id
BAB 2
Budi (2011) , menyebutkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan AHP pada Proyek
Apartemen Gunawangsa dengan tinjauan khusus yaitu kriteria Daya Dukung Tiang ,
didapatkan Daya Dukung Tiang (46,74%), Faktor Lingkungan (39,43%), Faktor
Biaya (9,25%), dan yang paling rendah adalah Faktor Pengoperasian Alat (4,58%).
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa berdasarkan pendapat pengambilan
keputusan pada Proyek Apartemen Gunawangsa yang ditunjukkan oleh hasil
perhitungan AHP berdasarkan isian kuisioner, bahwa kriteria yang paling
mempengaruhi pada pemilihan alternatif pada alat pancang pada Proyek Apartemen
Gunawangsa adalah kriteria daya dukung tiang yaitu 46,74%. Hal pertama yang harus
dipertimbangkan adalah kesanggupan alat pancang dalam memancang tiang sesuai
daya dukung yang dibutuhkan oleh tiang pancang tersebut.
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Pada jurnal T Zayed et.al (2008) , disebutkan bahwa berdasarkan hasil perbandingan
Analytic Hierarchy Process pada Proyek Jalan Layang di Cina menunjukkan bahwa
interaksi dari pihak manajemen luar negeri dengan kontraktor lokal memiliki skor
yang sangat tinggi (0,4) pada area risiko hirarki makro. Namun, kondisi cuaca,
keselamatan kerja, dan teknologi memiliki efek yang sangat kecil pada risiko
pembangunan konstruksi proyek jalan layang (skor rata-rata sama dengan 0,1). Hasil
juga menunjukkan bahwa risiko politik memiliki skor tertinggi yaitu 0,2336 pada
level area makro. Pada waktu lain, teknologi dan tenaga kerja memiliki risiko
tertinggi yaitu 0,2492 dan 0,2098 pada level area mikro.
I gusti Ngurah Oka saputra dan Anak Agung Wiranatha (2009) menyebutkan
bahwa analisa perbandingan risiko biaya kontrak lumpsump dengan kontrak unit
price dengan metode AHP, studi kasus pada kontraktor di kota denpasar
didapatkan data kuisioner bahwa 85 % responden menyatakan proyek dengan
sistem unit price lebih menguntungkan dari sisi tingkat risiko dibandingkan
dengan kontrak lump sum. Hasil analisis dengan metode AHP diperoleh bahwa
perbandingan risiko dari aspek biaya pada kontrak lumpsum berisiko lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrak unit price dengan perbandingan 81,7% : 18,3%.
2.2.1. Risiko
Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di
dalam suatu situasi (Fisk, 1997). Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan,
properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield &
Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan
(probabilitas) terjadinnya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto,1995).
Jadi risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau
kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan
ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang
tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2011):
1. Risiko murni dan risiko spekulatif (pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu outcome yaitu kerugian. Contoh risiko
murni kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan
nama risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu
kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai
risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika
risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami kerugian
karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang
terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi makan perusahaan akan
memperoleh keuntungan.
2. Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko
kematian dsb.
3. Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular
risk). Risiko fundamental adalah risiko yang kemunginannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental : bencana alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana , bisa
dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan. Contoh risiko khusus :
jatuhnya kapal terbang, kecelakaan dsb.
Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak , namun tidak
semua risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu
commit to user
proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
pihak didalam proyek konstruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko yang
penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek. Risiko
tersebut adalah (Wideman, 1992):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek serta jelas waktu awal dan akhir
kegiatannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang
terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang
terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Ervianto(2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang
dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu :
1. Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak
ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat
sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumber daya: setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya
yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi: setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi. Langkah awal yang
harus dilakukan adalah menyatukan fisi menjadi satu tujuan yang ditetapkan
organisasi.
Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan tiga batasan/kendala
(triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan
jadwal yang harus dipenuhi.
Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga
selalu terdapat ketidakpastian. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian,
dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Jika risiko
tersebut menimpa suatu proyek, maka proyek tersebut bisa mengalami kerugian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
terbengkalainya proyek tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola.
Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga proyek tersebut
dapat bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. (Hanafi, 2006)
Manajemen risiko proyek mencakup proses melakukan perencanaan manajemen
risiko, identifikasi, analisa, perencanaan respon, dan pemantauan dan
pengendalian proyek. Tujuan manajemen risiko proyek adalah untuk
meningkatkan kemungkinan dan dampak dari kegiatan positif dan mengurangi
kemungkinan dan dampak dari sesuatu yang merugikan dalam proyek tersebut.
(PMBOK,2008). Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui
metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang
diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat
menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus
dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang
peningkatan keuntungan usaha. (Soemarno, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Identifikasi Risiko
Define Project
Focus PRAM
Identify Risks
Asses Risks
Manage Risks
1. Define Project
Menentukan proyek mana yang akan diterapkan manajemen risiko
didalamnya.
2. Focus PRAM
Adalah mengikuti Project Risk Analysis and Management guide dalam
menentukan risiko. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
3. Identify Risks
Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan terjadi di
dalam proyek dan apa pengaruhnya dalam proyek.
4. Asses Risks
Menilai bagaimana risiko-risiko yang mungkin terjadi akan
mempengaruhi proyek.
5. Plan Risk Responses
Merencakan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang
mungkin terjadi.
6. Manage Risk
Mengelola risiko dengan tindakan penanganan yang telah ditentukan.
Establish Context
Identify Risks
Analysis Risks
Evaluate Risks
Monitor
Treatand Review
Risks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Risk Identification
Risk Assessment
Risks Analysis
Risks Response
Risks Monitoring
a. Perencanaan (Planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang
terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan
penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko,
penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta
mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.
b. Penilaian (Assesment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis
yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai
sasaran biaya, kinerja/performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
c. Penanganan (Handling)
d. Pemantauan r i s i k o (Monitoring)
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil
kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan
sebaga dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik
di kemudian hari.
Manfaat dari penggunaan Analytic Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:
a. Memadukan intuisi pemikirian, perasaan dan pengindraan dalam menganalisa
pengambilan keputusan.
b. Memperhitungkan konsistensi dan penilaian yang telah dilakukan dalam
membandingkan faktor-faktor untuk menilai validitas keputusan.
c. Kemudahan pengukuran dalam elemen.
d. Memungkinkan perencanaan kedepan.
Salah satu manfaat yang membedakan dengan model pengambilan keputusan
lainnya adalah ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan karena
pengambilan keputusan yang dilakukan manusia sebagian didasarkan logika dan
sebagian didasarkan juga pada intuisi.
Menurut Saaty (1993), prinsip dasar dalam proses penyusunan model hierarki
analitik dalam AHP , meliputi:
a. Problem Decomposition (Penyusunan Hierarki Masalah)
Dalam penyusunan hierarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari
persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur komponen yang kemudian dari
komponen tersebut dibentuk suatu hierarki, pemecahan unsur ini dilakukan
sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat
beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan hierarki merupakan langkah
penting dalam model analisa hierarki. Adapun langkah-langkah penyusunan
hierarki adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi tujuan keseluruhan dan subtujuan
2. Mencari kriteria untuk memperoleh subtujuan dari tujuan keseluruhan
3. Menyusun sub kriteria dari masing-masing kriteria, diana setiap kriteria dan
sub kriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau
intensitas verbal
4. Menentukan pelaku yang terlibat
5. Kebijakan dari pelaku
6. Penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya
Alat utama dari model Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah hierarki dari
masalah yang akan diselesaikan. Secara garis besar, aplikasi dari model
Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan dalam dua tahap, yaitu
penyusunan hierarki dan evaluasi hierarki.
Ginting (2002) menjelaskan bahwa dalam model Analytical Hierarchy Process
(AHP) terdapat dua bentuk hierarki yaitu:
1. Hierarki linier atau searah dimana elemen paling penting berada pada
tingkat paling atas.
2. Hierarki non linier mempunyai hubungan lebih dari searah dan tidak
dapat diketahui secara pasti pada elemen penting dan elemen tidak
penting.
Secara umum pula hierarki dapat dibedakan menjadi:
1. Hierarki struktural
Yaitu suatu hierarki yang menguraikan masalah-masalahnya menjadi
bagian-bagian menurut ciri dan besaran tertentu, seperti bentuk , ukuran
dan warna
2. Hierarki fungsional
Yaitu suatu hierarki yang menguraikan masalahnya sesuai bagian-bagian
yang sesuai dengan hubungan yang satu dengan yang lain
Sedangkan apabila dilihat dari jenis hubungannya, maka hierarki dapat
dibedakan menjadi :
1. Hierarki sempurna, dimana semua elemen pada sebuah tingkah
berhubungan dengan setiap elemen pada tingkat diatasnya.
2. Hierarki tidak sempurna, dimana tidak semua elemen pada suatu tingkat
berhubungan dengan elemen pada tingkat diatasnya.
Untuk menjabarkan tujuan dari hierarki tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Pada saat penjabaran tujuan kedalam subtujuan, harus diperhatikan
apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam
subtujuan tersebut.
commit to user
2. Meskipun hal tersebut dipenuhi, perlu dihindari terjadinya pembagian
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Berikut ini digambarkan contoh dari dua level AHP. Struktur Hierarki nya dapat
digambarkan seperti ini:
Level 0 adalah tujuan dari analisis. Level 1 adalah multi kriteria yang terdiri dari
beberapa faktor. Tingkat terakhir (level 2 pada gambar di atas) adalah alternatif
pilihan. Garis antara tingkat menunjukkan hubungan antara faktor-faktor, pilihan
dan tujuan. Pada level 1 akan ada satu matriks perbandingan sesuai dengan
pasangan perbandingan antara 4 faktor yang berkaitan dengan tujuan (goal).
Dengan demikian, matriks perbandingan level 1 memiliki ukuran 4 oleh 4. Karena
setiap pilihan terhubung ke masing-masing faktor, dan memiliki 3 pilihan dan 4
faktor, maka secara umum akan memiliki 4 perbandingan matriks di tingkat 2.
Masing-masing matriks ini memiliki ukuran 3 oleh 3. Namun, dalam contoh
khusus ini, akan dilihat bahwa beberapa berat level 2 matriks terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap keputusan keseluruhan, dengan demikian kita dapat
mengabaikan mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Tingkat Tingkat
5
Keparahan Frekuensi 5 10 15 20 25
1 1 4 4 8 12 16 20
Frekuensi
2 2 3 3 6 9 12 15
3 x 3 = 2 2 4 6 8 10
4 4 1 1 2 3 4 5
5 5 1 2 3 4 5
K E P A R A H
A N
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user