Anda di halaman 1dari 76

PERAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DALAM

PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA DI MAN 11


JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Disusun Oleh :
Ismi Kamalia Fitri
NIM. 1113051000237

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
PERAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DALAM
PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA DI MAN 11
JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Ismi Kamalia Fitri
NIM : 1113051000237

Dosen Pembimbing

Ade Rina Farida, M. Si


NIP : 19770513 200701 2 018

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1441H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini yang berjudul PERAN MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI
REMAJA DI MAN 11 JAKARTA telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 5 Juni 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata (S1) Sarjana Ilmu S osial pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2020
Panitia Sidang Munaqosyah Tanggal Tanda Tangan
Ketua
Dr. Edi Amin, MA
NIP. 197609082009011010 10 Juni 2020 ____________
Sekretaris
Miftachur Rosyidah, M.Pd.I
NIP. 197207201999032002 10 Juni 2020 ____________

Penguji I
Drs. Jumroni, M.Si
NIP. 196305151992031006 10 Juni 2020 ____________

Penguji II
Kalsum Minangsih, MA
NIP. 197704242007102002 10 Juni 2020 ____________
Mengetahui:
Dekan

Suparto, M.Ed, Ph.D


NIP. 197103301998031004

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ismi Kamalia Fitri
NIM : 1113051000237

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERAN


MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBENTUKAN
IDENTITAS DIRI REMAJA DI MAN 11 JAKARTA adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat
dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari
karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Jakarta, Juni 2020

Ismi Kamalia Fitri


1113051000237
ABSTRAK

Ismi Kamalia Fitri


Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Identitas
Diri Remaja Di Man 11 Jakarta

Perkembangan media sosial saat ini sangatlah pesat dan


beragam sperti Twitter, facebook, Instagram. Keberadaan media
sosial tersebut, khususnya dikalangan anak muda memunculkan
keragaman penggunaan maupun gambaran identitas
penggunanya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul rumusan
masalah sebagai berikut, Bagaimana perilaku para remaja dalam
memaknai media sosial Instagram di dalam diri mereka? Dan
bagaimana penggunaan media sosial Instagram dalam
pembentukan identitas diri terkait interaksi sosial di masyarakat?
Dalam pembahasan ini teori yang digunakan adalah Teori
interaksi simbolik, di mana teori ini memfokuskan perhatiannya
pada cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk makna
dan struktur masyarakat melalui percakapan. Dikutip dari George
Herbert Mead Interaksi simbolik merupakan sebuah teori tentang
cara berfikir mengenai pikiran, diri, dan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus yang bersifat deskriptif. Data dikumpulkan
melalui wawancara mendalam, observasi dan studi literatur.
Subjek penelitian dipilih (purposif) berdasarkan karakteristik
sebagai pengguna aktif, memiliki lebih dari satu akun, berusia
16-18 tahun, dan terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian menunjukan terdapat keragaman
penggunaan media sosial, ini dilihat dari awal penggunaan, pola
penggunaannya dan teknologi yang digunakan. Lalu keragaman
makna tentang keberadaan media sosial bagi para pengguna
diantaranya terkait dengan dirinya, keluarga, studi, hobi,
komunitas dan pekerjaannya. Setlah itu ada keragaman makna
tentang identitas diri para pengguna media sosial, dan konstruksi
identitas di media sosial dilakukan melalui proses dari interaksi
dalam menggunakan sosial media instagram.
Kata Kunci: Identitas, Diri, Media Sosial, Instagram
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil„alamiin. puji syukur kehadirat Allah


Subhanahu wata „ala atas limpahan Rahaman dan RahmatNya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis menyadari


bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat
menyelesaikan hingga titik ini. Oleh karena itu dengan segala
ketulusan, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak
kepada pihak-pihak yang telah memotivasi dan membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas


Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr.
Siti Napsiyah, S. Ag selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Sihabbudin Noor, M. Ag selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.SI selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi
Amin, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Ade Rina Farida, M. Si selaku Dosen Pembimbing,
terima kasih karena telah sangat sabar dan berbaik hati
telah membimbing saya sampai saat ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan banyak ilmu dalam perkuliahan.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis
dalam urusan administrasi selama perkuliahan sampai
penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan juga seluruh staf Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Siswa-Siswi MAN 11 Jakarta terimakasih sudah
bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai.
8. Orang tua tercinta, Ayah dan Mamah yang selalu
mendoakan dan memotivasi penulis serta adik-adikku
tersayang Nadiya dan Irul yang selalu membantu
menyemangati saya.
9. Suami Tercinta, Ipnu Dwi Santoso yang selalu
mendoakan, memberikan motivasi agar bisa
menyelesaikan tugas akhir ini dan sangat sabar
menunggu saya menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Pak Halilintar dan Ibu Lenggogeni Faruk terimakasih
atas segala doa, bimbingan, perhatian, kasih sayang,
serta semangatnya untuk penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Untuk semua anak-anak Gen Halilintar,
Sohwa, Sajidah, Thariq, Abqariyyah, Saaih, Fatimah,
Fateh, Mumtaz, Saleha, Qahtan, terimakasih juga
untuk doanya dan semangatnya kepada penulis.
11. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
angkatan 2013, khususnya KPI E terima kasih atas
segala tawa dan canda selama masa perkuliahan.
12. Putri Wahyuni, Elfira Libyani, Winda Rahma Sari,
Gabyla Annisa, Farah Diba, Apriliana Soleha terima
kasih sudah selalu memberi masukan, semangat,
motivasi, membantu dan menemani selama masa
perkuliahan dari awal hingga akhir. Terimakasih
Syaviera Dena Ananda yang sudah menemani di masa
perkuliahan, organisasi hingga sampai tugas akhir
serta selalu menyemangati penulis.
13. Teman-teman LSO SKETSA FIDIKOM angkatan 4,
Delis, Aya, Fitta, Dena dan Gaby terimakasih sudah
berbagi ilmu organisasi dan sudah menjadi tim
kepengurusan sketsa angkatan 4 yang solid.
14. Tim Gen Halilintar Kak Ika, Kak Siska, Kak Icem,
Kak Sumi, Estu, Intan, Neni, Ayu, Devi, Ninda, Bang
Jejen, Bang Bani, Bang Arif dan semua tim yang
lainnya terimakasih untuk doa, bimbingan, dan selalu
menyemangati penulis setiap harinya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Serta seluruh pihak yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan
motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelasaikan penelitian ini. Semoga
Allah membalas segala kebaikan dengan balasan
terbaik-Nya. Aamiin.
Demikian ucapan terimakasih yang penulis
berikan. Semoga Allah senantiasa membalas
semua kebaikan dari seluruh pihak yang telah
membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Juni 2020

Ismi Kamalia Fitri


NIM 1113051000237
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................. viii
BAB I 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................... 9
1. Batasan Masalah................................................................. 9
C. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
1. Manfaat Akademis ........................................................... 10
2. Manfaat Praktis ................................................................ 10
D. Metodologi Penelitian ...................................................... 10
1. Paradigma Penelitian ........................................................ 10
2. Pendekatan Penelitian ...................................................... 11
3. Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 11
4. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 12
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 12
a. Observasi ...................................................................... 12
b. Wawancara Mendalam (in-depth interview) ................ 12
6. Teknik Analisis Data ........................................................ 13
E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 14
BAB II ........................................................................................... 1
Kerangka Teori.............................................................................. 1

viii
A. Identitas Diri....................................................................... 1
B. Remaja.............................................................................. 10
A. Teori Interaksi Simbolik .................................................. 14
D. Instagram .......................................................................... 19
BAB III ....................................................................................... 23
GAMBARAN UMUM ............................................................... 23
A. Nama Sekolah .................................................................. 23
B. Sejarah Singkat MAN 11 Jakarta ..................................... 23
C. Visi dan Misi MAN 11 Jakarta ........................................ 23
BAB IV ....................................................................................... 25
TEMUAN DAN ANALISIS DATA ........................................... 25
1. Penggunaan Media Sosial Instagram ............................... 29
2. Pemahaman Identitas Diri Informan ................................ 33
3. Motivasi Membentuk Identitas Diri ................................. 35
4. Pembentukan Identitas Diri .............................................. 36
5. Remaja Mengkontruksi Identitas Diri Mereka Dalam
Instagram ..................................................................................... 38
BAB V......................................................................................... 39
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 39
A. Kesimpulan ...................................................................... 39
B. Saran ................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................ 43
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Berita penggunaan Instagram di Remaja ................ 26


Gambar 4.2 Efek Negativ Instagram di kalangan Remaja .......... 27
Gambar 4.3 Prestasi MAN 11 Jakarta ......................................... 28

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era yang serba modern ini, teknologi informasi dan
komunikasi semakin berkembang dan menjadikan teknologi
sebagai salah satu bagian penting bagi kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi tersebut, menimbulkan inovasi-inovasi
yang mengubah banyak aspek dalam kehidupan manusia.
Salah satu inovasi dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini adalah media sosial. Tidak dapat dihindari
bahwa keberadaan media sosial memberikan banyak
kemudahan kepada penggunanya untuk berkomunikasi,
berbagi file atau data, serta dapat dengan mudah bertukar
informasi dengan cepat dan efisien hanya dengan
menggunakan telepon genggam (handphone). Lewat
handphone para pengguna media sosial dapat mengakses info
atau yang lainnya dengan jaringan internet. hal inilah yang
membawa arus informasi mengenai apa saja dengan mudah
menyebar ke setiap pengguna media sosial tanpa batas ruang
dan waktu. Kemudahan yang diberikan media sosial inilah
menjadikannya sebagai suatu kebutuhan yang tidak
terpisahkan dalam kebutuhan manusia.
Media sosial atau sering disebut “sosmed” merupakan
salah satu perkembangan teknologi internet. Menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII)
yang bekerjasama dengan Teknopreneur menyebutkan,

1
2

“penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi


143,26 juta jiwa atau setara 54,7 persen dari total populasi
republik ini. Pada survei serupa 2016, jumlah pengguna
internet Indonesia mencapai 132,7 juta jiwa.”1 Hal ini
menjadikan internet sebuah kebutuhan primer untuk
mendapatkan informasi atau menjalin komunikasi yang cepat
dikalangan masyarakat khususnya remaja.
Berdasarkan hasil survey Penetrasi Pengguna Internet
Berdasarkan Usia yang dilakukan APJII bahwa, ”rentang usia
yang paling banyak menggunakan internet di Indonesia
berada di kisaran usia 13 hingga 18 tahun yakni sebesar 75,50
persen.”2 Hal ini sejalan dengan apa yang kita jumpai sehari-
hari dimana penggunaan media sosial di kalangan remaja.
Mereka terus berkomunikasi lewat media sosial, bahkan pada
saat makan, belajar, berkumpul bersama teman atau keluarga.
Kemajuan teknologi komunikasi ini memberikan
dampak yang signifikan di berbagai bidang seperti sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan, politik dan lainnya. Di mana
sekarang komunikasi tidak hanya dilakukan secara fisik ,
namun bisa dilakukan dengan berbagai akun media sosial
dengan sangat mudah. Maraknya situs-situs pertemanan
online (media sosial) seperti Facebook, Twitter, Snapchat,
Path, Instagram dan lainnya yang kini semakin digandrungi

1
Buletin APJII, Edisi 22 Maret 2018, hlm. 3.
2
https://kominfo.go.id/content/detail/12640/siaran-pers-no-
53hmkominfo022018-tentang-jumlah-pengguna-internet-2017-meningkat-
kominfo-terus-lakukan-percepatan-pembangunan-broadband/0/siaran_pers,
pada tanggal 23 Juli 2018 pukul 23.00
3

oleh hampir seluruh penduduk di dunia. Hal ini dapat memicu


pergeseran nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat
khususnya remaja. Salah satu media sosial yang sedang
banyak digunakan oleh pengguna handphone saat ini adalah
Instagram. Menurut hasil survei WeAreSocial.net dan
Hootsuite Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan
jumlah 53 juta pengguna aktif Instagram.3 Sementara total
pengguna aktif Instagram bulanan di Indonesia mencapai 53
juta dengan presentase 49 persen wanita dan 51 persen adalah
pria.4
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video
dengan berbagai fitur canggih yang dimilikinya seperti fitur
Live, InstaStory, dan Instagram Tv. Sehingga seseorang dapat
meng-upload foto dan video kegiatan mereka sehari-hari lalu
membagikannya ke akun Instagram mereka. Selain itu
pengguna juga bisa share location untuk memberi tahu
kepada pengguna Instagram lainnya dimana lokasi foto atau
video itu diambil, dan sebagai umpan balik dari pengguna lain
yang menjadi follower terhadap foto atau video yang
diunggah, pengguna Instagram lainnya dapat memberikan
komentar atau menyukai unggahan tersebut dengan memberi
tanda like.
Menurut penelitian yang dilakukan WeAreSocial.net,
perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan

3
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-
instagram-dari-indonesi. pada tanggal 23 Juli 2018 pukul 23.00
4
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-
pemakaian-medsos-orang-indonesia. pada tanggal 23 Juli 2018 pukul 23.15
4

Hootsuite, rata-rata orang Indonesia mampu menghabiskan


waktu selama 8 jam 51 menit untuk tetap online di dunia
maya, berlaku untuk semua perangkat.5 Sehingga dapat
dikatakan penggunaan media sosial adalah “time consuming”
atau menyita waktu para penggunanya. tanpa disadari mereka
seringkali mengabaikan orang-orang di lingkungan sekitar
mereka karena sibuk meng-upload foto dan video kegiatan
mereka, membaca berita dan informasi, mengomentari
postingan seseorang atau sekedar melihat status orang lain
melalui handphone mereka dan sebagainya.6 Lewat media
sosial seseorang menjadi lebih bebas untuk berbicara atau
mengomentari berbagai hal. Sebagian orang bahkan dengan
mudahnya mencemooh orang lain atau suatu peristiwa. Hal
ini dilakukan tanpa adanya kontrol yang berarti kecuali
kesadaran diri dari pengguna media sosial tersebut.
Kehadiran media sosial Instagram di kalangan remaja,
membuat ruang pribadi seseorang jadi lebih mudah diketahui
di masyarakat luas. Terjadi pergeseran budaya di kalangan
remaja, para remaja tidak segan-segan untuk meng-upload
segala kegiatan pribadinya untuk dibagikan kepada teman-
temannya melalui akun media sosial Instagram dalam
membentuk identitas diri mereka.

5
https://id.priceprice.com/harga-hp/news/Orang-Indonesia-Internetan-Lebih-
Dari-8-Jam-Sehari-Medsos-Paling-Banyak-Diakses-4829/. pada tanggal 23
Juli 2018 pukul 23.15
6
Eni maryani dan Hadi Suprapto Arifin, “Kontruksi Identitas Melalui Media
Sosial”. “Journal of Communication Studies”, Vol 1. No. 1, Desember 2012”,
Jurnal Fakultas ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran
5

Penggunaan media sosial juga banyak memberikan


dampak negatif terhadap kepribadian remaja khusunya karena
mampu membuat anak dewasa sebelum waktunya. karena
dalam bermedia sosial tidak ada batasan umur yang jelas bagi
penggunanya, dan mereka lebih banyak mengkonsumsi
konten yang tidak sesuai dengan apa yang semestinya untuk
membentuk kepribadian remaja yang memang sedang bearada
pada tahap pencarian jati diri dan baru akan mengenal dunia
luar.
Media sosial dapat menjadi acuan tempat untuk
mengkontruksi pembentukan identitas imajinatif dari para
pengguna yang berbeda dengan dunia nyata.7 Kontruksi
identitas dapat dilakukan melalui memproduksi konten
dengan beragam foto atau video yang mereka upload tentang
diri mereka, keluarga, teman, tokoh yang disukai, musik,
buku, tempat yang sedang dikunjungi, atau kegiatan sehari-
hari yang dilakukan atau diikuti. Terdapat beraneka ragam
karakter atau simbol untuk mewakili perasaan atau pikiran
mereka ketika berhubungan melalui media sosial.
Jiwa remaja yang masih labil dan emosional sering
salah dalam menafsirkan apa yang mereka dapatkan terutama
di media sosial. Hal ini dikarenakan, remaja adalah masa
transisi dari periode anak ke dewasa.8 Selain itu juga, remaja

7
Fanny Hendro, “Perilaku Penggunaan Media Sosial dan Identitas Diri”.
“The 1st International Conference on Languange, Literature and Teaching”,
Jurnal Manajemen Komunikasi, Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta
8
Prof. Dr. Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta, Rajawali Pers, 2007),
h. 71.
6

sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah


tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belom juga dapat
diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa, sehingga remaja ada di antara anak dan orang
dewasa.9 Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan
fase “mencari jati diri”. Keadaan seperti demikian menjadikan
remaja sebagai ajang coba-coba dari apa yang ditawarkan
mereka melalui media sosial tersebut yang kemudian
memunculkan perubahan pada diri remaja entah itu bersifat
negatif atau positif. Maka dari itu, masa remaja adalah masa
penting bagi pembentukan identitas dan perubahan fisik serta
kognitif yang terjadi dalam fase hidup remaja yang dapat
memberikan dampak besar pada diri remaja yang sedang
berkembang.10
Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun.11 Menurut
WHO, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai
usia 15-20 tahun.12 pada usia ini umumnya anak sedang
duduk di bangku sekolah menengah. Remaja yang berada di
bangku Sekolah pada umumnya menghabiskan tujuh jam
dalam sehari di Sekolahnya. Hal ini berarti bahwa hampir
sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di

9
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 9.
10
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 192.
11
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 9.
12
Prof. Dr. Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta, Rajawali Pers, 2007),
h. 10.
7

Sekolah. Sehingga lingkungan Sekolah juga menjadi


pengaruh terhadap perkembangan remaja. Namun melihat
situasi saat ini di mana remaja sebagai pengguna terbanyak
media sosial khusunya Instagram yang hampir menghabiskan
waktunya dalam sehari untuk terus aktif di media sosial. Hal
ini dapat mengganggu aktifitas belajar para remaja.
Terkait bagaimana penggunaan Instagram memiliki
dampak pada remaja ini pun banyak dibahas di berita dan
dibahas langsung oleh Presiden Republik Indonesia Bapak
Joko Widodo. Hal ini mengartikan bahwa Sosial media
terutama Instagram dalam penggunaannya memiliki peran
yang menggeser budaya masyarakat tidak hanya dalam
berinteraksi sosial.
Contohnya seperti di MAN 11 Jakarta, tidak adanya
larangan untuk para siswa-siswi untuk membawa handphone
ke Sekolah. Hal ini bisa menggangu konsentrasi belajar
siswa-siswi karena sibuk untuk melihat notifications yang
masuk pada handphone-nya atau sekedar melihat status
teman, unggahan foto, video, dan lainnya.
Karena dilihat dari penggunaan sosial media khusunya
Instagram di kalangan remaja lebih mengarah kepada gejala
yang menunjukan penggunaan Instagram sebagai media
dalam membentuk identitas diri remaja. Namun yang dilihat
sekarang ini dalam penggunaan Instagram secara tidak
langsung para remaja lupa akan nilai sosial, budaya serta
agama yang mereka miliki. Dengan meng-upload foto, video
tentang segala kegiatan mereka bersama keluarga atau teman-
8

temannya bisa jadi terdapat hal yang tidak sesuai dengan


norma-norma dalam konten foto atau video yang di upload.
Setiap individu khususnya remaja melakukan konstruksi atas
diri mereka dengan cara menampilkan diri, sehingga identitas
yang muncul adalah penggambaran apa yang sebenarnya
menjadi keinginan dan juga untuk memenuhi kebutuhan
pengakuan sosial.13 Selain itu remaja juga lebih asik dengan
handphone-nya untuk bermain sosial media sehingga acuh
terhadap keadaan lingkungan sekitar dan menyita waktunya
yang bisa dimanfaatkan untuk belajar, beribadah, dan
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka tidak dapat dipungkiri
bahwa media sosial terutama Instagram telah menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan remaja saat ini.
Hal tersebut tentunya membuat Instagram memiliki peran
yang secara tidak langsung dapat membentuk identitas diri
seorang remaja, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti
dari fenomena penggunaan Instagram saat ini di kalangan
remaja atau pelajar khusunya. Yang ingin mendeskripsikan
bagaimana media sosial digunakan remaja sebagai sebuah
media untuk membentuk identitas diri. Penelitian yang akan
dibahas berjudul, “PERAN MEDIA SOSIAL DALAM
PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA DI MAN 11
JAKARTA”

13
Eni Maryani, “Kontruksi Identitas Melalui Media Sosial”. “Journal of
Communication Studies”, Vol. 1 No. 1, Desember 2012” Jurnal Fakultas Ilmu
Komunikasi. Universitas Padjajaran
9

B. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah ini tidak meluas hingga
keluar dari pembahasan maka penulis memfokuskan
penelitian hanya pada bentuk penggunaan media sosial
Instagram dalam membentuk identitas diri remaja.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakanh masalah dan pembasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana perilaku para remaja dalam memaknai
media sosial Instagram di dalam diri mereka?
b. Bagaimana penggunaan media sosial Instagram dalam
pembentukan identitas diri terkait interaksi sosial di
masyarakat?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana perilaku remaja dalam
memaknai media sosial Instagram di dalam diri
mereka dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Untuk mengetahui penggunaan media sosial
Instagram dalam membentuk identitas diri remaja
terkait interaksi sosial di masyarakat.
10

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan serta wawasan yang lebih dalam mengenai
peran media sosial Instagram dan cara pandang remaja
dalam pemanfaatan teknologi berbasis media sosial di
kalangan remaja, bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi terutama jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI).
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
mahasiswi lain yang berminat dalam kajian komunikasi.
Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat
memberikan gambaran terutama untuk remaja bagaimana
peran media sosial yang sesungguhnya sehingga dapat
menggunaka media sosial khususnya Instagram dengan
lebih bijak dan untuk hal-hal yang positif dalam
penggunaanya

D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Harmon (1970) mendefinisikan paradigma,
sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir,
menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu
11

seacara khusus tentang visi realitas.14 Paradigma yang


digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme ini
menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin
masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami serta
mengkontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si
subjek yang diteliti.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Dengan rancangan studi
kasus tunggal,di mana penelitian hanya terpusat pada satu
kasus atau satu fenomena saja. Dalam studi kasus tunggal
umumnya tujuan atau fokus penelitian langsung mengarah
pada konteks atau inti dari permasalahan.
Melalui pendekatan studi kasus ini, peneliti dapat
memperoleh pemahaman yang jelas dan terintegrasi
mengenai hubungan dari berbagai fakta dan dimensi dari
kasus tersebut.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja
produktif berumur 16-18 tahun, yang aktif dalam
menggunakan media sosial Instagram. Sedangkan objek
dari penelitian ini adalah Penggunaan Instagram dalam
membentuk identitas.

14
Dr.Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 49.
12

4. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di MAN 11 Jakarta
yang berlokasi di Jl. H. gandun No. 60, Lebak Bulus,
Cilandak, Jakarta Selatan. Dengan total 18 kelas, masing-
masing angkatan terdapat 6 kelas dari kelas X, XI, XII,
yang rata-rata perkelasnya terdiri dari 36 siswa/i.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti agar mendapatkan data yang lengkap dan
tepat dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menyajikan
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
b. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data oleh peneliti untuk mendapatkan
data informasi yang mendalam terkait dengan
penelitian ini dari orang-orang yang berhubungan
dengan penelitian ini. Di sini peneliti melakukan
teknik wawancara mendalam, di mana peneliti terlibat
langsung secara mendalam dengan kehidupan subyek
yang diteliti dan Tanya jawab yang dilakukan tanpa
13

menggunakan pedoman yang disiapkan sebelumnya


serta dilakukan berkali-kali.15
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisisi
fenomenologi dari Von Eckartsberg. Langkah-langkah
yang digunakan dalam menganalisis data penelitian
fenomenologi ini adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Mereduksi data yang berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.16 Peneliti berusaha
untuk menggambarkan fokus penelitian dengan
merumuskan pertanyaan dengan cara tertentu..
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian singkat dalam bentuk
narasi yang bersifat deskriptif yaitu menjabarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal. Setelah semua data
terkumpul berdasarkan hasil wawancara, maka
langkah terakhir yang harus dilakukan peneliti adalah
membaca dan meneliti dengan cermat data hasil

15
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.32.
16
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 247.
14

wawancara untuk mengungkapkan konfigurasi makna,


baik struktur maupun bagaimana makna tersebut
diciptakan.

E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa
tinjauan pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang
diteliti oleh penulis. Beberapa diantaranya yaitu:
1. “Peran Media Sosial Instagram Dalam Perilaku
Berbusana Muslimah Pada Remaja” oleh Maulidina
Niharotul Izzah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
tahun 2017. Persamaan pada penelitian ini adalah
keduanya meneliti peran media sosial Instagram pada
remaja. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yang terletak pada subjek dan pembahasannya. Subjek
pada peneliti sebelumnya adalah remaja dari Anggota
Komunitas Hijabers Semarang tahun 2017,penelitian ini
adalah remaja yang aktif dalam menggunakan media
sosial Instagram. Pembahasan penelitian sebelumnya
membahas bagaimana media sosial Instagram membentuk
perilaku berbusana muslimah di kalangan remaja. Pada
penelitian ini membahas, bagaimana media sosial
digunakan remaja muslim sebagai sebuah media untuk
membentuk identitas diri.
2. “Pengungkapan Identitas Diri Melalui Media Sosial: Studi
Mengenai Etnografi Virtual Melalui Virtual Vlog” oleh
15

Siti Nadila Tenri Ajeng Fitrya, Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin Makassar, tahun 2017. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama meneliti media sosial
hanya saja dalam penelitian sebelumnya meneliti
bagaimana pengungkapan identitas diri di media sosial
Youtube. Sedagkan dalam penelitian bagaimana
penggunaan media sosial Instagram dalam membentuk
identitas diri.selain itu teori yang digunakan juga berbeda,
dalam penelitian sebelumnya menggunakan teori identitas
sosial.
3. “Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan
Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan
Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi” oleh
Ikhsan Tila Mahendra, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.
Persamaan pada penelitian ini adalah subjeknya yang
sama-sama meneliti remaja yang aktif dalam media sosial
Instagram. Perbedaanya terletak pada waktu dan lokasi
antara penelitian sebelumnya dan penelitian ini. Serta
perbedaan pada teori yang dipakai, pada penelitian
sebelumnya menggunakan teori peran. Sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik.
BAB II
Kerangka Teori

A. Identitas Diri
1. Definisi Identitas Diri
Identitas diri adalah identitas yang menyangkut
kualitas atau eksistensi dari seorang individu, yang berarti
bahwa seorang individu tersebut memiliki suatu gaya
pribai yang khas. Identitas, merupakan hal yang penting di
dalam suatu masyarakat yang hidup di dalam lingkungan
sosial. Identitas membuat suatu gambaran mengenai
seseorang melalui; penampilan fisik, ras, warna kulit,
bahasa yang digunakan, penilaian diri dan faktor persepsi
yang lain. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang lain,
yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita.
Menurut pandangan psikologi sosial, mengikuti Gunawan
Wirandi, identitas adalah kesadaran seseorang akan
dirinya sendiri sebagai suatu makhluk unik yang berbeda
dari orang lain.17
Dengan demikian dapat disimpulkan definisi dari
identitas diri adalah identitas yang menyangkut kualitas
eksistensi individu yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian akan diri individu sehingga membentuk konsep
diri yang menjadi satu kesatuan serta sebagai langkah
menuju dewasa yang produktif dan berguna bagi
lingkungan sosial.

17
Astar Hadi, Matinya Dunia Cyber Space, (Yogyakarta, LKiS Yogyakarta,
2005), h. 156.

1
2

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak


bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Dalam
identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
peduli terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur
dan menerima diri.18 Menurut James Marcia, Setiap orang
mempunyai tiga skema tentang dirinya. Pertama adalah
actual self, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya
sekarang. Kedua adalah ideal self, yaitu bagaimana
seseorang ingin menjadi dirinya sendiri. Dan ought self,
yaitu bagaimana dia berpikir dia seharusnya. Pengalaman-
pengalaman pribadi dan perubahan-perubahan di
masyarakat memungkinkan mendorong kita untuk
mempertanyakan keyakinan-keyakinan kita dan siapa diri
kita.19
Pembentukan identitas tidak diawali maupun
diakhiri di masa remaja. Pembentukan dimulai dengan
munculnya keterikatan (attachment), perkembangan suatu
pemikiran mengenai diri, dan munculnya kemandirian di
masa kanak-kanak, dan mencapai fase terakhir dengan
pemikiran kembali mengenai hidup dan pengintegrasian
di masa tua.20 Namun menurut Erik Erikson, hasil dari
dari pemikiran dan anlisis Erikson membuat identitas
sekarang diyakini sebagai salah satu konsep kunci dalam

18
Nur Hidayah, “Krisis Identitas Diri Pada Remaja”, Sulesana, Volume 10
Nomor 1 Tahun 2016
19
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 201.
20
John W. Santrock, Adolesence – Perkembangan Remaja, (Jakarta, Erlangga,
2003). h. 344.
3

perkembangan remaja.21 Yang lebih penting tentang


perkembangan identitas di masa remaja adalah untuk
pertama kalinya perkembangan fisik, kognisi dan sosial
meningkat. Di mana seorang individu dapat melakukan
pencarian dan penentuan identitas-identitas dari masa
kecilnya menuju kedewasaan.
Dalam perspektif komunikasi, identitas tidak
dihasilkan secara sendiri, melainkan dihasilkan melalui
proses komunikasi dengan individu lain. Prinsip utama
dari identitas muncul ketika sebuah pesan berubah di
antara dua orang. Identitas dapat dinegosiasikan,
diperkuat, dan dirubah dalam suatu proses komunikasi.
Tujuan dari identitas ini adalah menjadikan dan
membangun sebuah komunikasi.

2. Aspek-Aspek Identitas Diri


Identitas terdiri dari sejumlah aspek berbeda-beda,
hal ini dikarenakan identitas seseorang dapat berubah
sesuai waktu dan tempat. Adapun aspek identitas yang
lainnya yaitu:22
a. Identitas vokasional; pilihan karir dan aspirasi-apirasi
b. Identitas intelektual; aspirasi-aspirasi dan prestasi
akademik

21
John W. Santrock, Adolesence – Perkembangan Remaja, (Jakarta, Erlangga,
2003). H. 340.
22
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 194
4

c. Identitas politis; keyakinan-keyakinan, nilai dan ideal-


ideal politik; dapat mencakup keanggotaan dalam
kelompok-kelompok politik
d. Identitas spiritual atau agamis; keyakinan-keyakinan
agamis, sikap-sikap terhadap agama dan spiritualitas;
praktik-praktik dan perilaku-perilaku agamis; dapat
berkaitan dengan suatu kode moral dan etik tertentu
e. Identitas Hubungan; dapat beruba hubungan dekat dan
ditentukan oleh apakah Anda lajang, menikah,
bercerai dan sebagainya. Atau hubungan sosial seperti
teman, kolega dan sebagainya. Atau hubungan
keluarga – ibu, anak, dan sebagainya
f. Identitas seksual; orientasi seksual – hetroseksual,
homoseksual, biseksual
g. Identitas jender; atribusi-atribusidan karakteristik-
karakteristik yang oleh budaya kita diasosiasikan
dengan keanggotaan dalam satu jenis kelamin
h. Identitas budaya; di mana Anda dilahirkan dan atau
dibesarkan, dan seberapa dalam Anda
mengidentifikasi diri anda dengan warisan atau
praktik budaya yang terkait dengan salah satu bagian
dunia tersebut. Juga dapat mencakup preferensi
bahasa
i. Identitas etnis; sejauh mana Anda merasakan suatu
rasa memiliki terhadap suatu kelompok etnis tertentu;
keanggotaan. Kelompok etnis cenderung merupakan
kelompok di mana Anda dapat mengklaim warisannya
5

dan keyakinan-keyakinan kelompok tersebut dapat


memengaruhi pemikiran, persepsi, perasaan, dan
perilaku Anda
j. Identitas fisik; citra tubuh dan keyakinan-keyakinan
tentang penampilan Anda
k. Kepribadian; karakteristik-karakteristik yang
menentukan pola-pola perilaku seperti pemalu, ramah,
mudah bergaul, pencemas, dan sebagainya.
Dari penjelasan aspek-aspek identitas tersebut
dapat dikatan bahwa untuk mengembangkan identitas diri
sendiri pertama-pertama kita harus mengembangkan suatu
rasa diri sebagai individu yang berbeda dan sadar. Setelah
kita mengenali diri kita sebagai individu yang berbeda
dengan orang lain, kita dapat mulai membentuk identitas
kita sendiri yang biasanya dalam melakukan ini kita
merujuk pada orang lain.

3. Dimensi Identitas Diri


Menurut Bourne dalam buku Perkembangan
Remaja (Santrock, 2003) pandangan yang kompleks dari
Teori Erikson mengenai identitas melibatkan tujuh
dimensi :23
A. Genetik; Erikson menggambarkan perkembangan
identitas sebagai suatu hasil yang mencangkup
pengalaman individu pada lima tahap pertama dari

23
John W. Santrock, Adolesence – Perkembangan Remaja, (Jakarta, Erlangga,
2003). h. 343-344.
6

perkembangan. Perkembangan identitas merefleksikan


cara individu mengatasi tahap tahap sebelumnya
seperti Trust Versus Misstrust, Autonomi Versus
Doubt, Inisiatif Versus Guilt, Industry Versus
Inferiority.
B. Adaptif; Perkembangan identitas remaja dapat dilihat
sebagai suatu hasil atau prestasi yang adaptif. Identitas
adalah penyesuaian remaja mengenai keterampilan
ketarampilan khusus, kemampuan, dan kekuatan
kedalam masyarakat di mana mereka tinggal.
C. Struktural; Identity Confusion dalam identitas
merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu,
inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan
perilaku dimasa kini dengan tujuan di masa depan.
Kemunduran seperti ini menunjukan adanya defisit
secara struktural.
D. Dinamis; Erikson meyakini bahwa pembentukan
identitas diawali ketika manfaat dari identifikasi
berakhir. Proses ini muncul dari identifikasi masa
kecil, individu dengan orang dewasa yang kemudia
menarik mereka ke dalam bentuk identitas baru, yang
sebaliknya, menjadi tergantung dengan peran
masyarakat bagi remaja.
E. Subyektif atau berdasarkan Pengalaman; Erikson
yakin bahwa individu dapat merasa suatu perasaan
kohesif ataupun tidak adanya kepastian dari dalam
dirinya.
7

F. Timbal balik psikososial; Erikson menekankan adanya


hubungan timbal balik antara remaja dengan dunia
dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas
tidak hanya merupakan representasi jiwa diri namun
juga melibatkan hubungan dengan orang lain ,
komunitas, dan masyarakat.
G. Status eksistansial; Erikson berpendapat bahwa remaja
mencari arti dalam hidupnya sekaligus arti dari hidup
secara umum, seperti layaknya seorang filsuf
eksistensialisme.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri


Dalam pembentukan identitas diri dipengaruhi
berbagai factor. Menurut Marcia terdapat tiga factor dari
perkembangan remaja muda yang penting dalam
pembentukan identitas yaitu, remaja muda harus
membentuk rasa percaya terhadap dukungan orang tua,
mengembangkan sesuatu, dan memperoleh perpektif
mengenai masa depan yang merefleksikan diri mereka
sendiri.24
Tingkat identifikasi pada orang tua sejak masa
kanak-kanak hingga mencapai masa remaja, sangat
berperan memberikan arah pembentukan identitas diri
remaja; sebab orang tua adalah lingkungan pertama dan
utama bagi anak. Semua sikap dan perilaku orang tua

24
John W. Santrock, Adolesence – Perkembangan Remaja, (Jakarta, Erlangga,
2003). h. 345.
8

menjadi sumber identifikasi bagi anak, dan selanjutnya


menjadi bagian dari komponen pembentuk identitas
dirinya. Akan tetapi, persoalannya adalah apakah orang
tua cukup dapat menjadi tokoh idola bagi anak, sehingga
dapat dijadikan sumber identifikasi bagi proses
pembentukan identitas diri, ketika anak-anak itu telah
menginjak masa remaja.
Selain itu pembentukan identitas remaja juga
dipegaruhi oleh gaya pengasuhan yang diterapkan oleh
orang tua dan atau pihak yang mengasuh dan merawat
individu tersebut. pengasuhan orang tua memiliki
hubungan yang signifikan dengan pembentukan identitas
diri remaja. Dalam hal ini dapat dilihat, bagaimana orang
tua mendidik dan memperlakukan anaknya.
Mengenai pola pengasuhan kepada anak,
Catherine Cooper dan koleganya mengungkapkan bahwa
adanya peran dari sifat mandiri atau individualistas dan
keterikatan (connectedness) dalam perkembangan
identitas. Dimana Catherine Cooper dan koleganya yakin
bahwa adanya adanya atmosfir keluarga yang mendukung
individualitas dan keterikatan merupakan hal yang penting
bagi perkembangan identitas remaja.
Cooper menjelaskan, Individualitas (individuality)
terdiri dari dua dimensi” asertivitas siri (self assertion)
yaitu kemampuan untuk memiliki dan
mengkomunikasikan suatu sudut pandang; dan
keterpisahan (separateness) yaitu penggunaan pola-pola
9

komunikasi untuk mengekspresikan bagaimana diri


seseorang berbeda dengan yang lain lalu selanjutnya,
keterikatan (connectedness) juga terdiri dari dua dimensi;
mutualitas, yaitu sikap sesnsitif dan hormat terhadap
pandangan orang lain; dan penyerapan (permeability),
yaitu terbuka terhadap pandangan orang lain.25 Penjelasan
menurut Cooper tersebut bahwa pembentukan identitas
diri didorong oleh hubungan keluarga yang individual,
yaitu di mana remaja didukung mengembangkan
pandangannya sendiri, dan juga terdapat hubungan yang
mengikat yang memberikan landasan yang aman bagi
remaja untuk mengeksplorasi dunia sosial yang di masa
remaja.
Sebgai contoh dari mendukung remaja untuk
mengembangkan pandangannya sendiri adalah,
keberadaan seseorang tokoh figur sukses yang dilihat
remaja juga ikut memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam pembentukan identitas diri remaja.
Remaja melihat, menilai, dan menemukan nilai-nilai yang
dianggap baik ada pada tokoh figur tersebut, selanjutnya
diinternalisasi ke dalam dirinya untuk dijadikan bagian
dari pembentuk identitas dirinya.
Selain itu, harapan sosial tentang identitas
seseorang, ikut memberi kontribusi bagi pembentukan
identitas diri remaja. Harapan-harapan itu muncul dalam

25
John W. Santrock, Adolesence – Perkembangan Remaja, (Jakarta, Erlangga,
2003). h. 347.
10

keluarga, sekolah, dan teman sebayanya. Setiap individu


akan selalu menghadapi tuntunan itu. Individu bergaul
dengan lingkungannya selalu berhadapan dengan nilai
atau kriteria yang dipandang utama menurut ukuran
masyarakat dimana individu tersebut berbeda. Kriteria
tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan
membuat individu berusaha untuk dapat memenuhinya.
Setiap individu ingin dipandang oleh orang-orang sekitar
sebagai orang baik, dan memenuhi tuntunan masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu, kriteria tentang keutamaan
(baik-buruk) tersebut akan memberikan arah pada remaja
dalam membentuk identitas dirinya.

B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Banyak orang yang mendefinisikan remaja sebagai
periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa.
Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik
maupun psikis, perubahan tampak jelas adalah perubahan
fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai
bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan
berkembangnya kapasitas reproduktif.26 Selain itu juga
remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir
abstrak seperti orang dewasa. Remaja, yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence yang artinya “tumbuh atau
26
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan – Pendekatan Ekologi
kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung,
PT. Refika Aditama, 2009), h. 28.
11

tumbuh untuk mencapai kematangan.”27 Istilah


adolescence sendiri sesungguhnya memilki arti yang luas
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,
dan fisik seseorang. Secara psikologis remaja adalah suatu
usia di mana individu menjadi terintegrasi dalam
masyarakat dewasa, atau suatu usia di mana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak
sejajar.28
Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka
remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa
remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam
rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja
sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka
sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belom
juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke
golongan orang dewasa, sehingga remaja ada di antara
anak dan orang dewasa.29 Oleh karena itu remaja
seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Remaja
masih belum mampu memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya.

27
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 9.
28
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 9.
29
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 9.
12

2. Karakteristik Remaja
Seperti yang sudah dijelaskan masa remaja adalah
masa yang dikenal dengan masa mencari jati diri. Ini
terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara
masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang
dewasa. Di mana ditinjau dari segi fisiknya mereka bukan
lagi seperti seorang anak-anak melainkan seperti orang
dewasa, tetapi jika diperlakukan sebagai orang dewasa,
ternyata mereka belum dapat menunjukan sikap
kedewasaannya. Oleh karena ituada sejumlah sikap yang
sering ditunjukan remaja yaitu kegelisahan, pertentangan,
mengkhayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan
mencoba segala sesuatu.30
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut: (Konopka, 1973 dalam
Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):31
a. Masa Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini individu meninggalkan peran sebagai
anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai
individu yang unik dan tidak tergantung pada orang
tua. Focus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat dengan teman sebaya.

30
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 16.
31
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan – Pendekatan Ekologi
kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung,
PT. Refika Aditama, 2009), h. 29.
13

b. Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)


Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan
berfikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki
peran yang penting, namun individu sudah lebih
mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Pada
masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan
tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan
membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan
dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain
itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi
individu.
c. Masa Remaja Akhir ( 19-22 Tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk
memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode
ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional
dan mengembangkan sense of identity. Keinginan
yang kuat untuk menjadi matang dan diterima oleh
kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga
menjadi ciri dari tahap ini.
3. Perkembangan Masa Remaja
Perkembangan masa remaja difokuskan pada
upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan
serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berprilaku secara dewasa.32 Bagaimana seorang remaja
mampu menerima keadaan fisiknya, mampu membina

32
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara, 2017), h. 10.
14

hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan


jenis, mencapai kemandirian emosionalnya ataupun
ekonominya, dapat mengembangkan konsep intelektual
yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai
anggota masyarakat, mengembangkan perilaku tanggung
jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa, dan lain sebagainya.
Perkembangan fase remaja ini amat berkaitan
dengan perkembangan kognitifnya. Agar dapat memenuhi
perkembangan masa remaja perlu adanya kemampuan
kreatif remaja menuju ke arah yang lebih matang dan
lebih maju lagi.

C. Teori Interaksi Simbolik


1. Pengertian Teori Interaksi Simbolik
Teori interaksi simbolik memfokuskan
perhatiannya pada cara-cara yang digunakan manusia
untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui
percakapan.33 Interaksi simbolik pada awalnya merupakan
suatu gerakan dari pemikiran yang dibangun oleh George
Herbert Mead. Teori ini melihat realitas sosial diciptakan
manusia melalui interaksi makna-makna yang
disampaikan secara simbolik. Simbol-simbol ini tercipta
dari esensi budaya di dalam diri manusia yang saling
berhubungan.

33
Morissan, Teori Komunikasi – Individu Hingga Massa, (Jakarta, Kencana,
2013). h. 224.
15

Menurut Mead (1934), diri dan dunia sosial secara


tak terhindarkan saling terikat.34 Mead juga menjelaskan
bahwa secara sosial seseorang dapat melakukan tindakan
kepada dirinya sendiri, seperti juga kepada orang lain35
dimana seseorang dapat memuji dirinya, menyalahkan
dirinya sendiri,bahkan menghukum dirinya oleh dirinya
sendiri. Dengan kata lain, seseorang dapat menjadikan
dirinya sebagai objek dari tindakannya sendiri. Karena
diri terbentuk dengan cara yang sama sebagai objek,
melalui proses interaksi sosial bersama orang lain.
Interaksi simbolik berusaha memahami perilaku
manusia dari sudut pandang subjek manusia. Artinya,
perilaku manusia harus dilihat sebagai proses terbentuk
dan diatur dengan mempertimbangkan ekspektasi orang
lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Dengan sebuah
simbol-simbol, manusia mempresentasikan apa yang
mereka maksudkan untuk berinteraksi dengan sesamanya,
dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas
simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang
terlibat dalam interaksi sosial.36

34
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 199.
35
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.42.
36
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.43.
16

2. Asumsi Dasar Teori Interaksi Simbolik


Dalam teori interaksi simbolik Blummer
37
mengemukakan tiga premis sebagai berikut:
a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan
makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
Pentingnya makna bagi perilaku manusia adalah
manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan
makna-makna yang diberikan orang lain terhadap
mereka.
b. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang
dengan sesamanya atau orang lain. Bahasa atau
komunikasi melalui simbol-simbol merupakan isyarat
yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap
individu lain yang memiliki arti yang sama dengan
isyarat atau simbol-simbol akan terjadi pemikiran
(mind). Sehingga dari sini, manusia mampu
membayangkan dirinya secara sadar dengan
tindakannya dari pandangan orang lain, hal ini
menyebabkan manusia dapat membentuk perilakunya
secara sengaja dengan maksud menghadirkan respons
tertentu dari pihak lain.38
c. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses
interaksi sosial berlangsung. Individu dapat mencapai
perkembangan diri yang menyeluruh melalui

37
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.43.
38
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.46.
17

interaksinya dengan orang lain.39 Karena dalam proses


interaksi dengan orang lain individu dapat melihat
sebuah refleksi dari tindakan orang lain yang dapat
mengembangkan dirinya sendiri.
3. Konsep Pemikiran Interaksi Simbolik
Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang
dikemukakan Mead ini yaitu, Masyarakat (society), diri
(self), dan pikiran (mind).40 Ketiga konsep tersebut
memiliki aspek yang berbeda namun berasal dari proses
umum yang sama disebut “tindakan sosial”.
Hal yang mendasar di dalam teori ini adalah
pentingnya makna dalam perilaku manusia. Pentingnya
konsep diri, dan hubungan antara individu dengan
masyarakat.
Tiga konsep penting yang dikemukakan Mead
yang pertama adalah masyarakat, di sini masyarakat
merupakan sebuah jaringan interaksi sosial di mana
anggota masyarakat meberikan makna terhadap tindakan
mereka sendiri dan tindakan orang lain dengan
menggunakan simbol. Keadaan saling mempengaruhi
antara menanggapi orang lain dan menanggapi diri sendiri
merupakan sebuah konsep penting di dalam teori ini.
Konsep yang kedua adalah Diri, Diri pada intinya
adalah struktur sosial yang hanya dapat terbentuk melalui

39
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.45.
40
Morissan, Teori Komunikasi – Individu Hingga Massa, (Jakarta, Kencana,
2013). h. 225.
18

pengalaman-pengalaman sosial.41 individu berinteraksi


dengan individu lainnya sehingga menghasilkan suatu ide
tertentu mengenai diri. Kita memiliki diri karena kita
menanggapi diri kita sebagai suatu objek. Satu-satunya
syarat agar sesuatu menjadi objek adalah dengan cara
memberikannya nama dan menunjukannya secara
simbolik. Seseorang mulai belajar tentang persepsi-
persepsi yang dimiliki orang lain tentang diri mereka dan
ini ditunjukkan dalam penggunaan bahasa, permainan-
permainan, dan perilaku bermain mereka.42 Dengan cara
ini mereka menjadi mampu merefleksikan diri mereka.
Selain menggunakan perspektif orang lain dalam
melihat diri kita kita juga perlu memiliki konsep diri.
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan.43
Konsep yang terakhir adalah pikiran, dalam teori
interaksi simbolik pikiran merupakan suatu proses dari
kegiatan interaksi dengan diri Anda sendiri. Kemampuan
berinteraksi yang berkembang bersama-sama dengan diri
menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena menjadi bagian dari setiap tindakan. Teori

41
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 199.
42
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Erlangga, 2012), h. 199.
43
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan – Pendekatan Ekologi
kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung,
PT. Refika Aditama, 2009), h. 138.
19

interaksi simbolik dalam penelitian ini akan melihat


bagaimana seorang individu berinteraksi dengan
masyarakat dalam menyampaikan konsep dirinya melalui
media sosial dengan cara menampilkan kehidupan
pribadinya.

4. Instagram
a. Pengertian media sosial Instagram
Instagram merupakan suatu aplikasi media
sosial untuk berbagi foto dan video yang
berbasis Android untuk Smartphone, iOS untuk
iPhone, Blackberry, Windows Phone dan bahkan yang
terbaru saat ini juga bisa dijalankan di komputer atau
PC.
Disusun dari dua kata, yaitu “Insta” dan
“Gram”. Arti dari kata pertama diambil dari istilah
“Instan” atau serba cepat,mudah.44 Namun dalam
sejarah penggunaan kamera foto, istilah “Instan”
merupakan sebutan lain dari kamera Polaroid. Yaitu
jenis kamera yang bisa langsung mencetak foto
beberapa saat setelah membidik objek. Sedangkan
kata “Gram” diambil dari “Telegram” yang maknanya
dikaitkan sebagai media pengirim informasi yang
sangat cepat.

44
https://www.dumetdevelopment.com/blog/pengertian-instagram-dan-
keistimewaannya. Pada tanggal 10 November 2018. Pukul 20.00
20

Dari penggunaan dua kata tersebut arti dan


fungsi sebenarnya dari Instagram yaiyu, sebagai
media untuk membuat foto atau video dan
mengirimkannya dalam waktu yang sangat cepat.
Tujuan tersebut sangat dimungkinkan oleh teknologi
internet yang menjadi basis aktivitas dari media sosial
ini.
b. Sejarah media sosial Instagram
Pada 6 oktober 2010 Kevin Systrom dan Mike
Krieger resmi mendirikan aplikasi sharing photo yang
bernama Instagram. Di startup yang didirikannya yaitu
Burbn, Kevin dan Mike bahu membahu bekerja keras
untuk mewujudkan layanan jejaring sosial berbasis
fotografi sesuai impiannya.45
Kevin adalah sarjana lulusan Stanford
University pada tahun 2006 dengan jurusan
Management Science & Engineering. Kevin mulai
mengenal startup sejak magang di Odeo yang
kemudian bernama Twitter. Setelah itu, Kevin
menghabiskan dua tahun di Google yang mengerjakan
beberapa produk seperti Gmail, Google Reader, dan
lainnya termasuk tim Corporate Development.46
Berada di perusahaan teknologi papan atas,
Kevin termotivasi dan terobsesi untuk
mengembangkan produksi sosial yang memungkinkan

45
@mrbambang, Instagram Handbook, (Jakarta, MediaKita, 2012) h.3.
46
@mrbambang, Instagram Handbook, (Jakarta, MediaKita, 2012) h.3.
21

orang berkomunikasi dengan lebih mudah. Seiring


berjalannnya waktu akhirnya Kevin bertemu dengan
Mike sesame alumini dari Stanford University yang
mempelajari Symbolic Systems dengan focus pada
Human-Computer Interaction. Selama masa kuliah
Mike magang di Microsoft untuk Tim Power Point
dan Foxmarks sebagai
c. Fungsi media sosial Instagram
Media sosial Instagram memiliki fungsi yang
semakin beragam. Tidak hanya untuk meng-unggah
foto ataupun video, serta memberi komen dan likes
tapi kini Instagram terus berkembang mengikuti
zaman sesuai kebutuhan.
Dalam berbagi foto dan video Instagram
sekarang banyak tersedia efek-efek yang membuat
foto atau video yang akan di upload jadi lebih
menarik. Selain itu efek-efek tersebut juga terdapat di
fitur Insta Story di mana fitur ini juga bisa untuk meng
upload foto atau video yang hanya bisa dilihat dengan
durasi 15 detik dan dalam waktu 24 jam akan hilang
unggahan foto atau video tersebut yang di unggah ke
Insta Story. banyak orang memanfaatkan fitur ini
untuk mengupload kegiatan kehidupan sehari-hari
mereka. Beda halnya dengan meng-unggah foto atau
video di fitur Feeds Instagram yang orang biasa
menggunakan fitur ini hanya untuk meng-unggah
momen spesial saja.
22

Selain itu juga ada fitur Live Instagram di


mana kita bisa membuat video siaran langsung yang
bisa ditonton banyak orang dan di fitur tersebut bisa
langsung berinteraksi memberikan tanggapan.
Banyak orang yang memanfaatkan berbagai
fitur Instagram selain untuk meng-unggah kehidupan
sehari-hari, juga ada yang meng-unggah produk
dagangan mereka. Karena Instagram sangatlah luas
jangkauannya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Nama Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 terletak di Jalan
Haji Gandun No. 60, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
MAN 11 adalah salah satu lembaga pendidikan Negeri, yang
semula merupakan kelas jauh atau filial dari Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Grogol Jakarta Barat.

B. Sejarah Singkat MAN 11 Jakarta


Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Lebak Bulus
Cilandak Jakarta Selatan adalah salah satu lembaga
pendidikan Negeri, yang semula merupakan kelas jauh atau
filial dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Grogol Jakarta
Barat. Dari sejumlah 14 Madrasah Aliyah Negeri diseluruh
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta salah satunya adalah
Madrasah Aliyah Negeri 11. Pada tahun 1997-1998 baru
menerima siswa sebanyak 70 siswa yang dibagi menjadi 2
kelas. Adapun siswa-siswi kelas 2 dan kelas 3 adalah siswa
yang berasal dari kelas jauh/ filial Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Grogol Jakarta Barat.

C. Visi dan Misi MAN 11 Jakarta


Visi: “Islami dan unggul dalam prestasi”
1. Siswa memiliki akhlakul karimah
2. Siswa taat beribadah

23
24

3. Siswa memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan


emosional
4. Nilai ujian nasional siswa melebihi standar nasional
meningkatnya jumlah lulusan siswa yang diterima di
Perguruan Tinggi Negeri
5. Meningkatnya jumlah lulusan siswa yang diterima di
perguruan tinggi negeri

Misi:
1. Menumbuh kembangkan lingkungan dan perilaku terpuji
serta praktik nyata sehingga peserta didik dapat menjadi
teladan bagi teman-teman dan masyarakat.
2. Menyelenggrakan pembinaan akan pentingnya ibadah
dan menjadikannya sebagai suatu kebutuhan.
3. Menyelenggarakan pembelajaran untuk menumbuh
kembangan berfikir aktif, kreatif dalam memecahkan
masalah.
4. Menyelenggrakan bimbingan belajar baik yang
dilaksanakan mandiri atau bekerja sama dengan lembaga
lain.
5. Menyelenggarakan bimbingan secara efektif dan
mengembangkan siswa sesuai dengan minatnya.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Kehadiran teknologi yang semakin canggih dengan


perkembangan dunia maya yang sangat pesat ini menjadi salah
satu wadah yang mampu memenuhi kebutuhan individu akan
komunikasi dan bisa mendorong lebih bebas untuk setiap
individu mengungkapkan siapa diri mereka, Bagi Wollam,
merupakan sebuah pengambaran yang sempurna bagaimana
sebuah teknologi mampu mendorong serta menyediakan ruang
bagi setiap individu untuk mengkontruksi diri mereka47
Perkembangan dunia maya, menawarkan wadah bagi para
penggunanya untuk dapat berinteraksi di lingkungan sosial yang
lebih luas tanpa adanya batas ruang dan waktu. Salah satunya
adalah melalui media sosial Instagram. Komunikasi yang terjadi
di media sosial Instagram membentuk interaksi antar individu di
dunia maya. Interaksi inilah yang kemudian akan mendorong
seseorang untuk membangun identitas mereka secara online.
Identitas diri merupakan komponen yang membentuk
konsep tentang diri seseorang. Hal yang memiliki prinsip
pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesianmbungan, konsistensi dan keunikan
kepribadiannya. Seseorang yang memiliki konsep diri positif
akan mampu membuka diri terhadap diri dan orang lain dan
percaya diri.48

47
Nasrullah Rulli. Internet dan Ruang Publik Virtual, Sebuah Refleksi atas
Teori Ruang Publi Habermas. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Vol. 4 No.1. 2012 h. 114
48
Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya 2009 h. 107

25
26

Kehadiran teknologi yang semakin canggih, diikuti


dengan pesatnya perkembangan dunia maya serta beragamnya
sosial media saat ini, secara tidak langsung adanya pergeseran
struktur sosial masyarakat yang mengubah pola komunikasi saat
ini. Terutama di kalangan remaja yang jumlah penggunanya
sangat tinggi. Mereka sangat aktif di dunia maya dan tidak segan
dalam menyampaikan segala kegiatan pribadinya ke dalam ruang
publik. Terjadi pergeseran budaya, di mana saat ini masyarakat
hidup layaknya berada di desa global di mana mereka mencoba
untuk mengenal dan saling peduli satu sama lain bahkan dengan
orang yang belum dikenal. Sehingga rata-rata masyarakat di
Indonesia terutama remaja khususnya sekarang lebih aktif dalam
membagi kisah kehidupan mereka melalui sosial media terutama
Instagram. Hal ini dibahas di salah satu berita online bagaimana
adanya media sosial membuat remaja di luar kendali.

Gambar 4.1
Berita penggunaan Instagram di Remaja
(Sumber https://www.beritasatu.com/digital/550691/nasional)
27

Remaja yang masih dalam proses transisi menuju dewasa


ini berada di tahap pencarian jati diri, emosi yang masih labil
belum adanya kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
seseorang. Dengan penggunaan media sosial yang tak terbatas ini
membawa peran pada para remaja dalam menunjukan identitas
dirinya. Baik itu dari segi pakaian, cara berbicara, dan lain
sebagainya. Selain itu pergesaran budaya pun juga terajadi
masyarakat sekarang lebih sering bersosialisasi dalam media
sosial salah satunya Instagram.
Presiden Jokowi pun meng-unggah foto di halaman
Instagram pribadinya tentang penggunaan media sosial pada
remaja saat ini. Banyak kasus-kasus negatif yang membuat para
remaja ada yang bersifat brutal karena belum bisa menyaring
informasi-informasi apa yang di dapat dari media sosial.

Gambar 4.2
Efek Negativ Instagram di kalangan Remaja
(Sumber https://www.instagram.com/jokowi)
28

Banyak berita negatif tentang remaja yang menjadi tak


terkendali karena penggunaan media sosial Instagram. Melihat
banyak sekolah terutama kalangan SMA mengizinkan para siswa-
siwi untuk membawa Handphone ke Sekolah. Hal ini bisa
mengganggu para siswa siswi dalam kegiatan belajranya. Di
mana menjadi tidak fokus selalu ingin tahu apa yang sedang
terjadi di luar sana, melihat komen dari unggahan milik teman
dan lain sebagainya.
Salah satunya adalah MAN 11 Jakarta yang mengizinkan
para siswa-siswi untuk membawa Handphone ke Sekolah. Seperti
yang diketahui anak-anak sekolah hampir menghabiskan
waktunya di Sekolah mulai dari jam 7 pagi hingga kurang lebih
jam 3 sore. Hal ini berarti Sekolah pun memiliki peran dalam
membentuk Identitas diri remaja. Tapi bagaimana jika sekolah
mengizinkan para siswa-siswi membawa Handphone? MAN 11
tidak memiliki kasus kekerasan atau saling ejek di media sosial
dan banyak prestasi baik di tinggat provinsi maupun tingkat
nasional.

Gambar 4.3
Prestasi MAN 11 Jakarta
(Sumber http://man11.sch.id/berita)
29

Walaupun siswa-siswi diizinkan untuk membawa


Handphone ke Sekolah mereka tetap berprestasi. Lalu bagaimana
pengalaman pribadi para siswa siswi MAN 11 Jakarta dalam
menngunakan media sosial Instagram dalam membentuk identitas
diri mereka adalah sebagai berikut;
A. Penggunaan Media Sosial Instagram
Dalam menggunakan media sosial Instagram
berdasarkan hasil wawancara semua informan, perkembangan
teknologi saat ini khususnya internet, telah memberikan
alternatif untuk para informan dalam kegiatan bersosialisasi.
Di mana saat ini informan dapat melakukan kegiatan
sosialisasi dengan lebih mudah dan lebih luas melalui media
sosial khususnya Instagram. Seperti yang diketahui
Instagram memiliki berbagai fitur terutama untuk meng-
unggah foto atau video. Cara berinteraksi inilah yang menjadi
daya tarik bagi khalayak untuk memiliki akun Instagram.
Selain itu juga maraknya pengguna Instagram membuat
banyak orang terutama remaja ikut membuat akun Instagram
agar mengikuti trend saat ini.
Dalam menggunakan Instagram secara tidak langsung
memberikan pengaruh terutama remaja dalam keinginan diri
untuk menampilkan dirinya sebaik mungkin pada akun
Instagram miliknya. Kemudian lingkungan sosial juga
memberikan pengaruh kepada informan untuk memilih
menggunakan media sosial Instagram.
Hasilnya adalah, seluruh informan merupakan
pengguna aktif media sosial Instagram. Mereka hampir
30

mengahabiskan waktu rata-rata 3-5 jam sehari dalam


menggunakan Instagram.
“aku biasanya buka instagram pas bangun tidur aku
langsung cek Instagram. Di jam sekolah terutama jam
istirahat kadan aku suka buka Iinstagram juga.
Tambah lagi pas mau tidur. Kalo pas weekend juga
aku jadi lebih sering buka Iinstagram tapi aku
berusaha meminimalisir penggunaan Instagram
aku.kurang lebih kalo dari rata-rata penggunaannya
aku kalo hari sekolah sekitar 3 jam weekend bisa
sekitar 5 jam.”
Para informan yang merupakan pengguna aktif media
sosial Instagram memanfaatkan Instagram dalam
kesehariannya untuk mengisi waktu luang maupun mencari
informasi terkini baik itu tentang info selebritis favoritnya,
gaya pakaian, atau info tentang temannya dan lain lain.
Dalam memutuskan untuk memiliki akun media sosial
Instagram para informan hampir memiliki alasan yang sama
untuk mengikuti trend saat itu.
Selain itu informan pun paham dalam waktu yang
digunakan saat menggunakan Instagram. Dengan cara
membatasi dirinya. Karena di Instagram sendiri pun bisa
mengetahui berapa lama dalam sehari waktu yang dihabiskan
dalam menggunakan Instagram.
“awal muncul Instagram pas aku kelas 4 SD kalo ga
salah terus banyak temen-temen aku pada buat jadi
31

aku ikutan kayak temen-temen aja supaya kalo mereka


lagi ngomongin Instagram aku juga ngerti.”
Semakin lama para informan pun menyadari serta
memahami kegunaan yang bisa dimanfaatkan dari berbagai
fitur-fitur media sosial Instagram. Pemanfaatan media sosial
Instagram pun semakin beragam. Informan 1 lebih
menggunakan Instagram untuk meng-unggah bakat
bernyanyinya, selain meng-unggh foto atau video tentang
kehidupannya bersama teman, keluarga. Atau kegiatan sehari-
seharinya seperti di Sekolah atau tempat les.
Sedangkan informan 2 lebih memanfaatkan Instagram
untuk mengeksplor dirinya dalam gaya berpakaian.
“awalnya aku tuh main instagram minder karena
banyak yang keren-keren gaya pakaiannya. Terus
awal-awal main instagram bisa jadi toxic buat aku.
Tapi makin kesini itu justru memotivasi aku juga
kalau ternyata aku suka dengan fashion. Jadi aku
sering unggah tentang gaya berpakaian yang mungkin
bisa jadi inspirasi buat temen-temen aku. Tambah lagi
sekarang aku juga suka liat tentang make up jadi aku
mulai coba-coba.”
Adapun informan 3 dia karena mengikuti akun
Instagram milik orang lain tentang basket dan motor
membuat dia penasaran dan akhirnya aktif dalam bidang
olahraga basket dan motor.
Namun begitu rata-rata para informan intinya
menggunakan media sosial Instagram untuk hiburan di sela
32

waktu luang karena penat dengan kegiatan sehari-hari. Selain


itu Instagram juga memfasilitasi mereka dalam memperluas
pergaulan. Bisa berhubungan dengan teman lama mereka
yang sudah lama tidak bertemu.
Dari pengalaman para informan dalam penggunaan
media sosial Instagram dapat diketahui adanya interaksi
simbolik pada penggunaan instagram dalam membentuk
identitas diri.
Interaksi simbolik merupakan sebuah teori tentang
cara berfikir mengenai pikiran, diri, dan masyarakat.49 George
Herbert Mead menyebutkan bahwa makna muncul sebagai
hasil dari interaksi di antara manusia baik secara verbal
maupun non verbal50 hal paling mendasar dalam teori ini
adalah pentingnya sebuah makna dalam perilaku manusia,
pentingnya konsep diri dan hubungan antar individu dengan
masyarakat. Dalam media sosial Instagram terjadi interaksi
antar penggunanya secara non verbal.
Kemudian makna muncul dari interaksi di Instagram.
Dengan berbagai fitur dalam bentuk foto, video, Insta Story,
video siaran langsung, komentar, likes, pesan pribadi. Hal-hal
tersebut dimaknai oleh para pengguna Instagram terutama
para informan sebagai bentuk interaksi dengan pengguna lain.
Adanya interaksi inilah yang dimaknai informan sebagai

49
Morissan, Teori Komunikasi – Individu Hingga Massa, (Jakarta, Kencana,
2013). h. 75
50
George Herbert Mead, Mind Self and Society, (Yogyakarta, Forum, 2018).
H. 158
33

bentuk simpati, perhatian, dan ketertarikan dari para


followers-nya terhadap apa yang telah diunggah.
Melihat sebagai remaja yang masih dalam tahap
pencarian jati diri akan mengaggap interaksi seperti ini
menjadi suatu bentuk penerimaan masyarakat terhadap
dirinya.

B. Pemahaman Identitas Diri Informan


Hampir semua informan memahami identitas diri
sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini
mengartikan bahwa hampir semua informan menyadari dan
memahami bahwa dirinya memiliki ciri khas yang
membedakan dirinya berbada dengan yang lain. Hampir
semua informan data menjelaskan apa saja yang menjadi
bagian dari identitas diri mereka seperti penampilan fisik,
gaya berpenampilan, kegiatan sehari-hari dan lain lain.
Seluruh informan adalah remaja yang aktif dalam
menggunakan sosial media Instagram, walaupun begitu
mereka sangatlah teliti dalam menyaring konten-konten yang
mereka cari ataupun dalam memilih teman dekatnya, mereka
pun dapat menepatkan diri mereka sebagai remaja yang
berstatus pelajar MAN.
Namun walaupun begitu masing-masing informan
sangat tertantang dengan apa yang mereka lihat atau dapatkan
di Instagram, seperti informan 4 lebih sering mencari
unggahan tentang masakan seperti pudding. Sehingga dia
34

merasa bisa untuk membuatnya dan ingin pudding buatannya


dijual di media sosial Instagram.
Banyak hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah
dicoba dan para informan sangat semangat ketika melihat
sesuatu yang baru di Instagram, lalu mencoba mengeksplor
dan menggali lebih dalam mengenai potensi-potensi yang ada
pada diri mereka.
“aku setiap posting sesuatu pasti mikir dulu kalo aku
posting ini dikomen apa ya sama temen-temen.
Apalagi mungkin temen SD atau SMP yang tau aku
sekolah di MAN mikir aku anak yang islami jadi aku
jaga banget setiap postingan aku supaya ga di cap
jelek. Dan itu juga ngebawa ke diri aku sih aku pun
juga hanya ikutin yang emang aku suka dan sesuai
sama aku aja kalo yang aneh-aneh gitu ya Cuma buat
hiburan atau sekedar tau aja ga aku ikutin banget.”
Pada teori interaksi simbolik, masyarakat terdiri atas
perilaku yang saling bekerjasama diantara para anggotanya.
Masyarakat terbentuk dengan adanya simbol-simbol berupa
isyarat dari tubuh. Dengan adanya kemampuan tersebut untuk
mengucapkan symbol dan bertindak, serta dapat memberikan
respan apa yang dihasilkan maka akan membentuk empati
dari orang lain.
Seperti para pengalaman para informan dari jaringan
sosial instagram dimana para pengguna lain memberikan
makna terhadap unggahan atau bentuk interaksi lain kepada
informan. Sehingga terdapat keadaan saling mempengaruhi
35

antara menanggapi pengguna lain atau menanggapi pengguna


diri sendiri. Begitu juga yang terlihat kepada pengalaman
informan.
Keadaan para siswa-siswi di lingkungan Sekolah yang
memiliki peraturan cukup ketat dan didikan para Guru tentang
norma-norma terutama norma agama sangat dipahami dan
diresapi oleh MAN 11 Jakarta. Sehingga para siswa siwi
walaupun mereka bebas menggunakan Handphone di Sekolah
dan bisa mengakses media sosial terutam instagram tapi
mereka sadar akan dirinya siapa.

C. Motivasi Membentuk Identitas Diri


Keberadaan media sosial Instagram sangat
memudahkan para informan dalam bersosialisasi dengan
teman sekolah, keluarga yang jaraknya jauh, ataupun teman
lama yang sudah lama sekali tidak berjumpa. Kebutuh untuk
bersosialisasi yang sangat tinggi. Dengan adanya Instagram
yang memiliki berbagai fitur, para informan merasa semakin
mudah dalam bersosialisasi, dan bisa memiliki jaringan yang
sangat luas untuk memperluas pergaulannya tidak hanya di
lingkungan sekolah atau keluarga tapi ke luar daerah maupun
luar negeri.
Dengan adanya kebutuhan untuk bersosialisasi
tersebut para informan pun masing-masing memiliki cara
yang berbeda dalam menunjukan siapa dirinya di lingkungan
sosial terutama Instagram.
36

Hampir semua informan memiliki pendapat yang


sama. Mereka sangat mementingkan penampilannya baik dari
segi pakaian, warna kulit, gaya potongan rambut dan lain
sebegainya.
“aku sih supaya terlihat bagus aja kak, tapi itu jadi
kebawa di kehidupan sehari-hari aku. Karena aku
sering poting di insta story kegiatan sehari-hari aku.
Aku pengen yang aku posting terlihat rapih dan bagus
jadi kadang aku rapihkan dulu supaya nanti teman-
teman para pengikut aku di Instagram suka liatnya.”
Hal tersebut menunjukann bahwa para informan rata-
rata terbentuk dari lingkungan yang biasa mereka lihat di
Instagram mungkin artis idola atau teman-temannya sehingga
ingin juga terlihat rapih, agar mendapatkan penialain yang
baik juga dari lingkungan sosialnya.
Pada interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan
individu lainnya sehingga menimbulkan ide tertentu
mengenai dirinya. Hal ini pun terjadi pada pengalaman
informan di mana para interaksi yang terjadi pada informan di
media sosial Instagram ini menimbulkan suatu ide yang dapat
berupa dorongan atau motivasi untuk melakukan sebuah
tindakan pada diri informan mengenai dirinya yang akan di
tunjukkan di akun Instagram-nya.

D. Pembentukan Identitas Diri


Seluruh informan adalah remaja yang aktif dalam
menggunakan media sosial Instagram. Hampir semua
37

informan menggunakan fitur Insta Story setiap hari. Mereka


selalu meng unggah kejadian-kejadian lucu yang terjadi pada
mereka sehari-hari, atau aktifitas tentang sekolah, saat
bermain di waktu jam istirahat sekolah bersama teman dan
lain-lain.
Semua informan 1, 2, 3, 4 hampir sama. Mereka dalam
meng-unggah foto atau video baik di fitur feeds ataupun Insta
Story yang akan ditunjukkan kepada followers-nya bahwa
mereka adalah orang yang berpenampilan baik,
menyenangkan, bisa menghibur, pintar. Walaupun masing2
informan memilik perbedaan sesuai karakternya masing-
masing tapi intinya tetap sama.
Mereka ingin menunjukan dirinya adalah yang
berpenampilan baik, menyenangkan, pintar. Selain itu
informan 1 juga menambahkan sering menunjukan bakat
bernyanyinya kepada followers hal ini agar menjadi ciri
khasnya.
Begitupun juga dengan informan 2 walaupun ia masih
seorang pelajar tapi tidak ada salahnya menunjukkan
bakatnya dalam gaya berpakaian dan ber make-up yang masih
sesuai dengan umurnya.
Informan 3 yang memiliki hobi bermain basket pun ia
sering meng-unggah kegiatannya saat latihan basket. Selain
itu ia juga aktif berorganisasi seperti osis. Kegiatan-
kegiatannya sangat sering di unggah di fitur Instagram feeds
dan Insta Story dengan tujuan agar memberikan kesan bahwa
dirinya adalah pribadi yang sangat aktif pandai bersosialisasi.
38

Dari pengalam para informan ada proses di mana para


informan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Kemampuan
berinteraksi akan berkembang dengan diri. Hal ini sangatlah
penting bagi kehidupan manusia karena menajdi bagian dari
setiap tindakan. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman para
informan bagaimana para informan memikirkan tindakannya
dalam menggunakan berbagai fitur di Instagram serta
memikirkan bagaimana penilaian serta tanggapan yang
didapat dari para followers-nya.

E. Remaja Mengkontruksi Identitas Diri Mereka Dalam


Instagram
Media sosial Instagram yang memiliki berbagai fitur
pada dasarnya adalah untuk berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain. Berdasarkan pengalaman para informan
dalam menggunakan media sosial Instagram rata-rata para
informan mengkontruksi identitas dirinya dalam media sosial
Instagram dengan alasan dan motivasi yang berbeda-beda.
Namun pada intinya, tujuan seluruh informan dalam
mengkontruksi identitas dirinya adalah untuk menciptakan
dirinya terlihat baik. Agar mendapatkan penilaian baik juga di
media sosial maupun di dunia nyata saat bertemu langsung.
Pengalaman informan tersebut menggambarkan bahwa
peran media sosial Instagram dengan keadaan yang saling
mempengaruhi ini menggambarkan konsep dalam teori ini.
Dalam membentuk identitas diri masyarakat adalah sebagai
wadah atau media yang memfasilitasi masyarakat dalam
mengkontruksi dirinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas bahwa dapat dilihat
bahwa Instagram dengan segala fitur dan fasilitas yang
dimiliki, dimanfaatkan oleh remaja sebagai medi untuk
mencari jati dirinya. Dalam membentuk identitas dirinya
remaja sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan motivasi
pengguna lain di Instagram
Remaja pun menyesuaikan dalam menggunakan media
sosial Instagram atas apa penilaian yang didapat dari
pengguna lain di sekelilingnya.
Dalam menunjukkan dirinya remaja sangatlah kritis,
mereka sangat memikirkan bagaimana penilaian yang akan
didapat. Karena hal tersebut berdampak pada kehidupa
sosialnya di dunia maya.

B. Saran
Peneliti memberi saran kepada siswa-siswi MAN 11
Jakarta untuk bisa menggunakan serta memanfaatkan media
sosial Instagram dengan sebaik-baiknya.
Semoga bisa terus menginspirasi dan berkarya dalam
hal positif lewat Instagram. Agar tetap menjadi diri sendiri
dalam hal positif sesuai norma yang berlaku.
Dapat menyaring informasi-informasi dari media sosial
khususnya Instagram agar tetap pada pendirian dan tidak
terlalu mengikuti trend yang negative.

39
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Wirawan, Sarlito. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali


Pers.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2017. Psikologi
Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Upton, Penney. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Erlangga.
Moleong, Lexy, J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, Fachrul, Zikri. 2015. Teori Teori Komunikasi dalam
Perspektif Penelitian Kualitatif. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Hadi, Astar. 2005. Matinya Dunia Cyber Space. Yogyakarta:
LKiS Yogyakarta.
Santrock, John, W. 2003. Adolesence – Perkembangan Remaja.
Jakarta: Erlangga.
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan –
Pendekatan Ekologi kaitannya dengan Konsep Diri dan
Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi – Individu Hingga Massa.
Jakarta: Kencana.
@mrbambang, 2012. Instagram Handbook. Jakarta: MediaKita.

40
41

Jurnal

Buletin APJII, Edisi 22 Maret 2018.

Eni maryani dan Hadi Suprapto Arifin, “Kontruksi Identitas


Melalui Media Sosial”. “Journal of Communication Studies”, Vol
1. No. 1, Desember 2012”, Jurnal Fakultas ilmu Komunikasi,
Universitas Padjajaran

Fanny Hendro, “Perilaku Penggunaan Media Sosial dan Identitas


Diri”. “The 1st International Conference on Languange, Literature
and Teaching”, Jurnal Manajemen Komunikasi, Pasca sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nur Hidayah, “Krisis Identitas Diri Pada Remaja”, Sulesana,


Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016

Nasrullah Rulli. Internet dan Ruang Publik Virtual, Sebuah


Refleksi atas Teori Ruang Publi Habermas. Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Vol. 4 No.1. 2012 h. 114.

Internet
https://kominfo.go.id/content/detail/12640/siaran-pers-no-
53hmkominfo022018-tentang-jumlah-pengguna-internet-
2017-meningkat-kominfo-terus-lakukan-percepatan-
pembangunan-broadband/0/siaran_pers, pada tanggal 23
Juli 2018, pukul 23.00 WIB.
42

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-
pengguna-instagram-dari-indonesi. pada tanggal 23 Juli
2018, pukul 23.00 WIB.
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-
ungkap-pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia. pada
tanggal 23 Juli 2018, pukul 23.15 WIB.
https://id.priceprice.com/harga-hp/news/Orang-Indonesia-
Internetan-Lebih-Dari-8-Jam-Sehari-Medsos-Paling-
Banyak-Diakses-4829/ pada tanggal 23 Juli 2018, pukul
23.15 WIB.
https://www.dumetdevelopment.com/blog/pengertian-instagram-
dan-keistimewaannya. Pada tanggal 10 November 2018,
pukul 20.00 WIB.
43

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Transkip Wawancara
Hasil Wawancara

Narasumber : Cahaya Hamid


Status : Siswi MAN 11 Jakarta
Tempat : Direct Message Instagram
Hasil Wawancara :

1. T: Sejak kapan kamu menggunakan Instagram dan


membuat akun Instagram? dan kenapa alasannya kamu
membuat akun Instagram?
J: Aku pertama bikin Instagram kalo gasalah kayanya pas
kelas 4 sih, berarti mungkinn kaya antara 2013-2014 gitu.
Alesannya kalo aku waktu itu karena emang lagi masa-
masanya aku penasaran sama yang namanya sosial media,
jadi bawaannya pengen nyobain dan pengen punya aja.
Mungkin pas bikin itu pikirannya biar apa yah, biar ga
ketinggalan jamaan kaliya? atau biar kerenn? hehehe. Jadi
semua dicobainn bikin akun-nya, kaya Twitter, Skype,
Kakaotalk, Line nahh termasukk Instagram.
2. T: Nah dalam sehari itu kamu bisa kira-kira pake
Instagram berapa jam?
J: Aku sehari berapa lama ya. Tergantung kadang kalau
aku lagi aktif gitu, lagi seneng, buka ig bisaa berjam-jam
sihh gatauu brp jamnyaa, tapi lamaa hehehe. Kalo diliat
dari fitur ig bisa di atas 5 jam sehari.

44
45

3. T: Dalam penggunaan Instagram apa sih yang kamu lihat


dari Instagram itu sendiri:
J: Instagram menurut aku apa yaa. Udah jadi wadah yang
besar banget, buat mengeskpresikan diri, buat cari
inspirasi, buat nyimpen memories, buat share ke orang
orang ttg kehidupan yang aku jalanin ada apa aja. Bisa
buat jalin silaturahmi juga sama temen-temen, kemaren
ada beberapa temen aku yang udah lama banget ga
ketemu ga ngobrol, akhirnya ngobrol lagi karna bales-
balesan story. Cumaa mungkin kalo di aku, kelamaan
main instagram juga ga terlalu baik, soalnya bisaa bikin
insecure HAHAHAHA keseringan ngeliat kehidupan
orang lain trus aku ganyadar jadi bandingin hidup aku
sama mereka, terus karena orang kan upload foto di
Instagram pasti yang terbagus yaa fotonyaa, kadang kayaa
"yaAllah ko org pada cakep bangett gua buluk gini", yaa
gitu gituu jd kadang ada waktu dimana Instagram jdnyaa
toxic sih buat aku hehe.
4. T: Nah kamu ngerasa secara ga langsung Instagram ada
peran dalam kehidupan pribadi kamu, terus gimana
supaya tetep ada di dalam hal positif apalagi kamu anak
MAN kan?
J: Kaya yang aku sebutin sebelumnya. Aku gunain
Instagram lebih komunikasi sama temen lama, share dan
simpen memories. Untuk hal-hal yang lain kyk ngeliat
postingan temen atau artis, selebgram gitu aku tipikal
yang kalo bukan aku bgt aku ga ambil kayak ga
46

berpengaruh banget ke aku. Aku pun juga gamau dinilai


jelek atau suka ikut-ikutan gitu jadi aku tetep jadi diri aku
Cuma bedaya yang aku tampilin di Instagram aku yang
periang modis gitu deh hehehe biar keliatan cakep juga.
Terus sekarang karena lagi quarantine jdnyaa bikin akun
deh buat jualan di Instagram. Karena Instagram bisa
banget dijadin wadah buat jualaan gitu. Aku jualan
cookies bikinan aku sendiri.
5. T: Berarti secara ga langsung Instagram bikin kamu nemu
passion baru dong ya?
J: Iya bener banget kak selama quarantine ini di
Instagram aku banyak banget yang posting tentang
masak-masak terus aku jadi pengen aku juga bisa masak
apalagi perempuan masa gabisa masak hehe. Jadi ku
coba-coba pas aku kirim ke temen ku responnya bagus
jadi ku coba jual deh. Dan seneng gitu jadi aku bisa
posting kegiatan masak-masak aku dan komen dari
temen-temen juga bagus gitu hehe.
6. T: selain itu ada ga sih hal yang pengen kamu bentuk dan
kamu tunjukkan tentang kamu ke Instagram?
J: Kalo menunjukan diri aku sendiri jujur pengen bgt kea
rah fashion yak arena aku juga suka nyari tau tentang hal
itu, tapi aku malu ajaa gitu HAHAH tapi kadang suka ku
posting sihhh. Cuma ga pede sebenernya hehehe tapi ini
kucoba tambah lagi sekarang mulai dengan masak-masak.
Karena ya biasanya aku cuma posting kegiatan aku sehari-
hari ajasi kayak kumpul sama temen-temen, kegiatan di
47

sekolah atau tempat les, acara keluarga itu lebih buat


share memories aja ke temen-temen aku dan supaya
keliatan aku bahagia aja ngasih poitif vibes ke yang lain.
48
49

Anda mungkin juga menyukai