Anda di halaman 1dari 6

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH RUMAH TANGGA


(Studi Kasus di Kelurahan Pasar Sarolangun)*

BEHAVIOR IN THE HOUSEHOLD WASTE MANAGEMENT


(Case Study in The Village Market Sarolangun)*
Adi Rahman
Balitbangda Provinsi Jambi
Jl. R.M.Noor Admadobrata Telanai Pura Jambi.
E-mail: adirahmanlani@gmail.com
Diterima: 10 Oktober 2013; direvisi: 26 Oktober 2013; disetujui: 18 November2013

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga, khususnya yang berkaitan dengan prinsip umum pengelolaan sampah yang baik dan penerapan
reduce reuse dan recycle (3R), serta untuk mengetahui kendala yang dihadapai masyarakat dan
pemerintah dalam pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan pasar sarolangun. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 di Kelurahan Pasar Sarolagun, Kabupaten
Sarolangun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Quota Sampling dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang dari 6 RT. Hasil Penelitian menunjukan bahwa perilaku masyarakat dalam
penerapan prinsip umum pengelolaan sampah sudah berjalan baik, namun penerapan prinsip 3Rnya
dapat dikatakan kurang baik. Kendala yang dihadapi masyarakat antara lain; 1) Ada 33% masyarakat
yang menyatakan belum terlayani penjemputan sampah kerumahnya. 2) Ada 23% masyarakat
menyatakan belum tersedia TPS dilingkungan RTnya. Selain kendala diatas terungkap juga bahwa
penjemputan sampah terkadang tidak dilaksanakan setiap hari dan keberadaan tong sampah didepan
rumah sering hilang diambil maling dan juga sebagian masyarakat belum mengetahui cara pengolahan
sampah. Kendala yang dihadapi Pemerintah adalah 1) Kurangnya fasilitas seperti TPS, Armada
pengangkut sampah. 2) Belum semua wilayah di Kelurahan Pasar Sarolangun dapat dilayani oleh
Distaksiman. 3) Kurangnya Tenaga Ahli 3R.
Kata kunci: Perilaku, Pengelolaan, Sampah, Rumah Tangga, 3R

Abstract
This study aims to determine the behavior of people in the household waste management, especially
with regard to the general principles of good waste management and application reuse reduce and
recycle (3R) and want to know the problems faced by the people and government in the management of
household waste in the village market Sarolangun. The research was conducted in April to June 2012 in
the Village Market Sarolagun, Sarolangun. The sampling Quota sampling method by the number of
respondents as many as 30 people from 6 RT. Research Indicates that the behavior of the community in
the application of general principles of waste management has been running well, but the application of
the principle can be said to be less well 3R. Constraints faced by the community, among others: 1)
There are 33% of people who claim unserved trash pick-up to his house. 2) There are 23% of the states
are not yet available TPS environment. In addition to the above constraints also revealed that garbage
pick-up are sometimes not carried out every day and in front of the house where the garbage is taken
thieves often missing and also most people do not know how to waste. Constraints faced by the
Government are: 1) Lack of facilities such as TPS and vehicle garbage. 2) Not all areas of the Village
Market Sarolangun be served by Distaksiman. 3) Lack of Expert 3R.
Keywords: Behaviour, Management, Garbage, Household, 3R

PENDAHULUAN Disamping itu pola konsumsi masyarakat dan


kemajuan teknologi berkontribusi dalam
Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan menimbulkan sampah yang semakin beragam, antara
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, semakin lain sampah kemasan yang berbahaya dan sulit diurai
meningkat pula volume sampah yang dihasilkan. Hal oleh alam.
ini disebabkan karena setiap penduduk mulai dari Untuk menghadapi trend kuantitas sampah
bayi sampai orang tua pasti menghasilkan sisa yang terus meningkat, pola pengelolaan sampah
buangan dari proses aktivitasnya hidupnya seperti masa depan harus berubah. Paradigma pengelolaan
makan, masak, mandi, bekerja dan sebagainya. sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir (end

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


(Studi Kasus di Pasar Solorangun) – Adi Rahman | 215
of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan Penerapan prinsip-prinsip umum pengelolaan
dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sudah sampah rumah tangga yang baik dan penerapan 3R
saatnya ditinggalkan atau diperbaharui karena tidak di Kabupaten Sarolangun khususnya Kelurahan
lagi efektif dan hanya sekedar memindahkan Sarolangun. Selain itu perlu juga diketahui apa saja
masalah dari rumah ke TPA saja. Sudah saatnya kendala yang dihadapi baik oleh masyarakat dan
pengelolaan sampah di kota menggunakan trend baru Pemerintah dalam pengelolaan sampah rumah tangga
yaitu memandang sampah sebagai sumber daya yang tersebut.
mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, Perilaku merupakan proses interaksi antara
misalnya, untuk energi, kompos, atau bahan baku kepribadian dan lingkungan yang mengandung
industri (http://www.ebookpp.com/pe/pembahasan- rangsangan (stimulus), kemudian ditanggapi dalam
sampah-doc.html, diakses tanggal 8 Mei 2012). bentuk respon. Respon inilah yang disebut perilaku.
Paradigma baru pengelolaan sampah Perilaku ditentukan oleh persepsi dan kepribadian,
memandang bahwa sampah harus ditangani secara sedang persepsi dan kepribadian dilatarbelakangi
komprehensif mulai dari hulu, sebelum dihasilkan oleh pengalamannya. Perilaku merupakan keadaan
suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, jiwa (berfikir, berpendapat, bersikap dan sebagainya)
sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah untuk memberikan respon terhadap situasi di luar
digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian subjek tertentu. Respon ini dapat bersifat positif
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. (tanpa tindakan) dan bersifat aktif (dengan tindakan)
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut (Umar, 2009).
dilakukan dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
(3R) (Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No. interdependen (saling tergantung satu sama lain).
05 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
Kabupaten Sarolangun). Dengan prinsip 3R volume mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
sampah yang dibuang ke TPA menjadi jauh dalam satu komunitas yang teratur. Kata
berkurang dan sampah dapat dimanfaatkan menjadi "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
berbagai produk berguna. Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah
Penanganan sampah berbeda-beda disetiap masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
daerah, begitu juga dengan perilaku masyarakatnya. hubungan antar entitas-entitas (http://id.wikipedia.
daerah yang berhasil mengelola kebersihan dan org/wiki/masyarakat, diakses 1 mei 2012). Jadi
lingkungannya dengan baik diberi anugerah yang perilaku masyarakat dapat diartikan sebagai respon
sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu masyarakat terhadap situasi di luar subjek tertentu.
Penghargaan Adipura. Penghargaan ini merupakan
penghargaan lingkungan hidup untuk kota di METODE PENELITIAN
Indonesia yang dinilai bersih dan teduh (clean and
green city) dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April
Governance (http://alamendah.wordpress.com/2011 sampai dengan bulan Juni tahun 2012. Lokasi yang
/06/07/daftar-kota-penerima-piala-adipura-2011/, dipilih dalam penelitian ini adalah Kabupaten
diakses 18 April 2012). Sarolangun. Namun tidak seluruh daerah diteliti,
Salah satu daerah yang telah mendapatkan hanya diambil di satu kecamatan saja yaitu
anugerah adipura di Provinsi Jambi adalah Kecamatan Sarolangun tepatnya di Kelurahan Pasar
Kabupaten Sarolangun. Kabupaten ini telah berhasil Sarolangun. Pengambilan lokasi ini didasarkan
meraih penghargaan adipura tersebut yaitu pada karena Kelurahan Pasar Sarolangun merupakan salah
tahun 2009, 2010, dan 2011 secara berturut-turut satu kawasan padat penduduk dan salah satu
untuk kategori kota kecil. Oleh karena itu kabupaten penghasil sampah terbesar di Kota Sarolangun.
ini dapat dijadikan salah satu contoh bagi daerah lain Penelitian ini menggunakan data primer dan
di Provinsi Jambi dalam hal kebersihan. data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
Permasalahan sampah erat sekali kaitannya suatu survey terhadap perilaku masyarakat dalam
dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan
sampah, sebab masyarakatlah yang merupakan Pasar Sarolangun. Sedangkan data sekunder
sumber utama sampah itu sendiri. Mengatasi dikumpulkan dari kunjungan ke Dinas Tata Kota
permasalahan sampah dari sumbernya akan Kebersihan Pertamanan Pemakaman Kabupaten
menjadikan permasalahan sampah menjadi lebih Sarolangun. Selain itu juga dikumpulkan dari
sederhana. Di tengah kesulitan dan keterbatasan Kelurahan Pasar Sarolangun berupa laporan, catatan,
pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas dan berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang
sumber daya manusia untuk pengelolaan sampah merupakan dokumen resmi yang relevan dengan
maka peran masyarakat dalam pengelolaan sampah tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.
menjadi aspek yang sangat penting. Metode penarikan sampel yang peneliti
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa gunakan adalah metode quota sampling. Menurut
perlu meneliti pengelolaan sampah khususnya untuk Aswatini, metode quota sampling yaitu metoda
mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada

216 | Jurnal Bina Praja | Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2013: 215 - 220
strata atau daerah tetapi pada jumlah sampel yang yang kurang disukai berada dalam rumah seperti
sudah ditentukan. Dalam pengumpulan data, peneliti tikus, semut, lalat dan sebagainya.
menghubungi subjek (unit analisis) yang memenuhi Untuk pemilahan antara sampah organic
persyaratan ciri-ciri populasi tanpa menghiraukan (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah
darimana subjek tersebut tetapi masih dalam kering) di rumah masing-masing dan ketika
populasi penelitian. Biasanya yang diambil sebagai menaruhnya di TPS sesuai dengan jenis sampah yang
sampel adalah subjek yang mudah ditemui sehingga tertulis di TPS, hasilnya menunjukan bahwa
memudahkan pengumpulan data. Yang penting masyarakat yang melakukan pemilhan sampah
diperhatikan disini adalah jumlah sampel (quantum) sebanyak 40% artinya lebih sedikit daripada yang
yang sudah ditentukan. tidak melakukan pemilahan sampah dengan
Subjek yang dijadikan populasi adalah persentase 60%. Hal ini menunjukan perilaku
masyarakat rumah tangga di Kelurahan Pasar masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah
Sarolangun. Sedangkan jumlah sampelnya kurang baik.
ditentukan sebanyak 30 responden. Responden Untuk perilaku masyarakat dalam membakar
tersebut berasal dari 6 RT dimana setiap RT diambil sampah diketahui bahwa responden yang
5 responden. menyatakan suka membakar sampah ternyata cukup
besar juga yaitu sebesar 43% sedangkan yang tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN suka membakar sampah sebanyak 57%. Walaupun
perilaku membakar persentasenya lebih sedikit dari
Perilaku Masyarakat dalam Penerapan Prinsip- yang tidak membakar, namun perlu diwaspadai
Prinsip Umum Pengelolaan Sampah Rumah Karena perilaku membakar sampah tidak baik bagi
Tangga yang Baik di Tingkat RT kesehatan dan lingkungan.
Prinsip-Prinsip Umum Pengelolaan Sampah Kegiatan gotong royong dapat diketahui
Rumah Tangga yang Baik antara lain meliputi bahwa sebagian besar yaitu 43% responden
perilaku masyarakat dalam hal kemana membuang menjawab kegiatan gotong-royong jarang dilakukan
sampah, waktu membuang sampah, frekuensi di lingkungannya, sedangkan yang menjawab sering
membuang sampah perhari, melakukan pemilahan atau rutin sebanyak 27%. Namun ada juga yang
sampah organic dan non-organic, tidak membakar menjawab tidak pernah dilaksanakan gotong-royong
sampah, mengadakan kegiatan gotong royong. dilingkungannya yaitu sebanyak 27%. Hal ini
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar menunjukan perilaku bergotong royong masyarakat
47% atau 14 responden menyatakan terbiasa kurang baik.
membuang sampah ke TPS yang dibangun oleh
Pemerintah. Sebanyak 23% membuang sampah di Perilaku Masyarakat dalam Penerapan Prinsip
tong sampah di depan rumah. Hal ini dapat Reduce, Reuse dan Recycle
disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dalam 1. Penerapan Reduce
membuang sampah sudah baik. Penerapan Reduce di Kelurahan Pasar
Mengenai waktu membuang sampah Sarolangun dapat terlihat dari beberapa indikator
menunjukan 53% masyarakat membuang sampah seperti, membawa keranjang sendiri untuk
pada pagi hari dan 17 % membuang sampah pada berbelanja, mengumpulkan barang bekas untuk
malam hari, hal ini menunjukan bahwa sebagian dijual, menggunakan lap kain dari pada tissu untuk
besar masyarakat sudah baik dalam kebiasaan keperluan makan dan dapur, dan membawa wadah
membuang sampah pada waktu yang ideal. Namun sendiri ketika akan membeli makanan
masih ada sedikit responden yang terbiasa Hasil analisis menunjukan bahwa hanya 17%
membuang sampah pada siang dan sore hari yang atau sedikit masyarakat yang membawa keranjang
sebenarnya hal ini kurang baik, karena sampah sendiri ketika berbelanja sementara yang tidak
sampah akan terlihat pada siang harinya dimana pernah membawa keranjang jauh lebih besar yaitu
umumnya masyarakat melakukan aktifitas pada siang 45% dan yang kadang-kadang membawa keranjang
hari. sebesar 38 % serta 1 orang tidak menjawab. Ini
Frekuensi waktu membuang sampah cukup menunjukan perilaku reduce dengan membawa
bervariatif, Sebagian besar atau 60% Masyarakat di keranjang dapat dikatakan kurang baik.
Kelurahan Pasar Sarolangun terbiasa membuang Mengenai kegiatan mengumpulkan barang
sampah rumah tangga setiap hari sekali dan ada juga bekas untuk dijual ke pengumpul atau lapak dapat
yang membuang sampah dua kali sehari, namun diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Pasar
adapula masyarakat yang baru membuang sampah Sarolangun sudah cukup menyadari tentang nilai
setelah dua hari bahkan lebih. Idealnya sampah ekonomi sampah. sebanyak 50% responden
rumah tangga tidak baik dibiarkan berlama-lama menyatakan kebiasaan mengumpulkan barang bekas
berada didalam rumah, karena dapat menimbulkan untuk dijual dan 50%-nya lagi tidak terbiasa
hal yang kurang baik, seperti bau busuk, membuat mengumpulkan barang bekas untuk dijual.
kotor rumah dan juga dapat mengundang hewan Dalam hal penggunakan lap kain dari pada
kertas tissue untuk membersihkan kotoran makan,

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


(Studi Kasus di Pasar Solorangun) – Adi Rahman | 217
dapur dan sebagainya, diketahui masyarakat yang khususnya menggunakan kaleng lebih dari satu kali
menyukai untuk menggunakan kertas tissue dalam pakai masih kurang baik.
membersihkan kotoran ada sebanyak 7 % dan 93 %-
nya lebih menyukai menggukan lap kain untuk 3. Penerapan Recycle
membersihkan kotoran makan, dapur dan Penerapan recycle dapat dilihat dari indikator
sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat seperti daur ulang membuat kompos, membuat sisa
Kelurahan Pasar Sarolangun sudah melaksanakan kain menjadi selimut, mengolah sampah kertas atau
penerapan reduce dengan baik khususnya plastik menjadi berbagai produk lain dan sebagainya.
menggunakan lap kain dari pada tissu. Hasil Analisis menunjukan bahwa di Kelurahan
Mengenai perilaku masyarakat yang Sarolangun hampir tidak ada masyarakat yang
membawa tempat makanan sendiri untuk membeli menerapkan recycle, hanya 1 responden atau 3
makanan diketahui bahha yang menyatakan selalu persen saja yang melakukan recycle yaitu dalam
membawa wadah atau tempat makanan sendiri ketika bentuk mengolah sisa kain menjadi selimut atau
membeli makanan hanya 7 %. Sedangkan yang pakaian. Hasil tersebut diperkuat dengan pendapat
kadang-kadang membawa ada sebanyak 23 % dan Lurah Kelurahan Pasar Sarolangun yang menyatakan
yang tidak pernah membawa sangat banyak yaitu bahwa:
70%. Ini dapat diartikan penerapan reduce dengan “Penerapan 3R oleh masyarakat rumah tangga
membawa wadah atau tempat makanan sendiri ketika belum berjalan namun untuk sekolah-sekolah yang
membeli makanan kurang baik. ada di Kelurahan Pasar Sarolangun sudah berjalan
baik”. (Lurah Kelurahan Pasar Sarolangun).
2. Penerapan Reuse
Penerapan reuse dapat terlihat dari indikator Kendala yang Dihadapi Masyarakat dalam
seperti menggunakan kembali botol bekas, Pengelolaan Sampah
menggunakan kertas bolak balik untuk menulis dan Secara umum terdapat dua kendala utama
mencetak, menggunakan kantong plastik secara yang dihadapi oleh masyarakat yakni sampah tidak
berulang, menggunakan kembali kaleng bekas untuk dijemput kerumah dan ketersedian TPS yang jauh
berbagai keperluan. dari lokasi pemukiman. Untuk penjemputan sampah
Dalam hal penggunakan botol bekas dapat di Kelurahan pasar Sarolangun, petugas kebersihan
diketahui bahwa sebagian masyarakat (73%) telah mampu menjangkau 67% rumah tangga dalam
responden tidak menggunakan kembali botol bekas menjemput sampah. namun Ada 33% masyarakat
untuk berbagai keperluan. Hanya 27% saja yang menyatakan belum mendapatkan pelayanan
responden yang menggunakan kembali botol bekas dari pemerintah berupa penjemputan sampah
untuk berbagai keperluan. Ini menunjukan penerapan kerumah, sedangkan untuk ketersediaan TPS di
reuse dalam menggunakan kembali botol bekas lingkungan RT (dekat dari pemukiman warga),
masih kurang baik. sebanyak 70% responden menyatakan tersedia TPS
Mengenai penggunaan kertas secara bolak- di lingkungan RT-nya dan 23% responden
balik untuk menulis diketahi bahwa responden yang menyatakan dilingkungannya tidak tersedia TPS dan
menggunakan kertas secara bolak balik lebih sedikit 7% responden tidak menjawab pertanyaan.
jika dibandingkan responden yang tidak Selain kendala diatas, terungkap pula bahwa
menggunakan kertas secara bolak balik, sebagian masyarakat menyatakan penjemputan
perbandingannya 45:55. Hal ini berarti penerapan sampah terkadang tidak dilakukan setiap hari, selain
reuse dengan cara menulis di dua sisi kertas atau itu masyarakat juga belum tahu cara mengelola
secara bolak balik masih kurang baik. sampah 3R dan tong sampah sering hilang.
Untuk kebiasaan menggunakan kantong
plastik secara berulang dapat bahwa masyarakat Kendala yang Dihadapi oleh Pemerintah dalam
yang mempunyai kebiasaan menggunakan plastik Pengelolaan Sampah
secara berulang-ulang sebanyak 30% lebih sedikit Walaupun Kabupaten Sarolangun Telah 3 kali
dari pada yang tidak mempunyai kebiasaan berhasil meraih penghargaan piala adipura namun
menggunakan plastik secara berulang ulang yaitu bukan berarti tugas Pemerintah telah selesai.
70%. Hal ini menunjukan kesadaran masyarakat Pemerintah bersama masyarakat wajib
dalam menghemat plastik masih kurang baik. mempertahankan piala adipura dan terus
Mengenai penggunaan kaleng bekas lebih dari meningkatkan kualitas pengelolaan sampah termasuk
satu kali pakai, hasil analisis menunjukan bahwa penerapan 3R di Kabupaten Sarolangun.
sebagian besar masyarakat (77%), menyatakan tidak Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
menggunakan sampah kaleng lebih dari satu kali Distaksiman dan dengan melihat langsung kondisi
pakai, hanya sebagian kecil masyarakat (20%) di existing di lapangan, Pemerintah menghadapi
Kelurahan Pasar Sarolangun menggunakan kaleng beberapa kendala antara lain ;
lebih dari satu kali pakai sedangkan 3% responden 1. Kurangnya fasilitas seperti TPS, Armada
tidak menjawab, hal ini menunjukan penerapan reuse pengangkut sampah terutama motor dump

218 | Jurnal Bina Praja | Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2013: 215 - 220
untuk menjemput sampah kerumah warga dan lingkungan dengan menekankan pada beberapa hal
grader untuk di TPA. berikut:
2. Belum semua wilayah di Kelurahan Pasar 1. Pemerintah Kabupaten Sarolangun perlu lebih
Sarolangun dapat dilayani oleh Distaksiman. gencar melaksanakan sosialisasi kebersihan,
Artinya belum semua rumah tangga sampahnya dan memasyarakatkan penerapan prinsip 3R
dapat dijemput oleh petugas kebersihan. sehingga bukan hanya piala adipura yang dapat
3. Kurangnya Tenaga Ahli 3R hal ini dirasakan dipertahankan namun kualitas pengelolaan
oleh pihak Distaksiman, mereka mengharapkan sampah juga dapat ditingkatkan. Dengan
agar pemerintah provinsi maupun pusat dapat sosialisasi dan memasyarkatkan prinsip 3R
membantu menyediakan tenaga ahli khususnya diharapkan kesadaran masyarakat dalam
untuk penerapan 3R. dengan adanya tenaga ahli pengelolaan sampah dapat meningkat yang
tersebut diharapkan dapat memberikan pada akhirnya membantu beban pemerintah
pendidikan, pelatihan, bimbingan dan dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan
sosialisasi di lingkungan Distaksiman sendiri baik.
dan juga kepada masyarakat luas. 2. Pemerintah Kabupaten Sarolangun sebaiknya
memperluas wilayah pelayanan penjemputan
SIMPULAN sampah kerumah-rumah warga.
3. Pemerintah juga sebaiknya memberikan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian pelatihan dan bimbingan serta mengadakan
ini adalah sebagai berikut: Pertama, perilaku lomba-lomba kebersihan dan 3R kepada
masyarakat dalam penerapan pengelolaan sampah aparatur pemerintah, masyarakat, pelajar dan
rumah tangga di kelurahan pasar sarolangun secara mahasiswa bahkan kepada anak-anak sedini
umum dapat dikatakan baik. mungkin. Dengan penerapan 3R yang baik dan
Kedua, perilaku Masyarakat dalam penerapan benar oleh masyarakat diharapkan dapat
prinsip 3R di Kelurahan Pasar Sarolangun secara membawa banyak dampak positif antara lain,
umum dapat dikatakan masih belum baik terlebih mengurangi timbulnya sampah yang berarti
pada kategori Recycle dimana hampir tidak ada juga mengurangi beban pemerintah dalam
masyarakat yang melakukan hal ini, hanya 3% saja pengelolaan kebersihan dan memperpanjang
masyarakat yang melakukan recycle atau daur ulang. massa pakai TPA, memanfaatkan potensi nilai
Ketiga, beberapa kendala yang dihadapi ekonomi sampah, dan peningkatan kualitas
Masyarakat antara lain. lingkungan.
a. belum semua masyarakat dapat menikmati 4. Pemerintah sebaiknya segera memenuhi
layanan penjemputan sampah kerumah rumah- kurangnya fasilitas kebersihan seperti TPS,
rumah grader untuk di TPA dan armada pengangkut.
b. Masyarakat menilai TPS yang ada saat ini 5. Pemerintah sebaiknya juga segera memenuhi
masih kurang dan jaraknya cukup jauh dari kebutuhan tenaga ahli kebersihan dan 3R.
rumah mereka. 6. Kepada Masyarakat umum hendaknya dapat
c. Sebagian masyarakat menilai penjemputan meningkatkan peran sertanya dalam
sampah kerumah terkadang tidak dilakukan pengelolaan sampah dan melaksanakan prinsip
setiap hari oleh petugas. 3R dengan baik agar dapat menciptakan
d. kurangnya pengetahuan tentang 3R lingkungan yang bersih, sehat dan berkualitas.
e. keberadaan tong sampah didepan rumah sering
hilang. DAFTAR PUSTAKA
Keempat, kendala yang dihadapi pemerintah
dalam pengelolaan sampah antara lain keterbatasan Bagian Hukum Setda Kabupaten Sarolangun, 2010,
penyediaan fasilitas seperti, TPS, armada, SDM dan Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No 05
Tenaga ahli. Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah,
Kabupaten Sarolangun.
Daftar kota Penerima piala Adipura 2011.
Saran (http://alamendah.wordpress.com/2011/06/07/dafta
Mengacu pada hasil penelitian ini diperoleh r-kota-penerima-piala-adipura-2011/ ) diakses 18
bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten April 2012.
Sarolangun, secara umum dapat dikatakan baik, akan Pengertian masyarakat. 2012. (http://id.wikipedia.
tetapi masih sebatas menerapkan paradigma lama org/wiki/masyarakat), diakses 1 mei 2012.
yaitu hanya sebatas kegiatan kumpul, angkut dan Umar. 2009 Persepsi dan perilaku masyarakat dalam
buang ke TPA. Oleh karena itu perlu peningkatan Pelestarian fungsi hutan sebagai Daerah resapan air
kualitas pengelolaan sampah agar terwujud (Studi Kasus Hutan Penggaron Kabupaten
masyarakat yang sehat, lingkungan hidup yang Semarang). Tesis, Program studi magister ilmu
lingkungan: Universitas Gadjah Mada.
lestari, serta mengubah sampah dari masalah menjadi Yulinah Trihadiningrum. Perkembangan paradigma
sumber daya yang berguna bagi masyarakat dan pengelolaan sampah kota dalam rangka pencapaian
Millenium Development Goals.(http://www.

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


(Studi Kasus di Pasar Solorangun) – Adi Rahman | 219
ebookpp.com/pe/pembahasan-sampah-doc.html),
diakses tanggal 8 Mei 2012.

* Tulisan pernah diterbitkan dalam Jurnal Gema


Litbang, Volume 1 nomor 3 bulan September 2012
Penerbit Balitbangda Prov Jambi

220 | Jurnal Bina Praja | Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2013: 215 - 220

Anda mungkin juga menyukai