Oleh:
Andro Agil Nur Rakhmad
1520310017
1520310060
1520310083
Sumiati Tomadehe
1520310094
A. Latar Belakang
1. Definisi Dan Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi
oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan.
Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai
organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap
risiko. Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif, terintegrasi, untuk
mengelola
risiko
kredit,
risiko
pasar,
modal
ekonomis,
transfer
risiko,
untuk
memaksimumkan nilai perusahaan (Lam, James, Enterprise Risk Management, Wiley, 2004).
2. Manajemen risiko organisasi mempunyai elemen-elemen berikut ini:
Identifikasi Misi : Menetapkan Tujuan manajemen risiko
Penialaian Risiko dan Ketidakpastian : Mengidentifikasi dan mengukur risiko
Pengendalian Risiko : Mengendalikan risiko melalui diversifikasi, asuransi, hedging,
penghindaran, dll
Pendanaan Risiko : Bagaimana membiayai manajemen risiko
Administrasi program : Administrasi organisasi, seperti manual, dsb
2|Page
dari hal itu kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan
kemungkinankemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.
Bagaimanapun, Manajemen Risiko tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam
proses pengambilan keputusan. Manajemen Risiko bukanlah sekedar angka statistik, teknik
ataupun teknologi. Wujud penerapan terbaik Manajemen Risiko merupakan suatu proses
membangun kesadaran tentang Risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses
pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Manajemen Risiko
tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang
kuat (khususnya terhadap risiko).
Bertitik tolak dari hal-hal di atas, terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi di
dalammengembangkan dan menerapkan suatu model Manajemen Risiko. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :
1. Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu aktivitas,
khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko yang tersembunyi/disembunyikan
akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan, per definisi, tidak akan dapat dikelola
dengan baik.
2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan mensyaratkan
investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat yang akan digunakan sebagai
syarat dari proses Manajemen Risiko yang kuat.
3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan yang
diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa membawa manajemen pada suatu
keputusan yang berisiko fatal.
4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi sebagai
sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola pemantauan yang konstan dan
3|Page
konsisten. Asumsinya adalah bahwa konsentrasi (Risiko) dapat muncul setiap saat seiring
dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.
5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok Manajemen Risiko
yang independen makin dianggap sebagai suatu keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara
tentang kewenangan dan level tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan
kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang visi perusahaan
dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen Risiko dengan kelompok/unit lainnya,
dan juga antar kelompok/unit yang melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko
tertentu.
6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko dalam melakukan pengukuran risiko namun
kualitas keputusan tetap saja tergantung pada bagaimana manajemen memutuskan cara
terbaik untuk menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki
oleh alat/teknik tersebut.
7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko suatu
perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual & Procedure yang jelas. Policy
harus secara jelas menjabarkan dan mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan
dan menyediakan keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses
pengambilan Risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk memberikan kejelasan
mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk pihak internal maupun untuk pihak eksternal
seperti regulator dan para analis.
Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam menyusun suatu
kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal. Lebih jauh, prinsip-prinsip
tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari penerapan model Manajemen Risiko
dalam suatu perusahaan. Tanpa pemahaman mendalam serta konsistensi dalam menggunakan
prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan penerapan suatu model Manajemen Risiko
tidak akan memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat diperoleh.
4|Page
1
2
Irham Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus,dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.69.
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009) hlm. 145.
5|Page
2. Penilaian Risiko
Dalam penilaian risiko, keunikan bank Islam terlihat pada hubungan antara probability dan
impact, atau biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.
D. Reksadana Syariah Lebih Menguntungkan (PT CIMB PAM)3
Fund Manager PT CIMB Principal Asset Management Cholis Baidowi menilai
industri syariah masih akan menjadi instrumen yang menarik di tengah ketidakpastian
perekonomian global. Ia memprediksi kapitalisasi pasar produk investasi syariah masih akan
tumbuh 10,6 persen dalam pertumbuhan rata-rata tahunan antara 2010-2020. "Bahkan lebih
menarik selama krisis keuangan global," katanya di Hotel The Ritz Carlton Jakarta, Senin, 9
September 2013.
www.tempo.co
6|Page
Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Dan
Perkembangan
7|Page
a.
Nilai aktiva bersih yang merupakan suatu alat ukur kinerja dari keberhasilan
reksadana syariah tersebut, sehingga apabila NAB naik maka nilai
investasinya juga akan naik.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
B.
Keunggulan Reksadana
profesional
portofolio
suatu
Reksadana
dilaksanakan
oleh
Manajer
pengelolaan dana dan memiliki akses pada informasi dan pedagangan efek, sehingga selalu
dapat meneliti berbagai peluang investasi terbaik bagi para nasabahnya dan mengambil
keputusan yang lebih akurat untuk kepentingan investasi investornya.
Berinvestasi di reksa dana relatif mudah karena selain prosesnya mudah, investor
diberikan beberapa pilihan investasi, dengan strategi yang sesuai dengan risiko dan
keuntungan yang diharapkan. Dalam reksadana investor leluasa untuk memilih suatu jenis
investasi dan leluasa pula untuk pindah ke jenis lainnya sesuai dengan tujuan investasi si
investor.
3. Diversifikasi investasi (memperkecil resiko)
Reksadana
memiliki
Pola
pembagian
risiko
ini
biasa
disebut
menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan transaksi sendiri di
bursa. Investasi melalui reksa dana relatif lebih ringan biayanya dibandingkan bila investor
melakukannya sendiri. Hal ini disebabkan karena pengelola investasi menghimpun dana
dalam skala besar sehingga dapat mengalokasikannya secara ekonomis.
Reksa dana memberikan kesempatan kepada investor-investor kecil untuk dapat
berinvestasi di pasar modal. Dengan jumlahdana yang relatif kecil (mulai dari Rp. 100.000,-)
seseorang sudah dapat membuka rekening investasinya di reksa dana.
5. Transparansi informasi
Reksadana diwajibkan memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan
biayanya, secara berkala dan kontinyu, sehingga pemegangunit penyertaan dapat memantau
keuntungan, biaya dan risikonya.4 Reksa Dana wajib memberikan informasi atas
perkembangan portofolionya dan biayanya secara continue sehingga pemegang Unit
Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksa
Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta
menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur
sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.
6. Likuiditas yang tinggi, kemudahan pencairan
Likuiditas merupakan instrumen yang sangat penting dalam berinvestasi. Reksadana
terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid, mudah
untuk diuangkan kembali serta efisien karena Anda dapat menjual kembali kepada pengelola
investasi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap
saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor
mengelola kasnya.
7. Keringanan pajak.
Hasil keuntungan dan hasil penjualan kembali reksa dana sudah dikenakan pajak final
maka anda tidak akan dikenai pajak tambahan dan investor akan mendapatkan keuntungan
yang bersih.
Aziz. Abdul, 2010, Manajemen Investasi Syariah, Penerbit Alvabeta, Bandung, Hal. 153-154
10 | P a g e
KESIMPULAN
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta
komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupunasset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap
pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Manajemen risiko adalah proses pengidentifikasian, pengukuran dan cara untuk
menanggulangi ketidak pastian.dalam setiap kegiatan sebuah organisasi manajemen risiko
sangat diperlukan agar sebuah organisasi tersebut berjalan dengan lancar.
Fungsi pokok dari manajemen risiko adalah :
a. Menemukan kerugian potensial. Mengidentifikasi seluruh risiko yang akan dihadapi
oleh organisasi.
b. Mengevaluasi kerugian potensial. Mengenal dan menanggulangi besarnya frekuensi
kerugian dan keparahan atau kegawatan kerugian.
c. Menentuka cara penanggulangan risiko
Agar suatu organisasi dapat menentukan cara apa yang dapat dilakukan dan tepat
untuk menangani sebuah risiko. Apakah itu dengan mengurangi, mencegah, meretensi
(menahan sendiri), menghindari dan memindahkan kerugian kepada pihak lain.
Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta
dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung
resiko yang sedikit. Reksa dana memiliki andil yang amat besar dalam perekonomian
nasional karena dapat memobilisasi dana untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaanperusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta. Disisi lain, reksa dana memberikan
11 | P a g e
keuntungan kepada masyarakat berupa keamanan dan keuntungan materi yang meningkatkan
kesejahteraan material.
Di dalam fatwa DSN tidak disebutkan resiko dan solusi alternatifnya. Disamping
keuntungan investasi di reksadana, ada resiko pula pada investasi ini. Diantaranya ada resiko
berkuarangnya NUP. Hal ini tercantum pada pasal 6 Di dalam pasal 6 Bank Kustodian harus
fokus terhadap kewajibannya, dalam hal ini jika manajemen bank kustodian berkurang NUP
berkurang akan berpengaruh pada berkurangnya NUP tersebut.
Manajer Investasi dan komunitas ekonomi syariah harus lebih memberikan sosialisasi
dan edukasi terhadap masyarakat tentang reksadana, terutama reksadana syariah. Kurangnya
informasi tentang reksadana sangat mempengaruhi preferensi masyarakat pemodal untuk
menginvestasikan danannya dalam bentuk reksadana, terutama reksadana syariah. Hal ini
sangat diperlukan untuk menambah jumlah unit reksadana yang beredar. Edukasi yang
dilakukan dapat berupa iklan layanan masyarakat tentang investasi di reksadana atau
pendirian perguruan tinggi dengan kekhususan ekonomi syariah di jurusan-jurusan yang
memiliki spesifikasi ilmu ekonomi.
Kepastian perpajakan melalui revisi regulasi pajak harus segera dilakukan, minimal
besaran pajak pada reksadana konvensional sama dengan reksadana syariah, sehingga
reksadana konvensional dan reksadana syariah dapat berkompetisi secara seimbang di pasar
modal. Kementrian keuangan dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia perlu
Saling membantu untuk memberikan kejelasan keberadaan reksadana syariah di pasar modal
syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus,dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2010).
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009).
Lina Nur Hidayati, Mengukur Risiko Perbankan Dengan VaR (Value at Risk), Jurnal Ilmu
Manajemen, 2006.
Masyhud Ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Globalisasi Bisnis, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006).
12 | P a g e