Anda di halaman 1dari 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang telah mengaplikasi konsep Manajemen Risiko


dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) antara lain :

Budi (2011) , menyebutkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan AHP pada Proyek
Apartemen Gunawangsa dengan tinjauan khusus yaitu kriteria Daya Dukung Tiang ,
didapatkan Daya Dukung Tiang (46,74%), Faktor Lingkungan (39,43%), Faktor
Biaya (9,25%), dan yang paling rendah adalah Faktor Pengoperasian Alat (4,58%).
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa berdasarkan pendapat pengambilan
keputusan pada Proyek Apartemen Gunawangsa yang ditunjukkan oleh hasil
perhitungan AHP berdasarkan isian kuisioner, bahwa kriteria yang paling
mempengaruhi pada pemilihan alternatif pada alat pancang pada Proyek Apartemen
Gunawangsa adalah kriteria daya dukung tiang yaitu 46,74%. Hal pertama yang harus
dipertimbangkan adalah kesanggupan alat pancang dalam memancang tiang sesuai
daya dukung yang dibutuhkan oleh tiang pancang tersebut.

Dr.Prasanta Kumar Dey (2002), menyebutkan bahwa pengaplikasian analisa


manajemen risiko dengan metode AHP pada kasus pembangunan pipa minyak lintas
negara pada bagian barat India. Pada proses pembangunan pipa minyak tersebut
didapatan faktor risiko dan sub-faktor risiko yang diindentifikasikan oleh para ahli
(pakar). Didapat risiko teknis berupa : pemilihan teknologi, pengaplikasian pemilihan
metodologi penilitan, risiko pada peralatan dan perubahan desain. Risiko finasial dan
ekonomi berupa : inflasi, risiko dana, perubahan kebijakan peraturan pemerintah
lokal, estimasi yang tidak benar. Dari hasil perbandingan dengan meode AHP didapat
kesimpulan bahwa kemungkinan kegagalan pada proses pembangunan pipa minyak
tersebut adalah 0,37 persen, dengan kemungkinan terbesar akibat adanya akibat
perubahan desain, kekurangan dana, kemampuan vendor dan juga akibat cuaca.
commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Pada jurnal T Zayed et.al (2008) , disebutkan bahwa berdasarkan hasil perbandingan
Analytic Hierarchy Process pada Proyek Jalan Layang di Cina menunjukkan bahwa
interaksi dari pihak manajemen luar negeri dengan kontraktor lokal memiliki skor
yang sangat tinggi (0,4) pada area risiko hirarki makro. Namun, kondisi cuaca,
keselamatan kerja, dan teknologi memiliki efek yang sangat kecil pada risiko
pembangunan konstruksi proyek jalan layang (skor rata-rata sama dengan 0,1). Hasil
juga menunjukkan bahwa risiko politik memiliki skor tertinggi yaitu 0,2336 pada
level area makro. Pada waktu lain, teknologi dan tenaga kerja memiliki risiko
tertinggi yaitu 0,2492 dan 0,2098 pada level area mikro.

I gusti Ngurah Oka saputra dan Anak Agung Wiranatha (2009) menyebutkan
bahwa analisa perbandingan risiko biaya kontrak lumpsump dengan kontrak unit
price dengan metode AHP, studi kasus pada kontraktor di kota denpasar
didapatkan data kuisioner bahwa 85 % responden menyatakan proyek dengan
sistem unit price lebih menguntungkan dari sisi tingkat risiko dibandingkan
dengan kontrak lump sum. Hasil analisis dengan metode AHP diperoleh bahwa
perbandingan risiko dari aspek biaya pada kontrak lumpsum berisiko lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrak unit price dengan perbandingan 81,7% : 18,3%.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Risiko

Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di
dalam suatu situasi (Fisk, 1997). Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan,
properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield &
Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan
(probabilitas) terjadinnya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto,1995).

Jadi risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau
kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan
ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang
tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2011):

1. Risiko murni dan risiko spekulatif (pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu outcome yaitu kerugian. Contoh risiko
murni kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan
nama risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu
kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai
risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika
risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami kerugian
karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang
terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi makan perusahaan akan
memperoleh keuntungan.
2. Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko
kematian dsb.
3. Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular
risk). Risiko fundamental adalah risiko yang kemunginannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental : bencana alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana , bisa
dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan. Contoh risiko khusus :
jatuhnya kapal terbang, kecelakaan dsb.

2.2.2. Jenis Risiko

Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak , namun tidak
semua risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu
commit to user
proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

pihak didalam proyek konstruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko yang
penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek. Risiko
tersebut adalah (Wideman, 1992):

1. External, tidak dapat diprediksi (tidak dapat dikontrol):


a. Perubahan peraturan perundang- undangan
b. Bencana alam : badai, banjir, gempa bumi
c. Akibat kejadian pengrusakan dan sabotase
d. Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek
e. Kegagalan penyelesaian proyek

2. External, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol):


a. Risiko pasar
b. Operasional (setelah proyek selesai)
c. Pengaruh lingkungan
d. Pengaruh sosial
e. Perubahan mata uang
f. Inflasi
g. Pajak

3. Internal, non-teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol):


a. Manajemen
b. Jadwal yang terlambat
c. Pertambahan biaya
d. Cash flow
e. Potensi kehilangan atas manfaat dan keuntungan

4. Teknik (dapat dikontrol):


a. Perubahan teknologi
b. Risiko-risiko spesifikasi atas teknologi proyek
c. Desain

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

5. Hukum, timbulnya kesulitan akibat dari :


a. Lisensi
b. Hak paten
c. Gugatan dari luar
d. Gugatan dari dalam

Menurut Flanagan & Norman (1993), risiko-risiko dalam proyek konstruksi


adalah :
1. Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang ditentukan/penetapan waktu
konstruksi.
2. Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail
perencanaan/izin dengan waktu yang tersedia.
3. Kondisi tanah yang tak terduga
4. Cuaca yang sangat buruk.
5. Pemogokan tenaga kerja.
6. Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja dan bahan.
7. Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.
8. Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.
9. Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain)
10. Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan
produksi karena detail desain oleh tim desain.
11. Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah
ditetapkan

Sumber–sumber risiko (Flanagan & Norman, 1993) :


1. Timbulnya inflasi
2. Kondisi tanah yang tidak terduga
3. Keterlambatan material
4. Detail desain yang salah, seperti ukuran yang salah dari gambar yang
dibuat oleh arsitek
5. Kontraktor utama tidak mampu membayar/bangkrut
6. Tidak ada koordinasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2.2.3. Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek serta jelas waktu awal dan akhir
kegiatannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang
terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang
terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Ervianto(2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang
dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu :
1. Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak
ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat
sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumber daya: setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya
yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi: setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi. Langkah awal yang
harus dilakukan adalah menyatukan fisi menjadi satu tujuan yang ditetapkan
organisasi.
Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan tiga batasan/kendala
(triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan
jadwal yang harus dipenuhi.

2.2.4. Manajemen Risiko

Manajemen Risiko merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu


dengan memahai, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
Kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak yang
ditumbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau
mengurangi risiko yang terjadi.

Manajemen Risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan


risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assesment), penanganan
commit to user
(handling) dan pemantauan (monitoring) risiko (Kerzner, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga
selalu terdapat ketidakpastian. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian,
dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Jika risiko
tersebut menimpa suatu proyek, maka proyek tersebut bisa mengalami kerugian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
terbengkalainya proyek tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola.
Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga proyek tersebut
dapat bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. (Hanafi, 2006)
Manajemen risiko proyek mencakup proses melakukan perencanaan manajemen
risiko, identifikasi, analisa, perencanaan respon, dan pemantauan dan
pengendalian proyek. Tujuan manajemen risiko proyek adalah untuk
meningkatkan kemungkinan dan dampak dari kegiatan positif dan mengurangi
kemungkinan dan dampak dari sesuatu yang merugikan dalam proyek tersebut.
(PMBOK,2008). Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui
metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang
diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat
menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus
dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang
peningkatan keuntungan usaha. (Soemarno, 2007)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.2.4.1. Diagram Manajemen Risiko

a. Diagram manajemen risiko menurut PMI, 2000

Perencanaan Manajemen Risiko

Identifikasi Risiko

Analisis Risiko Kualitatif

Analisis Risiko Kuantitatif

Perencanaan Respon Risiko

Pengendalian dan Monitoring Risiko

Gambar 2.1 Diagram manajemen risiko menurut PMI, 2000

1. Perencanaan Manajemen Risiko


Bagaimana mendekati dan melaksanakan aktivitas manajemen risiko
untuk proyek serta memastikan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen
risiko yang setara dengan risiko dan kepentingan proyek.
2. Identifikasi Risiko
Menentukan risiko-risiko yang mempengaruhi proyek dan
mendokumentasikan karakteristiknya.
3. Analisis Risiko Kualitatif
Menilai prioritas risiko teridentifikasi menggunakan peluang terjadinya
dan dampaknya terhadap tujuan proyek bila risiko itu terjadi.
4. Analisis Risiko Kuantitatif
Dikerjakan berdasarkan risiko yang diprioritaskan oleh proses analisa
risiko kualitatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

5. Perencanaan Respon Risiko


Proses mengembangkan pilihan dan menentukan tindakan untuk
meningkatkan kesempatan dan mengurangi ancaman terhadap tujuan
proyek. Ini mengikuti analisis risiko kualitatif dan kuantitatif.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko
Untuk memastikan bila asumsi proyek masih valid, risiko (sebagaimana
telah dinilai) berubah dari sebelumnya, memonitor sisa risiko, dan
mereview pelaksanaan respon risiko saat mengevaluasi keefektifannya.

b. Diagram manajemen risiko menurut Association for Project Management


(APM), 1997

Define Project

Focus PRAM

Identify Risks

Asses Risks

Plan Risks Responses

Manage Risks

Gambar 2.2 Diagram manajemen risiko menurut APM, 1997

1. Define Project
Menentukan proyek mana yang akan diterapkan manajemen risiko
didalamnya.
2. Focus PRAM
Adalah mengikuti Project Risk Analysis and Management guide dalam
menentukan risiko. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

3. Identify Risks
Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan terjadi di
dalam proyek dan apa pengaruhnya dalam proyek.
4. Asses Risks
Menilai bagaimana risiko-risiko yang mungkin terjadi akan
mempengaruhi proyek.
5. Plan Risk Responses
Merencakan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang
mungkin terjadi.
6. Manage Risk
Mengelola risiko dengan tindakan penanganan yang telah ditentukan.

c. Diagram manajemen risiko menurut AS/NZS, 1999b

Establish Context

Identify Risks

Analysis Risks

Evaluate Risks

Monitor
Treatand Review
Risks

Gambar 2.3 Diagram manajemen risiko menurut AS/NZS, 1999

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

d. Diagram manajemen risiko Generic Steps

Risk Identification

Risk Assessment

Risks Analysis

Risks Response

Risks Monitoring

Gambar 2.4. Diagram manajemen risiko Generic Steps

2.2.4.2. Tahapan dalam Manajemen Risiko

a. Perencanaan (Planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang
terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan
penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko,
penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta
mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.

b. Penilaian (Assesment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis
yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai
sasaran biaya, kinerja/performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

c. Penanganan (Handling)

Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi


penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing
program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah
commit to user
risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

d. Pemantauan r i s i k o (Monitoring)
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil
kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan
sebaga dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik
di kemudian hari.

2.2.5. Pengukuran Potensi Risiko

Risiko suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya lahan ditandai oleh


faktor- faktor :
l. Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatif yang dapat terjadi pada
proyek)
2. Probabilitas terjadinya risiko (atau frekuensi)
3. Keparahan (severity) dampak negatif/impact/konsekuensi negatif dari risiko
yang akan terjadi
Menurut Williams (1993), sebuah pendekatan yang dikembangkan menggunakan
dua kriteria yang penting untuk mengukur risiko, yaitu :
1. Kemungkinan (Probability), adalah kemungkinan (Probability) dari suatu
kejadian yang tidak diinginkan.
2. Dampak (Impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak (Impact) pada
aktivitas lain, jika peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Untuk mengukur risiko, menggunakan rumus :
R = W*P*I
Dimana :
R = Tingkat risiko
W = Bobot yang didapat dari Analytic Hierarchy Process
P = Kemungkinan (Probability) risiko yang terjadi
I = Tingkat dampak (Impact) risiko yang terjadi
Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena memiliki
probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatif yang besar
dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu,
estimasi biaya, atau teknologi desain (Soemarno, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

2.2.6. Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan


oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu
hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1.Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2.Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3.Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

2.2.7. Proses Analisa Hierarki

Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada


tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan
multi kriteria yang dan dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana
faktor logika, pengalaman pengetahuan,emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut kedalam suatu hierarki,
kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti presepsi manusia dalam
melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat
commit toprioritas
ditentukan elemen mana yang mempunyai user tertinggi.
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2.2.7.1. Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Pengambil Keputusan

Menurut Badiru (1995), AHP merupakan suatu pendekatan praktis untuk


memecahkan masalah keputusan kompleks yang meliputi perbandingan
alternatif. AHP juga memungkinkan pengambil keputusan menyajikan hubungan
hierarki antara aktor, atribut, karakteristik atau alternatif dalam lingkungan
pengambilan keputusan.
Dengan ciri khusus hierarki yang dimilikinya, masalah kompleks yang tidak
terstruktur dipecah dalam kelompoknya

2.2.7.2. Manfaat Analytic Hierarchy Process (AHP)

Manfaat dari penggunaan Analytic Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:
a. Memadukan intuisi pemikirian, perasaan dan pengindraan dalam menganalisa
pengambilan keputusan.
b. Memperhitungkan konsistensi dan penilaian yang telah dilakukan dalam
membandingkan faktor-faktor untuk menilai validitas keputusan.
c. Kemudahan pengukuran dalam elemen.
d. Memungkinkan perencanaan kedepan.
Salah satu manfaat yang membedakan dengan model pengambilan keputusan
lainnya adalah ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan karena
pengambilan keputusan yang dilakukan manusia sebagian didasarkan logika dan
sebagian didasarkan juga pada intuisi.

2.2.7.3. Kelebihan Analytic Hierarchy Process (AHP)

Kelebihan metode ini menurut Badiru (1995) adalah:


a. Struktur yang berhierarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada sub kriteria paling dalam.
b. Menghitung validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

2.2.7.4. Kelemahan Analytic Hierarchy Process (AHP)

Meskipun mempunyai kelebihan, namun metode AHP ini juga mempunyai


kelemahan, antara lain:
a. Orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan
ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih
dengan menggunakan metode AHP
b. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai dari tahap awal.

2.2.8. Prinsip dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty (1993), prinsip dasar dalam proses penyusunan model hierarki
analitik dalam AHP , meliputi:
a. Problem Decomposition (Penyusunan Hierarki Masalah)
Dalam penyusunan hierarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari
persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur komponen yang kemudian dari
komponen tersebut dibentuk suatu hierarki, pemecahan unsur ini dilakukan
sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat
beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan hierarki merupakan langkah
penting dalam model analisa hierarki. Adapun langkah-langkah penyusunan
hierarki adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi tujuan keseluruhan dan subtujuan
2. Mencari kriteria untuk memperoleh subtujuan dari tujuan keseluruhan
3. Menyusun sub kriteria dari masing-masing kriteria, diana setiap kriteria dan
sub kriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau
intensitas verbal
4. Menentukan pelaku yang terlibat
5. Kebijakan dari pelaku
6. Penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya

b. Comparative Judgement (Penilaian Perbandingan Berpasangan)


Prinsip ini dilakukan dengan membuat penilaian perbandingan berpasangan
tentang kepentingan relatif commit to user
dari dua elemen pada suatu tungkat hierarki
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya dan memberikan bobot


numerik berdasarkan perbandingan tersebut. Hasil penelitian ini disajikan
dalam matriks yang disebut pairwise comparison.

c. Synthetis of Priority (Penentuan Prioritas)


Sintesa adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap elemen hierarki
dan elemen alternatif. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada
setiap tingkat untuk mendapatkan global priority, maka sintesis harus
dilakukan pada setiap local priority. Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda
dengan bentuk hierarki. Sedangkan pengurutan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintetis dinamakan priority setting.

d. Legal Consistency (Konsistensi Logis)


Konsistensi berarti dua makna atau obyek yang serupa. Konsistensi data
didapatkan dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara
indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI).

2.2.9. Langkah dan Prosedur AHP

Buchara (2000) menjelaskan bahwa secara umum, langkah-langkah yang harus


dilakukan dalam menggunaka AHP untuk memecahkan suatu masalah adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan tujuan, bila AHP digunakan
untuk memilih alternatif atau menyusun prioritas alternatif, maka tahap ini
dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan
yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Menyusun prioritas dari tiap elemen masalah pada setiap hierarki. Prioritas
ini dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antar seluruh
elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antara elemen yang
didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2.2.9.1. Penyusunan Hierarki

Alat utama dari model Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah hierarki dari
masalah yang akan diselesaikan. Secara garis besar, aplikasi dari model
Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan dalam dua tahap, yaitu
penyusunan hierarki dan evaluasi hierarki.
Ginting (2002) menjelaskan bahwa dalam model Analytical Hierarchy Process
(AHP) terdapat dua bentuk hierarki yaitu:
1. Hierarki linier atau searah dimana elemen paling penting berada pada
tingkat paling atas.
2. Hierarki non linier mempunyai hubungan lebih dari searah dan tidak
dapat diketahui secara pasti pada elemen penting dan elemen tidak
penting.
Secara umum pula hierarki dapat dibedakan menjadi:
1. Hierarki struktural
Yaitu suatu hierarki yang menguraikan masalah-masalahnya menjadi
bagian-bagian menurut ciri dan besaran tertentu, seperti bentuk , ukuran
dan warna
2. Hierarki fungsional
Yaitu suatu hierarki yang menguraikan masalahnya sesuai bagian-bagian
yang sesuai dengan hubungan yang satu dengan yang lain
Sedangkan apabila dilihat dari jenis hubungannya, maka hierarki dapat
dibedakan menjadi :
1. Hierarki sempurna, dimana semua elemen pada sebuah tingkah
berhubungan dengan setiap elemen pada tingkat diatasnya.
2. Hierarki tidak sempurna, dimana tidak semua elemen pada suatu tingkat
berhubungan dengan elemen pada tingkat diatasnya.
Untuk menjabarkan tujuan dari hierarki tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Pada saat penjabaran tujuan kedalam subtujuan, harus diperhatikan
apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam
subtujuan tersebut.
commit to user
2. Meskipun hal tersebut dipenuhi, perlu dihindari terjadinya pembagian
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

yang terlampau banyak, baik dalam arah horisontal maupun vertikal

2.2.9.2. Skala Perbandingan

Tabel 2.1. Skala Perbandingan


Intensitas
Keterangan Penjelasan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen yang mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap
tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit
penting daripada elemen lainnya menyokong satu elemen
dibanding elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat
daripada elemen lainnya kuat meyokong satu elemen
lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat
penting daripada elemen lainnya menyokong satu elemen
dibanding elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting Bukti yang mendukung satu
daripada elemen lainnya elemen terhadap elemen yang lain
memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada dua
pertimbangan yang berdekatan kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapatkan suatu angka dibandingkan dengan
aktivitas J maka J mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan
nilai I
Sumber : Saaty (1993:85-86)

2.2.9.3. Keputusan Kelompok

Masumamah (2003) menyebutkan bahwa untuk mendapatkan suatu hasil akhir


commit
dari sekian banyak responden yang to user
menjawab maka dapat diselesaikan dengan:
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

1. Konsensus, yaitu dimana si pembuat model dan pemimpin diskusi harus


mempunyai kekuatan untuk memaksa pihak pengambil keputusan untuk
datang di sebuah ruangan guna mengisi nlai perbandingan dalam suatu
model.
2. Membiarkan hasil pengisian setiap responden terpisah , dan menganggap
hasil penelitian setiap responden merupakan suatu penilaian yang berdiri
sendiri.
3. Dengan mencari rata-rata penilaian dari semua responden.

2.2.9.4 . Level AHP

Berikut ini digambarkan contoh dari dua level AHP. Struktur Hierarki nya dapat
digambarkan seperti ini:

Gambar 2.5. Contoh Level AHP

Level 0 adalah tujuan dari analisis. Level 1 adalah multi kriteria yang terdiri dari
beberapa faktor. Tingkat terakhir (level 2 pada gambar di atas) adalah alternatif
pilihan. Garis antara tingkat menunjukkan hubungan antara faktor-faktor, pilihan
dan tujuan. Pada level 1 akan ada satu matriks perbandingan sesuai dengan
pasangan perbandingan antara 4 faktor yang berkaitan dengan tujuan (goal).
Dengan demikian, matriks perbandingan level 1 memiliki ukuran 4 oleh 4. Karena
setiap pilihan terhubung ke masing-masing faktor, dan memiliki 3 pilihan dan 4
faktor, maka secara umum akan memiliki 4 perbandingan matriks di tingkat 2.
Masing-masing matriks ini memiliki ukuran 3 oleh 3. Namun, dalam contoh
khusus ini, akan dilihat bahwa beberapa berat level 2 matriks terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap keputusan keseluruhan, dengan demikian kita dapat
mengabaikan mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Tabel 2.2. Matriks Risiko

Tingkat Tingkat
5
Keparahan Frekuensi 5 10 15 20 25
1 1 4 4 8 12 16 20

Frekuensi
2 2 3 3 6 9 12 15
3 x 3 = 2 2 4 6 8 10
4 4 1 1 2 3 4 5
5 5 1 2 3 4 5
K E P A R A H
A N

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai