Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PENULISAN ILMIAH

Presentasi Diri Netizen dalam Konstruksi Identitas di Media


Sosial Instagram
Nama : Fahri Adhitya Laksono
Kelas : 3MA04
Npm : 12818400
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Pembimbing : Yanti Trianita

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Penulisan Ilmiah

Depok

2021

i
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fahri Adhitya Laksono

NPM : 12818400

Prodi : Ilmu Komunikasi

Judul PI : “Presentasi Diri Netizen dalam Konstruksi Identitas di


Media Sosial Instagram”

Tanggal Sidang :

Tanggal Lulus :

Dengan ini menyatakan tulisan ini merupakan hasil karya saya sendiri dan dapat
dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam
bentuk apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan
tulisan, merupakan tanggung jawab penulis sepenuhnya, bukan Universitas
Gunadarma.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh
kesadaran.

Depok, 22 Januari 2021

Fahri Adhitya Laksono

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian :” Presentasi Diri Netizen dalam Kosntruksi Identitas di


Media Sosial Instagram”

Nama Mahasiswa : Fahri Adhitya Laksono

NPM : 12818400

Tanggal Sidang :

Tanggal Lulus :

Menyetujui

Pembimbing Kasubag Sidang PI

(Yanti Trianita) (……………………)

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

( Dr. Kiayati Yusriah, MM., M.I.KOM )

iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan berkat, anugrah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ilmiah ini.

Penulisan Ilmiah ini disusun guna melengkapi sebagian syarat dalam


mencapai gelar setara Sarjana Muda pada jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Komunikasi, Universitas Gunadarma. Adapun judul Penulisan Ilmiah ini
adalah ”Presentasi Diri Netizen dalam Kosntruksi Identitas di Media Sosial
Instagram”.

Walaupun banyak kesulitan yang penulis harus hadapi ketika menyusun


penulisan ilmiah ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya tugas ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof.Dr.E.S Margianti, SE, MM selaku rektor dari Universitas


Gunadarma

2. Dr. Nuryati Samatan, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi


Universitas Gunadarma

3. Ir. Kiayati Yusriah, MM., M.Ikom selaku ketua Jurusan Ilmu


Komunikasi Universitas Gunadarma

4. Yanti Trianita Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing


penulis dalam menyelesaikan Karya penulisan Ilmiah ini.

5. Christiana Wulandari, SE., M.I.Kom selaku Kepala Sub bagian siding


PI Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Gunadarma

6. Teman-Teman kelas 3MA04

7. Orang Tua dan Keluarga

Akhir kata, hanya kepada Tuhan segalanya dikembalikan dan penulis sadari
bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, disebabkan karena berbegai

iv
keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang.

Depok, 22 Januari 2021

Fahri Adhitya Laksono

v
DAFTAR ISI

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media sosial kini menjadi sebuah sarana untuk mengekspresikan diri bagi para
user atau penggunanya. Salah satu platform media sosial yang populer dan banyak
digunakan adalah Instagram untuk menyalurkan diri secara emosional.
Penggunannya pun sangat beragam, mulai dari anak-anak hingga orangtua. Mulai
dari pelajar hingga pebisnis. Media sosial yang fokus pada platform berbagi foto
dan video ini makin meroket popularitasnya hingga mampu disamakan dengan
Facebook dan Twitter.

Instagram digunakan sebagai medium untuk merepresentasikan diri di dunia


maya. Sehingga apa yang ditampilkan didalam Instagram merupakan sebuah
identitas yang bisa mewakili penggunanya di dunia nyata. Fenomena yang hadir
di sebuah media sosial user atau pengguna bisa menkonstruksikan identitas yang
bisa berbeda dengan dunia nyatanya dan tidak memperlihatkan wajah asli dari
orang tersebut seperti menggunakan akun yang tidak menggunakan nama asli,
foto asli, dan cenderung tidak menggunggah apapun. Sehingga akun tersebut
hanya untuk melihat aktifitas orang - orang atau berkomentar tetapi orang yang
bersangkutan tidak tahu siapa yang mengomentarinya. Atau bisa dibilang
kalangan introvert dalam menggunakan media sosial Instagram.

Introvert adalah salah satu jenis kepribadian seseorang yang lebih senang
menyendiri. Orang yang introvert cenderung dianggap sebagai individu yang
pendiam, bijaksana, lebih fokus pada pikiran serta perasaan. Mereka lebih senang
berada dalam suasana hati internal daripada mencari stimulasi dari luar. Dengan
adanya Instagram membantu mereka untuk bisa menggunakan media sosial
dengan nyaman dan tidak perlu orang mengetahui siapa dia di dunia maya. Dalam
pengaruh media masa berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia, yang
dapat berupa voting dengan cara tertentu, pandangan dan keyakinan individu, atau
pengetahuan seseorang yang miring terhadap topik tertentu. 

1
Setiap orang pasti memiliki cara tersendiri dalam menggunakan media sosial.
Teruntuk introvert kontak pertemanan merupakan mereka yang benar-benar ia
anggap sebagai teman. Seseorang dengan tipe ini lebih memilih untuk berinteraksi
dengan lingkungan terdekatnya, dan juga bagi seorang introvert mereka
kehidupan di media sosial, tidak bisa dilihat oleh orang asing. Jika di bandingkan
dengan jumlah Pengguna Twitter, berdasarkan sumber data PT Bakrie Telecom,
memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global.
Dengan algoritma yang Sampai tahun 2021, linimasa Twitter menampilkan twit
secara real-time. Namun dua tahun belakangan ini, Twitter secara bertahap
mencoba menampilkan linimasa dengan algoritma milik mereka. Bukan hanya
Twitter, Facebook dan Instagram pun menampilkan linimasa lewat algoritmanya
masing-masing.

Algoritma Instagram dibuat menggunakan kecerdasan buatan, sehingga cara


menampilkan konten Anda akan terus berkembang. Hal ini penting untuk Anda
perhatikan, apalagi saat sedang melakukan digital marketing strategist. Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bekerja dengan menggunakan algoritma
Instagram. Jika Anda mempelajari parameter algoritma Instagram, hal ini akan
sangat berguna untuk meningkat kinerja media sosial campaign yang dilakukan
menggunakan Instagram, karena tujuan dari kampanye pastilah demi bisa
terhubung dengan lebih banyak audiens. Dan jumlah data facebook telah
mencapai 113 juta pada 2019, demikian diklaim Facebook pada situs
Hootsuite.com pada Juli 2019.

2
Gambar 1.1 data pengguna media sosial pada juli 2019 menurut
Hootsuite.com

Pada gambar diatas bisa di lihat pengguna Twitter dan Instagram lebih sedikit
dari pada pengguna Facebook, pengguna Instagram pada juli 2019 adalah
sebanyak 52,9 juta orang di seluruh indonesia menurut situs Hootsuite.com. Yang
menggunakan Instagram mulai dari kalangan remaja hingga dewasa yaitu umur
13 tahun hingga 17 tahun Keatas.

Gambar 1.2 Data Pengguna Instagram Berdasarkan Gender


dan Usia Pada Tahun 2020 Menurut Napoleoncat.com

3
Berdasarkan gambar data diatas menunjukkan bahwa pengguna terbanyak pada
media sosial Instagram berdasarkan gender yaitu perempuan dengan presentase
19,3% dan berdasarkan usia terlihat pada rentan 18-24 dengan presentase 37%.
Terlihat bahwasannya remaja merupakan kategori usia yang paling banyak
menggunakan media sosial Instagram.

Pada kasus ini remaja merupakan masa transisi dari seorang anak yang
beranjak dewasa, tentu saja dalam masa transisi ini bukanlah merupakan hal yang
mudah bagi seseorang, Karena banyak terjadi perubahan yang signifikan dimulai
dari perubahan fisik maupun psikis. Pada kehidupan sosial remaja, mereka mulai
membangun hubungan sosial dengan teman sebayanya atau lingkungan
sekitarnya. Pada saat itulah perubahan fisik dapat mempengaruhi hubungan sosial
yang akan dibangun. Masa remaja terjadi proses peralihan perkembangan yang
melibatkan perubahan-perubahan dalam diri individu, seperti perubahan biologis
atau fisik, sosio-emosisonal, dan kognitif (Santrock,2007).

Hal ini dianggap rumit dikarenakan remaja mempunyai rasa kurang percaya
diri dan menjadi kepribadian yang introvert di kehidupan nyata atau di kehidupan
media sosial. Kondisi introvert seseorang inilah dapat dikatakan sebagai
Presentasi diri Netizen dalam Kontruksi idenstitas media sosial. Tindakan tersebut
dapat memberikan efek tekanan pada korbannya dari tekanan secara psikis hingga
hilang nya rasa percaya diri di depan publik. Kepercayaan diri merupakan suatu
keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapai
dengan berbuat sesuatu (Angelis,2003). Kepercayaan diri berarti mengapresiasi
dan menilai diri sendiri (Utomo & Harmiyanto, 2016). Berdasarkan pernyataan
para ahli, kepercayaan diri merupakan suatu hal positif yang timbul akibat
dorongan dari dalam diri namun kepercayaan diri muncul dipengaruhi juga oleh
lingkungan dan keadaan sekitarnya.

Berdasarkan data ilmiah menunjukan bahwa 25% kepercayaan diri remaja pada
kategori sedang, 75% kepercayaan diri pada remaja berada pada kategori rendah.
(penelitian Farida,2014) berdasarkan penelitian tersebut, kepercayaan diri pada
remaja tergolong dalam tingkat sedang bahkan hingga rendah. Munculnya

4
penilaian secara komentar yang kurang baik di media sosial oleh remaja inilah
yang menimbulkan ketidakpercayaan diri muncul, hingga membuat para korban
takut untuk menunjukkan jati dirinya di depan publik khususnya di dunia maya
yaitu media sosial, dimana semua pengguna dapat bebas menunjukkan dirinya dan
mengeluarkan pendapatnya secara luas.

Dalam sebuah kontruksi identitas di media sosial Instagram kerap ditemukan


sebuah perilaku cyberbullying yang dimana para pengguna yang mempunyai akun
kedua atau akun palsu yang tidak menunjukan kepribadian atau foto aslinya di
media sosial atau akun yang terkunci sehingga orang lain tidak akan bisa melihat
aktifitas apa saja yang di lakukan orang tersebut, pelaku seperti itu bisa saja
membuat komentar – komentar yang kurang baik akun orang lain atau ada
kemukinan membully orang yang mempunyai akun tersebut tanpa pelaku
menunjukan identitas aslinya di media sosial instagram.

Gambar 1.3 Grafik Cyberbullying di semua platform sosial media menurut


situs Teenesteem.org

Menurut situs Teenesteem.org menunjukan aktifitas cyberbullying paling tinggi


pada media sosial Instagram diantara media sosial lainnya yang populer dengan
persentasi 42% di Tahun 2020. Sedangkan media sosial lainnya tidak menutup
kemungkinan terjadi perilaku cyberbullying yang bisa menyerang siapa saja tanpa
diketahui identitasnya atau anonim.

5
Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengetahui dan menganalisis sebuah
fenomena presentasi diri netizen dalam kontruksi identitas dalam media sosial
Instagram yang memiliki akun kedua karena ada beberapa faktor mengapa orang
orang di sosial media yang mempunyai akun kedua rata rata tidak menunjukan
kepribadian aslinya atau hanya mengizinkan orang orang yang terdekatlah yang
bisa berteman di akun kedua tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti
sehingga ini bisa menjadi menarik apabila diteliti lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas makan dapat ditarik suatu rumusan masalah
yang muncul yaitu:

“Bagaimana Presentasi Diri Netizen dalam Konstruksi Identitas di Media


Sosial Instagram”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sebuah
fenomena presentasi diri netizen dalam konstruksi identitas di media sosial
Instagram.

1.4 Batas Penelitian


Agar penelitian ini dapat lebih fokus, tepat, dan mendalam maka peneliti
memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu untuk dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu peneliti membatasi diri hanya berkaitan dengan
“Presentasi Diri Netizen dalam Konstruksi di Media Sosial Instagram”.
Penelitian ini dilakukan 3 bulan mulai pada Maret – Mei 2021

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1.5.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan
kontribusi dalam bidang ilmu komunikasi, Untuk mengetahui Presentasi
Diri Netizen dalam Konstruksi Identitas di Media Sosial Instagram dan
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam pemaparan

6
teori Interaksionisme Simbolik dan tingkat pengetahuan mengenai pola
komunikasi yang terjadi. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi
acuan atau referensi pustaka dan pembanding untuk melakukan penelitian
serupa.
1.5.2 Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan
kontribusi pada pengembangan keilmuan dalam bidang Ilmu Komunikasi,
khususnya yang berkaitan dengan pola komunikasi. Serta diharapkan
dapat menjadi literatur dan pedoman bagi penelitian selanjutnya terkait
dalam pola komunikasi melalui media sosial Instagram dalam
menghindari hal - hal yang kurang berkenan dalam berkomentar di media
sosial.
1.5.3 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bentuk kontribusi yang positif dan
referensi sebagai bahan informasi bagi para pengguna instagram agar
mampu membangun dan mempertahankan hal - hal positif yang khususnya
melalui media sosial Instagram. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat menambah wawasan bagi banyak orang mengenai pola komunikasi
media sosial.

1.6 Metode Penelitian


Dalam suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan jenis penelitian
yang tepat. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas
mengenai masalah yang dihadapi serta langkah-langkah yang digunakan dalam
mengatasi masalah tersebut. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu
jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan induktif, yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian


kualitatif adalah suatu bentuk metode penelitian yang digunakan untuk

7
mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat, dan perasaan tentang
gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepaakatan yang
ada.

1.7 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini, disusun sebagai berikut:
1.7.1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
1.7.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi penelitian terdahulu, gambaran konseptual, dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini.
1.7.3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan pendekatan penelitian, paradigma penelitian,
metode pengumpulan data, waktu, dan tempat penelitian serta teknik
analisis data.
1.7.4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan berisi gambaran umum objek
penelitian dan hasil penelitian.
1.7.5 BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran
penelitian.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Konseptual
2.1.1 Komunikasi
Istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologi atau menurut asal katanya adalah berasal dari bahasa Latin yaitu
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam
kata communis ini memiliki sebuah makna “berbagi” atau “menjadi milik
bersama” yaitu suatu bentuk usaha yang memiliki sebuah tujuan untuk
kebersamaan. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna
mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima
oleh komunikan (Effendy, 2003:30)

Dengan adanya komunikasi ini dapat menyatukan suatu tatanan


dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat mencapai tujuan dengan
sesama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi jika ada kesamaan
antara penyampaian pesan dan penerima pesan.

Definisi singkat yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell tentang


pemahaman mengenai pengertian komunikasi. Lasswell mengungkapkan
untuk memahami proses komunikasi hanya cukup menjawab lima
pertanyaan dasar mengenai siapa yang menyampaikan apa, apa yang
disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa efeknya. Dilihat
dari pernyataan dua pendapat mengenai komunikasi di atas dapat
disimpulkan, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau
informasi melalui media, dimana masing-masing dapat saling berbagi
informasi untuk mencapai tujuan (Effendy, 2003:301). Tujuan dari
komunikasi itu sendiri sebagai adalah bagaimana suatu pesan atau
informasi yang disampaikan oleh setiap komunikator dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan.

9
2.1.2 Efek Media Massa

Perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.


Menurut Donald F. Robert dalam Rakhmat (2004:217), Karena fokusnya
pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan
media massa tersebut. Efek media juga diartikan sebagai dampak dari
kehadiran sosial yang dimiliki media, yang menyebabkan perubahan
pengetahuan, sikap dan tingkah laku manusia, akibat terpaan media.
Semakin berkembangnya teknologi media massa dalam menyampaikan
informasi dan hiburan, maka manusia tak akan pernah bisa lepas dari
pengaruh media massa tersebut. Setiap hari, otak manusia selalu dipenuhi
oleh informasi yang disampaikan.

Media massa seperti surat kabar, majalah, televisi dan radio, sering
dijadikan objek studi, karena memang dipandang sebagai suatu institusi
penting dalam masyarakat. Asumsi itu ditopang oleh beberapa alasan,
bahwa Media merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan industri
lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki
peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut
dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2.1.3 New Media

New media atau media baru merupakan istilah yang digunakan untuk
semua media komunikasi yang berlatarbelakang teknologi komunikasi dan
informasi. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960-an dan
telah mencangkup seperangkat teknologi komunikasi terpaan yang
semakin berkembang dan beragam (McQuail, 2011). Media baru dapat
berarti “sebuah rangkaian perubahan yang luas pada produksi media,
distribusi media, dan penggunaan media” (Lister, M., Dovey, J., Giddings,
& Kelly, K., 2003). Dalam media baru dapat memudahkan kita untuk
mengetahui segala informasi yang jauh, sehinga kita dapat bertemu secara

10
tatap muka dalam sebuah teknologi. Melalui media baru juga kita
mendapatkan berbagai informasi dari seluruh dunia.

2.1.4 Media Sosial

Definisi media sosial menurut Shirky dalam Nasrullah (2015) adalah


untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi, bekerjasama
diantara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya
berada diluar kerangka institusional maupun organisasi. Dari berbagai
pendapat ahli mengenai definisi sosial, Nasrullah dalam bukunya
menyimpulkan definisi media sosial merupakan medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual.

Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk


jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah
komunitas. Melalui media sosial kita dapat melakukan berbagai bentuk
pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan, visual,
maupun audiovisual. Seperti Twitter, Facebook, Blog, Foursquare, dan
lainya yang banyak digunakan saat ini (Puntoadi, 2011).

1) Manfaat Media Sosial

Personal branding is not only public figure’s, it’s for everyone


(Puntoadi, 2011). Media sosial dapat dimanfaatkan untuk: menentukan
personal branding yang diinginkan, mencari lingkungan yang tepat,
mempelajari cara berkomunikasi, untuk konsistensi dan sebagai mix the
media. Fantastic marketing result through Social Media: “people don’t
watch TVs anymore, they watch their mobile phones” (Puntoadi, 2011).
Kebiasaan masyarakat kini bergeser dari televisi ke layar smart phone,
mereka yang tidak memiliki banyak waktu untuk menonton televisi,
kini dapat dengan mudah mendapatkan informasi melalui smart phone.
Informasi-informasi dapat diperoleh melalui posting-an di media sosial.

11
Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat
antara berbagai pihak, seperti antara produsen dengan konsumen, media
sosial dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online. Media
sosial dapat menjadi bagian dari keseluruhan e-marketing strategi yang
digabungkan dengan media sosial lainya. Media sosial memberikan
peluang masuk ke komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan
kesempatan mendapat feedback secara langsung (Puntoadi, 2011).

12

Anda mungkin juga menyukai