FS
1
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
1. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional .................................. 28
2. Kantor Pertanahan......................................................................... 28
BAB III PELAKSANAAN PENATAAN AKSES REFORMA AGRARIA ...... 29
A. Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat .............................. 29
1. Penyusunan Petunjuk Teknis......................................................... 29
2. Pengembangan Model Pemberdayaan Tanah Masyarakat ............... 30
B. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional ................................ 30
1. Pengumpulan Bahan dan Penyusunan Konsep Kegiatan ................ 31
2. Bimbingan Teknis Pemberdayaan Tanah Masyarakat ..................... 35
3. Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria ............................. 35
C. Kantor Pertanahan ..................................................................... 38
1. Penetapan Lokasi ........................................................................... 38
2. Penyuluhan dalam Rangka Penanganan Akses .............................. 44
3. Pemetaan Sosial ............................................................................. 46
4. Penyusunan Model Reforma Agraria ............................................... 53
5. Penyusunan Data Penerima Akses Reforma Agraria ....................... 77
D. Mitigasi Risiko ........................................................................... 77
1. Mitigasi Risiko pada tahapan Penentuan Lokasi ............................. 78
2. Mitigasi Risiko pada tahapan Pemilihan Subjek ............................. 78
3. Mitigasi Risiko pada tahapan Pemilihan Objek ............................... 78
4. Mitigasi Risiko pada tahapan kualitas hasil pemetaan sosial .......... 79
5. Mitigasi Risiko pada tahapan Penyusunan Model ........................... 79
6. Mitigasi Risiko pada tahapan Kontrol Kualitas Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses ........................................................................... 80
BAB IV PELAKSANAAN ANGGARAN, PENGUKURAN KINERJA DAN
MEKANISME PELAPORAN KEGIATAN PENANGANAN AKSES
REFORMA AGRARIA ................................................................ 81
A. Pelaksanaan Anggaran ................................................................ 81
1. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional .................................. 81
2. Kantor Pertanahan......................................................................... 86
B. Mekanisme Pelaporan ................................................................. 89
1. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional .................................. 89
2. Kantor Pertanahan......................................................................... 90
BAB V SISTEM INFORMASI PEMBERDAYAAN TANAH MASYARAKAT 91
A. Gambaran Umum.............................................................................. 91
B. Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat .......................... 91
iv
1. Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat berbasis
Website .......................................................................................... 91
2. Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat
berbasis mobile .............................................................................. 92
C. Tampilan Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat ..... 93
1. Tampilan Dashboard ...................................................................... 93
2. Tampilan Peta Spasial .................................................................... 94
3. Tampilan Entri Data Pemberdayaan Tanah Masyarakat ................. 95
4. Tampilan Laporan .......................................................................... 97
5. Tampilan Dashboard Mobile ........................................................... 97
6. Tampilan Peta Mobile ..................................................................... 98
7. Tampilan Pemetaan Sosial ............................................................. 98
8. Tampilan Input CPCL..................................................................... 99
BAB VI PENUTUP .......................................................................... 100
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Tugas negara untuk melaksanakan amanat pengaturan dan
pengelolaan agraria yang bertujuan meningkatkan sebesar-besar
kemakmuran rakyat, sesuai dengan TAP MPR Nomor IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Untuk menjalankan amanat tersebut, diterbitkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
untuk melaksanakan asset reform (Penataan Aset) dan access reform
(Penataan Akses).
Penataan Aset adalah penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam rangka
menciptakan keadilan di bidang penguasaan dan pemilikan tanah.
Sementara itu, Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan masyarakat.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional hadir dan berkomitmen mewujudkan tanah
untuk keadilan ruang hidup bagi rakyat, menjamin kepastian hukum
hak atas tanah serta menjadikan tanah sebagai sumber kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat.
Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia
sebagaimana Visi Indonesia 2045, yaitu terwujudnya masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Visi tersebut dapat
dicapai melalui percepatan pembangunan diberbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh,
berlandaskan keunggulan kompetitif diberbagai wilayah yang didukung
oleh sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.
2
Visi Indonesia 2045 termuat dalam pilar kedua dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV tahun 2020-
2024, merupakan amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu kesejahteraan masyarakat yang
terus meningkat.
Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 disusun Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, dalam rangka mewujudkan Visi Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, yaitu Pengelolaan Ruang dan
Pertanahan yang terpercaya dan berstandar dunia. Direktorat
Pemberdayaan Tanah Masyarakat dalam program kerjanya,
berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024, yang tercantum pada
tujuan ke-1 yaitu menyelenggarakan pengelolaan pertanahan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat, dengan sasaran strategis yaitu
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, yang
berkepastian hukum dan produktif serta indikator kinerja Peningkatan
Pendapatan Per Kapita Penerima Reforma Agraria.
Sejalan dengan RPJMN IV tahun 2020-2024 dan Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional 2020-2024, serta Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2022
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat melakukan program
kerjanya melalui kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria (PARA).
Kegiatan tersebut dilakukan dan didesain untuk mencapai target
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development
Goals (SDGs). Tujuan tersebut merupakan agenda global yang berisi 17
tujuan dan 169 target meliputi tiga dimensi, mulai dari lingkungan,
sosial, dan ekonomi yang diwujudkan pada kegiatan PARA tahun 2023.
Untuk mendukung tujuan SDGs yang bersinggungan dengan
Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat yang memiliki hubungan
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan antara lain: (1) Tanpa
3
kemiskinan melalui model akses kepemilikan dan kontrol atas tanah
dan bentuk kepemilikan lain baik sumber daya alam, teknologi baru
dan keuangan mikro; (2) Tanpa kelaparan, melalui kegiatan yang
menitikberatkan pada sektor pertanian untuk mengakhiri kelaparan,
melalui penanganan akses mencapai ketahanan pangan dan nutrisi
yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan; (5)
Kesetaraan gender, melalui kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria tanpa membedakan gender dan memberikan hak yang sama
bagi perempuan, terhadap sumber-sumber ekonomi maupun fasilitasi
akses terhadap kepemilikan tanah; (8) Pekerjaan layak dan
pertumbuhan ekonomi, melalui fasilitasi peluang kerja dan usaha,
inovasi serta didukung pola kemitraan; (17) Kemitraan untuk mencapai
tujuan, untuk meningkatkan keterpaduan kebijakan untuk
pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui Gugus Tugas Reforma
Agraria di tingkat pusat hingga daerah.
Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) memegang peranan
penting sebagai wadah koordinasi yang berada di tingkat pusat hingga
tingkat daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang beranggotakan
instansi/lembaga lintas sektor sesuai amanat Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Peran GTRA dalam hal
Penataan Akses (access reform) diakomodasi melalui Satuan Tugas
Penataan Akses yang berfungsi untuk melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, dan pengembangan rencana dan kegiatan pemberian
Penataan Akses bagi penerima TORA, serta berkoordinasi dengan
pihak-pihak internal maupun eksternal terkait penyelenggaraan
Reforma Agraria di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota.
4
Pemerintah telah menetapkan target Tanah Objek Reforma
Agraria (TORA) sebanyak 9 (sembilan) juta hektar, yang harus
ditindaklanjuti dengan Penataan Aset dan Penataan Akses. Kegiatan
Penataan Aset dilakukan untuk menjamin kepastian hukum hak atas
tanah melalui penerbitan sertipikat. Sertipikasi ini sebagai upaya
mewujudkan tertib hukum dan tertib administrasi pertanahan. Bidang
tanah tersebut menjadi aset yang hidup serta dapat menjadi modal
dasar bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan
memberikan akses ke sumber-sumber ekonomi (modal, usaha,
produksi, dan pasar).
Penanganan akses diimplementasikan dalam kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria yang dilaksanakan kepada pemilik
tanah yang tanahnya telah, belum atau sedang dilegalisasi
aset/disertipikatkan berprinsip pada partisipasi, kemandirian,
kewirausahaan, keadilan, kemakmuran, dan keberlanjutan. Proses
penanganan akses dilaksanakan dengan memperhatikan potensi,
kontribusi, dan kepentingan masyarakat serta kondisi daerah.
Dalam pelaksanaan Penanganan Akses Reforma Agraria
terdapat 3 (tiga) skema yang dapat digunakan yaitu:
1. Skema pertama (akses mengikuti aset) adalah kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria yang dilaksanakan setelah kegiatan Penataan
Aset dilaksanakan oleh Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
2. Skema kedua (akses diikuti aset) adalah kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria yang dilakukan sebelum kegiatan Penataan Aset
yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan kegiatan Penataan Aset oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
3. Skema ketiga (akses dan aset dilaksanakan pada tahun yang sama)
adalah kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria yang
dilaksanakan pada tahun yang sama dengan kegiatan Penataan Aset
yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional.
5
Pada tahun 2023, Target kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Agraria tentang
Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Tahun 2020–2024 sebagaimana digambarkan
pada peta infografis pada Lampiran 1. Berikut rekapitulasi target
kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria Tahun 2020 sampai
dengan 2024.
Tabel 1. Target Penanganan Akses Reforma Agraria (Access Reform) berdasarkan Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2020 - 2024.
Jumlah Kepala
Keluarga
334.358 120.975 101.368 399.508 388.758 1.344.967
Penerima Akses
RA
Jumlah Target
realisasi Kepala
115.400
Keluarga 57.034 122.758 129.600 114.900 539.692
(Indikatif)
Penerima Akses
RA
Sumber: Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020 – 2024
6
Berikut dijelaskan secara detail kegiatan Penataan Akses
Reforma Agraria.
B. Dasar Hukum
7
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5068);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5305);
12. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 238);
13. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 172);
8
14. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
15. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 83);
16. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 84);
17. Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2022 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 180);
18. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2020 Nomor
985);
19. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
986);
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat Sekitar (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 499);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2023 (Berita Negara Tahun 2022 Nomor
590);
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.02/2022 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 494);
9
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84
Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022 (Berita Negara Tahun
2022 Nomor 972);
24. Nota Kesepahaman antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Nomor: 37/SKB/XII/2017; Nomor: 593/9395/SJ; Nomor:
14/KB/M.KUKM/XI/2017; Nomor: 07/MoU/HK. 220/M/12/2017;
Nomor: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 tanggal 27 November 2017
tentang Pemberdayaan Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro
dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;
25. Perjanjian Kerja Sama Antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Direktur
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian
Kelautan dan Perikanan tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Tanah
Masyarakat Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan,
Dan Pembudidaya Ikan Nomor 29/SKB-
400/IV/2018,500/1738/Bangda/2018, 01/PKS/ Dep.2/
IV/2018,03/MoU/OT.160/B/04/018,01/PKS/DJPTKKP/IV/2018,
01/DJPB-KKP/PKS/IV /2018.
C. Definisi
10
1. Fasilitasi
3. Pemberdayaan
4. Pemberdayaan Masyarakat
11
5. Pemberdayaan Tanah Masyarakat
6. Penanganan
9. Rekapitulasi Data
12
10. Pendampingan
2. Tujuan
1
Direktorat Bantuan Sosial, Pedoman Pendamping Pada Rumah Perlindungan dan trauma
center, (Jakarta: Departemen Sosial, 2007), hlm. 4.
13
b. Memberikan arahan untuk membangun koordinasi di jajaran
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan dengan pemangku kepentingan di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota dalam mendukung kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria.
E. Sistematika Penulisan
14
Akses Reforma Agraria Di Kantor Pertanahan
Bab ini menguraikan tentang kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria yang dilakukan di Kantor
Pertanahan, yang terdiri dari penetapan lokasi,
penyuluhan dalam rangka Akses Reforma Agraria,
pemetaan sosial, penyusunan model, dan penyusunan
data Penerima Akses Reforma Agraria. Pada bab ini juga
menyampaikan mitigasi resiko dalam pelaksanaan
kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria.
Bab III Pelaksanaan Penataan Akses Reforma Agraria
Bab ini menguraikan tentang kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria yang dilakukan di Direktorat
Pemberdayaan Tanah Masyarakat, di Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
sesuai dengan tahapan sebagaimana telah dikonsepkan
dan diatur dalam anggaran.
Bab IV Pelaksanaan Anggaran, Pengukuran Kinerja dan
Mekanisme Pelaporan Kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria
Pada bab ini diuraikan secara rinci mengenai sumber
pembiayaan Penanganan Akses Reforma Agraria,
tahapan dan output penanganan akses, pengukuran
kinerja dan mekanisme pelaporan di Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan.
Bab V Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat
Pada bab ini terdiri dari uraian gambaran umum Sistem
Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat beserta
tampilannya.
15
Bab VI Penutup
Berisikan penutup petunjuk teknis untuk dipedomani
dalam pelaksanaan Penanganan Akses Reforma Agraria.
16
BAB II
1. Model
Model Pemberdayaan Tanah Masyarakat merupakan suatu
rangkaian pendekatan yang dipakai sebagai strategi intervensi
pemberdayaan berdasarkan analisis pemetaan sosial, analisis
permasalahan, analisis potensi, analisis situasi dan arah kebutuhan
yang akan menjadi sasaran kegiatan Pemberdayaan Tanah
Masyarakat. Penyusunan model Pemberdayaan Tanah Masyarakat
dibutuhkan sebagai acuan dasar dalam menentukan kegiatan
intervensi agar lebih terarah, efektif, dan efisien sesuai dengan
rekomendasi hasil pemetaan sosial. Model Pemberdayaan Tanah
Masyarakat yang dapat dipilih pada pelaksanaan Penanganan Akses
Reforma Agraria antara lain:
a. Model Pertanian Korporasi
Dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2018 dijelaskan bahwa pengertian Korporasi
Petani adalah “Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum
berbentuk koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian
besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani”.
Sistem Pertanian Korporasi adalah salah satu formula
yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan
dalam sektor pertanian. Sistem ini diharapkan dapat
menciptakan kestabilan pertumbuhan sektor pertanian dalam
rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dan mencapai
ketahanan pangan nasional.
17
b. Model Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming)
Sistem Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming)
merupakan sistem pertanian dengan memanfaatkan keterkaitan
antara tanaman perkebunan/pangan hortikultura) serta ternak
dan perikanan untuk mendapatkan agroekosistem yang
mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan
pelestarian sumberdaya alam. Integrated Farming System
merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan kegiatan
sub sektor pertanian, tanaman, ternak, ikan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan,
manusia, dan faktor tumbuh lainnya), yang mendukung produksi
pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya
alam, serta kemandirian dan kesejahteraan petani secara
berkelanjutan.
Penerapan pertanian terpadu pada dasarnya adalah
mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang
ada sehingga, terjadi hubungan timbal balik secara langsung
antara lingkungan biotik dan abiotik dalam ekosistem lahan
pertanian dimana output dari salah satu budidaya menjadi input
kultur lainnya.
Prinsip keterpaduan dalam Integrated Farming yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Agroekosistem yang berkeanekaragaman tinggi yang
memberi jaminan yang lebih tinggi bagi petani secara
berkelanjutan;
2) Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai
dengan mengombinasikan spesies tanaman dan hewan yang
memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi sinergi secara positif, dan bukan hanya kestabilan
yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem
pertanian dengan input yang lebih rendah;
18
3) Dalam menerapkan pertanian berkelanjutan diperlukan
dukungan sumberdaya manusia, pengetahuan, dan
teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen,
serta masalah keseimbangan misi pertanian dalam
pembangunan;
4) Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada
tingkat yang maksimal yang menghasilkan sistem pertanian
yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya
dan input yang ada secara optimal;
5) Menentukan kombinasi tanaman, hewan, dan input yang
mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan
produksi serta konservasi sumberdaya yang relatif sesuai
dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja, dan modal.
Sistem pertanian terintegrasi dapat meningkatkan
kemampuan para petani dalam memproduksi pupuk organik dan
kemudian dapat membudayakan pertanian organik. Pertanian
organik akan dapat menghasilkan produk pertanian dengan
kualitas tinggi dan higienis yang tidak terkontaminasi dengan
bahan kimia yang kurang baik bagi kesehatan. Konsep terapan
sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri dari
Food, Feed, Fuel dan Fertilizer, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1) Food (F1), Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung,
kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran, dll), produk
peternakan (daging, susu, telur, dll), produk budidaya ikan
air tawar (lele, mujair, nila, gurami, dll.) dan hasil
perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak, dll);
2) Feed (F2), Pakan ternak termasuk di dalamnya ruminasia
(sapi, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik,
entok, angsa, burung dara, dll), pakan ikan budidaya air
tawar (ikan hias dan ikan konsumsi);
19
3) Fuel (F3), akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk
mulai energi panas (biogas) untuk kebutuhan
domestik/masak memasak, energi panas untuk industri
makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri kecil.
Hasil akhir dari biogas adalah biofertilizer berupa pupuk
organik cair dan kompos;
4) Fertilizer (F4), Sisa produk pertanian melalui proses
dekomposer maupun pirolisis akan menghasilkan pupuk
kompos (organic fertilizer) dengan berbagai kandungan unsur
hara dan C-Organik yang relatif tinggi.
c. Model Urban Farming
Urban farming merupakan usaha pertanian di perkotaan
dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada di sekitar
masyarakat. Luas lahan yang digunakan rata-rata seluas 5-50
m2. Komoditas yang umum diusahakan adalah tanaman yang
berumur pendek seperti aneka sayuran daun, dan buah,
tanaman obat, serta tanaman hias.
Kementerian Pertanian mempunyai program Kampung
Hortikultura. Maksud dari istilah kampung ini adalah supaya
terkonsentrasi dan terfokus dimana program ini tidak hanya
menyasar pada lahan hamparan yang sudah ada, tetapi juga
petani dengan lahan sempit. Adapun konsep yang diusung
kampung hortikultura ini adalah One Village One Variety (OVOV)
dengan komoditas yang dikembangkan akan disesuaikan dengan
agroekosistemnya.
d. Model Kolaborasi Lintas Sektor
Model Kolaborasi Lintas Sektor merupakan model
pemberdayaan kemitraan lintas sektor antara pemerintah
daerah/OPD, Civil Society Organization (CSO), dan/atau Badan
Usaha dengan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam dan peningkatan kapasitas Ekonomi
20
Masyarakat sasaran pendampingan. Pengertian kolaborasi ialah
upaya mengkoordinasikan dan menyatukan berbagai pihak
dengan kepentingan berbeda untuk menghasilkan visi bersama,
membangun kesepakatan untuk mencari solusi bersama atas
suatu agenda kebijakan atau permasalahan tertentu untuk
menghasilkan keputusan yang menguntungkan semua pihak.
Secara teori, model ini dikembangkan berdasarkan pada
pendekatan baru dalam kebijakan publik yang disebut sebagai
Kolaborasi Penyelenggaraan Pemerintahan (collaborative
governance). Berdasarkan pendapat Ansell dan Gash2, pengertian
Kolaborasi Penyelenggaraan Pemerintahan didefinisikan sebagai
sebuah strategi baru dalam tata kelola pemerintahan yang
membuat beragam pemangku kebijakan aktor non-pemerintahan
berkumpul di forum yang sama untuk membuat sebuah
konsensus bersama dengan tujuan untuk membuat atau
mengimplementasikan kebijakan publik, mengelola program atau
aset publik.
e. Model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam Undang-Undang nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 1 ayat 3
merupakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah
komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
f. Model Pengembangan Kawasan Tematik
Pengembangan Kawasan Tematik merupakan
pengembangan kawasan yang tidak hanya berbasis masyarakat
2
Ansell, Chris, & Alison Gash, 2007, Collaborative Governance in Theory and Practice,
Journal of Public Administration Research and Theory, Vol.18 No.4, Hlm. 543
21
akan tetapi juga menciptakan ruang kampung berciri khas yang
berkelanjutan. Kawasan tematik memiliki tujuan mengatasi
kemiskinan terutama permasalahan pemenuhan kebutuhan
dasar, mendorong perekonomian lokal dengan menggali potensi-
potensi ekonomi kemasyarakatan sebagai stimulus
pembangunan wilayah, serta peningkatan kualitas lingkungan
rumah tinggal masyarakat.
g. Model Creating Shared Value (CSV)
Creating Shared Value (CSV) merupakan ide baru dalam
kebijakan dan praktik bisnis yang dapat menunjang
keberlanjutan, penguatan dunia usaha dan kemandirian
lingkungan sekitar yang sifatnya saling menguntungkan satu
sama lain. Konsep CSV didasari pada ide adanya hubungan
interdependen antara bisnis dan kesejahteraan sosial
masyarakat.
h. Model Pengembangan UMKM Terintegrasi melalui Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
Program Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut
program PLUT-KUMKM adalah program yang diselenggarakan
oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka memberikan
jasa layanan yang komprehensif dan terpadu bagi pengembangan
usaha Koperasi dan UMKM. PLUT menjadi salah satu lembaga
yang memberikan pendampingan dan pembinaan UMKM secara
menyeluruh dan terintegrasi bagi para pegiat UMKM.
22
2. Pemberdayaan Tanah Masyarakat
1. Pusat
a. Penyusunan Petunjuk Teknis
Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) merupakan
acuan teknis pelaksanaan kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
23
b. Pelaksana
1) Model Penanganan Akses Reforma Agraria
Pengembangan model ini dilakukan sebagai
masukan dan rekomendasi hasil kegiatan kajian yang
berupa evaluasi dan perbaikan berdasarkan kendala,
tantangan dan masukan pelaksanaan model penanganan
akses tahun 2023 dari Kantor Pertanahan. Kajian tersebut
juga menghasilkan penyesuaian kerangka kebijakan
khususnya pengembangan Model Penanganan Akses
Reforma Agraria.
2) Pelaporan
Melakukan kegiatan penghimpunan laporan akhir
dari seluruh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan atau Kantor Pertanahan terkait data penerima akses
maupun pelaporan secara keseluruhan, antara lain:
a) Laporan kepada Kantor Staf Presiden (KSP) yang
dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali, yaitu:
B03, B06, B09, dan B012;
b) Laporan kepada Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) disesuaikan dengan
permohonan data;
c) Laporan melalui Sistem Kendali Mutu Program
Pertanahan (SKMPP) dilakukan secara berkala.
24
Pertanahan yang mempunyai target kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria.
b) Baseline Pendapatan Penerima Akses Reforma Agraria
dari Pemetaan Sosial tahun pertama.
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
melakukan rekapitulasi dan analisis data pendapatan
Penerima Akses Reforma Agraria yang telah dihasilkan
dari kegiatan Pemetaan Sosial pada tahun pertama yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan.
2) Tahun Kedua
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional melakukan
rekapitulasi dan analisis data Kelompok Masyarakat Penataan
Kelembagaan yang telah dihasilkan oleh Kantor Pertanahan
yang mempunyai target kegiatan Penataan Kelembagaan.
3) Tahun Ketiga
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional melakukan
rekapitulasi dan analisis data Kelompok Masyarakat
Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran yang
telah dihasilkan oleh Kantor Pertanahan yang mempunyai
target kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria.
b. Kegiatan Data Peningkatan Pendapatan per Kapita Penerima
Akses Reforma Agraria.
1) Tahun Pertama
Melakukan rekapitulasi dan analisis data Peningkatan
Pendapatan per Kapita Penerima Akses Reforma Agraria yang
telah dihasilkan oleh Kantor Pertanahan yang mempunyai
target kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria.
2) Tahun Kedua
Melakukan rekapitulasi data hasil asesmen kegiatan
Penataan Kelembagaan dan melakukan rekapitulasi data
pendapatan per kapita Penerima Akses Reforma Agraria yang
telah mendapatkan kegiatan Penataan Kelembagaan oleh
25
Kantor Pertanahan yang mempunyai target kegiatan Penataan
Kelembagaan yang akan diatur lebih lanjut pada petunjuk
teknis tahun kedua.
3) Tahun Ketiga
Melakukan rekapitulasi dan analisis data pendapatan
per kapita Penerima Akses Reforma Agraria yang telah
mendapatkan kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi
Akses Pemasaran oleh Kantor Pertanahan yang mempunyai
target kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses
Pemasaran, yang akan diatur lebih lanjut pada petunjuk
teknis tahun ketiga.
3. Kantor Pertanahan
26
b. Kegiatan Data Peningkatan Pendapatan per Kapita
Penanganan Akses Reforma Agraria.
1) Tahun pertama
Kantor Pertanahan melakukan pendataan kepada
subjek Penanganan Akses Reforma Agraria.
2) Tahun Kedua
Kantor Pertanahan mengambil data pendapatan per
kapita penerima Akses Reforma Agraria setelah dilakukan
kegiatan Penataan Kelembagaan pada Kelompok Masyakarat
yang akan diatur lebih lanjut pada juknis tahun kedua.
3) Tahun ketiga
Kantor Pertanahan mengambil data pendapatan per
kapita Penerima Akses Reforma Agraria setelah dilakukan
kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses
Pemasaran pada kelompok Masyarakat, yang akan diatur lebih
lanjut pada juknis tahun kedua.
a. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Monitoring adalah kegiatan pengumpulan data dan
pengukuran kemajuan atas objektif program, yang dilakukan
untuk mempertahankan agar rencana kegiatan yang dituangkan
dalam Petunjuk Teknis dapat berjalan sesuai dengan jadwal,
target-target, dan tahapan sebagaimana telah ditetapkan.
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria di instansi pemerintah dilakukan dalam
rentang waktu tertentu yang ditentukan oleh masing-masing
instansi pemerintah. Dalam lingkup instansi pemerintah pusat,
evaluasi dilakukan setiap enam bulan dan tahunan. Evaluasi
dilakukan untuk menilai kemajuan Penanganan Akses Reforma
Agraria secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil
monitoring yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan.
Pada lingkup Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat, monitoring, dan evaluasi dilakukan:
27
a. Pemantauan Progress Kerja;
b. Melakukan Koordinasi dengan Kanwil dan Kantah mengenai
data Penerima Akses Reforma Agraria dan data peningkatan
pendapatan per kapita Penerima Akses Reforma Agraria;
c. Menilai hasil kerja yang telah dilakukan.
C. Pelaporan
2. Kantor Pertanahan
Laporan Penanganan Akses Reforma Agraria disusun untuk
membangun koordinasi di jajaran Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan dengan pemangku kepentingan
terkait. Kantor Pertanahan menyusun laporan hasil pemetaan sosial
untuk dilaporkan kepada Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional.
28
BAB III
29
2. Pengembangan Model Pemberdayaan Tanah Masyarakat
Pengembangan model ini dilakukan sebagai masukan dan
rekomendasi hasil kegiatan kajian yang berupa evaluasi dan
perbaikan berdasarkan kendala, tantangan dan masukan
pelaksanaan model penanganan akses tahun 2023 dari Kantor
Pertanahan, dengan tahapan:
a. Rapat Internal Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat
yang melibatkan seluruh sub direktorat dengan pembahasan:
1) Persiapan Perjalanan Dinas; dan
2) Bahan yang akan diambil dari daerah;
b. Rapat yang melibatkan Kantor Wilayah, Kantor Pertanahan,
Kementerian dan Lembaga melalui fullday meeting dalam kota
maupun melalui zoom meeting.
c. Pengadaan jasa Konsultan Perorangan Profesional dan Teknis,
yaitu melakukan pengadaan konsultan Perorangan Profesional
dan Teknis untuk mendukung kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria.
30
Tahapan Penataan Akses Reforma Agraria tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
31
Berikut ini akan dijelaskan terkait Konsultan Perorangan:
1) Penjelasan terkait Konsultan Perorangan
Konsultan Perorangan dalam kegiatan Data Penerima
Akses Reforma Agraria mengacu pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK) pengadaan Konsultan Perorangan merujuk pada
Lampiran 2.
a) Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Mengorganisir kegiatan, pertemuan, dan diskusi
terkait dengan rencana kegiatan bersama dengan
bidang penataan dan pemberdayaan;
(2) Melakukan supervisi kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria, kegiatan penataan kelembagaan,
serta kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi
Akses Pemasaran yang dilakukan oleh Tenaga
Pendukung (Field Staff) Akses di Kantor Pertanahan;
(3) Memonitor perkembangan kegiatan secara berkala
yang dilakukan oleh Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses di Kantor Pertanahan dan melaporkan setiap
perkembangan kepada Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional;
(4) Melakukan inventarisasi hambatan, kendala, dan
masalah yang dihadapi oleh Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses di Kantor Pertanahan;
(5) Mempresentasikan perkembangan pelaporan kepada
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional;
(6) Mempersiapkan materi publikasi dan menghimpun
produk-produk kegiatan yang dihasilkan dari progress
kegiatan pemberdayaan masyarakat Kantor
Pertanahan;
(7) Melakukan pekerjaan yang diarahkan oleh pimpinan
untuk mendukung kegiatan bidang Penataan dan
Pemberdayaan;
32
(8) Menyusun Laporan Bulanan sebagai bentuk
pertanggungjawaban administrasi.
Apabila dalam pelaksanaan tugas Konsultan
Perorangan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
mengalami hambatan dan/atau kendala, dapat
disampaikan dan didiskusikan bersama dengan
Konsultan Perorangan di Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat.
33
(10) Sedapat mungkin dapat melakukan pengolahan
data geospasial atau pemberdayaan masyarakat
atau survei sosial ekonomi lebih diutamakan;
(11) Dapat merekrut kembali Konsultan Perorangan yang
telah melaksanakan kegiatan Data Penerima Akses
Reforma Agraria pada tahun sebelumnya yang
memiliki kinerja dan kompetensi yang baik;
(12) Mampu bekerja sama dalam tim serta memiliki
komitmen kuat di bidang Pemberdayaan
Masyarakat;
(13) Bersedia bekerja penuh waktu (full time) dan
berdomisili didekat ibukota provinsi;
(14) Sanggup bekerja dalam tekanan dan target waktu;
(15) Bersedia mengikuti pelatihan secara tatap muka
atau virtual;
(16) Memperhatikan kesetaraan gender.
c) Persyaratan Administratif
(1) Surat Lamaran yang ditandatangani oleh pelamar;
(2) Salinan e-KTP yang masih berlaku atau surat
keterangan perekaman e- KTP;
(3) Salinan Ijazah terakhir/Surat Keterangan Lulus dan
transkrip nilai yang dilegalisir;
(4) Pas foto terakhir berwarna ukuran 4x6 latar
belakang merah sebanyak 2 (dua) lembar;
(5) Daftar Riwayat Hidup dengan melampirkan
keterangan pendukung (pelatihan, pengalaman
kerja, penghargaan, dsb) bila ada;
(6) Surat keterangan kerja, jika ada (Rekomendasi
tempat kerja sebelumnya);
(7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang
masih berlaku (setelah dinyatakan lulus seleksi);
34
(8) Surat Keterangan Sehat dari Dokter (setelah
dinyatakan lulus seleksi);
(9) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor
Rekening (setelah dinyatakan lulus seleksi);
(10) Nomor Izin Berusaha (NIB) dan terdaftar pada e-
SIKaP.
35
Tabulasi Data Akses Reforma Agraria terdiri dari:
a) Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria (Lampiran 3);
b) Tabulasi Data Penerima Akses Penataan Kelembagaan
(Lampiran 4);
c) Tabulasi Data Penerima Akses Pengembangan Usaha dan
Fasilitasi Akses Pemasaran (Lampiran 5);
d) Tabulasi Data Peningkatan Pendapatan Per Kapita Penerima
Akses Reforma Agraria. (Lampiran 6).
Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria dijelaskan
sebagaimana berikut:
a) Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria
Tabulasi data ini dilakukan dengan:
(1) Melaksanakan Rapat di Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional;
(2) Supervisi; dan
(3) Proses tabulasi data dari kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria, Kegiatan Penataan Kelembagaan, Kegiatan
Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran yang
dilaksanakan di Kantor Pertanahan.
Kegiatan ini juga meliputi pengumpulan data laporan dari
masing-masing Kantor Pertanahan dalam satu database
pemberdayaan tanah masyarakat dari kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria, kegiatan penataan kelembagaan, kegiatan
pengembangan usaha dan fasilitasi akses pemasaran dalam basis
data by name by address dan kelompok usaha masyarakat, serta
data spasial tanah objek pemberdayaan tanah masyarakat di
kabupaten/kota.
b) Tabulasi Data Peningkatan Pendapatan Akses Reforma Agraria
Tabulasi Data Peningkatan Pendapatan per Kapita Penerima
Akses Reforma Agraria dilakukan dengan melakukan rekapitulasi
hasil pemetaan sosial kegiatan tahun pertama dan evaluasi pada
kegiatan tahun ke tiga. Target data yang dimaksud adalah
36
pendapatan masyarakat secara periodik (pendapatan masyarakat
tahun pertama dan tahun ketiga) dalam satu data base
pemberdayaan tanah masyarakat berbasis by name by address.
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional melakukan
monitoring dan evaluasi kelengkapan pengisian data dalam aplikasi
pemberdayaan tanah masyarakat. Kelengkapan ini akan selalu
diperiksa secara berkala. Apabila terdapat kebutuhan permintaan
data secara insidental, maka Kantor Pertanahan menyiapkan data
yang dimaksud. Data Penerima Akses Reforma Agraria memberikan
informasi mengenai kemajuan dari aktivitas pemberdayaan tanah
masyarakat.
Dalam kegiatan ini, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional juga melakukan monitoring dan evaluasi dengan
peninjauan ke lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria yang telah
atau sedang dilaksanakan di kabupaten/kota pada tahun berjalan.
Setiap tahapan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional selain
diinput ke dalam aplikasi pemberdayaan tanah masyarakat, wajib
dilaporkan kepada Admin Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan
(SKMPP).
Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria yang
dilaksanakan di Kantor Wilayah selama 1 (satu) tahun anggaran,
dilaporkan sesuai dengan kerangka/sistematika sebagaimana
tersebut dalam Lampiran 7. Seluruh laporan kegiatan disampaikan
kepada Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional c.q. Direktorat Jenderal Penataan Agraria dan ditembuskan
ke Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat, paling lambat pada
bulan Desember tahun anggaran berjalan.
37
C. Kantor Pertanahan
38
Sertipikasi Lainnya sebagaimana tertuang dalam
Lampiran 9 dan Lampiran 10:
(b) Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA) yang telah
selesai dilakukan penataan aset yang terdapat pada
daftar lokasi sebagaimana tertuang dalam Lampiran 11:
(c) Lokasi yang telah diterbitkan sertipikat dari hasil
resolusi penyelesaian konflik di luar LPRA sebagaimana
tertuang dalam Lampiran 12.
(2) Lokasi merupakan tanah masyarakat yang belum terdaftar
yang akan ditindaklanjuti sebagai objek Penataan
Aset/sertipikasi tanah dengan memperhatikan potensi
pemberdayaan bagi masyarakat miskin atau prasejahtera
dan memenuhi persyaratan kepastian atas:
(a) Status kepemilikan tanahnya merupakan tanah milik
sendiri yang belum terdaftar;
(b) Status kepemilikan tanahnya harus clear and clean dari
sengketa, konflik, perkara serta permasalahan lainnya;
(c) Tanah yang diajukan dalam skema 2 jumlahnya paling
banyak 10% (sepuluh persen) dari total target kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria pada
Kabupaten/Kota;
(d) Dikuatkan dengan surat pengusulan dari Kepala Kantor
Pertanahan bahwa tanah tersebut akan dilegalisasi pada
tahun berjalan maupun tahun berikutnya.
(3) Penetapan Lokasi objek kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria diprioritaskan dengan pendekatan satu
desa/kelurahan yang memiliki mayoritas masyarakat
miskin/prasejahtera yang memenuhi kriteria pada point a
dan b;
(4) Lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria diprioritaskan
yang berdekatan objek tanahnya.
39
(5) Rekrutmen Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses Kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria
Pemilihan Tenaga Pendukung (Field Staff) dan atau
Konsultan Perorangan mengacu pada Surat Sekretaris Jenderal
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Nomor B/KU.01.03/308-100/II/2023 Tanggal 10
Februari 2023, namun demikian apabila terdapat peraturan
yang dikeluarkan kemudian maka mekanisme dan
pengaturannya mengikuti ketentuan peraturan terbaru
tersebut.
Setelah penetapan lokasi, Kantor Pertanahan
menyelenggarakan rekrutmen Tenaga Pendukung (Field Staff)
Penanganan Akses Reforma Agraria atau yang dikenal dengan
Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses (Lokasi 1, 2 dan
seterusnya) dimana 1 (satu) orang Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan
penyiapan bahan penyuluhan, pemetaan sosial, penyusunan
model, penyusunan data serta arahan dan program terhadap
100 Kepala Keluarga (KK). Jumlah, waktu dan nilai kontrak
Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses, dapat disesuaikan
dengan kebutuhan wilayah setempat dan nilai honor didasarkan
pada Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) yang berlaku.
Optimalisasi anggaran dengan menambah volume rapat,
jasa profesi/narasumber, paket meeting dan perjalanan dinas
dalam rangka pelaksanaan tugas program Penanganan Akses
Reforma Agraria salah satunya untuk pembiayaan penyusunan
arahan dan program bersama dengan stakeholder terkait.
Kerangka Acuan Kerja Pengadaan Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria dapat
merujuk pada Lampiran 13.
40
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1) Membantu menyiapkan bahan penyuluhan;
2) Melakukan kegiatan pemetaan sosial dengan menggunakan
instrumen berbasis aplikasi baik melalui website maupun
mobile;
3) Melakukan rekapitulasi data hasil dari kegiatan pemetaan
sosial;
4) Menyusun laporan hasil pemetaan sosial dan laporan
arahan dan program;
5) Membantu petugas Kantor Pertanahan dalam penyusunan
model pemberdayaan tanah masyarakat;
6) Membantu petugas Kantor Pertanahan membuat laporan
akhir penyusunan data penerima akses Reforma Agraria
serta arahan dan program;
7) Membantu petugas Kantor Pertanahan dalam setiap
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria;
8) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan program pemberdayaan
tanah masyarakat;
9) Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
rangkaian kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
yang diketahui oleh minimal Koordinator Substansi pada
seksi Penataan dan Pemberdayaan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen;
10) Menyusun Laporan Bulanan sebagai bentuk
pertanggungjawaban administrasi.
Dalam pelaksanaan tugasnya, jika Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses mengalami hambatan dan/atau kendala,
dapat disampaikan dan didiskusikan bersama dengan
Konsultan Perorangan Pemberdayaan Tanah Masyarakat di
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
41
Kualifikasi Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses kegiatan
Penanganan Akses di Kantor Pertanahan:
1) Warga Negara Indonesia;
2) Pendidikan minimal D-3 semua jurusan;
3) Berusia minimal 20 (dua puluh lima) tahun dan maksimal
45 (empat puluh lima) tahun (disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah);
4) Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan mengolah data
kuantitatif maupun kualitatif;
5) Memiliki kemampuan menganalisa dan menyusun laporan
akhir hasil pemetaan sosial;
6) Tidak berstatus ASN/TNI/Polri atau terikat kontrak kerja
dengan pihak manapun;
7) Mampu menggunakan dan mengoperasikan komputer
dengan baik seperti Microsoft Office;
8) Memiliki kemampuan berkomunikasi, presentasi dan yang
baik;
9) Mampu bekerja sama dalam tim serta memiliki komitmen
kuat di bidang pemberdayaan masyarakat;
10) Bersedia bekerja penuh waktu (full time) dan berdomisili di
lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria;
11) Dapat merekrut kembali Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses yang telah melaksanakan kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria pada tahun sebelumnya yang memiliki
kinerja dan kompetensi yang baik;
12) Sanggup bekerja dalam tekanan dan target waktu;
13) Bersedia mengikuti pelatihan secara tatap muka atau
virtual;
14) Memperhatikan kesetaraan gender.
42
b. Persyaratan Administratif
1) Surat Lamaran yang ditandatangani oleh pelamar;
2) Salinan e-KTP yang masih berlaku atau surat keterangan
perekaman e-KTP;
3) Salinan Ijazah terakhir/Surat Keterangan Lulus dan
transkrip nilai yang dilegalisasi;
4) Pas foto terakhir berwarna ukuran 4x6 latar belakang
merah sebanyak 2 (dua) lembar;
5) Daftar Riwayat Hidup dengan melampirkan keterangan
pendukung (pelatihan, pengalaman kerja, penghargaan,
dan lain-lain) bila ada;
6) Surat keterangan kerja jika ada (Rekomendasi tempat kerja
sebelumnya);
7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih
berlaku (setelah dinyatakan lulus seleksi);
8) Surat Keterangan Sehat dari Dokter (setelah dinyatakan
lulus seleksi);
9) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Rekening
(setelah dinyatakan lulus seleksi);
10) Nomor Izin Berusaha (NIB) dan terdaftar di e-SIKaP.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga
Pendukung (Field Staff) Akses wajib dilaporkan kepada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang meliputi:
1) Laporan Pemetaan Sosial;
2) Laporan Data Penerima Akses serta Arah dan Program.
Setiap pelaporan kegiatan Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses mengacu pada semua progress kegiatan yang dilakukan
kepada Subjek Penanganan Akses di lokasi untuk diserahkan ke
Kantor Pertanahan sesuai dengan kebijakan agenda pelaksanaan
Penanganan Akses Reforma Agraria.
43
2. Penyuluhan dalam Rangka Penanganan Akses
Penyuluhan dapat diartikan sebagai bentuk usaha peningkatan
pengetahuan kepada individu atau kelompok masyarakat yang
dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dalam usaha
perubahan perilaku yang berkelanjutan demi tercapainya
peningkatan nilai tambah produksi, pendapatan, dan perbaikan
kesejahteraan.
Pelaksanaan Penyuluhan dalam rangka Akses Reforma Agraria
ditujukan kepada penerima Akses Reforma Agraria dan perangkat
daerah setempat yang terkait, yang dilakukan oleh Kantor
Pertanahan didampingi oleh Tenaga Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses Pendukung di Kantor Pertanahan. Penyuluhan dilakukan
sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan di kantor desa/kelurahan
lokasi setempat. Kantor Pertanahan menyampaikan undangan
kepada aparat desa setempat, perangkat daerah terkait dan
masyarakat calon subjek Penanganan Akses Reforma Agraria.
Tujuan dari penyuluhan dalam rangka Akses Reforma Agraria
adalah memberikan informasi, pemahaman serta penyamaan
persepsi terkait tujuan pelaksanaan akses Reforma Agraria. Kegiatan
ini diharapkan dapat membawa dampak pada perubahan perilaku
masyarakat penerima akses serta meningkatkan interaksi antar
stakeholder lainnya. Hal ini agar membuka pola pikir masyarakat
untuk dapat mendukung dan mengikuti kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria sehingga masyarakat mampu mengetahui potensi,
mengoptimalkan aksesibilitas informasi serta membentuk jaringan,
terutama dalam mendukung pengembangan usaha yang sedang
dijalani.
Materi penyuluhan dapat dituangkan dalam bentuk paparan
atau modul penyuluhan yang disusun oleh Kantor Pertanahan
dengan substansi muatannya meliputi:
44
a. Peran penting sertipikat tanah sebagai jaminan kepastian
hukum hak atas tanah dan aset permodalan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan;
b. Tujuan dan manfaat Pemberdayaan Tanah Masyarakat
(perubahan sikap dan perilaku, peningkatan kemampuan
masyarakat menuju kemandirian dan kesejahteraan-capacity
building hingga peningkatan pendapatan);
c. Penataan Akses yang meliputi akses permodalan, akses usaha,
produksi (pengembangan teknologi sarana dan prasarana
produksi), dan akses pasar (interkoneksi dengan dunia usaha
atau kemitraan);
d. Peran penting Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) sebagai
forum koordinasi dalam mendukung Penanganan Akses Reforma
Agraria antar lintas sektor;
e. Peran penting perangkat daerah dalam mendukung dan
mengawal pelaksanaan pemberdayaan tanah masyarakat;
f. Tahapan dan output yang akan dilaksanakan dalam rangka
Penanganan Akses Reforma Agraria;
g. Potensi lokasi kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
dengan penjelasan kriteria lokasi yang sesuai dengan sasaran
objek dan subjek;
h. Penyampaian informasi kepada masyarakat bahwa kegiatan
Pemberdayaan Tanah Masyarakat akan dilanjutkan pada tahun
ke dua dan tahun ketiga, dimana masyarakat penerima akses
Reforma Agraria akan dibentuk atau dikuatkan kelompoknya,
serta diberikan pendampingan usaha dan fasilitasi akses
pemasaran; dan
i. Materi lain yang relevan dengan kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria.
Materi penyuluhan di atas dapat dituangkan dalam bentuk
paparan atau modul penyuluhan yang disusun oleh Kantor
Pertanahan. Lokasi penyuluhan adalah di Desa/Kelurahan yang
45
telah ditunjuk sebagai lokasi kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria.
3. Pemetaan Sosial
a. Definisi Pemetaan Sosial
Pemetaan Sosial adalah proses pengumpulan dan
penggambaran data, informasi, potensi, kebutuhan dan
permasalahan sosial, ekonomi, teknis serta kelembagaan untuk
menemukenali dan mendalami kondisi masyarakat. Pemetaan
sosial penting untuk mengidentifikasi dan memahami dinamika
sosial, ekonomi, dan budaya (sistem kelembagaan dan individu).
Pemetaan sosial dilakukan melalui penelitian lapangan,
pengumpulan data (data primer/survei dan data sekunder), dan
menginterpretasikan tata hubungan status sosial dalam
masyarakat sebagai subjek Penanganan Akses Reforma Agraria.
Hasil dari pemetaan sosial digunakan sebagai bahan
perencanaan kegiatan, rancangan Model Pemberdayaan Tanah
Masyarakat.
46
b. Komponen Pemetaan Sosial
Pemetaan sosial dilaksanakan berdasarkan 11 (sebelas)
komponen pokok yang menjadi unit penggalian informasi
sekaligus unit analisis pada tingkat sasaran penerima manfaat
by name by address. Sebelas komponen pemetaan sosial disusun
dalam skema berikut ini:
Penjelasan:
1) Sasaran penerima manfaat dan lokasi pemberdayaan
Komponen ini memotret lokasi dan sasaran responden
yang dipetakan ke dalam dua kategori, yakni tanah terdaftar
dan tidak terdaftar. Berikut kategori tanah terdaftar dan
tanah tidak terdaftar:
Kategori tanah terdaftar, antara lain:
a) Redistribusi tanah;
b) Legalisasi aset (tanah transmigrasi atau tanah PTSL);
c) Sertipikasi mandiri;
47
d) Sertipikasi lain.
e) Kategori tanah tidak terdaftar dibedakan menjadi:
f) Tanah yang memiliki bukti kepemilikan (seperti Surat
Kepemilikan Tanah/SKT, dll); dan/atau;
g) Tanah penguasaan fisik tetapi tidak memiliki bukti
kepemilikan.
2) Data keluarga
Komponen data keluarga menggambarkan hubungan
antar keluarga, status, pendidikan, pekerjaan dan tingkat
pendapatan. Data spesifik ini yang akan dipadu dengan data
komponen 3, 4, dan 5, digunakan untuk menggali kriteria
sasaran penerima manfaat dari keluarga kurang
mampu/prasejahtera/miskin.
3) Data Tenurial dan Perspektif Kesetaraan Gender
Komponen ini menggambarkan status tanah, luasan,
sertipikasi tanah, pemanfaatan tanah dengan informasi
gender sebagai variabel penting untuk memahami dinamika
kepemilikan dan penggunaan tanah.
4) Kesejahteraan Keluarga
Komponen kesejahteraan keluarga menggambarkan
kondisi ekonomi meliputi:
a) Pendapatan rata-rata keluarga berdasarkan sektor
usaha;
b) Pemenuhan kebutuhan pokok dan pengeluaran yang
dibedakan berdasarkan kebutuhan pangan dan non
pangan;
c) Akses terhadap pelayanan publik yaitu akses dalam
menjangkau fasilitas pelayanan di bidang kesehatan,
pendidikan dan pasar.
48
5) Potensi sektor ekonomi
Komponen ini terdiri dari sektor-sektor ekonomi yang
diusahakan keluarga, yaitu:
a) Pertanian;
b) Perkebunan;
c) Peternakan;
d) Perikanan budidaya;
e) Perikanan nelayan; dan/atau
f) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Komponen ini menggambarkan kondisi ekonomi yang
meliputi potensi usaha, hasil, dan modal produksi serta
penjualan hasil produksi. Perolehan data sektor ekonomi ini
disesuaikan dengan jenis sektor yang diusahakan oleh
keluarga, sehingga dapat ditemukan lebih dari satu sektor
usaha yang dikerjakan oleh masing-masing anggota
keluarga. Data ini menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana kegiatan intervensi kegiatan
pemberdayaan dan pembentukan kelompok usaha
berdasarkan kesamaan sektor usaha.
6) Kendala ekonomi
Komponen ini secara spesifik menggambarkan kondisi
aktual, hambatan, dan kendala dalam sektor ekonomi. Data
ini menjadi bahan pertimbangan penting dalam kegiatan
pendampingan dan fasilitasi, serta membantu mencari
solusi atau pemecahan jalan keluar untuk peningkatan
ekonomi dan pendapatan.
7) Program/bantuan/pendampingan
Komponen ini menggambarkan pengalaman dalam
kegiatan pemberdayaan, pendampingan maupun bantuan
yang berkenaan dengan sektor usaha. Data dasar ini
menjadi bahan peninjauan lebih lanjut dalam penyusunan
rancangan kegiatan pendampingan/fasilitasi.
49
8) Usaha tambahan dan/atau nilai tambah
Komponen ini menggambarkan minat, keinginan,
serta motivasi mereka untuk peningkatan nilai tambah atau
diversifikasi usaha bagi anggota keluarga yang belum/ingin
mengembangkan sumber pendapatan ekonomi.
9) Partisipasi Perempuan
Komponen ini menggambarkan partisipasi dan
pendampingan yang adil secara gender mengenai
aksesibilitas terhadap fasilitasi akses, pemanfaatan tanah,
keterampilan, maupun pemanfaatan sumber daya dalam
upaya peningkatan kesejahteraan keluarga
10) Kelembagaan Ekonomi Bersama/Koperasi
Komponen ini menggambarkan keikutsertaan dalam
koperasi/lembaga usaha bersama lainnya. Data ini menjadi
bahan tindak lanjut dalam kegiatan intervensi yang
menyangkut pembentukan kelembagaan, peningkatan
kapasitas kelembagaan, dan fasilitasi kerja sama antar
lembaga.
11) Bantuan dan pendampingan stakeholder
Komponen ini mengidentifikasi kegiatan
pendampingan dan bantuan yang pernah dilaksanakan
serta keberlanjutannya di lokasi terkait. Data ini digunakan
untuk memperoleh informasi dukungan stakeholder
maupun integrasi kegiatan pemberdayaan di tingkat daerah.
Identifikasi pemetaan stakeholder dipakai sebagai
bahan koordinasi dan implementasi pelaksanaan
pemberdayaan tanah masyarakat di daerah yang
dikategorikan dalam 6 (enam) kategori, yaitu: pemerintah
(pusat dan daerah), swasta atau perusahaan, kelompok
masyarakat atau tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Akademisi atau perguruan tinggi,
praktisi atau asosiasi profesi.
50
Gambar 3. Tahapan Pemetaan Sosial
b
3) Pengumpulan Data
a
r 51
E
Pelaksanaan kegiatan pemetaan sosial dilakukan oleh
Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses melalui pengumpulan
data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh
melalui metode wawancara menggunakan instrumen berbasis
aplikasi secara door to door (rumah ke rumah) yang merujuk
pada format Lampiran 14 Instrumen Pemetaan Sosial Tahun
Pertama. Pengisian data survei dilakukan secara langsung
pada aplikasi pemberdayaan tanah masyarakat yang telah
menyediakan dua menu penginputan kuesioner pemetaan
sosial dalam kondisi sinyal internet online maupun offline.
Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses juga mengumpulkan
data sekunder berupa profil desa dan data penunjang lainnya
dari kantor pertanahan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan
sumber lain yang relevan.
4) Pelaporan
a) Rekapitulasi
Kegiatan rekapitulasi data diawali dengan
penggalian data berdasarkan data pemetaan sosial dengan
metode deskriptif kualitatif atau kuantitatif yang diperoleh
dari data sekunder dan data lapangan yang sudah
ditabulasi. Adapun bentuk rekapitulasi data ini meliputi
bentuk naratif, tabulasi silang dan diagram yang
dikombinasikan ke dalam sebuah laporan pemetaan
sosial.
b) Pengolahan Hasil Pemetaan Sosial
Pengolahan Hasil Pemetaan Sosial merupakan
rekapitulasi dan pengumpulan data yang dilaporkan
sebagai hasil kegiatan pemetaan sosial dan sebagai bahan
penyusunan arahan dan program berdasarkan format
terlampir pada Lampiran 15, agar diperoleh keseragaman
penyusunan laporan pemetaan sosial.
52
4. Penyusunan Model Akses Reforma Agraria
Acuan model kegiatan Pemberdayaan Tanah Masyarakat ini
menjadi salah satu gambaran model, yang dapat ditetapkan dan
dilaksanakan di lokasi yang sudah ditetapkan sebagai lokasi
kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria. Setiap lokasi
mempunyai variabel yang berbeda dengan kondisi dan situasi serta
potensi yang spesifik. Model pemberdayaan tanah masyarakat yang
dapat dilaksanakan di lokasi, mengacu pada jenis model
pemberdayaan tanah masyarakat yang tercantum dalam petunjuk
teknis ini. Namun, tidak menutup kemungkinan model
pemberdayaan tanah masyarakat yang ditetapkan di lokasi
merupakan penggabungan dari beberapa model tersebut, atau dapat
juga mengembangkan intervensi Pemberdayaan Tanah Masyarakat
berdasarkan potensi dan karakteristik lokal.
Penyusunan model pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di
lokasi penanganan akses melalui rapat yang disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Rapat dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan
bersama dengan aparat desa setempat, perangkat daerah terkait dan
masyarakat Subjek Penanganan Akses Reforma Agraria. Rapat dapat
diselenggarakan melalui metode Focus Group Discussion (FGD) atau
metode lainnya yang diawali dengan pemaparan hasil pemetaan
sosial, untuk kemudian menghasilkan kesepakatan model
pemberdayaan yang akan diimplementasikan. Referensi rapat
koordinasi melalui metode Focus Group Discussion (FGD) dapat
merujuk pada Lampiran 16.
Bagian ini memuat definisi model, latar belakang pemilihan
model, kelebihan dan kekurangan model serta penerapan
pelaksanaan model.
a. Pengertian Model
Model Pemberdayaan Tanah Masyarakat merupakan suatu
rangkaian pendekatan yang dipakai sebagai strategi intervensi
53
pemberdayaan berdasarkan analisis pemetaan sosial, analisis
permasalahan, analisis potensi, analisis situasi dan arah
kebutuhan yang akan menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan
tanah masyarakat. Penyusunan model pemberdayaan tanah
masyarakat dibutuhkan sebagai acuan dasar dalam menentukan
kegiatan intervensi agar lebih terarah, efektif, dan efisien sesuai
dengan rekomendasi hasil pemetaan sosial. Program
pemberdayaan tanah masyarakat dilakukan dalam jangka waktu
terbatas dengan target utama pemanfaatan tanah untuk
peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, agar kegiatan
intervensi dapat dilakukan secara tepat sasaran dan diharapkan
terpenuhi targetnya, maka diperlukan kegiatan penyusunan
model yang tersistematis.
Penyusunan model ini didasarkan pada hasil analisis
pemetaan sosial, yang di dalam hasil pemetaan sosial tersebut
sudah tergambarkan potensi penerapan model pemberdayaan
yang akan di intervensi. Dalam penyusunan tersebut dipilih salah
satu model yang sesuai dengan potensi dan kondisi di lokasi.
Model yang ditetapkan dapat merujuk pada salah satu dari 8
(delapan) model, gabungan integrasi dari beberapa model, atau
inovasi model baru oleh daerah.
b. Pengembangan Model
1) Model Pertanian Korporasi
a) Kriteria Pokok
Menurut Setiawan (2008) menyatakan bahwa
kriteria pokok dari model Corporate farming adalah
sebagai berikut3:
(1) Terdiri dari sekelompok petani sehamparan yang
mempercayai pengelolaan lahannya kepada suatu
lembaga agribisnis dengan perjanjian tertentu,
3
Setiawan, Iwan. 2008. Collective Farming Sebagai Alternatif Strategi Pemberdayaan
Petani. Bandung: Universitas Padjadjaran.
54
dimana petani bertindak sebagai pemegang saham
sesuai dengan luas lahan kepemilikannya;
(2) Corporate farming dibentuk melalui musyawarah
antar para anggotanya dengan memperhatikan sosial
dan budaya setempat;
(3) Corporate farming dipimpin oleh manajer profesional
yang dipilih oleh petani serta dikelola secara
transparan dan demokratis sesuai dengan kaidah
bisnis komersial;
(4) Corporate farming mensyaratkan skala usaha
optimal, sesuai dengan kondisi dan kapasitas
sumberdaya setempat, potensi dan kapasitas
pengembangan agroindustri dan pemasaran, dan
ketersediaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi,
serta kemampuan teknis pengelolaan dalam satu
manajemen;
(5) Cakupan kegiatan corporate farming tetap bertumpu
pada komoditas unggulan di wilayahnya, dan
memperhatikan peluang pengembangan dan
diversifikasi, baik secara vertikal maupun horizontal.
b) Penerapan Model
Penerapan Pertanian Korporasi difokuskan untuk
menjalin kerja sama dengan Lembaga Pemerintah/
Swasta yang bergerak di sektor pertanian baik sebagai
offtaker maupun pihak lainnya yang berkaitan dengan
teknologi pertanian. Penerapan ini dapat diwujudkan
dengan baik melalui pendekatan partisipatif petani yang
mampu menerima model pola budidaya terbarukan
dengan sistem korporasi petani sehingga praktik ini
diawali dengan proses sosialisasi kepada kelompok
petani yang didukung oleh Pemerintah Daerah setempat.
55
Gambar 4. Skema Penerapan Model Pertanian Korporasi
56
terkait, termasuk dengan pemda/OPD potensial yang
dapat dilibatkan dalam skema pertanian korporasi;
(6) Setelah melakukan penjajakan kerja sama potensial
maka dilaksanakan dikusi proses kerja sama antara
badan usaha/mitra dan pihak-pihak terkait,
termasuk dengan pemda/OPD dengan
subjek/masyarakat;
(7) Hasil dari diskusi proses kerja sama Kantor
Pertanahan memfasilitasi penerbitan dokumen kerja
sama sebagai hasil kesepakatan, Penerbitan
dokumen kerja sama dapat berupa Berita Acara, Non
Disclosure Agreement 42 (NDA), Perjanjian Kerja
Sama (PKS), terkait dengan kebutuhan dan
pembentukan dan/atau penguatan kelembagaan
serta perencanaan bersama;
(8) Hasil dari penerbitan dokumen perjanjian kerja sama
tersebut ditindaklanjuti langsung dengan
melaksanakan Implementasi Model Pemberdayaan
Tanah Masyarakat Berbasis Pertanian Korporasi.
Penentuan lokasi potensial model Pertanian
Penentuan lokasi potensial model Pertanian Korporasi
dapat diaplikasikan pada kawasan Redistribusi Tanah
yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan pada satu
hamparan lahan pertanian, perkebunan, peternakan,
dan tambak yang tersistem. Stakeholder yang dilibatkan
dalam model pemberdayaan pertanian korporasi antara
lain adalah masyarakat (petani), pemerintah dan pihak
swasta. Peran petani bertindak sebagai anggota
sekaligus pengelola, berpartisipasi secara aktif dalam
perencanaan usaha on-farm dan off-farm, serta
menyepakati teknologi yang akan dilaksanakan dan
menerapkan teknologi tersebut.
57
2) Model Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming)
a) Kriteria Pokok
Kriteria pokok model Pertanian Terintegrasi dapat
dilakukan melalui beberapa ciri sebagaimana berikut:
(1) Pilihan komoditi dan teknologinya sesuai dengan
kondisi setempat (spesifik lokasi);
(2) Nilai ekonominya dapat memenuhi kebutuhan hidup
layak (KHL) petani, dan Kinerjanya tidak merusak
lingkungan;
(3) Agroekosistem yang berkelanjutan ini pada akhirnya
diharapkan dapat menjadi sistem pertanian yang
bebas limbah (zero waste);
(4) Mengintegrasikan pengelolaan tanaman, ternak dan
atau ikan dalam satu kesatuan yang utuh;
(5) Antara kegiatan jenis usaha tersebut (tanaman,
ternak, ikan) harus terdapat aliran energi/biomasa.
b) Penerapan Model
Model Penanganan Akses Reforma Agraria
Berbasis Integrated Farming, dapat dilakukan dengan
alur sebagai berikut:
(1) Implementasi model pemberdayaan tanah
masyarakat berbasis pertanian Terintegrasi
(Integrated Farming) dimulai dari tugas Tenaga
Pendukung (Field Staff) Akses dalam menyajikan
laporan analisis pemetaan sosial yang meliputi data
identitas subjek, tanah, potensi ekonomi, kendala
dan kebutuhan pengembangan usaha;
(2) Dari hasil laporan pemetaan sosial Kantor
Pertanahan mendapatkan data kelompok tani,
Ternak, Perikanan Budidaya dan/atau UMKM;
58
(3) Kantor Pertanahan melakukan koordinasi dengan
Banda Usaha/Mitra Jika sudah memiliki calon mitra
dan;
(4) Jika belum memiliki calon mitra Kantor Pertanahan
lanjut berkoordinasi dengan Pemda/OPD;
(5) Kantor Pertanahan melaksanakan penjajakan
kerjasama dengan badan usaha/mitra dan pihak-
pihak terkait, termasuk dengan pemda/OPD
potensial yang dapat dilibatkan dalam skema
pertanian korporasi;
(6) Setelah melakukan penjajakan kerja sama potensial
maka dilaksanakan diskusi proses kerja sama antara
badan usaha/mitra dan pihak-pihak terkait,
termasuk dengan pemda/OPD dengan subjek/
masyarakat tentang kesiapan daerah untuk
dijadikan lokasi Integrated Farming, dan
diprioritaskan kepada daerah yang sudah menjadi
target Program Prioritas Nasional (PSN) Food Estate.
Selain daripada itu Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses melakukan koordinasi dengan Badan Usaha
mengenai peluang pemberian fasilitasi akses yang
berpotensi untuk dapat dikerjasamakan merujuk
pada juknis tahun ketiga;
(7) Hasil dari diskusi proses kerja sama Kantor
Pertanahan memfasilitasi penerbitan dokumen kerja
sama sebagai hasil kesepakatan, Penerbitan
dokumen kerjasama dapat berupa Berita Acara,
Perjanjian Kerja Sama (PKS), terkait dengan
kebutuhan dan pembentukan dan/atau penguatan
kelembagaan serta perencanaan bersama;
(8) Hasil dari penerbitan dokumen perjanjian kerja sama
tersebut ditindaklanjuti langsung dengan
59
melaksanakan Implementasi Model Pemberdayaan
Tanah Masyarakat Berbasis Pertanian Terintegrasi
(Integrated Farming).
a) Kriteria Pokok
Kriteria pokok model Urban Farming dapat
dilakukan melalui beberapa kriteria sebagaimana
berikut:
(1) Lahan terbatas dan milik sendiri;
(2) Pemanfaatan area pekarangan;
(3) Menghasilkan produk pangan yang sama dengan
pertanian konvensional;
(4) Aplikasi teknologi sederhana dan tepat guna yang
mudah dilakukan oleh seluruh kalangan
masyarakat;
(5) Media tanam yang digunakan mudah diperoleh.
60
b) Penerapan Model
Proses implementasi model Urban Farming,
memiliki beberapa langkah yang dapat dilakukan antara
lain:
(1) Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses melihat
peluang ini dari keterbatasan lahan dan peluang
pasar dari kebutuhan tanaman sayur perkotaan.
Secara implementasi di lapangan, sampai pada saat
kunjungan dinas dilaksanakan, mereka belum
memiliki pengalaman;
(2) Melaksanakan kegiatan dengan melakukan
sosialisasi dan koordinasi dengan dinas terkait;
(3) Selain melaksanakan sosialisasi dengan dinas
terkait, melakukan sosialisasi dan koordinasi
pelaksanaan Urban Farming dengan badan usaha/
swasta/perorangan yang memiliki kebutuhan hasil
dari produk Urban Farming;
(4) Pemda/OPD dan Kantor Pertanahan untuk bersama-
sama melakukan pertemuan audiensi dan rencana
konsep urban farming potensial;
(5) Jika dalam audiensi dan rencana urban farming
potensial sesuai dengan kebutuhan subjek
selanjutnya merancang konsep urban farming yang
akan di implementasikan pada subjek;
(6) Jika dalam audiensi dan rencana urban farming
potensial sesuai dengan kebutuhan subjek, maka
dilanjutkan untuk pembentukan kelompok;
(7) Dari pembentukan kelompok tersebut ditindaklanjuti
langsung dengan melaksanakan rencana aksi Model
Pemberdayaan Tanah Masyarakat berbasis urban
farming;
61
(8) Hasil dari pembentukan kelompok dan rencana aksi
tersebut ditindaklanjuti langsung dengan
melaksanakan Implementasi Model Pemberdayaan
Tanah Masyarakat berbasis urban farming;
(9) Khusus mengenai fasilitasi kemitraan dengan
offtaker, baik kegiatan pendampingan permulaan
produksi, penjagaan kualitas hingga persiapan
pemasaran oleh offtaker. Keterlibatan sebagai
offtaker ini ada jika ada sesuai dengan perjanjian
kerjasama.
a) Kriteria Pokok
Kriteria pokok model Lintas Sektor dapat
dilakukan melalui beberapa kriteria sebagaimana
berikut:
(1) Bekerjasama dengan lintas sektor, pemerintah
daerah/OPD, CSO dan/atau lembaga lainnya;
(2) Adanya kesamaan visi misi dan tujuan antar lintas
sektor yang berkolaborasi.
62
b) Penerapan Model
Implementasi Model Lintas Sektor:
(1) Kantor Pertanahan dalam hal ini Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses menyusun laporan hasil kegiatan
pemetaan sosial yang menyajikan analisis kondisi
sosial ekonomi, potensi, kendala, kebutuhan dan
peluang pengembangan sektor usaha;
(2) Kantor Pertanahan melaksanakan sosialisasi berupa
penyampaian laporan hasil pemetaan sosial dengan
mengundang Perangkat Daerah terkait beserta
perwakilan subjek dan tokoh masyarakat;
(3) Pemerintah daerah melalui Perangkat Daerah terkait
melakukan koordinasi terkait peluang kerja sama
program prioritas pada anggaran tahun berjalan;
(4) CSO/Badan Usaha terkait melakukan sharing data
terkait rencana bisnis yang mampu berpeluang
menjadi kerja sama;
(5) Aktif menjalin komunikasi dengan berbagai
stakeholder. Jika sudah ada forum antar stakeholder
daerah, Kantor Pertanahan dapat dengan aktif
berkontribusi;
(6) Melaporkan hasil analisa pemetaan sosial beserta
identifikasi potensi pada kegiatan Sosialisasi,
Penyuluhan, maupun pertemuan FGD Penetapan
Model yang melibatkan para stakeholder;
(7) Berkoordinasi dengan OPD/Pemda mengenai
perencanaan program prioritas yang dimiliki
OPD/Pemda;
(8) Berkoordinasi juga dengan Badan Usaha mengenai
peluang pemberian fasilitasi akses yang sejalan
dengan usaha mereka;
63
(9) Secara simultan berkoordinasi dengan OPD maupun
pemerintah daerah terhadap rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk memperoleh dukungan
dan kolaborasi, seperti penyusunan program atau
kegiatan kepada masyarakat dalam bentuk RENJA
dan RENSTRA sesuai tahun anggaran dan
Menyesuaikan kegiatan penanganan akses yang
dirancang dalam skema tiga tahun ke dalam berbagai
agenda kegiatan di lintas sektoral di daerah;
(10) Fasilitasi pembentukan kerja sama, baik penerbitan
Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding
(MoU) maupun Perjanjuan Kerja Sama (PKS) di
bawah arahan Pemerintah Daerah bersama para
stakeholder dan pendampingan subjek Penanganan
Akses Reforma Agraria terkait dengan kebutuhan dan
pembentukan dan/atau penguatan kelembagaan
serta perencanaan bersama;
(11) Hasil dari penerbitan dokumen perjanjian kerjasama
tersebut ditindaklanjuti langsung dengan
melaksanakan implementasi model lintas sektor dan
menindaklanjuti kegiatan berdasarkan peran dan
tugas pokok masing-masing antar stakeholder;
(12) Selalu berkomunikasi dengan CSO/Badan Usaha
sebagai Off Taker pada pelaksanaan model lintas
sektor.
64
Gambar 7. Skema Penerapan Model Lintas Sektor
a) Kriteria Pokok
Kriteria pokok model pertanian dapat dilakukan
melalui beberapa kriteria sebagaimana berikut:
(1) CSR dilakukan oleh perusahaan yang beroperasi
tidak jauh dari lokasi kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria maupun lokasi yang jauh dari
perusahaan yang dapat memberikan program CSR-
nya;
(2) CSR dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah maupun perusahaan lain
yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan
kewajiban CSR nya;
(3) Kantor Pertanahan dapat menginisiasi penetapan
lokasi mana yang membutuhkan intervensi CSR
sesuai dengan kebutuhan masyarakat hasil dari
pemetaan sosial;
65
(4) Kegiatan CSR yang telah diinisiasi dan telah
dilakukan oleh Perusahaan dapat ditindaklanjuti
dengan kegiatan penanganan akses Reforma Agraria;
(5) Kegiatan CSR harus didesain sesuai dengan
kebutuhan kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria dan disesuaikan pula dengan program yang
ada pada perusahaan pemberi CSR.
b) Penerapan Model
Model ini diterapkan dengan mekanisme sebagai
berikut:
(1) Kantor Pertanahan dalam hal ini Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses menyusun laporan hasil kegiatan
pemetaan sosial yang menyajikan analisis kondisi
sosial ekonomi, potensi, kendala, kebutuhan dan
peluang pengembangan sektor usaha;
(2) Kemudian menyusun hasil dari kegiatan Sosialisasi,
Penyuluhan, maupun pertemuan FGD Penetapan
Model;
(3) Pada kegiatan sosialisasi membahas dan
mengidenfikasi perusahaan/Badan Usaha yang
mampu mendukung program;
(4) Berkoordinasi dengan Badan Usaha maupun Forum
CSR yang ada di daerah mengenai peluang pemberian
fasilitasi akses melalui dana CSR. Cara koordinasi
informal dan pendekatan personal dapat diusahakan
karena lebih efektif dalam membangun kedekatan
dalam bekerja sama;
(5) Fasilitasi pembentukan kerja sama, baik penerbitan
Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding
(MoU) maupun Perjanjian Kerja Sama (PKS);
66
(6) Melakukan FGD dengan masyarakat terkait dengan
kebutuhan dan pembentukan kelompok;
(7) Selanjutnya dilakuan penguatan kelembagaan bagi
kelompok yang sudah terbentuk maupun yang baru
terbentuk sebagai salah satu persyarat pengajuan
proposal;
(8) Subjek/masyarakat bersama Kantor Pertanahan
memfasilitasi penyusunan proposal pengajuan CSR;
(9) Kantor pertanahan melakukan Penerbitan surat
pengantar sebagai dokumen pendukung pengajuan
proposal;
(10) Badan Usaha/Forum CSR melakukan verifikasi
proposal yang telah disepakati jika tidak sesuai maka
akan kembali di kordinasikan dan dilaksakan
audiensi bersama;
(11) Jika sudah sesuai bisa didistribusi sesuai dengan
ketentuan Forum CSR;
(12) Implementasi pelaksanaan kegiatan jika telah
memperoleh persetujuan dari Forum CSR, maka
Subjek/Masyarakat dan/atau Pemda/OPD dapat
langsung melaksanakan kegiatan CSR tersebut
(sebagaimana terlihat pada alur 12.a dan 12.b
gambar skema penerapan model CSR).
67
Gambar 8. Skema Penerapan Model CSR
a) Kriteria Pokok
Kriteria Pokok pada Model Pengembangan
Kawasan Tematik adalah sebagai berikut:
(1) Adanya dukungan serta komunikasi dan koordinasi
yang baik dari berbagai pemangku kepentingan
maupun masyarakat;
(2) Melibatkan partisipasi masyarakat dan lembaga yang
ada dengan tujuan untuk membangun kekhasan
wilayah tersebut;
(3) Mengembangkan potensi usaha masyarakat yang
dominan sesuai dengan budaya, tradisi, kearifan
lokal dan menjadi mata pencaharian pokok sebagian
besar warga di wilayah tersebut.
b) Penerapan Model
Implentasi Model Kampung Tematik sebagai
berikut:
(1) Implementasi model pemberdayaan tanah
masyarakat berbasis penataan kawasan dimulai dari
peran Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses
68
menyajikan data analisis pemetaan sosial yang
meliputi data identitas subjek, tanah, potensi
ekonomi, kendala dan kebutuhan pengembangam
usaha untuk dilaporkan ke Kantor Pertanahan;
(2) Kantor Pertanahan bertanggung jawab menyajikan
laporan hasil pemetaan sosial dalam kegiatan
sosialisasi kepada Perangkat Daerah terkait
mengenai rencana daerah dalam penataan kawasan,
seperti rencana tata ruang daerah atau penataan
kawasan permukiman;
(3) Kantor Pertanahan bersama Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses berkomunikasi kepada subjek
Penanganan Akses untuk berkoordinasi dengan
jajaran pemerintah desa agar dapat mengusulkan
kebutuhan atau rencana kegiatan pemanfaatan
tanah berupa usulan unggulan Penataan Kawasan
atau salah satu contoh Kampung Reforma Agraria
(KRA) dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan dan
Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kabupaten/
Kota sebagai rencana tahun depan. Usulan tersebut
memuat rencana pembangunan infrastruktur
fasilitas sosial dan/atau fasilitas umum;
(4) Pemerintah daerah berperan dalam mengakomodir
usulan Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota terkait
penataan kawasan dalam pengusulan dari subjek
Reforma Agraria;
(5) Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan
oleh Perangkat Daerah sesuai dengan jadwal dan
tugas pokok masing-masing. Pada pelaksanaan ini,
Kantor Pertanahan mengawal usulan perencanaan
bersama pemerintah desa, pemerintah kecamatan
dan stakeholder terkait;
69
(6) Kantor Pertanahan menginventarisasi usulan-usulan
hasil pelaksanaan Musrenbang tingkat
Kabupaten/Kota yang telah disetujui dan sejalan
dengan proses persetujuan Musrenbang, subjek
Reforma Agraria menyiapkan rencana pengembangan
usaha dengan didampingi oleh Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses sehingga dapat berjalan paralel;
(7) Kantor Pertanahan dan Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses melakukan pendampingan terhadap
subjek/ masyarakat;
(8) Kemudian dilanjutkan rencana aksi pengembangan
usaha (lahan garapan) yang diusulkan sebagai subjek
Reforma Agraria;
(9) Kantor Pertanahan kembali mendampingi sejauh
mana rencana pengembangan dari rencana usaha
subjek/masyarakat;
(10) Kantor Pertanahan melakukan persiapan untuk
Kampung Reforma Agraria (KRA);
(11) Jika prioritas usulan Kampung Reforma Agraria
(KRA) telah disetujui, maka pemerintah desa dan
subjek Reforma Agraria bertanggung jawab terhadap
usulan tersebut dalam implementasi kegiatannya,
yakni persiapan pembangunan infrastruktur fasilitas
sosial dan/atau fasilitas umum sebagai persiapan
KRA;
(12) Pemerintah daerah melalui program prioritasnya,
berperan dalam mengkoordinasikan rencana
implementasi terkait tindak lanjut pengusulan KRA,
seperti implementasi Pembentukan Koperasi
penyediaaan infrastruktur fasilitas sosial dan/atau
fasilitas umum. Seiring dengan implementasi
rencana kegiatan Kampung Reforma Agraria (KRA),
70
Perangkat Daerah terkait dapat berperan serta dalam
pembentukan koperasi atau kelembagaan;
(13) Pihak badan usaha dapat dilibatkan untuk berperan-
serta sebagai pihak off taker dalam pengembangan
usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan
dikoordinasikan oleh Kantor Pertanahan. Peran serta
bahan usaha ini dapat dikuatkan dengan penerbitan
dokumen perjanjian kerjasama misalnya melalui
Berita Acara, NDA dan/atau PKS, dan sebagainya.
71
7) Model Creating Shared Value (CSV)
a) Kriteria Utama
(1) Konsep CSV mengharuskan perusahaan memainkan
peran ganda menciptakan nilai ekonomi (economic
value) dan nilai sosial (social value) secara bersama
sama (shared), tanpa salah satu diutamakan atau
dikesampingkan;
(2) Pelaksanaan CSV didorong perusahaan dan
perusahaan harus bersifat proaktif;
(3) CSV bagi perusahaan adalah investasi jangka
panjang bagi perusahaan.
b) Penerapan Model
Secara ringkas proses implementasi Model
berbasis CSV dilakukan dengan alur sebagai berikut:
(1) Kantor Pertanahan dalam hal ini Tenaga Pendukung
(Field Staff) Akses menyusun laporan hasil kegiatan
pemetaan sosial yang menyajikan analisis kondisi
sosial ekonomi, potensi, kendala, kebutuhan dan
peluang pengembangan sektor usaha;
(2) Kemudian hasil dari pemetaan pada kegiatan
Sosialisasi, Penyuluhan, maupun pertemuan FGD
melakukan Penetapan Model;
(3) Pada kegiatan sosialisasi membahas dan
mengidenfikasi perusahaan/Badan Usaha yang
mampu mendukung perogram;
(4) Berkoordinasi dengan Badan Usaha maupun Forum
CSR yang ada di daerah mengenai peluang pemberian
fasilitasi akses melalui dana CSV. Cara koordinasi
informal dan pendekatan personal dapat diusahakan
karena lebih efektif dalam membangun kedekatan
dalam bekerja sama;
72
(5) Fasilitasi pembentukan kerja sama, baik penerbitan
Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding
(MoU) maupun Perjanjuan Kerja Sama (PKS);
(6) Melakukan FGD dengan masyarakat terkait dengan
kebutuhan dan pembentukan kelompok;
(7) Selanjutnya dilakuan penguatan kelembagaan bagi
kelompok yang sudah terbentuk maupun yang baru
terbentuk sebagai salah satu persyarat pengajuan
proposal;
(8) Subjek/masyarakat bersama Kantor Pertanahan
memfasilitasi penyusunan proposal pengajuan CSV;
(9) Kantor pertanahan melakukan Penerbitan surat
pengantar sebagai dokumen pendukung pengajuan
proposal;
(10) Badan Usaha/Forum CSR melakaukan verifikasi
proposal yang telah disepakati, jika tidak sesuai
maka akan kembali dikordinasikan dan
dilaksanakan audiensi bersama dan;
(11) Jika sudah sesuai bisa didistribusi sesuai dengan
ketentuan Forum CSR;
(12) Implementasi pelaksanaan kegiatan jika telah
memperoleh persetujuan dari Forum CSR, maka
subjek/masyarakat dan/atau Pemda/OPD dapat
langsung melaksanakan kegiatan CSV tersebut
(sebagaimana terlihat pada alur 12.a dan 12.b
gambar skema penerapan model CSV);
(13) Badan Usaha/ Forum CSR berperan-serta sebagai
pihak off taker dalam pengembangan usaha yang
dilakukan oleh Subjek/Masyarakat.
73
Gambar 10. Skema Penerapan Model CSV
74
(3) Kemudian hasil dari pemetaan sosial disampaikan
pada kegiatan Sosialisasi, Penyuluhan, maupun
pertemuan FGD Penetapan Model;
(4) Sekaligus koordinasi dengan Pemda/OPD
menyampaikan data hasil pemetaan sosial terutama
list kebutuhan serta jumlah subjek;
(5) Selanjutnya dilakukan Pendataan Subjek UMKM
untuk;
(6) Hasil dari pendataan Subjek UMKM dilaporakan
kepada Kantor Pertanahan;
(7) Selanjutnya dilakukan pengembangan
kelembagaan bagi subjek/mayarakat yang sudah
terdata sebagai UMKM binaan maupun yang belum
terdaftar sebagai UMKM binaan sebagai salah satu
persyarat pengajuan fasilitasi PLUT;
(8) Setelah di lakukan pengembangan kelembagaan
maka di lakukan audiensi, jika tidak sesuai denga
ketentuan PLUT maka kembali berkordinasi denga
Pemda/OPD dan/atau;
(9) Sesuai dengan PLUT maka dilanjutkan dengan
penyusunan dokumen kerja sama bisa dalam
bentuk Berita Acara Pemenuhan Komitmen,
Perjanjian Kerja sama, maupun dokumen lainnya
sepanjang dapat dijadikan bukti legalitas terjalinnya
kerja sama antara Kantor Pertanahan dengan PLUT.
Kerja sama ini diharapkan dapat mengikat target
agar output dari masing-masing pihak tercapai,
sepanjang subjek yang dibina adalah subjek yang
sama;
(10) Subjek yang bisa diintervensi PLUT tidak ada
persyaratan tertentu, semua pelaku UKM bisa
mendapatkan pelatihan, proses pendampingan akan
75
disesuaikan dengan jumlah SDM yang tersedia pada
PLUT;
(11) Implementasi pelaksanaan kegiatan jika telah
memperoleh persetujuan dari Kantor Pertanahan
dan PLUT menyusun rencana kerja yang dituangkan
dalam Berita Acara Penyusunan Model. Rencana
Kerja diharapkan dapat mengakomodir kegiatan
Penanganan Akses Tahun Kedua yakni Penataan
Kelembagaan, serta kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria Tahun Ketiga yakni Pengembangan
Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran;
(12) Pemda/OPD berperan-serta sebagai pihak off taker.
76
5. Penyusunan Data Penerima Akses Reforma Agraria
Tahap akhir pelaksanaan kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria adalah penyusunan penerima akses Reforma Agraria serta
ditindaklanjuti dengan penyusunan arahan dan program melalui rapat
di Kantor Pertanahan sesuai dengan DIPA Kantor Pertanahan masing-
masing dengan melibatkan stakeholder terkait. Pelaporan kegiatan
penanganan akses Reforma Agraria disusun dalam bentuk rekapitulasi
data dengan penyajian data yang terinput dalam Aplikasi
Pemberdayaan Tanah Masyarakat termasuk lampiran berupa Data
Arahan dan Program.
Hasil rapat tersebut adalah laporan akhir pelaksanaan kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria. Kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan selama 1
(satu) tahun anggaran, dilaporkan sesuai dengan kerangka/
sistematika sebagaimana tersebut dalam Lampiran 17.
Laporan Akhir disampaikan secara berjenjang kepada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional c.q. Direktorat Jenderal Penataan
Agraria dan ditembuskan ke Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat.
D. Mitigasi Risiko
77
1. Mitigasi Risiko pada tahapan Penentuan Lokasi
78
4. Mitigasi Risiko pada tahapan kualitas hasil pemetaan sosial
79
6. Mitigasi Risiko pada tahapan Kontrol Kualitas Tenaga
Pendukung (Field Staff) Akses
80
BAB IV
REFORMA AGRARIA
A. Pelaksanaan Anggaran
81
halaman 69, huruf d. Pelaksanaan Anggaran Data Penerima Akses
Reforma Agraria Daerah, beserta keterangan lain dan lampirannya.
a. Sumber Pembiayaan Data Penerima Akses Reforma Agraria
Sumber pembiayaan kegiatan Penanganan Akses Reforma
Agraria berasal dari Rupiah Murni (RM).
b. Tahapan dan Output Data Penerima Akses
Output Penanganan Akses Reforma Agraria berdasarkan
tahapan kegiatan:
Tabel 2. Tahapan Kegiatan dan Output Data Penerima Akses Reforma Agraria di
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
82
Komponen Tahapan Kegiatan Satuan Dokumen Keluaran/
/ Akun Pertanggung Hasil
jawaban
(evidence)
● BA
Penyelesaian
Pekerjaan
(BAPP) dll
● Kuitansi
● Laporan
Analisis
Tabulasi
Akses
Reforma
Agraria
● Laporan
Rekapitulasi
Peningkatan
Pendapatan
SK Pelaksanaan
052 Bimbingan Teknis Pemberdayaan Tanah Masyarakat Bimbingan
Teknis
521211 Belanja Bahan Paket Kuitansi Daftar Penerima
(Seminar kit) pembelian Seminar Kit
522151 Belanja Jasa Profesi Orang ● SK Daftar Penerima
Jam Narasumber Honor
● Undangan
Narasumber
● Daftar hadir
524114 Belanja Perjalanan Paket ● SK Peserta Laporan
Dinas Paket Meeting ● Surat Tugas Kegiatan Bimtek
Dalam Kota ● Surat
Undangan
Peserta
● Dokumen
Hotel
(kuitansi)
83
Komponen Tahapan Kegiatan Satuan Dokumen Keluaran/
/ Akun Pertanggung Hasil
jawaban
(evidence)
● Daftar
Penerima
Transport dan
Uang Harian
Khusus
transportasi
at cost:
Kuitansi/
setruk (bus,
tol, bensin)
053 Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria Laporan Akhir
521211 Belanja Bahan Orang ● Surat Notulen Rapat
(Konsumsi, dan Kegiatan Undangan
Penggandaan) rapat
● Daftar Hadir
● Kuitansi
Snack dan
makan siang
Kuitansi
penggandaan
524111 Belanja Perjalanan Orang ● Surat Tugas Laporan
Dinas Biasa Transport ● SPPD Perjalanan
(Transport, Uang ● Daftar Dinas
Harian, dan Penerima
Penginapan) Transport dan
Uang Harian
Khusus
transportasi
at cost :
Kuitansi/
setruk (bus,
tol, bensin)
84
c. Pengukuran Kinerja
Realisasi kegiatan dan anggaran di Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional akan diukur kinerjanya berdasarkan bobot
kinerja fisik dan keuangan. Kinerja keuangan diukur dari
perbandingan antara realisasi keuangan dan target dikali 100%.
Sedangkan realisasi fisik diukur berdasarkan progress
persentase bobot kinerja sebagai berikut:
Tabel 3. Bobot Kinerja Data Penerima Akses di Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional.
Komponen/
Tahapan Kegiatan Kinerja
Akun
Pengumpulan Bahan dan
051 15%
Penyusunan Konsep Kegiatan
Bimbingan Teknis Pemberdayaan
052 35%
Tanah Masyarakat
Tabulasi Data Penerima Akses
053 50%
Reforma Agraria
85
2. Kantor Pertanahan
86
Komponen/ Tahapan Satuan Dokumen Keluaran/ Keterangan
Akun Kegiatan Pertanggung Hasil
jawaban
(evidence)
Penunjang
Komputer)
87
Komponen/ Tahapan Satuan Dokumen Keluaran/ Keterangan
Akun Kegiatan Pertanggung Hasil
jawaban
(evidence)
521211 Belanja Bahan Paket ● Undangan Notulen
(Rapat) rapat rapat
● Daftar
hadir
● Kuitansi
pembelian
Snack
524113 Belanja OT ● Surat Tugas Laporan ● Sesuai
Perjalanan Dinas OH SPPD Perjalanan Satuan
Dalam Kota ● Kuitansi/ Dinas Biaya
(transport ke setruk (bus, setempat
lokasi, uang tol, bensin) ● Penginapa
harian, ● Daftar n diberikan
penginapan) Nominatif sebesar
30%
054 Penyusunan Model Notulensi
Rapat
Penyusunan
Model
521211 Belanja Bahan Paket ● Undangan Notulen
(Rapat) rapat rapat
● Daftar
hadir
● Kuitansi
pembelian
Snack
Penyusunan Data Penerima Akses Reforma Laporan
055
Agraria Akhir
521211 Belanja Bahan Paket ● Undangan Buku
(Konsumsi, rapat Laporan
Salinan dan ● Daftar hadir
Penjilidan) ● Kuitansi
pembelian
Snack
● Kuitansi
salinan
● Kuitansi
penjilidan
c. Pengukuran Kinerja
Realisasi kegiatan dan anggaran di Kantor Pertanahan
akan diukur kinerjanya berdasarkan bobot kinerja fisik dan
keuangan. Kinerja keuangan diukur dari perbandingan antara
88
realisasi keuangan dan target dikali 100%. Realisasi fisik diukur
berdasarkan progress persentase bobot kinerja sebagai berikut:
Tabel 6. Bobot Kinerja Penanganan Akses di Kantor Pertanahan
Waktu Pelaksanan
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penetapan Lokasi
B. Mekanisme Pelaporan
89
Konsultan Perorangan yang bertugas di Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional, mempunyai tugas untuk menghimpun data
perkembangan kondisi subjek Penanganan Akses Reforma Agraria
pada tahun pertama, kedua, dan tahun ketiga. Selain itu bertugas
juga untuk menghimpun data dari Kantor Pertanahan pada lokasi
Penanganan Akses Reforma Agraria Tahun Anggaran 2023.
2. Kantor Pertanahan
Laporan Penanganan Akses Reforma Agraria disusun
berdasarkan format dan diupload ke dalam folder penyimpanan
online yang sudah dibuat oleh Konsultan Perorangan pada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Laporan dibuat dalam bentuk
softfile.
90
BAB V
A. Gambaran Umum
91
1) Pelaksanaan update data fasilitasi pada rentang waktu /
masa kerja Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses dilakukan
oleh Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses sebagai bagian
dari kegiatan Pemetaan Sosial;
2) Pelaksanaan update data fasilitasi melampaui rentang waktu
/ masa kerja Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses dilakukan
oleh Kantor Pertanahan. Dalam hal dilakukan
Pendampingan update data Fasilitasi oleh Kantor
Pertanahan, maka tidak termasuk kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria dengan tanpa membebankan biaya
perjalanan dinas.
e. Peta spasial, sebagai sebaran data pemberdayaan tanah
masyarakat berdasarkan spasial yang sudah diintegerasikan
dengan peta bidang tanah Komputerasi Kantor Pertanahan
(KKP);
f. Laporan data by name by address, sebagai tabulasi data by
name by address pemberdayaan tanah masyarakat.
92
e. Progress CPCL, digunakan untuk melihat kemajuan capaian
sertipikasi lintas sektor/mandiri;
f. Sistem Informasi Pemberdayaan Tanah Masyarakat ini akan
dijelaskan lebih rinci dalam manual book terpisah.
1. Tampilan Dashboard
93
2. Tampilan Peta Spasial
94
3. Tampilan Entri Data Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
95
KK
Gambar 18. Data Entri Data Pemberdayaan
Tanah Masyarakat Penetapan Pendampingan
96
4. Tampilan Laporan
97
6. Tampilan Peta Mobile
98
8. Tampilan Input CPCL
99
BAB VI
PENUTUP
100
LAMPIRAN
101
Lampiran 1. Peta Sebaran Target Penanganan Akses Reforma Agraria Tahun 2023
102
Lampiran 2. Kerangka Acuan Kerja Pengadaan Konsultan Perorangan
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KEGIATAN REKRUTMEN
KONSULTAN PERORANGAN
PADA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI …..
TAHUN 2023
A. Latar Belakang
103
8. Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2022 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 180);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia tahun 2020 Nomor 985);
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024
(Berita Negara Tahun 2020, Nomor 1792);
12. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.02/2022
Tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 494);
13. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
12 tahun 2021 tentang Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 593);
14. Keputusan Deputi Bidang Pengembangan Strategi Dan Kebijakan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Standar Dokumen Pemilihan Melalui Pengadaan Langsung Untuk
Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi;
15. Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor B/KU.01.03/308-
100/II/2023 Tanggal 10 Februari 2023.
b. Gambaran Umum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Kementerian ATR/BPN) yang memiliki tugas di bidang agraria/pertanahan
dan tata ruang ditingkat nasional dan regional, mengemban sebagian
Program Prioritas pengentasan kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria adalah Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Kementerian ATR/BPN melalui Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat beserta jajarannya di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
berupaya melaksanakan pemberdayaan tanah masyarakat. Dengan
merekomendasikan dilaksanakannya legalisasi aset oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota terhadap bidang tanah yang pemiliknya telah
memperoleh akses dari pemangku kepentingan terkait serta memfasilitasi
masyarakat penerima sertipikat hak atas tanah agar dapat menjadikan
bidang tanah dimaksud sebagai aset yang hidup dan menjadi modal dasar
bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
…………………….
NIP. ……………………
106
Lampiran 3. Tabulasi Data Penerima Akses Reforma Agraria
ALAMAT ASET JENIS USAHA POTENSI USAHA NAMA KUB
NO NIK NAMA SESUAI NOMOR JENIS TAHUN ASAL Titik Penggunaan
KTP LUAS Titik Bujur
SHAT HAK SHAT SERTIPIKAT Lintang tanah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 0000000000 A. Kadir Jl. - HPK 2012 109.4354271 Kebun Pertanian Kebun Kelapa Harapan
Manunggal Kelapa Tanaman Sawit Makmur
18 Sawit Tahunan
(Perkebunan),
Kelapa Sawit
0 -0,000000
2 0000000000 Abdul Kampung 111111111 HMI 2019 111.0000000 Pemukiman Pertanian, Padi Kampung
Patah Tengah Pertanian Tengah 1
0 -0,000000 Serealia, Padi
3 0000000000 Abdul Kampung 22222222 HMI 2019 222.0000000 Pemukiman Pertanian, Padi Kampung
Wahid Tengah Pertanian Tengah 1
0 -0,000000 Serealia, Padi
107
Tabel lanjutan setelah kolom Nama KUB
PENDAMPINGAN PENGHASILAN
HAMBATAN, KENDALA, AKSES YANG
MODEL PEMBERDAYAAN
MASALAH DIBUTUHKAN INSTANSI JENIS NAMA
DESKRIPSI TAHUN-1 TAHUN-2 TAHUN-3
PENDAMPING PENDAMPINGAN KEGIATAN
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kekurangan Pupuk Dan Pupuk Dan Bibit Pertanian Korporasi - Pendampingan
Bibit (Cooperative Farming) Usaha
Hama, Kurangnya Modal Pestisida, Herbisida, Modal Pertanian Korporasi Dinas Pertanian Kab. Pendampingan
Usaha Usaha (Cooperative Farming) Kubu Raya Usaha
Hama, Kurangnya Modal Pestisida, Herbisida, Modal Pertanian Korporasi Dinas Pertanian Kab. Pendampingan
Usaha Usaha (Cooperative Farming) Kubu Raya Usaha
108
Lampiran 4. Tabulasi Data Penerima Akses Penataan Kelembagaan
a. Keluaran Akhir Penataan Kelembagaan Bagi yang Sudah Memiliki Kelompok Usaha
Penetapan Progress
Terdaftar/ Sektor Subsektor Sektor Instansi
Lokasi Nama Nama Kendala Jenis Kegiatan
Tidak Usaha Usaha Utama/ Usaha Pendamping
Kec Desa Kelompok Anggota Kelembagaan Pendampingan Fasilitasi
No terdaftar Utama Komoditas Tambahan
Akses
Catatan:
*Progress Kegiatan : arahnya ke tindak lanjut yang akan dilakukan kedepannya dan kerja sama yang akan disusun
*Kendala Kelembagaan : kondisi dan hambatan dalam proses pembentukan dan penguatan kelompok
*Instansi Pendamping : stakeholder yang memberikan fasilitasi pendampingan kelembagaan dan bantuan lainnya
*Jenis Pendampingan : Pendampingan yang sudah diterima (kelembagaan dan bantuan lainnya)
109
b. Keluaran Akhir Penataan Kelembagaan Bagi yang Belum Memiliki Kelompok Usaha
Catatan:
Sektor usaha tambahan sebagai peluang untuk membentuk kelompok dengan menggabungkan sektor usaha tambahan Subjek Reforma lain
yang sudah memiliki Kelompok. Hal ini akan memungkinkan bagi 1 Subjek memiliki 2 (dua) kelompok usaha yang berbeda sektor usaha.
110
Lampiran 5. Tabulasi Data Penerima Akses Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran
Data Tabulasi Penerima Akses Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran
Kab/Kota…….
Desa/Kel :
Kecamatan :
Kab/Kota :
Provinsi :
Jumlah Target :
1. Subjek yang Mendapatkan Pendampingan Kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran (Subjek
Prioritas)
111
2. Subjek yang Belum Memperoleh Prioritas Pendampingan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran
112
Lampiran 6. Tabulasi Data Peningkatan Pendapatan Per Kapita Penerima Akses Reforma Agraria
Provinsi :
Kabupaten Kota :
Kecamatan : Semua
Kelurahan : Semua
Tahun : 2023
Seleksi :-
Penghasilan
Pendampingan
Jumlah (Rp)
No NIK Nama
Tanggungan
Instansi Jenis Nama Sebelum Setelah
Deskripsi
Pendamping Pendampingan Kegiatan Penanganan Penanganan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
113
Lampiran 7. Kerangka Penulisan Laporan di Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Waktu Pelaksanaan (Tabel Pelaksanaan Pekerjaan dengan Uraian Kegiatan)
BAB II
DATABASE PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA
A. Laporan kegiatan penanganan akses Reforma Agraria Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional:
1. Tabulasi data penerima Penanganan Akses Reforma Agraria;
2. Tabulasi data subjek Penataan Kelembagaan;
3. Tabulasi data subjek Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses
Pemasaran;
4. Data Peningkatan Pendapatan Perkapita Penerima Akses Reforma Agraria.
B. Infografik berisi rangkuman kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
BAB III
KEGIATAN PENANGANAN AKSES REFORMA AGRARIA
A. Resume kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria pada masing-masing
Kabupaten/Kota yang menjadi target penanganan akses;
B. Infografik berisi kegiatan penanganan akses Reforma Agraria pada masing-
masing kabupaten/kota yang menjadi target penanganan akses (jumlah
infografik disesuaikan dengan jumlah kabupaten/kota);
C. Rekapitulasi data hasil kegiatan penanganan akses tahun anggaran 2023.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
114
Lampiran 8. Format SK Penetapan Lokasi Kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria
115
37/SKB/XII/2017; Nomor 593/9395/SJ; Nomor 14/KB/M/KUKM/XI/2017;
Nomor 07/Mon/HK.220/M/ 12/2017; Nomor 16/MEN-KP/KB/XII/2017;
b. Perjanjian Kerja Sama Antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan
direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi
Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan
tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Tanah Masyarakat Bagi Pelaku Usaha
Mikro dan Kecil, Petani, Nlayan, Dan Pembudi Daya Ikan Nomor 29/SKB-
400/IV/2018,
500/1738/Bangda/2018,01/PKS/Dep.2/IV/2018,03/MoU/T.160/B/04/2018,
01/PKS/DJPT-KKP/IV/ 2018, 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018;
c. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran …
Nomor SP DIPA…. Tanggal .. (disesuaikan dengan No DIPA masing-masing Kantor
Pertanahan dimana anggaran kegiatan ini berada).
Memutuskan
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/KOTA ….… TENTANG
PENETAPAN LOKASI KEGIATAN PENANGANAN AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN
……………
PERTAMA : Menetapkan :
Desa/Kelurahan : ...............................
Kecamatan : ................................
Kabupaten/Kota : ................................
Sebagai Lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria Anggaran 2023.
KEDUA : Sumber pendanaan untuk Pelaksanaan Rapat Penetapan Lokasi Kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria ini berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ..... Tahun Anggaran 2023.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila terdapat
kekeliruan di kemudian hari dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di….
Pada tanggal
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
..........
Nama ...............................
NIP ..................................
116
Lampiran 9. Lokasi Tematik Perikanan Kampung Budidaya
Lokasi Tematik Perikanan Kampung Budidaya sebagaimana bersumber dari Data Kementerian Perikanan dan
Kelautantertera pada lokasi berikut:
117
Lemang, Sialang Pasung, Bantar, Sialang
Meranti Bunting, Pelantai
18 Meranti Kakap Repan, Tebun
Banglas
Inshit, Gogo, Serat Akar, Kudap
Pudak, Kota Karang
5 JAMBI 19 Muaro Jambi Patin
20 Banyuasin Patin Sungai Rengit
21 Kota Palembang Lele Sri Mulya
SUMATERA Cambai
6 22 Kota Prabumulih Lele
SELATAN
23 Musi Rawas Nila Sitiharjo
24 OKU Timur Patin Sukosari & Triyoso
25 Bengkulu Selatan Patin Darat Sawah
26 Kota Bengkulu Lele Lempuing
7 BENGKULU
27 Bengkulu Utara Nila Sidomukti
28 Kepahiang Nila Suru Ilir
29 Pesawaran Bawal Bintang Sidodadi
30 Pringsewu Nila Pagelaran
8 LAMPUNG
31 Lampung Selatan Rumput Laut Ketapang, Legundi, Tridarma Yoga, Ruguk, Sumur
32 Lampung Barat Nila Kagungan
9 BANGKA BELITUNG 33 Belitung Timur Kerapu Tanjung Batu Itam
34 Lingga Rumput Laut Pelakak, Kote
35 Bintan Bawal Bintang Pengujan, Penaga, Pangkil, Tembeleing.
10 KEPULAUAN RIAU 36 Karimun Rumput Laut Sugi, Rawa Jaya, Nyiur Permai, Keban
37 Kapulauan Anambas Kerapu Piabung, Air Sena, Batu Belah
Karas, Sijantung, Galang Baru, PL. Abang,
38 Kota Batam Kakap
Rembang, Cate
118
Setoko, Pulau Buluh, Batu Legong, Temoyong,
Bulang Lintang, Pantai Gelam Pantai
Pulau Panggang
11 DKI JAKARTA 39 Kep. Seribu Kerapu
119
61 Sragen Patin Tenggak
62 Tegal Nila Salin Dampyak
63 Semarang Lele Sruwen
64 Banyumas Gurami Petarungan, Grujugan, Kebarongan
14 DI YOGYAKARTA 65 Sleman Nila Wonokerto
66 Bangkalan Bandeng Panjalinan
67 Banyuwangi Lobster Sarongan
68 Blitar Ikan Hias Sumberingin
69 Gresik Bandeng Pangkah Wetan
70 Kediri Lele Tulungrejo,
15 JAWA TIMUR 71 Kota Kediri Ikan Hias Ketami
72 Lamongan Kerapu Labuhan, Brondong
73 Probolinggo Kerapu Gili Ketapang
74 Sidoarjo RL Kedung Pandan, Kupang
75 Sumenep RL Lobuk, Pagarbatu, Tanjung
76 Tulungagung Gurami Pagersari
77 Lebak Patin Prabugantungan, Banjarsari, Cibatur Keusik
16 BANTEN
78 Pandeglang* Lobster Citereup
17 BALI 79 Buleleng Rumput Laut Patas
80 Bima Rumput Laut Laju, Wilamaci, Doro Oo, Rompo.
81 Kota Bima Bawal Bintang Kolo, Ule
18 NTB 82 Lom. Tengah Nila Teratak, Aik Berik.
83 Lom. Timur Lobster Jerowaru
84 Sumbawa Tiram Mutiara Pulau Kaung
85 Kupang Kerapu Bokonusan, Onansila, Uitau, Huilelot
19 NTT
86 Rote Ndao Rumput Laut Oeseli
120
Kaliuda, Tanamanang
87 Sumba Timur Rumput Laut
121
Lohsumber,
Sumbersari,
Sungai Payang,
Kalimantan Timur 100 Kutai Kertanegara Nila Jembayan
Tengah
122
31 MALUKU UTARA 121 Halmahera Tengah Nila Waijarana
122 Jayapura Nila Maribu
123 Keerom Lele Yamtapir II
32 PAPUA 124 Kepulauan Yapen Rumput Laut Sarawandori
125 Kota Jayapura Nila Koya Timur
126 Waropen Kepiting Urfas
127 Kaimana Rumput Laut Marsi
128 Raja Ampat Kerapu Mutus, Sawandarek
33 PAPUA BARAT
129 Sorong Nila Malaos
130 Teluk Wondama Rumput Laut Yomber
123
Lampiran 10. Lokasi Kelompok Tematik Kampung Nelayan Maju
Lokasi kelompok tematik sebagaimana bersumber dari Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2022
pada lokasi berikut:
1 Kalaju 2022 Aceh Aceh Barat Johan Pahlawan Gampong Padang Seurahet
10 Kalaju 2022 Jambi Tanjung Jabung Timur Muara Sabak Timur Kuala Simbur
124
No Project Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
23 Kalaju 2022 Kalimantan Barat Kayong Utara Pulau Maya Dusun Besar
25 Kalaju 2022 Kalimantan Barat Kubu Raya Sungai Kakap Sungai Kupah
28 Kalaju 2022 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur Mentaya Hilir Selatan Sei Ijum Raya
29 Kalaju 2023 Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Selatan Tanjung Putri
125
No Project Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
31 Kalaju 2022 Kalimantan Utara Kota Tarakan Tarakan Barat Karang Anyar Pantai
Kepulauan Bangka
34 Kalaju 2022 Bangka Barat Paritiga Teluk Limau
Belitung
45 Kalaju 2022 Maluku Kota Tual Pulau Dullah Utara Dullah Laut
46 Kalaju 2022 Maluku Maluku Tenggara Kei Besar Selatan Barat Watkidat
126
No Project Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
53 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat Daya Landu
54 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Belu Kakuluk Mesak Dua Laus
55 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Kelapa Lima Oesapa
57 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya Kodi Pero Konda
58 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah Mamboro Wendewa Utara
59 Kalaju 2022 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur Kota Waingapu Kamalaputi
127
No Project Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
72 Kalaju 2022 Sulawesi Selatan Bantaeng Bissappu Bonto Lebang (Kampung Kaili)
128
No Project Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
89 Kalaju 2022 Sumatera Barat Kota Padang Koto Tengah Pasir Nan Tigo
90 Kalaju 2022 Sumatera Barat Pasaman Barat Sungai Beremas Air Bangis
91 Kalaju 2022 Sumatera Barat Pesisir Selatan Batang Kapas IV Koto Hilie
93 Kalaju 2022 Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir Tulung Selapan Simpang Tiga Jaya
94 Kalaju 2022 Sumatera Utara Kota Medan Medan Belawan Bagan Deli
97 Kalaju 2022 Sumatera Utara Kota Sibolga Sibolga Kota Pasar Belakang
99 Kalaju 2022 Sumatera Utara Batu Bara Tanjung Tiram Bandar Rahmat
129
Lampiran 11. Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA)
130
Lampiran 12. Lokasi Prioritas Redistribusi Tanah Hak Kepemilikan Bersama
Jumlah bidang hasil Redistribusi Tanah Hak Kepemilikan Bersama di Provinsi Jambi yang dilakukan pada
tahun 2022 adalah sejumlah 11 bidang tanah dengan jumlah 744 orang penerima dengan rincian kegiatan
sebagaimana berikut:
131
Lampiran 13. Kerangka Acuan Kerja Pengadaan Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KEGIATAN REKRUTMEN TENAGA PENDUKUNG (Field Staff) AKSES
PENANGANAN AKSES PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/KOTA ….
TAHUN 2023
1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumberdaya Alam;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104);
3. Peraturan Presiden tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan/Jasa Pemerintah (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2021/Nomor 63);
4. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 172);
5. Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2019 tentang Penataan Tugas dan
Fungsi Kementerian Negara Kabinet Indonesia Maju Periode 2019 – 2024
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 2019);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria
dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
83);
7. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 84);
132
8. Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2022 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 180);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia tahun 2020 Nomor 985);
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024
(Berita Negara Tahun 2020, Nomor 1792);
12. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/PMK.02/2022 Tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 494);
13. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 12 tahun 2021 tentang Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 593);
14. Keputusan Deputi Bidang Pengembangan Strategi Dan Kebijakan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 5 Tahun
2018 Tentang Standar Dokumen Pemilihan Melalui Pengadaan Langsung
Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi;
15. Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Nomor B/KU.01.03/308-100/II/2023 Tanggal 10
Februari 2023.
b. Gambaran Umum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di
bidang agraria/pertanahan dan tata ruang ditingkat nasional dan
regional, mengemban sebagian Program Prioritas pengentasan
kemiskinan melalui kegiatan Reforma Agraria. Unsur penting dalam
Reforma Agraria adalah Penataan Aset dan Penataan Akses.
Direktorat Pemberdayaan Tanah Masyarakat beserta
jajarannya di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota berupaya
melaksanakan pemberdayaan tanah masyarakat. Dengan
merekomendasikan dilaksanakannya legalisasi aset oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota terhadap bidang tanah yang pemiliknya
telah memperoleh akses dari pemangku kepentingan terkait serta
memfasilitasi masyarakat penerima sertipikat hak atas tanah agar
dapat menjadikan bidang tanah dimaksud sebagai aset yang hidup
dan menjadi modal dasar bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
133
Dalam rangka pendampingan secara aktif dan
berkesinambungan terhadap masyarakat penerima sertipikat hak
atas tanah dibutuhkan Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses ini
akan membantu pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Tanah
Masyarakat pada satuan kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
khususnya secara langsung melakukan pemetaan sosial, penentuan
model pemberdayaan, dan pendampingan terhadap kepala keluarga
peserta Akses Reforma Agraria. Berperan serta membantu
berkoordinasi dengan Lembaga pemerintah/non pemerintah agar
peserta Akses Reforma Agraria mendapatkan kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah.
Data dari pelaksanaan kegiatan pendampingan pemberdayaan
tanah masyarakat berupa data subjek Penanganan Akses yang
diinput by name by address. Penginputan dilakukan melalui aplikasi
pemberdayaan tanah masyarakat yang dapat dioperasikan secara
cepat, lengkap dan mudah oleh penggunanya serta terintegrasi
antara pusat dan daerah.
c. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari adanya Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses atau yaitu meningkatkan kinerja berdasarkan
kebutuhan beban kerja yang proporsional pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota sehingga dapat memberikan kualitas pekerjaan
yang baik sesuai dengan standar yang telah disusun dan target yang
telah ditetapkan.
2. Penerima Manfaat
Penerima manfaat adalah Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota sebagai fasilitator kegiatan Penanganan
Akses Reforma Agraria.
3. Strategi Pencapaian Keluaran
a. Metode pelaksanaan
Metode yang dilakukan dalam rekrut Tenaga Pendukung (Field
Staff) Akses melalui pengadaan langsung.
b. Kebutuhan Personil Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses
Jumlah personil yang akan direkrut sebanyak ….. (…..) orang.
c. Masa Kerja Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses
Konsultan Perorangan yang direkrut akan berkerja selama ….. (……)
bulan.
d. Kualifikasi Personil
1. Warga Negara Indonesia;
2. Pendidikan minimal D-3 semua jurusan;
3. Berusia minimal 20 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 45
(empat puluh lima) tahun (disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing daerah);
134
4. Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan mengolah data
kuantitatif maupun kualitatif;
5. Memiliki kemampuan menganalisa dan menyusun laporan
akhir hasil pemetaan sosial, serta penyusunan data penerima
akses termasuk arahan dan program;
6. Tidak berstatus ASN/TNI/Polri atau terikat kontrak kerja
dengan pihak manapun;
7. Mampu menggunakan dan mengoperasikan komputer dengan
baik seperti Microsoft Office;
8. Memiliki kemampuan berkomunikasi, presentasi dan yang baik;
9. Mampu bekerja sama dalam tim serta memiliki komitmen kuat
di bidang pemberdayaan masyarakat;
10. Bersedia bekerja penuh waktu (full time) dan berdomisili di
lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria;
11. Dapat merekrut kembali konsulan perorangan Penanganan
Akses Reforma Agraria yang telah melaksanakan kegiatan
Penanganan Akses Reforma Agraria pada tahun sebelumnya
yang memiliki kinerja dan kompetensi yang baik;
12. Sanggup bekerja dalam tekanan dan target waktu;
13. Bersedia mengikuti pelatihan secara tatap muka atau virtual;
14. Memperhatikan kesetaraan gender.
b. Peralatan Yang disediakan sendiri
1. Komputer/laptop
2. Smartphone
4. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan adalah
sebesar Rp. ….. (…….. Rupiah) dengan sumber dana berasal dari
Rupiah Murni yang dialokasikan pada DIPA Kantor Pertanahan ……
tahun 2023.
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) dibuat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota……
Nama …………………….
NIP. ………………………
135
Lampiran 14. Kuesioner Pemetaan Sosial Penanganan Akses (Tahun Pertama)
Tujuan
1. Kegiatan pemetaan sosial ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi wilayah dan potensi atau karakteristik masyarakat calon sasaran program
Pemberdayaan Tanah Masyarakat yang dipakai sebagai dasar perencanaan kegiatan sesuai dengan potensi serta permasalahan yang ada pada
wilayah tersebut.
2. Informasi atau data yang didapat dari hasil kegiatan ini akan digunakan bersama dengan instansi atau stakeholder untuk mendukung pemberian
fasilitasi akses Reforma Agraria
RE. RESPONDEN
RES1 Nama Responden Utama :
RES2 No. Urut RT: └─┴─┘
RES3 Nomor Induk Kependudukan (NIK)
136
RES7 Jumlah tanggungan (termasuk kepala
………………………. (orang)
keluarga)
RES8 Telepon/ HP
1. Telepon / HP └─┴─┴─┴─┘-└─┴─┴─┴─┴─┴─┴─┴─┘ 2. Tidak berlaku
RES9 Sumber status tanah 1. Terdaftar (Rujukan TN02) 2. Belum Terdaftar (Rujukan TN03)
(diisi oleh Field Staff – hanya pilih satu A. Redistribusi Tanah a. Memiliki bukti kepemilikan
bidang tanah yang akan diberdayakan) (rujukan ke RM)
a. Pelepasan Kawasan Hutan
(ditambah pilihan tidak punya tanah)) b. Telah menguasai secara fisik tetapi
b. Pelepasan HGU/ HGB
tidak memiliki bukti kepemilikan
c. Tanah negara lainnya (tanah terlantar,
(rujukan ke RM)
APL, …...)
B. Legalisasi Aset
a. Tanah Transmigrasi
b. Tanah PTSL
C. Sertipikasi Mandiri Lintas Sektor (Lintor)
D. Sertipikasi Lainnya
2. Tahun ………………………..
RES10 Apa sektor usaha yang ada kelola? Sektor usaha Subsektor usaha (mengikuti Jenis subsektor usaha (mengikuti
(mengikuti master data Klasifikasi Baku master data) master data)
Lapangan Usaha Indonesia)
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Perikanan nelayan
Perikanan
UMKM
Jasa
137
Lainnya
LK. LOKASI
LK01 Koordinat geografis/
geotagging bidang
tanah (aplikasi) Lintang: Bujur:
LK02 KABUPATEN/ KOTA LK03 KECAMATAN/ DISTRIK :
LK04 DESA/ KELURAHAN
LK05 ALAMAT :
138
AR0 AR01 AR02 AR03 AR04 AR05 AR06 AR07 AR08
0
No. Nama Anggota Keluarga Hubungan [...] Jenis Tanggal lahir Status Pekerjaan […] Pendidikan Penghasilan anggota keluarga per bulan
dengan Kepala Kelamin Perkawinan […] bagi yang bekerja
Keluarga […] (Utama dan Sampingan – bagi anggota
keluarga)
01. 1. L 1 2 3
1. Bekerja Rp
2. P 4 5 6
____________ ______________________
└0┴1┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
02. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
03. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
04. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
05. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
06. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
07. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
08. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
139
09. 1. L 1 2 3 1. Bekerja Rp
2. P ____________ 4 5 6 ______________________
└─┴─┘ _ └─┴─┘ └─┴─┘ 2. Tidak Bekerja
140
No. └─┴─┘.└─┴─┴─┴─┘-└─┴─┴─┴─┘- Atas nama :
TN02 Nomor Sertipikat Terdaftar
└─┴─┴─┴─┘ Jenis Kelamin : L/P Luas : └─┴─┘.└─┴─┴─┘
yang akan diberdayakan
meter2
No. └─┴─┘.└─┴─┴─┴─┘-└─┴─┴─┴─┘- Atas nama :
TN03 Nomor Bukti Kepemilikan
└─┴─┴─┴─┘ Jenis Kelamin : L/P. Luas : └─┴─┘.└─┴─┴─┘
Belum Terdaftar yang akan
diberdayakan (jika ada) meter2
141
a. Tempat tinggal
TN07 Klasifikasi lahan saat ini dengan mengacu
ke KBLI? – disesuaikan dengan RES10
b. Pertanian - perkebunan(rujukan PT01)
(dipindah)
f. Kosong/ tidak digunakan (lainnya ………………………………….) akan disesuaikan mas ikbal -->
disamakan dengan urutan kuisoner dibawah..
1. Ya, 2. Tidak,
TN08 Apakah anda memiliki hunian/ tempat
tinggal? Apa statusnya? Milik Sendiri Sewa
Milik Fam/ Marga/ Ulayat Kontrak
Lainnya__________________ Rumah saudara
Lainnya__________________
1. Sendiri/ Keluarga
TN09 Siapa yang mengelola tanah tersebut?
2. Disewa orang lain secara tertulis
142
1. Disimpan di rumah
TN10 Apa yang anda lakukan terhadap
sertipikat tanah yang terdaftar (jika
2. Dijaminkan kepada pihak lain
jawaban 2, maka …) ?
3. Dijual
4. Lainnya
1. Keluarga
TN11 Kepada pihak siapa jika sertipikat
5. Lembaga keuangan
dijaminkan? (rujukan ke AMD01)
2. Tetangga
6. Koperasi
3. Orang lain
7. Lainnya
4. Bank …………………………………………………….
1. Ya (pilihan di bawah)
TN12 Apakah tanah yang dikelola bapak/ ibu
merupakan bagian dari komunal/ ulayat 1.
Tanah komunal
2. Tidak (melompat ke RM01)
masyarakat hukum adat? 2.
Tanah ulayat
3.
Tanah Masyarakat Hukum Adat
1.
Peraturan Daerah Nomor .……………………Tahun ………………Tentang
TN13 Apakah lembaga masyarakat hukum adat ……………………………………….…….…..………….
sudah mendapatkan penetapan atau ……………………………………………………………………………………………………………………………
pengakuan dari pemerintah daerah? (diisi ………………………
oleh Field Staff) 2. SK pemerintah daerah .……………………Tahun ………………Tentang
………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………
3. Dokumen lainnya
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………
143
1. Diatur oleh marga/ fam
TN14 Siapa yang mengatur tanah komunal/
ulayat tersebut?
2. Diatur oleh lembaga masyarakat hukum adat
3. Lainnya ……………………
3. ………………………………………………..
144
IK. INDIKATOR KESEJAHTERAAN KELUARGA
Selanjutnya kami ingin menanyakan tentang kemampuan ekonomi keluarga
Berapa Upah Minimum Regional (UMR) (diisi oleh Rp └─┴─┘.└─┴─┴─┘. └─┴─┴─┘. (tidak ditanyakan ke responden – sumber data
petugas sendiri) sekunder)
IK01 Apakah keluarga ini mampu menyediakan makanan 1. Ya, …………… kali 2.Tidak
pokok dalam sehari untuk setiap anggota keluarga?
IK02 Konsumsi sembako (sembilan bahan pokok) di keluarga
ini saat ini? (estimasi dalam satu bulan) (bisa lebih dari
satu) Rp └─┴─┘.└─┴─┴─┘. └─┴─┴─┘
IK03 Jika tidak memiliki bahan makanan pokok, bagaimana a. Hutang ke warung c. Menggadaikan properti
anda memenuhi kebutuhan tersebut? (jawaban boleh b. Meminjam keluarga dan orang d. Berharap ada bantuan
lebih dari satu) terdekat lainnya
IK04 Apakah pernah mendapatkan bantuan pemenuhan 1. Ya IK05 2. Tidak IK06 3. Tidak tahu IK06
kebutuhan dasar dari pemerintah?
IK05 Jenis bantuan pemenuhan kebutuhan dasar apa saja a. Raskin c. BBNL (Bahan Bangunan Non Lokal) e. Lainnya, ______
yang diterima tahun ini? (jawaban boleh lebih dari b. PKH (Program Keluarga Harapan) d. Bantuan Sosial __________
satu)
IK06 Bagaimanakah tingkat kemudahan menuju sekolah 1. Sulit 2. Mudah
(SMP – Wajib belajar 9 tahun) terdekat?
IK07 Apakah ada anak yang melanjutkan pendidikan ke 1. Ya 2. Tidak
jenjang pendidikan lanjutan (SLTA dan/ atau
perguruan tinggi)?
IK08 Darimana biaya pendidikan lanjutan itu? 1. Swadaya/ mandiri 2. Beasiswa 3. Lainnya
IK09 Kemanakah anggota keluarga berkunjung apabila a. Rumah Sakit d. Dokter Praktek Swasta f. Tradisional
sakit? (jawaban boleh lebih dari satu) b. Puskesmas/ PUSTU e. Bidan Kampung g.Lainnya, _________________
c. Polindes
145
IK10 Apakah keluarga ini sanggup membayar biaya 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu
pengobatan di Puskesmas/ Pustu apabila berobat di
fasilitas kesehatan tersebut?
IK11 Bagaimanakah ketersediaan/ kondisi jalan atau 1. Tidak ada 2. Ada, dalam kondisi buruk 3. Ada, dalam kondisi baik
jembatan yang menghubungkan ibu kota kecamatan?
IK12 Bagaimanakah tingkat kemudahan untuk menuju 1. Sulit 2. Mudah
pasar terdekat?
e. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) atau perniagaan Rp └─┴─┴─┘. └─┴─┴─┘.└─┴─┴─┘
146
PG02 Berapakah pengeluaran keluarga satu bulan terakhir untuk
pangan (bisa dikalkulasikan melalui penghitungan pengeluaran Rp └─┴─┘.└─┴─┴─┘. └─┴─┴─┘ TOTAL
mingguan)? PENGELUARAN PANGAN
147
i. Hiburan (rekreasi/ bioskop/, hotel dll) Rp └─┴─┘.└─┴─┴─┘. └─┴─┴─┘
PT01 Apa jenis lahan yang dikelola? 1. Sawah pengairan/ irigasi 4. Tegal
2. Sawah tadah hujan 5. Kebun pekarangan
3. Ladang 6. Perkebunan
PT02 Apakah ada tenaga kerja tambahan (berbayar), berapa 1. Ya, …………. orang 2. Tidak
orang?
PT03 Berapa modal awal pertanian - perkebunan tersebut? Rp ……………………………
PT04 Apabila lahan yang dikelola merupakan lahan sewa,
berapa harga sewa tanahnya per tahun? Berapa luas Rp …………………………… ………………………… m2
tanah yang di sewa? (diisi jika subjek adalah penggarap
yang menyewa lahan)
PT05 Berapa lama anda bekerja dalam jasa pertanian? ……………………….. bulan
148
PT06 Apa alat mesin pertanian – perkebunan (alsintan) yang 2. Tidak ________________________________________________________________
anda miliki? ada _____
a. Alat dan/atau mesin pengolah tanah 2. Tidak ________________________________________________________________
b. Alat dan/atau mesin untuk pembibitan ada _____
c. Alat dan/atau mesin penanam 2. Tidak ________________________________________________________________
ada _____
d. Alat dan/atau mesin perawatan
2. Tidak ________________________________________________________________
e. Alat dan/atau mesin pengolah hasil panen 1. Ya ada _____
f. Alat dan/atau mesin pengering 1. Ya 2. Tidak ________________________________________________________________
g. Alat penyimpanan hasil pertanian 1. Ya ada _____
h. ………………………… 1. Ya 2. Tidak ________________________________________________________________
1. Ya ada _____
1. Ya 2. Tidak ________________________________________________________________
1. Ya ada _____
PT07 Berapa lama masa panen dalam setahun? 1. …………… kali 2. Sepanjang tahun
(rujukan ke PT15)
PT08 Berapa rata-rata hasil panen? Rp ………………..…………………….. (dikonversi dalam Rupiah)
PT09 Kemana menjual hasil pertanian - perkebunan a. Tengkulak e. Lokapasar (online)
tersebut? (jawaban boleh lebih dari satu) b. Pasar f. Konsumen langsung
c. Industri g. Lainnya
d. Supermarket/ minimarket ………………………………………………..………
149
PT10 Apakah ada kendala dalam pertanian - perkebunan?
a. Penanaman 1. Ya 2. Tidak ____________________________________________________________
b. Perawatan 1. Ya 2. Tidak ____
c. Panen 1. Ya 2. Tidak ____________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
d. Pasca panen/ penjualan
1. Ya 2. Tidak ____________________________________________________________
e. Keterampilan 1. Ya 2. Tidak ____
f. Iklim/ bencana 1. Ya 2. Tidak ____________________________________________________________
g. …………………… ____
____________________________________________________________
____
____________________________________________________________
____
____________________________________________________________
____
PT11 Apakah pernah mendapatkan bantuan/ program ____________________________________________________________
pemberdayaan untuk menunjang usaha pertanian? ____
1. Ya 2. Tidak
____________________________________________________________
____
PT12 Apakah bantuan/ program masih berjalan? Jelaskan ____________________________________________________________
kondisinya! ____
1. Ya 2. Tidak
____________________________________________________________
____
150
PT13 Jika ada kegiatan pendampingan/ pemberdayaan
dalam pertanian, bidang apa yang anda harapkan?
Mengapa? ______________________________________________________________________________________
a. Penanaman dan penambahan jenis usaha tanam ______
b. Manajemen perawatan dan pemanenan
______________________________________________________________________________________
c. Penjualan
______
d. Keterampilan
e. Permodalan ______________________________________________________________________________________
______
f. ……………………
______________________________________________________________________________________
______
______________________________________________________________________________________
______
______________________________________________________________________________________
______
PT14 kami ingin menanyakan siklus pertanian keluarga dalam setahun (diberi keterangan jika waktu istirahat, bibit, pupuk diinput dalam
jumlah pemakaian)
Bulan Jenis Tanaman Waktu tanam* Modal (bibit/ pupuk) ** Waktu panen * Hasil rata-rata **
Januari
Februari
Maret
April
151
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
*) Jawaban dicentang
**) Jawaban dikonversi dalam Rupiah
PTK. PETERNAKAN
Selanjutnya kami ingin menanyakan tentang peternakan yang dikelola keluarga
PTK01 Apa jenis utama dan berapa jumlah ternak yang anda a. Peternakan sapi dan kerbau …………………… ekor
usahakan? (jawaban boleh lebih dari satu) b. Peternakan kuda dan lainnya …………………… ekor
c. Peternakan unta dan sejenisnya …………………… ekor
d. Peternakan domba dan kambing …………………… ekor
e. Peternakan babi …………………… ekor
f. Peternakan unggas …………………… ekor
g. Peternakan lainnya …………………………………. …………………… ekor
PTK02 Berapa modal awal usaha peternakan tersebut?
Rp …………………………
PTK03 Berapa lama anda bekerja pada jasa bidang
peternakan? (ditanyakan jika responden bekerja pada
sektor jasa) ……………………….. bulan / tahun (coret salah satu)
152
PTK04 Apa aset peternakan yang anda miliki? ____________________________________________________
a. Alat dan/atau mesin penetasan/ pembenihan ____
b. Alat dan/atau mesin pengolahan pakan ____________________________________________________
c. Alat dan/atau mesin pembiakan ____
____________________________________________________
d. Alat dan/atau mesin perawatan
1. Ya 2. Tidak ada ____
e. …………………………………. 1. Ya 2. Tidak ada ____________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ada ____
1. Ya 2. Tidak ada ____________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ada ____
PTK05 Berapa hasil penjualan per tahun? 1. Rp
PTK06 Berapa lama masa rawat ternak tersebut? ……………………..………. bulan
PTK07 Kemana menjual hasil peternakan tersebut? (jawaban a. Tengkulak
boleh lebih dari satu) b. Pasar
c. Industri
d. Supermarket/ minimarket
e. Lokapasar (online)
f. Konsumen langsung
g. Lainnya ………………………………………………………………………………………………
PTK08 Apakah ada kendala dalam mengelola peternakan?
a.Pembibitan/ pembiakan _________________________________________________________
____
b. Perawatan _________________________________________________________
____
c. Penjualan _________________________________________________________
____
d. Keterampilan 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
e. Iklim/ bencana 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
f. ……………… 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
153
PTK09 Apakah pernah mendapatkan bantuan/ program _________________________________________________________
pemberdayaan untuk menunjang usaha peternakan? ____
1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
PTK10 Apakah bantuan/ program masih berjalan? Jelaskan _________________________________________________________
kondisinya! ____
1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
PTK11 Jika ada kegiatan pendampingan/ pemberdayaan ______________________________________________________________________________________
dalam peternakan, bidang apa yang anda harapkan? ____
Mengapa? ______________________________________________________________________________________
a. Penambahan jenis usaha ternak ____
b. Manajemen perawatan ______________________________________________________________________________________
____
c. Penjualan
______________________________________________________________________________________
d. Keterampilan ____
e. Permodalan ______________________________________________________________________________________
f. …………………… ____
______________________________________________________________________________________
____
______________________________________________________________________________________
____
154
IKN. PERIKANAN
Sektor Perikanan dibedakan menjadi dua subsektor, yakni perikanan budidaya dan perikanan tangkap
PRB. Perikanan Budidaya
Selanjutnya kami ingin menanyakan tentang perikanan yang dikelola oleh keluarga (jika petani penggarap garam, dimasukkan di sini
dengan perubahan pertanyaan yang relevan)
PRB01 Berapa luas tambak/ perikanan budidaya/ garam
yang dikelola └─┴─┴─┘└─┴─┴─┘m2 2. Tidak Berlaku
PRB02 Berapa lama anda bekerja pada jasa bidang perikanan
budidaya? ……………………….. bulan
PRB03 Berapa modal tambak/ perikanan budidaya/ garam
tersebut? Rp ……………………………
PRB04 Apa aset perikanan budidaya yang anda miliki? 2. Tidak _________________________________________________________
a. Alat dan/atau mesin penetasan/ pembenihan ada __
b. Alat dan/atau mesin pengolahan pakan 2. Tidak _________________________________________________________
c. Alat dan/atau mesin pembiakan ada __
2. Tidak _________________________________________________________
d. Alat dan/atau mesin perawatan
1. Ya ada __
e. …………………………………. 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya ada __
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya ada __
PRB05 Berapa lama masa mengelola atau masa rawat
tambak/ perikanan budidaya/ garam tersebut sekali
panen? ……………………..hari/ minggu/ bulan / tahun (coret salah satu)
PRB06 Berapa harga jual normal? (sesuaikan satuan – pilih Rp ………………………….. (dalam sekali masa
salah satu) 1. Rp …………………( …… ../ ……….) panen)
155
PRB07 Kemana menjual hasil tambak/ perikanan budidaya/ e. Lokapasar (online)
tambak ikan/ garam tersebut? (jawaban boleh lebih a.Tengkulak f. Konsumen langsung
dari satu) b. Pasar g. Lainnya
c. Industri …………………………………….…………………
d. Supermarket/ minimarket
PRB08 Apakah ada kendala dalam mengelola perikanan
budidaya? _________________________________________________________
a.Pembibitan/ pembiakan ___
b. Perawatan _________________________________________________________
___
c. Penjualan
_________________________________________________________
d. Keterampilan ___
1. Ya 2. Tidak
e. Iklim/ bencana _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak
___
f. ……………… 1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ___
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ___
PRB09 Apakah pernah mendapatkan bantuan/ program _________________________________________________________
pemberdayaan untuk menunjang usaha perikanan ___
budidaya/ tambak ikan/ garam anda? 1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
___
PRB10 Apakah bantuan/ program masih berjalan? Jelaskan _________________________________________________________
kondisinya ___
1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
___
156
PRB11 Jika ada kegiatan pendampingan/ pemberdayaan ______________________________________________________________________________________
dalam perikanan budidaya/ tambak ikan/ garam, _____
bidang apa yang anda harapkan? Mengapa? ______________________________________________________________________________________
a. Penambahan jenis usaha budidaya _____
b. Manajemen perawatan dan pembiakan ______________________________________________________________________________________
_____
c. Penjualan
______________________________________________________________________________________
d. Keterampilan _____
e. Permodalan ______________________________________________________________________________________
f. …………………… _____
______________________________________________________________________________________
_____
______________________________________________________________________________________
_____
157
PNY04 Apa jenis utama tangkapan laut yang sering diperoleh? 1.
______________________________________
2.
______________________________________
3.
______________________________________ ……………………………………… ekor
4. ……………………………………… ekor
______________________________________ ……………………………………… ekor
5. ……………………………………… ekor
______________________________________ ……………………………………… ekor
PNY05 Berapa modal rata-rata dalam sekali melaut? Rp
……………………………………………………………
….…
Rp
……………………………………………………………
…….
Rp
……………………………………………………………
…….
Rp
……………………………………………………………
…….
Rp
1. BBM ……………………………………………………………
2. Oli …….
3. Es Balok Rp
4. Konsumsi ……………………………………………………………
5. Umpan …….
6. Air Bersih Rp
7. Lainnya ……………………………………………………………
…………………………………………… …….
158
1. Rp
………………………………….………… Rp …………………………….………….. (dalam
PNY06 Berapa harga jual rata-rata?
sekali melaut)
(Kg)
159
PNY11 Jika ada kegiatan pendampingan/ pemberdayaan ______________________________________________________________________________________
dalam perikanan kelautan, bidang apa yang anda ______
harapkan? Mengapa? ______________________________________________________________________________________
a. Peralatan nelayan ______
b. Penjualan ______________________________________________________________________________________
______
c. Keterampilan
______________________________________________________________________________________
d. Permodalan ______
e. …………………… ______________________________________________________________________________________
______
______________________________________________________________________________________
______
160
UKM04 Berapa modal awal produksi/ penjualan
tersebut? Rp ……………………………………………..……
UKM05 Berapa modal awal yang dikeluarkan? (jumlah
keseluruhanl) Rp …………………………………………………...
UKM06 Berapa perolehan omset rata-rata dalam
bulanan? Rp …………………………………………………...
UKM07 Apakah ada kendala dalam mengelola
kewirausaahan? _________________________________________________________
a. Produksi ____
b. Pengelolaan _________________________________________________________
____
c. Penjualan/ Pemasaran
_________________________________________________________
d. Permodalan ____
1. Ya 2. Tidak
e. Keterampilan _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak
____
f. ……………. 1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ____
UKM08 Apakah ada mitra kerja sama dalam usaha ini? _________________________________________________________
Jika ada apa namanya? ____
1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
UKM09 Apakah pernah mendapatkan bantuan/ _________________________________________________________
program pemberdayaan untuk menunjang ____
kewirausahaan anda? 1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
161
UKM10 Apakah bantuan/ program pemberdayaan _________________________________________________________
tersebut masih berjalan? Jelaskan kondisinya! ____
1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
UKM11 Jika ada kegiatan pendampingan/
pemberdayaan dalam kewirausahaan, bidang apa yang ______________________________________________________________________________________
anda harapkan? Mengapa? _____
a. Penambahan jenis wirausaha
b. Peningkatan keterampilan usaha ______________________________________________________________________________________
_____
c. Pemasaran
d. Permodalan ______________________________________________________________________________________
e. …………………… _____
______________________________________________________________________________________
_____
______________________________________________________________________________________
_____
UKM12 Apakah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) e. Surat Keterangan Berusaha
a. Nomor Induk Berusaha (NIB)
yang sedang dijalankan saudara saat ini telah memiliki f. Sertifikat Ekspor
hal berikut? (jawaban boleh lebih dari satu) b. Izin Edar
g.
c. Sertifikat Label Halal ……………………………………………………
d. Sertifikat Pangan Industri Rumah ……
Tangga (PIRT)
162
Jangka
Waktu
163
UT04 Apa kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh ibu-ibu? a. Mengurus rumah tangga c. Kelompok Arisan e. Kelompok
(bisa lebih dari satu) Pengajian g. Lainnya …………….
b. PKK. d. Koperasi f. Dasawisma
………………………
______________________________________________________________________________________
____
164
UT07 Keterampilan apa yang sudah anda miliki? 1.
______________________________________________________________________________________
___
2.
______________________________________________________________________________________
___
3.
______________________________________________________________________________________
___
UT08 Jika ingin mengembangkan usaha tambahan, darimana 4. Bantuan
sumber modalnya? 1. Sendiri 5………………………………………………………
2. Hibah ……….
3. Pinjaman
KL. KELEMBAGAAN
Selanjutnya kami ingin menanyakan tentang pandangan mengenai kelembagaan – (Keterangan di aplikasi (bagian ini nanti menjadi satu
dengan UT – USAHA TAMBAHAN)
UT09 Apakah sudah ada lembaga yang berjalan di desa ini?
Sebutkan namanya
a. Koperasi
b. Bumdes
_________________________________________________________
c. Karang Taruna ___
_________________________________________________________
d. Dasawisma ___
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
e. Kelompok Tani 1. Ya 2. Tidak ___
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
f. Kelompok Pembudidaya Ikan 1. Ya 2. Tidak
___
1. Ya 2. Tidak
g. Lembaga lain ……… 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ___
165
UT10 Apakah anda terlibat aktif dalam lembaga tersebut?
_________________________________________________________
Apa alasan manfaat atau tidak mengikuti?
___
a. Koperasi
_________________________________________________________
b. Bumdes ___
_________________________________________________________
c. Karang taruna ___
_________________________________________________________
d. Dasawisma ___
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
e. Kelompok Tani 1. Ya 2. Tidak ___
1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
f. Kelompok Pembudidaya Ikan 1. Ya 2. Tidak
___
1. Ya 2. Tidak
g. Lembaga lain ……… 1. Ya 2. Tidak _________________________________________________________
1. Ya 2. Tidak ___
UT11 Apakah anda berencana atau sedang melakukan _________________________________________________________
aktivitas usaha kelompok/ koperasi? Jika ada, usaha ____
apa? 1. Ya 2. Tidak
_________________________________________________________
____
UT12 Apa saran anda, jika nanti ada program
pemberdayaan masyarakat dengan pemanfaatan ______________________________________________________________________________________
lahan redistribusi yang dikembangkan oleh ______
pemerintah?
______________________________________________________________________________________
______
166
1
2
3
4
5
167
Lampiran 15. Sistematika Penulisan Laporan Pemetaan Sosial.
LAPORAN PEMETAAN SOSIAL
PEMBERDAYAAN TANAH MASYARAKAT
TAHUN 2023
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berisi penjelasan tentang latar belakang dan dasar-dasar pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan tanah masyarakat, khususnya kegiatan pemetaan
sosial.
B. Maksud dan Tujuan
Memuat maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan pemetaan sosial untuk
menjadi bahan-bahan penyusunan rencana kegiatan pemberdayaan tanah
masyarakat.
C. Sasaran Lokasi dan Target Rumah Tangga Dampingan
Memuat informasi tentang pemilihan lokasi, pertimbangan pemilihan,
beserta sasaran keluarga sebagai responden dan penerima manfaat kegiatan
pemberdayaan tanah masyarakat.
BAB II. PROFIL DESA
A. Demografi
Memuat informasi mengenai gambaran lokasi desa untuk pemetaan sosial
maupun kegiatan pemberdayaan tanah masyarakat yang memuat kondisi
geografis, administrasi pemerintahan, dan sebaran data kependudukan,
pendidikan, pekerjaan dan hal-hal lain yang menggambarkan kondisi
demografi yang diperoleh dari monografi desa terbaru dan lengkap.
B. Sejarah Desa
Memuat tentang sejarah dan perkembangan desa, asal usul penduduk,
sejarah migrasi, dan sejarah penting desa seperti masuknya komoditas
penting desa. Sumber informasi diperoleh dari data desa dan wawancara.
C. Potret Sosial Budaya Masyarakat
Memuat tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat
secara umum dalam hal akses terhadap fasilitas publik, kegiatan
komunitas/adat istiadat/kearifan lokal yang terkait
pembangunan/penataan lingkungan.
BAB III. Potret Ekonomi dan Potensi
A. Potret Kesejahteraan Penerima Manfaat
Memuat informasi mengenai data tingkat pendapatan dan pengeluaran
rumah tangga penerima manfaat. Informasi ini juga disandingkan dengan
data akses terhadap pemenuhan kebutuhan, usaha sampingan, hunian, dan
akses terhadap permodalan usaha.
B. Potret Sebaran dan Produktivitas Sektor Ekonomi
Memuat informasi mengenai gambaran sektor ekonomi yang diusahakan
oleh penerima manfaat, pola pemanfaatan lahan, kondisi usaha yang sedang
dijalankan dan kendala maupun hambatan usaha ekonomi mereka.
C. Kelembagaan Ekonomi
Memuat informasi mengenai keberadaan kelompok usaha dan/atau
koperasi masyarakat, keikutsertaan dan ketidakikutsertaan kegiatan usaha
dalam bentuk kelompok/koperasi, permasalahan kelembagaan masyarakat
yang dihadapi selama ini.
168
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Memuat informasi mengenai kesimpulan pokok dari kegiatan pemetaan
sosial terkait poin-poin penting mengenai kondisi awal pendapatan keluarga
penerima manfaat, potensi dan permasalahan pokok yang ingin diberikan
intervensi atau solusi.
B. Rekomendasi
Memuat informasi mengenai rekomendasi dan strategi-strategi untuk
implementasi kegiatan pendampingan berdasarkan hasil kajian pemetaan
sosial.
C. Catatan Kegiatan Pemetaan Sosial
Memuat informasi mengenai berbagai catatan Konsultan Pdan kantah dalam
pelaksanaan kegiatan pemetaan sosial
169
Lampiran 16. Referensi Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah (FGD).
170
FGD ini akan dirahasiakan oleh tim dan hanya digunakan untuk
kepentingan pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Tanah Masyarakat
dalam Program Reforma Agraria.
3) Perkenalan setiap peserta dan fasilitator FGD
● Nama
● Umur
● pekerjaan
● Tempat tinggal
4) Pemaparan hasil analisis pemetaan sosial yang meliputi data potensi,
kendala, bantuan/ pendampingan yang pernah diperoleh, dan
kebutuhan pengembangan dari usulan responden pemetaan sosial.
5) Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk membuka
ruang diskusi dan pendalaman data dari hasil pemetaan sosial.
Fasilitator dapat mulai memetakan pendapat dari peserta FGD
dengan dibantu co-fasilitator.
6) Hasil diskusi dirumuskan pada akhir FGD dengan metode analisis
SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan) untuk
menyusun rencana dan strategi pendampingan dan usulan solusi
atas kebutuhan pengembangan ekonomi bagi subjek Reforma
Agraria. Pada saat diskusi ini, fasilitator membagikan alat bantu
analisis SWOT dan mengajak peserta FGD untuk memetakan empat
poin tersebut dengan panduan ada di subbab analisis SWOT.
7) Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun skala prioritas
intervensi kegiatan pendampingan dengan mempertimbangkan
kesepakatan dalam menentukan tingkat urgensi dan skala
kebutuhannya dari usulan-usulan yang ditampung selama proses
diskusi berjalan.
8) Fasilitator menutup FGD dan meminta dukungan serta partisipasi
kepada peserta FGD untuk tindak lanjut kegiatan Penanganan Akses
Reforma Agraria.
7. Pembuatan berita acara FGD
8. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) FGD
Hasil dari kegiatan FGD berupa KAK, instrumen, daftar hadir, berita acara
dan RTL dikompilasikan menjadi satu laporan Tenaga Pendukung (Field Staff)
Akses untuk Kantor Pertanahan.
171
Teknik analisis pengembangan kegiatan pemberdayaan dilakukan
berdasarkan analisis tujuan (management by objective) melalui analisis SWOT
(strenght, weakness, opportunities, dan treat) yang merujuk pada kelemahan dan
tantangan untuk dijadikan sebagai dasar memetakan kekuatan, kelemahan,
tantangan dan peluang pengembangan program bagi masyarakat. SWOT ini
ditujukan untuk memilih strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakatnya. Dalam proses diskusi,
fasilitator memandu peserta untuk memasukkan informasi berdasarkan empat
domain.
INTERNAL EKSTERNAL
KEKUATAN / POTENSI PELUANG
KELEMAHAN ANCAMAN
172
No. Permasalahan Peluang solusi
1 Para petani belum mengetahui cara 1) Berkoordinasi dengan dinas
mengatasi hama busuk daun pertanian
2) Berkoordinasi dengan universitas/
lembaga penelitian dan
pengembangan (litbang)
3) Mencari peluang bantuan saprodi
berupa obat hama daun
2 Para petani belum mengetahui 1) Potensi untuk mengolah bawang
pasar dengan harga yang stabil, merah menjadi olahan agar
karena ketika panen raya, harga memiliki nilai jual lebih tinggi
anjlok 2) Mengelola sistem pengawetan hasil
panen yang lebih lama
3) Mencari pasar baru/ atau area
distribusi hasil untuk pemasaran
yang memiliki pasakan minim
3 Para petani bawang merah belum 1) Berkoordinasi dengan dinas
mengenal berbagai jenis bawang pertanian terkait potensi dan
merah eksplorasi bibit-bibit unggul bawang
merah yang cocok untuk kondisi
tanah setempat
2) Studi banding ke daerah penghasil
bawang merah
3) Melatih pengelolaan bibit unggul
4 Masih ada tanah-tanah kosong 1) Eksplorasi pemanfaatan tanah-
yang belum dimanfaatkan tanah kosong sebagai area baru
untuk penanaman bawang merah
2) Transfer pengetahuan tentang
potensi bawang merah kepada
pemilik lahan kosong
5 Masyarakat kesusahan untuk 1) Transfer pengetahuan pengelolaan
mengatur modal awal produksi bibit dan permodalan dari hasil
bawang merah panen
2) Peluang potensi pinjaman berbasis
kelompok
6 Hasil panen bawang merah belum 1) Peluang pengenalan produk-produk
diolah menjadi produk-produk dari bahan mentah menjadi olahan
dengan nilai jual lebih tinggi ketika 2) Peluang kerjasama dengan UMKM
panen untuk pendampingan usaha
173
Data tanah
Peningkatan Pemanfaatan tanah dan perubahannya
produktivitas tanah
Data tingkat produksi pada lahan (menyesuaikan sektor ekonomi)
Data demografi
Peningkatan lapangan Data anggota keluarga usia produktif -- belum bekerja
kerja
Pengalaman kegiatan pelatihan
Pelestarian dan Data identifikasi tanah komunal/ ulayat dan aspek legal
perlindungan Adat/ Pemanfaatan untuk produksi
budaya berlandaskan
Pengelolaan dan mekanisme pembagian/ pemberian hak
pengelolaan tanah
(opsional) Kegiatan kebudayaan yang berkenaan dengan perlindungan sumber daya
Data-data yang telah diperoleh di atas dipakai sebagai bahan rapat penetapan
model maupun tindak lanjut oleh Kantor Pertanahan sekaligus sebagai bahan untuk
disampaikan dalam koordinasi antar Perangkat Daerah.
174
CONTOH FGD IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN
Kegiatan : FGD ……
Tempat : ….
Tanggal : ….
Waktu : ….
Selesai : ….
Tim Pelaksana:
…….. (Fasilitator)
…….. (Co-Fasilitator + Dokumentasi)
…….. (Notulen)
175
pengalaman bantuan atau b. Pemerintah desa yang diajukan lewat
pendampingan sebagai solusi yang Musrenbang
pernah dilakukan oleh para Swadaya Masyarakat
stakeholder c. Program CSR/Perusahaan
/swasta/NGO
d. Bantuan Pemilu/ Pilkada
176
Tabel Penetapan Model Subjek Reforma Agraria
....
177
Lampiran 17. Kerangka Penulisan Laporan di Kantor Pertanahan.
SISTEMATIKA LAPORAN
KEGIATAN PENANGANAN AKSES REFORMA AGRARIA
di KANTOR PERTANAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Waktu Pelaksanaan (Tabel Pelaksanaan Pekerjaan dengan Uraian
Kegiatan)
BAB II
KEGIATAN PENANGANAN AKSES REFORMA AGRARIA
A. Penetapan Lokasi Kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria (dilampirkan
bukti kegiatan seperti SK penetapan lokasi dan notulensi rapat).
B. Penyuluhan dalam rangka Akses Reforma Agraria (dilampirkan bukti kegiatan
seperti notulensi rapat).
C. Pemetaan Sosial (dilampirkan hasil pemetaan sosial sesuai dengan hasil analisis
dari aplikasi dan data pelengkap lainnya)
D. Penyusunan Model Pemberdayaan (melampirkan notulensi penyusunan model
pemberdayaan).
E. Penyusunan Data Penerima Akses Reforma Agraria termasuk Arahan dan
Program (melampirkan notulensi rapat).
F. Infografik berisi kegiatan penanganan Akses Reforma Agraria pada masing-
masing kabupaten/kota yang menjadi target penanganan akses (jumlah
infografik disesuaikan dengan jumlah kabupaten/kota);
178
Contoh Tabel Arahan Program Penataan Akses
....
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
179
Lampiran 18. Rencana Anggaran Biaya Daerah Berdasarkan Kategori.
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI I
(NUSA TENGGARA TIMUR, MALUKU, MALUKU UTARA, PAPUA, PAPUA BARAT)
TAHUN 2023
Rincian Harga
Jumlah
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Volume Jenis Perhitungan Satuan
No
Komponen Biaya Rincian Komponen
Satuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma Agraria
6419.QDE Fasilitasi dan Pembinaan Keluarga
6419.QDE.001 Akses Reforma Agraria Kategori I 1 Utama 500.000
051 Penetapan Lokasi v 195.000
521211 Belanja Bahan 6.000
- Konsumsi Rapat Paket 2 3.000 6.000
180
052 Penyuluhan dalam rangka Akses
Reforma Agraria
v 104.000
521211 Belanja Bahan 65.000
- Bahan Paket 2 32.500 65.000
181
> Supervisi Model Akses Reforma
Agraria 39.000
- Transport ke Lokasi (3 org x 1 kali) OT 3 8.000 24.000
- Uang Harian (3 org x 2 hari x 1 kali) OH 6 1.500 9.000
- Penginapan (3 org x 1 hari x 1 kali) OH 3 2.000 6.000
182
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI II
(SULAWESI UTARA, SULAWESI TENGAH, SULAWESI TENGGARA, NUSA TENGGARA BARAT, KEP. BANGKA BELITUNG, KEP. RIAU)
TAHUN 2022
Rincian
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Volume Jenis Perhitungan Harga
No Jumlah
Komponen Biaya Rincian Komponen Satuan
Satuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma Agraria
6419.QDE Fasilitasi dan Pembinaan Keluarga
6419.QDE.002 Akses Reforma Agraria Kategori II 1 Utama 461.000
051 Penetapan Lokasi v 194.000
521211 Belanja Bahan 5.000
- Konsumsi Rapat Paket 2 2.500 5.000
183
- Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses Paket 1 180.000 180.000
184
- Penginapan (3 org x 1 hari x 1 kali) OH 3 2.000 6.000
185
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI III
(ACEH, SUMATERA UTARA, SUMATERA BARAT, KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN TIMUR, KALIMANTAN
SELATAN, SULAWESI SELATAN, SULAWESI BARAT, GORONTALO)
TAHUN 2023
Rincian
Jenis
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Volume Perhitungan Harga
No Kompon Jumlah
Komponen Biaya Rincian Satuan
en Satuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma Agraria
6419.QDE Fasilitasi dan Pembinaan Keluarga
407.00
6419.QDE.003 Akses Reforma Agraria Kategori III 1 Utama 0
178.00
051 Penetapan Lokasi v 0
521211 Belanja Bahan 4.000
- Konsumsi Rapat Paket 2 2.000 4.000
186
- ATK dan Bahan Penunjang Komputer Paket 2 4.500 9.000
187
524113 Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota 27.000
> Petugas Kantah 27.000
- Transport ke Lokasi (3 org x 1 kali) OT 3 5.000 15.000
- Uang Harian (3 org x 2 hari x 1 kali) OH 6 1.500 9.000
- Penginapan (3 org x 1 hari x 1 kali) OH 3 1.000 3.000
188
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI IV
(RIAU, JAMBI, BENGKULU, SUMATERA SELATAN, LAMPUNG)
TAHUN 2023
Rincian
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Volume Jenis Perhitungan Harga
No Jumlah
Komponen Biaya Rincian Komponen Satuan
Satuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma Agraria
6419.QDE Fasilitasi dan Pembinaan Keluarga
6419.QDE.004 Akses Reforma Agraria Kategori IV 1 387.000
051 Penetapan Lokasi Utama 173.000
521211 Belanja Bahan 4.000
- Konsumsi Rapat Paket 2 2.000 4.000
189
522191 Belanja Jasa Lainnya 160.000
160.00
- Tenaga Pendukung (Field Staff) Akses Paket 1 0 160.000
190
- Transport ke Lokasi (3 org x 1 kali) OT 3 3.000 9.000
- Uang Harian (3 org x 2 hari x 1 kali) OH 6 1.500 9.000
- Penginapan (3 org x 1 hari x 1 kali) OH 3 2.000 6.000
191
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI V
(DKI JAKARTA, JAWA BARAT, JAWA TENGAH, D.I. YOGYAKARTA, JAWA TIMUR, BALI, BANTEN)
TAHUN 2023
Rincian
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Volume Jenis Harga
No Perhitungan Jumlah
Komponen Biaya Rincian Komponen Satuan
Satuan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma Agraria
6419.QDE Fasilitasi dan Pembinaan Keluarga
6419.QDE.005 Akses Reforma Agraria Kategori V 1 363.000
051 Penetapan Lokasi Utama 153.000
521211 Belanja Bahan 4.000
- Konsumsi Rapat Paket 2 2.000 4.000
192
Penyuluhan dalam rangka Akses
052 Reforma Agraria Utama 69.000
193
054 Penyusunan Model Akses Reforma Agraria Utama 32.000
521211 Belanja Bahan 6.000
- Bahan Paket 1 6.000 6.000
> Petugas Kantah
> Petugas Kantah 26.000
- Transport ke Lokasi (4 org x 1 kali) OT 4 1.500 6.000
- Uang Harian (4 org x 2 hari x 1 kali) OH 8 1.500 12.000
- Penginapan (4 org x 1 hari x 1 kali) OH 4 2.000 8.000
194
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
STANDAR BIAYA KELUARAN: AKSES REFORMA AGRARIA KATEGORI VI
PROVINSI : KEPULAUAN
TAHUN 2023
Rincian Perhitungan
Tahapan Pelaksanaan dan Volume Jenis Harga Jumla
No Satua Jum
Rincian Komponen Biaya Rincian Komponen Satuan h
n lah
1 2 3 4 5 6 7 8 = (5x7)
6419 Penanganan Akses Reforma
Agraria
195
052 Penyuluhan dalam rangka Akses Utama 170,000
Reforma Agraria
196
- Transport ke Lokasi (3 org x 1 OT 3 25,000 75,000
kali)
- Uang Harian (3 org x 2 hari x 1 OH 6 4,000 24,000
kali)
- Penginapan (3 org x 1 hari x 1 OH 3 2,000 6,000
kali)
197