Anda di halaman 1dari 7

Tugas (2)

Judul Kelas : Mengelola Mutu Proyek Berdasarkan ISO 9001 untuk Manajer Proyek
Konstruksi Bangunan Sipil
Sesi :2

Tugas :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi risiko dalam proyek yang sedang berlangsung?
2. Bagaimana cara mengelola risiko yang telah diidentifikasi dalam proyek tersebut?
3. Sebutkan contoh risiko yang mungkin terjadi dalam proyek konstruksi dan bagaimana
cara mengatasinya?
4. Bagaimana cara mengevaluasi efektivitas pengelolaan risiko dalam proyek berdasarkan
ISO 9001?

Instruksi Tugas
1. Tugas ini dirancang untuk dapat dikerjakan selama kurang lebih 30 menit
2. Bacalah instruksi soal dengan seksama agar dapat mengerjakan tugas dengan baik
3. Kerjakanlah tugas anda pada word dengan format pdf/docx.
4. Jika tugas selesai dikerjakan, silakan upload file ini di google drive- mu.
5. Lalu masukkan link google drive tersebut pada kolom yang tersedia di dalam kelas.

-Selamat Mengerjakan-
Nama : Apriani
Email : apriani280499@gmail.com
H.P : 081255795952

Bagaimana cara mengidentifikasi risiko dalam proyek yang sedang berlangsung?

Mengidentifikasi risiko dalam proyek digunakan beberapa metode yang antara lain:
1. Curah Pendapat
Mengidentifikasi risiko seringkali dapat dilakukan dengan membuat sesi curah
pendapat yang dengan mengumpulkan personil proyek utama untuk mengidentifikasi
dan memprioritaskan risiko di proyek.
2. Wawancara
Wawancara merupakan sarana untuk meminta informasi dari individu. Personil
proyek dapat diminta untuk memberikan informasi mengenai risiko potensial pada
proyek.
3. Mengumpulkan Data Historis
Data yang dikumpulkan dari proyek sebelumnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan risiko, namun ini hanya bisa berjalan bila ada kesamaan
dalam proyek dan ada beberapa arsip.
4. Membuat Daftar Pemerikasaan
Menggunakan daftar pemeriksaan adalah cara lain untuk mendokumentasikan
sumber-sumber risiko atau pendorong risiko. Banyak proyek berbeda dalam banyak hal,
tetapi sumber utama risiko proyek sering kali sangat mirip.
5. Menyusun Daftar Prioritas
Teknik deduktif ini menyajikan topik, atau petunjuk, sebagai sarana untuk
memfasilitasi klasifikasi risiko ke dalam kelompok, tipe atau area (keuangan, teknis,
lingkungan) atau kelompok tugas (perencanaan, desain, konstruksi, commissioning).
6. Membuat Bagan Risiko
Bagan risiko adalah proses menciptakan bentuk grafis atau matriks yang
mewakili sumber daya yang berisiko beserta konsekuensinya.
7. Pengelompokan Risiko
Pengelompokan risiko adalah salah satu metode yang digunakan untuk
memastikan bahwa risiko diidentifikasi secara akurat dan dikelola dengan baik mealui
strategi mitigasi.
Bagaimana cara mengelola risiko yang telah diidentifikasi dalam proyek tersebut?

Setelah mengidentifikasi banyaknya resiko dalam proyek akan dilakukan pengelolaan


resiko sebagai berikut:

1) Evaluasi Resiko atau Analisis Resiko


Para identifikasi resiko proyek adalah hanya sebuah tanda untuk sebuah potensi
atau resiko nyata bahwa tujuan proyek tidak akan dicapai. Akurasi dari setiap evaluasi
atau analisis risiko hanya akan seakurat data yang menjadi dasar bagi perkiraan
probabilitas dan frekuensinya. Tujuan analisis resiko untuk mengurangi resiko dimana
tindakan perbaikan dilakukan pada sebuah proyek, penjadwalan, anggaran belanja,
harga/kualitas proyek. Pengurugan resiko memerlukan analisis dalam pemesanan untuk
memutuskan pengaruh atas proyek.

2) Alokasi Resiko
Penanganan risiko sebaiknya dimulai pada tahapan awal proyek, dengan tujuan
alokasi risiko kepada pihak-pihak yang memiliki kendali terhadap risiko terkait pada
setiap tahapan proyek. Tidak semua resiko dapat diidentifikasi atau dimanage menjadi
minimal atau menghilangkan dampaknya. Mempelajari proses pekerjaan lebih efektif.
Tahap penentuan pada semua bagian adalah untuk mengindikasikan secara actual
resiko proyek. Manajemen partisipan dan manajemen proyek keseluruhan harus
mengutamakan dengan tujuan menangani resiko dan melakukan pendekatan yang
menciptakan :
 Berbagai pemikiran untuk mencari penyelesaian dampak yang paling minim.
 Kontrak administrasi yang seimbang (saling menguntungkan) yang menjadi
tujuan utama bagi partisipan (pihak yang terlibat).
 Penyelesaian dini pada resiko proyek berdasar pada isu permasalahan yang ada
dan manajemen bisa menentukan produktifitas serta biaya yang harus
dikeluarkan.
 Menggunakan teknik ADR (Alternative Dispute Resolution) dengan maksud
untuk menurunkan lingkungan pertikaian dan perselisihan untuk menciptakan
manfaat bagi semua pihak.
3. Respon Resiko
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang
mungkin terjadi. Risiko-risiko penting yang sudah diketahui perlu ditindak lanjuti dengan
respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut. Metode yang
dipakai dalam menangani risiko:
[1] Menahan risiko (Risk retention) Merupakan bentuk penanganan risiko yang
mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini
dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak mendatangkan kerugian yang terlalu
besar atau kemungkinan terjadinya kerugian itu kecil, atau biaya yang
dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut tidak terlalu besar dibandingkan
dengan manfaat yang akan diperoleh.
[2] Mengurangi risiko (Risk reduction) Yaitu tindakan untuk mengurangi risiko yang
kemungkinan akan terjadi dengan cara;
(a) Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi risiko;
(b) Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan;
(c) Perlindungan terhadap orang dan properti.
[3] Mengalihkan risiko (Risk transfer) Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan
risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang dimaksud adalah
asuransi dengan membayar premi.
[4] Menghindari risiko (Risk avoidance) Menghindari risiko sama dengan menolak
untuk menerima risiko yang berarti menolak untuk menerima proyek tersebut.
Sebutkan contoh risiko yang mungkin terjadi dalam proyek konstruksi dan bagaimana cara
mengatasinya?
Contoh :
Proyek Pembangunan Dermaga
1) Resiko Alam
Resiko Penanganannya
Cuaca ekstrim (hujan lebat,
Mengoptimalkan hari cerah dan menambah jam
gelombang tinggi, angin kencang,
lembur
dan petir)
Mengganti beton in situ dengan precast untuk
bagian yang terendam (plat & balok) dan
Pasang surut air laut
Mengurangi ketinggian pile cap dari 1,5 meter
menjadi 1 meter
Memberikan pengarahan K3 jika terjadi
Force majeur (banjir, kebakaran, dan
bencana dan mengasuransikan keselamatan
gempa bumi)
personil untuk mengurangi dampak risiko

2) Resiko Lingkungan
Resiko Penanganannya
Koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan
Gangguan akan adanya aktivitas
Pengaturan manajemen lalu lintas yang
bongkar muat barang
terencana dan terkoordinir
Pengawasan secara teratur dan teliti terkait
Kondisi tanah yang tidak stabil
pergerakan tanah pada masa konstruksi

3) Resiko Teknis
Resiko Penanganannya
Komunikasi yang intens antar setiap
Keterlambatan proses administrasi
stakeholder dan penerapan schedule yang tepat
dan perizinan.
waktu.
Menerima terjadinya risiko tersebut, namun
Perubahan desain akibat perubahan
tetap berkoordinasi dan menyelesaikan
kondisi lapangan
justifikasi sesuai waktu yang ditentukan.
4) Risiko finansial
Resiko Penanganannya
Memperjelas syarat kelengkapan termin
Keterlambatan pembayaran dan format laporan dengan pihak owner
jauh-jauh hari

5) Resiko Proyek
Resiko Penanganannya
Kerusakan alat berat saat pelaksanaan perawatan secara rutin dan mekanik yang
pekerjaan selalu stand by di lokasi pekerjaan
Penjadwalan material yang matang &
Pengadaan material yang tidak sesuai koordinasi antar stakeholder agar
jadwal kedatangan material dapat dikondisikan
sesuai keadaan lapangan
Diadakan rapat dan tindakan cepat untuk
Adanya keretakan pada struktur memperbaiki keretakan dengan disertai
pengawasan yang cermat oleh konsultan
Ketidaksepahaman metode kerja dengan Diadakan rapat dan koordinasi rutin yang
kontraktor difasilitasi pihak owner
Bagaimana cara mengevaluasi efektivitas pengelolaan risiko dalam proyek berdasarkan ISO
9001?

Berdasarkan ISO 9001 Evaluasi kinerja adalah dengan melakukan Pemantauan,


pengukuran, analisis dan evaluasi. Organisasi harus menetapkan:
a) Apa yang perlu dipantau dan diukur;
b) Metode untuk pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi yang diperlukan untuk
memastikan hasil yang valid;
c) Kapan pemantauan dan pengukuran harus dilakukan;
d) Bila hasil dari pemantauan dan pengukuran harus dianalisa dan dievaluasi.
Organisasi harus mengevaluasi kinerja dan efektivitas sistem manajemen mutu.
Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi yang tepat sebagai bukti hasil.
Organisasi harus memantau persepsi para pelanggan sejauh mana kebutuhan dan harapan
mereka telah terpenuhi. Organisasi harus menentukan metode untuk memperoleh, memantau,
dan meninjau informasi ini. Organisasi harus menganalisis dan mengevaluasi data dan
informasi yang sesuai yang timbul dari pemantauan, pengukuran.
Hasil analisis harus digunakan untuk mengevaluasi:
[1] kesesuaian produk dan layanan;
[2] tingkat kepuasan pelanggan;
[3] kinerja dan efektivitas sistem manajemen mutu; apakah perencanaan telah
dilaksanakan dengan efektif; efektivitas tindakan yang diambil untuk menangani risiko
dan peluang;
[4] kinerja penyedia eksternal;
[5] Kebutuhan untuk peningkatan dalam sistem manajemen mutu.

Anda mungkin juga menyukai