MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen
Risiko yang diampu oleh Purwatiningsih S.E., Ak., MBA., DEA
disusun oleh:
Anita Kusuma P (1606952616)
Asa Belani C (1606952660)
Audila Dwiayu P
Chintya Pramasanti (1606952742)
Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Judul makalah/tugas : Penerapan Manajemen Risiko Pada PT. Bank Central Asia, Tbk.
4. Chintya Pramasanti
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank berperan
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai perantara menghimpun dana dan
menyalurkannya ke sektor riil. Bank juga menjadi penyelenggara penyedia layanan keuangan
dan sistem pembayaran. Dengan peran-perannya tersebut, Bank menjadi sangat penting dalam
perekonomian suatu negara sekaligus berisiko karena memiliki banyaknya stakeholders yaitu
nasabah, pemegang saham, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya.
Menurut POJK Nomor 18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum, risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Risiko
yang dimiliki oleh bank antara lain risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, dan risiko kepatuhan. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) telah mewajibkan Bank untuk menerapkan manajemen risiko atas risiko-
risiko yang dimilikinya.
PT Bank Central Asia Tbk. atau Bank BCA merupakan salah satu bank swasta terbesar
di Indonesia. Bank BCA merupakan Indonesia’s Best Bank 2017 versi Euromoney Magazine.
Bank yang dirintis sejak tahun 1955, telah memiliki 17 juta rekening akun nasabah simpanan
di tahun 2017, angka tersebut berasal dari strategi Bank BCA menjadi bank transaksional di
Indonesia. Di tahun yang sama, Bank BCA mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar
581.1 triliun Rupiah. Dengan demikian Bank BCA memiliki tanggung jawab yang besar
sebagai lembaga keuangan dengan banyaknya jumlah nasabah dan DPK yang diperoleh, Bank
BCA harus menjaga kredibilitasnya agar tidak kehilangan kepercayaan nasabah.
Bank BCA wajib melakukan manajemen risiko. Manajemen risiko yang dilakukan
harus diiringi dengan pengendalian internal yang andal mencakup pengawasan, kebijakan,
sistem pengendalian risiko, dan sistem pengendalian internal. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka perlu dilakukan analisis atas manajemen risiko yang dilakukan Bank BCA.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen risiko pada PT Bank Central Asia Tbk.?
C. Tujuan
Menjelaskan manajemen risiko yang diterapkan pada PT Bank Central Asia Tbk.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam jurnal A Structured approach to Enterprise Risk Managemen (ERM) and the
requirement of ISO 31000 (Airmic, 2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko merupakan
proses dimana organisasi mengatasi dan mengelola risiko yang melekat pada aktivitasnya. Dan
prinsip-prinsip manajemen risiko yang sukses jika :
1. Prosorsional atau lebih mengacu pada “tergantung situasi dan kondisi” terhadap
tingkat risiko dalam organisasi. Dengan kata lain, suatu risiko A pada waktu X bisa
menjadi risiko yang membutuhkan penanganan atau penyelesaian lebih. Sedangkan
dalam waktu Y, bisa jadi risiko A hanya membutuhkan penanganan sederhana.
2. Selaras dengan aktivitas organisasinya
3. Komprehensif dalam ruang lingkupnya
4. Tertanam atau mendarah daging menjadi suatu aktivitas rutin
5. Dinamis dengan menjadi responsive menghadapi perubahan
Proses pengendalian resiko dapat disajikan sebagai suatu daftar kegiatan yang
terkoordinir. Berikut adalah penjelasan alternatif yang sering digunakan yaitu 7Rs dan 4Ts dari
(bahaya) pengendalian resiko yang diintegrasikan dengan Risk Architecture ynag menjelaskan
bentuk struktur proses manajemen risiko, Risk Strategy yang menjelaskan langkah apa yang
akan dilakukan dalam melakuka proses manajemen risiko, dan Risk Protocols yang merupakan
panduan (SOP) bagaimana menjalanakan proses manajemen risiko seperti gambar berikut ini .
Lebih lanjut lagi, Woods dan Dowd pada jurnal Management Accounting Guideline:
Financial Risk Management for Management Accountants (2008), dijelaskan bahwa meskipun
organisasi menghadapi bermacam jenis risiko, tetapi risiko-risiko tersebut dapat dikelola
dengan siklus kerangka kerja yang sama, seperti yang dirangkum dalam diagram Siklus
Manajemen Risiko CIMA berikut ini: Pada suatu perusahaan terbuka, RUPS memberikan
mandate and commitment yang menjadi titik permulaan dari kerangka manajemen risiko yang
kemudian disusun menjadi kebijakan manajemen risiko terstruktu. Kebijakan manajemen
risiko ini menjelaskan jenis-jenis risiko yang ingin diambil oleh manajemen dan mana yang
akan dihindari. Kebijakan manajemen risiko ini juga memuat respon atau tindakan pencegahan
yang akan dilakukan terhadap jenis-jenis risiko yang tersebut. Langkah selanjutnya adalah
implementasi manajemen risiko berupa risk protocols dalam risk management process,
beberapa diantaranya adalah alokasi tanggung jawab untuk mpengelolaan risiko tertentu dan
menciptakan budaya risk-aware yang tertanam di dalam kegiatan sehari-hari organisasi.
Selanjutnya adalah kegiatan pengawasan dan peninjauan atas kerangka kerja manajemen risiko
(monitor and review framework) yang akan menghasilkan kebijakan untuk dan bila diperlukan
meningkatkan kerangka kerja (improve framework).
B. TIPE RISIKO
- Risiko market place: Risiko market place meliputi aktifitas penelitian dan
pengembangan aset intelektual dan kontrak.
- Risiko reputasional: Brand Extension komposisi dewan lingkungan control
- Risiko keuangan: Standar akuntansi, tingkat suku bunga, foreign exchange, pendanaan
dan kredit
- Risiko infrastruktur: Komunikasi, transport links, rantai pasokan, terorisme, bencana
alam, pandemic
- Risiko market place: Lingkungan pasar, pengembangan teknologi, kompetisi,
permintaan pelanggan, dan kebutuhan regulator
C. POTENSI RISIKO
D. MITIGASI RISIKO
Mitigasi risiko berarti meminimalisir risiko agar tidak terjadi. Demi meminimalisir
risiko tersebut, The Institute of Internal Auditor (IIA) memberikan panduan pendekatan
Enterprise Risk Management yang dikenal dengan istilah Three Lines of Defence Model.
Model ini membagi peran dan tanggung jawab manajemen risiko dan pengendalian menjadi
tiga lini atau lapisan di dalam suatu organisasi dan dengan melibatkan audit eksternal dan
regulator. Three Lines of Defence Model memiliki fungsi-fungsi disetiap lini guna mencapai
efektivitas manajemen risiko yaitu sebagai berikut :
PEMBAHASAN
1. Melakukan identifikasi dan pengendalian seluruh risiko termasuk yang berasal dari
produk baru dan aktivitas baru.
2. Memiliki Komite Pemantau Risiko (KPR) yang bertujuan untuk memastikan
bahwa kerangka kerja manajemen risiko yang ada telah memberikan perlindungan
yang memadai terhadap seluruh risiko BCA dan mempunyai tugas pokok untuk
memberikan rekomendasi serta pendapat secara profesional yang independen
mengenai kesesuaian antara kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan manajemen
risiko kepada Dewan Komisaris, serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas Komite Manajemen Risiko (KMR) dan Satuan Kerja Manajemen Risiko
(SKMR).
3. Memiliki (KMR) yang mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan, strategi dan
pedoman penerapan manajemen risiko, menyempurnakan pelaksanaan manajemen
risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan proses dan sistem manajemen risiko
yang efektif, serta menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal (irregularities).
Dalam rangka pengendalian risiko, BCA telah mengimplementasikan kerangka
Dasar Manajemen Risiko (Risk Management Framework) secara terpadu yang
dituangkan dalam Kebijakan Dasar Manajemen Risiko (KDMR). Kerangka tersebut
digunakan sebagai sarana dalam penetapan strategi, organisasi, kebijakan dan
pedoman, serta infrastruktur BCA sehingga dapat dipastikan bahwa semua risiko yang
dihadapi BCA dapat diidentifikasi, diukur, dipantau, dikendalikan dan dilaporkan
dengan baik.
Wewenang KMR
Rapat KMR
Rapat KMR dilaksanakan sesuai kebutuhan dan sedikitnya sekali dalam 3 (tiga)
bulan atau 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun. Hingga akhir periode 31 Desember
2017, KMR telah mengadakan rapat sebanyak 4 (empat) kali rapat.
Pertanggungjawaban dan realisasi kerja KMR dilaporkan melalui:
➢ Laporan tertulis secara berkala sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun kepada
Direksi, mengenai hasil pertemuan rutin dalam rapat KMR.
➢ Laporan tertulis kepada Direksi, mengenai hasil pertemuan khusus yang
diadakan untuk membahas hal tertentu.
➢ Laporan khusus atau laporan kegiatan (jika diperlukan).
Selama tahun 2017, manajemen risiko BCA difokuskan untuk menjaga kualitas
kredit, posisi likuiditas dan kecukupan permodalan, serta sebagai bank transaksi tetap
memperhatikan pengelolaan risiko operasional.
• Kualitas Kredit
Pada tahun 2017 posisi likuiditas industri perbankan Indonesia relatif memadai
diantaranya didukung oleh dana dari program tax amnesty dan rendahnya penggunaa n
likuiditas perbankan. Namun demikian, sebagai bagian dari manajemen risiko
likuiditas, BCA tetap memonitor keseimbangan antara kewajiban jangka pendek yang
harus dipenuhi dengan ketersediaan dana jangka pendek yang dimiliki oleh BCA.
BCA memiliki posisi likuiditas yang solid bersumber dari penghimpunan dana
giro dan tabungan (Current Accounts and Savings Accounts - CASA) berbunga rendah,
ditopang oleh keunggulan di bidang perbankan transaksi. Komposisi dana CASA
mencapai 76,3% dari total dana pihak ketiga Bank pada tahun 2017. BCA tetap menjaga
kecukupan jumlah penempatan jangka pendek pada instrumen-instrumen bebas risiko
dimana rasio secondary reserves BCA terhadap total dana pihak ketiga sebesar 10,9%.
Adapun rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio) BCA pada akhir
tahun 2017 berada pada level 78,2% dan rasio Liquidity Coverage Ratio berada pada
353,0%. Rasio-rasio tersebut menunjukan kondisi likuiditas BCA berada pada tingkat
yang solid. Guna menjaga posisi dana pihak ketiga secara keseluruhan, BCA secara
proaktif melakukan kajian tingkat suku bunga dana yang tepat sesuai dengan kondisi
likuiditas.
• Posisi Permodalan
persyaratan minimum yang ditentukan sebesar 100%. BCA memiliki komitmen dalam
mendukung permodalan entitas anak sejalan dengan perkembangan bisnisnya.
D. Pengendalian Internal
Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal menjadi
tanggung jawab bersama seluruh manajemen dan karyawan BCA. Kesadaran akan
risiko (risk awareness) terus ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Bank. BCA menerapkan konsep three lines
of defenses dalam pengelolaan risiko, dimana pengelolaan risiko dilakukan oleh semua
lini organisasi, dan dilakukan pengawasan (oversight) oleh Dewan Komisaris dan
Direksi.
Sebagai risk owner, seluruh unit bisnis dan unit pendukung berfungsi sebagai
First Line of Defense yang mengelola risiko terkait unit kerjanya. Sementara itu, Satuan
Kerja Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Kepatuhan berfungsi sebagai Second Line
of Defence yang memantau penerapan kebijakan dan panduan manajemen risiko secara
korporasi. Sedangkan Divisi Audit Internal sebagai Third Line of Defense bertugas
memberikan independent assurance terhadap penerapan manajemen risiko di BCA.
Berdasarkan hasil penilaian sendiri (self-asessment), pada tahun 2016 peringkat profil
risiko BCA sebagai Entitas Utama secara individu maupun secara terintegrasi dengan
anakanak usaha adalah “low to moderate”. Peringkat profil risiko tersebut merupakan
hasil penilaian dari peringkat risiko inheren “low to moderate” dan peringkat kualitas
penerapan manajemen risiko “satisfactory”
Evaluasi dan pengkinian kebijakan, prosedur dan metodologi dilakukan secara berkala
untuk menjaga kesesuaiannya dengan regulasi dan kondisi operasional. Evaluasi
terhadap efektivitas manajemen risiko juga dilakukan melalui laporan berkala yang
dikirimkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi, antara lain Laporan Pelaksanaan
Kebijakan Manajemen Risiko, Laporan Profil Risiko, Risk Update dan laporan terkait
lainnya.
Penerapan Basel
Bank terus mempersiapkan diri dalam melaksanakan penerapan Basel di Indonesia.
Terkait penerapan Basel III di Indonesia, baik dari segi permodalan dan likuiditas, BCA
turut berpartisipasi mendukung persiapan penerapan Basel III tersebut antara lain
melalui Quantitative Impact Study (QIS). Dalam QIS tersebut BCA melakukan
perhitungan Liquidity Coverage Ratio dan Leverage Ratio. Rasio-rasio tersebut telah
dipublikasikan pada website Bank sejak tahun 2015
Risk Appetite
Bank mendefinisikan risk appetite sebagai tingkat dan jenis risiko yang bersedia
diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran bisnis Bank. Risk appetite yang
ditetapkan oleh Bank tercermin dalam strategi dan sasaran bisnis Bank.
Kesimpulan
Bank BCA telah memiliki pedoman sebagai code of conduct dalam proses
menerapakan manajemen risikonya. Bank BCA berpedoman pada persyaratan dan tata
cara sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan, serta mengacu kepada international best practice serta telah
mengimplementasikan kerangka Dasar Manajemen Risiko (Risk Management
Framework) secara terpadu. Hal ini dinilai jika SOP dan pedoman teknis yang dimiliki
Bank BCA sudah baku dan rinci. Untuk mencapai tujuan imlemetasi manajemen risiko
berjalan dengan efektif dan optimal, BCA telah memiliki KMR yang mempunyai
wewenang untuk mengkaji dan memberikan rekomendasi mengenai hal yang berkaitan
dengan manajemen risiko untuk dimintakan keputusan dari Direksi. Bank BCA telah
memiliki unit yang secara keseluruhan berfokus pada proses manajemen risiko, jika
dinilai bank memiliki risiko yang tinggi sehingga unit yang bertanggung jawab pada
proses manajemen risiko sangat dibutuhkan. Penilaian dalam proses manajemen risiko
juga telah di assess secara keseluruhan oleh Bank BCA seperti menilai risiko Kualitas
Kredit, Posisi Likuiditas, Posisi Permodalan, Risiko Nilai Tukar, Risiko Operasional.
Hal itu bertujuan untuk menjaga kualitas kredit, posisi likuiditas dan kecukupan
permodalan, serta sebagai bank transaksi tetap memperhatikan pengelolaan risiko
operasional.
Dapat disimpulkan jika proses manajemen risiko Bank BCA sudah efektif dan
efisien, dikarenakan telah menerapkan proses dari awal melakukan penilaian hingga
evaluasi atas manajemen risiko Bank B
BAB 4
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. https://www.bca.co.id/en/Tentang-BCA/Hubungan-Investor/Laporan-Tahunan