Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan “STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS” dari Satuan
Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat untuk pekerjaan, yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian
Nomor : HK.02.03/Satker8-PPK.I/2/VI/2017 Tanggal 19 Juni 2017, dengan ini kami PT INAKKO
Internasional Konsulindo KSO PT. Ciriajasa Engineering Consultant menyampaikan:
Kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pusat Air Tanah dan Air Baku, sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Akhir kata, PT. INAKKO Internasional Konsulindo KSO PT. Ciriajasa Engineering Consultant
mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk dapat berperan dalam
pekerjaan “STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS”. Semoga keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik dan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
LEMBAR PENGESAHAN
Pekerjaan : Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
PPK : Pusat Air Tanah dan Air Baku I
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku
No. Kontrak : HK.02.03/Satker8-PPK.I/2/VI/2017
Tanggal Kontrak : 19 Juni 2017
Tahun Anggaran : 2017
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.7. KELUARAN 6
1.9. PERSONIL 7
1.10. LAPORAN 21
BAB II PELAKSANAAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS
PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS 1
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 1
2.1.5. Tahap V : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK....... 2
2.2. POLA PIKIR PELAKSANAAN KEGIATAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU 2
2.5. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG AKAN DIHADAPI DAN ANTISIPASI UPAYA PEMECAHAN
MASALAH 11
2.5.2. Permasalahan Data Curah Hujan dan Antisipasi Upaya Penanganan ........................... 12
2.5.3. Permasalahan Data Debit Sungai dan Antisipasi Upaya Penanganan ........................... 14
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2.6.9. Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Masa Yang Akan Datang ............................................. 33
2.8. PERBANDINGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR BAKU DAN KEBUTUHAN AIR BAKU (NERACA AIR /
KESEIMBANGAN AIR) 64
BAB III KAJIAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS 1
3.1. UMUM 1
3.2. MEMPELAJARI ISU-ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR PADA KSPN DAN KEK 22
3.2.2. Kebijakan pada KSPN dan KEK yang Terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air ..... 22
3.3. KAJIAN POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI PADA
KSPN DAN KEK 23
3.4. KAJIAN KONSEP KEBIJAKAN PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN DAN KEK 28
3.4.1. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK dan KSPN Dalam Tinjauan
Terhadap Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri Dalam Pembangunan Infrastruktur
Air Baku untuk Air Minum dan Kontribusi Pihak Pengelola Kawasan Industri Terhadap
Penyediaan Air Baku Bagi Masyarkat Di Sekitar Kawasan Industri dan Konservasi
Sumber Air Baku untuk Kawasan Industri ..................................................................... 28
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
3.4.2. Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Penyediaan Air Baku pada Kawasan KEK
dan/atau KSPN dan Tinjauan Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri di Wilayah
Sungai Kewenangan Pusat ............................................................................................. 33
BAB IV STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
1
4.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
26
4.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
29
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB V STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-
API 1
5.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
47
5.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
53
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK TANJUNG API-API Error! Bookmark not
defined.
5.7.3. Profil Umum KEK Tanjung Api-Api .................................... Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB VI STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG
LESUNG 1
6.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
41
6.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
46
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK TANJUNG LESUNG Error! Bookmark not
defined.
6.7.3. Profil Umum KEK Tanjung Lesung ..................................... Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
6.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.
6.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.
6.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.
6.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.
BAB VII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA
TRANS KALIMANTAN 1
7.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
17
7.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
20
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
7.7. RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU SESUAI DENGAN TAHAPAN PENGEMBANGAN
40
BAB VIII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA1
8.2.1. Proyeksi Pengguna Sumber Air Baku ................................ Error! Bookmark not defined.
8.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
37
8.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
43
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK MANDALIKA Error! Bookmark not defined.
8.7.3. Profil Umum KEK Mandalika ............................................. Error! Bookmark not defined.
8.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.
8.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.
8.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.
8.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.
BAB IX STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS KOTA PALU 1
9.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
20
9.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
24
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
9.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 30
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK KOTA PALU Error! Bookmark not defined.
9.7.3. Profil Umum KEK Kota Palu............................................... Error! Bookmark not defined.
9.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat DisediakanError! Bookmark
not defined.
9.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan Error! Bookmark
not defined.
9.7.8. Daftar Skala Prioritas Pengembangan .............................. Error! Bookmark not defined.
9.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku Error! Bookmark not
defined.
BAB X STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG 1
10.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 24
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 24
10.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
28
BAB XI STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MOROTAI 1
11.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 28
11.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
34
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
11.5.2. Rencana Daerah Pelayanan ...................................................................................... 34
11.7.5. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
11.7.6. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan ............. Error!
Bookmark not defined.
11.7.8. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.
BAB XII TUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG
KELAYANG 1
12.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 23
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
12.4.2. Gambaran Neraca Air................................................................................................ 27
12.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
29
BAB XIII STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG 1
13.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 58
13.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
79
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
13.6. TAHAPAN DAN STATUS PENGEMBANGAN KAWASAN 90
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK SORONG Error! Bookmark not defined.
13.7.3. Profil Umum KEK Sorong .............................................. Error! Bookmark not defined.
13.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
13.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan .......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
13.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.
BAB XIVSTUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
BOROBUDUR 1
14.4. KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN 30
DRAFT LAPORAN AKHIR xvi
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
14.4.1. Gambaran Pemanfaatan Air Baku............................................................................. 30
14.5. KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU YANG SESUAI UNTUK DIKEMBANGKAN
47
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN BOROBUDUR Error! Bookmark not
defined.
14.7.3. Profil Umum KSPN Borobudur ..................................... Error! Bookmark not defined.
14.7.6. Kajian Besaran Potensi Air Baku Dan Air Tanah Yang Dapat Disediakan ......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
14.7.7. Kajian Sistem Penyediaan Air Baku Yang Sesuai Untuk Dikembangkan .......................
...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
14.7.9. Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pengembangan Air Baku .. Error! Bookmark
not defined.
15.1. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KEK SEI MANGKEI
Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
15.2. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG API-API
Error! Bookmark not defined.
15.3. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG LESUNG
Error! Bookmark not defined.
15.4. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK MALOY BATUTA TRANS
KALIMANTAN (MBTK) Error! Bookmark not defined.
15.6. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK KOTA PALU
Error! Bookmark not defined.
15.8. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK PULAU MOROTAI
Error! Bookmark not defined.
15.9. KESIMPULAN PENGEMBANGAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU KEK TANJUNG KELAYANG
Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Sebaran Lokasi KEK dan KSPN (Yang Menjadi Lokasi Survei) 6
Gambar 3.3. Prosedur Pengusulan KEK Menurut Dewan Nasional KEK Republik Indonesia 36
Gambar 3.4. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi
KEK/KSPN Berada Dalam Satu Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah 37
Gambar 3.5. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi KEK
Berada Dalam Lintas Wilayah Kabupaten/Kota 38
Gambar 3.6. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Kabupaten/Kota 39
Gambar 3.7. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Provinsi 40
Gambar 3.8. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK dan KSPN oleh Kementerian/Lembaga Non
Pemerintahan 41
Gambar 3.9. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan
Pemerintah 42
Gambar 3.10. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Kabupaten/Kota 43
Gambar 3.11. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Provinsi 45
Gambar 3.12. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah 46
Gambar 3.16. Contoh (Daerah X) Demand Pattern with Various Demand Condition 45
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 3.18. Contoh Hujan Tahunan 46
Gambar 4.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2. Rencana Induk KEK Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang Error! Bookmark not
defined.
Gambar 4.3. Lokus KSPN Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.6. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.7. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.8. Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.9. Skematik Usulan Pengembangan SPAM Alternatif 3 Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.10. Skematik SPAM Eksiting Kecamatan Panimbang Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.12. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 2) Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.13. Skematik Pengembangan SPAM (Alternatif 3) Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.15. Potensi Air Baku SPAM Regional KEK Sorong Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.16. Sumber Air Baku (Sungai Warsamson) Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.17. Pengelola SPAM Eksisting KEK Sorong Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.19. Skematik SPAM Regional KEK Sorong Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.21. Grafik Neraca Air DAS Progo Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.22. Grafik Neraca Air DAS Opak Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.23. Grafik Neraca Air DAS Progo Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 4.24. Kebutuhan Air RKI Untuk Progo-Opak-Serang Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.25. Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.26. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai
Dengan 2015 Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.27. Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan Tahun
2035 Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Profil Umum KSPN dan KEK (Yang Menjadi Lokasi Survei) Bagian 1 7
Tabel 2.2. Profil Umum KSPN dan KEK (Yang Menjadi Lokasi Survei) Bagian 2 Error! Bookmark
not defined.
Tabel 3.1. Ketersediaan Dokumen Pola dan Rencana PSDA Wilayah Sungai Pada Lokasi KEK dan KSPN
25
Tabel 3.4. Pengumpulan Macam dan Jenis Data, Sumber Data dan Periode Waktu 8
Tabel 3.13. Rekapitulasi Kebutuhan Air Baku Per Satuan Volume Pada KSPN Dan KEK Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3.14. Prosentase Curah Hujan Sebagai Imbuhan Air Tanah Tahunan Rata-Rata 37
Tabel 3.15. Prosentase Imbuhan dan Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Berdasar Keadaan Formasi
Geologi 38
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 3.18. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 51
Tabel 3.19. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 52
Tabel 3.20. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kualitas Tambahan Sumber Air Baku 53
Tabel 3.21. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kehandalan Debit Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air 54
Tabel 3.22. Contoh 2 Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kehandalan Debit Tambahan Sumber Air
Baku 54
Tabel 3.23. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Persyaratan Peraturan Tambahan Sumber
Air Baku 55
Tabel 3.24. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Pengaruh Dampak Lingkungan Tambahan
Sumber Air Baku 56
Tabel 3.25. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Biaya Tambahan Sumber Air Baku
57
Tabel 3.26. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Waktu Pelaksanaan Tambahan Sumber Air
Baku 57
Tabel 3.27. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Hambatan Pengembangan Tambahan
Sumber Air Baku 58
Tabel 3.28. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Kehilangan Tambahan Sumber Daya
Air Baku 59
Tabel 4.1. Sumber Air Desa Panimbang Jaya Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 1 Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.3. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 2 Error! Bookmark not
defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Tabel 4.4. Proyeksi Kebutuhan Air KEK Tanjung Lesung Alternatif 3 Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.5. Alternatif Sistem Pengembangan SPAM Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.8. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 2 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9. Indikasi Biaya Pengembangan SPAM Alternatif 3 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.12. Usulan Skenario Pengembangan SPAM Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.13. Rencana Anggaran Biaya SPAM Tanjung Lesung Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.14. Kebutuhan Air Baku KEK Sorong Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.16. Ketersediaan Air/Debit Andalan Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.17. Kebutuhan Air Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.18. Neraca Air Water Districk DAS Progo Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.19. Ketersediaan Air/Debit AndalanWater Districk DAS Opak Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.20. Kebutuhan Air Water Districk DAS Opak Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.21. Neraca Air Water Districk DAS Opak Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.22. Ketersediaan Air/Debit Andalan Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.23. Kebutuhan Air Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.24. Neraca Air Water Districk DAS Serang Error! Bookmark not defined.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk menunjang pariwisata dan kawasan ekonomi khusus
memiliki karakteristik tersendiri yang perlu dikaji agar dapat direncanakan dengan matang,
baik dari sisi kebijakan, teknis penyediaan air baku, ekonomi, maupun sosial lingkungan.
Kawasan Ekonomi Khusus diantaranya adalah sektor pariwisata, sehingga Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional dapat berhubungan dengan Kawasan Ekonomi Khusus. Dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, diperlukan sumber daya untuk keberlanjutan dari
kawasan tersebut, diantaranya untuk suplai air baku bagi Kawasan Ekonomi Khusus
tersebut. Kawasan Ekonomi Khusus yang dimaksud adalah :
4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur;
Demikian juga dengan penyediaan air baku untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,
yang memerlukan dukungan suplai air baku untuk keberlanjutan kawasan tersebut.
Penyediaan air baku untuk kawasan wisata ini juga dalam rangka mendukung kesepakatan
antara Kementerian Pariwisata, Kementerian PUPR, dan Bank Dunia untuk pengembangan
10 destinasi pariwisata nasional, serta untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus yang
telah ditetapkan wilayah pengembangannya.
5. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo-Tengger-Semeru (Kab dan Kota Malang; Kab
dan Kota Pasuruan; Kab Lumajang; Kab Probolinggo);
Dengan adanya studi potensi ini, diharapkan akan menghasilkan kajian terhadap potensi
penyediaan air baku pada KSPN dan KEK secara nasional. Untuk penyediaan air baku pada
kawasan strategis wisata strategis nasional, kajian hanya dilakukan dengan menganalisa data
sekunder baik pada pada kajian terdahulu maupun data sekunder lainnya yang belum dikaji.
Setelah menganalisa kajian yang telah dibuat serta karakteristik pada kawasan-kawasan
tersebut, disusunlah rancangan kebijakan penyediaan air baku pada kawasan wisata dan
kawasan ekonomi khusus. Setelah itu dilakukan kunjungan ke lapangan untuk mengkaji
rencana dan kebijakan pengembangan kawasan, rencana dan tahapan pengembangan
infrastruktur di kawasan tersebut, kebijakan daerah dalam pengelolaan sumber daya air
terkait penyediaan dan konservasi air baku, mengkaji rencana pengelolaan sumber daya air
maupun konsep rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang, serta berbagai
data penyediaan air baku di daerah tersebut. Untuk Kawasan Ekonomi Khusus, dilakukan
survey ke lokasi KEK, daerah pengembangnya, dan pada lokasi rencana alternatif penyediaan
air baku.
Dengan adanya Studi Potensi Penyediaan Air Baku Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Dan Kawasan Ekonomi Khusus ini, kegiatan penyediaan air baku diharapkan dapat
dilaksanakan secara lebih komprehensif dan tepat sasaran untuk menunjang perkembangan
pariwisata dan ekonomi pada kawasan maupun daerah-daerah tersebut. Untuk itu,
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Pusat Air Tanah dan
Air Baku melaksanakan kajian berupa Studi Potensi Penyediaan Air Baku Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Dan Kawasan Ekonomi Khusus.
Kegiatan air tanah dan air baku yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan persiapan
operasi dan pemeliharaan air tanah dan air baku, terdiri dari penyusunan rencana air tanah
dan air baku, pembangunan dan rehabilitasi embung air baku, pembangunan dan rehabilitasi
infrastruktur air baku, pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur air tanah, pembangunan
dan rehabilitasi jaringan irigasi air tanah, dan konservasi air tanah dan air baku. Pelaksanaan
kegiatan air tanah dan air baku dilaksanakan baik oleh pusat melalui beberapa
kementerian/lembaga, dan juga oleh daerah sampai dengan desa bahkan oleh swasta.
DRAFT LAPORAN AKHIR 2
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Hasil dari kegiatan ini perlu terintegrasi dalam suatu sistem informasi air tanah dan air baku
berupa aplikasi database menggunakan software seperti map info/GIS/dan lainnya, dimana
tampilan informasinya berupa menu-menu antar muka serta dapat berupa peta yang
dilengkapi grafik-grafik/tabel-tabel. Sistem informasi yang dimaksud juga memuat informasi-
informasi penting seperti data numeric infrastruktur terbangun (dalam satuan panjang
maupun volume), file gambar, data kinerja air tanah dan air baku, dan data historis lainnya.
Sistem informasi air tanah dan air baku akan terdiri dari data statis dan data dinamis, dimana
manajemen pemutakhirannya akan berbeda.
Antar muka, baik antar muka program (interface programming), antar muka pengguna (user
interface), dan pengaturan ke perangkat keras perlu dikaji terlebih dahulu dan diintegrasikan
terhadap kegiatan maupun kebijakan-kebijakan serta arahan-arahan air tanah dan air baku,
untuk menetapkan antar muka apa yang akan dikembangkan lebih lanjut hingga siap
digunakan dan terisi untuk lokasi wilayah sungai yang dipilih. Demikian juga dengan
pengintegrasian dengan sistem informasi dan data yang telah ada pada Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, dimana Sistem Informasi Air Tanah dan Air Baku dapat menjadi bagian dari
Sistem Informasi pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, sehingga harus dapat
terintegrasi dengan baik (kompatibel). Selain itu, sistem keamanan dan pembatasan akses
terhadap sistem informasi air tanah dan air baku, serta hal-hal lainnya terkait kemudahan
dan keberlanjutan pengelolaan sistem informasi air tanah dan air baku akan dikaji terlebih
dahulu, kemudian dipilih dan dikembangkan serta diaplikasikan. Aplikasi sistem informasi air
tanah dan air baku yang akan disusun ini harus dapat diisi dan diperbaharui oleh petugas di
lapangan, dengan verifikasi dari atasan yang bersangkutan. Untuk itu, pedoman dan manual
sistem informasi ini harus dibuat secara detil dan rinci, dan menjadi bagian tersendiri dari
laporan.
Dengan adanya kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Air Tanah dan Air Baku ini,
managemen, pembaharuan data hasil survey, dan akses terhadap informasi air tanah dan air
bakudapat lebih terintegrasi, lebih mudah (user friendly) baik dalam hal penyimpanan,
pencarian, editing, penghapusan dan pelaporan data-data/dokumen yang sudah diproses,
serta lebih berkelanjutan.Untuk itu, Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber
Daya Airmelalui Pusat Air Tanah dan Air Baku melaksanakan kegiatan ini.
Maksud dari kajian ini adalah untuk melakukan studi mengenai potensi dalam rangka
penyediaan air baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi
Khusus sebagaimana tersebut di atas. Hasil studi nantinya akan digunakan sebagai masukan
dalam melakukan Studi Kelayakan maupun studi lainnya pada masing-masing wilayah.
Tujuan dari studi potensi ini adalah menganalisis perihal kebutuhan air baku, pola
penyediaan air baku, serta analisa keberlanjutan penyediaan air baku pada kawasan
strategis pariwisata nasional dan kawasan ekonomi khusus tersebut di atas dengan
beberapa alternatif penyediaan air baku.
SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2017.
Nama Pejabat Pembuat Komitmen : PPK Pusat Air Tanah dan Air Baku I
RUANG LINGKUP
Lingkup pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan
pekerjaan sebagai mana tersebut di atas, antara lain:
1. Melakukan kajian literatur, studi terdahulu, dan kajian kasus untuk manajemen dan
kebijakan penyediaan air baku pada beberapa kawasan pariwisata yang sudah maju dan
pada beberapa kawasan industri yang sudah maju sebagai dasar penyusunan konsep
kebijakan penyediaan air baku pada KEK dan KSPN;
2. Memperoleh data dan informasi di pusat perihal rencana pengembangan KEK dan KSPN,
baik pada Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, Kementerian Perencanaan
Pembangunan, Kementerian Dalam Negeri, dan kementerian terkait lainnya termasuk unit
kerja lainnya di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
3. Mengkaji rencana maupun konsep rencana penyediaan air baku pada masing-masing
wilayah sebagai rencana suplai penyediaan air baku untuk KEK dan KSPN tersebut di atas;
4. Melakukan kajian konsep (kebijakan) penyediaan air baku pada kawasan pariwisata dan
kawasan ekonomi khusus;
4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur sebanyak 2 kali;
12. Mengkaji dan memperbaharui status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK
dan KSPN tersebut di atas atas data maupun informasi dari pemerintah daerah. Status dan
Rencana pengembangan KEK dan KSPN ini akan digunakan dalam rangka penyediaan air
baku, terutama untuk kajian kebutuhan air baku serta pola penyediaannya, terkait
kemampuan pembiayaan dan rencana pembangunan infrastruktur lainnya;
13. Mengkaji potensi sumber air baku (eksisting, rencana, dan rencana tambahan) pada masing-
masing kawasan tersebut di atas dalam rangka mendukung KEK. Untuk KSPN, cukup
dilakukan dengan menganalisa kesesuaian kajian terdahulu dengan Rencana maupun
Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai dan kesesuaian dengan pengaruh
geologi dan Cekungan Air Tanah;
14. Menyusun beberapa alternatif rencana penyediaan air baku pada masing-masing Kawasan
Ekonomi Khusus tersebut di atas (tahapan, rencana biaya, potensi masalah, alternatif
pemecahan masalah, dan rencana tindak lanjut). Untuk KSPN, kajian yang dilakukan berupa
pembaharuan studi terdahulu terhadap data dan kebijakan yang belum dianalisis. Rencana
penyediaan air baku pada KEK disusun dalam suatu diagram alir, dan disertai penjelasan rinci
dalam bentuk narasi, skema, peta, dan tabulasi. Rencana penyediaan air baku tersebut
dilengkapi dengan perkiraan rencana pemanfaatan air baku, berupa perkiraan biaya
investasi pemanfaatan, biaya operasional pemanfaatan, serta perkiraan tahapan
pemanfaatan air baku.
15. Mengkaji alternatif rencana penyediaan altenatif air baku yang disajikan berikut
rekomendasi dan penilaiannya;
16. Mengkaji keberlanjutan penyediaan air baku pada masing-masing kawasan tersebut di atas;
17. Membuat peta skematik rencana penyediaan air baku pada KSPN dan KEK.
1. Data pola dan Rencana maupun konsep pola dan rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai beserta Data Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air maupun
kebijakan daerah dalam pengelolaan sumber daya air.;
3. Aspek Geoteknik: mengumpulkan peta geologi serta menilai kecocokan daerah untuk
penyediaan air baku bagi KEK dan KSPN serta konservasinya;
5. Data rencana pengembangan KEK dan KSPN pada wilayah yang dimaksud.
6. Membuat kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil analisa yang telah dilakukan.
KELUARAN
2. Kajian konsep penyediaan air baku pada kawasan pariwisata dan kawasan ekonomi khusus;
4. Kajian konsep pengembangan KSPN dan KEK tersebut di atas dalam rangka penyediaan air
baku, terutama untuk kajian kebutuhan air baku serta pola penyediaannya;
7. Kajian Besaran potensi air baku dan air tanah yang dapat disediakan di masing-masing
kawasan;
11. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan air baku di kawasan (Capex dan
Opex).
Pelaksanaan kegiatan Studi Potensi Penyediaan Air Baku ini dilaksanakan selama 6 bulan
pada tahun anggaran 2017. 1 bulan = 30 hari kalender.
PERSONIL
Tenaga Ahli
Bidang
3 Ahli Muda Air Baku Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 6,00 Sumber Daya
Air
Bidang
4 Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah I S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air
Bidang
5 Ahli Muda Hidrogeologi Wilayah II S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air
Bidang
6 Ahli Muda Hidrologi Wilayah I S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 4,50 Sumber Daya
Air
Bidang
7 Ahli Muda Hidrologi Wilayah II S1 Teknik Sipil/Pengairan 4 Tahun 4,50 Sumber Daya
Air
Bidang
8 Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I S1 Planologi 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air
Bidang
9 Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II S1 Planologi 4 Tahun 5,00 Sumber Daya
Air
Bidang
10 Ahli Muda Ekonomi Wilayah I S1 Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air
Bidang
11 Ahli Muda Ekonomi Wilayah II S1 Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air
Bidang
13 Ahli Muda Pariwisata II S1 Planologi/Ekonomi 4 Tahun 4,75 Sumber Daya
Air
Bidang
14 Ahli Muda GIS S1 Geografi/Teknik Geodesi 4 Tahun 3,00 Sumber Daya
Air
Keterangan: Wilayah I terdiri dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan; dan Wilayah II terdiri dari
Sulawesi, NTB, Maluku Utara, dan Papua Barat.
4. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.
8. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.;
9. Bertugas dan bertanggung jawab dalam analisis data (kebutuhan dan potensi)
terkait perencanaan infrastruktur air baku di Wilayah I, serta berkoordinasi
dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian dapat komprehensif dan
terintegrasi.
12. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air
selama 4 (empat) tahun, terutama dalam perencanaan bidang sumber daya air
dan atau penyediaan air baku;
13. Memiliki sertifikat Keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.
14. Bertugas dan bertanggung jawab dalam analisis data (kebutuhan dan potensi)
terkait perencanaan infrastruktur air baku di Wilayah II, serta berkoordinasi
dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian dapat komprehensif dan
terintegrasi.
17. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi di bidang air tanah pengairan
khususnya air tanah untuk air baku 4 (empat) tahun;
19. Bertugas dan bertanggungjawab dalam menganalisa dari sisi hidrogeologi antara
lain untuk mengkaji kondisi struktur batuan, potensi air tanah, kondisi dan
kinerja PAT, alternatif peningkatan sistem PAT, serta rencana implementasi
untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar
kajian dapat komprehensif dan terintegrasi.
22. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi di bidang air tanah pengairan
khususnya air tanah untuk air baku 4 (empat) tahun;
23. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air/geologi dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK;
24. Bertugas dan bertanggungjawab dalam menganalisa dari sisi hidrogeologi antara
lain untuk mengkaji kondisi struktur batuan, potensi air tanah, kondisi dan
kinerja PAT, alternatif peningkatan sistem PAT, dan rencana implementasi untuk
Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda lainnya agar kajian
dapat komprehensif dan terintegrasi.
27. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air 4
(empat) tahun, terutama dalam pekerjaan pendataan atau perencanaan sumber
daya air;
28. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK;
29. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis dan perhitungan
ketersediaan air dan prediksi kebutuhan air untuk air baku dalam perencanaan
32. Berpengalaman dalam pekerjaan jasa konsultansi bidang sumber daya air 4
(empat) tahun, terutama dalam pekerjaan pendataan atau perencanaan sumber
daya air;
33. Memiliki sertifikat keahlian dalam bidang sumber daya air dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang terakreditasi, dan disahkan oleh LPJK.
34. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis dan perhitungan
ketersediaan air dan prediksi kebutuhan air untuk air baku dalam perencanaan
sumber daya air untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli Muda
lainnya agar kajian dapat komprehensif dan terintegrasi.
37. Berpengalaman dalam perencanaan tata ruang maupun analisa tata ruang
khususnya terhadap infrastruktur sumber daya air selama 4 tahun, terutama di
bidang perencanaan ekonomi makro untuk perencanaan kelayakan ekonomi
kegiatan di bidang sumber daya air;
38. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis pendayagunaan air
tanah terkait rencana pola dan struktur ruang wilayah, baik untuk prasarana air
tanah eksisting maupun terkait pengembangan/peningkatan pemanfaatan
prasarana air tanah untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya pendayagunaan air tanah yang
komprehensif.
41. Berpengalaman dalam perencanaan tata ruang maupun analisa tata ruang
khususnya terhadap infrastruktur sumber daya air selama 4 tahun, terutama di
bidang perencanaan ekonomi makro untuk perencanaan kelayakan ekonomi
kegiatan di bidang sumber daya air;
42. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis pendayagunaan air
tanah terkait rencana pola dan struktur ruang wilayah, baik untuk prasarana air
tanah eksisting maupun terkait pengembangan/peningkatan pemanfaatan
prasarana air tanah untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya pendayagunaan air tanah yang
komprehensif.
54. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis potensi dan
kebutuhan infrastruktur dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata
kawasan yang dikaji untuk Wilayah I, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
Muda lain dalam rangka tersusunnya rencana pengembangan kawasan
pariwisata yang komprehensif.
58. Bertugas dan bertanggungjawab antara lain dalam analisis potensi dan
kebutuhan infrastruktur dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata
kawasan yang dikaji untuk Wilayah II, serta berkoordinasi dengan tenaga Ahli
62. Bertugas dan bertanggung jawab dalam penyusunan peta rencana Penyediaan
Air Baku pada Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional yang dikaji dalam pekerjaan ini.
4. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah I dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama
dalam survey lapangan;
11. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Air Baku Wilayah II dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama
dalam survey lapangan;
23. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah I (1 orang, 4,5 MM)
26. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah I dalam menyiapkan
bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.
27. Asisten Tenaga Ahli Muda Hidrologi Wilayah II (1 orang, 4,5 MM)
31. Asisten Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I (1 orang, 5 MM)
34. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah I dalam
menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.
35. Asisten Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II (1 orang, 5 MM)
38. Bertugas membantu Tenaga Ahli Muda Tata Ruang Wilayah II dalam
menyiapkan bahan dan laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini.
39. Asisten Tenaga Ahli Muda Ekonomi Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)
42. Bertugas membantu Tenaga Ekonomi Wilayah I dalam menyiapkan bahan dan
laporan untuk menyusun output dari pekerjaan ini, terutama dalam survey
lapangan;
44. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK dan KSPN di Wilayah I untuk
mendata rencana serta kelayakan pengambangan kawasan KEK dan KSPN;
46. Asisten Tenaga Ahli Muda Ekonomi Wilayah II (1 orang, 4,75 MM)
53. Asisten Tenaga Ahli Muda Pariwisata Wilayah I (1 orang, 4,75 MM)
58. Melakukan survey lapangan ke lokasi KEK dan KSPN di Wilayah I untuk
mendata rencana pengembangan dan status KSPN;
LAPORAN
Laporan Pekerjaan " Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus " terdiri dari:
Berisi kerangka pikir yang dituangkan dalam bagan alur pikir pekerjaan pekerjaan dari
awal sampai sesuai standar yang berlaku. Rencana Mutu Kontrak diserahkan kepada
Direksi paling lambat 14 hari kalender setelah surat perintah mulai kerja di tanda
tangani.
Berisi kegiatan (progress) yang telah dilakukan ditambahkan rencana kegiatan bulan
berikutnya.
Berisi kegiatan (progress) yang telah dilakukan ditambahkan rencana kegiatan bulan
berikutnya.
Laporan ini berisikan kerangka kerja yang akan dilakukan mengenai persiapan,
pengurusan perijinan, mobilisasi tenaga & peralatan, rencana kerja, pengorganisasian
personil/tenaga Ahli Muda, pengumpulan data sekunder serta sumber data.
2. Hasil kajian pola dan rencana wilayah sungai serta kajian/studi lainnya pada balai
wilayah sungai maupun pada pemerintah daerah terkait;
3. Hasil kajian kasus penyediaan air baku untuk kawasan Industri dan kawasan wisata;
Laporan pendahuluan Buku harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat
50 (lima puluh) hari kalender dari ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja. Laporan ini
harus dibahas/didiskusikan dalam diskusi draf laporan pendahuluan (10 rangkap) pada
40 (empat puluh) hari kalender sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk
mendapatkan tanggapan dari peserta diskusi.
3. Hasil analisa kebutuhan air baku dalam beberapa alternatif penyediaan dan
beberapa alternatif tahapan pengembangan;
4. Rencana suplai air baku untuk memenuhi kebutuhan kek dan kspn
Laporan Interim harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat 100
(Seratus) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai kerja yang ditetapkan dalam SPMK.
Laporan ini harus dibahas/didiskusikan dalam diskusi draf laporan interim (10 rangkap)
pada 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja
untuk mendapatkan tanggapan dari peserta diskusi.
5. Konsep Laporan Akhir (15 rangkap) dan Laporan akhir (15 rangkap)
Berisikan seluruh hasil penyusunan yang telah dilaksanakan. Draft Laporan Akhir akan
digunakan sebagai bahan diskusi antar pelaksana pekerjaan dengan pemberi tugas dan
Laporan ini berisi ringkasan seluruh hasil pekerjaan dan diserahkan kepada pemberi
tugas paling lambat pada akhir pekerjaan.
7. Buku Skematisasi Potensi Penyediaan Air Baku untuk KSPN dan KEK (15 rangkap)
Berisi peta, skema, rencana, tahapan Penyediaan Air Baku untuk KSPN dan KEK disertai
penjelasannya. Berisi juga skema pengembangan KSPN dan KEK dalam bentuk profil
masing-masing KSPN dan KEK.
Berisi hasil kajian pola dan rencana PSDA WS dan kajian SDA lainnya terhadap potensi
rencana penyediaan air baku KEK dan KSPN dan hasil kajian lainnya. Draft buku ini
diasistensikan sebelum pembahasan laporan pendahuluan.
9. Menyerahkan softcopy data, perhitungan/analisis, laporan, dan peta terkait kajian ini dalam
DVD (5 buah) dan Eksternal Hard disk berkapasitas 1 Tb (1 buah).
HAL-HAL LAIN
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
2. Persyaratan Kerjasama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan disesuaikan dengan kebutuhan kajian.
4. Alih Pengetahuan
Dalam melaksanakan pekerjaan “Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus”, maka dibutuhkan metodologi
pelaksanaan pekerjaan. Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dibuat ini mempunyai
tujuan supaya pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan optimal, ekonomis, tepat guna
dan solusinya dapat diandalkan. Metodologi pelaksanaan pekerjaan ini berupa bagan alir
pekerjaan dan secara garis besar terdiri dari beberapa kegiatan yang mencakup:
Tahap 1 : Pendahuluan
Tahap 5 : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN danKEK
Proses yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan, digambarkan berupa bagan alir seperti
pada Gambar 1.1, Gambar 1.2 dan Gambar 1.3 sebagai berikut:
PENDAHULUAN
1. Persiapan Administrasi
Penyusunan RMK
Diskusi
Tidak
Disetujui
Ya
2. Studi Terdahulu dan Kajian Kasus Manajemen Penyediaan Air Baku Kawasan
Pariwisata Maju dan Kawasan Industri Maju
Diskusi
Tidak
Disetujui
Ya
2. Memperbaharui Status dan Konsep serta Status Rencana Pengembangan KSPN dan KEK
3. Kajian Potensi Sumber Air Baku (Eksisting, Rencana, dan Rencana Tambahan) Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
Diskusi
Tidak
Disetujui
Ya
PEMBUATAN PETA SKEMATIK RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU KSPN DAN KEK
Diskusi
Tidak
Disetujui
Ya
Disetujui
Selesai
Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Nama Perusahaan : PT. INAKKO INTERNASIONAL KONSULINDO KSO PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
Bulan
No. Jenis Kegiatan I II
III IV V VI
KET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A PENDAHULUAN
1 Persiapan Administrasi
2 Mobilisasi dan Koordinasi Tim Pelaksana
3 Pemantapan Program Kerja dan Pendalaman KAK
4 Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu
5 Diskusi dan Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan
E PEMBUATAN PETA SKEMATIK RENCANA PENYEDIAAN AIR BAKU KSPN DAN KEK
1 Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK
Keterangan :
= Penyerahan Laporan
= Diskusi
= Diskusi
Progress Kegiatan
Jadwal Penugasan Personil pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
pada Tabel 1.4 sebagai berikut:
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
JADWAL PENUGASAN PERSONIL
Studi Potensi Penyediaan Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
A. T ENA GA A HLI
1 Ketua Tim (Team Leader) Ir. Hendra A nanda, ME. 1,00 6,00 6,00
2 A hli Muda A ir Baku Wilayah I Ir. Murdiyantoro 1,00 6,00 6,00
3 A hli Muda A ir Baku Wilayah II Ir. Moch. A bubakar Sanusi, M.Si 1,00 6,00 6,00
4 A hli Muda Hidrogeologi Wilayah I Ir. Priyadi Karsono 1,00 5,00 5,00
5 A hli Muda Hidrogeologi Wilayah II Ir. Darupratomo, MT 1,00 5,00 5,00
6 A hli Muda Hidrologi Wilayah I Ir. Carsa Kusumaatmaja 1,00 4,50 4,50
7 A hli Muda Hidrologi Wilayah II Ir. Sri Wahyuni 1,00 4,50 4,50
8 A hli Muda Tata Ruang Wilayah I Ir. A rifadi 1,00 5,00 5,00
9 A hli Muda Tata Ruang Wilayah II Joihot Rizal Tambunan, ST 1,00 5,00 5,00
10 A hli Muda Ekonomi Wilayah I Nasliatul Fuad, SE 1,00 4,75 4,75
11 A hli Muda Ekonomi Wilayah II Harjanto, SE 1,00 4,75 4,75
12 A hli Muda Pariwisata Wilayah I Erlien Widijawati, SE 1,00 4,75 4,75
13 A hli Muda Pariwisata Wilayah II Suharto, SE, M.Si 1,00 4,75 4,75
14 A hli Muda GIS A friani, S.Si 1,00 3,00 3,00
B. T ENA GA PENDUKUNG
1 A sisten A hli Muda A ir Baku Wilayah I Nur Cholid, ST 1,00 6,00 6,00
2 A sisten A hli Muda A ir Baku Wilayah II Isni Septima A nindhita, ST 1,00 6,00 6,00
3 A sisten A hli Muda Hidrogeologi Wilayah I Harjoko, ST 1,00 5,00 5,00
4 A sisten A hli Muda Hidrogeologi Wilayah II Denny Hafsan Damanik, ST 1,00 5,00 5,00
5 A sisten A hli Muda Hidrologi Wilayah I Heru A ndri Padmono, ST 1,00 4,50 4,50
6 A sisten A hli Muda Hidrologi Wilayah II Juwardi, ST 1,00 4,50 4,50
7 A sisten A hli Muda Tata Ruang Wilayah I Imam Noermansyah, ST 1,00 5,00 5,00
8 A sisten A hli Muda Tata Ruang Wilayah II Siti Handayani, ST 1,00 5,00 5,00
9 A sisten A hli Muda Ekonomi Wilayah I Ika A prilia, SE 1,00 4,75 4,75
10 A sisten A hli Muda Ekonomi Wilayah II RR. Siti Sarining Bumi, SE 1,00 4,75 4,75
11 A sisten A hli Muda Pariwisata I Syamsul Bachri, SE 1,00 4,75 4,75
12 A sisten A hli Muda Pariwisata II Taufik Rahman, SE 1,00 4,75 4,75
13 Operator Komputer 1 Solihin, S.Kom 1,00 6,00 6,00
14 Operator Komputer 2 Tata Saputra, S.Kom 1,00 6,00 6,00
15 Staf A dministrasi 1 Wiji Utami, A .Md 1,00 6,00 6,00
16 Staf A dministrasi 2 Sofienty Sofyan, A .Md 1,00 6,00 6,00
17 Surveyor 1 Tidaryo Kusumo, ST 1,00 2,00 2,00
18 Surveyor 2 A ditia Indra Buana, ST 1,00 2,00 2,00
19 Surveyor 3 Noventra Pradana, ST 1,00 2,00 2,00
20 Surveyor 4 Bima Prahara, ST 1,00 2,00 2,00
21 Surveyor 5 Bimo Suprapto, ST 1,00 2,00 2,00
22 Surveyor 6 Bahtiyar A rif A rafah, ST 1,00 2,00 2,00
23 Surveyor 7 Dominggus Dyra, A .Md 1,00 2,00 2,00
24 Surveyor 8 Dongki Riyo Wijanarko, A .Md 1,00 2,00 2,00
25 Surveyor 9 Muhammad Lutfi, ST 1,00 2,00 2,00
26 Surveyor 10 Novie Ertanti, ST 1,00 2,00 2,00
27 Surveyor 11 Raka Harjuna, ST 1,00 2,00 2,00
28 Surveyor 12 Rismawati, ST 1,00 2,00 2,00
29 Surveyor 13 Vance Yorgen Rumengan, ST 1,00 2,00 2,00
30 Surveyor 14 Clasina Mayaindrawati, ST 1,00 2,00 2,00
31 Surveyor 15 Lalu Dedi Kurniawan, ST 1,00 2,00 2,00
32 Surveyor 16 Baiq Yatmi Widalia, ST 1,00 2,00 2,00
33 Surveyor 17 Yayan Musyanto Sodiq, ST 1,00 2,00 2,00
34 Surveyor 18 Bambang Sudaryadi, ST 1,00 2,00 2,00
6
Kantor
Lapangan
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BAB II
PELAKSANAAN STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan adanya tahapan-
tahapan kegiatan. Hal ini ditujukan untuk mengetahui secara sistematis substansi dari
pekerjaan ini. Adapun tahapan kegiatan tersebut adalah :
Tahap I : Pendahuluan
1. Persiapan Administrasi
2. Studi Terdahulu dan Kajian Kasus Manajemen dan Kebijakan Penyediaan Air Baku Kawasan
Pariwisata Maju dan Kawasan Industri Maju
1. Persiapan Lapangan
1. Kajian status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK dan KSPN
2. Memperbaharui status dan konsep serta status rencana pengembangan KEK dan KSPN
3. Kajian potensi sumber air baku (eksisting, rencana, dan rencana tambahan), Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
Tahap V : Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK
1. Pembuatan Peta Skematik Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK
12. Dokumentasi
Pola pikir tahapan pelaksanaan pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat digambarkan
dalam bentuk bagan alir pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 sebagai berikut :
Cukup
Kecukupan
Ketersediaan Air
Tidak
Kajian Sistem Penyediaan Air Baku
Potensi Sumber Air Baku yang Ada (Evaluasi Kriteria Penyaringan/EKP)
Kuantitas potensi Air Baku
Kualitas Air
Kehandalan Debit
Ya
Cukup Penyaringan Potensi Persyaratan Peraturan
Dampak Lingkungan
Potensi Biaya
Tidak Waktu Pelakasanaan
Potensi Sumber Air Baku Permukaan Hambatan Pengembangan
Strategi Terpilih
Tambahan Potensi Kehilangan Air
10. Kompetisi Suplai Air
Ya Rangking Strategi
Cukup Terpilih
Tidak
A B C D
Gambar 2.1. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan (Bagian 1)
Ya
Cukup Penyaringan Potensi Evaluasi Kriteria
Penyaringan/EKP
Tidak
Strategi Terpilih
Tidak
Cukup
Ya
Selesai
Analisis Potensi Air Baku pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi
Khusus. Untuk mendapatkan gambaran terhadap potensi penyediaan air baku pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus, diperlakukan beberapa analisa
yang memiliki ketergantungan dan keterkaitan antara satu dan lainnya. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar dan kriteria tertentu yang berlaku. Hasil analisis
tersebut berupa asumsi ketersediaan dan kebutuhan air baku yang terkait dengan
kebutuhan air lainnya di masa yang akan datang.
Analisa yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan skenario dan
alternatif pilihan strategi pengelolaan air baku khususnya pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :
1. Data jumlah penduduk tahun 1. Kebutuhan air RKI per distrik, Asumsi kebutuhan air baku per
terakhir 2. Kebutuhan air irigasi per distrik, distrik untuk saat ini dan kebutuhan
2. Angka pertumbuhan penduduk 3. Kebutuhan air yang lain (pertanian, air baku di 5,10,15 dan20, tahun
3. Standar kebutuhan air baku perikanan, pariwisata per distrik). yang akan dating dilengkapi
4. Iklim, Evapotransporasi perannya.
5. Rencana Pengembangan Industri
6. Peta Topografi
7. Peta Tata Guna Lahan
8. Data pasang surut
9. Rencana pengembangan irigasi
10. Data lokasi prasarana –
sarana, prasarana –sarana sumber
daya air (Aset Sumber Daya Air)
11. DEM (Digital Elevation
Model)
1. Peta Tata Guna Lahan
2. Data Pasang Surut
3. Salinitasi di sungai
4. Rencana Pengembangan Irigasi
5. Data Lokasi Prasarana-Sarana
Sumber Daya Air (Aset Sumber Daya
Air)
1. DEM (Digital Elevation Model)
2. Data pengguna dan jumlah Analisis kebutuhan air Tanah Asumsi Penggunaan air tanah dalam
penggunaan air tanah 3 (tiga) tahun 5,10,15 dan 20 tahun yang akan
terakhir. datang. Dan Peta cekungan air tanah
beserta lokasi penggunaannya.
4. Ketersediaan air permukaan dalam Neraca Air per distrik 1. Neraca Air per distrik dalam
5,10,15 dan 20 tahun yang akan 5,10,15 dan 20 tahun.
datang
5. Ketersediaan Air Tanah dalam
5,10,15 dan 20 tahun yang akan
2. Lokasi daerah distrik yang
dating Alokasi Air dengan simulasi antara mengalami kekurangan air pada
ketersediaan air permukaan dan air musim kemarau.
tanah dengan kebutuhan air per distrik.
1. Data lokasi Prasarana-sarana Analisis aset pengendalian daya rusak Prosentase berfungsinya atau
Sumber Daya Air (Aset Sumber Daya air kerusakan aset pengendalian daya
Air) rusak air
1. Ketersediaan air permukaan. Analisis Ketersediaan Air Permukaan 1. Ketersediaan air permukaan saat
1. Curah hujan rata-rata harian ini.
Metode : Analisis/model korelasi antara 2. Ketersediaan air permukaan
curah hujan – aliran limpas. dalam 5,10,15,20,25,50 dan 70
tahun yang akan datang.
Model Tangki Kotak Standar
Inventarisasi Data
Inventarisasi data ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi sebagai dasar
untuk penyusunan neraca air tanah dan air baku pada setiap daerah aliran sungai dan
wilayah sungai, antara lain berupa :
1. Data umum;
Secara rinci inventarisasi data yang diperlukan guna penyusunan neraca air tanah dan
air baku diuraikan seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.2. Pengumpulan Macam dan Jenis Data, Sumber Data dan Periode Waktu
I. Data Umum
1. Kabupaten Dalam Angka : Badan Pusat Statistik Tahunan (4 tahun terakhir)
Dinamika Kependudukan
2. Rencana Tata Ruang Bappeda Provinsi, Kabupaten / kota Sesuai Perda Tata Ruang Yang
berlaku
3. Peta :
a. Peta Topografi. Badan Informasi Geospasial (BIG). Tahun terakhir
b. Peta Tanah. Badan Pertanahan Nasional (BPN). Tahun terakhir
c. Peta Penggunaan Lahan BPN, BIG, Lembaga Penerbangan dan Tahun terakhir, 5, 10 tahun
3. Dinamika Perubahan Kualitas Air BPLH (Badan Pengendalian Lingkungan Minimal 3 tahun terakhir
Hidup)
Kementerian Kesehatan
Analisis data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan neraca
air tanah dan air baku, diperlukan analisa yang memiliki ketergantungan dan
keterkaitan antara yang satu dengan lainnya.
Hasil analisa tersebut berupa asumsi ketersediaan sumber air baku dan sumber air
tanah, serta kebutuhan akan air baku.
Umum
Pada umumnya data curah hujan di setiap daerah aliran sungai/wilayah sungai, atau
daerah-daerah tertentu sudah tersedia di setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
Namun demikian data tersebut apabila akan digunakan untuk keperluan analisis
selanjutnya, sering dijumpai permasalahan yang dapat menghasilkan hasil analisa
yang kurang memuaskan .
Permasalahan utama yang sering dijumpai dengan data curah hujan, antara lain
meliputi:
Kekurang akurasi-an data curah hujan banyak dijumpai pada datan curah hujan yang
berasal dari pencatatan manual, data tersebut sering terjadi karena petugas pencatat
data curah hujan tidak selamanya berada di tempat atau tidak melakukan pencatatan
secara harian. Untuk mengantisipasinya data curah hujan yang tidak akurat, biasanya
dilakukan dengan menganalisis data curah hujan dengan mempertimbangkan data
curah hujan dari stasiun terdekat, atau dengan interpolasi 2 (dua) atau 3 (tiga) data
curah hujan stasiun terdekat.
Data curah hujan yang belum diolah/dianalisis hampir terjadi di sebagian besar Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai. Pada umumnya data yang ada baru berbentuk data tinggi
curah hujan dalam (mm), dan sebagian masih dalam bentuk grafik yang belum di olah.
Dari data curah hujan tersebut belum tergambar tentang bentuk pola hujan dan
periode curah hujan. Contoh bentuk pola hujan adalah sebagai berikut :
Bentuk pola hujan tersebut akan dapat mempengaruhi besaran debit puncak yang
dihasilkan dari analisis debit yang dihitung. Untuk mengantisipasi data curah hujan
yang belum diolah dengan benar, perlunya pembinaan kepada petugas pengolah data
curah hujan agar dapat mengolah data curah hujan seperti yang diperlukan bagi
seluruh pengguna.
Di beberapa daerah aliran sungai/wilayah sungai masih sering dijumpai data curah
hujan yang belum cukup mewakili sebagai dasar untuk menghitung debit yang
dihasilkan dapat berupa besaran debit yang terlalu besar atau terlalu kecil, sehingga
belum menggambarkan korelasi antara kondisi curah hujan yang sebenarnya dengan
besaran debit terhitung, Dari hasil studi pola pengelolaan sumber daya air dan
rencana pengelolaan sumber daya air di setiap wilayah sungai, telah dihasilkan
rekomendasi pemasangan alat klimatologi yang diharapkan dapat melengkapi dan
menyempurnakan data curah hujan yang sudah ada.
Permasalahan lain yang sering terjadi dengan data curah hujan, adalah data yang
tersedia tidak tersaji secara terus menerus atau terputus pada beberapa tahun. Hal
tersebut terjadi karena alat pencatat curah hujan yang ada mengalami kerusakan,
atau pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya belum berjalan sebagaimana
mestinya. Data yang terputus ini pada umumnya akan dapat menyulitkan dalam
pelaksanaan analisis data curah hujan, dan untuk menghasilkan hasil analisis yang
dapat menggambarkan koneksi curah hukan yang mendekati kebenaran, dipelukan
kejelian dan pengalaman yang memadai dari para pengolah data.
Hal yang sering dilakukan oleh beberapa pengolah data antara lain dengan:
2. Menambah data seri dalam beberapa bagian, selanjutnya baru dilakukan kesimpulan setelah
mempertimbangkan besaran debit yang terhitung.
Apabila dijumpai data debit terukur di sungai, akan sangat membantu dalam
mengevaluasi data curah hujan yang digunakan sebagai dasar hitungan.
Hal yang dijumpai di setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai adalam belum
tersedianya data debit, khususnya debit kecil yang terjadi pada musim kemarau.
Besaran debit sungai pada musim kemarau adalah besaran debit aliran dasar (base
flow) yang berasal dari mata air, air tanah atau hasil rembesan kanan-kiri sungai. Di
beberapa bagian sungai-sungai yang sudah terbangun bangunan pengambilan air,
biasanya sudah dilengkapi alat pencatat duga muka air yang otomatis maupun yang
masih berupa alat dengan muka air manual, ataupun di beberapa bagian sungai sudah
dilengkapi dengan alat pencatat duga muka air, tetapi data yang tersedia masih dalam
bentuk data awal yang belum diolah sehingga belum dapat menggambarkan besaran
debit sungai yang mengalir.
Untuk itu perlunya dilakukan pembinaan yang terus menerus terhadap petugas
pengolah data baik data hidroklimatologi maupun data hidrologi, sehingga semua
data yang diperlukan selalu tersedia bagi seluruh pengguna. Untuk sungai-sungai yang
belum tersedia alat duga muka air, untuk kondisi sungai-sungai yang belum difasilitasi
alat duga muka air, apabila nantinya akan dibangun suatu bangunan
pengambilan/intake, diperlukan suatu rencana yang lebih terencana dengan
membangun bangunan pengamatan debit terlebih dahulu sebelum perencanaan
bangunan pengambilan air. Data tersebut diperlukan agar data ketersediaan air dan
kehandalan debit yang akan digunakan sebagai dasar analisis cukup tersedia.
Data potensi air tanah sudah tersedia di seluruh Balai Besar/ Balai Wilayah Sungai
dalam bentuk peta Hidrogeologi dan potensi cekungan air tanah. Data yang tersedia
masih dalam data peta dalam skala yang kecil dan belum dapat menunjukkan
keberadaan lokasi-lokasi sumber air tanah yang lebih rinci untuk dapat dilakukan
pengambilan air tanahnya. Untuk dapat dilakukan pengambilan airnya sesuai rencana
pengambilan, perlu dilakukan survey dan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui
lokasi pengambilan air yang memadai sesuai rencana pengambilannya.
Secara umum permasalahan yang terkait dengan ketersediaan sumber air daerah-
daerah aliran sungai /wilayah sungai dapat dibedakan menurut asal sumber air:
Penurunan kualitas sumber air yang berasal dari sumber air sungai, dapat disebabkan
antara lain oleh:
1. Penurunan fungsi daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai daerah penyangga sehingga
dapat menyebabkan penurunan besaran debit air yang terjadi pada musim kemarau/kering.
2. Penurunan kualitas air akibat pencemaran air (fisik dan kimiawi), pencemaran sumber air
dapat berasal dari daerah aliran sungai, pertanian, industri, pertambangan, pengaruh
pembangunan, perkebunan dan penduduk.
Pencemaran kualitas air yang bersifat fisik dapat berasal dari hasil erosi daerah aliran
sungai, pencemaran akibat pengaruh pembangunan, pertambangan dan penduduk.
Pencemaran kualitas air yang bersifat kimiawi diantara lain dapat berasal dari limbah
industri, pertambangan, pertanian, perkebunan dan penduduk/ perkotaan.
Penurunan kualitas sumber air yang berasal dari tampungan air, pada umumnya
disebabkan antara lain oleh:
1. Penurunan fungsi daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai daerah penyangga. Hal ini
sering terjadi pada system tampungan air dengan volume yang relative kecil seperti embung
arau waduk tahunan. Sistem tampungan air dengan volume yang relative kecil, pada
umumnya sangat rentan terhadap perubahan musim yang sewaktu-waktu dapat berubah,
sehingga pada musim kering yang panjang sering terjadi kekurangan air.
Permasalahannya dalam penyusunan kebutuhan air tanah dan air baku akan lebih
diperioritaskan pada pemenuhan kebutuhan untuk rumah tangga, kota dan industri
(RKI), Hal tersebut dilakukak mengingat kebutuhan air akan RKI merupakan kebutuhan
air yang menjadi prioritas dalam penyediaan air baku dan dalam upaya penyediaannya
terdapat banyak kendala dan upaya pertimbangan sesuai dengan program jangka
panjang perkembangan kota yang akan dianalisis untuk mendapat pemenuhan
kebutuhan air.
Kebutuhan manusia akan air khususnya di perkotaan dari waktu ke waktu selalu
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk akan meningkatnya intensitas dan
ragam kebutuhan akan air, seperti halnya untuk memenuhi kebutuhan akan rumah
tangga, niaga, industri, pemerintahan, sosial dan penggelontoran kota. Untuk dapat
memenuhi akan kebutuhan air perlunya suatu rencana jangka panjang pengelolaan air
baku dan air tanah yang sudah mempertimbangkan kebutuhan seluruh penggunaan
air dan rencana penyediaannya.
Kebutuhan akan air baku dikategorikan dalam bentuk kebutuhan air domestik dan non
domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga, yaitu untuk keperluan minum, masak, mandi serta keperluan
rumah tangga lainnya sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk
keperluan kantor, tempat ibadah, niaga, dan lain-lain..
3. Ketersediaan potensi sumber daya alam, termasuk potensi sumber daya air, dan
4. Sistem sarana dan prasarana yang sudah ada, termasuk peninggalan sejarah dan budaya.
2. Budaya;
3. Perdagangan;
4. Industri;
5. Pendidikan;
6. Pariwisata, dan
7. Pertanian.
8. Daya dukung ekosistem wilayah , yang meliputi sumber daya air, pertanian, lingkungan, dan
sumber daya alam lainnya.
Kondisi dan potensi dari setiap kota di Indonesia sangat berbeda-beda, dan tidak
semua kota mempunyai persyaratan potensi untuk menjadi kota besar dan hanya
beberapa kota saja yang mempnyai potensi untuk menjadi kota besar yang didukung
oleh 8 (delapan) faktor tersebut antara lain seperti DKI Jakarta, Semarang, Surabaya,
Bandung, Makassar, Medan, Palembang, dsb.
Dengan keterbatasan setiap kota untuk menjadi kota besar akan mempengaruhi
terhadap pola/tipe perkembangan penduduk yang selanjutnya akan mempengaruhi
terhadap skema pemenuhan kebutuhan air jangka panjang.
Sebagai contoh kota Ternate ibukota Provinsi Maluku Utara, dari hasil analisis rencana
pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Halmahera Utara, daya dukung ekosistem
Sumber air terbatas hanya bersumber dari air tanah, tidak ada potensi air permukaan
baik yang berasal dari sungai ataupun tampungan buatan, di Pulau Ternate terdapat
situ, tetapi sumber airnya sangat terbatas, dan dengan potensi sumber air tanah yang
ada, diperkirakan hanya akan dapat memenuhi perkembangan perkotaan sampai 15
(lima belas) tahun yang akan datang. Untuk mengantisipasi kekurangan air bagi
penduduk Pulau Ternate, Pemerintah provinsi Maluku Utara telah membatasi
perkembangan penduduk, dengan memindahkan pusat pemerintahan Provinsi ke
Pulau Halmahera.
Penyesuaian atau tinjauan terhadap pemenuhan kebutuhan air untuk setiap kota di
Indonesia setiap periode 5 (lima) tahunan juga dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan potensi perubahan kebijakan politik nasional maupun daerah yang setiap
periode 5 (lima) tahunan mengalami perubahan. Pada umumnya, setiap terjadi
perubahan politik akan berpengaruh terhadap perubahan kebijakan dalam
merumuskan program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Tinjauan Umum
Air Baku adalah semua air yang dapat berasal dari air permukaan dan berasal dari air
tanah. Air adalah salah satu sumber daya alam yang diperlukan bagi semua kehidupan
dan merupakan penyangga utama dalam sistem tata lingkungan.
Kebutuhan manusia akan air dari waktu ke waktu selalau meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk akan meningkatnya intensitas dan ragam kebutuhan akan air,
seperti halnya untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tangga, niaga, industri,
pemerintahan, sosial dan penggelontoran kota.
Untuk dapat memenuhi akan kebutuhan air baku disaat ini dan sampai dimasa yang
akan datang, perlunya suatu rencana jangka panjang pengelolaan air yang sudah
mempertimbangkan kebutuhan seluruh penggunaan air dan rencana penyediaan
airnya.
Untuk dapat melaksanakan pemenuhan akan kebutuhan air tersebut perlu adanya
suatu penyusunan rencana jangka panjang pengelolaan air yang dapat berasal dari air
permukaan dan air tanah.
Guna melaksanakan penyusunan rencana jangka panjang pengelolaan air tanah dan
air baku diperlukan suatu kriteria, skenario dan strategi pengelolaan yang disesuaikan
dengan kondisi sumber daya air, sumber daya alam dan kemampuan pembiayaan
pengelolaan di setiap wilayah sungai.
Dari data profil umum KSPN dan KEK tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap
kawasan pengembangan kawasannya, yang kesemuanya dapat diklasifikasikan
peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan :
3. Aneka industri;
4. Industri petrokimia;
15. Pariwisata.
Air baku merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara
berkelanjutan. Kebutuhan akan air (bersih) dikategorikan dalam kebutuhan air
domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum, masak,
mandi serta keperluan rumah tangga lainnya, sedangkan kebutuhan air non domestik
digunakan untuk keperluan kantor, tempat ibadah, niaga, dan lain-lain.
Penyediaan akan pemenuhan kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan berbagai
cara, disesuaikan dengan kondisi sumber air yang tersedia dan kebutuhan sarana serta
Kebutuhan air baku merupakan kebutuhan yang selalu berkembang dan meningkat
dari waktu ke waktu, sedangkan kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air baku
dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh
kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan Air Baku disebabkan oleh
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan aktifitas kehidupan masyarakat serta
perkembangan kota/kawasan pelayanaan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan
peningkatan sosial-ekonomi masyarakat.
Air baku adalah air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas meraka sehari-hari, yang dapat
berasal dari air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
Termasuk dalam pengertian itu adalah air permukaan, air tanah, air hujan dan air
laut yang berasal di darat.
Air baku dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan yang paling
pokok, sehingga diperlukan pemenuhan penyediaan yang memadai sesuai
kebutuhan yang diperlukan.
Tiap orang perhari akan membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor kebudayaan, status sosial-ekonomi dan standar
hidup. Kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya
yang dikeluarkan untuk air baku atau kualitas air.
Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3-10 liter air per hari,
tergantung cuaca dan aktivitas yang dilakukan. Sumber lain menyatakan bahwa
kebutuhan minum rata-rata adalah ½ (setengah) ons untuk setiap pound berat
badan, atau setara dengan 3,25 liter air minum per berat badan seberat 100kg
(3,25l/100kg berat badan). Untuk orang Indonesia dengan berat rata-rata seberat
antara 60-70kg sehingga secara umum orang dewasa yang sehat membutuhkan
Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari dari berbagai referensi seperti
diuraikan pada tabel berikut:
1 2 3 4 5 6
*hari maks *hari maks *hari maks *hari maks *hari maks
12. Volume Reservoir (% Max Day 15-25 15-25 15-25 15-25 15-25
Demand)
s/d s/d
80:20 80:20
30l/orang/hari
7 Penduduk
9 Industri
Pada pengelolaan alokasi air di wilayah sungai, data kebutuhan air irigasi biasa
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan (DPUP) Kabupaten/Kota yang
dikirimkan ke Balai Pengelolaan Sumber Daya Air atau Dinas Sumber Daya Air Provinsi
sebagai masukan untuk pengelolaan alokasi air. Meskipun demikian kadangkala
terdapat permasalahan terlambatnya penerimaan data kebutuhan air irigasi dari
DPUP Kabupaten/Kota, sehingga mengganggu kelancaran proses alokasi pembagian
air; serta kurang akuratnya untuk menghitung kebutuhan air irigasi, berdasarkan
parameter-parameter yang mempengaruhi, antara lain pola dan jadwal tanam, curah
hujan efektif, perkolasi, efisiensi, golongan, dan lain sebagainya berdasarkan kriteria
perencanaan jaringan irigasi KP01 dari Direktorat Jenderal Pengairan (1985).
Kebutuhan air di sawah untuk padi bergantung pada faktor-faktor penyiapan lahan,
penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pengganti lapisan air, curah hujan
efektif, dan efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah ini biasa dinyatakan dalam satuan
mm/hari atau liter/s/ha.
1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. Pada umumnya
berkisar antara 1 bulan (denganmesin) sampai dengan 1,5 bulan.
2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk tanah bertekstur berat tanpa
retak-retak diambil 250mm, dan jika tanah dibiarkan keras untuk waktu yang lama (lebih
dari 2,5 bulan) maka kebutuhan air untuk penyiapan lahan diperkirakan 300mm.
3. Penggunaan Konsumtif
EtC = KC x ET0
KC = koefisien tanaman
4. Evapotranspirasi
Besarnya evapotranspirasi dapat diperoleh dari data evaporasi Pan Kelas A; dan
perhitungan Penman. Jika digunakan Pen Kelas A, maka nilai evaporasi dan harus
dikoreksi dengan koefisien pan Kp sebesar antara 0,65 sampai dengan 0,85
Et0 = KP x Epan
5. Koefisien tanaman
NEDECO/PROSIDA FAO
BULAN
VARIETAS VARIETAS
VARIETAS BIASA VARIETAS BIASA
UNGGUL UNGGUL
3 1,24 0 1,05 0
4 0 0
6. Perkolasi
Laju perkolasi berkisar antara 1-3 mm/hari, bergantung pada sifat-sifat tanahnya
apakah lempung, lanau atau pasir.
Pergantian lapisan air biasa dilakukan setelah pemupukan. Pergantian lapisan air
ini pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing 50mm (atau
33mm/hari selama ½ bulan) pada saat sebulan dan dua bulan setelah tanam.
Curah hujan efektif dapat diperkirakan 70% dari curah hujan minimum tengah
bulanan dengan periode ulang 5 tahun (R80%)
Rc = 0,7 x R80%
Dimana:
Rc = Hujan Efektif
Dimana:
P = perkolasi
RC = hujan efektif
DR = NFR / eff
Dimana:
Nilai efisiensi irigasi tanaman padi menurut Ditjen Pengairan (1984) berkisar
antara 55% untuk jaringan irigasi pada umumnya, dan 65% untuk jaringan
1. Aliran Pemeliharaan
Aliran pemeliharaan sungai adalah aliran minimum yang harus ada di sungai untuk
melindungi ekosistem sungai. Ini penting agar sungai dapat menjalankan fungsi
ekologinya bagi alam, dan sama pentingnya seperti fungsi-fungsi bagi kehidupan
manusia. Mengingat pentingnya aliran pemeliharaan sungai secara proporsional
harus disediakan terlebih dahulu sebelum ketersediaan air dialokasikan bagi
berbagai kebutuhan air lainnya.
Bagi sungai-sungai yang airnya berlebih di musim kemarau, air sungai tidak boleh
dihabiskan dalam perjalanannya menuju laut. Sementara bagi sungai-sungai yang
airnya kurang, pelaksanaan ketentuan aliran pemeliharaan sungai diprioritaskan
secara proporsional dengan kebutuhan air lainnya. Artinya perlu dilakukan
penghematan pemakaian air agar sungai tidak habis airnya.
Dimana:
Kabupaten
3. Menggunakan debit minimum sungai hasil observasi dan hasil yang terbesar yang kemudian
diambil sebagai debit minimum.
Terdapat 4 metodologi EFA, yaitu metode yang berdasarkan debit aliran sungai
historis, metode hidraulik, metode simulasi habitat, dan metode holistik.
Metodologi yang berdasarkan debit aliran sungai historis menggunakan kurva
durasi aliran (flow duration curve). Sedangkan metode hydraulic rating
menggunakan kaitan antara variabel hidraulik seperti keliling basah dan
kedalaman maksimum yang dapat diperoleh dari data pengukuran irisan sungai.
Metode simulasi habitat juga menggunakan kaitan hidraulik dan debit, akan tetapi
dilengkapi dengan analisis kuantitas dan kesesuaian habitat di sungai untuk
mencapai target biota pada berbagairejim aliran sungai, berdasarkan respon data
hidrologi, hidraulik, dan biologi. Contoh metode ini adalah IFIM (Instream Flow
Incremental Methodology). Gabungan dari ketiga metode terdahulu dikenal
dengan nama metode holistik, dan dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat
seperti: estetika, ketergantungan ekosistem sungai, biaya ekonomi dan manfaat
dari perubahan rezim aliran, perlindungan budaya tertentu, dan rekreasi sungai.
LAMA PENILAIAN
METODE KEUNGGULAN KELEMAHAN
(bulan)
Simulasi Habitat 6-18 Termasuk kajian Perlu banyak data tenaga ahli,
ekologi mahal
1. Perikanan air tawar, yang terdiri atas air tenang di kolam dandi sawah; perikanan air deras di
saluran, dengan atau tanpa keramba, atau di kolam;
2. Perikanan air payau atau tambak, dengan sistem tradisional dan sistem teknis atau intensif;
Pengembangan budi daya tambak memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Budi
daya tambak dapat berupa tambak tradisional, semi intensif, dan intensif. Kebutuhan
air tawar pada tambak perlu dihitung dengan seksama, sebab kebutuhannya sangat
besar, bahkan lebh besar dari kebutuhan air tanaman padi. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain adalah:
Qf = [(F.V0+S)(SM-S0)+(E-R)Sm]/(Sm-Sf)
Qm = FV0+E-+S-R-Qr
Dimana
S = rembesan/bocoran (m3/hari)
E = evaporasi (m3/hari)
TAMBAK
TAMBAK
SIMBOL PARAMETER SEMI SATUAN
INSENTIF
INSENTIF
E Evaporasi 5 5 mm/hari
S Rembesan/bocoran 1 1 mm/hari
Data tambak
V0 Kedalaman tambak 1 1 m3
Hasil perhitungan
Indeks kebutuhan air untuk peternakan sebagaimana digunakan oleh JICA (1993)
adalah sebagai berikut:
KEBUTUHAN AIR
JENIS TERNAK
(liter/ekor/hari)
Sapi/kerbau/kuda 40
Kambing/domba 5
Babi 6
Unggas 0,6
(Sumber :JICA, 1993)
Kawasan yang menjadi tempat tujuan wisata direncanakan berbagai macam fasilitas
seperti penginapan, restoran dan tempat rekreasi. Dalam studi ini untuk mencari
kebutuhan air pariwisata diasumsikan sebagai kebutuhan air non domestik, sehingga
kebutuhan air pariwisata menggunakan Standar Perhitungan Kebutuhan Air. Untuk
kebutuhan air pariwisata diestimasi berdasarkan jumlah pengunjung yang datang.
Kebutuhan Air Baku untuk masa yang akan datang ditentukan berdasarkan prediksi
jumlah penduduk yang akan mengkonsumsi air di masa yang akan datang, Semakin
meningkatnya populasi penduduk dari masa ke masa akan mengakibatkan
peningkatan akan kebutuhan Air Baku di masa yang akan datang.
1. Metode Aritmatik
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata. Metode ini digunakan
apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relative sama
setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Pn = Po + n.Ka
(𝑃𝑜 – 𝑃𝑛)
Ka =
𝑛
Dimana
Ka = Konstanta aritmatika
2. Metode Geometrik
Pn = P0 (1 + r)n
Dimana:
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan
analisis dengan menghitung koefisien korelasi.
1. Koefisien Koreksi
2. Teknik Korelasi
∑𝑥2
Sy = √ 𝑁
∑𝑥2
Sxy = √
𝑁
Sumber air baku di setiap daerah aliran sungai, wilayah sungai atau tempat-tempat
tertentu pengambilan air, akan selalu berubah mengikuti kondisi curah hujan pada
periode tertentu. Untuk dapat memprediksi ketersediaan air dalam waktu jangka
panjang sampai 70 (tujuh puluh) tahun ke depan, perlunya suatu analisis jangka
panjang terhadap historis data curah hujan yang telah berjalan untuk selang waktu
yang cukup panjang (sebagai contoh data historis untuk Wichita Falls di Australia lebih
dari 70 tahun data). Dari historis data yang cukup panjang tersebut, nantinya akan
dapat memberikan gambaran tentang karakteristik kondisi musim yang pernah terjadi
2. Musim kering;
4. Musim basah.
Debit/volume air andalan yang akan digunakan sebagai dasar untuk memenuhi
kebutuhan airnya, dipilih dan disesuaikan dengan perkiraan kondisi musim yang akan
terjadi.
Adapun debit andalan yang akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung
ketersediaan air adalah:
Perhitungan cadangan air bawah tanah diperlukan data tebal akifer, sebaran akuifer
dan transmisibilitas akuifer baik akuifer tidak tertekan maupun tertekan. Apabila data
belum tersedia, maka cadangan air tanah tahunan disetarakan dengan imbuhan air
tanah yang berasal dari air hujan;
Air hujan sebagian menjadi air permukaan dan sebagian meresap kedalam tanah.
Perkiraan awal imbuhan dapat dihitung dengan mengambil prosentase tertentu dari
curah hujan rata-rata tahunan (RF) yang meresap ke reservoar air bawah tanah.
Ketelitian metode ini tergantung pada angka prosentase imbuhan yang terpilih. Studi
rinci imbuhan dari prosentase curah hujan rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11. Prosentase Curah Hujan Sebagai Imbuhan Air Tanah Tahunan Rata-Rata
Kecepatan imbuhan terutama dikontrol oleh keadaan geologi, tanah, penutup lahan,
pengunaan lahan, penutup lahan dan kemiringan lereng. Sebagai pegangan
berdasarkan keadaan geologi percepatan imbuhan dari curah hujan tahunan rata-rata
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.12. Prosentase Imbuhan dan Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Berdasar Keadaan Formasi
Geologi
RC = RF x A x RC (%)
Keterangan :
RC = imbuhan (m3/tahun)
sawah irigasi
Imbuhan tersebut ditambah perhitungan imbuhan dari infiltrasi rata-rata (IR) dari
daerah sawah yang terletak pada daerah akuifer. Jika padi hanya ditanam pada saat
Keterangan :
Formula Darcy
Qg = T.I.L
Keterangan :
T = Keterusan (m2/hari)
I = Gradient hidrolika
Dalam metode ini semua komponen dihitung kecuali ∆SM. ∆SM, ∆Sg ini akan
seimbang sepanjang tahun, artinya akan positif pada musim hujan dan negatif
pada musim kemarau.
Cara lain salah satunya adalah dengan pendekatan Water Balance model
Thornwhite matter. Dengan pendekatan ini bisa diketahui besarnya runoff
bulanan dan besarnya air yang tertahan (detention) dalam bulanan. Runoff
Data yang diperlukan dalam metode ini adalah data hujan bulanan rata-rata, suhu
bulanan rata-rata untuk menghitung penguapan, data penggunaan lahan dan data
jenis tanah.
Pendekatan ini dipakai untuk menghitung imbangan air dalam satu-satuan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan kurang disarankan untuk batas wilayah administrasi.
(Sumber Thomas Dune and Luna B. Loepold dalam Water Enviromental Planning)
Keterangan :
P = Presipitasi
I = Intersepsi
Of = Overlandflow
Gambaran potensi dan pemanfaatan air tanah di indonesia dan peta cekungan air
tanah di Indonesi seperti tergambar pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 berikut
dan diuraikan seperti lampiran Keppres 26/2011 tentang Penetapan Cekungan Air
Tanah
Guna keperluan penyusunan Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Air Tanah dan Air
Baku, perlu diuraikan tentang gambaran terhadap sistem infrastruktur penyediaan air
baku yang sudah ada, sistem infrastruktur yang sudah ada meliputi seluruh
infrastruktur air baku yang berfungsi sebagai infrastruktur penyediaan air baku di
setiap lokasi tertentu, daerah aliran sungai atau seluruh wilayah sungai, yang antara
lain :
1. Waduk/bendungan;
2. Embung;
3. Situ;
4. Bendung;
5. Pompa; dan
Dari semua data infrastruktur yang sudah ada, nantinya akan digunakan sebagai
evaluasi dan rencana jangka panjang pengelolaan penyediaan sumber air baku (air
tanah dan air permukaan).
Gambaran sistem pemberian air baku saat ini dapat digambarkan dalam pola
kebutuhan air . Pola Kebutuhan air merupakan suatu gambaran tentang hubungan
antara besaran volume kebutuhan air dengan waktu (bulan), seperti contoh pada
gambar berikut:
Gambar 2.6. Contoh (Daerah X) Demand Pattern with Various Demand Condition
Sistem pemberian air disetiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai di Indonesia sangat
bervariasi, dan tergantung pada potensi sumber air baku dan infrastruktur sumber air
baku yang ada.
Pada umumnya sumber air baku yang ada dapat berasal dari :
1. Waduk/Bendungan;
2. Embung dan/situ;
3. Sungai;
5. Air hujan.
1. Hidrologi
Hasil analisis gambaran debit yang mengalir disetiap lokasi atau pada setiap
waduk digambarkan dalam bentuk gambar hubungan antara debit yang
masuk/yang mengalir dengan waktu (tahunan) atau 3 (tiga) tahunan, seperti
contoh pada gambar berikut:
2. Curah hujan
Hasil analisis gambaran curah hujan disetiap daerah aliran sungai atau diatas
lokasi bangunan pengambilan/waduk/embung/situ digambarkan dalam bentuk
gambar hubungan antara tinggi curah hujan dengan waktu (tahun), seperti contoh
pada gambar berikut:
TINGKAT KEKERINGAN
Kemudian tingkat kehandalan debit air yang ada dianalisis dalam beberapa kondisi
tingkat kehandalannya sesuai dengan probabilitas kondisi ketersediaan, seperti
digambarkan dalam contoh gambar berikut :
Semua potensi tambahan suplai sumber air baku yang akan dipergunakan guna
memenuhi kebutuhan air baku sesuai dengan waktu yang direncanakan,
kemudian dirangkum dalam suatu daftar potensi yang akan diputuskan menjadi
calon potensi tambahan penyediaan sumber air baku, sebagai contoh diuraikan
pada tabel berikut :
2. Kualitas air,
4. Persyaratan peraturan,
5. Dampak lingkungan,
6. Potensi biaya,
7. Waktu pelaksanaan,
8. Hambatan pengembangan,
1. Nilai Skor
Nilai skor yang tertinggi, diberikan untuk jenis infrastruktur yang paling
memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dibandingkan dengan
alternatif infrastruktur lainnya.
Sebagai bahan untuk menentukan nilai skor dari setiap kriteria dari masing-
masing alternatif potensi infrastruktur yang akan dipilih dapat dilakukan
dengan membandingkan potensi tambahan suplai sumber air dari setiap
upaya fisik dan non fisik terhadap infrastruktur yang akan dipilih. Untuk
penyederhanaan dalam menilai skor kriteria, variasi nilai skor kriteria
sebaiknya dibuat antara 1 sampai dengan 5, dengan rincian sebagai berikut :
Nilai Skor
Nilai skor dari setiap kriteria didapatkan dengan cara membandingkan antara
setiap kriteria yang sama dari setiap alternatif infrastruktur yang satu dengan
setiap alternatif infrastruktur yang lainnya.
Nilai skor yang tertinggi, diberikan untuk jenis infrastruktur yang paling
memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dibandingkan dengan
alternatif infrastruktur lainnya.
Sebagai bahan untuk menentukan nilai skor dari setiap kriteria dari masing-
masing alternatif potensi infrastruktur yang akan dipilih dapat dilakukan
dengan membandingkan potensi tambahan suplai sumber air dari setiap
upaya fisik dan non fisik terhadap infrastruktur yang akan dipilih. Untuk
Tabel 2.15. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air
NO. RENCANA ALTERNATIF TAMBAHAN LOKASI KAPASITAS NILAI SKOR KETERANGAN
SUPLAI SUMBER AIR KRITERIA
(m3/det.)
1. Pengambilan bebas/free intake X1 1,0 1 Rencana
tambahan
2. Bendung I X2 3,0 3 kebutuhan air,
3. Bendung II X3 2,0 2 misal 5 m3/det.
4. Waduk/Bendungan I X4 5,0 4
5. Waduk/Bendungan II X5 6,0 5
6. Kontruksi pengambilan air tanah X6 1,0 1
Tabel 2.16. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kuantitas Suplai Sumber Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air
1 Infrastruktur 1 15 4 Tinggi
2 Infrastruktur 2 20 5 Sangat tinggi
3 Infrastruktur 3 10 3 Sedang
4 Infrastruktur 4 5 1 Sangat Rendah
5 Infrastruktur 5 7 2 Rendah
6 Infrastruktur 6 12 3 Sedang
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi
Kriteria sumber air baku merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam rangka penyediaan air. Apabila kualitas sumber air belum
memenuhi syarat baku mutu air, maka masih diperlukan tambahan biaya
untuk keperluan perbaikan kualiats air. Kualitas sumber air baku yang
paling memenuhi syarat baku mutu air, akan dinilai dengan nilai skor
tertinggi, sedang sumber air baku yang paling tidak memenuhi syarat baku
mutu air akan dinilai dengan skor kriteria terendah.
Tabel 2.17. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kualitas Tambahan Sumber Air Baku
Besaran debit/volume air dari setiap sumber air akan selalu berubah
mengikuti perjalan waktu. Dalam menentukan besaran debit/volume air
yang akan ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan besaran
debit/volume, didasarkan atas besaran debit tertentu (Debit Q90) yang
dapat memberikan tingkat prosentase kemungkinan terjadi persatuan
periode waktu yang diperhitungkan. Makin tinggi probabilitas
debit/volume air (Q90), akan makin tinggi pula kemungkinan besaran
debit/volume air yang akan terpenuhi.
Tabel 2.18. Contoh Perbandingan Nilai Skor Kriteria Kehandalan Debit Air Alternatif Potensi
Infrastruktur Sumber Air
NO. RENCANA ALTERNATIF LOKASI KAPASITAS DEBIT ANDALAN PERBANDINGAN NILAI
TAMBAHAN SUPLAI PENGAMBILAN (Q90, m3/det.) Q90/Qp SKOR
SUMBER AIR
( Qp, m3/det. )
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi
Tabel 2.19. Contoh 2 Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Kehandalan Debit Tambahan Sumber Air
Baku
DEBIT
KOMPONEN LOKASI KAPASITAS
ANDALAN PERBANDINGAN NILAI
NO. KRITERIA PENGAMBILAN RANGKING
(QA) Qp - QA) SKOR
PENYARINGAN (Qp) m3/det
m3/det.
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Nilai skor kriteria 5 = sangat tinggi
Sebagai contoh lain, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air yang
harus diambil dari wilayah kabupaten/kota lain, provinsi lain, atau wilayah
sungai lainnya, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air tersebut
pada umumnya terpengaruh oleh adanya persyaratan peraturan. Rencana
pemenuhan kebutuhan air tambahan yang paling sedikit/mudah
dipengaruhi oleh persayaratan peraturan yang harus dilalui, akan
diberikan nilai skor kriteria tertinggi, bagitu juga sebaliknya apabila
diperlukan persyaratan peraturan yang paling banyak paling sulit
dilaksanakan akan dinilai dengan nilai skor terendah.
Tabel 2.20. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Persyaratan Peraturan Tambahan Sumber
Air Baku
Tabel 2.21. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Pengaruh Dampak Lingkungan Tambahan
Sumber Air Baku
NILAI
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
DAMPAK
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Tinggi 4
2 Infrastruktur 2 (bendung) Rendah 2
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Sedang 3
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Rendah 2
5 Infrastruktur 5 (free intake) Rendah 2
Keterangan :
Nilai skor kriteria 1 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 2 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 4 = tinggi
Tabel 2.22. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Biaya Tambahan Sumber Air Baku
Tabel 2.23. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Waktu Pelaksanaan Tambahan Sumber Air
Baku
WAKTU
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
PELAKSANAAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat panjang 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Panjang 2-3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) Pendek 4
Tabel 2.24. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Hambatan Pengembangan Tambahan
Sumber Air Baku
Setiap sistem penyediaan air dan setiap alternatif infrastruktur yang akan
dibangun, mempunyai potensi kehilangan air yang berbeda-beda
tergantung pada jenis sistem penyediaan air yang akan dibangun.
Sistem penyediaan sumber air dengan potensi kehilangan air terkecil akan
diberi nilai skor kriteria tertinggi, dan sebaliknya sistem penyediaan
sumber air dengan potensi kehilangan air terbanyak akan diberi nilai skor
kriteria terendah.
Tabel 2.25. Contoh Menghitung Kriteria Nilai Skor Untuk Potensi Kehilangan Tambahan Sumber Daya
Air Baku
TINGKAT
NO. KOMPONEN KRITERIA PENYARINGAN NILAI SKOR
KEHILANGAN
1. Infrastruktur 1 (bendungan) Sangat tinggi 1
2 Infrastruktur 2 (bendung) Sedang 3
3 Infrastruktur 3 (Air tanah) rendah 4
4 Infrastruktur 4 (Re-use) Sedang 3
5 Infrastruktur 5 (free intake) Sedang 3
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi
Pada umumnya dalam setiap sistem sungai atau sumber air dijumpai lebih
dari 1 (satu) pengguna. Makin banyak pengguna yang mengambil air dari
satu sistem sungai atau sumber air, potensi ketersediaan air baku akan
makin terganggu oleh karena adanya kompetisi pemanfaatan sumber air.
Sistem sungai atau sumber air dengan kondisi paling sedikit jumlah
pengguna sumber air, akan dinilai dengan nilai skor kriteria tertinggi,
begitu sebaliknya apabila jumlah pengguna sumber air terbanyak akan
diberi nilai skor kriteria terendah.
RE-USE
1 Kuantitas 1 3 5 3 2
2 Kualitas 2 2 4 5 1
3 Kehandalan Debit 1 3 5 4 2
4 Persyaratan 3 3 2 2 2
Peraturan
5 Dampak 4 4 2 2 2
Lingkungan
6 Potensi Biaya 5 4 2 3 3
7 Waktu 5 4 2 5 4
Pelaksanaan
8 Hambatan 5 5 2 3 3
Pengembangan
9 Potensi Kehilangan 2 3 2 4 2
Keterangan :
Nilai skor kriteria 5 = sangat rendah
Nilai skor kriteria 4 = rendah
Nilai skor kriteria 3 = sedang
Nilai skor kriteria 2 = tinggi
Nilai skor kriteria 1 = sangat tinggi
4. Metode Penyaringan
Potensi Biaya :
Kemudian dari setiap alternatif strategi terpilih dilakukan evaluasi lebih lanjut,
dengan merangking sesuai dengan hasil analisis pembobotan seperti disajikan
dalam contoh tabel berikut:
Tipe/jenis neraca air di setiap wilayah sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS), pada
lokasi-lokasi tertentu dan pulau-pulau tertentu sangat bervariasi dan tergantung pada
ketersediaan sumber air baku dan sumber air, serta kebutuhan air baku guna
pemenuhan kebutuhan bagi seluruh pengguna.
Untuk itu dalam beberapa kondisi neraca air antara ketersediaan air dan kebutuhan
air, tipe/jenis neraca air dapat diklasifikasikan menjadi :
Neraca air yang didasarkan atas ketersediaan sumber air dari air permukaan
banyak terjadi dalam beberapa kondisi antara lain seperti :
1. Pada daerah-daerah yang tidak mempunyai sumber air tanah;
2. Pada setiap daerah aliran sungai dan/atau wilayah sungai potensi sumber air permukaan
mencukupi untuk dapat memenuhi bagi seluruh pengguna.
3. Neraca air dengan sumber air tanah
Neraca air yang didasarkan atas ketersediaan sumber air tanah, biasanya
terjadi pada pulau-pulau tertentu atau daerah aliran sungai dengan curah
hujan yang relatif tidak banyak, kondisi permukaan tanah yang sangat porous
(mudah tembus air) dan/atau kondisi geologinya terdiri dari batuan kapur
(porous).
Sumber air baku di Pulau Ternate adalah dari air tanah, sedang sumber air di
daerah Wonosari adalah sungai bawah tanah.
Neraca air sangat kompleks adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi antara
lain :
1. Pengguna sumber air baku melebihi dari 5 pengguna (misal domestik, kota, industri,
pariwisata, pertanian, perikanan dan sebagainya).
2. Sistem penyediaan air guna memenuhi kebutuhan bagi seluruh pengguna dapat berasal
lebih dari 1 (satu) sumber air.
3. Neraca air kompleks
Neraca air kompleks adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi antara lain:
4. Pengguna sumber air baku berkisar antara 4 sampai 5 pengguna (misal domestik, kota,
industri, pariwisata).
5. Sistem penyediaan air guna memenuhi kebutuhan air bagi seluruh pengguna hanya berasal
dari sumber air permukaan atau sumber air tanah saja.
6. Neraca air sederhana
Neraca air sederhana adalah tipe/jenis neraca air dengan kondisi hanya
mempertimbangkan maksimal 3 pengguna (misal hanya untukRKI saja).
Dalam melakukan analisa untuk menentukan analisis neraca air diperlukan standar
yang telah ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (NSI) atau standar yang
jelas sumber dan informasinya serta disepakati oleh para pemilik kepentingan
(Stakeholders).
NO. URAIAN
1. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI)
2. Standar Kebutuhan Air Irigasi
3. Standar Kebutuhan Air Untuk Perikanan
4. Standar Kebutuhan Air Untuk Pariwisata
5. Standar Kualitas Buangan Air Limbah
6. Standar dan Kriteria Golongan Badan Air/Sungai
7. Standar dan Kriteria Air Untuk Pemeliharaan/lingkungan
Untuk menghasilkan suatu gambaran kebutuhan akan air baku yang lebih
rinci, biasanya kebutuhan air baku dirinci dalam selang waktu bulan atau 1/2
(setengah) bulanan.
Prediksi jumlah penduduk pada tahun tertentu dihitung atas dasar data
penduduk pada periode 4 (empat) tahun terakhir.
Analisis kebutuhan air RKI dihitung per distrik/daerah yang akan dilayani
Asumsi kebutuhan air baku per distrik untuk saat ini dan kebutuhan air
baku pada 5,10, 15, 20, 25, 50, sampai 70 tahun yang akan datang
6. Q90 ≤ QRKI, diperlukan tambahan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan air RKI dan
Q95.
7. Dalam pengambilan air, harus menyisakan debit sebesar Q95, yang akan tetap dialokasikan
untuk aliran pemeliharaan.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2. Q95 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Total Kebutuhan
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.
Total Kebutuhan
Q80
Q90
Q95
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.
KetersediaanAir
ltr/dtk Atau m3/det.
1. Air permukaan
1. Qrata-rata
2. Q80
3. Q90
4. Q95
Q80
Q90
Q95
Total Kebutuhan Air
Jan. Feb. Mar. Aprl. Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt Nov. Des.
Kebutuhan Air
ltr/dtk Atau m3/det.
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Total Kebutuhan
Kebutuhan
KAJIAN POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
UMUM
Sesuai dengan PPRI No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. KSPN adalah kawasan yang memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta
pertahanan dan keamanan.
2. Kepariwisataan
1. Destinasi Wisata;
2. Pemasaran Pariwisata;
4. Kelembagaan Pariwisata.
2. Zona
Zona adalah area di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya
sesuai dengan peruntukannya
1. Pengolahan Ekspor;
2. Logistik;
3. Industri;
4. Pengembangan Teknologi;
5. Pariwisata;
6. Energi; dan/atau
7. Ekonomi lain.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu yang
tercangkup dalam daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian
dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi akitivitas
investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta
sebagai katalis reformasi ekonomi.
Sedangkan sektor Pariwisata Indonesia sudah sejak beberapa dekade lalu mempunyai
unggulan yang menjanjikan hanya saja belum menjadi perhatian serius dan utama
Pemerintah Republik Indonesia, hingga pada akhirnya Pemerintahan Presiden Jokowi
Tanpa ditetapkan sebagai industri, sulit bagi sektor Pariwisata untuk berkembang,
mendatangkan devisa untuk negara dan bersaing dengan negara lain yang mempunyai
obyek pariwisata terbatas tetapi diurus dengan serius, seperti yang dilakukan oleh
Malaysia, Singapore, Vietnam dan lain lain. Keseriusan Pemerintah untuk menjadikan
industri Pariwisata sebagai salah satu sumber utama penerimaan negara di masa
depan merupakan niat yang harus didukung dan diharapkan dipersiapkan secara
serius oleh Pemerintah, bukan hanya sekedar lips service.
Target 20 juta wisatawan manca negara (wisatawan mancanegara) hingga tahun 2019
merupakan target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Jokowi dan untuk dapat
mencapai target tersebut harus dibuat strategi yang handal dari sisi kebijakan,
kesiapan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusianya. Tanpa itu semua
sulit target tersebut akan tercapai.
Pada pekerjaan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus Kegiatan kunjungan lapangan (survey
lapangan) dilakukan ke masing-masing kawasan, sebagai berikut :
4. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timuri;
(Sumber kek.go.id)
1 KEK Sei Mangkei Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
1. Industri Pengolahan 11. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari 23. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Kelapa Sawit Gardu Induk di KEK, dan direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Simalungun, 2. Industri Pengolahan Karet Tenaga Gas 250 MW pada 2018 24. PP No. 29 Tahun 2012
Sumatra Utara 12. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Master Plan : Sungai Bah Tungguran, dan direncanakan beroperasi instalasi pengolahan Sei Mengkei
Luas Area : 3. Area Industri Sawit air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret 2017.
2.002,7 Ha 4. Area Industri Karet 13. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Administrator :
5. Area Saprodi Kilang Regasifikasi Arun. 25. Perda No. 4 Tahun 2014
Badan Usaha 6. Area Aneka Industri 14. Tersedia sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang tentang Administrator KEK Sei
Pembangunan dan 7. Area Logistik dan Gudang memadai. Mangkei
Pengelola : 8. Area Komersial 15. Tersedia instalasi pengolahan limbah terpusat kapasitas 250 26. SK Gubsu tentang
PT. Perkebunan 9. Area Pariwisata m³/jam. Pembentukan Administrator
Nusantara III (PTPN 10. Area Perumahan 16. Tersedia dryport kapasitas 5.300 TEUs/tahun 27. SK Penetapan Administrato1
III) 17. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000
Ton (CPO) Badan Usaha Pembangunan Pengelola
Proyeksi Tenaga 18. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 :
Kerja : ha. 28. SK Bupati ttg Penetapan BU
83.304 orang 19. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada Pembangun dan Pengelola
pemadam kebakaran, pusat inovasi kelapa sawit, dan perumahan
Infrastruktur Wilayah :
20. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan
Belawan/Kuala Tanjung
21. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Kuala Tanjung
2 KEK Tanjung Api- Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Api 29. Industri Pengolahan 43. Pembangunan jalan kawasan 2 km 49. UU No. 39 Tahun 2009
Karet 44. Perencanaan pematangan lahan tahap I (100 ha) Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 30. Industri Kelapa 50. PP No. 51 Tahun 2014
Banyuasin, Sawit Infrastruktur Wilayah : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sumatera Selatan 31. Industri Petrokimia 45. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api Tanjung Api-Api
32. Logistik sepanjang 62,8 km selesai 2018
Luas Area : 46. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Dewan Kawasan :
2.030 Ha Master Plan : Pelabuhan Tanjung Carat selesai 2018 51. Kepres No 45 Tahun 2014
33. Ruang Terbuka 47. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Api Api – Palembang sepanjang 80 Tentang DK KEK Prov Sumsel
Badan Usaha Hijau km 52. SK Gubernur Sumsel Nomor
Pembangunan dan 34. Industri Kimia Dasar 48. Pembangunan Jalur Kereta Tanjung Enim – TAA sepanjang 375 km 199 Tahun 2016 Tentang
Pengelola : 35. Industri Kecil Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi Pembentukan Sekretariat DK Prov
Pemerintah 36. Berbagai Industri 150 Kv meliputi wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu Sumsel
Provinsi Sumatera 37. Kantor Pemerintah
Selatan 38. Perkantoran dan Administrator :
Komersial 53. Peraturan Bupati Banyuasin
Proyeksi Tenaga 39. Pengolahan Air Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Kerja : Limbah Pelimpahan Wewenang kepada
149.000 orang 40. Instalasi Kepala Administrator KEK Tanjung
BUMD PT SMS :
56. Kepres No 45 Tahun 2014
Tentang DK KEK Prov Sumsel
57. SK Gubernur Sumsel Nomor
199 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
58. Perda Sumatera Selatan No 5
Tahun 2016 Tentang Pembentukan
PT SMS
59. Perda Sumatera Selatan No
13 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan PT SMS
60. SK Gubernur Sumsel Nomor
3871 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan
Modal Kepada PT SMS
Penjualan
82. Sekolah
83. Asrama Pelajar
84. Taman Bermain Air
85. Oceanfront Park
86. Area Rekreasi
87. Pantai
88. Fasilitas
Operasional dan
Perawatan
89. Water Treatment
Plant
90. Intalasi Pengolahan
Air Limbah
91. Fasilitas Golf
92. Fasilitas Pangkalan
Kapal
93. Hutan Tropis
94. Penampungan Air
4 KEK Maloy Batuta Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Trans Kalimantan 106. Industri Pengolahan 121. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan 129. UU No. 39 Tahun 2009
(MBTK) Kelapa Sawit dibangun hingga 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
107. Industri Pengolahan 122. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit 130. PP No. 85 Tahun 2014
Lokasi : Kayu Listrik Tenaga Uap (PLTU), beroperasi tahun 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kutai Timur, 108. Logistik 123. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Maloy Batuta Trans Kalimantan
6 KEK Kota Palu Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
161. Industri Pengolahan 171. Kantor Administrator KEK Palu 180. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Nikel dan Besi 172. Jalan Utama menuju Kawasan KEK Palu Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu, Sulawesi 162. Industri Pengolahan 173. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan 181. PP No. 31 Tahun 2014
Teengah Biji Coklat hingga 400 MW pada 2023 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
163. Industri Pengolahan 174. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara Palu
Luas Area : Rumput Laut telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.
1.500 Ha 164. Industri Pengolahan Administrator :
Rotan 182. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha Infrastruktur Wilayah : Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan Master Plan : 175. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 183. Perda Kota Palu No. 6 Tahun
Pengelola : 165. Area industri TEUs/Th selesai 2023 2014 Tentang Organisasi dan Tata
Pemerintah Kota 166. Area Komersial 176. Pembangunan Jalan Pintas Palu – Parigi selesai 2018 Kerja Administrator KEK Palu
Palu 167. Area Fasilitas 177. Pembangunan Fly Over KEK – Pelabuhan selesai 2019
Pelayanan 178. Rencana pengembangan infrastruktur gas, ketenagalistrikan dan Badan Usaha Pengelola :
Proyeksi Tenaga 168. Area Perumahan energi terbarukan kerjasama dengan Pertamina, beroperasi 2019 184. Perda Palu No 9 Tahun 2014
Kerja : 169. Area Ruang Terbuka 179. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai
97.500 orang Hijau Wombo beroperasi 2018
170. Jalan Nasional
Develpoment
250. Estate Management
& Waste Trestment
Facillity
251. Future Hotel
Develpoment
252. Solar Panel Farm
253. Water Reservoir
254. Buffer Zone
255. Residential Villas
256. Nature Trail (Start
Point)
257. Hotel Resort
Kabupaten Sorong 282. Kawasan Industri 299. PLTMG Waymon dengkan kapasitas 20 MW berjarak 5 km Badan Usaha :
Sedang 300. Bandar Udara Sorong Dominique Edward Osok berjarak 30 km 305. SK Bupati Penunjukkan
Proyeksi Tenaga 283. Industri Aspal Perusda MOW Sebagai Pengelola
Kerja : 284. Industri Petrocina KEK Sorong
15.024 orang 285. Industri Semen
Curah Sekretariat Dewan Kawasan :
286. Kawasan Fasilitas 306. Keppres No. 33 Tahun 2016
Sosial, Fasilitas Umum dan Tentang Dewan Kawasan Papua
Perkantoran Barat Tentang Dewan Kawasan
287. Rencana Kawasan Papua Barat
Stock Pile 307. SK Gubernur Papua Barat
288. Kawasan Pelabuhan tentang Sekretariat Dewan Kawasan
Roro KEK Papua Barat
Isu-isu yang terkait dalam rangka untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi
seluruh pengguna.
Pemenuhan target capaian nasional untuk akses air baku perkotaan dan pedesaan
di daerah aliran sungai dan wilayah sungai yang didalamnya ada kebijakan terkait
dengan program pengembangan KSPN dan KEK.
Kebijakan pengembangan pada KSPN dan KEK, tidak akan menggangu pemenuhan
target capaian nasional untuk akses air baku perkotaan dan pedesaan serta
pengguna air baku lainnya yang sudah ada.
Isu-isu baru terhadap program pengembangan KSPN dan KEK pada setiap daerah
aliran sungai dan/atau wilayah sungai yang memerlukan tambahan pasokan air
baku guna penyediaan air baku pada KSPN dan KEK.
4. Ketahanan Energi
Meningkatnya pemenuhan kebutuhan akan energi berbasis tenaga air yang terkait
dengan program pengembangan pada KSPN dan KEK.
Kebijakan pada KSPN dan KEK yang Terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air
Kebijakan pada KSPN dan KEK yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air
antara lain, meliputi:
1. Peraturan Pemerintah dan Daerah yang terkait dengan KSPN dan KEK;
7. Permen PUPR Tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata
Pengairan;
KAJIAN POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI PADA KSPN
DAN KEK
Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan studi dalam rangka pemenuhan kebutuhan air
baku untuk menunjang kawasan strategis pariwisata nasional pariwisata dan kawasan
ekonomi khusus. Potensi penyediaan air baku di setiap Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), merupakan bagian dari potensi yang
sudah tercantum dan/atau merupakan tambahan potensi yang menjadi kesatuan dalam Pola
dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap wilayah sungai yang bersangkutan.
Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air disusun pada setiap wilayah sungai, dan
merupakan suatu perencanaan secara menyeluruh dan terpadu antar sektor terkait
(termasuk sektor pariwisata, industri, dan sebagainya) dalam pengelolaan sumber daya air
dan digunakan sebagai pedoman dan arahan serta dasar/landasan penyusunan program dan
rencana kegiatan setiap sektor terkait dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai.
Rancangan rencana pengelolaan sumber daya air disusun setelah pola pengelolaan sumber
daya air pada setiap telah ditetapkan atau pada tahap penetapan. Hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan bahwa tidak terjadi perubahan kondisi, kebijakan, isu-isu strategis
baru dan permasalahan yang muncul pada setiap wilayah sungai yang bersangkutan.
Dalam hal terjadi sesuatu perubahan kondisi, kebijakan, isu-isu strategis baru dan/atau
permasalahan baru yang dapat menyebabkan adanya perubahan kebutuhan akan
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai yang bersangkutan, maka perlu
dilakukan perbaikan atau revisi terhadap pola dan rencana pengelolaan sumber daya air
pada setiap wilayah sungai yang telah disusun. Tata cara penyusunan pola dan rencana
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 10/PRT/M/2015
Tentang Rencana dan Rencana Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan.
Sebagai langkah awal dalam melakukan Studi Potensi Penyediaan Air Baku Pada Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), perlu dilakukan
kajian terhadap program dan kegiatan dalam Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada
wilayah sungai tersebut, akan diperoleh suatu gambaran terhadap ketersediaan sumber air
Dari hasil kajian awal terhadap Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah
Sungai pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Ada beberapa hal yang perlu kajian lebih lanjut terhadap rencana penyediaan air
baku, antara lain meliputi :
1. Ketersediaan Data Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air
Ketersediaan data pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai pada setiap KEK atau KSPN seperti diuraikan pada tabel berikut
:
4. KEK Tanjung Lesung Banten Pandegelang Panimbnag Ciliman, Cisekeut, Ciliman Ciliman-Cibungur Dinas PUPR Belum Ada Belum Ada
Cibungur, Cikaduen, Prov. Banten
Cisanggana, Cilatak
5. KEK Mandalika NTB Lombok Tengah Pujut BR Sambur Pulau lombok Pemerintah Ada Ada
(Pusat)
6. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Kuatai Timur Kalialang Sangata, Bungalun, Karangan Karangan Pemerintah Belum Ada Belum Ada
Kalimnatan (MBTK) Timur Karangan, (Pusat)
Menumbar
7. KEK Kota Palu Sulawesi Kota Palu Paweli Wombo Palu lariang Pemerintah Ada Belum Ada FS Bendung Wombo,
Tengah (Pusat) Laporan Antara DED
Bendung Wombo
8. KEK Bitung Sulawesi Utara Kota Bitung Matuari Girian, Batu, Manado Tondano Tondano-Sangihe- Pemerintah Ada Belum Ada
Talaud-Miangas (Pusat)
9. KEK Pulau Morotai Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Tilei, Raja DAS Tilei, Halmahera Utara Pemerintah Ada Belum Ada
DAS Raja (Pusat)
10. KEK Sorong Papua Barat Papua Barat Distrik Mayamuk Warsamson Warsamson Warsamson Pemerintah Belum Ada Belum Ada Informasi Data SPAM
(Pusat) Regional
11. KSPN Borobudur Jawa Tengah Magelang Borobudur Progo, Opak, Serang Progo Progo-Opak-Serang Pemerintah Ada Ada
(Pusat)
Pada umumnya Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap Wilayah Sungai
yang ada pada wilayah KSPN dan KEK, belum mempertimbangkan adanya kebijakan
Pemerintah terkait dengan adanya KSPN dan KEK. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena
pada umumnya saat penyiapan penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air di Wilayah Sungai disusun sebelum adanya kebijakan Pemerintah tentang KSPN
dan KEK. Seperti diketahui bahwa penyusunan Pola Pengelolaan SDA di setiap Wilayah
Sungai sudah dimulai sejak Tahun 2008, dan Rencana Pengelolaan SDA di setiap Wilayah
Sungai dimulai tahun 2011.
Isu-isu strategis nasional dan local pada saat penyusunan Pola dan Rencanan
Pengelolaan Sumber Daya Air terkait dengan penyediaan air baku terutama diarahkan
pada ketahanan pangan, target pemenuhan air minum sesuai dengan Target Millinium
Development Goal’s (MDG’s 2015) dan target nasional terhadap cakupan layanan air
bersih yaitu sebesar 100% pada Tahun 2019.
Dari isu-isu strategis tersebut, program dan penyediaan air baku ditujukan untuk
meningkatkan penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan domestic, perkotaan
dan industry rumah tangga dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mendukung kegiatan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemenuhan air baku untuk rumah tangga, pemukiman dan industry rumah tangga
dengan prioritas untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Dengan belum terakomodasinya kebijakan Pemerintah pada KSPN dan KEK pada saat
penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di setiap Wilayah Sungai,
sehingga berakibat pada belum terprogramnya rencana penyediaan air baku pada KSPN
dan KEK. Program penyediaan air baku baru didasarkan atas pertimbangan pemenuhan
air baku untuk rumah tangga pemukiman dan industry rumah tangga dengan prioritas
untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.
Sebagian besar kebijakan terkait dengan KEK, berada pada kawasan pantai atau dekat
pantai (Tanjung Api-Api, Tanjung Lesung, Maloy Batuta Trans Kalimantan, Mandalika,
DRAFT LAPORAN AKHIR 27
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Kelayang dan Sorong) yang mana pada umumnya
kawasan tersebut sangat terbatas baik kuantitas maupun kualitas sumber air baku yang
ada.
Sebagai contoh di wilayah KEK Tanjung Lesung, kawasan tersebut terletak di kawasan
pantai yang sangat terbatas sumber air bakunya, sehingga dari pihak pengembang
sementara mengambil air baku dari sumber air tanah yang ketersediaannya sudah
sangat terbatas, yaitu sebesar 5,10 l/dtk dan total kebutuhan air minum rata-rata yang
diperlukan pada Tahun 2023 sebesar 29,10 l/dtk dan kebutuhan dari maksimum sebesar
34,92 l/dtk
KAJIAN KONSEP KEBIJAKAN PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KSPN DAN KEK
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK dan KSPN Dalam Tinjauan Terhadap Peran
Pihak Pengelola Kawasan Industri Dalam Pembangunan Infrastruktur Air Baku untuk Air Minum dan
Kontribusi Pihak Pengelola Kawasan Industri Terhadap Penyediaan Air Baku Bagi Masyarkat Di
Sekitar Kawasan Industri dan Konservasi Sumber Air Baku untuk Kawasan Industri
Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009
Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), KEK adalah kawasan dengan kawasan
batasan tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu, dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2015, KSPN
adalah kawasan yang memiliki untuk pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Kemudian dalam Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3) disebutkan bahwa :
1. Penggunaan air dan daya air sebagai materi dilakukan dengan mengambil sejumlah air dari
sumber air guna memenuhi kebutuhan air baku.
3. Penggunaan air dan daya air sebagai materi, dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan
penggunaan, serta penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah
dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.
Kawasan KEK dan KSPN merupakan suatu kawasan ekonomi yang dikelola oleh Badan
Usaha dalam rangka untuk menyelenggarakan fungsi ekonomi. Dalam
penyelenggaraan, badan usaha dapat berbentuk BUMN, BUMD ataupun Badan Usaha.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 122 Tahun 2015 Tentang
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), disebutkan bahwa :
Pasal 1 Butir 18
Badan usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang selanjutnya disebut Badan
Usaha adalah Badan Usaha berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang bidang
usaha pokoknya bukan merupakan usaha penyediaan penyediaan Air Minum dan
salah satu kegiatannya menyelenggarakan SPAM untuk kebutuhan sendiri di wilayah
usahanya.
1. Badan Usaha dapat melakukan penyelanggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri
pada kawasan belum terjangkau pelayanan Air Minum oleh BUMN, BUMD, UPT dan UPTD.
Pasal 1 Butir 9 :
Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk
memenuhi kebutuhan usaha.
1. Pengusahaan Sumber Daya Air dilakukan pada Sumber Daya Air Permukaan dan Air Tanah.
4. Pengusahaan Sumber Daya Air dilakukan dengan memperhatikan fungsi social dan
lingkungan hidup, serta terjaminnya keselamatan kekayaan Negara dan kelestarian
lingkungan.
Pasal 5 :
1. Kegiatan usaha yang memerlukan Air sebagai bahan baku utama untuk menghasilkan produk
berupa Air Minum; atau
2. Kegiatan usaha yang memerlukan Air sebagai bahan pembantu proses produksi untuk
menghasilkan produk selain Air Minum.
Pasal 8 :
1. Pemenuhan Air untuk berbagai kebutuhan Sumber Daya Air dilakukan melalui alokasi Air
Pasal 17 :
5. Koperasi; atau
6. Perseorangan.
1. Memperoleh dan mengusahakan Air Permukaan, Sumber Air Permukaan, dan/atau Daya Air
Permukaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin; dan
2. Membangun prasarana dan sarana Sumber Daya Air dan Bangunan lain sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin.
2. Membayar biaya jasa Pengelolaan Sumber Daya Air dan membayar kewajiban keuangan lain
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang- undangan;
7. Memberikan akses untuk penggunaan Air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari- hari
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.
Wewenang dan Tamggung Jawab Pemberi Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.
Pasal 31
1. Menetapkan izin
2. Mengubah izin
3. Memperpanjang izin
1. pemberi izin Pengusahaan Sumber Daya Air mempunyai tanggung jawab untuk :
1. Memenuhi kuota Air sesuai ketentuan yang tercantum dalam izin dan sesuai dengan
ketersediaan air;
1. Memberikan 15 % (lima belas persen) dari batasan debit Pengusahaan Air Tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok seharri- hari masyarakat setempat.
Dari ketentuan yang tercantum pada peraturan perundang- undangan terkait dengan
Pengusahaan Sumber Daya Air antara lain dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan kawasan industri dalam menjalankan usahanya, memerlukan air baik sebagai
bahan utama untuk menghasilkan produk berupa Air Minum yang diperlukan untuk kegiatan
usahanya dan/atau dalam menjalankan usahanya memerlukan Air sebagai bahan pembantu
proses produksi untuk menghasilkan produk selain Air Minum. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber
Daya Air, dinyatakan bahwa : Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan
Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan usaha.
Pengusahaan Sumber Daya Air yang dilakukan pada titik atau lokasi tertentu pada
Sumber Air, ruas tertentu pada Sumber Air, atau bagian tertentu dari Sumber Air
dilaksanakan berdasarkan izin Pengusahaan Sumber Daya Air dan Izin
pengusahaan Air Tanah (Pasal 15 PP No 121 Tahun 2015).
1. Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Air berhak untuk (Pasal 30):
1. Memperoleh dan mengusahakan Air Permukaan, Sumber Air Permukaan, dan /atau Daya Air
Permukaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin; dan
2. Membangun prasarana dan sarana Sumber Daya Air dan bangunan lain sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin.
3. Pengelola Kawasan selaku Badan Usaha pemegang izin Pengusahaan Sumber Daya Air wajib
untuk :
2. Membayar biaya jasa Pengelolaan Sumber Daya Air dan membayar kewajiban keuangan lain
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang- undangan;
Dalam hal Pengusahaan Air Tanah, Badan Usaha wajib untuk memberikan 15
% (lima belas persen) dari batasan debit Pengusahaan Air Tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok seharri- hari
masyarakat setempat.
8. Pemegang izin Pengusahaan Sumber Daya Air yang memerlukan kegiatan konstruksi, juga
berkewajiban untuk :
3. Menjamin kelangsungan pemenuhan Air bagi kebutuhan pokok sehari- hari masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan yang terganggu akibat pelaksanaan konstruksi;
4. Memberikan tanggapan yang positif dalam hal timbul gejolak social masyarakat di sekitar
lokasi kegiatannya; dan
6. Pemberi Izin Pengusahaan Sumber Daya Air mempunyai tanggung jawab untuk :
1. Memenuhi kuota Air sesuai ketentuan yang tercantum dalam izin dan sesuai dengan
ketersediaan air;
4. Sesuai dengan Pasal 34 ayat (3) PP No 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus dinyatakan bahwa :
Badan usaha yang telah ditetapkan sebagai Badan Usaha untuk membangun KEK
bertanggung jawab atas pembiayaan KEK.
Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Penyediaan Air Baku pada Kawasan KEK dan/atau KSPN dan
Tinjauan Peran Pihak Pengelola Kawasan Industri di Wilayah Sungai Kewenangan Pusat
1. Badan Usaha
1. Mengajukan permohonan izin penggunaan air yang disertai detail plan dan desain bangunan
dan/atau prasarana yang diperlukan ditambah kebutuhan air baku bagi masyarakat di
sekitar kawasan industri sebesar 15% dari total kebutuhan air baku kawasan KEK/KSPN.
4. Menggunakan air baku sesuai dengan batas alokasi/kuota maksimum yang diijinkan oleh
pejabat berwenang.
5. Dalam hal etrjadi keterbatasan dan/atau kekurangan sumber air baku yang tersedia, badan
usaha dapat disediakan melalui upaya, antara lain:
4. Menyediakan air baku dengan alternatif selain dari sumber air baku air permukaan dan
sumber air baku air tanah (misal dari sumber air laut)
5. Melaporkan secara periodik terhadap jumlah/volume air yang digunakan kepada pejabat
berwenang sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada pemberian izin penggunaan air.
6. Membayar jasa pengelolaan sumber daya air dan membayar kewajiban keuangan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Permohonan izin pengusahaan sumber air baku guna keperluan penyediaan air bagi
kawasan KEK/KSPN paling sedikit memuat :
4. Bentuk pengusahaan atau jumlah air yang diperlukan untuk penyediaan air;
1. Balai Besar/Balai Wilayah Sungai selaku pengelola Sumber Daya Air di wilayah sungai
menyampaikan pertimbangan rekomendasi teknis dan saran kepada Mentri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Sumber Air. Pertimbangan teknis dan
saran dari BBWS/BWS memuat informasi mengenai :
7. Kondisi air.
8. Dalam menentukan besarnya alokasi air yang akan dialokasikan kepada Badan Usaha perlu
dilakukan ;
2. Dalam hal ketersediaan sumber air baku seperti yang diprogramkan dalam program
penyeediaan air baku (jangka pendek sampai jangka panjang) tidak mencukupi, perlu
dilakukan dengan upaya mencari Potensi Sumber Air Baku Tambahan.
3. Potensi Sumber Air Baku Tambahan tersebut, digunakan seabgai dasar untuk Revisi
terhadap Rencana Program Penyediaan Air Baku Jangka Panjang dalam Penyusunan Program
dan Kegiatan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air (RSPDA) di wilayah sungai.
4. Dalam hal dijumpai keterbatasan Potensi Penyediaan Air Baku, BBWS/BWS menyampaikan
rekomendasi teknis dan saran kepada Menteri PUPR/CV Direktur Jendral Sumber Daya Air
yang antara lain memuat :
1. Batas maksimum air baku yang dapat disediakan/dialokasikan sesuai dengan urutan prioritas
penggunaan air baku di wilayah sungai
2. Kekurangan air baku untuk dapat disediakan sendiri oleh Badan Usaha antara lain melalui
upaya :
2. Penghematan air
3. Re Use, atau melakukan daur ulang terhadap air buangan yang ada di kawasan KEK/KSPN
Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Pada Kawasan KEK/KSPN
sebagaimana diuraikan pada gambar berikut :
1. Prosedur Pengusulan KEK Munurut Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik
Indonesia
Gambar 3.2. Prosedur Pengusulan KEK Menurut Dewan Nasional KEK Republik Indonesia
Evaluasi dan
Verifikasi
20 hari
Ditolak Ya
Setuju
Evaluasi dan
Verifikasi
Memenuhi Tidak
Syarat
Ya
Penetapan
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Gambar 3.3. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi
KEK/KSPN Berada Dalam Satu Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah
Usulan Pembuatan
KEK/KSPN
Koordinasi Usulan
Evaluasi dan
Verifikasi
20 hari
Tidak
Setuju Alasan
10 hari
Ya
Pengembalian
Usulan
Verifikasi dan
Evaluasi
20 hari
Memenuhi
Syarat
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Penetapan
Gambar 3.4. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Badan Usaha dengan Lokasi KEK
Berada Dalam Lintas Wilayah Kabupaten/Kota
Usulan Pembuatan
KEK/KSPN
Verifikasi dan
Evaluasi
20 hari
Tidak Memenuhi Ya
Syarat
Penetapan
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Gambar 3.5. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Usulan Pembuatan
KEK/KSPN
Verifikasi dan
Evaluasi
Ya
Setuju
Tidak 20 hari
Penetapan
Alasan
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Gambar 3.6. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK atau KSPN oleh Pemerintah Provinsi
Ya
Rekomtek, RPP
Penetapan
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Gambar 3.7. Bagan Alir Usulan Pembentukan KEK dan KSPN oleh Kementerian/Lembaga Non
Pemerintahan
1. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan Pemerintah
1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Evaluasi dan Verifikasi
Masyarakat Sekitar
Kawasan)
Perintah Rekomtek
Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Rekomendasi Teknis Baku
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat disediakan Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat disediakan melalui Cukup
upaya : Penetapan :
1. Koservasi air hujan/ permukaan di kawasan Tidak 1. Kuota/alokasi Air Baku
KEK/KSPN; maksimum yang dapat
2. Penghematan air; Rekomtek disediakan.
3. Tinjauan kembali pengembangan KEK/ KSPN; 2. Tanggung jawab pelaksanaan
4. Alternatif sumber air baku permukaan dan air pembangunan Serta operasi
tanah, misal dari air laut.Sampai Sebelum WTP. pemeliharaan prasarana SDA
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air oleh Badan Usaha
Gambar 3.8. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Badan Usaha KEK atau KSPN di Wilayah Sungai Kewenangan
Pemerintah
1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Masyarakat Sekitar Evaluasi dan Verifikasi
Kawasan)
Perintah Rekomtek
Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai
Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Baku Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku
Rekomendasi Teknis
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat Cukup
disediakan Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat Penetapan :
disediakan melalui upaya : 1. Kuota/Alokasi Air Baku Maks.
Tidak
1. Koservasi air hujan/ permukaan di yang Dapat Disediakan
kawasan KEK/KSPN; 2. Tanggung Jawab Pelaksanaan
Rekomtek
2. Penghematan air; Pembangunan serta O & P oleh
3. Tinjauan kembali pengembangan Pemprov, Pemkab/ Kota Dalam
KEK/ KSPN; Pembangunan WTP dan
4. Alternatif sumber air baku Jaringan Air Baku
permukaan dan air tanah, misal 3. Tanggung Jawab Pemerintah
dari air laut.Sampai Sebelum WTP. Bangunan Pengambilan Sampai
* Berdasarkan PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
Gambar 3.9. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Detail Plan
KEK, KSPN
2. Rencana Usul Kuota Air Baku
Kebutuhan
Air Baku
Sesuai
Tahun
Kegiatan
Ditambah 15% (Bagi
Masyarakat Sekitar Perintah Rekomtek
Kawasan)
Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai
Kecukupan Cukup
Ketersediaan Air Rekomtek
Baku Yang Ada
Tidak
Penetapan
Konsep Kebijakan Penyediaan Air Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Baku Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku
Rekomendasi Teknis
1. Batas maksimum Air Baku yang dapat Ya
disediakan Cukup
Cukup
2. Kekurangan Air Baku Untuk Dapat Penetapan :
disediakan melalui upaya : Tidak 1. Kuota/Alokasi Air Baku Maks.
1. Koservasi air hujan/ permukaan di yang Dapat Disediakan
kawasan KEK/KSPN; 2. Tanggung Jawab Pemprov
Rekomtek
2. Penghematan air; Dalam Pelaksanaan
3. Tinjauan kembali pengembangan Pembangunan serta O & P
KEK/ KSPN; WTP dan Jaringan Air Baku
4. Alternatif sumber air baku 3. Tanggung Jawab Pemerintah :
permukaan dan air tanah, misal Bangunan Pengambilan Sampai
dari air laut.Sampai Sebelum WTP. Sebelum WTP
Gambar 3.10. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Pemerintah Provinsi
4. Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang pembentukannya atas
usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah
Perintah Rekomtek
Potensi Sumber Air Baku Yang Ada Pada RPSDA Wilayah Sungai
Kecukupan Cukup
Ketersediaan Air
Baku Yang Ada
Rekomtek
Tidak
Penetapan
Potensi Sumber Air Baku Kuota/
Tambahan (Revisi RPSDA) Alokasi Air
Baku
Ya
Cukup
Cukup
Penetapan :
Tidak Kuota/Alokasi Air
Baku Maks. yang
Rekomtek Dapat Disediakan
Gambar 3.11. Bagan Alir Konsep Kebijakan Penyediaan Air Baku pada KEK atau KSPN yang
pembentukannya atas Usulan Kementerian/Lembaga Non Pemerintah
Secara garis besar pelaksanaan penyediaan air baku pada KEK diperlukan adanya
Nota Kesepahaman (MOU) seperti diuraikan pada tabel berikut :
A. Alternatif I
B. Alternatif II
2. Pembangunan, O 1. Jasa
&P: Pengelol
aan SDA
1. Intake s/d - Supervisi/ Koordinasi Supervisi/ Pelaksana -
sebelum WTP Koordinasi 2. Retribusi
penggun
2. WTP s/d - Supervisi/ Koordinasi Pelaksana - - aan air
Jaringan baku
melalui
3. Instalasi Pelaksana - - - - badan
Jaringan IPA
Revisi neraca air di wilayah sungai dilaksanakan dalam rangka untuk menentukan
jumlah/volume air baku tambahan guna memenuhi tambahan kebutuhan air baku
guna keperluan di kawasan KEK/KSPN.
Dari data neraca air di wilayah sungai yang sudah ada, akan dapat diketahui
kondisi ketersediaan sumber air yang sudah ada sesuai dengan waktu rencana
penyediaan air baku untuk KEK/KSPN diperlukan.
Dengan adanya tambahan kebutuhan air baku untuk kebutuhan KEK/KSPN, ada
beberapa hal kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
2. Ketersediaan air baku yang ada sudah tidak mencukupi, tetapi debit andalan (Q90) sebagai
potensi sumber air baku masih mencukupi;
3. Ketersediaan sumber air baku dan potensi sumber air baku yang ada tidak dapat memenuhi
kebutuhan air baku tambahan yang diperlukan.
Dalam hal ketersediaan air baku yang ada masih mencukupi, maka tidak
diperlukan tambahan penyediaan air baku terhadap sistem penyediaan sumber air
baku yang sudah ada.
Apabila ketersediaan air baku yang ada sudah tidak mencukupi, tetapi debit
andalan (Q90) masih mencukupi, maka diperlukan tambahan prasarana air baku
guna keperluan penyediaan air baku yang diperlukan tanpa membangun
bangunan embung dan/atau waduk.
Apabila ketersediaan air baku yang ada serta debit andalan (Q90) sudah tidak
dapat mencukupi, tetapi potensi debit (Q50) masih mencukupi, maka diperlukan
tambahan prasarana air baku guna keperluan penyediaan air baku yang
Apabila ketersediaan air baku yang ada serta potensi debit (Q50) sudah tidak
mencukupi, maka pemenuhan kebutuhan air yang diperlukan, ditentukan oleh
besarnya potensi sumber air baku yang ada. Kekurangan air baku yang dibutuhkan
dilakukan dengan upaya antara lain :
2. Penghematan air;
3. Re Use atau atau melakukan upaya daur ulang terhadap air buangan yang ada di kawasan
KEK/KSPN;
5. Mencari alternatif sumber air baku selain dari sumber air baku dari air permukaan dan air
tanah, misalnya melalui sumber air yang berasal dari air laut.
Sebagai gambaran keseimbangan air yang ada dalam RPSDA untuk rencana revisi
keseimbangan air yang diperlukan seperti digambarkan pada gambar berikut :
m3/dtk
Debit
0 5 10 15 20 25 dst
Tahun
: Kebutuhan air baku sesuai RPSDA yang sudah ada
: Rencana penyediaan air baku sesuai RPSDA yang sudah ada
: Revisi rencana penyediaan air baku dalam RPSDA
1 : Rencana pembangunan prasarana air baku sesuai dalam RPSDA yang ada
2 : Tambahan pembangunan prasarana air baku untuk penyediaan air baku tambahan
pada kawasan KEK/KSPN
DRAFT LAPORAN AKHIR 49
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 3.12. Neraca Air RPSDA Wilayah Sungai
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei berada di Kecamatan Bosar Maligas,
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Akses dari KEK Sei Mangkei ke jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, jarak ke
Pelabuhan Kuala Tanjung, kurang lebih 40 km, dan jarak ke Bandara Internasional
Kualanamu kurang lebih 110 km.
Gambar 4.1. Peta Orientasi KEK Sei Mangkei Dalam Wilayah Provinsi Sumut
Dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai, KEK Sei Mangkei berada pada Daerah Aliran Sungai Sipare-
pare Wilayah Sungai Bah Bolon.
Wilayah Sungai Bah Bolon merupakan Wilayah Sungai lintas Kabupaten/Kota dan
pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
Luas WS. Bah Bolon sebesar ±4.265,92 km2, dimana Kabupaten Simalungun dan
Kabupaten Batubara merupakan wilayah administrasi terbesar yang masuk WS. Bah
Bolon, yaitu 63,92% dan 21,21%.
WS. Bah Bolon memiliki 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Sipare-pare,
DAS Bolon, DAS Perupuk, DAS Kiri dan DAS Silau Bonto. DAS terbesar yaitu DAS Bolon
dengan luas 1.930,50 km2.
Profil Umum
Sebagai kawasan industri yang berada di sentra bahan baku berbasis agro dan
dekat dengan Selat Malaka, KEK Sei Mangkei juga memiliki bisnis pendukung yaitu
logistik dan pariwisata. Dengan total luas lahan sebesar 2.002,7 ha, KEK Sei
Mangkei terbuka akan potensi industri lainnya terutama di sektor hilir dengan
nilai tambah yang tinggi.
KEK Sei Mangkei didukung dengan infrastruktur di dalam dan luar kawasan. Akses
dari KEK Sei Mangkei ke jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, jarak ke
Pelabuhan Kuala Tanjung kurang lebih 40 km dan jarak ke Bandara Internasional
Kualanamu kurang lebih 110 km.
Hingga akhir 2016, aliran investasi pelaku usaha untuk aktivitas industri di KEK Sei
Mangkei telah mencapai Rp3,52 triliun dan direncakan menjadi Rp5,52 triliun
pada akhir 2017. Saat beroperasi penuh di tahun 2025, KEK ini diproyeksikan
dapat menarik total investasi sebesar Rp129 triliun serta memberikan kontribusi
pada PDRB sebesar Rp92,1 triliun per tahun.
(Sumber kek.go.id)
KEK Sei Mangkei Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
2. Industri Pengolahan 12. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari 24. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : Kelapa Sawit Gardu Induk di KEK, dan direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Simalungun, 3. Industri Pengolahan Karet Tenaga Gas 250 MW pada 2018 25. PP No. 29 Tahun 2012
Sumatra Utara 13. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Master Plan : Sungai Bah Tungguran, dan direncanakan beroperasi instalasi pengolahan Sei Mengkei
Luas Area : 4. Area Industri Sawit air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret 2017.
2.002,7 Ha 5. Area Industri Karet 14. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Administrator :
6. Area Saprodi Kilang Regasifikasi Arun. 26. Perda No. 4 Tahun 2014
Badan Usaha 7. Area Aneka Industri 15. Tersedia sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang tentang Administrator KEK Sei
Pembangunan dan 8. Area Logistik dan Gudang memadai. Mangkei
Pengelola : 9. Area Komersial 16. Tersedia instalasi pengolahan limbah terpusat kapasitas 250 27. SK Gubsu tentang
PT. Perkebunan 10. Area Pariwisata m³/jam. Pembentukan Administrator
Nusantara III (PTPN 11. Area Perumahan 17. Tersedia dryport kapasitas 5.300 TEUs/tahun 28. SK Penetapan Administrato1
III) 18. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000
Ton (CPO) Badan Usaha Pembangunan Pengelola
Proyeksi Tenaga 19. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 :
Kerja : ha. 29. SK Bupati ttg Penetapan BU
83.304 orang 20. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada Pembangun dan Pengelola
pemadam kebakaran, pusat inovasi kelapa sawit, dan perumahan
Infrastruktur Wilayah :
21. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan
Belawan/Kuala Tanjung
22. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Kuala Tanjung
23. Penanganan Jalan Nasional akses Sei Mangkei – Pelabuhan Kuala
Tanjung/Belawan
(Sumber : KEK.go.id)
1. Peraturan Penyelenggaraan :
2. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
3. Administrator :
6. SK Penetapan Administrator 1
11. Tersedia pasokan listrik kapasitas 60 MW yang bersumber dari Gardu Induk di KEK, dan
direncanakan beroperasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas 250 MW pada 2018
12. Tersedia pasokan air kapasitas 250 m³/jam yang bersumber dari Sungai Bah Tungguran, dan
direncanakan beroperasi instalasi pengolahan air tahap II kapasitas 500 m³/jam pada Maret
2017.
13. Tersedia pasokan gas sebesar 75 mmscfd yang bersumber dari Kilang Regasifikasi Arun.
17. Tersedia tangki timbun kapasitas 2 x 3.000 Ton (CPKO) dan 1 x 5.000 Ton (CPO)
18. Tersedia jalan kawasan rigid beton untuk kavling tahap I seluas 104 ha.
19. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana persampahan, armada pemadam kebakaran, pusat
inovasi kelapa sawit, dan perumahan.
21. Pembangunan Rel Kereta Api Sei Mangkei – Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung
23. Penanganan Jalan Nasional akses Sei Mangkei – Pelabuhan Kuala Tanjung/Belawan
1. Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Bosar Maligas pada tahun 2015 yaitu 40.371 jiwa
dengan kepadatan penduduk 141,22 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Kecamatan
Bosar Maligas terbanyak berada di Nagori Dusun Pengkolan, sementara jumlah
penduduk terkecil terdapat di Nagori Mekar Rejo. Berdasarkan Data dari buku
Statistik Daerah Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016, Indikator penduduk
Kecamatan Bosar Maligas dapat diuraikan sebagai berikut :
Dilihat dari tabel diatas kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 1,27 %,
sedangkan dari tahun 2014-2015 sebesar 0,58 %. Kenaikan rata-rata dua tahu
kebelakang sebesar 0,925 %.
Berdasarkan rata- rata perkembangan jumlah penduduk tersebut, dapat
diproyeksikan perkirakan jumlah penduduk Kecamatan Bosar Maligas Hingga
Tahun 2034, seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Proyeksi Perkiraan Jumlah Penduduk Kecamatan Bosar Maligas Dari Tahun 2015 Sampai
Tahun 2035
Merujuk kepada tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat
dihitung perkiraan kebutuhan air dimasa mendatang dengan menggunakan
Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU, sebagaimana
diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 4.5. Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Bosar Maligas
TAHUN
1. Zona Industri
Dari total luas kawasan 2.002,7 Ha, peruntukan zona industri sebagaimana
yang direncanakan didalam master Plan seluas 1.293,98 Ha. Dimana Zona
Industri ini akan terbagi untuk jenis-jenis kegiatan (Sub Zona) :
4. Zona Komersial
Hingga akhir tahun pembangunan, di dalam KEK Sei Mangkei dibangun zona
komersial yang terdiri dari :
7. Zona Perkantoran
Ruang terbuka hijau yang akan dibangun didalam areal KEK Sei Mangkei
seluas 205,04 Ha; yang merupakan jalur penghijauan dan taman kawasan.
9. Zona Wisata
Didalam areal KEK Sei Mangkei direncanakan dibanguna zona wisata antara
lain berupa tempat bermain/rekreasi, lapangan golf, kolam renang dan
sebagainya. Luas Zona wisata yang akan dikembangkan sebesar 117,50 ha
Luas residential area di areal KEK Sei Mangkei sebesar 11,60 ha yang
dimanfaatkan untuk jenis rumah landed (biasa) untuk pengeola dan flat untuk
pekerja.
Pada area resedential (perumahan) akan dibangun rumah sewa sejumlah 494
unit dengan rinciaan :
13. Pembangunan Fiteness Centre, Restoran, kolam renang, Pusat Olah raga, Jogging track dan
play ground.
Jumlah kebutuhan air bersih untuk resedential area (perumahan) dans arana
pendukungnya sebesar 2,32 lt/det.
Yang dikembangkan didalam area publik ini antara lain rumah sakit,
sekolahan, puatb training dan sebagainya) dengan luas lahan pembangunan
sebesar 24,50 ha.
BESARAN KEBUTUHAN
NO ZONA PERUNTUKAN
(ltr/dtk)
1 Industri 647,99
2 Komersial 24,59
3 Perkantoran 21,28
4 Ruang Terbuka Hijau 20,5
5 Rekreasi/pariwisata 11,75
6 Resedential/perumahan 2,32
7 Pelayanan publik 2,69
Jumlah Kebutuhan 731,12
Kebutuhan air baku pada kawasan KEK Sei Mangkei meliputi kebutuhan untuk
pelayanan domestik, dengan lokus di Kecamatan Bosar Maligas, serta kebutuhan air
baku untuk pelayanan KEK Sei Mangkei.
Merujuk kepada dokumen rencana pengembangan KEK Sei Mangkei yang ada,
bahwasanya diupayakan operasional seluruh kegiatan didalam KEK Sei Mangkei
seluruhnya pada tahun 2025, baik kegiatan industri, komersial, perkantoran,
pariwisata serta sarana pendukung lainnya. Maka penyediaan kebutuhan air baku
untuk melayani kegiatan KEK Sei Mangkei maksimum pada tahun 2025 perlu diadakan
sebesar 787.30 liter/det.
Tabel 4.7. Proyeksi Perkiraan Kebutuhan Air Untuk KEK Sei Mangkei
Kebutuhan KEK Sei Mangkei hingga tahun 2020 masih dapat dilayani dengan IPA yang
sudah terbangun sebesar 750 m3/jam (208,32 ltr/dtk).
Beberapa perusahaan industri yang telah berdiri didalam kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei memanfaatkan Air Tanah dengan pemanfaatan Air Tanah Dalam berdasarkan
ijin dari Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Sumaterea Utara dan Kantor
Perijinan Satu Atap Kabupaten Simalungun. Hal itu berjalan sebelum ditetapkannya
Lokasi Sei Mangkei menjadi Kawasan ekonomi Khusus.
Dengan telah berdirinya Badan Pengelola KEK Sei Mangkei, penyediaan air untuk
keperluan kegiatan industri dikelola oleh Badan Pengelola KEK.
Badan Pengelola KEK telah membangun instalasi pengelolaan air bersih dengan
kapasitas 250 m3/jam yang bersumber dari Sungai Bah Tungguran, daqn direncanakan
beroperasi pengolahan air Tahap II kapasitas 500 m3/jam pada Tahun 2017.
2. Kecamatan Banndar
2. Data Dinamo
DAYA
MERK TAHUN
NO. ELEKTROMOTOR TENAGA (HP)
DINAMO PEROLEHAN
(KW)
1. Hitachi 11 15 2009
2. Franklin 11 15 2009
MERK
NO. MERK MESIN TENAGA DAYA KETERANGAN
GENERATOR
Ckdpraha
1. AbRov4 80 pk Zsepraha 7300 Va Rusak
podnix
1. Air Permukaan
Air permukaan berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah yang
kemudian terinfiltrasi dan air hujan yang melimpas langsung ke permukaan
kemudian mengalir ke sungai dan danau. Sungai-sungai yang berada pada WS Bah
Bolon seperti pada tabel berikut :
PANJANG PANJANG
NO SUNGAI NO. SUNGAI
(Meter) (Meter)
1 A. Gerger 5,70 55 Bah Tabu 7,76
2 Aek Panginsopan 6,99 56 Bah Tangguran 23,19
3 Aek Sipinggan 2,90 57 Bah Tongguran 32,57
4 Aek Sopang 7,06 58 S. Air Hitam 2,57
5 Bah Binoman 19,48 59 S. Anank-anak 5,58
6 Bah Birung 13,88 60 S. Andelhei 3,39
7 Bah Bolon 67,07 61 S. Bagan Batak 6,51
8 Bah Boluk 58,05 62 S. Batubatu 6,77
9 Bah Bonai 9,62 63 S. Batunanggal 5,66
10 Bah Bunjan 12,67 64 S. Bejangkar 9,98
11 Bah Butar 11,13 65 S. Beluru 13,17
12 Bah Damatok 8,76 66 S. Bunut 44,64
13 Bah Debaru 1,60 67 S. Dabuantintin 6,83
14 Bah Dobati 3,39 68 S. Dolok 4,65
15 Bah Hapal 52,32 69 S. Dusun 16,24
16 Bah Hapasoh 32,51 70 S. Gambus 3,07
17 Bah Haruas 11,60 71 S. Kanal Silau Bonto 11,11
18 Bah Hilang 29,79 72 S. Kanan 12,10
19 Bah Horas 9,49 73 S. Kiri 9,28
20 Bah Kandang Lembu 6,60 74 S. Kuala Gunung 19,18
21 Bah Kapul 10,48 75 S. Lompong 1,27
22 Bah Kasinder 48,61 76 S. Lubuk Buaya 2,78
23 Bah Kasindir 5,65 77 S. Mangkei 18,61
24 Bah Kirsat 17,11 78 S. Marbau 29,30
25 Bah Kisat 2,12 79 S. Mati 1,82
26 Bah Korah 24,48 80 S. Pagurawan 2,54
27 Bah Langgur 6,93 81 S. Pare-Pare 35,22
28 Bah Lias 8,85 82 S. Perhaporasan 8,00
29 Bah Lintong 7,73 83 S. Perupuk 5,47
Data debit diperoleh dari beberapa stasiun/pos duga air seperti: Sta. Bah Tongguran-
Tembaan, Sta. Sei Serdang-Serdang dan Sta. S. Silau-Kisaran Naga selama 10 (sepuluh)
tahun dari tahun 2002-2011). Peta Poligon Thiesen dapat dilihat pada gambar berikut
:
Dari data-data debit tersebut dan hasil analisanya pada masing-masing DAS di WS Bah
Bolon dapat diketahui besarnya ketersediaan dan potensi air seperti pada tabel
berikut :
2. Air Tanah
Potensi air tanah terdapat pada cekungan air tanah (CAT). Berdasarkan Keputusa
Presiden No. 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah (Lampiran
1), Provinsi Sumatera Utara berada pada CAT Medan dengan luas total sekitar
19.786,00 Km2. Sedangkan luas CAT pada WS Bah Bolon sekitar 418,89 km2 hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut :
Besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor luas tanam, pola tanam
yang digunakan, dan iklim yang mempengaruhi daerah irigasi. Berdasarkan
data dari Dinas PU BSDA Prov. Sumatera Utara Tahun 2011 daerah irigasi
potensial yang masuk ke wilayah WS Bah Bolon sekitar 34.672 Ha dan
fungsional sekitar 32.258 Ha. Luas lahan irigasi di WS Bah Bolon dapat dilihat
pada tabel berikut :
JUMLAH LUAS
NO WILAYAH KEWENANGAN DAERAH
IRIGASI POTENSIAL (Ha) FUNGSIONAL (Ha)
Ketersediaan air minimum terjadi pada bulan Februari sebesar 50,01 m3/det,
dan Ketersediaan air maksimum dibulan Desember sebesar 70,71 m3 det.
Sedangkan ketersediaan air minimum juga terjadi pada bulan Februari sebesar
144,29 m3, dan potensi air maksimum pada Bulan Desember sebesar 203,81
m3/det.
Potensi dan Ketersediaan Air Baku (Q80 dan Q90) di Sub DAS Tungguran
adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 4.11. Potensi dan Ketersediaan Air Baku di Sub DAS Tangguran
Ketersediaan air di WS Bah Bolon bervariasi menurut waktunya dan debit aliran sungai
pada suatu bulan sangat di pengaruhi oleh tinggi curah hujan yang terjadi pada waktu
yang bersangkutan. Neraca air WS Bah Bolon dihitung berdasarkan selisih dari
ketersedian air dan kebutuhan air (total kebutuhan rumah tangga, perkotaan, industri
(RKI) dan Irigasi).
Tabel 4.14. Korelasi Neraca Air Das Bolon Tahun 2035 Akibat Adanya Tambahan KEK Sei Mangkei
Dari hasil analisis terhadap kebutuhan dan ketersedaiaan sumber air baku DAS
Bolon, sumber air bakunya masih mencukupi sepanjang tahun.
Rencana sistem penyediaan air baku yang akan dikembangkan di daerah KEK Sei
Mangkei meliputi rencana penyediaan untuk KEK Sei Mangkei dan rencana
penyediaan air baku untuk masyarakat di sekitar KEK Sei Magkei (Kecamatan Bosar
Maligas).
Sumber air baku yang akan digunakan untuk keperluan KEK Sei Mangkei dan
masyarakat sekitarnya bersumber dari Sungai Tungguran anak Sungai Bolon
Secara skematik, rencana penyediaan sumber air baku untuk KEK Sei Mangkei dan
masyarakat sekitar ditampilkan pada gambar berikut :
Gambar 4.15. Skematik Rencana Wilayah Pelayanan Air Baku Sungai Tangguran DAS Bolon
Rencana sistem penyediaan air baku untuk KEK Sei Mangkei dan masyarakat
sekitarnya adalah sebagai berikut :
Kesimpulan dari data analisis keseimbangan air tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan air Sub DAS Tunguran (Q90) sebesar 9.690 ltr/dtk dapat mencukupi
keperluan untuk KEK Sei Mangkei dan masyarakat sekitar kawasan KEK Si Mangkei
sampai dengan tahun 2035 sebesar 787,30 ltr/dtk Dan masih sisa (Q90) sebesar
8.902,70 ltr/dtk
Rencana penyediaan air baku pada wilayah Ekonomi Khusus Sei Mangkei meliptui
penyediaan kebutuhan untuk KEK Sei Mangkei dan kebutuhan domestik Kecamatan
Bosar Maligas.
S. Pompa Pompa
Tangguran
Tabel 4.16. Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara di WS. Bah Bolon
1. Kawasan Lindung
1. Kawasan perlindungan bawahan yang terdiri dari kawasan hutan lindung dan kawasan
resapan air
Kawasan resapan air meliputi sebaran air tanah yang terdiri atas
endapan sebaran alluvial sungai dan tanah. Isian/imbuhan air tanah
terdapat hampir di seluruh kabupaten/kota Kawasan perlindungan
setempat yang terdiri dari sempadan sungai dan sempadan pantai.
3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan benda cagar budaya
1. Cagar alam, sebagai upaya untuk melestarikan beberapa kondisi alam beserta spesies
tumbuhan yang ada di dalamnya maka perlu ditetapkan kawasan cagar alam.
2. Kawasan lindung, berdasarkan kekhasan ekosistem terumbu karang beserta flora dan fauna
laut yang dimiliki seperti pada kawasan terumbu karang di perairan sekitar Pulau Berhala.
3. Suaka marga satwa, dalam upaya melestarikan beberapa jenis species binatang yang
terdapat di Sumatera Utara.
4. Taman wisata alam, berdasarkan keunikan alam dan ekosistem yang dimiliki dan dapat dijual
sebagai salah satu obyek wisata, beberapa kawasan pegunungan dan danau di Sumatera
Utara dapat dijadikan Taman Wisata Alam.
5. Kawasan benda cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dalam upaya menjaga dan
melestarikan benda-benda peninggalan masa lalu, serta adat istiadat, kebiasaan dan tradisi
suku masyarakat Sumatera Utara, beserta lingkungannya, maka beberapa kawasan
6. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, rawan
gelombang pasang, rawan angin putting beliung dan rawan banjir
9. Kota Pematang Siantar (Kecamatan Siantar Selatan, Siantar Timut dan Siantar Barat);
10. Kabupaten Asahan (Desa Prapat Janji dan Desa Buntu Pane, di Kecamatan Buntu Pane) dan
11. Kabupaten Batu Bara (Desa Pematang Kawat di Kec.Air Putih), banjir tidak hanya karena
limpahan dari sungai tapi juga karena ROB.
1. Kawasan hutan produksi yang meliputi hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap
2. Hutan produksi terbatas adalah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara
tebang pilih. Hutan produksi terbatas tersebar di semua kabupaten.
3. Hutan produksi biasa adalah hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik secara tebang pilih
maupun tebang habis, hutan ini tersebar di semua kabupaten/kota di WS Bah Bolon.
4. Kawasan pertanian
5. Kawasan pertambangan
6. Energi
1. Istana kerajaan dan rumah kediaman meliputi: Istana Lima Laras di Kabupaten Asahan.
10. Pengembangan dan meningkatkan produksi perikanan tangkap laut di pantai Timur, pantai
Barat serta pulau lainnya terutama pada Zona Ekonomi Ekslusif di Indonesia.
12. Mengembangkan sarana dan prasarana bagi peningkatan kegiatan perikanan meliputi
pelabuhan perikanan, prasarana transportasi dari lokasi sumberdaya laut ke lokasi koleksi
dan distribusi, sarana transportasi laut, jaringan irigasi tambak, alat penangkapan ikan,
pakan, pupuk, pengelolaan pembibitan ikan terpadu, tempat pelelangan ikan di kawasan
pantai Serdang Bedagai, Asahan, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di Pantai
Timur maupun Pantai Barat Sumatera Utara, diantaranya adalah di Kabupaten di Kabupaten
Serdang Bedagai: PPI Tanjung Beringin, PPI Sialang Buah, PPI Bandar Khalipah; di Kabupaten
Batu Bara : PPI Pangkalan Dodek, PPI Tanjung Tiram; di Kabupaten Asahan : PPI Rantau
Panjang, PPI Sei Kepayang.
15. Meningkatkan pengamanan kawasan laut dari pencurian ikan serta pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan sumber daya pesisir laut dan pulau – pulau kecil
Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara serta
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Provinsi Sumatera Utara
masing-masing dapat dilihat pada gambar berikut:
Arah kebijakan pola ruang pada RTRW Kabupaten Simalungun pada WS Bah
Bolon mengacu kepada RTRW Provinsi Sumatera Utara.
1. Pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya seperti : kawasan
taman nasional dan taman hutan raya dan kawasan cagar budaya rumah adat Pematang
Purba.
2. Pengembangan kawasan lindung geologi yaitu kawasan cagar alam geologi keunikan batuan
dan fosil meliputi : batu gamping gloukonit Sibaganding, Parapat - Kabupaten Simalungun
dan kawasan imbuhan air tanah yang memberikan perlindungan terhadap air tanah CAT
Medan.
6. Pengembangan kawasan industri menengah dan industri besar, seperti yg telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei seluas 2.002,77 Ha (dua ribu dua koma tujuh tujuh hektar
are) yang terletak dalam wilayah Kecamatan Bosar Maligas.
8. Pengembangan kawasan peruntukan budi daya lainnya, yaitu untuk kawasan pertahanan
keamanan, sebagai kawasan pangkalan perlawanan.
(Sumber : KEK.go.id)
KEK Sei Mangkei diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27 Januari
Tahun 2015, dan sesuai dengan Renstra Pengembangan KEK Sei Mangkei
pencapaian pembangunan KEK Sei Mangkei dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu
tahapan jangka pendek (2011 – 2015), jangka menengah I (2016 – 2020), jangka
menengah II (2021 – 2025), dan jangka panjang (2026 – 2031). Target capaian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terbangunnya kawasan industri pada 46 ha dengan fasilitas antara lain: sistem pengolah air
bersih (WTP), sistem pengolah limbah (WWTP), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM),
pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBG), perumahan expatriate dan CEO industri hilir,
bangunan komersial di area perumahan, bangunan kantor pemasaran kawasan industri dan
bea cukai, CBD, hotel, dry port, gudang curah, container depo, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, sarana ibadah, tersedianya kapasitas listrik sebesar 7,5 MW dari PLTBM dan 2,2
MW dari PLTBG;
6. Masuknya investasi ke kawasan industri seperti: pabrik biodiesel tahap II dengan kapasitas
300.000/tahun, pabrik surfactant bahan baku deterjen kapasitas 50.000 ton per tahun,
pabrik fatty alkohol II kapasitas 90.000 ton/tahun, pabrik betakaroten II kapasitas 150
ton/tahun, industri kecil dan menengah yang mengolah limbah sawit, dan industri turunan
oleokimia;
12. Bergabungnya industri pengolahan non-CPO potensi daerah berupa karet, kakao, dan kopi di
dalam kawasan;
13. Terbangunnya pabrik pengolahan pupuk organik tahap 3 kapasitas 100 ton per hari;
20. Terbentuknya kawasan industri modern dengan kota baru yang mandiri di lahan 2002,77 Ha;
TAHAPAN PENGEMBANGAN
TAHAP
KOMPONEN JANGKA JANGKA
PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG OPERASIONAL
MENENGAH I MENENGAH II 2032
2011-2015 2026-2031
2016-2020 2021-2025
Pengembangan lahan
46 104 640 1.212,70 2002,7
(ruang) (ha)
Penyerapan tenaga kerja
8.050 49.730 15.050 14.550 83.304
(orang)
Rencana Penyediaan
93,45 170,08 764,89 778,06 787,3
Sumber Air Baku
Sumber : Diolah dari Buku Renstra Pengembangan Sei Mangkei Dan Hasil Analisis
Beberapa perusahaan besar telah melakukan investasi di dalam lokasi KEK Sei
Mangkei, yaitu semenjak lokasi ini masih status kawasan industri, dimana PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) membangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas
30 ton/jam pada tahun 1997 dan pada tahun ditingkatkan kapsitas produksinya
menjadi 75 ton/jam.
Beberapa perusahaan dan jenis industri yang dibangun didalam KEK Sei Mangkei
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.18. Perusahaan Dan Jenis Industri Yang Dibangun Pada KEK Sei Mangkei
1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kapasitas 75Ton/Jam
(2010, Operasional)
PKS Sei Mangkei PTPN III ini pada awalnya berkapasitas 30 Ton TBS / Jam dan telah
beroperasi sejak tahun 1997. Dan saat ini kapasitas olah PKS Sei Mangkei telah
ditingkatkan menjadi 75 Ton TBS/Jam. Produk dari PKS Sei Mangkei adalah : CPO (Crude
Palm Oil) dan Inti Sawit (Palm Kernel)
2 Pabrik Palm Kernel Oil (PKO) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kapasitas 400
Ton/Hari (2011, Operasional)
Pabrik PKO Sei Mangkei PTPN III berkapasitas 400 Ton Inti Sawit/Hari dibangun pada
tahun 2010 dan telah beroperasi pada tahun 2011. Pabrik PKO Sei Mangkei menghasilkan
CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan Palm Kernel Meal (PKM)
3 PT. Unilever Oleochemical Indonesia - Industri Oleokimia (2015, Operasional)
PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI) telah resmi beroperasi di KEK Sei Mangkei
sejak 26 November 2015. produk yang dihasilkan oleh PT. OUI adalah Fatty Acid (135.000
TPY), Surfactant (15.000 TPY) dan Soap Noodles (40.000 TPY).
4 PT. Perusahaan Listrik Negara - Gardu Listrik 150 KV 60 MVA (2016, Operasional)
PT. PLN telah menyelesaikan pembangunan Gardu Induk 150KV kapasitas 60MVA dan
masa depan akan dikembangkan menjadi 120MVA (500KV). Gardu Induk 60MVA/150KV
mulai beroperasi Februari 2016.
5 PT. Pertamina Gas (Pertagas) - Jaringan Pipa Gas dan Metering Station Natural Gas
Kapasitas 75MMSCFD (2016, Operasional)
Ketersediaan Gas di KEK Sei Mangkei disuplai oleh PT. Pertamina Gas dengan kapasitas 75
MMSCFD dimana 40 MMSCFD digunakan untuk industri dan 35 MMSCFD akan
dikonversi menjadi energi listrik setara 250MW melalui pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) antara PTPN III, PT. Pertamina dan International Partner
6 PT. Industri Nabati Lestari - Pabrik Minyak Goreng Kapasitas 600.000 Ton CPO/Tahun
(2016, Proses Pembangunan)
PT. Industri Nabati Lestari (PT. INL) merupakan anak perusahaan PTPN III dan PTPN IV.
Pembangunan dimulai pada tahun 2016 dan ditargetkan selesai pada tahun 2017. Produk
yang dihasilkan oleh PT. INL adalah 456.000 TPY Minyak Goreng, 27.000 TPY PFAD
(Purined Fatty Acid Distillate dan 114.000 TPY Stearin.
Tabel 4.19. Kondisi Investasi Eksisting dan Penguasahaan lahan didalam KEK Sei Mangkei
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan data yang didapat tentang progress
pengembangan penyediaan air baku yang telah dilaksanakan pada KEK Sei Mangkei,
maka dapat digambarkan status pengembangan KEK Sei Mangkei seperti terurai pada
tabel berikut :
Tabel 4.20. Status Pengembangan Penyediaan Air Baku KEK Sei Mangkei
TAHUN
NO URAIAN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pembanganunan
2
Infrastruktur Kawasan
3 Pembangunan Pabrik
Rencana penyediaan air baku untuk wilayah KEK Sei Mangkei dan sekitarnya di
peruntukan bagi penyediaan layanan Domestik dan Layanan industri (KEK). Rencana
pengembangan disesuaikan dengan tahap pembangunan KEK Sei Mangkei
berdasarkan Rencana Induk yang telah disusun. Sedangkan untuk penyedian
kebutuhan domestik dengan lokus kecamatan Bosar Maligas disesuaikan tahun
perencanaan.
Sumber air baku permukaan untuk penyediaan kebutuhan pada KEK dan Kecamatan
Bosar Maligas diarahkan pada badan Sungai Tongguran DAS Sipare-pare.Rencana
pegembangan kebutuhan penyediaan air pada KEK Sei Mangkei dan Penduduk Bosar
Maligas diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 4.21. Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Domestik Bosar Maligas
Kebutuhan pembiayaan penyediaan air baku pada kawasan KEK Sei Mangkei
dibedakan atas 2 katagori, yaitu :
Peningkatan penyediaan kebutuhan air baku pada kawasan KEK sesuai hasil
perhitungan hingga tahun 2031 dan selanjutnya sebesar 1.055,11 lt/det.
Prembiayaan pepeningkatan dapat dilakukan oleh pengelola KEK ataupun bantuan
dari Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah dapat membantu membangun intake
beserta komponen lainnya pada sumber air baku pada Sungai Tongguran hingga
kepada pipa transmisi.
2. Kebutuhan Untuk Penyediaan Air Baku Kebutuhan Dosmestik Kecamatan Bosar Maligas
Sumber air baku untuk kebutuhan penyediaan air bersih domestik Kecamatan
Bosar Maligas menggunakan air permukaan Sungai Tongguran, dimana
pembiayaan pembangunan intake beserta komponen lainnya dapat disediakan
oleh pemerintah.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api – Api memiliki luas sekitar 2.030 ha (
dua ribu tiga puluh hektar ) yang terletak dalam wilayah Desa muara Sungsang dan
Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Sedangkan batas – batas wilayah sebagai berikut :
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muara Sungsang dan Desa Teluk Payo
Ibu kota kecamatan Banyuasin II adalah terletak di kota Sungsang yang merupakan
kota pesisir yang berkembang. Jarak dari Ibukota Kabupaten Banyuasin Pangkalan
Balai ke Kota Kecamatan Banyuasin II yaitu Sungsang sekitar ± 120 Km.
KEK Tanjung Api-Api berada di DAS Musi dan Wilayah Sungai Musi-Sugihan-Banyuasin-
Leman, dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang
Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai termasuk Wilayah Sungai Lintas Provinsi, serta
kewenangan penggelolaannya ada pada Pemerintah Pusat.
Profil Umum
Dengan kegiatan utama di bidang industri karet, kelapa sawit dan petrokimia, KEK
Tanjung Api-Api diharapkan dapat menarik investasi sebesar Rp 125 triliun hingga
tahun 2025.
(Sumber kek.go.id)
KEK Tanjung Api- Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Api 2. Industri Pengolahan Karet 16. Pembangunan jalan kawasan 2 km 22. UU No. 39 Tahun 2009
3. Industri Kelapa Sawit 17. Perencanaan pematangan lahan tahap I (100 ha) Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Lokasi : 4. Industri Petrokimia 23. PP No. 51 Tahun 2014
Banyuasin, 5. Logistik Infrastruktur Wilayah : Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sumatera Selatan 18. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api Tanjung Api-Api
Master Plan : sepanjang 62,8 km selesai 2018
Luas Area : 6. Ruang Terbuka Hijau 19. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Dewan Kawasan :
2.030 Ha 7. Industri Kimia Dasar Pelabuhan Tanjung Carat selesai 2018 24. Kepres No 45 Tahun 2014
8. Industri Kecil 20. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Api Api – Palembang sepanjang 80 Tentang DK KEK Prov Sumsel
Badan Usaha 9. Berbagai Industri km 25. SK Gubernur Sumsel Nomor
Pembangunan dan 10. Kantor Pemerintah 21. Pembangunan Jalur Kereta Tanjung Enim – TAA sepanjang 375 km 199 Tahun 2016 Tentang
Pengelola : 11. Perkantoran dan Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi Pembentukan Sekretariat DK Prov
Pemerintah Komersial 150 Kv meliputi wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu Sumsel
Provinsi Sumatera 12. Pengolahan Air
Selatan Limbah Administrator :
13. Instalasi 26. Peraturan Bupati Banyuasin
Proyeksi Tenaga Pengolahan Air Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Kerja : 14. Pembangkit Listrik Pelimpahan Wewenang kepada
149.000 orang 15. Terminal Container Kepala Administrator KEK Tanjung
Api-Api
27. SK Bupati Banyuasin Nomor
254 Tahun 2017 Tentang
BUMD PT SMS :
29. Kepres No 45 Tahun 2014
Tentang DK KEK Prov Sumsel
30. SK Gubernur Sumsel Nomor
199 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
31. Perda Sumatera Selatan No 5
Tahun 2016 Tentang Pembentukan
PT SMS
32. Perda Sumatera Selatan No
13 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan PT SMS
33. SK Gubernur Sumsel Nomor
3871 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan
Modal Kepada PT SMS
(Sumber : KEK.go.id)
36. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
37. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
40. SK Gubernur Sumsel Nomor 199 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
41. Administrator :
42. Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 91 Tahun 2017 Tentanp Pelimpahan Wewenang kepada
Kepala Adminstrator KEK Tanjung Api-Api
44. Sk Gubernut Sumsel Nomor 200 Tahun 2016 Tentang Administrator KEK Tanjung Api-Api
47. SK Gubernur Sumsel Nomor 199 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Sekretariat DK Prov
Sumsel
48. Perda Sumetera Selatan No. 5 Tahun 2016 Tentang Pembentukan PT SMS
49. Perda Sumatera Selatan No. 13 tahun 2015 Tentang Pembentukan PT SMS
50. SK Gubernur Sumsel Nomor 3871 Tahun 2017 Tentang Penetapan Status Penggunaan Tanah
Milik Pemprov untuk Penyertaan Modal kepada PT SMS
56. Perbaikan Jalan Nasional ruas Palembang – Tanjung Api-Api sepanjang 62,8 km selesai 2018
57. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api selesai 2017 dan Pelabuhan Tanjung Carat selesai
2018
60. Telah tersedia jaringan energi listrik Sumatera Selatan interkoneksi transmisi 150 Kv meliputi
wilayah Sumsel – Jambi – Bengkulu
1. Penduduk
Tabel 5.2. Data Jumlah Penduduk Desa –Desa Sekitar KEK Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II
Keterangan :
a= Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Hasil Perhitungan
d = Tabel Kriteria Layanan (Kota Kecil)
e= cxd
f= Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU
g= exf
h = g / (24 x 60 x 60)
4. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pendidikan
Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah Pelajar Tahun 2013 yaitu 4.500 Pelajar diperoleh dari sumber BPS
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari ; untuk tiap pelajar
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)
Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah pemakai fasilitas olahraga tahun 2013 yaitu 50 orang diperoleh dari sumber BPS
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f= e / (24 x 60 x 60)
6. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perkantoran
Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah pegawai perkantoran tahun 2013 yaitu 20 orang diperoleh dari sumber BPS
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)
Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah pegawai pertokoan tahun 2013 yaitu 100 orang diperoleh dari sumber BPS
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 10 ltr/orang/hari
e= cxd
f= e / (24 x 60 x 60)
8. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Rumah Sakit
Keterangan :
a = Nomor Urut
b = Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c = Jumlah pemakai bed dalam rumah sakit, diasumsikan ada 100 bed
d = Tabel Kriteria : Kebutuhan Air 200 ltr/bed/hari ; untuk tiap bed
e= cxd
f = e / (24 x 60 x 60)
Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Luas Area Kawasan Industri, Ha
d= Tabel Kriteria : Kebutuhan Air Kawasan Industri 0,75 ltr/dtk/ha
e= cxd
Keterangan :
a= Nomor Urut
b= Tahun Proyeksi (Tahun Perencanaan)
c= Jumlah Dermaga
d= Jumlah orang dengan proyek penambahan 10 % tiap tahun
e= Konsumsi air untuk dermaga 50 ltr/orang/hari
f= dxe
g= f / (24 x 60 x 60)
Proyeksi kebutuhan air dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2044 seperti pada tabel berikut :
Data Klimatologi
Tinjauan kondisi hidroklimatologi dilakukan terhadap keadaan curah hujan dan iklim
berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari beberapa stasiun di sekitar wilayah
proyek. Data hujan dan iklim diambil dari buku Pemeriksaan Hujan dan buku Data
Iklim di Indonesia yang dikeluarkan oleh pusat Meteorologi dan Geofisika Departemen
Perhubungan Indonesia di Jakarta.
Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuain dapat
dibedakan menjadi daerah dataan kering dan daerah dataran basah yang sangat
dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran Sungai di daerah dataran basah pola
alirannya rectangular dan daerah dataran kering pola alirannya dandritik. Beberapa
sungai yang berada di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api – api adalah
Sungai Banyuasin, Sungai Telang.
Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air , wilayah Kecamatan Banyuasin II berada
pada daerah dataran basah yang pola alirannya rectangular yang sangat dipengaruhi
oleh pola aliran sungai. Pola aliran sungai di wilayah ini berperan sebagai sarana
transportasi air disepanjang aliran sungai yang ada di kecamatan banyuasin II. wilayah
kecamatan banyuasin ini memiliki suhu rata-rata berkisar 26,10 0 – 27,40 0 celcius dan
ke kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % dengan rata-rata
curah hujan 2.723 mm/tahun.
NO KLIMATOLOGI SAT JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
1 Temperatur Udara (ºC) 24.82 26.63 25.28 27.26 26.01 27.41 25.33 23.76 27.39 27.47 27.00 26.60
2 Kecepatan Angin Knots 3.53 3.66 3.05 2.76 3.19 3.15 3.36 3.63 3.83 3.26 2.81 3.50
3 Kelembaban Udara (%) 86.94 86.06 86.19 85.00 84.44 82.69 82.75 79.81 78.69 81.50 84.56 86.56
4 Penyinaran matahari (%) 42.05 48.74 49.58 59.29 62.31 61.59 61.29 68.28 62.46 55.71 49.65 38.9
5 Jumlah Hari Hujan (hari) 22.38 19.63 21.31 20.38 15.44 12.44 12.31 8.81 10.63 16.75 21.25 22.19
6 Curah Hujan Bulanan (mm) 263.54 211.76 371.51 320.65 158.53 121.54 112.51 76.53 101.12 202.76 313.97 315.79
Dari hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan,
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, ada 3 (tiga) potensi sumber air baku yang
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk KEK Tanjung Api – Api yaitu
seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini :
Desa Sritiga
Pengambilan
1 Sungai Air Telang Kecamatan Muara ± 150
Bebas
Telang
Desa Karang Anyar
Pengambilan
2 Sungai Simpang PU Kecamatan Banyuasin ± 30
Bebas
II
Desa Karang Baru
Sungai Air Telang Pengambilan
3 Kecamatan Muara ± 100
Jalur 17 Bebas
Telang
Nilai skor yang tertinggi diberikan untuk jenis potensi sumber air baku yang
paling memberikan tingkat kepercayaan yang paling dominan dan akan
memberikan potensi biaya/harga air per satuan volume. Nilai skor untuk ke
tiga potensi sumber air baku di KEK Tanjung Api-Api adalah sebagai berikut :
1 Kualitas 5 5 5
2 Kuantitas 2 2 2
3 Kehandalan Debit 5 5 5
4 Persyaratan Peraturan 4 4 4
5 Dampak Lingkungan 4 4 4
6 Potensi Biaya 4 2 3
7 Waktu Pelaksanaan 4 4 4
8 Hambatan Pengembangan 5 3 4
Besarnya nilai faktor pembebanan dari setiap kriteria didapatkan dengan cara
membandingkan antara setiap alternatif potensi sumber air baku yang akan
digunakan sebagai dasar untuk penyediaan air jangka panjang. Nilai faktor
pembebanan antara setiap kriteria penyaringan adalah seperti diuraikan pada
tabel berikut :
1 Kualitas 2
2 Kuantitas 2
3 Kehandalan Debit 2
4 Persyaratan Peraturan 1
5 Dampak Lingkungan 1
6 Potensi Biaya 5
7 Waktu Pelaksanaan 1
8 Hambatan Pengembangan 1
9 Potensi Kehilangan Air 1
3. Pelaksanaan Penyaringan
Tabel 5.19. Pelaksanaan Penyaringan Rencana Infrastruktur Potensi Sumber Air Baku
S. TELANG
S. AIR TELANG S. SIMPANG PU
NO KRITERIA PENYARINGAN JALUR 17
1 Kualitas 5 2 10 5 2 10 5 2
2 Kuantitas 2 2 4 2 2 4 2 2
3 Kehandalan Debit 5 2 10 5 2 10 5 2
4 Persyaratan Peraturan 4 1 4 4 1 4 4 1
5 Dampak Lingkungan 4 1 4 4 1 4 4 1
6 Potensi Biaya 4 5 20 2 5 10 3 5
7 Waktu Pelaksanaan 4 1 4 3 1 3 3 1
8 Hambatan Pengembangan 5 1 5 3 1 3 4 1
Dari hasil pelaksanaan penyaringan, diperoleh hasil bahwa potensi sumber air
baku yang akan digunakan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-
Api adalah sebagai berikut :
Rangking I : S. Air Telang
Rangking II : S. Telang Jalur 17
Rangking III : S. Simpang PU
2. Kecepatan angin rata-rata yang tercatat berkisar 2,76 Knots s/d 3,83 Knots
3. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata berkisar antara 78,69 % s/d 86,94 %
5. Nilai rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 76,53 mm s/d 371,51 mm
6. Nilai rata-rata jumlah hari hujan bulanan antara 8,81 hari s/d 22,38 hari
Bahasan yang akan disajikan dalam analisa dan perhitungan hidrologi ini berupa
uraian singkat mengenai teori, contoh perhitungan ataupun analisa serta hasil
perhitungan yang akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel perhitungan.
1. Perhitungan Evapotranspirasi
dimana :
ed = ea x RH/100
No Klimatologi Sat. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
0
1 Temperatur Udara ( C) 24.82 26.63 25.28 27.26 26.01 27.41 25.33 23.76 27.39 27.47 27.00 26.60
2 Kecepatan Angin Knots 3.53 3.66 3.05 2.76 3.19 3.15 3.36 3.63 3.83 3.26 2.81 3.50
3 Kelembaban Udara (%) 86.94 86.06 86.19 85.00 84.44 82.69 82.75 79.81 78.69 81.50 84.56 86.56
4 Penyinaran matahari (%) 42.05 48.74 49.58 59.29 62.31 61.59 61.29 68.28 62.46 55.71 49.65 38.9
5 Jumlah Hari Hujan (hari) 22.38 19.63 21.31 20.38 15.44 12.44 12.31 8.81 10.63 16.75 21.25 22.19
6 Curah Hujan Bulanan (mm) 263.54 211.76 371.51 320.65 158.53 121.54 112.51 76.53 101.12 202.76 313.97 315.79
Tabel 5.22. Tekanan Uap Jenuh (ea) Dalam (mbar) Sebagai Fungsi dan Temperatur Udara Rata-rata (T)
Temperatur ( C ) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
ea (mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0
Temperatur ( C ) 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
ea (mbar) 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9
500
.45 .48 .51 .54 .57 .60 .62 .65 .67 .70 .72 .74 .76 .78 .79 .81 .82 .84 .85 .86
1000
.46 .49 .52 .55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .75 .77 .79 .80 .82 .83 .85 .86 .87
2000
.49 .52 .55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .75 .77 .79 .81 .82 .84 .85 .86 .87 .88
Tabel 5.24. Efek3000
Temperatur f (T) Pada Radiasi Gelombang Panjang
Temperatur ( C ) ,52 0 .55 2.58 4.61 .64
6 8.66 10.69 12.71 14.73 16.75 18.77 20.79 22.81 24 .82 26 .84 28 .85 30 .86 32 .88 34.88 36.89
f4000
(T) - cTa4 11,0 11,4 11,7 12,0 12,4 12,7 13,1 13,5 13,8 14,2 14,6 15,0 15,4 15,9 16,3 16,7 17,2 17,7 18,1
.55 .58 .61 .64 .66 .69 .71 .73 .76 .78 .79 .81 .83 .84 .85 .86 .87 .89 .90 .90
Untuk kebutuhan perhitungan debit andalan pada suatu daerah yang akan
dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku, diperlukan analisa ketersediaan air
(water availability) suatu aliran sungai. Dalam pekerjaan ini digunakan
beberapa metoda untuk mengetahui debit andalan, metode-metode tersebut
yaitu :
Q = (Dro + Bf) F Bf = 1 - Vn
Dro = Ws - 1 Ws = R - Et
dimana :
Ws = water surplus, mm
I = infiltrasi, mm
Vn = storage volume, mm
R = curah hujan, mm
P - EL = water surplus
Vn = 0,50 (1 + K) 1 + K(n-1)
Berdasarkan PP No.16 tahun 2005, Air baku untuk air bersih di kawasan
ekonomi khusus yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari
sumber air permukaan, cekungan air tanah dan / air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Tabel 5.28. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, Berdasarkan Pemenkes No.
92/Menkes/Per/IV/2010
SIFAT FISIKA
SIFAT KIMIA
Tujuan Pengujian Kualitas Air Hasil Pengukuran ini adalah untuk menentukan
parameter pencemaran yang melebihi ambang batas sehingga air pada S.
Telang dan Sungai Simpang PU yang rencananya akan dimanfaatkan sebagai
sumber air baku di kawasan ekonomi khusus.
Tabel 5.29. Rekapitulasi Test Laboratorium Kualitas Air Sumber Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus
SUMBER AIR BAKU
KADAR MAKS YANG
DIPERBOLEHKAN S. SIMPANG SAL.
JENIS S. TELANG S. GASING
NO SATUAN NO. PU DS. DRAINASE
PARAMETER
492/MENKES/PER/IV DS. KARANG KARANG MUARA
DS. TANJUNG
/2010 ANYAR LAGO
BARU JALUR 17
DHL ( Daya
1 μmhos/cm - 21.900 162.900 2.980 2.179
Hantar Listrik )
DO ( Dissolved
2 Mg/L - 5,27 8,03 7,83 4,22
Oxygen )
pH ( Derajat
3 - 6.5 - 8.5 6,9 6,53 6,35 2,63
Keasaman )
4 TDS/TS Mg/L 500 12.670 1.516 77.6 1.101
5 Suhu 0C ±3 25,3 25,6 25,8 25,4
6 Kekeruhan NTU 5 3,67 47,00 139,00 19,50
Dari nilai TDS tersebut terlihat bahwa air tersebut banyak mengandung “
benda padat yang terlarut “ yaitu semua mineral, logam, garam, serta kation -
anion yang terlarut di air.
1. Air yang memiliki angka TDS yang tinggi akan memiliki rasa yang kurang enak, terasa asin,
pahit atau metalik.
2. Tingginya level TDS menunjukkan kesadahan air, yang akan menyebabkan kerak.
3. Tingginya TDS dapat berdampak pada kinerja beberapa peralatan, seperti Boiler dan Cooling
tower, produksi makanan dan minuman, dan lndustri lainnya.
4. Golongan A : Air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,tanpa pengolahan
terlebih dahulu
7. Golongan D : Air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaan, industry,
dan pembangkit listrik tenaga air
Dari hasil pengujian kualitas air, maka sumber air dari S. Telang dan Sungai
Simpang PU belum memenuhi syarat untuk Klasifikasi air Kualitas Golongan B/
Klas II dan dapat digunakan sebagai bahan air baku, sehinga perlu dilakukan
dengan Instalasi Pengolahan Air atau Water Treatment.
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
Hingga sampai dengan saat ini (tahun 2017) belum ada sarana air bersih di Kecamatan
Banyuasin, sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari seperti mandi dan
MCK, masyarakat memanfaatkan kondisi air yang ada di lapangan.
Untuk kebutuhan minum dan masak, warga membeli air isi ulang yang dikirim dari
Palembang dengan harga sekitar Rp 5.000/galon. Adapun skematik kondisi
pemanfaatan air baku KEK Tanjung Api-Api seperti diuraikan dalam skematisasi
berikut ini :
PP No. 51/2014
Tentang KEK Tanjung Api-Api
ada 4 (empat) sumber air yang masuk daerah pengembangan yang dapat di
identifikasikan, yaitu hujan, air buangan/drainase, daerah drainase diatasya, aliran
sungai yang melalui daerah pengembangan dan suplai air baku untuk daerah
pengembangan.
Dari segi kuantitas sungai Telang mampu memnuhi kebutuhan air baku di wilayah
kawasan ekonomi khusus, namun pada bulan agustus kedua sungai tersebut
kurang cukup untuk mencukupi kebutuhan air baku.
Skema sistem penyediaan air minum (SPAM) untuk KEK tanjung Api – Api seperti
disajikan dalam gambar berikut ini :
Gambar 5.9. Skema rencana Sistem Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api - Api
Gambar 5.10. Situasi Rencana Sistem Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api – Api
1. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Sesuai Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Musi
Sugihan Banyuasin Lemau
1. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksisting Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021
Gambar 5.11. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksisting Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021
Gambar 5.12. Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Eksiting Sampai Dengan Tahun 2036
3. Skenario Revisi Pemenuhan Kebutuhan Air Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Musi
Sugihan Banyuasin Lemau Akibat Tambahan Kebutuhan Air Baku Pada KEK Tanjung Api-Api
1. Revisi Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2021
Target beroperasinya KEK Tanjung Api-Api adalah pada tahun 2017, untuk itu
pemenuhan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Api-Api diharapkan sejalan
dengan beroperasinya KEK. Untuk itu skenario pemenuhan kebutuhan air
baku KEK Tanjung Api-Api dimasukkan dalam Skenario Revisi Pemenuhan
Kebutuhan Air Baku Tahun 2016 – 2021.
Revisi skenario pemenuhan kebutuhan air baku pada gambar sebagai berikut :
Gambar 5.13. Revisi Skenario Pengembangan Pemenuhan Kebutuhan Air Tahun 2016 Sampai Tahun 2021
Gambar 5.14. Revisi Skenario Pengembangan Pemenuhan Kebutuhan Air Sampai Dengan Tahun 2036
1. Visi dan Misi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2010 – 2014 (Peraturan
Menteri Perindustrian No. 151 Tahun 2010)
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,
keterkaitan antar skala usaha industri kuat); dan
4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang
berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya
masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa
aman masyarakat; dan
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi
lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
8. Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan dalam Perda No. 17 Tahun 2007
tentang RPJPN Provinsi Sumatera Selatan
2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam guna penyediaan sumber energi dan
pangan yang berkelanjutan;
5. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Banyuasin dalam RTRW Tahun 2008 – 2013
Visi : Banyuasin sebagai Kawasan Strategis Terpadu yang berdaya saing Global,
Mandiri, dan Berkelanjutan.
1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Banyuasin yang sejahtera, berdaya saing dan mandiri;
3. Menciptakan pemerintahan dengan tata kelola yang profesional, transparan dan akuntabel;
6. Visi dan Misi Rencana Strategis KEK Tanjung Api Api Tahun 2012
Visi : Terwujudnya KEK Tanjung Api Api sebagai Pusat Pertumbuhan dan
Pergerakan Ekonomi yang Terdepan dan Berdaya Saing Global di Provinsi
Sumatera Selatan dan Nasional Misi yang ditempuh adalah :
1. Membangun kawasan ekonomi khusus yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
modern dan berwawasan lingkungan;
3. Mengelola kawasan ekonomi khusus yang bermanfaat bagi perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Kebutuhan ketersediaan air baku yang sangat besar untuk mendukung kegiatan Industri
4. Pembuangan limbah dan sampah yang sangat besar dari kawasan industri
5. Pematusan air hujan yang tidak lancar akibat topografi yang datar
10. Keterbatasan daya dukung lahan dapat memicu amblesan apabila kapasitas berlebih
11. ondisi Sumber Daya Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api :
2. Kebijakan pembangunan daerah dengan arahan kawasan ekonomi khusus Tanjung Api Api
yang bertumpu pada pengembangan Pelabuhan Internasional dan pengembangan kawasan
budidaya peruntukan industri sektor unggulan Provinsi Sumatera Selatan dalam upaya
peningkatan perekonomian provinsi.
4. Mempertimbangkan lokasi Pelabuhan yang terpisah dengan kawasan industri darat yang
perlu dihubungkan dengan infrastruktur yang disediakan dengan tidak mengganggu fungsi
lindung yang dilaluinya.
5. Topografi kawasan dan kesesuaian lahan non pertanian yang memberikan peluang untuk
optimalisasi kawasan industri direkayasa sebagai zona-zona tertentu yang memudahkan
aksesibilitas dan sirkulasi jalan dan bangunan.
6. Ketersediaan bahan baku pengolahan industri, khususnya sumberdaya mineral berupa batu
bara dan sumber daya alam berupa perkebunan yang memberikan kontribusi dalam
pelaksanaan kegiatan industri.
7. Peluang distribusi produk yang berskala internasional dengan peningkatan kegiatan ekspor
perlu didukung dengan prasarana dan sarana kegiatan industri.
8. Peluang investasi yang mampu mengundang para investor untuk menanamkan modal dan
membuka peluang usaha didukung dengan pola kerjasama antara pemerintah dan badan
usaha/swasta.
10. Penataan kawasan industri sesuai dengan standar yang berlaku agar memenuhi persyaratan
teknis kawasan dan keselamatan konstruksi bangunan.
5. Menyediakan ruang investasi sebagai upaya peningkatan perekonomian yang berdaya saing;
dan
2. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan
timbul di masa yang akan datang;
Kebijakan pengembangan KEK Tanjung Api Api merupakan arah tindakan yang
harus ditetapkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, meliputi :
1. Penataan kawasan industri dengan alokasi ruang bagi kegiatan produksi unggulan yang
berdaya saing dan memiliki nilai ekspor;
DRAFT LAPORAN AKHIR 64
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan sumberdaya mineral secara
optimal;
3. Penciptaan sarana dan prasarana kawasan industri yang terintegrasi dengan strukur
perwilayahan Sumatera Selatan;
4. Penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri yang berbasis industri manufaktur dan
industri kerakyatan;
6. Penguatan fungsi lindung yang terpadu dengan kegiatan industri mendorong pengelolaan
lingkungan yang berkelanjutan; dan
1. Dasar untuk penyusunan kegiatan industri yang akan dikembangkan, penataan ruang
kawasan melalui struktur dan pola ruang kawasan serta pemanfaatan ruang-ruang kawasan
industri yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana/infrastruktur kawasan;
2. Arahan penyusunan rencana aksi dalam perwujudan KEK Tanjung Api Api;
2. Dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan secara efisien dan efektif;
3. Mampu dijabarkan dalam bentuk keruangan kawasan industri yang dituju; dan
1. Strategi untuk Penataan kawasan industri dengan alokasi ruang bagi kegiatan produksi
unggulan yang berdaya saing dan memiliki nilai ekspor, meliputi :
1. Penyediaan ruang kavling yang saling terintegrasi antar industri hulu (produksi), distribusi
dan industri hilir dengan penyediaan pola jaringan jalan yang menghubungkan kesemua
bagian persil;
2. Penyediaan ruang kavling bagi kegiatan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang terintegrasi
dan terpadu dengan kawasan industri;
3. Membangun Tanjung Carat sebagai industri pusat primer dan utama pengolahan CPO dan
Batu Bara dihubungkan dengan jaringan perkeretaapian dan jaringan jalan primer (utama);
5. Pengembangan jalur-jalur utama yang terintegrasi antara jalur perkeretaapian dan jaringan
jalan sebagai upaya memudahkan jalur bahan baku dan produksi;
7. Pembangunan kawasan pusat bisnis sebagai outlet hasil-hasil produksi yang dipasarkan baik
regional, nasional maupun global; dan
8. Memanfaatkan air sungai/laut (payau) sebagai sumber air bagi kegiatan produksi dengan
pengolahan air
6. Strategi untuk Penciptaan sarana dan prasarana kawasan industri yang terintegrasi dengan
strukur perwilayahan Sumatera Selatan, meliputi :
1. Pemanfaatan Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai pelabuhan pendukung dalam fungsinya
distribusi dan pemasaran barang;
2. Pembangunan jaringan jalan primer (utama) yang menghubungkan pusat pelayanan dengan
sentra-sentra kawasan industri;
5. Pembangunan saluran-saluran penyalur air hujan (drainase) sistem primer, sekunder dan
tersier yang memenuhi pengaliran menuju badan penerima;
7. Penyediaan pengelolaan limbah padat (sampah) kawasan dengan penyediaan TPS dan
pembuangan akhir (TPA) yang ditentukan oleh Provinsi Sumatera Selatan;
10. Strategi untuk Penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri, meliputi :
1. Menyediakan ruang bisnis dan pusat pameran sebagai media publikasi dan promosi produk-
produk unggulan yang dihasilkan;
2. Mempersiapkan pelayanan perizinan “one stop service” bidang penanaman modal dalam
memudahkan prosedur izin usaha untuk merangsang minat investos; dan
3. Mempersiapkan ruang kegiatan industri kecil dalam upaya meningkatkan peran IKM/UMKM
dalam kontribusinya terhadap perekonomian wilayah.
1. Menyediakan ruang kegiatan pendidikan tinggi dan skala menengah/kejuruan sebagai media
pendidikan dan pembinaan sumberdaya manusia yang terampil dan berkualitas;
2. Menyediakan ruang kegiatan pusat mutu, penelitian dan pelatihan sebagai media
pembinaan keterampilan masyarakat;
5. Menyediakan ruang permukiman yang layak huni dan terjangkau bagi golongan
berpendapatan rendah.
6. Strategi untuk Penguatan fungsi lindung yang terpadu dengan kegiatan industri mendorong
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, meliputi :
1. Menetapkan jalur penyangga (buffer strip) kawasan Hutan Lindung Air Telang sebagai faktor
pembatas kegiatan dan pengembangan kawasan industri;
3. Mengembangkan ruang terbuka (open scpae) berupa ruang-ruang terbuka hijau melalui
penyediaan taman, jalur-jalur hijau jalan dan sarana olahraga dan rekreasi;
6. Menerapkan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah
lingkungan;
7. Strategi untuk Penciptaan kerjasama pengelolaan kawasan industri baik antar pemerintah,
masyarakat, badan usaha dan pelaku usaha, meliputi :
1. Perkotaan
2. Pusat Halal
3. Perumahan
4. Aneka Industri
7. Rekreasi Air
Dalam pemilihan lokasi dan batasan KEK Tanjung Api Api, maka kegiatan yang
termasuk ke dalam kawasan KEK antara lain adalah kegiatan industri kimia
dasar dan aneka industri didukung dengan sarana dan prasarana pendukung
kawasan lainnya, seperti sarana peribadatan, olahraga, RTH, pemerintahan
dan perkantoran, dan lain sebagainya.
Jenis kegiatan yang dikembangkan dalam KEK Tanjung Api Api tidak terlepas
dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para investor didukung dengan
keberadaan industri lainnya yang memiliki kemampuan ekspor Provinsi
Sumatera Selatan.
1. Industri Kimia
1. Industri kimia organik, misalnya industri bahan peledak dan bahan kimia tekstil.
2. Industri kimia anorganik, misalnya industri semen, asam sulfat dan industri kaca.
4. Industri selulosa dan karet, misalnya industri kertas, industri pulp dan industri ban.
1. Industri Pupuk terkait dengan pembangunan industri PT. Pusri yang dikembangkan di
kawasan reklamasi pantai dan dukungan industri pupuk pada kawasan darat, berupa pupuk
kimia buatan pabrik, pupuk mineral dan alam lainnya.
2. Industri Batu Bara terkait dengan pembangunan pelabuhan khusus (Terminal Khusus) batu
bara pada kawasan reklamasi pantai dan dukungan rel kereta api.
3. Industri Karet pada kawasan darat dengan komoditas unggulan berupa produk ban, sarung
tangan karet dan kondom.
4. Industri Semen pada kawasan darat dengan komoditas unggulan semen abu dan/atau putih.
5. Industri Kimia pada kawasan darat dengan pengembangan industri agrokimia, farmasi dan
polimer.
6. Aneka Industri
3. Industri kimia, misalnya sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan dan pipa.
4. Industri pangan, misalnya minyak goreng, gula, terigu, teh, kopi, garam dan makanan
kemasan.
5. Industri bahan bangunan, misalnya kayu gergajian, kayu lapis dan marmer.
Dengan melihat sumber daya dan bahan baku tersedia Provinsi Sumatera
Selatan, maka aneka industri yang dikembangkan antara lain adalah:
1. Industri Minyak dan Lemak Nabati, menghingat komdoditas unggulan perkebunan karet dan
sawit maka dikembangkan industri minyak dan lemak nabati sebagai industri pengolahan
hasil perkebunan berupa minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan perikanan berupa minyak
ikan.
2. Industri Olahan Minyak dan Lemak, sebagai bahan turunan dari olahan minyak dan lemak,
maka dikembangkan industri margarin, sabun dan tepung berlemak.
3. Industri Kayu dan Gabus sebagai industri yang memanfaatkan hasil alam berupa kayu yang
diolah menjadi bahan bangunan, peralatan rumah tangga, furniture dan kayu lapis.
4. Industri Olahan Makanan sebagai salah satu aneka industri dengan skala UKM dan
memberdayakan penduduk sekitar dengan mengolah aneka pangan melalui pengembangan
industri pangan, pakan ternak, daging dan olahan daging serta olahan ikan.
Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun
demikian, pengertian sumberdaya alam tidak terbatas sebagai faktor input
saja karena proses produksi akan menghasilkan output (misalnya Limbah)
yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan
sumberdaya alam.
Penggunaan sumberdaya alam untuk masa yang akan datang secara langsung
berhubungan dengan imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam
tersedia. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang dan jasa
maka akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam yang dapat
mengakibatkan memburuknya kondisi lingkungan.
2. Terdapat hubungan yang cukup baik antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi,
dimana pertumbuhan ekonomi dikendalikan dengan stabil sehingga penggunaan sumber
daya alam dan pengaruh terhadap lingkungan akan stabil sesuai dengan daya dukung dan
daya tamping lingkungannya, dengan pula memperhatikan ketersediaan bahan baku dan
upaya meningkatkan cadangan bahan baku di masa yang akan datang.
3. Terdapat hubungan yang negatif antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi, dimana
pertumbuhan ekonomi di pacu tak terbatas dengan eksploitasi sumberdaya yang lebih tanpa
memperhatikan lingkungan sehingga dampak terhadap lingkungan menjadi rusak. Tentunya
hubungan ini merupakan kegiatan industri yang berjalan dengan konsep sistem ekonomi
konvensional, dimana kegiatan ekonomi digambarkan semata-mata hanya merupakan
kegiatan produksi dan konsumsi tanpa memasukkan fungsi lingkungan ke dalam sistem.
Adapun kondisi yang diharapkan dalam pengembangan KEK Tanjung Api – Api
berdasarkan hubungan antar kondisi ekonomi dan lingkungan pada gambar
berikut :
Gambar 5.15. Konsep Penataan Ruang KEK Tanjung Api-Api Berdasarkan Hubungan Dan Keterkaitan
Kondisi Ekonomi Dan Lingkungan
Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai suatu
sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan disekelilingnya, melainkan
merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini dioptimalkan siklus material,
dari mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi, komponen, produksi dan
pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan termasuk sumber daya,
energi dan modal.
Aspek efisiensi merupakan satu dasar pokok yang menjadi landasan penataan
kawasan industri. Melalui pembangunan kawasan industri maka bagi investor
pengguna kapling industri (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri
yang sudah baik dimana terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan
proses perijinan, ketersediaan infrastruktur yang lengkap, keamanan dan
kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah.
Sedangkan dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep pengembangan
kawasan industri, berbagai jaringan infrastruktur yang disediakan ke kawasan.
industri akan menjadi lebih efisien karena dalam penataan infrastruktur
kapasitasnya sudah disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada di
kawasan industri.
1. Ekosistem Industri : merupakan kerjasama antara beragam industri dimana limbah dari
suatu industri merupakan bahan material bagi industri lainnya.
2. Keseimbangan input dan output industri yang mengacu pada keterbatasan sistem alam.
1. Dasar Pertimbangan
2. Isu Global warming yang sangat kuat menuntut kegiatan-kegiatan industri memperhatikan
kondisi lingkungan, terutama industri-industri yang mampu memberikan kontribusi besar
terhadap peningkatan proses global warming.
3. Perkembangan Industri saat ini sangat nyata memberikan dampak terhadap lingkungan,
terutama tingginya porsi penyerapan sumber daya dan material hanya untuk pemenuhan
fungsi bagi suatu fasilitas produksi.
6. Menciptakan desain konstruksi hijau/bangunan tropis yang hemat energi dan berorientasi
pada kelestarian lingkungan serta kenyamanan manusia, misalnya dengan melakukan
proteksi terhadap lingkungan dengan memperkecil pengrusakan lingkungan akibat
persiapanpersiapan lokasi dan konstruksi bangunan, menciptakan lingkungan yang sehat
dan bebas dari bahan-bahan yang berbahaya (non toxic).
7. Mengembangkan ruang-ruang hijau yang lebih luas untuk menyerap polusi yang
ditimbulkan.
Dalam lingkup eksternal (makro), konsep tata ruang yang dituju adalah
terbentuknya struktur tata ruang zona industri yang terintegrasi dengan
pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Banyuasin dan Provinsi
Sumatera Selatan. Perumusan konsep struktur tata ruang wilayah dalam
lingkup eksternal (makro) ini didasarkan pada pertimbangan :
1. Integrasi pengembangan zona-zona kawasan dalam wilayah yang lebih luas diperlukan untuk
mewujudkan Tanjung Api Api sebagai kawasan industri yang terpadu.
2. Adanya kawasan lindung yang akan menjadi limitasi bagi pengembangan kawasan karena
fungsi lindung yang diembannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas.
3. Pola jaringan jalan utama yang telah ada, terutama yang berfungsi sebagai jalan primer yang
menjadi faktor utama perkembangan fisik kawasan terbangun yang menghubungkan
kawasan industri dengan wilayah lain dalam wilayah maupun luar wilayah.
2. Pola pengembangan pusat-pusat pelayanan secara hirarkis sesuai dengan fungsi dan skala
pelayanannya, meliputi pusat primer, sekunder dan tersier, dimana pada pusat primer
merupakan pusat pelayanan sarana dan prasarana pada tingkat regional dan nasional
sedangkan pelayanan terhadap lokal dan jangkauan terdekat lainnya ditempatkan sebagai
pusat pelayanan sekunder dan tersier.
3. Pola pengembangan jaringan jalan yang terintegrasi sebagai unsur pembentuk sekaligus
pengikat keterkaitan antar zona secara internal, yang diharapkan dapat meningkatkan
aksesibilitas wilayah internal yang terkait dengan sistem transportasi regional.
4. Pola pemanfaatan kawasan lindung sebagai limitasi bagi pengembangan kawasan, yang
diarahkan pada pemantapan kawasan yang berfungsi lindung.
Struktur ruang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api akan dihubungkan
oleh jaringan transportasi yang menghubungkan Kawasan Industri dengan
wilayah lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan dihungkan secara
Nasional dan Internasional. Jaringan tersebut kemudian akan mempengaruhi
pembangunan jalan-jalan pendukung internal kawasan, yang menghubungkan
jalan tersebut sebagai poros dengan komponen kegiatan yang dikembangkan
didalamnya. Terkait dengan pengembangannya sebagai sebuah kawasan
ekonomi khusus, maka pengembangan jaringan jalan juga perlu
mempertimbangkan pembatasan pintu keluar masuk kawasan, sehingga jalan-
jalan pendukung internal kawasan nantinya akan bermuara pada satu titik
(single entry point).
1. Pembagian Blok berdasarkan pada pembagian blok yang sudah ditentukan dalam Feasibility
Studi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api, dimana pembagian blok dibagi menjadi 2
(dua) yaitu
2. Blok 2 yaitu kawasan industri berat pada kawasan darat yang merupakan blok
pengembangan industri pengolahan/produksi kimia dasar, aneka industri dan kegiatan IKM
(industri kecil dan menengah) beserta fasilitas penunjang lainnya yang dipersyaratkan dalam
pembangunan/pengembangan kawasan industri.
3. Pembatasan blok dilakukan berdasarkan kebutuhan luas pengembangan KEK Tanjung Api
Api pada blok reklamasi sesuai dengan rencana luas pantai yang reklamasi dan pada daratan
merupakan sebagian luas kawasan pendukung zona reklamasi dengan memanfatkan
kawasan Banyuasin Valley dan memanfaatkan batasan fisik baik terhadap kondisi alam
maupun kondisi penggunaan lahan sekitarnya yang perlu dipertahankan.
4. Kedua lokasi dihubungkan dengan potensi pengembangan jaringan jalan utama dan jalur
perkeretaapian sebagai penghubung kegiatan hulu dan hilir industri.
1. Kesamaan karakter dan fungsi industri yang dikelompokkan untuk memudahkan aksesibilitas
antar industri; dan
1. Zona Reklamasi sebagai zona Outlet/Inlet di siapkan ruang-ruang untuk pelabuhan dan
pergudangan
2. Zona Daratan sebagai zona produksi, dipersiapkan ruang untuk industri kimia dasar dan
aneka industry
4. Zona pusat bisnis dikembangkan untuk keseimbangan pelayanan industi dan perumahan
1. ZONA I
2. ZONA II
3. ZONA III
4. ZONA IV
5. ZONA V
6. ZONA VI
1. Konsep Tapak
2. Meminimalkan perkerasan.
3. Adaptif dengan arah lintasan matahari, pasang surut, orientasi arah angin, kebisingan dan
vegetasi.
1. Jenis industri industri yang membutuhkan air banyak dan bersifat polutif dialokasikan di
dekat sungai dan lokasi water treatment plan.
2. Jenis industri yang tidak membutuhkan air banyak dan bersifat tidak polutif dialokasikan
dekat sungai.
3. Jenis industri yang tidak membutuhkan air banyak dan bersifat polutif diarahkan tidak
berada dekat area sungai tetapi diarahkan dekat ruang-ruang terbuka hijau.
1. Kavling siap bangun dengan ukuran kecil berkisar 300 – 3.000 m2 per kavling.
2. Kavling siap bangun dengan ukuran sedang berkisar 3.000 – 30.000 m2 per kavling.
3. Kavling siang bangun dengan ukuran besar bila lahan sampai dengan diatas 3 Hektar per
kavling.
(Sumber : KEK.go.id)
Sesuai dengan penyusunan master plan pengembangan KEK Tanjung Api – Api
(tahun 2012), tahap pembangunan KEK Tanjung Api – Api adalah seperti yang
diuraikan pada tabel berikut ini :
Perencanaan (DED)
dan Pengukuran
Pembebasan Lahan
Pematangan Lahan
Tahap 2 Konstruksi
Fasilitas Penunjang
Bangunan Utilitas
Perumahan
RTH
Industri Kimia Dasar
Aneka Industri
IKM
Tahap 3 Paska Konstruksi
Operasionalisasi
Kapasitas Produksi
Terpasang
Peningkatan 30%
kapasitas Produksi
Dari hasil kunjungan kelapangan (September 2017) diperoleh data bahwa program
tahapan pembangunan baru sampai pembebasan lahan seluas 67 ha dari total luas
2.030 ha, dan di lokasi KEK tanjung Api – Api belum ada kegiatan pembangunan,
termasuk pembangunan infrastruktur air baku.
Sesuai rencana awal pembangunan KEK Tanjung Api – Api direncanakan dimulai pada
tahun 2013 dan direncanakan selesai pada tahun 2015, namun begitu sampai dengan
tahun 2017 progres pekerjaan yang baru bisa dilaksanakan adalh pembebasan lahan
seluas 67 ha dari total lahan seluas 2.030 ha
Dengan kenyataan realisasi progress pembangunan sampai tahun 2017 belum ada
kegiatan pembangunan, maka rencana penyediaan air baku KEK Tanjung Api –
Apiperlu direvisi sesuai dengan kemampuan pembiayaan pembangunan. Adapun
usulan revisi rencana penyediaan air baku tersebut dapat diuraikan pada tabel sebagai
berikut :
pembangunan
Sistem Distribusi
1
Air Baku KEK
Tanjung Api-Api
Keterangan
= Rencana I
= Revisi Rencana
Revisi rencana penyediaan air baku guna memenuhi kebutuhan KEK Tanjung Api-Api
direncanakan sudah dimulai pada tahun 2018 dan direncanakan selesai tahun 2020.
Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya rencana pembangunan prasarana air baku untuk KEK Tanjung Api –
Api terdiri dari :
Tabel 5.32. Perkiraan Anggaran Biaya Rencana Penyediaan Air Baku KEK Tanjung Api-Api
JUMLAH BIAYA
NO URAIAN KEGIATAN
(Rp)
1 Pembangunan Free Intake dan Kolam Reservoar Rp12.450.317.000
2 Pembangunan Jalur Pipa Tranmisi Air Baku Rp93.545.173.000
Jumlah Rp105.995.490.000
Jumlah Dibulatkan Rp106.000.000.000
Analisa Konsultan 2012
Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014
A Pekerjaan Persiapan
1 . Pembuatan Direksi Keet m2 50.00 500,000.00 25,000,000.00
2. Pembuatan Gudang Is - 10,000,000.00 10,000,000.00
3. Pembuatan PapanNama Proyek buah 1 1,000,000.00 1,000,000.00
4. Mobilisasi dan Demobilisasi Is - 111,350,000.00 111,350,000.00
5. Dokumentasi Is - 2,000,000.00 2,000,000.00
149,350,000.00
11,004,120,851.57
TERBILANG: DUABELAS 1\fiLYAR EMPATRATUS LIMAPULUHJUTA TIGA RATUS TUJUHBELAS RIBU RUPIAH
Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014
A Pekerjaan Persiapan
2
1 . Pembuatan Direksi Keet m 50.00 500,000.00 25,000,000.00
2. Pembuatan Gudang Is - 10,000,000.00 10,000,000.00
3. Pembuatan Papan Nama Proyek buah 1 1,000,000.00 1,000,000.00
4. Mobilisasi dan Demobilisasi Is - 111,350,000.00 111,350,000.00
5. Dokumentasi Is - 2,000,000.00 2,000,000.00
149,350,000.00
B Pemasangan Pipa Transmisi
1 . Drugan Pasir di bawah Pipa m3 6,902.19 174,400.00 1,203,742,459.20
2. Gahan tanah biasa dengan alat berat m3 84,912.36 38,746.00 3,290,014,106.83
3. Timbunan tanah setempat m3 61,017.19 41,698.00 2,544,294,788.62
4. Pemasangan Pompa Sentrifugal bh 3.00 35,000,000.00 105,000,000.00
2
5. RumahPompa m 10.00 1,500,000.00 15,000,000.00
10. Pemasangan Pipa Dia 24 " m 34,500.00 2,245,881.00 77,482,894,500.00
84,640,945,854.65
250,770,923.50
TERBILANG : SEMBILAN PULUH TIGA MILYAR LIMA RATUS EMPAT PULUH LIMA JUTA
SERATUS TUJUH PULUH TIGA RIBU RUPIAH
Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan dan Potensi Penyediaan Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Prov.
Sumatera Selatan, 2014
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung memiliki luas 1.500 ha ( seribu lima ratus
hektar ) yang terletak dalam wilayah Desa Tanjung Jaya-Kecamatan Panimbang -
Kabupaten Pandegelang, Provinsi Banten.
Kecamatan Panimbang terletak paling barat Pulau Jawa atau, yang memiliki jarak dari
ibukota Kabupaten Pandeglang 58 km, dan ke ibukota Provinsi Serang 80 km.
Gambar 6.1. Peta Lokasi KEK Tanjung Lesung dan Kecamatan Panimbang
Lokasi KEK Tanjung Lesung berada pada DAS Ciliman Wilayah Sungai Ciliman-Cibungur.
Profil Umum
Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang, Banten,
KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah diresmikan
beroperasi pada Februari 2015. KEK Tanjung Lesung memiliki letak yang strategis
dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta dan dapat
ditempuh melalui perjalanan darat selama 2,5 – 3 jam.
KEK Tanjung Lesung memiliki luas area 1.500 Ha dengan potensi pariwisata yang
beragam, antara lain keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta
kekayaan budaya yang eksotis. KEK Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi
wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus,
Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan.
Berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi tradisional, Tanjung Lesung
memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung.
Dengan pantai dengan pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung telah
menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Selama tahun 2016
tercatat jumlah kunjungan wisatawan sejumlah 570.000 orang dan ditargetkan
meningkat hingga 6,1 juta wisatawan saat beroperasi penuh pada 2020.
(Sumber kek.go.id)
49. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
50. Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
51. Administrator :
59. Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas 0,6 L/detik
60. Pembangunan Marina Yacht & Cruise Terminal sebagai Pelabuhan Kapal Wisata beroperasi
2020
Kecamatan Panimbang dengan luas wilayah administrasi 97,8 km. terdiri dari 5 desa
dan 1 kelurahan , yaitu :
1. Desa Mekarjaya
2. Desa Gombong
4. Desa Mekarsari
5. Desa Citereup
Jumlah penduduk Kecamatan Panimbang pada tahun 2015 sebesar 51.142 jiwa
dimana penyebarannya diuraikan pada tabel berikut :
Penduduk Kecamatan Panimbang dari tahun 2011 hingga tahun 2015 menunjukan
pertambahan setiap tahunnya, yaitu :
Tabel 6.3. Jumlah Pertambahan Penduduk Dari Tahun 2011 Sampai Tahun 2016
% KENAIKAN
JUMLAH PENDUDUK TAHUN
PERTAHUN
Tabel 6.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Di Kecamatan Panimbang Hingga Tahun 2036
PENDUDUK TAHUN (JIWA)
Berdasarkan tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat dihitung
perkiraan kebutuhan air Kecamatan Panimbang dimasa mendatang dengan
menggunakan Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU.
Kebutuhan air untuk pelayanan domestik dan non domestik di Kecamatan Panimbang
hingga tahun 2036 sebesar 34,10 ltr/dtk
Perhitungan proyeksi kebutuhan air baku untuk Kecamatan Panimbang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Perhitungan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Lesung dilakukan dengan
menggunakan standar Perencanaan Ditjend Ciptakarya Kemen PU Tahun 2000,
dimana untuk setiap 1 ha lahan wisata dibutuhkan air antara 0,1 l/det – 0,3 ltr/dtk
Berdasarkan master plan KEK, luas areal pengembangan KEK Tanjung Lesung
mencakup lahan sebesar 1.500 ha, yang akan dibangun berbgai komponen pariwisata
besarta sarana dan prasarana pendukungnya. Dengan menggunakan asumsi
kebutuhan air per ha sebesar 0,2 ltr/det. maka kebutuhan total air baku KEK Tanjung
lesung mencapai 300 ltr/det.
Penyediaan kebutuhan air untuk KEK Tanjung Lesung dilakukan secara bertahap sesuai
dengan tahapan pembangunannya, dimana menurut Rencana Induk KEK Tanjung
Lesung, rencana tahapan pengembangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 6.6. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kecamatan Panimbang dan KEK Tanjung Lesung
KEBUTUHAN AIR (ltr/dtk)
NO. PERUNTUKAN
2021 2026 2031 2036
1. Data Klimatologi
Data curah hujan berasala dari stasiun pengamatan Pagelaran, STA Meneas dn
STA Kedubara, dimana data curah hujan bulanan rata-rata dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut :
2003 196 284 134 136 223 84 1 35 142 77 166 720 2.198
2004 261 268 483 467 389 169 107 14 228 150 306 451 3.294
2005 97 89 129 62 83 109 70 40 70 176 304 529 1.758
2006 601 196 251 249 237 121 29 3 8 11 144 237 2.086
2007 25 29 216 118 1 55 14 11 27 42 73 163 774
2008 218 356 168 114 258 128 171 125 80 28 32 18 1.696
2009 333 426 111 2 132 61 17 19 23 47 565 271 2.008
2010 358 149 3 84 295 195 108 115 380 236 196 487 2.606
2011 238 163 532 143 85 47 96 1 7 155 230 292 1.991
2012 250 184 247 174 153 60 9 12 41 70 459 556 2.216
2013 477 200 134 380 208 166 302 41 80 156 173 516 2.832
Rata-rata 278 213 219 175 188 109 84 38 99 104 241 385 2133
1. Daerah Aliran Sungai Ciliman merupakan kawasan yang relatif basah dengan sebaran hujan
di atas 2000 mm sepanjang tahunnya.
2. Kawasan sekitar pesisir mempunyai sebaran hujan antara 3000 – 3500 mm.
4. Kawasan pegunungan di sebelah bagian timur DAS Ciliman mempunyai sebaran hujan
berkisar 4000 – 4500 mm per tahun.
5. Data Hidrologi
Hasil kajian dari DSDA Provinsi Banten dengan menggunakan model NRECA
dengan menstimulasikan keseimbangan air bulanan pada daerah tangkapan yang
ditujukan untuk menghitung total run off dari nilai curah hujan
bulanan,evapotransportasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air tanah, dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut :
Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS)
yang mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu: bagian utara berada di
dalam WS hulu Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau, bagian tengah berada di
dalam WS Ciliman-Cibungur dan bagian selatan berada di dalam WS Ciliman
Cibungur. Lokasi KEK Tanjung Lesung berada didalam area WS Ciliman-Cibungur.
1. DAS Cisekeut
2. DAS Ciliman
3. DAS Cibungur
Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS) yang
mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu :
1. Bagian utara berada di dalam SWS hulu Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau
10. WS 202 Hulu Sungai Ciujung, Hulu Sungai. Cibanten dan Hulu Sungai Cidanau, terdiri dari 3
DAS, yaitu:
1 DAS CIMANGGIH 0.10 0.10 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.03 0.07
2 DAS CIJAPAH 0.01 0.03 0.04 0.03 0.02 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02
3 DAS KANLIUS 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.02
4 DAS CILANGKAP 0.23 0.23 0.25 0.21 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.06 0.17
5 DAS CIBASAURAN 0.24 0.24 0.26 0.21 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.06 0.17
6 DAS CILURAH 0.06 0.06 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.04
7 DAS CITAJUR 0.08 0.08 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
8 DAS CIGARAGAK 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01
9 DAS CILEUWEUNG 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01
10 DAS CILANGIR 0.08 0.08 0.08 0.07 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
11 DAS CITEMBOL 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03
12 DAS CIKABUDULUH 0.20 0.20 0.22 0.18 0.14 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.05 0.14
13 DAS 0.18 0.18 0.19 0.16 0.12 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.13
14 CIKAWULUNGAN
DAS CIBIMA 0.34 0.34 0.37 0.30 0.24 0.19 0.15 0.12 0.10 0.08 0.09 0.25
15 DAS CILEMER 3.07 3.07 3.31 2.74 2.12 1.75 1.36 1.08 0.90 0.69 0.77 2.22
16 DAS CILIMAN 2.71 2.71 2.92 2.41 1.87 1.54 1.20 0.96 0.79 0.61 0.68 1.96
17 DAS CIKODOK 0.29 0.29 0.31 0.26 0.20 0.17 0.13 0.10 0.08 0.07 0.07 0.21
18 DAS CILATAK 0.29 0.29 0.31 0.26 0.20 0.16 0.13 0.10 0.08 0.07 0.07 0.21
19 DAS CISEUKEUT 0.89 0.89 0.96 0.79 0.61 0.51 0.39 0.31 0.26 0.20 0.22 0.64
20 DAS CIHERU 0.12 0.12 0.13 0.10 0.08 0.07 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.08
21 DAS CITEUREUP 0.08 0.08 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
22 DAS CIKARANG 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.02
23 GEDECIHANDULEM
DAS 0.09 0.09 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.06
24 DAS CIPAKIS 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01
25 DAS KALICAAH 0.15 0.15 0.16 0.14 0.11 0.09 0.07 0.05 0.04 0.03 0.04 0.11
26 DAS CIKUJANG 0.02 0.05 0.07 0.06 0.04 0.08 0.07 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03
27 DAS CIBEBER 0.14 0.14 0.15 0.12 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.04 0.10
Dari hasil analisa alokasi air pada kondisi eksisting pada awal simulasi tahun 2014
dan akhir simulasi tahun 2033 menunjukkan :
1. Debit yang digunakan merupakan hasil analisa Debit andalan Q80. Kebutuhan air domestik
(penduduk) dan kebutuhan air irigasi merupakan prioritas 1, kebutuhan air industri
merupakan prioritas 2.
2. Musim tanam yang digunakan pada simulasi air WEAP merupakan musim tanam alternatif III
yang penanaman padi di mulai pada bulan oktober minggu kedua.
4. Untuk coverage area (presentase pemenuhan kebutuhan air) menunjukkan pada tahun 2033
terjadi penurunan presentase pemenuhan kebutuhan air dari 41 demand area yang
terpenuhi tahun 2014 menjadi 36 demand area yang terpenuhi pada tahun 2033.
5. Untuk Unmet area (kebutuhan air yang tidak terpenuhi dalam m3/s) menunjukkan debit air
yang tidak terpenuhi pada tahun 2033 semakin tinggi dibandingkan tahun 2014 khususnya
dalam pemenuhan daerah irigasi dan kebutuhan air baku domestik.
6. Daerah Irigasi yang tidak tersuplai kebutuhan airnya yaitu DI Cibentrang, DI Cilemer, DI
Ciliman Kiri, DI Cisata, DI Cisuwuk dan DI Tajur. Daerah irigasi yang kurang tersuplai
kebutuhan airnya adalah DI Ciliman Kiri dan Cilemer.
7. Kecamatan yang tidak tersuplai kebutuhan airnya yaitu Kec: Bojong, Bojongmanik,
Cigemblong, Cikendal, Cikeusik, Cijaku, Cileles, Cimanuk, Cinangka, Ciomas, Cipeucang,
8. Industri yang tidak terpenuhi kebutuhan airnya yaitu: industri di wilayah kecamatan
Cipeucang, Cikendal, Cimanuk, Cinangka, Ciomas, Kaduhejo dan Malingping.
SKENARIO SEDANG :
WS Ciliman - Cibungur
24,00 140,0
Potensi air permukaan yang tersimpan dalam bentuk situ /rawa adalah situ/rawa
di WS Ciujung-Ciliman sebesar 1.841.700 m3.
SPAM yang direncanakan oleh Ditjen Cipta Karya hanya diarahkan untuk KSPN
atau Kawasan Pendukung KEK Tanjung Lesung yang Meliputi :
1. S. Ciliman : 30 ltr/dtk
2. S. Ciseukeut : 20 ltr/dtk
Untuk KEK Tanjung Lesung belum diprogramkan rencana penyediaan sumber air
bakunya saat ini untuk KEK Tanjung Lesung dan baru tersedia 4,7 ltr/dtk, dan
rencana penambahan sebesar 5 ltr/dtk yang bersumber dari air tanah dalam.
Dari Analisis hitungan kebutuhan air baku untuk KEK Tanjung Lesung diperlukan
300 ltr/dtk, sehingga masih kekurangan sumber Air Baku sebesar 295,3 ltr/dtk.
6. Alternatif Sumber Air Baku untuk KEK Tanjung Lesung , dari hasil kajian terhadap Sumber Air
Baku yang berasal dari Air Permukaan dan Tanah yang ada sudah tidak dijumpai Potensi
Sumber Air Baku yang mencukupi.
Sebagai Aiternatif upaya rencana penyediaan air baku KEK Tanjung Lesung dapat
dilakukan dengan Upaya :
Dari hasil inventarisasi Potensi Bandungan /Waduk antara lain berlokasi di DAS
Ciliman, DAS Cibaliung dan DAS Cilewer , lokasi rencana Bendungan tersebut
seperti ditampilkan pada Gambar-gambar berikut :
Pada saat ini Dinas PU Provinsi Banten sedang menyiapkan / menyusun Studi
Kelayakan terhadap rencana Bendungan-bendungan tersebut.
Catchment Area
Bendungan Cibaliung
Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Cibaliung
Catatan : Berdasarkan hasil koordinasi dengan PPK Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan maka lokasi potensi
bendungan di DAS Cibaliung berada di hulu Bendung Cibaliung secara administrasi berada di
Kecamatan Cibaliung, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sumber daya air yang menjadi
inflow pada bendung Cibaliung
Keterangan Alternatif 1 :
Elevasi = +30 m
Tingggi Bendungan = 25 m
Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Ciliman
Lokasi = Desa Bulakan & Caringin, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak
Tingggi Bendungan = 40 m
Sumber : Buku Laporan Pendahuluan Pra FS Multi Purpose DAM DAS Ciliman
Keterangan :
Tingggi Bendungan = 25 m
Selain penggunaan sumur sebagai sumber air baku, penyediaan air minum di
Kabupaten Pandeglang dikelola oleh PDAM , dimana jumlah sambungan terpasang
sebanyak 16.639 unit. Pemakaian air per bulan mencapai 19 m3/bulan, kapasitas
intake terpasang 205 ltr/dtk, dengan jam operasi selama 19 jam per hari. Tingkat
kebocoran air di Kabupaten Pandegelang mencapai 26 % dengan efisiensi
produksi sebesar 19,4 %, dan kondisi kinerja PDAM Kabupaten Pandeglang masuk
dalam kategori sehat.
Dari jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 51.142 jiwa dan rumah tangga 12.720
kk, 75 % nya menggunakan air sumur, 3 % membeli air galon, dalam arti lain
hanya 12 % yang terlayani oleh PDAM dan hanya ada di Desa Panimbang Jaya.
Jumalah sambungan PDAM yang ada sebanyak 583 SR dengan 11 hidran umum
(HU), jumlah penduduk yag terlayani sebanayak 3.463 jiwa (22 %). Sumber air
baku yang dipergunakan oleh PDAM di Kecamatan Panimbang adalah Sitim
Labuan dengan memanfaatkan sumber air baku dari mata air (MA) Citaman
melalui pengolahan Broncaptering kapasitas 45 ltr/dtk, dan reservoar 450 m3.
Penyediaan air baku di dalam KEK Tanjung Lesung saat ini berasal dari sumur
tanah dalam dengan pasitas 4,7 ltr/dtk. Dengan Instalasi pengelolaan air (IPA)
sebanyak 3 unit, reservoar 2 unit dan sisitem jaringan perpipaan yang
menggunakan pipa aku dia 100 mm sepanjang 1,5 km, serta pipa distribusi dia 200
Daerah irigasi
kekurangan air
pada Bulan Juni-
Oktober
Pengambilan air dengan memanfaatkan sisa debit andalan Sungai Ciliman wilayah hilir
dimana dimana wilayah hulu Sungai Ciliman telah dimanfaatkan untuk kebutuhan
irigasi.
Nilai kekurangan yang dibutuhkan untuk selama periode 3 (tiga) bulan tersebut
sebesar 2.498.272,32 m3.
Perlu tersusunnya operasi dan pemeliharaan yang rutin dilakukan dimana di Sungai
Ciliman sedimentasi yang terjadi setiap tahunnya sebesar 145.553,06 m3/tahun.
Penempatan kolam retensi berawal dari rencana bangunan intake, dimana bangunan
intake yang rencana di pakai merupakan bendung gerak, pertimbangan hal ini
disebabkan kondisi pasut yang terjadi yang serta banjir yang sering terjadi setiap
tahunnya.
1. Telah dibangun penyediaan air yaitu pengolahan air minum dan air bersih
6. Perpipaan:
3. Rekomendasi
Untuk Desa Panimbang Jaya diusulkan dilayani menggunakan sumber air baku dari
Mata Air Citaman yang telah dimanfaatkan oleh Cabang Labuan dengan
pembangunan broncaptering baru dengan kapasitas 45 l/dtk, sedangkan untuk
melayani Desa Tanjung Jaya dikarenakan jaraknya cukup jauh dari Desa
Panimbang Jaya, maka diusulkan menggunakan sumur tanah dalam dengan
kapasitas 5 l/dtk.
Keuntungan :
Kelemahan :
3. Letak sumber air baku cukup jauh dari rencana daerah pelayanan
Kelemahan :
8. Sumber air baku, pada musim hujan kebanjiran dan pada musim kemarau asin
9. Sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, sehingga biaya investasi cukup
mahal karena memerlukan biaya investasi untuk pengolahan dan pompa
Keuntungan :
11. Kapasitas sumber air baku dapat diandalkan, namun direncanakan akan dialokasikan untuk
melayani wilayah Kecamatan Labuan
12. Kualitas air baku memenuhi kualitas air bersih sehingga tidak memerlukan pengolahan
13. Elevasi sumber air masih mencukupi untuk pengaliran secara gravitasi
Kelemahan :
14. Letak sumber yang sangat jauh dari rencana daerah pelayanan
15. Untuk melayani desa Tanjung jaya (Dusun Cikadu) diperlukan sistem lain yaitu dengan sumur
dalam (DW)
16. Biaya investasi sangat besar, meskipun sistem tidak memerlukan pengolahan serta pompa,
namun pipa distribusi yang sangat panjang
17. Biaya operasi cukup besar yang diperlukan untuk sistem sumur dalam
KEC. PANIMBANG
Sungai Ciliman DESA PENDUKUNG WISATA
Pipa Distribusi (2 DESA)
(HDPE Ø 100-250 mm) +(1-15)
L=38.000 m
IPA
(30 l/dtk) R
Pompa
+21 Reservoir Pompa
(2x30 l/dtk)
(450 M3) (3x30 l/dtk)
H=20 m
+20 Penambahan SR
H=40 m
(4.277 Unit)
Intake
(30 l/dtk) Pipa Transmisi
Ds. Cikayas (HDPE Ø 200 mm,L=3.000 m)
Kec. Angsana
+17
KEC. ANGSANA
Keterangan:
Eksisting
Pengembangan Penambahan SR
(640 Unit)
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
Pipa Distribusi
(HDPE Ø 100-200 mm)
L=30 km
IPA
(25 l/dtk) R KEC. PANIMBANG
Pompa Pompa
+11 Reservoir
(2x25 l/dtk) (3x25 l/dtk) DESA PENDUKUNG WISATA
(600 M3)
H=20 m H=40 m
+11 (2 DESA)
Distribusi ke Kec. Sobang
+(1-15)
Penambahan SR
(4.277 unit)
Intake Kap. 25 l/dtk
SR Eksisting (583 unit)
IPA
(20 l/dtk) R KEC. SOBANG
Pompa Pompa
Penambahan SR
(320 unit)
Sungai Ciseukeut
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
Keterangan:
Wilayah Kec. Panimbang
Daerah Pendukung Wisata
KEK Tj. Lesung
Pengembangan SPAM
R
Reservoir
Sumur Dalam (75 M3)
80 m +12
(5 l/dtk)
Pipa Distribusi Desa Tanjung Jaya
(HDPE Ø 100-300 mm)
+12
L=61 km
KEC. PANIMBANG
Broncaptering
(45 l/dtk) R +(1-15)
+32 Pompa Pipa Transmisi Reservoir
3x5 l/dtk, (HDPE Ø 250 mm) (700 M3)
H=20 m L=500 m +29
Penambahan SR
Distribusi ke Kec. Labuan
(4.277 unit)
MA CITAMAN Desa
Panimbang Jaya
Broncaptering
Kec. Panimbang
Distribusi ke
Keterangan:
MA CIPANGGITIK Eksisting
Pengembangan
Broncaptering
(15 l/dtk)
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
KSPN Tanjung Lesung , Banten menjadi salah satu kawasan wisata yang masuk
dalam program 10 KSPN prioritas. Berbagai proyek pembangunan dijalan untuk
mendukung tercapainya menciptakan Tanjung Lesung sebagai sebagai pintu
gerbang bagi destinasi pariwisata di sekitarnya, yaitu Ujung Kulon, Pulau Peucang,
Gunung Anak Krakatau, Pantai Anyer Carita, dan daya tarik wisata lainnya.
Kawasan Startegis pariwisata Nasioanl (KSPN) Tanjung Lesung meliputi wilayah
Ujung Kulon dan sekitarnya di Kabupaten Pandegelang, sebagaimana yang
ditetapkan ddidalam PP No.50 Tahun 2011 tentang KSPN Ujung Kulon-Tanjung
Lesung.
(Sumber : KEK.go.id)
1. 26 Hotel, resort dan kondominium (campuran dari hotel gaya Versace)/Resort, Hotel
Densitas Rendah (Resort gaya Bulgari))
3. Pusat kota Venesia yang 20% lebih besar dari CBD Brisbane, apartemen pantai
5. Pusat kesehatan, pusat pendidikan, dengan 15.000 unit konfigurasi tempat tinggal campuran
6. Tahapan Pengembangan
Skenario penyediaan air baku untuk kebutuhan Kecamatan Panimbang hingga tahun
2036 sebesar 34,10 ltr/dtk. (hasil proyeksi kebutuhan) Peningkatan kapasitas produksi
dapat diupayakan secara bertahap atau dibangun dalam periode tertentu.sesuai
kebutuhan bersama dengan penyediaan kebutuhan untuk KEK Tanjung Lesung.
Sistim pengembangan air baku (Air Minum) untuk wilayah kecamatan ini adalah
dengan membangun SPAM dari 2 (sumber) yang berbeda, dimana untuk Ibukota
Kecamatan (panimbang Jaya) menggunakan sumber air baku dari Mata Air Citaman
yang telah dimanfaatkan oleh Cabang Labuan dengan pembangunan broncaptering
baru dengan kapasitas 45 ltr/dtk, sedangkan untuk melayani Desa lainnya
dikarenakan jaraknya cukup jauh dari Desa Panimbang Jaya, maka digunakan sumber
air dari Sungai Ciliman, Sungai Ciseukeut dan sumur tanah dalam.
Keuntungan :
Kelemahan :
5. Letak sumber air baku cukup jauh dari rencana daerah pelayanan
8. Biaya operasi cukup besar yang diperlukan untuk sistem sumur dalam
5. Unit Produksi
8. Unit Distribusi
Kec. Panimbang
Kec. Angsana
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
13. Penambahan SR :
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
Kec. Panimbang
Kec. Sobang
27. Penambahan SR :
Kec. Sobang
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
42. Penambahan SR :
Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya pembangunan SPAM untuk wilayah pendukung KEK Tanjung Lesung,
khususnya Kecamatan Panimbang diuraikan seperti pada tabel-tabel berikut :
Sembilan Puluh Lima Milyar Tiga Ratus Delapan Belas Juta Enam Dibulatkan 86,827,612,000.00
Ratus Delapan Belas Ribu Rupiah PPn 10 % 8,682,761,200.00
Jumlah setelah PPN 95,510,373,200.00
Dibulatkan 95,510,373,000.00
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
I PEKERJAAN SUMUR BOR (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 365,764,918.00 365,764,918.00
II PEKERJAAN TANAH BRONCAPTERING (Ds. Panimbang Jaya) Unit 1.00 341,560.73 341,560.73
III PEKERJAAN STRUKTUR BRONCAPTERING 6 m3 (3 m x 2 m x 1 m), Q = 20 l/det Unit 1.00 36,681,491.25 36,681,491.25
PEKERJAAN PENGADAAN/PEMASANGAN PERPIPAAN & ACCES.
IV Unit 1.00 46,283,790.35 46,283,790.35
BANGUNAN BRONCAPTERING
V PEKERJAAN LAIN-LAIN (BRONCAPTERING) Unit 1.00 10,229,373.05 10,229,373.05
VI PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 170,411,000.00 170,411,000.00
VII RESERVOAR 300 M3 di Ds. Panimbang Jaya (10 m x 10 m x 3 m) Unit 1.00 1,090,705,328.22 1,090,705,328.22
VIII PEKERJAAN LAIN-LAIN (RESERVOAR) Unit 1.00 62,439,433.84 62,439,433.84
IX RUMAH POMPA (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 577,772,582.02 577,772,582.02
X RUMAH GENSET (Ds. Tanjung Jaya) Unit 1.00 252,803,094.92 252,803,094.92
XI PEKERJAAN JEMBATAN PIPA (Ds. Panimbang Jaya) Unit 1.00 550,517,574.68 550,517,574.68
XII PEKERJAAN PIPA TRANSMISI Unit 1.00 5,638,009,852.81 5,638,009,852.81
XIII PEKERJAAN PIPA JDU Unit 1.00 1,215,292,575.67 1,215,292,575.67
XIV PEKERJAAN PIPA PELAYANAN Unit 1.00 6,219,198,150.58 6,219,198,150.58
Tujuh Belas Milyar Delapan Ratus Enam Puluh Juta Sembilan Dibulatkan 16,236,450,000.00
Puluh Lima Ribu Rupiah PPn 10 % 1,623,645,000.00
Jumlah setelah PPN 17,860,095,000.00
Dibulatkan 17,860,095,000.00
Sumber Paparan Perencanaan Pengembangan SPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS
KALIMANTAN
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Profil Umum
Berlokasi di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, KEK Maloy Batuta
Trans Kalimantan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014
dengan total luas area sebesar 557,34 Haa. Kawasan ini kaya akan sumber daya
alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi didukung dengan posisi geostrategis
yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). ALKI II
merupakan lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau
Kalimantan dan Sulawesi, serta merupakan jalur regional lintas trans Kalimantan,
dan transportasi penyeberangan ferry Tarakan-Tolitoli, dan Balikpapan-Mamuju.
Hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada bulan Oktober 2014 ini ditargetkan dapat
menarik investasi sebesar Rp 34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai Timur
hingga Rp 4,67 triliun per tahunnya.
KEK Maloy Batuta Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
Trans Kalimantan 2. Industri Pengolahan 17. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan 25. UU No. 39 Tahun 2009
(MBTK) Kelapa Sawit dibangun hingga 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
3. Industri Pengolahan Kayu 18. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit 26. PP No. 85 Tahun 2014
Lokasi : 4. Logistik Listrik Tenaga Uap (PLTU), beroperasi tahun 2017 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Kutai Timur, 19. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Maloy Batuta Trans Kalimantan
Kalimantan Timur Master Plan : Sistem Sekerat, beroperasi 2018
5. Jalan 20. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya yang tersedia seperti
Luas Area : 6. Industri Produk Perawatan menara telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah. Administrator :
557,34 Ha 7. Kavling Area Penunjang 27. Penetapan BPTSP &
8. Kavling Industri Berbasis Infrastruktur Wilayah : Penanaman Modal Daerah Sebagai
Badan Usaha Makanan 21. Pembangunan Pelabuhan Curah Cair Maloy Administrator KEK MBTK_no dispo
Pembangunan dan 9. Kavling Industri Biodisel 22. Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Maloy Pembangunan Jalan 28. Usulan Penetapan
Pengelola : 10. Kavling Industri Lain Nasional Samarinda – Bontang – Sangatta – Maloy Administrator
PT. Maloy Batuta 11. Kavling Industri 23. Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat 29. Badan Usaha Pembangunan
Trans Kalimantan Olekimia Dasar berkapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) dan Pengelola
12. Kavling Pengelolaan 24. Pembangunan jaringan transmisi dan Gardu Induk Maloy 30 MW 30. Usulan Penetapan BU
Proyeksi Tenaga air Bersih (beroperasi 2018) Pengelola
Kerja : 13. Kavling Pengelolaan
55.700 orang Air Kotor Sekretariat Dewan Kawasan :
34. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
35. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta
Trans Kalimantan
36. Administrator :
37. Penetapan BPTSP & Penanaman Modal Daerah sebagai Administrator KEK MBTK
45. Tersedia jalan kawasan sepanjang 3,3 km dari 11,4 km yang akan dibangun hingga 2017
46. Pasokan listrik kapasitas 20 MW yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
beroperasi tahun 2017
47. Pasokan air kapasitas 200 L/detik (720 m³/jam) yang bersumber dari Sistem Sekerat,
beroperasi 2018
48. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya yang tersedia seperti menara telekomunikasi,
gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.
52. Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat berkapasitas 200 L/detik (720
m³/jam)
53. Pembangunan jaringan transmisi dan Gardu Induk Maloy 30 MW (beroperasi 2018)
Gambar 7.3. Infrastruktur Dalam Kawasan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
Proyeksi kebutuhan air baku untuk RKI di DAS Rapak-Kaliorang untuk Tahun 2012
sampai dengan Tahun 2032 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 7.3. Kebutuhan Air Baku Kondisi Tahun 2012 s/d Tahun 2032
Proyeksi kebutuhan air baku bulanan di DAS Rapak-Kaliorang untuk Tahun 2012
sampai dengan Tahun 2032, adalah seperti diuraikan pada tabel berikut:
2 2022 7,76 4,17 6,92 9,83 8,62 1,41 1,24 1,36 3,39 9,29 10,87 12,39 6,438
3 2032 8,55 4,96 7,71 10,62 9,41 2,20 2,03 2,15 4,19 10,08 11,66 13,18 7,228
4 2035 8,63 5,06 7,87 10,83 9,60 2,24 2,07 2,20 4,28 10,28 11,90 13,44 7,367
1. Data Klimatologi
Iklim di Kabupaten Kutai Timur beriklim tropis, mempunyai 2 (dua) musim, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berjalan pada Bulan Mei
sampai dengan Bulan Oktober dan dipengaruhi oleh angin muson timur,
sedangkan pada musim hujan berjalan pada Bulan November sampai dengan
Bulan April dipengaruhi oleh angin muson barat.
Secara umum Kabupaten Kutai Timur beriklim tropis dengan suhu rata-rata
terendah sebesar 22,50 C dan tertinggi 34,700C. Kelembapan udara relatif tinggi
dengan rata-rata berkisar antara 84,0% - 89,8%.
1. Bulan basah terjadi lebih lama dibandingkan dengan bulan kering, umumnya bulan basah
berlangsung lebih dari 8 bulan.
2. Bulan basah berlangsung pada Bulan November-Juli dan bulan kering terjadi pada Bulan
Agustus-Oktober.
3. Data Hidrologi
Data curah hujan di DAS Karangan dan DAS Rapak-Kaliorang seperti diuraikan
pada tabel berikut :
Tabel 7.5. Curah Hujan dan Debit Andalan DAS Karangan dan DAS Rapak-Kaliorang
Potensi ketersediaan air permukaan berupa debit andalan Q80 untuk DAS Karangan
dan DAS Rapak-Kaliorang disajikan pada tabel berikut :
Potensi sumber air baku yang ada dan telah dimanfaatkan adalah :
SPAM eksisting sebesar 50 l/dt dengan potensi sebesar 200 l/dt . sumber air baku
Sekerat I, saat ini digunakan untuk suplai air baku bagi masyarakat Kecamatan
Kaliorang disekitar lokasi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).
Dari sumber air baku yang berasal dari Mata Air Sekerat II, telah dibangun berupa
Bendung Sekerat dengan kapasitas 400 l/dt, dan direncanakan guna keperluan
suplai air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).
Potensi sumber air baku Selangkau, merupakan sumber air baku yang berasal dari
sumur air dalam dengan potensi sebesar 100-500 l/dtk.
4. Potensi Waduk/Bendungan
Rapak-
2 Rapak 695,42 18,333,3 52,7
Kaliorang
Lokasi sumber air baku sekerat I dan Sekerat II, disajikan pada gambar berikut:
Mengacu pada standar Peraturan Menperin No.35 Tahun 2010 (sebesar 0,75
ltr/dtk/hari), kebutuhan air dalam kawasan industri KEK MBTK sebesar 472 ltr/dtk
(laporan F.S Perencanaan KIPI Maloy, Bappeda Prov. Kalimantan Timur). Dengan
ketentuan tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui BAPPEDA Provinsi,
telah menetapkan kebutuhan air di KEK MBTK sebesar 472 ltr/dtk. Saat ini guna
memenuhi kebutuhan untuk KEK MBTK, telah dibangun sistem penyediaan air baku
dari Mata Air Sekerat dengan kapasitas 200 ltr/dtk.
Pelayanan pengelolaan air minum di Kabupaten Kutai timur terdiri dari 18 wilayah
kecamatan, 134 desa dan 1 kelurahan dengan ibukota kabupaten yang berkedudukan
di Kota Sangata.
Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Kutai Timur terdiri dari :
Lokasi KEK MBTK berada di Kecamatan Kaliorang. Dari data instalasi pengolahan air
bersih di Kabupaten Kutai Timur, lokasi KEK MBTK tidak termasuk daerah layanan air
bersih oleh PDAM.
Dalam rencana pengembangan sumber daya air di DAS Karangan Dalam, yang
merupakan bendungan serbaguna guna keperluan pengembangan irigasi melalui
Bendung Regulator Baii untuk pengembangan Irigasi S. Rapak dan S. Kaliorang, air
baku untuk KEK MBTK, Tanjung Bolok dan Perkotaan. Skematik Rencana
Pengembangan SDA di Sub wilayah Pengelolaan Karangan-Rapak-Kaliorang. Seperti
disajikan pada gambar berikut :
Kebutuhan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan sebesar 472 ltr/dtk
tersebut akan dilayani melalui sistem penyediaan air baku dari Mata Air Sekerat II
dengan kapasitas sebesar 400 ltr/dtk.
Kekurangan air baku sebesar ± 100 l/dt, dapat diperoleh dari sumber air baku Mata Air
Sekerat I. sumber air baku Sekerat I dengan kapasitas 200 ltr/dtk, baru dimanfaatkan
sebesar 50 ltr/dtk untuk keperluan masyarakat Kabupaten Kalimantan Timur di sekitar
lokasi KEK MBTK, dan masih ada sekitar ± 150 ltr/dtk yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan air baku KEK MBTK. Sumber air baku lainnya dapat berasal dari rencana
Bendungan/Waduk Karangan Dalam, yang dalam salah satu manfaatnya adalah untuk
direncanakan sebagai suplai air baku bagi KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan.
Gambaran Neraca Air di DAS Rapak Kaliorang seperti diuraikan pada gambar berikut :
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
Aliran
Pemeliharaan
Irigasi
RKI
Qrata-rata
Q80 (m3/dtk) 8,40 0,80 0,80 7,70 3,80 0,80 1,60 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
Rencana sistem penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
direncanakan akan disuplai dari Mata Air Sekerat II dengan kapasitas sebesar 400
ltr/dtk. Kebutuhan air KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan nantinya adalah sebesar
472 ltr/dtk dan kekurangan air sebesar ±100 ltr/dtk akan diambil dari mata air Sekerat
I karena lokasi nya berdekatan dengan mata air Sekerat II. Saat ini sumber air baku
yang berasal dari Mata Air Sekerat I telah dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten
Kalimantan Timur di sekitar KEK sebesar 50 ltr/dtk dan masih ada potensi sebesar
±150 ltr/dtk.
Pengambilan air baku dari Mata Air Sekerat II dilakukan dengan membangun
Bangunan Pengambilan Bebas (Free Intake) dan dilengkapi dengan system jaringan
pipa transmisi. Skema Sistem Penyediaan Air Baku untuk KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan disajikan pada gambar sebagai berikut :
Rencana daerah pelayanan untuk Maloy Batuta Trans Kalimantan Tahap I direncanakan akan mengambil dari sumber Mata Air Sekerat II,
melalui Bangunan Pengambilan Bebas (Free Intake) di lokasi hilir Mata Air Sekerat II. Dari lokasi banguna pengambilan, kemudian air baku
disalurkan menggunakan pipa tansmisi sepanjang ±24,2 km.
1. Dasar Hukum
Secara geoekonomi, wilayah Kutai Timur kaya akan sumber daya alam seperti
kelapa sawit, minyak, gas, mineral, dan batu bara. Selain itu, Wilayah Kutai
Timur juga terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia II yang merupakan
jalur interkoneksitas Kalimantan dan Sulawesi (Jalur Regional Lintas Trans
Kalimantan) yang bagian dari lintasan laut perdagangan internasional. Secara
geostrategis, wilayah Kutai Timur dipersiapkan sebagai pusat pengolahan
kelapa sawit dan produk turunannya, industri mineral, batu bara, gas, dan
pariwisata. Selain itu juga, akan dibangun pelabuhan internasional serta
peningkatan jalan akses untuk mendukung kelancaran penyediaan bahan
baku serta distribusi hasil industri Kutai Timur.
Gambar 7.10. Peta Lokasi Untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
2. Kebijakan Pendukung
Strategi Pengembangan Koridor Kalimantan Kelestarian kawasan konservasi dan kawasan lindung
Wilayah sebagai Pusat Produksi
dan Pengolahan Hasil Lumbung energi nasional
Tambang dan Lumbung Pusat pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas
Energi Nasional bumi,
Pusat perkebunan kelapa sawit, karet dan hasil hutan
secara berkelanjutan
Pusat pengembangan perkotaan pesisir
Pengembangan kawasan ekowisata, dan lumbung
pangan nasional.
Infrastruktur Pemenuhan kebutuhan Jalur transportasi darat (jalan nasional dan transportasi
infrastruktur dalam nasional), transportasi laut (tatanan kepelabuhan dan
rangka peningkatan alur pelayaran) dan transportasi udara (tatanan
konektivitas untuk kebendaraudaraan dan ruang untuk penerbangan) serta
mendukung jaringan energi nasional
pengembangan kegiatan
ekonomi utama
migas,pertambangan,
kehutanan dan
perkebunan
Kawasan Andalan Industri Pengolahan Migas Kawasan andalan pertanian untuk ketahanan pangan;
(Balikpapan, Blok Delta kawasan andalan perkotaan nasional; Kawasan Andalan
Mahakam, Rapak, dan Laut Pontianak dan Sekitarnya, Kawasan Andalan
Ganal), Pertambangan Pontianak dan Sekitarnya, PKW Sambas dan PKW
Batu Bara (Bontang, Kutai Singkawang sebagai pusat pengembangan Kawasan
Timur, Balikpapan, Andalan Singkawang dan Sekitarnya; Kawasan; Andalan
Kalimantan Selatan dan Sanggau; Kawasan Andalan Kandangan dan
Kalimantan Barat), Sekitarnya;Kawasan Andalan Kuala Kapuas;
Perkebunan Kelapa Sawit
(Kutai Timur, Kalimantan
Selatan, Barito,
Kotawaringin, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan
Barat), serta
Pertambangan dan
Pengolahan Bauksit
(Kabupaten Kutai Timur
ANALISA LAND
KAWASAN USE DAN
LOKASI SEKTOR UTAMA KETERANGAN
STRATEGIS FUNGSI
KAWASAN
1. Zonasi 1: Merupakan wilayah Pelabuhan Maloy eksisting, yang saat ini telah beroperasi,
namun hanya dapat melayani kapal dengan kapasitas 5.000 DWT saja, sehingga memerlukan
pengembangan.
2. Zonasi 2: Zona atau kawasan ini adalah kawasan yang disediakan untuk melakukan kegiatan
CPO. Pelabuhan CPO akan dibangun sebagai salah satu pelabuhan internasional yang
melayani kapasitas CPO Internasional keluar dan dalam negeri. Zona ini diharapkan mampu
membangkitkan perekonomian kabupaten Kutai Timur dan Kalimantan Timur umumnya.
Perkembangan perekonomian ini juga akan di dukung oleh pelabuhan cargo dan container
sebagai pelabuhan yang melayani pengiriman barang dari produk yang di hasilkan dari
pengolahan CPO.
3. Zonasi 3: Pelabuhan cargo dan container merupakan pelabuhan yang dibangun untuk
mendukung kemudahan aktivitas pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada produksi
hasil turunan dari kelapa sawit khususnya dan hasil pertanian/perkebunan. Pelabuhan ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi industri dalam pengiriman produk pengolahan
turunan CPO seperti sabun, alat kosmetik, dan lain-lain. Shipping yang ada di dermaga ini
meliputi daerah di dalam negeri dan keluar negeri.
4. Zonasi 4: Pada zona ini akan dibangun pelabuhan batubara yang terhubung dengan Pulau
Miang Besar.
5. Zonasi 5: Merupakan pelabuhan perikanan di wilayah Bual-Bual. Saat ini, kondisi jaringan
jalan yang merupakan aksesibilitas utama kawasan adalah ajaln provinsi. Jalan ini
menghubungkan KEK Maloy dengan Pelabuhan Bongkar Muat, Kecamatan Sangkulirang,
Kecamatan Bengalon-Samarinda, dan Kawasan Terpadu Mandiri. Sepanjang jalan
penghubung ini masih berupa semak belukar dan perkebunan. Kondisi jalan sendiri relatif
baik.Selain itu terdapat beberapa pelabuhan yang sudah melayani kebutuhan masyarakat
yang ada. Pelabuhan Industri memiliki kapasitas kapal 1500 DWT yang merupakan
pelabuhan bongkar muat material, pupuk dan kayu. Kapal yang datang ke pelabuhan ini
berasal dari Sulawesi, Gresik, dan Surabaya dengan rata-rata kedatangan 10 kapal/hari.
Pelabuhan ini dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi.
Pelabuhan lainnya adalaah Pelabuhan TNI AL yang dikelola langsung oleh TNI
Angkatan Laut. Selain itu terdapat Pelabuhan Swasta yang masih dalam proses
pembangunan untuk bongkar muat CPO. Pelabuhan ini sedang dalam proses
pembangunan tangki timbun yang saat ini sudah ada jaringan pupa dari tangki
timbun ke pelabuhan. Disamping itu, terdapat juga dermaga rakyat yang
digunakan sebagai alat transportasi warga antar kecamatan.
Gambar 7.13. Kondisi Eksisting Aksesibilitas KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
6. Tahapan Pengembangan
Gambar 7.14. Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan Economic Zone (MBTKEZ)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 telah
ditetapkan melalui Perda No.1 Tahun 2016 pada tanggal 15 Februari 2016.
2. Investasi Pemerintah
Investasi Pemerintah yang telah direalisasikan sampai dengan tahun 2017 dalam
mendukung KEK MBTK diuraikan pada tabel berikut :
1. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Sekerat Untuk Mendukung KEK MBTK
Gambar 7.16. Pipa Transmisi Air Baku Sekerat Untuk Mendukung KEK MBTK
1. Jalan akses sepanjang 575 meter, perkuatan tebing Mata Air Sekerat dan Free Intake di
Sungai Sekerat serta pengadaan Pipa HDPE sebanyak 1.611 pipa
2. Lanjutan pemasangan Pipa HDPE diameter 560 mm sebanyak 1.411 pipa di MAloy, 200 pipa
di Sekerat dengan progress fisik mencapai 24,035% (Status 31 Januari 2017)
6. Bangunan Reservoir 5.000 m3 dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) 200 ltr/detik dengan
progress sampai Januari 2017 mencapai 30,32%
Rencana penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan telah
direncanakan pembangunannya sejak tahun 2013 dan direncanakan selesai pada
Adapun jadwal pelaksanaan sistem penyediaan air baku untuk KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan dan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut :
Tabel 7.13. Jadwal Pelaksanaa Sistem Penyediaan Air Baku Untuk KEK MBTK Dan Daerah Sekitarnya
RENCANA JADW AL PELAK SANAAN
NO. URAIAN K ET
2013 2914 2015 2016 2017 2018
Pembangunan Sistem Distribusi Air Baku
1
Sekerat
JUMLAH
Keterangan : Rencana
Revisi
Perkiraan Biaya
Target Pembangunan selesai Tahun 2018, dengan kontrak sistem Tahun Jamak (MYC)
Jumlah Investasi APBD : Rp. 978.217.278.110
Jumlah Investasi APBN : Rp. 1.482.554.060.003
Total Investasi : Rp. 2.460.771.338.113
*Sumber : Gubernur Kalimantan Timur (2017)
1. Pembebasan Lahan
3. Pembangunan Jalan
4. Pembangunan Pelabuhan
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
No. 110 DAS Bangkit Lamin, dengan luas DAS : 10,970 km2
No. 113 DAS Tebelo, dengan luas DAS : 15, 607 km2
KEK Mandalika berada pada Wilayah Sungai Lombok, sesuai dengan Peraturan
Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
Wilayah Sungai Lombok merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional dan
pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Profil Umum
KEK Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut
yang memukau. Mandalika berasal dari nama seorang tokoh legenda, yaitu Putri
Mandalika yang dikenal dengan parasnya yang cantik. Setiap tahunnya,
masyarakat Lombok Tengah merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual mencari
cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini
KEK Mandalika adalah KEK yang paling menarik bagi para investor saat ini dan
diharapkan menjadi destinasi wisata kelas dunia.
29. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
30. Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika
31. Administrator :
32. Penetapan Badan Penanaman Modal & Pelayanan Perizinan Terpadu Lombok Tengah
sebagai Administrator KEK
35. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih dengan teknologi Sea Water Reverse Osmosis
37. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas seperti gedung perkantoran, jalan kawasan, dan
lainnya.
40. Telah tersedia Instalasi Pengolahan Air Bersih Batu Jai Praya 200 L/detik
Secara administratif wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah, Kecamatan Pujut
dan termasuk dalam desa Kuta, Sukadana, Mertak dan Teruwai.
Proyeksi pertumbuhan penduduk dihitung dengan metode Geometrik. Berdasarkan hasil pendataan jumlah penduduk 5 tahun terakhir oleh
Badan Pusat Statistik dan mengikuti trend laju pertumbuhan 5 tahun terakhir, berikut adalah hasil proyeksinya :
NO KECAMATAN 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 Praya Barat 75.168 75.955 77.067 78.139 79.002 79.887 80.773 81.847 82.827 83.858 84.871 85.908 87.168 88.318
2 Praya Barat Daya 55.333 55.801 56.461 57.096 57.671 58.235 58.812 59.510 60.147 60.815 61.471 62.142 62.956 63.698
3 Pujut 104.606 105.635 106.882 108.080 109.176 110.249 111.346 112.675 113.885 115.158 116.406 117.683 119.232 120.644
4 Praya Timur 67.250 67.736 68.569 69.370 70.001 70.619 71.251 72.015 72.710 73.440 74.155 74.885 75.771 76.577
5 Janapria 79.296 77.014 77.883 78.719 79.602 80.469 81.355 82.431 83.412 84.444 85.457 86.495 87.756 88.907
6 Kopang 80.508 81.095 81.805 82.485 83.135 83.769 84.417 84.452 84.484 84.517 84.550 84.582 84.622 84.657
7 Praya 112.984 114.232 115.746 117.204 118.601 119.973 121.377 123.082 124.637 126.276 127.886 129.536 131.542 133.376
8 Praya Tengah 64.979 65.635 66.431 67.197 67.930 68.649 69.384 70.276 71.088 71.943 72.783 73.642 74.686 75.638
9 Jonggat 95.475 96.164 96.998 97.796 98.639 99.463 100.304 101.322 102.248 103.219 104.170 105.142 106.318 107.389
10 Pringgarata 69.990 70.860 71.917 72.937 74.019 75.084 76.177 77.508 78.727 80.015 81.284 82.589 84.181 85.640
11 Batukliang 76.345 76.945 77.671 78.366 79.031 79.681 80.345 81.147 81.877 82.643 83.393 84.158 85.085 85.929
12 Batukliang Utara 51.918 52.531 53.275 53.992 54.680 55.356 56.049 56.890 57.659 58.469 59.266 60.083 61.078 61.988
JUMLAH 933.852 939.603 950.705 961.381 971.487 981.434 991.590 1.003.155 1.013.701 1.024.797 1.035.692 1.046.845 1.060.395 1.072.761
Kebutuhan air domestik ditentukan berdasarkan jumlah penduduk. Dengan menggunakan pedoman dan standar yang ada berikut adalah
hasil perhitungan kebutuhan air domestik berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Pujut.
NO PROYEKSI PENDDUDUK
URAIAN SATUAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
A Pelayanan Publik
1 Jumlah Penduduk Eksisting Tahun 2015 (Sumber BPS 2016) 102.659 Jiwa
2 Jumlah Penduduk Jiwa 103.679 104.606 105.635 106.882 108.080 109.176 110.249 111.346 112.675 113.885 115.158 116.406 17.683 119.232 120.644
3 Cakupan Pelayanan % 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
4 Penduduk Terlayani Jiwa 93.311 94.145 95.071 96.194 97.272 98.258 99.224 100.211 101.407 102.497 103.642 104.765 105.915 107.309 108.580
B Domestik
1 % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Jiwa 74.649 75.316 76.057 76.955 777.818 78.606 79.379 80.169 81.126 81.998 82.914 83.812 84.732 85.847 86.864
Unit 14.930 15.063 15.211 15.391 15.564 15.721 15.876 16.034 16.225 16.400 16.583 16.762 16.946 17.169 17.373
Jiwa/SR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ltr/org/hr 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
ltr/dtk 103,68 104,61 105,63 106,88 108,08 109,18 110,25 111,35 112,67 113,89 115,16 116,41 117,68 119,23 120,64
2 Hidran Umum
% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
Jiwa 18.662 18.829 19.014 19.239 18.454 19.652 19.845 20.042 20.281 20.499 20.728 20.953 21.183 21.462 21.716
Unit 187 188 190 192 195 197 198 200 203 205 207 210 212 215 217
Jiwa/SR 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ltr/org/hr 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
ltr/dtk 9
Total Kebutuhan
3 ltr/dtk 112,32 113,32 114,44 115,79 117,09 118,27 119,44 120,62 122,06 123,38 124,75 126,11 127,49 129,17 130,70
Domestik
C Kehilangan Air % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%
ltr/dtk 28,08 28,33 28,61 27,79 28,10 28,39 27,47 27,74 28,07 27,14 27,45 27,74 26,77 27,13 26,14
Total Kebutuhan
D ltr/dtk 140,40 141,65 143,05 143,58 145,19 146,66 146,91 148,37 150,14 150,52 152,20 153,85 154,26 156,29 156,84
Rata-Rata
Jt m3/thn 4,43 4,47 4,51 4,30 4,58 4,63 4,63 4,68 4,73 4,75 4,80 4,85 4,86 4,93 4,95
Kebutuhan
E ltr/dtk 161,46 162,90 164,50 165,11 166,97 168,66 168,94 170,62 172,66 173,10 175,03 176,93 177,40 179,74 180,36
Maksimum (1,15)
Kebutuhan Jam
F ltr/dtk 219,02 220,98 223,15 223,98 226,49 228,79 229,17 231,45 234,22 234,81 237,43 240,01 240,65 243,62 24,67
Puncak (1,56)
Sumber : Analisis Perhitungan
Kebutuhan air per DAS dihitung dari presentase luas DAS yang masuk dalam
wilayah administrasi dan pertimbangan kepadatan penduduk yang masuk wilayah
DAS.
Pada DAS Tebelo, Ngolang dan Bangket Lamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8.4. Persentase DAS Terhadap Wilayah Administrasi KEK Mandalika di Kecamatan Pujut
1 Balak 11% 0,47 0,48 0,48 0,48 0,49 0,49 0,49 0,50 0,50 0,51 0,51 0,51 0,52 0,52
2 Tebelo 9% 0,40 0,41 0,41 0,41 0,42 0,42 0,42 0,43 0,43 0,43 0,44 0,44 0,44 0,45
3 Ngolang 6% 0,28 0,28 0,28 0,29 0,29 0,29 0,29 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,31 0,31
Bangket
4 5% 0,21 1,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,23 0,23
Lamin
TOTAL 1,36 2,38 1,38 1,39 1,41 1,41 1,42 1,44 1,44 1,46 1,48 1,48 1,50 1,50
Berdasarkan tabel di atas, luas wilayah KEK Mandalika adalah 30% dari luas
Kecamatan Pujut, dengan total kebutuhan air domestk adalah 1,36 jt m3/thn (43
ltr/dtk) pada tahun 2017 dan pada tahun 2030 kebutuhan air adalah 1,50 jt
m3/thn (48 ltr/dtk).
Menggunakan standar kebutuhan air non domesk, maka total kebutuhan air
untuk hotel di wilayah KEK Mandalika adalah sebagai berikut :
Dari hasil analisis diatas, dengan jumlah kebutuhan air baku yang lebih dari 300
ltr/dtk mencakup kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan kebutuhan air
bersih untuk pariwisata, maka dibutuhkan suplai penyediaan air bersih.
1. Data Klimatologi
Pulau Lombok mempunyai iklim tropis basah dan dipengaruhi oleh pergantian
angin muson Barat Laut dan angin muson Tenggara. Angin muson Tenggara yang
kering mengakibatkan terjadinya musim kemarau (umumnya terjadi bulan Mei
sampai Oktober) dan angin muson barat laut yang basah menyebabkan musim
hujan (umumnya terjadi pada bulan Nopember atau Desember sampai dengan
bulan Maret atau April) dengan sifat hujan umumnya dibawah normal (B). Curah
hujan rata-rata di Pulau Lombok adalah 1373 mm, temperatur maksimum berkisar
antara 25,0ºC –34ºC dan temperatur minimum berkisar antara 17,0-28,0ºCºC.
Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah pada bulan Juli,
kelembaban minimum yaitu antara 72,0%-100% dan kelembaban maksimum yaitu
2. Data Hidrologi
Data curah hujan rerata di 4 (empat) Daerah Aliran Sungai adalah sebagai berikut :
Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di WS Lombok adalah 3.490 km2 dengan
volume 916 juta m3/tahun yang terdiri dari 886 juta m3/tahun air tanah bebas
dan 30 juta m3/tahun air tanah tertekan. Potensi Zona cekungan air tanah WS
Lombok dibagi menjadi 2 yaitu Cekungan air tanah Mataram-Selong berada dan
cekungan air tanah Tanjung– Sambelia. Peta cekungan air tanah WS Lombok
dapat dilihat pada gambar berikut :
Rinjani. Batuan gunung api ini tersusun terutama oleh batuan lava, breksi, tuf dan
debu volkanik. Satuan batuan yang paling muda adalah endapan aluvium yang
merupakan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua umurnya dan diendapkan
didaerah dataran atau alur sungai yang cukup lebar lembahnya, menempati
bagian Barat dan pantai utara-timur laut pulau.
3. Breksi, lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai sedang;
4. Tufa berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan kelulusan sedang sampai tinggi;
5. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu,
terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang;
6. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu,
terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang; dan
7. Pada sebagian daerah pantai mempunyai komposisi litologi berupa aluvium endapan
pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan
kelulusan sedang sampai tinggi.
Berdasarkan komposisi litologi tersebut diatas, maka kandungan air tanah dan
produktifitas akuifer di Pulau Lombok terdiri dari :
1. Akuifer dengan aliran melalui celahan dalam ruang antar butir, terdiri dari:
1. Akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air
tanah sangat beragam, debit sumur lebih besar dari 5 lt/det;
3. Setempat akuifer produktif, yaitu akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya air
tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah, air tanah setempat berdebit
kecil dapat terturap.
4. Pada sebagian kecil daerah pantai dengan komposisi litologi berupa aluvium endapan
pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan
kelulusan sedang sampai tinggi mempunyai akuifer (bercelah atau sarang) produktif kecil
dan daerah aliran langka, terdiri dari :
5. Akuifer produktif kecil setempat, berarti umumnya keterusan sangat rendah, setempat air
tanah dangkal, dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan dari batuan
padu;
8. Akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi dimana
muka air tanah atau tinggi pisometri dekat dengan muka air tanah. Debit sumur lebih besar
dari 10 lt/dt;
9. Akuifer produktif sedang, yaitu akuifer dengan keterusan sedang, muka air tanah dekat
dengan muka tanah. Debit sumur antara 5 –10 lt/dt.
10. Sebagian kecil terdiri dari akuifer dengan aliran melalui rekahan, celahan dan saluran yang
merupakan setempat akuifer produktif, yaitu aliran air tanah terbatas pada zona celahan,
rekahan dan saluran peraluran, mempunyai keterusan rendah sampai sedang. Muka air
tanah dalam dan debit muka air kecil. Terdapat pada daerah dengan komposisi litologi
batuan intrusif terdiri dari andesit, basal dan dasit dengan kelulusan rendah sampai kedap
air; dan
11. Pada sebagian daerah seperti Teluk Mawun, Teluk Kuta, Batu Nampar, Teluk Sepi dan
Teluk Lembar merupakan daerah air tanah payau.
3. Akuifer produktif tinggi dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir tersebar sangat
luas di bagian utara yaitu di Lokopiko, Sudana, Anyar, Bayan, dan Belanting, dan dibagian
tengah tersebar di Narmada, Suranadi, Sedau dan Sesaot. Sedangkan di bagian Selatan
tersebar di Aikmel, Anjani, Sukamulya, Labuhan Lombok dan Sambelia. Kondisi litologi
batuan didaerah tersebut didominasi oleh tuf berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan
kelulusan sedang sampai tinggi.
Dari hasil pengeboran terbukti bahwa akuifer didaerah tersebut diatas secara
umum cukup produktif, satu sumur bor yang menembus endapan ini
sampai kedalaman 50-100 m, rata-rata dapat menghasilkan air tanah antara
10-15 l/det, bahkan menurut hasil pengujian yang dilakukan Crippen (1976)
dapat menghasilkan air tanah sekitar 75 - 150 ltr/dtk Sebagian air tanah di
daerah ini telah muncul ke permukaan dalam bentuk mata air, antara lain
mata air Sarasuta, Lingsar, Sesaot, Ranget, Suranadi, Aikbone, Aikbukak,
Aikmel, Loangbali, dan lain-lain.
Satuan akuifer produktif sedang tersebar di bagian utara yaitu di Senaru dan
Santong, dengan susunan litologi berupa batuan gunung api tak
terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu terdiri
dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang.
Sedangkan di bagian tengah tersebar di Ubung, Pringgarata, Sedau, Mantang
dan Kopang dan bagian timur tersebar di Terara, Sakra, Sikur, Masbagik,
Selong dan Labuhan Haji. Susunan litologi batuan pada daerah ini didominasi
oleh breksi lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai
sedang.
Satuan akuifer produktif kecil sebagian besar tersebar di sekitar daerah pantai
bagian selatan Pulau Lombok, yaitu di Pelangan, Sekotong, Blongas, Sepi,
Keling, Silung Belanak, Mawun, Rambitan, Teruwai, dan Bumbang. Daerah air
tanah langka terdapat di bagian selatan yaitu di daerah sekitar Gunung Jaran
Bano, Gunung Mareje, Batu Nampar, sedangkan di bagian utara terdapat di
daerah sekitar Gunung Rinjani, Gunung Kondo, Gunung Baru, Gunung Benteng
dan Gunung Pusuk. Susunan litologi batuan di daerah ini sebagian besar
didominasi oleh breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah dan juga
batuan terobosan yang terdiri dari andesit, basalt dan dasit dengan kelulusan
sangat rendah atau kedap air.
1. Ketersediaan Air
Untuk mengetahui potensi DAS di daerah studi, maka perlu dilakukan analisis
ketersediaan air dengan metode NRECA berdasarkan analisis transformasi hujan-
aliran pada DAS/CA yang ditinjau. Metode yang digunakan untuk menganalisa
hujan wilayah adaalah metode isohyet dimana metode ini menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian hujan yang sama dalam satu periode.
Kondisi DAS-DAS yang masuk ke dalam Kawasan Mandalika yaitu DAS Balak,
Tebelo, Ngolang dan Bangket Lamin merupakan daerah yang tidak dapat
dilakukan, melainkan dengan melakukan kalibrasi terhadap tinjauan lapangan
dengan melihat kondisi debit sungai dalam DAS.
JAN I JAN II JAN III FEB I FEB II FEB III MAR I MAR II MAR III APR I APR II APR III MEI I MEI II MEI III JUN I JUN II JUN III JUL I JUL II JUL III AGT I AGT II AGT III SEP I SEP II SEP III OKT I OKT II OKT III NOV I NOV II NOV III DES I DES II DES III
NO PARAMETER SATUAN
10 10 11 10 10 8 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 10 10 10 11
1 Curah Hujan (RB) mm 22 20 25 34 31 8 7 19 0 11 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 3 17 16 21
2 Evapotranpirasi Potensial (PET) mm 47,90 48,85 46,42 49,96 43,67 34,84 42,88 40,20 43,03 45,58 42,91 42,96 49,35 44,63 53,63 50,10 47,77 53,99 51,55 48,12 54,18 51,67 50,39 55,20 52,08 49,20 48,14 48,77 46,95 53,87 52,51 48,71 50,16 46,74 43,38 50,85
3 Tampungan Kelengasan Awal (Wo) mm 140,00 143,330 145,55 150,07 157,56 163,90 162,81 160,55 162,49 157,75 156,35 154,98 149,72 143,84 138,13 131,27 125,09 118,91 112,33 105,70 100,12 93,82 87,52 82,21 76,19 75,17 74,21 73,26 72,31 71,39 70,33 69,30 70,86 7,37 71,56 72,61
4 Rasio Tampungan Tanah (Wi) 0,918 0,939 0,954 0,983 1,033 1,074 1,067 1,052 1,065 1,034 1,025 1,016 0,981 0,943 0,905 0,860 0,820 0,779 0,736 0,693 0,656 0,615 0,574 0,539 0,499 0,493 0,486 0,480 0,474 0,468 0,461 0,454 0,464 0,461 0,469 0,476
5 Rasio (Rb/PET) 0,47 0,410 0,540 0,670 0,700 0,220 0,160 0,470 0,000 0,230 0,230 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,420 0,050 0,370 0,360 0,420
6 Rasio (AET/PET) 0,71 0,670 0,740 0,810 0,840 0,600 0,570 0,740 0,500 0,600 0,600 0,500 0,450 0,450 0,450 0,400 0,400 0,350 0,350 0,300 0,300 0,300 0,250 0,250 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,530 0,200 0,490 0,490 0,530
7 AET mm 16,67 16,040 16,830 19,830 17,980 10,240 11,980 14,570 10,540 13,400 12,610 10,520 10,880 9,840 11,830 9,820 9,360 9,260 8,840 7,070 7,970 7,600 6,170 6,760 5,100 4,820 4,720 4,780 4,600 5,280 5,150 12,650 4,920 11,220 10,420 13,210
8 Neraca Air mm 5,741 3,830 8,360 13,870 12,700 -2,440 -5,010 4,300 -10,520 -2,800 -2,750 -10,520 -10,880 -9,840 -11,830 9,820 -9,360 -9,260 -8,840 -7,070 -7,970 -7,600 -6,170 -6,760 -5,100 -4,820 -4,720 -4,780 -4,600 5,280 -5,150 7,770 -2,420 5,920 5,280 8,000
9 Rasio Kelebihan Kelengasan 0,42 0,420 0,460 0,460 0,500 0,550 0,550 0,550 0,550 0,500 0,500 0,500 0,460 0,420 0,420 0,370 0,340 0,290 0,250 0,210 0,210 0,170 0,140 0,110 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800 0,800
10 Kelebihan Kelengasan mm 2,411 1,610 3,840 6,380 6,350 -1,340 -2,760 2,370 -5,790 -1,400 -1,370 -5,260 -5,010 -4,130 -4,970 -3,630 -3,180 -2,690 -2,210 -1,490 -1,67 -1,290 -0,860 -1,740 -4,080 -3,860 -3,770 -3,820 -3,680 -4,220 -4,120 6,210 -1,930 4,740 4,220 6,400
11 Perubahan Tampungan mm 3,330 2,220 4,510 7,490 6,350 -1,100 -2,260 1,940 -4,730 -1,400 -1,370 -5,260 -5,880 -5,710 -6,860 -6,190 -6,180 -6,570 -6,630 -5,590 -6,290 -6,300 -5,310 -6,020 -1,020 -0,960 -0,940 -0,960 -0,920 -1,060 -1,030 1,550 -0,480 1,180 1,060 1,600
12 Tampungan Air Tanah mm 0,723 0,480 1,150 1,910 1,900 -0,400 -0,830 0,710 -1,740 -0,420 -0,410 -1,580 -1,500 -1,240 -1,490 -1,090 -0,960 -0,810 -0,660 -0,450 -0,500 -0,390 -0,260 -0,220 -1,220 -1,160 -1,130 -1,150 -1,100 -1,270 -1,240 1,860 -0,580 1,420 1,270 1,920
13 Tampungan Air Tanah Awal mm 22,00 17,720 14,200 11,980 10,830 9,940 7,440 5,160 4,580 2,210 1,400 0,770 -0,630 -1,660 -2,260 -2,930 -3,130 -3,190 -3,120 -2,950 -2,650 -2,460 -2,220 -1,930 -1,680 -2,270 -2,670 -2,970 -3,210 -3,360 -3,610 -3,780 -1,490 -1,620 -0,150 0,870
14 Tampungan Air Tanah Akhir mm 22,72 18,210 15,360 13,890 12,740 9,530 6,610 5,870 2,840 1,790 0,990 -0,810 -2,130 -2,900 -3,750 -4,020 -4,090 -4,000 -3,780 -3,390 -3,150 -2,840 -2,480 -2,160 -2,910 -3,420 -3,800 -4,110 -4,310 -4,630 -4,850 -1,920 -2,070 -0,200 1,110 2,790
15 Aliran Air Tanah mm 5,00 4,010 3,380 3,060 2,800 2,100 1,450 1,290 0,620 0,390 0,220 -0,180 -0,470 -0,640 -0,830 -0,880 -0,900 -0,880 -0,830 -0,750 -0,690 -0,630 -0,540 -0,470 -0,640 -0,750 -0,840 -0,900 -0,950 -1,020 -1,070 -0,42 -0,460 -0,040 0,240 0,610
16 Aliran Langsung mm 1,690 1,130 2,690 4,470 4,440 0,000 0,000 1,660 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4,350 0,000 3,320 2,960 4,480
17 Aliran Total mm 6,690 5,130 6,070 7,250 7,250 2,100 1,450 2,950 0,62 0,390 0,220 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,930 0,000 3,270 3,200 5,090
ltr/dtk 193,720 148,700 159,840 217,910 209,920 75,950 42,130 85,400 16,450 11,440 6,290 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 113,810 0,000 94,790 92,760 134,170
18 Aliran Total
m3/dtk 0,190 0,150 0,160 0,220 0,210 0,080 0,040 0,090 0,020 0,010 0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,110 0,000 0,009 0,009 0,130
19 Debit AWLR m3/dtk
AVERAGE 0,045 m3/dtk
MAXIMUM 0,218 m3/dtk
MINIMUM 0,000 m3/dtk
Potensi ketersediaan air baku yang dinyatakan dalam debit andalan Q90 di 4
(empat) Daerah Aliran Sungai. Rekapitulasi analisis perhitungan ketersediaan air
pada 4 (empat) DAS berpengaruh diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8.14. Rekapitulasi Analisis Perhitungan Ketersediaan Air Pada 4 DAS Berpengaruh
Berdasarkan tabel diatas, hasil analisi ketersediaan air permukaan (Q90%) untuk
air baku pada tahun 2017 di 4 DAS yang berpengaruh pada Wilayah KEK
Mandalika kondisi per periode didasarkan pada bulan-bulan musim kemarau
(April-Oktober), dimana ketersediaan air tidak ada.
Beberapa potensi sumber air baku yang direncanakan akan dikelola untuk
kebutuhan air di wilayah KEK Mandalika, yaitu :
Mata air Tibu Nangklok dan mata air Sesere merupakan mata air yang terletak
di desa Aik Berik kecamatan Batukliang Utara dengan potensi debit masing-
masing sebesar 300 ltr/dtk. Mata air Tibu Nangklok sudah dikelola oleh PDAM
Lombok Tengah untuk kebutuhan domestik sebesar 60 ltr/dtk dan mata air
sesere sebesar 170 ltr/dtk.
2. Bendungan Batujai
3. Bendungan Salkung
4. Dari beberapa potensi sumber air yang ada, berikut adalah rencana Q pengambilan untuk
KEK Mandalika :
Selain pengembangan dengan sistem penyediaan air dari mata air dan
bendungan, ada potensi sumber air yang berasal dari rencana pembangunan
embung di daerah selatan yang merupakan salah satu alternatif untuk
penyediaan air baku. Berikut adalah rencana embung yang berpotensi
diwilayah selatan yaitu :
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
DRAFT LAPORAN AKHIR 37
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambaran Pemanfaatan Air Baku
Gambaran pemanfaatan air baku untuk Kabupaten Lombok Tengah seperti tergambar
dalam Rispam Regional Skema Sistem DAS Reak, Skema Sistem Dodokan dan Skema
Rencana Air Baku Lombok Tengah diuraikan pada gambar sebagai berikut :
Gambar 8.9. Skema Rencana Air Baku Lombok Tengah (Rispam Regional)
Kondisi water balance (neraca air baku) berdasarkan potensi DAS di wilayah
Kabupaten Lombok Tengah sendiri adalah Kritis dan kondisi water balance khususnya
di Kecamatan Pujut adalah Defisit. Terlihat dari hasil analisis terhadap kebutuhan air
baku dan ketersediaan air permukaan (probabilitas 90%) pada tabel berikut :
KAB/KOTA KECAMATAN QA 90% KEBUTUHAN AIR BAKU (ltr/dtk) DAR (Demand Available Ratio) (%) NERACA AIR BERDASARKAN DAS
NO NAMA (LTR/DTK) 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030
Lombok Tengah 1 Praya Barat 52,25 75,79 78,21 81,69 85,82 167% 173% 181% 190% Defisit Defisit Defisit Defisit
2 Praya Barat Daya 61,45 55,08 56,38 58,3 60,87 90% 92% 95% 99% Kritis Kritis Kritis Kritis
3 Pujut 74,56 141,65 145,19 150,52 156,84 190% 195% 202% 210% Defisit Defisit Defisit Defisit
4 Praya Timur 72,62 66,94 68,5 70,64 73,17 92% 94% 97% 101% Kritis Kritis Kritis Defisit
5 Janapria 81,48 75,94 77,73 81,03 84,96 93% 95% 99% 104% Kritis Kritis Kritis Defisit
6 Kopang 119,97 80,14 81,45 82,07 80,89 67% 68% 68% 67% Kritis Kritis Kritis Kritis
7 Praya 251,38 153,19 157,65 164,97 173,67 61% 63% 66% 69% Kritis Kritis Kritis Kritis
8 Praya Tengah 138,49 64,68 66,35 69,06 72,28 47% 48% 50% 52% Surplus Surplus Surplus Surplus
9 Jonggat 311,92 95,03 96,56 135,14 139,61 30% 31% 43% 45% Surplus Surplus Surplus Surplus
10 Pringgarata 100,51 66,97 70,02 76,48 81,83 69% 72% 76% 81% Kritis Kritis Kritis Kritis
11 Batukliang 112,0000 75,99 77,38 79,54 82,11 68% 69% 71% 73% Kritis Kritis Kritis Kritis
12 Batukliang Utara 428,44 51,68 53,31 56,01 59,23 12% 12% 13% 14% Surplus Surplus Surplus Surplus
82% 84% 88% 92% KRITIS KRITIS KRITIS KRITIS
Sumber : Analisis Perhitungan
Tabel 8.19. Neraca Air Baku Berdasarkan Sumber Air Yang Sudah Termanfaatkan
SUMBER AIR TERMANFAATKAN (PER KABUPATEN) KEBUTUHAN AIR BAKU RELEASE DEMAND RATIO
INDIKASI NERACA AIR
KAB/KOTA Q SUMBER QR QR (Jt m3/thn) (RDR, %) BERDASARKAN Q RELEASE
NO NAMA SUMBER AIR
(ltr/dtk) (ltr/dtk) jt m3/thn 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030 2017 2020 2025 2030
Lombok Tengah 1 Tibu Nangklok 300 60 1,89
2 Benang Stokel 60 60 1,89
3 Sesere 300 170 5,36
4 Aik Bone 75 50 1,58
5 BDG Batujai 200 50 1,58
6 Nyeredep 30 15 0,47
7 Benang Kliwun 200 200 6,31
8 Montong Keme 5 3 0,09
9 Pengempal 5 2 0,06
10 Bun Ganti 5 2 0,06
TOTAL 1180,0 612,0 19,3 31,7 32,5 34,8 36,3 61% 59% 55% 53% Kritis Defisit Defisit Defisit
Di wilayah KEK Mandalika sendiri, jumlah kebutuhan air baku untuk domestic pada
tahun 2020 mencapai 44 ltr/dtk dan kebutuhan pariwisata mencapai 80 ltr/dtk.
Kebutuhan air pariwisat saat ini dipenuhi oleh hasil penyulingan air laut sebesar 30
ltr/dtk yang dikelola oleh PT. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Direncanakan Mandalika Resort akan selesai sekitar tahun 2030 – 2040, dari hasil
analisis kebutuhan air baku yang mencakup kebutuhan air domestic adalah 48 ltr/dtk
dan kebutuhan air pariwisata mencapai 287 ltr/dtk.
Dari kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya penyediaan sumber air bersih dengan
mencari beberapa alternatif untuk mendukung Mandalika Resort. Direncanakan
sumber air akan diambil dari daerah yang surplus seperti di kecamatan Batukliang
Utara bendungan Batujai ataupun pembangunan embung/bendungan.
Rencana system penyediaan air baku untuk Kabupaten Lombok Tengah (Rispam
Regional) termasuk untuk kebutuhan Mandalika Resort adalah seperti tergambar
dalam skema rencana air baku Lombok Tengah (Rispam Regional) sebagai berikut :
Gambar 8.11. Skema Rencana Air Baku Lombok Tengah (Rispam Regional)
Sesuai dengan skema rencana air baku Lombok Tengah (Rispam Regional) daerah
pelayanan Mandalika sebesar 200 ltr/dtk akan dilayani dari 2 (dua) sumber air baku,
yaitu berasal dari Mata Air Tibu Lempanas (Kapasitas 200 ltr/dtk) sebesar 80 ltr/dtk
Sesuai dengan Perda No 3 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi NTB Tahun 2010-
2030 dan Perda RTRW Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok
Timur Tahun 2014. Peruntukan areal KEK Mandalika sudah tercantum dalam
RTRW Provinsi dan Kabupaten sebagaimana diuraikan pada RTRW Kawasan
Strategis Kota dan Sekitarnya serta Rencana Pola Ruang, sebagai berikut :
(Sumber : KEK.go.id)
3. Tahapan Pengembangan
Status pengembangan KEK Mandalika sampai saat ini masih dalam tahapan
pembangunan prasarana infrastruktur kawasan non prasarana sumber air baku.
Sesuai dengan tahapan program pengembangan SPAM untuk pemenuhan air minum
KEK Mandalika dan kawasan penyangganya serta wilayah yang terkait akan dimulai
pada tahun 2018 sesuai program pengembangan SPAM Tahap I tahun 2018 sampai
dengan tahun 2019.
Rencana penyediaan air baku untuk KEK Mandalika dan daerah penyangga KEK
Mandalika, seperti digambarkan dalam Skematik Rencana SPAM Daerah Penyangga
KEK Mandalika, sebagai berikut :
Alokasi biaya yang terkait dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tidak termasuk
biaya untuk unit pelayanan.
Tabel 8.20. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap I
NO JUMLAH HARGA
KOMPONEN SPAM
2 Unit Distribusi
A Sistem Sesere
a Jalur BPT-1 Gunung Jai dan Reservoir Besok Bokah 1.480.100.000
b Jalur Reservoir Montong Bolok dan BPT Bile Penangkak 3.032.400.000
c Jalur BPT Bile Penangkak dan Reservoir Dasan Tengak 758.100.000
B Sistem Lempanas
a Jalur Reservoir Pengadang dan Resevoir Dopol 9.960.300.000
b Jalur Reservoir Dopol dan BPT Tendong Endong 8.778.800.000
c Jalur Reservoir Pengadang dan Resevoir Dopol ke Resevoir Ketara 1.096.000.000
d Reservoir Tendong Endong Kapasitas 750 m3
3 Unit Pelayanan
a Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Besok Bokah 2.879.300.000
b Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Montong Bolok 8.773.700.000
c Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dasan Tengak 4.579.000.000
d Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Serewe 2.906.000.000
e Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Semut 1.244.700.000
f Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Pengadang 1.592.700.000
Tabel 8.21. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap II
NO KOMPONEN SPAM JUMLAH HARGA
2 Unit Distribusi
3 Unit Pelayanan
a Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Besok Bokah 1.062.900.000
b Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Montong Bolok 4.588.000.000
c Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dasan Tengak 2.451.200.000
d Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Serewe 3.081.600.000
e Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Semut 424.000.000
f Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Pengadang 1.669.400.000
g Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Dopol 209.000.000
h Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Gabungan Reservoir 4.546.400.000
i Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Lengser 1.243.000.000
j Pemasangan Sambungan SR & HU Pelayanan Reservoir Awang 1.395.100.000
JUMLAH II 38.634.300.000
Sumber : Advisory Perencanaan Propinsi NTB, Ditjen Cipta Karya
Tabel 8.22. Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Mandalika dan Kawasan Penyangganya
Tahap III
NO KOMPONEN SPAM JUMLAH HARGA
2 Unit Distribusi
a Stasiun Booster Pump 2.624.257.000
Jalur Pipa Distribusi Utama IPA Dodokan Hilir-Taping Jaringan Pipa
b 34.850.000.000
Distribusi KEK Mandalika
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS KOTA PALU
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
KEK Kota Palu berlokasi di Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah
dan berada pada Daerah Aliran Sungai Palu, Wilaayah Sungai Palu Lariang. Sesuai
dengan Peraturan Menteri PUPR No 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Palu Lariang merupakan Wilayah Sungai Lintas
Provinsi dan kewenangan pengelolaannya ada pada Pemerintah Pusat.
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Palu
ini ditetapkan dengan luas 1500 ha yang terletak dalam wilayah Kecamatan Tawaeli,
Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kawasan Ekonomi Khusus Palu memiliki batas sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara, dengan Kelurahan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu;
2. Sebelah Ttimur, dengan Desa Wombo, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dan
Kelurahan Baiya dan Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu;
3. Sebelah Selatan, dengan Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu; dan
4. Sebelah Barat, dengan Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota
Palu.
Kawasan Ekonomi Khusus Palu terdiri atas (a) Zona Industri; (b) Zona Logistik; dan (c)
Zona Pengolahan Ekspor. Rencana strategis pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Palu berpedoman pada Masterplan Kawasan Industri Palu. Strategi pengembangan
KEK Kota Palu, dibagi dalam tiga bagian strategi yaitu :
5. Strategi Umum terdiri dari: Pembangunan Infrastruktur, Status Lahan dan Tata Ruang
Wilayah, Strategi Penguatan SDM, Pembangunan Kelembagaan, Pembangunan Sistem
Informasi KEK dan Investasi, Pembangunan Jejaringan Kerja.
Profil Umum
KEK Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kawasan pertama
yang didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan industri
pengolahan pertambangan di koridor ekonomi Sulawesi. Secara geografis, KEK
Palu yang terintegrasi dengan Pelabuhan Pantoloan dan dilalui jalur strategis Alur
Laut Kepulauan Indonesia 2 memiliki potensi strategis sebagai hub antara
kawasan barat dan timur Indonesia. Teluk Palu yang dalam dan lebar
memampukan kawasan ini untuk menjadi jalur perdagangan nasional dan
internasional, antara lain menghubungkan kota-kota di Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua serta negara-negara ASEAN. KEK Palu yang ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 akan mendukung Indonesia yang
merupakan produsen nikel, kakao dan rumput laut yang unggul di dunia.
Terbentuknya KEK Palu juga diharapkan akan mendorong hilirisasi industri logam
dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi agro unggulan di Pulau Sulawesi
seperti kakao, rumput laut, dan rotan.
Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dimiliki, KEK Palu memiliki
beberapa bisnis utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao, rumput laut serta rotan.
Namun KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka industri
lainnya sebagai bisnis pendukung, yaitu industri pengolahan karet, kelapa,
manufaktur dan logistik.
KEK Palu diproyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp 92,4 triliun hingga
tahun 2025 dengan dan menciptakan 97.500 lapangan kerja.
KEK Kota Palu Kegiatan Utama : Infrastruktur Dalam Kawasan : Peraturan Penyelenggaraan :
2. Industri Pengolahan Nikel 12. Kantor Administrator KEK Palu 21. UU No. 39 Tahun 2009
Lokasi : dan Besi 13. Jalan Utama menuju Kawasan KEK Palu Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu, Sulawesi 3. Industri Pengolahan Biji 14. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan 22. PP No. 31 Tahun 2014
Teengah Coklat hingga 400 MW pada 2023 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
4. Industri Pengolahan 15. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara Palu
Luas Area : Rumput Laut telekomunikasi, gedung perkantoran, dan fasilitas ibadah.
1.500 Ha 5. Industri Pengolahan Rotan Administrator :
23. Perda Gub Sulut 309 Thn 2014
Badan Usaha Master Plan : Infrastruktur Wilayah : Pembentukan Administrator KEK
Pembangunan dan 6. Area industri 16. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 24. Perda Kota Palu No. 6 Tahun
Pengelola : 7. Area Komersial TEUs/Th selesai 2023 2014 Tentang Organisasi dan Tata
Pemerintah Kota 8. Area Fasilitas Pelayanan 17. Pembangunan Jalan Pintas Palu – Parigi selesai 2018 Kerja Administrator KEK Palu
Palu 9. Area Perumahan 18. Pembangunan Fly Over KEK – Pelabuhan selesai 2019
10. Area Ruang Terbuka 19. Rencana pengembangan infrastruktur gas, ketenagalistrikan dan Badan Usaha Pengelola :
Proyeksi Tenaga Hijau energi terbarukan kerjasama dengan Pertamina, beroperasi 2019 25. Perda Palu No 9 Tahun 2014
Kerja : 11. Jalan Nasional 20. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai
97.500 orang Wombo beroperasi 2018
28. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
29. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Kota Palu
30. Administrator :
31. Perda Gub Sulut No. 309 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Administrator KEK
32. Perda Kota Palu No. 6 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Administrator KEK Palu
39. Telah terdapat pasokan listrik sebesar 10 MW dan direncanakan hingga 400 MW pada 2023
40. Tersedia infrastruktur dan fasilitas lainnya seperti menara telekomunikasi, gedung
perkantoran, dan fasilitas ibadah.
42. Pengembangan Pelabuhan Pantolan dengan kapasitas 100.000 TEUs/Th selesai 2023
46. Pembangunan bendungan berkapasitas 600 L/detik sumber Sungai Wombo beroperasi 2018
Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan
Palu Utara terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Taipa, Kelurahan Kayumalue Pajeko
dan Kelurahan Kayumalue Ngapa, sedangkan Kecamatan Tawaeli terdiri dari 5
kelurahan yaitu Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya, Kelurahan
Pantolan dan Kelurahan Pantolan Baya, dimana tiap kelurahan memiliki jumlah
penduduk yang berbeda-beda dan berubah-ubahpada tiap tahunnya. Dalam
penentuan jumlah penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
melakukan analisis distribusi terhadap deliniasi kawasan. Hal ini dikarenakan deliniasi
kawasan tidak menggunakan batas administrasi secara utuh. Selanjutnya jumlah
penduduk berdasarkan kelurahan di distribusikan lagi berdasarkan luasan yang
termasuk dalam deliniasi Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Kawasan Pendukung Kawasan
Industri Palu Tahun 2009-2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di tiap kelurahan yang
merupakan deliniasi Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu pada 5 tahun
terakhir, mengalami peningkatan secara berturut tiap tahunnya, pada tahun 2009
Dilihat dari pertumbuhan penduduk yang meningkat secara berturut maka dalam
melakukan estimasi jumlah penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
hingga tahun rencana dapat menggunakan metode proyeksi Pertumbuhan
Eksponensial (Exponential Growth Model) atau Metode Bunga Berganda, dengan
perkiraan tidak akan terjadi fluktuasi. Dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan
penduduk wilayah perencanaan pada periode 20 tahun (2013-2038), selanjutnya akan
dilakukan proyeksi jumlah penduduk berdasarkan metode proyeksi yang telah
dikemukakan diatas. Asumsi dasar aplikasi Exponential Growth Model adalah tingkat
pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu proposional dengan jumlah penduduk
pada tahun sebelumnya. Dan terdapat suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu
tingkat pertumbuhan penduduk, bukan jumlah pertambahan penduduk.
Secara fisik, makin besar jumlah penduduk, makin cepat pula tingkat
pertumbuhannya. Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Pt = P0( 1 + r ) t
Di mana:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t (tahun rencana).
P0 = Jumlahpenduduk pada tahundasar.
r = Presentase pertumbuhan rata-rata.
t = Selangwaktu antara tahundasar dan tahun rencana.
Dari hasil proyeksi penduduk dengan jumlah penduduk diatas diperkirakan jumlah
penduduk Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu hingga akhir tahun
perencanaan Tahun 2038 adalah 54.397 jiwa, yang tersebar di 8 kelurahan yakni :
Kelurahan Taipa 41.248 jiwa, Kelurahan Kayuemalue Pajeko 1.567 jiwa, Kelurahan
Kayuemalue Ngapa 7.044 jiwa, Kelurahan Panau 4.533 jiwa, Kelurahan Lambara 8.361
jiwa, Kelurahan Baiya 2.830 jiwa, Kelurahan Pantoloan 6.733 jiwa, dan Kelurahn
Pantoloan Boya 4.024 jiwa .
Tabel 9.3. Jumlah Penduduk di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu Tahun Proyeksi
Perencanaan
Analisis kebutuhan air bersih untuk Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
didasarkan atas beberapa kegiatan yang menggunakan air bersih, seperti untuk
kegiatan Domestik (Rumah Tangga) sebesar 150 liter/orang/hari, Hidran Umum
sebesar 40 liter/orang/hari, Komersial/ Industri sebesar 30 liter/orang/hari, dan
untuk Pelayanan Sosial sebesar 15 liter/orang/hari. Selain kebutuhan air yang
disebutkan di atas, juga diperkirakan untuk tingkat kebocoran yang mungkin
timbul sebesar 20% dari penggunaan kegiatan perkotaan. Sedangkan pada akhir
tahun perencanaan, diperkirakan kebutuhan akan air bersih pada Kawasan
Pendukung Kawasan Industri Palu sebanyak 12.783.312/liter perhari. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9.4. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kawasan Pendukung Kawasan Industri Palu
Tabel 9.5. Koreksi Proyeksi Kebutuhan Air Baku di Kawasan Pendukung Industri Palu
Sumber : Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR) Pendukung Kawasan
Industri Palu, 2016
Proyeksi kebutuhan air baku (skenario tinggi) untuk Kota Palu dan Kabupaten
Donggala seperti diuraikan pada tabel berikut :
TAHUN (m3/dtk)
NO JENIS KEBUTUHAN
2012 2017 2022 2027 2032
Kota Palu
1 - Domestik/Rumah Tangga 0,61 0,71 0,82 0,95 1,1
- KEK 0,21 0,23 0,25 0,28 0,31
Jumlah 0,82 0,94 1,07 1,23 1,41
Kabupaten Donggala
2
- Domestik/Rumah Tangga 0,31 0,34 0,37 0,41 0,45
1. Data Klimatologi
2. Data Hidrologi
Jumlah hujan tahunan dan hari hujan dari Tahun 1995 sampai dengan Tahun 2011
di masing-masing stasiun hujan ditunjukkan pada tabel dan Peta Isohyet sebagai
berikut :
Data Cekungan Air Tanah (CAT) di WS Palu Lariang ditunjukkan seperti gambar
berikut :
Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Lampiran Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Cekungan Air
Tanah
Potensi ketersediaan air permukaan di DAS Tawaeli dan DAS Lambagu adalah
sebagai berikut :
Tabel 9.8. Potensi Ketersediaan Air Permukaan DAS Tawaeli dan DAS Lambagu
1. Kota Palu
Tabel 9.9. Potensi Sumber Air Baku dan Mata Air Kota Palu
KOTA PALU
1 Sungai Kawatuna Kawatuna Palu Selatan 504
2 Sungai Poboya Poboya Palu Selatan 411
3 Sungai Buluri/ Tipo Tipo Ulujadi 179
4 Sungai Bodi/ Janedo Bodi Palu Utara 180
5 Sungai Taipa/ Tawao Taipa Palu Utara 300
6 Sungai Wombo Pantoloan Palu Utara 269
7 Sungai Watusampu Watusampu Ulujadi 209
8 Sungai Lewara Duyu Marawola 340
9 Sungai Liku Lambara Tawaeli 40
10 Sungai Watutela Palu Timur 73
11 Sungai Uwenumpu Donggala Kodi Ulujadi 362
2. Kota Donggala
Tabel 9.10. Potensi Sumber Air Baku dan Mata Air Kota Donggala
KOTA DONGGALA
Balaesang
1 Sungai Torotonji Malei 223
Tanjung
2 Sungai Tovia Tovia Balaesang 216
3 Sungai Tunu Gimpubia Pinembani 685
4 Sungai Labuan - Labuan -
5 Sungai Bonemarawa Bonemarawa Rio Pakava 60,5
6 Sungai Pantolobete Bonemarawa Rio Pakava 10
7 Sungai Surumana Watatu Banawa Selatan -
8 Sungai Powelua Powelua Banawa 60
Sindue
9 Sungai Simolokiki Tibo 2,3
Tombusabora
10 Sungai Kamonji Tovia Balaesang 20
11 Mata Air Limboro Limboro Banawa Tengah 1,5
12 Mata Air Amma Kungguma Labuan 27
13 Mata Air Tombuolo Toaya Sindue 5
14 Mata Air Konto 1 Alindau Sindue Tobata 196
15 Mata Air Konto 2 Alindau Sindue Tobata 77.85
16 Mata Air Kalukulayu Sibado Sirenja 5
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
Jaringan Jaringan air baku di Kota Palu dikembangkan secara terpisah sesuai dengan
perkembangan kebutuhan penyediaan air baku, meliputi:
DRAFT LAPORAN AKHIR 20
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Kecamatan Palu Barat, terdiri dari: Sumur Dalam Duyu, Sumur DalamSilae, Sumur Dalam
Balaroa, Sungai Kalora, Sungai Buluri;
2. Kecamatan Palu Selatan, terdiri dari: Sumur Dalam Kawatuna, sumurDalam Pengawu, sumur
Dalam Birobuli, Sumur Dalam Lasoani, SungaiKawatuna, Sungai Tamuku;
3. Kecamatan Palu Timur, terdiri dari: Sumur Dalam Tondo, Sungai Watutela, Sungai Pondo;
dan
4. Kecamatan Palu Utara, terdiri dari: Sumur Dalam Mamboro, Sungai Wombo, Sungai Tawaeli,
dan Sungai Taipa.
Untuk daerah Pendukung Kawasan Industri di Kota Palu, yaitu di Kecamatan palu
Utara dan Tawaeli Pelayanan Sistem dan Penyediaan Air Bersih dilaksanakan oleh
PDAM Donggala, Sub Daerah Pelayanan Kota Palu. Terdapat 4 unit Sub Daerah
Pelayanan PDAM Donggala.Jumlah Sambungan Rumah (SR) untuk Daerah Pendukung
Kawasan Industri ini adalah sebesar 1466 SR, dengan pembagian 1.344 SR untuk
Kecamatan Palu Utara dan 112 SR untuk Kecamatan Tawaeli.
Total Sambungan Rumah (SR) terpasang untuk Daerah Pelayanan Kota Palu adalah
13.587 SR (24.97%).Adapun Diagram skematik Daerah Pelayanan PDAM Donggala
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Dengan melihat Skematik di atas, maka untuk Daerah Pelayanan Air Minum untuk
Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli sebagai Penyangga Kawasan Industri
Palu dilayanani oleh Sub Sistem S1 dengan sumber air baku Pantoloan. Dalam sistem
pelayanan untuk jaringan distribusi ada Reservoar Kapasitas 100 M3 dengan debit
aliran 3 lt/detik. Gambar Skematik Sub Sistem S1 dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :
Pemenuhan kebutuhan air domestik saat ini berasal dari PDAM dan Sumur Suntik
yang diusahakan mandiri oleh masyarakat, karena PDAM belum mampu melayani
seluruh kebutuhan air domestik.
Data layanan PDAM untuk Kabupaten Donggala dan Kota Palu adalah sebagai berikut :
Tabel 9.11. Data Layanan Eksisting PDAM Kota Palu dan Kabupaten Donggala
Lokasi KEK Palu berada pada DAS Palu dan gambaran neraca air di DAS Palu seperti
diuraikan pada gambar berikut ini :
Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayas Sungai Palu Lariang, 2014
Rencana sistem penyediaan air baku untuk Kota Palu termasuk KEK Palu direncanakan
akan diambilkan dari Sungai Wombo melalui pembangunan Bendungan Wombo.
Sesuai hasil analisis terhadap proyeksi kebutuhan air baku (skenario tinggi) yang
dilakukan dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Palu Lariang,
Dari hasil simulasi kapasitas tampungan Waduk Wombo, diperoleh data bahwa
ketersediaan air Waduk Wombo hanya mampu untuk :
Dari analisis tersebut tergambar bahwa ketersediaan air dan kebutuhan air baku
untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu adalah sebagai berikut :
Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada tahun 2032 masih terdapat
kekurangan air sebesar 599 ltr/dtk (1.410 ltr/dtk – 811 ltr/dtk = 599 ltr/dtk). Hal
tersebut terjadi akibat data kebutuhan domestik Kota Palu terlalu besar yaitu 1100
ltr/dtk.
Apabila diambil data dari Penyusunan Dokumen Perencanaan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) pendukung Kawasan Industri, diperoleh data bahwa kebutuhan air
domestik kawasan pendukung kawasan industri Kota Palu adalah sebesar 178 ltr/dtk
(Tahun 2038).
Sehingga kebutuhan air untuk kebutuhan domestik dan KEK Kota Palu adalah sebasar
488 ltr/dtk (178 ltr/dtk + 310 ltr/dtk = 488 ltr/dtk). Apabila data proyeksi kebutuhan
air yang digunakan adalah data yang bersumber dari RDTR pendukung kawasan
industri, maka maka kebutuhan air sebesar 488 ltr/dtk tersebut akan dapat dipenuhi
melalui Rencana Pembangunan Waduk Wombo.
Program yang dibuat harus terkorelasi dengan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Permen PU No.
18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan
Komitmen Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 sebagai dasar
pencapaian target pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan
kuantitas.
Kebutuhan air minum Kota Palu saat ini secara kelembagaan dilayani oleh dua
pengelola, yaitu PDAM Kota Palu dan PDAM Kabupaten Donggala. Masing-masing
pengelola mempunyai wilayah layanan sendiri. Sebagian besar masyarakat Kota
Palu (± 80%) dilayani oleh PDAM Donggala, terutama wilayah yang padat
penduduk, sedangkan PDAM Kota Palu sendiri melayani daerah pinggiran.
Konsultan telah mencoba melakukan zonasi pelayanan eksisting berdasarkan
sumber air, tetapi masih perlu dilakukan penataan zonasi yang lebih baik lagi,
sehingga dapat memaksimalkan tingkat layanan.
Sebagai data dasar dalam mendukung pengembangan sistem yang akan dilakukan
adalah dengan membuat pemetaan zona wilayah pelayanan sebagai data eksisting
untuk menganalisa unit air baku, unit produksi, dan unit distribusi yang ada. Dari
hasil pemetaan zona yang dilakukan, maka permasalahan tiap-tiap unit layanan
bisa diatasi dengan cepat dan tepat.
Pemetaan zona wilayah layanan dapat digunakan untuk sebagai dasar dalam
penentuan optimalisasi sistem eksisting. Optimalisasi tersebut meliputi perbaikan
pada unit air baku, unit produksi, maupun unit distribusi. Dari hasil zonasi
pelayanan air bersih di wilayah Kota Palu juga dapat dilakukan kajian terhadap
cakupan pelayanan dibandingkan dengan produksi air masing- masing sumber air
baku.
Pada wilayah Kecamatan Palu Utara dan Palu Barat, sebagian sasaran
pengembangan terklasifikasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Di
samping itu saat ini juga terdapat kompleks perumahan-perumahan yang sedang
dibangun dan tercatat sebagai daftar tunggu pelanggan baik pada PDAM Kota Palu
maupun PDAM Kabupaten Donggala.
Untuk meningkatkan pelayanan air bersih bagi Kota Palu dibutuhkan dukungan
dan kerjasama yang erat dengan wilayah sekitar dalam hal ini Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Sigi. Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan sumber
air baku untuk penyediaan air bersih di Kota Palu. Sumber air baku untuk Kota
Palu harus dijamin ketersediaan dan keberlanjutannya oleh kedua kabupaten
tersebut dan Kota Palu tentu harus memberikan satu penghargaan yang layak atas
pasokan air baku dari kedua daerah tersebut, sehingga tercipta hubungan yang
saling menguntungkan.
Rencana daerah pelayanan air minum Kota Palu sesuai dengan arahan Rencana
Induk ini dibagi dalam 3 Zona Wilayah Layanan. Pembagian 3 Zonasi ini dilakukan
untuk optimalisasi tingkat layanan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan
potensi sumber air yang ada di dalam maupun di luar wilayah administratif Kota
Palu.
Dengan adanya rencana pemanfaatan air baku yang berasal dari Sungai Saluki di
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi, maka daerah-daerah yang direncanakan
dilalui oleh jaringan pipa transmisi juga direncanakan sebagai daerah pelayanan.
Tabel 5. menggambarkan Zonasi untuk Wilayah Daerah Pendukung RDTR
Kawasan Industri Palu, yaitu Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli.
SISTEM JUMLAH
DAERAH TERLAYANI LUAS KECAMATAN LUAS ZONA
ZONA PENDUDUK 2013
Rencana tingkat pelayanan air minum Kota Palu sesuai dengan arahan Rencana
Induk ini direncanakan terkait dengan upaya pencapaian tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs). Air minum dan sanitasi merupakan bagian
dari MDGs Goals 7 target 10 yaitu “Penurunan sebesar separuh, proporsi
penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan
serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015”. Indikator yang digunakan untuk
mengetahui pencapaian target MDGs tersebut adalah:
1. Proporsi penduduk dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan
berkelanjutan, dan
Saat ini untuk Kota Palu dan beberapa Kabupaten lainnya dilayani oleh
PDAM Kota Palu dan PDAM Kabupaten Donggala. Jumlah SR (Sambungan Rumah)
atau domestik berjumlah 21.772 SR (Tahun 2014). Cakupan Pelayanan adalah
sebesar 24.97% untuk Kota Palu, 36.77% untuk Kabupaten Donggala,33.55%
untuk Kabupaten Parigi Moutong dan 26.05% untuk Kabupaten Sigi.
Untuk menunjang kebutuhan air minum dengan tingkat pelayanan di atas, PDAM
Donggala memiliki Kapasitas Sumber 900 Liter/detik, kapasitas Desain 361,5
Liter/Detik, dan kapasitas Produksi 281,8 Liter/Detik.
Terkait dalam merencanakan kapasitas Sistem untuk kebutuhan air minum, maka
proyeksi penduduk dilakukan sampai Tahun 2038 untuk perencanaan Master Plan
(20 tahun). Untuk Tahun 2023 Jumlah Penduduk Proyeksi sebesar 39.223 jiwa.
Tahun 2028 sebesar 43.741 jiwa,Tahun 2033 sebesar 48.779 jiwa. Dan untuk
tahun 2038 sebesar 54.397 jiwa.
Tabel 9.13. Rencana Wilayah Pelayanan Air Minum Daerah Pendukung Kawasan Industri Kota Palu
Dengan Sumber Air Baku
Struktur Tata Ruang KEK Kota Palu telah ditetapkan melalui Perda RTRW Provinsi
2010-2030 (Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan), Seperti disajikan
dalam Peta Struktur Tata Ruang Pengembangan Kawasan Strategis Kota Palu
sebagai berikut :
Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayas Sungai Palu Lariang, 2014
(Sumber : KEK.go.id)
3. Tahapan Pengembangan
Sampai dengan tahun 2017 semua infrastruktur dalam Kawasan KEK Kota Palu sudah
dibangun, kecuali untuk pasokan listrik sebesar 400 MW yang akan dibangun secara
Rencana penyediaan air baku untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu perlu direncanakan
akan diambilkan dari Sungai Wombo melalui Pembangunan Bendungan Wombo.
3. Tinggi Bendungan = 68 m
Dari hasil analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku untuk Kota Palu dan KEK Kota
Palu adalah sebagai berikut :
Rencana Bendungan
Wombo
Kota Palu
178 ltr/dtk
500 ltr/dtk
IPA
B R
D 500 ltr/dtk
KEK Kota Palu
Pompa Pompa
310 ltr/dtk
Gambar 9.12. Skematik Rencana Penyediaan Air Baku Kota Palu dan KEK Kota Palu
Perkiraan Biaya
Sampai akhir bulan November 2017, belum ada Laporan Detail desain yang sudah
selesai untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya Rencana Penyediaan Air Baku
untuk Kota Palu dan KEK Kota Palu.
Dari hasil Studi Kelayakan (FS) Rencana Bendungan Wombo di kabupaten Donggala,
diperkirakan sebesar Rp. 793.918.000.000,-.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
KEK Bitung berlokasi di Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, dan berada
di DAS Pasongdolong (No. 072) WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas. Sesuai dengan
Peraturan Mentri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai,
Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas merupakan Wilayah Sungai Strategis
Nasional. DAS Pasongdolong mempunyai luas 5.394,23 Ha dan diapit oleh DAS Girian
(10.650,95 Ha) dan DAS Batuputih (17.568,62 Ha). DAS Girian dan DAS Batuputih berlokasi di
Kabupaten Minahasa Utara.
Profil Umum
1. KEK Bitung berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara dan ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014. KEK Bitung memiliki lokasi yang sangat strategis dan
merupakan pintu gerbang ekonomi ke negara-negara di Asia Pasifik. Aksesibilitas tersebut
didukung dengan adanya Pelabuhan Hub Internasional Bitung sebagai hub perdagangan bagi
Kawasan Timur Indonesia.
Berjarak 44 km dari Ibukota Manado, KEK Bitung diharapkan dapat menjadi pusat
pertumbuhan dan distribusi barang serta penunjang logistik di kawasan timur
Indonesia.
Dengan total area seluas 534 ha, KEK Bitung berbasis pada keunggulan komoditas
daerah Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di
Indonesia, KEK Bitung fokus pada industri pengolahan perikanan untuk
menghasilkan komoditi ekspor berkualitas internasional. Selain perikanan, KEK
Bitung juga fokus pada industri kelapa beserta produk turunannya yang memiliki
pasar yang sangat luas dan diminati baik dalam skala nasional maupun
internasional.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DRAFT LAPORAN AKHIR 2
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK BITUNG
40. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
41. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
42. Administrator :
43. Perda Gubernur Sulut 309 Tahun 2014 Pembentukan Administrator KEK
45. Perda Sulut No. 3 Tahun 2014 Tentang BUMD PT Sulut Membangun
47. SK Gubernur Sulut 271 Tahun 2014 Tentang Sekretariat Dewan Kawasan KEK Prov Sulut
50. Telah tersedia dan beroperasi Gardu Induk Tanjung Merah 30 MW didalam lokasi KEK Bitung
51. Telah tersedia fasilitas jalan masuk ke kawasan dan gedung perkantoran
53. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung 39 km, target penyelesaian pembangunan fisik
tahap 1 sepanjang 13,5 km Juni 2018.
57. Telah tersedia IPA Tendeki (40 L/detik) dan penyediaan jaringannya
Proyeksi Penduduk Kota Bitung sampai Tahun 2035 seperti diuraikan pada tabel
berikut :
Tabel 10.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bitung
PROYEKSI JUMLAH
NO TAHUN
PENDUDUK (JIWA)
1. 2014 259.237
2. 2015 266.355
3. 2016 273.474
4. 2017 280.592
5. 2018 287.711
6. 2019 294.830
7. 2020 301.948
8. 2021 309.067
9. 2022 316.185
10. 2023 323.304
11. 2024 330.423
12. 2025 337.541
13. 2026 344.660
14. 2027 351.778
15. 2028 358.897
16. 2029 366.016
17. 2030 373.134
18. 2031 380.253
19. 2032 387.371
20. 2033 394.490
21. 2034 401.609
22. 2035 408.727
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
1 Kawasan Ekonomi Total = 400 l/det Tahap Tahap 1 – Zona Tendeki = 75 l/det
Khusus (KEK) Tanjung 1 = 86,25 l/det MA. Tendeki – 40 l/det
Merah Sungai Girian – 300 l/det
2 Kawasan 50 L/det Bendungan Sawangan
Pelabuhan/IHP
3 Kawasan Perdagangan 66 L/det Sesuai zona
& Jasa
4 RTH / Taman Kota 2,6 L/det Sesuai zona
5 Kawasan Pariwisata 10 L/det Sesuia zona
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
T A H UN
NO URA IA N SA T UA N
2015 2020 2025 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 77243 87565 97887 118531
Tingkat pelayanan (Jaringan Perpipaan
2
PDAM) % 50 60 70 90
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 38622 52539 68521 106678
KEBUT UH A N D OM EST IK
Pelayanan rumah tangga = 70% jumlah
4
penduduk terlayani jiwa 27035 36777 47965 74674
5 Kebutuhan air rumah tangga lt/hr/org 120 120 150 150
6 Jumlah kebutuhan air rumah tangga = lt/hari 3244206 4413275 7194690 11201168
jumlah penduduk x kebutuhan air per hari lt/detik 37,55 51,08 83,27 129,64
7 Jumlah sambungan rumah tangga unit 5407 7355 9593 14935
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 11586 15762 20556 32003
9 Kebutuhan air untuk kran umum lt/hr/org 30 30 30 30
10 Jumlah kebutuhan air utk kran umum = lt/hari 347593,51 472850,85 616687,74 960100,15
jumlah penduduk x kebutuhan air/hr lt/detik 4,023 5,473 7,138 11,112
11 Jumlah sambungan untuk kran umum Unit 77 105 137 213
1. Data Klimatologi
Iklim di Kota Bitung hanya terdiri dari 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di
wilayah ini. Pada bulan Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan
karena angin yang bertiup dari arah Barat/Barat Laut banyak mengandung air.
Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi
musim kemarau karena angin yang bertiup dari arah Timur tidak banyak
mengandung air.
2. Data Hidrologi
Jumlah curah hujan di Kota Bitung cukup beragam menurut bulan. Menurut
catatan Stasiun Meteorologi Bitung, curah hujan tertinggi selama tahun 2012
terjadi pada bulan Maret yang mencapai 283,3 mm.Sedangkan pada bulan
September curah hujan mengalami titik terendah yakni hanya 25 mm. Namun
sepanjang tahun 2012 curah hujan rata-rata di Kota Bitung adalah sebesar 142
mm.
Jika melihat perbandingan curah hujan sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun
2003 sampai dengan tahun 2012, terlihat bahwa rata-rata curah hujan yang
terjadi adalah sebesar 154,9 mm/tahun. Selama selang 10 tahun terakhir, dari
data yang ada terlihat bahwa bulan September memiliki curah hujan yang kecil,
yaitu rata-rata 65,29 mm/tahun. Sedangkan curah hujan November dalam selang
waktu 10 tahun terakhir ini memiliki curah hujan tertinggi, yaitu rata-rata sebesar
217,01 mm/tahun. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan data curah hujan di
Kota Bitung selang tahun 2003 s/d tahun 2012.
Tabel 10.6. Perbandingan Curah Hujan Kota Bitung Tahun 2003-2012 (mm)
TAHUN/BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 359.5 138.5 102.1 85 166.2 285.5 98.6 104.5 155.1 118.1
Februari 124.4 78.3 216.8 346 39.3 87.5 85.2 87.9 296.8 141.8
Maret 311.6 103 191 90 201.3 143.8 164.8 70.4 164.1 283.3
Mei 78 190.1 305 253 222.2 136 293.5 220.2 98.5 153.6
Juni 135 56 58.9 248.9 191.5 237 183.9 409.7 208.5 105.4
Juli 95.3 59.8 149.8 1.4 241.9 331.1 66.4 352.8 13.7 151.5
Oktober 62.6 4.9 146.2 25.9 55.4 159.3 144.4 211.6 167.2 100.1
November 69 312.3 276 86.7 367.7 110 312.4 209.2 205.4 221.4
Desember 222.4 138.1 249 166.1 137.7 195.8 109.8 234.3 137.7 202.9
Jumlah 1946.2 1250.2 1980.8 1451.4 1826 2203.9 1599.0 2766.2 1850.5 1703.6
Rata-Rata 162.2 138.9 165.1 121 152.2 183.7 133.3 230.5 154.2 142
Data curah hujan yang dianalisis adalah data 10 tahun terakhir, yaitu periode 2003
- 2012 (Sumber Data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun
Meteorologi Maritim Bitung). Pola curah hujan wilayah kota Bitung dari data yang
diperoleh menunjukkan bahwa rataan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
November, yakni 217.01 mm sedangkan terendah pada bulan September, yakni
65.29 mm. Hasil analisis curah hujan dengan menggunakan pendekatan tipe iklim
Schmidt dan Ferguson menunjukkan bahwa Wilayah kota Bitung adalah termasuk
tipe iklim A (9 bulan basah berturut-turut, 2 bulan lembab dan 1 bulan kering).
Curah hujan rata-rata bulanan di wilayah kota Bitung dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Berdasarkan data dari Stasuin Meteorologi Maritim Bitung diperoleh data jumlah
hari hujan untuk 10 (sepuluh) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2003 s/d 2012
terlihat bahwa rata-rata hari hujan yang terjadi adalah berjumlah 18 hari/bulan.
Ini berarti lebih banyak terjadi hujan dari pada penyinaran matahari selang satu
bulan.
Jika dicermati juga ternyata bulan sepuluh tahun terakhir ini hari hujan terpanjang
terjadi pada bulan Desember dan Januari, yaitu rata-rata 22,2 hari/bulan. Untuk
data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
POTENSI (Q2)
NO LOKASI
Juta m3/th lt/dt/ha
1 Tompaso Baru 24,06 0,61
2 Dataran Tombatu 16,84 2,14
3 Tanawangko 22,05 0,12
4 Kawangkoan 21 0,13
5 Daratan Manado 1,99 0,47
6 Langowan-Remboken 42 0,18
7 Airmadidi 7,88 0,03
8 Maen 13,78 0,29
9 Kabima 79,12 0,35
10 Likupang 11,76 0,22
11 Daratan Beo-Rainis 1,48 0,08
12 Tarun 1,73 0,27
13 Tahuna 1,89 0,6
Jumlah 245,58 5,49
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2012
LOKASI
KODE
NO. KABUPATEN NAMA POS PERIODE DATA
STASIUN DAS
/KOTA
PARAMETER JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Debit Rata-rata 167 186 170 173 158 147 131 123 121 121 142 162
Debit Andalan 80% 119 134 126 129 113 100 90 83 80 80 97 121
Sumber air permukaan dapat berasal dari sungai-sungai yang lokasinya dekat
dengan lokasi KEK Bitung, yaitu S. Pasongdolong, S. Girian dan S. Batuputih,
seperti Skema gambar berikut :
Di Sungai Girian ada potensi rencana bendungan waduk, yang mana airnya dapat
digunakan sebagai suplai air baku untuk Kota Bitung dan KEK Bitung.
2. Mata Air
Sumber air untuk keperluan air baku yang berasal dari mata air yang berada di
Kota bitung tersebar di beberapa lokasi seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 10.11. Lokasi Mata Air Kota Bitung
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
Gambaran Pemanfaatan Air Baku Untuk PDAM Kota Bitung. Berdasarkan realisasi
produksi Tahun 2013 sebagai berikut :
KAPASITAS KAPASITAS
JENIS SUMBER AIR
NO NAMA SUMBER SUMBER TERPASANG
BAKU
(L/det) (L/det)
1 Danowudu I 162,5 135 Mata Air
2 Danowudu II 13,8 20 Mata Air
3 Danowudu III 8 10 Mata Air
4 Kumersot I 32,2 30 Mata Air
5 Kumersot II 24 30 Mata Air
6 Air Ujang 22 20 Mata Air
7 IPA Sungai Girian 200 80 Air Permukaan
8 Sumur Bor Pateten 10,6 12 Air Bawah Tanah
9 Tendeki 2 15 15 Mata Air
10 IG Sagerat 30 30 Mata Air
11 IG Tendeki 50 30 Mata Air
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Lokasi sumber air baku untuk PDAM Kota Bitung seperti digambarkan pada gambar
dan tabel berikut :
Tabel 10.13. Lokasi Sumber Air Baku PDAM Duasudara Kota Bitung
Apabila dianalisis lebih lanjut terhadap Neraca Air Zona Darat Bagian Utara untuk
Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2034 pada Bulan Oktober (pada kondisi debit
minimum) adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 10.14. Neraca Air Zona Darat Bagian Utara (Kondisi Debit Minimum)
6. Potensi Debit 80 80 80 80
Andalan Q80 %
7. Potensi Debit 51 51 51 51
Andalan Q90 %
Sumber : Pola PSDA WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas, Tahun 2014
Dari tabel tersebut, tergambar bahwa, potensi debit andalan air permukaan yang ada
(Q80 dan Q90) masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi seluruh
pengguna termasuk untuk kebutuhan KEK Bitung.
Untuk Rencana Sistem Penyediaan Air Minum dari hasil kajian pada Laporan
Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota 2015-2035, rencana penyediaan air baku
untuk Kota Bitung termasuk KEK Bitung akan mengambil dari sumber air permukaan,
dan hanya 1 (satu) lokasi yang akan mengambil dari sumur dalam yaitu Sumur Bor
Pateten I dengan kapasitas terpasang 12 l/dt.
Rencana sistem penyediaan air baku Kota Bitung mencakup sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan sistem rencana pengembangan meliputi :
2. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum untuk seluruh wilayah kota;
3. Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap, meningkatkan manajemen operasi
dan pemeliharaan pelayanan air minum;
4. Penambahan jaringan distribusi air bersih dari Bendungan Sawangan dan Kuwil
Kabupaten Minahasa Utara ke kota;
1. Sitem sumber
PDAM Kota Bitung saat ini memanfaatkan 8 mata air sebagai sumber airnya,
yaitu: Danowudu 1, Danowudu 2, Danowudu 3, Kumersot 1, Kumersot 2, Aer
Ujang, Tendeki 1, dan Tendeki 2. PDAM Kota Bitung juga memanfaatkan 4 jenis
sumber air, yaitu: IPA Pinokalan, Sumur Bor Pateten 1, Infiltrasi Galeri Sagerat,
dan Infiltrasi Galeri Tendeki. Untuk pemenuhan di masa datang perlu pasokan air
baku dari sumber yang lebih besar dengan peluang membuat waduk di Sawangan
– Sungai Tondano. Berikut adalah tabel sistem penyediaan air minum perpipaan
Kota Bitung beserta jenis sumber dan kapasitasnya.
NO KAPASITAS (l/det)
LOKASI JENIS SUMBER
TERPASANG PRODUKSI
1. Danowudu 1 Mata Air 180 144,05
Dari seluruh sistim yang ada pada tahun 2009, jumlah kapasitas terpasang adalah
482 liter/dtk sedangkan jumlah kapasitas produksi adalah sebesar 293,81
liter/dtk. Kapasitas terpasang yang masih lebih lebih besar dari kapasitas
produksi diakibatkan karena sumber yang dimanfaatkan umumnya adalah mata
air dengan fluktuasi debit yang cukup besar. Juga dikarenakan adanya
kerusakan pada instalasi pengolahan sehingga tidak dimanfaatkan secara
maksimal.
2. Sistem Jaringan
Dalam sistem jaringan air minum PDAM Kota Bitung terdapat beberapa
reservoar. Di Manembonembo terdapat tiga reservoar dengan masing-masing
berkapasitas 1.000 m3, 500 m3, dan 350 m3. Selain itu terdapat juga Reservoar
Rencana daerah pelayanan untuk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bitung akan
diprioritaskan pada 2 hal, yaitu peningkatan pelayanan pada daerah yang sudah
terlayani dan penambahan cakupan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani.
Adapun wilayah kota Bitung yang sudah terlayani jaringan perpipaan dan yang belum
terlayani dapat dilihat pada tabel berikut
1. Ranowulu 11 9 2
2. Matuari 8 7 1
3. Girian 7 7 0
4. Madidir 8 8 0
5. Maesa 8 8 0
6. Aertembaga 10 9 1
7. Lembeh Selatan 7 3 4
8. Lembeh Utara 10 1 9
JUMLAH 69 52 17
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa daerah pelayanan yang masih sedikit adalah di
Kelurahan Lembeh Selatan dan Lembeh Utara. Hal ini karena kedua kelurahan
tersebut terpisah dari pulau utama oleh Selat Lembeh. Untuk Rencana Pengembangan
SPAM Jaringan Perpipaan PDAM dengan system zonasi adalah sebagai berikut:
Tabel 10.17. Rencana Daerah Pelayanan SPAM – Jaringan Perpipaan PDAM Kota Bitung Dengan
Sistem Zonasi
Sagerat 3135
Manembo Nembo Atas 12394
Manembo Nembo )* 4791
Sagerat Weru Satu 2608
Sagerat Weru Dua 2807
Manembo Nembo Tengah 5054
Tendeki )* 2231
Girian Atas )* 4471 Kecamatan Girian
Kumersot )* 1404
Pinokalan )* 6252
Tewaan )* 1226
Danowudu )* 2990
Duasudara 1148
Apela Dua )* 895
Apela Satu )* 391
Pinasungkulan 933
Batuputih Atas 2383
Batuputih Bawah 2151
3. Kadoodan
Mangurer Barat 7209 Kecamatan Madidir
Paceda 5838
Madidir Ure )* 4768
Kodoodan )* 3664
Madidir Weru )* 3236
Madidir Unet )* 6132
Mangurer Timur 5141
Wangurer Utara 4297
Bitung Barat Satu )* 6075 Kecamatan Maesa
Pakadoodan )* 2363
Bitung Barat Dua )* 5912
Sesuai dengan RTRW Kota Bitung, Kawasan Industri di Kelurahan Tanjung Merah
Kecamatan Matuari seluas 534 Ha akan diarahkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), yang menurut Master Plan pengembangannya akan direncanakan
sebagai :
Secara rinci RTRW Kota Bitung Tahun 2013-2033 seperti disajikan dalam gambar
berikut :
Pembangunan sarana dan prasarana di KEK Bitung akan dilakukan secara bertahap
sebagai berikut :
1. Tahap I
2. Tahap II
3. Tahap III
4. Tahap IV
5. Tahap V
1. Peningkatan kawasan industri pengolahan ikan yang terdapat di Kelurahan Wangurer Timur,
Kelurahan Paceda, Kelurahan Aertembaga Satu, Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan
Manembo-nembo, Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan Girian
Bawah, Kelurahan Sagerat;
4. Peningkatan kawasan industri pangan di Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Girian Bawah,
Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Bitung Tengah, Kelurahan Pateten Satu; dan
Untuk Rencana Kapasitas Sistem dengan zonasi akan memanfaatkan system yang ada
dan rencana penambahan sumber air baku. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 IPA Sungai Girian 200 80 74 6
2 Tendeki 1 4 3 3 0
3 Tendeki 2 15 15 12 3
4 IG Sagerat 30 30 37,5 0
5 IG Tendeki 50 30 4,9 25
Jumlah 299 158 131,4 34
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Danowudu I 162,5 135 59,4 75
2 Danowudu II 13,8 20 13,8 5,2
3 Danowudu III 8 10 8 2
4 Aer Ujang 22 20 20 0
Jumlah 206,3 185 101,2 82,2
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Untuk Zona Kadoodan dan Zona Kakenturan, direncanakan akan dibangun IPA
dengan mengambil air baku dari Sungai Kumersot sebesar 200 Liter/detik. Dari IPA ini
KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 MA. Kumersot 1 32,2 30 27,2 2,8
2 MA. Kumersot 2 24 30 24 6
3 IPA Kumersot )* 100 100 0 100
Jumlah 156,2 160 51,2 108,8
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Sumur Bor Pateten 10,6 12 10,6 2
2 IPA Kumersot )* 100 100 0 100
Jumlah 110,6 112 10,6 102
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
Tabel 10.22. Rencana Kapasitas Sistem dalam Pengembangan SPAM Kota Bitung
KAPASITAS RATA-RATA
KAPASITAS IDLE CAPACITY
NO. RENCANA SUMBER TERPASANG PRODUKSI
SUMBER (l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk)
1 Zona Tendeki 299 158 131,4 34
2 Zona Danowudu 206,3 185 101,2 82,2
3 Zona Kadoodan 156,2 160 51,2 108,8
4 Zona Kakenturan 110,6 112 10,6 102
Jumlah 772,1 615 294,4 327
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
1. Penambahan tingkat cakupan pelayanan PDAM menjadi 90% cakupan pelayanan yang dapat
menjangkau semua wilayah Kota Bitung sampai dengan tahun 2035.
2. Pelayanan 24 jam
3. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas dan volume air
bersih dengan jumlah pelanggan PDAM. Dilakukan dengan strategi menambah kapasitas dan
volume sistem tandon (reservoir) sebagai sistem distribusi ke pelanggan PDAM.
4. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu kebijakan dan strategi
pengembangan sistem utilitas air bersih.
Tabel 10.23. Rencana Daerah Pelayanan Perpipaan PDAM Dengan Sistem Zonasi
DAERAH PELAYANAN
ZONA KECAMATAN
EKSISTING TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3
Untuk rencana pengembangan pelayanan tahap 2 dapat dilihat pada peta berikut :
Untuk jaringan perpipaan dalam pengembangan SPAM dibagi menjadi dua, yaitu
jaringan perpipaan PDAM dan jaringan perpipaan Non PDAM. Selama ini untuk
jaringan perpipaan non PDAM berada dibawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Bitung
dengan menggunakan sumber dana dari DAK untuk memberikan bantuan kepada
masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana prasarana air minum. Diharapkan
program ini terus berlanjut dengan sasaran 8 Pusat Lingkungan yang ada di Kota
Bitung dan diprioritaskan wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan perpipaan
PDAM.
Untuk Rencana Anggaran Biaya jaringan perpipaan PDAM akan didasarkan pada zona-
zona yang terbentuk. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
1. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan
Untuk jaringan perpipaan dalam pengembangan SPAM dibagi menjadi dua, yaitu
jaringan perpipaan PDAM dan jaringan perpipaan Non PDAM. Selama ini untuk
jaringan perpipaan non PDAM berada dibawah Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bitung dengan menggunakan sumber dana dari DAK untuk memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana prasarana air minum.
Diharapkan program ini terus berlanjut dengan sasaran 8 Pusat Lingkungan
yang ada di Kota Bitung dan diprioritaskan wilayah yang belum terjangkau
oleh jaringan perpipaan PDAM.
Untuk Rencana Anggaran Biaya jaringan perpipaan PDAM akan didasarkan pada
zona-zona yang terbentuk. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10.24. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Tendeki
Tabel 10.25. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Kadoodan
Tabel 10.26. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan PDAM Zona Kakenturan
Tabel 10.27. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 1
Tabel 10.28. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 2
Tabel 10.29. Rencana Anggaran Biaya Jaringan Perpipaan Non PDAM - Tahap 3
6.460
Sumber : Penyusunan RISPAM Kota Bitung, 2015-2035
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS MOROTAI
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau
Morotai;
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Dehegila, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten
Pulau Morotai;
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pilowo, Desa Falilah, dan Desa Dehegila,
Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai; dan
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pilowo, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten
Pulau Morotai.
KEK Morotai berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sabala WS Halmahera Utara,
yang memiliki luas daerah sebesar 91,16 km2, dan berbatasan dengan DAS Cao
dengan luyas + 30,60 km2 serta DAS Aha dengan luas 67,18 km2.
Profil Umum
Dilintasi oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia III yang juga merupakan jalur migrasi
ikan tuna, KEK Morotai merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan
perikanan. Dengan potensi yang dimiliki, KEK Morotai akan menjadi pusat industri
perikanan didukung dengan logistik yang akan menjadikan Pulau Morotai hub
internasional di kawasan timur Indonesia.
21. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
22. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Morotai
24. Surat Bupati Morotai Tentang Penetapan PT. Jababeka sebagai BU Pembangun dan
Pengelola KEK Morotai
29. Telah dilakukan pembebasan lahan seluas seluas 300 ha. Saat ini sedang dalam proses
pembangunan kawasan tahap I, meliputi homestay dan cold storage
30. Akses jalan Lingkar Morotai telah terbangun 80% selesai akhir 2016
Tabel 11.2. Proyeksi Perkiraan Jumlah Penduduk Kecamatan Morotai Selatan Hingga Tahun 2036
1 2017 22.873
2 2021 28.464
3 2026 37.413
4 2031 49.174
5 2036 64.633
Sumber: Diolah dari Buku Master Plan Air Bersih Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2016
Merujuk kepada tabel proyeksi perkiraan jumlah penduduk diatas, maka dapat
dihitung perkiraan kebutuhan air dimasa mendatang dengan menggunakan
Standar Kebutuhan Air DirJend. Cipta Karya Kementerian PU, sebagaimana
diuraikan pada table berikut :
Tabel 11.3. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik Penduduk Kec. Morotai Selatan Kab. Pulau Morotai
NO TAHUN
URAIAN SATUAN
2017 2021 2026 2031 2035
1 Jumlah penduduk total jiwa 22.873 28.464 37.413 49.174 64.633
Tingkat pelayanan (Jaringan
2 % 50 60 70 80 90
Perpipaan PDAM)
3 Jumlah penduduk terlayani jiwa 11.136 17.078 26.189 39.339 58.35
KEBUTUHANDOMESTIK
Pelayanan rumah tangga=
4 70% jumlah penduduk jiwa 7.795 11.955 18.332 27.537 40.845
terlayani
Kebutuhan air rumah
5 lt/hr/org 90 90 90 90 90
tangga
Jumlah kebutuhan air
rumah tangga= jumlah lt/hari 701.55 1.079.550 1.649.880 2.478.330 3.676.050
6
penduduk x kebutuhan air
perhari lt/detik 8,12 12,49 19,09 28,68 42,55
Jumlah sambungan rumah
7 unit 1.559 2.391 3.666 5.507 8.169
tangga
8 Pelayanan Kran Umum jiwa 3.34 5.124 7.857 11.802 17.505
Kebutuhan airuntuk kran
9 lt/hr/org 30 30 30 30 30
umum
Kebutuhan air baku sebagaimana yang diuraikan didalam Buku Pola Pengelolaan SDA WS
Halmahera Utara tahun 2014, ditampilkan sebagaimana pada tabel berikut :
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012. Berdasarkan Standar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2006
Tabel 11.9. Rekapitulasi Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI) WS Halmahera Utara Menurut DAS Tahun 2012 -2032
(Wilayah Morotai Selatan dan Morotai Selatan-Barat)
Daerah irigasi yang berada di Daerah Aliran Sungai Sabala adalah Daerah Irigasi
Aha dengan luas sebagai berikut :
DI Aha
1386 l/dtk
Potensial Fungsional
Laut
Gambaran Neraca Air di DAS Sabala seperti diuraikan pada gambar berikut:
Kebutuhan Air Baku untuk KEK Morotai direncanakan pada daerah pembangunan
tahap I, yaitu kawasan industri dan ekonomi seluas 1.101,76 ha, serta pada
kawaasan wisata seluas 640 ha.
4. Kebutuhan penyediaan air baku untuk kawasan industri, komersial dan perkantoran seluas
1.101,76 ha membutuhkan air sebesar 165,26 ltr/dtk/ha
5. Kebutuhan penyediaan air baku untuk kawasan pariwisata seluas 640 ha membutuhkan air
sebesar 96,00 ltr/dtk/ha
Penyediaan air bersih di Kabupaten Pulau Morotai diperoleh dari berbagai sumber,
seperti dari sumur, mata air, sungai dsb. Di Ibukota Kabupaten Pulau Morotai yakni di
Kecamatan Morotai Selatan menggunakan sumber air bersih yang dikelola oleh
PDAM, sedangkan pada daerah pedesaan dan pinggiran kota penyediaan air bersih
diusahakan oleh masyarakat secara individual yang bersumber dari sumur (air tanah)
dan sebagian telah memperoleh bantuan pembangunan sarana dan prasarana dari
pemerintah, terutama pada daerah yang memiliki sumber mata air dengan sistem
perpipaan, sebagian desa dibantu dengan menggunakan sumur artesis dengan sistem
pompanisasi.
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Pulau Morotai yang sebelumnya
adalah merupakan kantor cabang PDAM Morotai berasal dari PDAM Halmahera Utara
(kabupaten induk) setelah terjadi penyerahan asset PDAM ke Kabupaten Pulau
Morotai, maka PDAM cabang Morotai berubah menjadi PDAM Kabupaten Pulau
Morotai sesuai dengan peraturan daerah Nomor 04 Tahun 2012 tanggal 12 September
2012 tentang Pendirian Perusahan Daerah Air Minum kabupaten Pulau Morotai dan
Pelayanan air minum di Kabupaten Pulau Morotai yang menyediakan air bagi
kebutuhan masyarakat meliputi Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai
Utara, sedangkan yang beroprasi hanya di kecamatan Morotai Selatan. Sumber air
yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistim penyediaan air minum PDAM
Kabupaten Pulau Morotai berasal dari air permukaan (mata air).
Masalah yang dihadapi PDAM Kabupaten Pulau Morotai saat ini adalah :
1. PDAM Daruba beroperasi menggunakan listrik PLN apabila ada gangguan listrik (listrik
padam), maka pelayanan air bersih di PDAM tidak bisa beroperasi
2. Kapasitas produksi/terpasang yang kecil sehingga sebagian pelanggan yang tinggal di daerah
ketinggian kurang mendapat pelayanan air bersih
Gambar 11.10. Kondisi Esksisting Sumber Air Baku PDAM Yang Telah Di Fungsikan
Ketersediaan Air di Daerah Aliran Sungai Sekitar KEK Morotai Kabupaten Pulau
Morotai, Provinsi Maluku Utara. KEK Morotai berlokasi di Kecamatan Morotai Selatan
Kabupaten Pulau Morotai, dan KEK Morotai berada pada Wilayah Sungai Halmahera
Utara, serta berada pada Daerah Aliran Sungai :
Ketersediaan Sumber Air Baku sesuai data yang diperoleh dari Laporan Pola
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Halmahera Utara, diperoleh data.
1. Mata Air
Dalam WS Halmahera Utara dijumpai beberapa mata air yang berpotensi sebagai
penyedia air baku dengan debit bervariasi antara 0,1 s/d 500 ltr/dtk, seperti
terlihat dalam tabel berikut :
Di Pulau Morotai terdapat Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu CAT Daruba-Bere Bere.
Nilai imbuhan air tanah yang berada pada DAS Sabala dan DAS Cao adalah sebagai
berikut :Penyebaran wilayah CAT dalam Pulau Morotai dapat dilihat pada gambar
berikut :
Tabel 11.12. Imbuhan Air Tanah yang Berada pada DAS Sabala Dan DAS Cao
Q1 Q2
NO. DAS DAS 3
KETERANGAN
(Juta m /th) (Juta m3/th)
92 Cao 79 0 Q1 : Jumlah Imbuhan Air Tanah Bebas
93 Sabala 35 0 Q2 : Jumlah Imbuhan Air Tertekan
Ketersediaan Air Baku di DAS Sabala dan DAS Cao adalah sebagai berikut :
Tabel 11.13. Ketersediaan Air Baku di DAS Sabala Dan DAS Cao
KAJIAN BESARAN POTENSI AIR BAKU DAN AIR TANAH YANG DAPAT DISEDIAKAN
1. Pulau Rao
3. Pulau Kolorai
Pelayanan air minum di Kabupaten Pulau Morotai yang menyediakan air bagi
kebutuhan masyarakat meliputi Kecamatan Morotai Selatan dan Kecamatan
Morotai Utara, sedangkan yang beroperasi hanya di Kecamatan Morotai Selatan.
Sumber air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistem air PDAM
Kabupaten Pulau Morotai berasal dari air permukaan (mata air).
Sistem penyediaan sarana air bersih Kecamatan Morotai Selatan berasal dari
Sungai Marileke, yang ditampung pada reservoar dengan kapasitas volume ± 200
m3 yang terdapat pada Desa Totodoku atau Desa Joubela. Debit yang dihasilkan
sebesar 50 ltr/dtk dengan kapasitas pompa 22 ltr/dtk Debit yang digunakan
sebesar 17,6 ltr/dtk (80%).
Tabel 11.14. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2014
SISTEM
NO URAIAN SATUAN KETERANGAN
PERPIPAAN
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan % 44,53
3 Kapasitas Produksi ltr/dtk 20
4 Kapasitas Terpasang ltr/dtk 80
5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 2,06
6 Jumlah Kran Air Unit
7 Kehilangan Air (UFW) % 62,64
3
8 Retribusi/Tarif (rumah Tangga) m 2
9 Jumlah Pelanggan per Kecamatan
- Kecamatan Morotai Selatan Pelanggan 1,987
- Kecamatan Morotai Utara Pelanggan 73
(Sumber: PDAM Kabupaten Pulau Morotai)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pelayanan air minum di Kabupaten Pulau
Morotaidengan jumlah pelanggan sebanyak 2.060 pelanggan yang tersebar di 2
kecamatan yakni Kecamatan Morotai Selatan 1.987 pelanggan dengan kapasitas
sumber 80 ltr/dtk dan kapasitas produksi/terpasang 37,5 ltr/dtk, Kecamatan
Morotai Selatan Barat 73 pelanggan dengan kapasitas sumber 3 ltr/dtk dan
kapasitas produksi/terpasang 5 ltr/dtk.
Dari data Kebutuhan Air Baku untuk KEK Morotai guna memenuhi Kebutuhan
Industri dan Pariwisata tidak terlalu besar, yaitu pada Tahun 2017 sebesar 2,9
ltr/dtk dan pada Tahun 2036 sebesar 4,0 ltr/dtk, kemudian untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja langsung yang diproyeksikan akan mencapai 30.000 orang
(pada Tahun 2025), diperlukan tambahan kebutuhan air baku sebesar :
Dari data sistem penyediaan dan pengolahan air bersih di Kabupaten Pulau
Morotai tercatat bahwa :
Alternatif sumber air baku lainnya juga tersedia, yaitu sumber air baku yang
berasal dari Bendung Aha di Sungai Pilowo pada DAS Sabala.
Dari data neraca air di DAS Sabala tercatat bahwa pemanfaatan sumber air baku
yang ada maksimum adalah untuk.
Dari data Q80 adalah sebesar 274 ltr/dtk, dan Q90 adalah sebesar ~ 220,0 ltr/dtk,
sehingga berdasarkan data debit andalan Q90, air baku yang baku yang bisa
digunakan hanya berkisar 220 ltr/dtk – 105,4 ltr/dtk = 114,6 ltr/dtk
Dari data neraca air DAS Sabala, sumber air baku dari Sungai Pilowo di DAS Sabala
masih tersisa sumber air baku sebesar 114 ltr/dtk yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan KEK Morotai.
Lokasi sumber air dari Bendung Aha sampai ke lokasi KEK Morotai hanya berkisar ± 5,0
Km.
Berdasarkan hasil analisis pada sub bab sebelumnya, rencana penyediaan air baku
untuk lebutuhan domestik dan KEK Morotai bersumber dari air permukaan dari DAS
Sabala
Alternatif sumber air baku lainnya juga tersedia, yaitu sumber air baku yang berasal
dari Bendung Aha di Sungai Pilowo pada DAS Sabala.
1. Dalam rencana struktur ruang dan sistem perkotaan nasional, maka didalam KSPN Morotai
terdapat Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berlokasi di Daruba.
2. Dalam rencana struktur ruang dan sistem perkotaan nasional, maka didalam KSPN Morotai
terdapat Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berlokasi di Daruba.
3. Dalam rencana struktur ruang dan fungsi kotanya, maka di dalam KSPN Morotai terdapat
Jaringan Jalan Lintas Nasional yang berlokasi dibagian timur Pulau Morotai yang
menghubungkan Kota Daruba dengan Bere-bere.
4. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung
5. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
andalan Tenate, Tidore, Sindangoli, Weda dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perkebunan, perikanan laut, industri, pertambangan dan wisata.
6. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Perda Provinsi Maluku Utara Nomor 2 Tahun 2013
Tentang RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2013–2033
7. Dalam rencana struktur ruang dan sistem kota-kota, maka KSPN Morotai termasukpada
Wilayah Pengembangan IV (WPIV) dengan pusat pelayanan di Darubayang merupakan
Ibukota Kabupaten dan berfungsi sebagai Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN)
8. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung.
9. Dalam rencana kawasan strategis, maka KSPN Morotai termasuk dalam kawasan strategis
provinsi atau disebut Kawasan Strategis Morotai dikembangkan untuk sektor pertahanan
dan keamanan, Kawasan Ekonomi Khusus dan Pariwisata yang diarahkan pada:
1. Pengembangan untuk mendukung fungsi sebagai kawasan pertahanan dan keamanan yang
merupakan PKSN;
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
2. Pengembangan untuk kegiatan perikanan dan kelautan;
6. Pengembangan pariwisata.
7. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Perda Kabupaten Pulau Morotai Nomor 7 Tahun
2012 Tentang RTRW Kabupaten Pulau Morotai
8. Dalam rencana pusat-pusat kegiatan, maka pada wilayah KSPN Morotai terdapat Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yaitu Daruba dan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)
yaitu Wayabula serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang tersebar pada setiap pusat-
pusat desa.
9. Dalam rencana pola ruang, maka KSPN Morotai diarahkan untuk pengembangan kawasan
hutan lindung, hutan lindung promosi, sempadan pantai dan sungai, kawasan lindung laut,
hutan produksi terbatas, kawasan perkebunan konservasi, mangrove, pangkalan angkatan
udara, terumbu karang, hutan produksi promosi perkebunan, TPLB, TPLK, kawasan
permukiman serta kawasan perkantoran Pemda.
10. Dalam rencana kawasan strategis, maka wilayah KSPN Morotai diarahkan untuk
pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
11. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014
tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)Morotai
Secara spasial KEK Morotai terdiri dari empat zona yaitu zona pengolahan
ekspor, zona logistik, zona industri dan zona pariwisata.
14. Dalam rencana perwilayahan pembangunan KSPN Morotai termasuk dalam Destinasi
pariwisata Nasional (DPN) Halmahera–Morotai dan sekitarnya
15. Dalam rencana pengembangannya, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN) Morotai
merupakan salah dari 88 KSPN di wilayah Indonesia.
21. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) III mencakup wilayah Kecamatan Morotai
Utara dan Kecamatan Morotai Jaya.
22. Mengembangkan fasilitas layanan wisata terpadu dalam rangka pembentukan simpul-simpul
pusat pelayanan skala regional dan lokal pada KSPN Moroatai adalah sebagai berikut :
23. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) I dengan pusat pelayanan utama di Daruba yang
dibantu oleh pusat pelayanan di Sangowo. Pusat pelayanan pariwisata di Daruba merupakan
simpul gerbang wisata Kabupaten Pulau Morotai sehingga diarahkan pelayanannya berskala
regional sedangkan di Sangowo diarahkan berskala lokal.
(Sumber : KEK.go.id)
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 11.19. Master Plan KEK Morotai
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan Ekonomi Khusus Morotai sesuai PP No. 50 Tahun 2014 meliputi areal
seluas 1.101,76 Ha, dengan pengembangan kegiatan tersebar di beberapa bagian
wilayah pulau morotai dengan luas keseluruhan 15.000 ha, dengan 4 sektor bisnis
yaitu pariwisata, perikanan, logistik dan eksport, seperti yang terlihat pada
gambar berikut :
Sesuai dengan PP 50 tahun 2014 seluas 1.101,76 hektar dengan 4 skala prioritas
zona yaitu zona Industri, zona logistik, zona pariwisata, dan zona pengelolaan
eksport., energi, pengembangan teknologi. Sedangkan untuk kawasan pariwisata
akan dikembangkan seluas 640 ha. Adapun master plan pengembangan tahap 1
dapat dilihat pada gambar berikut :
Melihat kepada kondisi eksisting yang berlaku saat ini, serta skala pembangunan
KEK Morotai yang sangat kompleks, maka terkait dengan penyediaan kebutuhan
air baku pendukung kegiatan KEK didekati dengan membagi skenario
pembangunan bertahap, yaitu :
DRAFT LAPORAN AKHIR
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Tahapan pembangunan periode 2017-2022;
Hingga saat ini baru dibebaskan 200 hektar sementara dalam proses sertifikasi hak
guna bangunan. Dalam perjalannnya, KEK Morotai baru melaksanakan pembanguna
Tahap I, berupa :
Sedangkan kegiatan fungsional lainnya yang sedang dibangun didalam kawasan tahap
1 yaitu home stay, yang saat peninjanauan lapangan dalam proses pelaksanaan
Untuk kegiatan pariwisata didalam lingkungan KEK Morotai, PT. Jababeka Morotai
megusahakan pengelolaan Cottage De Aloha seluas + 4.ha, yang meiputi fasilitas
cottage sebanyak 20 unit serta 1 unit restoran. Dimana pada tahun mendatang jumlah
cottage akan ditambah menjadi 100 unit, beserta sarana rekreasi lainnya.
Status pengembangan yang terkait dengah rencana penyediaan air baku saat ini
belum mulai dilaksanakan termasuk persiapan yang berupa rencana penyediaan air
baku untuk KEK Morotai.
Sesuai dengan perhitungan analisis kebutuhan air baku pada wilayah pengembangan
KEK Morotai Tahap 1, besaran kebutuhan air baku domestik dan Kecamatan Morotai
Selatan serta kebutuhan air baku KEK, adalah sebagai berikut :
Tabel 11.15. Tahap Penyediaan Kebutuhan Air Baku Wilayah Pengembangan KEK
Melihat pada tabel di atas, jumlah kebutuhan total air baku hingga periode tahun
2028-2035 sebesar 417,89 ltr/dtk, dimana skenario penyediaan air baku ini terbagi
kedalam 3 tahapan yaitu :
1. Tahap periode tahun 2017-2022 dikembangkan sebesar 137,58 lt/det. Atau 60% dari total
kebutuhan air baku
Kebutuhan penyediaan air baku untuk periode tahun 2017-2022 dapat didukung dari
sumber air permukaan Bendung DAS Aha, dimana debit air yang tersedia sebesar
1.386 ltr/dtk dan setelah dikurangi untuk kebutuhan irigasi sebesar 1.200 ltr/dtk
Masih tersisa 186 ltr/dtk.
Sedangkan untuk kebutuhan pada periode tahun 2023-2037 sebagian masih dapat
menggunkan sumber air permukaan dari Bendung DAS Aha sebesar 42,42 ltr/dtk dan
sisa kekurangannya diupayakan dari DAS lain yang terdekat dengan wilayah KEK.
Antara lain DAS Sabala, dan DAS Cao
Skenario rencana penyediaan air baku untuk KEK Morotai diuraiakan sebagai berikut :
Ketersediaan air pada DAS Sabala pada saat musim kering (Bulan Desember) adalah
sebagai berikut :
Pemakaian air selain untuk KEK yaitu untuk aliran pemeliharaan 54,9 ltr/dtk, irigasi
39 ltr/dtk dan RKI 11,5 ltr/dtk, dengan total 165,4 ltr/dtk sehingga masih ada
ketersediaan air baku 144,6 ltr/dtk.
Dari analisa keseimbangan air tersebut, untuk memenuhi kebutuhan KEK Morotai
masih keekurangan air sebesar 417,89 ltr/dtk – 350,60 ltr/dtk – 87,29 ltr/dtk perkiraan
sebesar 100 ltr/dtk.
Kekurangan air ini dapat diperoleh dari sumber air DAS Cao yang mempunyai debit
andalan Q80 sebesar 1.986 ltr/dtk, dan Q90 sebesar 1.310 ltr/dtk
Perkiraan Biaya
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
1 Pekerjaan Perpipaan unit 1,00 200.000,00 200.000,00
2 Pekerjaan Tanah Intake Sadap unit 1,00 400.000,00 400.000,00
3 Pekerjaan Struktur Intake 140 l/det. (mulut intake Bak Penampung, Ruang unit 1,00 2.200.000.000,00 2.200.000.000,00
Operasional, Ruang Pompa)
4 Pekerjaan lain-lain Bangunan Intake unit 1,00 170.000.000,00 170.000.000,00
5 Pekerjaan Tanah IPA unit 1,00 35.000.000,00 35.000.000,00
6 Pekerjaan Struktur IPA 140 l/det. unit 1,00 8.350.000.000,00 8.350.000.000,00
7 Pekerjaan Pengadaan/Pemasanagan Perpipaan dan Akses Bangun IPA unit 1,00 3.100.000.000,00 3.100.000.000,00
8 Pekerjaan Pembubuh Kimia unit 1,00 220.000.000,00 220.000.000,00
9 Pekerjaan Saluran Drainase Dan Bak Kontrol unit 1,00 540.000.000,00 540.000.000,00
10 Pekerjaan Lain-Lain IPA unit 1,00 180.000.000,00 180.000.000,00
11 Pekerjaan Mekanikal Elektrikal unit 1,00 3.100.000.000,00 3.100.000.000,00
12 Pekerjaan Landscaping IPA unit 1,00 34.000.000,00 34.000.000,00
13 Reservoar 1200 m3(10x10x12) unit 1,00 11.200.000.000,00 11.200.000.000,00
14 Bangunan Penunjang IPA (Rumah Pompa) unit 1,00 650.000.000,00 650.000.000,00
15 Bangunan Penunjang Intake IPA & Booster (Rumah Genset-3 unit) unit 1,00 820.000.000,00 820.000.000,00
16 Bangunan Penunjang IPA (Kantor) unit 1,00 620.000.000,00 620.000.000,00
17 Pekerjaan Jembatan Pipa unit 1,00 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00
18 Pekerjaan Pipa Transmisi (Intake ke IPA) unit 1,00 32.000.000.000,00 32.000.000.000,00
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG KELAYANG
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Lokasi KEK Tanjung Kelayang Lokasi KEK Tanjung Kelayang berlokasi di kecamatan
Sijuk Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka –Belitung. Lokasi KEK Tanjung
Kelayang berada di DAS Sijuk wilayah sungai Belitung dengan luas DAS adalah 3.041,9
Ha.
Sesuai dengan Peraturan Mentri PUPR No. 04/PRT/M/2015, tentang kriteria dan
penetapan wilayah Sungai, wilayah sungai Belitung merupakan wilayah lintas
Kabupaten dan pengelolaanya wilayah kewenangan Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka – Belitung.
Profil Umum
Dengan total luas wilayah sebesar 324,4 Ha, KEK Tanjung Kelayang memiliki
konsep pengembangan pariwisata, yaitu “Socially?? and Environmentally
Responsible Development and Cultural Preservation”. Dengan konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, KEK ini
diharapkan mampu menarik investasi sebesar Rp 20 triliun hingga 2025, serta
mendatangkan 59.000 wisatawan per tahun dengan nilai ekonomi Rp 751,4 miliar
per tahun pada saat KEK ini sudah beroperasi penuh.
tahun 2022 12. Polo & Equestrian 36. Peningkatan kapasitas TPA Gunung Sadai menjadi 8 ha.
Club
13. Future Hotel
Develpoment
14. Estate Management
& Waste Trestment
Facillity
15. Future Hotel
Develpoment
16. Solar Panel Farm
17. Water Reservoir
18. Buffer Zone
19. Residential Villas
20. Nature Trail (Start
Point)
21. Hotel Resort
(Sumber kek.go.id)
43. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
44. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2016 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Kelayang
52. Drainase
54. Telekomunikasi
60. Perpanjangan runway dari 2.250 menjadi 2.500 m Bandara HAS Hanandjoeddin
63. Pembangunan GI Tanjung Tinggi (2×30 MVA) dan transmisi 70 kV (GI Dukong-GI Tanjung
Tinggi)
(Sumber : KEK.go.id)
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Sijuk dan Kabupaten Belitung dari Tahun 2013
sampai dengan Tahun 2035 adalah seperti Diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 12.2. Proyeksi Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Belitung Periode Sampai
Tahun 2035
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KABUPATEN LUAS AREA
NO KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
(km2)
2013 2015 2020 2025 2030 2035
KABUPATEN 1 Membalong 909,55 25,95 27,363 31,24 35,667 40,72 46,49
BELITUNG 2 Tanjung Pandan 378.45 92,79 97,841 111,705 127,534 145,605 166,237
3 Badau 458,20 13,817 14,569 16,634 18,991 21,681 24,754
4 Sijuk 413,99 28,726 30,29 34,582 39,482 45,076 51,464
5 Selat Nasik 133,50 6,321 6,665 7,61 8,688 9,919 11,324
Jumlah 2293,69 167,604 176,728 201,77 230,36 263,002 300,269
KABUPATEN 1 Dendang 362,20 12,566 13,296 15,313 17,636 20,311 23,392
BELITUNG 2 Simpang Pesak 243,30 5,271 5,577 6,423 7,398 8,52 9,812
TIMUR 3 Gantung 546,30 14,224 15,051 17,334 19,963 22,991 26,478
4 Simpang Renggang 390,70 45,044 47,662 54,891 63,217 72,806 83,85
5 Manggar 465,90 7,055 7,465 8,597 9,901 11,403 13,133
6 Damar 0,00 25,647 27,137 31,254 35,994 41,454 47,742
7 Kelapa Kampit 498,51 4,66 4,931 5,679 6,54 7,532 8,675
Jumlah 2506,91 114,467 121,119 139,491 160,65 185,017 213,081
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015
Proyeksi Kebutuhan Air Baku untuk keperluan air domestik dan non domestik di
kecamatan Sijuk dan Kabupaten Belitung dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun
2035 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 12.4. Kebutuhan Air Non Domestik (m3/hr) Berdasarkan Kabupaten Belitung Sampai Dengan
Tahun 2035
Tabel 12.5. Kebutuhan Air Non Domestik (m3/hr) Berdasarkan Kabupaten Belitung Sampai Dengan
Tahun 2035
NO EKSISTING TAHUN
DESKRIPSI SATUAN
2015 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035
1 Jumlah Penduduk Wilayah
Administrasi (3 desa) 9.909 10.364 10.599 10.840 11.086 12.361 13.783 15.367
Jiwa
Tingkat Pelayanan 30% 65% 100% 100% 100% 100% 100%
%
Penduduk Terlayani 3.109 6.890 10.840 11.086 12.361 13.783 15.367
Jiwa
2 Kebutuhan Air Minum 3
Desa Pendukung Kawasan
Wisata
Keterangan :
3. Desa Keciput
4. Kawasan KEK
Dari data tersebut, diperoleh data kebutuhan air untuk desa pendukung kawasan
Wisata dan kawasan KEK Tanjung Kelayang adalah sebagai berikut
1. Data Klimatologi
Wilayah Sungai Belitung mempunyai iklim yang di pengaruhi oleh tipe ekuatorial
dan monsoonal. Akibat pengaruh 2(dua) tipe ini, menyebabkan kondisi iklim di
wilayah sungai sangat dipengaruhi oleh kekuatan angin Barat dan angina Timur,
sehingga jika kedua jenis angina pembawa sifat monsoonal ini lemah maka yang
terjadi di wilayah ini adalah equatorial.
Berdasarkan data iklim dari Tahun 1998- 2009, menunjukan bahwa pola hujan
Bulanan yang terjadi, mempunyai 2(dua) puncak, yaitu pada bulan April dan
Suhu udara berkisar antara 23,2- 30,5 0 C dengan rata-rata sekitar 26,5 0C.
2. Data Hidrologi
Kondisi curah hujan dan hari hujan di kabupaten Belitung, seperti disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 12.7. Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Belitung
DAS Sijuk dengan luas daerah aliran sungai sebesar 3.041,9 Ha, mempunyai
potensi debit air permukaan rerata sebesar 3,89 m 3/dt.
7 Kolong Membalong Kec. Membalong, Ds. Sudah dikembangkan 2 (KEDALAM 2-4) 60000 10 10 Potensi Pengembangan 10 Dimanfaatkan UPTD SPAM
Membalong ltr/det
8 Kolong Badau Kec. Badau Belum dikembangkan -
9 Kolong Selat Nasik ( Kolong Pasir ) Kec. Selat Nasik Belum dikembangkan 2 (KEDALAM 2-4) 60000 10 Potensi Pengembangan 5 DED Oleh BBWS Sumatera
ltr/det VIII TA. 2008
10 Desa Pulau Seliuk Kec. Membalong Belum dikembangkan 0,5 (KEDALAM 1-3) 10000 5 Potensi Pengembangan 2,5 DED Oleh BBWS Sumatera
ltr/det VIII TA. 2007
11 Kolong (sungai Kebangnungsai 1) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 9.7 289500 27.9
Membalong
12 Kolong (Sungai Belian) Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 12.9 385800 37.2 10 Sumber Air Bersih PDAM
Perepat Kota Manggar
13 Kolong Perepat Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 69.6 2088300 201.4
Perepat
14 Kolong Sungai Dudat Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 5 (10 M) 60000 44.5 t.a.d Rencana Sumber Air Bersih
Lassar PDAM
15 Kolong Sungai Merah Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 9.6 289200 27.9
Lassar
16 Kolong Sungai Batang Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 12.7 381300 36.8
Lassar
17 Kolong Sungai Jukut Kec. Membalong, Ds. Potensi dikembangkan 15.9 206100 19.9
Simpang Rusa
35 kolong badau Kec. Badau, Ds. Badau Potensi dikembangkan 12.2 366000 35.3
42 Kolong Air rasau Kec. Badau, Ds. Badau Sudah dikembangkan 4 (KEDALAM 4-6) 200000 20 5 Potensi Pengembangan 10 Di bangun oleh Satker PK-
ltr/det PAM
Potensi Kolong Kab. Belitung Sub Total
Potensi Kolong WS Belitung Total
Sumber : Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap II, 2015
Dari data peta Hidrogeologi WS Belitung, diperoleh data bahwa di lokasi KEK
Tanjung Kelayang, produktifitas akuifer merupakan daerah air tanah langka,
sebagai mana dijelaskan seperti pada gambar berikut :
9. Kehilangan Air : 30 %
Kondisi SPAM Kecamatan Sijuk dapat digambarkan seperti uraian sebagai berikut :
Gambaran neraca air DAS Sijuk dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2035 seperti disajikan pada tabel berikut :
Ada 3 (tiga) alternatif rencana sistem penyediaan air minum untuk KSPN dan KEK
Tanjung Kelayang. Justifikasi usulan pengembangan SPAM tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Keuntungan
1. Sistem telah dirancang dan saat ini sedang dalam proses pembangunan embung.
3. Pembebasan lahan untuk bangunan penangkap air dan lahan untuk instalasi pengolahan
sudah dibebaskan oleh Pemerintah Daerah.
5. Kelemahan
6. Letak sumber air baku jauh dari rencana daerah pelayanan (Kawasan Wisata Tanjung
Kelayang serta Kawasan Pendukung, yaitu: Desa Tanjung Binga, Tanjung Tinggi dan Desa
Keciput).
7. Sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, sehingga biaya investasi sangat
mahal (biaya investasi untuk pengolahan dan pompa serta pipa distribusi yang sangat
panjang).
9. Keuntungan
10. Sumber air dekat dengan rencana daerah pelayanan (Kawasan Wisata Tanjung Kelayang
serta Kawasan Pendukung: Desa Tanjung Binga, Tanjung Tinggi dan Desa Keciput).
11. Meskipun sistem memerlukan pengolahan serta menggunakan pompa, namun biaya
investasi lebih murah karena pipa distribusi lebih pendek.
12. Kelemahan
13. Sumber air merupakan kolong tadah hujan, sehingga kehandalanan masih diragukan (sangat
tergantung kondisi curah hujan).
14. Beberapa parameter kualitas air kolong Mampadin, tidak memenuhi kualitas air bersih (pH,
serta beberapa logam: seng dan besi)
16. Keuntungan
19. Kelemahan
22. Lokasi IPA eksisting di Desa Sijuk, sedangkan rencana pelayanan di Desa Keciput, Tanjung
Binga dan Tanjung Kelayang.
Sebagai perbandingan dari ke 3 (ketiga) alternatif tersebut, dapat diuraikan pada tabel
berikut ini :
PERBANDINGAN
NO URAIAN
ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3
I SISTEM
1 Air Baku Sudah disiapkan oleh Mudah Sudah dilakukan
Pemda
2 Kesiapan Lahan Lahan sudah Lahan milik Pemda Tidak memerlukan
dibebaskan pembebasan lahan
II BIAYA
1 Biaya Investasi Sangat Tinggi Tinggi Lebih Rendah
2 Biaya Operasi Sangat Tinggi Tinggi Lebih Rendah
III TENAGA PENGELOLA
1 Pengelola Sistem PDAM Kab. Belitung PDAM Kab. Belitung PDAM Kab. Belitung
2 Jumlah Tenaga Tidak memerlukan Tidak memerlukan Tidak memerlukan
Pengelola tambahan tenaga tambahan tenaga tambahan tenaga
pengelola pengelola pengelola
IV STUDI
1 SIPPA SIPPA Kap. 100 l/det SIPPA Kap. 10 l/det -
2 Studi Lingkungan Perlu dilakukan UKL- Perlu dilakukan UKL- -
UPL UPL
Sumber : Perencanaan Pengembangan SPAM KSPN Tanjung Kelayang, 2016
Ada 3 (tiga) usulan rencana pengembangan daerah pelayanan sistem penyediaan air
minum KSPN dan KEK Tanjung Kelayang, diuraikan pada gambar sebagai berikut :
Pengolahan
air Minum Prima
(8 l/dtk)
Sungai Batu Mentas
(Gn. Tajam)
(1.085 l/dtk) Distribusi ke
Kec. Sijuk
KEC. SIJUK (3 DESA)
+(4-15)
12 l/dtk
IPA
(100 l/dtk) R
Pompa Pompa
+65 Reservoir
(3x50 l/dtk) (3x20 l/dtk)
(300 M3)
H=20 m H=40 m
+64
Penambahan SR
Intake (2.372 Unit)
Pipa Transmisi
(100 l/dtk)
(Steel Ø 350 mm,L=400 m)
+64,5
(HDPE Ø 350 mm,L=1.000 m)
Keterangan:
R
Pompa
Eksisting Reservoir
(3x80 l/dtk)
(1.200 M3)
Pengembangan H=40 m Penambahan SR
+64
(6.400 Unit)
Pengolahan Air Minum Prima = Pengolahan air kualitas siap minum
KAWASAN KEK
Pipa Distribusi Tj. KELAYANG
(HDPE Ø 100-150 mm)
+(2-19)
L=24.000 m
Pengolahan
air Minum Prima
(3 l/dtk)
Keterangan:
Eksisting
Pengembangan
Pipa Distribusi
(HDPE Ø 150-400 mm, L=36 km)
(HDPE Ø 100-150 mm, L=27 km) KAWASAN KEK
Pipa Retikulasi Tj. KELAYANG
((HDPE Ø 50-75 mm, L=13.790 km) +(2-19)
Pengolahan
air Minum Prima
(3 l/dtk)
Keterangan:
Eksisting
Pengembangan
Berdasarkan Perda Kabupaten Belitung No. 3 Tahun 2014, Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Tahun 2014-2034, Rencana Strategis dan
Rencana Pembangunan terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air.
Sebagaimana tertuang dalam Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung, lokasi
KEK Tanjung Kelayang merupakan Kawasan Wisata yang dijelaskan pada gambar
berikut :
Tahapan pengembangan terhadap penyediaan air baku KSPN dan KEK Tanjung
Kelayang berdasarkan dari hasil perhitungan kebutuhan air yang diuraikan pada
Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Baku Sampai Tahun 2035 adalah sebagai berikut :
Potensi Sumber Air Baku yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut :
5. Kapasitas : 20 ltr/dtk
Untuk memenuhi kebutuhan air baku pada tahun 2017 untuk KSPN dan KEK
Tanjung Kelayang sebesar 8,4 ltr/dtk, cukup diambilkan dari salah satu alternative
usulan pengembangan SPAM yang telah dibuat. Namun begitu untuk memenuhi
kebutuhan air sampai dengan tahun 2035 yang sebesar 33,40 ltr/dtk, maka
apabila sumber air hanya bersumber dari kolong mempadin sebesar 10 ltr/dtk dan
kolong air besi (selumar) sebesar 10 ltr/dtk, maka masih ada kekurangan air
sebesar 13,40 ltr/dtk atau katakanlah sebesar 15 ltr/dtk.
Tabel 12.15. Tahapan Pengembangan Sumber Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang
Status pengembangan KSPN dan KEK Tanjung Kelayang adalag seperti diuraikan
sebagai berikut :
RENCANA PENGEMBANGAN
NO URAIAN KOLONG
GUNUNG MENTAS KOLONG AIR BESI
MEMPADIN
1 Kesiapan Lahan Sudah disiapkan Lahan sudah Lahan milik Pemda
oleh Pemda dibebaskan
2 Studi Lingkungan Sudah Ada Sudah Ada -
3 Detail Desain Sudah Ada Sudah Ada Sudah Ada
4 Pembangunan Prasarana Dilaksanakan Dilaksanakan Tahun Dilaksanakan Tahun
Penyediaan Air Baku Tahun 2013 (Biaya Rp. 2015 (Biaya Rp.
1.760.003.000,-) 2.426.000.000,-)
5 Rencana - Dilaksanakan Tahun -
Pengembangan/Peningkatan 2017
Pipa Transmisi
Rencana penyediaan air baku untuk KSPN dan KEK Tanjung Kelayang dilaksanakan
sesuai dengan tahapan pengembangan KSPN dan KEK Tanjung Kelayang yang
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 12.17. Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang
Perkiraan Biaya
Tabel 12.18. Perkiraan Biaya Rencana Penyediaan Air Baku KSPN dan KEK Tanjung Kelayang
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS SORONG
PROFIL UMUM
Lokasi KEK
Lokasi KEK Sorong berada di selat Sele Distrik Mayamuk Kabupaten Sorong, dengan
batas-batas sebagai berikut :
KEK Sorong berada pada Wilayah Sungai (WS) Kemundan-Sebyar Provinsi Papua Barat
yang merupakan WS lintas Kabupaten/Kota dengan status kewenangan sebagai WS
Startegis Nasional. WS Kemundan-Sebyar memilik 91 DAS dengan luas WS
6.775.496,32 ha (Permen PUPR No.4 Tahun 2015). Dengan DAS terdekat yaitu DAS
Remu (025)dan DAS Warsmason (026)., DAS Mega (026).
Profil Umum
KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan geoekonomi yaitu
potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat
strategis untuk pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis
kegiatan industri galangan kapal, agro industri, industri pertambangan dan
logistik. KEK Sorong diperkirakan akan menarik investasi sebesar Rp 32,2 triliun
hingga tahun 2025.
DRAFT LAPORAN AKHIR 1
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana pengembangan KEK Sorong meiliputi areal seluas 7.000 ha yang berada
pada 2 Distrik yaitu Distrik Mayamuk dan Distrik Arar yang dibagi atas 3 (tiga )
klaster, yaitu :
37. Undang Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
38. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2016 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sorong
39. Administrator :
45. Keppres No. 33 Tahun 2016 Tentang Dewan Kawasan Papua Barat
46. SK Gubernur Papua Barat Tentang Sekretariat Dewan Kawasan KEK Papua Barat
(Sumber : KEK.go.id)
Dalam memperhitungakan kebutuhan air baku pada KEK Sorong dan daerah sekitarnya,
perlu mempertimbangkan penyediaan untuk kebutuhan domsetik, dan domestik serta
keterkaitan denganpengembangan wilayah Kabupaten Sorong, antara lain Kawasan
Perkotaan Almasdan Distrik Mayamuk yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi dengan fungsi dan kegiatan sebagai pusat pelayanan pemerintahan,
sosial, ekonomi, perdagangan dan jasa, wisata budaya, dan trasportasi wilayah.
Tabel 13.2. Perkembangan Wilayah dan Penduduk Kabupaten Sorong 2007 - 2011
JUMLAH PENDUDUK
NO TAHUN JUMLAH DISTRIK LUAS WILAYAH (Km2)
(Jiwa)
1 2007 16 28.867,00 83.478
2 2008 16 25.324,00 85.916
3 2009 18 13.603,46 80.017
4 2010 18 13.603,46 70.619
5 2011 18 13.603,46 73.088
(Sumber: Badan Pusat Statistik)
2. Untuk penduduk dengan pertumbuhan >2% dan <3% ditetapkan LPP 3%.
3. Untuk penduduk dengan pertumbuhan >3% ditetapkan LPP 5% untuk Aimas dan 4% untuk
Mariyat, mengingat kedua Distrik tersebut merupakan pusat pertumbuhan perkotaan,
khususnya aktifitas Pemerintahan dan Perdagangan.
Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan
jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air.Kebutuhan
air terdiri dari domestik dan non domestik, Kebutuhan domestik adalah kebutuhan
yang berdasarkan jumlah penduduk dan pemakaian air per orang. Kebutuhan non
domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari
kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah.
1. Kriteria tingkat pelayanan dengan pencapaian sebanyaknya penduduk terlayani air minum,
Kriteria konsumsi kebutuhan air sesuai status lokasi adalah Ibukota Kabupaten, Ibukota
Kecamatan, atau Desa/Kampung, masing-masing 130 l/org/hr, 100 l/org/hr, dan 60 l/org/hr.
2. Kebutuhan kapasitas sumber air sesuai dengan jenis sumber air yang tersedia (Mata Air,
Sumur Bor, Air Permukaan, Air Hujan).
T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN T A H UN
2026 2027 2028 2029 2030
NO URA IA N LOKA SI SPA M
PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK PEND UD UK
SR HU SR HU SR HU SR HU SR HU
PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N PELA YA NA N
Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit Jiwa Unit Unit
I SPAM PERKOTAAN (Kabupaten)
1. Aimas 11,277 2,566 10 12,405 2,853 - 13,618 3,166 - 14,920 3,506 - 16,319 3,876 -
2. Mariat 5,580 1,269 5 6,080 1,398 5 6,610 1,537 5 7,173 1,722 4 7,771 1,846 3
3. Manyamuk 4,759 845 14 5,085 915 14 5,423 990 15 5,772 1,068 15 6,132 1,150 15
II. SPAM IKK
1. Salawati 4,567 1,039 4 4,928 1,133 4 5,307 1,234 4 5,703 1,340 3 6,119 1,453 3
2. Klamono 2,212 393 6 2,387 430 7 2,570 469 7 2,763 511 7 2,964 556 7
3. Seget 1,526 271 4 1,647 296 5 1,774 324 5 1,906 353 5 2,045 383 5
III. SPAM IKK - DPP
1. Makbon 1,499 94 11 1,569 118 11 1,643 144 11 1,719 172 10 1,798 202 10
2. Salawati Selatan 974 173 3 1,041 187 3 1,110 203 3 1,181 219 3 1,255 235 3
3. Salawati Timur 942 214 1 1,006 231 1 1,073 250 1 1,142 268 1 1,214 288 1
4. Moraid 808 143 2 863 155 2 921 168 2 980 181 3 1,041 195 3
5. Segun 644 114 2 688 124 2 734 134 2 781 145 2 830 156 2
6. Beraur 474 84 1 507 91 1 540 99 1 575 106 1 611 115 2
7. Sayosa 464 82 1 496 89 1 529 97 1 563 104 1 598 112 1
8. Klabot 300 53 1 321 58 1 342 62 1 364 67 1 387 73 1
9. Klawak 283 50 1 302 54 1 323 59 1 343 64 1 365 68 1
10. Klayili 196 35 1 210 38 1 223 41 1 238 44 1 253 47 1
11. Maudus 185 33 1 198 36 1 211 39 1 225 42 1 239 45 1
12. Klaso 146 26 - 156 28 - 166 30 - 177 33 - 188 35 -
TAHUN PROYEKSI
NO DAERAH PELAYANAN
2015 2020 2025 2030
1 Aimas
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 20,18 33,32 52,76 78,56
2 Mariyat
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 7,84 12,27 18,42 26,15
3 Manyamuk
Kebutuhan Air
Rata-rata (l/det) 6,02 8,59 11,74 15,59
Jumlah Kebutuhan Air
34,04 54,18 82,92 120,30
Perkotaan
Sedangkan pencapaian cakupan pelayanan yang sama akan terjadi pada tahap
ke 3 yaitu 2025 s/d 2030 (70% cakupan pelayanan).
Pilihan alternatif sumber air untuk daerah pelayanan tersebut diatas baik
secara parsial (masing-masing wilayah distrik/kecamatan) maupun pelayanan
secara menyeluruh Ibukota Kabupaten, akan mengikuti kebutuhan air
tersebut diatas. Rencana berdasarkan keberadaan sumber air baku yang
sudah tersedia bagi wilayah tersebut.
1. Sungai Warsamson
2. Sungai Klasaman
3. Sungai Klamigi
Dengan demikian ada 2 (dua) Rancangan Rinci Teknik (DED) yang tersedia bagi
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk ibukota Kabupaten Sorong yaitu :
4. Rancangan Rinci Teknik oleh PEMDA Kabupaten Sorong yang bersumber dari Sungai Klamigi
dengan debit 95/det, sebagaimana disebutkan pada DED nya (dikerjakan tahun 2013).
5. Rancangan Rinci Teknik oleh Balai Sungai Propinsi Papua Barat yang bersumber dari Sungai
Warsamson dengan penyediaan debit air baku bagi Ibukota Kabupaten Sorong, sebagai
berikut :
Rancangan Rinci Teknik nya telah disiapkan pada tahun 2013 yang terdiri atas
Bangunan Penyadapan Air Sungai Warsamson dan Rumah Pompa nya, hingga
rencana lokasi Reservois Air Bakunya yang berjarak 7 km dari bangunan
Sadap, lengkap dengan pengukuran topografinya.
Tabel 13.10. Diskripsi Sistem Penyediaan Air Minum Ibukota Kabupaten Sorong Bersumber dari
Sungai Klamigi maupun Sungai Warsamson
Catatan:
1. Data elavasi dan jarak/panjang untuk analisa hidrolis jaringan pipa Warsamson berasal dari data
topografi pata bumi, lakukan hasil pengukuran di lapangan seperti pada jaringan pipa sistem Klamigi.
2. Data elevasi dan panjang pipa untuk analisa hidrolis jaringan pipa Klamigi berasal dari Lampiran VI
(DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Jaringan Pipa Ibukota Kabupaten Sorong).
Sistem jaringan pipa air bersih Warsamson ini harus dibuatkan Rancangan
Rinci Tekniknya (DED) dan menjadi sistem yang mampu mengatasi keraguan
kapasitas sumber air sungai Klamigi, yang masih ada keraguannya (perlu
evaluasi kepastian kapasitas sumber air atau Water Balances nya terhadap
penggunaan bersamaan dengan keperluan irigasi.
1. Pelayanan air minum IKK sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang memenuhi syarat
untuk dibangunnya SPAM IKK pada tahun 2015 maupun tahun 2020, 2025 atau 2030 (akhir
tahun perencanaan), dengan rincian :
6. Pelayanan air minum individual berbentuk PAH (penampungan air hujan) pada komunitas
yang terpencar-pencar pada daerah kepadatan penduduk yang jarang.
7. Pelayanan air minum komunal berbentuk embung (penampungan air hujan kapasitas besar)
pada komunitas yang terpusat untuk pelayanan penduduk 20 kepala keluarga (100 jiwa)
PAH KOMUNAL
NO PARAMETER KEBUTUHAN AIR PAH INDIVIDUAL
(EMBUNG)
1 Penerima Manfaat 1 KK (5 jiwa) 20 KK (100 jiwa)
2 Konsumsi Air 30 lt/orang/hari 30 lt/orang/hari
3 Kebutuhan Per Hari 150 lt/hari 3.000 lt/hari
4 Kebutuhan Per Bulan 4.500 lt/bulan 90.000 lt/bulan
5 Curah Hujan Minimal 60 mm/bulan 60 mm/bulan
6 Hari Hujan Minimal 10 hari 10 hari
7 Curah Hujan Per Bulan 600 mm/bulan 600 mm/bulan
8 Luas Atap Rumah 8 m2
9 Tangki Air 4,5 m3
10 Luas Permukaan Embung 150 m2 (10x15)
11 Volume Embung 90 m3
12 Tinggi Embung 100 cm
3. Pariwisata
Dari data informasi Pengelola KEK Sorong PT. Olom Wabok, KEK Sorong
membutuhkan air baku sebanyak 600 l/dt, yang dibagi menjadi 2 (dua) tahap.
Tahap I diperkirakan sebanyak 300l/dtk dan Tahap II sebanyak 300 l/dtk.
Kebutuhan air baku tersebut akan diambilkan dari Sungai Warsamson dengan
membangun bending yang berjarak ±30 km dari lokasi KEK Sorong.
1. Data Klimatologi
Parameter iklim yang dapat dihimpun dan mempunyai kaitan erat dengan
Perencanaan SPAM Kabupaten sorong adalah tipe iklim, curah hujan dan suhu
udara.
2. Data Hidrologi
Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Kabupaten memiliki tiga kelas curah
hujan, yaitu: Kelas III C dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mm/tahun; dan
kelas IV D dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun.
Hampir seluruh wilayah Kabupaten Sorong bagian utara memiliki kelas curah
hujan tipe III pola C; dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000 mm/tahun dan
rata-rata jumlah hari hujan sekitar 180 s.d. 230 hari hujan.
Curah hujan rata-rata 3.786,5 milimeter per tahun dengan jumlah hari 258 turun
hujan pada tahun 2011.Curah hujan tahun 2009(BPS 2010) cukup tinggi jika
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 4.306 mm pertahun.
Tabel 13.15. Jumlah Hari Hujan di Stasiun Meteorologi Jefmant Sorong 2007 – 2011 (hari)
4. Potensi air tanah kecil-langka, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh
batuan sedimen padu-tak terbedakan (consolidated sediment – undifferentiated);
5. Potensi air tanah langka, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh batuan
beku dan metamorfic;
6. Potensi air tanah sedang, terdapat pada wilayah yang secara geologi ditempati oleh Batu
gamping atau dolomit (limestones or dolomites);
7. Potensi dan prospek air tanah sedang- tinggi, terdapat pada wilayah yang secara geologi
ditempati oleh endapan sedimen kurang padu serta sedimen yang bersifat lepas, terutama
pada batuan sedimen muda (kwarter).
1. Sungai Warsamson
Kualitas air sungai umumnya sangat bervariatif dan sangat dipengaruhi kondisi
musim dan kondisi topografi. Pada daerah bertopografi rendah umumnya air
berwarna keruh. Sedangkan pada daerah berlereng air sungai keruh pada
musim penghujan, dan berangsur jernih seiring datangnya musim kemarau
serta PH relatif konstan.
1. Perencanaan PLTA Warsamson. Pada tahun 1997 telah disusun studi kelayakan rencana
pembangunan PLTA Warsamson di Distrik Makbon. PLTA direncanakan dapat menghasilkan
listrik 3 x 15,5 Mega Watt (MW), dan direncanakan dapat memenuhi kebutuhan listrik di
Sorong baik, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, maupun daerah sekitarnya yang dapat
dijangkau. Meski perencanaan tersebut belum ter-realisasikan, namun sejalan dengan
peningkatan sosial ekonomi di wilayah Sorong dan sekitarnya, maka saat ini pemerintah
daerah dengan PLN sedang berupaya mewujudkan rencana tersebut dalam waktu dekat.
2. Dari hasil pekerjaan Survai Investigasi dan Desain Pemanfaatan S, Warsamson sebagai
sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kota Sorong dan Kabupaten
Sorong.Secara geografis, posisi bendung intake bendung terletak pada :
1. 0°49'27.61" LS
3. Sungai Klasaman
Sungai Klasaman Aimas berpotensi sebagai sumber air baku untuk sistem
penyediaan air minum Kecamatan Aimas.Bila akan dimanfaatkan sebagai
sumber air baku harus melalui proses pengolahan untuk menurunkan tingkat
kekeruhan dan kadar Fe.
Sungai Mega merupakan sungai terbesar kedua yang terdapat di bagian utara
Kabupaten Sorong. Hulu Sungai terdapat di kawasan Pegunungan Moraid
(Distrik Moraid) yang terletak pada elevasi sekitar + 1176 m dpml, dan
bermuara di Tj Sawasar (Distrik Moraid.
Sungai Mega merupakan sungai perenial dimana air sungai selalu mengalir
sepanjang musim. Sungai Mega merupakan sungai yang selalu mengalir
sepanjang musim. Panjang Sungai Warsamson 125,58 Km dengan luas Daerah
Tangkapan Air (DTA) 1.048,34 km2.
Debit Normal 120,95 m3/detik dan debit puncak 184,27 m3/detik (Sumber
BWS Papua tahun 2007). Kualitas air sungai umumnya jernih dengan pH
normal dan kadar Fe < 0,3 mg/l. Pada musim penghujan umumnya cenderung
keruh.
5. Sungai Kladuk
Kualitas air sungai Pada bagian hulu umumnya jernih dengan pH normal dan
kadar Fe < 0,3 mg/l. Pada musim penghujan umumnya cenderung keruh.
Sedangkan kualitas air pada bagian hilir umumnya berasa payau dengan pH
rendah, dikarenakan sungai dibagian hilir mengalir pada daerah berawa rawa
serta dipengaruhi adanya pasang surut air laut.
Berdasarkan peta cekungan air tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP), sebaran dan
potensi ketersediaan air tanah Pulau Papua, digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan pengelolaan air tanah pada setiap cekungan air tanah lembar 1
Papua dapat dilihat pada gambar 13.17.
Gambar 13.16. Visualisasi Batas Wilayah Cekungan Air Tanah dan Buka Cekungan Air Tanah
Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan secara alamiah. Mata air
muncul kepermukaan dapat diakibatkan oleh adanya pemancungan topografi
ataupun diakibatkan oleh oleh adanya struktur patahan
Sedangkan mata airr yang muncul pada daerah perbukitan seperti mata air
Familana Distrik Makbon, muncul ke permukaan akibat adanya struktur
patahan, debit mata air umumnya kecil kurang dari 10 l/detik.
Berdasarkan Informasi dari Dinas PU, saat ini pemerintah dan fihak swata
sedang membangun sistem penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan
air Pelabuhan dan Perkantoran kabupaten serta penduduk disekitar Distrik
Aimas. Sumber air baku yang digunakan adalah 5 buah lokasi mata air yang
letaknya saling berdekatan, dengan debit total sekitar 450 l/detik.
5. MA Klatolo 50 l/detik
Namun demikian pemanfaatan mata air ini masih memerlukan evaluasi lebih
lanjut untuk mengamati fluktuasi debit mata air, mengingat saat Konsultan
melakukan pengamatan mata air dilapangan, debit mata air mengalami
penurunan yang sangat drastis. Selain itu secara hidrogeologi kemungkinan
keterdapatan air tanah/mata air di lokasi tersebut tergolong langka. Skema
pemanfaatan mata air tsb diperlihatkan pada gambar berikut :
Dari penjelasan potensi sumber air baku seperti yang diuraikan diatas, maka
pengembangan sistem pengembangan air minum Kabupaten Sorong perlu
memperhatikan sumber air untuk kebutuhan dan pengembangan jangka
pendek, serta kebutuhan dan pengembangan jangka panjang, sebagai berikut :
6. Air tanah dalam menjadi potensi untuk kebutuhan dan pengembangan jangka pendek
mengingat kapasitas yang terbatas, jaringan yang terbatas dan dapat segera terlaksana.
7. Mata air dapat menjadi potensi untuk kebutuhan sistem air minum dengan biaya
operasional yang renda,h, dimana adanya 5 sumber mata air yang dapat dimanfaatkan,
hanya saja pemanfaatan mata air tersebut masih memerlukan evaluasi lebih lanjut, Saat ini
8. Selain itu secara hidrogeologi kemungkinan keterdapatan air tanah/mata air dilokasi
tersebut tergolong langka.
9. Air permukaan menjadi potensi untuk kebutuhan dan pengembangan jangka panjang
mengingat potensi air yang besar, seperti pada sungai Warsamson maupun sungai Klasaman
(anak sungai terbesar Warsamson), dengan perlu pengolahan air permukaan, serta biaya
investasi lebih besar oleh pipa transmisi yang cukup panjang.
10. Penampungan air hujan yang menjadi usulan Pemda Kabupaten Sorong untuk wilayah-
wilayah diluar Ibukota Kabupaten atau diluar daerah yang belum ada sistem penyediaan air
minumnya. Adanya rutinitas hujan setiap bulannya berpotensi menjadi sumber air
penduduk.
Sumber air baku lainnya di Kabupaten Sorong berupa embung, dan Air Tanah
sebagai berikut :
Sistem penyediaan air minum Kabupaten Sorong yang sudah ada adalah mencakup :
1. SPAM Kabupaten
Sumber air baku yang digunakan untuk sistem penyediaan air minum
perkotaan distrik Aimas dan sekitarnya, menggunakan 2 (dua) buah
sumur dalam dengan masing-masing mempunyai kapasitas 10 l/detik,
posisi sumur dalam No.1 berada pada elevasi ± 45,00 meter diatas
permukaan laut dan sumur dalam No.2 berada pada elevasi ± 30,00
meter diatas permukaan laut. Jarak antara sumur dalam No. 1 dan
sumur dalam No.2 berjarak ±100 meter dengan masing-masing
kedalaman ±150 meter. Kondisi sumur, dalam keadaan kondisi baik
dan terawat.Sistem pengoperasian sumur bergantian, kedua sumur
tersebut belum pernah dicoba dioperasikan bersamaan.
2. Sistem Transmisi
3. Reservoir
Reservoir yang ada saat ini terdiri 2 unit dengan volume masing-
masing 150 m3 dan 175 m³ berada pada elevasi ± 48,43 meter diatas
4. Sistem Distribusi
Sistem distribusi yang ada saat ini belum ada zoning sistem. Pengaliran
dari reservoir secara gravitasi, Pelayanan yang paling jauh berjarak ± 8
Km dari reservoir, rata-rata elevasi daerah Pelayanan antara ± 15
meter sampai dengan ± 20 meter diatas permukaan air laut. Dengan
beda tinggi antara reservoir yang ada dengan distribusi yang paling
jauh - 33 meter sehingga pelanggan sering tidak mendapatkan air.
5. Tingkat Kebocoran
6. Daerah Pelayanan
TAHUN
URAIAN
2010 2011 2012 2013
KOTA SORONG Total Produksi Air (lt/det) 133.98 125.11 132.46 123.21
(PT. TIRTA REMU) Total Distribusi Air (lt/det) 120.72 120.01 130.8 121.43
Total Air Terjual (lt/det) 46.91 50.65 64.93 70.55
Total Kebocoran Air (lt/det) 73.81 69.36 65.87 50.88
Total Kebocoran Air (%) 61.14% 57.80% 50.36% 41.90%
KABUPATEN SORONG Total Produksi Air (lt/det) 3.87 4.65 6.08 7.34
(DISTRIK AIMAS) Total Distribusi Air (lt/det) 3.87 4.65 6.08 7.34
PT. ANDRIYANI JAYA ABADI Total Air Terjual (lt/det) 3.21 4.3 5.71 6.95
Total Kebocoran Air (lt/det) 0.67 0.35 0.37 0.39
Total Kebocoran Air (%) 17.21% 7.43% 6.08% 5.36%
(Sumber : Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)
Tabel 13.19. Kondisi Jumlah Pelanggan Air Minum di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
JUMLAH KUBIKASI
URAIAN
1 - 10 m3 11 - 20 m3 21 - 30 m3 31 m3 keatas
KOTA SORONG Rumah Tangga A 3,044 3,383 3,720 4,058
PT. TIRTA REMU Rumah Tangga B 3,383 3,720 4,058 4,397
Instansi Pemerintah 3,788 4,132 4,477 4,820
Niaga Kecil 4,169 4,517 4,864 5,212
Niaga Besar 4,676 5,396 6,116 6,835
Industri Kecil 5,119 6,143 7,508 8,873
Industri Besar 6,364 7,426 8,193 10,961
Sosial Umum 3,044 3,094 3,383 3,720
Sosial Khusus 2,327 2,706 3,213 3,720
Pelabuhan 15,000 15,000 15,000 15,000
KABUPATEN SORONG Rumah Tangga 3,500 4,200 6,300 7,700
(DISTRIK AIMAS) Instansi Pemerintah 3,850 4,950 7,250 8,500
PT. ANDRIYANI JAYA ABADI Niaga 3,850 4,750 6,400 7,750
Sosial 2,750 3,250 4,350 5,000
(Sumber : Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)
Sumber air baku yang digunakan untuk sistem penyediaan air minum
perkantoran, perumahan PEMDA dan sekitarnya, menggunakan 2
(dua) buah sumur dalam dengan masing-masing mempunyai kapasitas
10 l/detik, posisi sumur dalam No. 1 berada pada elevasi ± 30,00 meter
diatas permukaan laut dan sumur dalam No. 2 berada pada elevasi ±
30,00 meter diatas permukaan laut. Jarak antara sumur dalam No. 1
dan sumur dalam No. 2 berjarak ±100 meter dengan masing-masing
kedalaman ±150 meter.Kondisi sumur, dalam keadaan kondisi baik dan
terawat.Sistem pengoperasian sumur bergantian, kedua sumur
tersebut belum pernah dicoba dioperasikan bersamaan.
9. Sistem Transmisi
10. Reservoir
Reservoir yang ada saat ini berupa 1 unit Water Tower dengan volume
6 m3 dan berada pada elevasi ± 78,71 meter diatas permukaan laut,
kondisi Water Tower yang ada cukup baik dan terawat, masih
digunakan saat ini.
Sistem distribusi yang ada saat ini ada yang langsung pompa untuk
perumahan PEMDA dan gravitasi dari Water Tower untuk daerah
perkantoran, Pelayanan yang paling jauh berjarak ± 500 meter dari
DRAFT LAPORAN AKHIR 63
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Water Tower, rata-rata elevasi daerah Pelayanan antara ± 45 meter
sampai dengan ± 60 meter diatas permukaan air laut. Beda tinggi
antara Water Tower dengan distribusi perkantoran yang paling jauh +
48 meter dan pendistribusian air tidak bermasalah.
1. Sumur bor tidak terawat, dipenuhi rumput liar tidak difungsikan (tidak ada pengelola).
2. Pipa transmisi air baku GIP Ø 100 mm, dalam kondisi baik.
3. Unit Produksi
5. Unit Distribusi
6. Sedang dilakukan pemasangan pipa ke arah Desa Makbalim, pipa eksisting arah ke Salawati
ada yang bocor/hilang.
7. Unit Pelengkap
Sumber Air baku untuk SPAM IKK Salawati bersumber dari sumur bor yang
dibangun tahun 2006 yang terletak di Desa Makbalim Distrik Mayamuk. Air
baku dipompa menggunakan pompa submersible kapasitas 5 L/D ke unit
reservoir kapasitas 200 m3 yang berada dibukit Desa Makbalim yang berjarak
± 1000 m dari Sumur bor menggunakan pipa GIP Ø 100 mm. Selanjutnya air
minum dari reservoir dialirkan secara Gravitasi ke daerah pelayanan Desa
Makbalim, Makotyamsa (Distrik Mayamuk) dan ke Desa Majaran (Distrik
Salawati) melalui pipa distribusi PVC Ø 100 mm (sebagian besar pipa sudah
rusak).
AREA PELAYANAN
EKSISTING
PT. TIRTA REMU
10,766 SL (2013)
Distrik
Distrik Sorong Barat
Distrik Sorong
Gambar 13.20. Peta Pelayanan Eksisting SPAM Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
Sistem penyediaan air minum Desa Klamalu dibangun tahun 2006 dengan
sumber air diambil dari Air tanah dalam. Unit-unit sistem SPAM Desa Klamalu
terdiri dari :
5. Unit Produksi
7. Unit Distribusi
9. Unit Pelengkap
Lokasi Sumur bor terletak di Desa Klamalu Kecamatan Mariyat berjarak ± 900
m dari komplek perkantoran Pemda Kabupaten Sorong. Sumur Bor Desa
Kiamalu, dibangun tahun 2006. Air bersih dari sumur bor dialirkan
menggunakan pompa submersible kapasitas 5 L/D dengan Head pompa 80 m
ke reservoir distribusi kapasitas 100 m3 melalui pipa transmisi air baku GIP Ø
50 mm.
Sistem sumur Bor Klamalu hanya dioperasikan untuk Pelayanan Kantor Pemda
Kab. Sorong dan masyarakat Desa Klamalu, dari 150 SR yang ada tidak
seluruhnya membayar sehingga sistem saat ini tidak berjalan karena pompa
air baku rusak dan tidak ada fasilitas listrik PLN membuat operasional
sepenuhnya menggunakan genset yang diambil dari dana subsidi PU kab.
Sorong sehingga keterbatasan tersebut membuat sistem tidak terawat dan
kondisinya mengkhawatirkan.
Tabel 13.20. Hasil perhitungan ketersediaan air pada DAS di WS Kemundan Sebyar
13. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah
15. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah
Gambar 13.26. Skema Rincian Kebutuhan Air Skenario 2 (Pertumbuhan Ekonomi Sedang) WS Kemudan Sebyar
17. Tahun 2021 sampai dengan 2036 terjadi peningkatan kebutuhan domestik, irigasi, industry, peternakan dan pengembangan fasilitas wilayah
Gambar 13.27. Skema Rincian Kebutuhan Air Skenario 3 (Pertumbuhan Ekonomi Tinggi) WS Kemudan Sebyar
Penyediaan kebutuhan air baku untuk Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
digambarkan seperti pada gambar dan tabel berikut :
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)
Rencana Penyerapan air minum daerah pelayanan untuk SPAM Regional Kota
Sorong dan Kabupaten Sor0ng diuraikan pada tabel berikut :
Sumber air baku SPAM Regional diuraikan seperti pada gambar berikut :
(Sumber: Pra FS Potensi Investasi SPAM Regional Kabupaten dan Kota Sorong)
Rencana Teknis SPAM Regional untuk Kota Sorong, Kabupaten Sorong diuraikan
pada gambar-gambar berikut :
Rencana daerah pelayanan terbagi atas : pelayanan perpipaan dan pelayanan non
perpipaan.
Pelayanan Perpipaan mencakup kawasan strategis dan kawasan yang sudah ada
sistem penyediaan air minumnya, sebagai berikut:
1. Distrik Aimas, yang masuk kawasan perkotaan dan telah memiliki SPAM.
2. Distrik Mariyat, yang masuk kawasan perkotaan dan memiliki sumur bor.
3. Distrik Manyamuk, yang juga masuk kawasan perkotaan dan belum memiliki SPAM.
4. Distrik Salawati, yang masuk kawasan pengembangan perkotaan dan telah memiliki SPAM.
Distrik Seget tidak masuk didalam pelayanan perpipaan karena pada saat survei
lapangan, perkembangan Distrik tersebut tidak seperti yang diharapkan oleh rencana
tata ruang wilayah 2010 (perkembangannya lamban).
Pelayanan Non Perpipaan mencakup kawasan diluar yang tersebut diatas yang dapat
memenuhi kebutuhan air minumnya melalui pemanfaatan curah hujan yang selalu
ada setiap bulannya dengan menggunakan penampungan air hujan (PAH) untuk
pemukiman atau pun berbentuk embung – embung,
1. Kawasan Perkotaan Aimas dan Distrik Mayamuk yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi dengan fungsi dan kegiatan sebagai pusat pelayanan
pemerintahan, sosial, ekonomi, perdagangan dan jasa, wisata budaya, dan trasportasi
wilayah.
2. Kawasan Pengembangan Industri & Pelabuhan Terpadu berada di Distrik Salawati, Distrik
Mayamuk dan Distrik Seget yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi dengan fungsi Kawasan Industri
KEK Sorong berada didalam Kawasan industri Sorong dan Kawasan Startegis
Sorong atau Kawasan Startegis Provinsi Papua barat
(Sumber : KEK.go.id)
Pengembangan KEK Sorong tahap 1 meliputi areal seluas 523,70 ha, dimana
sesuai dengan peruntukan lahannya akan dikembangkan kegiatan industri
Petrocina, industri aspal, kawasan pelabuhan roro, kawasan fasiltas umum, RTH,
industri semen curah dan lainnya sebagaimana yang diuraikan pada gambar dan
tabel berikut :
4. Tahapan Pengembangan
1. Tahun 2017-2018: Pemkab. Sorong akan fokus pada pembangunan infrastruktur di lahan
seluas 198,5 ha yang telah berstatus HPL. Rencana alokasi anggaran sebesar Rp.300 miliar
dari TA 2017-2018.
2. Tahun 2019-2020: Pemkab. Sorong akan melakukan pembebasan lahan seluas 310,2 ha
secara bertahap pada TA 2019-2020 melalui APBD Kab.Sorong.
Status pengembangan KEK Sorong Saat ini pada lokasi Tahap 1 dalam kondisi
melakukan pembangunan prasanan transportasi (jaringan jalan) utama dan
lingkungan pada lahan seluas 185,5 ha.
Rencana Penyediaan air baku berdasarkan Renca Induk SPAM Kabupaten sorong
Tahun 2014, diuraikan pada tabel berikut :
1. Aimas 33,32 66,65 580 52,76 105,52 920 78,56 157,12 1400 RENDAH s/d SEDANG -
2. Mariat 12,27 24,54 2,2 18,42 36,85 320 26,15 52,3 460 RENDAH s/d SEDANG -
3. Manyamuk 8,59 17,18 150 11,74 23,48 210 15,99 31,18 280 RENDAH -
1. Salawati 9,66 19,33 170 13,82 27,65 240 18,7 37,39 330 SEDANG -
2. Klamono 4,15 8,3 80 5,96 11,92 110 8,31 16,62 160 SEDANG -
3. Seget 2,86 5,73 50 4,11 8,22 80 5,73 11,47 100 SEDANG -
Tabel 13.25. Indikasi Pelaksanaan SPAM Kabupaten Sorong dan Kebutuhan Biaya ( x 1.000.000)
1. Salawati Selatan 251 251 2.008 2.510 82 82 653 816 - 96 862 958
2. Salawati Timur 243 243 1.942 2.428 79 79 630 788 - 93 833 926
3. Moraid 208 208 1.664 2.080 68 68 542 678 - 79 715 794
4. Segun 166 166 1.328 1.660 54 54 432 540 - 63 569 632
5. Beraur 122 122 978 1.222 39 39 312 390 - 47 419 466
6. Sayosa 120 120 957 1.196 40 40 322 402 - 44 400 444
7. Klabot 39 39 310 387 13 13 101 126 - 15 133 148 SPAM Sederhana
8. Klawak 37 37 292 365 12 12 94 118 - 14 125 139 SPAM Sederhana
9. Klayili 25 25 202 253 8 8 66 82 - 10 86 96 SPAM Sederhana
10. Maudus 24 24 191 239 8 8 62 78 - 9 82 91 SPAM Sederhana
11. Klaso 19 19 150 188 6 6 49 61 - 7 65 72 SPAM Sederhana
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
BOROBUDUR
PROFIL UMUM
Lokasi KSPN
2. KSPN Yogyakarta
Lokasi KSPN yang meliputi Kota Magelang serta Yogyakarta dan sekitarnya berada di
Wilayah Sungai Progo Opak Serang dan sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai
Progo Opak Serang merupakan wilayah sungai lintas provinsi (kode ws: 02.17.02),
serta pengelolaannya menjadi kewenangan dari Pemerintah Pusat.
Wilayah Sungai Progo Opak Serang (POS) terdiri dari 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai
(DAS) yaitu DAS Progo, DAS Opak dan DAS Serang, dengan luas wilayah sungai sebesar
4.077,33 km2, dimana luasan tidak termasuk wilayah sungai bawah tanah yang berada
di Kabupaten Gunung Kidul, yang mencakup areal seluas 924,27 km2.
Kawasan Borobudur sebagai cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia
telah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) yang dikembangkan pemerintah.
Nama Candi Borobudur tentunya sudah tak asing lagi bagi Anda. Candi ini disebut
sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia, bahkan juga terbesar
dunia. UNESCO menetapkannya sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun
1991. Selain menjadi cagar budaya dunia, Candi Borobudur juga menjadi salah
satu tempat wisata yang menarik banyak perhatian wisatawan domestik dan juga
mancanegara.
Tempat wisata di Jawa Tengah ini memiliki luas 123 x 123 meter persegi dan
terdiri dari 10 tingkat. Bangunannya tersusun dari balok vulkanik yang
membentuk 504 arca, 72 stupa dan sebuah stupa induk besar di puncaknya.
Uniknya, balok-balok ini tersusun tanpa menggunakan perekat ataupun semen,
kompleks ini terlihat seperti sebuah susunan lego raksasa.
(Sumber kek.go.id)
13. Jalan nasional yang ada di dalam kawasan Borobudur yakni ruas jalan Solo-Yogya-Kulon
Progo juga akan dilakukan peningkatan. Demikian juga jalur jalan pantai selatan (Pansela)
Jawa yang melewati 3 Kabupaten yakni Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul akan
ditingkatkan menjadi 2 lajur dengan lebar 7 meter.
15. Dalam meningkatkan konektivitas, beberapa ruas jalan tol, yakni ruas Cileunyi-Tasikmalaya-
Cilacap-Yogyakarta-Solo serta ruas jalan tol Bawen-Yogyakarta saat ini tengah disusun studi
kelayakannya. Khusus untuk ruas tol Bawen-Yogyakarta diharapkan proses konstruksi
dimulai tahun depan.
16. Bandara Internasional Kulon Progo menuju destinasi wisata di kawasan Borobudur akan
dibangun oleh Kementerian PUPR dan diselaraskan target penyelesaiannya dengan rencana
pengoperasian bandara pada kuartal pertama 2019.
17. Jalan Pansela yang belum tembus sepanjang 43,43 km, termasuk 8 jembatan dengan total
panjang 2.913 m.
18. Selain meningkatkan akses jalan, Kementerian PUPR juga akan memberikan dukungan
infrastruktur kepariwisataan, seperti pengendalian banjir termasuk sabo dam, penyediaan
air bersih, pengelolaan sampah 3R (reuse, reduce dan recycle), rumah susun, rumah
swadaya dan jembatan gantung di kabupaten sekitar KSPN Borobudur.
Pemenuhan kebutuhan air baku terkait dengan KSPN Candi Borobudur, terdiri dari
pemenuhan kebutuhan air baku untuk lokasi KSPN Candi Borobudur, dan pemenuhan
Proyeksi kebutuhan air baku di lokasi KSPN Candi Borobudur (7 Desa) sampai Tahun
2023 adalah seperti diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 14.2. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Lokus KSPN Candi Borobudur Tahun 2015-2023 (7 Desa)
EKSISTING (Tahun)
NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2023
1 Jumlah Penduduk Administrasi Desa (**) Jiwa 30,565 31,168 31,784
Tingkat Pelayanan % 9.41% 26.91% 56.91%
Penduduk Terlayani Jiwa 2,877 8,388 18,089
Kebutuhan Air Minum Kawasan
2
Pendukung
Sambungan Rumah l/org/hari 60 60 60
Jumlah Sambungan Rumah Unit 719 1,678 3,618
Jumlah Jiwa per SR Jiwa/SR 4 5 5
Kebutuhan Domestik l/dt 2.0 5.8 12.6
Kebutuhan Non Domestik l/dt 0.4 1.2 2.5
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 2.4 7.0 15.1
Pendukung
3 Kebutuhan Air Minum untuk Wisata
Kawasan Wisata
Jumlah Hotel unit 8.0 15.0 25.0
Jumlah Home Stay unit 20.0 35.0 55.0
Jumlah Restoran unit 25.0 35.0 40.0
Jumlah Warung/Kedai unit 30.0 35.0 35.0
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 1.0 2.0 3.8
Wisata
Kebutuhan Air untuk Area Wisata Candi
4 l/dt - 1.4 2.4
Borobudur
5 Total Kebutuhan Air l/dt 3.40 10.38 21.31
6 Kebocoran % 35% 20% 20%
7 Kebutuhan Air Minum Rata-Rata l/dt 4.6 12.5 25.6
8 Kebutuhan Hari Maksimum = 1,2 Qr l/dt 5.5 14.95 30.69
9 Kebutuhan Jam Puncak = 1,75 Qr l/dt 8.04 21.80 44.75
Kapasitas Terpasang (bila ada SPAM
10 l/dt 10.00 3.00 -
Existing)
11 Kekurangan Air l/dt 5.40 ( 9,46) (25,57)
Tabel 14.3. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Penguatan Kapasitas Wilayah Pelayanan Tahun 2015-2023
(4 Desa)
EKSISTING (Tahun)
NO DESKRIPSI SATUAN
2015 2019 2023
1 Jumlah Penduduk Administrasi Desa (**) Jiwa 17,573 17,920 18,274
Tingkat Pelayanan % 25.00% 50.00% 80.00%
Penduduk Terlayani Jiwa 4,393 8,960 14,619
Kebutuhan Air Minum Kawasan
2
Pendukung
Sambungan Rumah l/org/hari 60 60 60
Jumlah Sambungan Rumah Unit 1,098 2,240 3,655
Jumlah Jiwa per SR Jiwa/SR 4 4 4
Kebutuhan Domestik l/dt 3.1 6.2 10.2
Kebutuhan Non Domestik l/dt 0.6 1.2 2.0
Total Kebutuhan Air Minum Kawasan
l/dt 3.7 7.5 12.2
Pendukung
3 Total Kebutuhan Air l/dt 3.66 10.38 12.18
4 Kebocoran % 35% 20% 20%
5 Kebutuhan Air Minum Rata-Rata l/dt 4.9 12.5 14.6
6 Kebutuhan Hari Maksimum = 1,2 Qr l/dt 5.93 14.95 17.54
7 Kebutuhan Jam Puncak = 1,75 Qr l/dt 8.65 21.80 25.58
Kapasitas Terpasang (bila ada SPAM
8 l/dt
Existing) 5.00 5.00 5.00
9 Kekurangan Air l/dt 0.06 (3,96) (9,62)
Tabel 14.4. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Lokus KSPN Candi Borobudur Tahun 2015-2035 (7 Desa)
Tabel 14.5. Proyeksi Kebutuhan Air Baku Penguatan Kapasitas Wilayah Pelayanan Tahun 2015-2035
(4 Desa)
Untuk menghitung proyeksi kebutuhan air baku KSPN Borobudur pada Kawasan
Yogyakarta dan sekitarnya meliputi kebutuhan air untuk :
3. Industri
Proyeksi kebutuhan air untuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul untuk periode Tahun 2013-2033, telah dianalisis oleh
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.
Untuk kebutuhan air baku sampai dengan Tahun 2042, dilakukan oleh konsultan
dengan menggunakan analisis hitungan secara linear dari tahun-tahun sebelumnya.
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Mantrijeron 31.660 31.981 32.306 32.633 32.964 33.299
2 Kecamatan Kraton 17.719 17.937 18.158 18.382 18.608 18.838
3 Kecamatan Mergangsan 29.645 29.926 30.209 30.494 30.182 31.073
4 Kecamatan Umbulharjo 77.808 78.725 79.653 80.592 81.543 82.504
5 Kecamatan Kotagede 31.605 32.005 32.410 32.820 33.236 33.657
6 Kecamatan Gondokusuman 46.167 47.047 47.945 48.859 49.791 50.741
7 Kecamatan Danurejan 18.652 18.947 19.247 19.552 19.862 20.176
8 Kecamatan Pakualaman 9.436 9.536 9.637 9.738 9.841 9.945
9 Kecamatan Gondomanan 13.223 13.399 13.577 13.758 13.940 14.126
10 Kecamatan Ngampilan 16.543 16.735 16.929 17.125 17.323 17.523
11 Kecamatan Wirobrajan 25.227 25.585 25.949 26.317 26.691 27.069
12 Kecamatan Gedongtengen 17.429 17.643 17.860 18.080 18.302 18.527
13 Kecamatan Jetis 23.767 24.031 24.299 24.570 24.843 25.120
14 Kecamatan Tegalrejo 35.409 35.831 36.258 36.691 37.128 37.570
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Mantrijeron 9.922,34 10.023,01 10.124,71 10.227,43 10.331,20 10.436,03
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Gamping 96.804 101.048 105.478 110.101 114.928 119.966
2 Kecamatan Gadean 75.803 76.917 78.048 79.195 80.359 81.540
3 Kecamatan Mayudan 38.051 38.682 39.323 39.975 40.637 41.311
4 Kecamatan Minggir 39.030 39.276 39.524 39.774 40.025 40.278
5 Kecamatan Sayegan 54.391 55.608 56.852 58.124 59.425 60.755
6 Kecamatan Mlati 98.048 99.578 101.132 102.710 104.313 105.941
7 Kecamatan Depok 132.145 134.928 137.769 140.670 143.632 146.657
8 Kecamatan Berbah 51.446 52.959 54.518 56.122 57.773 59.473
9 Kecamatan Prambanan 64.052 65.605 67.196 68.826 70.495 72.204
10 Kecamatan Kalasan 75.876 80.805 86.054 91.644 97.597 103.936
11 Kecamatan Ngemplak 62.456 64.325 66.066 67.948 69.884 71.875
12 Kecamatan Ngaglik 101.122 104.797 108.606 112.553 116.643 120.883
13 Kecamatan Sleman 70.277 72.169 74.112 76.107 78.156 80.260
14 Kecamatan Tempel 50.153 51.510 52.905 54.337 55.808 57.319
15 Kecamatan Turi 40.451 41.152 41.866 42.592 43.330 44.081
16 Kecamatan Pakem 38.697 39.594 40.512 41.450 42.411 43.394
17 Kecamatan Cangkringan 33.421 33.788 34.158 34.533 34.911 35.294
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Gamping 214,15 226,55 236,49 246,85 257,67 268,97
2 Kecamatan Gadean 167,69 170,15 172,65 175,19 177,77 180,38
3 Kecamatan Mayudan 84,18 85,57 86,99 88,43 89,90 91,39
4 Kecamatan Minggir 86,34 86,89 87,43 87,99 88,54 89,10
5 Kecamatan Sayegan 120,32 123,01 125,77 128,58 131,46 134,40
6 Kecamatan Mlati 216,90 220,28 226,74 230,28 233,87 237,52
7 Kecamatan Depok 296,28 302,52 308,89 315,39 322,03 328,81
8 Kecamatan Berbah 113,81 117,15 120,60 124,15 127,80 131,56
9 Kecamatan Prambanan 141,69 145,13 148,65 152,25 155,95 159,73
10 Kecamatan Kalasan 167,85 178,75 190,36 202,73 215,90 233,03
11 Kecamatan Ngemplak 138,16 142,10 146,15 150,31 154,59 159,00
12 Kecamatan Ngaglik 226,72 234,96 243,50 252,35 261,52 271,02
13 Kecamatan Sleman 155,46 159,65 163,95 168,36 172,89 177,55
14 Kecamatan Tempel 110,95 113,95 117,03 120,20 123,46 126,80
15 Kecamatan Turi 89,48 91,04 92,61 94,22 95,85 97,51
16 Kecamatan Pakem 85,60 87,59 89,62 91,69 93,82 95,99
17 Kecamatan Cangkringan 73,93 74,74 75,56 76,39 77,23 78,08
TOTAL 2.489,51 2.560,04 2.632,99 2.705,37 2.780,25 2.860,84
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
1 1 Jombor 9.981.76 3.20 1.48 0.91 0.67 0.51 0.60 0.89 1.15 1.11 1.16 1.12 1.14 1.07 1.01 0.77 0.84 0.55 0.76 0.76 0.52 3.06 5.90 8.03 7.65
2 2 Badran Kiri 13.703.74 1.03 0.66 0.59 0.63 0.61 0.45 0.57 0.68 0.66 0.67 0.62 0.66 0.57 0.55 0.43 0.47 0.30 0.43 0.46 0.32 1.27 2.38 3.15 3.23
3 3 Catgawen IV 3.615.74 0.45 0.37 0.26 0.21 0.19 0.42 0.40 0.44 0.45 0.46 0.42 0.51 0.56 0.54 0.49 0.50 0.51 0.60 0.60 0.50 1.05 1.49 1.91 1.80
4 4 Murung 10.472.95 0.97 0.60 0.61 0.45 0.45 0.50 0.48 0.58 0.55 0.52 0.48 0.51 0.44 0.42 0.33 0.36 0.24 0.34 0.35 0.34 0.76 1.25 1.36 1.15
5 5 Galeh 6.427.80 0.51 0.34 0.23 0.19 0.23 0.57 0.38 0.40 0.39 0.42 0.37 0.43 0.38 0.35 0.30 0.30 0.25 0.28 0.28 0.15 0.80 1.29 1.67 1.55
6 6 Pacar 8.193.49 0.72 0.61 0.42 0.34 0.41 0.71 0.60 0.66 0.69 0.66 0.63 0.68 0.62 0.59 0.47 0.50 0.37 0.46 0.44 0.24 1.41 2.32 3.08 2.78
7 7 Gemilang 6.490.24 0.51 0.43 0.30 0.24 0.22 0.38 0.46 0.55 0.52 0.53 0.50 0.52 0.53 0.46 0.42 0.38 0.34 0.36 0.37 0.26 1.03 1.71 2.16 1.91
8 8 Sumberan 4.795.09 0.81 0.63 0.63 0.31 0.39 0.39 0.29 0.37 0.37 0.34 0.31 0.34 0.29 0.28 0.22 0.24 0.15 0.22 0.22 0.20 0.68 1.27 1.64 1.52
9 9 Plered 7.683.93 0.67 0.55 0.54 0.29 0.20 0.45 0.37 0.43 0.44 0.39 0.38 0.43 0.35 0.34 0.27 0.29 0.18 0.27 0.28 0.25 0.78 1.46 1.99 1.86
10 10 Balong 14.566.13 0.42 0.33 0.21 0.24 0.38 0.29 0.41 0.36 0.37 0.34 0.37 0.31 0.31 0.25 0.27 0.18 0.25 0.25 0.24 0.68 1.23 1.70 1.70 2.44
11 11 Kaweron 9.581.03 0.32 0.27 0.19 0.15 0.13 0.14 0.19 0.21 0.22 0.22 0.21 0.21 0.23 0.21 0.20 0.18 0.16 0.17 0.17 0.14 0.56 0.84 1.11 0.75
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 0.38 0.31 0.24 0.21 0.24 0.29 0.41 0.50 0.52 0.51 0.47 0.46 0.48 0.41 0.39 0.36 0.31 0.33 0.35 0.34 0.62 1.01 1.28 1.08
13 13 Wiji 16.442.28 0.85 0.72 0.48 0.38 0.37 0.72 0.89 1.21 1.04 1.30 1.05 1.07 1.16 0.94 0.94 0.83 0.72 0.76 0.80 0.53 1.92 2.98 3.93 2.50
14 14 Loning 10.058.20 0.49 0.42 0.29 0.23 0.21 0.28 0.39 0.46 0.44 0.52 0.46 0.45 0.50 0.43 0.41 0.37 0.33 0.34 0.35 0.31 0.82 1.40 1.91 1.56
15 15 Soti 8.590.27 0.23 0.20 0.16 0.16 0.14 0.18 0.22 0.26 0.25 0.27 0.24 0.24 0.26 0.22 0.21 0.20 0.18 0.18 0.19 0.16 0.40 0.59 0.63 0.44
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.42 0.38 0.32 0.29 0.29 0.39 0.50 0.57 0.53 0.59 0.54 0.51 0.56 0.49 0.47 0.44 0.40 0.42 0.42 0.41 0.71 1.10 1.24 1.16
17 17 Progo Magelang 3.525.31 0.58 0.54 0.47 0.44 0.44 0.54 0.65 0.74 0.69 0.74 0.69 0.67 0.72 0.65 0.63 0.59 0.62 0.78 0.86 0.81 1.05 1.33 1.54 1.36
18 18 Blongkeng 23.889.36 0.71 0.59 0.40 0.31 0.28 0.39 0.62 0.79 0.75 0.82 0.69 0.74 0.76 0.64 0.60 0.53 0.45 0.48 0.47 0.44 1.44 2.09 2.85 2.26
19 19 Mangu 6.849.30 0.44 0.38 0.27 0.21 0.20 0.28 0.44 0.55 0.49 0.55 0.48 0.46 0.51 0.43 0.41 0.36 0.32 0.34 0.34 0.27 0.87 1.29 1.43 1.04
20 20 Krasak 5.020.00 1.82 0.94 0.32 0.26 0.23 0.61 0.81 1.34 1.79 1.56 1.32 1.42 1.66 1.33 0.97 0.63 0.56 0.59 0.66 0.65 1.49 2.03 2.43 2.41
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 1.01 0.86 0.60 0.48 0.76 0.92 1.68 2.63 2.68 2.89 2.44 2.27 2.37 1.50 1.19 0.85 0.68 0.71 0.65 0.72 2.16 3.71 4.88 4.48
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 1.60 0.73 0.41 0.34 0.59 0.59 1.06 1.49 1.99 1.80 1.53 1.65 1.87 1.57 1.17 0.81 0.80 0.92 0.98 0.95 1.78 2.36 2.84 3.11
23 26 Tinalah 6.821.69 0.17 0.09 0.08 0.05 0.09 0.11 0.20 0.27 0.32 0.31 0.28 0.27 0.26 0.16 0.12 0.08 0.06 0.07 0.08 0.08 0.18 0.31 0.40 0.27
24 27 Kalibawang 6.680.08 0.29 0.31 0.29 0.23 0.78 0.28 0.33 1.57 3.03 3.28 2.64 2.45 2.11 1.54 1.52 1.84 2.42 2.76 2.74 2.20 1.05 0.35 0.25 1.47
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.21 0.20 0.18 0.16 0.13 0.12 0.17 0.23 0.25 0.23 0.20 0.19 0.19 0.12 0.10 0.07 0.06 0.06 0.07 0.07 0.15 0.25 0.34 0.29
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 1.09 0.67 0.61 0.48 1.33 0.58 0.71 1.46 4.29 4.78 5.80 5.28 3.99 3.55 3.49 4.38 6.88 7.93 10.35 8.18 4.38 0.67 0.51 2.03
27 30 Bedog 6.577.46 1.05 0.76 0.57 0.48 0.75 0.79 1.43 1.92 2.18 1.96 1.68 1.67 1.74 1.39 1.08 0.79 0.66 0.69 0.68 0.71 1.79 2.83 3.89 3.41
28 34 Konteng 4.256.94 1.11 0.72 0.51 0.42 0.79 0.73 1.39 2.02 2.21 1.99 1.67 1.51 1.70 1.34 1.06 0.78 0.64 0.68 0.66 0.71 1.87 2.83 3.93 3.16
29 42 Pajangan 6.099.39 0.72 0.43 0.34 0.30 0.48 0.45 0.72 1.01 1.09 0.98 0.85 0.89 0.88 0.70 0.57 0.44 0.38 0.39 0.41 0.41 0.94 1.57 1.78 1.73
30 43 Papah 8.794.08 0.80 0.43 0.32 0.24 0.54 0.69 1.23 1.94 2.06 1.93 1.69 1.72 1.58 0.86 0.70 0.48 0.37 0.40 0.43 0.43 1.25 2.17 1.97 1.51
31 48 Sapon 4.044.68 0.78 0.33 0.21 0.16 0.37 0.47 0.90 1.48 1.57 1.46 1.28 1.30 1.21 0.69 0.54 0.38 0.29 0.31 0.34 0.35 0.95 1.84 2.03 1.39
32 52 Kebonongan 4.288.90 1.03 0.78 0.96 1.05 0.92 0.58 1.04 1.50 1.54 1.40 1.19 1.27 1.28 1.00 0.78 0.57 0.48 0.50 0.53 0.53 1.31 2.05 2.71 1.44
Kebutuhan Air 253.967.09 25.38 17.07 12.92 10.61 13.61 14.89 20.85 29.80 35.50 35.56 32.63 32.23 31.11 24.94 21.51 20.04 20.91 23.79 26.55 22.84 39.74 56.38 70.55 64.72
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
Gambar 14.3. Kebutuhan Air RKI di Wilayah Sungai Progo Opak Serang
10
9.297 10.755 12.218 13.574
7.475
0
2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Srandakan 28.764 28.958 29.153 29.350 29.547 29.746
2 Kecamatan Sanden 29.821 29.976 30.132 30.289 30.447 30.605
3 Kecamatan Kretek 29.484 29.809 30.137 30.469 30.805 31.145
4 Kecamatan Pundong 31.891 32.118 32.345 32.575 32.806 33.039
5 Kecamatan Bambanglipuro 37.631 37.934 38.240 38.548 38.859 39.172
6 Kecamatan Pandak 48.123 45.857 48.994 49.435 49.880 50.329
7 Kecamatan Bantul 60.236 53.497 62.202 63.209 64.233 65.273
8 Kecamatan Jetis 52.705 53.497 54.301 55.117 55.945 56.786
9 Kecamatan Imogiri 56.855 57.499 58.150 58.809 59.475 60.148
10 Kecamatan Dlingo 35.831 36.161 36.494 36.830 37.170 37.512
11 Kecamatan Pleret 44.199 45.151 46.123 47.115 48.130 49.166
12 Kecamatan Piyungan 50.209 51.811 53.464 55.169 56.929 58.745
13 Kecamatan Banguntapan 125.070 130.352 135.857 141.594 147.574 153.806
14 Kecamatan Sewon 107.055 109.816 112.648 115.554 118.534 121.591
15 Kecamatan Kasihan 114.583 118.428 122.401 126.508 130.752 135.139
16 Kecamatan Pajangan 33.585 34.336 35.103 35.887 36.689 37.509
17 Kecamatan Sedayu 45.149 45.861 46.583 47.317 48.062 48.819
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
TAHUN
NO KECAMATAN
2013 2017 2021 2025 2029 2033
1 Kecamatan Srandakan 63,63 64,06 64,49 64,49 65,36 65,80
2 Kecamatan Sanden 65,97 66,31 66,66 67,00 67,35 67,70
3 Kecamatan Kretek 65,22 65,94 66,67 67,40 68,15 68,90
4 Kecamatan Pundong 70,55 71,05 71,55 72,06 72,57 73,09
5 Kecamatan Bambanglipuro 83,25 83,92 84,59 85,27 85,96 86,65
6 Kecamatan Pandak 106,46 107,41 108,38 109,36 110,34 111,34
7 Kecamatan Bantul 133,25 135,41 137,60 139,83 142,09 144,39
8 Kecamatan Jetis 116,59 118,34 120,12 121,93 123,76 125,62
9 Kecamatan Imogiri 125,77 127,20 128,64 130,09 131,57 133,06
10 Kecamatan Dlingo 79,26 79,99 80,73 81,47 82,23 82,98
11 Kecamatan Pleret 97,78 99,88 102,03 104,23 106,47 108,76
12 Kecamatan Piyungan 111,07 114,61 118,27 122,04 125,94 129,95
13 Kecamatan Banguntapan 280,41 292,26 304,60 317,46 330,87 344,84
14 Kecamatan Sewon 240,02 246,21 252,56 259,08 265,76 272,61
15 Kecamatan Kasihan 256,90 265,52 274,43 283,64 293,15 302,99
16 Kecamatan Pajangan 74,30 75,96 77,65 79,39 81,16 82,98
17 Kecamatan Sedayu 99,88 101,45 103,05 104,67 106,32 107,99
TOTAL 2.070,31 2.115,53 2.162,03 2.209,42 2.259,05 2.309,66
1. Data Klimatologi
Di Wilayah Sungai Progo Opak Serang (POS) beriklim tropis, dengan musim hujan
antara Bulan Oktober s/d Maret, dan musim kering antara Bulan April s/d
September. Jumlah hujan per tahun di Wilayah Sungai POS bervariasi antara 1.700
mm sampai dengan 4.000 mm per tahun, dengan variasi bulanan antaar 33 s/d
385 mm. Suhu antara di Wilayah Sungai POS berkisar antara 24,51°C sampai
dengan 26,24°C dengan nilai rerata sebesar 26°C, sedangkan kelembabannya yang
terjadi berkisar antara 66,76% sampai dengan 98,99% dengan rerata sebesar
87,70%. Kecepatan angin nilainya berkisar antara 5,5 km/jam sampai 234 km/jam,
dengan nilai rata-rata sebesar 47,17 km/jam sedangkan penyinaran matahari rata-
rata adalah 43,16% dengan variasi antara 31,03% s/d 79,64%.
Ketersediaan air tanah di Wilayah Sungai POS terdiri dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan, seperti disajikan pada tabel berikut:
Q (Juta m3/Tahun)
NAMA/LOKASI CEKUNGAN
AIR TANAH AIR TANAH BEBAS AIR TANAH TERTEKAN
Magelang – Temanggung 872 14
Yogyakarta - Sleman 504 9
Wates 38 -
Wonosari 463 -
Peta dari Cekungan Air Tanah (CAT)yang masuk dalam WS POS dan sekitarnya
dapat disajikan pada gambar berikut :
1. Akuifer produktivitas tinggi dan penyebaran luas, permeabilitas sedang sampai tinggi. Debit
sumur umumnya lebih besar dari 10 l/det, terdapat di daerah selatan Kecamatan salam.
2. Akuifer produktivitas sedang dengan penyebaran luas, permeabilitas rendah sampai sedang.
Muka air tanah beragam dari dekat muka air tanah sampai lebih dari 5 meter, debit sumur
kurang dari 5 l/det, tersebar di daerah Borobudur.
4. Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas, kelulusan dan kedalaman muka air
tanah bervariatif, debit aliran sumur lebih dari 5 ltr/dtk Pada satuan ini banyak dijumpai
mata air dengan debit bervariatif, mulai 10 l/det hingga lebih dari 500 ltr/dtk
5. Akuifer dengan produktivitas sedang penyebaran luas, kelulusan sangat beragam, muka air
tanah bebas, umumnya dalam dan debit aliran sumur kurang dari 5 ltr/dtk
6. Akuifer setempat produktivitas rendah, kelulusan beragam, air tanah sulit dimanfaatkan
karena kedalamannya, dan mata air berdebit kecil.
7. Akuifer dengan produktivitas kecil dan daerah langka air tanah terdapat di bagian bawah
perbukitan Menoreh dan bagian utara dari DAS Progo Hulu.
Berdasrkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2014, jumlah mata air yang
digunakan oleh PDAM adalah sebanyak 18 mata air.
8. Air Permukaan
Data debit dari sungai-sungai yang melintasi Kabupaten Magelang adalah seperti
diuraikan pada tabel berikut :
Potensi ketersediaan air baku yang dinyatakan dalam debit andalan di DAS Progo per
2 (dua) mingguan berkisar antara 32,48 m3/dt -280 m3/dt. Dari 32 (tiga puluh dua)
Water District (WD) terdapat 5 (lima) water district yang mempunyai debit andalan
cukup besar, berkisar antara 8,54 m3/dt s/d 11,50 m3/dt yaitu WD Wiji, WD
Blongkong, WD Krasak, WD Kalibawang dan WD Van Der Wijck, seperti diuraikan pada
tabel berikut :
1 1 Jombor 9.981.76 3.20 1.48 0.91 0.67 0.51 0.60 0.89 1.15 1.11 1.16 1.12 1.14 1.07 1.01 0.77 0.84 0.55 0.76 0.76 0.52 3.06 5.90 8.03 7.65
2 2 Badran Kiri 13.703.74 1.03 0.66 0.59 0.63 0.61 0.45 0.57 0.68 0.66 0.67 0.62 0.66 0.57 0.55 0.43 0.47 0.30 0.43 0.46 0.32 1.27 2.38 3.15 3.23
3 3 Catgawen IV 3.615.74 0.45 0.37 0.26 0.21 0.19 0.42 0.40 0.44 0.45 0.46 0.42 0.51 0.56 0.54 0.49 0.50 0.51 0.60 0.60 0.50 1.05 1.49 1.91 1.80
4 4 Murung 10.472.95 0.97 0.60 0.61 0.45 0.45 0.50 0.48 0.58 0.55 0.52 0.48 0.51 0.44 0.42 0.33 0.36 0.24 0.34 0.35 0.34 0.76 1.25 1.36 1.15
5 5 Galeh 6.427.80 0.51 0.34 0.23 0.19 0.23 0.57 0.38 0.40 0.39 0.42 0.37 0.43 0.38 0.35 0.30 0.30 0.25 0.28 0.28 0.15 0.80 1.29 1.67 1.55
6 6 Pacar 8.193.49 0.72 0.61 0.42 0.34 0.41 0.71 0.60 0.66 0.69 0.66 0.63 0.68 0.62 0.59 0.47 0.50 0.37 0.46 0.44 0.24 1.41 2.32 3.08 2.78
7 7 Gemilang 6.490.24 0.51 0.43 0.30 0.24 0.22 0.38 0.46 0.55 0.52 0.53 0.50 0.52 0.53 0.46 0.42 0.38 0.34 0.36 0.37 0.26 1.03 1.71 2.16 1.91
8 8 Sumberan 4.795.09 0.81 0.63 0.63 0.31 0.39 0.39 0.29 0.37 0.37 0.34 0.31 0.34 0.29 0.28 0.22 0.24 0.15 0.22 0.22 0.20 0.68 1.27 1.64 1.52
9 9 Plered 7.683.93 0.67 0.55 0.54 0.29 0.20 0.45 0.37 0.43 0.44 0.39 0.38 0.43 0.35 0.34 0.27 0.29 0.18 0.27 0.28 0.25 0.78 1.46 1.99 1.86
10 10 Balong 14.566.13 0.42 0.33 0.21 0.24 0.38 0.29 0.41 0.36 0.37 0.34 0.37 0.31 0.31 0.25 0.27 0.18 0.25 0.25 0.24 0.68 1.23 1.70 1.70 2.44
11 11 Kaweron 9.581.03 0.32 0.27 0.19 0.15 0.13 0.14 0.19 0.21 0.22 0.22 0.21 0.21 0.23 0.21 0.20 0.18 0.16 0.17 0.17 0.14 0.56 0.84 1.11 0.75
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 0.38 0.31 0.24 0.21 0.24 0.29 0.41 0.50 0.52 0.51 0.47 0.46 0.48 0.41 0.39 0.36 0.31 0.33 0.35 0.34 0.62 1.01 1.28 1.08
13 13 Wiji 16.442.28 0.85 0.72 0.48 0.38 0.37 0.72 0.89 1.21 1.04 1.30 1.05 1.07 1.16 0.94 0.94 0.83 0.72 0.76 0.80 0.53 1.92 2.98 3.93 2.50
14 14 Loning 10.058.20 0.49 0.42 0.29 0.23 0.21 0.28 0.39 0.46 0.44 0.52 0.46 0.45 0.50 0.43 0.41 0.37 0.33 0.34 0.35 0.31 0.82 1.40 1.91 1.56
15 15 Soti 8.590.27 0.23 0.20 0.16 0.16 0.14 0.18 0.22 0.26 0.25 0.27 0.24 0.24 0.26 0.22 0.21 0.20 0.18 0.18 0.19 0.16 0.40 0.59 0.63 0.44
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.42 0.38 0.32 0.29 0.29 0.39 0.50 0.57 0.53 0.59 0.54 0.51 0.56 0.49 0.47 0.44 0.40 0.42 0.42 0.41 0.71 1.10 1.24 1.16
17 17 Progo Magelang 3.525.31 0.58 0.54 0.47 0.44 0.44 0.54 0.65 0.74 0.69 0.74 0.69 0.67 0.72 0.65 0.63 0.59 0.62 0.78 0.86 0.81 1.05 1.33 1.54 1.36
18 18 Blongkeng 23.889.36 0.71 0.59 0.40 0.31 0.28 0.39 0.62 0.79 0.75 0.82 0.69 0.74 0.76 0.64 0.60 0.53 0.45 0.48 0.47 0.44 1.44 2.09 2.85 2.26
19 19 Mangu 6.849.30 0.44 0.38 0.27 0.21 0.20 0.28 0.44 0.55 0.49 0.55 0.48 0.46 0.51 0.43 0.41 0.36 0.32 0.34 0.34 0.27 0.87 1.29 1.43 1.04
20 20 Krasak 5.020.00 1.82 0.94 0.32 0.26 0.23 0.61 0.81 1.34 1.79 1.56 1.32 1.42 1.66 1.33 0.97 0.63 0.56 0.59 0.66 0.65 1.49 2.03 2.43 2.41
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 1.01 0.86 0.60 0.48 0.76 0.92 1.68 2.63 2.68 2.89 2.44 2.27 2.37 1.50 1.19 0.85 0.68 0.71 0.65 0.72 2.16 3.71 4.88 4.48
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 1.60 0.73 0.41 0.34 0.59 0.59 1.06 1.49 1.99 1.80 1.53 1.65 1.87 1.57 1.17 0.81 0.80 0.92 0.98 0.95 1.78 2.36 2.84 3.11
23 26 Tinalah 6.821.69 0.17 0.09 0.08 0.05 0.09 0.11 0.20 0.27 0.32 0.31 0.28 0.27 0.26 0.16 0.12 0.08 0.06 0.07 0.08 0.08 0.18 0.31 0.40 0.27
24 27 Kalibawang 6.680.08 0.29 0.31 0.29 0.23 0.78 0.28 0.33 1.57 3.03 3.28 2.64 2.45 2.11 1.54 1.52 1.84 2.42 2.76 2.74 2.20 1.05 0.35 0.25 1.47
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.21 0.20 0.18 0.16 0.13 0.12 0.17 0.23 0.25 0.23 0.20 0.19 0.19 0.12 0.10 0.07 0.06 0.06 0.07 0.07 0.15 0.25 0.34 0.29
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 1.09 0.67 0.61 0.48 1.33 0.58 0.71 1.46 4.29 4.78 5.80 5.28 3.99 3.55 3.49 4.38 6.88 7.93 10.35 8.18 4.38 0.67 0.51 2.03
27 30 Bedog 6.577.46 1.05 0.76 0.57 0.48 0.75 0.79 1.43 1.92 2.18 1.96 1.68 1.67 1.74 1.39 1.08 0.79 0.66 0.69 0.68 0.71 1.79 2.83 3.89 3.41
28 34 Konteng 4.256.94 1.11 0.72 0.51 0.42 0.79 0.73 1.39 2.02 2.21 1.99 1.67 1.51 1.70 1.34 1.06 0.78 0.64 0.68 0.66 0.71 1.87 2.83 3.93 3.16
29 42 Pajangan 6.099.39 0.72 0.43 0.34 0.30 0.48 0.45 0.72 1.01 1.09 0.98 0.85 0.89 0.88 0.70 0.57 0.44 0.38 0.39 0.41 0.41 0.94 1.57 1.78 1.73
30 43 Papah 8.794.08 0.80 0.43 0.32 0.24 0.54 0.69 1.23 1.94 2.06 1.93 1.69 1.72 1.58 0.86 0.70 0.48 0.37 0.40 0.43 0.43 1.25 2.17 1.97 1.51
31 48 Sapon 4.044.68 0.78 0.33 0.21 0.16 0.37 0.47 0.90 1.48 1.57 1.46 1.28 1.30 1.21 0.69 0.54 0.38 0.29 0.31 0.34 0.35 0.95 1.84 2.03 1.39
32 52 Kebonongan 4.288.90 1.03 0.78 0.96 1.05 0.92 0.58 1.04 1.50 1.54 1.40 1.19 1.27 1.28 1.00 0.78 0.57 0.48 0.50 0.53 0.53 1.31 2.05 2.71 1.44
Kebutuhan Air 253.967.09 25.38 17.07 12.92 10.61 13.61 14.89 20.85 29.80 35.50 35.56 32.63 32.23 31.11 24.94 21.51 20.04 20.91 23.79 26.55 22.84 39.74 56.38 70.55 64.72
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)
Air baku yang diambil sebagai sumber air PDAM meliputi 16 mata air dan sumur
dalam. Untuk lebih jelasnya sumber air baku tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Sumber Rencana Induk Pengembangan SPAM (RISPAM) Kabupaten Magelang, Tahun 2014.
Sistem pelayanan air minum, selain dilayani oleh PDAM juga dilayani oleh saluran
air minum yang berasal dari :
Perlindungan mata iar adalah mata air yang terletak di pelosok atau pegunungan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat air minum.
Sebagian besar pelanggan adalah rumah tangga yang pada tahun 2012
mencapai 93,32%. jumlah pelanggan air bersih mengalami kenaikan,
banyaknya air bersih yang disalurkan kepada pelanggan atau banyaknya air
bersih yang dikonsumsi Pada tahun 2008 sebanyak 21287 juta m3 air
disalurkan kepada pelanggan, dan pada tahun 2012 menjadi sebanyak
23.671 juta m3, mengalami pertumbuhan 2,1% per tahun, dengan
persentase air bersih yang disalurkan ke rumah tempat tinggal pada tahun
2012 sebesar 88,04%, dari seluruh air bersih yang di salurkan.
Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013
Gambar 14.7. Komposisi Jumlah Pelanggan PDAM dan Air Bersih Yang Disalurkan
17 %
2%
60 %
21 %
Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013
TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Banyaknya Perusahaan Buah 6 6 6 6 6
2 Kapasitas Produksi Ltr/Dtk 2.042 2.224 2.250 4.506 4.576
3 Produksi Efektif Ltr/Dtk 1.638 1.577 1.811 1.957 2.035
Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013
Tabel 14.21. Produksi Air Menurut Sumber di D.I. Yogyakarta Tahun 2008-2012
TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Sungai 5.187 5.437 6.413 7.123 6.281
2 Waduk *) 946 483 488 503 563
3 Mata Air 11.618 6.833 7.529 5.631 9.478
4 Air Tanah dan Lainnya**) 21.115 24.424 24.719 26.521 21.071
Jumlah 38.866 37.177 39.149 39.778 37.393
Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013
Tabel 14.22. Banyaknya Pelanggan Perusahaan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan di D.I.
Yogyakarta Tahun 2008-2012
TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 Sosial 2.768 2.814 2.184 2.289 2.779
2 Rumah Tangga 110.994 113.606 111.467 114.228 120.958
3 Instansi Pemerintah 2.172 2.202 1.934 2.005 2.060
4 Niaga 5.460 5.548 2.239 2.202 2.822
5 Industri 37 41 39 40 39
6 Khusus 844 841 1.364 1.361 953
Jumlah 122.275 125.052 119.227 122.125 129.611
Sumber : Statistik Air Bersih Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Tahun 2013
1. Organisasi
Gambaran neraca air pada DAS Progo seperti diuraikan pada tabel dan gambar berikut :
1 1 Jombor 9.981.76 3.38 7.92 8.55 10.26 7.22 6.83 4.05 2.67 2.18 1.77 1.00 0.51 0.13 -0.26 -0.15 -0.45 -0.07 -0.44 -0.48 -0.22 -2.87 -5.11 -6.60 -4.67
2 2 Badran Kiri 13.703.74 4.64 10.39 9.75 10.94 8.48 6.66 4.08 1.70 1.23 0.99 0.67 0.51 0.35 0.22 0.21 0.09 0.16 0.05 -0.02 0.01 -0.95 -2.05 -2.76 -2.03
3 3 Catgawen IV 3.615.74 1.78 2.19 1.98 3.01 2.43 1.99 0.72 0.09 -0.10 -0.21 -0.26 -0.36 -0.44 -0.49 -0.45 -0.47 -0.48 -0.58 -0.58 -0.48 -1.03 -1.00 -1.13 -0.75
4 4 Murung 10.472.95 2.15 2.89 1.61 2.02 1.22 1.36 1.63 1.60 1.31 1.10 0.84 0.71 0.54 0.43 0.34 0.26 0.20 0.15 0.04 0.16 0.02 0.51 2.58 6.38
5 5 Galeh 6.427.80 3.48 3.43 4.14 4.81 3.55 2.23 1.69 1.20 1.12 0.87 0.67 0.51 0.42 0.23 0.21 0.13 0.14 0.10 0.08 0.10 -0.51 -1.00 -1.22 -1.17
6 6 Pacar 8.193.49 5.51 7.19 6.94 8.20 6.10 4.18 2.94 1.62 1.76 1.33 1.01 0.81 0.69 0.46 0.45 0.34 0.38 0.31 0.28 0.33 -0.73 -1.60 -2.10 -1.48
7 7 Gemilang 6.490.24 3.40 4.62 4.04 6.46 4.50 3.75 3.59 2.97 3.27 2.54 2.47 2.28 1.53 1.01 0.81 0.47 0.33 0.26 0.20 0.18 -0.55 -1.18 -1.49 -0.79
8 8 Sumberan 4.795.09 2.75 4.81 4.15 4.22 3.30 2.68 1.61 0.84 0.68 0.60 0.43 0.41 0.30 0.24 0.18 0.03 0.10 0.02 0.02 0.08 -0.58 -1.13 -0.55 1.68
9 9 Plered 7.683.93 3.66 6.84 6.28 6.68 5.24 4.34 2.83 1.55 1.30 1.13 0.93 0.88 0.72 0.64 0.55 0.31 0.45 0.28 0.26 0.32 -0.23 -0.91 -1.39 2.24
10 10 Balong 14.566.13 3.98 9.22 9.95 11.31 9.17 7.13 4.64 2.13 1.62 1.30 1.02 0.85 0.67 0.54 0.53 0.42 0.45 0.37 0.33 0.13 -0.64 -1.14 -1.15 -1.09
11 11 Kaweron 9.581.03 4.24 5.69 6.55 8.83 7.20 6.09 7.28 6.79 7.08 6.00 5.96 5.06 3.23 2.25 1.67 1.11 0.86 0.75 0.67 0.57 0.34 0.05 -0.13 2.86
12 12 Loning-Wiji 7.349.96 2.19 3.08 3.09 3.50 2.61 1.79 1.46 1.08 1.65 1.53 1.50 1.22 0.80 0.47 0.33 0.16 0.14 0.08 0.04 -0.01 -0.34 -0.76 -0.93 0.03
13 13 Wiji 16.442.28 18.96 22.61 24.00 30.93 21.83 15.35 16.83 15.41 14.73 13.06 11.95 10.15 6.19 4.03 3.05 1.93 1.46 1.12 0.94 0.86 -0.37 -1.55 -1.57 10.48
14 14 Loning 10.058.20 6.98 8.50 9.61 12.59 9.53 7.67 9.13 8.53 8.50 7.37 6.96 5.73 3.54 2.42 1.78 1.09 0.82 0.70 0.60 0.49 0.17 -0.56 -0.83 5.41
15 15 Soti 8.590.27 2.85 2.87 3.44 4.06 3.42 2.94 2.99 3.20 3.34 2.91 2.97 2.77 2.30 1.85 1.69 1.43 1.36 1.29 1.24 1.18 1.04 0.90 0.92 2.69
16 16 Elo Hilir 3.315.37 0.58 0.79 1.36 2.09 2.17 2.19 2.93 2.91 2.85 2.41 2.20 1.78 1.05 0.64 0.36 0.14 0.05 0.01 -0.03 -0.10 -0.42 -0.84 -1.02 0.89
17 17 Progo Magelang 3.525.31 1.07 1.45 1.86 2.92 2.34 1.97 2.54 2.34 2.42 2.04 1.63 1.24 0.52 0.12 -0.11 -0.43 -0.59 -0.78 -0.86 -0.81 -1.05 -1.33 -1.44 1.98
18 18 Blongkeng 23.889.36 10.26 14.50 17.69 21.62 16.93 13.29 12.70 10.84 10.67 9.96 10.08 9.51 6.87 4.77 3.70 2.51 2.02 1.76 1.57 1.31 0.75 -0.05 -0.67 8.61
19 19 Mangu 6.849.30 6.21 7.53 8.19 9.50 6.74 5.18 4.91 4.25 4.17 3.83 3.77 3.66 2.91 2.25 1.90 1.53 1.37 1.29 1.22 1.18 0.85 0.60 0.75 5.57
20 20 Krasak 5.020.00 8.68 14.32 17.69 21.62 16.93 13.29 12.71 10.29 9.93 9.29 9.74 8.90 5.87 3.92 3.16 2.21 1.77 1.46 1.17 0.89 -0.50 -1.28 -1.45 6.51
21 21 Bedog Hulu 9.915.00 4.01 7.11 6.88 7.87 4.80 3.56 4.21 3.38 3.59 2.62 1.99 1.66 0.45 0.57 0.59 0.39 0.21 0.11 0.07 -0.15 -1.79 -3.38 -4.59 -3.95
22 25 Konteng Hulu 3.613.26 0.20 2.74 2.18 2.72 1.58 1.21 1.30 0.17 0.30 0.28 0.10 -0.15 -0.87 -1.05 -0.75 -0.57 -0.62 -0.78 -0.88 -0.88 -1.72 -2.32 -2.56 -1.40
23 26 Tinalah 6.821.69 1.86 2.65 2.93 3.23 2.56 1.84 1.50 1.22 1.70 1.61 1.62 1.36 0.99 0.70 0.59 0.43 0.40 0.35 0.32 0.26 -0.02 -0.03 0.04 0.62
24 27 Kalibawang 6.680.08 9.77 11.25 10.48 10.54 7.67 9.51 9.56 8.53 6.99 5.86 6.88 5.97 6.62 6.40 5.70 4.74 3.91 4.02 4.31 4.70 6.26 7.53 7.72 7.35
25 28 Girimulyo 3.634.28 0.98 1.41 1.53 1.70 1.33 0.94 0.76 0.60 0.87 0.82 0.82 0.68 0.48 0.33 0.27 0.19 0.17 0.14 0.12 0.10 0.05 -0.07 -0.10 0.27
26 29 Van Der WIjck 8.689.40 13.65 19.97 21.79 18.05 13.35 17.19 14.20 12.46 9.11 6.60 4.94 4.93 5.24 5.90 4.80 2.87 -1.38 -4.56 -6.11 -1.48 2.82 8.11 10.68 9.48
27 30 Bedog 6.577.46 7.72 14.29 12.31 13.89 9.06 7.33 8.43 5.44 7.09 6.91 3.67 3.03 1.82 1.40 1.12 0.75 0.41 0.30 0.25 0.18 -0.77 -2.37 -2.35 3.77
28 34 Konteng 4.256.94 2.91 6.98 4.39 5.34 3.16 2.46 2.42 1.40 1.78 2.25 0.95 0.87 0.80 0.40 0.28 0.09 0.00 -0.01 -0.02 -0.02 -0.34 -2.21 -1.25 4.70
29 42 Pajangan 6.099.39 2.58 5.14 4.91 6.04 4.28 3.83 4.05 3.22 3.22 2.66 1.77 1.11 0.59 0.32 0.22 0.09 0.00 -0.05 -0.10 -0.19 -0.75 -1.42 -1.60 -1.08
30 43 Papah 8.794.08 5.37 7.64 7.57 8.08 6.24 6.37 6.56 6.46 6.32 5.35 3.95 2.56 2.14 1.29 1.14 0.85 0.71 0.67 0.65 0.58 0.95 0.97 1.60 3.66
31 48 Sapon 4.044.68 3.19 3.98 3.53 3.41 2.67 2.89 3.04 2.73 2.83 2.59 1.95 1.24 1.13 0.76 0.64 0.45 0.35 0.33 0.33 0.30 -0.32 -1.64 -0.20 2.06
32 52 Kebonongan 4.288.90 4.47 3.98 3.71 3.02 1.89 2.36 2.42 2.47 2.89 2.66 1.83 1.15 1.01 0.77 0.62 0.43 0.32 0.32 0.32 0.30 0.44 -1.00 1.69 3.14
Neraca Air 253.967.09 153.47 227.96 233.10 269.44 199.49 170.40 159.68 130.12 126.39 110.01 96.02 81.57 58.56 43.54 35.45 23.53 15.37 9.06 5.93 9.86 (2.78) (17.25) (13.10) 71.96
Sumber: Technical Assistance in the Strengthening of the Basin Planning Capacity Project (WISMP-BWRMP) (LOAN IBRD NO. 4711-IND)
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
Sumber : Penyusunan Master Plan dan Kelayakan Penyediaan Air Baku RKI WS Progo Opak Serang, 2013
Pada tanggal 8 Februari 2017 dan 3 Maret 2017 telah diadakan rapat penajaman
persiapan penyelenggaraan SPAM Borobudur yang dihadiri oleh :
1. Pusat Air Tanah dan Air Baku, Ditjen SDA, Kementrian PUPR
2. Oleh karena itu, pengembangan SPAM mendukung KSPN Candi Borobudur yang disepakati
adalah pengembangan SPAM dengan sumber air baku dari Mata air Tuk Lanang dengan
kapasitas broncaptering 35 l/det yang terletak di Desa Tampir Kulon Kecamatan Candimulyo.
3. Pemilihan Mata air Tuk Lanang tersebut, karena pendistribusian air dapat dilakukan secara
gravitasi dan tidak melakukan pompa, sehingga biaya operasi dan pemeliharaannya rendah.
Pasal 51
1. Sistem air bersih perpipaan yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan
jaringan yang dikelola oleh swasta dan atau masyarakat;
2. Sistem air bersih non perpipaan milik perorangan dan berupa sumur di Mandi Cuci Kakus
(MCK) umum dengan menggunakan alat penjernih secara permanen.
Pasal 52
Pelayanan sistem penyediaan air bersih diarahkan pada pelayanan individual dan
komunal.
Pasal 53
2. Penyediaan air bersih non perpipaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf b untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Penyediaan air bersih non perpipaan dari sumur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf b diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Rencana pengembangan jaringan air minum perpipaan Daerah secara rinci sebagaimana
tersebut dalam Peta 08 pada Lampiran I Peraturan Daerah ini.
Rencana daerah pelayanan sistem penyediaan air minum (SPAM) KSPN Candi
Borobudur, seperti disajikan pada gambar berikut :
1. Rencana Tata Ruang KSPN Candi Borobudur (Perpres No. 58 Tahun 2014)
5. Mencegah terjadinya alih fungsi lahan kawasan pertanian dan kawasan hutan;
7. Membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang mengancam kerusakan situs Cagar Budaya
yang belum terjadi, struktur geologi dan bentang pandang.
Jaringan jalan terdiri dari jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan
kolektor primer 2, jaringan jalan lokal primer dan jaringan jalan strategis
nasional.
Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas sumber air permukaan dan
air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT).
13. Air permukaan pada sungai di Wilayah Sungai Lintas Provinsi Progo-Opak-Serang (WS POS)
yang meliputi Daerah Aliran Sungai Progo dan Sub Daerah Aliran Sungai Tangsi; dan
22. Kawasan peruntukan pertanian termasuk sawah bekas danau purba; dan/atau
Dalam Kawasan Cagar Budaya dapat ditetapkan zona inti, zona penyangga
dan zona penunjang. Kawasan Situs Candi termasuk taman candi yang
meliputi situs Candi Borobudur, situs Candi Pawon dan situs Candi
Mendut.
Rencana pola ruang Daerah Istimewa Yogyakarta ditunjukkan pada gambar berikut :
Master Plan KSPN Candi Borobudur seperti diuraikan pada gambar berikut ini :
Gambar 14.19. Pengembangan Kesisteman Ruang Pariwisata KSPN Pantai Selatan DI Yogyakarta dan Sekitarnya
Tabel 14.24. Rencana Penyediaan Sumber Air Baku Untuk KSPN Candi Borobudur
RENCANA
PEMBANGUNAN
NO URAIAN PEKERJAAN
TAHUN TAHUN
2018 2019
1 Tahap I
1 Pekerjaan Broncaptering
2 Pekerjaan Pipa Transmisi
2 Tahap II
1 Pekerjaan Pipa JIU (Reservoar ke pelayanan)
2 Pekerjaan Jembatan Pelayanan
3 Pekerjaan Pipa Pelayanan
4 Mekanikal dan Elektrikal
Sumber : Analisis Konsultan
Dari hasil analisis kebutuhan air baku untuk 3 (tiga) kawasan yang diuraikan
dalam dokumen Rancangan Master Plan Air Baku RKI WS POS diperoleh
gambaran bahwa kenaikan kebutuhan air baku antara Tahun 2013 dan Tahun
2033 ada kenaikan kebutuhan air baku seperti diuraikan pada tabel berikut :
Sumber : Analisis Konsultan (2017) dari data Dokumen Rancangan Master Plan Air Baku RKI
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air baku
untuk wilayah Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul kebutuhan airnya akan
dapat dipenuhi sampai dengan Tahun 2033.
1. Tahap I
Sebesar 400 l/dt yang dibagi menjadi 2 (dua) fase, yaitu fase 1 sebesar 200
l/dt dan fase 2 sebesar 200 l/dt. Proses pembangunan SPAM Kartamantul
Tahap I dimulai sejak Tahun 2014-2015.
2. Tahap II
Sebesar 300 l/dt direncanakan akan dimulai Tahun 2018 dan direncanakan
akan selesai pada Tahun 2019.
Pemenuhan kebutuhan air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang sampai dengan tahun 2015, seperti terurai pada gambar berikut
:
Gambar 14.21. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan 2015
Pemenuhan kebutuhan air di Wilayah Sungai Progo Opak Serang sampai dengan tahun 2035, seperti terurai pada gambar berikut
:
Gambar 14.22. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang Sampai Dengan Tahun 2035
Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Progo Opak Serang
dilaksanakan pada Tahun 2014 dan ditetapkan oleh Mentri PUPR pada Tahun
2016.
Sampai akhir Tahun 2017, status pengembangan KSPN Candi Borobudur dan KSPN
Yogyakarta dan sekitarnya masuk dalam tahap persiapan, yang meliputi perencanaan
detail pengembangan SPAM yang mendukung KSPN. Rencana pengembangan SPAM
yang mendukung KSPN Candi Borobudur masuk dalam tahap perencanaan detail.
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur dan skematik usulan
pengembangan SPAM tergambar pada gambar berikut :
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Gambar 14.28. Skematik Usulan Pengembangan SPAM KSPN Candi Borobudur
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Perkiraan Biaya
Rencana Anggaran Biaya (RAB) SPAM yang mendukung KSPN Candi Borobudur
seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 14.26. Rencana Anggaran Biaya SPAM Yang Mendukung KSPN Candi Borobudur
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
Jumlah 41.985.858.286,11
Terbilang : Empat Puluh Enam Milyar Enam Dibulatkan 41.985.858.000,00
Ratus Lima Puluh Juta Sembilan Ratus Lima PPn 10% 4.198.585.800,00
Puluh Tiga Ribu Rupiah Jumlah Setelah PPN 46.650.953.333,33
Dibulatkan 46.650.953.000,00
2. Rencana Anggaran Biaya SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman, Bantul (Kartamantul)
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Rencana Anggaran Biaya (RAB) SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman,
Bantul (Kartamantul) seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 14.27. Rencana Anggaran Biaya SPAM Regional Kawasan Yogyakarta, Sleman, Bantul
(Kartamantul)
TOTAL 417.300.000.000
Sumber : Analisis Konsultan
STUDI POTENSI PENYEDIAAN AIR BAKU PADA KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS