botol plastik dan lain sebagainya. Dari limbah ini sebagai
komponen ada yang tidak dapat daur ulang, dan menjadi residual yang akan
kembali ke lingkungan tergantung dari kemampuan kapasitas penyerapan
atau asimilasinya.

Penggunaan sumberdaya alam untuk masa yang akan datang secara langsung
berhubungan dengan imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam
tersedia. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang dan jasa
maka akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam yang dapat
mengakibatkan memburuknya kondisi lingkungan.

Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga


macam hubungan yang saling terkait yaitu :

1. Terdapat hubungan baik/positif antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin


tinggi pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya alam dan pengaruh
terhadap lingkungan akan semakin meningkat, namun tergantung dari jenis industri yang
dikembangkan. Dalam hal ini industri dengan memperhatikan lingkungan terkait dengan
industri yang bersifat manual/kreatif/bersifat mendaur ulang (zero waste).

2. Terdapat hubungan yang cukup baik antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi,
dimana pertumbuhan ekonomi dikendalikan dengan stabil sehingga penggunaan sumber
daya alam dan pengaruh terhadap lingkungan akan stabil sesuai dengan daya dukung dan
daya tamping lingkungannya, dengan pula memperhatikan ketersediaan bahan baku dan
upaya meningkatkan cadangan bahan baku di masa yang akan datang.

3. Terdapat hubungan yang negatif antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi, dimana
pertumbuhan ekonomi di pacu tak terbatas dengan eksploitasi sumberdaya yang lebih tanpa
memperhatikan lingkungan sehingga dampak terhadap lingkungan menjadi rusak. Tentunya
hubungan ini merupakan kegiatan industri yang berjalan dengan konsep sistem ekonomi
konvensional, dimana kegiatan ekonomi digambarkan semata-mata hanya merupakan
kegiatan produksi dan konsumsi tanpa memasukkan fungsi lingkungan ke dalam sistem.

DRAFT LAPORAN AKHIR 72


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kondisi ideal yang diharapkan dalam pengermbangan Kawasan Ekonomi
Khusus Provinsi Sumatera Selatan tentunya mengharapkan keseimbangan
antar kegiatan industri, lingkungan dan peningkatan sumberdaya manusianya
sebagai pelaku kegiatan. Hal ini mengingat bahwa Sumatera adalah salah satu
wilayah yang dionobatkan sebagai lumbung pangan dan lumbung sumber
energi secara nasional maupun regional, maka dalam pengembangan kegiatan
industri memperhatikan keberadaan sumberdaya alam dengan tidak
mengeksploitasi keberadaannya secara berlebihan. Hubungan ini merupakan
dasar dalam melakukan penataan ruang kawasan, dimana unsur lingkungan
menjadi pertimbangan utama dalam konsep ruang kawasan industri.

Adapun kondisi yang diharapkan dalam pengembangan KEK Tanjung Api – Api
berdasarkan hubungan antar kondisi ekonomi dan lingkungan pada gambar
berikut :

Gambar 5.15. Konsep Penataan Ruang KEK Tanjung Api-Api Berdasarkan Hubungan Dan Keterkaitan
Kondisi Ekonomi Dan Lingkungan

Pengembangan Kawasan Industri dengan pertimbangan lingkungan


merupakan konsep yang dirasa sangat sesuai jika dikembangkan di Kawasan
ini. Dengan kata lain konsep penataan kawasan industry yang akan
dikembangkan adalah suatu kawasan yang bersifat eco-industry (Ekologi
Industri). Tujuan dari penataan konsep ini adalah meningkatkan
perekonomian wilayah disertai peningkatan kualitas lingkungan sekitar.

Penataan dan pengembangan kawasan dengan memanfaatkan lahan yang


ada, dapat menghindarkan dari tindakan pembukaan lahan yang baru yang

DRAFT LAPORAN AKHIR 73


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
menyebabkan perusakan lingkungan. Perpaduan pengembangan Kawasan
Industri dengan memperhatikan penataan dan pengelolaan lingkungan,
merupakan salah satu strategi yang bijaksana dalam menjaga kelestarian
lingkungan/alam.

Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai suatu
sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan disekelilingnya, melainkan
merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini dioptimalkan siklus material,
dari mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi, komponen, produksi dan
pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan termasuk sumber daya,
energi dan modal.

Pengembangan Kawasan Industri dimaksudkan untuk mendorong


pertumbuhan sektor industri lebih terarah, terpadu dan memberikan hasil
guna yang lebih optimal bagi daerah dimana kawasan industri berlokasi.
Beberapa aspek penting yang menjadi dasar konsep penataan kawasan
industri antara lain adalah optimalisasi pemanfaatan ruang.

Aspek efisiensi merupakan satu dasar pokok yang menjadi landasan penataan
kawasan industri. Melalui pembangunan kawasan industri maka bagi investor
pengguna kapling industri (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri
yang sudah baik dimana terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan
proses perijinan, ketersediaan infrastruktur yang lengkap, keamanan dan
kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah.
Sedangkan dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep pengembangan
kawasan industri, berbagai jaringan infrastruktur yang disediakan ke kawasan.
industri akan menjadi lebih efisien karena dalam penataan infrastruktur
kapasitasnya sudah disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada di
kawasan industri.

Bilamana ada jaminan permintaan penyediaan infrastruktur yang pasti, jelas


akan meyakinkan bagi penyedia infrastruktur membangun dan
menyediakannya. Dari aspek tata ruang, dengan adanya kawasan industri
maka masalah-masalah konflik penggunaan lahan akan dapat dihindari.
Demikian pula, bilamana kegiatan industri telah dapat diarahkan pada lokasi
peruntukannya, maka akan lebih mudah bagi penataan ruang daerah,
khususnya pada daerah sekitar lokasi kawasan industri.

Dari aspek lingkungan hidup, konsep pengembangan kawasan industri jelas


mendukung peningkatan kualitas lingkungan daerah secara menyeluruh.
Dengan dikelompokkan kegiatan industri pada satu lokasi pengelolaan maka
akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan juga
pengendalian limbahnya. Sudah menjadi kenyataan bahwa pertumbuhan
industri secara individual memberikan pengaruh besar terhadap kelestarian
lingkungan karena tidak mudah untuk melakukan pengendalian pencemaran
yang dilakukan oleh industri-industri yang tumbuh secara individu.

DRAFT LAPORAN AKHIR 74


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pembangunan eko-industri atau pembangunan industri yang berkelanjutan
mempersempit kemungkinan dominasi industri dan aktifitas komersial; tetapi
meningkatkan pertanian. Kerjasama bisnis yang melibatkan pertukaran
material atau bahan atau air atau energi atau sharing komponen
meningkatkan kualitas kegiatan sebagai simbiosis industri.

Komponen prinsip dalam ekologi industri, meliputi :

1. Ekosistem Industri : merupakan kerjasama antara beragam industri dimana limbah dari
suatu industri merupakan bahan material bagi industri lainnya.

2. Keseimbangan input dan output industri yang mengacu pada keterbatasan sistem alam.

3. Pengurangan intensitas material dan energi dalam produksi.

4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri.

5. Pengembangan supply energi yang dapat diperbaharui untuk keperluan industri.

6. Adopsi kebijaksanaan baru, baik kebijakan nasional maupun internasional dalam


pengembangan ekonomi.

Salah satu pertimbangan untuk mendorong tumbuhnya kawasan industri


adalah dikarenakan adanya tekanan pertumbuhan industri secara individual
yang sudah menimbulkan gangguan keamanan bagi lingkungan sekitarnya,
baik itu berupa pencemaran lingkungan karena limbah padat, cair maupun
gas. Bila terjadi kecenderungan timbulnya konflik penggunaan lahan karena
dinamika pertumbuhan kegiatan industri dan juga adanya degradasi dari
kualitas lingkungan, maka sudah sepantasnya pertumbuhan industri diarahkan
ke dalam kawasan industri. Dengan demikian penataan ruang kawasan
industri sudah layak dilakukan.

1. Dasar Pertimbangan

Dalam penataan ruang industri dengan konsep Eco-Industry yang akan


diterapkan pada kawasan perencanaan meliputi:

1. Meningkatkan perekonomian wilayah tanpa mengurangi mutu/kualitas hidup masyarakat


sekitar. Karena kualitas hidup manusia tergantung pada kualitas komponen-komponen lain
dalam ekosistem, struktur dan fungsi ekosistem, sehingga hal ini harus menjadi fokus dalam
konsep ekologi industri.

2. Isu Global warming yang sangat kuat menuntut kegiatan-kegiatan industri memperhatikan
kondisi lingkungan, terutama industri-industri yang mampu memberikan kontribusi besar
terhadap peningkatan proses global warming.

3. Perkembangan Industri saat ini sangat nyata memberikan dampak terhadap lingkungan,
terutama tingginya porsi penyerapan sumber daya dan material hanya untuk pemenuhan
fungsi bagi suatu fasilitas produksi.

DRAFT LAPORAN AKHIR 75


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Proses Pencapaian

Mengingat tujuan konsep ekologi industri ini adalah untuk meningkatkan


performansi ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dan umumnya
bagi wilayah dengan meminimalisasi dampak lingkungan, maka diperlukan
suatu pencapaian-pencapaian dalam pengembangan konsep, diantaranya:

5. Rasio lahan terbangun dan area hijau yang professional.

6. Menciptakan desain konstruksi hijau/bangunan tropis yang hemat energi dan berorientasi
pada kelestarian lingkungan serta kenyamanan manusia, misalnya dengan melakukan
proteksi terhadap lingkungan dengan memperkecil pengrusakan lingkungan akibat
persiapanpersiapan lokasi dan konstruksi bangunan, menciptakan lingkungan yang sehat
dan bebas dari bahan-bahan yang berbahaya (non toxic).

7. Mengembangkan ruang-ruang hijau yang lebih luas untuk menyerap polusi yang
ditimbulkan.

8. Konsep Struktur dan Pemanfaatan Ruang KEK Tanjung Api-Api

Dalam lingkup eksternal (makro), konsep tata ruang yang dituju adalah
terbentuknya struktur tata ruang zona industri yang terintegrasi dengan
pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Banyuasin dan Provinsi
Sumatera Selatan. Perumusan konsep struktur tata ruang wilayah dalam
lingkup eksternal (makro) ini didasarkan pada pertimbangan :

1. Integrasi pengembangan zona-zona kawasan dalam wilayah yang lebih luas diperlukan untuk
mewujudkan Tanjung Api Api sebagai kawasan industri yang terpadu.

2. Adanya kawasan lindung yang akan menjadi limitasi bagi pengembangan kawasan karena
fungsi lindung yang diembannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas.

3. Pola jaringan jalan utama yang telah ada, terutama yang berfungsi sebagai jalan primer yang
menjadi faktor utama perkembangan fisik kawasan terbangun yang menghubungkan
kawasan industri dengan wilayah lain dalam wilayah maupun luar wilayah.

Dalam lingkup internal, perumusan konsep tata ruang didasarkan pada


pertimbangan potensi kesesuaian lahan untuk pengembangan industri yang
mencerminkan masih cukup luasnya daya dukung dan daya tampung kawasan
untuk dikembangkan. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka konsep
struktur tata ruang internal meliputi :

DRAFT LAPORAN AKHIR 76


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Memberikan fleksibilitas terhadap struktur ruang kawasan dengan memperhatikan
keterhubungan antara pusat-pusat pelayanan dan pelayan lain di bawahnya serta integrasi
prasarana dan sarana kawasan yang memenuhi kebutuhan kawasan.

2. Pola pengembangan pusat-pusat pelayanan secara hirarkis sesuai dengan fungsi dan skala
pelayanannya, meliputi pusat primer, sekunder dan tersier, dimana pada pusat primer
merupakan pusat pelayanan sarana dan prasarana pada tingkat regional dan nasional
sedangkan pelayanan terhadap lokal dan jangkauan terdekat lainnya ditempatkan sebagai
pusat pelayanan sekunder dan tersier.

3. Pola pengembangan jaringan jalan yang terintegrasi sebagai unsur pembentuk sekaligus
pengikat keterkaitan antar zona secara internal, yang diharapkan dapat meningkatkan
aksesibilitas wilayah internal yang terkait dengan sistem transportasi regional.

4. Pola pemanfaatan kawasan lindung sebagai limitasi bagi pengembangan kawasan, yang
diarahkan pada pemantapan kawasan yang berfungsi lindung.

Struktur ruang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api akan dihubungkan
oleh jaringan transportasi yang menghubungkan Kawasan Industri dengan
wilayah lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan dihungkan secara
Nasional dan Internasional. Jaringan tersebut kemudian akan mempengaruhi
pembangunan jalan-jalan pendukung internal kawasan, yang menghubungkan
jalan tersebut sebagai poros dengan komponen kegiatan yang dikembangkan
didalamnya. Terkait dengan pengembangannya sebagai sebuah kawasan
ekonomi khusus, maka pengembangan jaringan jalan juga perlu
mempertimbangkan pembatasan pintu keluar masuk kawasan, sehingga jalan-
jalan pendukung internal kawasan nantinya akan bermuara pada satu titik
(single entry point).

Kondisi topografi yang relatif datar juga akan mempengaruhi pola


pembangunan jalan dan sistem drainase. Dari sisi teknis dan pemasaran,
sebuah kawasan industri sebaiknya merupakan kawasan yang permukaan
tanahnya relatif datar. Hal ini dengan pertimbangan bahwa lahan yang datar
akan memberikan kemudahan dapat dikembangkan, selain juga akan
berdampak pada relatif lebih murahnya biaya pembangunan infrastruktur
serta sarana dan prasarana pendukung kawasan industri.

Komponen ruang kawasan dibagi menjadi tiga komponen utama, diantaranya


yaitu:

1. Komponen Ruang Primer

Komponen Ruang Primer, yang mendukung pengembangan kawasan


sebagai kawasan industry adalah kavling-kavling industri. Kavling-kavling
ini akan membentuk blok-blok peruntukan bagi kegiatan industri. Dengan
mempertimbangkan kepentingan produksi hulu dan hilir, maka

DRAFT LAPORAN AKHIR 77


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
kavlingkavling industri dibagi atas kavling besar, menengah dan kecil.
Penentuan kavling ini tidak mengklasifikasikan kegiatan industri, baik
berdasarkan jenisnya, maupun besarannya.

Untuk menghindari dampak lingkungan yang dihasilkan, maka kavling-


kavling industri akan dilengkapi dengan teknologi yang ramah lingkungan,
sistem pengolahan limbah industri yang mengikuti baku mutu lingkungan
yang bertaku, stasiun pembangkit listrik, serta penyedia air bersih. Terkait
dengan konsep pengembangannya sebagai sebuah kawasan industri,
maka komponen ruang primer yang juga perlu disediakan adalah sistem
jaringan jalan yang memadai bagi pengiriman bahan baku maupun dalam
pemasaran hasil produksi.

2. Komponen Ruang Sekunder

Komponen Ruang Sekunder, mencakup pelayanan kebutuhan fasilitas


umum dan ekonomi para pengguna kawasan maupun pengaturan
kawasan terbangun dengan ruang terbuka hijau yang proporsional.
Alokasi penempatan komponen-komponen ini mempertimbangkan pola
interaksi antar komponen ruang yang didasarkan pada faktor kedekatan
fungsional. Jika pola interaksinya tidak saling mengisi atau bahkan
merugikan, maka secara otomatis, lokasi antar komponen ruang tersebut
akan berjauhan.

Pengaturan alokasi berdasarkan interaksi antar komponen ruang ini


dimaksudkan untuk untuk mencapai keharmonisan antarkomponen ruang
adapun komponen kegiatan pendukung (pelengkap) yaitu pergudangan,
tempat ibadah, kantin, fasilitas olahraga, gardu induk, kantor pos,
telepon, pengoalahan limbah, tempat pembakaran dari sampah padat
serta penyediaan air bersih. Seperti misalnya penempatan sarana
penyediaan air bersih (Water Treatment Plant) pada lokasi sekitar tepi
sungai. Penentuan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan lokasi WTP
dekat dengan sumber air bersih dan retatif mudah mendistribusikannya
ke seluruh kawasan.

Begitu pula dengan penempatan Pengolah Limbah atau WWTP. WWTP


dialokasikan pada daerah sekitar tepi sungai. Pertimbangan penempatan
ini didasarkan kepada lokasinya dekat ke sungai sebagai tempat
pembuangan limbah yang sudah diolah serta jalur pengumpul yang relatif
merata untuk wilayah yang akan dijangkau.

3. Komponen Ruang Tersier, terdiri dari unsur-unsur pelengkap prasarana

4. Komponen ruang tersier cenderung merupakan area untuk pelengkapan bangunan


prasarana, berupa TPS, halte sebagai transit atau penghubung transportasi menuju kegiatan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 78


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.16. Konsep Struktur KEK Tanjung Api-Api

Pembagian Blok pengembangan dilakukan dengan pertimbangan sebagai


berikut :

1. Pembagian Blok berdasarkan pada pembagian blok yang sudah ditentukan dalam Feasibility
Studi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api, dimana pembagian blok dibagi menjadi 2
(dua) yaitu

1. Blok 1 pada kawasan Reklamasi/Tanjung Carat yang diperuntukan sebagai blok


pengembangan terminal khusus (pelabuhan), pergudangan dan kegiatan industri berat.

2. Blok 2 yaitu kawasan industri berat pada kawasan darat yang merupakan blok
pengembangan industri pengolahan/produksi kimia dasar, aneka industri dan kegiatan IKM
(industri kecil dan menengah) beserta fasilitas penunjang lainnya yang dipersyaratkan dalam
pembangunan/pengembangan kawasan industri.

3. Pembatasan blok dilakukan berdasarkan kebutuhan luas pengembangan KEK Tanjung Api
Api pada blok reklamasi sesuai dengan rencana luas pantai yang reklamasi dan pada daratan
merupakan sebagian luas kawasan pendukung zona reklamasi dengan memanfatkan
kawasan Banyuasin Valley dan memanfaatkan batasan fisik baik terhadap kondisi alam
maupun kondisi penggunaan lahan sekitarnya yang perlu dipertahankan.

4. Kedua lokasi dihubungkan dengan potensi pengembangan jaringan jalan utama dan jalur
perkeretaapian sebagai penghubung kegiatan hulu dan hilir industri.

DRAFT LAPORAN AKHIR 79


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk Pembagian zona di dasari dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Kesamaan karakter dan fungsi industri yang dikelompokkan untuk memudahkan aksesibilitas
antar industri; dan

2. Penetapan jenis-jenis kegiatan ditempatkan disesuaikan dengan fungsi pelayanan yang


diberikan dalam fungsi setiap zona, meliputi:

1. Zona Reklamasi sebagai zona Outlet/Inlet di siapkan ruang-ruang untuk pelabuhan dan
pergudangan

2. Zona Daratan sebagai zona produksi, dipersiapkan ruang untuk industri kimia dasar dan
aneka industry

3. Keseimbangan lingkungan diwakili oleh zona Ruang Terbuka Hijau

4. Zona pusat bisnis dikembangkan untuk keseimbangan pelayanan industi dan perumahan

Sehingga di peroleh pembagian zona sebagai berikut :

1. ZONA I

Zona yang diperuntukan untuk pemanfaatan ruang yang bersifat publik-


privat, terdiri dari area publik yaitu zona perkantoran pemerintahan
(pelayanan unit keluar-masuk barang), multifungsi dengan unit-unit
fasilitas (sarana dan prasarana) bagi karyawan kawasan industri Tanjung
Api-api serta area pengembangan industri Kecil dan Menengah (IKM).

2. ZONA II

Zona yang diperuntukan untuk pemanfaatan ruang kegiatan industri


berdasarkan jenis industrinya, terdiri dari industri Kimia Dasar dan Aneka
Industri.

3. ZONA III

Zona yang diperuntukan untuk kegiatan Pelabuhan, industri dan


pergudangan. Zona ini merupakan zonai Reklamasi yang terdiri dari tiga
zona besar yaitu zona Pelabuhan (Terminal Khusus), zona Industri kimia
dasar dan zona pergudangan (docking)

4. ZONA IV

Zona ini diperuntukan sebagai zona pembatas/penyangga kawasan dan


berfungsi untuk menetralisir kegiatan industri yaitu Ruang Terbuka Hijau
(RTH)/Green Belt.

5. ZONA V

DRAFT LAPORAN AKHIR 80


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Zonasi berdasarkan pelayanan umum bagi pemenuhan kebutuhan
pemerintahan dan perekonomian kawasan industri berupa pusat bisnis,
meliputi perkantoran, perdagangan dan jasa, kesehatan dan pendidikan.

6. ZONA VI

Zona ini diperuntukan bagi pengembangan kawasan perumahan dan


permukiman tenaga kerja dan penduduk termasuk kebutuhan perumahan
dan permukiman Kawasan Industri Banyuasin Valley.

Di dalam zonasi-zonasi utama dibagi menjadi beberapa sub zonasi industri


yang mencakup kelompok industri-industri sejenis.

7. Konsep Tata Letak Kegiatan Industri

Rencana pembangunan kawasan industri merupakan salah satu bentuk


penggunaan lahan yang bersifat produktif, sehubungan dengan hal tersebut
maka dalam menentukan tata ruang kawasan industri, terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu unsur kesederhanaan dan fleksibilitas. Dengan
demikian penggunaan ruang yang direncanakan dapat seoptimal mungkin
(yaitu memenuhi nilai-nilai ekonomis, memenuhi ruang secara optimal,
memenuhi standar kawasan industri yang akan diterapkan, serta memiliki
tingkat kemudahan yang tinggi), tanpa meninggalkan segi-segi kenyamanan
dan tidak mengorbankan ciri-ciri estetika lingkungan.

Tentunya dengan mempertimbangkan peletakan posisi elemen-elemen


menurut hubungan fungsional berdasarkan aliran bahan baku dan pemasaran,
tenaga kerja, dan tingkat pencemaran yang telah ditentukan dalam analisis
hubungan fungsional dan struktur ruang kawasan dengan hasil output Model
peletakan posisi elemen-elemen yang dihasilkan merupakan model peletakan
posisi yang optimal.

1. Konsep Tapak

1. Meminimalkan perubahan kontur.

2. Meminimalkan perkerasan.

3. Adaptif dengan arah lintasan matahari, pasang surut, orientasi arah angin, kebisingan dan
vegetasi.

DRAFT LAPORAN AKHIR 81


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Konsep Perletakan Kegiatan Industri

1. Jenis industri industri yang membutuhkan air banyak dan bersifat polutif dialokasikan di
dekat sungai dan lokasi water treatment plan.

2. Jenis industri yang tidak membutuhkan air banyak dan bersifat tidak polutif dialokasikan
dekat sungai.

3. Jenis industri yang tidak membutuhkan air banyak dan bersifat polutif diarahkan tidak
berada dekat area sungai tetapi diarahkan dekat ruang-ruang terbuka hijau.

4. Komposisi kavling berdasarkan rujukan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman


Teknis Kawasan Industri Tahun 2010, adalah sebagai berikut :

1. Kavling siap bangun dengan ukuran kecil berkisar 300 – 3.000 m2 per kavling.

2. Kavling siap bangun dengan ukuran sedang berkisar 3.000 – 30.000 m2 per kavling.

3. Kavling siang bangun dengan ukuran besar bila lahan sampai dengan diatas 3 Hektar per
kavling.

DRAFT LAPORAN AKHIR 82


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.17. Peta Konsep Pembagian Blok Kawasan KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 83


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.18. Peta Konsep Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Blok I dan II KEK Tanjung
Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 84


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.19. Peta Konsep Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Blok I KEK Tanjung Api-
Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 85


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 5.20. Peta Konsep Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Blok II KEK Tanjung Api-
Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 86


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 5.21. Master Plan KEK Tanjung Api-Api

DRAFT LAPORAN AKHIR 87


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Tahapan Pengembangan

Sesuai dengan penyusunan master plan pengembangan KEK Tanjung Api – Api
(tahun 2012), tahap pembangunan KEK Tanjung Api – Api adalah seperti yang
diuraikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.30. Tahap Pembangunan KEK tanjung Api – Api


TAHAP KEGIATAN 2013 2014 2015 2016-2020 2021-2025
Tahap 1 Pra Konstruksi

Perencanaan (DED)
dan Pengukuran

Pembebasan Lahan
Pematangan Lahan
Tahap 2 Konstruksi
Fasilitas Penunjang
Bangunan Utilitas
Perumahan
RTH
Industri Kimia Dasar
Aneka Industri
IKM
Tahap 3 Paska Konstruksi
Operasionalisasi
Kapasitas Produksi
Terpasang
Peningkatan 30%
kapasitas Produksi

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2012

Status Pengembangan Kawasan

Dari hasil kunjungan kelapangan (September 2017) diperoleh data bahwa program
tahapan pembangunan baru sampai pembebasan lahan seluas 67 ha dari total luas
2.030 ha, dan di lokasi KEK tanjung Api – Api belum ada kegiatan pembangunan,
termasuk pembangunan infrastruktur air baku.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

DRAFT LAPORAN AKHIR 88


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana penyediaan air baku pada KEK Tanjung Api – Api disesuaikan dengan tahapan
pembangunan KEK.

Sesuai rencana awal pembangunan KEK Tanjung Api – Api direncanakan dimulai pada
tahun 2013 dan direncanakan selesai pada tahun 2015, namun begitu sampai dengan
tahun 2017 progres pekerjaan yang baru bisa dilaksanakan adalh pembebasan lahan
seluas 67 ha dari total lahan seluas 2.030 ha

Dengan kenyataan realisasi progress pembangunan sampai tahun 2017 belum ada
kegiatan pembangunan, maka rencana penyediaan air baku KEK Tanjung Api –
Apiperlu direvisi sesuai dengan kemampuan pembiayaan pembangunan. Adapun
usulan revisi rencana penyediaan air baku tersebut dapat diuraikan pada tabel sebagai
berikut :

Tabel 5.31. Usulan Revisi Rencana Penyediaan Air baku

URAIAN RENCANA JADW AL PELAK SANAAN


NO K ET
K EGIATAN 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

pembangunan
Sistem Distribusi
1
Air Baku KEK
Tanjung Api-Api

Keterangan
= Rencana I
= Revisi Rencana

Revisi rencana penyediaan air baku guna memenuhi kebutuhan KEK Tanjung Api-Api
direncanakan sudah dimulai pada tahun 2018 dan direncanakan selesai tahun 2020.

Perkiraan Biaya

Perkiraan biaya rencana pembangunan prasarana air baku untuk KEK Tanjung Api –
Api terdiri dari :

1. Pembangunan Free intake, Reservoar dan Kantong Lumpur

2. Pembangunan Jalur Pipa Transmisi Air Baku

DRAFT LAPORAN AKHIR 89


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rekapitulasi perkiraan anggaran biaya rencana penyediaan air baku KEK Tanjung Api –
Api seperti pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.32. Perkiraan Anggaran Biaya Rencana Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api-Api
JUMLAH BIAYA
NO URAIAN KEGIATAN
(Rp)
1 Pembangunan Free Intake dan Kolam Reservoar Rp12.450.317.000
2 Pembangunan Jalur Pipa Tranmisi Air Baku Rp93.545.173.000
Jumlah Rp105.995.490.000
Jumlah Dibulatkan Rp106.000.000.000
Analisa Konsultan 2012

Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014

Adapun rincian perkiraan rencana anggaran biaya rencana penyediaan ai baku


tersebut adalah seperti diuraikan pada tabel berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 90


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 5.33. Rincian Rencana Anggara Biaya Pembangunan Free Intake dan Kantong Lumpur
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Pekerjaan :
Pekerjaan Pembangunan FreePembangtman
Intake , Reservoar dan
Free Intake Kantongdan
, Reservoar Lumpur
Kantong lumpur
Lokasi :
Lokasi Sungai Simpang PU Sungai Simpang PU

Direksi Pekerjaan : PekerjaanDinas PU PengairanDinas


Direksi Prov.PUSumatera Selatan
Pengairan Prov. Sumatera Selatan
Tahun Anggaran Tahun: Anggaran 2014 2014
Kabupaten :
Kabupaten Banyuasin Banyuasin

HARGASATUAN JUMLAH HARGA


NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME
(Rp) (Rp)

A Pekerjaan Persiapan
1 . Pembuatan Direksi Keet m2 50.00 500,000.00 25,000,000.00
2. Pembuatan Gudang Is - 10,000,000.00 10,000,000.00
3. Pembuatan PapanNama Proyek buah 1 1,000,000.00 1,000,000.00
4. Mobilisasi dan Demobilisasi Is - 111,350,000.00 111,350,000.00
5. Dokumentasi Is - 2,000,000.00 2,000,000.00

149,350,000.00

B Pekerjaan Intake, Kolam reservoar dan kantong Lumpur


1 . Plesteran I : 2 m2 1,973.80 60,033.00 118,493,135.40
2. Siaran I : 2 m2 1,543.28 44,269.00 68,319,462.32
3. Pas. Batu kali 1 : 4 3 3,157.25
m 1,145,126.00 3,615,449,063.50
4. Pas. Beton Tumbuk 1 : 3 : 5 m3 4.53 1,241,408.00 5,623,578.24
5. Beton Be tulang 1 : 2 : 3 m3 37.65 6,928,545.00 260,859,719.25
6. Gahan tanah biasa dengan alat berat m3 10,103.92 38,746.00 391,486,484.32
1. Timbunan tanah setempat 3 2,136.77
m 255,502.00 545,949,008.54
8. Pemasangan Pompa Submersibel bh 12.00 491,411,700.00 5,896,940,400.00
9. RumahPompa m2 60.00 1,500,000.00 90,000,000.00
10. Trash rack/ saringan sampah di intake m bh 5.00 2,000,000.00 10,000,000.00
11. Peilschaal batang 2.00 500,000.00 1,000,000.00
12 . Pemasangan Cerucuk dolken dia 0,10 m 1,400.00 23,342.00 172,730,800.00

11,004,120,851.57

c Pekerjaan Pemasangan Pintu buah


1 . Pintu Sarong baja b = 1,00 m; h=1,50 m buah 3.00 25,000,000.00 75,000,000.00
2. Pintu Sarong baja b = 1,00 m; h=1,00 m buah 2.00 15,000,000.00 30,000,000.00
3. Pintu Sarong baja b = 1,50 m; h=1,00 m 2.00 30,000,000.00 60,000,000.00
165,000,000.00

Jumlah Rp. 11,318,470,851.57


PPN 10% Rp. 1,131,847,085.16

Total Rp. 12,450,317,936.73


Dibulatkan Rp. 12,450,317,000.00

TERBILANG: DUABELAS 1\fiLYAR EMPATRATUS LIMAPULUHJUTA TIGA RATUS TUJUHBELAS RIBU RUPIAH

Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014

Tabel 5.34. Rincian Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Pipa Transmisi


RENCANA ANGGARAN BIAYA

DRAFT LAPORAN AKHIR 91


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pekerjaan
Pembangunan Pipa Transmisi
Pekerjaan :
Lokasi Pembangunan Pipa Transmisi
Sungai Simpang PU
Lokasi Direksi PekerjaanSungai Simpang PU
:
Direksi Pekerjaan : Dinas PU PengairanDinas
Prov.PUSumatera
Pengairan Prov. Sumatera Selatan
Selatan
Tahun Anggaran
Tahun Anggaran : 2014 2014
Kabupaten Kabupaten
: Banyuasin Banyuasin

HARGASATUAN JUMLAH HARGA


NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME
(Rp) (Rp)

A Pekerjaan Persiapan
2
1 . Pembuatan Direksi Keet m 50.00 500,000.00 25,000,000.00
2. Pembuatan Gudang Is - 10,000,000.00 10,000,000.00
3. Pembuatan Papan Nama Proyek buah 1 1,000,000.00 1,000,000.00
4. Mobilisasi dan Demobilisasi Is - 111,350,000.00 111,350,000.00
5. Dokumentasi Is - 2,000,000.00 2,000,000.00

149,350,000.00
B Pemasangan Pipa Transmisi
1 . Drugan Pasir di bawah Pipa m3 6,902.19 174,400.00 1,203,742,459.20
2. Gahan tanah biasa dengan alat berat m3 84,912.36 38,746.00 3,290,014,106.83
3. Timbunan tanah setempat m3 61,017.19 41,698.00 2,544,294,788.62
4. Pemasangan Pompa Sentrifugal bh 3.00 35,000,000.00 105,000,000.00
2
5. RumahPompa m 10.00 1,500,000.00 15,000,000.00
10. Pemasangan Pipa Dia 24 " m 34,500.00 2,245,881.00 77,482,894,500.00

84,640,945,854.65

c Pekerjaan Box Gate Valve


1 . Gahan buah 60.00 38,746.00 2,324,760.00
2. Lantai kerja, beton tumbuk 1 : 3 : 5 buah 2.00 1,241,408.00 2,482,816.00
3. Beton Bertulang 1 : 2 : 3 m3 35.50 6,928,545.00 245,963,347.50

250,770,923.50

Jumlah Rp. 85,041,066,778.15


PPN 10% Rp. 8,504,106,677.82

Total Rp. 93,545,173,455.97


Dibulatkan : Rp. 93,545,173,000.00

TERBILANG : SEMBILAN PULUH TIGA MILYAR LIMA RATUS EMPAT PULUH LIMA JUTA
SERATUS TUJUH PULUH TIGA RIBU RUPIAH

Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 92


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB VI

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung memiliki luas 1.500 ha ( seribu lima ratus
hektar ) yang terletak dalam wilayah Desa Tanjung Jaya-Kecamatan Panimbang -
Kabupaten Pandegelang, Provinsi Banten.

1. Sedangkan batas – batas wilayah sebagai berikut :

2. Sebelah Utara : Berbatasan Laut Selat Sunda

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Citereup

4. Sebelah Selatan : Kecamatan Cigeulis

5. Sebelah Barat : Laut Selat Sunda

Kecamatan Panimbang terletak paling barat Pulau Jawa atau, yang memiliki jarak dari
ibukota Kabupaten Pandeglang 58 km, dan ke ibukota Provinsi Serang 80 km.

Gambar 6.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Lesung dan Kecamatan Panimbang

Lokasi KEK Tanjung Lesung berada pada DAS Ciliman Wilayah Sungai Ciliman-Cibungur.

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.2. Lokasi KEK Pada WS Ciliman-Cibungur

Profil Umum

1. Profil KEK Tanjung Lesung

Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang, Banten,
KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah diresmikan
beroperasi pada Februari 2015. KEK Tanjung Lesung memiliki letak yang strategis
dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta dan dapat
ditempuh melalui perjalanan darat selama 2,5 – 3 jam.

KEK Tanjung Lesung memiliki luas area 1.500 Ha dengan potensi pariwisata yang
beragam, antara lain keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta
kekayaan budaya yang eksotis. KEK Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi
wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus,
Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan.

Berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi tradisional, Tanjung Lesung
memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung.
Dengan pantai dengan pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung telah
menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Selama tahun 2016
tercatat jumlah kunjungan wisatawan sejumlah 570.000 orang dan ditargetkan
meningkat hingga 6,1 juta wisatawan saat beroperasi penuh pada 2020.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 3
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK TANJUNG LESUNG

(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.3. Peta Lokasi KEK Tanjung Lesung

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.4. Peta Wilayah Sungai KEK Tanjung Lesung

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 6.1. Profil Umum KEK Tanjung Lesung

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Tanjung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Lesung 2. Pariwisata 36. Tersedia sarana telekomunikasi menggunakan fiber optic 44. UU No. 39 Tahun 2009
3. Ekonomi Kreatif 37. Tersedia listrik dengan kapasitas 10 MW Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 38. Tersedia air dengan kapasitas 4,7 L/detik 45. PP No. 26 Tahun 2012
Pandeglang, Master Plan : 39. Pembangunan airstrip Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Banten 4. Marina 40. Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas 0,6 Tanjung Lesung
5. Marina Village L/detik
Luas Area : 6. Klub Yacht 41. Pembangunan Marina Yacht & Cruise Terminal sebagai Pelabuhan Administrator :
1.500 Ha 7. Terminal Ferry Kapal Wisata beroperasi 2020 46. SK. Gubernur Selaku Dewan
8. Mega Yacht Berths Kawasan Tentang Penetapan
Badan Usaha 9. Hotel Infrastruktur Wilayah : Administrator
Pembangunan dan 10. Klub Budaya 42. Jalan nasional Serang – Tanjung Lesung
Pengelola : 11. Klub Golf 43. Rencana pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang selesai 2018
PT. Banten West 12. Country Club Rencana Pembangunan Bandara Banten Selatan Reaktivasi KA Rangkasbitung
Java Tourism 13. Area Olahraga -Labuan
Development 14. Lapangan Golf
((BWJ) 15. Klub Renang
16. Condominium
Proyeksi Tenaga 17. Perumahan
Kerja : 18. Bed & Breakfast
85.000 orang Enclave
19. Neightbourhood
Centre
20. Restoran

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

21. Gerbang Masuk


22. Pusat Informasi dan
Penjualan
23. Sekolah
24. Asrama Pelajar
25. Taman Bermain Air
26. Oceanfront Park
27. Area Rekreasi
28. Pantai
29. Fasilitas
Operasional dan
Perawatan
30. Water Treatment
Plant
31. Intalasi Pengolahan
Air Limbah
32. Fasilitas Golf
33. Fasilitas Pangkalan
Kapal
34. Hutan Tropis
35. Penampungan Air
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
47. Regulasi KEK Tanjung Lesung

48. Peraturan Penyelenggaraan :

49. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

50. Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

51. Administrator :

52. SK Gubernur selaku Dewan Kawasan Tentang Penetapan Administrator

53. Infrastruktur KEK Tanjung Lesung

54. Infrastruktur Kawasan KEK Tanjung Lesung :

55. Tersedia sarana telekomunikasi menggunakan fiber optic;

56. Tersedia listrik dengan kapasitas 10 MW

57. Tersedia air dengan kapasitas 4,7 L/detik

58. Pembangunan airstrip

59. Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas 0,6 L/detik

60. Pembangunan Marina Yacht & Cruise Terminal sebagai Pelabuhan Kapal Wisata beroperasi
2020

61. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Lesung :

62. Jalan nasional Serang – Tanjung Lesung

63. Rencana pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang selesai 2018

64. Rencana Pembangunan Bandara Banten Selatan Reaktivasi KA Rangkasbitung –Labuan

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 6.5. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Tanjung Lesung

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 6.6. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Lesung

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Kecamatan Panimbang dengan luas wilayah administrasi 97,8 km. terdiri dari 5 desa
dan 1 kelurahan , yaitu :

1. Desa Mekarjaya

2. Desa Gombong

3. Desa Tanjung Jaya

4. Desa Mekarsari

5. Desa Citereup

6. Dan Kelurahan Panimbang Jaya

Jumlah penduduk Kecamatan Panimbang pada tahun 2015 sebesar 51.142 jiwa
dimana penyebarannya diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Di Kecamatan Panimbang Tahun 2015


PENDUDUK (JIWA)
NO KELURAHAN/DESA
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Mekarjaya 2.401 2.160 4.561

2 Gombong 1.799 1.750 3.549

3 Panimbang Jaya 8.168 7.499 15.667

4 Mekarsari 5.536 5.626 11.162

5 Citeureup 4.592 4,481 9.703

6 Tanjung Jaya 3.702 3.428 7.130

Jumlah 26.198 24.944 51.142

Sumber : Kecamatan Panimbang Dalam Angka Tahun 2016

Penduduk Kecamatan Panimbang dari tahun 2011 hingga tahun 2015 menunjukan
pertambahan setiap tahunnya, yaitu :

Tabel 6.3. Jumlah Pertambahan Penduduk Dari Tahun 2011 Sampai Tahun 2016
% KENAIKAN
JUMLAH PENDUDUK TAHUN
PERTAHUN

2011 2012 2013 2014 2015 2016 0,73

49.555 50.603 50.634 50.692 50.864 51.384

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan panimbang dari tahun 2011 hingga tahun
2016 sangat kecil yaitu sebesar 0,73 % per tahunnya, jauh dibawah angka
pertumbuhan penduduk Kabupaten Pandegelang sebesar 1,30 % per tahun.

Dengan mempergunakan angka prosentase pertumbuhan selama 5 tahun kebelakang


sebesar 0,73 % pertahun, maka dapt dihitung . Proyeksi perkiraan jumlah kecamatan
Panimbang hingga tahun 2036 sebagai berikut :

Tabel 6.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Di Kecamatan Panimbang Hingga Tahun 2036
PENDUDUK TAHUN (JIWA)

2016 2021 2026 2031 2036

51.382 53.282 55.254 57.298 59.416

Sumber : Hasil Perhitungan Analisis 2017

Berdasarkan tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat dihitung
perkiraan kebutuhan air Kecamatan Panimbang dimasa mendatang dengan
menggunakan Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU.
Kebutuhan air untuk pelayanan domestik dan non domestik di Kecamatan Panimbang
hingga tahun 2036 sebesar 34,10 ltr/dtk

Perhitungan proyeksi kebutuhan air baku untuk Kecamatan Panimbang dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 6.5. Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Panimbang


TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2016 2021 2026 2031 2036
1 Jumlah penduduk total jiwa 51.382 52.282 55.253 57.297 59.416

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2016 2021 2026 2031 2036
2 Tingkat pelayanan (Jaringan
% 20 60 70 80 90
Perpipaan PDAM)
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 10.270 31.369 38.677 45.838 53.474
KEBUTUHAN DOMESTIK
4 Pelayanan rumah tangga =
70% jumlah penduduk jiwa 7.183 21.958 27.074 32.088 37.432
terlayani
5 Kebutuhan air rumah
lt/hr/org 90 90 90 90 90
tangga
6 Jumlah kebutuhan air lt/hari 647.413 1.976.200 2.436.657 2.887.769 3.388.887
rumah tangga = jumlah
penduduk x kebutuhan air lt/detik 4,32 11,75 16,24 19,25 22,46
per hari
7 Jumlah sambungan rumah
unit 1.798 5.490 6.768 8.022 9.358
tangga
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 2.055 6.274 7.735 9.168 10.695
9 Kebutuhan air untuk kran
lt/hr/org 30 30 30 30 30
umum
10 Jumlah kebutuhan air utk lt/hari 61.858 188.215 232.063 275.026 320.846
kran umum = jumlah
penduduk x kebutuhan lt/detik 0,71 2,18 2,69 3,18 3,71
air/hr
11 Jumlah sambungan untuk
Unit 21 63 77 92 107
kran umum
12 Jumlah keb. air domestik =
keb air untuk rumah tangga lt/detik 4,32 13,18 16,25 19,26 22,46
+ keb. air untuk kran umum
KEBUTUHAN NON
DOMESTIK (FASILITAS)
13 Persentase kebutuhan air
non domestik dari % 15,00 15,00 20,00 20,00 20,00
Kebutuhan Domestik
14 Jumlah kebutuhan air non
lt/detik 0,64 2,63 3,25 3,85 4,50
domestik
JUMLAH KEBUTUHAN AIR
15 KEBUTUHAN AIR = keb air
domestik + keb air non lt/detik 4,32 15,81 19,50 23,14 26,96
domestik
16 Tingkat kebocoran % 20,00 10,00 10,00 10,00 10,00
17 Jumlah kebocoran air =
Tingkat kebocoran (%) x lt/detik 0,86 1,58 1,95 2,31 2,90
KEBUTUHAN AIR
18 KEBUTUHAN AIR RATA-
RATA = kebutuhan air + lt/detik 4,32 17,39 21,45 21,42 29,65
kebocoran air

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2016 2021 2026 2031 2036
19 Kebutuhan harian
maksimum = 1.15 x
lt/detik 4,97 20,03 24,66 29,23 34,10
kebutuhan air baku rata-
rata
Sumber : Hasil Perhitungan Analisis 2017

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Perhitungan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Lesung dilakukan dengan
menggunakan standar Perencanaan Ditjend Ciptakarya Kemen PU Tahun 2000,
dimana untuk setiap 1 ha lahan wisata dibutuhkan air antara 0,1 l/det – 0,3 ltr/dtk

Berdasarkan master plan KEK, luas areal pengembangan KEK Tanjung Lesung
mencakup lahan sebesar 1.500 ha, yang akan dibangun berbgai komponen pariwisata
besarta sarana dan prasarana pendukungnya. Dengan menggunakan asumsi
kebutuhan air per ha sebesar 0,2 ltr/det. maka kebutuhan total air baku KEK Tanjung
lesung mencapai 300 ltr/det.

Penyediaan kebutuhan air untuk KEK Tanjung Lesung dilakukan secara bertahap sesuai
dengan tahapan pembangunannya, dimana menurut Rencana Induk KEK Tanjung
Lesung, rencana tahapan pengembangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Hingga tahun 2020 dikembangkan seluas 461 ha,

2. Periode tahun 2020-2025 penambahan pengembangan seluas 613 ha,

3. Periode tahun 2025-2030 penambahan pengembangan seluas 496 ha.

Tabel 6.6. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kecamatan Panimbang dan KEK Tanjung Lesung
KEBUTUHAN AIR (ltr/dtk)
NO. PERUNTUKAN
2021 2026 2031 2036

1 Kec. Panimbang 20.03 24,66 29,23 34,10

2 KEK Tanjung Lesung 92,20 122,60 93,80 300,00

Total Kebutuhan 112,23 147,26 123,03 334,10

Sumber Hasil perhitungan Analisis 2017

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Suhu udara di Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,5 0C - 27,9 0C. Pada
daerah pantai, suhu udara bisa mencapai 22 0C - 32 0C, sedangkan di daerah
pegunungan berkisar antara 18 0C - 29 0C. Kabupaten Pandeglang memiliki curah
hujan antara 2.000 - 4.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan 3.814 mm
dan mempunyai 177 hari hujan rata-rata per tahun serta memiliki tekanan udara
rata-rata 1.010 milibar.

Iklim di wilayah Kabupaten Pandeglang dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson


Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino (Banten Dalam Angka, 2004).

Saat musim penghujan (Nopember-Maret) cuaca didominasi oleh Angin Barat


(dari Samudra Hindia sebelah Selatan India) yang bergabung dengan angin dari
Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Pada musim kemarau (Juni-Agustus), cuaca
didominasi oleh Angin Timur yang menyebabkan Kabupaten Pandeglang
mengalami kekeringan, terutama di wilayah bagian Utara, terlebih lagi bila
berlangsung El Nino.

Data curah hujan berasala dari stasiun pengamatan Pagelaran, STA Meneas dn
STA Kedubara, dimana data curah hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut :

Tabel 6.7. Tabel Hujan Bulanan Rata-rata WS Ciliman-Cibungur


BULAN (mm) JUMLAH
TAHUN
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des (mm)

2003 196 284 134 136 223 84 1 35 142 77 166 720 2.198
2004 261 268 483 467 389 169 107 14 228 150 306 451 3.294
2005 97 89 129 62 83 109 70 40 70 176 304 529 1.758
2006 601 196 251 249 237 121 29 3 8 11 144 237 2.086
2007 25 29 216 118 1 55 14 11 27 42 73 163 774
2008 218 356 168 114 258 128 171 125 80 28 32 18 1.696
2009 333 426 111 2 132 61 17 19 23 47 565 271 2.008
2010 358 149 3 84 295 195 108 115 380 236 196 487 2.606
2011 238 163 532 143 85 47 96 1 7 155 230 292 1.991
2012 250 184 247 174 153 60 9 12 41 70 459 556 2.216
2013 477 200 134 380 208 166 302 41 80 156 173 516 2.832
Rata-rata 278 213 219 175 188 109 84 38 99 104 241 385 2133

Sumber: Hasil Analisis, 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.7. Hujan Bulanan Rata-rata

1. Daerah Aliran Sungai Ciliman merupakan kawasan yang relatif basah dengan sebaran hujan
di atas 2000 mm sepanjang tahunnya.

2. Kawasan sekitar pesisir mempunyai sebaran hujan antara 3000 – 3500 mm.

3. Kawasan tengah mempunyai sebaran hujan antara 3500 – 4000 mm

4. Kawasan pegunungan di sebelah bagian timur DAS Ciliman mempunyai sebaran hujan
berkisar 4000 – 4500 mm per tahun.

Peta hidroklimatologi pada DAS Ciliman pada gambar berikut :

5. Data Hidrologi

Hasil kajian dari DSDA Provinsi Banten dengan menggunakan model NRECA
dengan menstimulasikan keseimbangan air bulanan pada daerah tangkapan yang
ditujukan untuk menghitung total run off dari nilai curah hujan
bulanan,evapotransportasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air tanah, dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 18
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.6. Peta Kondisi Hidroklimatologi Pada DAS Ciliman

Tabel 6.8. Rekap Debit Andalan Q50


Nomor
Nama DAS Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
DAS
1 DAS CIMANGGIH 0,353 0,385 0,381 0,377 0,344 0,289 0,230 0,202 0,163 0,150 0,159 0,230
2 DAS CIJAPAH 0,149 0,162 0,161 0,159 0,145 0,122 0,097 0,085 0,068 0,063 0,067 0,097
3 DAS KANLIUS 0,074 0,081 0,080 0,079 0,072 0,061 0,048 0,043 0,034 0,032 0,034 0,048
4 DAS CILANGKAP 0,800 0,872 0,863 0,854 0,779 0,653 0,521 0,457 0,368 0,340 0,360 0,521
5 DAS CIBASAURAN 0,242 0,264 0,261 0,258 0,236 0,197 0,158 0,138 0,111 0,103 0,109 0,157
6 DAS CILURAH 0,205 0,223 0,221 0,219 0,199 0,167 0,133 0,117 0,094 0,087 0,092 0,133
7 DAS CITAJUR 0,279 0,304 0,301 0,298 0,272 0,228 0,182 0,160 0,128 0,118 0,126 0,182
8 DAS CIGARAGAK 0,056 0,061 0,060 0,060 0,054 0,046 0,036 0,032 0,026 0,024 0,025 0,036
9 DAS CILEUWEUNG 0,056 0,061 0,060 0,060 0,054 0,046 0,036 0,032 0,026 0,024 0,025 0,036
10 DAS CILANGIR 0,260 0,284 0,281 0,278 0,254 0,213 0,170 0,149 0,120 0,111 0,117 0,170
11 DAS CITEMBOL 0,130 0,142 0,140 0,139 0,127 0,106 0,085 0,074 0,060 0,055 0,059 0,085
12 DAS CIKABUDULUH 0,688 0,751 0,743 0,735 0,670 0,562 0,449 0,394 0,317 0,292 0,310 0,448
13 DAS CIKAWULUNGAN 0,595 0,649 0,642 0,636 0,580 0,486 0,388 0,340 0,274 0,253 0,268 0,388
14 DAS CIBIMA 1,172 1,278 1,264 1,251 1,141 0,957 0,764 0,670 0,539 0,497 0,528 0,763
15 DAS CILEMER 10,602 11,562 11,439 11,323 10,326 8,658 6,910 6,063 4,876 4,501 4,778 6,904
16 DAS CILIMAN 9,356 10,203 10,094 9,992 9,113 7,640 6,097 5,350 4,303 3,972 4,216 6,092
17 DAS CIKODOK 0,986 1,075 1,064 1,053 0,960 0,805 0,642 0,564 0,453 0,418 0,444 0,642
18 DAS CILATAK 0,986 1,075 1,064 1,053 0,960 0,805 0,642 0,564 0,453 0,418 0,444 0,642
19 DAS CISEUKEUT 3,050 3,327 3,291 3,258 2,971 2,491 1,988 1,744 1,403 1,295 1,375 1,986
20 DAS CIHERU 0,391 0,426 0,421 0,417 0,380 0,319 0,255 0,223 0,180 0,166 0,176 0,254
21 DAS CITEUREUP 0,279 0,304 0,301 0,298 0,272 0,228 0,182 0,160 0,128 0,118 0,126 0,182
22 DAS CIKARANG GEDE 0,074 0,081 0,080 0,079 0,072 0,061 0,048 0,043 0,034 0,032 0,034 0,048
23 DAS CIHANDULEM 0,279 0,304 0,301 0,298 0,272 0,228 0,182 0,160 0,128 0,118 0,126 0,182
24 DAS CIPAKIS 0,019 0,020 0,020 0,020 0,018 0,015 0,012 0,011 0,009 0,008 0,008 0,012
DRAFT
25 LAPORAN AKHIR
DAS KALICAAH 0,614 0,669 0,662 0,656 0,598 0,501 0,400 0,351 0,282 0,261 0,277 19
0,400
26 DAS CIKUJANG 0,260 0,284 0,281 0,278 0,254 0,213 0,170 0,149 0,120 0,111 0,117 0,170
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
27 DAS CIBEBER 0,484 0,527 0,522 0,516 0,471 0,395 0,315 0,277 0,222 0,205 0,218 0,315
Sumber : Buku Penyusunan RPSDA WS Ciliman-Cibungur
Tabel 6.9. Rekap Debit Andalan Q80
Nomor
Nama DAS Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
DAS
1 DAS CIMANGGIH 0,112 0,099 0,221 0,174 0,141 0,117 0,092 0,072 0,060 0,062 0,049 0,054
2 DAS CIJAPAH 0,047 0,042 0,093 0,073 0,059 0,049 0,039 0,030 0,025 0,026 0,020 0,023
3 DAS KANLIUS 0,023 0,021 0,046 0,037 0,030 0,025 0,019 0,015 0,013 0,013 0,010 0,011
4 DAS CILANGKAP 0,252 0,224 0,500 0,393 0,320 0,264 0,208 0,164 0,135 0,141 0,110 0,123
5 DAS CIBASAURAN 0,076 0,068 0,151 0,119 0,097 0,080 0,063 0,050 0,041 0,043 0,033 0,037
6 DAS CILURAH 0,065 0,057 0,128 0,101 0,082 0,068 0,053 0,042 0,035 0,036 0,028 0,031
7 DAS CITAJUR 0,088 0,078 0,174 0,137 0,112 0,092 0,073 0,057 0,047 0,049 0,038 0,043
8 DAS CIGARAGAK 0,018 0,016 0,035 0,027 0,022 0,018 0,015 0,011 0,009 0,010 0,008 0,009
9 DAS CILEUWEUNG 0,018 0,016 0,035 0,027 0,022 0,018 0,015 0,011 0,009 0,010 0,008 0,009
10 DAS CILANGIR 0,082 0,073 0,163 0,128 0,104 0,086 0,068 0,053 0,044 0,046 0,036 0,040
11 DAS CITEMBOL 0,041 0,036 0,081 0,064 0,052 0,043 0,034 0,027 0,022 0,023 0,018 0,020
12 DAS CIKABUDULUH 0,217 0,192 0,430 0,339 0,275 0,227 0,179 0,141 0,116 0,121 0,095 0,106
13 DAS CIKAWULUNGAN 0,188 0,166 0,372 0,293 0,238 0,197 0,155 0,122 0,101 0,105 0,082 0,092
14 DAS CIBIMA 0,370 0,328 0,732 0,576 0,469 0,387 0,305 0,240 0,198 0,206 0,161 0,180
15 DAS CILEMER 3,347 2,964 6,624 5,216 4,239 3,504 2,760 2,170 1,794 1,866 1,456 1,630
16 DAS CILIMAN 2,954 2,616 5,845 4,603 3,741 3,092 2,435 1,915 1,583 1,647 1,285 1,438
17 DAS CIKODOK 0,311 0,276 0,616 0,485 0,394 0,326 0,257 0,202 0,167 0,174 0,135 0,152
18 DAS CILATAK 0,311 0,276 0,616 0,485 0,394 0,326 0,257 0,202 0,167 0,174 0,135 0,152
19 DAS CISEUKEUT 0,963 0,853 1,906 1,501 1,220 1,008 0,794 0,624 0,516 0,537 0,419 0,469
DRAFT
20 LAPORAN AKHIR
DAS CIHERU 0,123 0,109 0,244 0,192 0,156 0,129 0,102 0,080 0,066 0,069 0,054 20
0,060
21 DAS CITEUREUP 0,088 0,078 0,174 0,137 0,112 0,092 0,073 0,057 0,047 0,049 0,038 0,043
STUDI
22POTENSI
DASPENYEDIAAN AIR BAKU PADA0,023
CIKARANG GEDE KAWASAN STRATEGIS
0,021 PARIWISATA
0,046 NASIONAL DAN KAWASAN
0,037 EKONOMI KHUSUS
0,030 0,025 0,019 0,015 0,013 0,013 0,010 0,011
23 DAS CIHANDULEM 0,088 0,078 0,174 0,137 0,112 0,092 0,073 0,057 0,047 0,049 0,038 0,043
24 DAS CIPAKIS 0,006 0,005 0,012 0,009 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,003 0,003 0,003
25 DAS KALICAAH 0,194 0,172 0,383 0,302 0,245 0,203 0,160 0,126 0,104 0,108 0,084 0,094
26 DAS CIKUJANG 0,082 0,073 0,163 0,128 0,104 0,086 0,068 0,053 0,044 0,046 0,036 0,040
Sumber : Buku Penyusunan RPSDA WS Ciliman-Cibungur
Tabel 6.10. Rekap Debit Andalan Q90
Nomor
Nama DAS Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
DAS
1 DAS CIMANGGIH 0,031 0,061 0,091 0,075 0,054 0,111 0,090 0,071 0,057 0,047 0,036 0,040
2 DAS CIJAPAH 0,013 0,026 0,038 0,031 0,023 0,047 0,038 0,030 0,024 0,020 0,015 0,017
3 DAS KANLIUS 0,007 0,013 0,019 0,016 0,011 0,023 0,019 0,015 0,012 0,010 0,008 0,008
4 DAS CILANGKAP 0,070 0,139 0,206 0,169 0,122 0,252 0,205 0,161 0,129 0,107 0,083 0,091
5 DAS CIBASAURAN 0,021 0,042 0,062 0,051 0,037 0,076 0,062 0,049 0,039 0,032 0,025 0,027
6 DAS CILURAH 0,018 0,036 0,053 0,043 0,031 0,064 0,052 0,041 0,033 0,027 0,021 0,023
7 DAS CITAJUR 0,025 0,049 0,072 0,059 0,042 0,088 0,071 0,056 0,045 0,037 0,029 0,032
8 DAS CIGARAGAK 0,005 0,010 0,014 0,012 0,008 0,018 0,014 0,011 0,009 0,007 0,006 0,006
9 DAS CILEUWEUNG 0,005 0,010 0,014 0,012 0,008 0,018 0,014 0,011 0,009 0,007 0,006 0,006
10 DAS CILANGIR 0,023 0,045 0,067 0,055 0,040 0,082 0,067 0,052 0,042 0,035 0,027 0,030
11 DAS CITEMBOL 0,011 0,023 0,034 0,027 0,020 0,041 0,033 0,026 0,021 0,017 0,013 0,015
12 DAS CIKABUDULUH 0,060 0,120 0,177 0,145 0,105 0,217 0,176 0,139 0,111 0,092 0,071 0,078
13 DAS CIKAWULUNGAN 0,052 0,104 0,153 0,126 0,091 0,187 0,152 0,120 0,096 0,079 0,061 0,068
14 DAS CIBIMA 0,103 0,204 0,302 0,247 0,178 0,369 0,300 0,236 0,189 0,156 0,121 0,133
DRAFT
15
LAPORAN AKHIR
DAS CILEMER 0,932 1,845 2,732 2,237 1,613 3,338 2,713 2,136 1,709 1,413 1,094
21
1,204
16 DAS CILIMAN 0,822 1,628 2,411 1,974 1,424 2,946 2,394 1,885 1,508 1,247 0,965 1,062
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
17 DAS CIKODOK 0,087 0,172 0,254 0,208 0,150 0,310 0,252 0,199 0,159 0,131 0,102 0,112
18 DAS CILATAK 0,087 0,172 0,254 0,208 0,150 0,310 0,252 0,199 0,159 0,131 0,102 0,112
19 DAS CISEUKEUT 0,268 0,531 0,786 0,644 0,464 0,960 0,781 0,615 0,492 0,407 0,315 0,346
20 DAS CIHERU 0,123 0,109 0,244 0,192 0,156 0,129 0,102 0,080 0,066 0,069 0,054 0,060
21 DAS CITEUREUP 0,025 0,049 0,072 0,059 0,042 0,088 0,071 0,056 0,045 0,037 0,029 0,032
Sumber : Buku Penyusunan RPSDA WS Ciliman-Cibungur

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Data Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi yang terlihat adalah bahwa dikawasan Pandeglang terdapat


potensi air tanah yang mempunyai produktivitas yang bervariasi, dari yang rendah
hingga produktivitas tinggi. Dikawasan selatan dan di tengah Kabupaten
Pandeglang, mempunyai akuifer dengan air tanah langka. Hanya sebagian
kawasan kecil yang mempunyai akuifer dengan produktivitas sedang dengan
penyebaran yang terbatas, yakni didaerah pesisir barat. Akuifer disini mempunyai
produktivitas sedang tapi tidak menerus. Di kawasan tengah-selatan, dikawasan
ini akuifer mempunyai potensi air tanah sedang dan bersifat lokal, sehingga
pengaruh perubahan iklim dan cuaca sangat signifikan. Potensi air tanah dengan
produktivitas yang tinggi dan dengan luasnya tersebar terdapat dibagian utara
Kabupaten Pandeglang. aliran air tanah lebih banyak kearah lebih rendah yaitu di
bagian utara kabupaten Pandeglang, sedangkan di bagian selatan sangat sulit atau
langka akan air.

Hasil pemantauan sumur penduduk disekitar Kecamatan Panimbang, Kecamatan


Cigeulis, Kecamatan Munjul dan Kecamatan Pagelaran, menunjukkan karakteristik
air tanah yang sama. Sesuai dengan peta hidrogeologi, karakteristik akuifer di
kawasan ini memungkinkan untuk menyimpan air tanah.

7. Data Aliran Permukaan

Berdasarkan hasil diskusi dengan Bappeda Pandgelang, Dinas PU Provinsi Banten


terkait untuk penyediaan air baku KEK Tanjung Lesung diarahkan dengan
memanafaatkan air permukaan dari DAS Ciliman. Sedangkan untuk melayani
kebutuhan domestik wilayah Kabupaten Pandegelang menggunakan sistem dan
sumber yang sudah ada atau yang direncanakan dan dikelola oleh PDAM
Kabupaten Pandeglang.

Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS)
yang mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu: bagian utara berada di
dalam WS hulu Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau, bagian tengah berada di
dalam WS Ciliman-Cibungur dan bagian selatan berada di dalam WS Ciliman
Cibungur. Lokasi KEK Tanjung Lesung berada didalam area WS Ciliman-Cibungur.

Wilayah Sungai Ciliman-Cibungur terdiri dari 27 daerah Aliran Sungai (DAS)


dengan luas total 1.750,93 km2, yang terdiri dari 5 DAS yaitu :

1. DAS Cisekeut

2. DAS Ciliman

3. DAS Cibungur

4. DAS Cimanjang, dan

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. DAS Cipasuruan

Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS) yang
mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu :

1. Bagian utara berada di dalam SWS hulu Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau

2. Bagian tengah berada di dalam SWS Ciliman – Cibungur

3. Bagian selatan berada di dalam SWS Ciliman Cibungur

Masing-masing WS terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Pembagian


WS dan DAS/DPS di Kabupaten Pandeglang adalah sbb:

4. WS 219 Cibaliung - Cisawarna, terdiri dari 3 DAS, yaitu:

1. DAS 219 148 Cibaliung

2. DAS 219 149 Cibutuhdeuing

3. DAS 219 150 Cikulecetapi

4. WS 201 Ciliman - Cibungur, terdiri dari 5 DAS, yaitu

5. DAS 201 001 Ciseukeut

6. DAS 201 002 Ciliman

7. DAS 201 003 Cibungur

8. DAS 201 004 Cimajang

9. DAS 201 005 Cipasuruan

10. WS 202 Hulu Sungai Ciujung, Hulu Sungai. Cibanten dan Hulu Sungai Cidanau, terdiri dari 3
DAS, yaitu:

11. DAS 202 006 Cidanau

12. DAS 202 009 Cibanten

13. DAS 202 010 Ciujung

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.7. Peta Pembagian WS dan DAS di Kabupaten Pandenglang

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 6.11. Debit Andalan Q90 WS Ciliman-Cibungur
NO. DAS NAMA DAS JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

1 DAS CIMANGGIH 0.10 0.10 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.03 0.07
2 DAS CIJAPAH 0.01 0.03 0.04 0.03 0.02 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02
3 DAS KANLIUS 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.02
4 DAS CILANGKAP 0.23 0.23 0.25 0.21 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.06 0.17
5 DAS CIBASAURAN 0.24 0.24 0.26 0.21 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.06 0.17
6 DAS CILURAH 0.06 0.06 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.04
7 DAS CITAJUR 0.08 0.08 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
8 DAS CIGARAGAK 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01
9 DAS CILEUWEUNG 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01
10 DAS CILANGIR 0.08 0.08 0.08 0.07 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
11 DAS CITEMBOL 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03
12 DAS CIKABUDULUH 0.20 0.20 0.22 0.18 0.14 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.05 0.14
13 DAS 0.18 0.18 0.19 0.16 0.12 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.13
14 CIKAWULUNGAN
DAS CIBIMA 0.34 0.34 0.37 0.30 0.24 0.19 0.15 0.12 0.10 0.08 0.09 0.25
15 DAS CILEMER 3.07 3.07 3.31 2.74 2.12 1.75 1.36 1.08 0.90 0.69 0.77 2.22
16 DAS CILIMAN 2.71 2.71 2.92 2.41 1.87 1.54 1.20 0.96 0.79 0.61 0.68 1.96
17 DAS CIKODOK 0.29 0.29 0.31 0.26 0.20 0.17 0.13 0.10 0.08 0.07 0.07 0.21
18 DAS CILATAK 0.29 0.29 0.31 0.26 0.20 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.07 0.21
19 DAS CISEUKEUT 0.89 0.89 0.96 0.79 0.61 0.51 0.39 0.31 0.26 0.20 0.22 0.64
20 DAS CIHERU 0.12 0.12 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.08
21 DAS CITEUREUP 0.08 0.08 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
22 DAS CIKARANG 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.02
23 GEDECIHANDULEM
DAS 0.09 0.09 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
24 DAS CIPAKIS 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01
25 DAS KALICAAH 0.15 0.15 0.16 0.14 0.11 0.09 0.07 0.05 0.04 0.03 0.04 0.11
26 DAS CIKUJANG 0.02 0.05 0.07 0.06 0.04 0.08 0.07 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03
27 DAS CIBEBER 0.14 0.14 0.15 0.12 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.04 0.10

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Unmet Demand (Cubic Meters per Second)
Juml a h 9.48 9.51 10.30 8.51 6.58 5.52 4.28 3.42 2.83 2.19 2.41 6.88
All Demand Sites, Scenario: Reference, All months (12)
Tabel 6.12. Kebutuhan Air Yang Tidak Terpenuhi (m3/det)
Kebutuhan Air Yang Tidak Terpenuhi (m3/s)
2014 2033
Alokasi Air
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
DI Cibentrang - - - - - - - - 0.015 - 0.140 0.023 - - - - - - - - 0.028 - 0.148 0.037
DI Cilemer - - - - 0.000 - 0.000 - 0.000 0.000 0.345 - - - - - 0.000 - 0.000 - 0.000 0.000 0.429 -
DI Ciliman Kiri 0.000 - 0.000 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.058 0.000 0.000 - 0.000 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.069 0.000
DI Cisata - - - - - - - - - - 0.272 - - - - - - - - - - - 0.339 -
DI Ciseukeut 0.000 - - 0.000 - - - - - - 0.192 - 0.000 - - 0.000 - - - - - - 0.205 -
DI Cisuwuk - - - 0.000 - - - - 0.042 - 0.382 0.062 - - - 0.000 - - - - 0.076 - 0.406 0.101
DI Citajur 0.077 0.072 0.241 0.371 0.153 0.217 0.162 0.149 0.187 0.068 0.439 0.332 0.077 0.072 0.241 0.371 0.153 0.217 0.162 0.149 0.187 0.068 0.439 0.332
Kec Cikedal - - - - - - - - 0.005 - 0.021 0.004 - - - - - - - - 0.012 - 0.031 0.010
Kec Cinangka - - - - - - - 0.010 0.020 0.020 0.029 0.029 0.039 0.044 - 0.011 0.025 0.035 0.049 0.058 0.063 0.063 0.067 0.067
Kec Menes - - - - - - - - 0.005 - 0.024 0.005 - - - - - - - - 0.013 - 0.035 0.011
Kec Padarincang - - - - - - - 0.012 0.022 0.022 0.033 0.033 0.044 0.050 - 0.013 0.028 0.039 0.055 0.066 0.071 0.071 0.076 0.076
Kec Pagelaran - - - - - - - - 0.005 - 0.024 0.005 - - - - - - - - 0.013 - 0.034 0.011
All Others - - - - - - - 0.000 0.004 0.000 0.129 0.004 0.000 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.011 0.000 0.187 0.009
Sum 0.077 0.072 0.241 0.371 0.153 0.217 0.162 0.171 0.305 0.110 4.088 0.497 0.161 0.166 0.241 0.395 0.207 0.291 0.266 0.273 0.472 0.202 4.468 0.655

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Buku Pola SDA WS Cibaliung-Cibungur

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.8. Grafik Unmet Demand (Kebutuhan Air Yang Tidak Terpenuhi) Tahun 2014 Dan Tahun
2033

Dari hasil analisa alokasi air pada kondisi eksisting pada awal simulasi tahun 2014
dan akhir simulasi tahun 2033 menunjukkan :

1. Debit yang digunakan merupakan hasil analisa Debit andalan Q80. Kebutuhan air domestik
(penduduk) dan kebutuhan air irigasi merupakan prioritas 1, kebutuhan air industri
merupakan prioritas 2.

2. Musim tanam yang digunakan pada simulasi air WEAP merupakan musim tanam alternatif III
yang penanaman padi di mulai pada bulan oktober minggu kedua.

3. Simulasi dilakukan selama 20 tahun (2014 s/d 2033).

4. Untuk coverage area (presentase pemenuhan kebutuhan air) menunjukkan pada tahun 2033
terjadi penurunan presentase pemenuhan kebutuhan air dari 41 demand area yang
terpenuhi tahun 2014 menjadi 36 demand area yang terpenuhi pada tahun 2033.

5. Untuk Unmet area (kebutuhan air yang tidak terpenuhi dalam m3/s) menunjukkan debit air
yang tidak terpenuhi pada tahun 2033 semakin tinggi dibandingkan tahun 2014 khususnya
dalam pemenuhan daerah irigasi dan kebutuhan air baku domestik.

6. Daerah Irigasi yang tidak tersuplai kebutuhan airnya yaitu DI Cibentrang, DI Cilemer, DI
Ciliman Kiri, DI Cisata, DI Cisuwuk dan DI Tajur. Daerah irigasi yang kurang tersuplai
kebutuhan airnya adalah DI Ciliman Kiri dan Cilemer.

7. Kecamatan yang tidak tersuplai kebutuhan airnya yaitu Kec: Bojong, Bojongmanik,
Cigemblong, Cikendal, Cikeusik, Cijaku, Cileles, Cimanuk, Cinangka, Ciomas, Cipeucang,

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Cirinten, Cisata, Kaduhejo, Mandalawangi, Mekarjaya, Padrincang, Pagelaran, Picung,
Pulosari, Saketi. Untuk kebutuhan domestik secara umum suplai air tidak terpenuhi pada
bulan November.

8. Industri yang tidak terpenuhi kebutuhan airnya yaitu: industri di wilayah kecamatan
Cipeucang, Cikendal, Cimanuk, Cinangka, Ciomas, Kaduhejo dan Malingping.

Untuk skenario berdasarkan Pola pengelolaan Wilayah Sungai Ciliman Cibungur


dengan skenario sedang sebagai berikut :

SKENARIO SEDANG :
WS Ciliman - Cibungur
24,00 140,0

23,00 120.49 m3/det


120,0
Debit Kebutuhan dan Pemanfaatan Air (m3/det)

22,00 Waduk Ciliman hulu,


Bendung Ciliman kanan Bendung Cikaduen Waduk Cibama
21,00 2,486 m3/det 0,621 m3/det 1.6 m3/det 100,0
2033
20,00 Bendung Cisekeut
80,0

Debit Potensi (m3/det)


1,664 m3/det 2029
19,00
60,0
18,00 2025 Supply air baku -+
Supply air baku 2020 14 l/det
17,00 -+ 100 l/det 40,0
2020 Supply air baku OP infrastruktur
2015
16,00 214 l/det eksisting
Termanfaatkan 20,0
15,00 OP infrastruktur OP infrastruktur
Kebutuhan
2013 eksisting eksisting Potensi Air
14,00 0,0
2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033
Periode Tahun

Sumber : Buku Pola SDA WS Ciliman-Cibungur

Gambar 6.9. Skenario Pola Pengelolaan WS Ciliman-Cibungur

Pada skenario berdasarkan pola dilaksanakan pembangunan 4 unit waduk yaitu


waduk ciliman hulu pada DAS Ciliman dengan kapasitas 2.488 m3/s, Waduk
Cibama pada DAS Cibama dengan kapasitas 1.6 m3/s, Bendung Cikadueun pada
DAS Cilemer dengan kapasitas 0.621 m3/s, dan Bendung Ciseukeut pada DAS
Ciseukeut dengan kapasitas 1.664 m3/s, berikut hasil simulasi berdasarkan
skenario sedang Pola perencanaan wilayah sungai Ciliman Cibungur.

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 6.13. Kebutuhan Air yang Tidak Terpenuhi pada Kondisi Skenario Ekonomi Sedang Tahun 2033
Tahun 2033
Alokasi Air
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
DI Cilemer - - - - 0.00 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00 -
DI Ciliman Kiri 0.00 - 0.00 0.00 - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - 0.00
DI Ciseukeut 0.00 - - 0.00 - - - - - - - -
DI Cisuwuk - - - 0.00 - - - - - - 0.00 -
DI Citajur 0.08 0.07 0.24 0.37 0.15 0.22 0.16 0.15 0.19 0.07 0.44 0.33
I Cinangka 0.00 0.00 - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kec Cinangka 0.04 0.04 - 0.01 0.03 0.03 0.05 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07
Kec Padarincang 0.04 0.05 - 0.01 0.03 0.04 0.05 0.07 0.07 0.07 0.08 0.08
Kec Saketi - - - - - - - - - - - -
Kec Sindangresmi - - - - - - - - - - - -
Kec Sobang - - - - - - - - - - - -
Kec Sukaresmi - - - - - - - - - - - -
All Others - - - - - - - - - - - -
Sum 0.16 0.17 0.24 0.39 0.21 0.29 0.27 0.27 0.32 0.20 0.58 0.48

Berdasarkan skenario sedang dari pola perencanaan WS Cibungur Ciliman maka


perlu dilakukan pembangunan waduk di hulu WS Cibungur Ciliman tepatnya di
DAS Cimanggih, DAS Cibarusan dan DAS Citajur.

9. Data Air Tanah (CAT)

Cekungan Air Tanah di Wilayah Kabupaten pandeglang masuk didalam formasi


Satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Labuan dan (CABT) Rawadano.

10. Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Labuan

CABT Labuan ini mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang (± 93 %) dan


Kabupaten Lebak (± 7 %) dengan luas lebih kurang 797 km2. Batas cekungan
air bawah tanah di bagian barat adalah selat Sunda, bagian utara dan timur
adalah batas pemisah air tanah dan di bagian selatan adalah batas tanpa
aliran karena perbedaan sifat fisik batuan. Jumlah imbuhan air bawah tanah
bebas (air bawah tanah pada lapisan akuifer tak tertekan/akuifer dangkal)
yang berasal dari air hujan terhitung sekitar 515 juta m3/tahun. Sedang pada
tipe air bawah tanah pada akuifer tertekan/akuifer dalam, terbentuk di

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
daerah imbuhannya yang terletak mulai elevasi di atas 75 m dpl sampai
daerah puncak Gunung Condong, Gunung Pulosari dan Gunung Karang;

11. Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Rawadano

CABT Rawadano mencakup wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten


Pandeglang, dengan total luas cekungan lebih kurang 375 km2. Batas satuan
cekungan satuan air bawah tanah ini di bagian utara, timur dan selatan
berupa batas pemisah air bawah tanah yang berimpit dengan batas air
permukaan yang melewati Gunung Pasir Pematang Cibatu (420 m), Gunung
Ipis (550 m), Gunung Serengean (700 m), Gunung Pule (259 m), Gunung Kupak
(350 m), Gunung Karang (1.778 m), Gunung Aseupan (1.174 m) dan Gunung
Malang (605 m). Sedang batas di bagian barat adalah Selat Sunda.

Berdasarkan perhitungan imbuhan air bawah tanah, menunjukkan intensitas air


hujan yang turun dan membentuk air bawah tanah di wilayah satuan cekungan ini
sejumlah 180 juta m3/tahun, sebagian diantaranya mengalir dari lereng Gunung
Karang menuju Cagar Alam Rawadano sekitar 79 m3/tahun. Sedang air bawah
tanah yang berupa mata air pada unit akuifer volkanik purna Danau yang dijumpai
di sejumlah 115 lokasi menunjukkan total debit mencapai 2.185 m3/tahun.
Sementara itu pada unit akuifer volkanik Danau pada 89 lokasi, mencapai debit
367 m3/tahun. Total debit dari mata air keseluruhan sebesar 2.552 m3/tahun.

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 33
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.10. Peta CAT Provinsi Banten

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
12. Data Situ/Embung

Potensi air permukaan yang tersimpan dalam bentuk situ /rawa adalah situ/rawa
di WS Ciujung-Ciliman sebesar 1.841.700 m3.

13. Data Mata Air

14. Jumlah mata air di WS Ciliman: 337 ltr/dtk

15. Jumlah debit (>1 ltr/dtk) = 2,771 ltr/dtk

16. Jumlah debit (>100 ltr/dtk) = 102-447 ltr/dtk

Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

SPAM yang direncanakan oleh Ditjen Cipta Karya hanya diarahkan untuk KSPN
atau Kawasan Pendukung KEK Tanjung Lesung yang Meliputi :

1. Kecamatan Labuan : 15 ltr/dtk

2. Kecamatan Panimbang : 15 ltr/dtk

3. Kecamatan Sobang : 20 ltr/dtk

4. Kecamatan Angsana : 30 ltr/dtk

Ke 4 (empat) Kecamatan akan disediakan melalui Sumber Air Baku :

1. S. Ciliman : 30 ltr/dtk

2. S. Ciseukeut : 20 ltr/dtk

3. Mata Air Citaman : 45 ltr/dtk

4. Mata Air Cipanggilik : 15 ltr/dtk

Total : 125 ltr/dtk

Untuk KEK Tanjung Lesung belum diprogramkan rencana penyediaan sumber air
bakunya saat ini untuk KEK Tanjung Lesung dan baru tersedia 4,7 ltr/dtk, dan
rencana penambahan sebesar 5 ltr/dtk yang bersumber dari air tanah dalam.

Dari Analisis hitungan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Lesung diperlukan
300 ltr/dtk, sehingga masih kekurangan sumber Air Baku sebesar 295,3 ltr/dtk.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Sesuai dengam informasi Dinas PU Provinsi Banten dan BWS Cidanau, Ciujung , Cidurian ,
Sumber Air Baku untuk KEK Tanjung Lesung akan diambilkan dari S, Ciliman, dari hasil
tinjauan terhadap keseimbangan air S, Ciliman di Bendung Ciliman , untuk memenuhi
kebutuhan sistem irigasi yang ada masih dijumpai kekurangan air pada Bulan-bulan Juni, Juli,
Agustus, September (6 bulan), sehingga rencana penyediaan Air Baku untuk KEK Tanjung
Lesung tidak dimungkinkan bersumber dari S, Ciliman.

6. Alternatif Sumber Air Baku untuk KEK Tanjung Lesung , dari hasil kajian terhadap Sumber Air
Baku yang berasal dari Air Permukaan dan Tanah yang ada sudah tidak dijumpai Potensi
Sumber Air Baku yang mencukupi.

Sebagai Aiternatif upaya rencana penyediaan air baku KEK Tanjung Lesung dapat
dilakukan dengan Upaya :

1. Water Osmosis yang berasal dari Air Laut

2. Perlu adanya rencana pembuatan Bendungan /Waduk baru

Dari hasil inventarisasi Potensi Bandungan /Waduk antara lain berlokasi di DAS
Ciliman, DAS Cibaliung dan DAS Cilewer , lokasi rencana Bendungan tersebut
seperti ditampilkan pada Gambar-gambar berikut :

Pada saat ini Dinas PU Provinsi Banten sedang menyiapkan / menyusun Studi
Kelayakan terhadap rencana Bendungan-bendungan tersebut.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Posisis Bendungan
Cibaliung

Catchment Area
Bendungan Cibaliung

Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Cibaliung

Catatan : Berdasarkan hasil koordinasi dengan PPK Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan maka lokasi potensi
bendungan di DAS Cibaliung berada di hulu Bendung Cibaliung secara administrasi berada di
Kecamatan Cibaliung, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sumber daya air yang menjadi
inflow pada bendung Cibaliung

Gambar 6.11. Lokasi Pembangunan Bendungan DAS Ciliman

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Ciliman

Gambar 6.12. Lokasi Alternatif 1 Pembangunan Bendungan DAS Ciliman

Keterangan Alternatif 1 :

Lokasi = Desa Umbul Jaya, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak

Koordinat = UTM 48S x = 608.022,00 y = 9.266.355,00

Elevasi = +30 m

Luas Genangan = 398.74 Ha

Perkiraan Volume Bruto = 41.73 juta m3

Tingggi Bendungan = 25 m

Fungsi lahan di kawasan genangan = Permukiman/Kampung, Pertanian lahan


kering, semak belukar, Hutan Tanaman

Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Ciliman

Gambar 6.13. Lokasi Alternatif 2 Pembangunan Bendungan DAS Ciliman

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Keterangan Alternatif 2 :

Lokasi = Desa Bulakan & Caringin, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak

Koordinat = UTM 48S x = 612.707,00 y = 9.269.235,00

Luas Genangan = 145.59 Ha

Tingggi Bendungan = 40 m

Perkiraan Volume Bruto = 19.31 juta m3

Fungsi lahan di kawasan genangan = Permukiman/kampung, semak belukar dan


Hutan Tanaman

Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Ciliman

Gambar 6.14. Lokasi Alternatif 3 Pembangunan Bendungan DAS Ciliman

Keterangan :

Lokasi = Desa Tamansari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak

Koordinat = UTM 48S x = 606.751,00 y = 9.268.147,0

Luas Genangan = 531.87 Ha

Tingggi Bendungan = 25 m

Perkiraan Volume Bruto = 42.32 juta m3

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Fungsi lahan di kawasan genangan = Permukiman/kampung, Pertanian lahan
kering, kebun campur/semak belukar,

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

1. Penyediaan Pelayanan Domestik (Kecamatan Panimbang)

Selain penggunaan sumur sebagai sumber air baku, penyediaan air minum di
Kabupaten Pandeglang dikelola oleh PDAM , dimana jumlah sambungan terpasang
sebanyak 16.639 unit. Pemakaian air per bulan mencapai 19 m3/bulan, kapasitas
intake terpasang 205 ltr/dtk, dengan jam operasi selama 19 jam per hari. Tingkat
kebocoran air di Kabupaten Pandegelang mencapai 26 % dengan efisiensi
produksi sebesar 19,4 %, dan kondisi kinerja PDAM Kabupaten Pandeglang masuk
dalam kategori sehat.

Tabel 6.14. Kondisi SPAM Eksisting Di Kabupaten Pandeglang


SUMBER AIR KAPASITAS WILAYAH
NO SISTEM PENGOLAHAN
BAKU PRODUKSI PELAYANAN
1 Cabang Pandeglang 3 mata air Broncaptering 102 ltr/dtk 7 Kecamatan

2 Cabang Labuan 3 mata air Broncaptering 75 ltr/dtk 8 Kecamatan

3 IKK Menes 2 mata air Broncaptering 10 ltr/dtk 2 Kecamatan

4 IKK Sobang Sungai IPA 20 ltr/dtk Kec. Sobang

Sumber : Dokumen Perencanaan Pengembangan SPAM KEK Tanjung Lesung

Pengadaan air bersih oleh penduduk di Kecamatan Panimbang berasal dari


pelayanan PDAM, menggunakan air sumur dan dengan cara membeli.

Dari jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 51.142 jiwa dan rumah tangga 12.720
kk, 75 % nya menggunakan air sumur, 3 % membeli air galon, dalam arti lain
hanya 12 % yang terlayani oleh PDAM dan hanya ada di Desa Panimbang Jaya.

Jumalah sambungan PDAM yang ada sebanyak 583 SR dengan 11 hidran umum
(HU), jumlah penduduk yag terlayani sebanayak 3.463 jiwa (22 %). Sumber air
baku yang dipergunakan oleh PDAM di Kecamatan Panimbang adalah Sitim
Labuan dengan memanfaatkan sumber air baku dari mata air (MA) Citaman
melalui pengolahan Broncaptering kapasitas 45 ltr/dtk, dan reservoar 450 m3.

Tabel 6.15. Kondisi SPAM Eksisting Di Kecamatan Panimbang

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAPASITAS (liter/detik)
NO MATA AIR
SUMBER PENGAMBILAN
1. Cipanggitik 55 15
2. Cipasung 15 15
3. Citaman 475 45

Keterangan : : Wilayah Kec. Panimbang

: Wilayah Pelayanan PDAM

Gambar 6.15. Peta Wilayah Pelayanan PDAM Kecamatan Panimbang

2. Penyediaan KEK Tanjung Lesung

Penyediaan air baku di dalam KEK Tanjung Lesung saat ini berasal dari sumur
tanah dalam dengan pasitas 4,7 ltr/dtk. Dengan Instalasi pengelolaan air (IPA)
sebanyak 3 unit, reservoar 2 unit dan sisitem jaringan perpipaan yang
menggunakan pipa aku dia 100 mm sepanjang 1,5 km, serta pipa distribusi dia 200

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
– 600 mm sepanjang 20 km. Untuk pengembangannya akan dibuat sumber Air
dari Sumur Tanha dalam dengan debit 5 ltr/dtk.

Gambar 6.16. Instalasi Pengolahan Air Minum KEK Tanjung Lesung

Gambar 6.17. Instalasi Pengolahan Air Bersih KEK Tanjung Lesung

Gambaran Neraca Air

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran neraca air Sungai Ciliman di lokasi Bendung Ciliman seperti digambarkan
pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Debit Andalan Hulu Bendung Ciliman

Daerah irigasi
kekurangan air
pada Bulan Juni-
Oktober

Gambar 6.18. Water Balance Sungai Ciliman


DRAFT LAPORAN AKHIR 45
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Di wilayah Panimbang tidak terdapat sumber air yang dapat mendistribusi kebutuhan
air baku untuk skala besar dan dari nilai hasil geolistrik wilayah tersebut mempunyai
ketebalan lapisan akifer antara 10-50 m , adanya lapisan yang mengadung air asin dan
adanya indikasi intrusi air laut ke arah daratan, maka aquifer ini dikhawatirkan akan
payau.

Pengambilan air dengan memanfaatkan sisa debit andalan Sungai Ciliman wilayah hilir
dimana dimana wilayah hulu Sungai Ciliman telah dimanfaatkan untuk kebutuhan
irigasi.

Dari nilai keseimbangan air pemenuhan kebutuhan air mengalami kekurangan di


musim kering pada periode bulan Agustus, September dan oktober sehingga dibuat
rencana kolam retensi sebagai tampungan air untuk pemenuhan musim kering.

Nilai kekurangan yang dibutuhkan untuk selama periode 3 (tiga) bulan tersebut
sebesar 2.498.272,32 m3.

Untuk menghindari pembebasan lahan Rencana kolam retensi di tempatkan dengan


memanfaatkan Sungai Ciliman sebagai storage, panjang ruas yang dibuthkan
sepanjang 1,5 Km dengan penampang dimensi saluran lebar tinggi 12 m dan lebar
115 m.

Perlu tersusunnya operasi dan pemeliharaan yang rutin dilakukan dimana di Sungai
Ciliman sedimentasi yang terjadi setiap tahunnya sebesar 145.553,06 m3/tahun.

Tunggang pasang yang terjadi setinggi 80 cm namun nilai tersebut mempengaruhi


dampak terjadi banjir pada saat musim hujan yang mencapai elevas genangan banjir
sampai 1,5 m dari dasar tanah daratan.

Penempatan kolam retensi berawal dari rencana bangunan intake, dimana bangunan
intake yang rencana di pakai merupakan bendung gerak, pertimbangan hal ini
disebabkan kondisi pasut yang terjadi yang serta banjir yang sering terjadi setiap
tahunnya.

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

1. Kondisi Eksisting SPAM KEK Tanjung Lesung

1. Telah dibangun penyediaan air yaitu pengolahan air minum dan air bersih

2. Sumber air baku : air tanah (Sumur Dalam) Sistem Eksiting :

3. Sumur Dalam Kap. 5 l/dtk (3 unit)

4. IPA (Air Minum & Air Bersih) Kap. 5 l/dtk (3 unit)

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Reservoar 2 unit

6. Perpipaan:

1. Pipa air aku dia. 100 mm (1,5 km)

2. Pipa distribusi dia. 200-600 mm (20 km)

3. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, alternatif sistem pengembangan


SPAM mendukung KSPN Tanjung Lesung yang direkomendasikan adalah
pembangunan SPAM dengan 2 sistem berbeda untuk melayani masing-masing
desa yaitu Desa Panimbang Jaya dan Desa Tanjung Jaya.

Untuk Desa Panimbang Jaya diusulkan dilayani menggunakan sumber air baku dari
Mata Air Citaman yang telah dimanfaatkan oleh Cabang Labuan dengan
pembangunan broncaptering baru dengan kapasitas 45 l/dtk, sedangkan untuk
melayani Desa Tanjung Jaya dikarenakan jaraknya cukup jauh dari Desa
Panimbang Jaya, maka diusulkan menggunakan sumur tanah dalam dengan
kapasitas 5 l/dtk.

4. Justifikasi Usulan Pengembangan SPAM

1. Alternatif 1 (Sumber Air : Sungai Citaman)

Keuntungan :

1. Kapasitas sumber air baku dapat diandalkan

2. Diusulkan oleh Pemerintah Daerah setempat

Kelemahan :

3. Letak sumber air baku cukup jauh dari rencana daerah pelayanan

4. Biaya investasi besar, karena sistem memerlukan pengolahan serta pompa

5. Biaya operasi cukup besar untuk pengolahan dan listrik

6. Alternatif 2 (Sumber Air : Sungai Ciseukeut)

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Keuntungan :

7. Letak sumber lebih dekat dengan rencana daerah pelayanan

Kelemahan :

8. Sumber air baku, pada musim hujan kebanjiran dan pada musim kemarau asin

9. Sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, sehingga biaya investasi cukup
mahal karena memerlukan biaya investasi untuk pengolahan dan pompa

10. Alternatif 3 (Sumber Air : Mata Air Citaman)

Keuntungan :

11. Kapasitas sumber air baku dapat diandalkan, namun direncanakan akan dialokasikan untuk
melayani wilayah Kecamatan Labuan

12. Kualitas air baku memenuhi kualitas air bersih sehingga tidak memerlukan pengolahan

13. Elevasi sumber air masih mencukupi untuk pengaliran secara gravitasi

Kelemahan :

14. Letak sumber yang sangat jauh dari rencana daerah pelayanan

15. Untuk melayani desa Tanjung jaya (Dusun Cikadu) diperlukan sistem lain yaitu dengan sumur
dalam (DW)

16. Biaya investasi sangat besar, meskipun sistem tidak memerlukan pengolahan serta pompa,
namun pipa distribusi yang sangat panjang

17. Biaya operasi cukup besar yang diperlukan untuk sistem sumur dalam

Rencana Daerah Pelayanan

1. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1


1. Sumber air baku:
Sungai Ciliman
2. Pipa air baku:
HDPE dia. 200 mm, 3 km
Pompa 2x30 l/dtk, H=20 m
3. Pengolahan:
IPA 30 l/dtk
4. Reservoar:
450 m3
5. Pompa distribusi:
Pompa 3x30 l/dtk, H=40 m
6. Pipa distribusi:
HDPE dia. 100-250 mm, 38 km
7. Wilayah pelayanan:
1.Kec. Panimbang
2.Kec. Angsana

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Keterangan:
Wilayah Kec. Panimbang
Daerah Pendukung Wisata
KEK Tj. Lesung
Pengembangan SPAM

Gambar 6.19. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1

KEC. PANIMBANG
Sungai Ciliman DESA PENDUKUNG WISATA
Pipa Distribusi (2 DESA)
(HDPE Ø 100-250 mm) +(1-15)
L=38.000 m

IPA
(30 l/dtk) R
Pompa
+21 Reservoir Pompa
(2x30 l/dtk)
(450 M3) (3x30 l/dtk)
H=20 m
+20 Penambahan SR
H=40 m
(4.277 Unit)
Intake
(30 l/dtk) Pipa Transmisi
Ds. Cikayas (HDPE Ø 200 mm,L=3.000 m)
Kec. Angsana
+17
KEC. ANGSANA

Keterangan:
Eksisting
Pengembangan Penambahan SR
(640 Unit)

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.20. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1

2. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2


3. Sumber air baku:
DRAFT LAPORAN AKHIR Sungai Ciseukeut
4. Pipa air baku:
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI
HDPE KHUSUS
dia. 150 mm, 500 m
Pompa 2x25 l/dtk, H=20 m
5. Pengolahan:
IPA 25 l/dtk
6. Reservoar:
600 m3
7. Pompa distribusi:
Keterangan:
Wilayah Kec. Panimbang
Daerah Pendukung Wisata
KEK Tj. Lesung
Pengembangan SPAM

Gambar 6.21. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2

Pipa Distribusi
(HDPE Ø 100-200 mm)
L=30 km

IPA
(25 l/dtk) R KEC. PANIMBANG
Pompa Pompa
+11 Reservoir
(2x25 l/dtk) (3x25 l/dtk) DESA PENDUKUNG WISATA
(600 M3)
H=20 m H=40 m
+11 (2 DESA)
Distribusi ke Kec. Sobang

+(1-15)

Penambahan SR
(4.277 unit)
Intake Kap. 25 l/dtk
SR Eksisting (583 unit)

IPA
(20 l/dtk) R KEC. SOBANG
Pompa Pompa
Penambahan SR
(320 unit)
Sungai Ciseukeut

Intake Eksisting Keterangan:


(20 l/dtk) Eksisting
+10
Pengembangan

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.22. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3
12. Sumber air baku:
MA. Citaman
Pompa 3x5 l/dtk, H=20 m
13. Pipa air baku:
HDPE dia. 250 mm, 500 m
14. Pengolahan:
Broncaptering 45 l/dtk
Sumur Dalam (5 l/dtk)
15. Reservoar:
700 m3 (Ds. Panimbang Jaya)
75 m3 (Ds. Tanjung Jaya)
16. Pipa distribusi:
HDPE dia. 100-300 mm, 61 km
17. Wilayah pelayanan:
18. Kec. Panimbang
19. Kec. Labuan

Keterangan:
Wilayah Kec. Panimbang
Daerah Pendukung Wisata
KEK Tj. Lesung
Pengembangan SPAM

Gambar 6.23. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3

R
Reservoir
Sumur Dalam (75 M3)
80 m +12
(5 l/dtk)
Pipa Distribusi Desa Tanjung Jaya
(HDPE Ø 100-300 mm)
+12
L=61 km
KEC. PANIMBANG
Broncaptering
(45 l/dtk) R +(1-15)
+32 Pompa Pipa Transmisi Reservoir
3x5 l/dtk, (HDPE Ø 250 mm) (700 M3)
H=20 m L=500 m +29
Penambahan SR
Distribusi ke Kec. Labuan

(4.277 unit)

MA CITAMAN Desa
Panimbang Jaya
Broncaptering
Kec. Panimbang
Distribusi ke

(45 l/dtk) SR Eksisting (583 unit)


(7 l/dtk)

MA CIPASUNG R KEC. LABUAN


Reservoir
Broncaptering (2x450 M3) Penambahan SR
(15 l/dtk) (1.920 unit)

Keterangan:
MA CIPANGGITIK Eksisting
Pengembangan
Broncaptering
(15 l/dtk)

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.24. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Pandeglang memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan


sebagai investasi pemerintah daerah, salah satunya adalah Pantai Tanjung Lesung.
Didalam pola ruang RTRW Kabupaten pandegelang 2011-2031, daerah pantai
Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan
pariwisata alam.

Kawasan Wisata Tanjung Lesung-Panimbang didalam skala provinsi Banten


ditetapkan sebagai kawasan strategis yang ditrinjau dari sudut kependtingan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada lingkup Nasional Tanjung Lesung
termasuk didalam Kawasan Startegis Pariwisata Nasional TanjungLesung-Ujung
Kulon.

KSPN Tanjung Lesung , Banten menjadi salah satu kawasan wisata yang masuk
dalam program 10 KSPN prioritas. Berbagai proyek pembangunan dijalan untuk
mendukung tercapainya menciptakan Tanjung Lesung sebagai sebagai pintu
gerbang bagi destinasi pariwisata di sekitarnya, yaitu Ujung Kulon, Pulau Peucang,
Gunung Anak Krakatau, Pantai Anyer Carita, dan daya tarik wisata lainnya.
Kawasan Startegis pariwisata Nasioanl (KSPN) Tanjung Lesung meliputi wilayah
Ujung Kulon dan sekitarnya di Kabupaten Pandegelang, sebagaimana yang
ditetapkan ddidalam PP No.50 Tahun 2011 tentang KSPN Ujung Kulon-Tanjung
Lesung.

Wilayah pengembangan KSPN Ujung Kulon-Tanjung Lesung meliputi bagian dari


wilayah administrasi Kecamatan Panimbang (Desa Tanjung Jaya) dan wilayah
administrasi Kecamatan Sumur yang terdiri dari 7 desa yaitu Ujungjaya,
Tamanjaya, Cihorondong, Tunggaljaya, Kertamukti, Kertajaya, Sumberjaya.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 53
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.25 Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Pandeglang 2011-2031

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.26. Master Plan KEK Tanjung Lesung

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 6.27. Rencana Induk Kawasan Ekonomi Khusus Periwisata Tanjung Lesung

Pengembangan KEK Tanjung Lesung beradasarkan Master Plan meliputi


pembangunan komponen pariwisata dan sarana prasarna yang antara lain:

1. 26 Hotel, resort dan kondominium (campuran dari hotel gaya Versace)/Resort, Hotel
Densitas Rendah (Resort gaya Bulgari))

2. 1.000 Ruang Prima / Lahan sewa (@ 600m2)

3. Pusat kota Venesia yang 20% lebih besar dari CBD Brisbane, apartemen pantai

4. Lapangan Golf 18 lubang, Bungalow, apartemen dan villa Golf

5. Pusat kesehatan, pusat pendidikan, dengan 15.000 unit konfigurasi tempat tinggal campuran

6. Tahapan Pengembangan

Rencana pengembangan KEK Tanjung Lesung sesuai rencana induk, dilaksanakan


secara bertahap yang terukur beradasrkan luasan areal pengembangan sebagai
berikut :

7. Hingga tahun 2020 dikembangkan seluas 461 ha

8. Periode tahun 2020-2025 penambahan pengembangan seluas 613 ha

9. Periode tahun 2025-2030 penambahan pengembangan seluas 496 ha

Tabel 6.16. Tahapan Pengembangan KEK Dan Penyediaan Air Baku


TAHAPAN PENGEMBANGAN
NO URAIAN
2017-2020 2020 -2025 2026-2031 > 2032

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1 Rencana Pengembangan (ha) 461 613 496 -

2 Kebutuhan Air (ltr/dtk) 92,20 122,60 93,80 -

Sumber : Hasil Perhitungan Analisis

Status Pengembangan Kawasan

Kegiatan kepariwisataan di KEK Tanjung Lesung telah berlangsung dari sebelum


kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan ekonomi Khusus. Beberapa Fasilitas atau
sarana kepariwisataan telah terbangun untuk mendukung kegiatan wisatawan, seperti
hotel. Cottage, villa, kolam renang, taman, dan sebagainya. Hingga tahun 2016 jumlah
wisatawan yang telah berkunjung ke lokasi Wisata Tanjung Lesung mencapai +
500.000 wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Infrastrukur didalam
kawasan yang telah terbangun antara lain jalan akses dan pintu gerbang, WTP, Gardu
Lsitrik, Air strip dan sebagainya.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Skenario penyediaan air baku untuk kebutuhan Kecamatan Panimbang hingga tahun
2036 sebesar 34,10 ltr/dtk. (hasil proyeksi kebutuhan) Peningkatan kapasitas produksi
dapat diupayakan secara bertahap atau dibangun dalam periode tertentu.sesuai
kebutuhan bersama dengan penyediaan kebutuhan untuk KEK Tanjung Lesung.

Sistim pengembangan air baku (Air Minum) untuk wilayah kecamatan ini adalah
dengan membangun SPAM dari 2 (sumber) yang berbeda, dimana untuk Ibukota
Kecamatan (panimbang Jaya) menggunakan sumber air baku dari Mata Air Citaman
yang telah dimanfaatkan oleh Cabang Labuan dengan pembangunan broncaptering
baru dengan kapasitas 45 ltr/dtk, sedangkan untuk melayani Desa lainnya
dikarenakan jaraknya cukup jauh dari Desa Panimbang Jaya, maka digunakan sumber
air dari Sungai Ciliman, Sungai Ciseukeut dan sumur tanah dalam.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pertimbangan penggunaan sumber air Sungai Ciliman adalah sebagai berikut :

Keuntungan :

1. Kapasitas sumber air baku dapat diandalkan

2. Diusulkan oleh Pemerintah Daerah setempat

3. Dapat bersama-sama dengan penyediaan untuk KEK Tanjung Lesung

4. Elevasi sumber air masih mencukupi untuk pengaliran secara gravitasi

Kelemahan :

5. Letak sumber air baku cukup jauh dari rencana daerah pelayanan

6. Biaya investasi besar, karena sistem memerlukan pengolahan serta pompa

7. Biaya operasi cukup besar untuk pengolahan dan listrik.

8. Biaya operasi cukup besar yang diperlukan untuk sistem sumur dalam

1. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 1

1. Unit Air Baku

1. Sumber: Sungai Ciliman

2. Intake Kap. 35 ltr/dtk

3. Pompa 3x20 ltr/dtk, H = 20 m

4. Pipa transmisi dia. 250 mm (3 km)

5. Unit Produksi

6. IPA Lengkap Kap. 50 ltr/dtk

7. Reservoar Kap. 750 m3

8. Unit Distribusi

9. Pompa 3x50 ltr/dtk, H=40 m

10. Pipa distribusi dia. 200-500 mm (40 km)

11. Unit Pelayanan

12. Wilayah pendukung pariwisata :

Kec. Panimbang

Kec. Angsana
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
13. Penambahan SR :

Kec. Panimbang: 2.000 unit

Kec. Angsana: 800 unit

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.28. Skematik Pengembangan SPAM Alternatif 1

14. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2

15. Unit Air Baku

16. Sumber: Sungai Ciseukeut

17. Intake Kap. 40 ltr/dtk

18. Pipa transmisi air baku HDPE dia. 200 mm (500 m)

19. Unit Produksi

20. IPA Kap. 40 ltr/dtk

21. Reservoar Kap. 600 m3

22. Unit Distribusi

23. Pompa 4x40 ltr/dtk, H = 40 m

24. Pipa distribusi dia. 100-250 mm (30 km)

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
25. Unit Pelayanan

26. Wilayah pendukung pariwisata :

Kec. Panimbang

Kec. Sobang

27. Penambahan SR :

Kec. Panimbang 2.000 unit

Kec. Sobang

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.29. Skematik Pengembangan SPAM Alternatif 2

28. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3

Desa Panimbang Jaya

29. Unit Air Baku

30. Sumber: MA Citaman (Kec. Labuan)

31. Intake Kap. 50 l/dtk

32. Pipa transmisi dia. 250 mm (500 m)

33. Unit Produksi

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
34. Broncaptering Kap. 50 ltr/dtk

35. ReservoarKap 750 m3

36. Unit Distribusi

37. Pipa distribusi dia. 100-300 mm (36 km)

38. Unit Pelayanan

39. Wilayah pendukung pariwisata :

40. Kec. Panimbang

41. Kec. Labuan

42. Penambahan SR :

43. Kec. Panimbang (Desa Panimbang Jaya ) 2800 unit

44. Kec. Labuan

45. Kec. Angsana: 800 unit

Desa Tanjung Jaya

46. Unit Air Baku

47. Sumber: Air Tanah

48. Unit Produksi

49. Sumur Dalam (80 m)

50. Reservoar Kap. 75 m3

51. Unit Distribusi

52. Pipa distribusi dia. 100-300 mm

53. Unit Pelayanan

54. Wilayah pendukung pariwisata :

Desa Tanjung Jaya

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Gambar 6.30. Skematik Pengembangan SPAM Alternatif 3

Perkiraan Biaya

Perkiraan biaya pembangunan SPAM untuk wilayah pendukung KEK Tanjung Lesung,
khususnya Kecamatan Panimbang diuraikan seperti pada tabel-tabel berikut :

Tabel 6.17. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 1

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

I PEKERJAAN PERSIAPAN (INTAKE & IPA) Unit 1.00 165,299,000.00 165,299,000.00


II PEKERJAAN TANAH INTAKE SADAP Unit 1.00 320,946,335.00 320,946,335.00
PEKERJAAN STRUKTUR INTAKE 30 l/det (MULUT INTAKE, BAK PENAMPUNG,
III Unit 1.00 1,088,053,233.15 1,088,053,233.15
RUANG OPERASIONAL & RUANG POMPA)
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN BANGUNAN INTAKE Unit 1.00 139,234,712.63 139,234,712.63
V PEKERJAAN TANAH IPA Unit 1.00 21,130,300.62 21,130,300.62
VI PEKERJAAN STRUKTUR IPA 30 l/det Unit 1.00 5,317,665,356.48 5,317,665,356.48
VII PEKERJAAN PENGADAAN/PEMASANGAN PERPIPAAN & ACCES. BANGUNAN IPA Unit 1.00 2,589,915,438.42 2,589,915,438.42
VIII PEKERJAAN PEMBUBUH KIMIA Unit 1.00 178,104,000.00 178,104,000.00
IX PEKERJAAN SALURAN DRAINASE DAN BAK KONTROL Unit 1.00 439,563,387.14 439,563,387.14
X PEKERJAAN LAIN-LAIN IPA Unit 1.00 157,111,244.20 157,111,244.20
XI PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL Unit 1.00 2,511,041,180.00 2,511,041,180.00
XII PEKERJAAN LANDSCAPING IPA Unit 1.00 29,358,740.00 29,358,740.00
XIII RESERVOAR 450 M3 (15x10x3) Unit 1.00 5,781,804,632.94 5,781,804,632.94
XIV BANGUNAN PENUNJANG IPA (RUMAH POMPA) Unit 1.00 577,772,582.02 577,772,582.02
XV BANGUNAN PENUNJANG INTAKE, IPA & BOOSTER (RUMAH GENSET-3 unit) Unit 1.00 758,409,284.75 758,409,284.75
XVI BANGUNAN PENUNJANG IPA (KANTOR) Unit 1.00 415,496,205.90 415,496,205.90
XVII PEKERJAAN JEMBATAN PIPA Unit 1.00 1,441,126,706.35 1,441,126,706.35
XVIII PEKERJAAN PIPA TRANSMISI (INTAKE KE IPA) Unit 1.00 37,678,713,671.50 37,678,713,671.50
XIX PEKERJAAN PIPA JDU (RESERVOAR KE PELAYANAN) Unit 1.00 16,625,720,675.93 16,625,720,675.93
XX PEKERJAAN PIPA PELAYANAN Unit 1.00 10,591,145,624.14 10,591,145,624.14

Terbilang ; Jumlah 86,827,612,311.16

Sembilan Puluh Lima Milyar Tiga Ratus Delapan Belas Juta Enam Dibulatkan 86,827,612,000.00
Ratus Delapan Belas Ribu Rupiah PPn 10 % 8,682,761,200.00
Jumlah setelah PPN 95,510,373,200.00
Dibulatkan 95,510,373,000.00

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Tabel 6.18. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 2

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
No URAIAN SATUAN VOLUME
Rp Rp

I UNIT AIR BAKU


1 Intake S. Ciseukeut (Kap. 25 L/dt) unit 1 320,000,000 320,000,000
Pompa submersible kap. 25 l/s, head = 20 meter unit 2 199,000,000 398,000,000
2 Pipa Transmisi Air Baku
Pipa HDPE dia 150 + Accessories m' 500 271,000 135,500,000
II UNIT PRODUKSI
1 Pengolahan Lengkap (Kap. 25 L/dt) unit 1 2,000,000,000 2,000,000,000
2 Bangunan Reservoir 600 m3 unit 1 600,000,000 600,000,000
III UNIT DISTRIBUSI
Pompa Distribusi Kap 25 lps H= 40 M unit 3 98,000,000 294,000,000
Pipa HDPE dia 200 + Accessories m' 8,000 454,000 3,632,000,000
Pipa HDPE dia 150 + Accessories m' 8,000 271,000 2,168,000,000
Pipa HDPE dia 100 + Accessories m' 14,000 175,000 2,450,000,000
IV UNIT PELAYANAN
1 Pipa Retikulasi
Pipa HDPE SDR 17 dia 50 -75 m 45,970 100,000 4,597,000,000
2 Sambungan Pelayanan
Sambungan domestik unit 4,277 1,500,000 6,415,500,000
Sambungan domestik (Kec. Sobang) unit 320 1,500,000 480,000,000
TOTAL 23,490,000,000
PPN 10% 2,349,000,000
GRAND TOTAL 25,839,000,000

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

Tabel 6.19. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 3

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

I PEKERJAAN SUMUR BOR (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 365,764,918.00 365,764,918.00
II PEKERJAAN TANAH BRONCAPTERING (Ds. Panimbang Jaya) Unit 1.00 341,560.73 341,560.73
III PEKERJAAN STRUKTUR BRONCAPTERING 6 m3 (3 m x 2 m x 1 m), Q = 20 l/det Unit 1.00 36,681,491.25 36,681,491.25
PEKERJAAN PENGADAAN/PEMASANGAN PERPIPAAN & ACCES.
IV Unit 1.00 46,283,790.35 46,283,790.35
BANGUNAN BRONCAPTERING
V PEKERJAAN LAIN-LAIN (BRONCAPTERING) Unit 1.00 10,229,373.05 10,229,373.05
VI PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 170,411,000.00 170,411,000.00
VII RESERVOAR 300 M3 di Ds. Panimbang Jaya (10 m x 10 m x 3 m) Unit 1.00 1,090,705,328.22 1,090,705,328.22
VIII PEKERJAAN LAIN-LAIN (RESERVOAR) Unit 1.00 62,439,433.84 62,439,433.84
IX RUMAH POMPA (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 577,772,582.02 577,772,582.02
X RUMAH GENSET (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 252,803,094.92 252,803,094.92
XI PEKERJAAN JEMBATAN PIPA (Ds. Panimbang Jaya) Unit 1.00 550,517,574.68 550,517,574.68
XII PEKERJAAN PIPA TRANSMISI Unit 1.00 5,638,009,852.81 5,638,009,852.81
XIII PEKERJAAN PIPA JDU Unit 1.00 1,215,292,575.67 1,215,292,575.67
XIV PEKERJAAN PIPA PELAYANAN Unit 1.00 6,219,198,150.58 6,219,198,150.58

Terbilang ; Jumlah 16,236,450,726.11

Tujuh Belas Milyar Delapan Ratus Enam Puluh Juta Sembilan Dibulatkan 16,236,450,000.00
Puluh Lima Ribu Rupiah PPn 10 % 1,623,645,000.00
Jumlah setelah PPN 17,860,095,000.00
Dibulatkan 17,860,095,000.00

Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB VII

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS
KALIMANTAN

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) berlokasi di Kecamatan Kaliorang,


Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, dan berada di Daerah Aliran
Sungai Rapak-Kaliorang Wilayah Sungai Karangan.
Sesuai dengan Peraturan Mentri PUPR No.04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai,Wilayah Sungai Karangan merupakan Wilayah Sungai
Lintas Kabupaten/Kota dan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur. Daerah Aliran Sungai Rapak-Kaliorang mempunyai luas 19.776 km2. Wilayah
Sungai Karangan seperti tergambar pada gambar berikut.

Profil Umum

1. Profil KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

Berlokasi di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, KEK Maloy Batuta
Trans Kalimantan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014
dengan total luas area sebesar 557,34 Haa. Kawasan ini kaya akan sumber daya
alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi didukung dengan posisi geostrategis
yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). ALKI II
merupakan lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau
Kalimantan dan Sulawesi, serta merupakan jalur regional lintas trans Kalimantan,
dan transportasi penyeberangan ferry Tarakan-Tolitoli, dan Balikpapan-Mamuju.

KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui


industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. Berdasarkan
keunggulan geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat
pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi
seperti industri mineral, gas dan batu bara.

Hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada bulan Oktober 2014 ini ditargetkan dapat
menarik investasi sebesar Rp 34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai Timur
hingga Rp 4,67 triliun per tahunnya.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK MALOY BATUTA
TRANS KALIMANTAN

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 7.1. Peta Lokasi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 7.2. Peta Wilayah Sungai KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

Tabel 7.1. Profil Umum KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Maloy Batuta Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Trans Kalimantan 2. Industri Pengolahan 17. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan 25. UU No. 39 Tahun 2009
(MBTK) Kelapa Sawit dibangun hingga 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
3. Industri Pengolahan Kayu 18. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit 26. PP No. 85 Tahun 2014
Lokasi : 4. Logistik Listrik Tenaga Uap (PLTU), beroperasi tahun 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kutai Timur, 19. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Maloy Batuta Trans Kalimantan
Kalimantan Timur Master Plan : Sistem Sekerat, beroperasi 2018
5. Jalan 20. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya yang tersedia seperti
Luas Area : 6. Industri Produk Perawatan menara telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah. Administrator :
557,34 Ha 7. Kavling Area Penunjang 27. Penetapan BPTSP &
8. Kavling Industri Berbasis Infrastruktur Wilayah : Penanaman Modal Daerah Sebagai
Badan Usaha Makanan 21. Pembangunan Pelabuhan Curah Cair Maloy Administrator KEK MBTK_no dispo
Pembangunan dan 9. Kavling Industri Biodisel 22. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Maloy Pembangunan Jalan 28. Usulan Penetapan
Pengelola : 10. Kavling Industri Lain Nasional Samarinda – Bontang – Sangatta – Maloy Administrator
PT. Maloy Batuta 11. Kavling Industri 23. Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat 29. Badan Usaha Pembangunan
Trans Kalimantan Olekimia Dasar berkapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) dan Pengelola
12. Kavling Pengelolaan 24. Pembangunan jaringan transmisi dan Gardu Induk Maloy 30 MW 30. Usulan Penetapan BU
Proyeksi Tenaga air Bersih (beroperasi 2018) Pengelola
Kerja : 13. Kavling Pengelolaan
55.700 orang Air Kotor Sekretariat Dewan Kawasan :

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

14. Kavling Sampingan 31. SK Gubernur Kaltim Tentang


15. Kavling Transisi Penunjukan Sekretariat Dewan
Power Plant Kawasan
16. Kavling Pelabuhan
CPO
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
32. Regulasi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

33. Peraturan Penyelenggaraan :

34. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

35. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta
Trans Kalimantan

36. Administrator :

37. Penetapan BPTSP & Penanaman Modal Daerah sebagai Administrator KEK MBTK

38. Usulan Penetapan Administrator

39. Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola :

40. Usulan Penetapan BU Pengelola

41. Sekretariat Dewan Kawasan :

42. SK Gubernur Kaltim Tentang Penunjukan Sekretariat Dewan Kawasan

43. Infrastruktur KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

44. Infrastruktur Kawasan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

45. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan dibangun hingga 2017

46. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
beroperasi tahun 2017

47. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Sistem Sekerat,
beroperasi 2018

48. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya yang tersedia seperti menara telekomunikasi,
gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.

49. Infrastruktur Wilayah KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan:

50. Pembangunan Pelabuhan Curah Cair Maloy

51. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Maloy Pembangunan Jalan Nasional Samarinda –


Bontang – Sangatta – Maloy

52. Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat berkapasitas 200 L/detik (720
m³/jam)

53. Pembangunan jaringan transmisi dan Gardu Induk Maloy 30 MW (beroperasi 2018)

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 7.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 7.4. Infrastruktur Wilayah KEK Maloy BatutaTrans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Proyeksi pertumbuhan penduduk di Daerah Aliran Sungai Rapak-Kaliorang sampai


Tahun 2032 seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 7.2. Proyeksi Penduduk DAS Rapak Kaliorang

PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK (Jiwa)


NO. NAMA DAS
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2022 Tahun 2032 Tahun 2035

1 Rapak Kaliorang 19.150 19.665 23.781 35.572 37.930

Sumber : Pola Rencana Pengelolaan SDA WS Karangan, 2014

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Proyeksi kebutuhan air baku untuk RKI di DAS Rapak-Kaliorang untuk Tahun 2012
sampai dengan Tahun 2032 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 7.3. Kebutuhan Air Baku Kondisi Tahun 2012 s/d Tahun 2032

KEBUTUHAN AIR BAKU (l/dt)


PENDUDUK Rumah
NO TAHUN Perkotaan Perkantoran Industri Pelabuhan Total
(Jiwa) Tangga
(l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt)
1 2012 19.665 22,76 8,19 0 0 0,08 31,03
2 2022 23.781 27,52 9,91 0 0 0,08 37,51
3 2032 35.572 41,17 14,82 0 0 0,15 56,14
4 2032 37.930 43,90 15,37 0 0 0,16 59,43
Sumber : Pola Rencana Pengelolaan SDA WS Karangan, 2014

Proyeksi kebutuhan air baku bulanan di DAS Rapak-Kaliorang untuk Tahun 2012
sampai dengan Tahun 2032, adalah seperti diuraikan pada tabel berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 7.4. Kebutuhan Air Baku Bulanan di DAS Rapak-Kaliorang Tahun 2012 s/d Tahun 2032

KEBUTUHAN AIR BAKU UNTUK IRIGASI, RKI, TAMBAK (m3/dt)

NO. TAHUN BULAN


Rata-
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Rata
1 2012 7,73 4,14 6,90 9,81 8,60 1,38 1,22 1,33 3,37 5,26 10,85 12,37 6,080

2 2022 7,76 4,17 6,92 9,83 8,62 1,41 1,24 1,36 3,39 9,29 10,87 12,39 6,438

3 2032 8,55 4,96 7,71 10,62 9,41 2,20 2,03 2,15 4,19 10,08 11,66 13,18 7,228

4 2035 8,63 5,06 7,87 10,83 9,60 2,24 2,07 2,20 4,28 10,28 11,90 13,44 7,367

Sumber : Rancangan Pola PSDA WS Karangan, 2014

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Iklim di Kabupaten Kutai Timur beriklim tropis, mempunyai 2 (dua) musim, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berjalan pada Bulan Mei
sampai dengan Bulan Oktober dan dipengaruhi oleh angin muson timur,
sedangkan pada musim hujan berjalan pada Bulan November sampai dengan
Bulan April dipengaruhi oleh angin muson barat.

Secara umum Kabupaten Kutai Timur beriklim tropis dengan suhu rata-rata
terendah sebesar 22,50 C dan tertinggi 34,700C. Kelembapan udara relatif tinggi
dengan rata-rata berkisar antara 84,0% - 89,8%.

Kabupaten Kutai Timur terletak di daerah katulistiwa, dan menurut Koppen


termasuk iklim muson dengan tipe Afa, dan menurut Ferguson merupakan tipe A,
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bulan basah terjadi lebih lama dibandingkan dengan bulan kering, umumnya bulan basah
berlangsung lebih dari 8 bulan.
2. Bulan basah berlangsung pada Bulan November-Juli dan bulan kering terjadi pada Bulan
Agustus-Oktober.

3. Data Hidrologi

Data curah hujan di DAS Karangan dan DAS Rapak-Kaliorang seperti diuraikan
pada tabel berikut :

Tabel 7.5. Curah Hujan dan Debit Andalan DAS Karangan dan DAS Rapak-Kaliorang

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
RATA-RATA HUJAN BULANAN (mm)
NO DAS LUAS km2
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 Karangan 4.182 200 162 164 177 139 143 120 96,5 133 169 216 251
Rapak-
2 1.240 180 155 124 150 101 139 131 91,2 97,3 93,3 138 202
Kaliorang
Sumber : Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Karangan, Tahun 2012

Potensi Ketersediaan Air Baku

Potensi ketersediaan air permukaan berupa debit andalan Q80 untuk DAS Karangan
dan DAS Rapak-Kaliorang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 7.6. Debit Andalan Bulanan Q80 (m3/dt)

LUAS DEBIT ANDALAN BULANAN Q80 (m3/dt)


NO DAS
(km2) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 Karangan 4.182 175 162 164 177 139 143 120 96,5 133 169 216 251
Rapak-
2 1240 8,4 0,8 0,8 7,7 3,8 0,8 1,6 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Kaliorang
Sumber : Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Karangan, Tahun 2012

Potensi sumber air baku yang ada dan telah dimanfaatkan adalah :

1. Mata Air Sekerat I

SPAM eksisting sebesar 50 l/dt dengan potensi sebesar 200 l/dt . sumber air baku
Sekerat I, saat ini digunakan untuk suplai air baku bagi masyarakat Kecamatan
Kaliorang disekitar lokasi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).

2. Mata Air Sekerat II

Dari sumber air baku yang berasal dari Mata Air Sekerat II, telah dibangun berupa
Bendung Sekerat dengan kapasitas 400 l/dt, dan direncanakan guna keperluan
suplai air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).

3. Sumber Air Dari Sumur Air Dalam

Potensi sumber air baku Selangkau, merupakan sumber air baku yang berasal dari
sumur air dalam dengan potensi sebesar 100-500 l/dtk.

4. Potensi Waduk/Bendungan

Di Daerah Aliran sungai Karangan dan Rapak-Kaliorang, terdapat Potensi


Waduk/Bendungan, yang salah satunya akan berfungi sebagai suplai air baku bagi
Kabupaten Kutai Timur. Potensi Waduk/Bendungan tersebut dapat disajikan pada
tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 7.7. Potensi Waduk/Bendungan Pada KEK MBTK
VOLUME
KAPASITAS WADUK/ PERKIRAAN UMUR
NAMA WADUK/ SEDIMENT/DEAD
DAS BENDUNGAN WADUK
NO BENDUNGAN STORAGE
(1.000 m3) (Tahun)
(1.000 m3)

1 Karangan Karangan Dalam 1992,69 54355,8 54,6

Rapak-
2 Rapak 695,42 18,333,3 52,7
Kaliorang

Sumber : Pola WS Karangan, Tahun 2014

Lokasi sumber air baku sekerat I dan Sekerat II, disajikan pada gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 15
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 7.5. Peta Skema Rencana Sistem PenyediaanAir Baku Di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Pengoperasian KEK MBTK sangat membutuhkan ketersediaan air baku untuk


keperluan proses industri, air umpan boiler, air pendingin dan air baku untuk
keperluan domestik dilokasi KEK MBTK.

Mengacu pada standar Peraturan Menperin No.35 Tahun 2010 (sebesar 0,75
ltr/dtk/hari), kebutuhan air dalam kawasan industri KEK MBTK sebesar 472 ltr/dtk
(laporan F.S Perencanaan KIPI Maloy, Bappeda Prov. Kalimantan Timur). Dengan
ketentuan tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui BAPPEDA Provinsi,
telah menetapkan kebutuhan air di KEK MBTK sebesar 472 ltr/dtk. Saat ini guna
memenuhi kebutuhan untuk KEK MBTK, telah dibangun sistem penyediaan air baku
dari Mata Air Sekerat dengan kapasitas 200 ltr/dtk.

Pelayanan pengelolaan air minum di Kabupaten Kutai timur terdiri dari 18 wilayah
kecamatan, 134 desa dan 1 kelurahan dengan ibukota kabupaten yang berkedudukan
di Kota Sangata.

Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Kutai Timur terdiri dari :

1. Peningkatan dan pengembangan pelayanan diseluruh Instalasi Pengolahan Air Minum


(IPAM);
2. Peningkatan dan pengembangan pelayanan jaringan perpipaan di pusat-pusat kegiatan
lokal; dan
3. Rencana sistem non perpipaan air minum tersebar di seluruh desa.
Instalasi pepengolahan air bersih yang ada di Kabupaten Kutai timur, seperti diuraikan
pada tabel berikut :

Tabel 7.8. Instalasi Pengolahan Air Bersih Kabupaten Kutai Timur

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAPASITAS
KAPASITAS PRODUKSI
NO IPA TERPASANG
(ltr/dtk) (ltr/dtk)
1 Kecamatan Sangatta 250 167
2 Kecamatan Bengalon 20 8
3 Kecamatan Teluk Pomdan 6 5
4 Kecamatan Ma Bengkal 6 5
5 Kecamatan Ma Ancalong 15 7
6 Kecamatan Batu Ampar 7 5
7 Kecamatan Long Mesangat 10 5
8 Kecamatan Rantau Pulung 5 5
9 Kecamatan Kongbeng 5 5
10 Kecamatan Ma Wahan 17 15
11 Kecamatan Karangan 5 4
12 Kecamatan Telen 10 10
13 Kecamatan Busang 10 8
14 Kecamatan Kaubun 5 3
TOTAL 371 252

Lokasi KEK MBTK berada di Kecamatan Kaliorang. Dari data instalasi pengolahan air
bersih di Kabupaten Kutai Timur, lokasi KEK MBTK tidak termasuk daerah layanan air
bersih oleh PDAM.

Dalam rencana pengembangan sumber daya air di DAS Karangan Dalam, yang
merupakan bendungan serbaguna guna keperluan pengembangan irigasi melalui
Bendung Regulator Baii untuk pengembangan Irigasi S. Rapak dan S. Kaliorang, air
baku untuk KEK MBTK, Tanjung Bolok dan Perkotaan. Skematik Rencana
Pengembangan SDA di Sub wilayah Pengelolaan Karangan-Rapak-Kaliorang. Seperti
disajikan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 7.6. Skematik Rencana Pengembangan SDA di Sub Wilayah Pengembangan Karangan-Rapak-
Kaliorang

Gambaran Neraca Air

Kebutuhan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan sebesar 472 ltr/dtk
tersebut akan dilayani melalui sistem penyediaan air baku dari Mata Air Sekerat II
dengan kapasitas sebesar 400 ltr/dtk.

Kekurangan air baku sebesar ± 100 l/dt, dapat diperoleh dari sumber air baku Mata Air
Sekerat I. sumber air baku Sekerat I dengan kapasitas 200 ltr/dtk, baru dimanfaatkan
sebesar 50 ltr/dtk untuk keperluan masyarakat Kabupaten Kalimantan Timur di sekitar
lokasi KEK MBTK, dan masih ada sekitar ± 150 ltr/dtk yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan air baku KEK MBTK. Sumber air baku lainnya dapat berasal dari rencana
Bendungan/Waduk Karangan Dalam, yang dalam salah satu manfaatnya adalah untuk
direncanakan sebagai suplai air baku bagi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan.

Gambaran Neraca Air di DAS Rapak Kaliorang seperti diuraikan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
m3/dtk

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
Aliran
Pemeliharaan

Irigasi

RKI

Qrata-rata

Q80 (m3/dtk) 8,40 0,80 0,80 7,70 3,80 0,80 1,60 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80

Gambar 7.7. Gambaran Neraca Air di DAS Rapak Kaliorang

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana sistem penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
direncanakan akan disuplai dari Mata Air Sekerat II dengan kapasitas sebesar 400
ltr/dtk. Kebutuhan air KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan nantinya adalah sebesar
472 ltr/dtk dan kekurangan air sebesar ±100 ltr/dtk akan diambil dari mata air Sekerat
I karena lokasi nya berdekatan dengan mata air Sekerat II. Saat ini sumber air baku
yang berasal dari Mata Air Sekerat I telah dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten
Kalimantan Timur di sekitar KEK sebesar 50 ltr/dtk dan masih ada potensi sebesar
±150 ltr/dtk.

Pengambilan air baku dari Mata Air Sekerat II dilakukan dengan membangun
Bangunan Pengambilan Bebas (Free Intake) dan dilengkapi dengan system jaringan
pipa transmisi. Skema Sistem Penyediaan Air Baku untuk KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan disajikan pada gambar sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 7.8. Rencana Sistem Penyediaan Air Baku di KEK MBTK
DRAFT LAPORAN AKHIR 21
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Daerah Pelayanan

Rencana daerah pelayanan untuk Maloy Batuta Trans Kalimantan Tahap I direncanakan akan mengambil dari sumber Mata Air Sekerat II,
melalui Bangunan Pengambilan Bebas (Free Intake) di lokasi hilir Mata Air Sekerat II. Dari lokasi banguna pengambilan, kemudian air baku
disalurkan menggunakan pipa tansmisi sepanjang ±24,2 km.

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 7.9. Rencana Daerah Pelayanan Sistem Pemberian Air Baku Untuk KEK MBTK

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

1. Dasar Hukum

Dalam rangka mempercepat pembagungan perekonomian di Provinsi


Kalimantan Timur serta menunjang percepatan pembangunan ekonomi
nasional, maka diperlukan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di
Wilayah Maloy. Pemilihan Wilayah Maloy sendiri didasari oleh keunggulan
dan potensi secara geoekonomi serta geostrategis yang dimiliki wilayah
tersebut. Penjelasan mengenai KEK Maloy diipaparkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Maloy.

Secara geoekonomi, wilayah Kutai Timur kaya akan sumber daya alam seperti
kelapa sawit, minyak, gas, mineral, dan batu bara. Selain itu, Wilayah Kutai
Timur juga terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia II yang merupakan
jalur interkoneksitas Kalimantan dan Sulawesi (Jalur Regional Lintas Trans
Kalimantan) yang bagian dari lintasan laut perdagangan internasional. Secara
geostrategis, wilayah Kutai Timur dipersiapkan sebagai pusat pengolahan
kelapa sawit dan produk turunannya, industri mineral, batu bara, gas, dan
pariwisata. Selain itu juga, akan dibangun pelabuhan internasional serta
peningkatan jalan akses untuk mendukung kelancaran penyediaan bahan
baku serta distribusi hasil industri Kutai Timur.

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Kajian Pengembangan Model Investasi Wilayah RKP 2016

Gambar 7.10. Peta Lokasi Untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

Berdasarkan potensi dan keunggulan tersebut, PT Maloy Batuta Trans


Kalimantan mengusulkan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy.
Pengusulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy ini telah
mendapat persetujuan dari Kebupaten Kutai Timur dan diajukan oleh
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Dewan Nasional Kawasan
Ekonomi Khusus. KEK Maloy yang terletak di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten
Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, memiliki luas 557,34 Ha. KEK Maloy
terdiri dari 3 zona yaitu zona industri, zona logistik, dan zona pengolahan
ekspor. Segala macam pembangunan, pengelolaan, dan evaluasi pengelolaan
KEK Maloy dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang ada.

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pada RPJMN 2015-2019, tema pembangunan wilayah Pulau Kalimantan
adalah mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan
meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung dan
hutan produksi, serta mengembangkan sistem bencana alam banjir dan
kebakaran hutan; lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirasi
komoditas batu bara, termasuk pengembangan energi baru terbarukan
berbasis biomassa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA
masing-masing provinsi; pengembangan industri berbasis komoditas kelapa
sawit, karet bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa;
serta menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.

2. Kebijakan Pendukung

Pada dokumen MP3EI, disebutkan terdapat 4 pusat kegiatan ekonomi Pulau


Kalimantan yakni Pontianak (Kalimantan Barat), Palangkaraya (Kalimantan
Tengah), Banjarmasin (Kalimantan Selatan) dan Samarinda (Kalimantan
Timur). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan dan RTRW
provinsi-provinsi di Kalimantan keempat lokasi tersebut merupakan Pusat
Kegiatan Nasional. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara kebijakan
MP3EI dengan Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 7.9. Perbandingan Dokumen MP3EI dan RTR Pulau Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
INDIKATOR
MP3EI RTR PULAU KALIMANTAN
PEMBANDING
Pusat Pertumbuhan Pusat Kegiatan Ekonomi Pusat Kegiatan Nasional Pontianak, Palangkaraya,
Ekonomi koridor Kalimantan Banjarmasin, Samarinda, dan Balikpapan
;Pontianak, Palangkaraya,
Banjarmasin dan
Samarinda

Strategi Pengembangan Koridor Kalimantan Kelestarian kawasan konservasi dan kawasan lindung
Wilayah sebagai Pusat Produksi
dan Pengolahan Hasil Lumbung energi nasional
Tambang dan Lumbung Pusat pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas
Energi Nasional bumi,
Pusat perkebunan kelapa sawit, karet dan hasil hutan
secara berkelanjutan
Pusat pengembangan perkotaan pesisir
Pengembangan kawasan ekowisata, dan lumbung
pangan nasional.
Infrastruktur Pemenuhan kebutuhan Jalur transportasi darat (jalan nasional dan transportasi
infrastruktur dalam nasional), transportasi laut (tatanan kepelabuhan dan
rangka peningkatan alur pelayaran) dan transportasi udara (tatanan
konektivitas untuk kebendaraudaraan dan ruang untuk penerbangan) serta
mendukung jaringan energi nasional
pengembangan kegiatan
ekonomi utama
migas,pertambangan,
kehutanan dan
perkebunan
Kawasan Andalan Industri Pengolahan Migas Kawasan andalan pertanian untuk ketahanan pangan;
(Balikpapan, Blok Delta kawasan andalan perkotaan nasional; Kawasan Andalan
Mahakam, Rapak, dan Laut Pontianak dan Sekitarnya, Kawasan Andalan
Ganal), Pertambangan Pontianak dan Sekitarnya, PKW Sambas dan PKW
Batu Bara (Bontang, Kutai Singkawang sebagai pusat pengembangan Kawasan
Timur, Balikpapan, Andalan Singkawang dan Sekitarnya; Kawasan; Andalan
Kalimantan Selatan dan Sanggau; Kawasan Andalan Kandangan dan
Kalimantan Barat), Sekitarnya;Kawasan Andalan Kuala Kapuas;
Perkebunan Kelapa Sawit
(Kutai Timur, Kalimantan
Selatan, Barito,
Kotawaringin, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan
Barat), serta
Pertambangan dan
Pengolahan Bauksit
(Kabupaten Kutai Timur

Sumber : Kajian Pengembangan Model Investasi Wilayah RKP 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Di dalam MP3EI, strategi Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan akan
dijadikan Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi
Nasional. Berdasarkan dokumen RTR Pulau Kalimantan, diketahui bahwa
tujuan dari penataan ruang Wilayah Pulau Kalimantan adalah untuk
mewujudkan kelestarian kawasan konservasi dan kawasan lindung; lumbung
energi nasional; pusat pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas
bumi, pusat perkebunan kelapa sawit, karet dan hasil hutan secara
berkelanjutan; pusat pengembangan perkotaan pesisir; pengembangan
kawasan ekowisata, dan lumbung pangan nasional.

Tabel 7.10. Analisa Kawasan Strategis

ANALISA LAND
KAWASAN USE DAN
LOKASI SEKTOR UTAMA KETERANGAN
STRATEGIS FUNGSI
KAWASAN

KEK Maloy Kabupaten Hutan, Industri 1. Perlunya koordinasi dukungan infrastruktur


Batuta Trans Kutai Timur, Perkebunan Kelapa Sawit, wilayah, yaitu peningkatan jalan dan
Kalimantan Kalimantan Kelapa Sawit logistik dan pengembangan pelabuhan CPO Maloy
Timur dan guna Pengolahan beserta penyediaan sarana kapal angkut
lahan lainnya Ekspor untuk menjamin ketersediaan bahan baku
kegiatan produksi serta mendorong orientasi
ekspor kegiatan industry (logistik)

2. Perlunya fasilitasi Pembentukan Dewan


Kawasan, Sekretariat Dewan Kawasan, dan
Administrator

3. Perlunya koordinasi Pelimpahan


Kewenangan dalam bidang penanaman
modal (BKPM) dan perdagangan
(Kementerian Perdagangan) setelah
terbentuknya Administrator

Sumber : Kajian Pengembangan Model Investasi Wilayah RKP 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Berdasarkan RPJMN, RTR Pulau Kalimantan, dan RTRW Provinsi Kalimantan
Timur, pengembangan KEK Maloy sudah sejalan dengan pembangunan
daerah, yaitu pengarahan sebagai pusat perkebunan kelapa sawit, karet dan
hasil hutan secara berkelanjutan. Pembangunan KEK Maloy sendiri sudah
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014. Hanya saja, di
dalam peraturan tersebut belum dijelaskan mengenai ketentuan teknis dari
pembangunan kawasan berbasis industri seperti yang diarahkan untuk
dikembangkan di KEK Maloy.

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Kalimantan dilakukan dengan


memanfaatkan potensi perkebunan kelapa sawit di seluruh kalimantan,
sehingga masih dibutuhkan dukungan infrastruktur penghubung kawasan
dengan seluruh simpul produksi kelapa sawit di Kalimantan. Disamping itu,
dari segi kesesuaian guna lahan, berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan
Timur, diketahui bahwa lokasi KEK sudah ditetapkan sebagai kawasan
budidaya (bukan kawasan lindung) sehingga pemanfaatan terutama untuk
kegiatan industri sesuai dengan rencana tata ruang.

KEK Maloy diarahkan untuk melakukan pengembangan kawasan industri.


Adapun arahan mengenai kawasan industri sudah tercantum dalam Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian. Pada UU tersebut
disebutkan bahwa pembangunan nasional di bidang ekonomi dilaksanakan
dalam rangka menciptakan struktur ekonomi yang kokoh melalui
pembangunan industri yang maju sebagai motor penggerak ekonomi yang
didukung oleh kekuatan dan kemampuan sumber daya yang tangguh.
Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur
industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan menggunakan
sumber daya secara optimal dan efisien, serta mendorong perkembangan
industri ke seluruh wilayah Indonesia dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada
kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan
mengutamakan kepentingan nasional.

4. Master Plan KEK

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 7.11. Master Plan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan industri merupakan termpat beraglomerasinya kegiatan industri dngnan
berbagai karakteristik yang berbeda, dalam arti kebutuhan utilitas, tingkat/jenis
polutan maupun skala produksi, dan untuk tercapainya efisiensi dan efektifitas
dalam penyediaan infrastruktur dan utilitas, serta tercapai efisiensi dalam biaya
pemeliharaan serta tidak saling mengganggu antar industri yang saling
kontradiktif sifat-sifat polutannya, maka diperlukan penerapan sistem zoning
dalam perencanaan bloknya.

1. Zonasi 1: Merupakan wilayah Pelabuhan Maloy eksisting, yang saat ini telah beroperasi,
namun hanya dapat melayani kapal dengan kapasitas 5.000 DWT saja, sehingga memerlukan
pengembangan.

2. Zonasi 2: Zona atau kawasan ini adalah kawasan yang disediakan untuk melakukan kegiatan
CPO. Pelabuhan CPO akan dibangun sebagai salah satu pelabuhan internasional yang
melayani kapasitas CPO Internasional keluar dan dalam negeri. Zona ini diharapkan mampu
membangkitkan perekonomian kabupaten Kutai Timur dan Kalimantan Timur umumnya.
Perkembangan perekonomian ini juga akan di dukung oleh pelabuhan cargo dan container
sebagai pelabuhan yang melayani pengiriman barang dari produk yang di hasilkan dari
pengolahan CPO.

3. Zonasi 3: Pelabuhan cargo dan container merupakan pelabuhan yang dibangun untuk
mendukung kemudahan aktivitas pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada produksi
hasil turunan dari kelapa sawit khususnya dan hasil pertanian/perkebunan. Pelabuhan ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi industri dalam pengiriman produk pengolahan
turunan CPO seperti sabun, alat kosmetik, dan lain-lain. Shipping yang ada di dermaga ini
meliputi daerah di dalam negeri dan keluar negeri.

4. Zonasi 4: Pada zona ini akan dibangun pelabuhan batubara yang terhubung dengan Pulau
Miang Besar.

5. Zonasi 5: Merupakan pelabuhan perikanan di wilayah Bual-Bual. Saat ini, kondisi jaringan
jalan yang merupakan aksesibilitas utama kawasan adalah ajaln provinsi. Jalan ini
menghubungkan KEK Maloy dengan Pelabuhan Bongkar Muat, Kecamatan Sangkulirang,
Kecamatan Bengalon-Samarinda, dan Kawasan Terpadu Mandiri. Sepanjang jalan
penghubung ini masih berupa semak belukar dan perkebunan. Kondisi jalan sendiri relatif
baik.Selain itu terdapat beberapa pelabuhan yang sudah melayani kebutuhan masyarakat
yang ada. Pelabuhan Industri memiliki kapasitas kapal 1500 DWT yang merupakan
pelabuhan bongkar muat material, pupuk dan kayu. Kapal yang datang ke pelabuhan ini
berasal dari Sulawesi, Gresik, dan Surabaya dengan rata-rata kedatangan 10 kapal/hari.
Pelabuhan ini dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi.

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Kajian Pengembangan Model Investasi Wilayah RKP 2016

Gambar 7.12. Peta Zonasi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

Pelabuhan lainnya adalaah Pelabuhan TNI AL yang dikelola langsung oleh TNI
Angkatan Laut. Selain itu terdapat Pelabuhan Swasta yang masih dalam proses
pembangunan untuk bongkar muat CPO. Pelabuhan ini sedang dalam proses
pembangunan tangki timbun yang saat ini sudah ada jaringan pupa dari tangki
timbun ke pelabuhan. Disamping itu, terdapat juga dermaga rakyat yang
digunakan sebagai alat transportasi warga antar kecamatan.

Untuk menunjang pembangunan KEK Maloy, akan dibangun beberapa


infrastruktur dasar di sekitar kawasan KEK yang ditargetkan akan mulai dibangun
pada tahun 2016. Adapun pembangunan tersebut antara lain Pembangunan
Pelabuhan Internasional Maloy; Pembangunan Jalan Akses & Jalan dalam Kawasan
Industri Maloy; Pengembangan Distribusi Air Baku Sistem Sekerat; Pembangunan
Bendungan Kaliorang, Kutai Timur; Rel Kereta Api Muara Wahau - Lubuk Tutung;
Pembangunan

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Jalan Sangkulirang-Talisayan-Guntur-Tg. Redeb; Pembangunan Jembatan Tullur Aji
Jejangkat; Pembangunan infrastruktur pelabuhan sebagai pendukung Intergrated
Mining Development MEC Coal Project; serta Pembangunan SPAM Maloy.

Sumber : Kajian Pengembangan Model Investasi Wilayah RKP 2016

Gambar 7.13. Kondisi Eksisting Aksesibilitas KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan

6. Tahapan Pengembangan

Tahapan pengembangan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, dapat diuraikan


sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Progres Pembangunan KEK MBTK oleh Gubernur Kaltim, 2017

Gambar 7.14. Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan Economic Zone (MBTKEZ)

Sumber : Progres Pembangunan KEK MBTK oleh Gubernur Kaltim, 2017

Gambar 7.15. Peta Situasi KEK MBTK

Status Pengembangan Kawasan

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Progres RTRW Provinsi Kalimantan Timur

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 telah
ditetapkan melalui Perda No.1 Tahun 2016 pada tanggal 15 Februari 2016.

Tabel 7.11. Realisasi Pembebasan Lahan KEK MBTK

Luas KEK MBTK 557,34 Ha


NO TAHUN SUMBER DANA NILAI REALISASI KETERANGAN
1 2011 APBD Provinsi TA. 2011 Rp7.000.000.000 Bankeu
2 2012 APBD Provinsi TA. 2012 Rp15.000.000.000 Bankeu
3 2012 APBD Provinsi TA. 2012 Rp3.000.000.000 Belanja
4 2012 APBD Provinsi TA. 2012 Rp38.419.217.000 Bankeu
TOTAL Rp63.419.217.000
Proses Pelaksanaan oleh Dinas PLTR Kabupaten Kutai Timur
Sumber : Progres Pembangunan KEK MBTK oleh Gubernur Kaltim, 2017

2. Investasi Pemerintah

Investasi Pemerintah yang telah direalisasikan sampai dengan tahun 2017 dalam
mendukung KEK MBTK diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 7.12. Investasi Pemerintah Yang Telah Direalisasikan Sampai Dengan Tahun 2017

REALISASI INVESTASI (Rp. Juta)


NO URAIAN TOTAL
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber Dana
APBD
1 Pembebasan
7.000 56.419 - - - - - 63.419
Lahan
2 Pembangunan
Sistem Distribusi - - 4.780 7.270 14.900 50.000 33.585 110.625
Air Baku Sekerat
3 Pembangunan
- - - 10.000 12.000 45.000 30.837 97.837
SPAM Maloy
4 Pembangunan
Jalan Dalam - 100.000 30.000 90.000 35.000 45.000 4.028 404.208
Kawasan Maloy
5 Pembangunan
Pelabuhan - 8.800 30.000 20.000 21.822 6.473 12.031 121.127
Internasional
6 Pembebasan
Lahan
Pembangunan - - - 13.000 18.000 - - 181.000
Tangki Timbun
CPO
Jumlah Investasi
7.000 165.219 64.780 140.270 151.812 146.473 80.661 978.217
APBD
Sumber Dana
APBN
1 Pembangunan
Pelabuhan
- - 38.000 - 125.000 - - 163.000
Internasional
Maloy Sisi Laut
2 Pembangunan
Ruas Jalan Sp.
Perdau - Muara
5.797 61.704 103.753 125.888 37.948 39.564 72.506 751.034
Lembak -
Sangkulirang -
Pelabuhan Maloy
3 Pembangunan
Jalan Akses - 258.000 - 150.000 117.520 43.000 - 568.520
Pelabuhan Maloy
Jumlah Investasi
5.797 319.704 141.753 275.888 280.468 82.564 72.506 1.482.554
APBN
Jumlah Total
12.797 484.923 206.533 416.158 432.280 229.037 153.167 2.460.771
Investasi

Jumlah Investasi APBD sebesar = Rp978.217.278.110

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
REALISASI INVESTASI (Rp. Juta)
NO URAIAN TOTAL
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Investasi APBN sebesar = Rp1.482.554.060.003
Total Investasi sebesar = Rp2.460.771.338.143

Sumber : Progres Pembangunan KEK MBTK oleh Gubernur Kaltim, 2017

3. Progres Infrastruktur Air Baku

1. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Sekerat Untuk Mendukung KEK MBTK

Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Sekerat dibangung untuk memenuhi


kebutuhan air baku Maloy dan masyarakat sekitarnya. Pembangunan Jaringan
Pipa Transmisi Sekerat dilaksanakan melaui MYC 2016-2018 dengan alokasi
dana sebesar Rp. 156,38 Milyar.

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : FGD Pengembangan KEK MBTK Pemprov Kalitim, 2017

Gambar 7.16. Pipa Transmisi Air Baku Sekerat Untuk Mendukung KEK MBTK

2. Realisasi Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Sekerat

Progres telah terbangun :

1. Jalan akses sepanjang 575 meter, perkuatan tebing Mata Air Sekerat dan Free Intake di
Sungai Sekerat serta pengadaan Pipa HDPE sebanyak 1.611 pipa

2. Lanjutan pemasangan Pipa HDPE diameter 560 mm sebanyak 1.411 pipa di MAloy, 200 pipa
di Sekerat dengan progress fisik mencapai 24,035% (Status 31 Januari 2017)

3. Pembangunan Jaringan Pipa ini ditargetkan tuntas pada tahun 2018

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : FGD Pengembangan KEK MBTK Pemprov Kalitim, 2017

Gambar 7.17. Realisasi Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Sekerat

4. Realisasi Pembangunan SPAM KEK MBTK

Progres telah terbangun :

5. Rumah Pos Jaga, Bangunan Genset dan Gardu PLn

6. Bangunan Reservoir 5.000 m3 dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) 200 ltr/detik dengan
progress sampai Januari 2017 mencapai 30,32%

7. Ditargetkan tuntas tahun 2018

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : FGD Pengembangan KEK MBTK Pemprov Kalitim, 2017

Gambar 7.18. Realisasi Pembangunan SPAM KEK MBTK

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Rencana penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan telah
direncanakan pembangunannya sejak tahun 2013 dan direncanakan selesai pada

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
tahun 2017. Tetapi dalam realisasinya rencana pembangunannya akan diselesaikan
pada tahun 2018.

Adapun jadwal pelaksanaan sistem penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan dan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut :

Tabel 7.13. Jadwal Pelaksanaa Sistem Penyediaan Air Baku Untuk KEK MBTK Dan Daerah Sekitarnya
RENCANA JADW AL PELAK SANAAN
NO. URAIAN K ET
2013 2914 2015 2016 2017 2018
Pembangunan Sistem Distribusi Air Baku
1
Sekerat

2 Pembangunan SPAM Maloy

JUMLAH

Keterangan : Rencana
Revisi

Perkiraan Biaya

Tabel 7.14. Biaya Investasi KEK MBTK


REALISASI INVESTASI (Rp. Juta)
NO. URAIAN
2013 2914 2015 2016 2017 2018 TOTAL
1 Pembangunan
Sistem Distribusi 4.780 7.270 14.900 50.000 33.585 72.795 183.330
Air Baku Sekerat
2 Pembangunan
10.000 12.000 45.000 30.837 107.163 205.000
SPAM Maloy
JUMLAH 4.780 17.270 26.900 95.000 64.422 179.958 388.330

Target Pembangunan selesai Tahun 2018, dengan kontrak sistem Tahun Jamak (MYC)
Jumlah Investasi APBD : Rp. 978.217.278.110
Jumlah Investasi APBN : Rp. 1.482.554.060.003
Total Investasi : Rp. 2.460.771.338.113
*Sumber : Gubernur Kalimantan Timur (2017)

Biaya investasi termasuk biaya keseluruhan untuk :

1. Pembebasan Lahan

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pembangunan SPAM dan Sistem Distribusi Air Baku Sekerat

3. Pembangunan Jalan

4. Pembangunan Pelabuhan

Pembangunan jaringan pipa transmisi sekerat dilaksanakan melalui kontrak tahun


jamak (MYC) 2016-2018, dengan alokasi dana sebesar Rp. 156,38 Milyar.
Pembangunan SPAM Maloy dilaksanakan melalui MYC 2016-2018 dengan alokasi dana
sebesar Rp. 183 Milyar.

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB VIII

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

KEK Mandalika berlokasi di Kecamatan Pujut,Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi


Nusa Tenggara Barat. Seperti yang disajikan dalan gambar peta lokasi KEK Mandalika
berada di Daerah Aliran Sungai :

No. 110 DAS Bangkit Lamin, dengan luas DAS : 10,970 km2

No. 111 DAS Balak, dengan luas DAS : 25,034 km2

No. 112 DAS Ngolang, dengan luas DAS : 14,439 km2

No. 113 DAS Tebelo, dengan luas DAS : 15, 607 km2

Total DAS : 66,050 km2

KEK Mandalika berada pada Wilayah Sungai Lombok, sesuai dengan Peraturan
Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
Wilayah Sungai Lombok merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional dan
pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

Profil Umum

1. Profil KEK Mandalika

Terletak di bagian Selatan Pulau Lombok, KEK Mandalika ditetapkan melalui


Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata.
Dengan luas area sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera Hindia, KEK
Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang sangat potensial.

KEK Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut
yang memukau. Mandalika berasal dari nama seorang tokoh legenda, yaitu Putri
Mandalika yang dikenal dengan parasnya yang cantik. Setiap tahunnya,
masyarakat Lombok Tengah merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual mencari
cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
merupakan budaya yang unik dan menarik wisatawan baik lokal maupun
internasional.

Berdasarkan potensi dan keunggulan yang ada, PT Pengembangan Pariwisata


Indonesia (Persero) yang telah mengembangkan Nusa Dua Bali mengusulkan
pembentukan KEK Mandalika. Sebagai destinasi wisata bahari dan wisata budaya
dengan panorama yang eksotis dan berdekatan dengan Pulau Dewata, KEK
Mandalika diperkirakan akan menarik kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara
per tahun pada 2019. KEK Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata
berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik
wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan
hidup yang ada di masyarakat.

KEK Mandalika adalah KEK yang paling menarik bagi para investor saat ini dan
diharapkan menjadi destinasi wisata kelas dunia.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK MANDALIKA

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 8.1. Peta Lokasi KEK Mandalika

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.2. Peta Wilayah Sungai KEK Mandalika

Tabel 8.1. Profil Umum KEK Mandalika

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Mandalika Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Pariwisata (Hotel, Resort, 15. Telah terbangun jalan dalam kawasan sepanjang 4 km 24. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : MICE) 16. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas seperti gedung Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lombok Tengah, perkantoran, jalan kawasan, dan lainnya. 25. PP No. 52 Tahun 2014
Nusa Tenggara Master Plan : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Barat 2. Kuta Transportation Hub Infrastruktur Wilayah : Mandalika
3. The Gateway 17. Bandara Internasional Lombok
Luas Area : 4. Quiet Gateaway 18. Telah tersedia Instalasi Pengolahan Air Bersih Batu Jai Praya 200 Administrator :
1.035,67 Ha 5. The Culture Village L/detik 26. Keputusan Bupati Lombok
6. Family Zone 19. Telah terbangun Pelabuhan Lembar berjarak 46 km Tengah No 512 Tahun 2014
Badan Usaha 7. The Hils Tops 20. Jalan Strategis Nasional Rencana Penunjak-Kuta sepanjang 18,2 km Penetapan Badan Penanaman Modal
Pembangunan dan 8. Golf Zone 21. Telah terbangun Bandara Internasional Lombok berjarak 18 km & Pelayanan Perizinan Terpadu
Pengelola : 9. The Heart 22. Rencana Pembangunan Bendungan Mujur berjarak 21 km Lombok Tengah sebagai
PT. Indonesia 10. Eco Zone 23. Telah tersedia Gardu Induk Kuta 150 Kv Administrator KEK
Tourism 11. Agro Zone
Development 12. The Luxury Enclave
Corporation (ITDC) 13. Concervative
Quarter

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

Proyeksi Tenaga 14. Seaside Town


Kerja :
58.700 orang
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
27. Regulasi KEK Mandalika

28. Peraturan Penyelenggaraan :

29. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

30. Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika

31. Administrator :

32. Penetapan Badan Penanaman Modal & Pelayanan Perizinan Terpadu Lombok Tengah
sebagai Administrator KEK

33. Infrastruktur KEK Mandalika

34. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Mandalika :

35. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih dengan teknologi Sea Water Reverse Osmosis

36. Telah terbangun jalan dalam kawasan sepanjang 4 km

37. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas seperti gedung perkantoran, jalan kawasan, dan
lainnya.

38. Infrastruktur Wilayah KEK Mandalika :

39. Bandara Internasional Lombok

40. Telah tersedia Instalasi Pengolahan Air Bersih Batu Jai Praya 200 L/detik

41. Telah terbangun Pelabuhan Lembar berjarak 46 km

42. Jalan Strategis Nasional Rencana Penunjak-Kuta sepanjang 18,2 km

43. Telah terbangun Bandara Internasional Lombok berjarak 18 km

44. Rencana Pembangunan Bendungan Mujur berjarak 21 km

45. Telah tersedia Gardu Induk Kuta 150 Kv

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 8.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Mandalika

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 8.4. Infrastruktur Wilayah KEK Mandalika

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Secara administratif wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah, Kecamatan Pujut
dan termasuk dalam desa Kuta, Sukadana, Mertak dan Teruwai.

Proyeksi pertumbuhan penduduk dihitung dengan metode Geometrik. Berdasarkan hasil pendataan jumlah penduduk 5 tahun terakhir oleh
Badan Pusat Statistik dan mengikuti trend laju pertumbuhan 5 tahun terakhir, berikut adalah hasil proyeksinya :

Tabel 8.2. Proyeksi Jumlah Peduduk Kabupaten Lombok Tengah

NO KECAMATAN 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 Praya Barat 75.168 75.955 77.067 78.139 79.002 79.887 80.773 81.847 82.827 83.858 84.871 85.908 87.168 88.318

2 Praya Barat Daya 55.333 55.801 56.461 57.096 57.671 58.235 58.812 59.510 60.147 60.815 61.471 62.142 62.956 63.698

3 Pujut 104.606 105.635 106.882 108.080 109.176 110.249 111.346 112.675 113.885 115.158 116.406 117.683 119.232 120.644

4 Praya Timur 67.250 67.736 68.569 69.370 70.001 70.619 71.251 72.015 72.710 73.440 74.155 74.885 75.771 76.577

5 Janapria 79.296 77.014 77.883 78.719 79.602 80.469 81.355 82.431 83.412 84.444 85.457 86.495 87.756 88.907

6 Kopang 80.508 81.095 81.805 82.485 83.135 83.769 84.417 84.452 84.484 84.517 84.550 84.582 84.622 84.657

7 Praya 112.984 114.232 115.746 117.204 118.601 119.973 121.377 123.082 124.637 126.276 127.886 129.536 131.542 133.376

8 Praya Tengah 64.979 65.635 66.431 67.197 67.930 68.649 69.384 70.276 71.088 71.943 72.783 73.642 74.686 75.638

9 Jonggat 95.475 96.164 96.998 97.796 98.639 99.463 100.304 101.322 102.248 103.219 104.170 105.142 106.318 107.389

10 Pringgarata 69.990 70.860 71.917 72.937 74.019 75.084 76.177 77.508 78.727 80.015 81.284 82.589 84.181 85.640

11 Batukliang 76.345 76.945 77.671 78.366 79.031 79.681 80.345 81.147 81.877 82.643 83.393 84.158 85.085 85.929

12 Batukliang Utara 51.918 52.531 53.275 53.992 54.680 55.356 56.049 56.890 57.659 58.469 59.266 60.083 61.078 61.988

JUMLAH 933.852 939.603 950.705 961.381 971.487 981.434 991.590 1.003.155 1.013.701 1.024.797 1.035.692 1.046.845 1.060.395 1.072.761

Sumber : Analisis Perhitungan

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Kebutuhan Air Baku

1. Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik ditentukan berdasarkan jumlah penduduk. Dengan menggunakan pedoman dan standar yang ada berikut adalah
hasil perhitungan kebutuhan air domestik berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Pujut.

Tabel 8.3. Kebutuhan Air Domestik Kecamatan Pujut

NO PROYEKSI PENDDUDUK
URAIAN SATUAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

A Pelayanan Publik

1 Jumlah Penduduk Eksisting Tahun 2015 (Sumber BPS 2016) 102.659 Jiwa

2 Jumlah Penduduk Jiwa 103.679 104.606 105.635 106.882 108.080 109.176 110.249 111.346 112.675 113.885 115.158 116.406 17.683 119.232 120.644

3 Cakupan Pelayanan % 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%

4 Penduduk Terlayani Jiwa 93.311 94.145 95.071 96.194 97.272 98.258 99.224 100.211 101.407 102.497 103.642 104.765 105.915 107.309 108.580

B Domestik

1 % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%

Jiwa 74.649 75.316 76.057 76.955 777.818 78.606 79.379 80.169 81.126 81.998 82.914 83.812 84.732 85.847 86.864

Unit 14.930 15.063 15.211 15.391 15.564 15.721 15.876 16.034 16.225 16.400 16.583 16.762 16.946 17.169 17.373

Jiwa/SR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ltr/org/hr 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

ltr/dtk 103,68 104,61 105,63 106,88 108,08 109,18 110,25 111,35 112,67 113,89 115,16 116,41 117,68 119,23 120,64

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO PROYEKSI PENDDUDUK
URAIAN SATUAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

2 Hidran Umum

% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%

Jiwa 18.662 18.829 19.014 19.239 18.454 19.652 19.845 20.042 20.281 20.499 20.728 20.953 21.183 21.462 21.716

Unit 187 188 190 192 195 197 198 200 203 205 207 210 212 215 217

Jiwa/SR 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

ltr/org/hr 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

ltr/dtk 9
Total Kebutuhan
3 ltr/dtk 112,32 113,32 114,44 115,79 117,09 118,27 119,44 120,62 122,06 123,38 124,75 126,11 127,49 129,17 130,70
Domestik

C Kehilangan Air % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%

ltr/dtk 28,08 28,33 28,61 27,79 28,10 28,39 27,47 27,74 28,07 27,14 27,45 27,74 26,77 27,13 26,14

Total Kebutuhan
D ltr/dtk 140,40 141,65 143,05 143,58 145,19 146,66 146,91 148,37 150,14 150,52 152,20 153,85 154,26 156,29 156,84
Rata-Rata
Jt m3/thn 4,43 4,47 4,51 4,30 4,58 4,63 4,63 4,68 4,73 4,75 4,80 4,85 4,86 4,93 4,95

Kebutuhan
E ltr/dtk 161,46 162,90 164,50 165,11 166,97 168,66 168,94 170,62 172,66 173,10 175,03 176,93 177,40 179,74 180,36
Maksimum (1,15)

Kebutuhan Jam
F ltr/dtk 219,02 220,98 223,15 223,98 226,49 228,79 229,17 231,45 234,22 234,81 237,43 240,01 240,65 243,62 24,67
Puncak (1,56)
Sumber : Analisis Perhitungan

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk kebutuhan air di kawasan KEK Mandalika, perhitungan kebutuhan air
dilakukan per DAS. Secara hidrologi, DAS yang berpengaruh terhadap wilayah KEK
Mandalika adalah DAS Balak, Tebelo, Ngolang dan Bangket Lamin.

Kebutuhan air per DAS dihitung dari presentase luas DAS yang masuk dalam
wilayah administrasi dan pertimbangan kepadatan penduduk yang masuk wilayah
DAS.

Persentase Luas DAS terhadap Kecamatan Pujut adalah :


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝐴𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
= x 100 %
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
25,03
= x 100 %
237,321
= 11 %

Pada DAS Tebelo, Ngolang dan Bangket Lamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8.4. Persentase DAS Terhadap Wilayah Administrasi KEK Mandalika di Kecamatan Pujut

L DAS L Kec. Pujut % L DAS Terhadap


NO DAS
(km2) (km2) Kec. Pujut

1 Balak 25,03 11%


2 Tebelo 15,61 9%
237,32
3 Ngolang 14,44 6%
4 Bangket Lamin 10,97 5%
TOTAL 30%
Sumber : Analisis Perhitungan Luas Menggunakan Software ArcGIS

Tabel 8.5. Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Persentase DAS

% L DAS KEBUTUHAN AIR DOMESTIK (Jt m3/thn)


NO DAS Terhadap
Kec. Pujut 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4,47 4,51 4,53 4,58 4,63 4,63 4,68 4,73 4,75 4,80 4,85 4,86 4,93 4,95

1 Balak 11% 0,47 0,48 0,48 0,48 0,49 0,49 0,49 0,50 0,50 0,51 0,51 0,51 0,52 0,52

2 Tebelo 9% 0,40 0,41 0,41 0,41 0,42 0,42 0,42 0,43 0,43 0,43 0,44 0,44 0,44 0,45

3 Ngolang 6% 0,28 0,28 0,28 0,29 0,29 0,29 0,29 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,31 0,31
Bangket
4 5% 0,21 1,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,23 0,23
Lamin
TOTAL 1,36 2,38 1,38 1,39 1,41 1,41 1,42 1,44 1,44 1,46 1,48 1,48 1,50 1,50

Sumber : Analisis Perhitungan

Berdasarkan tabel di atas, luas wilayah KEK Mandalika adalah 30% dari luas
Kecamatan Pujut, dengan total kebutuhan air domestk adalah 1,36 jt m3/thn (43
ltr/dtk) pada tahun 2017 dan pada tahun 2030 kebutuhan air adalah 1,50 jt
m3/thn (48 ltr/dtk).

2. Kebutuhan Air Pariwisata

KEK Mandalika adalah kawasan pariwisata dimana di kawasan tersebut akan


dibangun 10.532 kamar hotel, 1.586 kamar vila, kawasan pariwisata seluas 1.175
ha dengan mempekerjakan 18.177 karyawan.

Menggunakan standar kebutuhan air non domesk, maka total kebutuhan air
untuk hotel di wilayah KEK Mandalika adalah sebagai berikut :

Tabel 8.6. Kebutuhan Air Hotel KEK Mandalika

JUMLAH/LUAS PEMAKAIAN AIR KEBUTUHAN AIR


NO KEBUTUHAN AIR
UNTUK OPERASI
JUMLAH SATUAN JUMLAH SATUAN (ltr/hr) (ltr/dtk) (jt m3/thn)
Jumlah Kamar
1 10.532 Unit 150 ltr/bed/hr 1.579.800 18,28 `0,577
Hotel
2 Jumlah Kamar Vila 1.586 Unit 150 ltr/bed/hr 237.900 2,75 0,087
3 Tenaga Kerja 18.177 Org 100 ltr/org/hr 1.817.700 21,04 0,663
4 Kawasan Pariwisata 1.175 Ha 0,2 ltr/dtk/ha 235 0,0027 0,000086
Total Kebutuhan Air 42,079 1,327
Sumber : Data dan Analisis

Mandalika Resort diperkirakan rampung pada tahun 2020 dengan rincian


kebutuhan air bersih sebagai berikut :

Tabel 8.7. Rincian Kebutuhan Air Pariwisata Mandalika Resort

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO JENIS KEBUTUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH (ltr/dtk)
1 Desa Budaya Baru 26,41
2 Gateway 5,883
3 Laguna 14,775
4 Desa Budaya 5,754
5 Keluarga 15,553
6 Puncak Bukit Barat 34,275
7 Kabupaten Golf 41,235
8 Jantung Barat 9,195
9 Puncak Bukit Timur 16,101
10 Jantung Timur 14,476
11 Kantung Mewah 25,352
12 Konservatif 6,715
13 Taman 3,743
14 Marina Distrik 18,895
15 Mangrove 0,657
16 Distrik Penyangga 6,453
TOTAL 245,472
Sumber : Data dan Analisis

Dari hasil analisis diatas, dengan jumlah kebutuhan air baku yang lebih dari 300
ltr/dtk mencakup kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan kebutuhan air
bersih untuk pariwisata, maka dibutuhkan suplai penyediaan air bersih.

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Pulau Lombok mempunyai iklim tropis basah dan dipengaruhi oleh pergantian
angin muson Barat Laut dan angin muson Tenggara. Angin muson Tenggara yang
kering mengakibatkan terjadinya musim kemarau (umumnya terjadi bulan Mei
sampai Oktober) dan angin muson barat laut yang basah menyebabkan musim
hujan (umumnya terjadi pada bulan Nopember atau Desember sampai dengan
bulan Maret atau April) dengan sifat hujan umumnya dibawah normal (B). Curah
hujan rata-rata di Pulau Lombok adalah 1373 mm, temperatur maksimum berkisar
antara 25,0ºC –34ºC dan temperatur minimum berkisar antara 17,0-28,0ºCºC.
Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah pada bulan Juli,
kelembaban minimum yaitu antara 72,0%-100% dan kelembaban maksimum yaitu

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
antara 65,0%-67,0%. Secara lebih terperinci kondisi hidrometeorologi di Pulau
Lombok disajikan pada Tabel 4-3 berikut :

Tabel 8.8. Kondisi Hidrometeorologi di WS Lombok

MUSIM HUJAN MUSIM KERING


NO URAIAN SATUAN RATA-RATA
(Nop - April) (Mei- Okt)
1 Temperatur maksimum oC 25 – 34 25 - 34 30,5
2 Temperatur minimum oC 17 – 28 18 - 26 21,8
3 Kelembaban maksimum % 72 – 100 67 - 100 80
4 Kelembaban minimum % 65 – 67 67 - 84 70
5 Tekanan maksimum Mbar 1.010 - 1.014 1.011 - 1.016 1013,7
6 Tekanan minimum Mbar 1.004 - 1.009 1.006 - 1.013 1008,3
7 Penyinaran % 1 – 91 35034 54
8 Arah Angin o 120 – 360 130 - 310 231
9 Kecepatan Angin Knot 2 – 6,1 42890 4,8
10 Curah Hujan mm/bln 7 – 458 1 - 335 133
11 Hari Hujan hari 1 – 25 42005 8
12 Aliran Permukaan m3/dt/km 0,0004 - 0,19 0,0004 - 0,0414 0,0161
Sumber : Rencana Pengelolaan SDA WS Lombok, 2017

2. Data Hidrologi

Data curah hujan rerata di 4 (empat) Daerah Aliran Sungai adalah sebagai berikut :

Tabel 8.9. Curah Hujan Rerata di 4 (Empat) DAS

LUAS DAS CURAH HUJAN TAHUNAN


NAMA DAS
(km2) (mm)
Bangkitlamin 10,97 1278
Balak 25,03 1278
Ngolang 14,44 1278
Tebelo 15,61 1278

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Cekungan Air Tanah

Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di WS Lombok adalah 3.490 km2 dengan
volume 916 juta m3/tahun yang terdiri dari 886 juta m3/tahun air tanah bebas
dan 30 juta m3/tahun air tanah tertekan. Potensi Zona cekungan air tanah WS
Lombok dibagi menjadi 2 yaitu Cekungan air tanah Mataram-Selong berada dan
cekungan air tanah Tanjung– Sambelia. Peta cekungan air tanah WS Lombok
dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013

Gambar 8.5. Peta Cekungan Air Tanah WS Lombok

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Kondisi Aquifer

Kelompok Batuan Gunungapi Lombok tersebut diatas tertindih secara tidak


selaras oleh batuan gunung api tak terpisahkan (Qhv, P, N, R) yang berumur
Kuarter dan diperkirakan berasal dari hasil kegiatan gunung api tua, yakni
Gunung Pusuk, Gunung Nangi dan Gunung

Rinjani. Batuan gunung api ini tersusun terutama oleh batuan lava, breksi, tuf dan
debu volkanik. Satuan batuan yang paling muda adalah endapan aluvium yang
merupakan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua umurnya dan diendapkan
didaerah dataran atau alur sungai yang cukup lebar lembahnya, menempati
bagian Barat dan pantai utara-timur laut pulau.

Kondisi hidrogeologi memberikan gambaran tentang komposisi litologi dan


kelulusannya. Sifat-sifat akuifer dipengaruhi oleh jenis litologi, ketebalan,
penyebaran dan posisinya. Secara umum kondisi litologi di Pulau Lombok sebagian
besar terdiri dari :

1. Breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah.

2. Batu gamping koral berlapis baik dengan kelulusan sedang.

3. Breksi, lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai sedang;

4. Tufa berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan kelulusan sedang sampai tinggi;

5. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu,
terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang;

6. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu,
terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang; dan

7. Pada sebagian daerah pantai mempunyai komposisi litologi berupa aluvium endapan
pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan
kelulusan sedang sampai tinggi.

Gambaran tentang kondisi hidrogeologi di Pulau Lombok dapat dilihat pada


gambar berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, Tahun 2005

Gambar 8.6. Kondisi Hidrogeologi Pulau Lombok

Berdasarkan komposisi litologi tersebut diatas, maka kandungan air tanah dan
produktifitas akuifer di Pulau Lombok terdiri dari :

1. Akuifer dengan aliran melalui celahan dalam ruang antar butir, terdiri dari:

1. Akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air
tanah sangat beragam, debit sumur lebih besar dari 5 lt/det;

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Akuifer produktif sedang, yaitu akuifer dengan keterusan sangat beragam dengan
kedalaman muka air tanah bebas umumnya dalam dan debit sumur lebih kecil dari 5 lt/det;
dan

3. Setempat akuifer produktif, yaitu akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya air
tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah, air tanah setempat berdebit
kecil dapat terturap.

4. Pada sebagian kecil daerah pantai dengan komposisi litologi berupa aluvium endapan
pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan
kelulusan sedang sampai tinggi mempunyai akuifer (bercelah atau sarang) produktif kecil
dan daerah aliran langka, terdiri dari :

5. Akuifer produktif kecil setempat, berarti umumnya keterusan sangat rendah, setempat air
tanah dangkal, dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan dari batuan
padu;

6. Daerah air tanah langka.

7. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir;

8. Akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi dimana
muka air tanah atau tinggi pisometri dekat dengan muka air tanah. Debit sumur lebih besar
dari 10 lt/dt;

9. Akuifer produktif sedang, yaitu akuifer dengan keterusan sedang, muka air tanah dekat
dengan muka tanah. Debit sumur antara 5 –10 lt/dt.

10. Sebagian kecil terdiri dari akuifer dengan aliran melalui rekahan, celahan dan saluran yang
merupakan setempat akuifer produktif, yaitu aliran air tanah terbatas pada zona celahan,
rekahan dan saluran peraluran, mempunyai keterusan rendah sampai sedang. Muka air
tanah dalam dan debit muka air kecil. Terdapat pada daerah dengan komposisi litologi
batuan intrusif terdiri dari andesit, basal dan dasit dengan kelulusan rendah sampai kedap
air; dan

11. Pada sebagian daerah seperti Teluk Mawun, Teluk Kuta, Batu Nampar, Teluk Sepi dan
Teluk Lembar merupakan daerah air tanah payau.

Berdasarkan produktifitas akuifer, maka kandungan air tanah dan produktifitas


akuifer di Pulau Lombok terdiri dari :

1. Satuan Akuifer Produktif Tinggi Dengan Penyebaran Luas

Satuan akuifer produktif tinggi mempunyai penyebaran yang sangat luas,


antara lain adalah sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Akuifer produktif tinggi dengan aliran melalui ruang antar butir tersebar di bagian Barat
yaitu di Mataram, Ampenan, Lembar, Gerung, Cakranegara, Gunungsari dan Kediri, di bagian
Utara terdapat di Pemenang, Tanjung dan Gondang. Sedangkan di bagian Timur terdapat
di daerah Pringgabaya dan di bagian Selatan terdapat di daerah Kuta. Struktur litologi
batuan di daerah tersebut sebagian besar didominasi oleh aluvium endapan pantai, terdiri
dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan kelulusan sedang sampai
tinggi dan juga ekiplastik undak pantai yang komponennya terdiri dari konglomerat,
andesit dan basalt dengan kelulusan tinggi. Lapisan ini terdapat mulai kedalaman kurang dari
10 m hingga lebih dari 100 m di bawah muka tanah setempat. Bahkan pada pematang pantai
pada kedalaman sekitar 1 inch sudah ditemukan lapisan pembawa air tanah tawar;

3. Akuifer produktif tinggi dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir tersebar sangat
luas di bagian utara yaitu di Lokopiko, Sudana, Anyar, Bayan, dan Belanting, dan dibagian
tengah tersebar di Narmada, Suranadi, Sedau dan Sesaot. Sedangkan di bagian Selatan
tersebar di Aikmel, Anjani, Sukamulya, Labuhan Lombok dan Sambelia. Kondisi litologi
batuan didaerah tersebut didominasi oleh tuf berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan
kelulusan sedang sampai tinggi.

Dari hasil pengeboran terbukti bahwa akuifer didaerah tersebut diatas secara
umum cukup produktif, satu sumur bor yang menembus endapan ini
sampai kedalaman 50-100 m, rata-rata dapat menghasilkan air tanah antara
10-15 l/det, bahkan menurut hasil pengujian yang dilakukan Crippen (1976)
dapat menghasilkan air tanah sekitar 75 - 150 ltr/dtk Sebagian air tanah di
daerah ini telah muncul ke permukaan dalam bentuk mata air, antara lain
mata air Sarasuta, Lingsar, Sesaot, Ranget, Suranadi, Aikbone, Aikbukak,
Aikmel, Loangbali, dan lain-lain.

4. Satuan Akuifer Produktif Sedang

Satuan akuifer produktif sedang tersebar di bagian utara yaitu di Senaru dan
Santong, dengan susunan litologi berupa batuan gunung api tak
terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu terdiri
dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang.
Sedangkan di bagian tengah tersebar di Ubung, Pringgarata, Sedau, Mantang
dan Kopang dan bagian timur tersebar di Terara, Sakra, Sikur, Masbagik,
Selong dan Labuhan Haji. Susunan litologi batuan pada daerah ini didominasi
oleh breksi lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai
sedang.

5. Satuan Akuifer Produktif Sedang Setempat

Satuan akuifer produktif sedang setempat sebagian besar tersebar di bagian


tengah yaitu di Penujak, Praya, Puyung, Mangkung, Sengkol, Mujur dan
Janapria, dibagian barat terdapat di daerah Gunung Pusuk dan gunung
DRAFT LAPORAN AKHIR 22
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Punikan, di bagian timur terdapat di daerah Keruak dan Jerowaru. Sedangkan
dibagian selatan hanya terdapat di daerah Ekas. Susunan litologi batuan pada
daerah ini didominasi oleh breksi lava dan breksi gampingan dengan
kelulusan rendah sampai sedang, sedangkan di daerah Ekas mempunyai
struktur litologi berupa batugamping koral berlapis baik dengan kelulusan
sedang.

6. Satuan Akuifer Produktif Kecil dan Daerah Air Tanah Langka

Satuan akuifer produktif kecil sebagian besar tersebar di sekitar daerah pantai
bagian selatan Pulau Lombok, yaitu di Pelangan, Sekotong, Blongas, Sepi,
Keling, Silung Belanak, Mawun, Rambitan, Teruwai, dan Bumbang. Daerah air
tanah langka terdapat di bagian selatan yaitu di daerah sekitar Gunung Jaran
Bano, Gunung Mareje, Batu Nampar, sedangkan di bagian utara terdapat di
daerah sekitar Gunung Rinjani, Gunung Kondo, Gunung Baru, Gunung Benteng
dan Gunung Pusuk. Susunan litologi batuan di daerah ini sebagian besar
didominasi oleh breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah dan juga
batuan terobosan yang terdiri dari andesit, basalt dan dasit dengan kelulusan
sangat rendah atau kedap air.

Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Ketersediaan Air

Untuk mengetahui potensi DAS di daerah studi, maka perlu dilakukan analisis
ketersediaan air dengan metode NRECA berdasarkan analisis transformasi hujan-
aliran pada DAS/CA yang ditinjau. Metode yang digunakan untuk menganalisa
hujan wilayah adaalah metode isohyet dimana metode ini menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian hujan yang sama dalam satu periode.

Sifat aliran sungai didaerah selatan adalah aliran ephemeral/intermitent dengan


jumlah curah hujan wilayah (probabilitas 90%) di 4 DAS berpengaruh adalah 246
mm.

Hasil perhitungan hujan wilayah kemudian digunakan sebagai inputan dalam


perhitungan ketersediaan air dimana metode tersebut menggunakan koefisien-
koefisien yang didapatkan dari hasil perhitungan kalibrasi terhadap data AWLR
yang memiliki karakteristik yang sama atau mirip dengan DAS/CA kawasan studi.

Kondisi DAS-DAS yang masuk ke dalam Kawasan Mandalika yaitu DAS Balak,
Tebelo, Ngolang dan Bangket Lamin merupakan daerah yang tidak dapat
dilakukan, melainkan dengan melakukan kalibrasi terhadap tinjauan lapangan
dengan melihat kondisi debit sungai dalam DAS.

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Hasil perhitungan ketersediaan air dengan metode NRECA dapat dilihat pada tabel
berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 8.10. Ketersediaan Air DAS Balak Metode NRECA

DATA PA RA M ET ER T A NA H KONT ROL


DAS Balak PSUB (O.3 - 0.9) 0,3 TAMPUNGAN AWAL 140
LUAS CA, km2 25,03 GWF (0.2 - 0.8) 0,22 TAMPUNGAN AKHIR 72,61
HUJAN TAHUNAN, mm 263 KOEF REDUKDI (0.4 - 0.9) 0,49 SELISIH KELENGASAN 67,39
NOMINAL 153 TAMPUNGAN KELENGASAN AWAL (Wo) 140 KONTROL 67,39 ˂ 200
C 0,2 TAMPUNGAN AIR TANAH AWAL 22 KELENGASAN OK

JAN I JAN II JAN III FEB I FEB II FEB III MAR I MAR II MAR III APR I APR II APR III MEI I MEI II MEI III JUN I JUN II JUN III JUL I JUL II JUL III AGT I AGT II AGT III SEP I SEP II SEP III OKT I OKT II OKT III NOV I NOV II NOV III DES I DES II DES III
NO PARAMETER SATUAN
10 10 11 10 10 8 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11
1 Curah Hujan (RB) mm 22 20 25 34 31 8 7 19 0 11 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 3 17 16 21
2 Evapotranpirasi Potensial (PET) mm 47,90 48,85 46,42 49,96 43,67 34,84 42,88 40,20 43,03 45,58 42,91 42,96 49,35 44,63 53,63 50,10 47,77 53,99 51,55 48,12 54,18 51,67 50,39 55,20 52,08 49,20 48,14 48,77 46,95 53,87 52,51 48,71 50,16 46,74 43,38 50,85
3 Tampungan Kelengasan Awal (Wo) mm 140,00 143,330 145,55 150,07 157,56 163,90 162,81 160,55 162,49 157,75 156,35 154,98 149,72 143,84 138,13 131,27 125,09 118,91 112,33 105,70 100,12 93,82 87,52 82,21 76,19 75,17 74,21 73,26 72,31 71,39 70,33 69,30 70,86 7,37 71,56 72,61
4 Rasio Tampungan Tanah (Wi) 0,918 0,939 0,954 0,983 1,033 1,074 1,067 1,052 1,065 1,034 1,025 1,016 0,981 0,943 0,905 0,860 0,820 0,779 0,736 0,693 0,656 0,615 0,574 0,539 0,499 0,493 0,486 0,480 0,474 0,468 0,461 0,454 0,464 0,461 0,469 0,476
5 Rasio (Rb/PET) 0,47 0,410 0,540 0,670 0,700 0,220 0,160 0,470 0,000 0,230 0,230 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,420 0,050 0,370 0,360 0,420
6 Rasio (AET/PET) 0,71 0,670 0,740 0,810 0,840 0,600 0,570 0,740 0,500 0,600 0,600 0,500 0,450 0,450 0,450 0,400 0,400 0,350 0,350 0,300 0,300 0,300 0,250 0,250 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,530 0,200 0,490 0,490 0,530
7 AET mm 16,67 16,040 16,830 19,830 17,980 10,240 11,980 14,570 10,540 13,400 12,610 10,520 10,880 9,840 11,830 9,820 9,360 9,260 8,840 7,070 7,970 7,600 6,170 6,760 5,100 4,820 4,720 4,780 4,600 5,280 5,150 12,650 4,920 11,220 10,420 13,210
8 Neraca Air mm 5,741 3,830 8,360 13,870 12,700 -2,440 -5,010 4,300 -10,520 -2,800 -2,750 -10,520 -10,880 -9,840 -11,830 9,820 -9,360 -9,260 -8,840 -7,070 -7,970 -7,600 -6,170 -6,760 -5,100 -4,820 -4,720 -4,780 -4,600 5,280 -5,150 7,770 -2,420 5,920 5,280 8,000
9 Rasio Kelebihan Kelengasan 0,42 0,420 0,460 0,460 0,500 0,550 0,550 0,550 0,550 0,500 0,500 0,500 0,460 0,420 0,420 0,370 0,340 0,290 0,250 0,210 0,210 0,170 0,140 0,110 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800
10 Kelebihan Kelengasan mm 2,411 1,610 3,840 6,380 6,350 -1,340 -2,760 2,370 -5,790 -1,400 -1,370 -5,260 -5,010 -4,130 -4,970 -3,630 -3,180 -2,690 -2,210 -1,490 -1,67 -1,290 -0,860 -1,740 -4,080 -3,860 -3,770 -3,820 -3,680 -4,220 -4,120 6,210 -1,930 4,740 4,220 6,400
11 Perubahan Tampungan mm 3,330 2,220 4,510 7,490 6,350 -1,100 -2,260 1,940 -4,730 -1,400 -1,370 -5,260 -5,880 -5,710 -6,860 -6,190 -6,180 -6,570 -6,630 -5,590 -6,290 -6,300 -5,310 -6,020 -1,020 -0,960 -0,940 -0,960 -0,920 -1,060 -1,030 1,550 -0,480 1,180 1,060 1,600
12 Tampungan Air Tanah mm 0,723 0,480 1,150 1,910 1,900 -0,400 -0,830 0,710 -1,740 -0,420 -0,410 -1,580 -1,500 -1,240 -1,490 -1,090 -0,960 -0,810 -0,660 -0,450 -0,500 -0,390 -0,260 -0,220 -1,220 -1,160 -1,130 -1,150 -1,100 -1,270 -1,240 1,860 -0,580 1,420 1,270 1,920
13 Tampungan Air Tanah Awal mm 22,00 17,720 14,200 11,980 10,830 9,940 7,440 5,160 4,580 2,210 1,400 0,770 -0,630 -1,660 -2,260 -2,930 -3,130 -3,190 -3,120 -2,950 -2,650 -2,460 -2,220 -1,930 -1,680 -2,270 -2,670 -2,970 -3,210 -3,360 -3,610 -3,780 -1,490 -1,620 -0,150 0,870
14 Tampungan Air Tanah Akhir mm 22,72 18,210 15,360 13,890 12,740 9,530 6,610 5,870 2,840 1,790 0,990 -0,810 -2,130 -2,900 -3,750 -4,020 -4,090 -4,000 -3,780 -3,390 -3,150 -2,840 -2,480 -2,160 -2,910 -3,420 -3,800 -4,110 -4,310 -4,630 -4,850 -1,920 -2,070 -0,200 1,110 2,790
15 Aliran Air Tanah mm 5,00 4,010 3,380 3,060 2,800 2,100 1,450 1,290 0,620 0,390 0,220 -0,180 -0,470 -0,640 -0,830 -0,880 -0,900 -0,880 -0,830 -0,750 -0,690 -0,630 -0,540 -0,470 -0,640 -0,750 -0,840 -0,900 -0,950 -1,020 -1,070 -0,42 -0,460 -0,040 0,240 0,610
16 Aliran Langsung mm 1,690 1,130 2,690 4,470 4,440 0,000 0,000 1,660 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4,350 0,000 3,320 2,960 4,480
17 Aliran Total mm 6,690 5,130 6,070 7,250 7,250 2,100 1,450 2,950 0,62 0,390 0,220 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,930 0,000 3,270 3,200 5,090
ltr/dtk 193,720 148,700 159,840 217,910 209,920 75,950 42,130 85,400 16,450 11,440 6,290 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 113,810 0,000 94,790 92,760 134,170
18 Aliran Total
m3/dtk 0,190 0,150 0,160 0,220 0,210 0,080 0,040 0,090 0,020 0,010 0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,110 0,000 0,009 0,009 0,130
19 Debit AWLR m3/dtk
AVERAGE 0,045 m3/dtk
MAXIMUM 0,218 m3/dtk
MINIMUM 0,000 m3/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 8.11. Ketersediaan Air DAS Tebelo Metode NRECA

DATA PA RA M ET ER T A NA H KONT ROL


DAS Tebelo PSUB (O.3 - 0.9) 0,3 TAMPUNGAN AWAL 165
LUAS CA, km2 16,61 GWF (0.2 - 0.8) 0,22 TAMPUNGAN AKHIR 66,35
HUJAN TAHUNAN, mm 207 KOEF REDUKDI (0.4 - 0.9) 0,49 SELISIH KELENGASAN 98,65
NOMINAL 141 TAMPUNGAN KELENGASAN AWAL (Wo) 165 KONTROL 98,65 ˂ 200
C 0,2 TAMPUNGAN AIR TANAH AWAL 22 KELENGASAN OK

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JAN I JAN II JAN III FEB I FEB II FEB III MAR I MAR II MAR III APR I APR II APR III MEI I MEI II MEI III JUN I JUN II JUN III JUL I JUL II JUL III AGT I AGT II AGT III SEP I SEP II SEP III OKT I OKT II OKT III NOV I NOV II NOV III DES I DES II DES III
NO PARAMETER SATUAN
10 10 11 10 10 8 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11
1 Curah Hujan (RB) mm 19 13 22 30 22 6 3 15,000 0,000 9,000 8,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 17,000 3,000 14,000 7,000 19,000
2 Evapotranpirasi Potensial (PET) mm 47,9 48,85 46,42 49,96 43,67 34,84 42,88 40,200 43,030 45,580 42,910 42,960 49,350 44,630 53,630 50,100 47,770 53,990 51,550 48,120 54,180 51,570 50,390 55,200 52,080 49,200 48,140 48,770 46,960 53,870 52,500 48,710 50,160 46,740 43,380 50,850
3 Tampungan Kelengasan Awal (Wo) mm 165 165,8 164,77 166,5 170,1 171,6 170 166,740 167,240 163,070 161,190 159,160 154,420 148,970 144,050 137,480 131,520 125,410 118,740 112,070 106,220 99,620 92,970 87,120 80,380 74,900 69,530 68,590 67,640 66,720 65,660 64,640 65,860 65,280 66,230 86,350
4 Rasio Tampungan Tanah (Wi) 1,166 1,172 1,164 1,177 1,202 1,213 1,201 1,178 1,182 1,152 1,139 1,125 1,091 1,053 1,018 0,972 0,930 0,886 0,839 0,792 0,751 0,704 0,657 0,616 0,568 0,529 0,491 0,485 0,478 0,472 0,464 0,457 0,465 0,461 0,468 0,469
5 Rasio (Rb/PET) 0,39 0,27 0,47 0,6 0,5 0,18 0,07 0,380 0,000 0,190 0,190 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,350 0,060 0,300 0,170 0,370
6 Rasio (AET/PET) 0,71 0,67 0,76 0,81 0,79 0,67 0,62 0,710 0,550 0,620 0,620 0,550 0,500 0,500 0,500 0,450 0,450 0,400 0,400 0,350 0,350 0,350 0,300 0,300 0,250 0,250 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,450 0,240 0,400 0,320 0,490
7 AET mm 16,67 16,04 17,29 19,83 16,91 11,44 13,03 13,980 11,600 13,850 13,030 11,580 12,090 10,930 13,140 11,050 10,530 10,580 10,100 8,250 9,290 8,860 7,410 8,110 6,380 6,030 4,720 4,780 4,600 5,280 5,150 10,740 5,900 9,160 6,800 12,210
8 Neraca Air mm 2,11 -2,76 4,73 10,01 4,73 -5,01 -9,83 1,410 -11,600 -5,210 -4,960 -11,570 -12,090 -10,930 -13,140 -11,050 -10,530 -10,580 -10,100 -8,250 -9,290 -8,860 -7,410 -8,110 -6,380 -6,030 -4,720 -4,780 -4,600 -5,280 -5,150 6,120 -2,900 4,770 0,580 6,780
9 Rasio Kelebihan Kelengasan 0,64 0,64 0,64 0,64 0,67 0,67 0,67 0,640 0,640 0,640 0,590 0,590 0,550 0,550 0,500 0,460 0,420 0,370 0,340 0,290 0,290 0,250 0,210 0,170 0,140 0,110 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800
10 Kelebihan Kelengasan mm 1,351 -1,77 3,02 6,41 3,17 -3,36 -6,59 0,900 -7,420 -3,330 -2,920 -6,830 -6,650 6,010 -6,570 -5,080 -4,420 -3,920 -3,440 -2,390 -2,690 -2,220 -1,560 -1,380 -0,890 -0,660 -3,770 -3,820 -3,680 -4,220 -4,100 4,890 -2,320 3,810 0,460 5,430
11 Perubahan Tampungan mm 0,76 -0,99 1,70 3,61 1,56 -1,65 -3,24 0,510 -4,180 -1,880 -2,030 -4,740 -5,440 -4,920 -6,570 -5,960 -6,110 -6,670 -6,670 -5,850 -6,600 -6,650 -5,850 -6,730 -5,490 -5,360 -0,940 -0,960 -0,920 -1,060 -1,020 1,220 -0,580 0,950 0,120 1,360
12 Tampungan Air Tanah mm 0,405 -0,53 0,91 1,92 0,95 -1,01 -1,98 0,270 -2,230 -1,000 -0,880 -2,050 -2,000 -1,800 -1,970 -1,520 -1,330 -1,170 -1,030 -0,720 -0,810 -0,660 -0,470 -0,410 -0,270 -0,200 -1,130 -1,150 -1,100 -1,270 -1,230 1,470 -0,700 1,140 0,140 1,630
13 Tampungan Air Tanah Awal mm 22 17,48 13,22 11,02 10,09 8,61 5,93 3,090 2,620 0,310 -0,540 -1,110 -2,460 -3,480 -4,120 -4,750 -4,890 -4,850 -4,700 -4,470 -4,050 -3,790 -3,470 -3,070 -2,720 -2,530 -1,970 -2,420 -2,780 -3,030 -3,350 -3,570 -1,640 -1,820 -0,530 -0,310
14 Tampungan Air Tanah Akhir mm 22,41 16,95 14,12 12,94 11,04 7,61 3,96 3,360 0,390 -0,690 -1,420 -3,160 -4,460 -5,280 -6,090 -6,270 -6,220 -6,030 -5,730 -5,190 -4,860 -4,450 -3,940 -3,490 -2,990 -2,530 -3,100 -3,570 -3,890 -4,300 -4,580 -2,110 -2,340 -0,68 -0,390 1,320
15 Aliran Air Tanah mm 4,93 3,73 3,11 2,85 2,43 1,67 0,87 0,740 0,090 -0,150 -0,310 -0,690 -0,980 -1,160 -1,340 -1,380 -1,370 -1,330 -1,260 -1,140 -1,070 -0,980 -0,870 -0,770 -0,660 -0,560 -0,680 -0,790 -0,860 -0,950 -1,010 -0,460 -0,510 -0,150 -0,090 0,290
16 Aliran Langsung mm 0,95 0 2,12 4,49 2,22 0 0 0,630 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,430 0,000 2,670 0,330 3,800
17 Aliran Total mm 5,87 3,73 5,22 7,33 4,65 1,67 0,87 1,370 0,090 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2,960 0,000 2,520 0,240 4,090
ltr/dtk 106,1 67,36 85,81 132,5 83,96 37,8 15,73 24,760 1,420 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 53,520 0,000 45,510 4,320 67,150
18 Aliran Total
m3/dtk 0,11 0,007 0,09 0,13 0,08 0,04 0,02 0,020 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,050 0,000 0,050 0,000 0,007
19 Debit AWLR m3/dtk
AVERAGE 0,045 m3/dtk
MAXIMUM 0,218 m3/dtk
MINIMUM 0,000 m3/dtk

Tabel 8.12. Ketersediaan Air DAS Ngolang Metode NRECA

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 28
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 8.13. Ketersediaan Air DAS Bangket Lamin Metode NRECA

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 30
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Potensi Ketersediaan Air

Potensi ketersediaan air baku yang dinyatakan dalam debit andalan Q90 di 4
(empat) Daerah Aliran Sungai. Rekapitulasi analisis perhitungan ketersediaan air
pada 4 (empat) DAS berpengaruh diuraikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 8.14. Rekapitulasi Analisis Perhitungan Ketersediaan Air Pada 4 DAS Berpengaruh

Berdasarkan tabel diatas, hasil analisi ketersediaan air permukaan (Q90%) untuk
air baku pada tahun 2017 di 4 DAS yang berpengaruh pada Wilayah KEK
Mandalika kondisi per periode didasarkan pada bulan-bulan musim kemarau
(April-Oktober), dimana ketersediaan air tidak ada.

Beberapa potensi sumber air baku yang direncanakan akan dikelola untuk
kebutuhan air di wilayah KEK Mandalika, yaitu :

1. Mata Air Tibu Nangklok dan Mata Air Sesere

Mata air Tibu Nangklok dan mata air Sesere merupakan mata air yang terletak
di desa Aik Berik kecamatan Batukliang Utara dengan potensi debit masing-
masing sebesar 300 ltr/dtk. Mata air Tibu Nangklok sudah dikelola oleh PDAM
Lombok Tengah untuk kebutuhan domestik sebesar 60 ltr/dtk dan mata air
sesere sebesar 170 ltr/dtk.

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Besar potensi debit yang ada, akan direncanakan pengambilan debit dari
kedua mata air tersebut untuk dialirkan ke Kawasan Mandalika.

2. Bendungan Batujai

Bendungan Batujai terletak di Kecamatan Praya Barat. Debit release yang


diberikan oleh WTP Penunjak untuk kebutuhan air baku sebesar 50 ltr/dtk.
Dengan potensi debit sebesar 200 ltr/dtk, dapat dijadikan alternatif sumber
air untuk Kawasan Mandalika.

3. Bendungan Salkung

Berdasarkan hasil studi terdahulu, terdapat kemungkinan adanya potensi


tampungan waduk di wilayah yang berdekatan dengan Kawasan Mandalika
yaitu Bendungan Salkung. Lokasi rencana bendungan berada desa Teruwai
kecamatan Pujut dan berada pada aliran sungai Renggung dan untuk
mengalirkan air dari rencana Bendungan Salkung ke Daerah Pariwisata Kuta
dan Sekitarnya, diperlukan pemompaan dari waduk (elevasi intake + 20m)
menuju hulu rencana embung Bangket Lamin sepanjang 4 km. Secara
topografi bendungan Salkung mampu menampung 78 juta m3 air.

4. Dari beberapa potensi sumber air yang ada, berikut adalah rencana Q pengambilan untuk
KEK Mandalika :

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 8.15. Sumber Air Rencana Untuk KEK Mandalika

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 34
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Data dan Analisa

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. LokasiSumber Air Baku Eksisting PDAM Lombok Tengah

Tabel 8.16. Lokasi Sumber Air Baku PDAM Lombok Tengah

KAPASITAS KAPASITAS KAPASITAS SISA


NO LOKASI
SUMBER TERPASANG PRODUKDI KAPASITAS KETERANGAN
SUMBER
(ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk)
Berdasarkan data "Business
160 160 160 0 Plan PDAM Kab. Lombok
MA TIBU Tengah 2017-2019"
1
NANGKLOK Berdasarkan data "Review
300 - - 45 Design SPAM Tibu
Lempanas Tahun 2016"
25 Berdasarkan data "Business
200 100 (on trial thn 175 Plan PDAM Kab. Lombok
MA 2015) Tengah 2017-2019"
2
LEMPANAS Berdasarkan data "Review
- 200 70-80 0 Design SPAM Tibu
Lempanas Tahun 2016"
Berdasarkan data "Business
200 125 80 120 Plan PDAM Kab. Lombok
Tengah 2017-2019"
3 MA SESERE
Berdasarkan data "Review
250 200 170 80 Design SPAM Tibu
Lempanas Tahun 2016"
Berdasarkan data "Business
MA BENANG
4 70 70 70 0 Plan PDAM Kab. Lombok
SETOKEL
Tengah 2017-2019"
Berdasarkan data "Business
5 MA AIK BONE 70 70 70 0 Plan PDAM Kab. Lombok
Tengah 2017-2019"
Berdasarkan data "Business
6 MA NYEREDEP 36 5 Tidak operasi - Plan PDAM Kab. Lombok
Tengah 2017-2019"
Berdasarkan data "Business
WTP
7 200 125 80 120 Plan PDAM Kab. Lombok
PENUNJAK
Tengah 2017-2019"

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Potensi Rencana Embung

Selain pengembangan dengan sistem penyediaan air dari mata air dan
bendungan, ada potensi sumber air yang berasal dari rencana pembangunan
embung di daerah selatan yang merupakan salah satu alternatif untuk
penyediaan air baku. Berikut adalah rencana embung yang berpotensi
diwilayah selatan yaitu :

Tabel 8.17. Potensi Rencana Embung di Wilayah Selatan Pulau Lombok

LOKASI KOORDINAT TAMPUNGAN


NO NAMA EMBUNG
DESA KECAMATAN KABUPATEN X Y (m3)
1 Bangkit Lamin Mertak Pujut Lombok Tengah 428765 9018308 143.770
2 Brami Mertak Pujut Lombok Tengah 426227 9019890 146.599
3 Bajak Mertak Pujut Lombok Tengah 425820 9018728 66.557
Sekotong
4 Pandanan Sekotong Lombok Barat 388315 9033134 95.259
Barat
5 Sagik Mateng Pene Jerowaru Lombok Timur 435017 9024268 43.038
6 Lendang Terong Pemongkong Jerowaru Lombok Timur 441979 9020211 98.486
TOTAL VOLUME TAMPUNGAN 593.710

Dari rencana 6 embung tersebut, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan


wilayah KEK Mandalika adalah Embung Bangket Lamin, Brami dan Bajak dan
diinterkoneksikan dengan bendungan Salkung maka kebutuhan air pariwisata
KE Mandalika terpenuhi.

KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
DRAFT LAPORAN AKHIR 37
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Gambaran pemanfaatan air baku untuk Kabupaten Lombok Tengah seperti tergambar
dalam Rispam Regional Skema Sistem DAS Reak, Skema Sistem Dodokan dan Skema
Rencana Air Baku Lombok Tengah diuraikan pada gambar sebagai berikut :

Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Gambar 8.7. Skema Sistem DAS Reak (Rispam Regional)

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Gambar 8.8. Skema Sistem Dodokan (Rispam Regional)

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Gambar 8.9. Skema Rencana Air Baku Lombok Tengah (Rispam Regional)

Gambaran Neraca Air

Proses pembangunan kawasan pariwisata Mandalika Resort di daerah selatan


Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah menyebabkan meningkatnya kebutuhan
air baku di daerah tersebut terutama kebutuhan air bersih untuk pariwisata.

Kondisi water balance (neraca air baku) berdasarkan potensi DAS di wilayah
Kabupaten Lombok Tengah sendiri adalah Kritis dan kondisi water balance khususnya
di Kecamatan Pujut adalah Defisit. Terlihat dari hasil analisis terhadap kebutuhan air
baku dan ketersediaan air permukaan (probabilitas 90%) pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 8.18. Neraca Air Baku Berdasarkan Potensi DAS Kabupaten Lombok Tengah

KAB/KOTA KECAMATAN QA 90% KEBUTUHAN AIR BAKU (ltr/dtk) DAR (Demand Available Ratio) (%) NERACA AIR BERDASARKAN DAS
NO NAMA (LTR/DTK) 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030
Lombok Tengah 1 Praya Barat 52,25 75,79 78,21 81,69 85,82 167% 173% 181% 190% Defisit Defisit Defisit Defisit
2 Praya Barat Daya 61,45 55,08 56,38 58,3 60,87 90% 92% 95% 99% Kritis Kritis Kritis Kritis
3 Pujut 74,56 141,65 145,19 150,52 156,84 190% 195% 202% 210% Defisit Defisit Defisit Defisit
4 Praya Timur 72,62 66,94 68,5 70,64 73,17 92% 94% 97% 101% Kritis Kritis Kritis Defisit
5 Janapria 81,48 75,94 77,73 81,03 84,96 93% 95% 99% 104% Kritis Kritis Kritis Defisit
6 Kopang 119,97 80,14 81,45 82,07 80,89 67% 68% 68% 67% Kritis Kritis Kritis Kritis
7 Praya 251,38 153,19 157,65 164,97 173,67 61% 63% 66% 69% Kritis Kritis Kritis Kritis
8 Praya Tengah 138,49 64,68 66,35 69,06 72,28 47% 48% 50% 52% Surplus Surplus Surplus Surplus
9 Jonggat 311,92 95,03 96,56 135,14 139,61 30% 31% 43% 45% Surplus Surplus Surplus Surplus
10 Pringgarata 100,51 66,97 70,02 76,48 81,83 69% 72% 76% 81% Kritis Kritis Kritis Kritis
11 Batukliang 112,0000 75,99 77,38 79,54 82,11 68% 69% 71% 73% Kritis Kritis Kritis Kritis
12 Batukliang Utara 428,44 51,68 53,31 56,01 59,23 12% 12% 13% 14% Surplus Surplus Surplus Surplus
82% 84% 88% 92% KRITIS KRITIS KRITIS KRITIS
Sumber : Analisis Perhitungan

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Berdasarkan kondisi eksisting saat ini penyediaan air baku di Kabupaten Lombok Tengah dilayani oleh PDAM Lombok Tengah dan PAMDES
setempat dengan memanfaatkan mata air dan tampungan bendungan Batujai. Total debit release air baku yang sudah dimanfaatkan adalah
19,3 jt m3/thn (162 ltr/dtk). Berikut adalah kondisi water balance berdasarkan debit release (Q pengambilan) terhadap sumber air yang
sudah dimanfaatkan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8.19. Neraca Air Baku Berdasarkan Sumber Air Yang Sudah Termanfaatkan

SUMBER AIR TERMANFAATKAN (PER KABUPATEN) KEBUTUHAN AIR BAKU RELEASE DEMAND RATIO
INDIKASI NERACA AIR
KAB/KOTA Q SUMBER QR QR (Jt m3/thn) (RDR, %) BERDASARKAN Q RELEASE
NO NAMA SUMBER AIR
(ltr/dtk) (ltr/dtk) jt m3/thn 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030
Lombok Tengah 1 Tibu Nangklok 300 60 1,89
2 Benang Stokel 60 60 1,89
3 Sesere 300 170 5,36
4 Aik Bone 75 50 1,58
5 BDG Batujai 200 50 1,58
6 Nyeredep 30 15 0,47
7 Benang Kliwun 200 200 6,31
8 Montong Keme 5 3 0,09
9 Pengempal 5 2 0,06
10 Bun Ganti 5 2 0,06
TOTAL 1180,0 612,0 19,3 31,7 32,5 34,8 36,3 61% 59% 55% 53% Kritis Defisit Defisit Defisit

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kondisi water balance di kabupaten Lombok Tengah yang kritis dan pada daerah
selatan yang mengalami defisit, ditambah dengan adanya pengembangan Mandalika
Resort di kecamatan Pujut maka kebutuhan air akan meningkat. Di wilayah
pengembangan KEK Mandalika, potensi air tanah langka karena tidak adanya
Cekungan Air Tanah di dearah selatan dan sifat aliran sungai ephemeral/intermittent
menyebabkan kurangnya penyediaan sumber daya air.

Di wilayah KEK Mandalika sendiri, jumlah kebutuhan air baku untuk domestic pada
tahun 2020 mencapai 44 ltr/dtk dan kebutuhan pariwisata mencapai 80 ltr/dtk.
Kebutuhan air pariwisat saat ini dipenuhi oleh hasil penyulingan air laut sebesar 30
ltr/dtk yang dikelola oleh PT. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Direncanakan Mandalika Resort akan selesai sekitar tahun 2030 – 2040, dari hasil
analisis kebutuhan air baku yang mencakup kebutuhan air domestic adalah 48 ltr/dtk
dan kebutuhan air pariwisata mencapai 287 ltr/dtk.

Dari kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya penyediaan sumber air bersih dengan
mencari beberapa alternatif untuk mendukung Mandalika Resort. Direncanakan
sumber air akan diambil dari daerah yang surplus seperti di kecamatan Batukliang
Utara bendungan Batujai ataupun pembangunan embung/bendungan.

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

1. Kondisi Eksisting PDAM Kabupaten Lombok Tengah

Kondisi eksisting PDAM Kabupaten Lombok Tengah seperti digambarkan dalam


skema SPAM eksisting PDAM Kabupaten Lombok Tengah, sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Gambar 8.10. Skema SPAM Eksisting PDAM Kabupaten Lombok Tengah

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana system penyediaan air baku untuk Kabupaten Lombok Tengah (Rispam
Regional) termasuk untuk kebutuhan Mandalika Resort adalah seperti tergambar
dalam skema rencana air baku Lombok Tengah (Rispam Regional) sebagai berikut :

Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Gambar 8.11. Skema Rencana Air Baku Lombok Tengah (Rispam Regional)

Rencana Daerah Pelayanan

Sesuai dengan skema rencana air baku Lombok Tengah (Rispam Regional) daerah
pelayanan Mandalika sebesar 200 ltr/dtk akan dilayani dari 2 (dua) sumber air baku,
yaitu berasal dari Mata Air Tibu Lempanas (Kapasitas 200 ltr/dtk) sebesar 80 ltr/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
dan Mata Air Klincing (Kapasitas 310 ltr/dtk) sebesar 180 ltr/dtk, seperti tergambar
dalam skema rencana air baku Lombok Tengah.

TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Sesuai dengan Perda No 3 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi NTB Tahun 2010-
2030 dan Perda RTRW Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok
Timur Tahun 2014. Peruntukan areal KEK Mandalika sudah tercantum dalam
RTRW Provinsi dan Kabupaten sebagaimana diuraikan pada RTRW Kawasan
Strategis Kota dan Sekitarnya serta Rencana Pola Ruang, sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 46


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.12. RTRW Kawasan Strategis Kuta dan Sekitarnya

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.13. Rencana Pola Ruang Kawasan Inti

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.14. Master Plan KEK Mandalika

3. Tahapan Pengembangan

Rencana pengembangan SPAM KEK Mandalika dan Kawasan penyangganya


disusun untuk periode desain tahun 2018-2033. Perencanaannya akan dibagi
dalam 3 (tiga) tahap :

1. Program Pengembangan SPAM Tahap I

Merupakan program pengembangan SPAM untuk pemenuhan kebutuhan air


minum KEK Mandalika dan Kawasan Penyangganya serta wilayah yang terkait
dengan sistem tersebut untuk perioda tahun 2018 s/d 2019.

Rencana pengembangan SPAM Tahap I merupakan program rehabilitasi,


optimalisasi serta peningkatan kapasitas SPAM melalui pemanfaatan sumber
air baku eksisting, yaitu Mata Air Lempanas, Mata Air Tibu Nangklok dan Mata
Air Sesere.

2. Program Pengembangan SPAM Tahap II

Merupakan program pengembangan SPAM untuk pemenuhan kebutuhan air


minum KEK Mandalika dan Kawasan Penyangganya serta wilayah yang terkait
dengan sistem tersebut untuk perioda tahun 2020 s/d 2023.

Rencana pengembangan SPAM Tahap II merupakan program rehabilitasi,


optimalisasi serta peningkatan kapasitas SPAM melalui pemanfaatan sumber
air baku eksisting, yaitu dari IPA Penujak.

3. Program Pengembangan SPAM Tahap III

Merupakan program pengembangan SPAM untuk pemenuhan kebutuhan air


minum KEK Mandalika dan Kawasan Penyangganya serta wilayah yang terkait
dengan sistem tersebut untuk perioda tahun 2024 s/d 2033.

Rencana pengembangan SPAM Tahap III merupakan program peningkatan


kapasitas SPAM melalui pemanfaatan sumber air baku baru dengan mengacu
kepada rekomendasi RISPAM Regional Pulau Lombok yaitu dari Sungai
Dodokan Hilir.

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.15. Program Pengembang SPAM Tahap I

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.16. Program Pengembang SPAM Tahap II dan Tahap III

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Status Pengembangan Kawasan

Status pengembangan KEK Mandalika sampai saat ini masih dalam tahapan
pembangunan prasarana infrastruktur kawasan non prasarana sumber air baku.
Sesuai dengan tahapan program pengembangan SPAM untuk pemenuhan air minum
KEK Mandalika dan kawasan penyangganya serta wilayah yang terkait akan dimulai
pada tahun 2018 sesuai program pengembangan SPAM Tahap I tahun 2018 sampai
dengan tahun 2019.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Rencana penyediaan air baku untuk KEK Mandalika dan daerah penyangga KEK
Mandalika, seperti digambarkan dalam Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga
KEK Mandalika, sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.17. Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga KEK Mandalika Eksisting

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 60


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.18. Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga KEK Mandalika Tahap I

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.19. Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga KEK Mandalika Tahap II

DRAFT LAPORAN AKHIR 63


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 64


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 8.20. Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga KEK Mandalika Tahap III

DRAFT LAPORAN AKHIR 65


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan Biaya

Rencana anggaran biaya pengembangan SPAM KEK Mandalika dan kawasan


penyangganya, seperti diuraikan pada tabel berikut :

Alokasi biaya yang terkait dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tidak termasuk
biaya untuk unit pelayanan.

Tabel 8.20. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap I

NO JUMLAH HARGA
KOMPONEN SPAM

I PROGRAM TAHAP I (TAHUN 2018 S/D 2019)

1 Unit Air Baku


A Mata Air Lempanas
Pemisahan Jaringan Pipa Transmisi Sungai Lempanas Dengan Mata Air
a 2.138.000.000
Lempanas
b Perbaikan Jaringan Pipa Transmisi Sungai Lempanas 66.000.000
c IPA Paket Baja Kapasitas 30 L/D 1.860.000.000
B Mata Air Tibu Nangklok
a Penambahan Kapasitas dari Mata Air Tibu Nangklok 1.918.000.000
b IPA Paket Baja Kapasitas 30 L/D 1.860.000.000
C Mata Sesere
a Rehabilitasi Jaringan Pipa Transmisi HDPE Ø 500 mm 30.000.000
b Pengadaan dan Pemasangan Air Valve Pada Jalur Pipa Transmisi HDPE 82.500.000
c Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi Dari BPT-1 Batu Jai ke BPT-2 1.490.400.000

2 Unit Distribusi
A Sistem Sesere
a Jalur BPT-1 Gunung Jai dan Reservoir Besok Bokah 1.480.100.000
b Jalur Reservoir Montong Bolok dan BPT Bile Penangkak 3.032.400.000
c Jalur BPT Bile Penangkak dan Reservoir Dasan Tengak 758.100.000
B Sistem Lempanas
a Jalur Reservoir Pengadang dan Resevoir Dopol 9.960.300.000
b Jalur Reservoir Dopol dan BPT Tendong Endong 8.778.800.000
c Jalur Reservoir Pengadang dan Resevoir Dopol ke Resevoir Ketara 1.096.000.000
d Reservoir Tendong Endong Kapasitas 750 m3

3 Unit Pelayanan
a Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Besok Bokah 2.879.300.000
b Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Montong Bolok 8.773.700.000
c Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dasan Tengak 4.579.000.000
d Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Serewe 2.906.000.000
e Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Semut 1.244.700.000
f Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Pengadang 1.592.700.000

DRAFT LAPORAN AKHIR 66


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO JUMLAH HARGA
KOMPONEN SPAM
g Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dopol 898.900.000
h Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Gabungan Reservoir 10.801.600.000
i Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Lengser 2.147.100.000
j Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Awang 2.237.100.000
JUMLAH I 72.610.700.000
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Tabel 8.21. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap II
NO KOMPONEN SPAM JUMLAH HARGA

II PROGRAM TAHAP II (TAHUN 2020 S/D 2023)

1 Unit Air Baku


a Pembuatan Intake Photon Bendungan Batujai

2 Unit Distribusi

DRAFT LAPORAN AKHIR 67


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
a Pompa Distribusi Q : 50 L/D, H : 200 m
b Jalur IPA Batujai dengan Reservoir Ketara 9.061.000.000
Jalur Reservoir Ketara dengan Jalur Pipa Reservoir Pengadang-Reservoir
c 1.296.000.000
Dopol
d Suplesi dari Sistem Lempanas ke Reservoir Serewe 756.000.000
e Jalur BPT Tendong dan Reservoir Awang 6.850.700.000

3 Unit Pelayanan
a Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Besok Bokah 1.062.900.000
b Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Montong Bolok 4.588.000.000
c Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dasan Tengak 2.451.200.000
d Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Serewe 3.081.600.000
e Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Semut 424.000.000
f Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Pengadang 1.669.400.000
g Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dopol 209.000.000
h Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Gabungan Reservoir 4.546.400.000
i Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Lengser 1.243.000.000
j Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Awang 1.395.100.000
JUMLAH II 38.634.300.000
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

Tabel 8.22. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap III
NO KOMPONEN SPAM JUMLAH HARGA

III PROGRAM TAHAP III (TAHUN 2024 S/D 2033)

1 Unit Air Baku


a Intake Sungai Dodokan Hilir 903.000.000
b Instalasi Pengolahan Air 7.671.343.000
c Bangunan Penunjang 664.168.000

2 Unit Distribusi
a Stasiun Booster Pump 2.624.257.000
Jalur Pipa Distribusi Utama IPA Dodokan Hilir-Taping Jaringan Pipa
b 34.850.000.000
Distribusi KEK Mandalika

DRAFT LAPORAN AKHIR 68


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3 Unit Pelayanan
a Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Semut 248.900.000
b Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Pengadang 1.704.100.000
c Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dopol 342.400.000
d Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Gabungan Reservoir 4.859.900.000
e Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Lengser 1.196.300.000
f Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Awang 1.145.300.000
JUMLAH III 56.209.668.000

JUMLAH I+II+III 167.454.668.000


Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya

DRAFT LAPORAN AKHIR 69


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB IX

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS KOTA PALU

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

KEK Kota Palu berlokasi di Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah
dan berada pada Daerah Aliran Sungai Palu, Wilaayah Sungai Palu Lariang. Sesuai
dengan Peraturan Menteri PUPR No 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Palu Lariang merupakan Wilayah Sungai Lintas
Provinsi dan kewenangan pengelolaannya ada pada Pemerintah Pusat.

Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Palu
ini ditetapkan dengan luas 1500 ha yang terletak dalam wilayah Kecamatan Tawaeli,
Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kawasan Ekonomi Khusus Palu memiliki batas sebagai
berikut :

1. Sebelah Utara, dengan Kelurahan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu;

2. Sebelah Ttimur, dengan Desa Wombo, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dan
Kelurahan Baiya dan Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu;

3. Sebelah Selatan, dengan Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu; dan

4. Sebelah Barat, dengan Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota
Palu.

Kawasan Ekonomi Khusus Palu terdiri atas (a) Zona Industri; (b) Zona Logistik; dan (c)
Zona Pengolahan Ekspor. Rencana strategis pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Palu berpedoman pada Masterplan Kawasan Industri Palu. Strategi pengembangan
KEK Kota Palu, dibagi dalam tiga bagian strategi yaitu :

5. Strategi Umum terdiri dari: Pembangunan Infrastruktur, Status Lahan dan Tata Ruang
Wilayah, Strategi Penguatan SDM, Pembangunan Kelembagaan, Pembangunan Sistem
Informasi KEK dan Investasi, Pembangunan Jejaringan Kerja.

6. Strategi Khusus berupa Strategi pengembangan komoditas unggulan terdiri dari:Penguatan


Supply Chain, Pengembangan Produk Hilir (Hilirisasi).

7. Strategi Fungsional terdiri dari: Pemasaran, Operasional dan Finansial/Keuangan.

Profil Umum

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Profil KEK Kota Palu

KEK Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kawasan pertama
yang didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan industri
pengolahan pertambangan di koridor ekonomi Sulawesi. Secara geografis, KEK
Palu yang terintegrasi dengan Pelabuhan Pantoloan dan dilalui jalur strategis Alur
Laut Kepulauan Indonesia 2 memiliki potensi strategis sebagai hub antara
kawasan barat dan timur Indonesia. Teluk Palu yang dalam dan lebar
memampukan kawasan ini untuk menjadi jalur perdagangan nasional dan
internasional, antara lain menghubungkan kota-kota di Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua serta negara-negara ASEAN. KEK Palu yang ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 akan mendukung Indonesia yang
merupakan produsen nikel, kakao dan rumput laut yang unggul di dunia.
Terbentuknya KEK Palu juga diharapkan akan mendorong hilirisasi industri logam
dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi agro unggulan di Pulau Sulawesi
seperti kakao, rumput laut, dan rotan.

Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dimiliki, KEK Palu memiliki
beberapa bisnis utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao, rumput laut serta rotan.
Namun KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka industri
lainnya sebagai bisnis pendukung, yaitu industri pengolahan karet, kelapa,
manufaktur dan logistik.

KEK Palu diproyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp 92,4 triliun hingga
tahun 2025 dengan dan menciptakan 97.500 lapangan kerja.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK PALU

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 9.1. Peta Lokasi KEK Kota Palu

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.2. Peta Wilayah Sungai KEK Kota Palu

Tabel 9.1. Profil Umum KEK Kota Palu

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Kota Palu Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
2. Industri Pengolahan Nikel 12. Kantor Administrator KEK Palu 21. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : dan Besi 13. Jalan Utama menuju Kawasan KEK Palu Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu, Sulawesi 3. Industri Pengolahan Biji 14. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan 22. PP No. 31 Tahun 2014
Teengah Coklat hingga 400 MW pada 2023 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
4. Industri Pengolahan 15. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara Palu
Luas Area : Rumput Laut telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.
1.500 Ha 5. Industri Pengolahan Rotan Administrator :
23. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha Master Plan : Infrastruktur Wilayah : Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan 6. Area industri 16. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 24. Perda Kota Palu No. 6 Tahun
Pengelola : 7. Area Komersial TEUs/Th selesai 2023 2014 Tentang Organisasi dan Tata
Pemerintah Kota 8. Area Fasilitas Pelayanan 17. Pembangunan Jalan Pintas Palu – Parigi selesai 2018 Kerja Administrator KEK Palu
Palu 9. Area Perumahan 18. Pembangunan Fly Over KEK – Pelabuhan selesai 2019
10. Area Ruang Terbuka 19. Rencana pengembangan infrastruktur gas, ketenagalistrikan dan Badan Usaha Pengelola :
Proyeksi Tenaga Hijau energi terbarukan kerjasama dengan Pertamina, beroperasi 2019 25. Perda Palu No 9 Tahun 2014
Kerja : 11. Jalan Nasional 20. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai
97.500 orang Wombo beroperasi 2018

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
26. Regulasi KEK Kota Palu

27. Peraturan Penyelenggaraan :

28. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

29. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Kota Palu

30. Administrator :

31. Perda Gub Sulut No. 309 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Administrator KEK

32. Perda Kota Palu No. 6 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Administrator KEK Palu

33. Badan Usaha Pengelola :

34. Perda Palu No.9 Tahun 2014

35. Infrastruktur KEK Kota Palu

36. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Palu :

37. Kantor Administrator KEK Palu

38. Jalan Utama menuju Kawasan KEK Palu

39. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan hingga 400 MW pada 2023

40. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara telekomunikasi, gedung
perkantoran, dan fasilitas ibadah.

41. Infrastruktur Wilayah KEK Palu :

42. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 TEUs/Th selesai 2023

43. Pembangunan Jalan Pintas Palu – Parigi selesai 2018

44. Pembangunan Fly Over KEK – Pelabuhan selesai 2019

45. Rencana pengembangan infrastruktur gas, ketenagalistrikan dan energi terbarukan


kerjasama dengan Pertamina, beroperasi 2019

46. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai Wombo beroperasi 2018

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 9.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Kota Palu

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 9.4. Infrastruktur Wilayah KEK Kota Palu

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan
Palu Utara terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Taipa, Kelurahan Kayumalue Pajeko
dan Kelurahan Kayumalue Ngapa, sedangkan Kecamatan Tawaeli terdiri dari 5
kelurahan yaitu Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya, Kelurahan
Pantolan dan Kelurahan Pantolan Baya, dimana tiap kelurahan memiliki jumlah
penduduk yang berbeda-beda dan berubah-ubahpada tiap tahunnya. Dalam
penentuan jumlah penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
melakukan analisis distribusi terhadap deliniasi kawasan. Hal ini dikarenakan deliniasi
kawasan tidak menggunakan batas administrasi secara utuh. Selanjutnya jumlah
penduduk berdasarkan kelurahan di distribusikan lagi berdasarkan luasan yang
termasuk dalam deliniasi Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Kawasan Pendukung Kawasan
Industri Palu Tahun 2009-2013

LUAS JUMLAH PENDUDUK (Jiwa)


NO KELURAHAN WiILAYAH
(Ha) 2009 2010 2011 2012 2013
Kec. Palu Utara 11,77 10.235 11.203 11.710 11.895 12.127
1 Taipa 1,95 3.843 5.161 5.394 5.478 5.585

2 Kayumalue Pajeko 2,39 2.983 2.554 2.670 2.712 2.765

3 Kayumalue Ngapa 7,43 3.409 3.488 3.646 3.705 3.777

Kec. Tawaeli 59,75 18.602 19.017 18.832 19.105 19.412


1 Panau 2,08 3.636 3.494 3.652 3.710 3.755
2 Lambara 6,82 2.617 2.878 3.008 3.058 3.095
3 Baiya 19,25 4.143 4.707 3.875 3.907 4.030
4 Pantoloan 14,7 5.137 4.969 5.194 5.277 5.341

5 Pantoloan Boya 16,9 3.069 2.969 3.103 3.153 3.191

Jumlah 71,52 28.837 30.220 30.542 31.000 31.539


Sumber : Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR) Pendukung Kawasan
Industri Palu, 2016

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di tiap kelurahan yang
merupakan deliniasi Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu pada 5 tahun
terakhir, mengalami peningkatan secara berturut tiap tahunnya, pada tahun 2009

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
jumlah penduduk Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu Sebesar 28.837 jiwa
kemudiankan pada tahun 2010 dan 2013 mengalami peningkatan berturut-turut
menjadi 30.220 jiwa dan 31.539 jiwa.

Dilihat dari pertumbuhan penduduk yang meningkat secara berturut maka dalam
melakukan estimasi jumlah penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
hingga tahun rencana dapat menggunakan metode proyeksi Pertumbuhan
Eksponensial (Exponential Growth Model) atau Metode Bunga Berganda, dengan
perkiraan tidak akan terjadi fluktuasi. Dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan
penduduk wilayah perencanaan pada periode 20 tahun (2013-2038), selanjutnya akan
dilakukan proyeksi jumlah penduduk berdasarkan metode proyeksi yang telah
dikemukakan diatas. Asumsi dasar aplikasi Exponential Growth Model adalah tingkat
pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu proposional dengan jumlah penduduk
pada tahun sebelumnya. Dan terdapat suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu
tingkat pertumbuhan penduduk, bukan jumlah pertambahan penduduk.

Secara fisik, makin besar jumlah penduduk, makin cepat pula tingkat
pertumbuhannya. Model matematikanya adalah sebagai berikut :

Pt = P0( 1 + r ) t
Di mana:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t (tahun rencana).
P0 = Jumlahpenduduk pada tahundasar.
r = Presentase pertumbuhan rata-rata.
t = Selangwaktu antara tahundasar dan tahun rencana.

Dari hasil proyeksi penduduk dengan jumlah penduduk diatas diperkirakan jumlah
penduduk Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu hingga akhir tahun
perencanaan Tahun 2038 adalah 54.397 jiwa, yang tersebar di 8 kelurahan yakni :
Kelurahan Taipa 41.248 jiwa, Kelurahan Kayuemalue Pajeko 1.567 jiwa, Kelurahan
Kayuemalue Ngapa 7.044 jiwa, Kelurahan Panau 4.533 jiwa, Kelurahan Lambara 8.361
jiwa, Kelurahan Baiya 2.830 jiwa, Kelurahan Pantoloan 6.733 jiwa, dan Kelurahn
Pantoloan Boya 4.024 jiwa .

Untuk lebih jelasnya proyeksi jumlah penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan


Industri Palu dari tahun 2018-2038 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9.3. Jumlah Penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu Tahun Proyeksi
Perencanaan

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN PROYEKSI 2018-2038
NO KELURAHAN
2018 2023 2028 2033 2038
Kec. Palu Utara 14.832 18.141 22.188 27.138 33.191
1 Taipa 8.331 12.427 18.538 27.652 41.248

2 Kayumalue Pajeko 2.468 2.203 1.966 1.755 1.567

3 Kayumalue Ngapa 4.278 4.846 5.490 6.218 7.044

Kec. Tawaeli 20.455 21.555 22.713 23.934 25.221


1 Panau 3.899 4.049 4.204 4.365 4.533
2 Lambara 3.776 4.606 5.619 6.854 8.361
3 Baiya 3.755 3.498 3.260 3.037 2.830
4 Pantoloan 5.594 5.859 6.137 6.428 6.733

5 Pantoloan Boya 3.342 3.501 3.667 3.841 4.024

Jumlah 35.172 39.223 43.741 48.779 54.397


Sumber : Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR) Pendukung Kawasan
Industri Palu, 2016

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

1. Analisis kebutuhan Air Baku Untuk Kawasan Pendukung

Analisis kebutuhan air bersih untuk Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
didasarkan atas beberapa kegiatan yang menggunakan air bersih, seperti untuk
kegiatan Domestik (Rumah Tangga) sebesar 150 liter/orang/hari, Hidran Umum
sebesar 40 liter/orang/hari, Komersial/ Industri sebesar 30 liter/orang/hari, dan
untuk Pelayanan Sosial sebesar 15 liter/orang/hari. Selain kebutuhan air yang
disebutkan di atas, juga diperkirakan untuk tingkat kebocoran yang mungkin
timbul sebesar 20% dari penggunaan kegiatan perkotaan. Sedangkan pada akhir
tahun perencanaan, diperkirakan kebutuhan akan air bersih pada Kawasan
Pendukung Kawasan Industri Palu sebanyak 12.783.312/liter perhari. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.4. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR) Pendukung Kawasan
Industri Palu, 2016

Apabila dilakukan koreksi terhadap kegiatan domestic (Rumah Tangga) sebesar 90


ltr/org/hari (atau 1,0417 ltr/dtk/1000 org) maka proyeksi kebutuhan air baku di
Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu adalah sebagai berikut :

Tabel 9.5. Koreksi Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kawasan Pendukung Industri Palu

Sumber : Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR) Pendukung Kawasan
Industri Palu, 2016

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Proyeksi kebutuhan air baku (skenario tinggi) untuk Kota Palu dan Kabupaten
Donggala seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 9.6. Proyeksi Kebutuhan Air Baku (Skenario Tinggi)

TAHUN (m3/dtk)
NO JENIS KEBUTUHAN
2012 2017 2022 2027 2032
Kota Palu
1 - Domestik/Rumah Tangga 0,61 0,71 0,82 0,95 1,1
- KEK 0,21 0,23 0,25 0,28 0,31
Jumlah 0,82 0,94 1,07 1,23 1,41
Kabupaten Donggala
2
- Domestik/Rumah Tangga 0,31 0,34 0,37 0,41 0,45

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
- KAPET 0,03 0,03 0,04 0,04 0,05
Jumlah 0,34 0,37 0,41 0,45 0,5
Sumber : Pola Pengeloaan SDA Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2014

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Secara makro iklim di WS Palu-Lariang merupakan iklim tropis yang dipengaruhi


oleh musim hujan dan musim kemarau, WS Palu Lariang mempunyai mempunyai
karakteristik fisik yang secara langsung mempengaruhi kondisi iklim mikro
wilayah. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson, tipe iklim
Kota Palu adalah tipe iklim F (agak kering), dimana bulan kering terjadi antara
Bulan Oktober sampai dengan Bulan April.

2. Data Hidrologi

Jumlah hujan tahunan dan hari hujan dari Tahun 1995 sampai dengan Tahun 2011
di masing-masing stasiun hujan ditunjukkan pada tabel dan Peta Isohyet sebagai
berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 9.7. Jumlah Hujan Tahunan Pada Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 1995-2011

JUML AH HUJAN TAHUNAN (mm)


STASI UN
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Bangga B 2131 1131 1138 1144 893 1035 785 1009 848 853 833 1071 1809 1083 758 1287 848
Bangga A 2267 1962 923 1084 717 1104 970 754 929 592 897 629 1343 1019 1132 1267 1384
Mutiara 889 854 364 908 579 235 644 620 602 434 736 601 949 943 559 825 669
Sibalaya 1010 1083 1334 1969 2394 4642 2250 1121 905 1102 1038 979 1098 908 728 1058 765
T uva 1985 2173 4753 1394 2312 5022 969 4385 1643 1685 2255 1602 2290 2092 1453 2590 1465
P alolo 1003 1023 1094 996 697 1008 836 802 2426 699 777 688 1019 843 780 919 665
Kulaw i 2474 2380 1437 2309 1781 2265 1983 2011 1999 1803 2398 1712 2606 2794 1684 2412 2060
Wuasa 1646 789 1058 1421 1543 1966 1528 1440 1967 1244 1785 1564 2174 1877 1448 1618 1752
T anamea 2294 2878 2524 2541 1692 1871 1646 1041 2786 1897 2361 2097
T ompe 2264 1583 1812 1926 1624 1624 1850
Rerata 1676 1424 1513 1403 1468 2239 1246 1630 1540 1123 1485 1208 1614 1627 1206 1596 1356
Sumber: Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber: Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.5. Peta Isohyet Rata-Rata Tahunan

3. Data Air Tanah

Data Cekungan Air Tanah (CAT) di WS Palu Lariang ditunjukkan seperti gambar
berikut :

Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Lampiran Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Cekungan Air
Tanah

Gambar 9.6. Peta Cekungan Air Tanah Pada WS Palu-Lariang

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Cekungan Air Tanah (CAT) Kota Palu adalah CAT Tawaeli (CAT No. 37) dengan Q1 =
34 juta m3/Tahun dan tidak tersedia cekungan air tanah tertekan (Q2 = 0).

Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Potensi Ketersediaan Air Permukaan

Potensi ketersediaan air permukaan di DAS Tawaeli dan DAS Lambagu adalah
sebagai berikut :

Tabel 9.8. Potensi Ketersediaan Air Permukaan DAS Tawaeli dan DAS Lambagu

KETERSEDIAAN AIR RATA-RATA KETERSEDIAAN Q 80%


NO NAMA DAS
m3/dtk Juta m3/thn m3/dtk Juta m3/thn
1 Tawaeli 3,5 110,5 2,2 69,5
2 Lambagu 3,14 98,9 1,97 62,3

Sumber : Hasil Analisis, 2017

2. Potensi Sumber Air Baku dan Mata Air

1. Kota Palu

Tabel 9.9. Potensi Sumber Air Baku dan Mata Air Kota Palu

NAMA SUNGAI/ MATA DEBIT ANDALAN SUNGAI


NO. DESA/KELURAHAN KECAMATAN
AIR (Liter/Detik)

KOTA PALU
1 Sungai Kawatuna Kawatuna Palu Selatan 504
2 Sungai Poboya Poboya Palu Selatan 411
3 Sungai Buluri/ Tipo Tipo Ulujadi 179
4 Sungai Bodi/ Janedo Bodi Palu Utara 180
5 Sungai Taipa/ Tawao Taipa Palu Utara 300
6 Sungai Wombo Pantoloan Palu Utara 269
7 Sungai Watusampu Watusampu Ulujadi 209
8 Sungai Lewara Duyu Marawola 340
9 Sungai Liku Lambara Tawaeli 40
10 Sungai Watutela Palu Timur 73
11 Sungai Uwenumpu Donggala Kodi Ulujadi 362

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber: Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2014

2. Kota Donggala

Tabel 9.10. Potensi Sumber Air Baku dan Mata Air Kota Donggala

NAMA SUNGAI/ MATA DEBIT ANDALAN SUNGAI


NO. DESA/KELURAHAN KECAMATAN
AIR (Liter/Detik)

KOTA DONGGALA
Balaesang
1 Sungai Torotonji Malei 223
Tanjung
2 Sungai Tovia Tovia Balaesang 216
3 Sungai Tunu Gimpubia Pinembani 685
4 Sungai Labuan - Labuan -
5 Sungai Bonemarawa Bonemarawa Rio Pakava 60,5
6 Sungai Pantolobete Bonemarawa Rio Pakava 10
7 Sungai Surumana Watatu Banawa Selatan -
8 Sungai Powelua Powelua Banawa 60
Sindue
9 Sungai Simolokiki Tibo 2,3
Tombusabora
10 Sungai Kamonji Tovia Balaesang 20
11 Mata Air Limboro Limboro Banawa Tengah 1,5
12 Mata Air Amma Kungguma Labuan 27
13 Mata Air Tombuolo Toaya Sindue 5
14 Mata Air Konto 1 Alindau Sindue Tobata 196
15 Mata Air Konto 2 Alindau Sindue Tobata 77.85
16 Mata Air Kalukulayu Sibado Sirenja 5

Sumber: Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2014

KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Jaringan Jaringan air baku di Kota Palu dikembangkan secara terpisah sesuai dengan
perkembangan kebutuhan penyediaan air baku, meliputi:
DRAFT LAPORAN AKHIR 20
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Kecamatan Palu Barat, terdiri dari: Sumur Dalam Duyu, Sumur DalamSilae, Sumur Dalam
Balaroa, Sungai Kalora, Sungai Buluri;

2. Kecamatan Palu Selatan, terdiri dari: Sumur Dalam Kawatuna, sumurDalam Pengawu, sumur
Dalam Birobuli, Sumur Dalam Lasoani, SungaiKawatuna, Sungai Tamuku;

3. Kecamatan Palu Timur, terdiri dari: Sumur Dalam Tondo, Sungai Watutela, Sungai Pondo;
dan

4. Kecamatan Palu Utara, terdiri dari: Sumur Dalam Mamboro, Sungai Wombo, Sungai Tawaeli,
dan Sungai Taipa.

Untuk daerah Pendukung Kawasan Industri di Kota Palu, yaitu di Kecamatan palu
Utara dan Tawaeli Pelayanan Sistem dan Penyediaan Air Bersih dilaksanakan oleh
PDAM Donggala, Sub Daerah Pelayanan Kota Palu. Terdapat 4 unit Sub Daerah
Pelayanan PDAM Donggala.Jumlah Sambungan Rumah (SR) untuk Daerah Pendukung
Kawasan Industri ini adalah sebesar 1466 SR, dengan pembagian 1.344 SR untuk
Kecamatan Palu Utara dan 112 SR untuk Kecamatan Tawaeli.

Total Sambungan Rumah (SR) terpasang untuk Daerah Pelayanan Kota Palu adalah
13.587 SR (24.97%).Adapun Diagram skematik Daerah Pelayanan PDAM Donggala
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.7. Diagram Skematik Daerah Pelayanan PDAM Donggala

Dengan melihat Skematik di atas, maka untuk Daerah Pelayanan Air Minum untuk
Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli sebagai Penyangga Kawasan Industri
Palu dilayanani oleh Sub Sistem S1 dengan sumber air baku Pantoloan. Dalam sistem
pelayanan untuk jaringan distribusi ada Reservoar Kapasitas 100 M3 dengan debit
aliran 3 lt/detik. Gambar Skematik Sub Sistem S1 dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.8. Skematik Sub Sistem S1

Pemenuhan kebutuhan air domestik saat ini berasal dari PDAM dan Sumur Suntik
yang diusahakan mandiri oleh masyarakat, karena PDAM belum mampu melayani
seluruh kebutuhan air domestik.

Data layanan PDAM untuk Kabupaten Donggala dan Kota Palu adalah sebagai berikut :

Tabel 9.11. Data Layanan Eksisting PDAM Kota Palu dan Kabupaten Donggala

NO PRODUKSI KEHILANGAN TERDISTRIBUSI


KABUPATEN/KOTA 3 3
liter/detik m /detik m /detik liter/detik m3/detik
PDAM Uwe Lino
1 - Kota Palu 162,4 0,162 0,054 109 0,109
- Kabupaten Donggala 45,8 0,046 0,015 31 0,031

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PDAM Kota Palu
2
- Kota Palu 50 0,05 0,009 41 0,041
Total 258,2 0,258 0,078 181 0,181
Sumber : RISPAM Kota Palu, 2011; PDAM Uwe Lino, 2012

Gambaran Neraca Air

Lokasi KEK Palu berada pada DAS Palu dan gambaran neraca air di DAS Palu seperti
diuraikan pada gambar berikut ini :

Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayas Sungai Palu Lariang, 2014

Gambar 9.9. Neraca Air DAS Palu

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana sistem penyediaan air baku untuk Kota Palu termasuk KEK Palu direncanakan
akan diambilkan dari Sungai Wombo melalui pembangunan Bendungan Wombo.

Sesuai hasil analisis terhadap proyeksi kebutuhan air baku (skenario tinggi) yang
dilakukan dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Palu Lariang,

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
kebutuhan air baku Kota Palu guna memenuhi kebutuhan domestik dan KEK Kota Palu
sampai dengan tahun 2032 adalah sebesar 1,41 m3/dtk, yang terdiri dari pemenuhan
kebutuhan air domestik sebesar 1,10 m3/dtk dan untuk KEK Kota Palu sebesar 0,31
m3/dtk.

Dari hasil simulasi kapasitas tampungan Waduk Wombo, diperoleh data bahwa
ketersediaan air Waduk Wombo hanya mampu untuk :

Keperluan Layanan Irigasi = 150 Ha

Manfaat Air Baku (maks) = 661 ltr/dtk (kehandalan 99%)

Dari analisis tersebut tergambar bahwa ketersediaan air dan kebutuhan air baku
untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan Air Baku (2023) Kota Palu

1. Domestik = 1.100 ltr/dtk

2. KEK Kota Palu = 310 ltr/dtk

Total = 1.410 ltr/dtk

3. Ketersediaan Sumber Air Baku

4. Sistem Penyediaan PDAM yang sudah ada

1. PDAM Uwe Liwo = 109 ltr/dtk

2. PDAM Kota Palu = 31 ltr/dtk

3. Rencana Pembangunan Waduk Wombo = 661 ltr/dtk

Total = 811 ltr/dtk

Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada tahun 2032 masih terdapat
kekurangan air sebesar 599 ltr/dtk (1.410 ltr/dtk – 811 ltr/dtk = 599 ltr/dtk). Hal
tersebut terjadi akibat data kebutuhan domestik Kota Palu terlalu besar yaitu 1100
ltr/dtk.

Apabila diambil data dari Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) pendukung Kawasan Industri, diperoleh data bahwa kebutuhan air
domestik kawasan pendukung kawasan industri Kota Palu adalah sebesar 178 ltr/dtk
(Tahun 2038).

Sehingga kebutuhan air untuk kebutuhan domestik dan KEK Kota Palu adalah sebasar
488 ltr/dtk (178 ltr/dtk + 310 ltr/dtk = 488 ltr/dtk). Apabila data proyeksi kebutuhan
air yang digunakan adalah data yang bersumber dari RDTR pendukung kawasan
industri, maka maka kebutuhan air sebesar 488 ltr/dtk tersebut akan dapat dipenuhi
melalui Rencana Pembangunan Waduk Wombo.

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Daerah Pelayanan

1. Rencana Daerah Pelayanan Kota Palu

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum perpipaan di wilayah Kota Palu


dilakukan secara bertahap sesuai dengan Rencana Induk Sistem (RIS) dan dan
dijabarkan secara rinci dalam Corporate Plan dengan program utama
penambahan sambungan, investasi untuk pembangunan komponen air bersih,
dan pemeliharaan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota
Palu.

Program yang dibuat harus terkorelasi dengan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Permen PU No.
18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan
Komitmen Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 sebagai dasar
pencapaian target pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan
kuantitas.

Kebutuhan air minum Kota Palu saat ini secara kelembagaan dilayani oleh dua
pengelola, yaitu PDAM Kota Palu dan PDAM Kabupaten Donggala. Masing-masing
pengelola mempunyai wilayah layanan sendiri. Sebagian besar masyarakat Kota
Palu (± 80%) dilayani oleh PDAM Donggala, terutama wilayah yang padat
penduduk, sedangkan PDAM Kota Palu sendiri melayani daerah pinggiran.
Konsultan telah mencoba melakukan zonasi pelayanan eksisting berdasarkan
sumber air, tetapi masih perlu dilakukan penataan zonasi yang lebih baik lagi,
sehingga dapat memaksimalkan tingkat layanan.

Sebagai data dasar dalam mendukung pengembangan sistem yang akan dilakukan
adalah dengan membuat pemetaan zona wilayah pelayanan sebagai data eksisting
untuk menganalisa unit air baku, unit produksi, dan unit distribusi yang ada. Dari
hasil pemetaan zona yang dilakukan, maka permasalahan tiap-tiap unit layanan
bisa diatasi dengan cepat dan tepat.

Pemetaan zona wilayah layanan dapat digunakan untuk sebagai dasar dalam
penentuan optimalisasi sistem eksisting. Optimalisasi tersebut meliputi perbaikan
pada unit air baku, unit produksi, maupun unit distribusi. Dari hasil zonasi
pelayanan air bersih di wilayah Kota Palu juga dapat dilakukan kajian terhadap
cakupan pelayanan dibandingkan dengan produksi air masing- masing sumber air
baku.

Rencana daerah layanan adalah adalah wilayah-wilayah di Kota Palu dan


sekitarnya baik yang sudah maupun yang belum terlayani oleh SPAM sistem
perpipaan. Adapun fokus pengembangan wilayah pelayanan air minum adalah

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
wilayah-wilayah yang hingga saat ini belum terjangkau oleh jaringan SPAM
perpipaan.

Pada wilayah Kecamatan Palu Utara dan Palu Barat, sebagian sasaran
pengembangan terklasifikasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Di
samping itu saat ini juga terdapat kompleks perumahan-perumahan yang sedang
dibangun dan tercatat sebagai daftar tunggu pelanggan baik pada PDAM Kota Palu
maupun PDAM Kabupaten Donggala.

Untuk meningkatkan pelayanan air bersih bagi Kota Palu dibutuhkan dukungan
dan kerjasama yang erat dengan wilayah sekitar dalam hal ini Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Sigi. Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan sumber
air baku untuk penyediaan air bersih di Kota Palu. Sumber air baku untuk Kota
Palu harus dijamin ketersediaan dan keberlanjutannya oleh kedua kabupaten
tersebut dan Kota Palu tentu harus memberikan satu penghargaan yang layak atas
pasokan air baku dari kedua daerah tersebut, sehingga tercipta hubungan yang
saling menguntungkan.

Untuk itulah diperlukan suatu pedoman atau masterplan interkoneksitas yang


mana hal tersebut berfungsi sebagai pengarah dan pedoman pengolahan dan
distribusi jaringan Air Minum di Kawasan Kota Palu.

Rencana daerah pelayanan air minum Kota Palu sesuai dengan arahan Rencana
Induk ini dibagi dalam 3 Zona Wilayah Layanan. Pembagian 3 Zonasi ini dilakukan
untuk optimalisasi tingkat layanan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan
potensi sumber air yang ada di dalam maupun di luar wilayah administratif Kota
Palu.

Pemanfaatan sumber air yang berada di Kabupaten sekitar khususnya Kabupaten


Sigi perlu dilakukan karena potensi sumber air permukaannya yang melimpah,
dengan kontinuitas, kuantitas, serta kualitas sumber air yang relatif lebih, dan
bagian hulu sungai umumnya termasuk dalam kawasan Taman Nasional Lore
Lindu.

Dengan adanya rencana pemanfaatan air baku yang berasal dari Sungai Saluki di
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi, maka daerah-daerah yang direncanakan
dilalui oleh jaringan pipa transmisi juga direncanakan sebagai daerah pelayanan.
Tabel 5. menggambarkan Zonasi untuk Wilayah Daerah Pendukung RDTR
Kawasan Industri Palu, yaitu Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli.

Tabel 9.12. Rencana Zonasi Pelayanan Air Minum Kota Palu

SISTEM JUMLAH
DAERAH TERLAYANI LUAS KECAMATAN LUAS ZONA
ZONA PENDUDUK 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(km2) (km2) (Jiwa)
Kecamatan Tawaeli 59,75 19.412
Zona I Kecamatan Palu Utara 29,94 296.49 12.127
Kecamatan Mantikulore 206,8 57.044

Kecamatan Palu Timur 7,71 67.385

Kecamatan Palu Selatan 27,38 58.32 64.113


Zona II Kecamatan Palu Barat 8,28 58.306
Kecamatan Tatanga 14,95 35.562
Zona III Kecamatan Ulujadi 40,25 40.25 25057
Total 395,06 347.856

= Daerah Pendukung Kawasan Industri Kota Palu

Sumber : RISPAM Kota Palu Tahun 2014

Rencana tingkat pelayanan air minum Kota Palu sesuai dengan arahan Rencana
Induk ini direncanakan terkait dengan upaya pencapaian tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs). Air minum dan sanitasi merupakan bagian
dari MDGs Goals 7 target 10 yaitu “Penurunan sebesar separuh, proporsi
penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan
serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015”. Indikator yang digunakan untuk
mengetahui pencapaian target MDGs tersebut adalah:

1. Proporsi penduduk dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan
berkelanjutan, dan

2. Proporsi penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.

Saat ini untuk Kota Palu dan beberapa Kabupaten lainnya dilayani oleh
PDAM Kota Palu dan PDAM Kabupaten Donggala. Jumlah SR (Sambungan Rumah)
atau domestik berjumlah 21.772 SR (Tahun 2014). Cakupan Pelayanan adalah
sebesar 24.97% untuk Kota Palu, 36.77% untuk Kabupaten Donggala,33.55%
untuk Kabupaten Parigi Moutong dan 26.05% untuk Kabupaten Sigi.

Untuk menunjang kebutuhan air minum dengan tingkat pelayanan di atas, PDAM
Donggala memiliki Kapasitas Sumber 900 Liter/detik, kapasitas Desain 361,5
Liter/Detik, dan kapasitas Produksi 281,8 Liter/Detik.

Melihat dari cakupan pelayanan seharusnya ke depan jumlah SR harus


ditingkatkan lagi per kabupaten. Jumlah penduduk di 4 kabupaten tersebut saat
ini (Tahun 2015, berdasarkan proyeksi Penduduk Tahun 2013) sebesar 463.565
jiwa. Sedangkan Jumlah Penduduk untuk Daerah Pendukung Kawasan Industri

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kota Palu (Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli) Tahun 2018 berjumlah
35.172 jiwa.

Terkait dalam merencanakan kapasitas Sistem untuk kebutuhan air minum, maka
proyeksi penduduk dilakukan sampai Tahun 2038 untuk perencanaan Master Plan
(20 tahun). Untuk Tahun 2023 Jumlah Penduduk Proyeksi sebesar 39.223 jiwa.
Tahun 2028 sebesar 43.741 jiwa,Tahun 2033 sebesar 48.779 jiwa. Dan untuk
tahun 2038 sebesar 54.397 jiwa.

3. Rencana Daerah Pelayanan Daerah Pendukung Kawasan Industri Kota Palu

Daerah perencanaan sebagai penyangga Kawasan Industri Palu, yaitu Kecamatan


Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli, termasuk dalam Daerah Pelayanan Zona I.
Wilayah layanan Zona I meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tawaeli,
Kecamatan Palu Utara, dan Kecamatan Mantikulore. Luasan Zona I adalah 296,49
Km2.

Rencana Pengembangan Air Minum daerah Pendukung Kawasan Industri Kota


Palu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 9.13. Rencana Wilayah Pelayanan Air Minum Daerah Pendukung Kawasan Industri Kota Palu
Dengan Sumber Air Baku

NO KELURAHAN KECAMATAN POTENSI SUMBER AIR BAKU

1. Pantoloan Tawaeli 1. Sungai Wombo


2. Pantoloan Boya Tawaeli 2. Sungai Labuan
3. Baiya Tawaeli 3. Sungai Janedo/Bodi
4. Lambara Tawaeli
5. Panau Tawaeli
6. Kayumalue Pajeko Palu Utara 1. Sungai Watudonggala
7. Kayumalue Ngapa Palu Utara 2. Sungai Bale
8. Taipa Palu Utara
9. Mamboro Palu Utara
10. Mamboro Barat Palu Utara

Sumber : RISPAM Kota Palu 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Struktur Tata Ruang KEK Kota Palu telah ditetapkan melalui Perda RTRW Provinsi
2010-2030 (Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan), Seperti disajikan
dalam Peta Struktur Tata Ruang Pengembangan Kawasan Strategis Kota Palu
sebagai berikut :

Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayas Sungai Palu Lariang, 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.10. Peta Struktur Tata Ruang Pengembangan Kawasan Strategis Kota Palu

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Master Plan

(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 9.11. Master Plan KEK Kota Palu

3. Tahapan Pengembangan

Sesuai dengan rencana semula, program pengembangan KEK Kota Palu


direncanakan berdasarkan tahapan pengembangan sebagai berikut :

Tabel 9.14. Tahapan Pengembangan KEK Kota Palu

TAHAPAN PEM BANG UNAN


NO URAIAN TAHUN PELAK SANAAN
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Infrastruktur Dalam Kawasan
1
KEK Kota Palu
Kantor Administrasi KEK
1
Kota Palu
2 Jalan Utama

3 Pasokan Listrik 400 MW


Infrastruktur dan Fasilitas
4
Lainnya
Infrastruktur Wilayah KEK Kota
2
Palu
Pengembangan
1
Pelabuhan Pantolan
Pembangunan Jalan
2
Pintas Palu-Parigi
Pembangunan Flyover
3
KEK Palu-Pelabuhan
Rencana Pengembangan
4
Infrastruktur Gas,
Pembangunan Bendungan
5
Wombo
Rencana Penyediaan Air
6
Baku

Status Pengembangan Kawasan

KEK Kota Palu terbentuk berdasarkan PP No 31 Tahun 2014 yang merupakan


kelanjutan pengembangan dari Kawasan industry Kota Palu yang sudah ada. KEK Kota
Palu mempunyai luas 1.500 Ha dan sampai tahun 2017 telah dibebaskan lahannya
seluas 187 Ha.

Sampai dengan tahun 2017 semua infrastruktur dalam Kawasan KEK Kota Palu sudah
dibangun, kecuali untuk pasokan listrik sebesar 400 MW yang akan dibangun secara

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
bertahap dan direncanakan selesai pada tahun 2023 sesuai tahapan
pembangunannya.

Rencana penyediaan air baku untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu perlu direncanakan
akan diambilkan dari Sungai Wombo melalui Pembangunan Bendungan Wombo.

Progres pekerjaan rencana pembangunan Bendungan Wombo sampai dengan tahun


2017 baru selesai dibuat detail desainnya. Semula Bendungan Wombo akan dimulai
pada tahun 2017 dan direncanakan akan selesai pada tahun 2018.

Data Rencana Bendungan Wombo :

1. Volume Total Waduk (NWL), el + 194 = 12,27 Juta m3

2. Volume Waduk pada LWL, el + 167,50 = 2,82 Juta m3

3. Tinggi Bendungan = 68 m

4. Elevasi Puncak Bendungan = + 200 m

5. Volume Efektif = 9,45 Juta m3

6. Layanan Irigasi = 150 Ha

7. Kebutuhan Air Baku (Kehandalan 99%) = 616,6 ltr/dtk

8. Debit Pemeliharaan Sungai = 0,20 m3/dtk

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Dari hasil analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku untuk Kota Palu dan KEK Kota
Palu adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan Air Baku Sampai Dengan tahun 2032 : 488 ltr/dtk

2. Ketersediaan Air Baku :

1. Sistem penyediaan air baku dari PDAM yang sudah ada

Kapasitas : 150 ltr/dtk

2. Rencana sumber air baku dan rencana waduk wombo

Kapasitas : 661 ltr/dtk

Total Potensi Ketersediaan Air Baku : 811 ltr/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Diasumsikan kebutuhan air baku untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu akan disediakan
dari Rencana Bendungan Wombo, secara skematik rencana penyediaan air baku
adalah sebagai berikut :

Rencana Bendungan
Wombo

Kota Palu

178 ltr/dtk
500 ltr/dtk
IPA
B R
D 500 ltr/dtk
KEK Kota Palu
Pompa Pompa
310 ltr/dtk

Gambar 9.12. Skematik Rencana Penyediaan Air Baku Kota Palu dan KEK Kota Palu

Perkiraan Biaya

Sampai akhir bulan November 2017, belum ada Laporan Detail desain yang sudah
selesai untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya Rencana Penyediaan Air Baku
untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu.

Dari hasil Studi Kelayakan (FS) Rencana Bendungan Wombo di kabupaten Donggala,
diperkirakan sebesar Rp. 793.918.000.000,-.

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 36
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB X

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

KEK Bitung berlokasi di Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, dan berada
di DAS Pasongdolong (No. 072) WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas. Sesuai dengan
Peraturan Mentri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai,
Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas merupakan Wilayah Sungai Strategis
Nasional. DAS Pasongdolong mempunyai luas 5.394,23 Ha dan diapit oleh DAS Girian
(10.650,95 Ha) dan DAS Batuputih (17.568,62 Ha). DAS Girian dan DAS Batuputih berlokasi di
Kabupaten Minahasa Utara.

Profil Umum

1. KEK Bitung berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara dan ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014. KEK Bitung memiliki lokasi yang sangat strategis dan
merupakan pintu gerbang ekonomi ke negara-negara di Asia Pasifik. Aksesibilitas tersebut
didukung dengan adanya Pelabuhan Hub Internasional Bitung sebagai hub perdagangan bagi
Kawasan Timur Indonesia.

Berjarak 44 km dari Ibukota Manado, KEK Bitung diharapkan dapat menjadi pusat
pertumbuhan dan distribusi barang serta penunjang logistik di kawasan timur
Indonesia.

Dengan total area seluas 534 ha, KEK Bitung berbasis pada keunggulan komoditas
daerah Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di
Indonesia, KEK Bitung fokus pada industri pengolahan perikanan untuk
menghasilkan komoditi ekspor berkualitas internasional. Selain perikanan, KEK
Bitung juga fokus pada industri kelapa beserta produk turunannya yang memiliki
pasar yang sangat luas dan diminati baik dalam skala nasional maupun
internasional.

Berdasarkan potensi wilayah dan keunggulan geostrategis, KEK Bitung diharapkan


mendorong hilirisasi dan mendongkrak daya saing sektor perikanan, agro, farmasi
dan menarik investasi senilai Rp 32 triliun hingga tahun 2025.

DRAFT LAPORAN AKHIR 1

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 2

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK BITUNG

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 10.1. Peta Lokasi KEK Bitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.2. Peta Wilayah Sungai KEK Bitung

Tabel 10.1. Profil Umum KEK Bitung

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Bitung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


2. Industri Pengolahan 24. Telah tersedia dan beroperasi Gardu Induk Tanjung Merah 30 MW 33. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Perikanan didalam lokasi KEK Bitung Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kota Bitung, 3. Industri Pengolahan 25. Telah tersedia fasilitas jalan masuk ke kawasan dan gedung 34. PP No. 32 Tahun 2014
Sulawesi Utara Kelapa perkantoran Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
4. Industri Farmasi Herbal Bitung
Luas Area : 5. Logistik Infrastruktur Wilayah :
534 Ha 26. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung 39 km, target Administrator :
Master Plan : penyelesaian pembangunan fisik tahap 1 sepanjang 13,5 km Juni 2018. 35. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha 6. Ruang Terbuka Hijau 27. Telah tersedia Jalan Nasional Manado – Bitung 45 km Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan 7. Area Alternatif 28. Telah tersedia Jalan Nasional Girian – Kema ± 85 km
Pengelola : 8. Fasilitas Non Industri 29. Telah tersedia Pelabuhan BitungTelah tersedia Bandara Sam Badan Usaha Pembangunan :
Pemerintah 9. Fasilitas Pendukung Ratulangi 36. Perda Sulut No.3 Tahun 2014
Provinsi Sulawesi 10. Fasilitas 30. Telah tersedia IPA Tendeki (40 L/detik) dan penyediaan jaringannya Tentang BUMD PT. Sulut
Utara Sosial/Umum 31. Pembangunan IPA Pinokalan (70 L/detik) dan jaringannya Membangun
11. Industri Polusi 32. Rencana pembangunan Bendungan Kuwil 13.500.000 m³ selesai
Proyeksi Tenaga Tinggi pada 2019 Sekretariat Dewan Kawasan :
Kerja : 12. Industri Polusi 37. SK Gub Sulut 271 thn 2014
34.710 orang Sedang Tentang Sekretariat Dewan Kawasan
13. Industri Polusi Kecil KEK Prov. Sulut

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

14. Plot Industri Besar


15. Plot Industri Sedang
16. Plot Industri Kecil
17. Fasilitas
18. Pergudangan
Tertutup
19. Pengolahan Air
Limbah
20. Pelabuhan
Perikanan
21. Terminal Kontainer
22. Pembangkit Listrik
23. Perumahan
Karyawan
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 10.2. Master Plan KEK Kota Bitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
38. Regulasi KEK Bitung

39. Peraturan Penyelenggaraan :

40. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

41. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung

42. Administrator :

43. Perda Gubernur Sulut 309 Tahun 2014 Pembentukan Administrator KEK

44. Badan Usaha Pembangunan :

45. Perda Sulut No. 3 Tahun 2014 Tentang BUMD PT Sulut Membangun

46. Sekretariat Dewan Kawasan :

47. SK Gubernur Sulut 271 Tahun 2014 Tentang Sekretariat Dewan Kawasan KEK Prov Sulut

48. Infrastruktur KEK Bitung

49. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Bitung :

50. Telah tersedia dan beroperasi Gardu Induk Tanjung Merah 30 MW didalam lokasi KEK Bitung

51. Telah tersedia fasilitas jalan masuk ke kawasan dan gedung perkantoran

52. Infrastruktur Wilayah KEK Bitung :

53. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung 39 km, target penyelesaian pembangunan fisik
tahap 1 sepanjang 13,5 km Juni 2018.

54. Telah tersedia Jalan Nasional Manado – Bitung 45 km

55. Telah tersedia Jalan Nasional Girian – Kema ± 85 km

56. Telah tersedia Pelabuhan BitungTelah tersedia Bandara Sam Ratulangi

57. Telah tersedia IPA Tendeki (40 L/detik) dan penyediaan jaringannya

58. Pembangunan IPA Pinokalan (70 L/detik) dan jaringannya

59. Rencana pembangunan Bendungan Kuwil 13.500.000 m³ selesai pada 2019

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 10.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Bitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 10.4. Infrastruktur Wilayah KEK Bitung

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Proyeksi Penduduk Kota Bitung sampai Tahun 2035 seperti diuraikan pada tabel
berikut :
Tabel 10.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bitung

PROYEKSI JUMLAH
NO TAHUN
PENDUDUK (JIWA)
1. 2014 259.237
2. 2015 266.355
3. 2016 273.474
4. 2017 280.592
5. 2018 287.711
6. 2019 294.830
7. 2020 301.948
8. 2021 309.067
9. 2022 316.185
10. 2023 323.304
11. 2024 330.423
12. 2025 337.541
13. 2026 344.660
14. 2027 351.778
15. 2028 358.897
16. 2029 366.016
17. 2030 373.134
18. 2031 380.253
19. 2032 387.371
20. 2033 394.490
21. 2034 401.609
22. 2035 408.727
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Proyeksi Kebutuhan Air Baku untuk KEK Bitung :


1. Kebutuhan Air untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
1. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Dengan adanya rencana pembangunan KEK dan Kawasan Industri Khusus di
Kota Bitung, maka diperlukan juga adanya rencana penyediaan air bersih pada
kawasan tersebut. Pada RTRW telah dicantumkan bahwa kebutuhan lahan
untuk KEK ini adalah seluas 534 Hektar. Berdasarkan kriteria perencanaan,
kebutuhan air untuk kawasan industri atau komersial pada tingkatan kota
sedang adalah sebesar 0,75 liter/detik/hektar (Ditjen Cipta Karya,2000).
Maka kebutuhan air untuk rencana kawasan industri ini adalah sebesar:

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
534 hektar x 0,75 liter/detik/hektar = 400,5 liter/detik
Pada tahap I, sesuai yang tertuang pada RTRW akan dibangun 115 Hektar pada
kawasan ini, maka kebutuhan air pada tahap ini adalah sebesar :
115 hektar x 0,75 liter/detik/hektar = 86,25 Liter/detik
Mengingat KEK ini berada di Kecamatan Matuari yang termasuk dalam Zona
Tendeki, kapasitas terpasang sistem air bersih eksisting saat ini sebesar 158
liter/detik. Sedangkan idle capacity sampai dengan tahun 2013 hanya sekitar
adalah 141 liter/detik.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan KEK sampai dengan tahap
penyelesaian maka direncanakan sebaga berikut :
1. Total kebutuhan air bersih : 400 liter/detik
2. Kebutuhan Tahap I : 86,25 liter/detik (dapat dipenuhi dengan memanfaatkan idle capacity
sebesar 90 liter/detik dari IPA Pinokalan)
3. Kekurangan yang harus dipenuhi : 400 liter/detik – 90 liter/detik = 310 liter/detik
4. Alternatif pemenuhan air bersih seperti yang tertuang dalam presentasi kesiapan KEK oleh
Sekkota Bitung yaitu dengan mengambil air baku dari Sungai Girian yang mempunyai debit
andalan 1.000 liter/detik dan mata air Tendeki sebesar 40 liter/detik. Pengambilan air baku
di Sungai Girian dapat dilakukan modul IPA 300 liter/detik dengan tidak lupa memperhatikan
penggunaan atau fungsi sungai yang telah ada di Balai Sungai.

5. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Pelabuhan


Kawasan pelabuhan di Kota Bitung direncanakan di atas lahan seluas 50 ha.
Kebutuhan Air : 50 hektar x 1 l/det/ha = 50 liter/detik.
Untuk memenuhi kebutuhan di pelabuhan ini direncanakan memanfaatkan
dari rencana Bendungan Sawangan.

6. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Perdagangan & Jasa


Untuk masa 20 tahun ke depan, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Bitung
dikembangkan seluas kurang lebih 85 Hektar yang meliputi : Kawasan pasar
tradisional, Kawasan pusat perbelanjaan, Toko modern, Perdagangan dan jasa
lainnya.
Kebutuhan Air : 85 hektar x 0,5 l/det/ha = 42,50 liter/detik
Untuk Kawasan Perkantoran, khususnya kawasan perkantoran pemerintah
tingkat kota, pada Tahun 2013-2033 direncanakan di atas kawasan seluas 47
Ha.
Kebutuhan Air : 47 hektar x 0,5 l/det/ha = 23,50 liter/detik
Total kebutuhan untuk kebutuhan air di kawasan perdagangan dan jasa serta
perkantoran adalah 66 liter/detik. Mengingat penyebaran fasilitas non
domestik ini yang berada di seluruh kecamatan, maka pemenuhan
kebutuhan akan diambil dari setiap zona.

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Taman kota dengan luas kurang lebih 26 Ha
Kebutuhan Air : 26 hektar x 0,1 l/det/ha = 2,6 liter/detik
Pemenuhan kebutuhan air untuk taman kota didasarkan pada kebutuhan non
domestik di setiap zona.

8. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Pariwisata


Dikhususkan untuk tempat pariwisata yang menerima kunjungan dari
wisatawan. Terdapat di beberapa tempat seperti Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam yang tersebar di beberapa tempat.
Kebutuhan Air : 100 hektar x 0,1 l/det/ha = 10 liter/detik. Pemenuhan
kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan non domestik di setiap zona.

Tabel 10.3. Kebutuhan Air Untuk Kawasan Khusus

NO. KAWASAN KEBUTUHAN AIR RENCANA PEMENUHAN

1 Kawasan Ekonomi Total = 400 l/det Tahap Tahap 1 – Zona Tendeki = 75 l/det
Khusus (KEK) Tanjung 1 = 86,25 l/det MA. Tendeki – 40 l/det
Merah Sungai Girian – 300 l/det
2 Kawasan 50 L/det Bendungan Sawangan
Pelabuhan/IHP
3 Kawasan Perdagangan 66 L/det Sesuai zona
& Jasa
4 RTH / Taman Kota 2,6 L/det Sesuai zona
5 Kawasan Pariwisata 10 L/det Sesuia zona
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

9. Proyeksi Kebutuhan Air Baku


Untuk kebutuhan air per liter per orang per hari, sesuai dengan data pemakaian
air di PDAM Kota Bitung, rata-rata pemakaiannya adalah 102 liter/orang/hari.
Oleh karena itu untuk perencanaan kebutuhan air minum ini digunakan 120
liter/orang/hari sampai dengan perencanaan tahun 2020. Seiring dengan
perkembangan kota Bitung nantinya, untuk jangka waktu setelah tahun 2020
sampai dengan 2035 digunakan standar pemakaian 150 liter/orang/hari.
Sedangkan untuk tingkat pelayanan non domestik, sampai dengan tahun
2020 direncanakan persentase kebutuhan non domestik adalah 15% dari
kebutuhan domestik. Sedangkan setelah tahun 2020 sampai dengan 2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
direncanakan dengan persentase 20% dari kebutuhan domestik. Hal ini berkaitan
dengan perkembangan kota Bitung nantinya yang akan mempunyai banyak
kawasan khusus di bidang ekonomi dan pelabuhan.
1. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kota Bitung
Proyeksi kebutuhan air baku untuk Kota Bitung dari Tahun 2015 sampai
dengan Tahun 2035, seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 10.4. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kota Bitung
TAHUN
NO UR AI AN SATUAN
2015 2020 2025 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 26.636 30.195 33.754 40.873
2 Tingkat pelayanan (Jaringan Perpipaan % 50 60 70 90
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 13.318 18.117 23.628 36.785
KEBUTUHAN DOMESTIK
4 Pelayanan rumah tangga = 70% jumlah jiwa 9322 12682 16540 25750
5 Kebutuhan air rumah tangga lt/hr/org 120 120 150 150
6 Jumlah kebutuhan air rumah tangga = lt/hari 1118692 1521819 2480928 3862472
jumlah penduduk x kebutuhan air per lt/detik 12,95 17,61 28,71 44,70
7 Jumlah sambungan rumah tangga unit 1864 2536 3308 5150
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 3995 5435 7088 11036
9 Kebutuhan air untuk kran umum lt/hr/org 30 30 30 30
10 Jumlah kebutuhan air utk kran umum = lt/hari 119859,83 163052,02 212650,94 331069,02
jumlah penduduk x kebutuhan air/hr lt/detik 1,387 1,887 2,461 3,832
11 Jumlah sambungan untuk kran umum Unit 27 36 47 74
Jumlah keb. air domestik = keb air untuk
12 lt/detik
rumah tangga + keb. air untuk kran 14, 34 19, 50 31, 18 48, 54
KEBUTUHAN NON DOMESTIK
13 Persentase kebutuhan air non domestik % 15 15 20 20
14 Jumlah kebutuhan air non domestik lt/detik 2,15 2,93 6,24 9,71
KEBUTUHAN AIR
15 KEBUTUHAN AIR = keb air domestik + lt/detik 16,49 22,43 37,41 58,24
16 Tingkat kebocoran % 35 30 25 20
17 Jumlah kebocoran air = Tingkat lt/detik 5,77 6,73 9,35 11,65
18 KEBUTUHAN AIR RATA-RATA = lt/detik 22,26 29,15 46,76 69,89
Kebutuhan harian maksimum = 1.15 x
19 lt/detik
kebutuhan air baku rata-rata 25,59 33,52 53,78 80,38
Kebutuhan air pada jam puncak = 1.5 x
20 lt/detik
kebutuhan harian maksimum 38, 39 50, 29 80, 67 120, 56
lt/Hari 3.316.919 4.345.071 6.969.635 10.416.756
m3/hari 3.317 4.345 6.970 10.417
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku untuk Kecamatan Matuari


Lokasi KEK Kota Bitung berada di Kecamatan Matuari yang termasuk dalam
Zona Tendeki.
Proyeksi kebutuhan air baku pada Zona Tendeki dari Tahun 2015 sampai
dengan Tahun 2035, seperti diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 10.5. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Zona Tendeki

T A H UN
NO URA IA N SA T UA N
2015 2020 2025 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 77243 87565 97887 118531
Tingkat pelayanan (Jaringan Perpipaan
2
PDAM) % 50 60 70 90
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 38622 52539 68521 106678
KEBUT UH A N D OM EST IK
Pelayanan rumah tangga = 70% jumlah
4
penduduk terlayani jiwa 27035 36777 47965 74674
5 Kebutuhan air rumah tangga lt/hr/org 120 120 150 150
6 Jumlah kebutuhan air rumah tangga = lt/hari 3244206 4413275 7194690 11201168
jumlah penduduk x kebutuhan air per hari lt/detik 37,55 51,08 83,27 129,64
7 Jumlah sambungan rumah tangga unit 5407 7355 9593 14935
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 11586 15762 20556 32003
9 Kebutuhan air untuk kran umum lt/hr/org 30 30 30 30
10 Jumlah kebutuhan air utk kran umum = lt/hari 347593,51 472850,85 616687,74 960100,15
jumlah penduduk x kebutuhan air/hr lt/detik 4,023 5,473 7,138 11,112
11 Jumlah sambungan untuk kran umum Unit 77 105 137 213

12 Jumlah keb. air domestik = keb air untuk


rumah tangga + keb. air untuk kran umum lt/detik 41, 57 56, 55 90, 41 140, 76
KEBUT UH A N NON D OM EST IK
(F A SILIT A S)
Persentase kebutuhan air non domestik dari
13
Kebutuhan Domestik % 15,00 15,00 20,00 20,00
14 Jumlah kebutuhan air non domestik lt/detik 6,24 8,48 18,08 28,15
KEBUT UH A N A IR
KEBUTUHAN AIR = keb air domestik + keb
15
air non domestik lt/detik 47,81 65,04 108,49 168,91
16 Tingkat kebocoran % 35,00 30,00 25,00 20,00
Jumlah kebocoran air = Tingkat kebocoran
17
(%) x KEBUTUHAN AIR lt/detik 16,73 19,51 27,12 33,78
KEBUTUHAN AIR RATA-RATA = kebutuhan
18
air + kebocoran air lt/detik 64,54 84,55 135,61 202,69
Kebutuhan harian maksimum = 1.15 x
19
kebutuhan air baku rata-rata lt/detik 74,22 97,23 155,96 233,09
Kebutuhan air pada jam puncak = 1.5 x
20
kebutuhan harian maksimum lt/detik 111, 33 145, 84 233, 93 349, 64
lt/Hari 9.619.063,82 12.600.706,77 20.211.940,54 30.208.590,99
m3/hari 9619,06 12600,71 20211,94 30208,59
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi
Iklim di Kota Bitung hanya terdiri dari 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di
wilayah ini. Pada bulan Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan
karena angin yang bertiup dari arah Barat/Barat Laut banyak mengandung air.
Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi
musim kemarau karena angin yang bertiup dari arah Timur tidak banyak
mengandung air.

2. Data Hidrologi
Jumlah curah hujan di Kota Bitung cukup beragam menurut bulan. Menurut
catatan Stasiun Meteorologi Bitung, curah hujan tertinggi selama tahun 2012
terjadi pada bulan Maret yang mencapai 283,3 mm.Sedangkan pada bulan
September curah hujan mengalami titik terendah yakni hanya 25 mm. Namun
sepanjang tahun 2012 curah hujan rata-rata di Kota Bitung adalah sebesar 142
mm.
Jika melihat perbandingan curah hujan sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun
2003 sampai dengan tahun 2012, terlihat bahwa rata-rata curah hujan yang
terjadi adalah sebesar 154,9 mm/tahun. Selama selang 10 tahun terakhir, dari
data yang ada terlihat bahwa bulan September memiliki curah hujan yang kecil,
yaitu rata-rata 65,29 mm/tahun. Sedangkan curah hujan November dalam selang
waktu 10 tahun terakhir ini memiliki curah hujan tertinggi, yaitu rata-rata sebesar
217,01 mm/tahun. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan data curah hujan di
Kota Bitung selang tahun 2003 s/d tahun 2012.

Tabel 10.6. Perbandingan Curah Hujan Kota Bitung Tahun 2003-2012 (mm)
TAHUN/BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 359.5 138.5 102.1 85 166.2 285.5 98.6 104.5 155.1 118.1

Februari 124.4 78.3 216.8 346 39.3 87.5 85.2 87.9 296.8 141.8

Maret 311.6 103 191 90 201.3 143.8 164.8 70.4 164.1 283.3

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
April 186.4 174.1 221 86 83.1 210 113.3 429.8 234.0 159.5

Mei 78 190.1 305 253 222.2 136 293.5 220.2 98.5 153.6

Juni 135 56 58.9 248.9 191.5 237 183.9 409.7 208.5 105.4

Juli 95.3 59.8 149.8 1.4 241.9 331.1 66.4 352.8 13.7 151.5

Agustus 254 0 30 21 100.6 219.3 21.7 183.8 40.2 41.0

September 48 8.9 35 41.4 19.1 89.2 5.0 252.0 129.3 25.0

Oktober 62.6 4.9 146.2 25.9 55.4 159.3 144.4 211.6 167.2 100.1

November 69 312.3 276 86.7 367.7 110 312.4 209.2 205.4 221.4

Desember 222.4 138.1 249 166.1 137.7 195.8 109.8 234.3 137.7 202.9

Jumlah 1946.2 1250.2 1980.8 1451.4 1826 2203.9 1599.0 2766.2 1850.5 1703.6

Rata-Rata 162.2 138.9 165.1 121 152.2 183.7 133.3 230.5 154.2 142

Sumber : Kota Bitung Dalam Angka, 2013

Data curah hujan yang dianalisis adalah data 10 tahun terakhir, yaitu periode 2003
- 2012 (Sumber Data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun
Meteorologi Maritim Bitung). Pola curah hujan wilayah kota Bitung dari data yang
diperoleh menunjukkan bahwa rataan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
November, yakni 217.01 mm sedangkan terendah pada bulan September, yakni
65.29 mm. Hasil analisis curah hujan dengan menggunakan pendekatan tipe iklim
Schmidt dan Ferguson menunjukkan bahwa Wilayah kota Bitung adalah termasuk
tipe iklim A (9 bulan basah berturut-turut, 2 bulan lembab dan 1 bulan kering).
Curah hujan rata-rata bulanan di wilayah kota Bitung dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Kota Bitung Dalam Angka, 2013
Gambar 10.5. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kota Bitung

Berdasarkan data dari Stasuin Meteorologi Maritim Bitung diperoleh data jumlah
hari hujan untuk 10 (sepuluh) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2003 s/d 2012
terlihat bahwa rata-rata hari hujan yang terjadi adalah berjumlah 18 hari/bulan.
Ini berarti lebih banyak terjadi hujan dari pada penyinaran matahari selang satu
bulan.
Jika dicermati juga ternyata bulan sepuluh tahun terakhir ini hari hujan terpanjang
terjadi pada bulan Desember dan Januari, yaitu rata-rata 22,2 hari/bulan. Untuk
data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10.7. Hari Hujan Kota Bitung (Hari)


RATA-
TAHUN/BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 JUMLAH
RATA
Januari
17 27 18 23 24 23 22 22 20 26 222 22.2
Februari
20 15 16 27 15 18 21 17 24 18 191 19.1

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
RATA-
TAHUN/BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 JUMLAH
RATA
Maret
29 14 19 21 24 27 21 13 25 26 219 21.9
April
20 19 21 19 11 24 22 25 25 24 210 21
Mei
20 16 26 19 22 19 21 20 23 23 209 20.9
Juni
14 12 12 26 23 25 20 25 22 14 193 19.3
Juli
17 22 19 9 20 28 14 25 18 23 195 19.5
Agustus
12 0 10 9 20 20 6 21 14 14 126 12.6
September
7 5 7 10 8 18 4 22 12 8 101 10.1
Oktober
11 4 16 5 12 12 11 25 21 15 132 13.2
November
11 21 25 17 21 23 23 15 19 24 199 19.9
Desember
25 19 25 25 21 23 15 23 23 23 222 22.2
Jumlah
203 174 214 210 221 260 200 253 246 238
Rata-Rata
16.92 14.50 17.83 17.50 18.42 21.67 16.67 21.08 20.50 19.83

Sumber : Kota Bitung Dalam Angka, 2013

3. Data Air Tanah


WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas terdiri dari fisiografi yang beragam dari
dataran sampai pegunungan. Dengan demikian kondisi air tanah juga sangat
bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Akuifer pantai Teluk Manado
tersusun oleh tufa batu apung dan breksi/aglomerat lapuk lanjut menjadi pasir
lempungan dengan ketebalan 1-5 m. Air tanah bebas yang mempunyai kedalaman
kurang dari 3 m terdapat di daerah Manado, Kema, Girian, Molas, dan Bitung. Di
daerah perbukitan pada umumnya akuifer digolongkan mempunyai produktivitas
yang rendah. Sementara di daerah batu gamping yang mempunyai sistem akuifer
celahan, rekahan, dan saluran pelarutan, pemunculan air tanahnya dapat
mencapai debit lebih dari 500 liter/detik. Daerah bagian puncak gunung api
digolongkan sebagai daerah air tanah langka. Berangsur-angsur ke arah bawah di
bagian kaki gunung, produktifitasnya bertambah mengingat secara alami
pengisian air tanah di bagian atas dari pegunungan akan mengalir ke bagian kaki
gunung. Hal ini terlihat di daerah Tomohon, Airmadidi, Tondano, yang debitnya
dapat mencapai lebih dari 200 liter/detik (Sukrisno, 1994, Peta Hidrogeologi).
Akuifer produktif kecil setempat: Pulau Manado Tua, Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Kabupaten Talaud, Kabupaten Sitaro, pesisir Kabupaten Minahasa Utara.
Menurut data yang tertulis pada ATLAS Sumber Daya Wilayah Pesisir Minahasa-
Manado-Bitung (2002), potensi air tanah dangkal di Kota Manado ialah sekitar 525
juta m3/tahun dan air tanah dalam sekitar 67 juta m3/tahun. Cekungan Air Tanah

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(CAT) Kota Bitung potensi air tanah dangkalnya sekitar 639 juta m3/tahun dan air
tanah dalamnya sekitar 25 juta m3/tahun.
Potensi air tanah di WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, berdasarkan hasil
kajian terakhir, data stasiun pemantau muka air tanah dan peta hidrogeologinya
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini :

Tabel 10.8. Potensi Air Tanah Kota Bitung

POTENSI (Q2)
NO LOKASI
Juta m3/th lt/dt/ha
1 Tompaso Baru 24,06 0,61
2 Dataran Tombatu 16,84 2,14
3 Tanawangko 22,05 0,12
4 Kawangkoan 21 0,13
5 Daratan Manado 1,99 0,47
6 Langowan-Remboken 42 0,18
7 Airmadidi 7,88 0,03
8 Maen 13,78 0,29
9 Kabima 79,12 0,35
10 Likupang 11,76 0,22
11 Daratan Beo-Rainis 1,48 0,08
12 Tarun 1,73 0,27
13 Tahuna 1,89 0,6
Jumlah 245,58 5,49
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2012

Tabel 10.9. Stasiun Pemantau Air Tanah Kota Bitung

LOKASI
KODE
NO. KABUPATEN NAMA POS PERIODE DATA
STASIUN DAS
/KOTA

1. 10 21 01 DAS Tikala Manado Tikal-Tikala Ares 2009 - 2013


2. 10 21 02 DAS Sario Minahasa Sario-Sario Tumpaan 2009 - 2013
3. 10 21 03 DAS Tondano Manado Tondano B. Karangria 2009 - 2013
4. 11 02 01 DAS Girian Bitung Girian Kadoodan 2009 - 2013
5. 11 02 02 DAS Girian Bitung Girian Bitung Timur 2009 - 2013
Sumber : BWS Sulawesi I, Tahun 2014

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2014

Gambar 10.6. Peta Hidrogeologi/Air Tanah

Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Potensi Ketersediaan Air Permukaan


Potensi air permukaan pada Zona Darat Bagian Utara seperti digambarkan pada
tabel berikut :
Tabel 10.10. Potensi Air Zona Darat Bagian Utara

PARAMETER JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Debit Rata-rata 167 186 170 173 158 147 131 123 121 121 142 162
Debit Andalan 80% 119 134 126 129 113 100 90 83 80 80 97 121

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Debit Andalan 90% 81 103 96 105 89 80 68 61 54 51 61 84
Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014

Sumber air permukaan dapat berasal dari sungai-sungai yang lokasinya dekat
dengan lokasi KEK Bitung, yaitu S. Pasongdolong, S. Girian dan S. Batuputih,
seperti Skema gambar berikut :

Gambar 10.7. Skema Sungai Pada Lokasi KEK Bitung

Di Sungai Girian ada potensi rencana bendungan waduk, yang mana airnya dapat
digunakan sebagai suplai air baku untuk Kota Bitung dan KEK Bitung.
2. Mata Air
Sumber air untuk keperluan air baku yang berasal dari mata air yang berada di
Kota bitung tersebar di beberapa lokasi seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 10.11. Lokasi Mata Air Kota Bitung

NO LOKASI KAPASITAS (l/dt)


1 Danowudu I 135
2 Danowudu II 20

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3 Danowudu III 10
4 Kumersot I 30
5 Kumersot II 30
6 Air Ujang 20
7 Tendeki 2 15
8 IG Segerat 60
Total 321
Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014

KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Gambaran Pemanfaatan Air Baku Untuk PDAM Kota Bitung. Berdasarkan realisasi
produksi Tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 10.12. Kapasitas Sumber PDAM Kota Bitung Tahun 2013

KAPASITAS KAPASITAS
JENIS SUMBER AIR
NO NAMA SUMBER SUMBER TERPASANG
BAKU
(L/det) (L/det)
1 Danowudu I 162,5 135 Mata Air
2 Danowudu II 13,8 20 Mata Air
3 Danowudu III 8 10 Mata Air
4 Kumersot I 32,2 30 Mata Air
5 Kumersot II 24 30 Mata Air
6 Air Ujang 22 20 Mata Air
7 IPA Sungai Girian 200 80 Air Permukaan
8 Sumur Bor Pateten 10,6 12 Air Bawah Tanah
9 Tendeki 2 15 15 Mata Air
10 IG Sagerat 30 30 Mata Air
11 IG Tendeki 50 30 Mata Air
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Lokasi sumber air baku untuk PDAM Kota Bitung seperti digambarkan pada gambar
dan tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.8. Letak Sumber Air Baku Kota Bitung

Tabel 10.13. Lokasi Sumber Air Baku PDAM Duasudara Kota Bitung

LOKASI ELEVASI KOORDINAT KOORDINAT


NO NAMA SUMBER
KELURAHAN KECAMATAN (m) X Y

1 Danowudu 1 Danowudu Ranowulu 211 736661.00 m E 162664.00 m N

2 Danowudu 2 Danowudu Ranowulu 206 736625.00 m E 162658.00 m N

3 Danowudu 3 Danowudu Ranowulu 206 736620.00 m E 162653.00 m N

4 Kumersot 1 Kumersot Ranowulu 326 732141.00 m E 163050.00 m N

5 Kumersot 2 Kumersot Ranowulu 334 731967.00 m E 162766.00 m N

6 Air Ujang Danowudu Ranowulu 70 736720.00 m E 161511.00 m N


IPA Sungai Girian /
7 Pinokalan Ranowulu 58 736280.00 m E 159621.00 m N
Pinokalan
Peteten
8 Sumur Bor Pateten Aer Tembaga 34 744550.00 m E 159973.00 m N
Tinombala
9 Tendeki 1* Tendeki Matuari

10 Tendeki 2 Tendeki Matuari 128 733651.00 m E 159846.00 m N

11 SPL Sagerat Sagerat Matuari 154 733352.00 m E 157842.00 m N

12 SPL Tendeki Tendeki Matuari 126 733619.00 m E 159852.00 m N


Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Gambaran Neraca Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Neraca Air Tahun 2019 dan Tahun 2034 untuk Zona Darat Utara. Sesuai
analisis Neraca air dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di –Wilayah Sungai
Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas. Kota Bitung berada pada Zona Darat Utara.
Gambaran Neraca air di Zona Darat Utara Tahun 2019 dan Tahun 2034, seperti
tergambar dalam gambar sebagai berikut :

Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014

Gambar 10.9. Neraca Air Tahun 2019 Zona Darat Utara

Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014

Gambar 10.10. Neraca Air Tahun 2034 Zona Darat Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perlu diketahui bahwa debit untuk keperluan aliran pemeliharaan sungai adalah debit
Q95, yang mana untuk setiap daerah aliran sungai besarannya sama. Namun begitu
dalam laporan Pola Pengelolaan SDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, besaran
debit aliran pemeliharaan naik-turun tidak sama setiap waktu. Hal tersebut
disebabkan ada kekeliruan dalam menghitung besaran debit aliran pemeliharaan, dan
dinilai terlalu besar. Dari gambar tersebut, selanjutnya besaran debit aliran
pemeliharaan lebih kecil dari potensi air andalan Q90 minimum (sebesar 51 m3/dt
pada Bulan Oktober), atau dalam gambar besaran debit aliran pemeliharaan sebesar
26,21 m3/dt.

Apabila dianalisis lebih lanjut terhadap Neraca Air Zona Darat Bagian Utara untuk
Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2034 pada Bulan Oktober (pada kondisi debit
minimum) adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 10.14. Neraca Air Zona Darat Bagian Utara (Kondisi Debit Minimum)

BESARAN DEBIT (m3/dt)


PENGGUNAAN
Tahun 2019 Tahun 2024 Tahun 2029 Tahun 2034
1. Aliran 26,21 26,21 26,21 26,21
Pemeliharaan
2. Kebutuhan 0,20 0,20 0,20 0,20
Perikanan
3. Kebutuhan 0,01 0,01 0,01 0,01
Peternakan
4. Kebutuhan Irigasi 1,22 1,51 1,51 1,81
5. Kebutuhan RKI 7,17 8,27 9,55 10,63

Total 34,81 36,20 37,48 38,86

6. Potensi Debit 80 80 80 80
Andalan Q80 %
7. Potensi Debit 51 51 51 51
Andalan Q90 %
Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014

Dari tabel tersebut, tergambar bahwa, potensi debit andalan air permukaan yang ada
(Q80 dan Q90) masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi seluruh
pengguna termasuk untuk kebutuhan KEK Bitung.

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Untuk Rencana Sistem Penyediaan Air Minum dari hasil kajian pada Laporan
Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota 2015-2035, rencana penyediaan air baku
untuk Kota Bitung termasuk KEK Bitung akan mengambil dari sumber air permukaan,
dan hanya 1 (satu) lokasi yang akan mengambil dari sumur dalam yaitu Sumur Bor
Pateten I dengan kapasitas terpasang 12 l/dt.

Rencana sistem penyediaan air baku Kota Bitung mencakup sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan sistem rencana pengembangan meliputi :

1. Mengembangkan rencana sistem penyediaan air minum dengan perpipaan untuk


seluruh wilayah kota;

2. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum untuk seluruh wilayah kota;

3. Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap, meningkatkan manajemen operasi
dan pemeliharaan pelayanan air minum;

4. Penambahan jaringan distribusi air bersih dari Bendungan Sawangan dan Kuwil
Kabupaten Minahasa Utara ke kota;

5. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam


penyelenggaraan pengembangan sistem air bersih untuk air minum; dan

6. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air bersih

Sistem penyediaan air minum Kota Bitung meliputi :

1. Sitem sumber

PDAM Kota Bitung saat ini memanfaatkan 8 mata air sebagai sumber airnya,
yaitu: Danowudu 1, Danowudu 2, Danowudu 3, Kumersot 1, Kumersot 2, Aer
Ujang, Tendeki 1, dan Tendeki 2. PDAM Kota Bitung juga memanfaatkan 4 jenis
sumber air, yaitu: IPA Pinokalan, Sumur Bor Pateten 1, Infiltrasi Galeri Sagerat,
dan Infiltrasi Galeri Tendeki. Untuk pemenuhan di masa datang perlu pasokan air
baku dari sumber yang lebih besar dengan peluang membuat waduk di Sawangan
– Sungai Tondano. Berikut adalah tabel sistem penyediaan air minum perpipaan
Kota Bitung beserta jenis sumber dan kapasitasnya.

Tabel 10.15. Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan Kota Bitung

NO KAPASITAS (l/det)
LOKASI JENIS SUMBER
TERPASANG PRODUKSI
1. Danowudu 1 Mata Air 180 144,05

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO KAPASITAS (l/det)
LOKASI JENIS SUMBER
TERPASANG PRODUKSI
2. Danowudu 2 Mata Air 20 19,26
3. Danowudu 3 Mata Air 20 8,00
4. Kumersot 1 Mata Air 40 31,34
5. Kumersot 2 Mata Air 40 30,13
6. Aer Ujang Mata Air 20 14
7. Tendeki 1 Mata Air 5 3,83
8. Tendeki 2 Mata Air 20 11,40
9. IPA Pinokalan Sungai 100 10,08
10. Sumur Bor Pateten 1 Sumur dalam 12 5,71
11. Infiltrasi Galeri Sagerat Sungai 5 1,01
12. Infiltrasi Galeri Tendeki Sungai 20 15
13. Waduk Sawangan (r) Sungai

Jumlah 482 + 293,81 +


Sumber : RTRW Kota Bitung 2013 – 2033

Pengaliran air dari produksi sampai distribusi ke daerah pelayanan sebagian


besar memakai sistem gravitasi. Pada daerah-daerah ketinggian dan ujung
pelayanan digunakan pompa dan reservoir distribusi. Sistem pengaliran sumber
mata air Danowudu Satu, Dua, Tiga adalah secara gravitasi, kecuali untuk
kebutuhan masyarakat Danowudu (yang letaknya lebih atas) menggunakan
pompa. Sistem pengaliran air dari sumber mata air Kumersot Satu, Kumersot
Dua, Aer Ujang, Tendeki Satu adalah secara gravitasi, kecuali untuk pelayanan ke
Kelurahan Kumersot dan Karondoran di mana digunakan pompa yang diambil
dari sumber Kumersot Satu kapasitas 5 ltr/dtk IPA (Instalasi Pengolahan Air)
Pinokalan, Tendeki dua dan Sumur Bor Pateten menggunakan pompa untuk
pendistribusiannya.

Dari seluruh sistim yang ada pada tahun 2009, jumlah kapasitas terpasang adalah
482 liter/dtk sedangkan jumlah kapasitas produksi adalah sebesar 293,81
liter/dtk. Kapasitas terpasang yang masih lebih lebih besar dari kapasitas
produksi diakibatkan karena sumber yang dimanfaatkan umumnya adalah mata
air dengan fluktuasi debit yang cukup besar. Juga dikarenakan adanya
kerusakan pada instalasi pengolahan sehingga tidak dimanfaatkan secara
maksimal.

2. Sistem Jaringan

Dalam sistem jaringan air minum PDAM Kota Bitung terdapat beberapa
reservoar. Di Manembonembo terdapat tiga reservoar dengan masing-masing
berkapasitas 1.000 m3, 500 m3, dan 350 m3. Selain itu terdapat juga Reservoar

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Danowudu, Reservoar Madidir, dan Reservoar Papusungan. Untuk
pengembangan di masa datang perlu penambahan reservoar di Kema untuk
melayani kawasan industri dan reservoar Aer Tembaga untuk pelayanan kawasan
insustri maritim di bagian Utara. Sedangkan Reservoar Papusungan perlu
ditambah kapasitasnya untuk melayani industri maritim pendukung IHP Bitung.

3. Layanan Air Minum

Cakupan pelayanan air minum di Kota Bitung pada masa 20 tahun


mendatang adalah bahwa ± 80 % dari jumlah penduduk Kota Bitung terlayani
jaringan sistem air bersih kota.

Rencana Daerah Pelayanan

Rencana daerah pelayanan untuk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bitung akan
diprioritaskan pada 2 hal, yaitu peningkatan pelayanan pada daerah yang sudah
terlayani dan penambahan cakupan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani.

Adapun wilayah kota Bitung yang sudah terlayani jaringan perpipaan dan yang belum
terlayani dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 10.16. Daerah Pelayanan Kota Bitung

NO. KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN SUDAH KELURAHAN BELUM


KELURAHAN TERLAYANI TERLAYANI

1. Ranowulu 11 9 2
2. Matuari 8 7 1
3. Girian 7 7 0
4. Madidir 8 8 0
5. Maesa 8 8 0
6. Aertembaga 10 9 1
7. Lembeh Selatan 7 3 4
8. Lembeh Utara 10 1 9
JUMLAH 69 52 17
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa daerah pelayanan yang masih sedikit adalah di
Kelurahan Lembeh Selatan dan Lembeh Utara. Hal ini karena kedua kelurahan
tersebut terpisah dari pulau utama oleh Selat Lembeh. Untuk Rencana Pengembangan
SPAM Jaringan Perpipaan PDAM dengan system zonasi adalah sebagai berikut:

Tabel 10.17. Rencana Daerah Pelayanan SPAM – Jaringan Perpipaan PDAM Kota Bitung Dengan
Sistem Zonasi

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JUMLAH
NO. ZONA RENCANA DAERAH PELAYANAN WILAYAH KECAMATAN
PENDUDUK
1. Tendeki
Tanjung Merah )* 1896 Kecamatan Matuari

Sagerat 3135
Manembo Nembo Atas 12394
Manembo Nembo )* 4791
Sagerat Weru Satu 2608
Sagerat Weru Dua 2807
Manembo Nembo Tengah 5054
Tendeki )* 2231
Girian Atas )* 4471 Kecamatan Girian

Girian Weru Satu )* 3853


Girian Bawah )* 7095
Girian Permai )* 5195
Girian Weru Dua )* 4705
Girian Indah )* 8937
Wangurer )* 2548
2. Danowudu
Karondoran )* 1208 Kecamatan Ranowulu

Kumersot )* 1404
Pinokalan )* 6252
Tewaan )* 1226
Danowudu )* 2990
Duasudara 1148
Apela Dua )* 895
Apela Satu )* 391
Pinasungkulan 933
Batuputih Atas 2383
Batuputih Bawah 2151
3. Kadoodan
Mangurer Barat 7209 Kecamatan Madidir

Paceda 5838
Madidir Ure )* 4768
Kodoodan )* 3664
Madidir Weru )* 3236
Madidir Unet )* 6132
Mangurer Timur 5141
Wangurer Utara 4297
Bitung Barat Satu )* 6075 Kecamatan Maesa

Pakadoodan )* 2363
Bitung Barat Dua )* 5912

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JUMLAH
NO. ZONA RENCANA DAERAH PELAYANAN WILAYAH KECAMATAN
PENDUDUK
Bitung Tengah )* 8628
Bitung Timur )* 10272
Kakenturan Satu )* 4548
Kakenturan Dua )* 4302
Pateten Tiga )* 4310
4. Kakenturan
Pateten Satu 5926 Kecamatan Aertembaga
Winenet Satu )* 3600
Aertembaga Satu )* 4192
Tandurusa 4414
Makawidey 1573
Pinangunian 1124
Pateten Dua 4419
Winenet Dua 4006
Kasawari 1134
Aertembaga Dua 3657
Pasir Panjang 564 Lembeh Selatan
Paudean 1477
Batu Lubang 3223
Papusungan 3961
Pancuran 735
Dorbolaang 1232
Kelapa Dua 680
Mawali 2519 Lembeh Utara
Pintu Kota 1143
Binuang 1007
Motto 753
Lirang 791
Posokan 594
Nusu 926
Kareko 1054
Gunung Woka 694
Batukota 770
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Gambar 10.11. Peta Rencana Daerah Pelayanan Tahap 1

Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035


Gambar 10.12. Peta Rencana Daerah Pelayanan Tahap 2

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Rencna Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung ditetapkan berdasarkan


Peraturan Daerah Bitung No 11 Tahun 2013 tentang RTRW Kota Bitung Tahun
2013-2033.

Sesuai dengan RTRW Kota Bitung, Kawasan Industri di Kelurahan Tanjung Merah
Kecamatan Matuari seluas 534 Ha akan diarahkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), yang menurut Master Plan pengembangannya akan direncanakan
sebagai :

1. Kawasan Industri, dengan luas 249,20 Ha (48,67 %) 259.8978

2. Kavling Komersial, dengan luas 43,90 Ha (8,57 %)42.7638

3. Kavling Perumahan, dengan luas 52,40 Ha (10,23 %) 5400.6282

Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan luas 112,11 Ha (21,89 %)116.8926

Jalan dan Prasarana Penunjang, dengan luas 54,40 Ha (10,63 %)56.7642

Secara rinci RTRW Kota Bitung Tahun 2013-2033 seperti disajikan dalam gambar
berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.13. Peta Rencana Pola Ruang Kota Bitung

4. Master Plan KEK

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 10.14. Master Plan KEK Kota Bitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Tahapan Pengembangan

Pembangunan sarana dan prasarana di KEK Bitung akan dilakukan secara bertahap
sebagai berikut :

1. Tahap I

Tahap pertama direncanakan adanya pembangunan sarana dan prasarana


kawasan industri pada lahan seluas 98 Ha yang meliputiinfrastruktur dan
utilitas, pusat perkantoran, pengkavlingan, perumahan, dan ruang terbuka
hijau.

2. Tahap II

Tahap kedua direncanakan adanya perluasan kawasan industri dan


pemantapan perumahan.

3. Tahap III

Tahap ketiga direncanakan adanya perluasan kawasan industri, perumahan,


dan penyiapan pusat perkantoran baru untuk kawasan industri baru.

4. Tahap IV

Tahap keempat direncanakan adanya pembangunan infrastruktur dan utilitas,


pengkavlingan baru untuk kawasan industri, perumahan, kawasan pendidikan
dan sarana rekreasi.

5. Tahap V

Tahap kelima direncanakan adanya perluasan kawasan industri dan


pemantapan perumahan.

Rencana pengembangan kawasan industri tertentu, meliputi :

1. Peningkatan kawasan industri pengolahan ikan yang terdapat di Kelurahan Wangurer Timur,
Kelurahan Paceda, Kelurahan Aertembaga Satu, Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan
Manembo-nembo, Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan Girian
Bawah, Kelurahan Sagerat;

2. Peningkatan kawasan industri galangan kapal di Kelurahan Aertembaga Satu, Kelurahan


Aertembaga Dua, Kelurahan Winenet Dua, Kelurahan Kelapa Dua, Kelurahan Pateten Dua
dan Kelurahan Paudean;

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Peningkatan kawasan industri pengolahan kelapa di Kelurahan Paceda, Kelurahan Madidir
Unet, Kelurahan Bitung Timur, Kelurahan Wangurer Timur, Kelurahan Tanjung Merah,
dan Kelurahan Kadoodan;

4. Peningkatan kawasan industri pangan di Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Girian Bawah,
Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Bitung Tengah, Kelurahan Pateten Satu; dan

5. Peningkatan kawasan industri logam di Kelurahan Madidir Weru.

Status Pengembangan Kawasan

Untuk Rencana Kapasitas Sistem dengan zonasi akan memanfaatkan system yang ada
dan rencana penambahan sumber air baku. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 10.18. Rencana Kapasitas Sistem Zona Tendeki

KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 IPA Sungai Girian 200 80 74 6
2 Tendeki 1 4 3 3 0
3 Tendeki 2 15 15 12 3
4 IG Sagerat 30 30 37,5 0
5 IG Tendeki 50 30 4,9 25
Jumlah 299 158 131,4 34
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.19. Rencana Kapasitas Sistem Zona Danowudu

KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Danowudu I 162,5 135 59,4 75
2 Danowudu II 13,8 20 13,8 5,2
3 Danowudu III 8 10 8 2
4 Aer Ujang 22 20 20 0
Jumlah 206,3 185 101,2 82,2
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Untuk Zona Kadoodan dan Zona Kakenturan, direncanakan akan dibangun IPA
dengan mengambil air baku dari Sungai Kumersot sebesar 200 Liter/detik. Dari IPA ini

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
kemudian dialirkan menuju reservoir Apela untuk kemudian dialirkan menuju Zona
Kadoodan dan Zona Kakenturan.

Tabel 10.20. Rencana Kapasitas Sistem Zona Kadoodan

KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 MA. Kumersot 1 32,2 30 27,2 2,8
2 MA. Kumersot 2 24 30 24 6
3 IPA Kumersot )* 100 100 0 100
Jumlah 156,2 160 51,2 108,8
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.21. Rencana Kapasitas Sistem Zona Kakenturan

KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Sumur Bor Pateten 10,6 12 10,6 2
2 IPA Kumersot )* 100 100 0 100
Jumlah 110,6 112 10,6 102
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Dari tabel-tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

Tabel 10.22. Rencana Kapasitas Sistem dalam Pengembangan SPAM Kota Bitung

KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Zona Tendeki 299 158 131,4 34
2 Zona Danowudu 206,3 185 101,2 82,2
3 Zona Kadoodan 156,2 160 51,2 108,8
4 Zona Kakenturan 110,6 112 10,6 102
Jumlah 772,1 615 294,4 327
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dengan perhitungan kebutuhan air yang telah dilakukan untuk tiap tahapan, jika
dilihat secara keseluruhan, idle capacity hanya dapat digunakan sampai dengan tahun
2020 dimana kebutuhan air rata-rata kota Bitung mencapai 357,37
Liter/detik. Maka diperlukan review pada RISPAM setelah 5 tahun untuk persiapan
alternatif air baku.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Perkembangan Kota Bitung memberikan implikasi yang sangat besar terhadap


kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan. Dengan demikian, kebijakan dan
strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dan air minum dilakukan dengan:

1. Penambahan tingkat cakupan pelayanan PDAM menjadi 90% cakupan pelayanan yang dapat
menjangkau semua wilayah Kota Bitung sampai dengan tahun 2035.

1. Penambahan sambungan rumah tangga

2. Pelayanan 24 jam

3. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas dan volume air
bersih dengan jumlah pelanggan PDAM. Dilakukan dengan strategi menambah kapasitas dan
volume sistem tandon (reservoir) sebagai sistem distribusi ke pelanggan PDAM.

4. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu kebijakan dan strategi
pengembangan sistem utilitas air bersih.

1. Mengadakan survey sumber air alternatif.

2. Pengurusan ijin pengambilan sumber air baku

3. Perbaikan pada pembagian wilayah pelayanan dengan mengatur kembali jaringan


distibusi utama

4. Program penurunan kebocoran

Tabel 10.23. Rencana Daerah Pelayanan Perpipaan PDAM Dengan Sistem Zonasi

DAERAH PELAYANAN
ZONA KECAMATAN
EKSISTING TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(2015-2020) (2021-2025) (2026-2035)
Tendeki Kec. Matuari Tanjung Merah Tanjung Merah Tanjung Merah Tanjung Merah
Manembo Sagerat Sagerat Sagerat
Nembo
Tendeki Manembo Manembo Manembo
Nembo Atas Nembo Atas Nembo Atas
Manembo Manembo Manembo
Nembo Nembo Nembo
Tendeki Manembo Sagerat Weru
Nembo Tengah Satu
Tendeki Sagerat Weru
Dua
Manembo
Nembo Tengah
Tendeki
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk rencana pengembangan pelayanan tahap 1 dapat dilihat pada peta berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.15. Rencana Pengembangan Pelayanan Tahap 1

Untuk rencana pengembangan pelayanan tahap 2 dapat dilihat pada peta berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.16. Rencana Pengembangan Pelayanan Tahap 2

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk rencana pengembangan pelayanan tahap 3 dapat dilihat pada peta berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.17. Rencana Pengembangan Pelayanan Tahap 3

DRAFT LAPORAN AKHIR 46


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Berikut adalah gambaran umum rencana zonasi pelayanan :

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.18. Rencana Zonasi Pelayanan

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Zona Pelayanan Tendeki dapat dilihat pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.19. Rencana Pelayanan Zona Tendeki Kota Bitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 51
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 52
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 10.20. Rencana Skematik Zona Tendeki

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan Biaya

Untuk jaringan perpipaan dalam pengembangan SPAM dibagi menjadi dua, yaitu
jaringan perpipaan PDAM dan jaringan perpipaan Non PDAM. Selama ini untuk
jaringan perpipaan non PDAM berada dibawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Bitung
dengan menggunakan sumber dana dari DAK untuk memberikan bantuan kepada
masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana prasarana air minum. Diharapkan
program ini terus berlanjut dengan sasaran 8 Pusat Lingkungan yang ada di Kota
Bitung dan diprioritaskan wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan perpipaan
PDAM.
Untuk Rencana Anggaran Biaya jaringan perpipaan PDAM akan didasarkan pada zona-
zona yang terbentuk. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
1. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan
Untuk jaringan perpipaan dalam pengembangan SPAM dibagi menjadi dua, yaitu
jaringan perpipaan PDAM dan jaringan perpipaan Non PDAM. Selama ini untuk
jaringan perpipaan non PDAM berada dibawah Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bitung dengan menggunakan sumber dana dari DAK untuk memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana prasarana air minum.
Diharapkan program ini terus berlanjut dengan sasaran 8 Pusat Lingkungan
yang ada di Kota Bitung dan diprioritaskan wilayah yang belum terjangkau
oleh jaringan perpipaan PDAM.
Untuk Rencana Anggaran Biaya jaringan perpipaan PDAM akan didasarkan pada
zona-zona yang terbentuk. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10.24. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Tendeki

RENCANA ANGGARAN BIAYA ZONA TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO.
TENDEKI
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Penyusunan DED SPAM Tanjung Merah
500
2 Periijinan dan pembelian tanah untuk
1.500
broncaptering MA. Tendeki
3 Unit Air Baku
Broncaptering MA. Tendeki 40 L/det 960
4 Unit Produksi

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Alat-alat Pengolahan Air 1.000
5 Unit Transmisi-Distribusi
Perbaikan dan Pemeliharaan Jar.
500 500 500 500 500 500
Perpipaan
Perawatan dan Pemeliharaan Pompa 300 300 300 300 300 300
Pemasangan Water Meter 1.000 1.000 1.000
6 Unit Pelayanan
Pipa Dinas 300 300 300 300 300 300
Meter air yanga terpasang (Unit SR) 500 500 500 500 500 500
Pembentukan Zona 500 500
2.600 5.560 2.600 2.600 1.600 2.600
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.25. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Kadoodan

RENCANA ANGGARAN BIAYA ZONA TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO.
TENDEKI
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Penyusunan DED SPAM Apela 500
Periijinan dan pembelian tanah untuk
2 2.500
Reservoar Apela
3 Unit Air Baku
IPA Kumersot 200 L/det 10.000
4 Unit Produksi
Reservoar Apela 2000 m3 1.500 1.500
Alat-alat Pengolahan Air 1.000
5 Unit Transmisi-Distribusi
Perpipaan Apela - Kadoodan 2.000 2.000

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perbaikan dan Pemeliharaan Jar.
500 500 500 500 500 500
Perpipaan
Perawatan dan Pemeliharaan Pompa 300 300 300 300 300 300
Pemasangan Water Meter 1.000 1.000 1.000
6 Unit Pelayanan
Pipa Dinas 300 300 300 300 300 300
Meter air yanga terpasang (Unit SR) 500 500 500 500 500 500
Pembentukan Zona 500 500
2.600 19.100 6.100 2.600 1.600 2.600
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.26. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Kakenturan

RENCANA ANGGARAN BIAYA ZONA TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO.
TENDEKI
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Unit Air Baku
IPA Kumersot 200 L/det 10.000
2 Unit Produksi
Reservoar Apela 2000 m3 1.500 1.500
3 Unit Transmisi-Distribusi
Perpipaan Kakenturan - Papusungan 2.500 500 2.000
Perpipaan Apela - Kakenturan 2.000 2.000
Perbaikan dan Pemeliharaan Jar.
500 500 500 500 500 500
Perpipaan
Perawatan dan Pemeliharaan Pompa 300 300 300 300 300 300
Pemasangan Water Meter 1.000 1.000 1.000
4 Unit Pelayanan
Pipa Dinas 300 300 300 300 300 300

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Meter air yang terpasang (Unit SR) 500 500 500 500 500 500
Pembentukan zona 500 500
4.600 17.100 7.100 2.600 1.600 2.600
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

2. Rencana Anggaran Biaya Perpipaan Non PDAM


Untuk rencana anggaran biaya kegiatan perpipaan non PDAM, yaitu jaringan
perpipaan yang bukan dikelola oleh PDAM, adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh SKPD lain. Rencana anggaran biaya untuk perpipaan non PDAM
adalah sebagai berikut :

Tabel 10.27. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 1

TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kecamatan Maesa
a Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 530
Bitung Barat Dua
b Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 560
Kakenturan Satu
c Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 516
Kakenturan Dua

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
d Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 512
Pateten Tiga
2 Kecamatan Madidir
a Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 960
Wangurer Barat
b Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 648
Madidir Ure
c Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 464
Paceda
Pelatihan SPAM Teknis dan
3 100 100 100 100 100 100
Kelembagaan
630 660 616 612 1.060 1.212
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.28. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 2

TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO. URAIAN
2021 2022 2023 2024 2025
1 Kecamatan Matuari
a Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 1.054
Manembo-nembo
b Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 1.000
Tanjung Merah
c Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 2.100
Sagerat
d Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 1.420
Tendeki
2 Kecamatan Ranowulu
a Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 706
Kumersot

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
b Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 562
Karondoran
c Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 809
Pinasungkulan
d Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. Batu 1.548
Putih
3 Kecamatan Aertembaga
a Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 586
Pateten Satu
b Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 484
Pateten Dua
c Peng. dan Pemas. Pipa
dan Accesoris di Kel. 484
Tandurusa
Pelatihan SPAM Teknis dan
4 100 100 100 100 100
Kelembagaan
1.740 2.290 2.684 2.082 2.457
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.29. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 3

NO. URAIAN TAHUN (Rp. 000.000,-)


1 Kecamatan Aertembaga
a Peng. dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
293
Kel. Winenet Satu
b Peng. dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
242
Kel. Winenet Dua
c Peng. dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
615
Kel. Pinangunian
2 Kecamatan Lembeh Utara
a Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
1.044
Kel. Binuang
b Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
788
Kel. Kareko
3 Kecamatan Lembeh Selatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
a Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
1.020
Kel. Batulubang
b Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
484
Kel. Paudean
c Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
516
Kel. Pancuran
d Peng. Dan Pemas. Pipa dan Accesoris di
458
Kel. Doorbolaang
Pelatihan SPAM Teknis dan Kelembagaan
4 1.000

6.460
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

3. Rencana Anggaran Biaya Bukan Jaringan Perpipaan


Untuk rencana anggaran biaya bukan jaringan perpipaan yang diperlukan adalah
penyediaan prasaranan untuk mengumpulkan sumber mata air yaitu
broncaptering dan hidran umum untuk mata air bawah tanah.
Berikut adalah anggaran biaya untuk jaringan non perpipaan:

Tabel 10.30. Rencana Anggaran Biaya Bukan Jaringan Perpipaan - Tahap 1

TAHUN (Rp. 000.000,-)


NO. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kecamatan Lembeh Utara
a Kelurahan Binuang
Broncaptering 120

DRAFT LAPORAN AKHIR 60


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN (Rp. 000.000,-)
NO. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pembuatan Booster Pump 5
380
ltr/detik
Reservoar 50 m3 150
Pengadaan dan Pemas. 5 Unit HU
60
fibreglass 3 m3
b Keluraha Kareko
Broncaptering 120
Pembuatan Booster Pump 5
380
ltr/detik
Reservoar 50 m3 150
Pengadaan dan Pemas. 5 Unit HU
60
fibreglass 3 m3
c Kelurahan Nusu
SPAM 5 ltr/detik pengolahan air
6.000
laut
2 Kecamatan Lembeh Selatan
a Kelurahan Batulubang
Broncaptering 120
Reservoar 50 m3 150
Pengadaan dan Pemas. 6 Unit HU
72
fibreglass 3 m3
b Kelurahan Paudean
Sumur Dalam 60 m dan
96
perlengkapannya
Rumah Genset 140
Reservoar 50 m3 150
Pengadaan dan Pemas. 5 Unit HU
60
fibreglass 3 m3
c Kelurahan Pancuran
Broncaptering 120
Pengadaan dan Pemas. 6 Unit HU
72
fibreglass 3 m3
d Kelurahan Doobolang
Broncaptering 120
Pengadaan dan Pemas. 4 Unit HU
48
fibreglass 3 m3
e Kelurahan Pasirpanjang
SPAM 5 ltr/detik pengolahan air
6.000
laut
902 878 6.000 342 446 6.000
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.31. Rencana Anggaran Biaya Bukan Jaringan Perpipaan - Tahap 2

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN (Rp. 000.000,-)
NO. URAIAN
2021 2022 2023 2024 2025
1 Kecamatan Ranowulu
a Kelurahan Kumersot
Pengadaan dan Pemas. 9 Unit HU fibreglass, 3
108
m3
b Kelurahan Karondoran
Pompa Submersible 5 Ltr/det, Head 140 m 55
Pengadaan Genset 23 KVA 120
Rumah Genset 119
Reservoar 30 m3 90
Pengadaan dan Pemas. 3 Unit HU fibreglass, 3
36
m3
c Kelurahan Pinasungkulan
Bronkaptering 120
Pembuatan Booster Pump 5 Ltr/detik 380
Reservoar 50 m3 90
Pengadaan dan Pemas. 6 Unit HU fibreglass, 3
72
m3
d Kelurahan Batuputih
Infiltrasi Galery 10 Lt/detik 280
Pengadaan dan Pemas. 6 Unit HU fibreglass, 3
72
m3
2 Kecamatan Aertembaga
a Kelurahan Pateten Satu
Reservoar 50 m3 150
b Kelurahan Pateten Dua
Sumur Dalam 80 m dan Perlengkapannya 184
Pompa Submersible 5 Ltr/det, Head 80 m 45
Genset 23 KVA 120
Rumah Genset 140
Reservoar 50 m3 150
c Kelurahan Tandurusa
Sumur Dalam 80 m dan Perlengkapannya 184
Pompa Submersible 5 Ltr/det, Head 80 m 45
Genset 23 KVA 120
Rumah Genset 140
Reservoar 50 m3 150
d Kelurahan Winenet Satu
Reservoar 50 m3 150
e Kelurahan Winenet Dua

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN (Rp. 000.000,-)
NO. URAIAN
2021 2022 2023 2024 2025
Sumur Dalam 90 m dan Perlengkapannya 207
Pompa Submersible 5 Ltr/det, Head 80 m 45
Genset 23 KVA 120
Rumah Genset 140
Reservoar 50 m3 150
f Kelurahan Pinangunian
Bronkaptering 120
Pembuatan Booster Pump 5 Ltr/detik 380
Reservoar 50 m3 150
Pengadaan dan Pemas. 5 Unit HU fibreglass 3
60
m3
258 1.059 1.301 1.164 710
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Tabel 10.32. Rencana Anggaran Biaya Bukan Jaringan Perpipaan - Tahap 3

NO. URAIAN TAHUN (Rp. 000.000,-)


1 Kecamatan Matuari
a Bronkaptering 5 ltr/det di Kel. Tanjung
120
Merah
b Infiltrasi Galeri 10 l/dtk di Kel. Sagerat
280
c Reservoar 500 m3 di Kel. Sagerat 1.500
d Pompa Centifugal 20 ltr/dtk, Head 80
470
meter di Kel. Tendeki
e Genset 200 KVA di Kel. Tendeki 650
f Reservoar 500 m3 di Kel. Tendeki 1.500
2 Kecamatan Madidir
a Bronkaptering 5 ltr/det di Kel. Wangurer
120
Barat
b Pembuatan Booster Pump 5 ltr/detik di
380
Kel. Wangurer Barat
c Reservoar 50 m3 di Kel. Madidir Ure
150
d Pembuatan Booster Pump 5 ltr/detik di
380
Kel. Paceda
e Reservoar 50 m3 di Kel. Paceda 150
3 Kecamatan Lembeh Selatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 63


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
a Pompa Submersible 5 ltr/dtk, Head 140
meter di Kel. Bitung Barat 2 55

b Genset 23 Kva dan Rumah Genset di Kel


460
Bitung Barat Dua
c Reservoar 50 m3 di Kel. Bitung Barat Dua
150
d Reservoar 50 m3 di Kel. Kaketuran Satu
150
e Reservoar 50 m3 di Kel. Kaketuran Dua
150
f Reservoar 50 m3 di Kel. Pateten Tiga 150
6.815
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035

Gambar 10.21. Skema Pendanaan Sistem Penyediaan Air Minum

DRAFT LAPORAN AKHIR 64


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB XI

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MOROTAI

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Kawasan Ekonomi Khusus Morotai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun


2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Morotai memiliki luas 1.101,76 Ha (Seribu
Seratus Satu Koma Tujuh Enam Hektar) yang terletak di wilayah Kecamatan Morotai
Selatan Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara dengan batas sebagai
berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau
Morotai;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Dehegila, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten
Pulau Morotai;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pilowo, Desa Falilah, dan Desa Dehegila,
Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai; dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pilowo, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten
Pulau Morotai.

KEK Morotai berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sabala WS Halmahera Utara,
yang memiliki luas daerah sebesar 91,16 km2, dan berbatasan dengan DAS Cao
dengan luyas + 30,60 km2 serta DAS Aha dengan luas 67,18 km2.

Wilayah Sungai Halmahera Utara berdasarkan Permen PUPR No.04/PRT/M/2015


merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional dan pengelolaannya menjadi
kewenangan pusat.

Profil Umum

1. Profil KEK Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK Morotai yang terletak di Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2014 dengan luas area 1.101,76 Ha.
KEK Morotai memiliki keunggulan geostrategis yaitu merupakan pulau terluar di
sisi timur laut Indonesia yang dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur.
Berada di tengah Samudera Pasifik, Pulau Morotai dahulu merupakan salah satu
basis militer pada Perang Dunia II yang kini kaya akan barang peninggalan
bersejarah. Selain menjadi wisata sejarah, KEK Morotai juga memiliki keunggulan
wisata bahari dengan keindahan pantai dan bawah laut yang mempesona.
Hamparan pasir putih halus, air laut yang jernih serta terumbu karang yang indah
merupakan daya tarik wisata KEK Morotai.

Dilintasi oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia III yang juga merupakan jalur migrasi
ikan tuna, KEK Morotai merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan
perikanan. Dengan potensi yang dimiliki, KEK Morotai akan menjadi pusat industri
perikanan didukung dengan logistik yang akan menjadikan Pulau Morotai hub
internasional di kawasan timur Indonesia.

Berbeda dengan destinasi wisata kepulauan lainnya di Indonesia, KEK Morotai


memberikan nuansa sejarah sebagai nilai tambah bagi wisatawan. KEK Morotai
diharapkan dapat menjadi destinasi wisata internasional dengan perkiraan
investasi pelaku usaha sebesar Rp 30,44 triliun hingga 2025.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK MOROTAI

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 11.1. Peta Lokasi KEK Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.2. Peta Wilayah Sungai KEK Morotai

Tabel 11.1. Profil Umum KEK Morotai

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Morotai Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


2. Pariwisata 9. Telah dilakukan pembebasan lahan seluas seluas 300 ha. Saat ini sedang 15. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : 3. Industri Pengolahan Ikan dalam proses pembangunan kawasan tahap I, meliputi homestay dan cold Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Pulau Morotai, 4. Logistik storage. 16. PP No. 50 Tahun 2014
Maluku Utara Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Master Plan : Infrastruktur Wilayah : Morotai
Luas Area : 5. Industri Perikanan 10. Akses Jalan Lingkar Morotai
1.101,76 Ha 6. Pengolahan Ekspor 11. Telah terbangun Pelabuhan Daruba Badan Usaha Pembangunan
7. Pariwisata 12. Pembangunan peningkatan akses jembatan Pelabuhan Daruba dan dan Pengelola :
Badan Usaha 8. Logistik Wayabula 17. Surat Bupati
Pembangunan dan 13. Telah terbangun Bandara Pitu Morotai Morotai_Penetepan PT Jababeka
Pengelola : 14. Telah terbangun akses dari Kawasan ke Bandara sebagai BU Pembangun dan
PT. Jababeka Pengelola KEK Morotai
Morotai
Sekretariat Dewan Kawasan :
Proyeksi Tenaga 18. SK Sekretariat DK Kawasan
Kerja : Prov Malut
30.000 orang
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 7
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.3. Peta Lokasi dan Batas KEK Morotai Kecamatan Morotai Selatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.4. Peta Pembagian Daerah Alir Sungai di WS Halmahera Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.5. Peta Daerah Alir Sungai di WS Halmahera Utara DI Pulau Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
19. Regulasi KEK Morotai

20. Peraturan Penyelenggaraan :

21. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

22. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Morotai

23. Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola :

24. Surat Bupati Morotai Tentang Penetapan PT. Jababeka sebagai BU Pembangun dan
Pengelola KEK Morotai

25. Sekretariat Dewan Kawasan :

26. SK Sekretariat DK Kawasan Prov Malut

27. Infrastruktur KEK Morotai

28. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Morotai :

29. Telah dilakukan pembebasan lahan seluas seluas 300 ha. Saat ini sedang dalam proses
pembangunan kawasan tahap I, meliputi homestay dan cold storage

30. Akses jalan Lingkar Morotai telah terbangun 80% selesai akhir 2016

31. Pembangunan peningkatan akses jembatan Pelabuhan Daruba dan Wayabula

32. Telah terbangun akses Kawasan ke Bandara

33. Infrastruktur Wilayah KEK Morotai :

34. Akses Jalan Lingkar Morotai

35. Telah terbangun Pelabuhan Daruba

36. Pembangunan peningkatan akses jembatan Pelabuhan Daruba dan Wayabula

37. Telah terbangun Bandara Pitu Morotai

38. Telah terbangun akses dari Kawasan ke Bandara

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 11.6. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Morotai

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Kebutuhan air baku di Kecamatan Morotai selatan didasarkan atas proyeksi


perkembangan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan, dimana
berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2011 sampai dengan 2015, laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Pulau Morotai rata-rata sebesar 2,70% (Sumber
Kabupaten Pulau Morotai Dalam Angka Tahun 2016).

Dengan menggunakan angka tersebut dan berdasarkan rumus proyeksi jumlah


penduduk maka dapat diperkirakan besarnya jumlah penduduk Kecamatan Morotai
Selatan dalam 20 (dua puluh) tahun kedepan. Hasil perhitungan proyeksi jumlah
penduduk berdasarkan metode geometri sampai dengan tahun 2036, disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 11.2. Proyeksi Perkiraan Jumlah Penduduk Kecamatan Morotai Selatan Hingga Tahun 2036

NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

1 2017 22.873

2 2021 28.464

3 2026 37.413

4 2031 49.174

5 2036 64.633

Sumber: Diolah dari Buku Master Plan Air Bersih Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2016

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

1. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Untuk RKI

Merujuk kepada tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat
dihitung perkiraan kebutuhan air dimasa mendatang dengan menggunakan
Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU, sebagaimana
diuraikan pada table berikut :

Tabel 11.3. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik Penduduk Kec. Morotai Selatan Kab. Pulau Morotai

NO TAHUN
URAIAN SATUAN
2017 2021 2026 2031 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 22.873 28.464 37.413 49.174 64.633
Tingkat pelayanan (Jaringan
2 % 50 60 70 80 90
Perpipaan PDAM)
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 11.136 17.078 26.189 39.339 58.35
KEBUTUHANDOMESTIK
Pelayanan rumah tangga=
4 70% jumlah penduduk jiwa 7.795 11.955 18.332 27.537 40.845
terlayani
Kebutuhan air rumah
5 lt/hr/org 90 90 90 90 90
tangga
Jumlah kebutuhan air
rumah tangga= jumlah lt/hari 701.55 1.079.550 1.649.880 2.478.330 3.676.050
6
penduduk x kebutuhan air
perhari lt/detik 8,12 12,49 19,09 28,68 42,55
Jumlah sambungan rumah
7 unit 1.559 2.391 3.666 5.507 8.169
tangga
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 3.34 5.124 7.857 11.802 17.505
Kebutuhan airuntuk kran
9 lt/hr/org 30 30 30 30 30
umum

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Jumlah kebutuhan airutk
kran umum= jumlah lt/hari 100.2 153.72 235.71 354.06 525.15
10
pendudukx kebutuhan
air/hr lt/detik 1.16 1,78 2,73 4,10 6,08
Jumlah sambungan untuk
11 Unit 22 34 52 78 116
kran umum
Jumlah keb.air domestik =
keb air untuk rumah
12 lt/detik 9,28 14,27 21,82 32,78 48,63
tangga+keb.air untuk kran
umum
KEBUTUHANNON
DOMESTIK(FASILITAS)
Persentase kebutuhan air
13 non domestik dari % 15,00 15,00 20,00 20,00 20,00
Kebutuhan Domestik
Jumlah kebutuhan air non
14 lt/detik 1,39 2,14 4,36 6,55 9,72
domestik
JUMLAH KEBUTUHANAIR

KEBUTUHAN AIR = kebair


15 domestik + keb air non lt/detik 10,67 16,41 26,18 39,33 58,35
domestik
16 Tingkat kebocoran % 35,00 20,00 10,00 10,00 10,00
Jumlah kebocoran air =
17 Tingkat kebocoran (%) x lt/detik 3,74 3,28 2,62 3,93 5,83
KEBUTUHAN AIR
KEBUTUHAN AIR RATA-
18 RATA = kebutuhan air lt/detik 14,41 19,69 28,77 43,26 64,18
+kebocoran air
Kebutuhan harian
maksimum= 1.15 x
19 lt/detik 16,57 22,64 33.08 49,75 73,80
kebutuhan air baku rata-
rata
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017

Kebutuhan air baku sebagaimana yang diuraikan didalam Buku Pola Pengelolaan SDA WS
Halmahera Utara tahun 2014, ditampilkan sebagaimana pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.4. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan Dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2014 (Wilayah Morotai
Selatan Dan Morotai Selatan Barat)

AIR RUMAH DENGAN DENGAN


JUMLAH JIWA AIR RUMAH TANGGA DAN KEBUTUHAN MEMASUKKAN AIR INDUSTRI (I) KEBUTUHAN MEMASUKKAN
KEBUTUHAN AIR RKI
NO DAS TAHUN 2012 TANGGA (KRT) PERKOTAAN (RK) (ltr/dtk) FAKTOR KRITERIA** (ltr/dtk) FAKTOR
KRITERIA
KRITERIA* KEHILANGAN AIR (L/O/H) KEHILANGAN AIR
(L/O/H)
(L/O/H) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (m3/hari)

(5)=(4)x[(100%)+( (6)=(3)x(5)/8640 (7)=(6)/(100%- (9)=(3)x(8)/8640 (10)=(9)/(100%- (12)=(11)x


1 2 3 4 (8)=(4)x20% (11)=(7)+(10)
35%)+(35%)] 0 35%)/(100%-6%) 0 35%)/(100%-6%) 86400/1000
92 Cao 6.478 65 111 8,28 13,56 13 0,97 2,96 16,52 1.427,46
93 Sabala 4.521 65 111 5,78 9,46 13 0,68 2,07 11,53 996,36
94 Aha 3.332 65 111 4,26 6,97 13 0,5 1,52 8,5 734,27

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan Dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2017 (Wilayah Morotai
Selatan Dan Morotai Selatan Barat)

AIR RUMAH DENGAN DENGAN


JUMLAH JIWA AIR RUMAH TANGGA DAN KEBUTUHAN MEMASUKKAN AIR INDUSTRI (I) KEBUTUHAN MEMASUKKAN
KEBUTUHAN AIR RKI
NO DAS TAHUN 2012 TANGGA (KRT) PERKOTAAN (RK) (ltr/dtk) FAKTOR KRITERIA** (ltr/dtk) FAKTOR
KRITERIA
KRITERIA* KEHILANGAN AIR (L/O/H) KEHILANGAN AIR
(L/O/H)
(L/O/H) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (m3/hari)

(5)=(4)x[(100%)+( (6)=(3)x(5)/8640 (7)=(6)/(100%- (9)=(3)x(8)/8640 (10)=(9)/(100%- (12)=(11)x


1 2 3 4 (8)=(4)x20% (11)=(7)+(10)
35%)+(35%)] 0 35%)/(100%-6%) 0 35%)/(100%-6%) 86400/1000
92 Cao 7.133 70 119 9,83 16,08 14 1,16 3,51 19,59 1.692,89
93 Sabala 4.979 70 119 6,86 11,22 14 0,81 2,45 13,68 1.181,62
94 Aha 3.669 70 119 5,05 8,27 14 0,59 1,81 10,08 870,8

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.6. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan Dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2022 (Wilayah Morotai
Selatan Dan Morotai Selatan Barat)

AIR RUMAH DENGAN DENGAN


JUMLAH JIWA AIR RUMAH TANGGA DAN KEBUTUHAN MEMASUKKAN AIR INDUSTRI (I) KEBUTUHAN MEMASUKKAN
KEBUTUHAN AIR RKI
NO DAS TAHUN 2012 TANGGA (KRT) PERKOTAAN (RK) (ltr/dtk) FAKTOR KRITERIA** (ltr/dtk) FAKTOR
KRITERIA
KRITERIA* KEHILANGAN AIR (L/O/H) KEHILANGAN AIR
(L/O/H)
(L/O/H) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (m3/hari)

(5)=(4)x[(100%)+( (6)=(3)x(5)/8640 (7)=(6)/(100%- (9)=(3)x(8)/8640 (10)=(9)/(100%- (12)=(11)x


1 2 3 4 (8)=(4)x20% (11)=(7)+(10)
35%)+(35%)] 0 35%)/(100%-6%) 0 35%)/(100%-6%) 86400/1000
92 Cao 8.047 75 128 11,88 19,44 15 1,4 4,25 23,68 2.046,16
93 Sabala 5.617 75 128 8,29 13,57 15 0,98 2,96 16,53 1.428,2
94 Aha 4.139 75 128 6,11 10 15 0,72 2,18 12,18 1.052,52

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.7. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan Dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2027 (Wilayah Morotai
Selatan Dan Morotai Selatan Barat)

AIR RUMAH DENGAN DENGAN


JUMLAH JIWA AIR RUMAH TANGGA DAN KEBUTUHAN MEMASUKKAN AIR INDUSTRI (I) KEBUTUHAN MEMASUKKAN
KEBUTUHAN AIR RKI
NO DAS TAHUN 2012 TANGGA (KRT) PERKOTAAN (RK) (ltr/dtk) FAKTOR KRITERIA** (ltr/dtk) FAKTOR
KRITERIA
KRITERIA* KEHILANGAN AIR (L/O/H) KEHILANGAN AIR
(L/O/H)
(L/O/H) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (m3/hari)

(5)=(4)x[(100%)+( (6)=(3)x(5)/8640 (7)=(6)/(100%- (9)=(3)x(8)/8640 (10)=(9)/(100%- (12)=(11)x


1 2 3 4 (8)=(4)x20% (11)=(7)+(10)
35%)+(35%)] 0 35%)/(100%-6%) 0 35%)/(100%-6%) 86400/1000
92 Cao 9.078 80 136 14,29 23,39 16 1,68 5,11 28,5 2.462,16
93 Sabala 6.336 80 136 9,97 16,32 16 1,17 3,57 19,89 1.718,56
94 Aha 4.67 80 136 7,35 12,03 16 0,86 2,63 14,66 1.266,51

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.8. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2032 Wilayah Morotai
Selatan Dan Morotai Selatan Barat)

AIR RUMAH DENGAN DENGAN


JUMLAH JIWA AIR RUMAH TANGGA DAN KEBUTUHAN MEMASUKKAN AIR INDUSTRI (I) KEBUTUHAN MEMASUKKAN
KEBUTUHAN AIR RKI
NO DAS TAHUN 2012 TANGGA (KRT) PERKOTAAN (RK) (ltr/dtk) FAKTOR KRITERIA** (ltr/dtk) FAKTOR
KRITERIA
KRITERIA* KEHILANGAN AIR (L/O/H) KEHILANGAN AIR
(L/O/H)
(L/O/H) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (ltr/dtk) (m3/hari)

(5)=(4)x[(100%)+( (6)=(3)x(5)/8640 (7)=(6)/(100%- (9)=(3)x(8)/8640 (10)=(9)/(100%- (12)=(11)x


1 2 3 4 (8)=(4)x20% (11)=(7)+(10)
35%)+(35%)] 0 35%)/(100%-6%) 0 35%)/(100%-6%) 86400/1000
92 Cao 10.241 80 136 16,12 26,38 16 1,9 5,76 32,15 2.777,56
93 Sabala 7.148 80 136 11,25 18,42 16 1,32 4,02 22,44 1.938,71
94 Aha 5.268 80 136 8,29 13,57 16 0,98 2,97 16,54 1.428,75

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006

Tabel 11.9. Rekapitulasi Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2012 -2032
(Wilayah Morotai Selatan dan Morotai Selatan-Barat)

KEBUTUHAN AIR RKI (LTR/DTK)


NO DAS
2012 2017 2022 2027 2032
1 Cao 16,52 19,59 23,68 28,50 32,15
2 Sabala 11,63 13,68 16,53 19,89 22,44
3 Aha 8,50 10,08 12,18 14,66 16,54

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 20
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Proyeksi Kebutuhan Irigasi

Daerah irigasi yang berada di Daerah Aliran Sungai Sabala adalah Daerah Irigasi
Aha dengan luas sebagai berikut :

1. Luas Irigasi Potensial : 1.000 Ha, Kebutuhan air : 1.500 ltr/dtk

2. Luas Irigasi Fungsional : 851 Ha, Kebutuhan air : 1.277 ltr/dtk

Sedangkan DI DAS Cao belum dijumpai daerah irigasi.

Skema Alokasi Air di DAS Sabala adalah sebagai berikut :

DI Aha
1386 l/dtk
Potensial Fungsional

Bendung Aha 1000 Ha 851 Ha

1200 l/dtk 1021 l/dtk


DAS Sabala
Pilowo
Sungai

Laut

Gambar 11.8. Skema Alokasi Air di DAS Sabala

Keseimbangan Air Neraca (Neraca Air) di DAS Sabala

Gambaran Neraca Air di DAS Sabala seperti diuraikan pada gambar berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.9. Gambaran Neraca Air di DAS Sabala

3. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Untuk KEK Morotai

Kebutuhan Air Baku untuk KEK Morotai direncanakan pada daerah pembangunan
tahap I, yaitu kawasan industri dan ekonomi seluas 1.101,76 ha, serta pada
kawaasan wisata seluas 640 ha.

Dengan menggunakan standar kebutuhan air dari Kementerian Perindustrian,


dimana untuk kawasan industri dan ekonomi serta pariwisata membutuhkan air
sebesar 0,15 ltr/dtk/ha, maka kebutuhan air KEK Morotai sebagai berikut :

4. Kebutuhan penyediaan air baku untuk kawasan industri, komersial dan perkantoran seluas
1.101,76 ha membutuhkan air sebesar 165,26 ltr/dtk/ha

5. Kebutuhan penyediaan air baku untuk kawasan pariwisata seluas 640 ha membutuhkan air
sebesar 96,00 ltr/dtk/ha

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Penyediaan air baku untuk mendukung pembangunan KEK Morotai dilakukan
secara bertahap dengan membagi kedalam skenario tahapan pembangunan
sebagaimana yang ditmpilan pada tabel berikut :

Tabel 11.10. Kebutuhan Air Baku KEK Morotai

KEBUTUHAN AIR (ltr/dtk) PERIODE TAHUN


NO. PERUNTUKAN AIR BAKU 2017-2022 2023-2027 2028-2035
-40% -30% -30%
Kawasan Industri,
1 Perkantoran dan Komersial 66,10 49,58 49,58
lainnya

2 Kawasan Wisata 38,40 28,80 28.8

Jumlah Kebutuhan Air (lltr/dtk) 104,50 78.38 78,38

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

Penyediaan air bersih di Kabupaten Pulau Morotai diperoleh dari berbagai sumber,
seperti dari sumur, mata air, sungai dsb. Di Ibukota Kabupaten Pulau Morotai yakni di
Kecamatan Morotai Selatan menggunakan sumber air bersih yang dikelola oleh
PDAM, sedangkan pada daerah pedesaan dan pinggiran kota penyediaan air bersih
diusahakan oleh masyarakat secara individual yang bersumber dari sumur (air tanah)
dan sebagian telah memperoleh bantuan pembangunan sarana dan prasarana dari
pemerintah, terutama pada daerah yang memiliki sumber mata air dengan sistem
perpipaan, sebagian desa dibantu dengan menggunakan sumur artesis dengan sistem
pompanisasi.

Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Pulau Morotai yang sebelumnya
adalah merupakan kantor cabang PDAM Morotai berasal dari PDAM Halmahera Utara
(kabupaten induk) setelah terjadi penyerahan asset PDAM ke Kabupaten Pulau
Morotai, maka PDAM cabang Morotai berubah menjadi PDAM Kabupaten Pulau
Morotai sesuai dengan peraturan daerah Nomor 04 Tahun 2012 tanggal 12 September
2012 tentang Pendirian Perusahan Daerah Air Minum kabupaten Pulau Morotai dan

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
keputusan Bupati Pulau Morotai Nomor 800/401/KEP/2012 tertanggal 15 Oktober
2012 tentang Pengangkatan Direksi Perusahan daerah Air Minum Kabupaten Pulau
Morotai yaitu Sdr. Thamrin Robo (NPP. 201 03 75).

Pelayanan air minum di Kabupaten Pulau Morotai yang menyediakan air bagi
kebutuhan masyarakat meliputi Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai
Utara, sedangkan yang beroprasi hanya di kecamatan Morotai Selatan. Sumber air
yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistim penyediaan air minum PDAM
Kabupaten Pulau Morotai berasal dari air permukaan (mata air).

Masalah yang dihadapi PDAM Kabupaten Pulau Morotai saat ini adalah :

1. PDAM Daruba beroperasi menggunakan listrik PLN apabila ada gangguan listrik (listrik
padam), maka pelayanan air bersih di PDAM tidak bisa beroperasi

2. Kapasitas produksi/terpasang yang kecil sehingga sebagian pelanggan yang tinggal di daerah
ketinggian kurang mendapat pelayanan air bersih

Gambar 11.10. Kondisi Esksisting Sumber Air Baku PDAM Yang Telah Di Fungsikan

Potensi Ketersediaan Air Baku

Ketersediaan Air di Daerah Aliran Sungai Sekitar KEK Morotai Kabupaten Pulau
Morotai, Provinsi Maluku Utara. KEK Morotai berlokasi di Kecamatan Morotai Selatan
Kabupaten Pulau Morotai, dan KEK Morotai berada pada Wilayah Sungai Halmahera
Utara, serta berada pada Daerah Aliran Sungai :

No. 093 DAS Sabala, Luas DAS : 91,20 Km2

No. 092 DAS Cao, Luas DAS : 130,60 Km2

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Total DAS : 211,80 Km2

Ketersediaan Sumber Air Baku sesuai data yang diperoleh dari Laporan Pola
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Halmahera Utara, diperoleh data.

1. Mata Air

Dalam WS Halmahera Utara dijumpai beberapa mata air yang berpotensi sebagai
penyedia air baku dengan debit bervariasi antara 0,1 s/d 500 ltr/dtk, seperti
terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 11.11. Ketersediaan Mata Air Di Kecamatan Morotai Selatan

NO NAMA MATA AIR KECAMATAN DEBIT (ltr/dtk)


1 Jebubu Morotai Selatan 0,5
2 Samson Morotai Selatan 6,0
3 Gaji Morotai Selatan 0,1
4 Tanjung Batu Morotai Selatan 1,0
5 Sangawo Morotai Selatan 0,1
6 Cocobubu Morotai Selatan 7,0
7 Akemahutu Morotai Selatan 35,0

(Sumber: Buku Revisi Pola PSDA WS Halmahera Utara)

2. Cekungan Air Tanah

Di Pulau Morotai terdapat Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu CAT Daruba-Bere Bere.

Debit : 382 juta/m3/th

Luas : 511,74 km2

Nilai imbuhan air tanah yang berada pada DAS Sabala dan DAS Cao adalah sebagai
berikut :Penyebaran wilayah CAT dalam Pulau Morotai dapat dilihat pada gambar
berikut :

Tabel 11.12. Imbuhan Air Tanah yang Berada pada DAS Sabala Dan DAS Cao

Q1 Q2
NO. DAS DAS 3
KETERANGAN
(Juta m /th) (Juta m3/th)
92 Cao 79 0 Q1 : Jumlah Imbuhan Air Tanah Bebas
93 Sabala 35 0 Q2 : Jumlah Imbuhan Air Tertekan

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 26
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Keppres Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah)

Gambar 11.11. Peta Cekungan Air Tanah WS Halmahera Utara

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Ketersediaan Air

Ketersediaan Air Baku di DAS Sabala dan DAS Cao adalah sebagai berikut :

Tabel 11.13. Ketersediaan Air Baku di DAS Sabala Dan DAS Cao

KETERSEDIAAN AIR (ltr/dtk)


NO. DAS DAS LUAS (Km2)
RATA-RATA Q80
92 Cao 130,63 4,342 1,986
93 Sabala 91,16 3,03 1,386

(Sumber: Dokumen Pola PSDA WS Halmahera Utara, Tahun 2014)

KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

1. Program Pengembangan SPAM KEK Morotai

Dari data perencanaan pengembangan SPAM Direktorat Pengembangan SPAM


Ditjen Cipta Karya di Kabupaten Pulau Morotai, diperoleh data bahwa rencana
pengembangan SPAM yang ada adalah Perencanaan Pengembangan SPAM guna
mendukung KSPN Morotai, yang berdasarkan hasil sinkronisasi dengan Satker
pada tanggal 6 Oktober 2016, lokus perencanaan adalah di lokasi.

1. Pulau Rao

2. Pulau Galo-Galo Besar

3. Pulau Kolorai

4. Pulau Ngele-Ngele Besar

5. Kondisi Eksisting PDAM Kecamatan Morotai Selatan

Pelayanan air minum di Kabupaten Pulau Morotai yang menyediakan air bagi
kebutuhan masyarakat meliputi Kecamatan Morotai Selatan dan Kecamatan
Morotai Utara, sedangkan yang beroperasi hanya di Kecamatan Morotai Selatan.

Sumber air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistem air PDAM
Kabupaten Pulau Morotai berasal dari air permukaan (mata air).

Sistem penyediaan sarana air bersih Kecamatan Morotai Selatan berasal dari
Sungai Marileke, yang ditampung pada reservoar dengan kapasitas volume ± 200
m3 yang terdapat pada Desa Totodoku atau Desa Joubela. Debit yang dihasilkan
sebesar 50 ltr/dtk dengan kapasitas pompa 22 ltr/dtk Debit yang digunakan
sebesar 17,6 ltr/dtk (80%).

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih di Kabupaten Pulau Morotai Tahun
2014, seperti diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 11.14. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2014

SISTEM
NO URAIAN SATUAN KETERANGAN
PERPIPAAN
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan % 44,53
3 Kapasitas Produksi ltr/dtk 20
4 Kapasitas Terpasang ltr/dtk 80
5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 2,06
6 Jumlah Kran Air Unit
7 Kehilangan Air (UFW) % 62,64
3
8 Retribusi/Tarif (rumah Tangga) m 2
9 Jumlah Pelanggan per Kecamatan
- Kecamatan Morotai Selatan Pelanggan 1,987
- Kecamatan Morotai Utara Pelanggan 73
(Sumber: PDAM Kabupaten Pulau Morotai)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pelayanan air minum di Kabupaten Pulau
Morotaidengan jumlah pelanggan sebanyak 2.060 pelanggan yang tersebar di 2
kecamatan yakni Kecamatan Morotai Selatan 1.987 pelanggan dengan kapasitas
sumber 80 ltr/dtk dan kapasitas produksi/terpasang 37,5 ltr/dtk, Kecamatan
Morotai Selatan Barat 73 pelanggan dengan kapasitas sumber 3 ltr/dtk dan
kapasitas produksi/terpasang 5 ltr/dtk.

6. Pola Pelayanan PDAM Kecamatan Morotai Selatan

Rencana pelayanan PDAM di Kecamatan Morotai Selatan seperti tergambar pada


gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 30
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.12. Peta Rencana Pelayanan PDAM di Kecamatan Morotai Selatan

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Alternatif Potensi Sumber Air Baku KEK Morotai

Dari data Kebutuhan Air Baku untuk KEK Morotai guna memenuhi Kebutuhan
Industri dan Pariwisata tidak terlalu besar, yaitu pada Tahun 2017 sebesar 2,9
ltr/dtk dan pada Tahun 2036 sebesar 4,0 ltr/dtk, kemudian untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja langsung yang diproyeksikan akan mencapai 30.000 orang
(pada Tahun 2025), diperlukan tambahan kebutuhan air baku sebesar :

30.000 x 80 liter/hari = 27,77 ltr/dtk ~ 30 ltr/dtk.

Kebutuhan pada Tahun 2025 Total adalah sebagai berikut :

1. Industri : 2,95 ltr/dtk (dari interpolasi)

2. Pariwisata : 0,25 ltr/dtk (dari interpolasi)

3. Tenaga Kerja : 30,00 ltr/dtk

4. Total Kebutuhan : 33,20 ltr/dtk

Dari data sistem penyediaan dan pengolahan air bersih di Kabupaten Pulau
Morotai tercatat bahwa :

Kapasitas Produksi : 20 ltr/dtk

Kapasitas terpasang : 80 ltr/dtk

Dari kapasitas produksi sebesar 20 ltr/dtk, sudah dialokasikan guna memenuhi


masyarakat Kecamatan Morotai Selatan di luas KEK Morotai. Apabila kebutuhan
air baku KEK Morotai akan diambilkan dari sistem penyediaan yang ada, maka
perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi untuk dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat sekitar dan KEK Morotai.

Alternatif sumber air baku lainnya juga tersedia, yaitu sumber air baku yang
berasal dari Bendung Aha di Sungai Pilowo pada DAS Sabala.

Dari data neraca air di DAS Sabala tercatat bahwa pemanfaatan sumber air baku
yang ada maksimum adalah untuk.

Aliran Pemeliharaan : 55,00 ltr/dtk

RKI : 12,82 ltr/dtk

Irigasi : 697,00 ltr/dtk

Total : 764,82 ltr/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dan pada musim kering pemakaian airnya adalah untuk

Aliran Pemeliharaan : 54,90 ltr/dtk

RKI : 11,50 ltr/dtk

Irigasi : 39,00 ltr/dtk

Total : 105,40 ltr/dtk

Gambaran Neraca Air

Dari data Q80 adalah sebesar 274 ltr/dtk, dan Q90 adalah sebesar ~ 220,0 ltr/dtk,
sehingga berdasarkan data debit andalan Q90, air baku yang baku yang bisa
digunakan hanya berkisar 220 ltr/dtk – 105,4 ltr/dtk = 114,6 ltr/dtk

Gambaran Neraca Air di DAS Sabala adalah sebagai berikut :

Gambar 11.13. Gambaran Neraca Air di DAS Sabala

Dari data neraca air DAS Sabala, sumber air baku dari Sungai Pilowo di DAS Sabala
masih tersisa sumber air baku sebesar 114 ltr/dtk yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan KEK Morotai.

Lokasi sumber air dari Bendung Aha sampai ke lokasi KEK Morotai hanya berkisar ± 5,0
Km.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Berdasarkan hasil analisis pada sub bab sebelumnya, rencana penyediaan air baku
untuk lebutuhan domestik dan KEK Morotai bersumber dari air permukaan dari DAS
Sabala

Alternatif sumber air baku lainnya juga tersedia, yaitu sumber air baku yang berasal
dari Bendung Aha di Sungai Pilowo pada DAS Sabala.

Rencana Daerah Pelayanan

Penyediaan kebutuhan air baku sebagaiman yang direncanakan tersebut, diarahkan


untuk melayani lokus KEK, serta kebutuhan domestik di Kecamatan Morotai Selatan.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 35
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.14. Peta Daerah Pelayanan Penyediaan Air Baku KEK Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

1. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008


Tentang RTRW Nasional

Arahan kebijakan penataan ruang yang terkait dengan pengembangan KSPN


Morotai dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam rencana struktur ruang dan sistem perkotaan nasional, maka didalam KSPN Morotai
terdapat Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berlokasi di Daruba.

2. Dalam rencana struktur ruang dan sistem perkotaan nasional, maka didalam KSPN Morotai
terdapat Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berlokasi di Daruba.

3. Dalam rencana struktur ruang dan fungsi kotanya, maka di dalam KSPN Morotai terdapat
Jaringan Jalan Lintas Nasional yang berlokasi dibagian timur Pulau Morotai yang
menghubungkan Kota Daruba dengan Bere-bere.

4. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung

5. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
andalan Tenate, Tidore, Sindangoli, Weda dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perkebunan, perikanan laut, industri, pertambangan dan wisata.

6. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Perda Provinsi Maluku Utara Nomor 2 Tahun 2013
Tentang RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2013–2033

Arahan kebijakan penataan ruang yang terkait dengan pengembangan KSPN


Morotai dapat diuraikan sebagai berikut :

7. Dalam rencana struktur ruang dan sistem kota-kota, maka KSPN Morotai termasukpada
Wilayah Pengembangan IV (WPIV) dengan pusat pelayanan di Darubayang merupakan
Ibukota Kabupaten dan berfungsi sebagai Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN)

8. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung.

9. Dalam rencana kawasan strategis, maka KSPN Morotai termasuk dalam kawasan strategis
provinsi atau disebut Kawasan Strategis Morotai dikembangkan untuk sektor pertahanan
dan keamanan, Kawasan Ekonomi Khusus dan Pariwisata yang diarahkan pada:

1. Pengembangan untuk mendukung fungsi sebagai kawasan pertahanan dan keamanan yang
merupakan PKSN;
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pengembangan untuk kegiatan perikanan dan kelautan;

3. Pengembangan untuk kegiatan pertanian lahan kering/perkebunan dan pertanian lahan


basah sebagai basis ekonomi lokal;

4. Pengembangan prasarana perhubungan laut dan udara;

5. Pengembangan prasarana perhubungan darat dan penyeberangan untuk meningkatkan


aksesibilitasnya ke wilayah lain seperti Galela(Pulau Halmahera);

6. Pengembangan pariwisata.

7. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Perda Kabupaten Pulau Morotai Nomor 7 Tahun
2012 Tentang RTRW Kabupaten Pulau Morotai

Arahan kebijakan penataan ruang yang terkait dengan pengembangan KSPN


Morotai berdasarkan RTRW Kabupaten Pulau Morotai dapat diuraikan sebagai
berikut :

8. Dalam rencana pusat-pusat kegiatan, maka pada wilayah KSPN Morotai terdapat Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yaitu Daruba dan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)
yaitu Wayabula serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang tersebar pada setiap pusat-
pusat desa.

9. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
hutan lindung, hutan lindung promosi, sempadan pantai dan sungai, kawasan lindung laut,
hutan produksi terbatas, kawasan perkebunan konservasi, mangrove, pangkalan angkatan
udara, terumbu karang, hutan produksi promosi perkebunan, TPLB, TPLK, kawasan
permukiman serta kawasan perkantoran Pemda.

10. Dalam rencana kawasan strategis, maka wilayah KSPN Morotai diarahkan untuk
pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

11. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014
tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)Morotai

Secara spasial Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Morotai termasuk dalam


wilayah KSPN Morotai. Sehingga peran dan fungsi KEK yang berskala nasional
dan internasional tersebut akan sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan KSPN Morotai.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Morotai menurut ketentuan PP50/2014


tersebut mempunyai luas1.101,76 ha (seribu seratus satu koma tujuh puluh

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
enam hektar) yang terletak dalam wilayah Kecamatan Morotai Selatan,
Kabupaten Pulau Morotai,

Secara spasial KEK Morotai terdiri dari empat zona yaitu zona pengolahan
ekspor, zona logistik, zona industri dan zona pariwisata.

12. Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50


Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010–2025

Arahan kebijakan pengembangan kawasan wisata yang terkait dengan


pengembangan KSPN Morotai berdasarkan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) dapat diuraikan sebagai berikut :

13. Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi : destinasi pariwisata, pemasaran


pariwisata, industri pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan.

14. Dalam rencana perwilayahan pembangunan KSPN Morotai termasuk dalam Destinasi
pariwisata Nasional (DPN) Halmahera–Morotai dan sekitarnya

15. Dalam rencana pengembangannya, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN) Morotai
merupakan salah dari 88 KSPN di wilayah Indonesia.

16. Indikasi program pembangunan kepariwisataan nasional terkait dengan pengembangan


KSPN Morotai adalah berupa indikasi program pembangunan destinasi pariwisata.

17. Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten


Pulau Morotai Nomor 9 Tahun 2014 tentang RIPPDA Kabupaten Pulau Morotai

Sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Pulau Morotai, maka pengembangan


KSPN Morotai akan mengikuti arahan kebijakan pengembangan
kepariwisataan daerah (RIPPDA) Kabupaten Pulau Morotai. Sehingga dalam
sub bab ini akan dibahas mengenai RIPPDA Kabupaten Pulau Morotai (Perda
Nomor 9 tahun 2014).

Visi pembangunan kepariwisataan Kabupaten Pulau Morotai adalah


“terwujudnya Kabupaten Pulau Morotai sebagai destinasi Pariwisata Dunia
Berbasis Bahari Alam budaya dan Sejarah yang berdaya saing Global,
berwawasan lingkungan, untuk kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan”

Strategi pengembangan tata ruang kepariwisataan meliputi :

18. Mengembangkan sistem keruangan wisata terpadu melalui pembentukan Kawasan


Pengembangan Pariwisata(KPP)sebagai berikut:

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
19. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPPI) mencakup wilayah Kecamatan Morotai Selatan
dan Kecamatan Morotai Timur. Sebagian wilayah KSPN Morotai termasuk dalam KPPI ini

20. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) II mencakup wilayah Kecamatan Morotai


Selatan Barat. Sebagian wilayah KSPN Morotai termasuk dalam KPPI ini.

21. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) III mencakup wilayah Kecamatan Morotai
Utara dan Kecamatan Morotai Jaya.

22. Mengembangkan fasilitas layanan wisata terpadu dalam rangka pembentukan simpul-simpul
pusat pelayanan skala regional dan lokal pada KSPN Moroatai adalah sebagai berikut :

23. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) I dengan pusat pelayanan utama di Daruba yang
dibantu oleh pusat pelayanan di Sangowo. Pusat pelayanan pariwisata di Daruba merupakan
simpul gerbang wisata Kabupaten Pulau Morotai sehingga diarahkan pelayanannya berskala
regional sedangkan di Sangowo diarahkan berskala lokal.

24. Kawasan Pengembangan Pariwisata(KPP) II dengan pusat pelayanan di Wayabula. Pusat


pelayanan pariwisata di Wayabula merupakan simpul pelayanan kegiatan wisata untuk
bagian wilayah Barat Kabupaten Pulau Morotai. Skala pelayanan pariwisata di Wayabula
diarahkan berskala lokal.

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 41
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.15. Peta Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Pulau Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.16. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 44
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.17. Peta Rencana Pembagian Pengembangan Kawasan Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 46
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.18. Peta Wilayah KSPN Di Kabupaten Pulau Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
25. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.19. Master Plan KEK Morotai

DRAFT LAPORAN AKHIR

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan Ekonomi Khusus Morotai sesuai PP No. 50 Tahun 2014 meliputi areal
seluas 1.101,76 Ha, dengan pengembangan kegiatan tersebar di beberapa bagian
wilayah pulau morotai dengan luas keseluruhan 15.000 ha, dengan 4 sektor bisnis
yaitu pariwisata, perikanan, logistik dan eksport, seperti yang terlihat pada
gambar berikut :

26. Tahapan Pengembangan

Sesuai dengan PP 50 tahun 2014 seluas 1.101,76 hektar dengan 4 skala prioritas
zona yaitu zona Industri, zona logistik, zona pariwisata, dan zona pengelolaan
eksport., energi, pengembangan teknologi. Sedangkan untuk kawasan pariwisata
akan dikembangkan seluas 640 ha. Adapun master plan pengembangan tahap 1
dapat dilihat pada gambar berikut :

1. LAKESIDE COMMUNITY CENTRE AND RECREATION AREA


20. WATERPARK HOTEL AND LEISURE CENTRE
21. MOROTAI SCIENCE CENTRE
22. MOROTAI RETAIL BOULEVARD
23. HIGH AND HOTEL COMPLEX
24. CENTRAL WATERFRONT RESIDENTIAL AND AMENITIES COMPLEX
25. MOROTAI NATURAL HISTORY MUSEUM
26. LAKESIDE RESIDENTIAL TOWERS
27. MOROTAI FISHERIES HUB BUSINESS COMPLEX
28. HIGH AND RESIDENTIAL TOWERS
29. MOROTAI TECH PARK
30. MOROTAI CULTURAL CENTRE
31. MOROTAI RETAIL AND COMMERCIAL HUB
32. MOROTAI COMMUNITY CENTRE AND PARK
33. MOROTAI PUBLIC PARKS AND GREEN CONNECTOR

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.20. Master Plan KEK Morotai Tahap I

Gambar 11.21. Detail Plan Kawasan Pariwisata 640 Ha.

Rencana pengembangan kawasan wisata pada KEK Morotai diantaranya akan


dibangun Resort, restoran, Water Sport, Villa 2 lantai seluas 5 ha.

Kegiatan opersional KEK Morotai sebagaimana yang direncakan didalam Buku


Rencana Induk ditetapkan mulaioperasional pada tahun 2016, namun berbagai
kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola, rencana tindak tersebut belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya.

Melihat kepada kondisi eksisting yang berlaku saat ini, serta skala pembangunan
KEK Morotai yang sangat kompleks, maka terkait dengan penyediaan kebutuhan
air baku pendukung kegiatan KEK didekati dengan membagi skenario
pembangunan bertahap, yaitu :
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Tahapan pembangunan periode 2017-2022;

2. Tahap pembangunan periode 2023-2027;

3. Tahap periode pembangunan periode 2028-2032.

Status Pengembangan Kawasan

Hingga saat ini baru dibebaskan 200 hektar sementara dalam proses sertifikasi hak
guna bangunan. Dalam perjalannnya, KEK Morotai baru melaksanakan pembanguna
Tahap I, berupa :

1. Pembangunan pintu gerbang kawasan;

2. Pembangunan gedung dan penyediaan peralatan kantor pengelola dan administrator

3. Pembangunan infrastruktur kawasan tahap I (1.101,76 ha)v:

1. Jalan Desember 2015

2. Draenase Desember 2015

3. Jaringan Listrik Desember 2015

4. Jaringan Telekomunikasi Juni 2016

5. Jaringan Distribusi Air Bersih Juni 2016

6. Instalasi Pengolahan Air Limbah Juni 2016

7. Pembangunan Pembangkit Listrik Juni 2017

8. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih Desember 2015

9. Pembangunan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Juni 2016

10. Penyusunan Estate Regulation Januari 2016

Beberapa item rencana pembangunan telah dilaksanakan diantaranya pintu gerbang


kawasan, jalan poros, pembangunan gedung pengelola dan administrator.

Sedangkan kegiatan fungsional lainnya yang sedang dibangun didalam kawasan tahap
1 yaitu home stay, yang saat peninjanauan lapangan dalam proses pelaksanaan

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.22. Progres Lapangan Pembangunan Homestay Di Lokasi KEK Morotai

Untuk kegiatan pariwisata didalam lingkungan KEK Morotai, PT. Jababeka Morotai
megusahakan pengelolaan Cottage De Aloha seluas + 4.ha, yang meiputi fasilitas
cottage sebanyak 20 unit serta 1 unit restoran. Dimana pada tahun mendatang jumlah
cottage akan ditambah menjadi 100 unit, beserta sarana rekreasi lainnya.

Status pengembangan yang terkait dengah rencana penyediaan air baku saat ini
belum mulai dilaksanakan termasuk persiapan yang berupa rencana penyediaan air
baku untuk KEK Morotai.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Sesuai dengan perhitungan analisis kebutuhan air baku pada wilayah pengembangan
KEK Morotai Tahap 1, besaran kebutuhan air baku domestik dan Kecamatan Morotai
Selatan serta kebutuhan air baku KEK, adalah sebagai berikut :

Tabel 11.15. Tahap Penyediaan Kebutuhan Air Baku Wilayah Pengembangan KEK

KEBUTUHAN AIR (LTR/DTK) PERIODE TAHUN


NO PERUNTUKAN AIR BAKU 2017-2022 2023-2027 2028-2035
-40% -30% -30%
1 Kebutuhan Domestik 33,08 49.75 73,80
2 Kawasan Industri, Perkantoran dan 66,10 49,58 49,58
Komersial lainnya
3 Kawasan Wisata 38,40 28,80 28.8
Jumlah Kebutuhan Air (ltr/dtk) 137,58 128,13 152,18

(Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017)

Melihat pada tabel di atas, jumlah kebutuhan total air baku hingga periode tahun
2028-2035 sebesar 417,89 ltr/dtk, dimana skenario penyediaan air baku ini terbagi
kedalam 3 tahapan yaitu :

1. Tahap periode tahun 2017-2022 dikembangkan sebesar 137,58 lt/det. Atau 60% dari total
kebutuhan air baku

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Tahap periode tahun 2022-2038 dilakukan penambahan kapasitas sebesar 280,30 ltr/dtk
atau 60 % dari total kebutuhan

Kebutuhan penyediaan air baku untuk periode tahun 2017-2022 dapat didukung dari
sumber air permukaan Bendung DAS Aha, dimana debit air yang tersedia sebesar
1.386 ltr/dtk dan setelah dikurangi untuk kebutuhan irigasi sebesar 1.200 ltr/dtk
Masih tersisa 186 ltr/dtk.

Sedangkan untuk kebutuhan pada periode tahun 2023-2037 sebagian masih dapat
menggunkan sumber air permukaan dari Bendung DAS Aha sebesar 42,42 ltr/dtk dan
sisa kekurangannya diupayakan dari DAS lain yang terdekat dengan wilayah KEK.
Antara lain DAS Sabala, dan DAS Cao

Skenario rencana penyediaan air baku untuk KEK Morotai diuraiakan sebagai berikut :

Tabel 11.16. Skenario Rencana Penyediaan Air Baku KEK Morotai

NAMA LOKASI KETERSEDIAAN AIR KEBUTUHAN AIR


NO KETERANGAN
SUMBER AIR (LTR/DET.)
2017-2022 2023-2028 2028-2035
1 DAS Aha, 186,00 137,58 48,42 186,00 Kebutuhan Air KEK
Bendung Aha Morotai sampai
2 DAS Sabala 144,60 - 144,60 144,60 dengan Tahun 2035
= 417,89 ltr/dtk ~
420 ltr/dtk
Total 330,60 137,58 193,02 330,60

(Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017)

Ketersediaan air pada DAS Sabala pada saat musim kering (Bulan Desember) adalah
sebagai berikut :

Q80 = 274 ltr/dtk dan Q30 = 250 ltr/dtk

Pemakaian air selain untuk KEK yaitu untuk aliran pemeliharaan 54,9 ltr/dtk, irigasi
39 ltr/dtk dan RKI 11,5 ltr/dtk, dengan total 165,4 ltr/dtk sehingga masih ada
ketersediaan air baku 144,6 ltr/dtk.

Dari analisa keseimbangan air tersebut, untuk memenuhi kebutuhan KEK Morotai
masih keekurangan air sebesar 417,89 ltr/dtk – 350,60 ltr/dtk – 87,29 ltr/dtk perkiraan
sebesar 100 ltr/dtk.

Kekurangan air ini dapat diperoleh dari sumber air DAS Cao yang mempunyai debit
andalan Q80 sebesar 1.986 ltr/dtk, dan Q90 sebesar 1.310 ltr/dtk

Perkiraan Biaya

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana penyediaan air baku untuk wilayah KEK dan Sekitarnya guna memnuhi
kebutuhan kegiatan didalam KEK serta kebutuhan domestik di Kecamatan Morotai
Selatan pada tahap periode tahun 2017-2022 dikembangkan dari air permukaan
Bendung Aha. Rencana anggaran penyediaan sumber air baku tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 11.17. Rencana Anggaran Biaya Penyediaan Air Baku KEK Morotai Dan Sekitarnya

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
1 Pekerjaan Perpipaan unit 1,00 200.000,00 200.000,00
2 Pekerjaan Tanah Intake Sadap unit 1,00 400.000,00 400.000,00
3 Pekerjaan Struktur Intake 140 l/det. (mulut intake Bak Penampung, Ruang unit 1,00 2.200.000.000,00 2.200.000.000,00
Operasional, Ruang Pompa)
4 Pekerjaan lain-lain Bangunan Intake unit 1,00 170.000.000,00 170.000.000,00
5 Pekerjaan Tanah IPA unit 1,00 35.000.000,00 35.000.000,00
6 Pekerjaan Struktur IPA 140 l/det. unit 1,00 8.350.000.000,00 8.350.000.000,00
7 Pekerjaan Pengadaan/Pemasanagan Perpipaan dan Akses Bangun IPA unit 1,00 3.100.000.000,00 3.100.000.000,00
8 Pekerjaan Pembubuh Kimia unit 1,00 220.000.000,00 220.000.000,00
9 Pekerjaan Saluran Drainase Dan Bak Kontrol unit 1,00 540.000.000,00 540.000.000,00
10 Pekerjaan Lain-Lain IPA unit 1,00 180.000.000,00 180.000.000,00
11 Pekerjaan Mekanikal Elektrikal unit 1,00 3.100.000.000,00 3.100.000.000,00
12 Pekerjaan Landscaping IPA unit 1,00 34.000.000,00 34.000.000,00
13 Reservoar 1200 m3(10x10x12) unit 1,00 11.200.000.000,00 11.200.000.000,00
14 Bangunan Penunjang IPA (Rumah Pompa) unit 1,00 650.000.000,00 650.000.000,00
15 Bangunan Penunjang Intake IPA & Booster (Rumah Genset-3 unit) unit 1,00 820.000.000,00 820.000.000,00
16 Bangunan Penunjang IPA (Kantor) unit 1,00 620.000.000,00 620.000.000,00
17 Pekerjaan Jembatan Pipa unit 1,00 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00
18 Pekerjaan Pipa Transmisi (Intake ke IPA) unit 1,00 32.000.000.000,00 32.000.000.000,00

JUMLAH 64.719.600.000,00 64.719.600.000,00

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PPN 10 % 6.471.960.000,00
JUMLAH TOTAL 71.191.560.000,00

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB XII

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG KELAYANG

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Lokasi KEK Tanjung Kelayang Lokasi KEK Tanjung Kelayang berlokasi di kecamatan
Sijuk Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka –Belitung. Lokasi KEK Tanjung
Kelayang berada di DAS Sijuk wilayah sungai Belitung dengan luas DAS adalah 3.041,9
Ha.

Sesuai dengan Peraturan Mentri PUPR No. 04/PRT/M/2015, tentang kriteria dan
penetapan wilayah Sungai, wilayah sungai Belitung merupakan wilayah lintas
Kabupaten dan pengelolaanya wilayah kewenangan Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka – Belitung.

Profil Umum

1. Profil KEK Tanjung Kelayang

KEK Tanjung Kelayang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun


2016 dan berlokasi di Pulau Belitung. KEK yang ditetapkan sebagai KEK Pariwisata
ini memiliki keunggulan geostrategis, yaitu terletak antara Indonesia dan negara
ASEAN yang merupakan target captive market.

KEK Tanjung Kelayang termasuk ke dalam 10 destinasi pariwisata prioritas


memiliki objek wisata bahari dengan pantai berpasir putih dan panorama yang
eksotis. Pantai yang dihiasi batuan granit raksasa merupakan ciri khas dari pantai
di kawasan ini. Kawasan ini berdekatan dengan pulau-pulau kecil disekitarnya
yang juga memiliki pesonanya tersendiri.

Dengan total luas wilayah sebesar 324,4 Ha, KEK Tanjung Kelayang memiliki
konsep pengembangan pariwisata, yaitu “Socially?? and Environmentally
Responsible Development and Cultural Preservation”. Dengan konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, KEK ini
diharapkan mampu menarik investasi sebesar Rp 20 triliun hingga 2025, serta
mendatangkan 59.000 wisatawan per tahun dengan nilai ekonomi Rp 751,4 miliar
per tahun pada saat KEK ini sudah beroperasi penuh.

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK TANJUNG KELAYANG

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 12.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Kelayang

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 4
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 12.2. Peta Wilayah Sungai KEK Tanjung Kelayang

Tabel 12.1. Profil Umum KEK Tanjung Kelayang

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Tanjung Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


Kelayang Pariwisata 22. Jalan Kawasan 37. UU No. 39 Tahun 2009
23. Drainase Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : Master Plan : 24. Jaringan Listrik 38. PP No. 6 Tahun 2016 Tentang
Belitung, 2. Exclusive Beach Resort 25. Telekomunikasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Kepulauan Bangka Villas 26. Instalasi Pengolahan Air Kelayang
Belitung 3. Exclusive Residence Villas 27. Instalasi Pengolahan Air Limbah
4. Exclusive Beach Resort Badan Usaha Pembangun dan
Luas Area : Villas Infrastruktur Wilayah : Pengelola :
324,40 Ha 5. Exclusive Residential Villas 28. Telah tersedia jalan nasional Tanjung Pandan – Tanjung Tinggi; 39. SK Badan Usaha
6. Exclusive Beach Resort 29. Peningkatan/pelebaran jalan Kabupaten Bandara HAS Pembentukan KEK
Badan Usaha Hotel & Villas Hanandjoeddin – Tanjung Tinggi;
Pembangunan dan 7. Marina & Marine Centre 30. Perpanjangan runway dari 2.250 menjadi 2.500 m Bandara HAS Sekretariat Dewan Kawasan :
Pengelola : 8. Natural Farm Homestay Hanandjoeddin; 40. SK Sekretariat KEK Babel
PT. Belitung Pantai Lodges 31. Pembangunan pelabuhan pariwisata (yacht) di Tanjung Kelayang;
Intan 9. Nursery 32. Peningkatan kapasitas listrik 41,5 MW;
10. Nature Trail (End 33. Pembangunan GI Tanjung Tinggi (2×30 MVA) dan transmisi 70 kV (GI
Proyeksi Tenaga Point) Dukong-GI Tanjung Tinggi);
Kerja : 11. Equestrial Resort 34. Pembangunan jaringan distribusi dari SPAM Sijuk (20 L/det);
23.645 orang pada Villas 35. Pembangunan Waduk Gunung Tajam (400 L/det);

DRAFT LAPORAN AKHIR 5


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

tahun 2022 12. Polo & Equestrian 36. Peningkatan kapasitas TPA Gunung Sadai menjadi 8 ha.
Club
13. Future Hotel
Develpoment
14. Estate Management
& Waste Trestment
Facillity
15. Future Hotel
Develpoment
16. Solar Panel Farm
17. Water Reservoir
18. Buffer Zone
19. Residential Villas
20. Nature Trail (Start
Point)
21. Hotel Resort
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
41. Regulasi KEK Tanjung Kelayang

42. Peraturan Penyelenggaraan :

43. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

44. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2016 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Kelayang

45. Badan Usaha Pembangun dan Pengelola :

46. SK Badan Usaha Pembentukan KEK

47. Sekretariat Dewan Kawasan :

48. SK Sekretariat KEK Babel

49. Infrastruktur KEK Tanjung Kelayang

50. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Tanjung Kelayang :

51. Jalan Kawasan

52. Drainase

53. Jaringan Listrik

54. Telekomunikasi

55. Instalasi Pengolahan Air

56. Instalasi Pengolahan Air Limbah

57. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Kelayang :

58. Telah tersedia jalan nasional Tanjung Pandan – Tanjung Tinggi;

59. Peningkatan/pelebaran jalan Kabupaten Bandara HAS Hanandjoeddin – Tanjung Tinggi

60. Perpanjangan runway dari 2.250 menjadi 2.500 m Bandara HAS Hanandjoeddin

61. Pembangunan pelabuhan pariwisata (yacht) di Tanjung Kelayang;

62. Peningkatan kapasitas listrik 41,5 MW

63. Pembangunan GI Tanjung Tinggi (2×30 MVA) dan transmisi 70 kV (GI Dukong-GI Tanjung
Tinggi)

64. Pembangunan jaringan distribusi dari SPAM Sijuk (20 L/det)

65. Pembangunan Waduk Gunung Tajam (400 L/det)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
66. Peningkatan kapasitas TPA Gunung Sadai menjadi 8 ha

(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 12.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Tanjung Kelayang

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 12.4. Infrastruktur Wilayah KEK Tanjung Kelayang

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Sijuk dan Kabupaten Belitung dari Tahun 2013
sampai dengan Tahun 2035 adalah seperti Diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 12.2. Proyeksi Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Belitung Periode Sampai
Tahun 2035
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KABUPATEN LUAS AREA
NO KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
(km2)
2013 2015 2020 2025 2030 2035
KABUPATEN 1 Membalong 909,55 25,95 27,363 31,24 35,667 40,72 46,49
BELITUNG 2 Tanjung Pandan 378.45 92,79 97,841 111,705 127,534 145,605 166,237
3 Badau 458,20 13,817 14,569 16,634 18,991 21,681 24,754
4 Sijuk 413,99 28,726 30,29 34,582 39,482 45,076 51,464
5 Selat Nasik 133,50 6,321 6,665 7,61 8,688 9,919 11,324
Jumlah 2293,69 167,604 176,728 201,77 230,36 263,002 300,269
KABUPATEN 1 Dendang 362,20 12,566 13,296 15,313 17,636 20,311 23,392
BELITUNG 2 Simpang Pesak 243,30 5,271 5,577 6,423 7,398 8,52 9,812
TIMUR 3 Gantung 546,30 14,224 15,051 17,334 19,963 22,991 26,478
4 Simpang Renggang 390,70 45,044 47,662 54,891 63,217 72,806 83,85
5 Manggar 465,90 7,055 7,465 8,597 9,901 11,403 13,133
6 Damar 0,00 25,647 27,137 31,254 35,994 41,454 47,742
7 Kelapa Kampit 498,51 4,66 4,931 5,679 6,54 7,532 8,675
Jumlah 2506,91 114,467 121,119 139,491 160,65 185,017 213,081
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

Proyeksi Kebutuhan Air Baku

1. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik Kabupaten Belitung

Proyeksi Kebutuhan Air Baku untuk keperluan air domestik dan non domestik di
kecamatan Sijuk dan Kabupaten Belitung dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun
2035 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 12.3. Kebutuhan Air Domestik (m3/hr) Berdasarkan Kabupaten Belitung Sampai Dengan Tahun
2035

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)


KABUPATEN NO KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
2013 2015 2020 2025 2030 2035
KABUPATEN 1 Membalong 3.374 3.557 4.061 4.637 5.294 6.044
BELITUNG
2 Tanjung Pandan 12.063 12.719 14.522 16.579 18.929 21.611

3 Badau 1.382 1.457 1.663 1.899 2.819 3.218

4 Sijuk 3.734 3.938 4.496 5.133 5.860 6.690

5 Selat Nasik 379 400 457 521 595 1.132


Jumlah 20.932 22.071 25.198 28.769 33.496 38.695
KABUPATEN 1 Dendang 1.257 1.330 1.531 1.764 2.640 3.041
BELITUNG TIMUR
2 Simpang Pesak 316 335 385 444 511 589

3 Gantung 1.422 1.505 1.733 1.996 2.989 3.442

4 Simpang Renggang 5.856 6.196 7.136 8.218 9.465 10.900

5 Manggar 423 448 516 594 1.140 1.313

6 Damar 3.334 3.528 4.063 4.679 5.389 6.206

7 Kelapa Kampit 280 296 341 392 452 520


Jumlah 12.888 13.637 15.705 18.088 22.587 26.013
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

Tabel 12.4. Kebutuhan Air Non Domestik (m3/hr) Berdasarkan Kabupaten Belitung Sampai Dengan
Tahun 2035

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)


KABUPATEN NO KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
2013 2015 2020 2025 2030 2035
KABUPATEN 1 Membalong 2.024 2.134 2.437 2.782 3.176 3.626
BELITUNG
2 Tanjung Pandan 7.238 7.632 8.713 9.948 11.357 12.966

3 Badau 829 874 998 1.139 1.691 1.931

4 Sijuk 2.241 2.363 2.697 3.080 3.516 4.014

5 Selat Nasik 228 240 274 313 357 679


Jumlah 12.559 13.243 15.119 17.261 20.098 23.217
KABUPATEN 1 Dendang 754 798 919 1.058 1.584 1.825
BELITUNG TIMUR
2 Simpang Pesak 190 201 231 266 307 353

3 Gantung 853 903 1.040 1.198 1.793 2.065

4 Simpang Renggang 3.513 3.718 4.282 4.931 5.679 6.540

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5 Manggar 254 269 310 356 684 788

6 Damar 2.000 2.117 2.438 2.808 3.233 3.724

7 Kelapa Kampit 168 178 204 235 271 312


Jumlah 7.733 8.182 9.423 10.853 13.552 15.608
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

Tabel 12.5. Kebutuhan Air Non Domestik (m3/hr) Berdasarkan Kabupaten Belitung Sampai Dengan
Tahun 2035

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)


KABUPATEN NO KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
2013 2015 2020 2025 2030 2035
KABUPATEN 1 Membalong 5.398 5.691 6.498 7.419 8.470 9.670
BELITUNG
2 Tanjung Pandan 19.300 20.351 23.235 26.527 30.286 34.577

3 Badau 2.211 2.331 2.661 3.038 4.510 5.149

4 Sijuk 5.975 6.300 7.193 8.212 9.376 10.704

5 Selat Nasik 607 640 731 834 952 1.812


Jumlah 33.490 35.314 40.317 46.030 53.594 61.912
KABUPATEN 1 Dendang 2.011 2.127 2.450 2.822 4.225 4.865
BELITUNG TIMUR
2 Simpang Pesak 506 535 617 710 818 942

3 Gantung 2.276 2.408 2.773 3.194 4.782 5.507

4 Simpang Renggang 9.369 9.914 11.417 13.149 15.144 17.441

5 Manggar 677 717 825 951 1.825 2.101

6 Damar 5.335 5.645 6.501 7.487 8.622 9.930

7 Kelapa Kampit 447 473 545 628 723 833


Jumlah 20.621 21.819 25.129 28.940 36.138 41.620
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Untuk KEK Tanjung Kelayang

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.5. Lokus KEK Tanjung Kelayang

Tabel 12.6. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Kelayang

NO EKSISTING TAHUN
DESKRIPSI SATUAN
2015 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035
1 Jumlah Penduduk Wilayah
Administrasi (3 desa) 9.909 10.364 10.599 10.840 11.086 12.361 13.783 15.367
Jiwa
Tingkat Pelayanan 30% 65% 100% 100% 100% 100% 100%
%
Penduduk Terlayani 3.109 6.890 10.840 11.086 12.361 13.783 15.367
Jiwa
2 Kebutuhan Air Minum 3
Desa Pendukung Kawasan
Wisata

2.a. Sambungan Rumah 90 90 90 90 90 90 90


l/org/hari
2.b. Pelayanan
Jiwa
2.c. Jumlah Sambungan Rumah
622 1.378 2.168 2.217 2.472 2.757 3.073
Unit
2.d. Penambahan SR 622 756 790 49 255 285 316
Unit/Tahun
2.e. Jumlah Jiwa Per SR 5 5 5 5 5 5 5
Jiwa/SR
2.f. Kebutuhan Domestik 3,2 7,2 10,5 11,5 12,9 14,4 16
ltr/dtk
2.g. Kebutuhan Non Domestik
0,7 1,4 2,1 2,3 2,6 2,9 3,2
ltr/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO EKSISTING TAHUN
DESKRIPSI SATUAN
2015 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035
2.h. Total Kebutuhan Air
3,9 8,4 12,6 13,8 15,5 173,0 19,7
Minum ltr/dtk
3 Kebutuhan Air Minum
untuk Kek
3.a. Kawasan Wisata :
Hotel - - 100 100 300 500 700
Kamar
Resort Vila 120 120 237 237 237 237 237
Unit
Hunian 21 21 101 101 101 101 101
Unit
Home Stay - - 20 20 20 20 20
Unit
Bangunan Bisnis - - 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Ha
Area Bisnis - - 13 13 44 60 80
HA
3.b. Pemakaian Air Per Unit :

Hotel 0,15 0,15 0,16 0,17 0,20 0,20 0,20


m3/kamar/hari
Resort Vila 1,50 1,50 1,50 1,50 1,60 1,60 1,60
m3/unit/hari
Hunian 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
m3/unit/hari
Home Stay 1,00 1,10 1,10 1,20 1,20 1,20 1,20
m3/unit/hari
Bangunan Bisnis 0,10 0,10 0,12 0,12 0,15 0,15 0,15
m3/Ha/hari
Area Bisnis 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
m3/Ha/hari
3.c. Pemakaian Air Total Per :

Hotel - - 16 17 60 100 140


m3/hari
Resort Vila 180,0 180,0 355,5 355,5 379,2 379,2 379,2
m3/hari
Hunian 126,3 126,3 126,3 126,3 126,3 126,3 126,3
m3/hari
Home Stay - - 22,0 24,0 24,0 24,0 24,0
m3/hari
Bangunan Bisnis - - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
m3/hari
Area Bisnis - - 1,3 1,3 1,3 6 8
m3/hari
3.d. Total Kebutuhan Air
2,4 2,4 6,0 6,1 6,9 7,4 7,9
Minum l/dtk
4 Total Kebutuhan Air 6,3 10,8 18,6 19,9 23,4 24,7 27,6
5 Kebocoran 20% 20% 20% 20% 10% 10% 10%
%
6 Kebutuhan Air Minum
7,6 13,0 218,0 23,9 24,7 27,2 30,4
Rata-Rata l/dk
7 Kebutuhan Hari
8,4 14,3 24,0 26,3 27,2 30,0 33,4
Maksimum = 1,1 QR l/dk
8 Kapasitas Terpasang
- - - - - - -
(SPAM Eksisting) l/dk
9 Idle Capacity (6.0) (9.8) (18.1) (18.4) (19.0) (19.7) (20.0)
l/dk

Keterangan :

Proyeksi kebutuhan air sudah memperhitungkan kebutuhan di :

1. Desa Pendukung Kawasan Wisata (Lokus) :

1. Desa Tj. Binga

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Desa Tj. Kelayang

3. Desa Keciput

4. Kawasan KEK

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Dari data tersebut, diperoleh data kebutuhan air untuk desa pendukung kawasan
Wisata dan kawasan KEK Tanjung Kelayang adalah sebagai berikut

1. Kebutuhan air baku rata-rata = 30,40 ltr/dtk

2. Kebutuhan hari maksimum = 33,40 ltr/dtk

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Wilayah Sungai Belitung mempunyai iklim yang di pengaruhi oleh tipe ekuatorial
dan monsoonal. Akibat pengaruh 2(dua) tipe ini, menyebabkan kondisi iklim di
wilayah sungai sangat dipengaruhi oleh kekuatan angin Barat dan angina Timur,
sehingga jika kedua jenis angina pembawa sifat monsoonal ini lemah maka yang
terjadi di wilayah ini adalah equatorial.

Berdasarkan data iklim dari Tahun 1998- 2009, menunjukan bahwa pola hujan
Bulanan yang terjadi, mempunyai 2(dua) puncak, yaitu pada bulan April dan

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Nopember dengan besar curah hujantahunan yang terjadi berkisar 1334- 2429
mm/th dengan rata-rata sebesar 1840 mm/th.

Suhu udara berkisar antara 23,2- 30,5 0 C dengan rata-rata sekitar 26,5 0C.

Kelembaban udara sekitar 92,7% , sedangkan kecepatan angin maksimum


mencapai 15,8 m/dt dengan rata-rata sekitar 6,7 m3/dt.

2. Data Hidrologi

Kondisi curah hujan dan hari hujan di kabupaten Belitung, seperti disajikan pada
tabel berikut :

Tabel 12.7. Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Belitung

TEKANAN UDARA RATA-


BULAN / TAHUN CURAH HUJAN (MM) HARI HUJAN (HARI)
RATA
Januari 210 26 1010.6
Februari 241 21 1009.4
Maret 122.4 16 1010.6
April 345.2 27 1009.2
Mei 496.4 28 1009
Juni 192 14 1008.3
Juli 279 24 1009.3
Agustus 152 14 1010.4
September 59 8 1010.5
Oktober 355 18 1011.1
November 444 21 1009.2
Desember 703 21 1009.4
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Potensi Ketersedian Air Permukaan

DAS Sijuk dengan luas daerah aliran sungai sebesar 3.041,9 Ha, mempunyai
potensi debit air permukaan rerata sebesar 3,89 m 3/dt.

2. Potensi Air Permukaan Kolong Kabupaten Belitung

Potensi air permukaan yang bersumber dari kolong di Kabupaten Belitung, di


sajikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 17
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 12.8. Data Potensi Kolong di Kabupaten Belitung Tahun 2016
LOKASI POTENSI KOLONG PEMANFAATAN
NO RENCANA
NAMA KOLONG KONDISI TELAH DIMANFAATKAN
KECAMATAN, DESA LUAS (Ha) VOLUME (m3) DEBIT (ltr/dtk) PENGEMBANGAN PDAM KETERANGAN
(ltr/dtk )
(ltr/dtk)
1 Kolong Serkuk 1 dan 2 kec. Tanjungpandan, Ds. Sudah dikembangkan 3 (KEDALAM 6-12) 225000 21.7 20 Potensi Pengembangan 23 Dimanfaatkan PDAM
Paal 1 ltr/det
2 Kolong Dukong kec. Tanjungpandan, Ds. Sudah dikembangkan 2 (KEDALAM 6-8) 22500 2.2
Dukong
3 Kolong Perawas Kec. Tanjungpandan, Ds. Sudah dikembangkan 20 20 Potensi Pengembangan 23 Dimanfaatkan PDAM
Perwas ltr/det
4 Kolong Mempadin Pagarun Kec. Sijuk, Ds.Air Sudah dikembangkan 3 (KEDALAM 4-6) 200000 20 10 Potensi Pengembangan 20 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Selumar ltr/det
5 Kolong Teluk Dalam Kec. Tanjungpandan, Sudah dikembangkan 4 (KEDALAM 4-6) 200000 20 10 Potensi Pengembangan 20 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Dsn. Teluk dalam ltr/det
6 Kolong Tanjung Binga Kec. Sijuk, Sudah dikembangkan t.a.d

7 Kolong Membalong Kec. Membalong, Ds. Sudah dikembangkan 2 (KEDALAM 2-4) 60000 10 10 Potensi Pengembangan 10 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Membalong ltr/det
8 Kolong Badau Kec. Badau Belum dikembangkan -

9 Kolong Selat Nasik ( Kolong Pasir ) Kec. Selat Nasik Belum dikembangkan 2 (KEDALAM 2-4) 60000 10 Potensi Pengembangan 5 DED Oleh BBWS Sumatera
ltr/det VIII TA. 2008
10 Desa Pulau Seliuk Kec. Membalong Belum dikembangkan 0,5 (KEDALAM 1-3) 10000 5 Potensi Pengembangan 2,5 DED Oleh BBWS Sumatera
ltr/det VIII TA. 2007
11 Kolong (sungai Kebangnungsai 1) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 9.7 289500 27.9
Membalong
12 Kolong (Sungai Belian) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 12.9 385800 37.2 10 Sumber Air Bersih PDAM
Perepat Kota Manggar
13 Kolong Perepat Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 69.6 2088300 201.4
Perepat
14 Kolong Sungai Dudat Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 5 (10 M) 60000 44.5 t.a.d Rencana Sumber Air Bersih
Lassar PDAM
15 Kolong Sungai Merah Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 9.6 289200 27.9
Lassar
16 Kolong Sungai Batang Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 12.7 381300 36.8
Lassar
17 Kolong Sungai Jukut Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 15.9 206100 19.9
Simpang Rusa

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
LOKASI POTENSI KOLONG PEMANFAATAN
NO RENCANA
NAMA KOLONG KONDISI TELAH DIMANFAATKAN
KECAMATAN, DESA LUAS (Ha) VOLUME (m3) DEBIT (ltr/dtk) PENGEMBANGAN PDAM KETERANGAN
(ltr/dtk )
(ltr/dtk)
18 Kolong cangkok IV Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 6.9 144000 13.9
Simpang Rusa
19 Kalong Cangkok II Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 4.8 345900 33.4
Simpang Rusa
20 Kolong Cangkok III Kec. Membalong, Ds. Sudah dikembangkan 4 (KEDALAM 3-4) 140000 20 10 Potensi Pengembangan 10 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Batan ltr/det
21 Kolong Cangkok (Sungai Berwaja) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 9.4 281400 27.1
Kembiri
22 Kolong (Sungai Kebangnungsai II) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 16.3 490200 47.3
Kembiri
23 Kolong Bakil Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 13 389700 37.6
Mentigi
24 Kolong Sungai Mergantung Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 13.2 394500 38
Mentigi
25 Kolong Kapsim Kec. Tanjung Pandan, Ds. Sudah dikembangkan 2 (KEDALAM 3-4) 140000 10 10 Potensi Pengembangan 10 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Air Rayak ltr/det
26 Kolong Lesung Batang Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 92 784800 75.7
Lesung Batang
27 Kolong Dukong Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 28.2 813900 78.5
Dukong
28 Kolong Serkuk II Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 59.3 2761200 266.3
Paal 1
29 Kolong Juru Sebrang Kec. Tanjung Pandan, Ds. Sudah dikembangkan 8 (KEDALAM 5-8) 480000 40 30 Potensi Pengembangan 20 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Juru Sebrang ltr/det untuk pelabuhan dan
PLTU Suge
30 Kolong Raya (Sungai Raya) Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 26.1 1773900 171.6
Juru Sebrang
31 kolong sungai kubu kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 47.6 78300 75.5
Pair Saga
32 kolong keramik Kec. Tanjung Pandan, Ds. Sudah dikembangkan 2 (KEDALAM 2-4) 140000 10 Dimanfaatkan UPTD Dinas
Air Rayak Pariwisata Kab. Belitung
33 Kolong Serkuk I Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 2.2 66300 6.4
Paal 1
34 kolong sungai patah Kec. Badau. Ds. Badau Potensi dikembangkan

35 kolong badau Kec. Badau, Ds. Badau Potensi dikembangkan 12.2 366000 35.3

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
LOKASI POTENSI KOLONG PEMANFAATAN
NO RENCANA
NAMA KOLONG KONDISI TELAH DIMANFAATKAN
KECAMATAN, DESA LUAS (Ha) VOLUME (m3) DEBIT (ltr/dtk) PENGEMBANGAN PDAM KETERANGAN
(ltr/dtk )
(ltr/dtk)
36 kolong sungai julang kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 32.2 965100 93.1
Air Batu
37 kolong sungai batu kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 7.2 215100 20.7
Air Batu
38 kolong sungai ranggau kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 37.8 1133400 109.3
Air Batu
39 kolong kubu 5 air serkuk Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan 4.5 135900 13.1
Sekuk
40 kolong kubu 6 air serkuk Kec. Tanjung Pandan, Ds. Potensi dikembangkan
Sekuk
41 kolong sengklik Kec. Sijuk Potensi dikembangkan

42 Kolong Air rasau Kec. Badau, Ds. Badau Sudah dikembangkan 4 (KEDALAM 4-6) 200000 20 5 Potensi Pengembangan 10 Di bangun oleh Satker PK-
ltr/det PAM
Potensi Kolong Kab. Belitung Sub Total
Potensi Kolong WS Belitung Total
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 21
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Potensi Air Tanah

Dari data peta Hidrogeologi WS Belitung, diperoleh data bahwa di lokasi KEK
Tanjung Kelayang, produktifitas akuifer merupakan daerah air tanah langka,
sebagai mana dijelaskan seperti pada gambar berikut :

KEK Tanjung Kelayang

Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

Gambar 12.6. Peta Hidrogeologi WS Belitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

1. Kondisi SPAM Kabupaten Belitung

Kondisis SPAM Eksisting Kabupaten Belitung (Tahun 2016) diuraikan sebagai


berikut :

1. Pelayanan : 13.343 Jiwa

2. Tingkat Pelayanan Teknis : 17,6 %

3. Jumlah Sambungan : 2.393 Unit

4. Pemakaian Air : 14,2 m3/sambungan/bulan

5. Daerah Pelayanan : Kec. Tanjung Pandan

6. Kapasitas Terpasang : 90 ltr/dtk

7. Jam Operasi : 7 jam/hari

8. Efisiensi Produksi : 19,4 %

9. Kehilangan Air : 30 %

10. Kinerja : Sakit


Sumber : Audit Kinerja PDAM, BPKP, 2015

Tabel 12.9. Pelayanan Kabupaten (SPAM Eksisting)

SUMBER AIR KAPASITAS WILAYAH


NO SISTEM PENGOLAHAN
BAKU PRODUKSI PELAYANAN
1 Unit Air Serkuk Kolong Kubu IPA Air Serkuk 40 ltr/dtk Kota Tanjung
I(1982) Pandan
Kolong Kubu IPA Air Serkuk II 20 ltr/dtk
(1988)

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2 Unit Dukong Kolong Pilang IPA Dukong I 10 ltr/dtk Kota Tanjung
(1995) Pandan
Kolong Pilang IPA Dukong II 20 ltr/dtk
(2007)
Sumber : PDAM Kab. Belitung

Tabel 12.10. Pelayanan IKK (SPAM Eksisting)

SUMBER AIR KAPASITAS WILAYAH


NO SISTEM PENGOLAHAN
BAKU PRODUKSI PELAYANAN
1 IKK Sijuk Air Kolong IPA Sijuk (2012) 10 ltr/dtk Kec. Sijuk (Truk
Besi Tangki)
2 IKK Badau Air Kolong IPA Badau (2009) - Kec. Badau (HU)

Sumber : PDAM Kab. Belitung

Tabel 12.11. Pelayanan Pedesaan (SPAM Eksisting)

SUMBER AIR KAPASITAS WILAYAH


NO SISTEM PENGOLAHAN
BAKU PRODUKSI PELAYANAN
1 Kec. Tanjung Pandan :
Sistem Perawas Air Kolong API (2013) 5 l/dtk Ds. Perawas (800
SR)
Sumur Dalam 2 l/dtk Ds. Terong
Sistem Terong Air Tanah (2010)
5 l/dtk Ds. Jr. Seberang
Juru Seberang Air Kolong IPA (2013) (300 SR)
2 Kec, Membalong :
Sistem Perpat Air Tanah Tidak 2 l/dtk Ds. Perpat
Sistem Mentigi Air Tanah menggunakan 2 l/dtk Ds.Mentigi (HU)
unit pengolahan - Ds. P. Seliu (HU)
Sistem P. Seliu Air Tanah tetapi dilengkapi
sistem RO - Ds. Padang Kandis
Sistem P. Kandis Air Tanah
Sumber : PDAM Kab. Belitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : PDAM Kab. Belitung

Gambar 12.7. Sistem Parawas (SPAM Eksisting)

Sumber : PDAM Kab. Belitung

Gambar 12.8. Sistem Terong (SPAM Eksisting)

11. Kondisi SPAM Kecamatan Sijuk

Kondisi SPAM Kecamatan Sijuk dapat digambarkan seperti uraian sebagai berikut :

12. Kondisi SPAM Kecamatan Sijuk

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.9. Kondisi SPAM Kecamatan Sijuk

13. SPAM Eksisting Kecamatan Sijuk

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.10. SPAM Eksisting Kecamatan Sijuk

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Neraca Air

Gambaran neraca air DAS Sijuk dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2035 seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 12.12. Perhitungan Neraca Air di DAS Sijuk


DAS
2013 2015 2020 2025 2030 2035 T A N J UN G
NO BULAN B IN G A
KE B UT UH A N S E LIS IH KE B UT UH A N S E LIS IH KE B UT UH A N S E LIS IH KE B UT UH A N S E LIS IH KE B UT UH A N S E LIS IH KE B UT UH A N S E LIS IH P OTEN S I
(m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) (m 3 / dtk) A IR
1 Januari 0.46 4.23 0.47 4.22 0.50 4.20 0.53 4.17 0.56 4.14 0.58 4.11 4.70
2 Februari 0.46 5.23 0.47 5.22 0.50 5.19 0.53 5.16 0.56 5.13 0.58 5.11 5.69
3 Maret 0.46 3.09 0.47 3.08 0.50 3.06 0.53 3.03 0.56 3.00 0.58 2.97 3.56
4 April 0.46 5.37 0.47 5.36 0.50 5.33 0.53 5.31 0.56 5.28 0.58 5.25 5.84
5 Mei 0.46 3.51 0.47 3.50 0.50 3.47 0.53 3.45 0.56 3.42 0.58 3.39 3.97
6 Juni 0.46 2.97 0.47 2.96 0.50 2.94 0.53 2.91 0.56 2.88 0.58 2.85 3.44
7 Juli 0.46 1.74 0.47 1.73 0.50 1.70 0.53 1.67 0.56 1.65 0.58 1.62 2.20
8 Agustus 0.46 1.08 0.47 1.07 0.50 1.04 0.53 1.01 0.56 0.99 0.58 0.96 1.54
9 September 0.46 0.65 0.47 0.64 0.50 0.61 0.53 0.59 0.56 0.56 0.58 0.53 1.12
10 Oktober 0.46 2.62 0.47 2.60 0.50 2.58 0.53 2.55 0.56 2.52 0.58 2.50 3.08
11 November 0.46 5.14 0.47 5.13 0.50 5.10 0.53 5.08 0.56 5.05 0.58 5.02 5.61
12 Desember 0.52 5.48 0.53 5.46 0.57 5.43 0.60 5.39 0.64 5.36 0.68 5.32 6.00
Jumlah 0.47 3.43 0.48 3.42 0.51 3.39 0.53 3.36 0.56 3.33 0.59 3.30 3.89

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Ada 3 (tiga) alternatif rencana sistem penyediaan air minum untuk KSPN dan KEK
Tanjung Kelayang. Justifikasi usulan pengembangan SPAM tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Alternatif 1 : Sumber Air dari Sungai Batu Mentas (Gunung Tajam)

1. Keuntungan

1. Sistem telah dirancang dan saat ini sedang dalam proses pembangunan embung.

2. Kapasitas sumber air baku dapat diandalkan dengan dibangunnya embung.

3. Pembebasan lahan untuk bangunan penangkap air dan lahan untuk instalasi pengolahan
sudah dibebaskan oleh Pemerintah Daerah.

4. Kualitas air memenuhi baku mutu sebagai baku air minum.

5. Kelemahan

6. Letak sumber air baku jauh dari rencana daerah pelayanan (Kawasan Wisata Tanjung
Kelayang serta Kawasan Pendukung, yaitu: Desa Tanjung Binga, Tanjung Tinggi dan Desa
Keciput).

7. Sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, sehingga biaya investasi sangat
mahal (biaya investasi untuk pengolahan dan pompa serta pipa distribusi yang sangat
panjang).

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.11. Sumber Air Sungai Batu Mentas

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
8. Alternatif 2 : Sumber Air dari Kolong Mempadin

9. Keuntungan

10. Sumber air dekat dengan rencana daerah pelayanan (Kawasan Wisata Tanjung Kelayang
serta Kawasan Pendukung: Desa Tanjung Binga, Tanjung Tinggi dan Desa Keciput).

11. Meskipun sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, namun biaya
investasi lebih murah karena pipa distribusi lebih pendek.

12. Kelemahan

13. Sumber air merupakan kolong tadah hujan, sehingga kehandalanan masih diragukan (sangat
tergantung kondisi curah hujan).

14. Beberapa parameter kualitas air kolong Mampadin, tidak memenuhi kualitas air bersih (pH,
serta beberapa logam: seng dan besi)

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.12. Sumber Air Kolong Mempadin

15. Alternatif 3 : Sumber Air dari Kolong Besi

16. Keuntungan

17. Merupakan sistem eksisting, dengan kapasitas pemanfaatan IPA 10 l/dtk.

18. Hanya diperlukan pompa dan pipa jaringan distribusi

19. Kelemahan

20. Saat ini distribusi pelayanan masih menggunakan truk tanki

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
21. Hasil pengujian laboratorium terhadap air baku Kolong Besi, yang diuraikan pada RISPAM,
menunjukkan kualitas pH yang tidak sesuai standard yaitu 4 dari yang disyaratkan sebesar
6,5 – 9.

22. Lokasi IPA eksisting di Desa Sijuk, sedangkan rencana pelayanan di Desa Keciput, Tanjung
Binga dan Tanjung Kelayang.

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.12. Sumber Air Kolong Mempadin

Sebagai perbandingan dari ke 3 (ketiga) alternatif tersebut, dapat diuraikan pada tabel
berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 12.13. Perbandingan Alternatif Rencana SPAM

PERBANDINGAN
NO URAIAN
ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3
I SISTEM
1 Air Baku Sudah disiapkan oleh Mudah Sudah dilakukan
Pemda
2 Kesiapan Lahan Lahan sudah Lahan milik Pemda Tidak memerlukan
dibebaskan pembebasan lahan
II BIAYA
1 Biaya Investasi Sangat Tinggi Tinggi Lebih Rendah
2 Biaya Operasi Sangat Tinggi Tinggi Lebih Rendah
III TENAGA PENGELOLA

1 Pengelola Sistem PDAM Kab. Belitung PDAM Kab. Belitung PDAM Kab. Belitung
2 Jumlah Tenaga Tidak memerlukan Tidak memerlukan Tidak memerlukan
Pengelola tambahan tenaga tambahan tenaga tambahan tenaga
pengelola pengelola pengelola
IV STUDI
1 SIPPA SIPPA Kap. 100 l/det SIPPA Kap. 10 l/det -
2 Studi Lingkungan Perlu dilakukan UKL- Perlu dilakukan UKL- -
UPL UPL
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Rencana Daerah Pelayanan

Ada 3 (tiga) usulan rencana pengembangan daerah pelayanan sistem penyediaan air
minum KSPN dan KEK Tanjung Kelayang, diuraikan pada gambar sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Rencana Pengembangan SPAM Alternatif 1

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.13. Usulan Pengembangan SPAM (Alternatif 1)

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAWASAN KEK
Pipa Distribusi
(HDPE Ø 100-400 mm)
Tj. KELAYANG
+(2-10)
L=54.000 m

Pengolahan
air Minum Prima
(8 l/dtk)
Sungai Batu Mentas
(Gn. Tajam)
(1.085 l/dtk) Distribusi ke
Kec. Sijuk
KEC. SIJUK (3 DESA)
+(4-15)
12 l/dtk
IPA
(100 l/dtk) R
Pompa Pompa
+65 Reservoir
(3x50 l/dtk) (3x20 l/dtk)
(300 M3)
H=20 m H=40 m
+64
Penambahan SR
Intake (2.372 Unit)
Pipa Transmisi
(100 l/dtk)
(Steel Ø 350 mm,L=400 m)
+64,5
(HDPE Ø 350 mm,L=1.000 m)

Distribusi ke KEC. Tj. PANDAN


Kec. Tj. Pandan +(15-3)
80 l/dtk

Keterangan:
R
Pompa
Eksisting Reservoir
(3x80 l/dtk)
(1.200 M3)
Pengembangan H=40 m Penambahan SR
+64
(6.400 Unit)
Pengolahan Air Minum Prima = Pengolahan air kualitas siap minum

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.14. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 1)

2. Rencana Pengembangan SPAM Alternatif 2

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 12.15. Usulan Pengembangan SPAM (Alternatif 2)

KAWASAN KEK
Pipa Distribusi Tj. KELAYANG
(HDPE Ø 100-150 mm)
+(2-19)
L=24.000 m

Pengolahan
air Minum Prima
(3 l/dtk)

Kolong Distribusi ke KEC. SIJUK (3 DESA)


Mampadin Kec. Sijuk
+(4-15)
7 l/dtk
IPA
(10 l/dtk) R
Pompa Pompa
Reservoir
(2x10 l/dtk) +16,5 (3x10 l/dtk)
(150 M3)
H=40 m H=40 m
Intake +16
(10 l/dtk) Pipa Transmisi Penambahan SR
+15,5 (HDPE Ø 100 mm,L=500 m) (1.378 Unit)

Keterangan:
Eksisting
Pengembangan

Pengolahan Air Minum Prima = Pengolahan air kualitas siap minum

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.16. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 2)

3. Rencana Pengembangan SPAM Alternatif 3

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

Gambar 12.17. Usulan Pengembangan SPAM (Alternatif 3)

Pipa Distribusi
(HDPE Ø 150-400 mm, L=36 km)
(HDPE Ø 100-150 mm, L=27 km) KAWASAN KEK
Pipa Retikulasi Tj. KELAYANG
((HDPE Ø 50-75 mm, L=13.790 km) +(2-19)

Pengolahan
air Minum Prima
(3 l/dtk)

Kolong Distribusi ke KEC. SIJUK (3 DESA)


Air Besi Kec. Sijuk
+(4-15)
7 l/dtk
IPA
(10 l/dtk) R
Pompa Pompa
Reservoir
(2x20 l/dtk) +16,5 (3x10 l/dtk)
(300 M3)
H=40 m H=40 m
Intake +16
(10 l/dtk) Pipa Transmisi Penambahan SR
+15,5 (HDPE Ø 160 mm,L=500 m) (1.378 Unit)

Keterangan:
Eksisting
Pengembangan

Pengolahan Air Minum Prima = Pengolahan air kualitas siap minum

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 12.18. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 3)

TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Perda Kabupaten Belitung No. 3 Tahun 2014, Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Tahun 2014-2034, Rencana Strategis dan
Rencana Pembangunan terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air.
Sebagaimana tertuang dalam Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung, lokasi
KEK Tanjung Kelayang merupakan Kawasan Wisata yang dijelaskan pada gambar
berikut :

Gambar 12.19. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Master Plan KEK

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 12.20. Master Plan KEK Tanjung Kelayang

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Tahapan Pengembangan

Tahapan pengembangan terhadap penyediaan air baku KSPN dan KEK Tanjung
Kelayang berdasarkan dari hasil perhitungan kebutuhan air yang diuraikan pada
Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Baku Sampai Tahun 2035 adalah sebagai berikut :

Tabel 12.14. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Sampai Tahun 2035

RENCANA KEBUTUHAN AIR BAKU (liter/detik)


NO URAIAN KET
2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035
1 Air Minum Penduduk
3,90 8,40 12,60 13,80 15,50 17,30 19,70
(3 Desa)
2 Air Minum Untuk KEK
2,40 2,40 6,00 6,10 6,90 7,40 7,90
Total Kebutuhan Air 6,30 10,80 18,60 19,90 22,40 24,70 27,60
Kebocoran (%) 20% 20% 20% 20% 10% 10% 10%
Kebutuhan Rata-Rata 7,60 13,00 21,80 23,90 24,70 27,20 30,40
Kebutuhan Hari Maksimal 8,40 14,30 24,00 26,30 27,20 30,00 33,40

Potensi Sumber Air Baku yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut :

1. Sumber Air Baku Sungai Batu Mentas

1. Kapasitas : 240 ltr/dtk

2. Sudah digunakan pelayanan Kota Tanjung Pandan : 100 ltr/dtk

3. Rencana Penyediaan air baku untuk :

1. Kawasan KEK Tanjung Kelayang : 8 ltr/dtk

2. Kecamatan Sijuk : 12 ltr/dtk

3. Kecamatan Tanjung Pandan : 80 ltr/dtk

4. Intake Kolong Mempadin

5. Kapasitas : 20 ltr/dtk

6. Sudah digunakan untuk pelayanan Desa Sijuk : 10 ltr/dtk

7. Rencana Penyediaan air baku untuk :

8. Kawasan KEK Tanjung Kelayang : 3 ltr/dtk

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9. Kecamatan Sijuk : 7 ltr/dtk

10. Intake Kolong Air Besi

11. Kapasitas : 20 ltr/dtk

12. Sudah digunakan untuk PAB Desa Selumar : 10 ltr/dtk

13. Rencana Penyediaan air baku untuk :

14. Kawasan KEK Tanjung Kelayang : 3 ltr/dtk

15. Kecamatan Sijuk : 7 ltr/dtk

Untuk memenuhi kebutuhan air baku pada tahun 2017 untuk KSPN dan KEK
Tanjung Kelayang sebesar 8,4 ltr/dtk, cukup diambilkan dari salah satu alternative
usulan pengembangan SPAM yang telah dibuat. Namun begitu untuk memenuhi
kebutuhan air sampai dengan tahun 2035 yang sebesar 33,40 ltr/dtk, maka
apabila sumber air hanya bersumber dari kolong mempadin sebesar 10 ltr/dtk dan
kolong air besi (selumar) sebesar 10 ltr/dtk, maka masih ada kekurangan air
sebesar 13,40 ltr/dtk atau katakanlah sebesar 15 ltr/dtk.

Kekurangan air sebesar 15 ltr/dtk tersebut sebaiknya direncanakan diambil dari


sumber air baku sungai batu mentas. Dengan gambaran kebutuhan dan
ketersediaan air baku seperti tersebut di atas, maka perlu dibuat tahapan
pengembangan seperti uraian sebagai berikut :

Tabel 12.15. Tahapan Pengembangan Sumber Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang

SUMBER AIR BAKU


KEBUTUHAN
NO TAHUN TAHAPAN RENCANA
AIR BAKU NAMA SUMBER KAPASITAS
PENGEMBANGAN PENYEDIAAN AIR
(liter/detik) AIR BAKU (liter/detik)
(liter/detik)

1 2017 8,40 Kolong Mempadin 10 10


2 2018 14,30 Kolong Air Besi 10 20
3 2020 26,30 Gunung Mentas 8 28
4 2025 27,30 Gunung Mentas - 28
5 2030 30,00 Gunung Mentas 7 35
6 2035 33,40 Gunung Mentas - 35

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Status Pengembangan Kawasan

Status pengembangan KSPN dan KEK Tanjung Kelayang adalag seperti diuraikan
sebagai berikut :

Tabel 12.16. Status Pengembangan KSPN dan KEK Tanjung Kelayang

RENCANA PENGEMBANGAN
NO URAIAN KOLONG
GUNUNG MENTAS KOLONG AIR BESI
MEMPADIN
1 Kesiapan Lahan Sudah disiapkan Lahan sudah Lahan milik Pemda
oleh Pemda dibebaskan
2 Studi Lingkungan Sudah Ada Sudah Ada -
3 Detail Desain Sudah Ada Sudah Ada Sudah Ada
4 Pembangunan Prasarana Dilaksanakan Dilaksanakan Tahun Dilaksanakan Tahun
Penyediaan Air Baku Tahun 2013 (Biaya Rp. 2015 (Biaya Rp.
1.760.003.000,-) 2.426.000.000,-)
5 Rencana - Dilaksanakan Tahun -
Pengembangan/Peningkatan 2017
Pipa Transmisi

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Rencana penyediaan air baku untuk KSPN dan KEK Tanjung Kelayang dilaksanakan
sesuai dengan tahapan pengembangan KSPN dan KEK Tanjung Kelayang yang
diuraikan sebagai berikut :

Tabel 12.17. Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang

RENCANA RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU (liter/detik)


NO SUMBER AIR BAKU PENYEDIAAN
2017 2018 2020 2025 2030 2035
(liter/detik)
1 Kolong Mempadin 10 10
2 Kolong Air Besi 10 10
3 Gunung Mentas 15 8 7

Perkiraan Biaya

DRAFT LAPORAN AKHIR 42


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan biaya untuk rencana penyediaan air baku sampai WTP adalah sebagai
berikut :

Tabel 12.18. Perkiraan Biaya Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang

SUMBER AIR PERKIRAAN BIAYA (Rp. 000,-)


NO TOTAL
BAKU 2017 2018 2020 2025 2030 2035
Kolong
1 300.000 - - - - - 300.000
Mempadin
2 Kolong Air Besi - - - - - - -
Gunung
3 - - 2.500.000 - 2.000.000 - 4.500.000
Mentas
Keterangan : Intake, IPA dan Reservoir Kolong Air Besi sudah terbangun

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 44
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB XIII

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG

PROFIL UMUM

Lokasi KEK

Lokasi KEK Sorong berada di selat Sele Distrik Mayamuk Kabupaten Sorong, dengan
batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kampung Arar

2. Sebelah Timur : Kampung Arar

3. Sebelah Selatan : Kampung Jeflio

4. Sebelah Barat : Kampung Jeflio dan Selat Sele

KEK Sorong berada pada Wilayah Sungai (WS) Kemundan-Sebyar Provinsi Papua Barat
yang merupakan WS lintas Kabupaten/Kota dengan status kewenangan sebagai WS
Startegis Nasional. WS Kemundan-Sebyar memilik 91 DAS dengan luas WS
6.775.496,32 ha (Permen PUPR No.4 Tahun 2015). Dengan DAS terdekat yaitu DAS
Remu (025)dan DAS Warsmason (026)., DAS Mega (026).

Profil Umum

1. Profil KEK Sorong

KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016


sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pertama di Papua. Penetapan KEK Sorong
diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur Indonesia
yang turut sejalan dengan salah satu prinsip Nawacita, yakni membangun
Indonesia dari pinggiran. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK Sorong dibangun di
atas lahan seluas 523,7 Ha dan secara strategis berada pada jalur lintasan
perdagangan internasional Asia Pasifik dan Australia.

KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan geoekonomi yaitu
potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat
strategis untuk pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis
kegiatan industri galangan kapal, agro industri, industri pertambangan dan
logistik. KEK Sorong diperkirakan akan menarik investasi sebesar Rp 32,2 triliun
hingga tahun 2025.
DRAFT LAPORAN AKHIR 1
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana pengembangan KEK Sorong meiliputi areal seluas 7.000 ha yang berada
pada 2 Distrik yaitu Distrik Mayamuk dan Distrik Arar yang dibagi atas 3 (tiga )
klaster, yaitu :

1. Klaster Industri Penujang Logistik Arar;

2. Klaster Industri Pariwisata Mariat; dan

3. Klaster Minapolitan Katapop.

Arahan Kebijakan Pengembangan Klaster

1. Klaster Industri Penunjang Logistik Arar

Klaster industri penunjang logistik arar sesuai arahan kebijakan RTRWN


Kabupaten Sorong ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Sorong dengan
cakupan wilayah Kabupaten Sorong, Kota Sorong, sebagian Kabupaten Sorong
Selatan, dan sebagian Kabupaten Kepulauan Raja Ampat dengan sektor
unggulan: kehutanan, pertambangan, perikanan laut, industri dan pariwisata.

2. Klaster Pariwisata Mariat

Dalam RIPDA Kab. Sorong, Arahan Kebijakan Pengembangan Pembangunan


Kawasan Mariat termasuk dalam pengembangan wisata Kawasan Mariat-
Seget.

3. Klaster Minapolitan Katapop

Kawasan Minapolitan Katapop yang berorientasi kepada Perikanan Tangkap


dan berpusat kepada Pelabuhan Perikanan berada di Kampung Katimin atau
Katapop Pantai di Distrik Salawati dengan didukung oleh tersedianya PPN
(Pelabuhan Perikanan Nusantara).

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK SORONG

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 13.1. Peta Lokasi KEK Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.2. Peta Wilayah Sungai KEK Sorong

Tabel 13.1. Profil Umum KEK Sorong

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KEK Sorong Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :


4. Industri Galangan Kapal 16. Jalan Strategis Nasional (ditingkatkan menjadi Jalan Nasional) 28. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : 5. Industri Pengolahan 17. Jalan Kabupaten Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sorong, Papua Perkebunan, Perikanan 18. Jalan Perusahaan 29. PP No. 31 Tahun 2016
Barat dan Hutan 19. Jalan Lingkungan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
6. Industri Pertambangan Sorong
Luas Area : 7. Logistik Infrastruktur Wilayah :
523,70 Ha 20. Pelabuhan Peti Kemas Sorong berjarak 35 km Administrator :
Master Plan : 21. Pelabuhan Sorong berjarak 33 km 30. SK Gubernur Papua Barat
Badan Usaha 8. Kawasan Industri Besar 22. Pelabuhan Roro-roro Arar tentang Administrator KEK Sorong
Pembangunan dan 9. Kawasan Industri Sedang 23. Pelabuhan Arar 31. SK Bupati Sorong Tentang
Pengelola : 10. Industri Aspal 24. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Katapop berjarak 25 km Penetapan Administrator KEK
Pemerintah 11. Industri Petrocina 25. PLTM Arar dengan kapasitas 15 MW berjarak 15 km
Kabupaten Sorong 12. Industri Semen 26. PLTMG Waymon dengkan kapasitas 20 MW berjarak 5 km Badan Usaha :
Curah 27. Bandar Udara Sorong Dominique Edward Osok berjarak 30 km 32. SK Bupati Penunjukkan
Proyeksi Tenaga 13. Kawasan Fasilitas Perusda MOW Sebagai Pengelola
Kerja : Sosial, Fasilitas Umum dan KEK Sorong
15.024 orang Perkantoran
14. Rencana Kawasan Sekretariat Dewan Kawasan :
Stock Pile 33. Keppres No. 33 Tahun 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

15. Kawasan Pelabuhan Tentang Dewan Kawasan Papua


Roro Barat Tentang Dewan Kawasan
Papua Barat
34. SK Gubernur Papua Barat
tentang Sekretariat Dewan Kawasan
KEK Papua Barat
(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 8
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.3. Peta Kedudukan Lokasi KEK Pada WS Kemundan-Sebyar dan DAS Terdekat

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
35. Regulasi KEK Sorong

36. Peraturan Penyelenggaraan :

37. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

38. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2016 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sorong

39. Administrator :

40. SK Gubernur Papua Barat Tentang Administrator KEK Sorong

41. SK Bupati Sorong Tentang Penetapan Administrator KEK

42. Badan Usaha :

43. SK Bupati Penunjuk Perusda MOW Sebagai Pengelola KEK Sorong

44. Sekretariat Dewan Kawasan :

45. Keppres No. 33 Tahun 2016 Tentang Dewan Kawasan Papua Barat

46. SK Gubernur Papua Barat Tentang Sekretariat Dewan Kawasan KEK Papua Barat

47. Infrastruktur KEK Sorong

48. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Sorong :

49. Jalan Strategis Nasional (ditingkatkan menjadi Jalan Nasional)

50. Jalan Kabupaten

51. Jalan Perusahaan

52. Jalan Lingkungan

53. Infrastruktur Wilayah KEK Sorong :

54. Pelabuhan Peti Kemas Sorong berjarak 35 km

55. Pelabuhan Sorong berjarak 33 km

56. Pelabuhan Roro-roro Arar

57. Pelabuhan Arar

58. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Katapop berjarak 25 km

59. PLTM Arar dengan kapasitas 15 MW berjarak 15 km

60. PLTMG Waymon dengkan kapasitas 20 MW berjarak 5 km

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
61. Bandar Udara Sorong Dominique Edward Osok berjarak 30 km

(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 13.4. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : KEK.go.id)

Gambar 13.5. Infrastruktur Wilayah KEK Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Dalam memperhitungakan kebutuhan air baku pada KEK Sorong dan daerah sekitarnya,
perlu mempertimbangkan penyediaan untuk kebutuhan domsetik, dan domestik serta
keterkaitan denganpengembangan wilayah Kabupaten Sorong, antara lain Kawasan
Perkotaan Almasdan Distrik Mayamuk yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi dengan fungsi dan kegiatan sebagai pusat pelayanan pemerintahan,
sosial, ekonomi, perdagangan dan jasa, wisata budaya, dan trasportasi wilayah.

Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku

Berdasarkan data-data kependudukan yang diperoleh dari BPS-Pusat (Jakarta) maka


ketersediaan data penduduk Kabupaten Sorong dimulai dari tahun 2007 (terbitan BPS
2008) hingga data 2011 (terbitan BPS 2012) dengan perbedaan-perbedaan luas
wilayah, jumlah distrik dan jumlah penduduk sebagai berikut:

Tabel 13.2. Perkembangan Wilayah dan Penduduk Kabupaten Sorong 2007 - 2011

JUMLAH PENDUDUK
NO TAHUN JUMLAH DISTRIK LUAS WILAYAH (Km2)
(Jiwa)
1 2007 16 28.867,00 83.478
2 2008 16 25.324,00 85.916
3 2009 18 13.603,46 80.017
4 2010 18 13.603,46 70.619
5 2011 18 13.603,46 73.088
(Sumber: Badan Pusat Statistik)

Dari data kependudukan yang diperoleh dengan mempertimbangkan luas wilayah


yang sama pada tahun data (luas Kabupaten Sorong tercatat 13.603,46 km2) maka
diperoleh kondisi yang diperlihatkan seperti pada Tabel 13.2. dibawah ini, dengan
perkembangan atas dasar pertambahan penduduk yang terjadi antara tahun 2010
ke tahun 2011, sedangkan terhadap tahun yang sebelumnya terjadi pengurangan
penduduk (antara tahun 2009 ke tahun 2010).

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.3. Analisa Kependudukan Kabupaten Sorong

DATA YANG TERSEDIA PERUBAHAN PENDUDUK ANALISA


NO KECAMATAN PERTAMBAHAN
2009 2010 2011 2010-2009 2011-2010 PENDUDUK (%)
1 Moraid 1912 1717 1743 -195 26 0.015
2 Klaso 334 306 314 -28 8 0.026
3 Makbon 2716 2130 2162 -586 32 0.015
4 Klayili 533 416 423 -117 7 0.017
5 Beraur 1487 1007 1023 -480 16 0.016
6 Klabot 938 4483 4543 3545 60 0.013
7 Klawak 883 638 648 -245 10 0.016
8 Klamono 6484 597 610 -5887 13 0.022
9 Salawati 11866 9149 9380 -2717 231 0.025
10 Salawati Timur 2615 1952 1992 -663 40 0.020
11 Menyamuk 12088 9983 10262 -2105 279 0.028
12 Seget 3746 3087 3135 -659 48 0.016
13 Segun 2581 1369 1389 -1212 20 0.015
14 Salawati Selatan 2768 2057 2100 -711 43 0.021
15 Aimas 17929 19911 21039 1982 1128 0.057
16 Mariyat 9492 10432 10920 940 488 0.047
17 Sayosa 1171 988 1002 -183 14 0.014
18 Maudus 474 397 400 -77 3 0.008
Jumlah 80,017 70,619 73,085 (9,398) 2,466 0.035
(Sumber: Kabupaten Sorong Dalam Angka, Tahun 2012)

Berdasarkan analisa kependudukan diatas (Tabel 13.2.), maka dapat ditetapkan


LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) untuk proyeksi penduduk Kabupaten Sorong,
sesuai angka pertumbuhan diatas (pertumbuhan 1 tahun, karena ketersediaan
datanya pada luas wilayah yang sama dan jumlah distrik yang sama), sebagai
berikut :

1. Untuk penduduk dengan pertumbuhan <2% ditetapkan LPP 2%.

2. Untuk penduduk dengan pertumbuhan >2% dan <3% ditetapkan LPP 3%.

3. Untuk penduduk dengan pertumbuhan >3% ditetapkan LPP 5% untuk Aimas dan 4% untuk
Mariyat, mengingat kedua Distrik tersebut merupakan pusat pertumbuhan perkotaan,
khususnya aktifitas Pemerintahan dan Perdagangan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.4. Proyeksi Penduduk Kabupaten Sorong

JUMLAH PENDUDUK PROYEKSI PENDUDUK (Pn = P0*(1+r)n)


NO KECAMATAN
TAHUN 2011 (P0)
2012 2013 2014 2015 2020 2025 2030
1 Moraid 1743 1778 1813 1850 1887 2083 2300 2539
2 Klaso 314 320 327 333 340 375 414 457
3 Makbon 2162 2227 2294 2362 2433 2821 3270 3791
4 Klayili 423 431 431 431 458 506 558 616
5 Beraur 1023 1043 1064 1086 1107 1223 1350 1490
6 Klabot 4543 4679 4820 4964 5113 5928 6872 7966
7 Klawak 648 661 674 688 701 774 855 944
8 Klamono 610 622 635 647 660 729 805 889
9 Salawati 9380 9661 9951 10250 10557 12239 14188 16448
10 Salawati Timur 1992 2032 2072 2114 2156 2381 2628 2902
11 Menyamuk 10262 10467 10677 10890 11108 12264 13540 14950
12 Seget 3135 3229 3326 3426 3528 4090 4742 5497
13 Segun 1389 1417 1445 1474 1503 1660 1833 2024
14 Salawati Selatan 2100 2142 2185 2229 2273 2510 2771 3059
15 Aimas 21039 22091 23195 24355 25573 32638 41656 53165
16 Mariyat 10920 11357 11811 12284 12775 15543 18910 23007
17 Sayosa 1002 1022 1042 1063 1085 1197 1322 1460
18 Maudus 400 408 416 424 433 478 528 583
Jumlah 73085 75588 78179 80870 83692 99438 118542 141787

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Kebutuhan Air Baku

Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan
jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air.Kebutuhan
air terdiri dari domestik dan non domestik, Kebutuhan domestik adalah kebutuhan
yang berdasarkan jumlah penduduk dan pemakaian air per orang. Kebutuhan non
domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari
kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah.

Sedangkan pertimbangan-pertimbangan pokok pada proyeksi kebutuhan airnya


adalah sebagai berikut :

1. Kriteria tingkat pelayanan dengan pencapaian sebanyaknya penduduk terlayani air minum,
Kriteria konsumsi kebutuhan air sesuai status lokasi adalah Ibukota Kabupaten, Ibukota
Kecamatan, atau Desa/Kampung, masing-masing 130 l/org/hr, 100 l/org/hr, dan 60 l/org/hr.

2. Kebutuhan kapasitas sumber air sesuai dengan jenis sumber air yang tersedia (Mata Air,
Sumur Bor, Air Permukaan, Air Hujan).

Rencana Induk SPAM Kabupaten Sorong, akan diuraikan mencakup :

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.5. Kebutuhan Pelayanan SPAM Kabupaten Sorong (2016 s/d 2020)

T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN
2026 2027 2028 2029 2030
NO URA IA N LOKA SI SPA M
PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK
SR HU SR HU SR HU SR HU SR HU
PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N
Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit
I SPAM PERKOTAAN (Kabupaten)
1. Aimas 11,277 2,566 10 12,405 2,853 - 13,618 3,166 - 14,920 3,506 - 16,319 3,876 -
2. Mariat 5,580 1,269 5 6,080 1,398 5 6,610 1,537 5 7,173 1,722 4 7,771 1,846 3
3. Manyamuk 4,759 845 14 5,085 915 14 5,423 990 15 5,772 1,068 15 6,132 1,150 15
II. SPAM IKK
1. Salawati 4,567 1,039 4 4,928 1,133 4 5,307 1,234 4 5,703 1,340 3 6,119 1,453 3
2. Klamono 2,212 393 6 2,387 430 7 2,570 469 7 2,763 511 7 2,964 556 7
3. Seget 1,526 271 4 1,647 296 5 1,774 324 5 1,906 353 5 2,045 383 5
III. SPAM IKK - DPP
1. Makbon 1,499 94 11 1,569 118 11 1,643 144 11 1,719 172 10 1,798 202 10
2. Salawati Selatan 974 173 3 1,041 187 3 1,110 203 3 1,181 219 3 1,255 235 3
3. Salawati Timur 942 214 1 1,006 231 1 1,073 250 1 1,142 268 1 1,214 288 1
4. Moraid 808 143 2 863 155 2 921 168 2 980 181 3 1,041 195 3
5. Segun 644 114 2 688 124 2 734 134 2 781 145 2 830 156 2
6. Beraur 474 84 1 507 91 1 540 99 1 575 106 1 611 115 2
7. Sayosa 464 82 1 496 89 1 529 97 1 563 104 1 598 112 1
8. Klabot 300 53 1 321 58 1 342 62 1 364 67 1 387 73 1
9. Klawak 283 50 1 302 54 1 323 59 1 343 64 1 365 68 1
10. Klayili 196 35 1 210 38 1 223 41 1 238 44 1 253 47 1
11. Maudus 185 33 1 198 36 1 211 39 1 225 42 1 239 45 1
12. Klaso 146 26 - 156 28 - 166 30 - 177 33 - 188 35 -

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.6. Kebutuhan Pelayanan SPAM Kabupaten Sorong (2021 s/d 2025)
T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN
NO URA IA N LOKA SI SPA M 2026 2027 2028 2029 2030
PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK
SR HU SR HU SR HU SR HU SR HU
PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N
Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit
I SPAM PERKOTAAN (Kabupaten)
1. Aimas 17,820 4,277 - 19,431 4,712 - 21,158 5,184 - 23,009 5,695 - 24,993 6,248 -
2. Mariat 8,405 2,017 3 9,078 2,201 3 9,791 2,399 2 10,546 2,610 1 11,346 2,836 -
3. Manyamuk 6,505 1,236 16 6,890 1,326 16 7,289 1,421 16 7,700 1,521 16 8,125 1,625 16
II. SPAM IKK
1. Salawati 6,555 1,573 3 7,011 1,700 2 7,489 1,835 1 7,989 1,977 1 8,513 2,128 -
2. Klamono 3,175 603 8 3,396 654 8 3,627 707 8 3,870 764 8 4,123 825 8
3. Seget 2,191 416 5 2,343 451 5 2,503 488 6 2,670 527 6 2,845 569 6
III. SPAM IKK - DPP 1,880 235 9 1,966 270 9 2,055 308 8 2,148 349 8 2,245 393 7
1. Makbon
2. Salawati Selatan 1,695 424 - 1,784 446 - 1,877 469 - 1,972 493 - 2,071 518 -
3. Salawati Timur 1,331 253 3 1,410 271 3 1,492 291 3 1,576 311 3 1,663 333 3
4. Moraid 1,105 210 3 1,170 225 3 1,238 241 3 1,307 258 3 1,380 276 3
5. Segun 880 167 2 933 180 2 986 192 2 1,042 206 2 1,100 220 2
6. Beraur 648 123 2 687 132 2 726 142 2 767 152 2 810 162 2
7. Sayosa 635 121 2 672 129 2 711 139 2 751 148 2 793 159 2
8. Klabot 411 78 1 435 84 1 460 90 1 486 96 1 513 103 1
9. Klawak 387 74 1 410 79 1 433 85 1 458 90 1 483 97 1
10. Klayili 268 51 1 284 55 1 300 59 1 317 63 1 335 67 1
11. Maudus 253 48 1 268 52 1 284 55 1 300 59 1 317 63 1
12. Klaso 199 38 - 211 41 - 223 44 - 236 47 - 249 50 -

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.7. Kebutuhan Pelayanan SPAM Kabupaten Sorong (2026 s/d 2030)
T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN
2026 2027 2028 2029 2030
NO URA IA N LOKA SI SPA M
PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK
SR HU SR HU SR HU SR HU SR HU
PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N
Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit
I SPAM PERKOTAAN (Kabupaten)
1. Aimas 27,117 6,779 - 29,392 7,348 - 31,826 7,956 - 34,430 8,607 - 37,214 9,304 -
2. Mariat 12,193 3,048 - 13,090 3,272 - 14,039 3,510 - 15,043 3,761 - 16,105 4,026 -
3. Manyamuk 8,563 1,734 16 9,016 1,848 16 9,484 1,968 16 9,967 2,093 16 10,465 2,224 16
II. SPAM IKK
1. Salawati 9,060 2,265 - 9,633 2,418 - 10,232 2,558 - 10,859 2,715 - 11,513 2,878 -
2. Klamono 4,389 889 8 4,666 957 8 4,956 1,028 8 5,260 1,105 8 5,577 1,185 8
3. Seget 3,028 613 6 3,320 660 6 3,420 710 6 3,629 762 6 3,848 818 6
III. SPAM IKK - DPP 2,345 440 6 2,449 490 5 2,558 544 4 2,671 601 3 2,789 662 1
1. Makbon 1,924 481 - 2,046 511 - 2,173 154 - 2,306 1,576 - 2,445 611 -
2. Salawati Selatan
3. Salawati Timur 1,752 355 3 1,845 378 3 1,941 403 3 2,040 428 3 2,142 455 3
4. Moraid 1,454 294 3 1,531 314 3 1,610 334 3 1,692 355 3 1,777 378 3
5. Segun 1,159 235 2 1,220 250 2 1,284 266 2 1,349 283 2 1,416 301 2
6. Beraur 853 173 2 899 184 2 945 196 2 993 209 2 1,043 222 2
7. Sayosa 836 169 2 880 180 2 926 192 2 973 204 2 1,021 217 2
8. Klabot 541 109 1 569 117 1 599 124 1 629 132 1 661 140 1
9. Klawak 509 103 1 536 110 1 564 117 1 593 124 1 622 132 1
10. Klayili 353 71 1 372 76 1 391 81 1 411 86 1 431 92 1
11. Maudus 334 68 1 351 72 1 370 77 1 388 82 1 408 87 1
12. Klaso 262 53 - 276 57 - 290 60 - 305 64 - 321 68 -

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Rincian Rencana Sistem Pelayanan Air Minum

Dari ringkasan keberadaan potensi sumber air dan proyeksi/prediksi kebutuhan


air,maka dapat disimpulkan pilihan alternatif sumber air pelayanan atas
ketersediaan sumber air baku yang ada, sebagai berikut :

1. Pelayanan Wilayah Kabupaten Sorong

Sebagaimana diuraikan sebelumnya dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Sorong yang menyebutkan bahwa kawasan strategis
merupakan kawasan perkotaan yang terdiri atas Kecamatan/Distrik Aimas,
Mariyat, Manyamuk. Besarnya kebutuhan air wilayah perkotaan Kabupaten
Sorong.

Tabel 13.8. Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perkotaan Kabupaten Sorong

TAHUN PROYEKSI
NO DAERAH PELAYANAN
2015 2020 2025 2030
1 Aimas
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 20,18 33,32 52,76 78,56
2 Mariyat
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 7,84 12,27 18,42 26,15
3 Manyamuk
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 6,02 8,59 11,74 15,59
Jumlah Kebutuhan Air
34,04 54,18 82,92 120,30
Perkotaan

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 22
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.6. Peta Distrik Di Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.9. Peningkatan Cakupan Pelayanan Wilayah Perkotaan s/d 2020

PELAYANAN 2013 PELAYANAN 2018


WILAYAH
PENDUDUK (Jiwa) CAKUPAN (%) PERKOTAAN PENDUDUK (Jiwa) CAKUPAN (%)

23,490 18,8 Aimas 25,935 60


11,966 6,9 Mariyat 13,211 40
10,687 0 Manyamuk 11,799 40
46,143 9,23 Jumlah 50,945 51,9
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan yang sama akan terjadi pada tahap
ke 3 yaitu 2025 s/d 2030 (70% cakupan pelayanan).

Pilihan alternatif sumber air untuk daerah pelayanan tersebut diatas baik
secara parsial (masing-masing wilayah distrik/kecamatan) maupun pelayanan
secara menyeluruh Ibukota Kabupaten, akan mengikuti kebutuhan air
tersebut diatas. Rencana berdasarkan keberadaan sumber air baku yang
sudah tersedia bagi wilayah tersebut.

1. Sungai Warsamson

Sungai Warsamson berada di bawah Balai Sungai Provinsi Papua Barat


yang sedang merencanakan pengadaan air baku dari sungai Warsamson
untuk Kota Sorong maupun Kabupaten Sorong yang debitnya sangat besar
dan merupakan sungai terbesar di Papua Barat, saat ini sedang dalam
studi rancangan teknik rinci (DED). Sedangkan studi daripada kapasitas air
baku yang disadap dari sungai tersebut menurut informasi sudah
dilakukan .

2. Sungai Klasaman

Sungai ini merupakan pertemuan antara sungai Klasaman itu sendiri


dengan sungai Klagele sebagaimana diuraikan pada butir Bab 5.3. dengan
debit sungai 555 l/det yang diukur di wilayah kampung Maibo.

3. Sungai Klamigi

Mata air ini merupakan rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong


karena terbatasnya SPAM yang saat ini baru melayani Kota Aimas dan
sekitarnya. Melalui usaha mengembangkan sumber air yang baru yaitu
mata air yang berada disekitar wilayah kampung Malasaum yang
kemungkinan merupakan hulu sungai Klamigi yang berada disekitar
kampung tersebut. Debitnya mata air Klamigi 95 l/det, Hanya sumber air
sumur bor yang tidak direkomendasikan, apalagi untuk jangka panjang.

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sistem Penyediaan Air Bersih Ibu Kota Kabupaten (Distrik Aimas, Distrik
Mariat, dan Distrik Manyamuk) telah dibuat Rancangan Rinci Teknik nya
(DED/Detailed Engineering Design) pada tahun 2013, dan bahkan sudah
masuk tahap fisik pembangunan (Kontruksi). Sedangkan Balai Sungai Papua
Barat juga telah menyiapkan perencanaan pengambilan air baku dari Sungai
Warsamson (Bangunan Sadap dan Rumah Pompa) menuju lokasi Reservoir air
baku yang berjarak 7 km dengan dimensi pipa 1.000 mm dari lokasi bangunan
Sadap. Rencananya air baku diperuntukan untuk kebutuhan PDAM kota
Sorong dan air baku untuk Kabupaten Sorong

Dengan demikian ada 2 (dua) Rancangan Rinci Teknik (DED) yang tersedia bagi
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk ibukota Kabupaten Sorong yaitu :

4. Rancangan Rinci Teknik oleh PEMDA Kabupaten Sorong yang bersumber dari Sungai Klamigi
dengan debit 95/det, sebagaimana disebutkan pada DED nya (dikerjakan tahun 2013).

5. Rancangan Rinci Teknik oleh Balai Sungai Propinsi Papua Barat yang bersumber dari Sungai
Warsamson dengan penyediaan debit air baku bagi Ibukota Kabupaten Sorong, sebagai
berikut :

1. Tahun : 2013 2023 2033

2. Debit (l/det) : 37 100 118

Rancangan Rinci Teknik nya telah disiapkan pada tahun 2013 yang terdiri atas
Bangunan Penyadapan Air Sungai Warsamson dan Rumah Pompa nya, hingga
rencana lokasi Reservois Air Bakunya yang berjarak 7 km dari bangunan
Sadap, lengkap dengan pengukuran topografinya.

Sistem Jaringan Pipa sumber Warsamson akan memerlukan IPA (Instalasi


Pengolahan Air) dan Reservoir Air Minum 400 M3 yang berjarak kira – kira 12
km dari Reservoir Air Baku Warsamson (dalam Rencana Balai Sungai Provinsi
Papua Barat). Rencana DED Warsamson oleh Balai Sungai Propinsi Papua
Barat akan diwujudkan sampai Reservoir Air Bakunya (hingga 2013 baru
terwujud Bangunan Penangkap Air Baku, dan Rumah Pompa sedangkan
Reservoir Air Baku belum tersedia DED nya tetapi sudah tersedia pengukuran
topografinya).

Tabel 13.10. Diskripsi Sistem Penyediaan Air Minum Ibukota Kabupaten Sorong Bersumber dari
Sungai Klamigi maupun Sungai Warsamson

NO URAIAN DED PEMDA DED BALAI SUNGAI PAPUA BARAT


1. Sungai Klamigi s/d
1 Potensi Sumber Air 1. Sungai Warsamson s/d 118 l/det (2033)
95 l/det
2 Sistem Penyediaan Air 2. Jaringan Air Bersih 3. Jaringan Air Bersih ke Reservoir lokal secara

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
NO URAIAN DED PEMDA DED BALAI SUNGAI PAPUA BARAT
Minum ke Reservoir lokal grafitasi
secara grafitasi
Kelengkapan Sistem 4. IPA & Reservoir
3 Penyediaan Air Induk Air Bersih –
5. IPA & Reservoir Induk Air Bersih – 400 M3
Minum 300 M3
Kapasitas SPAM s/d
4
2020
6. Kebutuhan Air Baku 7. 95 l/det (?) 8. 65,00 l/det
9. Produksi Air Bersih 10. 65,75 l/det (?) 11. 54,18 l/det
Penduduk Pelayanan
5 12. 46.025 jiwa (?) 13. 30.222 jiwa
s/d 2020
14. Potensi Air
Baku Dekat
15. Potensi Air Baku dijamin Balai Sungai
6 Kelebihan (4040 M) tetapi
Papua Barat
potensi air bakunya
perlu evaluasi
16. Perlu Evaluasi
kapasitas sumber air
yang meragukan dan 17. Transmisi Air Baku 12 km, dengan
7 Kelemahan
perlu water balance perkiraan dimensi Ø 350 mm
dalam penggunaan
dengan irigasi
18. DED
Pembangunan
19. Survey/ Investigasi Design Sarana dan
8 Dokumen Data Sarana dan
Prasarana dan Jaringan Air Baku
Prasarana Air Bersih
dan Jaringan Pipa

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)


Catatan: tidak ditemukan analisa perhitungannya

Kedua sistem tersebut dapat dibangun untuk saling mendukung, khususnya


pada potensi sumber air dengan pengaliran grafitasi, sebagaimana dengan
sumber air sungai Klamigi yang masih memerlukan evaluasi atas potensi
sumber air, sedangkan sumber air Sungai Warsamson yang membutuhkan
transmisi air baku yang jauh (12 km) tetapi debit air baku yang berlimpah.
Secara terpisah Sistem Jaringan Air Bersih dari Sungai Klamigi sudah mulai
dibangun.Hasil perkiraan analisa hidrolis pada sistem tergabung dengan
kapasitas air bersih yang memadai dari Sungai Warsamson yang mencakup
pelayanan Distrik Aimas, Distrik Mariat dan Distrik Manyamuk, sesuai hasil
perhitungan prediksi penduduk pelayanan dan kebutuhan airnya pada
RISPAM 2013 ini. Kemampuan teknisnya (dari sistem jaringan air bersih
Warsamson) diperlihatkan pada tabel berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.11. Kemampuan Hidrolis dai Sistem Jaringan Penyediaan Air Bersih Warsamson

NO URAIAN JARINGAN PANJANG PIPA DIMENSI PIPA


HL (KEHILANGAN (SISA TEKAN ALIRAN)
PIPA AIR BERSIH ENERSI)

Meter mm Mka Mka

Transmisi Air Baku 8,25 (Titik (1)) IPA dan


1 Warsamson – 65 12 350 31,75 Reservoir Air Bersih
l/det Kabupaten Sorong

Transmisi Air Bersih 76,66 (Titik (2)) Simpang


2 3000 250 29,34
(1) ke (2) – 55 l/det Air mas

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Transmisi Air Bersih 46,30 (Titik (3)) Ujung
3 (2) ke (3) - 18,4 6000 200 28,36 Malawele (Peldangan
l/det Ikan) Pelelangan
Transmisi Air Bersih
37,44 (Titik (4)) Lokasi
4 (3) ke (4) - 13,39 5000 200 10,86
Klalin Duo
l/det
Transmisi Air Bersih
53,32 (Titik (5)) Simpang
5 (2) ke (5) - 35,89 5000 300 9,34
Tugu
l/det
Transmisi Air Bersih
150 (Sedang
6 (5) ke (6) - 14,85 3650 38,96 28,36 (Titik(6)) Aimas
dipasang)
l/det
Transmisi Air Bersih
250 (Sedang 49,03 (Titik(7)) Simpang
7 (5) ke (7) - 20,86 14,468,69 18,29
dipasang) Ke Katatop
l/det
Transmisi Air Bersih
150 (Sedang
8 (7) ke (8) - 8,59 5.362,31 21,28 29,75 9 (Titik(8)) Dermaga
dipasang)
l/det

Catatan:
1. Data elavasi dan jarak/panjang untuk analisa hidrolis jaringan pipa Warsamson berasal dari data
topografi pata bumi, lakukan hasil pengukuran di lapangan seperti pada jaringan pipa sistem Klamigi.
2. Data elevasi dan panjang pipa untuk analisa hidrolis jaringan pipa Klamigi berasal dari Lampiran VI
(DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Jaringan Pipa Ibukota Kabupaten Sorong).

Sistem jaringan pipa air bersih Warsamson ini harus dibuatkan Rancangan
Rinci Tekniknya (DED) dan menjadi sistem yang mampu mengatasi keraguan
kapasitas sumber air sungai Klamigi, yang masih ada keraguannya (perlu
evaluasi kepastian kapasitas sumber air atau Water Balances nya terhadap
penggunaan bersamaan dengan keperluan irigasi.

3. Pelayanan Wilayah Kemacatan

Dengan merencanakan sistem pelayanan air minum melalui pembangunan :

1. Pelayanan air minum IKK sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang memenuhi syarat
untuk dibangunnya SPAM IKK pada tahun 2015 maupun tahun 2020, 2025 atau 2030 (akhir
tahun perencanaan), dengan rincian :

1. s/d 2020 – 3 IKK, yaitu : Salawati, Klamono, dan Seget

2. s/d 2025 – 4 IKK dengan masuknya IKK Makbon

3. s/d 2030 – 5 IKK, dengan masuknya IKK Salawati Selatan


DRAFT LAPORAN AKHIR 28
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Pelayanan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan penduduk <3000 jiwa, bahkan <1000
jiwa dengan status IKK, dengan jumlah 10 DPP pada akhir tahun perencanaan 2030.

5. Pelayanan Diluar Wilayah Kecamatan/Distrik

Pelayanan diluar wilayah Ibukota Kecamatan ataupun DPP Kabupaten Sorong


(mencakup 15 Kecamatan/Distrik akan memanfaatkan potensi sumber air
lokal yang terjamin kuantitas dan kontinuitas, demikian juga dengan curah
hujan yang hampir setiap bulan hujan sepanjang tahun di Kabupaten Sorong
yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

6. Pelayanan air minum individual berbentuk PAH (penampungan air hujan) pada komunitas
yang terpencar-pencar pada daerah kepadatan penduduk yang jarang.

7. Pelayanan air minum komunal berbentuk embung (penampungan air hujan kapasitas besar)
pada komunitas yang terpusat untuk pelayanan penduduk 20 kepala keluarga (100 jiwa)

Perkiraan besarnya PAH Individual dan PAH Komunal (Embung) diperlihatkan


pada Tabel di bawah ini :

Tabel 13.12. Perkiraan Volume Kebutuhan PAH dan Embung

PAH KOMUNAL
NO PARAMETER KEBUTUHAN AIR PAH INDIVIDUAL
(EMBUNG)
1 Penerima Manfaat 1 KK (5 jiwa) 20 KK (100 jiwa)
2 Konsumsi Air 30 lt/orang/hari 30 lt/orang/hari
3 Kebutuhan Per Hari 150 lt/hari 3.000 lt/hari
4 Kebutuhan Per Bulan 4.500 lt/bulan 90.000 lt/bulan
5 Curah Hujan Minimal 60 mm/bulan 60 mm/bulan
6 Hari Hujan Minimal 10 hari 10 hari
7 Curah Hujan Per Bulan 600 mm/bulan 600 mm/bulan
8 Luas Atap Rumah 8 m2
9 Tangki Air 4,5 m3
10 Luas Permukaan Embung 150 m2 (10x15)
11 Volume Embung 90 m3
12 Tinggi Embung 100 cm

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.13. Indikasi Kebutuhan Air, Sumber Air dan Reservoir SPAM Kabupaten Sorong
TAHUN TAHUN TAHUN
I ND I KASI P O TANSI SUM B E R AI R
2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
NO UR AI AN KE GI ATAN KEBUT UH A N KEBUT UH A N KEBUT UH A N
KEBUT UH A N KEBUT UH A N KEBUT UH A N KEBUT UH A N KEBUT UH A N KEBUT UH A N
Q RA T A - Q RA T A - Q RA T A - AI R TANAH AI R P E R M UKAAN
Q A IR BA KU RESERV OIR Q A IR BA KU RESERV OIR Q A IR BA KU RESERV OIR
RA T A RA T A RA T A
ltr/det ltr/det m3 ltr/det ltr/det m3 ltr/det ltr/det m3
SPAM PERKOTAAN
I
(Ibukota Kabupaten)
1. Aimas 33.32 66.65 580 52.76 105.52 920 78.56 157.12 1400 RENDAH s/d SEDANG -
2. Mariat 12.27 24.54 2.2 18.42 36.85 320 26.15 52.3 460 RENDAH s/d SEDANG -
3. Manyamuk 8.59 17.18 150 11.74 23.48 210 15.99 31.18 280 RENDAH -
II. SPAM IKK
1. Salawati 9.66 19.33 170 13.82 27.65 240 18.7 37.39 330 SEDANG -
2. Klamono 4.15 8.3 80 5.96 11.92 110 8.31 16.62 160 SEDANG -
3. Seget 2.86 5.73 50 4.11 8.22 80 5.73 11.47 100 SEDANG -
III. SPAM IKK - DPP
1. Makbon 2.04 4.08 40 3.04 6.08 60 4.4 8.8 80 - DAS WARSAMSON
2. Salawati Selatan 1.92 3.83 40 2.61 5.22 50 3.36 6.73 60 SEDANG -
3. Salawati Timur 1.76 3.52 40 2.4 4.81 50 3.19 6.38 60 SEDANG -
4. Moraid 1.46 2.92 30 1.99 3.99 40 2.65 5.3 50 - DAS WARSAMSON
5. Segun 1.16 2.32 30 1.59 3.18 30 2.11 4.22 40 RENDAH DAS SEGUN
6. Beraur 0.86 1.71 20 1.17 2.34 30 1.55 3.11 30 - DAS KLADUK
7. Sayosa 0.84 1.68 20 1.15 2.29 20 1.54 3.08 30 - DAS KLADUK
8. Klabot 0.54 1.08 10 0.74 1.48 20 0.98 1.97 20 - DAS KLADUK
9. Klawak 0.51 1.02 10 0.7 1.4 20 0.93 1.86 20 - DAS KLADUK
10. Klayili 0.35 0.7 10 0.48 0.96 10 0.64 1.28 20 RENDAH s/d PRODUKTIF -
11. Maudus 0.33 0.66 10 0.46 0.92 10 0.61 1.22 20 RENDAH s/d PRODUKTIF -
12. Klaso 0.26 0.52 10 0.36 0.72 10 0.48 0.96 10 RENDAH s/d PRODUKTIF -

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 32
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
8. Kebutuhan Air Baku KEK Sorong

Pengembangan KEK Sorong diprogramkan untuk :

1. Industri Penunjang Logistik (Industri Galangan Kapal dan Komponennya)

2. Industri Pengolahan Perikanan, dan

3. Pariwisata

Dari data informasi Pengelola KEK Sorong PT. Olom Wabok, KEK Sorong
membutuhkan air baku sebanyak 600 l/dt, yang dibagi menjadi 2 (dua) tahap.
Tahap I diperkirakan sebanyak 300l/dtk dan Tahap II sebanyak 300 l/dtk.
Kebutuhan air baku tersebut akan diambilkan dari Sungai Warsamson dengan
membangun bending yang berjarak ±30 km dari lokasi KEK Sorong.

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Parameter iklim yang dapat dihimpun dan mempunyai kaitan erat dengan
Perencanaan SPAM Kabupaten sorong adalah tipe iklim, curah hujan dan suhu
udara.

Temperatur udara bervariasi, tergantung ketinggian.Pada dataran rendah, suhu


harian biasanya antara 29o C – 32o C, sementara di daerah pegunungan pada
ketinggian 1500-2000 m dpl, 5-100 lebih dingin.

2. Data Hidrologi

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofosika (BMKG) Sorong,


Kabupaten Sorong pada umumnya beriklim tropis yang lembab dan panas. Suhu
udara rata-rata berkisar antara 23,90C (minimum) dan 30,50C (maksimum)
dengan kelembaban udara 86 persen.

Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Kabupaten memiliki tiga kelas curah
hujan, yaitu: Kelas III C dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mm/tahun; dan
kelas IV D dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun.

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Sorong bagian utara memiliki kelas curah
hujan tipe III pola C; dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000 mm/tahun dan
rata-rata jumlah hari hujan sekitar 180 s.d. 230 hari hujan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pola Iklim IV D dengan curah hujan 4000 s.d. 5000 mm/tahun dan berfluktuasi
terjadi di wilayah Kecamatan Saget dan Salawati

Curah hujan rata-rata 3.786,5 milimeter per tahun dengan jumlah hari 258 turun
hujan pada tahun 2011.Curah hujan tahun 2009(BPS 2010) cukup tinggi jika
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 4.306 mm pertahun.

(Sumber: RTRW Propinsi Papua Barat 2007)

Gambar 13.7. Pola Sebaran Curah Hujan di Propinsi Papua Barat

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.14. Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Jefmant Sorong 2007 – 2011 (mm)

NO BULAN 2007 2008 2009 2010 2011


1 Januari 252.5 139.8 175.8 62.6 179.3
2 Pebruari 148.0 233.2 199.8 68.8 301.1
3 Maret 260.7 336.8 175.8 60.3 473.6
4 April 320.6 201.0 371 195.8 132.2
5 Mei 328.3 430.2 125.5 365.6 492.8
6 Juni 538.3 404.0 29.0 62.2 205.2
7 Juli 912.9 597.2 390.6 194.3 597.5
8 Agustus 839.4 614.0 159.4 154.4 268.0
9 Septermber 287.2 417.0 86.0 471.0 428.0
10 Oktober 450.2 378.8 399.0 342.8 243.8
11 Nopember 218.8 308.8 281.4 230.6 243.0
12 Desember 407.4 245.2 73.8 334.6 222.8
Jumlah 4,964.30 4,306.00 2,467.10 2,543.00 3,787.30

(Sumber: Badan Meterologi dan Geofisika Kabupaten Sorong)

Tabel 13.15. Jumlah Hari Hujan di Stasiun Meteorologi Jefmant Sorong 2007 – 2011 (hari)

NO BULAN 2007 2008 2009 2010 2011


1 Januari 14 20 17 12 19
2 Pebruari 13 20 22 15 20
3 Maret 12 28 22 11 24
4 April 19 26 20 20 19
5 Mei 19 21 20 28 26
6 Juni 26 21 18 27 25
7 Juli 23 29 21 20 22
8 Agustus 27 29 18 27 18
9 Septermber 17 22 12 26 25
10 Oktober 24 22 10 23 22
11 Nopember 12 29 14 21 16
12 Desember 19 19 20 21 22
Jumlah 225 286 214 251 258

(Sumber: Badan Meterologi dan Geofisika Kabupaten Sorong)

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pada Tahun 2014 curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu
sebesar 319,15 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret dan April
yaitu sebesar 0 mm, sedang pada periode Tahun 2010 sampai Tahun 2014, curah
hujan tahunan tertinggi terjadi pada Tahun 2011 yaitu sebesar 3.787 mm dan
terendah pada Tahun 2010 yaitu sebesar 1.581 mm.

Tabel 13.16. Data Curah Hujan Pada WS Kemundan-Sebyar

NO CURAH HUJAN LUAS (ha)


1 < 2.000 mm/Tahun 156,491,02
2 2.000-2.500 mm/Tahun 1.295.213,18
3 2.500-3.000 mm/Tahun 2.091.321,16
4 3.000-3.500 mm/Tahun 2.414.076,47
5 > 3..500 mm/Tahun 218.394,48
Total 6.775.496,32

Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar

Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar

Gambar 13.8. Curah Hujan Tahunan WS Kemundan Sebyar

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Data Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi ataupun potensi air tanah di wilayah Kabupaten Sorong


secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 wilayah :

4. Potensi air tanah kecil-langka, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh
batuan sedimen padu-tak terbedakan (consolidated sediment – undifferentiated);

5. Potensi air tanah langka, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh batuan
beku dan metamorfic;

6. Potensi air tanah sedang, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh Batu
gamping atau dolomit (limestones or dolomites);

7. Potensi dan prospek air tanah sedang- tinggi, terdapat pada wilayah yang secara geologi
ditempati oleh endapan sedimen kurang padu serta sedimen yang bersifat lepas, terutama
pada batuan sedimen muda (kwarter).

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 38
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.9. Peta Hidrogeologi Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Potensi Ketersediaan Air Baku

1. Data Air Permukaan

1. Sungai Warsamson

Sungai Warsamson merupakan sungai terbesar yang terdapat di bagian utara


Kabupaten Sorong. Hulu Sungai terdapat di kawasan Pegunungan Moraid
(Distrik Moraid) yang terletak pada elevasi sekitar + 750 m dpml, dan
bermuara di Tj Salala (Distrik Makbon). Anak sungai Warsamson antara lain
Kla Kele, Kla Gun, kla Ben, Kla Kai dll. Anak sungai terbesar adalah Sungai
Klasemen.

Sungai Warsamson merupakan sungai yang selalu mengalir sepanjang musim.


Panjang Sungai Warsamson 161,57 Km dengan luas Daerah Tangkapan Air
(DTA) 2.437,33 Km2. Debit Normal 105,02 m3/detik dan debit puncak 208,40
m3/detik (Sumber BWS Papua tahun 2007).

Kualitas air sungai umumnya sangat bervariatif dan sangat dipengaruhi kondisi
musim dan kondisi topografi. Pada daerah bertopografi rendah umumnya air
berwarna keruh. Sedangkan pada daerah berlereng air sungai keruh pada
musim penghujan, dan berangsur jernih seiring datangnya musim kemarau
serta PH relatif konstan.

Potensi Sungai Warsamson dimasa mendatang direncanakan sebagai sumber


energi listrik dan sumber air baku untuk kawasan Sorong, yaitu :

1. Perencanaan PLTA Warsamson. Pada tahun 1997 telah disusun studi kelayakan rencana
pembangunan PLTA Warsamson di Distrik Makbon. PLTA direncanakan dapat menghasilkan
listrik 3 x 15,5 Mega Watt (MW), dan direncanakan dapat memenuhi kebutuhan listrik di
Sorong baik, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, maupun daerah sekitarnya yang dapat
dijangkau. Meski perencanaan tersebut belum ter-realisasikan, namun sejalan dengan
peningkatan sosial ekonomi di wilayah Sorong dan sekitarnya, maka saat ini pemerintah
daerah dengan PLN sedang berupaya mewujudkan rencana tersebut dalam waktu dekat.

2. Dari hasil pekerjaan Survai Investigasi dan Desain Pemanfaatan S, Warsamson sebagai
sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kota Sorong dan Kabupaten
Sorong.Secara geografis, posisi bendung intake bendung terletak pada :

1. 0°49'27.61" LS

2. 131°23'15.02 dan elevasi sekitar 50 meter

Perencanaan SID S. Warsamson saat ini masih dalam tahap finalisasi.

3. Sungai Klasaman

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sungai Klasaman merupakan anak sungai Warsamson yang terbesar. Sungai
Klasaman bertemu dengan sungai Klagele di Kampung Maibo yang selanjutnya
menjadi sungai Klasaman yang menuju ke sungai Warsamson. Hasil
pengukuran debit oleh PT. Indrayani menunjukkan sungai Klasaman sebesar
3675 l/det sedangkan sungai Klagele hasil pengukuran debitnya sebesar 1875
l/det sehingga pertemuan kedua sungai itu memberikan debit sebesar 555
l/det.

Kualitas air mengandung Fe diatas ambang batas , dan Ph rendah dikarenakan


Kondisi sungai disekitar bangunan intake banyak ditumbuhi tanaman. Pada
saat musim hujan atau setelah hujan turun, kualitas air cenderung semakin
keruh berwarna coklat akibat adanya material erosi ataupun air rawa yang
mengandung tanaman yang sudah membusuk mengalir ke dalam sungai .

Sungai Klasaman Aimas berpotensi sebagai sumber air baku untuk sistem
penyediaan air minum Kecamatan Aimas.Bila akan dimanfaatkan sebagai
sumber air baku harus melalui proses pengolahan untuk menurunkan tingkat
kekeruhan dan kadar Fe.

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 42
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.10. Peta DAS Warsamson Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.11. Skema Indikasi Pemanfaatan Potensi Sungai Waramson Untuk PLTA dan Air Baku

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Sungai Mega

Sungai Mega merupakan sungai terbesar kedua yang terdapat di bagian utara
Kabupaten Sorong. Hulu Sungai terdapat di kawasan Pegunungan Moraid
(Distrik Moraid) yang terletak pada elevasi sekitar + 1176 m dpml, dan
bermuara di Tj Sawasar (Distrik Moraid.
Sungai Mega merupakan sungai perenial dimana air sungai selalu mengalir
sepanjang musim. Sungai Mega merupakan sungai yang selalu mengalir
sepanjang musim. Panjang Sungai Warsamson 125,58 Km dengan luas Daerah
Tangkapan Air (DTA) 1.048,34 km2.

Debit Normal 120,95 m3/detik dan debit puncak 184,27 m3/detik (Sumber
BWS Papua tahun 2007). Kualitas air sungai umumnya jernih dengan pH
normal dan kadar Fe < 0,3 mg/l. Pada musim penghujan umumnya cenderung
keruh.

5. Sungai Kladuk

Sungai Kladuk merupakan sungai terbesar di Kabupaten Sorong. Hulu Sungai


terdapat di kawasan Pegunungan Moraid (Distrik Moraid) yang terletak pada
elevasi sekitar + 900 m dpml, dan bermuara di Tj Tanyar (Distrik Klabot).

Sungai Kladuk merupakan sungai yang selalu mengalir sepanjang musim.


Panjang Sungai Kladuk 1.232,34 Km dengan luas Daerah Tangkapan Air
(DTA) 3.131,15 Km2. Debit Normal 190,01 m3/detik dan debit puncak 275,64
m3/detik . (Sumber BWS Papua tahun 2007).

Kualitas air sungai Pada bagian hulu umumnya jernih dengan pH normal dan
kadar Fe < 0,3 mg/l. Pada musim penghujan umumnya cenderung keruh.
Sedangkan kualitas air pada bagian hilir umumnya berasa payau dengan pH
rendah, dikarenakan sungai dibagian hilir mengalir pada daerah berawa rawa
serta dipengaruhi adanya pasang surut air laut.

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 46
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.12. Peta DAS Mega Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.13. Peta DAS Kladuk Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Sungai – Sungai Lainnya

Sungai-sungai lainnya, yaitu :

1. Sungai Mariat, debit q 70 m3/det, (distrik Mariat)

2. Sungai Kuadas, Sungai Klabo, debit 4 m3/det. (Distik Makbon)

3. Sungai Baingkete, debit 0,25 m3/det. (Distik Makbon)

4. Sungai Malowor, Sungai Klaga, debit 0,08 m3/det. (Distik Makbon)

5. Sungai Malastau, Sungai Klafma, debit 0,03 m3/det, (Distik Aimas)

6. Sungai Klabot, debit, 5r m3/det. (Klabot)

7. Data Air Tanah

1. Cekungan Air Tanah

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1,


cekungan air tanah diartikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Dengan demikian, setiap cekungan air tanah memiliki ciri-ciri hidrogeologis


tersendiri, yang secara hidraulik dapat berhubungan dengan cekungan air
tanah lainnya atau bahkan tidak sama sekali.

Berdasarkan peta cekungan air tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP), sebaran dan
potensi ketersediaan air tanah Pulau Papua, digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan pengelolaan air tanah pada setiap cekungan air tanah lembar 1
Papua dapat dilihat pada gambar 13.17.

Di Wilayah Kabupaten Sorong, terdapat 2 ( dua) cekungan airtanah sebagai


berikut :

Cekungan Airtanah (CAT) Salawati yang berada dalam wilayah kabupaten


dengan potensi air tanah bebas Q1 = 621 juta m3/tahun dan Q2 air tanah
dalam artesis 30 juta m3/tahun;

Cekungan Air Tanah (CAT) Teminabuan-Bintuni terlampar lintas batas


kabupaten/kota, yaitu dengan potensi air tanah bebas Q1 = 22.234 juta
m3/tahun dan Q2 air tanah dalam artesis 894 juta m3/tahun.

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 50
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.14. Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.15. Zonasi Potensi Air Tanah Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pada wilayah bukan cekungan air tanah, keterdapatan air tanah hanya
dijumpai secara terbatas pada zona pelapukan batuan impermeabel atau pada
lembah perbukitan dimana terdapat akumulasi tanah pelapukan dan endapan
hasil erosi yang bersifat porous.Oleh karena itu pada wilayah bukan cekungan
air tanah, potensi air tanah hanya digunakan untuk skala rumah tangga dan
terbatas pada daerah dataran /lembah sungai. Wilayah yang terletak pada
daerah bukan cekungan air tanah adalah Distrik Makbon, Moraid, Sayoso,
Maudus, Klayili dan Klaso. Visualisasi Batas Wilayah Cekungan air tanah dan
bukan cekungan air tanah diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 13.16. Visualisasi Batas Wilayah Cekungan Air Tanah dan Buka Cekungan Air Tanah

DRAFT LAPORAN AKHIR 53


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan secara alamiah. Mata air
muncul kepermukaan dapat diakibatkan oleh adanya pemancungan topografi
ataupun diakibatkan oleh oleh adanya struktur patahan

Contoh mata air yang muncul ke permukaan akibat pemancungan topografi


adalah Mata Air Klagerik dan mata air Klasaman. Debit mata air pada kedua
lokasi tersebut umumnya < 5 l/detik. Potensi mata air tersebut, saat ini
dimanfaatkan peneduduk disekitarnya sebagai sumber air bersih.

Sedangkan mata airr yang muncul pada daerah perbukitan seperti mata air
Familana Distrik Makbon, muncul ke permukaan akibat adanya struktur
patahan, debit mata air umumnya kecil kurang dari 10 l/detik.

Berdasarkan Informasi dari Dinas PU, saat ini pemerintah dan fihak swata
sedang membangun sistem penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan
air Pelabuhan dan Perkantoran kabupaten serta penduduk disekitar Distrik
Aimas. Sumber air baku yang digunakan adalah 5 buah lokasi mata air yang
letaknya saling berdekatan, dengan debit total sekitar 450 l/detik.

1. MA Klagik (Q 125 l/dtk) Koord 0°57'38.90"LS dan 131°25'42.08"BT

2. MA Klalud (Q 140 l/dtk) Koord 0°57'42.52LS dan 131°25'33.33"BT

3. MA Klagu (Q 63 l/dtk) Koord 0°57'42.33"LS dan 131°25'19.55"BT

4. MA Klamigi (Q 95 l/dtk) Koord 0°57'44.36"S dan 131°25'3.68""BT

5. MA Klatolo 50 l/detik

Namun demikian pemanfaatan mata air ini masih memerlukan evaluasi lebih
lanjut untuk mengamati fluktuasi debit mata air, mengingat saat Konsultan
melakukan pengamatan mata air dilapangan, debit mata air mengalami
penurunan yang sangat drastis. Selain itu secara hidrogeologi kemungkinan
keterdapatan air tanah/mata air di lokasi tersebut tergolong langka. Skema
pemanfaatan mata air tsb diperlihatkan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.17. Skema Pemanfaatan Mata Air Klalud, Klamigi, Klatolo, Klaguk, Klagik

Dari penjelasan potensi sumber air baku seperti yang diuraikan diatas, maka
pengembangan sistem pengembangan air minum Kabupaten Sorong perlu
memperhatikan sumber air untuk kebutuhan dan pengembangan jangka
pendek, serta kebutuhan dan pengembangan jangka panjang, sebagai berikut :

6. Air tanah dalam menjadi potensi untuk kebutuhan dan pengembangan jangka pendek
mengingat kapasitas yang terbatas, jaringan yang terbatas dan dapat segera terlaksana.

7. Mata air dapat menjadi potensi untuk kebutuhan sistem air minum dengan biaya
operasional yang renda,h, dimana adanya 5 sumber mata air yang dapat dimanfaatkan,
hanya saja pemanfaatan mata air tersebut masih memerlukan evaluasi lebih lanjut, Saat ini

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
sedang dibangun sistem penyediaan air minum dari salah satu mata air tersebut yaitu hulu
sungai Klamigi (95 ltr/dtk).

8. Selain itu secara hidrogeologi kemungkinan keterdapatan air tanah/mata air dilokasi
tersebut tergolong langka.

9. Air permukaan menjadi potensi untuk kebutuhan dan pengembangan jangka panjang
mengingat potensi air yang besar, seperti pada sungai Warsamson maupun sungai Klasaman
(anak sungai terbesar Warsamson), dengan perlu pengolahan air permukaan, serta biaya
investasi lebih besar oleh pipa transmisi yang cukup panjang.

10. Penampungan air hujan yang menjadi usulan Pemda Kabupaten Sorong untuk wilayah-
wilayah diluar Ibukota Kabupaten atau diluar daerah yang belum ada sistem penyediaan air
minumnya. Adanya rutinitas hujan setiap bulannya berpotensi menjadi sumber air
penduduk.

11. Sumber Air Baku Lainnya

Sumber air baku lainnya di Kabupaten Sorong berupa embung, dan Air Tanah
sebagai berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel.13.17. Daftar Lokasi Jaringan Ari Baku di WS Kamundan Sebyar

NO JARINGAN K OORDINAT DESA K ELURAHAN K ECAM ATAN K ABUPATEN/ K OTA


1 Embung Klamalu 2 01°00'30'' S 131°20'38'' E Klamalu Klamalu Aimas Kab. Sorong
2 Matawolot 1 1°11'51.8'' S 131°15'18.2'' LS E Matawolot Matawolot Salawati Kab. Sorong
3 Matawolot 2 1°11'38.35'' S 131°15'33.15'' LS E Matawolot Matawolot Salawati Kab. Sorong
4 Klasari 1 1°14'37.8'' S 131°14'8.3'' LS E Klasari Klasari Salawati Kab. Sorong
5 Klasari 2/Wonosobo 1°13'43.2'' S 131°13'4.1'' LS E Klasari Klasari Salawati Kab. Sorong
6 T. Kasuari 0°49'13.21'' S 131°13'52.87'' LS E T. Kasuari T. Kasuari Sorong Barat Kab. Sorong
7 Malaus 1 1°09'47.30'' S 131°17'51.55'' LS E Malaus Malaus Salawati Kab. Sorong
8 Malaus 2 1°09'32.96'' S 131°17'53.47'' LS E Malaus Malaus Salawati Kab. Sorong
9 Majener 1 1°09'23.98'' S 131°15'30.71'' LS E Majener Majener Salawati Kab. Sorong
10 Majaran 1 1°07'16.64'' S 131°18'01.33'' LS E Katapop Katapop Mayamuk Kab. Sorong
11 Majaran 2 1°07'55.60'' S 131°16'32.18'' LS E Katapop Katapop Mayamuk Kab. Sorong
12 Klawili 0°57'36.53'' S 131°20'52.28'' LS E Malawili Malawili Aimas Kab. Sorong
13 Klawalu 0°54'00.30'' S 131°1'12.82'' LS E Malawele Malawele Aimas Kab. Sorong
14 Km26/ Kamp. Aibo 1°00'03.31'' S 131°22'33.57'' LS E Maibo Maibo Aimas Kab. Sorong
15 Sumur Bor SP3 1°1'40.9'' S 131°17'47,3' E Makballim Makbalim Mayamuk Kab. Sorong
16 Sumur Bor Distrik Aimas 0°57'51.38'' S 131°20'09.76'' E Aimas Aimas Aimas Kab. Sorong
17 Sumur Bor GKI Siloam 1°00'37.49'' S 131°19'09.38'' E Mariyai Mariyai Mariat Kab. Sorong
18 Sumur Bor Kampung Osok 0°57'22.8'' S 131°19'09.38'' E Aimas Aimas Aimas Kab. Sorong
19 Sumur Bor Kampung Pisang 1°03'06.34'' S 131°17'08.16'' E Makbusun Makbusun Mayamuk Kab. Sorong
20 Sumur Bor Klamalu Gereja Sialom 0°59'50.7'' S 131°20'42.1'' E Klamalu Klamalu Aimas Kab. Sorong
21 Sumur Bor SB MRI SP2 1°01'13.14'' S 131°19'11.53'' E Makbusun Makbusun Mayamuk Kab. Sorong
22 Sumur Bor SD Negeri Mariyat 0°59'51.92'' S 131°19'11.53'' E Mariyai Mariayi Mariat Kab. Sorong
23 Dinas Tata Ruang Kab. Sorong 0°59'12.9'' S 131°21'42.5'' E Aimas Aimas Aimas Kab. Sorong

(Sumber: BWS Papua Barat, Tahun 2014)

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

Sistem penyediaan air minum Kabupaten Sorong yang sudah ada adalah mencakup :

1. SPAM Kabupaten, menjangkau Distrik Aimas

2. SPAM Kecamatan, menjangkau Distrik Salawati

3. SPAM Pedesaan, menjangkau Kampung Klamalu Distrik Mariyat

1. SPAM Kabupaten

1. Jaringan Perpipaan (JP)

1. Cabang Pelayanan Aimas

Cabang Pelayanan Aimas dikelola oleh PT. Andriyani Jaya


Abadi.Berdasarkan data bulan April tahun 2013, Unit Pengelola Aimas ini
memiliki jumlah pelanggan aktif sebanyak 984 pelanggan.

1. Sumber Air Baku

Sumber air baku yang digunakan untuk sistem penyediaan air minum
perkotaan distrik Aimas dan sekitarnya, menggunakan 2 (dua) buah
sumur dalam dengan masing-masing mempunyai kapasitas 10 l/detik,
posisi sumur dalam No.1 berada pada elevasi ± 45,00 meter diatas
permukaan laut dan sumur dalam No.2 berada pada elevasi ± 30,00
meter diatas permukaan laut. Jarak antara sumur dalam No. 1 dan
sumur dalam No.2 berjarak ±100 meter dengan masing-masing
kedalaman ±150 meter. Kondisi sumur, dalam keadaan kondisi baik
dan terawat.Sistem pengoperasian sumur bergantian, kedua sumur
tersebut belum pernah dicoba dioperasikan bersamaan.

2. Sistem Transmisi

Air dari sumur dalam tidak dipompakan langsung ke distribusi namun


di tampung di reservoir, jarak dari sumur dalam No.1 ke reservoir ± 30
meter sedangkan dari sumur dalam No.2 ke reservoir berjarak ± 130
meter.Jenis pipa transmisi yang digunakan GIP Ø 75 mm.

3. Reservoir

Reservoir yang ada saat ini terdiri 2 unit dengan volume masing-
masing 150 m3 dan 175 m³ berada pada elevasi ± 48,43 meter diatas

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
permukaan laut, kondisi reservoir yang ada cukup baik dan terawat,
masih digunakan saat ini.

4. Sistem Distribusi

Sistem distribusi yang ada saat ini belum ada zoning sistem. Pengaliran
dari reservoir secara gravitasi, Pelayanan yang paling jauh berjarak ± 8
Km dari reservoir, rata-rata elevasi daerah Pelayanan antara ± 15
meter sampai dengan ± 20 meter diatas permukaan air laut. Dengan
beda tinggi antara reservoir yang ada dengan distribusi yang paling
jauh - 33 meter sehingga pelanggan sering tidak mendapatkan air.

Pelayanan cabang Aimas saat ini baru melayani wilayah


desa/kelurahan perkotaan distrik Aimas.

5. Tingkat Kebocoran

Untuk menentukan tingkat kebocoran agak sulit, karena pada unit


produksi dan distribusi tidak terpasang Water Meter, begitu pula pada
pelanggan banyaknya water meter pelanggan yang tidak berfungsi.

6. Daerah Pelayanan

Pelayanan cabang Aimas saat ini baru melayani wilayah


desa/kelurahan perkotaan distrik Aimas.

Jumlah sambungan rumah yang ada di cabang Aimas saat ini


berjumlah 984 unit Sambungan Rumah (SR) dan 6 unit Hydran
Umum.Penduduk yang terlayani oleh Air Minum saat ini adalah
equivalen dengan 4.420 jiwa. Tingkat Pelayanan air minum di sistem
Aimas sebesar 18,8%, tingkat Pelayanan cabang Aimas ini masih sangat
rendah dibandingkan dengan target nasional sebesar 80% untuk
kawasan perkotaan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 60
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.18. Skematik Sistim Pelayanan Kota Aimas

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.18. Kondisi Kapasitas Produksi Dan Penjualan Air Minum di Kota Sorong dan Kabupaten
Sorong

TAHUN
URAIAN
2010 2011 2012 2013
KOTA SORONG Total Produksi Air (lt/det) 133.98 125.11 132.46 123.21
(PT. TIRTA REMU) Total Distribusi Air (lt/det) 120.72 120.01 130.8 121.43
Total Air Terjual (lt/det) 46.91 50.65 64.93 70.55
Total Kebocoran Air (lt/det) 73.81 69.36 65.87 50.88
Total Kebocoran Air (%) 61.14% 57.80% 50.36% 41.90%
KABUPATEN SORONG Total Produksi Air (lt/det) 3.87 4.65 6.08 7.34
(DISTRIK AIMAS) Total Distribusi Air (lt/det) 3.87 4.65 6.08 7.34
PT. ANDRIYANI JAYA ABADI Total Air Terjual (lt/det) 3.21 4.3 5.71 6.95
Total Kebocoran Air (lt/det) 0.67 0.35 0.37 0.39
Total Kebocoran Air (%) 17.21% 7.43% 6.08% 5.36%

(Sumber : Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Tabel 13.19. Kondisi Jumlah Pelanggan Air Minum di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong

JUMLAH KUBIKASI
URAIAN
1 - 10 m3 11 - 20 m3 21 - 30 m3 31 m3 keatas
KOTA SORONG Rumah Tangga A 3,044 3,383 3,720 4,058
PT. TIRTA REMU Rumah Tangga B 3,383 3,720 4,058 4,397
Instansi Pemerintah 3,788 4,132 4,477 4,820
Niaga Kecil 4,169 4,517 4,864 5,212
Niaga Besar 4,676 5,396 6,116 6,835
Industri Kecil 5,119 6,143 7,508 8,873
Industri Besar 6,364 7,426 8,193 10,961
Sosial Umum 3,044 3,094 3,383 3,720
Sosial Khusus 2,327 2,706 3,213 3,720
Pelabuhan 15,000 15,000 15,000 15,000
KABUPATEN SORONG Rumah Tangga 3,500 4,200 6,300 7,700
(DISTRIK AIMAS) Instansi Pemerintah 3,850 4,950 7,250 8,500
PT. ANDRIYANI JAYA ABADI Niaga 3,850 4,750 6,400 7,750
Sosial 2,750 3,250 4,350 5,000

(Sumber : Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7. Cabang Perkantoran

8. Sumber Air Baku

Sumber air baku yang digunakan untuk sistem penyediaan air minum
perkantoran, perumahan PEMDA dan sekitarnya, menggunakan 2
(dua) buah sumur dalam dengan masing-masing mempunyai kapasitas
10 l/detik, posisi sumur dalam No. 1 berada pada elevasi ± 30,00 meter
diatas permukaan laut dan sumur dalam No. 2 berada pada elevasi ±
30,00 meter diatas permukaan laut. Jarak antara sumur dalam No. 1
dan sumur dalam No. 2 berjarak ±100 meter dengan masing-masing
kedalaman ±150 meter.Kondisi sumur, dalam keadaan kondisi baik dan
terawat.Sistem pengoperasian sumur bergantian, kedua sumur
tersebut belum pernah dicoba dioperasikan bersamaan.

9. Sistem Transmisi

Air dari sumur dalam ada yang langsung dipompakan ke konsumen,


terutama perumahan PEMDA dan ada juga yang melalui Water Tower,
pendistribusian yang melalui penampungan di Water Tower terutama
komplek Perkantoran PEMDA Kabupaten Sorong, jarak dari sumur
dalam No.1 ke Water Tower ± 900 meter sedangkan dari sumur dalam
No.2 ke Water Tower berjarak ± 1.030 meter.Jenis pipa transmisi yang
digunakan GIP Ø 75 mm.

10. Reservoir

Reservoir yang ada saat ini berupa 1 unit Water Tower dengan volume
6 m3 dan berada pada elevasi ± 78,71 meter diatas permukaan laut,
kondisi Water Tower yang ada cukup baik dan terawat, masih
digunakan saat ini.

11. Sistem Distribusi

Sistem distribusi yang ada saat ini ada yang langsung pompa untuk
perumahan PEMDA dan gravitasi dari Water Tower untuk daerah
perkantoran, Pelayanan yang paling jauh berjarak ± 500 meter dari
DRAFT LAPORAN AKHIR 63
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Water Tower, rata-rata elevasi daerah Pelayanan antara ± 45 meter
sampai dengan ± 60 meter diatas permukaan air laut. Beda tinggi
antara Water Tower dengan distribusi perkantoran yang paling jauh +
48 meter dan pendistribusian air tidak bermasalah.

Pelayanan cabang Perkantoran saat ini baru melayani daerah


perumahan PEMDA dan Komplek Kantor PEMDA Kabupaten Sorong.

12. Tingkat Kebocoran

Untuk menentukan tingkat kebocoran agak sulit, karena pada unit


produksi dan distribusi tidak terpasang Water Meter, begitu pula pada
pelanggan banyaknya water meter pelanggan yang tidak berfungsi.

13. Daerah Pelayanan

Jumlah sambungan rumah yang ada di cabang Pelayanan perkantoran


saat ini berjumlah 150 unit Sambungan Rumah (SR) dan 4 unit Hydran
Umum. Tetapi yang aktif : wilayah Pemda Lama sejumlah 36 SR,
Rumah Jabatan sejumlah 71 SR, Pemda Baru sejumlah 28 SR dan
Perkantoran sejumlah 12 SR.

14. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

Daerah-daerah yang lainnya yang belum memiliki sistem jaringan perpipaan


mendapatkan kebutuhan air melalui sumber air individu (sumur gali) atau
sumber air komunal (seperti mata air, atau sungai kecil/hulu sungai) dari
daerah sekitarnya, sesuai dengan yang layak menurut penduduk setempat
didalam memenuhi kebutuhan airnya.

DRAFT LAPORAN AKHIR 64


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 65
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

Gambar 13.19. Skematik Sistem Pelayanan Perkantoran Aimas

DRAFT LAPORAN AKHIR 66


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15. SPAM Kecamatan

1. Jaringan Perpipaan (JP)

Sistem penyediaan air minum Ibukota Kecamatan Salawati dibangun tahun


2006 dengan sumber air diambil dari air tanah dalam di Desa Makbalim Distrik
Mayamuk. Unit-unit sistem SPAM IKK Salawati terdiri dari :

1. Unit Air Baku

1. Sumur bor tidak terawat, dipenuhi rumput liar tidak difungsikan (tidak ada pengelola).

2. Pipa transmisi air baku GIP Ø 100 mm, dalam kondisi baik.

3. Unit Produksi

4. Reservoir Kapasitas 200 m3 dalam kondisi baik.

5. Unit Distribusi

6. Sedang dilakukan pemasangan pipa ke arah Desa Makbalim, pipa eksisting arah ke Salawati
ada yang bocor/hilang.

7. Unit Pelengkap

8. Rumah jaga, rumah genset, dalam kondisi baik

Sumber Air baku untuk SPAM IKK Salawati bersumber dari sumur bor yang
dibangun tahun 2006 yang terletak di Desa Makbalim Distrik Mayamuk. Air
baku dipompa menggunakan pompa submersible kapasitas 5 L/D ke unit
reservoir kapasitas 200 m3 yang berada dibukit Desa Makbalim yang berjarak
± 1000 m dari Sumur bor menggunakan pipa GIP Ø 100 mm. Selanjutnya air
minum dari reservoir dialirkan secara Gravitasi ke daerah pelayanan Desa
Makbalim, Makotyamsa (Distrik Mayamuk) dan ke Desa Majaran (Distrik
Salawati) melalui pipa distribusi PVC Ø 100 mm (sebagian besar pipa sudah
rusak).

DRAFT LAPORAN AKHIR 67


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9. Pengelolaan Saat Ini

Fasilitas ini sudah diserahterimakan dalam bentuk "Serah Terima Pekerjaan


Sementara" pada tanggal 7 Mei 2007 dan "Serah Terima Pengelolaan
Sementara" pada tanggal 14 Pebruari 2011 kepada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Sorong, yang kemudian akan bertanggungjawab terhadap
pengoperasian dan pemeliharaannya. Namun fasilitas ini sampai saat ini
belum berfungsi. Organisasi pengelola juga belum terbentuk. Dengan melihat
potensi pemanfaatan awal sudah dapat 100% kapasitas, maka bentuk
kelembagaan sebagai UPT sudah bisa dirancang sejak awal. Namun sebelum
seluruh jaringan terpasang, maka setidaknya dalam 2 tahun pertama
diperlukan subsidi dari Pemerintah Daerah.

AREA PELAYANAN
EKSISTING
PT. TIRTA REMU
10,766 SL (2013)
Distrik
Distrik Sorong Barat
Distrik Sorong

Distrik Sorong Utara

Distrik Sorong Timur


Distrik Sorong
AREA PELAYANAN
Kepulauan EKSISTING
PT. ANDRIYANI JAYA ABADI
1,116 SL (2013)

Kota Sorong AREA PELAYANAN


Kabupaten Selat Sele
EKSISTING
UPTD KABUPATEN
Sorong
Wilayah KAWASAN PERKOTAAN SORONG
Pelayanan ±100 SL (2013)
Kawasan
Distrik Mariat
Perkotaan

Gambar 13.20. Peta Pelayanan Eksisting SPAM Kota Sorong dan Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 68


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. SPAM Pedesaan

1. Jaringan Perpipaan (JP)

Sistem penyediaan air minum Desa Klamalu dibangun tahun 2006 dengan
sumber air diambil dari Air tanah dalam. Unit-unit sistem SPAM Desa Klamalu
terdiri dari :

2. Unit Air Baku

3. Sumur bor dan pompa air baku dalam kondisi baik.

4. Pipa transmisi air baku GIP Ø 75 mm, dalam kondisi baik.

5. Unit Produksi

6. Reservoir Kapasitas 100 m3 dalam kondisi baik.

7. Unit Distribusi

8. Pipa distribusi kondisi sebagian ada yang rusak /bocor.

9. Unit Pelengkap

10. Rumah jaga, rumah genset, dalam kondisi tidak terawat

Lokasi Sumur bor terletak di Desa Klamalu Kecamatan Mariyat berjarak ± 900
m dari komplek perkantoran Pemda Kabupaten Sorong. Sumur Bor Desa
Kiamalu, dibangun tahun 2006. Air bersih dari sumur bor dialirkan
menggunakan pompa submersible kapasitas 5 L/D dengan Head pompa 80 m
ke reservoir distribusi kapasitas 100 m3 melalui pipa transmisi air baku GIP Ø
50 mm.

Sistem sumur Bor Klamalu hanya dioperasikan untuk Pelayanan Kantor Pemda
Kab. Sorong dan masyarakat Desa Klamalu, dari 150 SR yang ada tidak
seluruhnya membayar sehingga sistem saat ini tidak berjalan karena pompa
air baku rusak dan tidak ada fasilitas listrik PLN membuat operasional
sepenuhnya menggunakan genset yang diambil dari dana subsidi PU kab.
Sorong sehingga keterbatasan tersebut membuat sistem tidak terawat dan
kondisinya mengkhawatirkan.

DRAFT LAPORAN AKHIR 69


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 70
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

Gambar 13.21. Skematik Sistem Pelayanan IKK Salawati

DRAFT LAPORAN AKHIR 71


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
11. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

Daerah-daerah yang lainnya yang belum memiliki sistem jaringan perpipaan


mendapatkan kebutuhan air melalui sumber air individu (sumur gali) atau
sumber air komunal (seperti mata air, atau sungai kecil/hulu sungai) dari
daerah sekitarnya, sesuai dengan yang layak menurut penduduk setempat
didalam memenuhi kebutuhan airnya.

Gambaran Neraca Air

Tabel 13.20. Hasil perhitungan ketersediaan air pada DAS di WS Kemundan Sebyar

DAS KETERSEDIAAN AIR(m3/det)


JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
DAS Remu 7,01 6,35 7,22 6,33 8,61 7,79 7,46 6,53 5,63 4,39 4,01 6,96
DAS
Warsamson
63,45 57,48 65,33 57,30 77,87 70,50 67,50 59,11 50,96 39,73 36,28 62,98
DAS Mega 18,85 17,07 19,40 17,02 23,13 20,94 20,05 17,56 15,13 11,80 10,77 18,71
(Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar)

(Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar)

Gambar 13.22. Debit Andalan Q80%, Q 90% dan Q95% WS Kemundan-Sebyar

DRAFT LAPORAN AKHIR 72


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar)

Gambar 13.23. Neraca Air Bulanan WS Kemudan Sebyar Tahun 2016

DRAFT LAPORAN AKHIR 73


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar)

Gambar 13.24. Neraca Air Bulanan WS Kemudan Sebyar Tahun 2036

Beradasarkan perhitungan neraca air, disimpulkan bahwa semua kebutuhan air


terpenuhi, tidak ada yang defisit Air.

Tabel 13.21. Rekapitulasi Neraca Air

NERACA m3/dtk Juta m3/tahun PROSENTASE


Ketersediaan Air
2.518,40 79.420,40 100%
Q80
Kebutuhan
0,90 30,20 0,04 %
Penduduk
Kebutuhan Irigasi 19,59 617,70 0,78 %
AP Sungai 95,08 2.998,50 3,78 %
Sisa 2.402,78 75,774,00 95,41 %

(Sumber: Dokumen Pola PSDA Kemundan-Sebyar)

DRAFT LAPORAN AKHIR 74


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Catatan : Pada Skenario 1 peningkatan kebutuhan air adalah sebagai berikut

12. Tahun 2016 (Basic Year) sesuai kondisi kebutuhan ideal

13. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah

DRAFT LAPORAN AKHIR 75


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.25. Skema Rincian Kebutuhan Air Skenario 1 (Pertumbuhan Ekonomi Rendah) WS Kemudan Sebyar

DRAFT LAPORAN AKHIR 76


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Catatan : Pada Skenario 2 peningkatan kebutuhan air adalah sebagai berikut

14. Tahun 2016 (Basic Year) sesuai kondisi kebutuhan ideal

15. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah

Gambar 13.26. Skema Rincian Kebutuhan Air Skenario 2 (Pertumbuhan Ekonomi Sedang) WS Kemudan Sebyar

DRAFT LAPORAN AKHIR 77


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Catatan : Pada Skenario 3 peningkatan kebutuhan air adalah sebagai berikut

16. Tahun 2016 (Basic Year) sesuai kondisi kebutuhan ideal

17. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah

Gambar 13.27. Skema Rincian Kebutuhan Air Skenario 3 (Pertumbuhan Ekonomi Tinggi) WS Kemudan Sebyar

DRAFT LAPORAN AKHIR 78


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

1. Rencana SPAM Regional Proyeksi Kota Sorong dan Kabupaten Sorong

Penyediaan kebutuhan air baku untuk Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
digambarkan seperti pada gambar dan tabel berikut :

(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Gambar 13.28. Rencana Penyerapan Air Minum Daerah Pelayanan

Rencana Penyerapan air minum daerah pelayanan untuk SPAM Regional Kota
Sorong dan Kabupaten Sor0ng diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 79


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 80
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.22. Rencana Penyerapan Air Minum Daerah Pelayanan

DRAFT LAPORAN AKHIR 81


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
EK SIST ING
URAIAN SAT UAN 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
2013
K ot a Sorong
Sambungan Domestik Unit 9.89 17.22 23.012 29.234 35.91 41.919 47.748 53.475
Tingkat Pelayanan Kota Sorong % 24,38 35,00 45,00 55,00 65,00 73,00 80,00 86,20
Kebutuhan lt/det 123 249 314 378 444 507 570 630
Kapasitas terpasang eksisting lt/det 280 280 280 280 280 280 280 280
Kapasitas produksi eksisting lt/det 123 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan +/- Kapasitas produksi lt/det 0 -119 -184 -284 -314 -377 -440 -500
SPAM Regional
Penyerapan lt/det 119 184 284 314 377 440 500
Penambahan SR/tahun Unit 4.731 5.792 6.222 6.676 6.009 5.829 5.727

Mulai Operasi SPAM Regional


Akumulasi penambahan SR Unit 4.731 10.523 16.745 23.421 29.43 35.259 40.986
K ab upat e n Sorong ( K aw as an Pe rk ot aan Ai mas + M ayamuk )
Sambungan Domestik Unit 1.179 6.774 8.182 9.296 10.283 11.233 12.131 12.961
Tingkat Pelayanan Kabupaten Sorong % 8.00 43.40 51.81 58.18 63.61 68.68 73.32 77.43
Tingkat Pelayanan Perkotaan Aimas % 16.17 70.00 80.00 86.00 90.00 93.00 95.00 96.00
Kebutuhan lt/det 8 117 131 142 164 174 182 190
Kapasitas terpasang eksisting lt/det 40 100 100 100 100 100 100 100
Kapasitas produksi eksisting lt/det 30 90 90 90 90 90 90 90
Kebutuhan +/- Kapasitas produksi lt/det 22 -27 -41 -52 -74 -84 -92 -100
SPAM Re g i onal
Penyerapan lt/det 27 41 52 74 84 92 100
Penambahan SR/tahun Unit 1.462 1.408 1.114 987 950 898 830
Akumulasi penambahan SR Unit 1.462 2.870 3.984 4.971 5.921 6.819 7.649
SPAM Re g i onal Sorong
Penyerapan lt/det 146 225 300 388 461 532 600
Penambahan SL/Tahun SL 6.193 7.200 7.336 7.663 6.959 6.727 6.557
Akumulasi penambahan SL SL 6.193 13.393 20.729 28.392 35.351 42.078 48.653
Re ncana Pe mb ang unan SPAM Re g i onal
Kapasitas terpasang lt/det 0 300 300
Akumulasi kapasitas terpasang lt/det 0 300 300 300 600 600 600 600

DRAFT LAPORAN AKHIR 82


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

DRAFT LAPORAN AKHIR 83


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Sumber Air Baku SPAM Regional

Sumber air baku SPAM Regional diuraikan seperti pada gambar berikut :

(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Gambar 13.29. Peta Potensi Air Baku SPAM Regional

3. Rancangan Teknis SPAM Regional

Rencana Teknis SPAM Regional untuk Kota Sorong, Kabupaten Sorong diuraikan
pada gambar-gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 84


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 85
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber : Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua, SID Pembangunan Jaringan Air Baku Kota dan Kabupaten Sorong, Dirjen SDA, Kementerian PU)

Gambar 13.30. Sumber Air Baku Sungai Warsamson

DRAFT LAPORAN AKHIR 86


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Gambar 13.31. Peta Rencana Jalur Pipa SPAM Regional

DRAFT LAPORAN AKHIR 87


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Gambar 13.32. Kondisi Lokasi Rencana Jalur Pipa SPAM Regional

DRAFT LAPORAN AKHIR 88


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)

Gambar 13.33. Skematik Pelayanan SPAM Regional

DRAFT LAPORAN AKHIR 89


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Daerah Pelayanan

Rencana daerah pelayanan terbagi atas : pelayanan perpipaan dan pelayanan non
perpipaan.

Pelayanan Perpipaan mencakup kawasan strategis dan kawasan yang sudah ada
sistem penyediaan air minumnya, sebagai berikut:

1. Distrik Aimas, yang masuk kawasan perkotaan dan telah memiliki SPAM.

2. Distrik Mariyat, yang masuk kawasan perkotaan dan memiliki sumur bor.

3. Distrik Manyamuk, yang juga masuk kawasan perkotaan dan belum memiliki SPAM.

4. Distrik Salawati, yang masuk kawasan pengembangan perkotaan dan telah memiliki SPAM.

Distrik Seget tidak masuk didalam pelayanan perpipaan karena pada saat survei
lapangan, perkembangan Distrik tersebut tidak seperti yang diharapkan oleh rencana
tata ruang wilayah 2010 (perkembangannya lamban).

Rencana pelayanan air minum perpipaan terdiri atas :

1. Pelayanan Ibukota Kabupaten (Kota Sedang > 20.000 jiwa)

2. Pelayanan IKK (Ibukota Kecamatan > 3.000 jiwa)

3. Pelayanan IKK-DPP (IKK Daerah Pusat Pertumbuhan < 3.000 jiwa)

Pelayanan Non Perpipaan mencakup kawasan diluar yang tersebut diatas yang dapat
memenuhi kebutuhan air minumnya melalui pemanfaatan curah hujan yang selalu
ada setiap bulannya dengan menggunakan penampungan air hujan (PAH) untuk
pemukiman atau pun berbentuk embung – embung,

TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan

1. Kajian Tata Ruang Wilayah

DRAFT LAPORAN AKHIR 90


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Sorong memiliki ciri khusus. Kawasan
industri yang direncanakan menyatu dengan Kawasan pelabuhan, menjadi
Kawasan Peruntukan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT). Luasan kurang lebih
33.205,56 Ha meliputi Distrik Aimas dengan Luasan kurang lebih 1.615,91 Ha;
Distrik Mayamuk sekitar 4.364,25 Ha; Distrik Salawati sekitar 15.730,16 Ha; dan
Distrik Seget sekitar 11.495,25 Ha.

Pentepan Kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di


Kabupaten Sorong ini ditindaklanjuti dengan penetapan pada pusat-pusat
pelayanan ekonomi dan pelayanan utama di Kabupaten Sorong. Penetepan ini
juga dimaksudkan agar pusat-pusat tersebut terakomodasi pertumbuhan dan
perkembangannya. Pusat-pusat tersebut adalah:

1. Kawasan Perkotaan Aimas dan Distrik Mayamuk yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi dengan fungsi dan kegiatan sebagai pusat pelayanan
pemerintahan, sosial, ekonomi, perdagangan dan jasa, wisata budaya, dan trasportasi
wilayah.

2. Kawasan Pengembangan Industri & Pelabuhan Terpadu berada di Distrik Salawati, Distrik
Mayamuk dan Distrik Seget yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi dengan fungsi Kawasan Industri

KEK Sorong berada didalam Kawasan industri Sorong dan Kawasan Startegis
Sorong atau Kawasan Startegis Provinsi Papua barat

DRAFT LAPORAN AKHIR 91


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 92
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.34. Lokasi KEK Sorong Didalam Kawasan Strategis Kabupaten Provinsi Papua Barat

DRAFT LAPORAN AKHIR 93


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.35. Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 94


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Master Plan KEK

(Sumber : KEK.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 95


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.36. Master Plan KEK Sorong

Pengembangan KEK Sorong tahap 1 meliputi areal seluas 523,70 ha, dimana
sesuai dengan peruntukan lahannya akan dikembangkan kegiatan industri
Petrocina, industri aspal, kawasan pelabuhan roro, kawasan fasiltas umum, RTH,
industri semen curah dan lainnya sebagaimana yang diuraikan pada gambar dan
tabel berikut :

Tabel 13.23. Master Plan KEK Sorong Tahap 1

NO PERUNTUKAN LUAS LAHAN (ha) %


1 Industri Petrocina 8,50 1,62
2 Industri Semen Curah 4,56 0,87
3 Industri Aspal 3,79 0,72
4 Kawasan Pelabuhan Roro 23,27 4,44
5 Kawasan Fasilitas Sosial dan Umum 33,12 6,23
6 Rencana Kawasan Stock Pile 12,63 2,41
7 Kawasan Industri Besar 190,23 36,23
8 Kawasan Industri Sedang 108,36 20,69
9 Jaringan Jalan 38,31 7,32
10 RTH 43,47 8,30
11 Sempadan Pantai 57,46 10,97
Jumlah 523,70 100

DRAFT LAPORAN AKHIR 96


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 97
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.37. Detail Pan KEK Sorong

DRAFT LAPORAN AKHIR 98


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 13.38. Block Plan KEK Sorong

4. Tahapan Pengembangan

Rencana Pengadaan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur Kawasan

1. Tahun 2017-2018: Pemkab. Sorong akan fokus pada pembangunan infrastruktur di lahan
seluas 198,5 ha yang telah berstatus HPL. Rencana alokasi anggaran sebesar Rp.300 miliar
dari TA 2017-2018.

2. Tahun 2019-2020: Pemkab. Sorong akan melakukan pembebasan lahan seluas 310,2 ha
secara bertahap pada TA 2019-2020 melalui APBD Kab.Sorong.

Status Pengembangan Kawasan

Status pengembangan KEK Sorong Saat ini pada lokasi Tahap 1 dalam kondisi
melakukan pembangunan prasanan transportasi (jaringan jalan) utama dan
lingkungan pada lahan seluas 185,5 ha.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

Rencana Penyediaan air baku berdasarkan Renca Induk SPAM Kabupaten sorong
Tahun 2014, diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 99


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 13.24. Rencana Indikasi Kebutuhan Air, Sumber Air dan Reservoar SPAM Kabupaten Sorong
T A H UN T A H UN T A H UN
IND IKA S I POT ENS I S UM B ER A IR
2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
NO UR A IA N KEGIA T A N
KEB U T U HAN KEB U T U HAN KEB U T U HAN
KEB U T U HAN KEB U T U HAN KEB U T U HAN KEB U T U HAN KEB U T U HAN KEB U T U HAN
Q R AT A-
Q AI R B AKU R ES ER V O I R
Q R AT A-
Q AI R B AKU R ES ER V O I R
Q R AT A-
Q AI R B AKU R ES ER V O I R
A IR T A NA H A IR PER M UKA A N
R AT A R AT A R AT A
L/det L/det M3 L/det L/det M4 L/det L/det M5
SPAM PERKOTAAN
I
(Kabupaten)

1. Aimas 33,32 66,65 580 52,76 105,52 920 78,56 157,12 1400 RENDAH s/d SEDANG -
2. Mariat 12,27 24,54 2,2 18,42 36,85 320 26,15 52,3 460 RENDAH s/d SEDANG -
3. Manyamuk 8,59 17,18 150 11,74 23,48 210 15,99 31,18 280 RENDAH -

II. SPAM IKK

1. Salawati 9,66 19,33 170 13,82 27,65 240 18,7 37,39 330 SEDANG -
2. Klamono 4,15 8,3 80 5,96 11,92 110 8,31 16,62 160 SEDANG -
3. Seget 2,86 5,73 50 4,11 8,22 80 5,73 11,47 100 SEDANG -

III. SPAM IKK - DPP

1. Makbon 2,04 4,08 40 3,04 6,08 60 4,4 8,8 80 - DAS WARSAMSON


2. Salawati Selatan 1,92 3,83 40 2,61 5,22 50 3,36 6,73 60 SEDANG -
3. Salawati Timur 1,76 3,52 40 2,4 4,81 50 3,19 6,38 60 SEDANG -
4. Moraid 1,46 2,92 30 1,99 3,99 40 2,65 5,3 50 - DAS WARSAMSON
5. Segun 1,16 2,32 30 1,59 3,18 30 2,11 4,22 40 RENDAH DAS SEGUN
6. Beraur 0,86 1,71 20 1,17 2,34 30 1,55 3,11 30 - DAS KLADUK
7. Sayosa 0,84 1,68 20 1,15 2,29 20 1,54 3,08 30 - DAS KLADUK
8. Klabot 0,54 1,08 10 0,74 1,48 20 0,98 1,97 20 - DAS KLADUK
9. Klawak 0,51 1,02 10 0,7 1,4 20 0,93 1,86 20 - DAS KLADUK
10. Klayili 0,35 0,7 10 0,48 0,96 10 0,64 1,28 20 RENDAH s/d PRODUKTIF -
11. Maudus 0,33 0,66 10 0,46 0,92 10 0,61 1,22 20 RENDAH s/d PRODUKTIF -
12. Klaso 0,26 0,52 10 0,36 0,72 10 0,48 0,96 10 RENDAH s/d PRODUKTIF -

DRAFT LAPORAN AKHIR 100


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)
Catatan : Reservoar yang sudah ada terdiri dari : Reservoar Salawati 200 m 3, Reservoar Klamalu 100 m3, Reservoar Aimas 150 m3 dan 175 m3, Reservoar Perkantoran Aimas
6 m3
Perkiraan Biaya

1. Perkiraan Rencana Biaya SPAM Kabupaten Sorong Sesuai RISPAM Kabupaten

Tabel 13.25. Indikasi Pelaksanaan SPAM Kabupaten Sorong dan Kebutuhan Biaya ( x 1.000.000)

DRAFT LAPORAN AKHIR 101


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TAHUN TAHUN TAHUN
2015 2020 2025
NO URAIAN K EG IATAN BA NGUNA N BA NGUNA N BA NGUNA N K ETERANG AN
INST A LA SI JA RINGA N T OT A L INST A LA SI JA RINGA N T OT A L INST A LA SI JA RINGA N T OT A L
PENA NGKA P PENA NGKA P PENA NGKA P
PROD UKSI D IST RIBUSI BIA YA PROD UKSI D IST RIBUSI BIA YA PROD UKSI D IST RIBUSI BIA YA
A IR A IR A IR
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
SPAM Kabupaten
I - 7.476 67.280 74.755 - 3.204 32.045 35.605 - 4.830 43.470 48.300 Sumber Warsamson
(Pengembangan)
(Aimas, Mariat, Manyamuk)

II. SPAM IKK (Pengembangan)

1. Salawati - 245 979 1.223,8 48 48 383 478,8 60 60 480 600


2. Klamono - 119 474 592,8 23 23 185 231,8 29 29 233 290,8
3. Seget - 82 327 409 16 16 128 160 25 25 200 250
4. Makbon - 72 288 359,6 9 9 72 89,4 11 11 87 108,6

III. SPAM IKK - DPP (SPAM Baru)

1. Salawati Selatan 251 251 2.008 2.510 82 82 653 816 - 96 862 958
2. Salawati Timur 243 243 1.942 2.428 79 79 630 788 - 93 833 926
3. Moraid 208 208 1.664 2.080 68 68 542 678 - 79 715 794
4. Segun 166 166 1.328 1.660 54 54 432 540 - 63 569 632
5. Beraur 122 122 978 1.222 39 39 312 390 - 47 419 466
6. Sayosa 120 120 957 1.196 40 40 322 402 - 44 400 444
7. Klabot 39 39 310 387 13 13 101 126 - 15 133 148 SPAM Sederhana
8. Klawak 37 37 292 365 12 12 94 118 - 14 125 139 SPAM Sederhana
9. Klayili 25 25 202 253 8 8 66 82 - 10 86 96 SPAM Sederhana
10. Maudus 24 24 191 239 8 8 62 78 - 9 82 91 SPAM Sederhana
11. Klaso 19 19 150 188 6 6 49 61 - 7 65 72 SPAM Sederhana

(Sumber: RISPAM Kabupaten Sorong, Tahun 2014)

2. Perkiraan Rencana Biaya SPAM Regional Sumber Air Sungai Warsamson

DRAFT LAPORAN AKHIR 102


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan Biaya

DRAFT LAPORAN AKHIR 103


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB XIV

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
BOROBUDUR

PROFIL UMUM

Lokasi KSPN

Lokasi KSPN Borobudur berada pada kawasan Destinasional Nasional Borobudur –


Yogyakarta dan sekitarnya, yang meliputi :

1. KSPN Candi Borobudur

KSPN Candi Borobudur berlokasi di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang


dengan pusat pengembangan di 6 (enam) desa dan 3 (tiga) desa pendukung, yaitu
:

Lokasi : Desa Borobudur, Karangrejo, Karanganyar, Taksongo, Candirejo, dan Desa


Wonorejo.

Pendukung : Desa Tanjungsari, Ngargojondo dan Desa Majasingi.

2. KSPN Yogyakarta

KSPN Yogyakarta dan sekitarnya meliputi kawasan pengembangan Yogyakarta


sampai Kabupaten Kulon Progo, khususnya terhadap rencana pengembangan
Bandara Udara Internasional yang berlokasi di Kabupaten Kulon Progo.

Lokasi KSPN yang meliputi Kota Magelang serta Yogyakarta dan sekitarnya berada di
Wilayah Sungai Progo Opak Serang dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai
Progo Opak Serang merupakan wilayah sungai lintas provinsi (kode ws: 02.17.02),
serta pengelolaannya menjadi kewenangan dari Pemerintah Pusat.

Wilayah Sungai Progo Opak Serang (POS) terdiri dari 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai
(DAS) yaitu DAS Progo, DAS Opak dan DAS Serang, dengan luas wilayah sungai sebesar
4.077,33 km2, dimana luasan tidak termasuk wilayah sungai bawah tanah yang berada
di Kabupaten Gunung Kidul, yang mencakup areal seluas 924,27 km2.

Wilayah Sungai Progo Opak Serang meliputi 8 (delapan) wilayah administrasi


kabupaten/ kota, yang berada di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Kota
Magelang, dan Kabupaten Temanggung) dan DIY (Kabupaten Sleman, Kabupaten
Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta).

DRAFT LAPORAN AKHIR 1


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Profil Umum

1. Profil KSPN Borobudur

Kawasan Borobudur sebagai cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia
telah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) yang dikembangkan pemerintah.

Nama Candi Borobudur tentunya sudah tak asing lagi bagi Anda. Candi ini disebut
sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia, bahkan juga terbesar
dunia. UNESCO menetapkannya sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun
1991. Selain menjadi cagar budaya dunia, Candi Borobudur juga menjadi salah
satu tempat wisata yang menarik banyak perhatian wisatawan domestik dan juga
mancanegara.

Tempat wisata di Jawa Tengah ini memiliki luas 123 x 123 meter persegi dan
terdiri dari 10 tingkat. Bangunannya tersusun dari balok vulkanik yang
membentuk 504 arca, 72 stupa dan sebuah stupa induk besar di puncaknya.
Uniknya, balok-balok ini tersusun tanpa menggunakan perekat ataupun semen,
kompleks ini terlihat seperti sebuah susunan lego raksasa.

DRAFT LAPORAN AKHIR 2


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KSPN BOROBUDUR

DRAFT LAPORAN AKHIR 3


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(Sumber kek.go.id)

Gambar 14.1. Peta Lokasi KSPN Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 4


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 5
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.2. Peta Wilayah Sungai KSPN Borobudur

Tabel 14.1. Profil Umum KSPN Borobudur

KEGIATAN UTAMA DAN


KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

KSPN Borobudur Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan :


Pariwisata 2. Meningkatkan konektivitas sehingga akses menuju lokasi-lokasi wisata di 8. PP No. 50 Tahun 2011 Tentang
Lokasi : kawasan Borobudur mudah dicapai. Rencana Induk Pembangunan
Yogyakarta 3. Jalan nasional yang ada di dalam kawasan Borobudur yakni ruas jalan Solo- Kepariwisataan Nasional Tahun
Yogya-Kulon Progo juga akan dilakukan peningkatan. Demikian juga jalur 2010-2025
Luas Area : jalan pantai selatan (Pansela) Jawa yang melewati 3 Kabupaten yakni
15.129 m2 Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul akan ditingkatkan menjadi 2 lajur Administrator :
dengan lebar 7 meter. 9. Kepres No. 46 Tahun 2017 Tentang
Badan Usaha Badan Otorita Pengelolaan Kawasan
Pembangunan dan Infrastruktur Wilayah : estinasi Pariwisata Nasional
Pengelola : 4. Dalam meningkatkan konektivitas, beberapa ruas jalan tol, yakni ruas Borobudur-Yogyakarta dan
Badan Otorita Cileunyi-Tasikmalaya-Cilacap-Yogyakarta-Solo serta ruas jalan tol Bawen- sekitarnya
Pengelolaaan Yogyakarta saat ini tengah disusun studi kelayakannya. Khusus untuk ruas
Kawasan tol Bawen-Yogyakarta diharapkan proses konstruksi dimulai tahun depan.
Pariwisata 5. Bandara Internasional Kulon Progo menuju destinasi wisata di kawasan
Borubudur Borobudur akan dibangun oleh Kementerian PUPR dan diselaraskan target
penyelesaiannya dengan rencana pengoperasian bandara pada kuartal
Proyeksi pertama 2019.
Wisatawan : 6. Jalan Pansela yang belum tembus sepanjang 43,43 km, termasuk 8
Perkiraan jembatan dengan total panjang 2.913 m.

DRAFT LAPORAN AKHIR 6


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEGIATAN UTAMA DAN
KEK/KSPN INFRASTRUKTUR LANDASAN HUKUM
MASTERPLAN

kunjungan 7. Selain meningkatkan akses jalan, Kementerian PUPR juga akan


wisatawan hingga memberikan dukungan infrastruktur kepariwisataan, seperti pengendalian
tahun 2019 banjir termasuk sabo dam, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah 3R
sebanyak 2 juta (reuse, reduce dan recycle), rumah susun, rumah swadaya dan jembatan
wisatawan. gantung di kabupaten sekitar KSPN Borobudur.

(Sumber kek.go.id)

DRAFT LAPORAN AKHIR 7


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10. Infrastruktur KSPN Borobudur

11. Infrastruktur Dalam Kawasan KSPN Borobudur

12. Meningkatkan konektivitas sehingga akses menuju lokasi-lokasi wisata di kawasan


Borobudur mudah dicapai.

13. Jalan nasional yang ada di dalam kawasan Borobudur yakni ruas jalan Solo-Yogya-Kulon
Progo juga akan dilakukan peningkatan. Demikian juga jalur jalan pantai selatan (Pansela)
Jawa yang melewati 3 Kabupaten yakni Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul akan
ditingkatkan menjadi 2 lajur dengan lebar 7 meter.

14. Dukungan Wilayah KSPN Borobudur

15. Dalam meningkatkan konektivitas, beberapa ruas jalan tol, yakni ruas Cileunyi-Tasikmalaya-
Cilacap-Yogyakarta-Solo serta ruas jalan tol Bawen-Yogyakarta saat ini tengah disusun studi
kelayakannya. Khusus untuk ruas tol Bawen-Yogyakarta diharapkan proses konstruksi
dimulai tahun depan.

16. Bandara Internasional Kulon Progo menuju destinasi wisata di kawasan Borobudur akan
dibangun oleh Kementerian PUPR dan diselaraskan target penyelesaiannya dengan rencana
pengoperasian bandara pada kuartal pertama 2019.

17. Jalan Pansela yang belum tembus sepanjang 43,43 km, termasuk 8 jembatan dengan total
panjang 2.913 m.

18. Selain meningkatkan akses jalan, Kementerian PUPR juga akan memberikan dukungan
infrastruktur kepariwisataan, seperti pengendalian banjir termasuk sabo dam, penyediaan
air bersih, pengelolaan sampah 3R (reuse, reduce dan recycle), rumah susun, rumah
swadaya dan jembatan gantung di kabupaten sekitar KSPN Borobudur.

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAKU

Proyeksi Kebutuhan Air Baku KSPN Candi Borobudur

Pemenuhan kebutuhan air baku terkait dengan KSPN Candi Borobudur, terdiri dari
pemenuhan kebutuhan air baku untuk lokasi KSPN Candi Borobudur, dan pemenuhan

DRAFT LAPORAN AKHIR 8


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
kebutuhan air baku untuk lokasi penguatan kapasitas wilayah pelayanan hulu KSPN
Candi Borobudur (4 Desa).

Proyeksi kebutuhan air baku di lokasi KSPN Candi Borobudur (7 Desa) sampai Tahun
2023 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 14.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Lokus KSPN Candi Borobudur Tahun 2015-2023 (7 Desa)

EKSISTING (Tahun)
NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2023
1 Jumlah Penduduk Administrasi Desa (**) Jiwa 30,565 31,168 31,784
Tingkat Pelayanan % 9.41% 26.91% 56.91%
Penduduk Terlayani Jiwa 2,877 8,388 18,089
Kebutuhan Air Minum Kawasan
2
Pendukung
Sambungan Rumah l/org/hari 60 60 60
Jumlah Sambungan Rumah Unit 719 1,678 3,618
Jumlah Jiwa per SR Jiwa/SR 4 5 5
Kebutuhan Domestik l/dt 2.0 5.8 12.6
Kebutuhan Non Domestik l/dt 0.4 1.2 2.5
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 2.4 7.0 15.1
Pendukung
3 Kebutuhan Air Minum untuk Wisata
Kawasan Wisata
Jumlah Hotel unit 8.0 15.0 25.0
Jumlah Home Stay unit 20.0 35.0 55.0
Jumlah Restoran unit 25.0 35.0 40.0
Jumlah Warung/Kedai unit 30.0 35.0 35.0
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 1.0 2.0 3.8
Wisata
Kebutuhan Air untuk Area Wisata Candi
4 l/dt - 1.4 2.4
Borobudur
5 Total Kebutuhan Air l/dt 3.40 10.38 21.31
6 Kebocoran % 35% 20% 20%
7 Kebutuhan Air Minum Rata-Rata l/dt 4.6 12.5 25.6
8 Kebutuhan Hari Maksimum = 1,2 Qr l/dt 5.5 14.95 30.69
9 Kebutuhan Jam Puncak = 1,75 Qr l/dt 8.04 21.80 44.75
Kapasitas Terpasang (bila ada SPAM
10 l/dt 10.00 3.00 -
Existing)
11 Kekurangan Air l/dt 5.40 ( 9,46) (25,57)

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Candi Borobudur, 2015

DRAFT LAPORAN AKHIR 9


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi kebutuhan air baku guna keperluan penguatan kapasitas wilayah pelayanan
hulu KSPN Candi Borobudur tahun 2015-2023 (4 Desa) adalah seperti diuraikan pada
tabel berikut :

Tabel 14.3. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Penguatan Kapasitas Wilayah Pelayanan Tahun 2015-2023
(4 Desa)

EKSISTING (Tahun)
NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2023
1 Jumlah Penduduk Administrasi Desa (**) Jiwa 17,573 17,920 18,274
Tingkat Pelayanan % 25.00% 50.00% 80.00%
Penduduk Terlayani Jiwa 4,393 8,960 14,619
Kebutuhan Air Minum Kawasan
2
Pendukung
Sambungan Rumah l/org/hari 60 60 60
Jumlah Sambungan Rumah Unit 1,098 2,240 3,655
Jumlah Jiwa per SR Jiwa/SR 4 4 4
Kebutuhan Domestik l/dt 3.1 6.2 10.2
Kebutuhan Non Domestik l/dt 0.6 1.2 2.0
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 3.7 7.5 12.2
Pendukung
3 Total Kebutuhan Air l/dt 3.66 10.38 12.18
4 Kebocoran % 35% 20% 20%
5 Kebutuhan Air Minum Rata-Rata l/dt 4.9 12.5 14.6
6 Kebutuhan Hari Maksimum = 1,2 Qr l/dt 5.93 14.95 17.54
7 Kebutuhan Jam Puncak = 1,75 Qr l/dt 8.65 21.80 25.58
Kapasitas Terpasang (bila ada SPAM
8 l/dt
Existing) 5.00 5.00 5.00
9 Kekurangan Air l/dt 0.06 (3,96) (9,62)

Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Candi Borobudur, 2015

DRAFT LAPORAN AKHIR 10


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Guna memenuhi kebutuhan air baku di Wilayah KSPN Candi Borobudur dengan
kebutuhan air minum sebesar 90 l/org/hari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2035,
adalah seperti tercantum pada table berikut :

Tabel 14.4. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Lokus KSPN Candi Borobudur Tahun 2015-2035 (7 Desa)

KEBUTUHAN AIR BAKU (TAHUN)


NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2020 2025 2030 2035
Jumlah Penduduk Adiministrasi
1 Jiwa 30,6 31 31 32 33 34
Desa
Tingkat pelayanan % 9,41 26,91 60,0 100 100 100
Penduduk terlayani Jiwa 2,9 8,4 18,8 32,1 32,9 33,6
Kebutuhan Air Minum Kawasan
2 l/org/hari 60,0 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0
Pendukung sambungan rumah
Jumlah Sambungan Rumah (SR) Unit 719 2 4 6 7 67
Jumlah Jiwa per SR Jiwa/SR 4 5 5 5 5 5
Kebutuhan Domestik l/dt 2 8,74 19,60 33,43 34,23 35,03
Kebutuhan Non Domestik (20%) l/dt 0,40 1,75 3,92 6,70 6,90 7,00
Total Kebutuhan Air Minum
l/dt 2,40 10,49 23,52 40,13 41,13 42,03
Kawasan Pendukung
Kebutuhan Air Minum Non
3
Domestik
Presentasi Kabutuhan Air % 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Jumlah Kebutuhan Air l/dt 0,36 1,60 3,53 6,02 6,20 6,30
Kebutuhan Air Domestik + Non
4 l/dt 2,76 12,10 27,05 46,15 47,73 48,33
Domestik
5 Tingkat kebocoran % 35,0 20,0 20,0 10,0 10,0 10,0
6 Jumlah kebocoran l/dt 0,97 2,42 5,41 4,61 4,80 4,83
7 Kebutuhan air rata-rata l/dt 3,73 14,52 32,46 50,77 52,50 53,20
Kebutuhan harian maksimum =
8 l/dt 4,30 16,70 37,33 58,40 60,40 61,20
1,15 kebutuhan air rata-rata

Sumber : Analisis Konsultan

DRAFT LAPORAN AKHIR 11


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi kebutuhan air baku guna keperluan penguatan kapasitas wilayah pelayanan
hulu KSPN Candi Borobudur Tahun 2015-2035 (4 Desa) adalah seperti diuraikan pada
tabel berikut :

Tabel 14.5. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Penguatan Kapasitas Wilayah Pelayanan Tahun 2015-2035
(4 Desa)

KEBUTUHAN AIR BAKU (TAHUN)


NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2020 2025 2030 2035
Jumlah Penduduk Administrasi
1 Jiwa 18 18 18 18 19 19
Desa
Tingkat Pelayanan % 25 50 80 100 100 100
Penduduk terlayani Jiwa 4 8 14 18 19 19
2 Kebutuhan Air Minum
Sambungan Rumah (SR) l/org/hari 90 90 90 90 90 90
Jumlah Sambungan Rumah Unit 1 2 4 5 5 5
Jumlah Sambungan Jiwa per SR Jiwa/SR 4 4 4 4 4 4
Kebutuhan Domsetik l/dt 4,60 9,40 15,0 19,23 19,70 20,20
Kebutuhan Non Domestik l/dt 0,92 1,90 3,0 3,90 3,94 4,04
Total Kebutuhan Air Minum l/dt 5,52 11,30 18,00 23,10 23,64 24,24
Kawasan Pendukung
3 Kebocoran % 35 20 20 10 10 10
4 Kebutuhan Air Minum rata-rata l/dt 7,50 13,56 21,60 25,41 28,40 29,10
Kebutuhan Hari Maksimum (1,15
5 l/dt 8,70 15,60 24,84 29,22 32,66 33,50
Qpl)

Sumber : Analisis Konsultan

DRAFT LAPORAN AKHIR 12


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Proyeksi Kebutuhan Air Baku KSPN Yogyakarta dan Sekitarnya

Rencana Induk Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Pariwisata Borobudur


disusun untuk jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun untuk periode Tahun 2017-
2042

Wilayah administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi Kota


Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan
Kabupaten Kulon Progo. Dari hasil analisis konsultan, destinasi pariwisata kawasan
Yogyakarta dan sekitarnya yang akan menerima pengaruh KSPN Borobudur, antara
lain meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo. Hal
tersebut dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten/ Kota terhadap kondisi sosial
budaya dan lokasi-lokasi pusat pariwisata terkait dengan KSPN Borobudur. Kawasan
tambahan yang dapat berfungsi sebagai alternatif pengembangannya adalah kawasan
Kabupaten Bantul.

Untuk menghitung proyeksi kebutuhan air baku KSPN Borobudur pada Kawasan
Yogyakarta dan sekitarnya meliputi kebutuhan air untuk :

1. Kebutuhan air domestik

2. Kebutuhan air non domestik

3. Industri

Untuk melayani kebutuhan air baku guna memenuhi kebutuhan pariwisata,


dipertimbangkan dapat dipenuhi dengan memperhitungkan kebutuhan pada jam
puncak (1,75 Qr)

Proyeksi kebutuhan air untuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul untuk periode Tahun 2013-2033, telah dianalisis oleh
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.

Untuk kebutuhan air baku sampai dengan Tahun 2042, dilakukan oleh konsultan
dengan menggunakan analisis hitungan secara linear dari tahun-tahun sebelumnya.

DRAFT LAPORAN AKHIR 13


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kota Yogyakarta

1. Proyeksi jumlah penduduk Kota Yogyakarta

Tabel 14.6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Mantrijeron 31.660 31.981 32.306 32.633 32.964 33.299
2 Kecamatan Kraton 17.719 17.937 18.158 18.382 18.608 18.838
3 Kecamatan Mergangsan 29.645 29.926 30.209 30.494 30.182 31.073
4 Kecamatan Umbulharjo 77.808 78.725 79.653 80.592 81.543 82.504
5 Kecamatan Kotagede 31.605 32.005 32.410 32.820 33.236 33.657
6 Kecamatan Gondokusuman 46.167 47.047 47.945 48.859 49.791 50.741
7 Kecamatan Danurejan 18.652 18.947 19.247 19.552 19.862 20.176
8 Kecamatan Pakualaman 9.436 9.536 9.637 9.738 9.841 9.945
9 Kecamatan Gondomanan 13.223 13.399 13.577 13.758 13.940 14.126
10 Kecamatan Ngampilan 16.543 16.735 16.929 17.125 17.323 17.523
11 Kecamatan Wirobrajan 25.227 25.585 25.949 26.317 26.691 27.069
12 Kecamatan Gedongtengen 17.429 17.643 17.860 18.080 18.302 18.527
13 Kecamatan Jetis 23.767 24.031 24.299 24.570 24.843 25.120
14 Kecamatan Tegalrejo 35.409 35.831 36.258 36.691 37.128 37.570

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku (Contoh : Kecamatan Kraton)

Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan Kraton

Tabel 14.7. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan Kraton


KEBUTUHAN AIR
JUMLAH
KEBUTUHAN KEBUTUHAN
PENDUDUK KEBUTUHAN
TAHUN NON INDUSTRI TOTAL KEHILANGAN FAKTOR HARI FAKTOR JAM CAKUPAN TOTAL
KECAMATAN DOMESTIK
DOMESTIK (Ltr/Dtk ) (Ltr/Dtk ) AIR MAX PUNCAK PELAYANAN (Ltr/Dtk )
MLATI (Ltr/Dtk )
(Ltr/Dtk )
2013 17719 2460,97 369,15 246,10 3076,21 0,15 1,15 1,75 0,78 5553,22
2017 17937 2491,29 373,69 249,13 3114,11 0,15 1,15 1,75 0,78 5621,63
2021 18158 2521,98 378,30 252,20 3152,48 0,15 1,15 1,75 0,78 5690,89
2025 18382 2553,05 382,96 255,31 3191,32 0,15 1,15 1,75 0,78 5761,00
2029 18608 2584,51 387,68 258,45 3230,63 0,15 1,15 1,75 0,78 5831,98
2033 18838 2616,35 394,45 261,63 3270,44 0,15 1,15 1,75 0,78 5903,83

DRAFT LAPORAN AKHIR 14


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kota Yogyakarta

Tabel 14.8. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kota Yogyakarta

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Mantrijeron 9.922,34 10.023,01 10.124,71 10.227,43 10.331,20 10.436,03

2 Kecamatan Kraton 5.553,22 5.621,63 5.690,89 5.761,00 5.831,98 5.903,83

3 Kecamatan Mergangsan 9.291,04 9.378,87 9.467,53 9.557,03 9.647,38 9.738,58

4 Kecamatan Umbulharjo 24.385,40 24.672,89 24.963,76 25.258,07 25.555,84 25.857,13

5 Kecamatan Kotagede 9.905,10 10.030,49 10.157,47 10.286,05 10.416,27 10.548,13

6 Kecamatan Gondokusuman 14.468,85 14.744,84 15.026,10 15.312,72 15.604,81 15.902,46

7 Kecamatan Danurejan 5.845,49 5.938,09 6.032,15 6.127,70 6.224,76 6.323,37

8 Kecamatan Pakualaman 2.957,31 2.988,56 3.020,13 3.052,04 3.084,28 3.116,86

9 Kecamatan Gondomanan 4.144,24 4.199,32 4.255,12 4.311,67 4.368,97 4.427,03

10 Kecamatan Ngampilan 5.184,73 5.244,76 5.305,49 5.366,92 5.429,06 5.491,92

11 Kecamatan Wirobrajan 7.906,36 8.018,59 8.132,42 8.247,86 8.364,94 8.483,68

12 Kecamatan Gedongtengen 5.462,32 5.529,45 5.597,41 5.666,21 5.735,85 5.806,34

13 Kecamatan Jetis 7.448,58 7.531,54 7.615,43 7.700,26 7.786,02 7.872,75

14 Kecamatan Tegalrejo 11.097,44 11.299,71 11.363,56 11.499,00 11.636,06 11.774,75

TOTAL 123.572,42 125.221,75 126.752,17 128.373,96 130.017,42 131.682,86

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 15


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kabupaten Sleman

1. Proyeksi Jumlah penduduk Kabupaten Sleman

Tabel 14.9. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Gamping 96.804 101.048 105.478 110.101 114.928 119.966
2 Kecamatan Gadean 75.803 76.917 78.048 79.195 80.359 81.540
3 Kecamatan Mayudan 38.051 38.682 39.323 39.975 40.637 41.311
4 Kecamatan Minggir 39.030 39.276 39.524 39.774 40.025 40.278
5 Kecamatan Sayegan 54.391 55.608 56.852 58.124 59.425 60.755
6 Kecamatan Mlati 98.048 99.578 101.132 102.710 104.313 105.941
7 Kecamatan Depok 132.145 134.928 137.769 140.670 143.632 146.657
8 Kecamatan Berbah 51.446 52.959 54.518 56.122 57.773 59.473
9 Kecamatan Prambanan 64.052 65.605 67.196 68.826 70.495 72.204
10 Kecamatan Kalasan 75.876 80.805 86.054 91.644 97.597 103.936
11 Kecamatan Ngemplak 62.456 64.325 66.066 67.948 69.884 71.875
12 Kecamatan Ngaglik 101.122 104.797 108.606 112.553 116.643 120.883
13 Kecamatan Sleman 70.277 72.169 74.112 76.107 78.156 80.260
14 Kecamatan Tempel 50.153 51.510 52.905 54.337 55.808 57.319
15 Kecamatan Turi 40.451 41.152 41.866 42.592 43.330 44.081
16 Kecamatan Pakem 38.697 39.594 40.512 41.450 42.411 43.394
17 Kecamatan Cangkringan 33.421 33.788 34.158 34.533 34.911 35.294

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan (Contoh: Kecamatan Mlati)

Tabel 14.10. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan Mlati

DRAFT LAPORAN AKHIR 16


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEBUTUH AN AIR
JUMLAH
KEBUTUH AN KEBUTUH AN
PENDUDUK KEBUTUH AN
TAH UN NON INDUSTRI TOTAL KEH ILANGAN FAKTOR H ARI FAKTOR JAM CAKUPAN TOTAL
KECAMATAN DOMESTIK
DOMESTIK (Ltr/ Dtk ) (Ltr/ Dtk ) AIR MAX PUNCAK PELAYANAN (Ltr/ Dtk )
MLATI (Ltr/ Dtk )
(Ltr/ Dtk )
2013 98048 125,96 18,89 6,30 151,16 0,15 1,15 1,75 0,62 216,90
2017 99578 127,93 19,19 6,40 153,52 0,15 1,15 1,75 0,62 220,28
2021 101132 131,68 19,75 6,58 158,02 0,15 1,15 1,75 0,62 226,74
2025 102710 133,74 20,06 6,69 160,48 0,15 1,15 1,75 0,62 230,28
2029 104313 135,82 20,37 6,79 162,99 0,15 1,15 1,75 0,62 233,87
2033 105941 137,94 20,69 6,90 165,53 0,15 1,15 1,75 0,62 237,52

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kabupaten Sleman

Tabel 14.11. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kabupaten Sleman

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Gamping 214,15 226,55 236,49 246,85 257,67 268,97
2 Kecamatan Gadean 167,69 170,15 172,65 175,19 177,77 180,38
3 Kecamatan Mayudan 84,18 85,57 86,99 88,43 89,90 91,39
4 Kecamatan Minggir 86,34 86,89 87,43 87,99 88,54 89,10
5 Kecamatan Sayegan 120,32 123,01 125,77 128,58 131,46 134,40
6 Kecamatan Mlati 216,90 220,28 226,74 230,28 233,87 237,52
7 Kecamatan Depok 296,28 302,52 308,89 315,39 322,03 328,81
8 Kecamatan Berbah 113,81 117,15 120,60 124,15 127,80 131,56
9 Kecamatan Prambanan 141,69 145,13 148,65 152,25 155,95 159,73
10 Kecamatan Kalasan 167,85 178,75 190,36 202,73 215,90 233,03
11 Kecamatan Ngemplak 138,16 142,10 146,15 150,31 154,59 159,00
12 Kecamatan Ngaglik 226,72 234,96 243,50 252,35 261,52 271,02
13 Kecamatan Sleman 155,46 159,65 163,95 168,36 172,89 177,55
14 Kecamatan Tempel 110,95 113,95 117,03 120,20 123,46 126,80
15 Kecamatan Turi 89,48 91,04 92,61 94,22 95,85 97,51
16 Kecamatan Pakem 85,60 87,59 89,62 91,69 93,82 95,99
17 Kecamatan Cangkringan 73,93 74,74 75,56 76,39 77,23 78,08
TOTAL 2.489,51 2.560,04 2.632,99 2.705,37 2.780,25 2.860,84

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 17


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Kebutuhan Air (Water Distric DAS Progo)

Tabel 14.12. Kebutuhan Air Water Districk DAS Progo


Physical KEBUTUHAN AIR (M3/DTK)
Kode
No Water District Area Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember KETERANGAN
WD [Ha] 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 Jombor 9.981.76 3.20 1.48 0.91 0.67 0.51 0.60 0.89 1.15 1.11 1.16 1.12 1.14 1.07 1.01 0.77 0.84 0.55 0.76 0.76 0.52 3.06 5.90 8.03 7.65
2 2 Badran Kiri 13.703.74 1.03 0.66 0.59 0.63 0.61 0.45 0.57 0.68 0.66 0.67 0.62 0.66 0.57 0.55 0.43 0.47 0.30 0.43 0.46 0.32 1.27 2.38 3.15 3.23
3 3 Catgawen IV 3.615.74 0.45 0.37 0.26 0.21 0.19 0.42 0.40 0.44 0.45 0.46 0.42 0.51 0.56 0.54 0.49 0.50 0.51 0.60 0.60 0.50 1.05 1.49 1.91 1.80
4 4 Murung 10.472.95 0.97 0.60 0.61 0.45 0.45 0.50 0.48 0.58 0.55 0.52 0.48 0.51 0.44 0.42 0.33 0.36 0.24 0.34 0.35 0.34 0.76 1.25 1.36 1.15
5 5 Galeh 6.427.80 0.51 0.34 0.23 0.19 0.23 0.57 0.38 0.40 0.39 0.42 0.37 0.43 0.38 0.35 0.30 0.30 0.25 0.28 0.28 0.15 0.80 1.29 1.67 1.55
6 6 Pacar 8.193.49 0.72 0.61 0.42 0.34 0.41 0.71 0.60 0.66 0.69 0.66 0.63 0.68 0.62 0.59 0.47 0.50 0.37 0.46 0.44 0.24 1.41 2.32 3.08 2.78
7 7 Gemilang 6.490.24 0.51 0.43 0.30 0.24 0.22 0.38 0.46 0.55 0.52 0.53 0.50 0.52 0.53 0.46 0.42 0.38 0.34 0.36 0.37 0.26 1.03 1.71 2.16 1.91
8 8 Sumberan 4.795.09 0.81 0.63 0.63 0.31 0.39 0.39 0.29 0.37 0.37 0.34 0.31 0.34 0.29 0.28 0.22 0.24 0.15 0.22 0.22 0.20 0.68 1.27 1.64 1.52
9 9 Plered 7.683.93 0.67 0.55 0.54 0.29 0.20 0.45 0.37 0.43 0.44 0.39 0.38 0.43 0.35 0.34 0.27 0.29 0.18 0.27 0.28 0.25 0.78 1.46 1.99 1.86
10 10 Balong 14.566.13 0.42 0.33 0.21 0.24 0.38 0.29 0.41 0.36 0.37 0.34 0.37 0.31 0.31 0.25 0.27 0.18 0.25 0.25 0.24 0.68 1.23 1.70 1.70 2.44
11 11 Kaweron 9.581.03 0.32 0.27 0.19 0.15 0.13 0.14 0.19 0.21 0.22 0.22 0.21 0.21 0.23 0.21 0.20 0.18 0.16 0.17 0.17 0.14 0.56 0.84 1.11 0.75
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 0.38 0.31 0.24 0.21 0.24 0.29 0.41 0.50 0.52 0.51 0.47 0.46 0.48 0.41 0.39 0.36 0.31 0.33 0.35 0.34 0.62 1.01 1.28 1.08
13 13 Wiji 16.442.28 0.85 0.72 0.48 0.38 0.37 0.72 0.89 1.21 1.04 1.30 1.05 1.07 1.16 0.94 0.94 0.83 0.72 0.76 0.80 0.53 1.92 2.98 3.93 2.50
14 14 Loning 10.058.20 0.49 0.42 0.29 0.23 0.21 0.28 0.39 0.46 0.44 0.52 0.46 0.45 0.50 0.43 0.41 0.37 0.33 0.34 0.35 0.31 0.82 1.40 1.91 1.56
15 15 Soti 8.590.27 0.23 0.20 0.16 0.16 0.14 0.18 0.22 0.26 0.25 0.27 0.24 0.24 0.26 0.22 0.21 0.20 0.18 0.18 0.19 0.16 0.40 0.59 0.63 0.44
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.42 0.38 0.32 0.29 0.29 0.39 0.50 0.57 0.53 0.59 0.54 0.51 0.56 0.49 0.47 0.44 0.40 0.42 0.42 0.41 0.71 1.10 1.24 1.16
17 17 Progo Magelang 3.525.31 0.58 0.54 0.47 0.44 0.44 0.54 0.65 0.74 0.69 0.74 0.69 0.67 0.72 0.65 0.63 0.59 0.62 0.78 0.86 0.81 1.05 1.33 1.54 1.36
18 18 Blongkeng 23.889.36 0.71 0.59 0.40 0.31 0.28 0.39 0.62 0.79 0.75 0.82 0.69 0.74 0.76 0.64 0.60 0.53 0.45 0.48 0.47 0.44 1.44 2.09 2.85 2.26
19 19 Mangu 6.849.30 0.44 0.38 0.27 0.21 0.20 0.28 0.44 0.55 0.49 0.55 0.48 0.46 0.51 0.43 0.41 0.36 0.32 0.34 0.34 0.27 0.87 1.29 1.43 1.04
20 20 Krasak 5.020.00 1.82 0.94 0.32 0.26 0.23 0.61 0.81 1.34 1.79 1.56 1.32 1.42 1.66 1.33 0.97 0.63 0.56 0.59 0.66 0.65 1.49 2.03 2.43 2.41
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 1.01 0.86 0.60 0.48 0.76 0.92 1.68 2.63 2.68 2.89 2.44 2.27 2.37 1.50 1.19 0.85 0.68 0.71 0.65 0.72 2.16 3.71 4.88 4.48
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 1.60 0.73 0.41 0.34 0.59 0.59 1.06 1.49 1.99 1.80 1.53 1.65 1.87 1.57 1.17 0.81 0.80 0.92 0.98 0.95 1.78 2.36 2.84 3.11
23 26 Tinalah 6.821.69 0.17 0.09 0.08 0.05 0.09 0.11 0.20 0.27 0.32 0.31 0.28 0.27 0.26 0.16 0.12 0.08 0.06 0.07 0.08 0.08 0.18 0.31 0.40 0.27
24 27 Kalibawang 6.680.08 0.29 0.31 0.29 0.23 0.78 0.28 0.33 1.57 3.03 3.28 2.64 2.45 2.11 1.54 1.52 1.84 2.42 2.76 2.74 2.20 1.05 0.35 0.25 1.47
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.21 0.20 0.18 0.16 0.13 0.12 0.17 0.23 0.25 0.23 0.20 0.19 0.19 0.12 0.10 0.07 0.06 0.06 0.07 0.07 0.15 0.25 0.34 0.29
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 1.09 0.67 0.61 0.48 1.33 0.58 0.71 1.46 4.29 4.78 5.80 5.28 3.99 3.55 3.49 4.38 6.88 7.93 10.35 8.18 4.38 0.67 0.51 2.03
27 30 Bedog 6.577.46 1.05 0.76 0.57 0.48 0.75 0.79 1.43 1.92 2.18 1.96 1.68 1.67 1.74 1.39 1.08 0.79 0.66 0.69 0.68 0.71 1.79 2.83 3.89 3.41
28 34 Konteng 4.256.94 1.11 0.72 0.51 0.42 0.79 0.73 1.39 2.02 2.21 1.99 1.67 1.51 1.70 1.34 1.06 0.78 0.64 0.68 0.66 0.71 1.87 2.83 3.93 3.16
29 42 Pajangan 6.099.39 0.72 0.43 0.34 0.30 0.48 0.45 0.72 1.01 1.09 0.98 0.85 0.89 0.88 0.70 0.57 0.44 0.38 0.39 0.41 0.41 0.94 1.57 1.78 1.73
30 43 Papah 8.794.08 0.80 0.43 0.32 0.24 0.54 0.69 1.23 1.94 2.06 1.93 1.69 1.72 1.58 0.86 0.70 0.48 0.37 0.40 0.43 0.43 1.25 2.17 1.97 1.51
31 48 Sapon 4.044.68 0.78 0.33 0.21 0.16 0.37 0.47 0.90 1.48 1.57 1.46 1.28 1.30 1.21 0.69 0.54 0.38 0.29 0.31 0.34 0.35 0.95 1.84 2.03 1.39
32 52 Kebonongan 4.288.90 1.03 0.78 0.96 1.05 0.92 0.58 1.04 1.50 1.54 1.40 1.19 1.27 1.28 1.00 0.78 0.57 0.48 0.50 0.53 0.53 1.31 2.05 2.71 1.44

Kebutuhan Air 253.967.09 25.38 17.07 12.92 10.61 13.61 14.89 20.85 29.80 35.50 35.56 32.63 32.23 31.11 24.94 21.51 20.04 20.91 23.79 26.55 22.84 39.74 56.38 70.55 64.72
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 18


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
5. Kebutuhan Air RKI di Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 19


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

Gambar 14.3. Kebutuhan Air RKI di Wilayah Sungai Progo Opak Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 20


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran kebutuhan air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang yang meliputi kebutuhan untuk komersial, industri, irigasi dan
kebutuhan domestik seperti diuraikan pada gambar sebagai berikut:

Kebutuhan Komersial &


Industri 60
Kebutuhan Irigasi
50
Kebutuhan Domestik
0.697 1.247 1.447 1.619 1.708
40
m3/dt
30 33.074 31.68 30.323
34.998 33.764
20

10
9.297 10.755 12.218 13.574
7.475
0
2015 2020 2025 2030 2035
Tahun

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

Gambar 14.4. Kebutuhan Air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 21


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kabupaten Bantul

1. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

Tabel 14.13. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Srandakan 28.764 28.958 29.153 29.350 29.547 29.746
2 Kecamatan Sanden 29.821 29.976 30.132 30.289 30.447 30.605
3 Kecamatan Kretek 29.484 29.809 30.137 30.469 30.805 31.145
4 Kecamatan Pundong 31.891 32.118 32.345 32.575 32.806 33.039
5 Kecamatan Bambanglipuro 37.631 37.934 38.240 38.548 38.859 39.172
6 Kecamatan Pandak 48.123 45.857 48.994 49.435 49.880 50.329
7 Kecamatan Bantul 60.236 53.497 62.202 63.209 64.233 65.273
8 Kecamatan Jetis 52.705 53.497 54.301 55.117 55.945 56.786
9 Kecamatan Imogiri 56.855 57.499 58.150 58.809 59.475 60.148
10 Kecamatan Dlingo 35.831 36.161 36.494 36.830 37.170 37.512
11 Kecamatan Pleret 44.199 45.151 46.123 47.115 48.130 49.166
12 Kecamatan Piyungan 50.209 51.811 53.464 55.169 56.929 58.745
13 Kecamatan Banguntapan 125.070 130.352 135.857 141.594 147.574 153.806
14 Kecamatan Sewon 107.055 109.816 112.648 115.554 118.534 121.591
15 Kecamatan Kasihan 114.583 118.428 122.401 126.508 130.752 135.139
16 Kecamatan Pajangan 33.585 34.336 35.103 35.887 36.689 37.509
17 Kecamatan Sedayu 45.149 45.861 46.583 47.317 48.062 48.819

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan (Contoh: Kec. Bantul)

Tabel 14.14. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kecamatan Bantul


KEBUTUH A N A IR
JUMLA H
KEBUTUH A N KEBUTUH A N
PENDUDUK KEBUTUH A N
TA H UN NON INDUSTRI TOTA L KEH ILA NGA N FA KTOR H A RI FA KTOR JA M CA KUPA N TOTA L
KECA MA TA N DOMESTIK
DOMESTIK (Ltr/ Dtk ) (Ltr/ Dtk ) A IR MA X PUNCA K PELA YA NA N (Ltr/ Dtk )
MLA TI (Ltr/ Dtk )
(Ltr/ Dtk )
2013 60236 77,39 11,61 3,87 92,86 0,15 1,15 1,75 0,62 216,90
2017 61211 78,64 11,80 3,93 94,37 0,15 1,15 1,75 0,62 220,28
2021 62202 79,91 11,99 4,00 95,90 0,15 1,15 1,75 0,62 226,74
2025 63209 81,21 12,18 4,06 97,45 0,15 1,15 1,75 0,62 230,28
2029 64233 82,52 12,38 4,13 99,03 0,15 1,15 1,75 0,62 233,87
2033 65273 83,86 12,58 4,19 100,63 0,15 1,15 1,75 0,62 237,52

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 22


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kabupaten Bantul

Tabel 14.15. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku (Ltr/Dtk) Kabupaten Bantul

TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Srandakan 63,63 64,06 64,49 64,49 65,36 65,80
2 Kecamatan Sanden 65,97 66,31 66,66 67,00 67,35 67,70
3 Kecamatan Kretek 65,22 65,94 66,67 67,40 68,15 68,90
4 Kecamatan Pundong 70,55 71,05 71,55 72,06 72,57 73,09
5 Kecamatan Bambanglipuro 83,25 83,92 84,59 85,27 85,96 86,65
6 Kecamatan Pandak 106,46 107,41 108,38 109,36 110,34 111,34
7 Kecamatan Bantul 133,25 135,41 137,60 139,83 142,09 144,39
8 Kecamatan Jetis 116,59 118,34 120,12 121,93 123,76 125,62
9 Kecamatan Imogiri 125,77 127,20 128,64 130,09 131,57 133,06
10 Kecamatan Dlingo 79,26 79,99 80,73 81,47 82,23 82,98
11 Kecamatan Pleret 97,78 99,88 102,03 104,23 106,47 108,76
12 Kecamatan Piyungan 111,07 114,61 118,27 122,04 125,94 129,95
13 Kecamatan Banguntapan 280,41 292,26 304,60 317,46 330,87 344,84
14 Kecamatan Sewon 240,02 246,21 252,56 259,08 265,76 272,61
15 Kecamatan Kasihan 256,90 265,52 274,43 283,64 293,15 302,99
16 Kecamatan Pajangan 74,30 75,96 77,65 79,39 81,16 82,98
17 Kecamatan Sedayu 99,88 101,45 103,05 104,67 106,32 107,99
TOTAL 2.070,31 2.115,53 2.162,03 2.209,42 2.259,05 2.309,66

INVENTARISASI KETERSEDIAAN AIR

Data Ketersediaan Sumber Air Baku

1. Data Klimatologi

Di Wilayah Sungai Progo Opak Serang (POS) beriklim tropis, dengan musim hujan
antara Bulan Oktober s/d Maret, dan musim kering antara Bulan April s/d
September. Jumlah hujan per tahun di Wilayah Sungai POS bervariasi antara 1.700
mm sampai dengan 4.000 mm per tahun, dengan variasi bulanan antaar 33 s/d
385 mm. Suhu antara di Wilayah Sungai POS berkisar antara 24,51°C sampai
dengan 26,24°C dengan nilai rerata sebesar 26°C, sedangkan kelembabannya yang
terjadi berkisar antara 66,76% sampai dengan 98,99% dengan rerata sebesar
87,70%. Kecepatan angin nilainya berkisar antara 5,5 km/jam sampai 234 km/jam,
dengan nilai rata-rata sebesar 47,17 km/jam sedangkan penyinaran matahari rata-
rata adalah 43,16% dengan variasi antara 31,03% s/d 79,64%.

DRAFT LAPORAN AKHIR 23


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Data Air Tanah

Ketersediaan air tanah di Wilayah Sungai POS terdiri dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan, seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 14.16. Potensi Air Tanah di Ws Progo-Opak-Serang

Q (Juta m3/Tahun)
NAMA/LOKASI CEKUNGAN
AIR TANAH AIR TANAH BEBAS AIR TANAH TERTEKAN
Magelang – Temanggung 872 14
Yogyakarta - Sleman 504 9
Wates 38 -
Wonosari 463 -

Sumber : Pusat Pengembangan Geologi Tahun 2010

Peta dari Cekungan Air Tanah (CAT)yang masuk dalam WS POS dan sekitarnya
dapat disajikan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 24


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011

Gambar 14.5. Peta Cekungan Air Tanah di WS Progo-Opak-Serang

Menurut Peta Hidrologi Skala 1:250.000 lembar Yogyakarta (Direktorat Geologi


Tata Lingkungan, 1985) di kabupaten Magelang dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) satuan berdasarkan sifat pengaliran atau keluarnya air tanah.

1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

1. Akuifer produktivitas tinggi dan penyebaran luas, permeabilitas sedang sampai tinggi. Debit
sumur umumnya lebih besar dari 10 l/det, terdapat di daerah selatan Kecamatan salam.

2. Akuifer produktivitas sedang dengan penyebaran luas, permeabilitas rendah sampai sedang.
Muka air tanah beragam dari dekat muka air tanah sampai lebih dari 5 meter, debit sumur
kurang dari 5 l/det, tersebar di daerah Borobudur.

3. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir

4. Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas, kelulusan dan kedalaman muka air
tanah bervariatif, debit aliran sumur lebih dari 5 ltr/dtk Pada satuan ini banyak dijumpai
mata air dengan debit bervariatif, mulai 10 l/det hingga lebih dari 500 ltr/dtk

5. Akuifer dengan produktivitas sedang penyebaran luas, kelulusan sangat beragam, muka air
tanah bebas, umumnya dalam dan debit aliran sumur kurang dari 5 ltr/dtk

6. Akuifer setempat produktivitas rendah, kelulusan beragam, air tanah sulit dimanfaatkan
karena kedalamannya, dan mata air berdebit kecil.

7. Akuifer dengan produktivitas kecil dan daerah langka air tanah terdapat di bagian bawah
perbukitan Menoreh dan bagian utara dari DAS Progo Hulu.

Sebagai daerah yang dikelilingi gunung-gunung, wilayah Kabupaten Magelang


kaya akan cadangan air tanah yang keluar sebagai mata air di permukaan. Dalam
neraca air tanah dangkal/bebas yang dimanfaatkan sebanyak 1492,99 juta
m3/tahun, jumlah mata air di Kabupaten Magelang sebanyak 185 mat air.

Berdasrkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2014, jumlah mata air yang
digunakan oleh PDAM adalah sebanyak 18 mata air.

8. Air Permukaan

Data debit dari sungai-sungai yang melintasi Kabupaten Magelang adalah seperti
diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 14.17. Data Debit Sungai-Sungai yang Melintasi di Kabupaten Magelang

DRAFT LAPORAN AKHIR 25


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DEBIT (m3/det)
NO SUNGAI
MAKSIMUM MINIMUM
1 Progo 120,0 30
2 Elo 113,0 7,0
3 Pabelan 140,0 12,0
4 Blongkeng 120,0 10,0
5 Lamat 66,0 5,5
6 Putih 125,0 8,0
7 Bebeng 225,0 15,0
8 Batang 55,0 5,5
9 Krasak 145,0 9,5
10 Tangsi 125,0 8,0

Sumber : Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Magelang, 2014

Potensi Ketersediaan Air Baku

Potensi ketersediaan air baku yang dinyatakan dalam debit andalan di DAS Progo per
2 (dua) mingguan berkisar antara 32,48 m3/dt -280 m3/dt. Dari 32 (tiga puluh dua)
Water District (WD) terdapat 5 (lima) water district yang mempunyai debit andalan
cukup besar, berkisar antara 8,54 m3/dt s/d 11,50 m3/dt yaitu WD Wiji, WD
Blongkong, WD Krasak, WD Kalibawang dan WD Van Der Wijck, seperti diuraikan pada
tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 26


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 14.18. Ketersediaan Air/Debit Andalan Water District DAS Progo

DRAFT LAPORAN AKHIR 27


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Physical KEBUTUHAN AIR (M3/DTK)
Kode
No Water District Area Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember KETERANGAN
WD [Ha] 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 Jombor 9.981.76 3.20 1.48 0.91 0.67 0.51 0.60 0.89 1.15 1.11 1.16 1.12 1.14 1.07 1.01 0.77 0.84 0.55 0.76 0.76 0.52 3.06 5.90 8.03 7.65
2 2 Badran Kiri 13.703.74 1.03 0.66 0.59 0.63 0.61 0.45 0.57 0.68 0.66 0.67 0.62 0.66 0.57 0.55 0.43 0.47 0.30 0.43 0.46 0.32 1.27 2.38 3.15 3.23
3 3 Catgawen IV 3.615.74 0.45 0.37 0.26 0.21 0.19 0.42 0.40 0.44 0.45 0.46 0.42 0.51 0.56 0.54 0.49 0.50 0.51 0.60 0.60 0.50 1.05 1.49 1.91 1.80
4 4 Murung 10.472.95 0.97 0.60 0.61 0.45 0.45 0.50 0.48 0.58 0.55 0.52 0.48 0.51 0.44 0.42 0.33 0.36 0.24 0.34 0.35 0.34 0.76 1.25 1.36 1.15
5 5 Galeh 6.427.80 0.51 0.34 0.23 0.19 0.23 0.57 0.38 0.40 0.39 0.42 0.37 0.43 0.38 0.35 0.30 0.30 0.25 0.28 0.28 0.15 0.80 1.29 1.67 1.55
6 6 Pacar 8.193.49 0.72 0.61 0.42 0.34 0.41 0.71 0.60 0.66 0.69 0.66 0.63 0.68 0.62 0.59 0.47 0.50 0.37 0.46 0.44 0.24 1.41 2.32 3.08 2.78
7 7 Gemilang 6.490.24 0.51 0.43 0.30 0.24 0.22 0.38 0.46 0.55 0.52 0.53 0.50 0.52 0.53 0.46 0.42 0.38 0.34 0.36 0.37 0.26 1.03 1.71 2.16 1.91
8 8 Sumberan 4.795.09 0.81 0.63 0.63 0.31 0.39 0.39 0.29 0.37 0.37 0.34 0.31 0.34 0.29 0.28 0.22 0.24 0.15 0.22 0.22 0.20 0.68 1.27 1.64 1.52
9 9 Plered 7.683.93 0.67 0.55 0.54 0.29 0.20 0.45 0.37 0.43 0.44 0.39 0.38 0.43 0.35 0.34 0.27 0.29 0.18 0.27 0.28 0.25 0.78 1.46 1.99 1.86
10 10 Balong 14.566.13 0.42 0.33 0.21 0.24 0.38 0.29 0.41 0.36 0.37 0.34 0.37 0.31 0.31 0.25 0.27 0.18 0.25 0.25 0.24 0.68 1.23 1.70 1.70 2.44
11 11 Kaweron 9.581.03 0.32 0.27 0.19 0.15 0.13 0.14 0.19 0.21 0.22 0.22 0.21 0.21 0.23 0.21 0.20 0.18 0.16 0.17 0.17 0.14 0.56 0.84 1.11 0.75
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 0.38 0.31 0.24 0.21 0.24 0.29 0.41 0.50 0.52 0.51 0.47 0.46 0.48 0.41 0.39 0.36 0.31 0.33 0.35 0.34 0.62 1.01 1.28 1.08
13 13 Wiji 16.442.28 0.85 0.72 0.48 0.38 0.37 0.72 0.89 1.21 1.04 1.30 1.05 1.07 1.16 0.94 0.94 0.83 0.72 0.76 0.80 0.53 1.92 2.98 3.93 2.50
14 14 Loning 10.058.20 0.49 0.42 0.29 0.23 0.21 0.28 0.39 0.46 0.44 0.52 0.46 0.45 0.50 0.43 0.41 0.37 0.33 0.34 0.35 0.31 0.82 1.40 1.91 1.56
15 15 Soti 8.590.27 0.23 0.20 0.16 0.16 0.14 0.18 0.22 0.26 0.25 0.27 0.24 0.24 0.26 0.22 0.21 0.20 0.18 0.18 0.19 0.16 0.40 0.59 0.63 0.44
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.42 0.38 0.32 0.29 0.29 0.39 0.50 0.57 0.53 0.59 0.54 0.51 0.56 0.49 0.47 0.44 0.40 0.42 0.42 0.41 0.71 1.10 1.24 1.16
17 17 Progo Magelang 3.525.31 0.58 0.54 0.47 0.44 0.44 0.54 0.65 0.74 0.69 0.74 0.69 0.67 0.72 0.65 0.63 0.59 0.62 0.78 0.86 0.81 1.05 1.33 1.54 1.36
18 18 Blongkeng 23.889.36 0.71 0.59 0.40 0.31 0.28 0.39 0.62 0.79 0.75 0.82 0.69 0.74 0.76 0.64 0.60 0.53 0.45 0.48 0.47 0.44 1.44 2.09 2.85 2.26
19 19 Mangu 6.849.30 0.44 0.38 0.27 0.21 0.20 0.28 0.44 0.55 0.49 0.55 0.48 0.46 0.51 0.43 0.41 0.36 0.32 0.34 0.34 0.27 0.87 1.29 1.43 1.04
20 20 Krasak 5.020.00 1.82 0.94 0.32 0.26 0.23 0.61 0.81 1.34 1.79 1.56 1.32 1.42 1.66 1.33 0.97 0.63 0.56 0.59 0.66 0.65 1.49 2.03 2.43 2.41
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 1.01 0.86 0.60 0.48 0.76 0.92 1.68 2.63 2.68 2.89 2.44 2.27 2.37 1.50 1.19 0.85 0.68 0.71 0.65 0.72 2.16 3.71 4.88 4.48
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 1.60 0.73 0.41 0.34 0.59 0.59 1.06 1.49 1.99 1.80 1.53 1.65 1.87 1.57 1.17 0.81 0.80 0.92 0.98 0.95 1.78 2.36 2.84 3.11
23 26 Tinalah 6.821.69 0.17 0.09 0.08 0.05 0.09 0.11 0.20 0.27 0.32 0.31 0.28 0.27 0.26 0.16 0.12 0.08 0.06 0.07 0.08 0.08 0.18 0.31 0.40 0.27
24 27 Kalibawang 6.680.08 0.29 0.31 0.29 0.23 0.78 0.28 0.33 1.57 3.03 3.28 2.64 2.45 2.11 1.54 1.52 1.84 2.42 2.76 2.74 2.20 1.05 0.35 0.25 1.47
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.21 0.20 0.18 0.16 0.13 0.12 0.17 0.23 0.25 0.23 0.20 0.19 0.19 0.12 0.10 0.07 0.06 0.06 0.07 0.07 0.15 0.25 0.34 0.29
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 1.09 0.67 0.61 0.48 1.33 0.58 0.71 1.46 4.29 4.78 5.80 5.28 3.99 3.55 3.49 4.38 6.88 7.93 10.35 8.18 4.38 0.67 0.51 2.03
27 30 Bedog 6.577.46 1.05 0.76 0.57 0.48 0.75 0.79 1.43 1.92 2.18 1.96 1.68 1.67 1.74 1.39 1.08 0.79 0.66 0.69 0.68 0.71 1.79 2.83 3.89 3.41
28 34 Konteng 4.256.94 1.11 0.72 0.51 0.42 0.79 0.73 1.39 2.02 2.21 1.99 1.67 1.51 1.70 1.34 1.06 0.78 0.64 0.68 0.66 0.71 1.87 2.83 3.93 3.16
29 42 Pajangan 6.099.39 0.72 0.43 0.34 0.30 0.48 0.45 0.72 1.01 1.09 0.98 0.85 0.89 0.88 0.70 0.57 0.44 0.38 0.39 0.41 0.41 0.94 1.57 1.78 1.73
30 43 Papah 8.794.08 0.80 0.43 0.32 0.24 0.54 0.69 1.23 1.94 2.06 1.93 1.69 1.72 1.58 0.86 0.70 0.48 0.37 0.40 0.43 0.43 1.25 2.17 1.97 1.51
31 48 Sapon 4.044.68 0.78 0.33 0.21 0.16 0.37 0.47 0.90 1.48 1.57 1.46 1.28 1.30 1.21 0.69 0.54 0.38 0.29 0.31 0.34 0.35 0.95 1.84 2.03 1.39
32 52 Kebonongan 4.288.90 1.03 0.78 0.96 1.05 0.92 0.58 1.04 1.50 1.54 1.40 1.19 1.27 1.28 1.00 0.78 0.57 0.48 0.50 0.53 0.53 1.31 2.05 2.71 1.44

Kebutuhan Air 253.967.09 25.38 17.07 12.92 10.61 13.61 14.89 20.85 29.80 35.50 35.56 32.63 32.23 31.11 24.94 21.51 20.04 20.91 23.79 26.55 22.84 39.74 56.38 70.55 64.72
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)

DRAFT LAPORAN AKHIR 28


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 29


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN

Gambaran Pemanfaatan Air Baku

1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku Kota Magelang

Sejak tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No. 9


Tahun 2001 Tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Magelang,
Perusahaan Daerah ini diberi nama “Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Gemilang” Kabupaten Magelang.

Area wilayah pelayanan PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang meliputi 15


Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di kabupaten Magelang.

Sumber Air Baku.

Air baku yang diambil sebagai sumber air PDAM meliputi 16 mata air dan sumur
dalam. Untuk lebih jelasnya sumber air baku tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 30


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 14.19. Sumber Air Baku PDAM Tirta Gemilang Tahun 2013

LOKASI TITIK KOORDINAT


NO NAMA SUMBER
DESA KECAMATAN S (GARIS LINTANG) E (GARIS BUJUR)

1 MA. Sijajurang Bumirejo Kaliangkrik 7o28'59.62" 110o08'46.46"


2 MA. Silincat Ketangi Kaliangkrik 7o28'57.13" 110o08'47.49"
3 MA. Semaren Sawangan Sawangan 7o31'56.30" 110o18'47.01"
4 MA. Banyutemumpang Krogowanan Sawangan 7o32'06.40" 110o20'02.60"
5 MA. Tlogorejo Tlogorejo Grabag 7o22'11.10" 110o21'29.80"
6 MA. Citrosono Citrosono Grabag 7o21'39.50" 110o20'07.20"
7 MA. Blambangan Mungkid Mungkid 7o33'10.97" 110o15'27.44"
8 MA. Combrang Paremono Mungkid 7o35'11.59" 110o14'31.24"
9 MA. Karangampel Tampir Wetan Candimulyo 7o31'30.40" 110o16'49.20"
10 MA. Sidandang Pakis Pakis 7o25'33.76" 110o23'25.32"
11 MA. Lebak Lebak Grabag 7o25'48.90" 110o17'21.30"
12 MA. Sidosari Sidosari Salaman 7o31'35.70" 110o06'38.90"
13 MA. Sipragak Mangunrejo Kajoran ‐ ‐
14 MA. Nglimut Pagergunung Ngablak 7o21'26.22" 110o22'42.65"
15 MA. Sigandulan Sukorejo Kajoran 7o28'25.61" 110o05'12.16"
16 MA. Kanoman Sidomulyo Candimulyo 7o30'09.00" 110o14'28.00"
17 SD. Gento ‐ ‐ ‐ ‐
Sumber Rencana Induk Pengembangan SPAM (RISPAM) Kabupaten Magelang, Tahun 2014.

DRAFT LAPORAN AKHIR 31


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Lanjutan Tabel 2.3
ELEVASI (m DPAL)
DEBIT MA/SD DEBIT DIAMBIL BEDA TINGGI
NO NAMA SUMBER DAERAH SISTEM PENGALIRAN
(l/dt) (l/dt) SUMBER (m)
PELAYANAN

1 MA. Sijajurang 150,00 562,00 272,00 290 Gravitasi


176,51
2 MA. Silincat 50,00 559,14 295,00 264,14 Gravitasi
3 MA. Semaren 200,00 146,41 543,00 302,00 241 Gravitasi
4 MA. Banyutemumpang 100,00 10,88 605,00 402,00 203 Gravitasi
5 MA. Tlogorejo 85,00 45,47 835,00 691,00 144 Gravitasi
6 MA. Citrosono 250,00 144,50 652,87 454,00 198,87 Gravitasi
7 MA. Blambangan 200,00 45,67 344,00 253,00 91 Gravitasi
8 MA. Combrang 80,00 14,85 296,00 246,00 50 Gravitasi
9 MA. Karangampel 200,00 54,56 396,18 324,00 72,18 Gravitasi
10 MA. Sidandang 30,00 2,93 1.395,00 457,00 938 Gravitasi
11 MA. Lebak 100,00 10,17 508,00 457,00 51 Gravitasi
12 MA. Sidosari 50,00 12,52 388,00 281,00 107 Gravitasi
13 MA. Sipragak 30,00 7,36 591,00 359,00 232 Gravitasi
14 MA. Nglimut 60,00 22,44 753,55 691,00 62,55 Gravitasi

DRAFT LAPORAN AKHIR 32


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15 MA. Sigandulan 50,00 17,78 782,00 359,00 423 Gravitasi
16 MA. Kanoman 605,00 43,78 314,00 358,00 ‐44 Pompa
17 SD. Gento 7,00 2,55 ‐ ‐ ‐ Pompa

Sumber Rencana Induk Pengembangan SPAM (RISPAM) Kabupaten Magelang, Tahun 2014.

DRAFT LAPORAN AKHIR 33


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber air baku untuk Kawasan Borobudur berasal dari mata air Blambangan
yang berlokasi di Desa Mungkid Kecamatan Mungkid, dengan kapasitas debit
mata air sebesar 200 l/det, dan debit yang diambil sebesar 45,67 l/det, seperti
tergambar dalam gambar berikut :

Sumber : Rencana Induk Pengembangan SPAM kabupaten Magelang, Tahun 2014

Gambar 14.6. Peta Perpipaan PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang

Sistem pelayanan air minum, selain dilayani oleh PDAM juga dilayani oleh saluran
air minum yang berasal dari :

1. Sumur gali (pribadi dan umum);

2. Sumur pompa tangan (dangkal dan dalam);

3. Sumur pompa listrik;

4. Perlindungan mata air (keran umum, tendon air, hidran umum).

Perlindungan mata iar adalah mata air yang terletak di pelosok atau pegunungan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat air minum.

DRAFT LAPORAN AKHIR 34


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Gambaran Pemanfaatan Air Baku DI Yogyakarta

1. Kategori Pelanggan dan Air Yang Disalurkan

Sejalan dengan kenaikan taraf hidup masyarakat, kesadaran masyarakat akan


pentingnya air bersih juga meningkat. Pada tahun 2012 banyaknya
pelanggan mengalami peningkatan sebesar 8,08% dibanding tahun
sebelumnya.Sarana dan Prasarana.

Sebagian besar pelanggan adalah rumah tangga yang pada tahun 2012
mencapai 93,32%. jumlah pelanggan air bersih mengalami kenaikan,
banyaknya air bersih yang disalurkan kepada pelanggan atau banyaknya air
bersih yang dikonsumsi Pada tahun 2008 sebanyak 21287 juta m3 air
disalurkan kepada pelanggan, dan pada tahun 2012 menjadi sebanyak
23.671 juta m3, mengalami pertumbuhan 2,1% per tahun, dengan
persentase air bersih yang disalurkan ke rumah tempat tinggal pada tahun
2012 sebesar 88,04%, dari seluruh air bersih yang di salurkan.

Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013

Gambar 14.7. Komposisi Jumlah Pelanggan PDAM dan Air Bersih Yang Disalurkan

2. Sarana dan Prasarana

DRAFT LAPORAN AKHIR 35


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk menjaga kontinuitas kapasitas produksi, perusahaan- perusahaan air
bersih yang ada di D.I.Yogyakarta mengambil air tanah sebagai sumber
utamanya, baik air tanah dangkal maupun dalam. Di samping itu sungai,
mata air dan waduk, juga merupakan pilihan bagi perusahaan untuk
menambah volume air yang disalurkan. Selain penggunaan air tanah dan
mata air, air sungai juga digunakan sebagai tambahan. Secara keseluruhan, air
yang berasal dari air tanah merupakan yang tertinggi yaitu 56,35%, kemudian
berasal dari sungai 16,80%, mata air 25,35%, dan waduk 1,50%. Bila dilihat
penggunaan listrik secara keseluruhan, maka pada tahun 2012 listrik yang
dibeli dari PLN mengalami penurunan sebesar

(11,10%) dari tahun sebelumnya.

17 %

2%
60 %

21 %

Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013

Gambar 14.8. Produksi Air Menurut Sumbernya

3. Banyaknya Perusahaan Air Bersih

DRAFT LAPORAN AKHIR 36


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 14.20. Banyaknya Perusahaan Air Bersih, Kapasitas Penduduk, Produksi Efektif di D.I.
Yogyakarta Tahun 2008-2012

TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Banyaknya Perusahaan Buah 6 6 6 6 6
2 Kapasitas Produksi Ltr/Dtk 2.042 2.224 2.250 4.506 4.576
3 Produksi Efektif Ltr/Dtk 1.638 1.577 1.811 1.957 2.035

Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013

4. Produksi Air menurut Sumber Air

Tabel 14.21. Produksi Air Menurut Sumber di D.I. Yogyakarta Tahun 2008-2012

TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Sungai 5.187 5.437 6.413 7.123 6.281
2 Waduk *) 946 483 488 503 563
3 Mata Air 11.618 6.833 7.529 5.631 9.478
4 Air Tanah dan Lainnya**) 21.115 24.424 24.719 26.521 21.071
Jumlah 38.866 37.177 39.149 39.778 37.393

Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013

5. Banyaknya Pelanggan Perusahaan Air Bersih

Tabel 14.22. Banyaknya Pelanggan Perusahaan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan di D.I.
Yogyakarta Tahun 2008-2012

TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Sosial 2.768 2.814 2.184 2.289 2.779
2 Rumah Tangga 110.994 113.606 111.467 114.228 120.958
3 Instansi Pemerintah 2.172 2.202 1.934 2.005 2.060
4 Niaga 5.460 5.548 2.239 2.202 2.822
5 Industri 37 41 39 40 39
6 Khusus 844 841 1.364 1.361 953
Jumlah 122.275 125.052 119.227 122.125 129.611

Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 37


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6. Kondisi Sistem Penyediaan Air Yang Ada

Sistem penyediaan air di kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul dikelola,


dioperasikan dan dipelihara oleh masing-masing PDAM kabupaten dan PU.
PDAM biasanya bertanggungjawab atas wilayah perkotaan dan PU
bertanggung jawab atas sistem penyediaan air masyarakat di wilayah
pedesaan. Masing-masing PDAM di Sleman dan Bantul didirikan pada tahun
1982 dengan bentuk BPAM dibawah PU. BPAM telah beroperasi dan dikelola
dengan menekankan pada perluasan wilayah pelayanan. Pada tahun 1992,
BPAM telah diubah menjadi suatu perusahaan yang bernama PDAM,
bertujuan untuk mencapai sistem akuntansi swadaya dan telah dikelola
hingga saat ini.

Sistem penyediaan air Yogyakarta diserahkan ke PDAM Yogyakarta dari


perusahaan Belanda dengan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1976 yang
diberlakukan pada tahun 1976. Di tahun 1992, fasilitas penyediaan air
Kotagede dibangun oleh PU dan diserahkan kepada PDAM Yogyakarta.
Selanjutnya, pada tahun 2002, PDAM membangun fasilitas pengolahan air di
sungai Bedog yang semula dirancang dan dioperasikan dengan menggunakan
air tanah sebagai sumber air.

Pada tahun 2004, PDAM membangun tambahan fasilitas pengolahan untuk


fasilitas penyediaan air Karanggayam untuk mengolah besi dan mangaan.
Sistem Karanggayam semula dirancang untuk sistem penyediaan air tanah
tanpa pengolahan. Saat ini, PDAM Yogyakarta memiliki dan mengoperasikan
empat(4) fasilitas penyediaan air, termasuk bak penampung Gemawang dan
mensuplai air ke penduduk di kotamadya Yogyakarta.

Sesuai dengan Memorandum Program dan Proyek Air Minum (selanjutnya


disebut sebagai “Memorandum Report”) yang dibuat oleh Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya pada tahun 2006 untuk
menunjang target dari PRJM (tahun 2004-2009) dan MDGs (Millenium
Development Goals tahun 2010-2015) untuk DI Yogyakarta, maka garis besar
sistem penyediaan air dalam wilayah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan Air di Kotamadya Yogyakarta : PDAM Yogyakarta

Kotamdaya Yogyakarta adalah wilayah perkotaan, yang memiliki wilayah


pemerintahan seluas 32,5 km2 dan sekitar 394.000 penduduk di tahun
2004. Sistem penyediaan air di kotamadya ini dikelola oleh PDAM. Rasio
pelayanan system penyediaan air berpipa mencapai sekitar 40%. Sumber-
sumber air utama adalah mata air Umbulwadon dan air tanah di
kabupaten Sleman dan air tanah di kotamadya Yogyakarta.

DRAFT LAPORAN AKHIR 38


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pengolahan Air di Kabupaten Sleman : PDAM Sleman

Kabupaten Sleman terletak di sebelah utara kotamadya Yogyakarta,


memiliki wilayah pemerintahan seluas 574,82 km2 dan sekitar 895.000
penduduk pada tahun 2004. Sekitar 50% penduduk tinggal di wilayah
perkotaan. Rasio pelayanan dengan sambungan rumah individu masih
sekitar 10%.

3. Pengolahan Air di Kabupaten Bantul : PDAM Bantul


Kabupaten Bantul terletak di selatan kotamadya Yogyakarta, memiliki wilayah pemerintahan
seluas 506,85 km2 dan sekitar 799.000 penduduk pada tahun 2004. Sekitar 31% penduduk
hidup di wilayah semi-perkotaan. Rasio pelayanan dengan sambungan rumah individu hanya
tinggal kurang dari 10%.

Sistem PDAM Yogyakarya

1. Organisasi

PDAM Yogyakarta adalah perusahaan penyedia air, memiliki 151 staff


teknis dan 146 staff administrasi. Bagan organisasi PDAM Yogyakarta
ditunjukkan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 39


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.9. Bagan Organisasi PDAM Yogyakarta

2. Sistem Penyediaan Air

Aliran skematis sumber-sumber air dan sistem transmisi air sebagian


besar sumber air berada di kabupaten Sleman dan dikirim ke wilayah
kotamadya Yogyakarta. Input utama dari kabupaten Sleman berasal dari
bak penampung (reservoir) Gemawang (air berasal dari mata air Umbul
Wadon), Instalasi Pengolahan Air Bedog dan Instalasi Pengolahan Air
Karanggayam. Hanya satu sistem yang bernama Instalasi Pengolahan Air
Kotagede yang berada di kotamadya Yogyakarta ditujukan pada gambar
berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 40


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.10. Skema Aliran Sumber Air dan Pengiriman Air

DRAFT LAPORAN AKHIR 41


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 42
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Neraca Air

Gambaran neraca air pada DAS Progo seperti diuraikan pada tabel dan gambar berikut :

Tabel 14.23. Neraca Air Water District DAS Progo

DRAFT LAPORAN AKHIR 43


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Physical NERACA AIR (M3/DTK)
Kode
No Water District Area Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember KETERANGAN
WD [Ha] 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 Jombor 9.981.76 3.38 7.92 8.55 10.26 7.22 6.83 4.05 2.67 2.18 1.77 1.00 0.51 0.13 -0.26 -0.15 -0.45 -0.07 -0.44 -0.48 -0.22 -2.87 -5.11 -6.60 -4.67
2 2 Badran Kiri 13.703.74 4.64 10.39 9.75 10.94 8.48 6.66 4.08 1.70 1.23 0.99 0.67 0.51 0.35 0.22 0.21 0.09 0.16 0.05 -0.02 0.01 -0.95 -2.05 -2.76 -2.03
3 3 Catgawen IV 3.615.74 1.78 2.19 1.98 3.01 2.43 1.99 0.72 0.09 -0.10 -0.21 -0.26 -0.36 -0.44 -0.49 -0.45 -0.47 -0.48 -0.58 -0.58 -0.48 -1.03 -1.00 -1.13 -0.75
4 4 Murung 10.472.95 2.15 2.89 1.61 2.02 1.22 1.36 1.63 1.60 1.31 1.10 0.84 0.71 0.54 0.43 0.34 0.26 0.20 0.15 0.04 0.16 0.02 0.51 2.58 6.38
5 5 Galeh 6.427.80 3.48 3.43 4.14 4.81 3.55 2.23 1.69 1.20 1.12 0.87 0.67 0.51 0.42 0.23 0.21 0.13 0.14 0.10 0.08 0.10 -0.51 -1.00 -1.22 -1.17
6 6 Pacar 8.193.49 5.51 7.19 6.94 8.20 6.10 4.18 2.94 1.62 1.76 1.33 1.01 0.81 0.69 0.46 0.45 0.34 0.38 0.31 0.28 0.33 -0.73 -1.60 -2.10 -1.48
7 7 Gemilang 6.490.24 3.40 4.62 4.04 6.46 4.50 3.75 3.59 2.97 3.27 2.54 2.47 2.28 1.53 1.01 0.81 0.47 0.33 0.26 0.20 0.18 -0.55 -1.18 -1.49 -0.79
8 8 Sumberan 4.795.09 2.75 4.81 4.15 4.22 3.30 2.68 1.61 0.84 0.68 0.60 0.43 0.41 0.30 0.24 0.18 0.03 0.10 0.02 0.02 0.08 -0.58 -1.13 -0.55 1.68
9 9 Plered 7.683.93 3.66 6.84 6.28 6.68 5.24 4.34 2.83 1.55 1.30 1.13 0.93 0.88 0.72 0.64 0.55 0.31 0.45 0.28 0.26 0.32 -0.23 -0.91 -1.39 2.24
10 10 Balong 14.566.13 3.98 9.22 9.95 11.31 9.17 7.13 4.64 2.13 1.62 1.30 1.02 0.85 0.67 0.54 0.53 0.42 0.45 0.37 0.33 0.13 -0.64 -1.14 -1.15 -1.09
11 11 Kaweron 9.581.03 4.24 5.69 6.55 8.83 7.20 6.09 7.28 6.79 7.08 6.00 5.96 5.06 3.23 2.25 1.67 1.11 0.86 0.75 0.67 0.57 0.34 0.05 -0.13 2.86
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 2.19 3.08 3.09 3.50 2.61 1.79 1.46 1.08 1.65 1.53 1.50 1.22 0.80 0.47 0.33 0.16 0.14 0.08 0.04 -0.01 -0.34 -0.76 -0.93 0.03
13 13 Wiji 16.442.28 18.96 22.61 24.00 30.93 21.83 15.35 16.83 15.41 14.73 13.06 11.95 10.15 6.19 4.03 3.05 1.93 1.46 1.12 0.94 0.86 -0.37 -1.55 -1.57 10.48
14 14 Loning 10.058.20 6.98 8.50 9.61 12.59 9.53 7.67 9.13 8.53 8.50 7.37 6.96 5.73 3.54 2.42 1.78 1.09 0.82 0.70 0.60 0.49 0.17 -0.56 -0.83 5.41
15 15 Soti 8.590.27 2.85 2.87 3.44 4.06 3.42 2.94 2.99 3.20 3.34 2.91 2.97 2.77 2.30 1.85 1.69 1.43 1.36 1.29 1.24 1.18 1.04 0.90 0.92 2.69
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.58 0.79 1.36 2.09 2.17 2.19 2.93 2.91 2.85 2.41 2.20 1.78 1.05 0.64 0.36 0.14 0.05 0.01 -0.03 -0.10 -0.42 -0.84 -1.02 0.89
17 17 Progo Magelang 3.525.31 1.07 1.45 1.86 2.92 2.34 1.97 2.54 2.34 2.42 2.04 1.63 1.24 0.52 0.12 -0.11 -0.43 -0.59 -0.78 -0.86 -0.81 -1.05 -1.33 -1.44 1.98
18 18 Blongkeng 23.889.36 10.26 14.50 17.69 21.62 16.93 13.29 12.70 10.84 10.67 9.96 10.08 9.51 6.87 4.77 3.70 2.51 2.02 1.76 1.57 1.31 0.75 -0.05 -0.67 8.61
19 19 Mangu 6.849.30 6.21 7.53 8.19 9.50 6.74 5.18 4.91 4.25 4.17 3.83 3.77 3.66 2.91 2.25 1.90 1.53 1.37 1.29 1.22 1.18 0.85 0.60 0.75 5.57
20 20 Krasak 5.020.00 8.68 14.32 17.69 21.62 16.93 13.29 12.71 10.29 9.93 9.29 9.74 8.90 5.87 3.92 3.16 2.21 1.77 1.46 1.17 0.89 -0.50 -1.28 -1.45 6.51
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 4.01 7.11 6.88 7.87 4.80 3.56 4.21 3.38 3.59 2.62 1.99 1.66 0.45 0.57 0.59 0.39 0.21 0.11 0.07 -0.15 -1.79 -3.38 -4.59 -3.95
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 0.20 2.74 2.18 2.72 1.58 1.21 1.30 0.17 0.30 0.28 0.10 -0.15 -0.87 -1.05 -0.75 -0.57 -0.62 -0.78 -0.88 -0.88 -1.72 -2.32 -2.56 -1.40
23 26 Tinalah 6.821.69 1.86 2.65 2.93 3.23 2.56 1.84 1.50 1.22 1.70 1.61 1.62 1.36 0.99 0.70 0.59 0.43 0.40 0.35 0.32 0.26 -0.02 -0.03 0.04 0.62
24 27 Kalibawang 6.680.08 9.77 11.25 10.48 10.54 7.67 9.51 9.56 8.53 6.99 5.86 6.88 5.97 6.62 6.40 5.70 4.74 3.91 4.02 4.31 4.70 6.26 7.53 7.72 7.35
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.98 1.41 1.53 1.70 1.33 0.94 0.76 0.60 0.87 0.82 0.82 0.68 0.48 0.33 0.27 0.19 0.17 0.14 0.12 0.10 0.05 -0.07 -0.10 0.27
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 13.65 19.97 21.79 18.05 13.35 17.19 14.20 12.46 9.11 6.60 4.94 4.93 5.24 5.90 4.80 2.87 -1.38 -4.56 -6.11 -1.48 2.82 8.11 10.68 9.48
27 30 Bedog 6.577.46 7.72 14.29 12.31 13.89 9.06 7.33 8.43 5.44 7.09 6.91 3.67 3.03 1.82 1.40 1.12 0.75 0.41 0.30 0.25 0.18 -0.77 -2.37 -2.35 3.77
28 34 Konteng 4.256.94 2.91 6.98 4.39 5.34 3.16 2.46 2.42 1.40 1.78 2.25 0.95 0.87 0.80 0.40 0.28 0.09 0.00 -0.01 -0.02 -0.02 -0.34 -2.21 -1.25 4.70
29 42 Pajangan 6.099.39 2.58 5.14 4.91 6.04 4.28 3.83 4.05 3.22 3.22 2.66 1.77 1.11 0.59 0.32 0.22 0.09 0.00 -0.05 -0.10 -0.19 -0.75 -1.42 -1.60 -1.08
30 43 Papah 8.794.08 5.37 7.64 7.57 8.08 6.24 6.37 6.56 6.46 6.32 5.35 3.95 2.56 2.14 1.29 1.14 0.85 0.71 0.67 0.65 0.58 0.95 0.97 1.60 3.66
31 48 Sapon 4.044.68 3.19 3.98 3.53 3.41 2.67 2.89 3.04 2.73 2.83 2.59 1.95 1.24 1.13 0.76 0.64 0.45 0.35 0.33 0.33 0.30 -0.32 -1.64 -0.20 2.06
32 52 Kebonongan 4.288.90 4.47 3.98 3.71 3.02 1.89 2.36 2.42 2.47 2.89 2.66 1.83 1.15 1.01 0.77 0.62 0.43 0.32 0.32 0.32 0.30 0.44 -1.00 1.69 3.14

Neraca Air 253.967.09 153.47 227.96 233.10 269.44 199.49 170.40 159.68 130.12 126.39 110.01 96.02 81.57 58.56 43.54 35.45 23.53 15.37 9.06 5.93 9.86 (2.78) (17.25) (13.10) 71.96
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 44


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Dari neraca air tersebut, dapat diketahui bahwa WD Catgawen IV terjadi kekurangan air selama 8 (delapan) bulan yaitu mulai bulan Mei s/d
bulan Desember. Terdapat 5 (lima) WD yaitu WD Murung, WD Soti, WD Mangu, WD Kalibawag dan WD Pupuk masih surplus airnya, seperti
diutaikan pada Gambar 5.1. dan gambar grafik neraca air DAS Progo sebagai berikut :

Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

Gambar 14.11. Grafik Neraca Air DAS Progo

DRAFT LAPORAN AKHIR 45


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 46
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN

Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

1. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum KSPN Candi Borobudur

Pada tanggal 8 Februari 2017 dan 3 Maret 2017 telah diadakan rapat penajaman
persiapan penyelenggaraan SPAM Borobudur yang dihadiri oleh :

1. Pusat Air Tanah dan Air Baku, Ditjen SDA, Kementrian PUPR

2. Pimpinan BBWS Serayu Opak

3. PDAM Kabupaten Magelang

4. Satker PSPAM Provinsi Jawa Tengah

5. Satker SPAM Strategis

Justifikasi usulan pengembangan SPAM:

1. Pada awalnya pengembangan SPAM mendukung KSPN Candi Borobudur direkomendasi


menggunakan sumber air baku dari mata air Gending di Desa Sukorejo Kecamatan
Mertoyudan, tetapi sistem tersebut memerlukan sistem perpompaan dan juga memerlukan
pembangunan waduk/reservoir.

2. Oleh karena itu, pengembangan SPAM mendukung KSPN Candi Borobudur yang disepakati
adalah pengembangan SPAM dengan sumber air baku dari Mata air Tuk Lanang dengan
kapasitas broncaptering 35 l/det yang terletak di Desa Tampir Kulon Kecamatan Candimulyo.

3. Pemilihan Mata air Tuk Lanang tersebut, karena pendistribusian air dapat dilakukan secara
gravitasi dan tidak melakukan pompa, sehingga biaya operasi dan pemeliharaannya rendah.

Rencana Wilayah Pelayanan SPAM KSPN Candi Borobudur seperti tergambar


dalam gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 47


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Perencanan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Candi Borobudur, 2017

Gambar 14.12. Rencana Wilayah Pelayanan SPAM KSPN Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 48


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur dan skematik usulan
pengembangan SPAM tergambar pada gambar berikut :

Gambar 14.13. Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 49


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum KSPN Yogyakarta

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kota Yogyakarta diatur


dalam RTRW Kota Yogyakarta, yaitu :

Pasal 51

Penyediaan air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c meliputi:

1. Sistem air bersih perpipaan yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan
jaringan yang dikelola oleh swasta dan atau masyarakat;

2. Sistem air bersih non perpipaan milik perorangan dan berupa sumur di Mandi Cuci Kakus
(MCK) umum dengan menggunakan alat penjernih secara permanen.

Pasal 52

Pelayanan sistem penyediaan air bersih diarahkan pada pelayanan individual dan
komunal.

Pasal 53

1. Penyediaan air bersih perpipaan dalam rangka peningkatan pelayanannya tersebar


diseluruh Kecamatan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

2. Penyediaan air bersih non perpipaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf b untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Penyediaan air bersih non perpipaan dari sumur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf b diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Rencana pengembangan jaringan air minum perpipaan Daerah secara rinci sebagaimana
tersebut dalam Peta 08 pada Lampiran I Peraturan Daerah ini.

DRAFT LAPORAN AKHIR 50


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

DRAFT LAPORAN AKHIR 51


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.14. Rencana Pengembangan Jaringan Air minum Perpipaan Kota Yogyakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR 52


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Daerah Pelayanan

1. Rencana Daerah Pelayanan SPAM KSPN Candi Borobudur

Rencana daerah pelayanan sistem penyediaan air minum (SPAM) KSPN Candi
Borobudur, seperti disajikan pada gambar berikut :

Sumber : Perencanan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Candi Borobudur, 2017

Gambar 14.15. Skematik Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur

2. Rencana Daerah Pelayanan SPAM KSPN Yogyakarta

Rencana daerah pelayanan SPAM KSPN Yogyakarta dan sekitarnya meliputi


layanan air baku untuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul. Kebutuhan air akan dilayani melalui SPAM Regional Yogyakarta, Sleman
dan Bantul (Kartamantul) direncanakan dengan kapasitas 700 ltr/dtk.

TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN

Tahapan Pengembangan Kawasan


DRAFT LAPORAN AKHIR 53
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Kajian Tata Ruang Wilayah

1. Rencana Tata Ruang KSPN Candi Borobudur (Perpres No. 58 Tahun 2014)

1. Tujuan Penataan Ruang Kawasan Borobudur

Penataan ruang Kawasan Borobudur bertujuan mewujudkan tata ruang


Kawasan Borobudur yang berkualitas dalam rangka menjamin terciptanya
pelestarian Kawasan Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional
dan warisan budaya dunia.

2. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Borobudur

Kebijakan penataan ruang Kawasan Borobudur meliputi :

1. Perlindungan karakter kawasan perdesaan dari dampak pemanfaatan ruang kawasan


perkotaan yang dapat menurunkan kualitas ruang Kawasan Borobudur sebagai Kawasan
Cagar Budaya Nasional dan Warisan budaya dunia; dan

2. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar pemangku kepentingan dalam


rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan
Borobudur.

3. Strategi Penataan Ruang Kawasan Borobudur

Strategi perlindungan karakter kawasan perdesaan dari dampak


pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dapat menurunkan kualitas
ruang Kawasan Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional dan
Warisan budaya dunia, dilakukan dengan cara :

4. Mempertahankan Kawasan Cagar Budaya dari kerusakan permanen akibat pemanfaatan


ruang yang dilaksanakan tanpa memperhatikan kepentingan bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan;

5. Mencegah terjadinya alih fungsi lahan kawasan pertanian dan kawasan hutan;

6. Membatasi perkembangan kawasan terbangun perkotaan; dan

7. Membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang mengancam kerusakan situs Cagar Budaya
yang belum terjadi, struktur geologi dan bentang pandang.

8. Rencana Struktur Ruang Kawasan Borobudur

Rencana struktur ruang Kawasan Borobudur terdiri atas :

DRAFT LAPORAN AKHIR 54


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9. Rencana sistem permukiman; dan

10. Rencana sistem jaringan prasarana.

Rencana sistem pusat permukiman diarahkan pada terbentuknya hierarki


dan fungsi kawasan permukiman perdesaan terintegrasi dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulon
Progo.

Sistem pusat permukiman merupakan pusat kegiatan lokal berupa


permukiman Borobudur dengan kegiatan utama pemerintahan
kecamatan serta pusat perdagangan dan jasa pelayanan kecamatan.

Rencana sistem jaringan prasarana meliputi :

11. Sistem jaringan transportasi darat; dan

12. Sistem jaringan transportasi udara.

Sistem jaringan transportasi darat berupa sistem jaringan jalan yang


terdiri atas jaringan jalan serta lalu lintas dan angkutan jalan.

Jaringan jalan terdiri dari jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan
kolektor primer 2, jaringan jalan lokal primer dan jaringan jalan strategis
nasional.

Sistem jaringan transportasi udara berupa ruang udara untuk


penerbangan. Ruang udara untuk penerbangan ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan operasi penerbangan dengan tetap menjamin tidak
terganggunya situs Cagar Budaya akibat suara supersonik di Kawasan
Borobudur. Ruang udara untuk penerbangan berupa ruang udara yang
ditetapkan sebagai jalur penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sistem jaringan sumber daya air ditetapkan dalam rangka pengelolaan


sumber daya air yang terdiri atas konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air di
Kawasan Borobudur.

Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas sumber air permukaan dan
air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT).

Sumber air sistem jaringan sumber daya air terdiri atas :

13. Air permukaan pada sungai di Wilayah Sungai Lintas Provinsi Progo-Opak-Serang (WS POS)
yang meliputi Daerah Aliran Sungai Progo dan Sub Daerah Aliran Sungai Tangsi; dan

14. Air tanah pada CAT di CAT Magelang-Temanggung.

DRAFT LAPORAN AKHIR 55


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15. Rencana Pola Ruang Kawasan Borobudur

Rencana pola ruang Kawasan Borobudur ditetapkan dalam rangka


mendukung upaya Pelestarian Kawasan Borobudur sebagai Kawasan
Cagar Budaya Nasional dan Warisan budaya dunia, dan merupakan
rencana peruntukan kawasan lindung berupa Kawasan Cagar Budaya SP-1
dan SP-2. Kawasan Cagar Budaya SP-1 dan SP-2 terdiri atas :

16. Kawasan situs candi termasuk taman candi;

17. Kawasan taman wisata alam;

18. Kawasan resapan air;

19. Kawasan sempadan sungai;

20. Kawasan sekitar mata air;

21. Kawasan hutan rakyat;

22. Kawasan peruntukan pertanian termasuk sawah bekas danau purba; dan/atau

23. Kawasan peruntukan permukiman.

Dalam Kawasan Cagar Budaya dapat ditetapkan zona inti, zona penyangga
dan zona penunjang. Kawasan Situs Candi termasuk taman candi yang
meliputi situs Candi Borobudur, situs Candi Pawon dan situs Candi
Mendut.

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2010-2025


sebagaimana tercantum pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 56


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.16. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025

DRAFT LAPORAN AKHIR 57


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
24. Rencana Tata Ruang KSPN Yogyakarta

Rencana pola ruang Daerah Istimewa Yogyakarta ditunjukkan pada gambar berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 58


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013

Gambar 14.17. Rencana Pola Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta

25. Master Plan KSPN

Master Plan KSPN Candi Borobudur seperti diuraikan pada gambar berikut ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 59


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Wilayah Barat, 2017

Gambar 14.18. Master Plan Candi Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 60


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Master Plan KSPN Yogyakarta dan sekitarnya seperti diuraikan pada Gambar Pengembangan Kesisteman Ruang Pariwisata KSPN Pantai
Selatan DI Yogyakarta dan sekitarnya dan posisi strategis KSPN Pantai Selatan DI Yogyakarta dan sekitarnya.

DRAFT LAPORAN AKHIR 61


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Rencana Induk dan rencana Detail KSPN Pantai selatan DIY dan Sekitarnya

Gambar 14.19. Pengembangan Kesisteman Ruang Pariwisata KSPN Pantai Selatan DI Yogyakarta dan Sekitarnya

DRAFT LAPORAN AKHIR 62


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Rencana Induk dan rencana Detail KSPN Pantai selatan DIY dan Sekitarnya

DRAFT LAPORAN AKHIR 63


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.20. Posisi Strategis KSPN Pantai Selatan DI Yogyakarta dan Sekitarnya

DRAFT LAPORAN AKHIR 64


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
26. Tahapan Pengembangan

1. Rencana Penyediaan Sumber Air Baku Untuk KSPN Candi Borobudur

Tahapan pengembangan sistem penyediaan air baku untuk KSPN Candi


Borobudur, dilaksanakan sesuai tahap sebagai berikut :

Tabel 14.24. Rencana Penyediaan Sumber Air Baku Untuk KSPN Candi Borobudur

RENCANA
PEMBANGUNAN
NO URAIAN PEKERJAAN
TAHUN TAHUN
2018 2019
1 Tahap I
1 Pekerjaan Broncaptering
2 Pekerjaan Pipa Transmisi
2 Tahap II
1 Pekerjaan Pipa JIU (Reservoar ke pelayanan)
2 Pekerjaan Jembatan Pelayanan
3 Pekerjaan Pipa Pelayanan
4 Mekanikal dan Elektrikal
Sumber : Analisis Konsultan

2. Rencana Penyediaan Sumber Air Baku Untuk KSPN Yogyakarta

Dengan adanya program KSPN Yogyakarta dan sekitarnya, diprediksi akan


memerlukan tambahan pasokan air baku untuk Yogyakarta dan sekitarnya.
Dari segi letak kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang diprediksi
akan dipengaruhi oleh KSPN adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul.

Dari hasil analisis kebutuhan air baku untuk 3 (tiga) kawasan yang diuraikan
dalam dokumen Rancangan Master Plan Air Baku RKI WS POS diperoleh
gambaran bahwa kenaikan kebutuhan air baku antara Tahun 2013 dan Tahun
2033 ada kenaikan kebutuhan air baku seperti diuraikan pada tabel berikut :

DRAFT LAPORAN AKHIR 65


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 14.25. Kenaikan Kebutuhan Air Baku Kawasan Yogyakarta, Sleman, bantul (Kartamantul)

KEBUTUHAN AIR BAKU (Ltr/Dtk)


KENAIKAN KEBUTUHAN
NO KABUPATEN/KOTA
(Ltr/Dtk)
TAHUN 2013 TAHUN 2033

1 Kota Yogyakarta 1.235,70 1.316,79 81,09


2 Kabupaten Sleman 2.489,91 2.860,84 370,93
3 Kabupaten Bantul 2.070,31 2.309,60 239,29
Jumlah 5.795,52 6.487,29 691,77~700

Sumber : Analisis Konsultan (2017) dari data Dokumen Rancangan Master Plan Air Baku RKI

Guna keperluan memenuhi tambahan kebutuhan akan air baku di wilayah


Daerah Istimewa Yogyakarta telah diprogramkan SPAM Regional Kartamantul.

SPAM Kartamantul memiliki bangunan intake untuk menangkap atau


menyadap air baku, bangunan clear well dan bangunan instalasi pengolahan
air. SPAM Regional Kartamantul direncanakan memiliki kapasitas 700 l/dt dan
mengambil air baku dari Sungai Progo.

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air baku
untuk wilayah Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul kebutuhan airnya akan
dapat dipenuhi sampai dengan Tahun 2033.

Tahapan pengembangan SPAM Kartamantul dibagi menjadi 2 (dua) Tahap


yaitu :

1. Tahap I

Sebesar 400 l/dt yang dibagi menjadi 2 (dua) fase, yaitu fase 1 sebesar 200
l/dt dan fase 2 sebesar 200 l/dt. Proses pembangunan SPAM Kartamantul
Tahap I dimulai sejak Tahun 2014-2015.

2. Tahap II

Sebesar 300 l/dt direncanakan akan dimulai Tahun 2018 dan direncanakan
akan selesai pada Tahun 2019.

DRAFT LAPORAN AKHIR 66


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Rencana pemenuhan kebutuhan air baku di WS POS

1. Pemenuhan Kebutuhan Air s/d Tahun 2015

Pemenuhan kebutuhan air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang sampai dengan tahun 2015, seperti terurai pada gambar berikut
:

DRAFT LAPORAN AKHIR 67


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Paparan Rancangan Pengelolaan SDA WS Progo Opak Serang

Gambar 14.21. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan 2015

2. Pemenuhan Kebutuhan Air s/d Tahun 2035

Pemenuhan kebutuhan air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang sampai dengan tahun 2035, seperti terurai pada gambar berikut
:

DRAFT LAPORAN AKHIR 68


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Paparan Rancangan Pengelolaan SDA WS Progo Opak Serang

Gambar 14.22. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan Tahun 2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 69


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3. Tinjauan rencana pemenuhan kebutuhan air baku untuk KSPN Candi Borobudur terhadap
Rencana PSDA WS POS

Candi Borobudur Terhadap Rencana Pengelolaan Wilayah Sungai Progo-Opak-


Serang

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Progo Opak Serang
dilaksanakan pada Tahun 2014 dan ditetapkan oleh Mentri PUPR pada Tahun
2016.

Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Borobudur ditetapkan melalui


Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.

Dalam proses penyiapan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah


Sungai Progo-Opak-Serang, belum mempertimbangkan adanya kebijakan
pemerintah terkait dengan Kawasan Strategis Pariwisata (KSPN) Borobudur.

Dengan adanya KSPN Borobudur, menyebabkan adanya tambahan kebutuhan


Air Baku di Kabupaten Magelang yang merupakan bagian dari DAS Progo.
Tambahan kebutuhan air baku direncanakan sebesar 35 l/det dan akan
diambilkan dari Mata Air Tuk Lanang yang berada pada Sub DAS Elo yang
merupakan anak Sungai Progo.

Tambahan Kebutuhan Air Baku untuk KSPN Borobudur sebesar 35 l/det


tersebut, akan digunakan sebagai koreksi terhadap Rencana Pemenuhan
kebutuhan air yang tercantum dalam Rencana Pengelolaan SDA Wilayah
Sungai Progo Opak Serang. Koreksi/Revisi Pemenuhan Kebutuhan Air Baku
Tahun 2015-2025 di WS POS seperti diuraikan pada gambar-gambar berikut
ini :

DRAFT LAPORAN AKHIR 70


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Paparan Rancangan Pengelolaan SDA WS Progo Opak Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 71


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.23. Revisi Kebutuhan Air Tahun 2015 Sampai Dengan Tahun 2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 72


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Paparan Rancangan Pengelolaan SDA WS Progo Opak Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 73


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.24. Revisi Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2021 Sampai Dengan Tahun 2025

DRAFT LAPORAN AKHIR 74


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Sumber : Paparan Rancangan Pengelolaan SDA WS Progo Opak Serang

DRAFT LAPORAN AKHIR 75


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.25. Revisi Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2030 Sampai Dengan Tahun 2035

DRAFT LAPORAN AKHIR 76


STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Status Pengembangan Kawasan

Sampai akhir Tahun 2017, status pengembangan KSPN Candi Borobudur dan KSPN
Yogyakarta dan sekitarnya masuk dalam tahap persiapan, yang meliputi perencanaan
detail pengembangan SPAM yang mendukung KSPN. Rencana pengembangan SPAM
yang mendukung KSPN Candi Borobudur masuk dalam tahap perencanaan detail.

RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN

Rencana Penyediaan Air Baku

1. Rencana Penyediaan Air Baku KSPN Candi Borobudur

Rencana Wilayah Pelayanan SPAM KSPN Candi Borobudur seperti tergambar


dalam gambar berikut :

Sumber : Perencanan Pengembangan SPAM Mendukung KSPN Candi Borobudur, 2017

Gambar 14.26. Rencana Wilayah Pelayanan SPAM KSPN Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 77

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur dan skematik usulan
pengembangan SPAM tergambar pada gambar berikut :

Gambar 14.27. Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur

DRAFT LAPORAN AKHIR 78

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.28. Skematik Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur

2. Rencana Penyediaan Air Baku KSPN Yogyakarta

Rencana penyediaan air baku guna mendukung KSPN Yogyakarta, direncanakan


akan dapat dipenuhi dengan program SPAM Regional Yogyakarta, Sleman dan
Bantul (Kartamantul).

DRAFT LAPORAN AKHIR 79

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan Biaya

1. Rencana Anggaran Biaya SPAM Yang Mendukung KSPN Candi Borobudur

Rencana Anggaran Biaya (RAB) SPAM yang mendukung KSPN Candi Borobudur
seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 14.26. Rencana Anggaran Biaya SPAM Yang Mendukung KSPN Candi Borobudur

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)

1 Pekerjaan Persiapan Unit 1,00 45.941.140,10 45.941.140,10


Pekerjaan Tanah
2 Unit 1,00 1.177.003,41 1.177.003,41
Broncaptering
Pekerjaan Struktur
Broncaptering 12 m3 (3,5
3 Unit 1,00 46.447.800,87 46.447.800,87
m x 2 m x 1,7 m), Q = 35
ltr/dtk
Pekerjaan
Pengadaan/Pemasangan
4 Unit 1,00 128.937.042,88 128.937.042,88
Perpipaan dan Acces.
Bangunan Broncaptering
Pekerjaan Lain-Lain
5 Unit 1,00 39.075.927,83 39.075.927,83
(Broncaptering)
Pekerjaan Pipa Transmisi
6 Unit 1,00 17.266.793.095,33 17.266.793.095,33
(Broncaptering Ke Jalan)
Pekerjaan Pipa JDU
7 Unit 1,00 13.950.675.240,65 13.950.675.240,65
(Reservoar Ke Pelayanan)
8 Pekerjaan Jembatan Pipa Unit 1,00 824.180.234,41 824.180.234,41
9 Pekerjaan Pipa Pelayanan Unit 1,00 8.820.469.800,63 8.820.469.800,63
10 Pekerjaan Crossing Pipa Unit 1,00 767.251.000,00 767.251.000,00

11 Mekanikal dan Elektrikal Unit 1,00 94.910.000,00 94.910.000,00

Jumlah 41.985.858.286,11
Terbilang : Empat Puluh Enam Milyar Enam Dibulatkan 41.985.858.000,00
Ratus Lima Puluh Juta Sembilan Ratus Lima PPn 10% 4.198.585.800,00
Puluh Tiga Ribu Rupiah Jumlah Setelah PPN 46.650.953.333,33
Dibulatkan 46.650.953.000,00

2. Rencana Anggaran Biaya SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman, Bantul (Kartamantul)

DRAFT LAPORAN AKHIR 80

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Anggaran Biaya (RAB) SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman,
Bantul (Kartamantul) seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 14.27. Rencana Anggaran Biaya SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman, Bantul
(Kartamantul)

NO TAHAP FASE TAHUN PERKIRAAN BIAYA (Rp)


1 Tahap I Fase I ( 2014 - 2015 ) 153.300.000.000
Fase II ( 2017 - 2018 ) 80.000.000.000

2 Tahap II ( 2018 - 2019 ) 184.000.000.000

TOTAL 417.300.000.000
Sumber : Analisis Konsultan

DRAFT LAPORAN AKHIR 81

STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Anda mungkin juga menyukai