Anda di halaman 1dari 4

PROSES MANAJEMEN RESIKO

Aulia Rahmi
Nim 3320130, Kelas 6 PS D 2023
Program Studi S1 Perbankan Syariah, FEBI, UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
auliarahmt250@gmail.com
A. Pendahuluan
Bagi pelaku bisnis atau investor terdapat dua pilihan dalam menginvestasikan dananya, yakni investasi
pada sektor riil atau sektor keuangan. Berinvestasi pada sektor keuangan memiliki resiko lebih rendah dari
pada sektor riil, karena investor dengan mudah akses ke pasar keuangan. Jika pilihan investasinya pada
sektor keuangan, maka investor dapat menginvestasikan dananya pada pasar uang (money market) atau
pasar modal (capital market). Keuntungan dan resiko merupakan masalah penting bagi investor dan pelaku
bisnis. Pola hubungan antara keuntungan dan resiko antar instrumen harus dipahami terlebih dahulu, supaya
dapat memilih investasi yang terbaik. Hal ini disebabkan keputusan investasi akan sangat tergantung
seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dan besarnya resiko yang harus ditanggung oleh pelaku
bisnis atau investor. Investor akan memilih investasi yang menghasilkan keuntungan yang tinggi dengan
resiko yang relatif rendah, baik investasi pada institusi keuangan konvensional maupun institusi keuangan
Islam.1
Begitu juga dengan Lembaga Keuangan Syariah terutama bank syariah. Kehadiran Bank Syariah
memberikan wajah baru dalam dunia perbankan, yang menunjukkan bahwa konsep Islam bukan hanya
sekadar amalan ritual semata, namun jauh dari itu. Islam mempunyai konsep yang cukup luas serta
ajarannya yang cukup komplit mencakup seluruh aspek muamalat (ekonomi) yang menjadi bagian dalam
setiap gerakan kehidupan manusia Bank, sebagaimana perusahaan yang lain yang menjalankan usaha dalam
bentuk apapun, pasti akan di hadapkan dengan risiko. Risiko-risiko tersebut akan membawa dampak yang
luas jika tidak dikelola dengan baik. Disinilah fungsi praktisi perbankan bisa memperkirakan dan
menanggulangi semua risiko yang ada. Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah
yang semakin pesat mengakibatkan Risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks.
Menghadapi kondisi tersebut, Bank perlu memperhatikan seluruh Risiko baik yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank, termasuk yang berasal dari Perusahaan
Anak dengan menerapkan Manajemen Risiko secara konsolidasi. Bank dituntut untuk mampu beradaptasi
dengan lingkungan melalui penerapan Manajemen Risiko yang sesuai dengan Prinsip Syariah.
B. Pembahasan
Manajemen resiko merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh orang atau lembaga dalam
mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang bisa saja timbul dalam suatu pekerjaan atau bisnis. 23
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian
yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk didalamnya penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain, adalah memindahkan
risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum). Manajemen
risiko keuangan di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumeninstrumen keuangan.
Dalam manajemen risiko, pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi semua risiko yang
dihadapi, kemudian mengukur atau menentukan besarnya risiko dan barulah dapat dicarikan jalan keluarnya
untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Dengan demikian itu pihak manajemen harus menyusun
strategi untuk memperkecil atau mengendalikan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, setiap bisnis,

1
Eka Nuraini Rachmawati and Ab Mumin Bn Ab Ghani, “Hubungan Keuntungan Dengan Resiko Dalam Perspektif
Fiqih Aplikasinya Pada Institusi Keuangan Islam,” Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance 3, no.
2
(2020): 95–107.
3
Program Hibah and Penulisan Buku, “Program Hibah Penulisan Buku Ajar” (2019).
terutama bank syariah harus dapat mengidentifikasi setiap risiko yang akan dihadapi didalam proses
berjalannya bank syariah tersebut.4
Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang sedemikian pesat, maka manajemen resiko
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dikelola dengan baik (Pratama, 2018). Hal ini
mengindentifikansikan bahwa keberadaan bank syariah dan resiko yang akan dihadapinya adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tanpa adanya keberanian bank syariah untuk mengambil
resiko maka tidak akan pernah ada bank, hal tersebut dapat dipahami bahwa bank muncul karena keberanian
untuk beresiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil resiko. Namun jika resiko
tersebut tidak di kelola dengan baik maka bank syariah dapat mengalami kegagalan usaha bahkan pada
akhirnya mengalami kebangkrutan.5
Bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai dengan berbagai jenis resiko dengan
kompleksitas beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Resiko dalam konteks perbankan merupakan
suatu kejadian potensial, baik dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Oleh karena itu,
sebagaimana lembaga perbankan pada umumya, bank syariah memerlukan berbagai prosedur maupun
metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalkan risiko
yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko. Persepsi investor dan
pelaku sektor keuangan terhadap risiko dan imbalan yang diperoleh, dan konsekuensinya aliran dana yang
mengikutinya, bisa drastis dalam waktu singkat. Sebagai salah satu pilar sektor keuangan dalam
melaksanakaan fungsi intermediary dan pelayanan jasa keuangan, sektor perbankan jelas sangat
memerlukan adanya sebuah distribusi risiko yang efisien. Ada beberapa tehnik untuk mengidentifikasi
risiko. Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagang sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi
risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya. Adapun prosess
manajemen resiko adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Manajemen Resiko (Risk Management Planning).
Perencanaan management resiko merupakan aktifitas awal proses manajemen resiko untuk
proyek. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil dari rencana manajemen resiko.6
2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh
suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko penyelewengan
oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada beberapa teknik untuk
mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan. Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber
risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya
kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan
terjadi kebakaran, kebakaran merupakan peristiwa yang merugikan (peril). Identifikasi semacam
dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan.
Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar. Sebagai contoh, bank
menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya).
Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi
risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya.
3. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan
evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh
pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis
dilakukan untuk ‘mengukur’ risiko tersebut.

4
Rahmani Timorita Yulianti, “Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah,” La_Riba 3, no. 2 (2009): 151–165.
5
fakultas Ekonomi And Universitas Islam Riau, “Teori Manajemen Resiko Bank Syariah” 5, No. November (2022):
551–564.
6
Suwinardi, “Manajemen Resiko Proyek,” Orbith 12, no. 3 (2016): 145–151.
Untuk risiko lain, evaluasi dan pengukuran yang berbeda bisa dilakukan. Sebagai contoh, risiko
perubahan tingkat bunga bisa diukur dengan teknik duration (durasi). Modul identifikasi dan
pengukuran risiko spekulatif akan banyak membicarakan pengukuran risiko perubahan tingkat bunga.
Risiko pasar bisa dievaluasi dengan menggunakan teknik VAR (Value At Risk). Pemahaman kita
terhadap beberapa risiko sudah cukup baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut sudah
berkembang. Sementara pemahaman kita terhadap risiko lain belum begitu baik sehingga teknik
pengukuran risiko tersebut belum begitu berkembang. Teknik lain untuk mengukur risiko adalah
dengan mengevaluasi dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.
4. Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus
dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius,
misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan
(retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko
adalah pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).
a. Penghindaran.
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah menghindar. Tetapi cara semacam
ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh, jika kita ingin memperoleh keuntungan dari
bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita
akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention).
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan
risiko tersebut, atau risk retention). Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar rumah
membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan
tersebut tidak diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia
akan mengendarai kendaraan tersebut dengan hati-hati. Dalam contoh tersebut, orang tersebut
memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, retention) risiko kecelakaan.
c. Diversifikasi.
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada
satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan memegang aset tidak hanya
satu, tetapi pada beberapa aset, misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya.
Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset lainnya.
d. Transfer Risiko.
Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer risiko tersebut ke pihak
lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi
kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari
kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko.
Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko
atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran,
kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita
mengendalikan risiko kebakaran.
f. Pendanaan Risiko.
Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko
muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat
kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam
itu masuk dalam wilayah pendanaan ri Proses dan sistem pengelolaan risiko yang secara umum
dilakukan dalam lembaga keuangan mencakup suatu penciptaan lingkungan manajemen risiko
dan kebijakan dan prosedur yang tepat; proses pengukuran, mitigasi, dan pengawasan yang
terpelihara; serta kontrol internal yang memadai. Ketiga hal ini harus dikerjakan secara
konsisten dan berkelanjutan sehingga bank dapat memastikan bahwa aktivitas bisnisnya telah
dijalankan dalam batasan yang dapat diterima dan menguntungkan.7

Proses dan sistem pengelolaan risiko yang secara umum dilakukan dalam lembaga keuangan
mencakup suatu penciptaan lingkungan manajemen risiko dan kebijakan dan prosedur yang tepat;
proses pengukuran, mitigasi, dan pengawasan yang terpelihara; serta kontrol internal yang memadai.
Ketiga hal ini harus dikerjakan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga bank dapat memastikan
bahwa aktivitas bisnisnya telah dijalankan dalam batasan yang dapat diterima dan menguntungkan. 8

Referensi
Akbar. C, Eril, Muhammad Wahyuddin Abdullah, and Murtiadi Awaluddin. “Manajemen Risiko Di
Perbankan Syariah.” Milkiyah: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 1, no. 2 (2022): 51–56.
Ekonomi, Fakultas, and Universitas Islam Riau. “Teori Manajemen Resiko Bank Syariah” 5, No. November
(2022): 551–564.
Hibah, Program, And Penulisan Buku. “Program Hibah Penulisan Buku Ajar” (2019).
Nuraini Rachmawati, Eka, And Ab Mumin Bn Ab Ghani. “Hubungan Keuntungan Dengan Resiko Dalam
Perspektif Fiqih Aplikasinya Pada Institusi Keuangan Islam.” Jurnal Tabarru’: Islamic Banking And
Finance 3, No. 2 (2020): 95–107.
Ramadiyah, Rizki. “Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah Atas Transaksi Usaha
Masyarakat.” Menara Riau 13, No. 2 (2014): 220–248.
Suseno, Priyonggo. “Konsep Dasar Manajemen Risiko Daftar Isi” (N.D.).
Suwinardi. “Manajemen Resiko Proyek.” Orbith 12, No. 3 (2016): 145–151.
Yulianti, Rahmani Timorita. “Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah.” La_Riba 3, no. 2 (2009): 151– 165.

7
Akbar. C et al., “Manajemen Risiko Di Perbankan Syariah,” Milkiyah: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 1, no. 2
(2022): 51–56.
8
Rizki Ramadiyah, “Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah Atas Transaksi Usaha Masyarakat,”
Menara Riau 13, no. 2 (2014): 220–248.

Anda mungkin juga menyukai